Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Kestabilan Ekstrak Metanol Daun Sonchus Arvensis Pada Penyimpanan Afrizal Itam,1 Amin Malik Shah Abdul Majid2 dan Zhari Ismail2 1
2
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas, Padang, Indonesia School of Pharmaceutical Sciences, University of Sciences Malaysia Email:
[email protected]
Abstrak. Sonchus arvensis adalah salah satu tumbuhan yang telah digunakan sebagai obat tradisional seperti sebagai zat diuretik, litotriptik, antiurolithiasis, menghilangkan panas dan racun, serta juga mempunyai aktifitas sebagai antioksidan. Penelitian uji kestabilan dari ekstrak tumbuhan ini dilakukan berdasarkan metode International Conference on Harmonisation (ICH, (2003) dengan masa penyimpanan selama 6 bulan pada suhu kamar (25 2 0C). Setiap bulan ekstrak dianalisis dengan kromatografi lapisan tipis kinerja tinggi (HPTLC) dan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Sebagai senyawa penanda digunakan lupeol. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak tidak stabil selama penyimpanan pada suhu kamar tersebut. Namun demikian lupeol dalam ekstrak masih cukup stabil sampai penyimpanan 3 bulan, yaitu hanya terdegradasi 2,92%. Setelah 6 bulan penyimpanan lupeol yang terkandung dalam ekstrak terdegradasi 25,16 %.
PENDAHULUAN Tumbuh-tumbuhan telah digunakan sebagai sumber obat selama beribu tahun dalam memelihara kesehatan, sebagai suatu alternatif atau penghubung ke pengobatan modern. Sebagian besar penduduk dunia pada Negara sedang berkembang menggunakan obat herba untuk keperluan kesehatan mereka mengikuti praktek dan kepercayaan traditional dari yang lebih tua atau nenek moyang mereka. Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan kira-kira 70% penduduk dunia menggunakan tumbuhan obat untuk obat, terutama Asia, Amerika Selatan dan Afrika (Chapman, K. and Chomchalow, N., 2005). Salah satu tumbuhan obat itu adalah Sonchus arvensis. Tumbuhan ini biasa digunakan sebagai zat diuretik, litotriptik, antiurolithiasis dan menghilangkan panas dan racun dan juga abses (Dalimartha, 2001; Syamsuhidayat and Hutapea, 1991). Ekstrak tumbuhan ini juga dapat menghambat pertumbuhan kristal kalsium oksalat (Afrizal I, Ismail, Z., dan Abdul Majid, A. M. S. (2011) dan bersifat sebagai
antioksidan (Afrizal, I., dan Ismail, Z. (2011) Tumbuhnya ditempat terbuka, terkena sinar matahari dengan ketinggian 50 – 1650 m di atas permukaan laut. Tumbuhan ini mempunyai banyak nama sesuai dengan daerahnya, antara lain yaitu lempung, rayana, jombang, galibug dan lalakina (Sunda), tempuyung (Jawa). Niu she tou (China), Laitron des champs (France), Sow thistle (British) (Dalimartha, 2001; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1977; Sulaksana, dkk., 2004; Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991; Wijayakusuma dkk., 2001). Dari penelitian terdahulu dilaporkan bahwa S. arvensis mengandung golongan flavonoid yaitu luteolin-7-O-glukosida (Bondarenko et al., 1973), isocinarosida (Bondarenko et al., 1974), luteolin-7-O-glukosida, linarin (Bondarenko et al., 1975), kuersetin, isorhamnetin, chrysoeriol, isorhamnetin-7-D-glukosida, kuersetin-7--Dglukopyranosida (Bondarenko et al., 1976), sonchosida (Bondarenko et al., 1978), apigenin, luteolin-7-O-glucoside (Qu Semirata 2013 FMIPA Unila |11
Afrizal Itam dkk: Isolasi Antosianin dari Buah Pucuk Merah (syzygium campanulatum korth.) Serta Pengujian Antioksidan dan Aplikasi sebagai Pewarna Alami
