Jurnal EduBio Tropika, Volume 2, Nomor 2, Oktober 2014, hlm. 187-250
Nurdin Amin Mahasiswa Magister Pendidikan Biologi PPs Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh
Hasanuddin Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh
Djufri Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh, Aceh Korespondensi:
[email protected]
POTENSI JENIS TUMBUHAN DI HUTAN KOTA BANDA ACEH DALAM MEREDUKSI EMISI CO2 ABSTRAK: Penggunaan bahan bakar minyak dan gas di Kota Banda Aceh terus meningkat seiring dengan terus bertambahnya jumlah kendaraan. Hal tersebut akan meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepaskan ke udara. Pencemaran udara yang disertai dengan meningkatnya kadar CO2 diudara akan menjadi lingkungan Kota Banda Aceh yang tidak sehat dan dapat menurunkan kesehatan manusia.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kemampuan setiap jenis tumbuhan dalam mereduksi emisi CO2. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei eksploratif menggunakan rancangan Non Destructive. Pengukuran berat kering biomassa pohon yang dihitung menggunakan ”Allometric equation” berdasarkan pada diameter batang setinggi dada (1,3 m). Hasil penelitian diperoleh bahwa jumlah biomasa di hutan Kota Banda Aceh 0,91134 Kg/Ha dengan stok karbon 0,42999 Kg/Ha, biomasa paling banyak terdapat di hutan Kota BNI Tibang yaitu 0,66143 Kg/Ha dengan jumlah stok karbon 0,30426 Kg/Ha, sedangkan jumlah yang paling sedikit terdapat pada hutan Mesjid Raya Baiturrahman dan Taman Hutan Putro Phang rata-rata biomasa 0,01833Kg/Ha dengan stok karbon 0,00995 Kg/Ha.Kontribusi serapan CO2 terbesar adalah jenis Tamarundus indica sebesar 0,014 Kg/Bulan, Samanea saman dan Mangifera indica dengan serapan rata 0,013 Kg/Ha, sedangkan yang paling sedikit kontribusi serapan CO2 adalah jenis Ficus sp yaitu 0,03 Kg/ha. Rata-rata kemampuan setiap jenisnya dalam mereduksi emisi CO2 adalah 0,02 Kg/ Bulan. Kata Kunci: Biomasa, Reduksi Emisi CO2, dan Kota Banda Aceh.
POTENTIAL OF PLANTS IN CO2 EMISSIONS REDUCTION FOREST CITY IN BANDA ACEH ABSTRACT: The use of fuel oil and gas in Banda Aceh continues to increase along with the increasing number of vehicles. This will increase the amount of carbon dioxide released into the air. Air pollution, along with increased levels of CO2 in the air would be environmentally Banda Aceh is not healthy and can reduce human health. Porpose study was to assess the ability of each plant species in reducing CO2 emissions. The method used in this study is exploratory survey method using Non Destructive design. Measurement of dry weight biomass of trees is calculated using the "allometric equation" based on trunk diameter at breast height (1.3 m). The results showed that the amount of biomass in forests of Banda Aceh 0.91134 kg / ha with carbon stock 0.42999 Kg / ha, biomass is the most abundant in the forest Tibang Kota BNI is 0.66143 kg / ha with the amount of carbon stock 0.30426 kg / ha, while the least amount contained in the forest Mosque Baiturrahman Putro Phang forest park and an average biomass 0,01833Kg / ha carbon stock 0.00995 kg / Ha. Kontribusi largest CO2 uptake is kind of Tamarundus indica of 0.014 kg / Month, Samanea saman and Mangifera indica with average uptake of 0.013 Kg / ha, while the least contribution of CO2 uptake is Ficus sp is 0.03 kg / ha. The average ability of each species to reducing CO2 emissions is 0.02 Kg / Month. Keywords: Biomass, CO2 Emissions Reductions, and Banda Aceh.
