POTENSI BERAS MERAH UNTUK PENINGKATAN MUTU PANGAN Didi Suardi K. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi Sumberdaya Genetik Pertanian, Jalan Tentara Pelajar No. 3A, Bogor 16111
ABSTRAK Beras merah sudah lama diketahui sangat bermanfaat bagi kesehatan, selain sebagai makanan pokok, seperti menyembuhkan penyakit kekurangan vitamin A (rabun ayam) dan vitamin B (beri-beri). Beras merah juga bermanfaat untuk mengatasi kekurangan gizi bagi penduduk. Beberapa penelitian dan pengalaman masyarakat menunjukkan pigmen antosianin yang merupakan sumber pewarna dari biji-bijian dan buah-buahan berperan sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai penyakit seperti jantung koroner, kanker, diabetes, dan hipertensi. Namun demikian, padi beras merah yang umumnya adalah padi gogo mempunyai produktivitas rendah serta penelitian padi beras merah belum menjadi prioritas. Beras merah juga terbatas dipasarkan dan harganya relatif tinggi. Dengan makin meluasnya permasalahan terhadap kesehatan, potensi padi beras merah perlu digali lebih intensif melalui berbagai penelitian. Hasil penelitian menunjukkan Oryza glaberrima dengan warna beras merah berpeluang menjadi tetua dalam pemuliaan untuk mendapatkan padi beras merah toleran kekeringan, umur genjah, dan kadar protein tinggi. Beberapa galur persilangan F6 BP140F/Silugonggo//O. glaberrima///Silugonggo memperlihatkan warna beras merah yang bervariasi dengan kadar protein relatif tinggi, tanaman pendek, umur sangat genjah, dan relatif toleran kekeringan. Dari galur-galur turunan F6 dan seterusnya diharapkan dapat diperoleh varietas padi yang sesuai untuk lahan sawah tadah hujan beriklim kering untuk meningkatkan produksi beras, memperbaiki konsumsi gizi atau minimal menambah koleksi plasma nutfah padi. Kata kunci: Padi, O. glaberrima, kekeringan, kadar protein
ABSTRACT Potency of red rice in increasing food quality Red rice had been known for long time ago having some benefits for human health especially to solve malnutrition of vitamins A and B. In recent year red rice could be used to alleviate malnutrition. Results of experiments and experiences indicated that anthocyanin pigmen as a source of grains and fruits colour is very useful as antioxidants to prevent cardiovascular diseases, cancer, diabete, and blood hypertense. However, in general red rice is upland rice with low productivity and researches on this type of rice is limited. Red rice availability in the market also limited and its price is higher compared with white rice. In line with the increasing problem of human health, the potency of red rice should be studied intensively. Results of experiments indicated that Oryza glaberrima which have red rice had more chance as parent in rice breeding for drought tolerance, short duration and high protein content. F6 lines derived from BP140F/Silugonggo//O. glaberrima///Silugonggo showed red color of grains with high protein content, short stem and duration, and relatively tolerant to drought. New lines or varieties derived from these crosses were expected suitable for dry climate areas to increase rice production and help to solve malnutrition. Red rice lines might be benefit to increase rice germplasm collection. Keywords: Rice, O. glaberrima, drought, protein content
K
ekurangan makanan dan nutrisi menjadi permasalahan besar bagi masyarakat miskin. Di sisi lain pada sebagian penduduk yang mampu terjadi kelebihan lemak dan karbohidrat. Pola makan yang tidak seimbang dengan lemak dan karbohidrat tinggi dinilai dapat memicu berbagai penyakit, antara lain kolesterol tinggi dan perlemakan hati serta radang hati akibat perlemakan nonalcoholic steatohepatitis (NASH). Beras merah sudah lama diketahui bermanfaat bagi kesehatan, selain sebagai Jurnal Litbang Pertanian, 24(3), 2005
pangan pokok. Namun padi beras merah yang umumnya adalah padi gogo kurang populer sebagai makanan pokok masyarakat. Demikian juga dalam kegiatan penelitian, padi beras merah tidak menjadi prioritas untuk diteliti. Ling et al. (2001) menyatakan padi beras merah banyak ditanam terutama di Asia Selatan, Italia, Yunani, dan Amerika Serikat. Di Cina, beras berwarna dipercaya sebagai makanan sehat, tetapi belum ada penelitian yang membuktikan bahwa mengonsumsi beras merah dan hitam berpengaruh pada
