PRODUKSI SIMPLISIA DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) DENGAN BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG KAMBING
YULISDA EKA WARDANI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Yulisda Eka Wardani NIM A24100189
ii
ABSTRAK YULISDA EKA WARDANI. Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing. Dibimbing oleh MAYA MELATI. Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dimanfaatkan sebagai obat herbal, karena memiliki kandungan kalium, silika, natrium, flavonoid, taraksasterol, inositol dan asam fenolat. Teknik budi daya tempuyung secara organik masih terbatas, namun membudidayakan tanaman obat secara organik lebih diharapkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis terhadap produksi simplisia daun tempuyung serta menghasilkan rekomendasi dosis pupuk kandang kambing yang tepat untuk budi daya tempuyung. Percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak dengan satu faktor, yaitu lima dosis pupuk kandang, terdiri atas 0, 5, 10, 15 dan 20 ton ha-1; setiap perlakuan memiliki tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis tidak mempengaruhi secara signifikan seluruh peubah, walaupun pemberian pupuk kandang kambing menyebabkan pertumbuhan tanaman yang baik. Produktivitas maksimal simplisia daun tempuyung terdapat pada 8 MST dengan rata-rata mencapai 120 kg ha-1. Kata kunci: flavonoid, organik, tanaman obat
ABSTRACT YULISDA EKA WARDANI. Production of Perennial sowthistle (Sonchus arvensis L.) in Leaf with Sheep Manure Rates. Supervised by MAYA MELATI. Perennial sowthistle (Sonchus arvensis L.) is utilized as herbal medicine, because it contains potassium, silica, sodium, flavonoids, taraxasterol, inositol and phenolic acids. The cultivation of medicinal plant in organic way is preferable, but the technique has not been well known. Therefore, the study aimed to examine the effect of sheep manure with various rates for simplicia production and generate recommended rate of sheep manure. The experiment used a randomized completely block design with one factor consisted of five rates of manure, i.e 0, 5, 10, 15 and 20 ton ha-1 and three replications. The results showed that sheep manure did not significanly affect all variables, although the sheep manure led to good plant growth. There was no optimum rate of sheep manure to recommend. The maximum production of simplicia was reached at 8 MST with the average amount of 120 kg dry leaves ha-1. Keywords: flavonoids, medicinal plant, organic
iii
PRODUKSI SIMPLISIA DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) DENGAN BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG KAMBING
YULISDA EKA WARDANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
iv
v
Judul Skripsi : Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing Nama : Yulisda Eka Wardani NIM : A24100189
Disetujui oleh
Dr Ir Maya Melati, MS, MSc Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 hingga Maret 2014 ini ialah budidaya tempuyung, dengan judul Produksi Simplisia Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) denga Berbagai Dosis Pupuk Kandang Kambing Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Maya Melati, MS, MSc yang telah membimbing penulis serta saran selama penyusunan usulan penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Ir Megayani Sri Rahayu, MS selaku pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi dan masukan kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta dan keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya, serta pada yayasan Karya Salemba Empat atas beasiswa yang diberikan selama penulis dalam masa kuliah. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014 Yulisda Eka Wardani
i
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
2
Hipotesis
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Botani
2
Agroekosistem dan Penyebaran
2
Kandungan Bioaktif dan Manfaat
3
Pupuk Kandang Kambing
3
METODE
4
Bahan dan Alat
4
Lokasi dan Waktu Penelitian
4
Pelaksanaan
4
Rancangan Percobaan
5
Prosedur Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan SIMPULAN DAN SARAN
6 6 19 20
Simpulan
20
Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
24
RIWAYAT HIDUP
32
ii
DAFTAR TABEL Kandungan hara dalam pupuk kandang Data iklim bulanan wilayah Darmaga Bogor Hasil analisis tanah Rekapitulasi hasil sidik ragam Rata-rata tinggi tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda 6 Rata-rata jumlah daun tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda 7 Rata-rata panjang daun terpanjang tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda 8 Rata-rata lebar daun terpanjang tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda 9 Rata-rata diameter tajuk tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda 10 Korelasi linear antara tinggi tanaman, jumlah daun dan biomassa daun pada 8 MST 1 2 3 4 5
3 6 6 8 10 10 11 11 12 16
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Ulat dan daun yang terserang gigitan serangga Cendawan Puccinia sp. dan daun yang terserang Puccinia sp. Keragaan tanaman pada 1 (a) dan 8 MST (b) Rata-rata biomassa daun total pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Bagian tanaman tempuyung Rata-rata biomassa daun 8 MST dengan dosis pupuk yang berbeda Rata-rata bobot kering akar pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Rata-rata biomassa batang pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Rata-rata biomassa bunga pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Rata-rata kadar flavonoid total (dihitung sebagai quersetin) pada umur 8 MST dengan dosis pupuk yang berbeda Rata-rata kandungan antosianin pada umur 8 MST dengan dosis pupuk yang berbeda Rata-rata kandungan klorofil pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Rata-rata kandungan karoten pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Rata-rata kadar hara tanaman pada 8 MST dan dosis pupuk yang berbeda
7 7 7 13 14 14 15 15 16 17 17 18 18 18
iii
DAFTAR LAMPIRAN 1
Hasil analisis sidik ragam
24
PENDAHULUAN Latar Belakang Masyarakat Indonesia sudah lama memiliki budaya mengkonsumsi obat tradisional, karena efek sampingnya lebih rendah daripada obat kimia. Selain itu, tanaman obat juga memiliki potensi sebagai sumber pangan fungsional yang berfungsi sebagai pencegahan terhadap penyakit (Winarti dan Nurdjanah 2005). Indonesia juga memiliki berbagai jenis komoditas tanaman obat baik yang sudah dibudidayakan dengan baik, maupun masih tumbuh secara liar. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor : 511/Kpts/PD.310/9/2006, ada 66 jenis tanaman obat yang telah dikembangkan Indonesia serta berada dalam tanaman binaan Direktorat Jenderal Hortikultura dan salah satu dari tanaman tersebut adalah tempuyung (Sonchus arvensis L) (Direktorat Jenderal Hortikultura 2012) yang berkhasiat sebagai pemecah batu ginjal (Hidayati et al. 2009). Perkembangan industri tanaman obat baik skala besar maupun menengah, membutuhkan pasokan yang kontinu untuk mempertahankan produksinya, sehingga dengan adanya peningkatan permintaan setiap tahun, perlu adanya pengembangan dan penelitian budi daya dan pasca panen tanaman obat (Pribadi 2009). Petani cenderung menggunakan input anorganik yang tinggi dalam sistem budidayanya untuk mempertahankan produksi tanaman obat, padahal penggunaan pupuk dan pestisida anorganik yang berlebihan serta terus-menerus akan menghasilkan residu yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. Dampak penggungaan pestisida anorganik, yaitu dapat menyebabkan keracunan akut jika konsumen mengkonsumsi produk pertanian yang mengandung residu dalam jumlah besar. Dampak lainnya yang berpengaruh terhadap lingkungan adalah pencemaran lingkungan baik air, tanah, maupun udara, serta fitotoksik atau dapat meracuni tanaman (Las et al. 2006). Simplisia daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) sering dimanfaatkan sebagai obat, sehingga perlu adanya teknik budi daya secara organik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas simplisia daun tempuyung, serta mengurangi pencemaran bahan kimia sintetik yang berasal dari pupuk dan pestisida anorganik (Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat 2009). Salah satu input yang yang digunakan dalam budi daya tanaman secara organik adalah pupuk kandang. Pupuk kandang kambing memiliki kadar N dan K lebih besar dari pupuk kandang sapi (Hardjowigeno 1989). Informasi mengenai pemanfaatan pupuk kandang kambing untuk budi daya tempuyung secara organik masih terbatas. Oleh karena itu perlu dipelajari peranan pupuk kandang kambing untuk pertumbuhan tanaman dan penentuan dosis pupuk yang tepat. Perumusan Masalah Apakah perbedaan dosis pupuk kandang kambing dapat menyebabkan perbedaan produksi simplisia tempuyung?
2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis terhadap produksi simplisia daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) serta menghasilkan rekomendasi dosis pupuk kandang kambing yang optimal dalam budi daya tempuyung (Sonchus arvensis L.). Hipotesis Semakin tinggi dosis pupuk kandang kambing semakin tinggi produksi simplisia daun tempuyung (Sonchus arvensis L.).
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) termasuk dalam famili Asteraceae ini merupakan tanaman terna tahunan dengan tinggi 0.6 - 2 m (Sulasna et al. 2004). Menurut Dalimartha (2005), tanaman tempuyung termasuk genus Sonchus, dan spesies Sonchus arvensis L. Tempuyung memiliki ciri fisik yang khas, yaitu daun tunggal yang berbentuk lanset atau lonjong dengan panjang 6-48 cm dan lebar 3-12 cm, tepi daun menyirip tidak beraturan dan berwarna hijau muda. Bunga berbentuk bonggol yang tergabung dalam malai, bertangkai, mahkota berbentuk jarum dengan warna kuning cerah. Buah tempuyung berbentuk kotak dan berusuk lima, berwarna kuning dengan panjang hingga 4 mm. Tanaman ini memiliki getah putih dengan batang yang berongga dan akar tunggang yang kuat. Tempuyung memiliki biji berwarna coklat kekuningan, ringan dan berbulu seperti kapas yang dapat digunakan dalam perbanyakan secara generatif. Selain itu, perbanyakan vegetatif dapat dilakukan melalui stek tunas dan menggunakan bonggol akar (Winarto 2004). Agroekosistem dan Penyebaran Tempuyung (Sonchus arvensis L.) memiliki daya adaptasi besar terhadap cekaman kekeringan. Jenis iklim yang sesuai untuk budi daya tempuyung adalah tipe B2 dan C menurut Oldeman. Tanaman ini juga dapat ditanam di bawah naungan 50%. Berdasarkan jenis dan tingkat kesuburan tanah, tempuyung dapat tumbuh pada media tumbuh yang relatif lebih luas, dari kondisi tanah gembur hingga tanah yang relatif berlempung. Bahkan pada kondisi tanah dengan kandungan liat yang lebih tinggi dari kandungan pasirnya, tempuyung dapat tumbuh dengan baik (Rahardjo dan Rosita 2003). Morfologi benih tempuyung berbulu, memungkinkan tanaman ini memiliki penyebaran yang luas karena benih mudah terbawa angin. Tempuyung dapat tumbuh liar pada ketinggian 50 -1 650 m dpl (Dalimartha 2005).