PENDAHULUAN Banda Aceh merupakan salah satu Kota yang terdapat di Provinsi Aceh yang memiliki luas wilayah 61,36 m2 dengan jumlah penduduk mencapai 224.209 jiwa (BPS Kota Banda Aceh, 2012). Sebagai ibuKota propinsi, Kota Banda Aceh tidak
luput dari segala aktivitas masyarakat. Peningkatan jumlah penduduk yang tinggi (2,4%/tahun) akan meningkatkan kebutuhan lahan untuk pemukiman dan pembangunan sarana dan prasaranan lainnya. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang ter-
216
Potensi Jenis Tumbuhan di Hutan Kota Banda Aceh dalam Mereduksi Emisi Co2
jadi di Kota Banda Aceh mencapai 12.000-14.000 unit perbulan. Peningkatan jumlah kendaraan tersebut berefek terhadap peningkatan pemakaian bahan bakar minyak (Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh, 2011). Pencemaran udara yang disertai dengan meningkatnya kadar CO2 diudara akan menjadi lingkungan Kota yang tidak sehat dan dapat menurunkan kesehatan manusia, oleh karena itu kosentrasi gas CO2 diudara harus diupayakan tidak terus bertambah naik. Salah satu cara untuk mereduksi CO2 didaerah perkotaan adalah mengurangi emisi karbon dan membangun hutan Kota. Hutan Kota sebagai penyerap karbon (carbon sink) yang paling efektif sehingga dapat mengurangi peningkatan emisi karbon di atmosfer. Tumbuhan yang terdapat di hutan Kota mampu melakukan fotosintesis yang merupakan proses penting dalam memerankan siklus karbon dan memelihara CO2 di atmosfer sekaligus dalam waktu bersamaan juga memerankan siklus oksigen. Berdasarkan informasi dari Dinas Pertamanan dan kebersihan Kota Banda Aceh, luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau hutan Kota yang tersedia tahun 2011 adalah 612,06 Ha dan jumlah pohon yang telah ditanam yaitu 13.350 pohon. Keberadaan RTH Kota Banda Aceh tersebar di beberapa wilayah, akan tetapi keberadaan RTH tersebut belum mampu memberikan nilai ekologi yang bagus terhadap kondisi udara. Hasil studi literatur diperoleh informasi bahwa jenis tumbuhan yang mampu menyimpan karbon dalam jumlah yang besar untuk mengurangi peningkatan emisi CO2 di Kota Banda Aceh masih sangat minim. Jenis tumbuhan yang ditanam di hutan Kota Banda Aceh belum diketahui kemampuan
217
mereduksi CO2, suntuk itu perlu dilakukan penelitian kemampuan hutan Kota sebagai penyerap gas CO2 antropgenik (kegiatan manusia) demi memelihara kualitas udara Kota Banda Aceh yang bersih dalam menetralisisir dampak pencemaran udara dalam rangka pencapaian kualitas udara Kota Banda Aceh yang bersih. METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan Kota Banda Aceh pada bulan Maret 2014 yang meliputi hutan Kota BNI Tibang, hutan Kota Taman Sri Ratu Safiatuddin, hutan Kota Mesjid Raya, hutan Kota Taman Sari dan hutan Kota Taman Putroe Phang. Teknik Pengumpulan Data Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling. Pengambilan sampel tegakan/pohon dilakukan sebanyak 2 kali dari setiap jenis tumbuhan yang diulangi 2 kali dalam jangka waktu 60 hari (untuk mendapatkan perubahan penyimpanan karbon secara signifikan) pada pohon yang sama. Rancangan penelitian lapangan dengan menggunakan metode Non Destructive (untuk tumbuhan tegak) yaitu salah satu cara estimasi karbon tanpa merusak tumbuhan dengan pengukuran berat kering biomassa pohon yang dihitung menggunakan ”allometric equation” berdasarkan pada diameter batang setinggi dada (1,3 m). Pada tahap pertama dilakukan pembuatan plot ukuran 20m x 50m, didalamnya dibuat sub plot dengan ukuran 10 m x 10 m. Pada penelitian ini plot I terletak pada koordinat lintang utara dan selatan begitu juga dengan plot lainnya. Selanjutnya dilakukan pengambilan data primer dengan
Gambar 1. Lokasi Hutan Kota Banda Aceh
218
Amin, dkk.