Guirong et al.,1993), acacetin, kaempferol, chrysoeriol, luteolin, isorhamnetin (Qu Guirong et al., 1995), quercetin-3-O--Lrhamnoside, kaempferol-3,7--Ldirhamnoside (Qu, Guirong et al., 1996). Selanjutnya dilaporkan juga bahwa S. arvensis mengandung terpenoid, yaitu amyrin, -amyrin, lupeol, taraxasterol (lactuserol), pseudo-taraxasterol (Hooper et al., 1982) disamping mengandung manitol, inositol, silika, kalium dan saponin. Dengan demikian S. arvensis ini cukup berpotensi sebagai bahan obat seperti yang telah dilaporkan sebelumnya. Untuk itu tentu saja diperlukan penelitian lainnya untuk menambah informasi mengenai tumbuhan ini sebagai bahan obat. Salah satu informasi yang cukup penting adalah mengenai kestabilan dari ekstraknya yang digunakan sebagai bahan obat. Kestabilan suatu obat atau bahan obat merupakan salah satu faktor yang paling utama, yang akan menentukan suatu senyawa atau campuran senyawa itu dapat dikembangkan menjadi suatu obat atau bahan obat. Kestabilan suatu bahan obat didefinisikan sebagai tingkat daya tahannya terhadap perubahan kimia dan fisika. Kemanjuran bahan obat harus tetap konstan atau berubah hanya di dalam batas yang ditetapkan oleh ketetapan yang sah sampai tanggal waktu habisnya (Racz, 1989). Tujuan uji kestabilan adalah untuk menyediakan keterangan bagaimana kualitas suatu bahan obat atau produk obat berubah dengan waktu di bawah pengaruh berbagai faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, dan cahaya maupun untuk menetapkan periode re-test untuk bahan obat atau jangka hidup produk obat dan merekomendasikan kondisi-kondisi penyimpanan (ICH, 2003). Jika produk obat herbal mengandung beberapa obat herbal dan jika tidak mungkin untuk menentukan kestabilan dari tiap unsur aktifnya, kestabilan produk obat harus ditentukan oleh kromatogram sidik jari yang sesuai, metoda pengujian yang 12| Semirata 2013 FMIPA Unila
sesuai, dan pengujian fisika dan pancaindera atau pengujian lain yang sesuai (CPMP, 2001). Pada penelitian ini sebagai senyawa penandanya digunakan lupeol. Lupeol digunakan sebab senyawa lupeol secara prinsipnya ditemukan dalam tanaman buah umum dan mempunyai efek yang menguntungkan sebagai agen pengobatan dan pencegahan seperti anti inflammatory, anti-arthritic dan sebagai senyawa chemopreventive (Wal P. dkk., 2011). BAHAN DAN METODE Persiapan Sampel Sampel daun S. arvensis diambil di Padang, Sumatera Barat, Indonesia dan terhadap sampel dilakukan identifikasi botani. Setelah sampel dicuci, kemudian dikeringkan dengan oven pada 40 oC, dan selanjutnya sampel digiling sampai berbentuk bubuk halus. Bahan Kimia dan Pereaksi Bahan kimia yang digunakan adalah metanol, TLC plate Silicagel 60 F254, kloroform, asetonitril dan metanol HPLC grade yang diproleh dari Merck KGaA Darmstadt, Germany. Asetona diperoleh dari Systern, lupeol dibeli dari Sigma Chemical Company St. Louis MO, USA. Peralatan Analisis HPTLC digunakan CAMAG Linomat 5, CAMAG Reprostar 3 Digital Canon Camera, dan CAMAG TLC Scanner 3 dan proses datanya dengan winCATS software. Untuk analisis HPLC menggunakan HPLC 1100 Agilent Technologies dengan sistem injektor otomatik. Ekstraksi Sebanyak 40 g sampel S. arvensis dimaserasi dalam 1000 mL metanol pada titik didihnya selama 6 jam. Maserasi dilakukan menggunakan kondenser untuk
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
