SKRINING FITOKIMIA DAN UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP RADANG PADA TIKUS
SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH:
LINNON BASTIAN LUMBANRAJA NIM 040824021
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
SKRINING FITOKIMIA DAN UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP RADANG PADA TIKUS
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh:
LINNON BASTIAN LUMBANRAJA NIM 040824021
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Pengesahan Skripsi Judul: SKRINING FITOKIMIA DAN UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) TERHADAP RADANG PADA TIKUS OLEH LINNON BASTIAN LUMBANRAJA NIM 040824021 Dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal : Pembimbing I
Agustus 2009 Panitia Penguji
Dr. Rosidah, M.Si., Apt . NIP 195103261978022001
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002
Pembimbing II
Dr. Rosidah, M.Si., Apt. NIP 195103261978022001
Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt NIP 194909101980031002
Drs. Saiful Bahri, MS., Apt. NIP 131285999
Dra. Marline Nainggolan, MS., Apt. NIP 195709091985112001 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dekan,
Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 195311281983031002 Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena kasih, penyertaan dan anugerahNya sehingga penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang-tuaku G. Lumbanraja dan T. Sinambela, kepada seluruh saudara-saudariku atas segala perhatian, doa, dukungan moril serta materil yang telah diberikannya. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Rosidah, M.Si., Apt. dan Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt. sebagai pembimbing yang telah memberikan bimbingan yang sangat berarti bagi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan trimakasih yang tulus kepada: 1.
Bapak Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan fasilitas dan sarana kepada penulis selama ini.
2.
Bapak/Ibu, staf pengajar Fakultas Farmasi yang telah mendidik dan membina
penulis
selama
ini,
khususnya
kepada
Ibu
Dra.
Nazlinawaty, M.Si., Apt selaku dosen wali 3.
Bapak/Ibu, Asisten laboratorium farmakologi dan laboratorium fitokimia yang telah memberikan fasilitas selama penelitian.
4.
Teman-teman Mahasiswa farmasi seluruhnya dan seluruh pihak yang telah memberikan bantuan, motivasi dan inspirasi bagi penulis selama masa perkuliahan sampai penyusunan skripsi ini.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan yang berlipat ganda atas jasa- jasa besar mereka. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dibidang Farmasi
Medan, Agustus 2009 Penulis
Linnon Bastian Lumbanraja NIM 040824021
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
SKRINING FITOKIMIA DAN UJI EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN TEMPUYUNG(Sonchus arvensis L.) TERHADAP RADANG PADA TIKUS
ABSTRAK Telah dilakukan pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia dan uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) pada tikus putih dengan penginduksi larutan karagenan 1% (b/v). Ekstrak etanol daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) diberikan secara oral dengan 3 dosis (50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb) dengan indometasin dosis 10 mg/kg bb sebagai pembanding positif. Hasil pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia menunjukkan adanya senyawa flavonoida, glikosida, steroida/triterpenoida. Secara keseluruhan ekstrak etanol daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) memberikan efek antiinflamasi. Pada dosis 50 mg/kg bb efek antiinflamasi mulai terlihat pada menit ke-30 (11,45%) dan maksimum pada menit ke-330 (41,40%). Pada dosis 100 mg/kg bb efek antiinflamasi mulai terlihat pada menit ke-30 (33,83%) dan maksimum pada menit ke-360 (70,16%). Pada dosis 200 mg/kg bb efek antiinflamasi mulai terlihat pada menit ke-30 (55,93%) dan maksimum setelah menit ke-360 (78,25%). Indometasin memberikan efek antiinflamasi pada menit ke-30 (61,50%) dan maksimum pada menit ke-360 (82,68%). Berdasarkan Analisis statistik metode Duncan dengan taraf signifikasi lebih kecil dari 0,05 (α<0,05) atau tingkat kepercayaan 95%, ekstrak etanol daun tempuyung dosis 200 mg/kg bb memberikan efek antiinflamasi yang sama dengan indometasin dosis 10 mg/kg bb dan memberikan efek yang lebih besar daripada ekstrak etanol daun tempuyung dosis 50 dan 100 mg/kg bb, sementara dosis 50 mg/kg bb memberikan efek antiinflamasi yang paling kecil dari semua bahan uji yang dilakukan.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
THE PHYTOCHEMICAL SCREENING AND THE ASSAY ANTIINFLAMATORY EFFECT OF ETANOL EXTRACT OF TEMPUYUNG’S (Sonchus arvensis L.) LEAVES IN RATS
ABSTRACT The phytochemical screening and the assay of the antiinfalmmatory effect of tempuyung (Sonchus arvensi L.) leaves extract in rats with carrageenan as inflamation inductor were carried out. The activity of tempuyung leaves extract which was administered orally in three doses (50 mg/kg bw, 100 mg/kg bw, and 200 mg/kg bw and indometacin with 10 mg/kg bw dose as an positive control The result of phytochemical screening showed the presence of flavonoide, glycoside, and steroid/triterpenoid. Generally, all of the tempuyung (Sonchus arvensis L.) etanol extract of tempuyung’s leaves give antiinflamatory effect.The dose of 50 mg/kg bw has antiinflamatory effect began to be observed in 30th minute (11.45%) and maximum in 330th minute (41.40%). For dose 100 mg/kg bw has antiinflamatory effect began to be observed in 30th minute (33.83%) and maximum in 360th minute (70.16%). For dose 200 mg/kg bw has antiinflamatory effect began to be observed in 30 th minute (55.93%) and maximum in 360th minute (78.25%). For indometacin dose 10 mg/kg bw give an inhibitory effect in 30th minute (61.50%) and maximum in 360th minute (82.68%). According to the Duncan statistical method analysis with level of significance below 0,05 (α<0,05) or 95% level of confidence, 200 mg/kg bw ethanol extract of tempuyung’s leaves have same antiinflamatory effect with 10 mg/kg bw indometacin which both has more antiinflamatory effect than dose 50 and 100 mg/kg bw, while 50 mg/kg bw ethanol extract of tempuyung’s leaves give less antiinflamatory effect the from all of group tested.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
DAFTAR ISI
Halaman JUDUL ........................................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv ABSTRAK ..................................................................................................... vi ABSTRACT ................................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1
Latar Belakang ......................................................................... 1
1.2
Perumusan Masalah ................................................................. 3
1.3
Hipotesis .................................................................................. 3
1.4
Tujuan ..................................................................................... 3
1.5
Manfaat ................................................................................... 4
1.6
Kerangka Konsep Penelitian .................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5 2.1 Uraian Tumbuhan ............................................................................. 5 2.1.1 Sistematika tumbuhan ...................................................... 5 2.1.2 Nama Lain ....................................................................... 6 2.1.3 Morfologi Tumbuhan ....................................................... 6 2.1.4 Sifat dan Khasiat Tumbuhan ............................................ 6
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2.1.5 Kandungan Kimia ............................................................ 7 2.2 Skrining Fitokimia ........................................................................... 7 2.3 Uraian Kimia ................................................................................... 7 2.3.1 Alkaloida ......................................................................... 7 2.3.2 Glikosida.......................................................................... 8 2.3.3 Flavonoida ....................................................................... 9 2.3.4 Steroida/Triterpenoida ...................................................... 9 2.3.5 Saponin ............................................................................ 10 2.4 Ekstraksi.......................................................................................... 10 2.5 Radang (Inflamasi) .......................................................................... 11 2.5.1 Gejala-gejala Terjadinya Respon Peradangan ................... 13 2.5.2 Mekanisme Terjadinya Radang ........................................ 15 2.5.3 Mediator Peradangan........................................................ 19 2.6 Obat-obat Antiradang ...................................................................... 20 2.6.1 Obat Antiradang Golongan Steroid................................... 20 2.6.2 Obat Antiradang Non Steroid ........................................... 21 2.7 Indometasin ..................................................................................... 23 2.7.1 Farmakologi ..................................................................... 24 2.8 Karagenan ....................................................................................... 25 BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 26 3.1 Alat dan Bahan ............................................................................... 26 3.1.2 Alat-alat ....................................................................... 26 3.1.3 Bahan-bahan ................................................................ 26 3.2 Pembuatan Larutan Pereaksi ........................................................ 27
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
3.2.1 Larutan pereaksi Mayer ................................................... 27 3.2.2 Larutan Pereaksi Dragendorff .......................................... 27 3.2.3 Larutan Pereaksi Bouchardat ........................................... 27 3.2.4 Larutan Pereaksi Molish .................................................. 27 3.2.5 Larutan Pereaksi Besi(III)Klorida 1% .............................. 27 3.2.6 Larutan Pereaksi Timbal(II)Asetat .................................. 28 3.2.7 Larutan Pereaksi Natrium Hidroksida 2N ........................ 28 3.2.8 Larutan Pereaksi Asam Klorida 2N ................................. 28 3.3 Penyiapan dan Pengumpulan Bahan Tumbuhan ......................... 29 3.3.1 Pembuatan Simplisia ....................................................... 29 3.4 Pemeriksaan Pendahuluan Serbuk Simplisia ............................... 29 3.4.1 Pemeriksaan Alkaloida .................................................... 29 3.4.2 Pemeriksaan Flavonoida ................................................. 29 3.4.3 Pemeriksaan Tanin .......................................................... 30 3.4.4 Pemeriksaan Glikosida .................................................... 30 3.4.5 Pemeriksaan Saponin ...................................................... 31 3.4.6 Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida ................................ 31 3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol dalam Tempuyung ............................ 31 3.6 Penyiapan Bahan Uji, kontrol, dan Obat pembanding ................. 32 3.6.1 Pembuatan Suspensi CMC 0,5% .................................... 32 3.6.2 Pembuatan Suspensi Indometasin Dosis 10 mg/kg bb ........................................................... 32 3.6.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Dosis 50, 100, 200 mg/kg bb ................ 32 3.7 Penyiapan Induktor Radang (karagenan 1%) ............................... 33
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
3.8 Penyiapan Hewan Percobaan ...................................................... 33 3.9 Prosedur Penggunaan Alat Pletismometer .................................. 33 3.10 Prosedur Pengujian Inflamasi .................................................... 34 3.11 Penghitungan Persen Radang ..................................................... 35 3.12 Analisis Data ............................................................................. 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 37 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 43 Kesimpulan ............................................................................................... 43 Saran ......................................................................................................... 43 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44 LAMPIRAN ................................................................................................... 46
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Dasar Flavonoida ..........................................................
9
Gambar 2.
Patogenesis dan Gejala suatu peradangan...................................... 13
Gambar 3.
Bagan Mekanisme Terjadinya Inflamasi ....................................... 17
Gambar 4.
Rumus Bangun Indometasin ......................................................... 23
Gambar 5.
Grafik Persen Radang rata-rata Telapak Kaki Kiri Tikus Tiap Waktu Pengamatan ...................................... 38
Gambar 6.
Grafik Persen Hambatan Radang rata-rata Telapak Kaki Kiri Tikus Tiap Waktu Pengamatan ........................ 39
Gambar 7.
Tumbuhan Tempuyung ................................................................. 47
Gambar 8.
Simplisia Daun Tempuyung ......................................................... 47
Gambar 9.
