POTENSI GLUKOMANAN UMBI SUWEG (Amorphophallus campanulatus B) SEBAGAI PANGAN TERAPI BAGI PENDERITA DIABETES MELITUS (GUMMY DIETERY FIBER) Ayu Asri Wulandari; Drs. Sentot Joko Rahardjo, M.Si Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang ABSTRAK Umbi suweg (Amorphophallus campanulatus B) merupakan umbi yang kurang populer dalam pemanfaatannya di masyarakat umumnya tanaman ini digunakan sebagai makanan ternak. Komponen terbesar umbi suweg adalah glukomanan. Glukomanan termasuk heteropolisakarida yang memiliki ikatan rantai utama glukosa dan manosa.Glukomanan memiliki efek terapis bagi penderita diabetes mellitus dengan memperbaiki mRNA gen pro insulin. Perbaikan tersebut yang menyebabkan glukomanan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan terapi penderita diabetes mellitus. Glukomanan diisolasi dari umbi suweg dengan menggunakan hidrolisis enzimatis. Glukomanan dibuat dalam bentuk gummy dietery fiber untuk memudahkan konsumsi masyarakat dalam hal terapi pangan. Efek terapi glukomanan diuji pada hewan coba mencit (Mus Musculus) untuk melihat penurunan kadar gula darah setelah pemberian terapi gummy dietery fiber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen glukomanan dari umbi suweg sebesar 1.02%. hasil tersebut terlalu rendah untuk membuat produk pangan gummy dietery fiber dari glukomanan sehingga dalam pengujian efek terapi digunakan tepung umbi suweg dengan variasi dosis 0.10g/KgBB, 0.13g/KgBB dan 0.15g/KgBB . Sedangkan efek terapi didapatkan pada dosis 0.10g/KgBB dengan nilai R mendekati 1 yaitu 0.985. Kata kunci : Umbi suweg, Glukomanan, Pangan terapi, Diabetes Melitus
PENDAHULUAN Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang disebabkan gangguan dalam sintesa insulin atau adanya resistensi insulin didalam sel βpankreas. Selain itu juga adanya kelebihan kadar gula dalam darah (Gan, 2009). Penyakit tersebut dapat dicegah dengan alternatif berupa diet diabetes melalui asupan makanan serta konsumsi bahan pangan maupun farmasi yang dapat mengurangi asupan glukosa dalam darah tanpa mengurangi nutrisi dalam tubuh. Salah satu bahan yang dapat digunakan sebagai terapi diabetes melitus adalah tanaman endemik umbi suweg.
Umbi suweg Umbi suweg (Amorphophallus campanulatus B) merupakan tanaman herba yang mulai bertunas di awal musim kemarau dan pada akhir tahun di musim kemarau umbinya bisa dipanen (Kasno, 2009). Tanaman tersebut kurang populer dalam pemanfaatannya di masyarakat, biasanya digunakan sebagai pakan ternak. Umbi suweg dijadikan terapi bagi penderita diabetes mellitus dengan mengisolasi komponen dalam umbi suweg yaitu glukomanan. Glukomannan merupakan polisakarda alam yang tidak
dapat dihidrolisis oleh enzim pencernaan di dalam tubuh manusia dan dikenal sebagai senyawa tanpa kalori. Menurut Mulyono (2009),glukomannan sebagai serat pangan atau dietery fiber yang memiliki beberapa sifat fungsional antara lain menurunkan kadar kolesterol dan gula dalam darah, meningkatkan fungsi pencernaan dan sistem imun serta membantu menurunkan berat badan. Glukomanan didalam tubuh memiliki mekanisme dalam memperbaiki mRNA gen pro insulin. Perbaikan tersebut yang menyebabkan glukomanan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan terapi penderita diabetes mellitus (Arum S.S, 2010). Glukomanan dibentuk dalam sediaan pangan berupa gummy maka akan lebih diminati karena tekstur gummy sendiri yang menarik. Sebagai salah satu permen kenyal, gummy memiliki kelebihan yaitu adanya daya kohesi yang lebih besar dibandingkan daya adesi sehingga menyebabkan gummy lebih stabil dalam penyimpanan (Yolla, 2012).