mencegah penguapan pelarut. Kemudian campuran disaring dan filtratnya diuapkan menggunakan vacum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak metanol. Terhadap ekstrak metanol ini dilakukan analisis dengan kromatografi lapis tipis kinerja tinggi (HPTLC) dan ditentukan kandungan lupeolnya dengan kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Ini merupakan analisis awal (0 bulan). Selanjutnya ekstrak disimpan dalam wadah tertutup pada suhu kamar (25 2 ºC) dengan kelembaban relative 65 5%. dengan menggunakan larutan natrium klorida untuk mengontrolnya. Setiap bulannya selama 6 bulan ditentukan kembali kandungan lupeolnya. Analisis Kromatografi Lapisan Tipis Kinerja Tinggi (HPTLC) Larutan ekstrak metanol dibuat dengan konsentrasi 15 mg/mL dalam metanol. Larutan lupeol 500 ppm juga dibuat untuk digunakan sebagai senyawa penanda. Ekstrak dan senyawa penanda ditotolkan pada plat TLC (20 x 10 cm) menggunakan Camag Linomat 5. Sebagai fasa gerak digunakan kloroform. Sebagai penampak noda digunakan anisaldehid-asam sulfat pekat dengan cara disemprotkan. Gambar profil TLC diambil menggunakan Camag Reprostar 3 Digital Canon Camera pada 365 nm dan sinar tampak. Scanner Camag TLC 3 digunakan untuk menilai totolan (komponen) pada plat TLC pada 365 nm. Data diproses menggunakan software winCATS. Penentuan kandungan Lupeol dalam Ekstrak Metanol dengan HPLC Ekstrak metanol yang diperoleh dari maserasi di atas dilarutkan dalam metanol kualitas HPLC sehingga diperoleh konsentrasinya 100 ppm sebanyak 100 mL. Setelah dihomogenkan dengan sonikator kemudian disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman milipore ,45 μm. Selanjutnya filtratnya dilakukan analisis
HPLC untuk mendapatkan puncak lupeol pada kromatogram. Larutan standard lupeol 500 ppm dalam metanol juga dianalisis dengan 5 variasi konsentrasi yang diencerkan menggunakan program injektor. Kolom yang digunakan adalah LiChroCART RP-18, (250 x 4,6 mm diameter, ukuran partikel 5 μm, Merck Darmstadt, Germany), fasa geraknya adalah metanol: asetonitril (45: 55) dengan kecepatan alir 0.2 mL/ min dan volume injeksi 3 μL. Kromatogram dideteksi pada 208 nm. Lupeol pada kromatogram diketahui dengan waktu retensinya (Rt) yang sama dengan lupeol penanda. Konsentrasi lupeol dalam ekstrak ditentukan berdasarkan persamaan regresi dari lupeol standar. Persen degradasi lupeol ditentukan dengan rumus: Degradasi (%) = (Ct0 – Ctm)/Ct0 x 100 C adalah konsentrasi lupeol, t0 adalah 0 (nol) bulan, sebelum disimpan dan tm adalah waktu penyimpanan (bulan). HASIL DAN DISKUSI Analisis Kromatografi Lapisan Tipis Kinerja Tinggi (HPTLC) Hasil dari analisis HPTLC terhadap ekstrak metanol S. arvensis dan lupeol sebagai senyawa penanda yang dilakukan triplikat dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Gambar 1 Kromatogram HPTLC dari ekstrak metanol S. arvensis dan lupeol setelah disimpan selama 6 bulan (a = lupeol dan b = 0, c = 1, d = 2, e = 3, f = 4, g = 5, dan h = 6 bulan penyimpanan) pada suhu kamar (25 oC)
Semirata 2013 FMIPA Unila |13
Afrizal Itam dkk: Isolasi Antosianin dari Buah Pucuk Merah (syzygium campanulatum korth.) Serta Pengujian Antioksidan dan Aplikasi sebagai Pewarna Alami
Gambar 2 Kromatogram 3D-HPTLC dari ekstrak metanol S. arvensis dan lupeol setelah disimpan selama 6 bulan (a = lupeol dan b = 0, c = 1, d = 2, e = 3, f = 4, g = 5, dan h = 6 bulan penyimpanan) pada suhu kamar (25 oC)