penyakit atherosklerosis atau pembuluh darah. Tepung beras merah pecah kulit diinformasikan mengandung karbohidrat, lemak, serat, asam folat, magnesium, niasin, fosfor, protein, vitamin A, B, C, Zn, dan B kompleks yang berkhasiat untuk mencegah berbagai macam penyakit, seperti kanker usus, batu ginjal, beri-beri insomnia, sembelit, dan wasir, serta mampu menurunkan kadar gula dan kolesterol (Anonim 2004a). Beras terutama beras merah, di samping merupakan 93
sumber utama karbohidrat, juga mengandung protein, beta-karoten, antioksidan dan zat besi (Frei 2004). Menurut Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat (1995), beras merah tumbuk mengandung protein 7,30%, besi 4,20%, dan vitamin B1 0,34%. Ekstrak larutan beras merah dapat menunjang kemampuan tubuh dalam mengatur kadar kolesterol darah (Anonim 2004b). Larutan beras merah mengandung protein dan berbagai asam amino, asam lemak tidak jenuh (12%) dan sterol yang dapat mengurangi sintesis kolesterol dalam hati. Asam lemak tidak jenuh sangat esensial sebagai obat antitrombotik dan hipolepidemik. Selain itu asam linolenat mampu menurunkan lipoprotein densitas rendah (LDL) bagi penderita hiperkolesterolemia (berisiko jantung koroner) serta mengobati sindrom prahaid dan eksemenia atopik (Rahmat 2000). Ekstrak beras merah menurunkan secara nyata total kolesterol hingga 23%, LDL (kolesterol buruk) 28,60%, dan trigliserida 36,50%, serta meningkatkan HDL (kolesterol baik) 19,60% (Anonim 2004b). Beras merah dan hitam varietas lokal dari Filipina dan Malaysia mengandung betakaroten hingga 0,13 dan 0,38 ug. Beras merah dan hitam ini selain sangat mendukung penyerapan partikel ke dalam tubuh dan konversi beta-karoten ke dalam vitamin A, juga merupakan senyawa antioksidan dan anti-inflamatori yang dalam tubuh dampaknya mengarah kepada antikanker (Frei 2004). Di IRRI, beras dengan warna lapisan perikarp ungu sampai merah mempunyai kandungan riboflavin dan protein kasar lebih tinggi dari varietas-varietas IRRI (Villareal dan Yuliano 1989). Konsumsi beras merah dan hitam dapat mengurangi perkembangan atherosklerosis yang dirangsang oleh penahanan kolesterol. Beras merah mempengaruhi peningkatan serum HDL dan konsentrasi apo A-1, serta meningkatkan antioksidan dan menurunkan status mekanisme oksidatif dari antiaterogenik (Ling et al. 2001).
PENELITIAN PADI BERAS MERAH Penelitian padi beras merah di Indonesia belum menjadi prioritas. Varietas Bahbutong yang dilepas tahun 1985 (Djunainah et al. 1985) dan mempunyai kulit ari (aleuron) berwarna merah dan hasil tinggi (4−5 t/ha), ternyata tidak berkembang di 94
kalangan petani. Berbagai manfaat beras merah serta prospek dan potensinya yang cukup tinggi, perlu mendapat perhatian. Beras merah yang diperoleh dari pasar tradisional menunjukkan warna yang bervariasi, dari kemerahan sampai merah tua (Gambar 1), demikian pula rasanya. Penyajian nasi beras merah di beberapa rumah makan terutama di daerah Subang dan Cianjur (Jawa Barat) dalam bentuk nasi timbel cukup mendapat perhatian konsumen karena rasanya yang khas. Meskipun nasi beras merah terasa sedikit kasar dan kesat, beberapa jenis lokal ternyata cukup enak (pulen) dan beraroma. Campuran atau kombinasi dalam penyajian nasi beras merah dengan nasi putih merupakan salah satu usaha dalam membiasakan diri mengonsumsi nasi beras merah (Gambar 2). Harga beras merah relatif tinggi, di pasar tradisional berkisar Rp2.500-Rp3.000/liter dan di toko swalayan dapat mencapai Rp6.600/kg. Di Amerika Serikat, beras merah yang dijadikan sebagai beras komersial diklasifikasikan sebagai Oryza sativa dengan subspesies indica dan beberapa termasuk subspesies japonica (Vaugan et al. 2001). Padi beras merah umumnya merupakan gulma bagi tanaman padi yang diusahakan sehingga dapat menurunkan hasil. Di Amerika Latin, padi beras merah merupakan gulma utama pada padi (Avila dan Marchezan 2000; Greer 2003). Di India, penelitian padi beras merah telah menghasilkan beberapa varietas unggul seperti TPS 1 yang berumur
Gambar 1. Beberapa warna beras merah dari pasar tradisional di Sumedang (atas), Bogor (kanan atas dan bawah), pasar swalayan Bogor (kiri bawah) dan Kadipaten (kiri atas).
Gambar 2.
Sajian kombinasi nasi beras merah dan nasi putih.
genjah, potensi hasil 7,80 t/ha dan rasa nasi enak (Kalaimani et al. 1987). Varietas Deepthi merupakan varietas unggul padi beras merah untuk dataran tinggi dengan potensi hasil mencapai 4 t/ha (The Hindu 2004).