Telapak Kaki Kiri Tikus Sebelum Diinduksi lambda Karagenan 1% ................................................. 48
Gambar 10. Telapak Kaki Kiri Tikus Setelah Diinduksi lambda Karagenan 1% .................................................. 48 Gambar 11. Alat Pletismometer ....................................................................... 72
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Hasil Determinasi Tumbuhan Tempuyung ................................. 46 Lampiran 2. Tumbuhan Tempuyung dan Simplisia Daun Tempuyung ........... 47 Lampiran 3. Telapak Kaki Kiri Tikus Sebelum dan Sesudah Diinduksi lambda Karagenan 1% ............................................... 48 Lampiran 4. Hasil Pemeriksaan Pendahuluan Golongan Kimia Simplisia Daun Tempuyung ...................................................... 49 Lampiran 5. Data Persentase Radang Rata-rata Telapak Kaki Kiri Tikus Tiap Waktu Pengamatan .................................. 50 Lampiran 6. Data Persen Hambatan Radang Rata-rata Telapak Kaki Kiri Tikus Tiap Waktu Pengamatan ................................... 51 Lampiran 7. Perhitungan Dosis Bahan Uji ..................................................... 52 Lampiran 8. Perhitungan Persen Radang dan Hambatan Radang .................... 53 Lampiran 9A. Analisis Variansi ....................................................................... 55 Lampiran 9B. Analisis Variansi One Way ....................................................... 57 Lampiran 10. Analaisis Variansi Metode Duncan ............................................ 60 Lampiran 11. Deskriptif Analisis Variansi ....................................................... 66 Lampiran 12. Data Pengukuran Volume Radang Masing-masing Hewan Percobaan ...................................................................... 69 Lampiran 13. Alat Pletismometer .................................................................... 72
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, tanaman yang ada di Indonesia ini menjadi bahan penelitian dan kajian yang mendalam dari pakar dunia. Penelitian terhadap berbagai tanaman yang berkhasiat terus dilakukan. Berbagai penemuan telah membawa pandangan baru bagi dunia pengobatan, khususnya sebagai pengobatan alternatif ketika pengobatan modern perlahan beralih dari masyarakat (Sulaksana, dkk., 2004). Sekarang penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang dengan pesat, terutama dalam bidang khasiat obat maupun analisis zat kimia berdasarkan indikasi tumbuhan obat yang telah digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji secara empiris. Hasil penelitian tersebut, tentunya lebih memantapkan para pengguna tumbuhan obat akan khasiat maupun kegunaannya (Dalimarta, 2000). Salah satu dari kekayaan alam Indonesia adalah tanaman tempuyung. Tempuyung merupakan tanaman liar di habitat alami, yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat di Jawa memanfaatkannya untuk dijadikan
lalap,
ternyata
tanaman
tempuyung
juga
bermanfaat
untuk
menyembuhkan berbagai penyakit. Banyak pengalaman yang menunjukkan khasiat dari tempuyung untuk penyembuhan berbagai macam penyakit, seperti batu ginjal, asam urat, mengurangi radang, dan sebagainya (Sulaksana, dkk., 2004).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Tempuyung merupakan tumbuhan obat asli Indonesia (OAI) dari famili Asteraceae. Ia merupakan tumbuhan herba menahun, tegak, mengandung getah, dan mempunyai akar tunjang yang kuat. Tumbuhan ini hidup liar di daerah yang banyak hujan pada ketinggian 50-1650 m di atas permukaan laut. Tumbuh di tempat terbuka atau sedikit terlindung di tempat yang bertebing, dipinggir saluran air. Daun tempuyung di Indonesia digunakan sebagai obat untuk menghancurkan batu ginjal. Kelarutan batu ginjal oleh tempuyung ini diduga melalui efek diuretiknya. Selain itu, tempuyung juga digunakan sebagai obat memar akibat benturan
dengan
cara
menempelkannya
pada
bagian
yang
bengkak,
menghilangkan rasa lesu, dan rasa pegal-pegal. Di Cina daun tempuyung dipergunakan sebagai obat dan insektisida (Anonim, 2004). Daun tempuyung mengandung garam-garam mineral seperti kalium, magnesium, natrium, dan senyawa organik seperti flavonoida (kaemferol, luteolin-7-O-glukosida, dan apigenin-7-O-glukosida), kumarin (skepoletin), taraksasterol, inositol, serta asam fenolat (sinamat, kumarat, dan vanilat). Dilaporkan bahwa kandungan flavonoida total dalam daun tempuyung 0,10%. Hasil penelitian diketahui bahwa akar tempuyung mengandung senyawa flavonoida total kira-kira 0,50% dan flavonoida yang terbesar adalah apigenin-7O-glukosida, yang merupakan salah satu golongan flavonoida yang mempunyai potensi cukup baik untuk menghambat kerja enzim xantin oksidase dan superoksidase (Sulaksana, dkk., 2004) dan dilaporkan juga mengandung alfalaktuserol, beta-laktuserol, dimana golongan ini merupakan bagian dari steroida alkohol (sterol) (Anonim, 2004).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian adalah 1. Apakah daun tempuyung mengandung streoida dan flavonoida yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi/antiradang? 2. Apakah ekstrak etanol daun tempuyung memiiki efek sebagai antiinflamasi/antiradang? 1.3 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah di atas maka dibuat hipotesis sebagai berikut: 1. Diduga daun tempuyung mengandung steroida dan flavonoida yang berkhasiat sebagai antiradang. 2. Diduga ekstrak etanol daun tempuyung mempunyai efek antiradang terhadap radang yang diinduksi dengan karagenan pada telapak kaki tikus putih. 1.4 Tujuan Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui golongan kimia dari daun tempuyung 2. Untuk menguji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun tempuyung terhadap radang buatan yang diinduksi dengan larutan karagenan 1% (b/v) pada telapak kaki tikus dibandingkan dengan indometasin.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
1.5 Manfaat Dari hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi kandungan golongan kimia serbuk simplisia daun tempuyung dan membuktikan kebenaran mengenai efek antiradang ekstrak etanol dari daun tempuyung sehingga dapat dianjurkan pemakaiannya kepada masyarakat. 1.6 Kerangka Konsep Penelitian Dari penelitian yang dilakukan, digunakan kerangka konsep penelitian variabel bebas dan variabel terikat yaitu sebagai berikut.
Serbuk Bahan Tumbuhan Variabel Bebas
Uji Pendahuluan Variabel Terikat
Suspensi Ekstrak Suspensi Indometasin (kontrol positif) Suspensi CMC 0,5 % (kontrol negatif)
Uji Antiinfamasi Variabel Terikat
Variabel Bebas
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Tumbuhan Tempuyung merupakan Tanaman tahunan, memiliki perakaran yang cukup dalam, dapat mencapai tinggi 0,3-1,8 m, bergetah, banyak memiliki bunga, dapat tumbuh liar ditempat terbuka yang terkena sinar matahari atau sedikit terlindung, seperti ditebing-tebing, tepi saluran air, atau tanah terlantar dan tanaman ini merupakan tanaman yang perkembangbiakannya menyebar. Tumbuhan yang berasal dari Eurasia ini bisa ditemukan pada daerah bercurah hujan tinggi pada ketinggian 50-1.650 m di atas permukaan laut (Sulaksana, dkk., 2004). 2.1.1 Sistematika Tumbuhan Sistematika tumbuhan tempuyung sebagai berikut: Superdivisi
: Spermatophyta
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Asterales
Famili
: Asteraceae
Genus
: Sonchus
Spesies
: Sonchus arvensis L.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2.1.2 Nama Lain Tumbuhan tempuyung memiliki nama lain yaitu: 1. Nama daerah
: Lempung, jombang, galibug, rayana (Sunda), tempuyung (Jawa).
2. Nama asing
: Niu she tou (Cina), Laitron des champs (Perancis), Sow thistle (Inggris) (Sulaksana, dkk., 2004).
2.1.3 Morfologi Tumbuhan Tumbuhan ini berupa terna tahunan, tinggi 1-2 m, akar tunggang kokoh, batang berusuk, bergetah putih. Daun bagian bawah terpusar membentuk roset, bentuk lonjong, pangkal daun berbentuk panah atau jantung, panjang daun 6-48 cm, lebar daun 10 cm; daun bagian atas lebih kecil, duduknya berjauhan dan bergantian serta jelas memeluk batang. Perbungaan berbentuk bonggol, bonggol bunga berukuran 2-2,5 cm, panjang gagang bongkol 1-8 cm, mula-mula berwarna kuning terang, lama kelamaan berwarna merah kecoklatan. Biji, panjang 4-4,5 mm (Anonim, 1977). 2.1.4 Sifat dan Khasiat Tumbuhan Daun tempuyung mempunyai rasa pahit dan dingin. Tumbuhan ini juga memiliki khasiat sebagai pencahar, menurunkan panas, serta menghilangkan racun. Selain untuk mengobati kelebihan asam urat, tempuyung juga digunakan untuk penyakit saluran kencing, darah tinggi ringan, kencing batu, bisul, mengurangi bengkak, mengobati usus buntu ringan dan wasir (Sitanggang dan Dewani, 2006).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2.1.5 Kandungan Kimia Tumbuhan tempuyung
mengandung
alfa-lactuserol,
beta-lactuserol,
manitol, inositol, silika, kalium, flavonoida dan taraksasterol (Sulaksana, dkk., 2004). 2.2 Skrining Fitokimia Skrining fitokimia adalah pemeriksaan kimia secara kualitatif terhadap senyawa-senyawa aktif biologis yang terdapat dalam simplisia tumbuhan. Senyawa-senyawa tersebut adalah senyawa organik, oleh karena itu skrining terutama ditujukan terhadap golongan senyawa organik seperti alkaloida, glikosida, flavonoida, terpenoida, tanin dan lain-lain. Pada penelitian tumbuhan, untuk aktivitas biologi atau senyawa yang bermanfaat dalam pengobatan, satu atau lebih konstituen yang mempunyai respon farmakologi perlu diisolasi. Oleh karena itu pemeriksaan fitokimia, teknik skrining dapat membantu langkah-langkah fitofarmakologi yaitu melalui seleksi awal dari pemeriksaan tumbuhan tersebut untuk membuktikan ada tidaknya senyawa kimia tertentu dalam tumbuhan tersebut yang dapat dikaitkan dengan aktivitas biologinya (Farnsworth, 1996). Hasil skrining fitokimia dari daun tempuyung menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoida, glikosida, steroida/triterpenoida. 2.3 Uraian Kimia 2.3.1 Alkaloida Alkaloida berasal dari dua suku kata yaitu “Alkali” yang berarti basa dan “oid” yang berarti mirip sehingga pengertian alkaloida adalah senyawa yang mengandung nitrogen bersifat basa dan mempunyai aktivitas farmakologis.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Alkaloida pada umumnya merupakan senyawa padat, berbentuk kristal atau amorf, tidak berwarna dan mempunyai rasa pahit. Dalam bentuk bebas alkaloida merupakan basa lemah yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
pelarut
organik.
Untuk
identifikasi
biasanya
dilakukan
dengan
menggunakan larutan pereaksi yang dapat membentuk endapan dengan alkaloida, misalnya pereaksi Meyer, Dragendorff dan lain-lain (Rusdi, 1998). Tidak satupun istilah “Alkaloida” yang memuaskan, tetapi pada umumnya alkaloida mencakup senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya, sebagai gabungan dari sistem siklik. Alkaloida merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol dan digunakan secara luas dalam bidang pengobatan (Harborne, 1987). 2.3.2 Glikosida Glikosida adalah komponen yang menghasilkan satu atau lebih gula jika dihidrolisis. Komponen non gula disebut aglikon, komponen gulanya disebut glikon (Tyler, dkk., 1976). Berdasarkan atom penghubung bagian gula (glikon) dan bukan gula (aglikon), maka glikosida dapat dibedakan menjadi: 1. C-glikosida, jika atom C menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 2. N-glikosida, jika atom N menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 3. O-glikosida, jika atom O menghubungkan bagian glikon dan aglikon. 4. S-glikosida, jika atom S menghubungkan bagian glikon dan aglikon. Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida ialah glukosa (Robinson, 1995; Tyler, dkk., 1976). Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2.3.3 Flavonoida Flavonoida merupakan salah satu golongan fenol alam yang terbesar, mengandung 15 atom karbon dalam inti dasarnya, terutama dalam konfigurasi C6C3-C6 artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzene tersubstitusi) yang dihubungkan oleh alifatis tiga karbon.
