POTENSI ANTIOKSIDAN LOLOH TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) SEBAGAI MINUMAN FUNGSIONAL I Gusti Ayu Wita Kusumawati1), I Putu Darmawijaya2), Ida Bagus Agung Yogeswara3) 1,2,3) Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains dan Teknologi, Universitas Dhyana Pura, Bali Email :
[email protected],
[email protected],
[email protected]
ABSTRACT Loloh is a traditional drink that widely consume by Balinese people for healthy purpose. Tempuyung (Sonchus arvensis L.) is one of the leaves that is used to make loloh which is suspected has a high antioxidant capacity. The aim of this study was to evaluate the antioxidant potential of loloh tempuyung and therefore could be used as functional drink. Tempuyung were subjected to extraction using water as solvent. These experiments used four level (1%, 3%, 5% and 7% g/ml dry basis) to make loloh tempuyung. The resulting extracts were assessed for their total phenolic content, tannin content and antioxidant capacity. The result of this study was 1% g/ml given the best result for antioxidant capacity (4,43±4,44 mg/ml). At level of 7% g/ml given the lowest result (1,11±0,25 mg/ml). The result showed that loloh tempuyung is promising to be a functional drink and play role to prevent oxidative cellular damage. Kata kunci: loloh tempuyung, antioksidan, minuman fungsional, DPPH PENDAHULUAN Pangan fungsional adalah makanan atau minuman yang mengandung bahan-bahan yang bisa meningkatkan status kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit tertentu. Salah satu komponen fungsional yang memiliki fungsi fisiologis bagi tubuh adalah antioksidan (Gordon, 1990; Papas, 1998). Tanaman mengandung fitokimia dengan fungsi fisiologis seperti aktivitas antioksidan. Potensi sumber senyawa antioksidan telah dilakukan di beberapa jenis bahan tanaman seperti sayuran, buah-buahan, daun, minyak sayur, tanaman sereal, kulit dan akar, rempah-rempah dan herbal, dan obat-obatan tanaman mentah. Antioksidan yang terkandung di dalam tumbuhan dapat melindungi tubuh dari penyakit jantung koroner dan kanker (Alok et al., 2014;. Kahkonen et al., 1999;. Partap, 2012; Soares et al., 2013.). Masyarakat Bali telah mengkonsumsi ekstrak tumbuhan sebagai pengobatan obat. Mereka menggunakan konsep usada taru pramana (Suryadarma, 2005). Ada banyak jenis tanaman bisa digunakan sebagai pengobatan obat, bahwa orang-orang yang tempuyung (Sonchus arvensis L.) (Suweta,
2013). Tanaman ini telah banyak digunakan dalam sistem pengobatan tradisional sebagai obat untuk peradangan, batuk, bronkitis, dan asma (Khan, et al., 2009). Daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) kurang disukai jika dikonsumsi secara langsung, sehingga masyarakat Bali mengolah daun tempuyung menjadi loloh atau sebagai minuman. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa ekstrak tempuyung menggunakan pelarut metanol mengandung senyawa fenolik, flavonoid, kaempferol, quercentin, orientin, rutin, hyperoside, catechin dan myricetin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan (Khan, 2012), yang dapat digunakan untuk mengobati asma, batuk, menenangkan saraf dan peluruh batu ginjal (Yuliarti et al., 2013). Berdasarkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi aktivitas antioksidan loloh tempuyung sebagai minuman fungsional dan mengamati pengaruh rasio daun dengan air yang digunakan dalam membuat loloh tempuyung.