Pigmen Antosianin Pigmen antosianin pada beras berwarna tidak hanya terdapat pada perikarp dan tegmen (lapisan kulit) beras, tetapi juga pada setiap bagian gabah bahkan pada bagian tanaman lainnya seperti kelopak daun (Chang dan Bardenas 1965). Antosianin terdapat pada buah-buahan, kacang-kacangan, padi-padian, serealia, sayuran, dan beberapa bahan pangan lainnya (Suda et al. 2003). Ubi jalar ungu yang rasanya manis mengandung antosianin yang berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, hepatoprotektif antihipertensi dan antihiperglisemik (Suda et al. 2003). Kandungan antosianin pada ubi jalar ungu lebih tinggi daripada ubi yang berwarna putih, kuning, dan jingga. Di antara ubi jalar ungu, kultivar Ayamurasaki dan Murasakimasari merupakan sumber pigmen antosianin dengan produksi dan kestabilan warna yang tinggi. Warna pigmen antosianin berbeda-beda, bergantung pada pH larutan medianya. Warna merah, ungu dan biru disebabkan pH larutan berturutturut bersifat asam, netral dan alkalis. Kobori (2003) meneliti beberapa umbi-umbian yang mengandung pigmen antosianin dan pengaruhnya pada penghancuran penyakit kanker. Ekstrak buah pare ternyata paling berpengaruh terhadap penekanan pertumbuhan HL60 sel leukemia pada manusia hingga 60%, sedangkan ekstrak ubi jalar mencapai 35− 55% dibanding kontrol. Jurnal Litbang Pertanian, 24(3), 2005
Menurut Chang dan Bardenas (1965) pigmen antosianin pada beras merah tidak hanya terdapat pada kulit beras, tetapi dapat meliputi seluruh bagian beras seperti pada padi O. glaberrima. Seperti pada ubi jalar ungu (Kobori 2003), pigmen antosianin ini berperan sebagai senyawa antioksidan dalam pencegahan beberapa penyakit seperti kanker, diabetes, kolesterol, dan jantung koroner.
Oryza glaberrima dan Penelitian Padi Toleran Kekeringan Hasil penelitian toleransi kekeringan aksesi padi liar O. glaberrima memperlihatkan bahwa aksesi tersebut toleran terhadap kekeringan dan berumur lebih genjah dibanding padi liar lain (Suardi dan Abdullah 2003; Suhartini et al. 2003; Suardi et al. 2004; Tabel 1 dan 2). O. glaberrima menurut Enriquez et al.(2001) dan Jones et al. (2001) telah dikembangkan oleh petani di Afrika Barat sejak lebih dari 3.500 tahun yang lalu. Padi beras merah ini tahan hama dan penyakit serta toleran kemasaman tanah, keracunan besi, kekeringan, suhu, dan genangan. Selain sifat-sifat itu O. glaberrima memiliki daya saing tinggi terhadap gulma, umur sangat genjah dan kandungan protein lebih tinggi 2−5% dari padi biasa, namun mudah rebah dan jumlah gabah per malai sedikit. Penampilan padi O. glaberrima terdapat pada Gambar 3. Kekeringan merupakan kendala bagi peningkatan produksi tanaman pada lahan tadah hujan bahkan lahan sawah irigasi. Kekeringan terjadi hampir setiap tahun yang disebabkan oleh musim hujan yang tidak menentu, terlalu cepat berakhir, penanaman terlambat, dan pengairan yang umumnya sangat bergantung pada air hujan. Oleh karena itu, penelitian untuk mendapatkan varietas padi toleran kekeringan, dengan umur genjah dan produksi tinggi perlu mendapat prioritas. Perbaikan sifat toleransi terhadap kekeringan pada padi mulai padi lokal hingga padi unggul modern masih sangat terbatas. Varietas padi toleran terhadap kekeringan yang telah dilepas adalah Gajah Mungkur dan Kelimutu yang merupakan padi gogo (Harahap et al. 1995), dan IR52 untuk padi sawah ( IRRI 1983 ). Beberapa padi sawah yang relatif toleran kekeringan dengan perakaran Jurnal Litbang Pertanian, 24(3), 2005
kekeringan berdasarkan daya tumbuh yang tinggi pada media PEG 8000 (Balch et al. 1996). Di Jepang, pemuliaan pada tahun 1996 menghasilkan varietas Yumenohatamochi yang mempunyai perakaran dalam dan sangat tahan terhadap kekeringan (Nemoto 2000), sedangkan varietas Toyohatamochi selain relatif tahan kekeringan juga berumur sangat genjah. Varietas Toyohatamochi telah ditanam pada setengah areal lahan kering di Jepang. Di Indonesia, varietas padi toleran kekeringan belum ditanam secara luas di
cukup dalam adalah Cipunegara, Cisadane, Krueng Aceh, Ayung dan galur B2790b yang relatif sama dengan Salumpikit dan DM 59 (Suardi 2002). Padi liar yang merupakan sumber gen ketahanan terhadap cekaman biotik dan abiotik (Khush 2000) menjadi salah satu harapan. Penggunaan tetua padi liar seperti O. glaberrima dapat dipertimbangkan dalam perakitan varietas padi toleran kekeringan, berumur genjah, serta daya hasil tinggi dan stabil. Penelitian di Meksiko menghasilkan varietas Chiapas, padi sawah tadah hujan yang toleran
Gambar 3.