Gambar 1. Struktur Dasar Flavonoida Flavonoida mencakup banyak pigmen dan terdapat pada seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai Angiospermae. Sebagai pigmen bunga, flavonoida berperan jelas menarik perhatian burung dan serangga penyerbuk bunga. Beberapa fungsi flavonoida yang lain adalah: pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja mikroba dan antivirus. Flavonoida dalam tubuh bertindak menghambat enzim lipooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin. Hal ini disebabkan karena flavonoida merupakan senyawa pereduksi yang baik sehingga akan menghambat reaksi oksidasi (Robinson, 1995). 2.3.4 Steroida/Triterpenoida Inti steroida sama dengan inti triterpenoida tetrasiklik. Steroida alkohol biasanya dinamakan dengan “Sterol,” tetapi karena praktis semua steroida tumbuhan berupa alkohol seringkali semuanya disebuat “Sterol.” Sterol adalah triterpena yang kerangka dasarnya cincin siklopentana perhidrofenantrena. Dahulu
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
sterol terutama dianggap sebagai senyawa hormon kelamin (asam empedu), tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa tersebut yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan ( Harborne, 1987; Robinson, 1995). Triterpenoida adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik, kebanyakan berupa alkohol, aldehida, atau asam karboksilat. Merupakan senyawa yang tidak berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi dan optis aktif. Identifikasi dengan
pereaksi
Lieberman-Burchard
(asetat
anhidrida
+
H2SO4pekat)
menunjukkan triterpenoida dan steroida memberikan warna hijau biru (Harborne, 1987). 2.3.5 Saponin Saponin diberi nama demikian karena sifatnya menyerupai sabun (bahasa Latin “Sapo” berarti Sabun). Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat dan menimbulkan busa, jika dikocok dengan air. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba. Dikenal dua jenis saponin, yaitu glikosida triterpenoida dan glikosida struktur steroida tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. Kedua jenis saponin ini larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter. Aglikonnya disebut sapogenin, diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau hidrolisis memakai enzim (Robinson, 1995). 2.4 Ekstraksi Ekstraksi adalah suatu cara penyarian terhadap simplisia dengan menggunakan suatu penyari tertentu. Cara pengekstraksian yang tepat tergantung pada jenis senyawa yang diisolasi dan pelarut yang digunakan. Untuk
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
mengekstraksi senyawa yang terdapat dalam tumbuhan terlebih dahulu enzimnya diinaktifkan dengan mengeringkan bagian tumbuhan yang diambil sebelum diekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara maserasi, perkolasi dan sokletasi. Sebagai cairan penyari dapat dipakai air, eter, heksana dan alkohol. Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yaitu dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Metode ini dilakukan bila jaringan tumbuhan lunak dan konstituen kimia yang dikandungnya tidak tahan pemanasan. Sokletasi dilakukan dengan menggunakan cairan penyari yang panas terusmenerus, ekstraksi dianggap selesai bila tetesan pelarut tidak berwarna lagi. Ekstraksi berkesinambungan dengan menggunakan alat soklet untuk kandungan kimia yang tahan pemanasan dan hanya dapat dipergunakan untuk simplisia tumbuhan dalam jumlah kecil oleh karena keterbatasan daya tampung dari alat soklet tersebut. Ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang berulang ulang (Harborne, 1987). Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi dengan cairan penyari dan perkolasi dianggap selesai apabila tetesan terakhir memberikan reaksi negatif terhadap pereaksi tertentu. Cairan penyari yang dialirkan secara terus-menerus dari atas akan mengalir turun secara lambat melalui simplisia (Brain dan Turner, 1975). 2.5 Radang (Inflamasi) Radang merupakan respon terhadap cedera jaringan atau infeksi. Ketika proses radang berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan elemen darah,
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
sel darah putih (leukosit) dan mediator kimia berkumpul pada tempat jaringan yang cedera atau infeksi. Proses radang merupakan suatu mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Meskipun ada hubungan antara radang dan infeksi, istilah-istilah ini tidak boleh dianggap sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan radang, tetapi tidak semua radang disebabkan infeksi. Stimulus-stimulus yang merusak (noksi) dapat berupa noksi kimia, fisika, bakteri, parasit, dan sebagainya. Lima ciri khas dari radang dikenal sebagai tandatanda utama radang adalah kemerahan (rubor), panas (kalor), pembengkakan (tumor), nyeri (dolor), dan gangguan fungsi (functio laesa) (Kee, 1996). Inflamasi (radang) dibagi dalam 3 fase yaitu: •
Inflamasi akut: merupakan respon awal terhadap cedera jaringan; hal tersebut melalui mediator respon inflamasi akut yang terlibat antara lain: Histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin, leukotrin dan pada umumnya didahului oleh pembentukan respon imun.
•
Respon imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan untuk merespon organisme asing atau substansi antigenik yang terlepas selama respons terhadap inflamasi akut serta kronis.
•
Inflamasi kronis melibatkan keluarnya sejumlah mediator yang tidak menonjol dalam respon akut. Mediator inflamasi kronis yang terlibat antara lain: Interleukin-1,2,3, Granulocyte-macrophage colony-stimulating
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
factor, Tumor necrosis factor-alpha, Interferon, Platelet-derived growth factor. Salah satu dari kondisi yang paling penting yang melibatkan mediator-mediator ini adalah arthritis rheumatoid, dimana inflamasi kronis menyebabkan sakit dan kerusakan tulang (Katzung, 2002). Mekanisme terjadinya gejala-gejala peradangan dapat dilihat pada Gambar 2 Noksi
Kerusakan Sel Emigrasi Leukosit Pembebasan Bahan Mediator
Proliferasi Sel
Eksudasi Gangguan Sirkulasi Lokal
Perangsangan Reseptor Nyeri
Pembengkakan Kemerahan
Panas
Gangguan Fungsi
Nyeri
Gambar 2: Patogenesis dan Gejala suatu peradangan (Mutschler, 1999).
2.5.1 Gejala-gejala Terjadinya Respons Peradangan a. Kemerahan ( Rubor) Kemerahan atau rubor biasanya merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang mengalami peradangan. Waktu reaksi peradangan mulai timbul maka arteri yang mensuplai darah ke daerah tersebut melebar, dengan demikian lebih Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
banyak darah mengalir kedalam mikrosirkulasi lokal. Pembuluh-pembuluh darah yang sebelumnya kosong atau sebagian saja meregang dengan cepat dan terisi penuh oleh darah. Keadaan ini dinamakan hiperemia atau kongesti menyebabkan warna merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hiperemia pada permulaan reaksi peradangan diatur oleh tubuh melalui pengeluaran zat mediator seperti histamin (Price dan Wilson, 1995). b. Panas (Kalor) Panas atau kalor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan. Panas merupakan sifat reaksi peradangan yang hanya terjadi pada permukaan tubuh yakni kulit. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas dari sekelilingnya, sebab darah dengan suhu 37oC yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang terkena radang lebih banyak disalurkan dari pada ke daerah normal (Price dan Wilson, 1995). c. Rasa Sakit (Dolor) Rasa sakit atau dolor dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara. Perubahan pH lokal atau konsentrasi ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung saraf, pengeluaran zat kimia tertentu misalnya mediator histamin
atau
pembengkakan
jaringan
yang
meradang
mengakibatkan
peningkatan tekanan lokal dapat menimbulkan rasa sakit (Price dan Wilson, 1995). d. Pembengkakan (Tumor) Gejala yang paling menyolok dari peradangan akut adalah tumor atau pembengkakan. Hal ini terjadi akibat adanya peningkatan permeabilitas dinding kapiler serta pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan yang
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
cedera. Pada peradangan, dinding kapiler tersebut menjadi lebih permeabel dan lebih mudah dilalui oleh leukosit dan protein terutama albumin, yang diikuti oleh molekul yang lebih besar sehingga plasma jaringan mengandung lebih banyak protein dari pada biasanya yang kemudian meninggalkan kapiler dan masuk kedalam jaringan sehingga menyebabkan jaringan menjadi bengkak (Price dan Wilson, 1995). e. Perubahan Fungsi (Fungsio Laesa) Gangguan fungsi yang diketahui merupakan konsekuensi dari suatu proses radang. Gerakan yang terjadi pada daerah radang, baik yang dilakukan secara sadar ataupun secara reflek akan mengalami hambatan oleh rasa sakit, pembengkakan yang hebat secara fisik mengakibatkan berkurangnya gerak jaringan (Price dan Wilson, 1995). 2.5.2 Mekanisme Terjadinya Radang Terjadinya inflamasi adalah reaksi setempat dari jaringan atau sel terhadap suatu rangsang atau cedera. Setiap ada cedera, terjadi rangsangan untuk dilepaskannya zat kimia tertentu yang akan menstimulasi terjadinya perubahan jaringan pada reaksi radang tersebut, diantaranya adalah histamin, serotonin, bradikinin, leukotrin dan prostaglandin. Histamin bertanggung jawab pada perubahan yang paling awal yaitu menyebabkan vasodilatasi pada arteriol yang didahului dengan vasokonstriksi awal dan peningkatan permeabilitas kapiler, hal ini menyebabkan perubahan distribusi sel darah merah. Oleh karena aliran darah yang lambat, sel darah merah akan menggumpal, akibatnya sel darah putih terdesak kepinggir, makin lambat aliran darah maka sel darah putih akan menempel pada dinding pembuluh darah makin lama makin banyak. Perubahan
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
permeabilitas yang terjadi menyebabkan cairan keluar dari pembuluh darah dan berkumpul dalam jaringan. Bradikinin bereaksi lokal menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler. Sebagai penyebab radang, prostaglandin berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator lainnya (Mansjoer, 1999).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Mekanisme terjadinya inflamasi ditunjukkan pada gambar 3 berikut: Rangsangan
Kerusakan membran sel
Fosfolipida
Kortikosteroida
Fosfolipase Asam Arachidonat Enzim lipooksigenase
Siklooksigenase
Hidroperoksida
Endoperoksida
Leukotrin
LTB4
LTC4/D4/E
Prostaglandin
Aktraksi / aktifasi fagosit
Perubahan permeabilitas vaskuler, kontriksi bronkial, peningkatan sekresi
Inflamasi
Bronkospasme, kongesti, penyumbatan mukus
Tromboksan
Prostasiklin
Modulasi Leukosit
Inflamasi
Gambar 3. Bagan mekanisme terjadinya inflamasi (Katzung, 2002).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Asam arakhidonat merupakan prekursor dari sejumlah besar mediator inflamasi. Senyawa ini merupakan mediator inflamasi. Senyawa ini merupakan komponen utama lipid seluler dan hanya terdapat dalam keadaan bebas dengan jumlah kecil yang sebagian besar berada dalam fosfolipid membran sel. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan maka enzim fosfolifase diaktivasi untuk mengubah fosfolipid tersebut menjadi asam arakhidonat, kemudian sebagian diubah oleh enzim siklooksigenase atau COX dan seterusnya menjadi prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan. Bagian lain dari asam arakhidonat diubah oleh enzim lipooksigenase menjadi leukotrin. Siklooksigenase terdiri dari dua iso enzim, COX 1 dan COX 2. Iso enzim COX 1 terdapat kebayakan di jaringan seperti di ginjal, paru-paru, platelet dan saluran cerna sedangkan COX 2 tidak terdapat dijaringan, tetapi dibentuk selama proses peradangan oleh sel-sel radang. Leukotrin yang dibentuk melalui alur lipooksigenase yaitu LTA4 yang tidak stabil yang kemudian oleh hidrolase diubah menjadi LTB4 atau LTC4, yang terakhir bisa diubah menjadi LTD4 dan LTE4, selain pada rema, leukotrin juga berperan pada proses peradangan dan alergi pada asma. Leukotrin dibentuk digranulosit eosinofil dan berkhasiat sebagai vasokonstriksi di bronkhus dan mukosa lambung. Khusus LTB4 disintesa di makrofag dan bekerja menstimulasi migrasi leukosit. Mediator-mediator ini dinamakan slow reacting substance of anaphylaxis (SRS-A) (Tjay, 2002).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2.5.3 Mediator Peradangan Substansi yang dikeluarkan secara endogen sebagai respon terhadap peradangan dikenal dengan nama Mediator. Mediator-mediator tersebut adalah histamin, bradikinin, kalidin, serotonin, prostaglandin dan leukotrin. Histamin merupakan mediator pertama yang dilepaskan dan segera muncul dalam beberapa detik yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Histamin bekerja pada dua reseptor yang berbeda yang disebut reseptor H1 dan reseptor H2. Stimulasi reseptor H1 menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah besar, kontraksi otot bronkhus, otot usus dan otot uterus. Stimulasi reseptor H2 menyebabkan dilatasi pembuluh paru-paru, meningkatkan frekuensi jantung dan kenaikan kontraktilitas jantung serta kenaikan sekresi kelenjar terutama dalam mukosa lambung. Histamin merupakan produk dekarboksilasi dari asam amino histidin yang terdapat dalam semua jaringan tubuh. Konsentrasi tertinggi terdapat dalam paru-paru, kulit dan dalam saluran cerna. Histamin akan dibebaskan dari sel-sel pada reaksi hipersensitivitas, rusaknya sel (misalnya pada luka) serta akibat senyawa kimia pembebas histamin. Bradikidin dan kalidin merupakan mediator yang dapat bereaksi lokal menimbulkan rasa sakit, vasodilatasi, meningkatkan permeabilitas kapiler dan berperan meningkatkan potensi prostaglandin. Serotonin (5-HT) berasal dari asam amino esensial triptamin melalui hidroksilasi dan dekarboksilasi, terdapat dalam platelet darah, mukosa usus dan di beberapa bagian otak. Pada trombosit berfungsi meningkatkan agregasi dan mempercepat penggumpalan darah sehingga mempercepat hemostasis (Mutschler, 1999).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Prostaglandin hanya berperan pada nyeri yang berkaitan dengan kerusakan jaringan atau radang. Prostglandin sebagai penyebab radang bekerja lemah, namun berpotensi kuat setelah bergabung dengan mediator atau substansi lainnya yang dibebaskan secara lokal, seperti histamin, serotonin dan leukotrin. Prostaglandin dapat menimbulkan vasodilatasi, dan meningkatkan aliran darah lokal (Ganiswarna, 1995). 2.6 Obat-obat Antiradang Obat-obat antiradang adalah golongan obat yang memiliki aktivitas menekan atau merangsang peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara, yaitu menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit kedaerah radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiradang dibagi menjadi dua golongan utama yaitu: 2.6.1 Obat-obat Antiradang Golongan Steroida (Glukokortikoid) Efek
