Aktivitas Antioksidan Minuman Tradisional Loloh Tempuyung (Sonchus Arvensis L.) IGA. Wita Kusumawati1), I Putu Darmawijaya2), IBA. Yogeswara1) Email :
[email protected] 1)
2)
Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi Universitas Dhyana Pura Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan Sains dan Teknologi Universitas Dhyana Pura
ABSTRAK Loloh tempuyung (Sonchus arvensis L.) merupakan minuman tradisional mayarakat Bali yang sering dikonsumsi untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan tubuh. Loloh tempuyung dibuat dengan cara mengestrak serbuk daun tempuyung dengan menggunakan air minum. Penambahan bahan pemanis dilakukan untuk mengurangi rasa pahit pada loloh tempuyung. Bahan pemanis yang digunakan berupa gula kelapa dan madu. Pengujian aktivitas antioksidan loloh tempuyung menggunakan metode DPPH. Loloh tempuyung yang ditambahkan gula kelapa memiliki aktivitas antioksidan yang tertinggi yaitu sebesar 8,499±0,0126 mg/L dibandingkan dengan madu dan kontrol. Penambahan bahan pemanis berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan loloh tempuyung. Kata kunci : loloh tempuyung, DPPH, gula kelapa, madu
PENDAHULUAN Tumbuh-tumbuhan mengandung fitokimia yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, sehingga dapat melindungi tubuh dari penyakit jantung koroner dan kanker (1,2,3,4).Penggunaan tumbuh-tumbuhan yang memiliki efek pengobatan telah lama digunakan oleh masyarakat Bali sebagai minuman tradisional. Mereka berpedoman pada Usada Taru Pramana, yaitu sebuah naskah pengobatan (usada) berbentuk dialog dalam pengungkapan cara pengobatannya (5). Di dalam Usada Taru Pramana disebutkan berbagai macam tumbuhan dan khasiat yang terdapat pada tumbuhan-tumbuhan tersebut. Salah satu tumbuhan yang digunakan sebagai ada tempuyung (Sonchus arvensis L.) (6,7). Tempuyung telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai obat asma, batuk, menenangkan saraf dan sebagai peluruh batu ginjal (8,9). Daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) memiliki rasa sepat dan sangat pahit, sehingga masyarakat Bali mengolah daun tempuyung menjadi minuman (loloh) untuk mengurangi rasa pahit. Tidak banyak masyarakat Bali yang menyukai loloh
1
tempuyung, karena masih memiliki rasa pahit, padahal loloh tempuyung memiliki kapasitas antioksidan yang baik untuk tubuh (10). Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mengurangi rasa sepat dan pahit yaitu dengan menambahkan madu dan gula kelapa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan minuman loloh tempuyung serta mengetahui pengaruh penambahan bahan pemanis terhadap aktivitas antioksidan loloh tempuyung.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan dua macam bahan pemanis yaitu madu dan gula kelapa yang kemudian dibandingkan dengan kontrol loloh tempuyung tanpa penambahan bahan pemanis.
BAHAN Daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) dipetik pada bulan Mei 2014, berasal dari Desa Singapadu, Gianyar, Bali.
METODE Tahap awal penelitian ini adalah membuat loloh tempuyung. Loloh tempuyung dibuat melalui tahap pencucian daun tempuyung, penirisan, pengeringan, pengecilan ukuran dan ekstraksi. Analisis yang dilakukan beruapa analisis kapasitas antioksidan.
EKSTRAKSI Loloh tempuyung dibuat dengan menggunakan air sebagai pelarut. Sebanyak 1 gram serbuk daun tempuyung diseduh selama 30 menit, di dalam 100 ml air yang telah dididihkan. Kemudian larutan dipisahkan menggunakan kertas saring. Filtrat yang dihasilkan kemudian dianalisis. Filtrat ini disebut loloh tempuyung. ANALISIS KAPASITAS ANTIOKSIDAN Kapasitas antioksidan yang terkandung pada loloh tempuyung dianalisis menggunakan metode Ratnayani et al (11), dengan mengukur kemampuan radikal DPPH (1,1-diphenyl-picryldrazyl) terhadap sampel. Dalam tabung, 1 mL sampel loloh tempuyung ditambahkan 2 mL DPPH (Sigma-Aldrich). Campuran didiamkan di tempat
2
gelap selama 30 menit. Selama waktu inkubasi, radikal DPPH bereaksi dengan senyawa antioksidan yang terkandung dalam sampel, sehingga warna berubah dari ungu tua menjadi warna kuning. Absorbansi diukur pada 517 nm. Aktivitas antioksidan dihitung sebagai perbedaan antara larutan DPPH dan nilai-nilai absorbansi sampel. Kurva standar asam askorbat (Sigma-Aldrich) dibuat dengan konsentrasi 0-30 ppm. Persamaan linear dibuat dengan memplotkan nilai absorbansi versus konsentrasi standar.