Ratoon padi O. glaberrima (kiri) dan daya tembus akar beberapa aksesi padi liar (O. glaberrima no. 1 di tengah) (kanan).
Tabel 1. Perakaran padi liar toleran kekeringan, rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi Sumber Daya Genetik Pertanian, MK 2002.
Asesi padi liar
O. glaberrima O. nivara O. nivara O. ridleyi O. alta O. punctata O. glumaepatula O. punctata O. rufipogon O. australiensis O. barthii O. minuta Gajah Mungkur IR64
No. asesi
101297 103821 102175 100877 105143 105153 101960 105920 100211 105264 104384 101141 kontrol kontrol
Ulangan
Jumlah akar tembus lilin
3 2 2 2 2 2 5 2 2 2 3 2 2 0
9 8 7 7 6 6 6 6 6 5 5 5 8 −
Panjang akar tembus lilin 45 25,70 20 16 27 19 16,30 10 9 20 19,10 13 25 −
Diameter akar primer
Jumlah akar tembus akar
Indeks tembus akar
1 0,80 0,70 0,90 0,90 1 0,80 0,90 0,50 0,70 0,60 0,50 0,90 −
24 28 28 16 20 14 23 20 22 17 14 19 12 −
0,37 0,28 0,25 0,44 0,30 0,43 0,26 0,30 27 0,29 0,36 0,26 0,67 −
− = tidak ada data/benih mati. Sumber: Suardi et al. (2004)
95
Tabel 2. Perakaran padi liar toleran kekeringan, rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi Sumber Daya Genetik Pertanian, MK 2003.
Asesi padi liar
No. asesi
O. glaberrima O. nivara O. nivara O. ridleyi O. alta O. punctata O. glumaepatula O. punctata O. rufipogon O. australiensis O. barthii O. minuta Gajah mungkur
101297 103821 102175 100877 105143 105153 101960 105920 100211 105264 104384 101141 kontrol
Jumlah Panjang akar Ulangan akar tembus tembus lilin lilin 12 10 15 − 8 13 12 7 16 6 16 4 17
5,40 4,20 5,10 − 3,10 2,30 3,90 2,40 5,60 3,30 3 − 3,10
28,60 25,50 9 − 11,20 12,90 8,90 10,40 11,40 14,30 25,40 − 13,80
Jumlah Diameter akar akar tembus primer akar 0,70 0,50 0,50 − 0,40 0,70 0,50 0,60 0,60 0,40 0,60 − 0,40
13,80 11,40 13 − 9,10 10,80 17,40 8,70 14,50 11,20 15,90 4,70 8,10
Indeks tembus akar 0,39 0,37 0,39 − 0,34 0,21 0,22 0,27 0,39 0,29 0,19 − 0,38
− = tidak ada data/benih mati. Sumber: Suardi et al. (2004)
lahan kering iklim kering. Penggunaan O. glaberrima sebagai tetua persilangan diharapkan dapat menghasilkan varietas yang dapat diterima secara luas, karena selain toleran kekeringan dan berumur genjah, O. glaberrima mempunyai pigmen antosianin merah pada kulit gabah dengan warna beras hitam kotor dan merah tua. Dibanding varietas lokal beras merah Jabar 21181 dan varietas unggul Silugonggo, Sintanur, dan IRAT112 (Gajah Mungkur), O. glaberrima bermalai lebih kaku dan lurus (Gambar 4). Kandungan antosianin merah pada O. glaberrima mencapai bagian gabah dan beras, sedangkan pada padi lokal Jabar 21181 hanya pada bagian aleuron atau lapisan kulit ari beras (Gambar 5).