METODE PENELITIAN BAHAN Daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) dipetik pada bulan Mei 2014, berasal dari Desa Singapadu, Gianyar, Bali. METODE Tahap awal penelitian ini adalah membuat loloh tempuyung. Loloh tempuyung dibuat melalui tahap pencucian daun tempuyung, penirisan, pengeringan, pengecilan ukuran dan ekstraksi. Analisis yang dilakukan meliputi penentuan total fenol, kandungan tanin dan kapasitas antioksidan. EKSTRAKSI Loloh tempuyung dibuat dengan menggunakan air sebagai pelarut. Ada empat variasi konsentrasi serbuk daun tempuyung yang digunakan (1, 3, 5, dan 7 gram berat kering). Dan volume air yang digunakan sebanyak 100 ml Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Masing-masing serbuk daun tempuyung diseduh selama 30 menit dalam air minum yang telah direbus terlebih dahulu. Kemudian larutan dipisahkan menggunakan kertas saring. Filtrat yang dihasilkan kemudian dianalisis. Filtrat ini disebut loloh tempuyung. ANALISIS TOTAL FENOL Total fenol yang terkandung pada loloh tempuyung dianalisis menggunakan metode Szydłowska-Czerniak et al. (2012) yang dimodifikasi. Dalam tabung, 1 mL sampel loloh tempuyung dicampur dengan 0,5 mL Follin-Ciocalteu (E-Merck). Campuran didiamkan pada suhu ruang selama 6 menit dan kemudian larutan ditambahkan dengan 2,5 mL natrium karbonat 5% (E-Merck), dan didiamkan pada suhu ruang selama 30 menit. Absorbansi larutan diukur pada 760 nm. Asam galat (Sigma-Aldrich) digunakan sebagai larutan standar pada analisis total fenol. Konsentrasi asam galat yang digunakan sebesar 0-100 ppm. Absorbansi dan konsentrasi asam galat diplotkan pada kurva kalibrasi sehingga didapatkan persamaan regresi linear. Absorbansi sampel dimasukkan ke dalam persamaan standar, dan konsentrasi total fenol dihitung sebagai miligram asam galat sampel ekuivalen/gram (mg GAE/g). ANALISIS KADAR TANIN Kadar tanin yang terkandung pada loloh tempuyung dianalisis menggunakan metode
Suhardi (1997) yang dimodifikasi. Dalam tabung, 1 mL sampel loloh tempuyung dicampur dengan 0,5 mL Follin Denis (EMerck) dan 1 mL aquades. Kemudian larutan ditambahkan dengan 2,5 mL natrium karbonat 5% (E-Merck), kocok dan diamkan pada suhu ruang selama 40 menit. Absorbansi larutan diukur pada 725 nm. Asam tanat (E-Merck) digunakan sebagai larutan standar pada analisis kadar tanin. Konsentrasi asam tanat yang digunakan sebesar 0-100 ppm. Absorbansi dan
konsentrasi asam tanat diplotkan pada kurva kalibrasi sehingga didapatkan persamaan regresi linear. Absorbansi sampel dimasukkan ke dalam persamaan standar. ANALISIS KAPASITAS ANTIOKSIDAN Kapasitas antioksidan yang terkandung pada loloh tempuyung dianalisis menggunakan metode Hanani (2005) yang dimodifikasi, dengan mengukur kemampuan radikal DPPH (1,1-diphenyl-picryldrazyl) terhadap sampel. Dalam tabung, 1 mL sampel loloh tempuyung ditambahkan 2 mL DPPH (Sigma-Aldrich). Campuran didiamkan di tempat gelap selama 30 menit. Selama waktu inkubasi, radikal DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan yang terkandung dalam sampel, sehingga warna berubah dari ungu tua menjadi warna kuning. Absorbansi diukur pada 517 nm. Kapasitas antioksidan dihitung sebagai perbedaan antara larutan DPPH dan nilai-nilai absorbansi sampel. Kurva standar asam askorbat (SigmaAldrich) dibuat dengan konsentrasi 0-30 ppm. Persamaan linear dibuat dengan memplotkan nilai absorbansi versus konsentrasi standar. RANCANGAN PENELITIAN Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dengan tiga ulangan. Ada empat variasi konsentrasi serbuk daun tempuyung yang digunakan pada penelitian ini. Data dianalisis menggunakan Analisis Varian (ANOVA). HASIL DAN PEMBAHASAN EKSTRAKSI Proses pembuatan daun tempuyung menjadi sebuk menghasilkan rendemen
a.
b.
tidak dapat diprediksi berdasarkan kandungan total fenolnya. Asam fenolik adalah metabolit sekunder, yang biasanya hanya menunjukkan aktivitas antioksidan jika komponen sekunder terdapat dalam jumlah sedikit dalam sampel (Hudson, 1990;. Gulcin et al, 2010). Profil fenolik pada umumnya dianalisis setelah terjadi hidrolisis ikatan glikosidik sehingga ada senyawa yang hilang pada proses hidrolisis. Hal ini diketahui bahwa tingkat glikosilasi secara signifikan mempengaruhi sifat antioksidan dari senyawa. Misalnya, aglikon kuersetin dan myricetin lebih aktif daripada glikosida metal linoleat dalam jumlah besar (Hopia and Heinonen, 1999). Berbagai cara oksidasi dan metode pengukuran aktivitas yang digunakan dalam analisis antioksidan menyebabkan sulitnya membandingkan hasil dari penelitian yang berbeda. Total phenolics (mg GAE/g)
sebesar 6,67%. Hasil rendemen dihitung berdasarkan rasio dari berat serbuk dengan berat daun tempuyung. Serbuk yang dihasilkan berwarna hijau tua (Gambar 1a). Ekstraksi dilakukan untuk memperoleh senyawa bioaktif dari daun tempuyung. Serbuk daun tempuyung diekstraksi dengan menggunakan pelarut air sehingga menghasilkan loloh tempuyung (Gambar 1b). Pemilihan air sebagai pelarut dikarenakan mudah digunakan, efisiensi, dan penerapan yang luas (Dai J dan Russell, 2010), dan masyarakat Bali pada umumnya menggunakan air dalam pembuatan loloh tempuyung.