3 Kandungan Bioaktif dan Manfaat Kandungan kimia yang terdapat pada daun tempuyung, yaitu berupa ionion mineral, seperti Si, K, Mg, Na, dan senyawa organik flavonoid (kaempferol, luteolin-7-O-glukosida, apigenin-7-O-glukosida) (Rohaeti et al. 2011), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol dan asam fenolat (sinamat, kumarat, vanilat) (Yuliarti 2013). Menurut Pramono et al. (1993) terdapat dua senyawa flavonoid dari daun Sonchus arvensis L., yaitu apigenin7-glukosida dan luteolin 7-glukosida yang mampu memecah batu ginjal berkalsium. Wahid (1998) menambahkan, simplisia tempuyung dapat berfungsi sebagai nefrolitiasis dan diuretik. Selain dapat memecah batu ginjal, tempuyung juga memiliki manfaat sebagai anti hiperurisemia atau obat asam urat (Assari 2012), anti bakteri atau sebagai obat disentri dan diare (Sukadana dan Rahayusanti 2011), dan anti oksidan (Khan 2012). Menurut Puteri (2009) simplisia tempuyung dapat berfungsi sebagai anti diabetes karena memiliki aktivitas inhibitor maltase yang tinggi. Pupuk Kandang Kambing Terdapat beberapa faktor yang akan mempengaruhi optimasi pemupukan, yaitu jenis tanah (karena kebutuhan hara akan berbeda pada jenis tanah yang berbeda) dan sifat genetik tanaman (setiap tanaman memiliki kebutuhan hara yang berbeda) (Yusron et al. 2012). Rekomendasi pemupukan yang optimal dapat diperoleh melalui optimasi faktor-faktor yang akan berpengaruh, seperti tujuan pemupukan, jenis tanah, dan kadar hara tersedia dalam tanah (Izhar dan Susila 2010) Menurut Hartatik dan Widowati (2006) pupuk kandang merupakan produk buangan dari ternak yang berfungsi untuk menambah hara tanaman, memperbaiki sifat biologi dan fisik tanah. Pupuk kandang adalah kotoran hewan ternak yang telah terdekomposisi, baik berbentuk padat (feses) maupun cair (urin), sehingga bentuk dan aromanya tidak sama dengan kotoran yang masih segar. Pupuk kandang yang umum digunakan adalah pupuk kandang ayam, sapi, dan kambing. Kandungan hara yang terdapat dalam berbagai jenis pupuk kandang, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Kandungan hara dalam pupuk kandang Sumber Pupuk Kandang
N
P2O5
K2O
-----------------------(%)---------------------Sapi Kambing Kuda Ayam Babi
0.29 0.55 0.44 1.70 0.60
Sumber: Hardjowigeno (1989)
0.17 0.31 0.17 1.90 0.41
0.35 0.15 0.35 1.50 0.13
4
METODE Bahan dan Alat Bahan tanam yang digunakan untuk percobaan ini adalah bibit tempuyung yang berumur ± 4 minggu hasil dari stek anakan. Bahan tanam diperoleh dari kebun Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor. Bahan lainnya yang digunakan adalah pupuk kandang kambing, arang sekam, kapur dan amplop coklat. Peralatan yang digunakan adalah alat budi daya pertanian, meteran, timbangan analitik, oven 60 oC, alat tulis dan gunting. Lokasi dan Waktu Penelitian Percobaan lapangan dilaksanakan di Kebun Percobaan Organik di Cikarawang, Darmaga, Bogor dengan ketinggian ± 250 m dpl. Pengamatan pasca panen di Laboratorium Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB serta pengamatan kandungan bioaktif di Laboratorium Pengujian, Departemen Agronomi dan Hortikultura. Percobaan ini dilaksanakan dari bulan November 2013 hingga Maret 2014. Pelaksanaan Persiapan lahan dilakukan dengan penyiangan gulma dan pengolahan lahan menggunakan cangkul. Setelah tanah cukup gembur, dibuat petakanpetakan percobaan sebanyak 15 petak dengan ukuran petak 1.2 m X 2.7 m. Sebulan sebelum penanaman setiap petakan percobaan diberi pupuk kandang kambing dengan dosis yang telah ditentukan. Pupuk kandang diaplikasikan dengan cara disebar pada bedengan. Petak percobaan juga diberi kapur dan arang sekam padi dengan dosis 1 ton ha-1 pada 7 hari sebelum transplanting dengan cara ditebar pada permukaan tanah. Menurut Burhanudin dan Nurmansyah (2010) pemberian kapur dimaksudkan untuk meningkatkan pH tanah dan dapat memberikan kondisi yang baik bagi aktivitas mikroba tanah. Pembibitan tempuyung dilakukan selama satu bulan setelah distek dengan naungan 40%. Bibit tempuyung ditanam ke lahan setelah berumur empat minggu dengan jarak tanam 30 cm X 30 cm mengacu pada Nurhayati et al. (2013). Pemeliharaan yang dilakukan, yaitu penyulaman pada 1 MST, penyiraman dan penyiangan gulma (dengan cara mencabut gulma) hingga 9 MST, serta pemangkasan bunga pada 6 MST. Pemangkasan bunga dilakukan dengan cara menggunting batang yang berbunga pada buku ke tiga di bawah pangkal bunga, hal ini bertujuan untuk memacu pertumbuhan vegetatif tanaman. Tanaman dipanen secara destruktif (dengan mengambil seluruh bagian tanaman) pada umur 4, 6 dan 8 MST, dan panen dengan cara memotong pangkal batang pada 9 MST. Setelah dipanen tanaman dicuci dan dikeringanginkan selama beberapa menit, kemudian bagian daun, batang, bunga dan akar dipisahkan dan ditimbang untuk memperoleh data bobot segar tanaman. Selanjutnya bagian tanaman tersebut dijemur di bawah sinar matahari selama 1-2 hari (tergantung kondisi cuaca) untuk mempercepat pengeringan dalam oven. Setiap bagian
5 tanaman dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 oC agar kandungan bioaktif dalam daun terjaga. Setelah 2 hari pengeringan dalam oven, bobot kering tanaman ditimbang. Peubah vegetatif yang diamati setiap minggu adalah tinggi tanaman, jumlah daun (dihitung pada daun yang sudah membuka secara penuh), panjang dan lebar daun terpanjang serta diameter tajuk. Saat tanaman berumur 4, 6 dan 8 MST dilakukan pengamatan biomassa tanaman melalui penimbangan bobot basah dan bobot kering daun, batang, bunga dan akar dengan mengambil 2 tanaman dalam setiap petak percobaan. Pengamatan terhadap sampel tanaman pada 9 MST juga pada peubah tersebut di atas dilakukan, namun tanpa pengukuran biomassa akar, karena akar tidak dipanen. Analisis pasca panen yang dilakukan yaitu analisis kandungan klorofil, antosianin dan karoten menggunakan metode Sims and Gamon (2002) pada daun muda percabangan dan daun tua ketika 6 dan 8 MST. Dilakukan pula analisis kandungan flavonoid menggunakan metode AlCl3 dan analisis kadar NPK pada daun ketika tanaman berumur 8 MST. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan model rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) satu faktor dengan perlakuan lima dosis pupuk kandang, yaitu 0, 5, 10, 15 dan 20 ton ha-1. Setiap satuan percobaan terdiri atas tiga ulangan dengan lima taraf perlakuan, sehingga terdapat 15 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri atas 36 tanaman termasuk 10 tanaman contoh, sehingga total tanaman berjumlah 540 tanaman. Model aditif linear dari percobaan ini adalah: Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan : Yij : Produksi tanaman dari perlakuan (dosis pupuk) ke-i dan ulangan ke-j µ : Rataan umum hasil pengamatan αi : Pengaruh aditif perlakuan (dosis pupuk) ke-i βj : Pengaruh aditif ulangan ke-j εij : Pengaruh galat percobaan pada perlakuan (dosis pupuk) ke-i dan ulangan ke-j Prosedur Analisis Data Data pengamatan yang diperoleh, dianalisis menggunakan uji F pada α = 5%. Apabila terdapat pengaruh yang signifikan dari perlakuan terhadap peubah yang diamati, maka setiap taraf perlakuan dibandingkan dengan menggunakan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) pada taraf kesalahan 5%, analisis regresi dan korelasi.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Rata-rata suhu bulanan selama percobaan dilaksanakan adalah 25.1 oC dengan kisaran 23.2 oC hingga 28.2 oC, sedangkan rata-rata curah hujan bulanan selama percobaan, yaitu 440 mm dengan kisaran 281 mm hingga 702 mm. Ratarata kelembaban bulanan adalah 88 % ( Tabel 2). Tabel 2 Data iklim bulanan wilayah Darmaga Bogor Bulan
Temperatur Maks
Kelembaban Udara rata-rata (%)
Curah hujan (mm)
23.7
29.0
86
411
23.1 23.1 23.3
27.1 27.7 29.7
89 89 87
702 337 281
Min o
C
Desember 2013 Januari 2014 Februari 2014 Maret 2014
Sumber: Stasiun Klimatologi Dramaga, Bogor Sebelum percobaan dilaksanakan, contoh tanah diambil secara komposit untuk dilakukan analisis kandungan hara tanah. Kondisi tanah pada lokasi percobaan memiliki pH sebesar 6.40, sedangkan kadar N-total sebesar 0.12%, PBray I sebesar 8.0 ppm dan K sebesar 1.15 me/100 g. Hal ini menunjukan kondisi lahan percobaan yang agak masam dan memiliki kadar N dan P yang rendah akan tetapi memiliki kadar K yang sangat tinggi (Tabel 3). Tabel 3 Hasil analisis tanah Karakter H2O (pH 1:1) C-org N-total K P-Bray I
Satuan % % me/100 g ppm
Nilai 6.40 1.34 0.12 1.15 8.0
Kriteria Agak masam Rendah Rendah Sangat tinggi Rendah
Hama dan penyakit yang menyerang tempuyung selama percobaan berlangsung adalah ulat, belalang, kutu daun (Aphid sp.) dan cendawan Puccinia sp. Kutu daun menyerang pangkal daun bagian bawah dan sekitar titik tumbuh mulai 3 MST, sedangkan ulat dan belalang menyerang daun (Gambar 1). Curah hujan bulanan pada umur tanaman 1 hingga 3 MST mencapai 702 mm, tingginya curah hujan dan kelembaban menyebabkan 30% tanaman tempuyung terserang cendawan Puccinia sp. dengan gejala ringan berupa bintik kuning pada daun tua yang dekat tanah (Gambar 2). Bahkan pada 8 MST persentase daun yang rusak mencapai 93.14%. Menurut Wahyuno (2012) karat daun yang disebabkan oleh Puccinia sp. memiliki gejala bercak coklat kehitaman dengan warna kuning di bagian tepi dan tersebar secara acak.