Tabel 1. Estimasi Biomassa Pohon menggunakan Persamaan Allometrik Bentuk Pohon Pohon bercabang
Allometrik BK= 0.11 ρ D2.62
Sumber Ketterings,200l
Pohon tidak bercabang
BK= ρ H D2/40
Hairiah et al,1999
Pisang
BK= 0,030 D2.12
Arifin,2001
Bambu
BK= 0.131 D228
Pripdarsini, 2000
Sengon
BK= 0.0272 D2831
Sugiharto,2002
Pinus
BK= 0.0417 D26576
Waterloo, 1995
Sumber (Hairiah & Rahayu, 2007)
Keterangan: BK = Berat kering, kg/pohon D = Diameter pohon, cm H = Tinggi pohon, cm ρ = BJ kayu, g cm-3 melakukan sensus di seluruh plot meliputi identifikasi jenis pohon dan pengukuran diameter (DBH) dan tinggi pohon. Menurut Hairiah dan Rahayu (2007), pendugaan biomassa di atas permukaan tanah bisa diukur dengan menggunakan metode langsung (destructive) dan metode tidak langsung (non destructive). Metode tidak langsung digunakan untuk menduga biomassa pohon yang berdiameter ≥ 5 cm, sedangkan untuk menduga biomassa pohon yang memiliki diameter < 5 cm (vegetasi tumbuhan bawah) menggunakan metode secara langsung. Untuk mendapatkan sebaran diameter pohon (diameter ≥ 5 cm), maka pada plot 20m x 50m dilakukan sensus yang masuk kriteria pohon. Setelah mendapatkan gambaran komposisi vegetasi dan sebaran diameter selanjutnya dipilih beberapa pohon secara Purposive yang diharapkan dapat mewakili ketersebaran diameter dan jenis yang ada dilokasi. Selanjutnya dilakukan penghitungan biomassa dengan menggunakan metode Non destructtive sampling, yaitu melakukan dengan tidak merusak. Sampel diambil sebanyak 100 gram disetiap bagian komponen vegetasi organ pohon yang pisahkan antara daun yang muda dengan daun tua (daun, dan cabang) kemudian penimbangan berat basah secara langsung, selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven dengan temperature 800 C selama 2x24 jam sampai diperoleh berat kering konstan dan mengkonversinya menjadi berat kering (biomassa). Pengukuran dan pengambilan sampel dilakukan sebanyak 2 kali dalam kurun waktu 60 hari.
Estimasi Penyerapan Co2 Estimasi penyerapan CO2 dilakukan untuk mengetahui jumlah karbon yang terserap dan tersimpan pada jaringan suatu tumbuhan. Estimasi penyerapan CO2 melalui beberapa tahap yaitu berat jenis, biomasa, karbon yang tersimpan, massa CO2 dan kemampuan penyerapan setiap jenis tumbuhan. Pengukuran Berat Jenis (BJ) Berat jenis (BJ) kayu dari masing-masing jenis pohon dengan jalan memotong kayu dari salah satu cabang, lalu ukur panjang, diameter dan timbang berat basahnya. Masukkan dalam oven, pada suhu 80 oC selama 2x24 jam dan timbang berat keringnya. Hitung volume dan BJ kayu dengan rumus sebagai berikut: Nilai Biomassa tegakan pohon menggunakan formula Volume Pohon (cm3) = Dimana: V = Volume Pohon (cm3) R = Jari-jari pohon = ( T = Tinggi Pohon (Mega, Dkk. 2011)
)
Untuk mencari Berat Jenis (BJ) menggunakan formula BJ (g cm -3) =
( )
(Hairiah & Rahayu, 2007).
Potensi Jenis Tumbuhan di Hutan Kota Banda Aceh dalam Mereduksi Emisi Co2
Biomassa Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, baik berupa produk maupun buangan. Estimasi biomassa tersimpan dalam tegakan/pohon menggunakan persamaan allometrik (Ketterings. 2001 dalam Hairiah 2007); W = 0.11 x BJ x D2.62 Keterangan: W = Biomassa BJ = Berat Jenis D = Diameter Pohon (Ketterings. 2001 dalam Hairiah 2007). Pengukuran Karbon yang Tersimpan Setelah nilai biomasa pada pohon telah ditemukan selanjutya pengukuran karbon yang tersimpan dengan menentukan jenis pohon yang terdapat di hutan Kota Benda Aceh. Estimasi karbon yang tersimpan dilakukan dengan formula: CS = W x 0.46 Keterangan: CS = karbon tersimpan dalam tumbuhan W = Total Biomassa (Brown, S. 1997 dalam Hairiah 2007) Pengukuran Massa CO2 Pengukuran Massa CO2 dilakukan dengan formula: Massa CO2 = Massa Karbon x 1.46 Kemampuan Penyerapan Setiap Jenis Tumbuhan Pengukuran kemampuan penyerapan CO2 oleh setiap jenis tumbuhan dilakukan dengan dengan formula: Dit = (Dt2 – Dt1) / 2
