BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L) 1. Taksonomi Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L) Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan dalam semua aspek kehidupan manusia. Obat tradisional adalah salah satu bentuk nyata pemanfaatan sumber daya hayati tersebut. Salah satu tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisional adalah tempuyung (Sonchus arvensis L). Dilihat dari taksonominya, tempuyung berasal dari kingdom : Plantae; Divisio : Magnoliophyta; Classis : Magnoliopsida; Sub Classis : Asteriidae; Ordo : Asterales; Familia : Asteraceae; Genus : Sonchus; Species : Sonchus arvensis L (Kelompok Studi Hortikultura Formica, 2006). Ada empat spesies yang diketemukan di Asia Tenggara, yaitu Sonchus asper (L) Hill; Sonchus malaianus Miquuel; Sonchus oleraccus L; Sonchus arvensis L (http://Ilmuan.wordpress.com/2008/10/06/Tempuyung). 2. Ekologi dan Morfologi Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L) Tempuyung tumbuh liar di tempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, seperti di tebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah terlantar, kadang ditanam sebagai tumbuhan obat. Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah yang banyak turun hujan pada ketinggian 50 - 1.650 m di atas permukaan laut. Tempuyung termasuk tanaman tahunan, tegak, tinggi 0,6 - 2 m,
mengandung getah putih, dengan akar tunggang yang kuat. Batang berongga dan berusuk. Daun tunggal, bagian bawah tumbuh berkumpul pada pangkal membentuk roset akar. Helai daun berbentuk lanset atau lonjong, ujung runcing, pangkal bentuk jantung, tepi berbagi menyirip tidak teratur, panjang 6 - 48 cm, lebar 3 - 12 cm, warnanya hijau muda. Daun yang keluar dari tangkai bunga bentuknya lebih kecil dengan pangkal memeluk batang, letak berjauhan, berseling. Perbungaan berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota bentuk jarum, warnanya kuning cerah, lama kelamaan menjadi merah kecokelatan. Buah kotak, berusuk lima, bentuknya memanjang sekitar 4 mm, pipih, berambut, cokelat kekuningan. Ada keaneka-ragaman tumbuhan ini, yang berdaun kecil disebut lempung, dan yang berdaun besar dengan tinggi mencapai 2 m disebut rayana. Batang muda dan daun walaupun rasanya pahit bisa dimakan sebagai lalapan. Perbanyakan dengan biji (http://www.iptek.net.id/ind/). Penyebaran luas dari Sonchus asper dan Sonchus oleraceus merupakan bukti kehebatan mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan. Taman dan tanah subur yang lembab merupakan habitat normalnya. Sonchus asper lebih dapat hidup di tempat yang lebih dingin dan lebih lembab dari Sonchus oleraceus. Tanaman ini tidak memiliki persyaratan tumbuh lainnya. Sonchus malainus telah diketahui hidup di hutan dan sepanjang jalan di ketinggian 1000 meter di Sumatra dan Jawa. Sonchus
arvensis L tumbuh di tempat lembab seperti di tanah berlapis dan kanal irigasi sampai dengan ketinggian 3200 m (http://Ilmuan.wordpress.com/2008/10/06/ Tempuyung). 3. Kandungan Kimia Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L) Kandungan kimia yang terdapat di dalam daun tempuyung adalah ion-ion mineral antara lain, silika, kalium, magnesium, natrium, dan senyawa organik seperti golongan
flavonoid
(kaempferol,
luteolin-7-O-glukosida
dan
apigenin-7-O-