HASIL DAN BAHASAN Ekstraksi serbuk daun tempuyung dilakukan untuk memperoleh komponen bioaktif yang terkandung pada daun tempuyung. Serbuk daun tempuyung diekstrak menggunakan pelarut air. Dasar pemilihan air sebagai pelarut dikarenakan air mudah digunakan, efisien dan dapat diterapkan pada berbagai jenis analit (12). Alasan lain pemilihan air sebagai pelarut karena pada umumnya masyarakat menggunakan air sebagai pelarut ekstrak dalam pembuatan loloh tempuyung (10). Penambahan
bahan pemanis dilakukan
dengan
memvariasikan
bahan
pemanis. Masing-masing loloh tempuyung ditambahkan 10% gula kelapa atau 12% madu. Sebagai control digunakan loloh tempuyung yang tidak ditambahkan bahan pemanis. Kontrol digunakan sebagai pembanding yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh
penambahan
bahan
pemanis
terhadap
aktivitas
antioksidan
loloh
tempuyung. Proses penambahan bahan pemanis pada loloh tempuyung dilakukan sebelum serbuk daun tempuyung diseduh di dalam air mendidih. Larutan standar yang digunakan untuk mendapatkan persamaan kurva kalibrasi standar adalah asam askorbat dengan konsentrasi 0-30 ppm. Berdasarkan kurva kalibrasi
larutan standar asam askorbat diperoleh persamaan regresi linier
sebesar y=-0,0238x + 0,9293 dengan nilai r 2 sebesar 0,9974. Berdasarkan Gambar 1, menunjukkan bahwa penambahan gula kelapa pada loloh tempuyung memiliki aktivitas antioksidan terbesar dibandingkan dengan penambahan madu dan kontrol yaitu sebesar 8,499±0,0126 mg/L. Sedangkan penambahan madu pada loloh tempuyung menghasilkan aktivitas antioksidan terendah yaitu sebesar 5,5878±0,1120 mg/L. Analisis statistik dengan menggunakan ANOVA dengan taraf kepercayaan 5% diperoleh nilai F hitung sebesar 8.317,108 dan F tabel sebesar 3,47805. Hal ini menunjukkan bahwa antara masing-masing perlakuan loloh tempuyung memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda signifikan.
3
Madu merupakan produk pangan alami yang memiliki kandungan nutrisi yang tinggi dan merupakan sumber antioksidan alami, yang efektif untuk mengurangi resiko penyakit hati dan kanker (13). Berdasarkan struktur kimianya, madu terdiri dari campuran gula yang komplek (13,14), asam amino, enzim dan mineral. Sebagian gula pada madu mengandung beberapa senyawa fenolik seperti flavonoid dan asam fenolat (15,16) yang dapat memerangkap hikdroksil, peroksil dan radikal alkohoxyl dengan cara memberikan donor hydrogen sehingga dapat berperan sebagai antioksidan (16). Madu memiliki aktivitas antioksidan yang berbeda-beda, tergantung dari jenis bunga dan lebah yang menghasilkan madu tersebut serta proses pemurniannya (17,18). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kowalski (19), madu
honeydew
yang
dipanaskan
secara
konvensional
maupun
dengan
menggunakan microwave menunjukkan penurunan aktivitas antioksidan. Hasil yang sama didapatkan pada pembuatan loloh tempuyung yang ditambahkan madu menunjukkan bahwa terjadi penurunan aktivitas antioksidan dari loloh tempuyung (kontrol). Rendahnya aktivitas antioksidan loloh tempuyung yang ditambahkan madu dapat disebabkan karena rusaknya senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai antioksidan di dalam madu akibat ditambahkan air mendidih. Adanya pemanasan dapat merusak
ikatan
glikosida
dan merusak
senyawa
bioaktif
yang
terkandung di dalam madu. Gula kelapa merupakan gula murni yang berasal dari nira kelapa (Nypa fructicans). Nira kelapa memiliki kandungan pati, asam amino, komponen lignoselulosa, dan mineral-mineral seperti Na, K, Mg, P, S, Ca, Cl dan Si (20). Penelitian yang dilakukan oleh Jocelynet et al (21) mengenai aktivitas antioksidan dari berbagai jenis gula murni (gula kelapa atau gula anau) dan gula yang dimurnikan (gula yang berasal dari tebu), didapatkan hasil bahwa gula kelapa memiliki aktivitas antioksidan tertinggi. Gula murni memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan gula yang dimurnikan (22). Aktivitas antioksidan dari 1 gram gula kelapa ekuivalen dengan 1,7 mg vitamin C (21). Sehingga Jocelynet et al menyarankan menggunakan gula kelapa sebagai pemanis untuk bahan tambahan makanan.