Keterangan: Dit = CO2 yang terserap oleh suatu tumbuhan (dalam waktu 30 hari) Dt1 = CO2 yang terserap pada pengambilan sampel pertama Dt2 = CO2 yang terserap pada pengambilan sampel kedua (Hidayat, 2013)
219
HASIL DAN PEMBAHASAN Biomassa dan Stok Karbon di Hutan Kota Banda Aceh Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa stok karbon di hutan kota Banda Aceh adalah 45 % dari biomasa tumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah biomasa di hutan kota Banda Aceh 0,91134 Kg/Ha dengan stok karbon 0,42999 Kg/Ha, jumlah yang paling banyak stok karbon terdapat di hutan Kota BNI dengan biomasa 0,66143 Kg/Ha dengan jumlah stok karbon 0,30426 Kg/Ha, jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pohon, sebab vegetasi di hutan kota BNI Tibang Masih dalam perawatan yang membutuhkan pemeliharaan yang baik sehingga dapat berfungsi dengan semestinya. Kemudian di ikuti Hutan Taman Sari 0,10370 Kg/Ha dengan stok karbon 0,04770 Kg/Ha, selanjutnya Hutan Kota Taman Putro Phang 0,10245 Kg/Ha dengan stok karbon 0,04559 Kg/Ha, jumlah yang paling sedikit terdapat pada hutan Mesjid Raya Baiturrahman dan Taman Hutan Putro Phang Rata-rata dengan biomasa 0,01833Kg/Ha dengan stok karbon 0,00995 Kg/Ha. Kandungan biomasa dan stok karbon yang terdapat di Hutan Kota Banda Aceh memiliki jumlah yang berbeda, hal ini disebabkan oleh struktur vegetasi pohon yang tidak seimbang, mulai dari jenis pohon, tempat tumbuh, bentuk tanam yang masih menumpuk dan lokasi tanam yang tidak merata. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tyas (2008) yang menyatakan bahwa Pengurangan jumlah pohon per hektar tidak mengurangi jumlah serapan karbon per hektar. Hal ini disebabkan adanya peningkatan besar diameter batang, jumlah daun dan jumlah stomata. Perbedaan tersebut sangat mempengaruhi kondisi serapan CO2 serta kandungan karbon yang disimpan. Perbedaan jumlah stok karbon pada setiap lokasi penelitian disebabkan karena perbedaan komposisi jumlah, dan kondisi tumbuhan pada setiap lokasi, nilai karbon tersimpan menyatakan banyaknya karbon yang mampu diserap oleh tumbuhan dalam bentuk biomassa. Stok karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis vegetasinya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan jenis yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomasanya akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai jenis dengan nilai kerapatan kayu rendah (Rahayu et al, 2007). Hal ini berkaitan dengan (Hairiah & Rahayu,2007) yang menyatakan biomassa merupakan istilah untuk bobot hi-
220
Amin, dkk.
Gambar 2. Biomasa dan Stok Karbon pada Jenis Pohon disetiap Hutan Kota Banda Aceh dup, biasanya dinyatakan sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau komunitas. Sedangkan stok karbon merupakan kandungan karbon absolut dalam biomassa (tumbuhan pada waktu tertentu dengan proporsinya terhadap biomassa total 40 %. Banyaknya jenis pohon yang ditanam pada suatu lahan dapat mengimbangi jumlah karbon yang terbebas di udara. Nilai stok karbon mencerminkan dinamika karbon dari sistem penggunaan lahan yang berbeda, yang nantinya digunakan untuk menghitung 'timeaveraged karbon di atas permukaan tanah pada masing-masing sistem. Timeaveraged karbon tergantung pada laju akumulasi karbon, karbon maksimum dan minimum yang tersimpan dalam suatu sistem penggunaan lahan, waktu untuk mencapai karbon maksimum dan waktu rotasi (Palm et al., in press dalam Rahayu etal,). Serapan Co2 Di Hutan Kota Banda Aceh Pohon menyerap CO2 melalui proses fotosintesis dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbon organik (karbohidrat) serta menyimpannya dalam bentuk biomassa pada batang, daun, akar, umbi, buah, dan lain lain. Keseluruhan hasil dari proses fotosintesis ini akan hilang melalui berbagai proses, seperti respirasi dan dekomposisi. Jumlah karbon tersimpan dapat menggambarkan berapa banyak CO2 yang diserap oleh tumbuhan untuk kemudian diproses melalui fotosintesis. Hasil dari fotosintesis kemudian disebarkan ke seluruh bagian tumbuhan dan akhirnya menjadi biomassa (Sri ,dkk., 2013). Jadi, dengan melakukan penghitungan biomassa tumbuhan pada setiap hutan Kota Banda Aceh dapat menggambarkan berapa banyak CO2 yang diserap oleh tumbuhan tersebut sehingga berdampak menurunnya jumlah CO2 yang terdapat dikawasan Hutan Kota Banda Aceh. Rata-rata Se-