glukosida), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat dan vanilat). (http://indonesisindonesia.com). Kandungan flavonoid total dalam daun tempuyung 0,1044%, akar tanaman 0,5% dengan jenis yang terbesar adalah apigenin-7-O-glikosida (3,4,5). Sementara pustaka lain menyebutkan bahwa daun tempuyung mengandung senyawa kimia antara lain luteolin, flavon, flavonol dan auron. Di dalam tumbuhan, flavonoid ada dalam bentuk glikosida dan aglikon flavonoid (Kelompok Studi Hortikultura Formica, 2006, http://kshf.multiply.com). 4. Efek Farmakologi Tanaman Tempuyung (Sonchus arvensis L) Dalam farmakologi Cina disebutkan bahwa tanaman obat ini memililki sifat: rasa pahit, dingin, menurunkan panas dan menghilangkan racun, berfungsi sebagai diuretik (peluruh kencing), penghancur batu saluran kemih dan batu empedu (http://tanamanobatcom.aurtoolbar.com). Unsur kalium yang terkandung dalam daun tempuyung mampu mengikis batu ginjal. Kelarutan batu ginjal oleh tempuyung
diduga melalui efek diuretiknya yaitu memperbanyak ekskresi urin. Selain itu tempuyung juga digunakan sebagai obat memar akibat benturan dengan cara menempelkannya pada bagian yang bengkak, menghilangkan rasa lesu, dan rasa pegal-pegal (Rusdeyti, 1985). Menurut Drs. Bambang Mursito, Apt. Msi, tanaman tempuyung bermanfaat untuk menghancurkan batu ginjal, memperlancar keluarnya air kencing, mengobati radang saluran kencing (anti-urolitiasis), dan menurunkan panas. Khasiat lainnya adalah dapat mengeluarkan atau menawarkan racun dan menghilangkan bengkak (W.P. Winarto dan Tim Karyasari, 2004). Efek farmakologis dan hasil penelitian : 1. Penelitian pengaruh ekstrak air dan ekstrak alkohol daun tempuyung terhadap volume urine tikus in vivo dan pelarutan batu ginjal in vitro, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: a. daun tempuyung tidak secara jelas mempunyai efek diuretik, namun mempunyai daya melarutkan batu ginjal. b. daya melarutkan batu ginjal oleh ekstrak air lebih baik daripada ekstrak alkohol (Giri Hardiyatmo, Fak. Farmasi UGM, 1988). 2. Praperlakuan flavonoid fraksi etil asetat daun tempuyung mampu menghambat hepatotoksisitas karbon tetraklorida (CCl4) yang diberikan pada mencit jantan (Atiek Liestyaningsih, Fak. Farmasi UGM, 1991). Flavonoid apigenin-7-O-glukosida adalah salah satu golongan flavonoid yang mempunyai potensi cukup baik untuk menghambat kerja enzim ksantin oksidase dan superoksidase, kandungan senyawa flavonoid yang cukup
tinggi, aman digunakan untuk pencegahan pembentukan asam urat dalam tubuh (Paul Cos dalam Prakoso Budi, 2007). Kandungan kalium dalam daun tempuyung cukup tinggi. Kalium inilah yang membuat batu ginjal berupa kalsium oksalat tercerai berai, karena kalium akan menyingkirkan kalsium dan bergabung dengan senyawa kalsium oksalat, atau urat yang merupakan pembentuk batu ginjal dengan membentuk senyawa garam yang mudah larut dalam air, sehingga batu ginjal itu akan terlarut secara perlahan-lahan dan ikut keluar bersama urine dengan reaksi kimia sebagai berikut: 2K+ +
Æ K2C2O4 + Ca2+
CaC2O4 (endapan CaC2O4/batu oksalat)
larut
larut
Daya melarutkan kalium terhadap endapan kalsium oksalat disebabkan oleh letak kalium di dalam deret Volta sebelum letak kalsium, sehingga kalium akan menyingkirkan kalsium untuk bergabung dengan senyawa karbonat, oksalat, atau urat dan
senyawa
kalsium
menjadi
larut
(Intisari,
1999,
Tempuyung.