7
Gambar 1 Ulat dan daun yang terserang gigitan serangga
Gambar 2 Cendawan Puccinia sp. dan daun yang terserang Puccinia sp. Tanaman tempuyung mulai berbunga pada 5 MST, akan tetapi nilai dari peubah vegetatif terus bertambah hingga 8 MST. Secara umum dalam penelitian ini, tanaman tempuyung memiliki keragaan yang baik (Gambar 3). Pemangkasan bunga pada percobaan ini, yang dilakukan saat tanaman berumur 6 MST justru meningkatkan jumlah cabang dan bunga, sehingga pada budi daya tempuyung sebaiknya tidak perlu melakukan pemangkasan bunga. Padahal menurut Wahyuningsih (2005) pemangkasan tangkai bunga pada awal pembungaan dapat meningkatkan jumlah daun tempuyung karena merangsang pertumbuhan tunas lateral (anakan).
(a)
(b)
Gambar 3 Keragaan tanaman pada 1 (a) dan 8 MST (b) Pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis dalam percobaan ini tidak menunjukan pengaruh yang nyata terhadap seluruh peubah yang diamati (Tabel 4).
8 Tabel 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam Peubah Tinggi tanaman
Jumlah daun
Diameter tajuk
Lebar daun terpanjang
Panjang daun terpanjang
Umur tanaman (MST) 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
Pengaruh dosis tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
KK (%) 14.73 16.43 13.97t 20.04t 19.05t 20.34t 19.00 24.70 8.4 7.8 5.1 8.1 17.9 21.4 23.4 27.3 9.75 8.98 6.55 5.53 5.93 6.57 6.42 5.82 5.52 4.52 6.33 6.13 3.21 5.61 5.96 5.45 8.39 9.00 5.69 5.03 19.57 5.97 6.26 5.58
9 Tabel 4 Rekapitulasi hasil sidik ragam (lanjutan) Peubah Bobot segar daun total.tanaman-1
Bobot kering daun total.tanaman-1
Bobot segar akar
Bobot kering akar
Bobot segar batang Bobot kering batang Bobot segar bunga Bobot kering bunga Bobot segar daun muda Bobot segar daun tua Bobot kering daun muda Bobot kering daun tua Kandungan klorofil Kandungan klorofil (daun muda) Kandungan klorofil (daun tua) Kandungan karoten Kandungan karoten (daun muda) Kandungan karoten (daun tua) Kandungan antosianin Kandungan antosianin (daun muda) Kandungan antosianin (daun tua) Kandungan flavonoid (daun tua) Kadar nitrogen Kadar fosfor Kadar kalium tn
Umur tanaman (MST) 4 6 8 9 4 6 8 9 4 6 8 4 6 8 8 9 8 9 8 9 8 9 8 8 8 8 6 8 8 6 8 8 6 8 8 8 8 8 8
menunjukan hasil yang tidak berpengaruh nyata, dengan rumus √(x+1)
t
Pengaruh dosis tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn
KK (%) 23.75 19.24t 31.52 21.19t 23.26 26.57 20.27t 21.88t 23.24 28.57 31.55 9.58t 30.40 16.26t 27.08t 27.09t 26.66t 31.22t 20.07t 25.58t 13.34t 15.32t 12.98t 16.70t 16.62t 19.25t 9.73 10.79 11.18 7.98 10.66 11.65 1.64t 1.52t 1.25t 28.72 14.33 14.33 21.10
menunjukan KK hasil transformasi data
10 Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kambing terhadap Peubah Vegetatif Ketika tanaman tempuyung memasuki fase generatif (5 MST) tanaman cepat tumbuh tinggi, hal ini dapat dilihat dari selisih tinggi tanaman pada 5 dan 6 MST yang berkisar antara 6.37 hingga 13.28 cm. Secara statistik, tidak ada pengaruh dosis pupuk terhadap tinggi tanaman meskipun pada 3-6 MST nilai tinggi tanaman dengan aplikasi 15 ton ha-1 lebih tinggi daripada perlakuan lainnya (Tabel 5). Tabel 5 Rata-rata tinggi tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1)
Umur tanaman (MST)
0
5
10
15
20
Tinggi tanaman (cm) 1
1.27 ± 0.20
1.30 ± 0.03
1.19 ± 0.06
1.40 ± 0.06
1.25 ± 0.06
2
1.68 ± 0.15
1.49 ± 0.07
1.51 ± 0.10
1.88 ± 0.26
1.54 ± 0.11
3
1.95 ± 0.09
1.83 ± 0.12
1.92 ± 0.05
3.35 ± 1.48
1.94 ± 0.11
4
2.36 ± 0.16
2.19 ± 0.05
2.21 ± 0.06
4.69 ± 2.63
2.37 ± 0.32
5
4.00 ± 0.43
3.53 ± 0.31
3.62 ± 0.44
7.11 ± 3.74
4.26 ± 1.24
6
14.85 ± 2.85
9.90 ± 0.79
12.02 ± 3.53
20.39 ± 9.14
13.92 ± 6.52
7
37.43 ± 10.63
30.37 ± 7.82
29.71 ± 9.51
38.55 ± 15.13
41.14 ± 14.86
8
69.98 ± 11.08
55.84 ± 7.49
61.38 ± 12.14 59.11 ± 16.66
64.49 ± 15.05
Keterangan : ± adalah standard error (n=3) Tidak ada perbedaan nyata jumlah daun akibat perbedaan dosis pupuk, meskipun pada 7-8 MST ada selisih yang lebih besar antara jumlah daun dengan aplikasi pupuk kandang 20 ton ha-1 dan tanpa pupuk (Tabel 6). Tabel 6 Rata-rata jumlah daun tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Umur tanaman (MST)
Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1) 0
5
10
15
20
Jumlah daun 1
4.4 ± 0.3
4.6 ± 0.7
4.5 ± 0.5
4.5 ± 0.5
4.4 ± 0.4
2
5.6 ± 0.3
5.8 ± 0.6
5.5 ± 0.4
5.8 ± 1.8
5.5 ± 0.5
3
7.4 ± 0.5
7.8 ± 0.7
7.5 ± 0.6
7.3 ± 0.9
7.4 ± 0.8
4
10.1 ± 0.6
10.6 ± 0.9
10.3 ± 0.8
10.5 ± 1.6
10.5 ± 1.3
5
17.5 ± 2.3
16.4 ± 0.9
16.2 ± 1.7
18.3 ± 2.1
19.2 ± 4.0
6
25.0 ± 3.5
22.5 ± 3.1
21.2 ± 1.6
25.3 ± 2.3
27.1 ± 3.8
7
33.8 ± 5.1
27.4 ± 4.7
29.4 ± 1.8
34.4 ± 1.7
39.0 ± 6.1
8
43.2 ± 6.2
35.1 ± 9.1
37.0 ± 3.9
44.6 ± 3.7
48.3 ± 6.4
Keterangan : ± adalah standard error (n=3)
11 Peubah panjang dan lebar daun serta diameter tajuk juga tidak berbeda antar dosis pupuk (Tabel 7, 8 dan 9). Nilai peubah panjang dan lebar daun yang fluktuatif disebabkan oleh daun terpanjang yang diamati pada minggu sebelumnya mati dan atau disebabkan daun terpanjang yang diamati tidak selalu pada daun yang sama. Penelitian ini menghasilkan keragaan tanaman yang lebih baik daripada hasil penelitian Gatari (2014) yang menggunakan polybag dan menunjukkan bahwa tanaman tempuyung dengan penggunaan berbagai media tanam yang dicampur pupuk kandang sapi memiliki rata-rata panjang daun tertinggi 19.79 cm, sedangkan rata-rata diameter tajuk terpanjang 36.20 cm. Tabel 7 Rata-rata panjang daun terpanjang tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Umur tanaman (MST)
Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1) 0
5
10
15
20
Panjang daun (cm) 1
13.53 ± 1.47
13.60 ± 2.32
14.44 ± 1.89
13.67 ± 2.76
14.04 ± 1.91
2
14.47 ± 1.09
14.10 ± 2.26
14.86 ± 1.78
14.42 ± 2.59
14.28 ± 1.59
3
17.80 ± 1.10
16.38 ± 1.68
17.04 ± 1.15
17.37 ± 1.86
17.32 ± 1.76
4
23.26 ± 1.05
21.74 ± 1.59
22.30 ± 1.10
22.96 ± 2.08
23.28 ± 1.86
5
25.01 ± 0.89
24.33 ± 1.40
30.97 ± 7.52
24.85 ± 1.61
26.19 ± 1.90
6
27.32 ± 1.18
26.33 ± 1.20
26.10 ± 1.10
26.28 ± 0.97
28.33 ± 1.36
7
30.25 ± 0.74
28.58 ± 1.16
28.11 ± 1.08
28.97 ± 0.28
30.54 ± 1.39
8
30.53 ± 1.05
29.07 ± 0.99
29.19 ± 0.86
29.46 ± 0.26
30.53 ± 0.92
Keterangan : ± adalah standard error (n=3) Tabel 8 Rata-rata lebar daun terpanjang tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Umur tanaman (MST)
Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1) 0
5
10
15
20
Lebar daun (cm) 1
4.09 ± 0.25
3.69 ± 0.32
4.31 ± 0.34
4.16 ± 0.55
4.02 ± 0.32
2
4.60 ± 0.21
4.12 ± 0.26
4.57 ± 0.15
4.64 ± 0.38
4.46 ± 0.26
3
5.81 ± 0.26
5.33 ± 0.27
5.46 ± 0.06
5.61 ± 0.39
5.92 ± 0.50
4
7.19 ± 0.08
6.71 ± 0.28
7.02 ± 0.26
7.06 ± 0.20
7.36 ± 0.39
5
7.59 ± 0.14
7.17 ± 0.14
7.38 ± 0.09
7.38 ± 0.03
7.56 ± 0.20
6
7.28 ± 0.25
7.16 ± 0.31
7.19 ± 0.09
7.37 ± 0.20
7.35 ± 0.20
7
7.87 ± 0.26
7.17 ± 0.34
7.46 ± 0.26
7.37 ± 0.08
7.60 ± 0.17
8
7.78 ± 0.11
7.35 ± 0.34
7.73 ± 0.18
7.36 ± 0.08
7.74 ± 0.27
Keterangan : ± adalah standard error (n=3)
12 Tabel 9 Rata-rata diameter tajuk tanaman tempuyung pada umur dan dosis pupuk yang berbeda Umur tanaman (MST)
Dosis Pupuk kandang kambing (ton ha-1) 0
5
10
15
20
Diameter tajuk (cm) 1
23.61 ± 2.40
23.66 ± 3.98
25.09 ± 3.90
24.28 ± 5.73
24.66 ± 3.27
2
25.84 ± 2.20
25.26 ± 4.05
26.45 ± 3.50
26.67 ± 5.48