rapan CO2 di Hutan Kota Banda Aceh disajikan pada Tabel 2. Hasil penelitian menunjukkan kontribusi serapan CO2 terbesar terdapat pada jenis Tamarundus indica sebesar 0,014 Kg/Bulan. Hal tersebut disebabkan oleh ukuran daun kecil dengan jumlahnya yang banyak, ukuran pada diameter pohon yang lebih besar dibandingkan tingkat pertumbuhan lainnya serta yang paling penting jumlah individu dan ukuran individu pada tingkat pohon yang lebih besar sehingga menghasilkan biomassa dan karbon yang besar pula, stok karbon berkorelasi positif dengan besarnya biomassa yang berarti semakin besar simpanan biomassa maka stok karbon akan semakin tinggi sehingga potensi serapan CO2 juga semakin banyak. Selain itu, kontribusi serapan CO2 terdapat pada jenis Samanea saman dan Mangifera indica dengan serapan rata 0,013 Kg/Ha sebagai jenis tumbuhan kedua yang paling tinggi dalam menyerap CO2 yang terdapat di hutan Kota Banda Aceh. Selanjutnya jenis yang paling rendah dalam menyerap CO2 terdapat pada jenis Ficus Sp yaitu sebesar 0,03 Kg/ Bulan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor jumlah jenis yang sedikit, kondisi umur tumbuhan yang masih muda, mempunyai struktur daun yang tebal dan mempunyai getah, sehingga proses asimilasi CO2 sedikit terhambat dan cenderung tidak efektif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Lilik (2007) yang menyatakan bahwa adanya variasi besaran potensi CO2 yang dapat diserap pada masingmasing jenis tanaman yang disebabkan karena beberapa faktor diantaranya jenis tanaman, kondisi tapak, dan kerapatan tanaman (populasi). Faktor tersebut sangat mempengaruhi jumlah serapan yang dilakukan oleh tanaman tertentu sehingga berdampak kepada perbedaan antara satu jenis tanaman dengan jenis tanaman lainnya. Estimasi setiap jenis tumbuhan dalam mere-
Potensi Jenis Tumbuhan di Hutan Kota Banda Aceh dalam Mereduksi Emisi Co2
221
Tabel 2. Serapan CO2 di Hutan Kota Banda Aceh No
Nama Ilmiah
1 Acacia auriculiformi 2 Pterocarpus Indicus 3 Senna siamea 4 Tamarindus indica 5 Samanea saman 6 Castanopsis cuspidata 7 Cemara Sp. 8 Casuarina equisetifolia 9 Prunus avium 10 Syzygium cumini 11 Terminalia catappa 12 Swietania mahoni 13 Mangifera Indica 14 Azadirachta indica 15 Hura crepitans 16 Spondias dulcis 17 Sterculia quadrifida 18 Hibiscus tiliaceus 19 Ficus Sp. 20 Mimossups elengi 21 Alstonia scholaris 22 Polyalthia longifolia 23 Spathodea campanulata 24 Leucaena Sp. Jumlah
Rata-Rata Biomasa 0,0355 0,0114 0,0556 0,0594 0,0196 0,0244 0,0373 0,0254 0,0398 0,0491 0,0190 0,0179 0,0453 0,0195 0,0329 0,0288 0,0298 0,0304 0,0052 0,0085 0,0107 0,0168 0,0165 0,0052 0,6441
Rata-rata Stok Karbon 0,0163 0,0066 0,0256 0,0273 0,0084 0,0112 0,0172 0,0117 0,0183 0,0226 0,0088 0,0103 0,0208 0,0090 0,0152 0,0133 0,0137 0,0140 0,0024 0,0049 0,0018 0,0039 0,0076 0,0024 0,2932
Serapan CO2 Kg/Bulan 0,009 0,009 0,013 0,014 0,012 0,006 0,010 0,006 0,010 0,012 0,010 0,004 0,013 0,006 0,008 0,008 0,008 0,008 0,003 0,007 0,005 0,006 0,011 0,006 0,204
Gambar 3. Estimasi Setiap Jenis Tumbuhan dalam Mereduksi CO2 duksi CO2 yang terdapat di hutan Kota Banda Aceh disajikan pada gambar 3. Jumlah serapan CO2 tidak terlepas dari jumlah biomasa yang terdapat pada tumbuhan itu sendiri, karena bahan organik pada tumbuhan tidak hanya terdapat pada organ daun, akan tetapi pada organ batang juga mempunyai simpanan karbon
sehingga Biomassa pada batang memiliki kontribusi umumnya paling besar dibandingkan dengan biomassa pada bagian lainnya. Hal ini disebabkan karena batang menyimpan sebagian besar stok hasil fotosintetis untuk pertumbuhan tanaman. Setiap tumbuhan mempunyai karakteristik yang berbeda dalam mengabsorpsi gas-gas tertentu
222
Amin, dkk.