(8−10/rumpun), malai lebat dan bernas (200−250 gabah/malai), tinggi tanaman sedang (80−100 cm), daun tegak berwarna hijau tua, berumur sedang (100−120 hari), perakaran vigor dan dalam, dan tahan
terhadap hama/penyakit utama. Sifat-sifat ini sangat penting untuk mencapai potensi hasil yang tinggi. Gabah hampa yang tinggi pada PTB diharapkan dapat diatasi melalui persilangan dengan varietas yang memiliki gabah hampa rendah seperti Silugonggo. Hasil persilangan PTB BP140F dengan Silugonggo menghasilkan turunan F1 yang kemudian disilangkan dengan O. glaberrima, dan disilang balik dengan Silugonggo. Persilangan BP140F/Silugonggo//O. glaberrima///Silugonggo menghasilkan keturunan F3 dan F4 dengan beras selain putih juga berwarna merah (Suardi dan Ridwan 2004a, 2004b). Pigmen antosianin mewarnai beras pecah kulit (Gambar 5). Galur persilangan ini mempunyai kandungan protein pada beras pecah kulit yang lebih tinggi dari IR64 dan Sintanur (Tabel 3 dan 4), serta relatif toleran kekeringan berdasarkan uji daya tembus akar. Kadar protein beras hasil persilangan ini berada dalam kisaran kadar protein beras di IRRI yang mengandung protein 4,30–18,20% (Gomez 1979). Penampilan tanaman, gabah, beras dan umur dari galur-galur persilangan sampai turunan F5 umumnya mirip atau
Persilangan O. glaberrima x O. sativa Pada tahun 1990-an West Africa Rice Development Association (WARDA) telah berhasil menyilangkan padi O. glaberrima x O. sativa dan melepas beberapa varietas padi New Rice for Africa (NERICA) yang produksinya tinggi, berumur genjah, toleran kekeringan dan kadar protein tinggi (Jones et al. 2001; Kennedy et al. 2002; Ikeda 2004). Varietas padi yang menjadi primadona sekarang ini adalah padi tipe baru (PTB) yaitu tipe padi yang dirumuskan oleh IRRI (Khush 1995; 1999). Prototipe PTB mempunyai sifat-sifat penting seperti anakan produktif sedang 96
Gambar 4.
Malai, gabah dan beras beberapa varietas padi dibandingkan dengan Oryza glaberrima.
Gambar 5.
Warna beras pecah kulit O. glaberrima (paling kiri), Jabar 21181(paling kanan) dan galur persilangan F3 (BP140F/Silugonggo//O.glaberrima/ //Silugonggo (tengah). Jurnal Litbang Pertanian, 24(3), 2005
Tabel 3. Daya tembus akar galur persilangan padi BC1F3 (BP140F/Silugonggo//O. glaberrima///Silugonggo), Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, MH 2003/2004.
No. galur
Jumlah akar tembus lilin
2-2 2-5 3-4 5-1 5-3 7-1 7-3 7-5 Silugonggo O. glaberrima Jabar IR64
3 3 2 3 2 1 2 1 3 − − 3
Diameter akar tembus lilin (mm)
Panjang akar tembus lilin (cm)
Jumlah akar primer
Tinggi tanaman (cm)
Jumlah anakan/ rumpun
Jumlah malai/ rumpun
0,70 0,50 0,20 0,30 0,40 0,20 0,20 0,40 0,30 − − 0,30
8 7 6,50 8 8 6 5 7 4,70 − − 7,90
14 15 11 12 14 15 13 12 13 − − 13
118 112 108 113 110 97 104 111 105 − 116 120
12 26 18 24 22 26 25 27 21 − 19 28
12 26 15 17 19 17 20 16 14 − 17 25
Bobot Umur gabah tanaman (g/rumpun) (hari) 22,20 27,70 25,60 14 19,80 20 35,60 24,30 22,70 − 33 39,30
92 92 92 94 94 94 94 94 93 − 115 120
Warna gabah pecah kulit
Kadar protein (%)
Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Putih Merah Merah Putih
16,10 13,90 18,20 17,50 21,40 16,60 18,70 19,80 16,10 18,10 15,70 16,30
Sumber: Suardi dan Ridwan (2004b)
Tabel 4. Daya tembus akar galur persilangan padi BC1F4 (BP140F/Silugonggo//O.glaberrima///Silugonggo) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, MK 2004. Jumlah Diameter Panjang akar akar akar tembus tembus tembus lilin lilin (mm) lilin (mm) 2-2-4 4 0,20 10 2-2-10 3 0,30 10,50 2-2-6 2 0,30 10,50 3-4-4 − − − 7-3-7 − − − Silugonggo 2,50 0,30 9,80 O. glaberrima 5 0,50 20,70 Gajah Mungkur 6,70 0,50 22,50 Jabar 2,50 0,30 9 IR64 2,20 0,40 11,60 Sumber: Suardi (2004; tidak dipublikasikan) No. galur
sama dengan Silugonggo, namun beberapa galur mempunyai umur dan tinggi hampir sama dengan IR64 (Gambar 6 dan 7). Sifat-sifat tanaman seperti Silugonggo ini akan sangat menunjang peningkatan produsi padi lahan kering iklim kering. Penelitian pada MH 2004/2005 di rumah kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian pada turunan F5 menunjukkan potensi hasil yang tinggi. Selain gabah berwarna merah, beberapa galur mempunyai kandungan protein tinggi dan umur tanaman sangat genjah. Galur No. 34-4-3 mempunyai hasil gabah per rumpun lebih tinggi dari Silugonggo dan IR64, kadar protein relatif paling tinggi dan berumur sangat genjah (Tabel 5 dan 6). Jurnal Litbang Pertanian, 24(3), 2005