glukokortikoid
berhubungan
dengan
kemampuannya
untuk
merangsang biosintesis protein lipomodulin yang dapat menghambat kerja enzimatik fosfolipase, suatu enzim yang bertanggung jawab terhadap pelepasan asam arakhidonat dan metabolitnya seperti prostaglandin (PG), leukotrin (LT), prostasiklin
dan
sikolooksigenase
tromboksan. dan
Glukokortikoid
lipooksigenase,
sedangkan
dapat
memblok
NSAID
jalur
(non-steroida
antiinflamatory drugs) hanya memblok jalur siklooksigenase.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Efek glukokortikoid pada arthritis rheumatoid bersifat segera. Contoh senyawa yang termasuk golongan ini adalah Hidrokortison, Prednisolon, Betametason, Triamsinolon, dan sebagainya (Katzung, 2001). 2.6.2 Obat-obat Antiradang Golongan Non Steroida Non-steroid antiinflamatory drugs (NSAID) merupakan obat-obat “seperti aspirin” yang menghambat sintesa prostaglandin. Obat-obat ini mempunyai efek analgetik dan antipiretik yang berbeda-beda tetapi terutama dipkai sebagai agen antiradang untuk meredakan radang dan nyeri. Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase tetapi tidak pada enzim lipooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi terganggu yang mengakibatkan terhambatanya pelepasan mediator nyeri seperti prostaglandin, tromboksan. Ketika memberikan NSAID untuk mengatasi nyeri, dosisnya biasanya lebih tinggi daripada untuk pengobatan radang. Efek antipiretiknya tidak sekuat dari efek antiradangnya. Kecuali aspirin, preparat-preparat NSAID tidak dianjurkan pemakaiannya untuk meredakan sakit kepala yang ringan dan demam. Oleh karena itu NSAID lebih cocok untuk mengurangi pembengkakan, nyeri dan kekakuan sendi-sendi (Kee dan Evelyn, 1996). Obat-obat antiinflamasi non steroida (NSAID) merupakan suatu grup obat yang secara kimiawi tidak sama, berbeda aktivitas antipiretik, analgesik, dan antiinflamasinya. Obat-obat ini terutama bekerja dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase. Aspirin adalah prototipe dari grup ini yang paling umum digunakan (Mycek, 2001).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Obat antiinflamasi non steroida (NSAID) terdiri dari: 1.
Turunan asam salisilat, contoh: aspirin, diflunsial, sulfasalazin, olsalazin.
2.
Turunan para aminofenol, contoh: asetaminofen
3.
Turunan indol dan asam indene asetat, contoh: indometasin, sulindak, etodolak
4.
Turunan heteroaril asetat, contoh: Tolmetin, diklofenak, ketorolak
5.
Turunan asam arilpropionat contoh: ibuprofen, naproksen, fenoprofen, ketoprofen dan sebagainya
6.
Turunan asam antranilat (fenamat) contoh: asam mefenamat, asam meklofenamat
7.
Turunan
asam
enolat,
contoh:
oksikam
(piroksikam,
tenoksikam), pirazolidin (fenilbutazon, oksifentatrazon) 8.
Turunan alkanon, contoh: Nabumeton (Goodman, 1996).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2.7 Indometasin Rumus bangun:
Gambar 4. Rumus Indometasin.
Rumus molekul
: C19H16ClNO4
Nama Kimia
: Asam 1-(p-klorbenzoil)-5-metoksi-2-metil-indola-3-asetat
Pemerian
: Serbuk hablur, polimorf, berwarna kuning pucat hingga kuning kecoklatan, tidak berbau atau hampir tidak berbau. Peka terhadap cahaya; melebur pada suhu ±162oC
Kelarutan
: Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, kloroform dan eter (Anonim, 1995b)
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2.7.1 Farmakologi Obat-obat antiradang (antiinflamasi) telah lama memegang peranan penting dalam terapi penyakit radang. Pengujian secara in vitro menunjukkan bahwa indometasin menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam pembentukan prostaglandin. Prostaglandin merupakan salah satu mediator kimia yang dilepaskan selama terjadi peradangan. Dengan dihambatanya enzim siklooksigenase maka konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu dengan demikian terjadi pengurangan nyeri. Indometasin mampu meringankan gejala peradangan, tetapi tidak menyembuhkan penyakitnya. Obat ini hanya mampu menekan radang yang ditandai dengan penurunan demam, pengurangan bengkak, pengurangan rasa sakit dan nyeri. Indometasin diserap dengan cepat, kadar maksimum dalam darah dicapai rata-rata 2,5 jam setelah obat diberikan secara oral. Sekitar 90% indometasin berikatan dengan protein plasma. Metabolisme terjadi dihati, indometasin diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urin dan empedu (Tjay, 2002). Indometasin digunakan untuk pengobatan arthritis rheumatoid, gout dan osteoarthritis, tapi penggunaannya dibatasi karena bersifat toksik. Efek samping indometasin pada dosis terapi meliputi gangguan saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare, ulser, pendarahan lambung dan pankreatitis. Juga menyebabkan pusing, depresi, rasa bingung, halusinasi, agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia. Karena toksisitasnya, indometasin tidak dianjurkan pada anakanak, wanita hamil, penderita gangguan psikiatri dan penderita penyakit lambung (Ganiswara, 1995).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2.8 Karagenan Karagenan merupakan suatu mukopolisakarida yang diperoleh dari rumput laut merah Irlandia (Chondrus crispus). Karagenan terbagi atas tiga (3) fraksi, yaitu kappa karagenan, iota karagenan, dan lambda karagenan. Karagenan diberi nama berdasarkan persentase kandungan ester sulfatnya, yaitu kappa karagenan mengandung 25-30%, iota karagenan 28-35%, dan lamda karagenan 32-39%. Larut dalam air panas (70oC), air dingin, susu, dan dalam larutan gula, sehingga sering digunakan sebagai pengental/penstabil pada berbagai makanan/minuman (Anonim, 2002). Kappa karagenan Kappa karagenan berasal dari spesies Euchema cottonii, Euchema striatum, Euchema speciosum. Bahan ini larut dalam air panas. Kappa karagenan mengekstraksi D-galaktosa yang mengandung 6 ester sulfat dan 3,6-anhidro-Dgalaktosa yang mengandung 2 ester sulfat (Anonim, 2002). Iota karagenan Iota karagenan berasal dari spesies Euchema spinosum, Euchema isiforme, dan Euchema uncinatum. Bahan ini larut dalam air dingin. Iota karagenan mengekstraksi D-galaktosa yang mengandung 4 ester sulfat dan 3,6- anhidro-Dgalaktosa yang mengandung 2 ester sulfat (Anonim, 2002). Lambda karagenanLambda karagenan berasal dari genus Chondrus dan Gigartina. Lamda karagenan larut dalam air dingin. Berbeda dengan kappakaragenan dan iota karagenan, lambda karagenan memiliki disulfat-D-Galaktosa (Anonim, 2002)
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
BAB III METODE PENELITIAN
Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan sampel, pengumpulan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak etanol dengan cara maserasi, pemeriksaan pendahuluan dan pengujian efek antiinflamasi dengan metode eksperimental di laboratorium. 3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat gelas laboratorium, alat penguap vakum putar (rotary evaporator Heidolph v-2000), alat pengering beku (freeze dryer Modulyo Edward, Serial No: 3985), blender (National), inkubator (Gallenkamp), jarum suntik, kertas saring, lumpang dan alu, Neraca analitik (Vibra), Neraca Hewan (GW-1500), oral sonde tikus, penangas air, pletismometer (Ugo Basile cat No.7140). 3.1.2 Bahan-bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun tempuyung, bahan kimia yang digunakan, asam asetat, asam klorida, asam nitrat pekat, asam sulfat pekat, besi (III) klorida, bismut nitrat, etanol 96%(hasil destilasi), n-heksan, indometasin (Aceto), iodium, isopropanol, lambda karagenan (Sigma), kalium iodida, karboksi metil seluluosa (CMC), kloroform, merkuri (II) klorida, serbuk magnesium, natrium hidroksida, timbal (II) asetat, serbuk seng. Dan air suling.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
3.2 Pembuatan Pereaksi 3.2.1 Larutan pereaksi Meyer Sebanyak 1,36 g merkuri (II) klorida dilarutkan dalam 60 ml air suling. Pada wadah lain dilarutkan sebanyak 5 g kalium iodida dalam 10 ml air suling kemudian kedua larutan ini dicampur dan ditambahkan air suling hingga 100 ml (Anonim, 1995a) 3.2.2 Larutan Pereaksi Dragendorff Sebanyak 8 g bismut nitrat dilarutkan dalam asam nitrat pekat 20 ml. pada wadah lain dilarutkan sebanyak 27,2 g kalium iodida dalam 50 ml air suling, kemudian kedua larutan ini dicampur dan didiamkan sampai memisah sempurna. Larutan jernih diambil dan diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 100 ml (Anonim, 1995a). 3.2.3 Larutan Pereaksi Bouchardat Sebanyak 4 g kalium iodida dilarutkan dalam 20 ml air suling kemudian ditambahkan sebanyak 2 g iodium, dikocok sampai larut. Setelah larut ditambah air suling hingga 100 ml (Anonim, 1995a). 3.2.4 Larutan Pereaksi Molish Sebanyak 3 g α-naftol dilarutkan dalam asam nitrat pekat secukupnya kemudian dicukupkan dengan air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Anonim, 1995a). 3.2.5 Larutan Pereaksi Besi (III) Klorida 1% Sebanyak 1 g besi (III) klorida dilarutkan dalam air suling sampai 100 ml kemudian disaring (Anonim, 1995a).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
3.2.6 Larutan Pereaksi Timbal (II) Asetat Sebanyak 15,17 g timbal (II) asetat ditimbang kemudian dilarutkan ke dalam air suling sampai 100 ml (Anonim, 1995a). 3.2.7 Larutan Pereaksi Natrium Hidroksida 2N Sebanyak 8 g kristal natrium hidroksida dilarutkan dalam air suling hingga diperoleh larutan 100 ml (Anonim, 1995a). 3.2.8 Larutan Pereaksi Asam Klorida 2N Sebanyak 17 ml asam korida pekat diencerkan dengan air suling sampai 100 ml (Anonim, 1995a). 3.3 Penyiapan dan Pengumpulan Bahan Tumbuhan Penyiapan bahan tumbuhan meliputi pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi bahan tumbuhan dan pembuatan simplisia. Pengumpulan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif, yaitu tanpa membandingkan dengan tumbuhan serupa dari daerah lain. Bahan yang digunakan sebagai sampel adalah daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) yang diperoleh dari sekitar Fakultas Farmasi USU Medan. Identifikasi tumbuhan dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Biologi, Bogor. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 46 (Suliha, 2008). 3.3.1 Pembuatan Simplisia Daun tempuyung yang telah dikumpulkan, dibersihkan dari kotoran. Kemudian dicuci di bawah air mengalir hingga bersih, setelah itu ditiriskan dan disebarkan diatas kertas hingga airnya meresap lalu ditimbang sebagai berat basah. Kemudian dikeringkan di udara terbuka dan terlindung matahari langsung.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Untuk mencegah timbulnya jamur selama pengeringan selanjutnya dikeringkan dalam lemari pengering. 3.4 Pemeriksaan Pendahuluan Serbuk Simplisia 3.4.1 Pemeriksaan Alkaloida Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia ditimbang kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan lalu disaring. Filtrat dipakai untuk percobaan berikut: a. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Meyer b. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat c. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff Alkaloida dianggap positif jika terjadi endapan paling sedikit dua dari tiga percobaan diatas (Anonim, 1995a). 3.4.2 Pemeriksaan Flavonoida Larutan Percobaan: Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml metanol lalu direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas melalui kertas saring, filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling. Setelah dingin ditambah 5 ml n-heksan, dikocok hati-hati, didiamkan. Lapisan metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40oC, sisa dilarutkan dalam 5 ml etil asetat, disaring. Cara percobaan: a.
Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1-2 ml etanol 96%, ditambahkan 0,5 g serbuk seng dan 2 ml asam klorida 2 N, didiamkan selama satu menit. Ditambahkan 10 ml asam klorida pekat, jika dalam waktu
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2-5 menit terjadi warna merah yang intensif menunjukkan adanya flavonoida b.
Sebanyak 1 ml larutan percobaan diuapkan hingga kering, sisanya dilarutkan dalam 1 ml etanol 96%, ditambahkan 0,1 g magnesium dan 10 tetes asam klorida pekat, terjadi warna merah jingga sampai merah ungu menunjukkan adanya flavonoida (Anonim, 1995a).
3.4.3 Pemeriksaan Tanin Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia disari dengan 10 ml air suling, disaring lalu filtratnya diencerkan dengan air suling sampai tidak berwarna. Diambil 2 ml larutan lalu ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida. Terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin (Farnsworth, 1966). 3.4.4 Pemeriksaan Glikosida Sebanyak 3 g serbuk simplisia disari dengan 30 ml campuran etanol 96%-air suling (7:3), lalu ditambahkan 10 ml HCl 2 N, direfluks selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Diambil 20 ml filtrat ditambahkan 25 ml air suling dan 25 ml timbal (II) asetat 0,4 M, dikocok, didiamkan selama 5 menit lalu disaring. Filtrat
disari
sebanyak
3
kali,
tiap
kali
dengan
20
ml
campuran
kloroform:isopropanol (3:2). Pada kumpulan sari ditambahkan natrium sulfat anhidrat secukupnya, disaring dan diuapkan pada temperatur tidak lebih dari 500C, dilarutkan sisanya dengan 2 ml metanol, kemudian diambil 0,1 ml larutan percobaan di masukkan kedalam tabung reaksi, diuapkan diatas penangas air. Pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 2 tetes pereaksi molish, ditambahkan hati-hati
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
2 ml asam sulfat pekat, terbentuk cincin warna ungu pada batas kedua cairan menunjukkan adanya ikatan gula (Anonim, 1995a). 3.4.5 Pemeriksaan Saponin Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung reaksi dan ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik, timbul busa yang mantap tidak kurang dari 10 menit setinggi 110 cm. ditambahkan 1 tetes larutan asam klorida 2N, bila buih tidak hilang menunjukkan adanya saponin (Anonim, 1995a). 3.4.6 Pemeriksaan Steroida/Triterpenoida Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat. Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi biru hijau menunjukkan adanya steroida/triterpenoida (Harborne, 1987). 3.5 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Pembuatan ekstrak dilakukan secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Caranya, sebanyak 500 g serbuk simplisia dimasukkan ke dalam bejana, dimaserasi dengan etanol 96% kemudian diaduk sesekali selama 6 jam. Didiamkan selama 24 jam lalu tampung maserat (maserat pertama). Diulangi sebanyak dua kali seperti di atas. Maserat yang diperoleh dipekatkan dengan alat penguap vakum putar (diperoleh 120g). Kemudian dikeringkan dengan alat pengering beku (freeze dryer) pada suhu -400C pada tekanan 2 atmosfer selama lebih kurang 24 jam dan diperoleh ekstrak kental sebanyak 87 g (Sampurno, 2004)
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
3.6 Penyiapan Bahan Uji, kontrol, dan Obat pembanding Ekstrak etanol daun tempuyung dengan dosis 50, 100, 200 mg/kg bb (bahan uji) dan indometasin 10 mg/kg bb (kontrol positif) dibuat dalam bentuk suspensi CMC 0,5%. Dan sebagai kontrol negatif yang digunakan adalah suspensi CMC 0,5% dalam air suling. 3.6.1 Pembuatan Suspensi CMC 0,5% Sebanyak 500 mg CMC ditaburkan merata ke dalam lumpang yang telah berisi air suling panas sebanyak 35 ml. Didiamkan selama 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, digerus hingga terbentuk gel kemudian diencerkan dengan sedikit air, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, lalu ditambahkan air suling sampai garis tanda. 3.6.2 Pembuatan Suspensi Indometasin Dosis 10 mg/kg bb Ditimbang sebanyak 10 mg serbuk indometasin kemudian digerus dengan penambahan suspensi CMC 0,5% sampai homogen, dimasukkan ke dalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi CMC 0,5%.. 3.6.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung Dosis 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, dan 200 mg/kg bb Ditimbang 50 mg, 100 mg, dan 200 mg ekstrak etanol daun tempuyung. Masing-masing digerus dengan penambahan suspensi CMC 0,5% sampai homogen, dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml, dicukupkan sampai garis tanda dengan suspensi CMC 0,5%. Perhitungan dosis bahan uji lihat pada Lampiran 7, halaman 52
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
3.7 Penyiapan Induktor Radang ( lambda karagenan 1%) Ditimbang sebanyak 100 mg lambda karagenan, lalu dihomogenkan dengan larutan NaCl 0,9%, kemudian dimasukkan kedalam labu tentukur 10 ml kemudian dicukupkan dengan larutan NaCl 0,9% sampai garis tanda kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. 3.8 Penyiapan Hewan Percobaan Hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih galur Wistar dengan berat badan 180-220 g sebanyak 30 ekor dibagi dalam 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus. Sebelum pengujian, hewan percobaan dipelihara pada kandang yang mempunyai ventilasi yang baik dan selalu dijaga kebersihannya. Hewan yang sehat ditandai dengan memperlihatkan gerakan yang lincah. Setiap kali perlakuan selesai, tikus diistirahatkan selama 2 minggu, selanjutnya tikus dapat dipakai lagi untuk perlakuan berikutnya (Wirda, 2001). 3.9 Prosedur Penggunaan Alat Pletismometer (Ugo Basile Cat no. 7140) Larutan untuk reservoir: Sebanyak 2 ml campuran senyawa pembasah (Ornano Imbibente BBC. 97) yang telah tersedia dalam kemasan standar. Dimasukkan ke dalam labu tentukur 1 L, ditambahkan 0,4 g NaCl kemudian dilarutkan dengan air suling lalu dimasukkan kedalam labu tentukur 1000 ml, kemudian dicukupkan dengan menggunakan air suling sampai garis tanda.. Penyiapan Alat: Larutan untuk reservoir yang telah disiapkan sebelumnya dimasukkan ke dalam reservoir yang telah dirangkai pada alat kemudian diisi sel dengan memutar
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
kepala katub kira-kira 45 0 ke arah kiri atau kanan sesuai dengan posisi reservoir itu dihubungkan, alirkan beberapa kali dengan memutar kepala katub untuk menghindari gelembung udara. Atur batas air sampai mendekati garis merah bagian atas pada sel. Alat dihidupkan maka tampilan grafik akan menyala dan menunjukkan logo Ugo Basile, hangatkan alat kira-kira 2-3 menit. Kaliberasi Alat: Tekan F1 dari menu utama maka akan ditampilkan angka 0 secara otomatis kemudian tekan kembali F1 yang akan menunjukkan angka 0,5 ml, tekan kembali tombol F1 yang akan menunjukkan angka 1,0; 2,0; 4,0; 8,0 ml. Setelah itu, pilihlah probe kaliberasi (2 ml) dan tekan F2 untuk konfirmasinya. Masukkan probe volum ke dalam sel, tunggu beberapa detik hingga nilai yang ditunjukkan stabil. Alat siap digunakan untuk pengukuran kaki tikus. 3.10 Prosedur Pengujian Inflamasi Sebelum pengujian, tikus dipuasakan selama 18 jam dengan tetap diberi air minum. Tikus dikelompokkan ke dalam 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (suspensi CMC 0,5%), kelompok bahan uji (tiga dosis suspensi ekstrak etanol daun tempuyung), dan kontrol positif (indometasin). Pada hari pengujian, masing-masing hewan ditimbang dan diberi tanda pada kaki kirinya, kemudian kaki kiri tikus dimasukkan ke dalam sel yang berisi cairan khusus yang telah disiapkan sebelumnya sampai cairan naik pada garis batas atas, pedal kemudian ditahan, dicatat angka pada monitor sebagai volume awal (Vo) yaitu volume kaki sebelum diberi obat dan diinduksi dengan larutan karagenan. Masing-masing tikus diberi suspensi bahan uji secara oral sesuai dengan kelompoknya. Satu jam kemudian, kepada masing-masing telapak kaki
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
tikus disuntik secara intraplantar dengan 0,1 ml larutan karagenan 1%. Setelah 30 menit, Dilakukan pengukuran dengan cara mencelupkan kaki tikus ke dalam sel pletismometer yang berisi cairan khusus sampai larutan mencapai garis batas atas, dan pedal ditahan. Dicatat angka pada monitor. Perubahan volume cairan yang terjadi dicatat sebagai volume telapak kaki tikus (Vt). Pengukuran dilakukan setiap 30 menit selama 360 menit. Dan tiap kali pengukuran larutan sel tetap dicukupkan sampai garis tanda atau garis merah bagian atas sel dan pada menu utama ditekan tombol 0, juga kaki tikus dikeringkan sebelumnya. Volume radang adalah selisih volume telapak kaki tikus setelah dan sebelum disuntikkan karagenan. Pada waktu pengukuran, volume cairan harus sama setiap kali pengukuran, tanda batas pada kaki tikus harus jelas, kaki tikus harus tercelup sampai batas yang dibuat (Juheini, 1990). 3.11 Penghitungan Persen Radang Persen radang dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: Persen radang = Dimana :
Vt − Vo x 100% Vo
Vt = Volume radang setelah waktu t Vo = Volume awal kaki tikus
Persen inhibisi radang dihitung dengan rumus di bawah ini: Persen Inhibisi Radang = Dimana :
a−b x 100% a
a = Persen radang rata-rata kelompok kontrol b = persen radang rata-rata kelompok perlakuan bahan uji atau obat pembanding (Mansjoer, 1997).
Contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 8, halaman 53. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
3.12 Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan metode ANAVA (Analisis Variansi) dengan program SPSS dengan tingkat kepercayaan 95% dilanjutkan dengan uji metode Duncan untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai pengaruh sama atau berbeda satu dengan yang lainnya. Perhitungan Statistik dan Hasil analisis data dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10, halaman 60.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi tumbuhan yang digunakan sebagai bahan uji dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)-Pusat Penelitian Bogor adalah tumbuhan tempuyung (Sonchus arvensis L.) Hasil pemeriksaan pendahuluan menunjukkan serbuk bahan tumbuhan mengandung flavonoida, glikosida steroida/triterpenoida. Ekstraksi dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol 96% dimana diharapkan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya tersari sempurna. Hasil pemeriksaan pendahuluan pada Lampiran 4, halaman 49 Pengujian efek antiinflamasi dilakukan dengan menggunakan alat pletismometer (Ugo Basile cat No. 7140) dengan prinsip pengukuran berdasarkan hukum Archimedes. Induksi radang dilakukan secara kimia menggunakan larutan karagenan 1% (b/v), yang disuntikkan secara intraplantar pada telapak kaki tikus sebanyak 0,1 ml. Pembentukan radang oleh karagenan menghasilkan peradangan akut, dan tidak menyebabkan kerusakan jaringan, meskipun radang dapat bertahan selama 360 menit dan berangsur-angsur berkurang selama satu hari. Karagenan sebagai penyebab radang dapat dipengaruhi oleh obat antiradang. Responnya terhadap obat antiinflamasi lebih peka dibandingkan dengan iritan lainnya (Juheini, 1990). Setelah dilakukan orientasi dengan variasi dosis ekstrak etanol daun tempuyung 10 mg/kg bb, 50 mg/kg bb, 100 mg/kg bb, 200 mg/kg bb, dan 400 mg/kg bb, diperoleh bahwa dosis yang terkecil yang memberikan efek
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
antiinflamasi adalah dosis 50 mg/kg bb. Oleh karena itu, dipilih variasi dosis yang diuji adalah 50, 100, 200 mg/kg bb. Data dianalisis dengan metode anava (analisis variansi) menggunakan program SPSS 16. Analisis dilakukan terhadap hasil perubahan volume kaki tikus dimulai dari 30 menit hingga 360 menit setelah penyuntikan karagenan. Dari perubahan volume kaki tikus, dapat dihitung persen radang pada kaki tikus. Selanjutnya dibuat grafik perubahan persen radang rata-rata kaki tikus dan grafik perubahan persen inhibisi radang rata-rata kaki tikus. Kelompok persen radang pada kaki tikus yang lebih kecil dari kelompok kontrol menunjukkan bahwa bahan uji mampu menekan radang yang disebabkan oleh karagenan. Hasil pengukuran persen radang yang terjadi dapat dilihat pada Gambar 5 berikut:
80 70
Persen Radang
60 50 40 30 20 10 0 30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
Waktu Kontrol
Indometasin
EDT 50
EDT 100
EDT 200
Gambar 5. Grafik persen radang rata-rata telapak kaki kiri tikus tiap waktu Pengamatan.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa suspensi indometasin 10 mg/kg bb memiliki persen radang yang lebih kecil dari pada EDT dosis 200, 100, dan 50 mg/kg bb, dan EDT dosis 200 mg/kg bb mempunyai persen radang yang lebih kecil dari pada EDT dosis 50 dan 100 mg/kg bb. Data persen radang pada Lampiran 5, halaman 50 Efek antiinflamasi dapat dilihat dari besarnya persen hambatan radang rata-rata tiap waktu pengukuran yang dapat dilihat pada Gambar 6 berikut: Grafik Persen Inhibisi Radang Rata-rata Terhadap waktu 90 80
Persen Inhibisi Radang
70 60 50 40 30 20 10 0 30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
360
Waktu(Menit) Indometasin
EDT 50
EDT 100
EDT 200
Gambar 6. Grafik persen hambatan radang rata-rata telapak kaki kiri tikus tiap Waktu pengamatan. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa EDT 50 mg/kg bb memiliki persen hambatan radang yang lebih kecil dari pada EDT 100, 200 mg/kg bb dan dengan suspensi indometasin dosis 10 mg/kg bb, EDT 100 mg/kg bb memiliki persen hambatan radang yang lebih kecil dari EDT 200 mg/kg bb dan dengan suspensi indometasin 10 mg/kg bb, dan EDT 200 mg/kg bb memiliki persen hambatan Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
radang yang lebih kecil dari suspensi indometasin dosis 10 mg/kg bb. Data persen hambatan radang dapat dilihat pada Lampiran 6, halaman 51 Analisis variansi terhadap perubahan volume radang digunakan untuk melihat ada tidaknya perbedaan pengaruh obat uji yakni suspensi ekstrak daun tempuyung terhadap suspensi CMC 0,5% sebagai pembanding negatif dan suspensi indometasin sebagai pembanding positif. Berdasarkan hasil anlisis variansi menunjukkan perbedaan yang siginfikan (α<0,05%) antar kelompok perlakuan pada menit ke-30 sampai menit ke-360 dengan harga F hitung>F tabel. Hal ini berarti semua jenis perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap radang telapak kaki tikus yang disebabkan oleh karagenan. Untuk melihat kelompok perlakuan mana yang memilliki efek yang sama atau berbeda dan efek terkecil sampai dengan yang terbesar antara yang satu dengan yang lainnya sehingga diperoleh susunan kelompok yang berbeda dilakukan dengan metode Duncan, uji beda rata-rata >0,05 menunjukkan bahwa antar pelakuan tidak ada perbedaan yang bermakna dan sebaliknya bila uji beda rata-rata<0,05 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna untuk semua perlakuan dari menit ke-30 sampai menit ke-360. Uji Duncan menit ke-30 menunjukkan suspensi indometasin memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan EDT 200 mg/kg bb, tetapi memiliki perbedaan yang bermakna dengan EDT 50, 100 mg/kg bb dan dengan kontrol, EDT dosis 200 mg/kg bb memiliki perbedaan yang bermakna dengan EDT dosis 50, 100 mg/kg bb, EDT 100 mg/kg bb memiliki perbedaan yang bermakna dengan EDT 50 mg/kg bb dengan kontrol. EDT 50 mg/kg bb memiliki perbedaan yang
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
tidak bermakna dengan kontrol. Dengan kata lain EDT 200 mg/kg bb telah menunjukkan efek sebagai antiinflamasi yang sama dengan suspensi indometasin 10 mg/kg bb dan EDT 50 mg/kg bb belum menunjukkan efek sebagai antiinflamasi. Uji Duncan menit ke-60 menunjukkan suspensi indometasin menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan EDT 200 mg/kg bb tetapi memiliki perbedaan yang bermakna dengan EDT 50, 100 mg/kg bb, EDT 200 mg/kg bb memiliki perbedaan bermakna dengan EDT 50, 100 mg/kg bb dan dengan kontrol, EDT 100 mg/kg bb memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan EDT 50 mg/kg bb, tetapi memiliki perbedaan yang bermakna dengan kontrol, EDT 50 mg/kg bb memiliki perbedaan yang bermakna dengan kontrol. Dengan kata lain EDT 200 mg/kg bb telah menunjukkan efek sebagai antiinflamasi yang sama dengan suspensi indometasin 10 mg/kg bb. Uji Duncan pada menit ke-90 sampai menit ke-150 menunjukkan suspensi indometasin dosis 10 mg/kg bb memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan EDT dosis 200 mg/kg bb tetapi memiliki perbedaan yang bermakna dengan EDT 50, 100 mg/kg bb dan dengan kontrol, EDT dosis 200 mg/kg bb memiliki perbedaan yang bermakna dengan EDT 50, 100 mg/kg bb dan dengan kontrol, EDT dosis 100 mg/kg bb menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan EDT dosis 50 mg/kg bb dan dengan kontrol, EDT 50 mg/kg bb menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan kontrol Uji Duncan pada menit ke-180 sampai menit ke-360 menunjukkan suspensi indometasin dosis 10 mg/kg bb memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan EDT dosis 100, 200 mg/kg bb tetapi memiliki perbedaan yang bermakna
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
dengan EDT 50 mg/kg bb dan dengan kontrol, EDT dosis 200 mg/kg bb menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan EDT dosis 100 mg/kg bb tetapi memiliki perbedaan yang bermakna dengan EDT dosis 50 mg/kg bb dan dengan kontrol..EDT dosis 100 mg/kg bb memiliki perbedaan yang bermakna dengan EDT dosis 50 mg/kg bb dan dengan kontrol. Hasil analisis metode Duncan dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 60 Dari hasil pengukuran yang dilakukan diketahui bahwa ekstrak etanol daun tempuyung mampu menghambat pembentukan radang yang diakibatkan oleh lambda karagenan. Hal ini disebabkan ekstrak etanol daun tempuyung mengandung steroida dan flavonoida yang diketahui mampu menghambat pembentukan radang. Menurut Robinson, 1995 flavonoida dalam tubuh bertindak menghambat enzim lipooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin. Steroida dalam tubuh dapat menghambat enzim phospolipase A2 yaitu suatu enzim yang bertanggung jawab atas pembebasan asam arakhidonat yang kemudian dimetabolisme oleh enzim siklooksigenase dan lipooksigenase yang kemudian akan membebaskan mediator-mediator radang (Katzung, 2002).