25.69 ± 3.61
3
33.71 ± 2.55
30.93 ± 3.20
32.24 ± 1.98
32.62 ± 3.93
33.36 ± 3.33
4
44.62 ± 1.94
41.49 ± 2.94
43.16 ± 2.21
44.01 ± 4.07
45.28 ± 4.04
5
49.50 ± 1.68
47.83 ± 2.56
47.87 ± 1.88
49.06 ± 3.07
51.70 ± 3.90
6
54.37 ± 2.52
51.82 ± 2.37
51.94 ± 2.25
52.58 ± 1.82
56.32 ± 3.15
7
59.27 ± 2.05
55.90 ± 2.56
55.56 ± 2.10
56.92 ± 0.41
61.13 ± 2.33
8
60.75 ± 1.71
57.86 ± 2.68
58.24 ± 1.73
58.89 ± 0.38
61.98 ± 1.73
Keterangan : ± adalah standard error (n=3) Nilai peubah tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter tajuk mencapai nilai tertinggi pada 8 MST. Hal ini dapat diartikan, walaupun pemberian pupuk kandang kambing tidak memberikan pengaruh yang nyata, tanaman tempuyung tetap dapat tumbuh dengan baik. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kambing terhadap Peubah Bobot Segar dan Bobot Kering Tanaman Tempuyung Pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis tidak berpengaruh terhadap bobot segar dan bobot kering tanaman. Peubah bobot segar dan bobot kering daun mencapai nilai maksimal pada 8 MST, akan tetapi ketika 9 MST terjadi penurunan hasil hingga 78.52% dari hasil panen 8 MST (Gambar 4). Hal ini dikarenakan gejala serangan cendawan Puccinia sp. yang semakin tinggi, sehingga banyak tanaman yang busuk. Tanaman tempuyung memiliki dua jenis daun yang dilihat berdasarkan umur dan letaknya, yaitu daun tua dan daun muda. Daun tua merupakan daun yang tumbuh sejak masa pembibitan dan letaknya dekat permukaan tanah, sedangkan daun muda merupakan daun yang mulai tumbuh pada 2 atau 3 MST dan letaknya di atas buku ke 4 batang serta percabangan (Gambar 5). Apabila daun tua dan daun tua dibandingkan (Gambar 6), daun muda memiliki biomassa yang lebih tinggi daripada daun tua, ini disebabkan oleh daun muda memiliki ukuran daun yang hampir sama dengan daun tua. Selain itu, menurut Wahyuno (2012) cendawan Puccinia sp. banyak menyerang daun tua, sehingga banyak daun tua yang busuk. Akan tetapi pada peubah bobot segar dan bobot kering akar menunjukan penambahan bobot pada setiap dua minggu (Gambar 7 dan 8). Hal ini menunjukan cendawan Puccinia sp. tidak mempengaruhi perakaran tanaman, karena menurut Wahyuno (2012) cendawan Puccinia sp. hanya menyerang daun.
13
Bobot segar daun (g.tanaman-1)
4 MST
6 MST
150
150
100
100
50
18.64
18.13
13.87 15.53
11.44
93.32 64.03
66.78
5
10
50
0
0 0
5
10
15
20
0
8 MST 150
120.78
100
136.58 100.63 98.04 103.40
20
150 100 50
0
40.60
32.84
40.77
21.05
29.17
10
15
20
0 0
5
10
15
20
0
5
4 MST Bobot kering daun (g.tanaman-1)
15
9 MST
50
6 MST
30
30
20
20
10
10 2.05
1.24
2.01
1.64
1.46
0
5
10
15
20
0
6.34
5.11
6.43
4.88
4.13
0
5
10
15
20
0
8MST
9MST
30 20
80.3 55.18
30 19.69
18.49 15.16
17.56
16.25
20
10
10
0
0 0
5
10
15
20
9.72
0
10.09 6.45
5.54
6.47
5
10
15
20
Dosis pupuk kandang (ton ha-1) Gambar 4
Rata-rata biomassa daun total pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3
14
Bobot segar daun (g.tanaman-1)
Gambar 5 Bagian tanaman tempuyung Daun muda 100 80
83.44 56.62 57.35 54.74
60
100 80
68.98
60
40
40
20
20
0
67.96 49.05 29.66
5
10
15
20
0
Daun muda
5
10
15
20
Daun tua
20 15
47.91 43.71
0 0
Bobot kering daun (g.tanaman-1)
Daun tua
20 12.23
12.03 11.44
10
7.45
8.97
15 10.92 10
5
7.31
3.92
5
0
6.92
5.97
0 0
5
10
15
20
0
5
10
15
20
Dosis pupuk kandang (ton ha-1) Gambar 6 Rata-rata biomassa daun 8 MST dengan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3
Bobot segar akar (g)
15 8 MST
40
40 20
20
6.27 3.39 6.15 5.3 4.51
0
40 25.52 24.88 18.8321.33 19.03
5
0
10 15 20
0
4 MST 15 12 9 6 3 0
5
5
10 15 20
0
6 MST 15 12 9 6 3 0
1.04 0.72 1.06 0.72 0.81
0
33.54 28.88 30.32 28.53 28.18
20
0 0
Bobot keirng akar (g)
6 MST
4 MST
0
5
10 15 20
8 MST 11.76 12.27 15 10.86 10.32 9.46 12 9 6 3 0 0 5 10 15 20
4.11 3.4 3.93 3.25 4.24
10 15 20
5
10 15 20
Dosis pupuk kandang (ton ha-1) Gambar 7 Rata-rata bobot kering akar pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3
Bobot keirng batang (g)
Bobot segar batang (g)
Tanaman tempuyung memasuki fase generatif pada 5 MST dan pemangkasan bunga dilakukan pada 6 MST, sehingga pengamatan bobot segar dan bobot kering batang dan bunga baru dilakukan pada 8 MST. Tidak ada perbedaan nyata biomassa batang dan bunga akibat perbedaan dosis pupuk, meskipun tanaman yang dipupuk dengan dosis 20 ton ha-1 memiliki selisih yang lebih besar daripada tanaman yang tidak dipupuk (Gambar 9 dan 10). 8 MST 100
9MST 92.77
72.52 54.85
50
66.82 48.28
100
67.67
82.04 64.74 49.30
50
0
60.64
0 0
5
10
15
20
0
5
8 MST
10
15
20
9 MST
60
60
40
40
40.18
20
15.12
11.70
0
5
16.15
9.08
15.69
0
27.21
23.31
20
17.01
21.50
0 10
15
20
0
5
Dosis pupuk kandang (ton ha-1)
10
15
20
Gambar 8 Rata-rata biomassa batang pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3
Bobot keirng bunga (g)
Bobot segar bunga (g)
16
8 MST
9 MST
20 10
20
5.22
5.70
8.32 5.38
5.20
10.56
10
0
7.32
6.43
6.38
7.53
0
5
10
15
0 0
5
10
15
20
8 MST
20
9 MST
4
4 2.68
2
1.38
1.38
0.87
0.82
0.78
5
10
15
0
2
1.80
1.39
0
5
1.61
1.79
10
15
0 0
20
20
Dosis pupuk kandang (ton ha-1) Gambar 9 Rata-rata biomassa bunga pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3 Tinggi tanaman berkorelasi positif terhadap jumlah daun, hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tanaman maka semakin banyak jumlah daun. Korelasi positif juga terdapat pada peubah jumlah daun dengan bobot segar daun, serta peubah bobot segar daun dengan bobot kering daun (Tabel 10). Tabel 10 Korelasi linear antara tinggi tanaman, jumlah daun dan biomassa daun pada 8 MST Jumlah daun Bobot segar daun Bobot kering daun
Tinggi tanaman 0.681** 0.490tn 0.240tn
Jumlah daun 0.772** 0.499tn
Bobot segar daun 0.649**
**menunjukan hasil yang berbeda nyata pada taraf 1%, tntidak berbeda nyata
Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kambing terhadap Peubah Kandungan Bioaktif dan Hara Tanaman Tempuyung Pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis tidak memberikan pengaruh terhadap kadar flavonoid meskipun pada daun tua ada selisih yang lebih besar antara kadar flavonoid dengan pemupukan 20 ton ha-1 dengan tanpa pupuk. Kandungan flavonoid total tertinggi yang terdapat dalam daun tempuyung adalah 11.67 mg (g bobot kering)-1, sedangkan menurut Khan (2012) kandungan kandungan flavonoid total daun tempuyung dapat mencapai 23.40 mg (g bobot kering)-1. Daun muda memiliki kandungan flavonoid yang lebih tinggi dibandingkan daun tua dengan selisih mencapai 8.18 mg (g bobot kering)-1 (Gambar 11), diduga asimilat pada daun tua mengalami translokasi pada daun muda karena stress pada
17 daun muda lebih besar daripada daun tua. Menurut Taiz (1991) kandungan metabolit sekunder dipengaruhi oleh cekaman lingkungan. Kandungan klorofil, karoten dan antosianin juga tidak dipengaruhi oleh pemberian pupuk kandang kambing, sehingga nilai peubah daun muda dan daun tua yang hampir sama untuk seluruh perlakuan dosis pupuk. (Gambar 12, 13 dan 14). Selain itu, adanya kadungan antosianin yang rendah menunjukan bahwa tingginya kandungan flavonoid total tidak didominasi oleh antosianin yang merupakan sub golongan flavonoid. Hasil penelitian Khan (2012) menyebutkan bahwa kandungan flavonoid total pada tempuyung didominasi oleh orientin, quersetin dan kaempferol.