250 200 150 100 50 0 0
Gambar 1. serbuk daun tempuyung (a) loloh tempuyung (b) TOTAL FENOL Loloh tempuyung yang berasal dari variasi konsentrasi serbuk daun tempuyung, memiliki kandungan total fenol berkisar antara 156,67 sampai dengan 200,95 mg GAE/g berat kering daun tempuyung (Gambar 2). Pada penelitian ini didapatkan bahwa konsentrasi loloh tempuyung 7% (b/v) memiliki kandungan total fenol tertinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Satue-Gracia et al (1997), tidak ada korelasi positif antara kandungan total fenol dengan aktivitas antioksidan sampel. Sehingga tingginya kandungan total fenol pada loloh tempuyung tidak menunjukkan korelasi positif dengan aktivitas antioksidannya. Hal ini diketahui bahwa senyawa fenolik yang berbeda memiliki respon yang berbeda dalam metode Folin-Ciocalteu. Demikian pula respon antioksidan molekul senyawa fenolik sangat tergantung pada struktur kimianya (SatueGracia et al., 1997). Dengan demikian, aktivitas antioksidan dari loloh tempuyung
1
2
3
4
5
6
7
8
the weight powder of tempuyung leaves (g)
Gambar 2. Kurva kandungan total fenol loloh tempuyung pada berbagai konsentrasi KADAR TANIN Loloh tempuyung yang berasal dari variasi konsentrasi serbuk daun tempuyung, memiliki kandungan kadar tanin berkisar antara 106,88 sampai dengan 272,51 mg/g berat kering daun tempuyung (Gambar 3). Pada penelitian ini didapatkan bahwa konsentrasi loloh tempuyung 1% (b/v) memiliki kadar tanin tertinggi. Ada korelasi yang signifikan dapat ditemukan antara kandungan tanin dan aktivitas antioksidan dari loloh tempuyung tersebut. Asam tanat telah terbukti memiliki kandungan antioksidan, antimutagenik dan antikarsinogenik. Namun mekanisme antioksidan asam tanat masih belum dipahami sepenuhnya. Misalnya, dengan adanya ion tembaga, asam tanat dapat bertindak baik sebagai prooksidan yang mempromosikan kerusakan DNA atau sebagai antioksidan yang menekan pembentukan radikal hidroksil.
300 250 200 150 100 50 0 0
1
2
3
4
5
6
7
kemampuan memerangkap radikal DPPH lebih baik (Chen et al., 2008) Konsentrasi serbuk daun tempuyung memiliki pengaruh yang signifikan pada kapasitas antioksidan (p≤0,95). Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa konsentrasi loloh tempuyung sebesar 1% (b/v) memiliki nilai kapasitas antioksidan tertinggi yaitu sebesar 443,18±4,44 mg/mL (Gambar 4). Kapasitas antioksidan dari loloh berkorelasi positif dengan kadar tanin, di mana kadar tanin tertinggi menghasilkan nilai kapasitas antioksidan yang tertinggi pula.
8
the weight powder of tempuyung (g)
Gambar 3. Kurva kadar tanin loloh tempuyung pada berbagai konsentrasi
antioxidant capacity (mg/ml)
Tannin content (mg/g)
Asam tanat terdiri dari molekul glukosa pusat turunan pada gugus hidroksil dengan residu satu atau lebih galloil. Dilaporkan bahwa sifat polifenol asam tanat relatif hidrofobik pada bagian inti dan hidrofilik pada bagian terluar. Sifat inilah yang bertanggung jawab untuk tindakan antioksidan (Gulcin et al., 2010).