Gambar ini diambil di bawah lampu UV 365 nm. Gambar 1 merupakan kromatogram pada plat KLT, sedangkan Gambar 2 merupakan kromatogram 3D nya. Dari kromatogram pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa spot yang dihasilkan intensitasnya tidak sama pada setiap plat KLT. Begitu juga pada Gambar 2, memperlihatkan bahwa intensitas atau tinggi setiap kromatogram juga tidak sama. Ini menunjukkan bahwa konstituen yang terkandung dalam ekstrak metanol S. arvensis ini selama penyimpanan mengalami perubahan. Ini juga dapat dikatakan bahwa ekstrak metanol ini mengalami perubahan selama penyimpanan pada suhu kamar. Namun demikian jumlah spotnya setiap plat selalu sama. Ini menyatakan bahwa konstituen yang terkandung dalam ekstrak selalu sama. Penentuan kandungan Lupeol dalam Ekstrak Metanol dengan HPLC Penentuan lupeol sebagai senyawa penanda menunjukkan linieritas yang tinggi, yaitu dari lima macam konsentrasi senyawa standar lupeol diperoleh persamaan regresi y = 0,9947x – 17,693
14| Semirata 2013 FMIPA Unila
dengan harga koefisien korelas (R2)=0,9739. Analisis terhadap ekstrak metanol S. arvensis yang disimpan selama 6 bulan menunjukkan bahwa kromatogram yang dihasilkan dari setiap bulannya tidak sama, intensitas puncak ada yang berkurang dan ada yang bertambah dan bahkan ada yang terbentuk puncak baru. Ini menunjukkan bahwa konstituen dalam ekstrak telah mengalami dekomposisi atau terbentuk senyawa baru selama penyimpanan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa selama penyimpanan konstituen-konstituen dalam ekstrak tidak stabil. Lupeol dalam ekstrak juga mengalami perubahan atau terdegradasi selama penyimpanan. Persen degradasi dari lupeol dalam ekstrak ini ditunjukkan pada Tabel 1. Pada tabel tersebut memperlihatkan bahwa lupeol yang terkandung dalam ekstrak metanol terdegradasi selama penyimpanan. Semakin lama waktu penyimpanannya semakin banyak yang terdegradasi. Namun demikian penyimpanan sampai 3 bulan masih cukup kecil yang terdegradasi, yaitu 2,92% Tabel 1 Persen degradasi lupeol dalam ekstrak metanol S. arvensis pada penyimpanan
No 1 2 3 4 5 6 7
Lama penyimpanan (bulan) 0 1 2 3 4 5 6
Degradasi lupeol (%) 0 2.52 2.73 2.92 10.80 14.36 25.16
Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol S. arvensis tidak stabil selama penyimpanan pada suhu kamar. Walaupun demikian lupeol yang digunakan sebagai penanda di dalam ekstrak metanol tersebut cukup stabil sampai 3 bulan penyimpanan, hanya terdegradasi sebanyak 2,92%. sedangkan setelah 6 bulan penyimpanan lupeol yang terkandung dalam ekstrak terdegradasi 25,16 %. DAFTAR PUSTAKA Afrizal, I., dan Ismail, Z. (2011), Aktifitas Antioksidan dari Ekstrak Metanol Sonchus arvensis, Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia Himpunan Kimia Indonesia Cabang Sumbar, 26-33 Afrizal I, Ismail, Z., dan Abdul Majid, A. M. S. (2011), Uji Aktifitas Ekstrak Air Sonchus arvensis Terhadap Pertumbuhan Kristal Kalsium Oksalat, Seminar dan Rapat Tahunan BKS-PTN Wilayah Barat ke 24. Bondarenko, V.G., Glyzin, V.I. and Shelyuto, V.L. (1973) Flavonoids of Sonchus arvensis flowers, Chemical Abstract, 1974, 80: 118201w, Khim. Prir. Soedin, 9 (4), 554-555. Bondarenko, V.G., Glyzin V.I., Ban‗kovskii, .I. and Shelyuto, V.L. (1974) Isocinaroside, a new flavone glycoside from Sonchus arvensis, Chemical Abstract, 1975, 82: 86556p, Khim. Prir. Soedin., (4),665. Bondarenko, V. G., Shelyuto, V. L., Glyzin, V. I. and Khoron‘ko, . T. 1975 Flavonoids of Sonchus arvensis L, Chemical Abstract, 1978, 88: 186099j, Fitokhim. Izuch. Flory BSSR Biofarma. Issled. Lek. Prep. , 91-92.