4
Kapasitas antioksidan (mg/L)
Kapasitas antioksidan dengan penambahan bahan pemanis 10 8 6 4 2 0
Gambar 1. Pengaruh penambahan pemanis terhadap kapasitas antioksidan loloh tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Aktivitas antioksidan dari bahan pemanis baik gula kelapa maupun madu mengalami peningkatan ketika ditambahkan dengan loloh tempuyung. Aktivitas antioksidan gula kelapa sebesar 7,340±0,012 mg/L sedangkan aktivitas antioksidan loloh tempuyung yang ditambahkan gula kelapa sebesar 8,499±0,0126 mg/L. Aktivitas antioksidan madu sebesar 0,0684±0,000mg/L sedangkan aktivitas antioksidan loloh tempuyung yang ditambahkan madu sebesar 5,5878±0,1120 mg/L. Untuk mengetahui apakah loloh tempuyung yang ditambahkan bahan pemanis disukai oleh masyarakat maka peneliti melakukan uji hedonik. Uji hedonik adalah uji kualitatif yang mengukur tingkat penerimaan seseorang terhadap produk pangan (23). Sebanyak 20 panelis diberikan 3 gelas sampel, yaitu loloh tempuyung tanpa pemanis (kontrol) dengan label P1, loloh tempuyung yang ditambahkan gula kelapa dengan label P2 dan loloh tempuyung yang ditambahkan madu dengan label P3. Kemudian panelis diminta untuk mengevaluasi kesukaan terhadap sampel yang diberikan tersebut dengan
indikator berupa warna, aroma, rasa dan tekstur dengan skor
tertinggi pada skala 5, dari skala 0 (tidak suka), 1 (netral), 2 (agak suka), 3 (suka), 4 (sangat suka) dan skala 5 (amat sangat suka). Panelis yang digunakan berusia 20-36 tahun. Panelis terdiri dari orang yang terbiasa mengkonsumsi loloh dan orang yang tidak terbiasa mengkonsumsi loloh.
5
(1)
(2)
(3)
(4)
Gambar 2. Hasil uji hedonik loloh tempuyung dengan penambahan bahan pemanis
Hasil uji hedonik loloh tempuyung dengan penambahan bahan pemanis (pada Gambar 2) secara keseluruhan (aroma, rasa dan tekstur) menunjukkan bahwa para panelis lebih menyukai loloh tempuyung yang diberi tambahan bahan pemanis berupa gula kelapa. Sedangkan untuk warna loloh tempuyung, para panelis lebih menyukai warna loloh tempuyung yang tidak diberi tambahan bahan pemanis (kontrol). Warna loloh tempuyung memiliki warna khas hijau tua, ketika ditambahkan bahan pemanis baik itu gula kelapa atau madu maka warna loloh kelapa berubah menjadi kecoklatan. Masyarakat yang umumnya mengetahui bahwa warna loloh tempuyung adalah hijua tua menjadi kurang menyukai perubahan warna yang terjadi akibat penambahan bahan pemanis.
KESIMPULAN Loloh tempuyung yang ditambahkan bahan pemanis berupa gula kelapa memiliki aktivitas antioksidan yang tertinggi dibandingkan dengan kontrol maupun yang ditambahkan bahan pemanis berupa madu. Aktivitas antioksdian loloh tempuyung yang
6
ditambahkan gula kelapa sebesar 8,499±0,0126 mg/L. Penambahan bahan pemanis berpengaruh terhadap aktivitas antioksidan loloh tempuyung.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada (Departemen Pendidikan) DIKTI atas bantuan hibah penelitian dosen pemula.