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan Pemeriksaan organoleptis serbuk simplisia menunjukkan bahwa simplisia
berwarna hijau tua, tidak berbau, dan rasanya sedikit pahit. Hasil
pemeriksaan
pendahuluan
menunjukkan
serbuk
simplisia
mengandung senyawa flavonoida, glikosida, steroida/triterpenoida. Hasil uji statistik dengan metode Duncan dengan taraf signifikasi lebih kecil dari 0,05 (α < 0,05) atau taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa ekstrak daun tempuyung dosis 200 mg/kg bb menunjukkan efek antiinflamasi yang sama dengan suspensi indometasin dosis 10 mg/kg bb, tetapi menunjukkan efek antiinflamasi yang lebih baik dari ekstrak daun tempuyung dosis 50, 100 mg/kg bb. Ekstrak daun tempuyung dosis 50 mg/kg bb memberikan efek antiinflamasi yang paling kecil dari semua bahan uji yang dilakukan. 4.2
Saran Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk menguji efek lain dari daun
tempuyung seperti uji diuretik dan membuat fraksi-fraksi berdasarkan tingkat kepolaran pelarut serta mengidentifikasikannya sehingga dapat diketahui zat yang mana yang berkhasiat sebagai antiinflamasi.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, (1977). Materia Medika Indonesia. Jilid I. Cetakan pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 100-101. Anonim, (1995a). Materia Medika Indonesia. Jilid VI. Cetakan Keenam. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 333-335 Anonim, (1995b). Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 461. Anonim. “Carragenan”/ Online. 2002. http://www.cpkelco.com/carragenan.html. Diakses tanggal 20 april 2009 Brain,
K.R and Turner, T.D. (1975). The practical eveluation phytopharmaceutical. Bristol : Wright-Scientechnica. Hal : 93
Dalimartha, S. (2000). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan Pertama. Jakarta : Trubus Agriwidya. Hal. 6. Farnsworth, N.R. (1986). Biological and Phitochemicaql Screening of Plants. Journal of Pharmaceutical Science. 55(3): 262-263 Foye, W.O. (1996). Prinsip-prinsip Kimia Medisinal. Edisi II. Jilid II. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit UGM Press. Hal. 1095 Ganiswarna, S.G. (1995). Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran-Universitan Indonesia. Hal. 208-209. Goodman, G.A. (1996). Goodman and Gilman.s The Pharmacological Basic of Therapeutics.Ninth edition. Volume I. M.C. graw Hill. Hal : 621 Harbone, J.B. (1987). Metode Fitokimia. Edisi II. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 152. Juheini, F. W., Mariana. Y., dan Rusmawan, I. (1990). Efek antiinflamasi Jahe (Zingiber officinale. Rosc) terhadap Radang Buatan pada tikus putih. Majalah Farmakologi dan Terapi Indonesia 7(1). Jakarta. Hal : 9 – 13 Katzung, B.G. (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Salemba. Hal. 449-450. Kee, J.L., dan Evelyn. (1996). Farmakologi; Pendekatan Proses Keperawatan. Cetakan Pertama. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 310-315.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Mansjoer, S. (1997). Efek Antiradang minyak Atsiri Temu Putih (Curcuma zedoaria Rosc)..Media Farmasi Indonesia 8(1): Hal. 35-36. Mansjoer, S. (1999). Mekanisme Kerja Obat Antiradang. Media Farmasi Indonesia. 7(1): Hal. 34. Mutschler, E. (1999). Dinamika Obat: Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi. Penerjemah: Widianto B.M. dan Ranti S.A. Edisi 5. Cetakan Ketiga. Bandung: Penerbit ITB. Hal. 194-208. Mycek, M. J., Harvey, R.A., Champe, P. C.(2001). Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi kedua. Jakarta:Widya medika. Hal. 276-279. Price, S.A. dan Wilson, L.M. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Cetakan Pertama, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 35-50. Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi. Bandung. Penerbit ITB Bandung. Hal: 152-154 Rusdi. (1998). Tumbuhan sebagai Sumber bahan Obat. Padang: Pusat Penelitian Universitas andalas. Hal:6-7 Sampurno, (2004). Monograph Of Indonesia Medical Plant Extracts. National Agency of Drug and Control The Republik Of Indonesia. Jakarta. Volume I. Hal. 105-106. Sitanggang, M., dan Dewani. (2006). 33 Ramuan Penakluk Asam Urat. Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal. I, 30. Sulaksana, J., Budi, S., Dadang, I. J. (2004). Tempuyung Budi Daya Dan Pemanfaatan Untuk Obat. Cetakan pertama. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 5, 10, 11, 32, 34, 65. Suliha. (2008). Karakterisasi dan Uji Efek Penurunan Kadar Asam Urat Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis. L) Terhadap Mencit Jantan.Skripsi. Farmasi USU. Medan. Tjay, H.T. dan Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi V. Cetakan Pertama. Jakarta: P.T. Elex Media Komputindo. Hal. 303-314. Tyler, V.E., Brady, L. R. And Robbers, J. E. (1976). Pharmacognosy. Seventh Edition. Philadelphia: Lea dan Febiger. Hal : 76-77 Wirda,. (2001). Uji efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Cocor Bebek (Kalanchoe pinnata Lamk.) pada tikus putih. Skripsi. Jurusan Farmasi. FMIPA USU. Medan. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 2 Tumbuhan Tempuyung dan Simplisia Daun Tempuyung
Gambar 7. Tumbuhan Tempuyung
Gambar 8. Simplisia Daun Tempuyung. Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 3. Telapak kaki kiri tikus sebelum dan sesudah diinduksi lambda karagenan 1%
Gambar 9. Telapak kaki kiri tikus sebelum diinduksi lambda karagenan 1%
Gambar 10. Telapak kaki kiri tikus setelah penyuntikan larutan karagenan 1%
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 4. Hasil pemeriksaan pendahuluan kandungan kimia serbuk simplisia. daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) No
Golongan Senyawa
Hasil
1
Alkaloida
-
2
Flavonoida
+
3
Glikosida
+
4
Steroida / Triterpenoida
+
5
Saponin
-
6
Tanin
-
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 5. Data Persen radang rata-rata telapak kaki tikus tiap waktu pengamatan. Perlakuan
Waktu (menit)
K ± SD
I ± SD
EDT50 ± SD
EDT100 ± SD
EDT200 ± SD
30
15,4±2,02
5,95±2,05
13,67 ± 0,81
10,22 ± 0,55
6,27 ± 3,13
60
22,94±5,35
9,1 ± 2,58
18,73 ± 2,28
15,30 ± 2,12
10,7 ± 2,49
90
30,93±5,62
11,89±4,20 24,83 ± 4,09
19,04 ± 2,92
14,2 ± 2,41
120
39,35±3,39
14,23±4,20 30,05 ± 3,10
23,33 ± 3,91
16,88 ± 2,92
150
45,73±6,21
16,35±3,76 34,96 ± 4,04
24,17 ± 3,84
18,19 ± 2,47
180
54,74±12,70 17,37±3,87 38,08 ± 4,29
24,53 ± 3,04
20,75 ± 3,22
210
59,24±13,22 19,34±6.06 40,43 ± 4,67
24,63 ± 4,78
20,50 ± 4,34
240
60,45±12,85 17,15±5,63 40,45 ± 4.18
24,27 ± 3,92
20,57 ± 6,12
270
60,50±12,93 14,18±3,74 37,76 ± 4,05
22,88 ± 5,11
19,04 ± 6,74
300
60,88±13,08 12,91±3,30 36,64 ± 4,79
21,33 ± 5,65
16,57 ± 6,87
330
59,35±12,45 10,53±3,05 34,78 ± 4,63
19,35 ± 5,03
14,01 ± 6,29
360
55,78±11,19
16,64 ± 3,61
12,14 ± 4,59
Keterangan :
9,66±1,79
32,73 ± 4,75
K = Kontrol I = Indometasin EDT = Ekstrak Daun Tempuyung
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 6 Data Persen hambatan radang rata-rata telapak kaki tikus tiap waktu Pengamatan Perlakuan
Waktu I
EDT
EDT
EDT
10 mg/kg bb
50 mg/kg bb
100 mg/kg bb
200 mg/kg bb
30
61,50
11,45
33,83
55,93
60
60,37
18,79
33,31
53,40
90
61,75
20,14
38,44
54,34
120
61,94
20,44
40,70
55,29
150
64,25
23,55
47,15
59,02
180
68,29
30,45
55,19
62,09
210
67,36
31,76
58,47
65,41
240
71,64
33,08
59,85
65,96
270
76,57
37,59
62,19
68,52
300
78,79
39,81
64,97
72,78
330
82,60
41,40
67,39
76,79
360
82,68
41,31
70,16
78,25
(menit)
Keterangan:
I = Indometasin EDT = Ekstrak Daun Tempuyung
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 7 Contoh Perhitungan Dosis Bahan Uji Diketahui :
Berat Tikus
= 200 g
Dosis
= 200 mg/kg bb
volume pemberian 1% dari berat badan tikus maka untuk berat badan 200 g diberikan
bahan uji 2 ml dan bahan yang
ditimbang 200 mg dilarutkan dalam labu 10 ml
Pembanding (indometasin) Diketahui :
Berat Tikus
= 200 g
Dosis
= 10 mg/kg bb
volume pemberian 1% dari berat badan tikus maka untuk berat badan 200 g diberikan suspensi indometasin 2 ml dan bahan yang ditimbang 10 mg dilarutkan dalam labu 10 ml.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 8 Contoh Perhitungan Persen Radang dan Persen Inhibisi Radang 1. Persen radang
Persen Radang =
Dimana :
Vt − Vo x 100% Vo
Vt = Volume radang setelah waktu t Vo = Volume awal kaki tikus
Diketahui
Vt = 1,20 Vo = 1,06
Persen Radang
=
1,20 − 1,06 x 100% 1,06
= 28,16%
2. Persen Hambatan Radang
Persen Hambatan Radang =
a−b x 100% a
Dimana : a = Persen radang rata-rata kelompok kontrol b = Persen radang rata-rata kelompok perlakuan uji atau obat pembanding Contoh: Persen (%) Radang pada Menit ke-30 Misal: 1. Dik : a = 15,40 B = 5,95 % (%Radang larutan indometasin 10 mg/kg bb)
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Persen hambatan radang =
15,40 − 5,95 x 100% = 61,50% 15,40
2. Dik : a = 15,40% b = 13,68% (%Radang larutan uji 50 mg/kg bb) Persen hambatan radang =
15,40 − 13,68 x 100% = 11,45% 15,40
3. Dik : a = 15,40 % b = 10,22 % (%Radang larutan uji 100mg/kg bb) Persen hambatan radang =
15,40 − 10,22 x 100% = 33,83% 15,40
4. Dik : a = 15,40 % b = 6,27 % (%Radang larutan uji 200mg/kg bb) Persen hambatan radang =
15,40 − 6,27 x 100% = 55,93% 15,40
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 9A.
Hasil Perhitungan Analisis Variansi Efek Antiinflamasi Suspensi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Telapak Kaki Tikus
Sumber Menit
DB
JK
KT
F Hitung
F Tabel
Variasi
30
60
90
120
150
180
Perlakuan
4
438.095
109.524
Galat
25
94.624
3.785
Total
29
532.719
Perlakuan
4
779.251
194.813
Galat
25
256.011
10.240
Total
29
1035.262
Perlakuan
4
1458.223
364.556
Galat
25
401.877
16.075
Total
29
1860.100
Perlakuan
4
2494.490
623.622
Galat
25
485.380
19.415
Total
29
2979.870
Perlakuan
4
3656.792
914.198
Galat
25
449.782
17.991
Total
29
4106.574
Perlakuan
4
5677.603
1419.401
Galat
25
1063.603
42.544
Total
29
6741.207
28.936
2.760
19.024
2.760
22.678
2.760
32.120
2.760
50.813
2.760
33.363
2.760
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 9A (lanjutan)
210
240
270
300
330
360
Perlakuan
4
6938.865
1734.716
Galat
25
1367.251
54.690
Total
29
8306.116
Perlakuan
4
7741.190
1935.297
Galat
25
1335.961
53.438
Total
29
9077.151
Perlakuan
4
8447.669
2111.917
Galat
25
1371.094
54.844
Total
29
10687.980
Perlakuan
4
9268.331
2317.083
Galat
25
1419.649
56.786
Total
29
10687.980
Perlakuan
4
9621.570
2405.392
Galat
25
1263.532
50.541
Total
29
10885.102
Perlakuan
4
8860.216
2215.054
Galat
25
924.902
36.996
Total
29
9785.117
31.719
2.760
36.215
2.760
38.508
2.760
40.804
2.760
47.593
2.760
59.873
2.760
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 9B ( lanjutan) Analisis Variansi
One way Sum of
df
Squares
Mean
F
Sig.