www.indomedia.com/intisari). Dari uji klinis/pra klinis yang pernah dilakukan yaitu : 1). Uji laboratorium terhadap tempuyung. Dua senyawa flavonoid tempuyung mampu bereaksi dengan batu ginjal berkalsium setelah dilakukan perendaman pada 37º C selama 4 jam. Kedua senyawa aktif tersebut mengarah pada apigenin 7-glukosida dan luteolin 7glukosida. 2). Uji pra klinis efek diuretik tempuyung, pada percobaan in vivo, infus
tempuyung menunjukkan efek menghambat batu kandung kemih buatan pada tikus, infus tempuyung juga menunjukkan efek melarutkan kalsium oksalat, kolesterol, asam urat dan batu ginjal secara in vitro. Diduga mekanisme pelarutan batu ginjal disebabkan oleh pembentukan komplek antara flavonoid dengan kalsium yang menyusun batu ginjal (Active Media Bandung Indonesia, 2008, Tanaman Obat Tempuyung (Sonchus arvensis L) , http://tanamanobatcom.aurtoolbar.com//exe Tempuyung dapat diminum setiap hari sebagai pengganti teh (daun yang kering). Untuk batu ginjal, lamanya pemakaian tergantung pada besarnya batu ginjal pasien, atau ditandai dengan tidak ada lagi batu yang keluar bersama urin. Pengobatan dapat dilakukan selama satu minggu, kemudian istirahat untuk pemulihan saluran uretra yang luka selama satu minggu karena sewaktu batu ginjal keluar bersama urin akan terjadi iritasi saluran uretra sehingga urinnya akan berdarah (Chairul, 2009). B. Kalsium Oksalat 1. Kalsium dalam Tubuh Manusia Kalsium merupakan salah satu jenis mineral yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Beberapa fungsi dari kalsium adalah sebagai pembentukan tulang dan gigi yang dipengaruhi oleh vitamin D, melindungi tubuh dari penyerapan zat radioaktif, berperan
dalam aktivitas otot jantung, berperan dalam aktivitas saraf dan otak,
membantu proses pembekuan darah, dan mengaktifkan enzim. Apabila kita
kekurangan kalsium, maka diri kita akan terancam mengalami beberapa penyakit, antara lain: riketsia, rakitis, pertumbuhan terhambat, hipokalsemia, darah sukar membeku, osteoporosis. Kalsium dapat kita peroleh dari makanan, seperti: susu, daging, sayuran hijau, keju, dan kacang-kacangan. Di dalam tubuh kalsium yang kita konsumsi akan ditimbun dalam tulang, terutama dalam tulang spon. Penyerapan kalsium akan meningkat dengan adanya vitamin D. Penggunaan kalsium dalam tubuh akan diatur oleh kelenjar tiroid dan kelenjar paratiroid. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon kalsitonin yang fungsinya menurunkan kadar kalsium dalam darah. Sedangkan, kelenjar
paratiroid
akan
menghasilkan
hormon
paratiroid
yang
fungsinya
meningkatkan kadar kalsium dalam darah. Jumlah kebutuhan kalsium untuk orang dewasa per hari adalah 0,8 gram. Untuk anak-anak 1,4 gram per hari. Ibu hamil 1,5 gram per hari. Dan, ibu menyusui 2,0 gram per hari. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan penyakit seperti yang telah disebutkan di atas. Sedangkan, kelebihan kalsium dalam tubuh akan dapat menimbulkan hiperkalsemia serta kalsifikasi jaringan dan tulang rawan ( realmaya maknyak, 2007, Ayo Kenal Lebih Dekat dengan Kalsium, http://id.shvoong.com). 2. Oksalat bagi Tubuh Manusia Asam oksalat ditemukan pada beberapa sayuran dan buah-buahan dalam jumlah rendah. Seperti halnya asam fitat, asam oksalat juga mengganggu absorbsi
kalsium oleh pembentukan senyawa kalsium yang tidak larut. Pada sel tumbuhan biasanya oksalat ditemukan dalam bentuk kristal garam oksalat (kalsium oksalat) yang terdapat dalam sel vakuola dan dibentuk dari ion kalsium (Ca2+) dengan asam oksalat. Pada umumnya asam oksalat mudah larut dalam air kecuali garam-garam oksalat dari logam alkali tanah (Mg, Ca, Be dan lain-lain). Garam oksalat ini akan larut jika direaksikan dengan asam asetat (CH3COOH), asam klorida (HCL) dan asam sulfat (H2SO4). Kadar ion oksalat yang tinggi tidak baik untuk kesehatan, bahkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang serius seperti terjadinya ketidakseimbangan ion terutama pada pengikatan kalsium (Ca) oleh ion oksalat dalam tubuh dan gangguan ginjal seperti pengendapan kalsium oksalat di dalam ginjal yang dikenal dengan sebutan batu ginjal (Yuliani Aisyah, 2007, Asam Sunti : Hitam atau Putih, http://www.nad.go.id/index.php). 