di udara, sehingga dapat merupakan penyangga yang baik terhadap pencemaran udara. Proses penyerapan CO2 pada tumbuhan terjadi melalui proses fotosintesis yang terjadi pada organ tumbuhan yang mengandung klorofil. Tumbuhan membutuhkan CO2 untuk partumbuhannya. Peningkatan konsentrasi CO2 di tmosfir antara lain akan merangsang proses fotosintesa, tumbuhan akan mengurangi CO2 di atmosfer melalui proses fotosinthesis dan menyimpannya dalam jaringan tumbuhan. Sampai waktunya karbon tersebut tersikluskan kembali ke atmosfer, karbon tersebut akan menempati salah satu dari sejumlah kantongkarbon. Semua komponen penyusun vegetasi baik pohon, semak, liana dan epifit merupakan bagian dari biomassa atas permukaan (Riyadi, DAFTAR RUJUKAN BPS Kota Banda Aceh, 2012. Statistik Daerah Kota Banda Aceh. Kota Banda Aceh Dinas Perhubungan Kota Banda Aceh. 2011. https://www.google.com/#q= peningkatan+ kendaraan+bermotor+di+banda+aceh+tahun +2011. d diakses tanggal 12 Desember 2013. Hairiah, K dan Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre ICRAF Southeast Asia Regional Office Bogor. Hidayat, M. 2013. Stock Carbon (Karbon Tersimpan) pada Tanaman Hutan Kota BNI Kota Banda Aceh. Prosiding. Seminar Nasional Biologi. Mega, L. Kirsfianti, L. G. Ari, W. Afiefah, B. dan Tian, P. 2011. Prosedur OperasiStandar (SOP) Untuk Pengukuran Stok Karbon di Kawasan Konservasi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan, Indonesia Kerjasama Dengan International Tropical Timber Organization (ITTO) Bogor.
2012). Karbon juga tersimpan pada bahan organik mati dan produk-produk berbasis biomassa seperti produk kayu baik ketika masih dipergunakan maupun sudah berada di tempat penimbunan. Carbon dapat tersimpan dalam kantong karbon dalam periode yang lama atau hanya sebentar. SIMPULAN Jumlah biomasa yang tersimpan pada setiap jenis habitus pohon di hutan Kota Banda Aceh adalah 0,64 Kg/Ha dengan stok karbon 0,29 Kg/Ha. Kemampuan setiap jenis tumbuhan yang terdapat di hutan Kota Banda Aceh dalam mereduksi emisi CO2 adalah 0,02 Kg/ Bulan.
Pemerintah Kota Banda Aceh, 2012. Profil Hutan Kota BNI Tibang, Kota Banda Aceh. Riyadi, 2012. Penyerapan Karbon pada Tumbuhan Tingkat Tinggi dan Rendah (Konservasi Sumberdaya Hayati Perairan) Universitas Sam Ratulangi Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Perairan. Manado. Sri W, Chairul dan Ardinis, A. 2013 Estimasi Cadangan Karbon di Atas Permukaan Tanah dan Keanekaragaman Jenis Tumbuhan di Hutan Bukit Tangah Pulau Area Produksi PT. Kencana Sawit Indonesia (KSI), Solok Selatan. Jurnal BIOLOGIKA. Volume. 2. No. 1. Tyas, M. B. Heru, D. R. 2008. Sukresno Kajian Kuantifikasi Kandungan Karbon Pada Hutan Tanaman Jati (Tectona Grandis Linn.) Plantation Forest Balai Penelitian Kehutanan Solo. Surakarta.