Square
T = 30 Menit Between Groups
438.095
4
109.524
94.624
25
3.785
532.719
29
Between Groups
779.251
4
194.813
Within Groups
256.011
25
10.240
Total
1035.262
29
Between Groups
1458.223
4
364.556
Within Groups
401.877
25
16.075
Total
1860.100
29
Within Groups Total
28.936
.000
19.024
.000
22.678
.000
T = 60 Menit
T = 90 Menit
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 9B (lanjutan) T =120 Menit Between Groups
2494.490
4
623.622
Within Groups
485.380
25
19.415
Total
2979.870
29
Between Groups
3656.792
4
914.198
Within Groups
449.782
25
17.991
Total
4106.574
29
Between Groups
5677.603
4
1419.401
Within Groups
1063.603
25
42.544
Total
6741.207
29
Between Groups
6938.865
4
1734.716
Within Groups
1367.251
25
54.690
Total
8306.116
29
32.120
.000
50.813
.000
33.363
.000
31.719
.000
T =150 Menit
T = 180 Menit
T = 210 Menit
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 9B (lanjutan) T = 240 Menit Between Groups
7741.190
4
1935.297
Within Groups
1335.961
25
53.438
Total
9077.151
29
36.215
.000
38.508
.000
40.804
.000
47.593
.000
59.873
.000
T = 270 Menit Between Groups
8447.669
4
2111.917
Within Groups
1371.094 25
54.844
Total
10687.980 29
T = 300 Menit Between Groups
9268.331
4
2317.083
Within Groups
1419.649
25
56.786
Total
10687.980 29
T = 330 Menit Between Groups
9621.570 4
2405.392
Within Groups
1263.532 25
50.541
Total
10885.102 29
T = 360 Menit Between Groups Within Groups Total
8860.216 4 924.902 25
2215.054 36.996
9785.117 29
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 10.
Analisis Variansi metode Duncan Homogeneous Subsets Duncana
Menit 30 Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
Indometasin 10 mg/kg BB
6
5.9467
EDT 200 mg/kg BB
6
6.2733
EDT 100 mg/kg BB
6
EDT 50 mg/kg BB
6
13.6750
Kontrol
6
15.4433
10.2200
Sig
.774
1.000
.128
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Duncana
Menit 60 Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
3
Indometasin 10 mg/kg BB
6
9.0950
EDT 200 mg/kg BB
6
10.6967
EDT 100 mg/kg BB
6
15.3017
EDT 50 mg/kg BB
6
18.7317
Kontrol
6
Sig
22.9433 .394
.075
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a.Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Duncana
Menit 90
Perlakuan
Subset for alpha = 0.05
N
1
Indometasin 10 mg/kg BB
6
11.8883
EDT 200 mg/kg BB
6
14.1950
EDT 100 mg/kg BB
6
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
2
3
4
19.0417 24.8283 30.9300
Sig
.329
1.000
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Duncana
Menit 120 Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
Indometasin 10 mg/kg BB
6
14.2383
EDT 200 mg/kg BB
6
16.8800
EDT 100 mg/kg BB
6
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
Sig
2
3
4
23.3350 30.0517 39.3517 .309
1.000
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Duncana
Menit 150 Perlakuan
Subset for alpha = 0.05
N
1
2
Indometasin 10 mg/kg BB
6
16.3450
EDT 200 mg/kg BB
6
18.1900
EDT 100 mg/kg BB
6
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
3
4
24.1700 34.9600 45.7300
Sig
.458
1.000
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Duncana
Menit 180 Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
Indometasin 10 mg/kg BB
6
17.3683
EDT 200 mg/kg BB
6
20.7500
EDT 100 mg/kg BB
6
24.5300
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
Sig
3
38.0750 54.7383 .083
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Duncana
Menit 210 Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
2
Indometasin 10 mg/kg BB
6
19.3363
EDT 200 mg/kg BB
6
20.4950
EDT 100 mg/kg BB
6
24.6250
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
3
40.4267 59.2350
Sig
.253
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Duncana
Menit 240 Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
Indometasin 10 mg/kg BB
6
17.1483
EDT 200 mg/kg BB
6
20.5750
EDT 100 mg/kg BB
6
24.2700
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
Sig
3
40.4517 60.4533 .122
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Duncana
Menit 270 Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
2
Indometasin 10 mg/kg BB
6
14.1750
EDT 200 mg/kg BB
6
19.0383
EDT 100 mg/kg BB
6
22.8767
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
3
37.7550 60.5000
Sig
.064
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Duncana
Menit 300 Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
Indometasin 10 mg/kg BB
6
12.9133
EDT 200 mg/kg BB
6
16.5700
EDT 100 mg/kg BB
6
21.3267
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
Sig
3
36.6450 60.8800 .078
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Duncana
Menit 330 Subset for alpha = 0.05 Perlakuan
N
1
2
Indometasin 10 mg/kg BB
6
10.5250
EDT 200 mg/kg BB
6
14.0067
EDT 100 mg/kg BB
6
19.3517
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
3
34.7750 59.3450
Sig
.051
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Duncana
Menit 360 Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05 1
2
Indometasin 10 mg/kg BB
6
9.6617
EDT 200 mg/kg BB
6
12.1383
EDT 100 mg/kg BB
6
16.6383
EDT 50 mg/kg BB
6
Kontrol
6
Sig
3
32.7300 55.7750 .071
1.000
1.000
Means for groups in Homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic mean sample size = 6,000
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 11 Deskrptif analisis variansi
Oneway Descriptives 95% Confidence Interval for Mean N kontrol
SI
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
30,00
6
15.4433
1.98889
.81196
13.3561
17.5305
13.22
19.04
60,00
6
22.9433
5.34765
2.18317
17.3313
28.5554
14.05
30.30
90,00
6
30.9300
5.62285
2.29552
25.0292
36.8308
22.31
37.88
120,00
6
37.7617
3.39238
1.38493
34.2016
41.3218
33.88
42.85
150,00
6
45.7300
6.20907
2.53484
39.2140
52.2460
38.01
54.76
180,00
6
54.7383
12.70300
5.18598
41.4074
68.0693
42.15
73.81
210,00
6
59.2350
13.22171
5.39774
45.3597
73.1103
45.28
78.57
240,00
6
60.4533
12.85497
5.24802
46.9629
73.9438
46.22
78.57
270,00
6
60.5000
12.92680
5.27734
46.9342
74.0658
47.17
79.76
300,00
6
60.8750
13.08304
5.34113
47.1452
74.6048
46.28
78.57
330,00
6
59.3450
12.53522
5.11748
46.1901
72.4999
44.60
76.19
360,00
6
55.8633
11.07098
4.51971
44.2451
67.4816
42.90
71.43
Total
72
46.9811
18.26335
2.15236
42.6894
51.2728
13.22
79.76
30,00
6
5.9467
2.05039
.83707
3.7949
8.0984
3.84
8.65
60,00
6
9.0950
2.58388
1.05486
6.3834
11.8066
5.40
11.90
90,00
6
11.8883
4.20124
1.71515
7.4794
16.2973
6.97
18.27
120,00
6
14.3783
4.20388
1.71623
9.9666
18.7900
8.52
20.19
150,00
6
16.3000
3.76299
1.53623
12.3510
20.2490
10.07
21.42
180,00
6
17.3683
3.87328
1.58126
13.3036
21.4331
10.07
21.43
210,00
6
19.3367
6.06319
2.47529
12.9737
25.6996
10.85
28.57
240,00
6
17.1483
5.62917
2.29810
11.2409
23.0558
9.30
23.07
270,00
6
14.1750
3.73618
1.52529
10.2541
18.0959
9.30
19.23
300,00
6
12.9133
3.29518
1.34525
9.4553
16.3714
9.30
17.30
330,00
6
10.5250
3.04764
1.24419
7.3267
13.7233
7.14
14.78
360,00
6
9.6617
1.79037
.73091
7.7828
11.5405
8.33
13.04
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
SEDT 50
SEDT 100
sedt 200
Total
72
13.2281
5.23618
.61709
11.9976
14.4585
3.84
28.57
30,00
6
12.4750
1.75341
.71582
10.6349
14.3151
10.57
14.85
60,00
6
18.7317
2.28364
.93229
16.3351
21.1282
15.15
21.51
90,00
6
24.8283
4.09373
1.67126
20.5322
29.1244
20.32
31.64
120,00
6
30.0467
3.09425
1.26322
26.7994
33.2939
26.40
34.17
150,00
6
34.9433
4.02429
1.64291
30.7201
39.1666
29.60
40.50
180,00
6
38.0750
4.08983
1.66967
33.7830
42.3670
32.80
44.30
210,00
6
40.4600
4.09260
1.67080
36.1651
44.7549
34.40
45.56
240,00
6
40.4517
4.17990
1.70644
36.0651
44.8382
33.60
44.55
270,00
6
37.8050
4.66470
1.90436
32.9097
42.7003
32.00
43.03
300,00
6
36.6450
4.79038
1.95566
31.6178
41.6722
30.18
41.46
330,00
6
34.7750
4.62558
1.88838
29.9208
39.6292
28.30
39.02
360,00
6
32.7300
4.74751
1.93816
27.7478
37.7122
26.41
37.90
Total
72
31.8306
9.29757
1.09573
29.6457
34.0154
10.57
45.56
30,00
6
7.6067
2.17351
.88733
5.3257
9.8876
5.89
10.47
60,00
6
11.9033
2.50451
1.02246
9.2750
14.5317
9.43
15.87
90,00
6
16.2383
3.48166
1.42138
12.5846
19.8921
11.32
20.00
120,00
6
19.4050
3.45955
1.41235
15.7744
23.0356
13.21
22.73
150,00
6
22.5833
4.68188
1.91137
17.6700
27.4967
15.09
26.98
180,00
6
24.5300
3.03955
1.24089
21.3402
27.7198
21.56
28.57
210,00
6
24.6250
4.77824
1.95071
19.6105
29.6395
18.63
30.30
240,00
6
24.2700
3.91676
1.59901
20.1596
28.3804
20.00
29.54
270,00
6
22.8767
5.10732
2.08505
17.5169
28.2365
17.14
30.30
300,00
6
21.3267
5.64678
2.30529
15.4007
27.2526
14.28
29.54
330,00
6
19.3517
5.02855
2.05290
14.0745
24.6288
13.33
26.51
360,00
6
16.6333
3.62185
1.47861
12.8324
20.4342
12.35
21.21
Total
72
19.2792
6.39116
.75321
17.7773
20.7810
5.89
30.30
30,00
6
6.2733
3.13288
1.27899
2.9856
9.5611
4.05
12.50
60,00
6
10.6967
2.49357
1.01800
8.0798
13.3135
8.57
14.58
90,00
6
14.1950
2.40898
.98346
11.6669
16.7231
10.71
17.70
120,00
6
16.8800
2.92166
1.19276
13.8139
19.9461
12.14
20.83
150,00
6
18.7433
2.92503
1.19414
15.6737
21.8130
13.57
21.87
180,00
6
20.7500
3.22281
1.31571
17.3679
24.1321
15.00
23.95
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
210,00
6
20.4950
4.73786
1.93422
15.5229
25.4671
12.85
25.37
240,00
6
20.5750
6.11896
2.49805
14.1535
26.9965
12.85
29.10
270,00
6
19.0383
6.74027
2.75170
11.9649
26.1118
11.43
29.85
300,00
6
16.5700
6.87288
2.80584
9.3574
23.7826
8.57
26.86
330,00
6
14.0067
6.29320
2.56919
7.4024
20.6110
7.14
23.13
360,00
6
12.1383
4.58832
1.87317
7.3232
16.9535
7.14
17.91
72
15.8635
6.13222
.72269
14.4225
17.3045
4.05
29.85
Total
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Lampiran 12 Alat Pletismometer
1 2
3
4 5 6 7 8 9 10 11
Gambar 11. Alat Pletismometer Digital UGO Basile Cat. No. 7140
Keterangan : 1. Klem 2. Reservoir 3. Statif 4. Katoda 5. Sel 6. Klem
7. Kepala katup 8. Saluran air masuk 9. Layar 10. Saluran air keluar 11. Recorder
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.
Linnon Bastian Lumbanraja : Skrining Fitokimia Dan Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Tempuyung (Sonchus arvensis L.) Terhadap Radang Pada Tikus, 2009.