DAFTAR PUSTAKA 1. Alok, Shashi ., Sanjay Kumar Jain., Amita Verma., Mayank Kumar., Alok Mahor., and Monika Sabharwal. 2014. Herbal antioxidant in clinical practice: A review. Asian Pac J Trop Biomed 4(1): 78-84. 2. Kahkonen, Marja P., AnuI. Hopia., Heikki J. Vuorela., Jussi-Pekka Rauha., Kalevi Pihlaja., Tytti S. Kujala., and Marina Heinonen. 1999. Antioxidant Activity of Plant Extracts Containing Phenolic Compounds. J.Agric. Food Chem. 47 : 3954-3962. 3. Partap, Sagh. And Sanjay Pandey. 2012. A Review on Herbal Antioxidants. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry Volume 1 Issue 4 : 26-37. 4. Soares,MartaO., RitaC.Alves., PedroC.Pires., M.BeatrizP.P.Oliveira., and Ana F.Vinha. 2013. Angolan Cymbopogon citrates used for therapeutic benefits : Nutritional composition and influence of solvents in phytochemicals content and antioxidant activity of leaf extracts. Food and Chemical Toxicology 60:413–418. 5. Suryadarma, I.G.P. 2005. Konsepsi Kosmologi dalam Pengobatan Usada Taru Pramana. Journal of Tropical Ethnobiology Vol II No. 1 : 65-87. 6. Aminul, Shawkat Md. Islam., Kh Tanvir Ahmed., Mohammad Kawsar Manik., Md. Arif Wahid., and Chowdhury ShafayatIbne Kamal. 2013. A comparative study of the antioxidant, antimicrobial, cytotoxic and thrombolytic potential of the fruits and leaves of Spondias dulcis. Asian Pac J Trop Biomed 3 (9): 682-691. 7. Suweta, I Made. 2013 . Revitalisasi Istilah Tumbuh-Tumbuhan Langka dalam Pengajaran Bahasa Bali, Sebagai Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup (Kajian Ekolinguistik). Jurnal Bumi Lestari, Volume13 No. 1 : 202-213. 8. Khan, Rahmat Ali. 2012. Evaluation of flavonoids and diverse antioxidant activities of Sonchus arvensis. Chemistry Central Journal 6 : 126.
7
9. Yuliarti, Wulan., Dewi Kusrini., and Enny Fachriyah. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Antioksidan Asam Fenolat dalam Daun Tempuyung (Sonchus arvensisL.) dengan Metode 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrasil(DPPH). Chem Info Vol 1, No1 : 294-304. 10. Kusumawati, IGA Wita., I Putu Darmawijaya, and I.B.A Yogeswara. 2014. Potensi Antioksidan Loloh
Tempuyung (Sonchus arvensisL.) Sebagai Minuman
Fungsional. Prosiding Seminar Nasional Prodi Biologi FMIPA UNHI : 169-174. 11. Ratnayani, A.A Ketut., I.A. Mayun Laksmiwati and Ni P. Indah Septian P. 2012. Kadar Total Senyawa Fenolat pada Madu Randu dan Madu Klengkeng Serta Uji Aktivitas Antiradikal Bebas dengan Metode DPPH (Difenilpikril Hidrazil). Jurnal Kimia 6 (2) : 163-168. 12. Dai, Jin and RussellJ. Mumper. 2010. Review Plant Phenolics : Extraction, Analysis and Their Antioxidant dan Anticancer Properties. Molecules 15 : 73137352. 13. Biesaga, Magdalena and K. Pyrzynska. 2013. Stability of bioactive polyphenols from honey during different extraction methods. Food Chemistry 136 : 46-54. 14. Pyrzynska, K and Biesaga, M. 2009. Analysisof phenolic acids and flavonoids in honey. TRAC-Trends in Analytical Chemistry, 28 (7) : 893-902. 15. Dimitrova, B., Gevrenova, R., and Anklam, E. 2007. Analysis of phenolic acids in honeys of different floral origin by solid-phase extraction and high-performance liquid chromatography. Phytochemical Analysis 18 : 24-32. 16. Uthurry, Carlos. A., David Hevia and Carmen Gomez-Cordoves. 2011. Role of honey pholyphenols in health. Journal of ApiProduct and ApiMedical Science 3 (4): 141 – 159. 17. Blasa, M., Candiracci, M., Accorsi, A., Piacentini, M. P., Albertini, M. C., and Piatti, E. 2006. Raw Millefiori honey is packed full of antioxidants. Food Chemistry 97(2) : 217-222. 18. Baltruaitytë, V., Venskutoni PR., and Ceksterytë V. 2007. Radical scavenging activity of different floral origin honey and beebread phenolic extracts. Food Chem 101 : 502-514. 19. Kowalski, Stanislaw. 2013. Change of antioxidant activity and formation of 5hydroxymethyl furfural in honey during thermal and microwave processing. Food Chemistry 14 : 1378-1382. 20. Tamunaidu, Pramila., and Shiro Saka. 2011. Chemical characterization of various parts of nipa palm (Nypa fruticans). Industrial Crops and Products 34 : 1423-1428.
8
21. Jocelyn, Sia., Hong-Ben Yee., José H. Santos., and M. Khairul-Anwar Abdurrahman. 2010. Cyclic voltammetric analysis of antioxidant activityin cane sugars and palm sugars from Southeast Asia. Food Chemistry 118 : 840-846. 22. Katherine, M. P., Monica H. C., and Rune Blomhoff. 2009. Total antioxidant content of alternatives to refined sugar. J Am Diet Assoc.109 : 64-71. 23. Chung, Seo-Jin., and Jae Young Han. 2013. Utilizing psychological distances of hedonic phrases to develop a Korean hedonic scale. Food Quality and Preference 28 : 188-192.
9