Quersetin (mg/g)
8 MST daun muda 12
11.67
8 MST daun tua
10.75
12 7.77
9 5.68
6
6.95
9 6
3
3.49
4.17
0
5
3.12
3.60
10
15
4.81
3
0
0 0
5
10
15
20
20
-1
Dosis pupuk kandang (ton ha )
Antosianin (mg/100g)
Gambar 10 Rata-rata kadar flavonoid total (dihitung sebagai quersetin) pada umur 8 MST dengan dosis pupuk yang berbeda (daun muda diambil secara komposit, sehingga tidak ada analisis statistik), garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3 8 MST daun muda
8 MST daun tua
0.15
0.15 0.10
0.1 0.05
0.05
0.04
0.05
0.1
0.06
0.07
0.07 0.04
0.05
0
0.05
0.06
0 0
5
10
15
20
0
5
10
15
20
-1
Dosis pupuk kandang (ton ha ) Gambar 11 Rata-rata kandungan antosianin saat umur 8 MST pada dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3
18 8 MST daun muda
klorofil (mg/g)
6 MST 2
1.20
1.5
1.22 1.18
2 1.32 1.35
1.46
1.5
1.31
8 MST daun tua
1.52 1.45 1.55
2
1
1
1
0.5
0.5
0.5
0
0 0
5
1.46
1.5
1.18
1.40 1.46 1.42
0
10 15 20
0
5 10 15 20
0
5 10 15 20
-1
Dosis pupuk kandang (ton ha ) Rata-rata kandungan klorofil pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3
Gambar 12
karoten (mg/g)
6 MST 0.4
8 MST daun muda
0.30 0.31 0.27 0.29 0.29
0.3
0.4 0.3
0.30 0.28 0.32 0.31 0.31
8 MST daun tua 0.4
0.2
0.2
0.2
0.1
0.1
0.1
0
0 0
5
10 15 20
0.32 0.26
0.3
0.31 0.32 0.30
0 0
5 10 15 20
0
5 10 15 20
-1
Dosis pupuk kandang (ton ha ) Gambar 13
Rata-rata kandungan karoten pada umur dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3
Secara statistik, kadar nitrogen, fosfor dan kalium dalam tanaman tempuyung tidak dipengaruhi oleh pemberian pupuk kandang kambing, meskipun kadar fosfor dalam tanaman memiliki selisih yang tinggi antara tanaman yang dipupuk dengan dosis 10 ton ha-1 dengan tanpa pemupukan. Begitu pula kadar kalium pada tanaman tempuyung yang dipupuk dengan dosis 20 ton ha-1 memiliki selisih yang tinggi dengan tanaman yang tidak dipupuk (Gambar 13).
Hara daun (%)
Nitrogen 3
2.48 2.29 1.79 1.75
2
Fosfor 2.18
0.6 0.4
0.37
0.43 0.47 0.45
Kalium 3 0.36
2
1
0.2
1
0
0
0
0
5
10 15 20
0
5
10 15 20
2.34 1.62
0
5
2.08 1.86
2.5
10 15 20
Dosis pupuk kandang (ton ha-1) Gambar 14 Rata-rata kadar hara tanaman pada 8 MST dan dosis pupuk yang berbeda, garis vertikal pada histogram menunjukan s.e., n=3
19 Pembahasan Secara umum tanaman tempuyung memiliki pertumbuhan yang baik selama 8 MST yang ditandai oleh penambahan nilai peubah vegetatif, bahkan ketika memasuki fase generatif penambahan nilai peubah vegetatif masih terjadi. Hal ini berbeda dengan penelitian Gatari (2014) yang menunjukkan penurunan nilai tengah peubah vegetatif ketika telah memasuki fase generatif, karena menurut Heldt (2005) ketika tanaman memasuki fase generatif, terdapat pemindahan penyimpanan fotosintat dari daun menjadi bunga atau buah. Akan tetapi, pada penelitian Wahyuningsih (2005) dengan dilakukanya pemangkasan bunga di awal pembungaan, jumlah daun tempuyung terus bertambah meskipun tanaman tempuyung sudah memasuki fase generatif. Bobot kering daun pada fase vegetatif (4 MST) berkisar antara 1.24 hingga 2.05 g tanaman-1, sedangkan pada fase generatif (6 MST) bobot kering daun mengalami peningkatan hingga 4.42 g tanaman-1, bahkan pada 8 MST peningkatan bobot kering daun hingga 13.38 g tanaman-1 (Gambar 3), sedangkan produktivitas simplisia daun total pada 8 MST mencapai rata-rata 120 kg ha-1. Hal ini menunjukkan produksi simplisia daun terus bertambah walaupun tanaman sudah memasuki fase generatif. Seluruh daun tanaman tempuyung dapat dipanen dengan cara memanen daun tua terlebih dahulu karena letaknya dekat tanah dan umurnya lebih tua, daun muda pun dapat dipanen karena memiliki ukuran yang hampir sama dengan daun tua. Selain itu, bobot kering akar, batang dan bunga juga mengalami peningkatan setiap minggunya. Kandungan flavonoid total yang tinggi dalam daun tempuyung terdapat pada tanaman dengan biomassa yang rendah (Gambar 4 dan 7). Hal ini dimungkinkan karena adanya cekaman biotik (serangan cendawan Puccinia sp.) dan abiotik (curah hujan dan kelembaban yang tinggi) selama percobaan mengakibatkan rendahnya biomassa dan tingginya kandungan flavonoid total. Menurut Taiz (1991) kandungan metabolit sekunder dipengaruhi oleh cekaman lingkungan, karena salah satu fungsi metabolit sekunder sebagai pertahanan bagi pertumbuhan. Percobaan di lapangan ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari pemberian pupuk kandang kambing terhadap peubah kadar nitrogen dan kandungan klorofil. Bahkan saat umur tanaman 8 MST, tanaman tempuyung yang tidak dipupuk memiliki biomassa akar yang tinggi, serapan nitrogen yang tinggi, yaitu 0.48 g tanaman-1, serta kandungan klorofil yang tinggi pada daun tua sebesar 1.46 mg/g. Menurut Heldt (2005) nitrogen memiliki peran dalam pembentukan klorofil, sehingga semakin tinggi kadar nitrogen akan tinggi pula kandungan klorofilnya. Penyebab kadar nitrogen yang rendah pada tanaman yang dipupuk diduga karena pupuk kandang kambing yang digunakan belum terdekomposisi dengan baik, sehingga kadar hara N dalam tanah digunakan mikroba tanah untuk melakukan proses minerasisasi, dampaknya tanaman tempuyung tidak bisa menyerap hara (imobilisasi). Akan tetapi, pada tanaman yang dipupuk dengan dosis 20 ton ha-1 memiliki kadar N yang tinggi (Gambar 14) yang diduga karena kebutuhan hara bagi mikroba tanah berlebih, sehingga hara telah tersedia bagi tanaman. Menurut Paul dan Clark (1989) mineralisasi N organik merupakan proses imobilisasi NH4+ dikarenakan N organik digunakan untuk pertumbuhan
20 mikroorganisme dalam penguraian pupuk organik dalam tanah. Martajaya et al. (2010) menambahkan bahwa kesesuaian hara dipengaruhi oleh waktu antara ketersediaan hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara, apabila bahan organik yang diberikan dalam tanah belum terdekomposisi dengan baik maka perlu waktu dalam tanah agar hara dapat diserap tanaman. Perbedaan dari pemberian pupuk juga tidak terdapat dalam serapan fosfor dan kalium, walaupun terlihat selisih yang besar antara tanaman yang dipupuk dengan dosis 10 ton ha-1 dan tanaman yang tidak dipupuk, nilai serapan fosfor tersebut mencapai 0.08 mg/g. Selain itu, terdapat selisih serapan kalium yang tinggi antara tanaman dengan dosis pemupukan 20 ton ha-1 dan tanaman yang tidak dipupuk, nilai serapan kalium tersebut sebesar 0.42 mg/g. Tidak terdapatnya pengaruh dalam pemberian pupuk kandang kambing terhadap seluruh peubah yang diamati diduga karena tingginya curah hujan dan kelembaban mengakibatkan tingginya serangan cendawan Puccinia sp. Dugaan lainnya karena tanaman tempuyung merupakan tanaman yang adaptif tumbuh liar, sehingga tidak responsif terhadap pemupukan. Hasil penelitian Januwati (1993) menunjukan bahwa pemberian pupuk kandang sapi tidak berpengaruh terhadap produksi daun segar per tanaman, sedangkan hasil penelitian Gatari (2014) yang menggunakan polybag menunjukan bahwa penggunaan berbagai media tanam yang dicampur pupuk kandang sapi tidak mempengaruhi peubah vegetatif dan biomassa daun tempuyung. Bahkan, hasil penelitian Nurhayati et al. (2013) menunjukan bahwa pemberian pupuk NPK juga tidak memberikan pengaruh terhadap keragaan tanaman dan biomassa daun tempuyung, karena dosis pupuk kandang yang diberikan sudah terlalu tinggi. Adanya nilai peubah yang beragam dikarenakan ukuran bibit yang diperoleh sudah beragam dengan umur yang sama, sehingga penanaman dikelompokan berdasarkan ukuran bibit. Pada ulangan 1 dan 3 bibit yang digunakan berukuran sedang, sedangkan bibit yang ditanam pada ulangan 2 adalah bibit yang berukuran besar.