Jumlah akar primer 20 11 25 16 15 18 13 13 13 18
Tinggi Jumlah Jumlah Umur Bobot Persen tanaman anakan/ malai/ tanaman gabah gabah (cm) rumpun rumpun (hari) (g/rumpun) hmp 112 105 100 103 97 90 97 102 100 100
17 16 22 15 14 21 8 4 10 14
17 16 21 15 14 19 8 4 9 10
Galur persilangan No. 7-3-7-6 mempunyai hasil relatif tinggi dan umur paling genjah (90 hari). Di daerah iklim kering dengan curah hujan singkat seperti Jakenan (Kabupaten Rembang), pola tanam gogo rancah dan walik jerami biasa dilakukan dengan varietas padi umur genjah untuk peningkatan hasil (Boling et al. 2000). Pola seperti ini dapat diterapkan pada daerah lain di Indonesia untuk meningkatkan produksi padi. Padi berumur genjah mempunyai nilai ekonomi tinggi karena pertumbuhannya cepat, mampu berkompetisi dengan gulma dan memerlukan air relatif sedikit selama pertumbuhan, sehingga mengurangi biaya pengelolaan (Khush 1995; Khush et al. 2001). Padi umur genjah juga dapat
112 112 112 110 110 111 110 112 112 120
1,40 3,40 3,30 4 3,90 3,50 1,20 3,50 2,90 3,40
34,10 26,30 20 8 10,60 7,90 14,20 7,90 10 23,30
Warna gabah pecah kulit Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Putih Merah Putih
Kadar protein (%) 12,60 13,30 14,50 10,80 15,30 11,30 16,90 − 9,90 9,90
meningkatkan intensitas tanam dan pemanfaatan lahan. Padi dengan kadar protein tinggi sangat bermanfaat dalam perbaikan gizi masyarakat. Selain itu, mengonsumsi beras merah dapat mencegah penyakit seperti kanker, kolesterol dan jantung koroner dengan biaya yang relatif sangat murah. Hofman (2004) menginformasikan pentingnya kontribusi (bantuan) untuk rakyat yang kekurangan pangan, yang masih sangat tinggi jumlahnya di dunia ketiga, tertinggi di Asia Selatan, Afrika dan Asia Timur, diikuti oleh Asia Tenggara, Amerika Selatan dan Timur Tengah. Setiap hari 25.000 orang meninggal karena kekurangan gizi yang menahun. 97
an pangan dan perbaikan kualitas sumber daya manusia.
KESIMPULAN
Gambar 6.
Gabah dan beras pecah kulit O. glaberrima (atas), Jabar 21181 (kiri bawah) dan turunan F5 BP140F/ Silugonggo// O. glaberrima/ /Silugonggo (kanan bawah).
Padi diharapkan dapat mendukung upaya meningkatkan ketahanan pangan dan mengatasi kekurangan gizi (Cantrell dan Reeves 2002), meskipun beras dalam salah satu sisi relatif sedikit mengandung nutrisi kecuali karbohidrat. Peningkatan
Gambar 7.
Penampilan turunan F5 (BP140F/Silugonggo//O. glaberrima///Silugonggo dan IR64.
mutu beras merupakan salah satu alternatif untuk menanggulangi akibat atau dampak kekurangan gizi. Penelitian yang lebih intensif terhadap mutu padi beras merah diharapkan dapat memberikan sumbangan nyata terhadap ketahan-
Tabel 5. Tajuk dan umur tanaman galur persilangan F 5 (BP140F/Silugonggo//O. glaberrima///Silugonggo) , rumah kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, MH 2004/2005. No. Galur
7-3-7-6 3-4-4-3 2-2-6-2 3-4-4-1 2-2-10-3 2-2-6-5 2-2-10-4 2-2-6-3 7-3-7-3 7-3-7-7 Silugonggo IR64 Jabar 21181
Tinggi Jumlah tanaman anakan (cm) (cm) 108 121 121 117 123 111 117 121 101 104 99,50 106 108
20 28 26 21 23 18 21 27 24 25 30 26 32
Jumlah malai 18 27 26 18 23 18 18 26 24 25 29 23 30
Sumber: Suardi (2005; tidak dipublikasikan)
98
Panjang Panjang Umur daun malai tanaman bendera (cm) (hari) (cm) 27 29 29 28 30 26 28 29 27 28 27 23 27
47 47 52 43 44 54 40 48 53 56 45 37 47
90 99 98 99 102 98 102 98 90 90 102 102 106
Padi beras merah yang telah diketahui kegunaannya sejak lama, perlu mendapat prioritas dalam penelitian untuk menanggulangi masalah kekurangan pangan dan gizi. Kandungan pigmen antosianin dalam beras merah yang diyakini mampu mencegah berbagai penyakit seperti kanker, kolesterol, dan jantung koroner perlu dianalisis lebih jauh penggunaan dan manfaatnya. O. glaberrima mempunyai peluang besar untuk menjadi tetua dalam persilangan padi unggul. Hasil persilangan diharapkan mempunyai sifat-sifat hasil tinggi, umur genjah, toleran kekeringan dan lahan bermasalah, protein tinggi, dan sebagai sumber pigmen antosianin dengan beras berwarna merah. Varietas padi dengan sifat-sifat seperti itu diharapkan dapat berperan dalam penyediaan pangan untuk daerah lahan kering beriklim kering. Perbaikan padi tipe baru melalui persilangan dengan O. glaberrima atau padi
Tabel 6. Komponen hasil dan kadar protein beras pecah kulit galur persilangan F 6 (BP140F/Silugonggo//O. glaberrima/// Silugonggo), rumah kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, MH 2004/05.