500 400 300 200 100 0 0
KAPASITAS ANTIOKSIDAN Kapasitas antioksidan setara dengan miligram asam askorbat. Kurva standar nilai diperoleh dengan memplotkan berbagai konsentrasi asam askorbat (sumbu X) 0-30 ppm versus kapasitas antioksidan yang merupakan perbedaan absorbansi antara larutan 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH) radikal bebas dengan variasi konsentrasi asam askorbat yang diukur pada 517 nm (sumbu Y). Korelasi antara kedua variabel digunakan untuk menentukan persamaan regresi. Persamaan regresi dari kurva standar asam askorbat yang diperoleh pada penelitian ini memiliki nilai r2 dari 0,9745. Radikal DPPH akan bereaksi dengan sampel sehingga radikal bebas akan terperangkap oleh senyawa polifenol dari sampel. Awalnya, warna larutan gelap ungu dan kemudian setelah reaksi, warna berubah dari ungu gelap menjadi kuning sebagai tanda aktivitas pemerangkapan. Perubahan warna dari ungu menjadi kuning akibat reaksi antara senyawa antioksidan dengan radikal DPPH melalui sumbangan foton (Halliwell and Gutteridge, 2000). Larutan yang berwarna kuning memiliki absorbansi yang lebih rendah dibandingkan larutan yang berwarna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa sampel dengan absorbansi yang lebih rendah memiliki
2
4
6
8
the weight powder of tempuyung leave (g)
Gambar 4. Kapasitas antioksidan loloh tempuyung pada berbagai konsentrasi Fenol memiliki sifat redoks sehingga dapat bertindak sebagai agen pereduksi, dan donatur hidrogen. Selain itu, fenol memiliki potensi sebagai logam pengkelasi (Rice-Evans et al., 1995). Gordon (1990) menyatakan bahwa aktivitas antioksidan dari zat pereduksi akan mengikat radikal dengan cara memberikan atom hidrogen. Adanya reduktor dalam sampel yang diuji akan menghasilkan pengurangan Fe3+ untuk membentuk kompleks Fe2 + (Hakkim et al., 2008). Efektivitas flavonoid dalam radikal DPPH pada umumnya tergantung pada struktur, sifat hidrofobik, aktivitas biologis, dan aktivitas oksidatif. Kemampuan pengikatan radikal oleh flavonoid, tergantung pada adanya sekurangkurangnya dua kelompok o-hidroksil pada cincin B. Hal ini memungkinkan pembentukan ikatan hidrogen intramolekul dengan gugus hidroksil meningkatkan stabilitas radikal fenoksil (Majewska et al ., 2011). KESIMPULAN Hasil dari penelitian ini adalah konsentrasi loloh tempuyung 1% (b/v) memberikan hasil terbaik untuk kapasitas antioksidan
(443,18±4,44 mg/mL), sedangkan konsentrasi loloh tempuyung 7% (b/v) memberikan hasil terendah (111,38±0,25 mg/mL). Tingginya kandungan total fenol pada loloh tempuyung tidak menunjukkan korelasi positif dengan aktivitas antioksidan, sedangkan tingginya kadar tanin menunjukkan korelasi yang positif dengan aktivitas antioksidan. Dari hasil di atas, dapat disimpulkan bahwa loloh tempuyung (Sonchus arvensis L.) memiliki potensi sebagai minuman fungsional.
REFERENSI Alok, Shashi ., Sanjay Kumar Jain., Amita Verma., Mayank Kumar., Alok Mahor., and Monika Sabharwal. 2014. Herbal antioxidant in clinical practice: A review. Asian Pac J Trop Biomed 4(1): 78-84. Aminul, Shawkat Md. Islam., Kh Tanvir Ahmed., Mohammad Kawsar Manik., Md. Arif Wahid., and Chowdhury Shafayat Ibne Kamal. 2013. A comparative study of the antioxidant, antimicrobial, cytotoxic and thrombolytic potential of the fruits and leaves of Spondias dulcis. Asian Pac J Trop Biomed 3(9): 682-691. Arapitsas, Panagiotis. 2012. Review Hydrolyzable tannin analysis in food. Food Chemistry 135 : 1708–1717. Bettuzzi S, Brausi M, Rizzi F, Castagnetti G, Peracchia G, Corti A. 2006. Chemoprevention of human Prostate cancer oral administration of green tea catechins in volunteers with high – grade prostate intrapithelial neoplasia : a preliminary report from a one year proof of principle study. Cancer Res. 66 : 1234 1240 Carocho, Marcio and Isabel C.F.R. Ferreira. 2013. A review on antioxidants, prooxidants and related controversy: Natural and synthetic compounds, screening and analysis methodologies and future perspectives. Food and Chemical Toxicology 51 : 15–25. Chen YT, Kao WT, and Lin KW. 2008. Effects of pH on the total phenolic compound, antioxidative ability and the