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pemberian pupuk kandang kambing dengan berbagai dosis tidak mempengaruhi peubah vegetatif, biomassa, kandungan bioaktif serta kadar hara tanaman, walaupun pemberian pupuk kandang kambing menyebabkan pertumbuhan tanaman yang baik. Selain itu, produktivitas maksimal simplisia daun tempuyung terdapat pada 8 MST dengan nilai tengah mencapai 120 kg ha-1. Tidak terdapat dosis pupuk kandang kambing optimal yang dapat direkomendasikan dalam budi daya tempuyung. Saran Budi daya tempuyung sebaiknya dilakukan di awal musim hujan atau ketika curah hujan belum terlalu tinggi untuk mencegah serangan cendawan Puccinia sp.. Apabila budi daya dilakukan pada musim hujan supaya menggunakan jarak tanam lebar. Keterbatasan bahan tanam juga menjadi salah satu kendala dalam produksi
21 simplisia daun tempung, sehingga perlu adanya kajian mengenai penyediaan bahan tanam dalam perbanyakan tempuyung.
DAFTAR PUSTAKA Assari A. 2012. Uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol daun tempuyung pada mencit jantan [skripsi]. Jatinangor (ID): Fakultas Farmasi, Universitas Pajajaran. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2014. Data iklim bulanan wilayah Darmaga Bogor (ID): BMKG Burhanudin, Nurmansyah. 2010. Pemberian pupuk kandang dan kapur terhadap pertumbuhan dan produksi nilam pada tanah podsolik merah kuning. Bul.littro. 21(2):138 – 144. Dalimartha S. 2005. Tanaman Obat di Lingkungan Sekitar. Cet. 4. Jakarta (ID): Puspa Swara. Direktorat Budidaya dan Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat. 2009. Sosialisasi GAP dan Registrasi Lahan Usaha Tanaman Obat. http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_content&vie w=article&id=123:reg-lu&catid=34:berita-terbaru [8 Maret 2013] Direktorat Jenderal Hortikultura. 2012. Keputusan Menteri Pertanian. http://ditsayur.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option=com_wrapper&vie w=wrapper&Itemid=78 [9 maret 2013] Gatari DD. 2014. Pertumbuhan dan produksi tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan komposisi media tanam yang berbeda [skripsi]. Bogor (ID): Program studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Heldt HW. 2005. Plant Biochemistry. Ed ke-3. California (US): Elsevier Science. hlm 339-345. Hardjowigeno S. 1989. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. hlm 128129. Hartatik W, Widowati LR. 2006. Pupuk Kandang. Simanungkalit RDM et al (Eds.). Pupuk Organik dan Hayati. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. hlm 59-82. Hidayati A, Yusrin, Anggraini H. 2009. Pengaruh frekuensi penggunaan teh daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) terhadap daya larut kalsium okasalat (CaC2O4). Jurnal Kesehatan. 2(2):30 – 37.
22 Izhar L, Susila AD. 2010. Rekomendasi pemupukan fosfor dan potasium berdasarkan analisis hara tanah pada tanaman sayuran. J. Hort. Indonesia. 1(2):81-88. Januwanti M. 1993. Pengaruh jenis bibitdan pupuk kandang terhadap produksi daun tempuyung (Sonchus arvensis L.). Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 2(3): 14-15. Khan RA. 2012. Evaluation of flavonoids and diverse antioxidant activities of Sonchus arvensis. Chemistry Central Journal. 6(126): 1-7. doi: 10.1186/1752153X-6-126. Las I, Subagyono K, Setiyono AP. 2006. Isu dan pengelolaan lingkungan dalam revitalisasi pertanian. Jurnal Litbang Pertanian. 25(3):106 – 114. Martajaya M, Agustina L, Syekhfani. (2010). Metode budi daya organic jagung manis di Tlogomas, Malang. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari. 1(1):1-8. Nurhayati H, Darwati I, Rosita SMD. 2013. Pengaruh pola tanam dan dosis pupuk NPK terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman (Sonchus arvensis L.). Bul. Littro. 24(1):8-13. Paul EA, Clark FE. 1989. Soil Microbiology and Biochemistry. California (US): Academic Press. hlm 135-141. Pramono S, Sumarno, Wahono S. 1993. Flavonoid daun Sonchus arvensis L. senyawa aktif pembentuk kompleks dengan batu ginjal berkalsium. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 2(3):5 – 7. Pribadi E R. 2009. Pasokan dan permintaan tanaman obat Indonesia serta arah penelitian dan pengembangannya. Perspektif 8(1):52 – 64. Puteri MG, Bhandar MR, Jun. 2009. Indonesian Medical Plants and Their anti Diabetic Potencies. Martirosyan DM, editor. Funcitional Foods for Cronic Diseases Ed ke-4. Los Angeles (US): FI Publishing. Rahardjo M, Rosita SMD. 2003. Agroekosistem tanaman obat. Jurnal Bahan Alam Indonesia. 2(3):89-95. Rohaeti E, Heryanto R, Rafi M, Wahyuningum, Darusman L K. 2011. Prediksi kadar flavonoid total tempuyung (Sonchus arvensis L.) menggunakan kombinasi spektroskopi IR dengan regresi kuadrat terkecil parsial. Jurnal Kimia. 5(2):101-108. Sims DA, Gamon JA. 2002. Relationships between leaf pigment content and spectral reflectance across a wide range of species, leaf structures and developmental stages. Remote Sensing of Environment. 81(2):337-354. doi: 10.1016/S0034-4257(02)00010-X.
23 Sukadana IM, Rahayusanti S. 2011. Senyawa antibakteri BIS (2-Etil Heksil) Ester dan triterpenoid dalam ekstrak n-Heksana daun tempuyung. Majalah Obat Tradisional. 16(1): 1-6. Sulasna J, Santoso B, Iskandar D. 2004. Tempuyung: Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 115 hlm. Taiz L. 1991. Plant Physiology. California (US): Cummings Publishing. 565 hlm. Wahid P. 1998. Budidaya dan pemuliaan tanaman obat. Warta Tumbuhan Obat Indonesia. 4(1): 4-8. Wahyuningsih APS. 2005. Pengaruh kombinasi aplikasi pupuk N dan waktu pemangkasan tangkai bunga terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman tempuyung (Sonchus arvensis L.) [skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Wahyuno D. 2012. Temuan penyakit baru: Puccinia xantii penyebab bercak daun pada Xanthium sp. di Indonesia. Jurnal Fitopatologi Indonesia. 8(4): 116-119. Winarti C, Nurdjanah N. 2005. Peluang rempah dan tanaman obat sebagai sumber pangan fungsional. Jurnal Litbang Pertanian. 24(2) : 47-55. Winarto WP. 2004. Tempuyung: Tanaman Penghancur Batu Ginjal. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. 67 hlm. Yuliarti W. 2013. Isolasi, identifikasi dan uji antioksidan asam fenolat dalam daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) dengan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrasil (DPPH). Chem Info Journal. 1(1):294-304. doi: 10.3799/sm.1.19.46. Yusron M, Syukur C, Trisilawati O. 2012. Respon lima aksesi jahe putih kecil (Zingiber officinale var. Amarum) terhadap pemupukan. Jurnal Littri..18(2):66-73.