3. Terjadinya Batu Kalsium Oksalat (Ca C2O4) dalam Tubuh Manusia Faktor risiko terbentuknya batu ginjal atau saluran kemih sangat terkait dengan kelainan metabolisme tubuh pada setiap orang, jenis makanan yang dikonsumsi, volume cairan atau air yang diminum, usia, jenis kelamin, dan genetik. Dari sejumlah faktor tersebut, yang paling berpengaruh adalah konsumsi makanan dan air.
Makanan terutama yang memiliki kadar kalsium yang tinggi berisiko meningkatkan kadar kalsium dalam air kemih sehingga berdampak pada penurunan keasaman urin. Inilah salah satu penyebab pembentukan batu. Demikian juga jika air yang diminum sangat sedikit maka terjadi ketidak seimbangan antara jumlah garam dengan volume air di ginjal menyebabkan tingkat kejenuhan yang tinggi dan akibatnya timbul pengkristalan (Soenanto dan Sri Kuncoro, 2005). Jenis batu ginjal yang paling sering (lebih dari 80 %) adalah yang terbentuk dari kristal kalsium oksalat. Pendapat konvensional mengatakan bahwa konsumsi kalsium dalam jumlah besar dapat memicu terjadinya batu ginjal. Namun, bukti-bukti terbaru justru menyatakan bahwa konsumsi kalsium dalam jumlah sedikitlah yang memicu terjadinya batu ginjal ini. Hal ini disebabkan karena dengan sedikitnya kalsium yang dikonsumsi, maka oksalat yang diserap tubuh semakin banyak. Oksalat ini kemudian melalui ginjal dan dibuang ke urin. Dalam urin, oksalat merupakan zat yang mudah membentuk endapan kalsium oksalat. Jenis batu yang lain adalah yang terbentuk dari struvit (magnesium, ammonium, dan fosfat), asam urat, kalsium fosfat, dan sistin (Indeks Penyakit, 2008, Batu Ginjal, http://www.klikdokter.com/illness/). Komposisi Batu saluran kencing terdiri dari: (1).Batu Kalsium fosfat ( warna kuning, coklat bahkan hitam, dapat menjadi batu yang besar / Staghorn stone). (2).Batu Magnesium amonium fosfat (warna kuning, dapat menjadi Satghorn stone, batu paling keras ). (3).Batu Kalsium
oksalat (mulberry stone, biasanya kecil, kasar dan keras, Staghorn jarang terjadi, batu agak keras). (4).Batu Cystine ( warna kuning muda atau kuning coklat, biasanya multiple, dapat menjadi Staghorn stone ). (5).Batu Asam Urat (batu terbentuk dari kristal urat murni, kecil dan keras, warna kuning sampai kemerahan dantidak tampak pada Foto Rotgen / radiolusent) (Basuki Pramana, 2007). Sebelum urin dikeluarkan melalui saluran terakhir uretra, urin akan disaring terlebih dahulu oleh glomerulus. Zat yang berguna akan kembali ke darah, sedangkan zat yang tidak terpakai akan dikeluarkan melalui pembuluh menuju ke piala ginjal, mengalir lewat saluran yang disebut ureter lalu kekandung kemih. Jika ginjal kekurangan cairan dalam proses pengeluaran tersebut maka akan terjadi kekeruhan dan lama-kelamaan mengkristal menjadi kerak seperti batu. Endapan yang terjadi karena pekatnya kadar garam dalam urin yang ada di ginjal. Jika batu-batu tersebut turun dari ginjal berasama urin ke ureter disebut batu ureter. Jika turun lagi ke kandung kemih maka disebut batu kandung kamih (Soenato dan Sri Kuncoro, 2005). 4. Faktor Terjadinya Batu Kalsium Batu jenis kalsium paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70-80% dari seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, Ca fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Adapun faktor terjadinya batu kalsium adalah:
1) Hiperkalsiuri, yaitu kadar Ca di dalam urin lebih dari 250-300 mg/jam. Terdapat tiga macam penyebab terjadinya hiperkalsiuri, antara lain: -
Hiperkalsiuri absorbsif yang terjadi karena adanya peningkatan absorbsi Ca melalui usus.