stability of dioscorin of various yam cultivars. Food chem. 107 : 250-257. Dai, Jin and Russell J. Mumper. 2010. Review Plant Phenolics : Extraction, Analysis and Their Antioxidant dan Anticancer Properties. Molecules 15 : 7313-7352. Firahmi, N., Sutardi dan Haryadi. 1998. Aktivitas Antioksidan Pasta Kacang Tanah Sangrai. Agritech 18: 12-16. Gulcin, Ilhami, Zubeyr Huyut, Mahfuz Elmastas, Hassan Y. Aboul-Enein. 2010. Radical scavenging and antioxidant activity of tannic acid. Arabian Journal of Chemistry 3 : 43–53. Gulcin, Ilhami. 2012. Antioxidant activity of food constituents: an overview. Arch Toxicol 86 : 345–391. Gordon. 1990. The Mechanism of Antioxidant in Vitro. Dalam Hudson, B.J.F. (Ed.). Food Antioxidants. Elservier Applied Science, London and New York. Halliwell, B and Gutteridge, MC. 2000, Free radical in Biology and Medicine, Oxford University Press,New York. Hanani, Endang., Abdul Mun’im and Ryany Sekanni. 2005. Identifikasi Senyawa Antioksidan dalam Spons Callyspongia Sp dari Kepulauan Seribu. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III, No. 3. 127-133. Hopia, A. I.; Heinonen, M. 1999. Comparison of antioxidant activity of flavonoid aglycones and their glycosides in methyl linoleate. J. Am. Oil Chem. Soc. 76 : 139144. Hudson, B.J.F. (Ed.). Food Antioxidants. Elservier Applied Science, London and New York. Khan M, Kumar S, Hamal IA. 2009. Medicinal plants of Sewa river catchment area in the northwest Himalaya and its implication for conservation. Ethno Leaflets 13:1113- 39. Khan, Rahmat Ali. 2012. Evaluation of flavonoids and diverse antioxidant activities of Sonchus arvensis. Chemistry Central Journal 6:126. Kahkonen, Marja P., Anu I. Hopia., Heikki J. Vuorela., Jussi-Pekka Rauha., Kalevi Pihlaja., Tytti S. Kujala., and Marina Heinonen. 1999. Antioxidant Activity of Plant Extracts Containing Phenolic
Compounds. J. Agric. Food Chem. 47: 3954-3962. Nathalie, Liesbeth Leurs. 2009. Medicinal, Aromatic and Cosmetic (MAC) Plants for Community Health and Bio-Cultural Diversity Conservation in Bali, Indonesia. L.N. Leurs page : 124-127. Majewska M, Skrzycki M, Podsiad M, Czeczot H. 2011. Evaluation of antioxidant potential of flavonoids : an in vitro study. Acta Pol Pharm. 68 : 611 615 Papas, A.M., 1998. Tocopherols and Tocotrienols. In: papas, A.M. (Ed). Antioxidant Status, diet, Nutrition and Health. CRC Press, New York. Partap, Sagh. And Sanjay Pandey. 2012. A Review on Herbal Antioxidants. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry Volume 1 Issue 4 : 26-37. Rai PK, Jaiswal D, Singh RK, Gupta RK, Watal G. 2008. Glycemic properties of Trichosanthes dioica leaves. Pharm Biol 46(12): 894-899. Rice-Evans, C.-A.; Miller, N. J.; Bolwell, P. G.; Bramley, P. M.; Pridham, J. B. 1995. The relative antioxidant activities of plantderived polyphenolic flavonoids. Free Radical Res. 22 : 375-383. Roginsky V and Lissi EA. 2005. Review of methods to determine chainbreaking antioxidant activity in food. Food Chem 92 : 235–254. Satue-Gracia, M. T.; Heinonen, M.; Frankel, E. N. 1997. Antioxidant activity of anthocyanins in LDL and lecithin liposome systems. J. Agric. Food Chem. 45 : 3362-3367. Selawa, Widya., Max Revolta John Runtuwene., and Gayatri Citraningtyas. 2013. Kandungan Flavonoid dan Kapasitas Antiokidan Total Ekstrak Etanol Daun Binahong [Anredera cordifolia(Ten.)Steenis.]. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 2 No. 01 : 18-22. Sherwin ER. 1990. In: Branen AL, Davidson PM, Salminen S (eds) Food additives, Marvel Dekker Inc., New York, pp 139– 193.