24
LAMPIRAN Lampiran 1Hasil analisis sidik ragam SK DB JK KT F-hitung Pr > F ----------------------------------------Tinggi tanaman 1 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.074 0.018 0.52 0.726 Ulangan 2 0.019 0.010 0.27 0.767 Galat 8 0.285 0.036 Total 14 0.738 ----------------------------------------Tinggi tanaman 2 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.322 0.081 1.14 0.405 Ulangan 2 0.126 0.063 0.89 0.448 Galat 8 0.567 0.071 Total 14 1.015 ----------------------------------------Tinggi tanaman 3 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 5.026 1.257 1.04 0.445 Ulangan 2 3.661 1.831 1.51 0.278 Galat 8 9.690 1.211 Total 14 18.378 ----------------------------------------Tinggi tanaman 4 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 14.039 3.510 0.92 0.499 Ulangan 2 11.796 5.898 1.54 0.272 Galat 8 30.641 3.830 Total 14 56.476 ----------------------------------------Tinggi tanaman 5 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 26.488 6.622 0.94 0.487 Ulangan 2 39.711 19.856 2.83 0.118 Galat 8 56.169 7.021 Total 14 122.368 ----------------------------------------Tinggi tanaman 6 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 186.149 46.537 0.99 0.464 Ulangan 2 508.947 254.474 5.43 0.032 Galat 8 374.730 46.841 Total 14 1 069.826 ----------------------------------------Tinggi tanaman 7 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 313.981 78.495 0.43 0.781 Ulangan 2 2 838.460 1 419.230 7.84 0.013 Galat 8 1 448.117 181.015 Total 14 4 600.559 ----------------------------------------Tinggi tanaman 8 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 349.649 87.412 0.37 0.823 Ulangan 2 3 095.842 1 547.921 6.57 0.021 Galat 8 1 885.224 235.653 Total 14 5 330.715 -----------------------------------------Jumlah daun 1 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.060 0.015 0.11 0.977 Ulangan 2 7.228 3.614 25.54 0.000 Galat 8 1.132 0.142 Total 14 8.420
25 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan) SK DB JK KT F-hitung Pr > F -----------------------------------------Jumlah daun 2 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.223 0.056 0.29 0.877 Ulangan 2 7.625 3.813 19.79 0.000 Galat 8 1.541 0.193 Total 14 9.389 ------------------------------------------Jumlah daun 3 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.489 0.122 0.84 0.536 Ulangan 2 14.297 7.149 49.19 0.000 Galat 8 1.163 0.145 Total 14 15.949 ------------------------------------------Jumlah daun 4 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.542 0.135 0.19 0.935 Ulangan 2 30.969 15.485 22.04 0.000 Galat 8 5.622 0.703 Total 14 37.133 ------------------------------------------Jumlah daun 5 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 18.797 4.699 0.48 0.749 Ulangan 2 96.874 48.437 4.97 0.039 Galat 8 78.036 9.755 Total 14 193.708 ------------------------------------------Jumlah daun 6 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 66.908 16.727 0.62 0.661 Ulangan 2 44.744 22.372 0.83 0.471 Galat 8 215.790 26.974 Total 14 327.441 ------------------------------------------Jumlah daun 7 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 249.880 62.470 1.06 0.436 Ulangan 2 78.931 39.465 0.67 0.539 Galat 8 472.037 59.005 Total 14 800.847 ------------------------------------------Jumlah daun 8 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 357.076 89.269 0.69 0.618 Ulangan 2 112.028 56.014 0.43 0.662 Galat 8 1 031.642 128.955 Total 14 1 500.746 -----------------------------------------Panjang daun 1 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 1.754 0.439 0.32 0.854 Ulangan 2 123.231 61.615 45.59 0.000 Galat 8 10.811 1.351 Total 14 135.797 -----------------------------------------Panjang daun 2 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.950 0.238 0.14 0.962 Ulangan 2 98.796 49.398 29.33 0.000 Galat 8 13.474 1.684 Total 14 112.220 -----------------------------------------Panjang daun 3 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 3.331 0.833 0.87 0.521 Ulangan 2 63.737 31.869 33.30 0.000 Galat 8 7.657 0.957 Total 14 74.726
26 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan) SK DB JK KT F-hitung Pr > F -----------------------------------------Panjang daun 4 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 5.391 1.348 1.04 0.446 Ulangan 2 66.923 33.461 25.70 0.000 Galat 8 10.416 1.302 Total 14 82.730 -----------------------------------------Panjang daun 5 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 88.446 22.111 0.84 0.539 Ulangan 2 182.172 91.086 3.45 0.083 Galat 8 211.446 26.430 Total 14 482.063 -----------------------------------------Panjang daun 6 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 10.724 2.681 1.04 0.443 Ulangan 2 20.379 10.190 3.96 0.064 Galat 8 20.608 2.576 Total 14 51.711 -----------------------------------------Panjang daun 7 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 13.418 3.354 1.00 0.461 Ulangan 2 3.539 1.770 0.53 0.610 Galat 8 26.862 3.358 Total 14 43.819 -----------------------------------------Panjang daun 8 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 6.254 1.564 0.57 0.694 Ulangan 2 0.418 0.209 0.08 0.928 Galat 8 22.073 2.759 Total 14 28.745 ------------------------------------------Lebar daun 1 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.632 0.158 3.15 0.078 Ulangan 2 3.759 1.879 37.49 0.000 Galat 8 0.401 0.050 Total 14 4.792 ------------------------------------------Lebar daun 2 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.524 0.131 3.20 0.076 Ulangan 2 1.733 0.867 21.17 0.000 Galat 8 0.328 0.041 Total 14 2.585 ------------------------------------------Lebar daun 3 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.694 0.174 1.37 0.327 Ulangan 2 2.248 1.124 8.85 0.009 Galat 8 1.016 0.127 Total 14 3.958 ------------------------------------------Lebar daun 4 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.695 0.174 0.92 0.495 Ulangan 2 0.609 0.305 1.62 0.256 Galat 8 1.503 0.188 Total 14 2.807 ------------------------------------------Lebar daun 5 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.334 0.084 1.47 0.297 Ulangan 2 0.083 0.041 0.73 0.512 Galat 8 0.454 0.057 Total 14 0.871
27 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan) SK DB JK KT F-hitung Pr > F ------------------------------------------Lebar daun 6 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.108 0.027 0.16 0.952 Ulangan 2 0.116 0.058 0.35 0.716 Galat 8 1.331 0.166 Total 14 1.555 ------------------------------------------Lebar daun 7 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.812 0.203 1.02 0.453 Ulangan 2 0.130 0.065 0.33 0.731 Galat 8 1.597 0.200 Total 14 2.540 ------------------------------------------Lebar daun 8 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.575 0.144 0.84 0.537 Ulangan 2 0.083 0.042 0.24 0.790 Galat 8 1.371 0.171 Total 14 2.030 ----------------------------------------Diameter tajuk 1 MST----------------------------------------Pengaruh dosis 4 4.908 1.227 0.22 0.920 Ulangan 2 437.997 218.997 39.14 0.000 Galat 8 44.760 5.595 Total 14 487.665 ----------------------------------------Diameter tajuk 2 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 3.990 0.997 0.18 0.941 Ulangan 2 416.317 208.158 38.21 0.000 Galat 8 43.579 5.447 Total 14 463.886 ----------------------------------------Diameter tajuk 3 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 14.135 3.534 0.78 0.571 Ulangan 2 246.862 123.431 27.09 0.000 Galat 8 36.453 4.557 Total 14 297.450 ----------------------------------------Diameter tajuk 4 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 25.823 6.456 1.10 0.417 Ulangan 2 254.093 127.046 21.73 0.000 Galat 8 46.765 5.846 Total 14 326.681 ----------------------------------------Diameter tajuk 5 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 29.934 7.484 0.88 0.516 Ulangan 2 157.064 78.532 9.24 0.008 Galat 8 67.968 8.496 Total 14 254.966 ----------------------------------------Diameter tajuk 6 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 44.347 11.087 0.90 0.507 Ulangan 2 82.934 41.467 3.37 0.087 Galat 8 98.579 12.322 Total 14 225.861 ----------------------------------------Diameter tajuk 7 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 67.798 16.950 1.23 0.370 Ulangan 2 14.501 7.250 0.53 0.610 Galat 8 110.111 13.764 Total 14 192.410