-
Hiperkalsiuri renal terjadi karena adanya gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal.
-
Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan resorpsi Ca tulang yang banyak terjadi pada hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluri, yaitu adanya ekskresi oxaluturin yang melebihi 45 gr/hari. Keadaan ini banyak dijumpai pada pasien yang mengalami gangguan pada usus sehabis menjalani pembedahan usus dan pasien yang banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan oksalat, diantaranya adalah: teh, kopi instan, minuman soft drink, coklat, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam. 3) Hiperurikosuria, adalah kadar asam urat di dalam urin yang melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat yang berlebihan dalam urin bertindak sebagai inti batu atau nidus untuk terbentuknya batu Ca Oksalat. Sumber asam urat di dalam urin berasal dari makanan yang mengandung banyak purin maupun berasal dari metabolisme endogen.
4) Hipositraturia, yaitu di dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk Ca sitrat sehingga menghalangi ikatan Ca dengan oksalat atau fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan Ca sitrat lebih mudah larut dari pada Ca Oksalat. Oleh karena itu sitrat dapat bertindak sebagai penghambat pembentukan batu kalsium. Hipositraturi dapat terjadi pada: penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular acidosis, sindrom malabsobsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama. 5) Hipomagnesuria, yaitu seperti halnya pada sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu Ca, karena di dalam urine magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan Ca dengan oksalat. Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus (inflamatory bowel disease) yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi (Basuki Purnomo, 2007). 5. Penentuan Daya Larut Kalsium Oksalat (CaC2O4) oleh Teh Tempuyung (Sonchus arvensis) (%b/b) Penentuan daya larut kalsium oksalat (Ca C2O4) dengan metode gravimetri. Gravimetri merupakan salah satu cabang utama kimia analisis yang secara fisis dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel maupun dari pelarutnya. Metode gravimetri untuk analisis biasanya didasarkan pada reaksi kimia stoikiometri:
aA + rR
AaRr. Dalam metode gravimetri, zat yang dicari kadarnya dipisahkan
dari zat-zat lain yang menyertainya baik dalam bentuk asli maupun setelah diubah menjadi persenyawaan lain yang susunannya dikenal dengan presipitasi. Presipitat itu kemudian disaring, dicuci, dikeringkan kemudian ditimbang. Dari presipitat tersebut dapat dihitung kadar zat dalam sampel dengan membandingkan bobot endapan dengan bobot sampel kali faktor gravimetri dikali 100% b/b. Faktor gravimetri yaitu MR zat yang dicari dibandingkan dengan MR endapan. C. Kerangka Teori Teraksasterol Magnesium Asam Fenolat
Flavonoid
Tanaman Tempuyung
Kalsium Oksalat dalam Batu Ginjal
Natrium Kalium + CaC2O4 Silika
Inusitol
Kalium Batu CaC2O4 Hancur K2C2O4 + Ca2+ (larut)