Pembuatan Tepung Umbi Suweg Umbi suweg dicuci bersih sampai, dikupas dan direndam dalam larutan garam dapur untuk menghilangkan lendir. Umbi yang telah direndam, disawut dan dikeringkan dibawah sinar matahari.Umbi suweg kering digiling agar menjadi tepung. Isolasi Glukomanan dari Tepung Umbi suweg secara Enzimatis Tepung umbi suweg dibuat menjadi larutan 33 %, ditambahkan enzim α- amilase sebanyak 0,1 ml, lalu dipanaskan pada suhu 95°C selama 2 jam. selanjutnya hasil hidrolisis disentrifuse sampai terbentuk 2 lapisan yaitu endapan berupa serat-residu lain yang tidak terhidrolisis dan filtrat yang mengandung campuran oligosakarida dan glukomanan. selanjutnya filtrat diekstraksi menggunakan etanol 96% sampai terbentuk endapan dan filtrat. Kemudian disaring untuk memisahkan filtrat dan residu. Residu dicuci dengan etanol dan dikeringkan dalam oven pada suhu 40°C selama 2 jam. Setelah dikeringkan, kemudian digiling sampai terbentuk tepung glukomanan murni.
METODE Bahan Adapun bahan yang digunkan dalam penelitian ini adalah umbi suweg, garam dapur, enzim α-amilase, etanol 95%, Etanol 70 %, glukosa, mencit, pakan mencit dan acarbose . Alat Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, nampan, mesin giling, mesin pres, oven, timbangan, beakerglass, inkubator, sentrifuse, erlenmeyer, corong gelas, kertas saring, tabung reaksi, strip glukotest dan glukotest
Uji Fisikokimia Glukomanan Uji fisiko- kimia glukomanan meliputi uji organoleptis (bentuk, warna, aroma, rasa), pembentukan gel didalam air, pengembangan dalam air dan perekatan dengan air. Pembuatan Gummy Dietery Fiber Gummy Dietery Fiber dibuat dengan cara melarutkan gelatin 5% dengan air panas. Memanaskan agaragar sampai mendidih, kemudian ditambah gula stevia, larutan gelatin ditambahkan dalam larutan agar-agar dan ditambahkan tepung umbi suweg
dengan di didihkan. Setelah mendidih ditambahkan asam sitrat dan natrium benzoate. Larutan didinginkan dalam suhu ruang sampai mengeras. Pengujian Efek Terapi terhadap Mencit Mencit dioptimalisasi selama 5 hari, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar gula darah awal sebelum diberi perlakuan. Uji aktivitas sediaan pada mencit sebagai terapi DM, dibagi dalam 6 kelompok perlakuan, kelompok PI dengan perlakuan dosis 0.10g/kg BB, kelompok P2 dosis 0.13g/kg BB, kelompok P3 dosis 0.15g/kg BB, sedangkan kontrol positif yang diberikan berupa acarbose, kelompok negatif yang diberikan glukosa, dan kontrol glukomanan murni. HASIL PENELITIAN Rendemen Tepung Umbi Suweg Tepung yang didapat sebanyak 579 gram dari 10 kg umbi suweg basah. Tepung berbentuk serbuk halus berwarna kuning kecoklatan dengan Tepung yang dihasilkan dari umbi memiliki kadar air 9,8 % dan kadar pati 30.96 %. Rendemen Glukomanan Hidrolisis 47 gram tepung umbi suweg dengan konsentrasi sebesar 30 % menggunakan enzim α-amylase sebanyak 0,5 mLmenghasilkan rendemen glukomanan sebesar 1.02%. Uji Fisikokimia Glukomanan Hasil uji fisikokimia pada tebel dibawah ini :
-
Coklat kenyal tidak berbau tidak berasa Glukomanan terlarut dalam air - Membentuk fasa gel setelah dipanaskan - Mengembang - berfasa lebih encer ketika ditambahkan asam Gel berwarna putih kecoklatan
- Warna - Tekstur - Bau - Rasa Kelarutan dalam air
Mengembang Merekat
Membentuk gel
Efek Terapi Gummy dietery fiber dari tepung umbi suweg Hasil pengujian efek terapi Gummy dietery fiber dari tepung umbi suweg dapat dilihat pada gambar grafik dibawah ini : Gambar 1. Grafik Kontrol positif (Acarbose) kontrol positif 140 120
sebelum pemberian
100 80
setelah pemberian
60 40
penurunan
20 0 1
2
3
4
5
Gambar 2. Grafik Kontrol negatif kontrol negatif 250
Tabel 1. Hasil glukomanan Uji Organoleptis :
Uji
Fisikokimia
200
sebelum pemberian
150
Glukomanan
setelah pemberian
100
kenaikan
50 0 1
2
3
4
5
Gambar 3. Grafik Kontrol Glukomanan Gambar 7. Grafik Perbandingan Penurunan Perlakuan dan Kontrol Gula Darah ( % )
kontrol glukomanan 200 sebelum pemberian
150 100
% penurunan kadar gula
setelah pemberian
50
160
penurunan
0 1
2
3
4
dosis 1
140
5
dosis 2
Gambar 4. Grafik Perlakuan Dosis 1 (0.10 g/KgBB) dosis 1
%
120
dosis 3
100 kontrol positif 80 kontrol glukomanan
60
150
kontrol negatif
40 1
100
2
3
4
5
awal setelah
50
penurunan 0 1
2
3
4
5
Gambar 5. Grafik Perlakuan Dosis 2 (0.13 g/KgBB) dosis 2 200 150 awal 100
setelah
50
Berdasarkan gambar diatas maka dapat dilihat adanya penurunan pada masing-masing perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol positif dan kontrol glukomanan. Sedangkan pada kelompok kontrol negative terjad kenaikan kadar gula karena adanya asupan glukosa. Perlakuan terbaik untuk menghasilkan penurunan kadar gula yang optimal terdapat pada dosis ke- 1 karena memiliki nalai R yang mendekati 1 yaitu 0.985.