No. Galur
Bobot gabah (g/pot)
Bobot1.000 Kadar butir gabah protein (g) (%)
7-3-7-6 88,80 21,70 13,10 3-4-4-3 82,80 24,70 17 2-2-6-2 81,90 23,70 11,80 3-4-4-1 78,50 23,20 12,20 2-2-10-3 78 27,10 13,70 2-2-6-5 77,40 21,80 10,90 2-2-10-4 75,80 27,80 9,40 2-2-6-3 71,10 21,60 13,30 7-3-7-3 64,30 22,50 15 7-3-7-7 63,10 24,30 12,40 Silugonggo 69 20,80 14,90 IR64 67,10 24,50 12,80 Jabar 21181 84,80 25,20 15,80 Sumber: Suardi (2005; tidak dipublikasikan)
Warna beras Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Merah Putih Putih Merah
Jurnal Litbang Pertanian, 24(3), 2005
unggul lain diharapkan dapat menghasilkan varietas unggul baru dengan beras berwarna merah dan berprotein tinggi. Galur persilangan BP140F/Silugonggo//O.
glaberrima///Silugonggo dengan warna beras merah dan telah mencapai turunan F6 perlu diteliti lebih lanjut untuk men-
dapatkan varietas padi unggul, hasil tinggi, umur genjah, toleran kekeringan, serta beras bermutu tinggi.
Proceeding of the Workshop on Chemical Aspect of Rice Grain Quality. IRRI, Los Banos, Philippines. p. 59–68.
Ling W.H., Q.X. Cheng, J. Ma, and T. Wang. 2001. Red and black rice decrease atherosclerotic plaque formation and increase antioxidant in rabbits. J. Nutr. 131(5): 1421–1426.
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat. 1995. Daftar komposisi zat gizi pangan Indonesia. Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan, Jakarta. 77 hlm. Anonim. 2004a. Produk spesial depot sehat: Homepage. http://www.depotsehat.comprod _detail.php?=CRPE Anonim. 2004b. Chinese red rice extract. Natural Health Notebook.com www.natural healthnotebook.com/Herbs/Single Herbs/Red Rice Extract.htm Avila, L.A. de and E. Marchezan. 2000. Control of red rice seed banks under different lowland management systems. International Rice Research Notes 25(1): 30−31. Balch, E.P.M., M. Gidekel, M.S. Nieto, L.H. Estrella, and N.O. Alejo. 1996. Effects of water stress on plant growth and root proteins in three cultivars of rice (Oryza sativa) with different levels of drought tolerance. Physiological Plantarum 96: 284– 290. Boling, A., T.P. Tuong, B.A.M. Bouman, M.V.R. Murty, and S.Y. Jatmiko 2000. Effect of climate, agrohydrology, and management on rainfed rice production in Central Java, Indonesia: a modeling approach. In Characterizing and Understanding Rainfed Environment. T.P. Tuong, S.P. Kam, L. Wade, S. Pandey, B.A.M. Bouman, and B. Hardy (Eds.). IRRI, Los Banos. p. 57−73. Cantrell, R.P. and T.G. Reeves. 2002. The cereal of the world’s poor takes center stage. Special section: The Rice Genome. Rice Today. IRRI. Sept. 1(2): 8−9. Chang, T.T. and E.A. Bardenas. 1965. The morphology and varietal characteristics of the rice plant. Tech. Bull. IRRI 4: 40 pp. Djunainah, T. Susanto, dan H. Kasim. 1993. Deskripsi varietas unggul padi 1943−1992. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Enriquez, E., D.S. Brar, M.T. Jones, and G.S. Khush. 2001. Production and characterization of double haploids from anther cultur of Fi S of O. sativa/O. glaberrima. IRRI Program Report for 2000. IRRI, Los Banos, Philippines. 168 pp. Frei, K.B. 2004. Improving the nutrient availability in rice-biotechnology or bio-diversity. In A. Wilcke (Ed.) Agriculture & Development. Contributing to International Cooperation 11(2): 64–65. Gomez, K.A. 1979. Effect of environment on protein and amylose content of rice. In IRRI Jurnal Litbang Pertanian, 24(3), 2005