Shimoda, M., Wu, Y dan Osajima, Y. 1996. Aroma Compounds from Aqueous Solution of Haze (Rhus succedanea) Honey Determined by Adsorptive Column Chromatography. Journal of Agriculture and Food Chemistry 44: 3913-3918. Sitanggang, M., dan Dewani. 2006. 33 Ramuan Penakluk Asam Urat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. I, 30. Soares, Marta O., Rita C. Alves., Pedro C. Pires., M. Beatriz P.P. Oliveira., and Ana F. Vinha., 2013. Angolan Cymbopogon citratus used for therapeutic benefits: Nutritional composition and influence of solvents in phytochemicals content and antioxidant activity of leaf extracts. Food and Chemical Toxicology 60: 413–418. Srivastava T. 2012. Study of composition, activity and phenolic content of herbal products. International Journal of Engineering Science and Technology 4(4): 1412-1420. Suhardi. 1997. Analisis Senyawa Polifenol Produk Buah-buahan dan Sayuran Vol.3. Yogyakarta. Laboratorium KimiaBiokimia Pengolahan Fakultas teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada. Sulaksana, J., Budi, S., Dadang, I. J. 2004. Tempuyung Budi Daya Dan Pemanfaatan Untuk Obat. Cetakan pertama. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 5, 10, 11, 32, 34, 65. Suryadarma, I.G.P. 2005. Konsepsi Kosmologi dalam Pengobatan Usada Taru Pramana. Journal of Tropical Ethnobiology Vol II No. 1 : 65-87. Suweta, I Made. 2013. Revitalisasi Istilah Tumbuh-Tumbuhan Langka dalam Pengajaran Bahasa Bali, Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup (Kajian Ekolinguistik). Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 1 : 202-213. Suweta, I Made. 2013. Ecolinguistics Approach in Preservation Rare Plants Growing in Bali. International Journal of Linguistics, Vol. 5 No. 1 : 283-295. Szydłowska-Czerniak, Aleksandra., Agnieszka Tułodziecka., and Edward Szłyk. 2012. Determination of Antioxidant Capacity of Unprocessed and Processed Food Products
by Spectrophotometric Methods. Food Anal. Methods 5:807–813. Tadhani, M.B., V.H. Patel., and Rema Subhash. 2007. In vitro antioxidant activities of Stevia rebaudiana leaves and callus. Journal of Food Composition and Analysis 20 : 323–329. Tarboush, A.H.M., Kahtani, A. dan Sarrage, M.S.E. 1993. Floral-type Identification and Quality Evaluation of Some Honey Type. Food Chemistry 46: 13-17. Vadivel, Vellingiri and Hans Konrad Biesalski. 2011. Total Phenolic Content, Antioxidant Activity, and Type II Diabetes Related Functionality of Traditionally Processed Ox-eye Bean (Mucuna gigantean (Willd) DC.) Seeds : An Indian Underutilized Food Legume. Food Sci. Biotechnol. 20(3): 783-791. Wadekar, Jyoti Wadekar., Ramesh Sawant., Rahul Naik., and Amruta Bankar. 2012. Anthelmintic and Antibacterial Potential of Sonchus arvensis Leaves. International Journal of Pharmaceutical Frointer Research 2(2): 50-55. Wichi HP. 1988. Enhanced tumour development by butylated hydroxyanisole 1 : 294-304.
(BHA) from the perspective of effect on forestomach and oesophageal squamous epithelium. Food Chem Toxicol 26:717– 723. Xu, Yang-Jun., Shao-Bo Sun., Li-Mei Sun., Dong-Feng Qiu., Xiu-Jin Liu., Zhi-Bo Jiang., and Cheng-Shan Yuan. 2008. Quinic acid esters and sesquiterpenes from Sonchus arvensis. Food Chemistry 111 : 92–97. Yao, Xiao-Hui., Dong-Yang Zhang., YuanGang Zu., Yu-jie Fu., Meng Luo., ChengBo Gu., Chun-Ying Li., Fan-Song Mu., and Thomas Efferth. 2013. Free radical scavenging capability, antioxidant activity and chemicalconstituents of Pyrola incarnata Fisch. Leaves. Industrial Crops and Products 49 : 247– 255. Yuliarti, Wulan., Dewi Kusrini., and Enny Fachriyah. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Antioksidan Asam Fenolat dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Metode 1,1-Difenil-2Pikrilhidrasil (DPPH). Chem Info Vol 1, No