penurunan
PEMBAHASAN
0 1
2
3
4
5
Gambar 6. Grafik Perlakuan Dosis 3 (0.15 g/KgBB) dosis 3 120 100 80
awal
60
setelah
40
penurunan
20 0 1
2
3
4
5
Hasil hidrolisa tepung umbi suweg menghasilkan rendemen glukomanan yang rendah hal ini karena kondisi hidrolisa tidak maksimal meliputi suhu dan juga pH. Hal ini menyebabkan glukomanan yang dihaslkan tidak dapat digunakan dalam pembuatan produk pangan terapi gummy dietery fiber dari glukomanan sehingga pembuatan gummy dietery fiber menggunakan tepung umbi suweg
dengan melakuka konversi kadar glukmanan. Hasil penelitian didapatkan bahwa penggunaan tepung dapat menurunkan kadar gula dalam darah sehingga dapat digunakan sebagai terapi DM. akan tetapi tepung umbi suweg masih mengandung berbagai macam komponen karbohidrat lain misalnya pati dan serat yang dapat mempengaruhi kadar gla sehingga penurunan yang dihasilkan juga tidak optimal dibandingkan penggunaaan glukomanan murni. KESIMPULAN 1. Rendemen yang dihasilkan dari hidrolisis umbi suweg sebesar 1.02 % yaitu 0.49 g dari 47 g tepung umbi suweg dengan hidrolisis menggunakan α-amylase suhu 95˚C 2. Gummy dietery fiber dari tepung umbi suweg menunjukkan aktivitas terapi penurunan kadar gula darah pada dosis terbaik yaitu dosis I 0.10g/KgBB SARAN Dilakukan penelitian lanjutan tentang hidrolisis agar didapatkan rendemen glukomanan yang lebih optimal serta adanya penelitian tentang pengaruh komponen lain yang terdapat dalam tepung umbi suweg terhadap kadar gula dalam darah. DAFTAR RUJUKAN Arum
S.S, dkk. 2010. Studi Glukomanan Sebagai Alternatif Pencegahan Diabet. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Brawijaya, Malang
Gan,
Sulistia. Gunawan. 2009. Farmakologi dan Terapi. Universitas Indonesia. Jakarta Kasno, dkk. 2009. Pengaruh Bobot Bibit Terhadap Pertumbuhan, Hasil Dan Kualitas Umbi Suweg (Amorphophaltus Campanulatus B1.) Pada Berbagai Umur.Buletin Agronomi Vol.XVII No.1 Mulyono, E., Risfaheri, Misgiyarta, A.W. Permana, dan F. Kurniawan. 2009. Teknologi Produksi Tepung Mannan dari Umbi lies-lies (Amorphophallus Oncophillus) Yang Dapat Menghasilkan Rendemen 85% dan Derajat Putih 80%. Makalah pada Seminar Hasil Penelitian SINTATA. 2009, 910 Oktober 2009. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta Yolla.
2012. Pengaruh Proporsi Ekstrak The Hijau dan Lama Waktu PenyeduhanTerhadap Kadar Kafein dan Sifat Organoleptik Permen Jelly The Hijau.(Online), (www.scribd.com/doc/10037904 2/Outline diakses 20 febuari 2013)