Greer, C. 2003. What is red rice? Rice Industry Info. www.Calrice.org/industry/2003 11/page 5.html Harahap, Z., Suwarno, E. Lubis, dan Tw. Susanto. 1995. Padi unggul toleran kekeringan dan naungan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. 21 hlm. Hofmann, M.J. 2004. Food aid in poverty reduction a new legimitation. In A. Wilcke (Ed.). Agriculture & Development. Contributing to International Cooperation. 11(2): 24−27. Ikeda, R. 2004. For the development of sustainable rice cultivation in Africa. JIRCAS Newsletter (no. 34) IRRI. 1983. Annual Report for 1981. IRRI, Los Banos, Philippines. 585 pp. IRRI. 1997. Rice Almanak. IRRI, Los Banos, Philippines, CIAT Coli, Columbia, WARDA, Bouake, Cote d’ lviore. 181 pp. Jones, M., S. Yacauba, F. Nwilene, A. Beye, M. Dobo, and A. Jalloh. 2001. Oryza glaberrima x Oryza sativa interspecies for Africa. In Rice Research and Production in the 21st Century. W.G. Rockwood (Ed.). IRRI, Los Banos, Philippines. p. 137–149. Kalaimani, S., O. Ramanathapillai, S. Palanisamy, G. Radhakumar, and A. Idhyarajam. 1987. TPS 1, a sort-duration red rice in Tamil Nadu. IRRN, IRRI 12(1): 3−4. Kennedy, G., B. Burlingame, and N. Nguyen. 2002 Nutrient impact assessment of rice in major rice consuming countries. Review articles. FAO, Rome 10 pp. Khush, G.S. 1995. Modern varieties - their real contribution to food supply and equity. GeoJournal 35(3): 275−284. Khush, G.S. 1999. Breaking yield frontier of rice. Geo-Journal 35: 329−332. Khush, G.S. 2000. Taxonomy and origin of rice. In Aromatic Rices. R.K. Singh, U.S. Singh, and G.S. Khush (Eds.). Oxford & IBH Publishing Co. Pvt.Ltd. New Delhi p. 7− 13. Khush G.S., W.R. Coffman, and H.M. Beachell. 2001. The history of rice breeding. IRRI’s contribution. In Rice Research and Production in the 21st Century. W.G. Rockwood (Ed.). IRRI, Los Banos, Philippines. p. 117–135. Kobori, M. 2003. In vitro screening for cancersuppressive effect of food components. JARQ 37(3): 159–165.
Nemoto, H. 2000. Situation of breeding of drought-resistant crops. Farming Japan 34 (6): 20−25. Rahmat, A. 2000. Produksi asam lemak tak jenuh majemuk dari Absidia corymbifera melalui proses fermentasi. Skripsi Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains dan Teknologi AlKamal, Jakarta. 64 hlm. Suardi, D. 2002. Perakaran padi dalam hubung-annya dengan toleransi tanaman terhadap kekeringan dan hasil. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21(3): 100−108. Suardi, D. 2004. Galur padi beras merah toleran kekeringan, umur genjah dan protein tinggi. Berita Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (31): 4− 6. Suardi, D. dan B.A. Abdullah. 2003. Padi liar tetua toleran kekeringan. Buletin Plasma Nutfah 9 (1): 33–38. Suardi, D. dan I. Ridwan. 2004a. Persilangan padi tipe baru dengan padi liar. Berita Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (29): 8–9. Suardi, D. dan I. Ridwan. 2004b. Warna dan kadar protein beras turunan F4 persilangan BPI40F/Silugonggo//O. Glaberrima/// Silugonggo. Berita Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian (30): 13−14. Suardi, D., T.S. Silitonga, B. Abdullah, dan T. Suhartini. 2004. Evaluasi spesies padi liar toleran kekeringan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan (23): 23−27. Suda, I., T. Oki, M. Masuda, M. Kobayashi, Y. Nishiba, and S. Furuta. 2003. Physiological functionality of purplefleshed sweet po-tatoes containing anthocyanins and their utilization in foods. JARQ 37(3): 167−173. Suhartini, T., I.H. Somantri, dan B. Abdullah. 2003. Rejuvenasi dan karakterisasi plasma nutfah spesies padi liar. Buletin Plasma Nutfah 9(1): 16–25. The Hindu. 2002. High yielding red rice variety for high range. The Hindu Sci. Tech Apr.18, 2002.http://www.hindu. comthehindu/seta/2002/04/18/stories/ 20020418000-70400.htm.
99
The Hindu. 2004. High yielding red rice variety for high ranges. The Hindu Sci. Tech. Internet www.hindu.com/thehindu/seta/2002/04/ 18 Vaugan L.K. Ottis B V, Prazak Havey A M, Bormans C A, Sneller C, Chandler J M, Park
100
WD. 2001. Is all red rice found in commercial rice really Oryza sativa? Weed Sci. 49(4): 468−476. Villareal, C.P. and B.O. Yuliano. 1989. Variability in contents of thiamine and riboflavin in brown rice, crued oil in brown rice and bran-
polish, and silicon in hull of IR rices. Ceseral Chemistry Department, IRRI, Los Banos Philippines. Plant Food for Human Nutrition (Netherlands) 39(3): 287–297.
Jurnal Litbang Pertanian, 24(3), 2005