28 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan) SK DB JK KT F-hitung Pr > F ----------------------------------------Diameter tajuk 8 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 37.087 9.272 0.77 0.574 Ulangan 2 1.160 0.580 0.05 0.953 Galat 8 96.229 12.029 Total 14 134.476 ------------------------------Bobot segar daun total/tanaman 4 MST------------------------------Pengaruh dosis 4 107.858 26.964 1.98 0.190 Ulangan 2 1 030.005 515.003 37.90 0.000 Galat 8 108.698 13.587 Total 14 1 246.560 ------------------------------Bobot segar daun total/tanaman 6 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 2 691.084 672.771 0.77 0.572 Ulangan 2 13 889.218 6944.609 7.98 0.012 Galat 8 6 960.074 870.009 Total 14 23 540.376 ------------------------------Bobot segar daun total/tanaman 8 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 3 238.556 809.639 0.65 0.642 Ulangan 2 1 862.478 931.239 0.75 0.503 Galat 8 9 947.500 1243.437 Total 14 15 048.534 ------------------------------Bobot segar daun total/tanaman 9 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 827.005 206.751 0.91 0.500 Ulangan 2 82.333 41.166 0.18 0.837 Galat 8 1 808.684 226.085 Total 14 2 718.022 -----------------------------Bobot kering daun total/tanaman 4 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 1.492 0.373 2.44 0.131 Ulangan 2 10.135 5.068 33.30 0.000 Galat 8 1.221 0.153 Total 14 12.849 -----------------------------Bobot kering daun total/tanaman 6 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 11.673 2.918 1.43 0.309 Ulangan 2 35.702 17.851 8.74 0.010 Galat 8 16.339 2.042 Total 14 63.714 ----------------------------Bobot kering daun total/tanaman 8 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 38.338 9.584 0.17 0.949 Ulangan 2 103.458 51.729 0.90 0.443 Galat 8 457.549 57.194 Total 14 599.345 -----------------------------Bobot kering daun total/tanaman 9 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 52.628 13.157 0.86 0.529 Ulangan 2 6.925 3.462 0.23 0.803 Galat 8 123.030 15.379 Total 14 182.582 -----------------------------Bobot segar daun muda/tanaman 8 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 1 760.927 440.232 1.72 0.238 Ulangan 2 371.437 185.719 0.73 0.514 Galat 8 2 048.826 256.103 Total 14 4 181.190
29 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan) SK DB JK KT F-hitung Pr > F -----------------------------Bobot kering daun muda/tanaman 8 MST----------------------------Pengaruh dosis 4 53.409 13.352 0.92 0.496 Ulangan 2 10.980 5.490 0.38 0.696 Galat 8 115.623 14.453 Total 14 180.012 ------------------------------Bobot segar daun tua/tanaman 8 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 2 260.813 565.203 1.90 0.204 Ulangan 2 70.181 35.091 0.12 0.890 Galat 8 2 381.753 297.719 Total 14 4 712.747 ------------------------------Bobot kering daun tua/tanaman 8 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 78.117 19.529 1.60 0.265 Ulangan 2 11.708 5.854 0.48 0.636 Galat 8 97.795 12.224 Total 14 187.620 ---------------------------------------Bobot segar akar 4 MST--------------------------------------Pengaruh dosis 4 17.308 4.327 3.05 0.084 Ulangan 2 108.421 54.211 38.22 0.000 Galat 8 11.347 1.418 Total 14 137.075 ---------------------------------------Bobot segar akar 6 MST--------------------------------------Pengaruh dosis 4 119.957 29.989 0.76 0.577 Ulangan 2 632.090 316.045 8.06 0.012 Galat 8 313.718 39.215 Total 14 1 065.765 ---------------------------------------Bobot segar akar 8 MST--------------------------------------Pengaruh dosis 4 57.926 14.481 0.16 0.951 Ulangan 2 308.998 154.499 1.74 0.236 Galat 8 771.241 88.905 Total 14 1 078.165 ---------------------------------------Bobot kering akar 4 MST-------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.338 0.085 0.71 0.606 Ulangan 2 2.467 1.234 10.39 0.006 Galat 8 0.950 0.119 Total 14 3.756 ---------------------------------------Bobot kering akar 6 MST-------------------------------------Pengaruh dosis 4 2.292 0.573 0.43 0.782 Ulangan 2 20.656 10.328 7.80 0.013 Galat 8 10.587 1.323 Total 14 33.535 ---------------------------------------Bobot kering akar 8 MST-------------------------------------Pengaruh dosis 4 15.038 3.759 0.25 0.900 Ulangan 2 35.269 17.635 1.19 0.354 Galat 8 118.891 14.861 Total 14 169.198 --------------------------------------Bobot segar batang 8 MST------------------------------------Pengaruh dosis 4 3 577.796 894.449 2.71 0.107 Ulangan 2 658.383 329.191 1.00 0.410 Galat 8 2 637.299 329.662 Total 14 6 873.477
30 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan) SK DB JK KT F-hitung Pr > F --------------------------------------Bobot segar batang 9 MST------------------------------------Pengaruh dosis 4 1 688.778 422.194 0.31 0.863 Ulangan 2 2 234.433 1 117.216 0.82 0.473 Galat 8 10 869.501 1 358.688 Total 14 14 792.711 -------------------------------------Bobot kering batang 8 MST------------------------------------Pengaruh dosis 4 191.647 47.912 0.94 0.490 Ulangan 2 186.363 93.182 1.82 0.223 Galat 8 409.248 51.156 Total 14 787.258 -------------------------------------Bobot kering batang 9 MST------------------------------------Pengaruh dosis 4 932.028 233.007 0.70 0.611 Ulangan 2 187.508 93.754 0.28 0.761 Galat 8 2 648.154 331.019 Total 14 3 767.690 --------------------------------------Bobot segar bunga 8 MST-------------------------------------Pengaruh dosis 4 19.233 4.808 0.69 0.619 Ulangan 2 3.303 1.651 0.24 0.794 Galat 8 55.708 6.964 Total 14 78.244 --------------------------------------Bobot segar bunga 9 MST-------------------------------------Pengaruh dosis 4 35.062 8.766 0.40 0.805 Ulangan 2 132.014 66.007 3.00 0.107 Galat 8 176.140 22.018 Total 14 343.217 --------------------------------------Bobot kering bunga 8 MST------------------------------------Pengaruh dosis 4 1.129 0.282 0.88 0.516 Ulangan 2 0.152 0.076 0.24 0.794 Galat 8 2.561 0.320 Total 14 3.842 --------------------------------------Bobot kering bunga 9 MST------------------------------------Pengaruh dosis 4 2.877 0.719 0.88 0.516 Ulangan 2 3.244 1.622 1.99 0.199 Galat 8 6.527 0.816 Total 14 12.649 --------------------------------------Kandungan klorofil 6 MST------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.067 0.017 1.12 0.411 Ulangan 2 0.136 0.068 4.57 0.048 Galat 8 0.119 0.015 Total 14 0.321 ------------------------------Kandungan klorofil daun muda 8 MST------------------------------Pengaruh dosis 4 0.101 0.025 1.02 0.450 Ulangan 2 0.067 0.033 1.35 0.313 Galat 8 0.197 0.025 Total 14 0.365 --------------------------------Kandungan klorofil daun tua 8 MST-------------------------------Pengaruh dosis 4 0.166 0.042 1.74 0.234 Ulangan 2 0.157 0.079 3.30 0.090 Galat 8 0.191 0.024 Total 14 0.515
31 Lampiran 1 Hasil analisis sidik ragam (lanjutan) SK DB JK KT F-hitung Pr > F --------------------------------------Kandungan karoten 6 MST------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.003 0.001 1.48 0.294 Ulangan 2 0.005 0.002 4.58 0.047 Galat 8 0.004 0.001 Total 14 0.013 ------------------------------Kandungan karoten daun muda 8 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 0.003 0.001 0.69 0.619 Ulangan 2 0.001 0.001 0.59 0.576 Galat 8 0.008 0.001 Total 14 0.013 -------------------------------Kandungan karoten daun tua 8 MST------------------------------Pengaruh dosis 4 0.006 0.001 1.13 0.409 Ulangan 2 0.006 0.003 2.48 0.145 Galat 8 0.010 0.001 Total 14 0.021 -----------------------------Kandungan antosianin daun muda 8 MST----------------------------Pengaruh dosis 4 0.008 0.002 2.01 0.186 Ulangan 2 0.002 0.001 1.10 0.379 Galat 8 0.008 0.001 Total 14 0.019 ------------------------------Kandungan antosianin daun tua 8 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 0.002 0.000 0.86 0.529 Ulangan 2 0.006 0.003 5.62 0.030 Galat 8 0.005 0.001 Total 14 0.013 ------------------------------Kandungan flavonoid daun tua 8 MST-----------------------------Pengaruh dosis 4 5.235 1.309 1.08 0.428 Ulangan 2 1.620 0.810 0.67 0.540 Galat 8 9.719 1.215 Total 14 16.574 ----------------------------------------Kadar nitrogen 8 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 1.225 0.306 3.39 0.067 Ulangan 2 0.149 0.074 0.82 0.474 Galat 8 0.723 0.090 Total 14 2.097 -----------------------------------------Kadar fosfor 8 MST-----------------------------------------Pengaruh dosis 4 0.027 0.006 1.87 0.209 Ulangan 2 0.004 0.002 0.62 0.560 Galat 8 0.028 0.003 Total 14 0.060 ----------------------------------------Kadar kalium 8 MST---------------------------------------Pengaruh dosis 4 1.505 0.376 1.95 0.196 Ulangan 2 0.358 0.179 0.93 0.434 Galat 8 1.543 0.193 Total 14 3.406
32
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 28 Juli 1992 dari ayah Teguh dan ibu Istinganah. Penulis adalah putri pertama dari empat bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Budi Utomo Perak, Jombang, Jawa Timur dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN. Penulis diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi pernah asisten praktikum iImu Tanaman Pangan (AGH 340) pada tahun ajaran 2013/2014 serta mengajar siswa SD di Rumah Sahabat (RUSA) Paguyuban Karya Salemba Empat IPB pada periode 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis juga pernah aktif dalam Himpunan Mahasiswa Agronomi dan Hortikultura, Departemen Penelitian dan Pengembangan Pertanian selama dua periode sebagai staf dan sekretaris departemen. Penulis pernah mengikuti magang saat libur akhir semester di International Coorperation and Development Fund (ICDF), Cikarawang yang dilaksanakan 24 Januari – 3 Februari 2012. Pada tahun yang sama penulis juga mengikuti kegitan IPB Goes to Field 2012 dengan tema “Pembuahan Jambu Air di Luar Musim di Kabupaten Demak”. Prestasi yang pernah diraih, yaitu Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian masyarakat dengan judul “POTO (Pot Organik), Pemanfaatan Limbah Padi di Kampung Pabuaran Sawah dalam Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Peduli Lingkungan” serta PKM bidang kewirausahaan yang berjudul “Subtitusi Santan dengan Susu Kedelai dalam Pembuatan Kue Serabi” keduanya didanai oleh DIKTI tahun 2012. Pada tahun 2013 penulis membuat PKM bidang pengabdian masyarakat dengan judul “HOKI (Horticulture for Kidz) Pembangun Semangat Generasi Muda Perkotaan dalam Menumbuhkan Rasa Cinta Pertanian dan Lingkungan” yang didanai oleh DIKTI.