Bondarenko, V.G., Glyzin, V.I., Shelyuto, V.L. and Smirnova, L.P. (1976) Flavonoids of Sonchus arvensis, Chemical Abstract, 1977, 86: 86101u, Khim. Prir. Soedin., (4), 542. Bondarenko, V. G., Glyzin, V. I. and Shelyuto, V. L. (1978) Sonchoside as a new flavonoids from Sonchus arvenise, Chemical Abstract, 1978, 89: 143361s, Khim. Prir. Soedin. (3), 403. Chapman, K. and Chomchalow, N. (2005) Production of Medicinal Plants in Asia, Acta Horticulturae, 679, 45-59. Committee for Proprietary Medicinal Product (CPMP) (2001) Note for Guidance on Quality of Herbal Medicinal Products, European Medicinal Evaluation Agency, London, 7p. Dalimartha, S. (2001) Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, edisi 1, Jakarta: Trubus Agriwidya, Pp. 158–161. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1977)1 Materia Medika Indonesia, edisi 1, Jakarta, Pp. 95–99 Hooper, S.N, Chandler, R. F., Lewis, E. and Jamieson, W. D. (1982) Simultaneous Determination of Sonchus arvensis L. Triterpenes by Gas ChromatographyMass Spectrometry, Lipids, 17, 60-63. International Conference on Harmonisation (ICH), (2003) Stability Testing of New Drug Substances and Products, ICH Steering Committee, 15 p. Sulaksana, J., Santoso, B. and Jayusman, D. I. (2004) Tempuyung, Budidaya dan Pemanfaatan untuk Obat, Jakarta: Penebar Swadaya, Pp. 31-33. Syamsuhidayat, S. S. and Hutapea, J. R. (1991)2 Inventaris Tanaman Obat Indonesia, edisi 1, Jakarta: Departemen Kesehatan RI, Pp. 536–537. Wijayakusuma, H., Dalimartha, S. and .Wirian, A. S. (2000) Tanaman Semirata 2013 FMIPA Unila |15
Afrizal Itam dkk: Isolasi Antosianin dari Buah Pucuk Merah (syzygium campanulatum korth.) Serta Pengujian Antioksidan dan Aplikasi sebagai Pewarna Alami
Berkhasiat Obat di Indonesia, edisi 1, Jakarta: Pustaka Kartini, Pp. 71-73. Qu, Guirong, Wang Suxian, Wu Li Jun, and Li Xian (1993) Chemical constituents of Sonchus arvensis, Chemical Abstract, 1993, 119: 4959t, Zhongguo Zhongyao Zazhi, 18 (2), 101-102. Qu, Guirong, Liu Jian, Li Xinxin, Wang Suxian, Wu Li Jun, and Li Xian (1995) Flavonoids of lieyejumaicai (Sonchus arvensis), Chemical Abstract, 1995, 123: 79557b, Zhongcaoyao, 26 (5), 233-235.
16| Semirata 2013 FMIPA Unila
Qu, Guirong, Li Xinxin, and Liu Jian (1996) Studie on flavonol glycosides of Sonchus arvensis, Chemical Abstract, 1996, 125: 323027h, Zhongguo Zhongyao Zazhi, 21 (5), 292-294. Racz, I. (1989) Drug formulation, Chichester, New York, Brisbane, Toronto, Singapore: John Wiley and Sons, 416p Wal P., Wal, A., Sharma, G dan Rai AK (2011), Biological activities of lupeol, Immunology Research Abs., 2 (2) : 96-103