perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PONDOK SEJAHTERA ANAK NUSANTARA DI SURAKARTA Sebagai Wadah Kegiatan Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku
TUGAS AKHIR
Diajukan sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas Sebelas Maret
Disusun Oleh : FREBINA MADYA SARI I0208050
JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UUNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 to user commit i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PONDOK SEJAHTERA ANAK NUSANTARA DI SURAKARTA Sebagai Wadah Kegiatan Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku PENYUSUN NIM JURUSAN TAHUN
: FREBINA MADYA SARI : I 0208050 : ARSITEKTUR : 2012
Surakarta, 25 Juli 2012 Menyetujui, Pembimbing I Tugas Akhir
Pembimbing II Tugas Akhir
Ir. MDE Purnomo, MT. NIP. 19511111 198003 1 002
Tri Yuni Iswati, ST.MT. NIP. 19710620 200003 2 001
Mengesahkan, KetuaJurusanArsitektur FakultasTeknik UNS
Ketua Program StudiArsitektur FakultasTeknik UNS
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. NIP. 19620610 199103 1 001
Kahar Sunoko, ST, MT. NIP. 19690320 199503 1 002
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PONDOK SEJAHTERA ANAK NUSANTARA DI SURAKARTA Sebagai Wadah Kegiatan Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku
PLANNING AND DESIGN CONCEPT
Prosperity Boarding House for Street Children in Surakarta As means to empowerment activity for street children trough the behavioral architecture
PENYUSUN NIM JURUSAN TAHUN
: FREBINA MADYA SARI : I 0208050 : ARSITEKTUR : 2012
Surakarta, 12 Juli 2012 Menyetujui,
Pembimbing I Tugas Akhir
Ir. MDE Purnomo, MT. NIP. 19511111 198003 1 002
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PERSEMBAHAN Puji syukur atas berkah dan rahmat Allah SWT, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik. Begitu banyak bantuan terima kasih atas perhatian, keringat dan doa restu yang keluarga, teman dan saudara-saudara berikan. 1. Allah SWT, memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik 2. Nabi Muhammad SAW, Terima kasih telah memberikan panutan dalam memotivasi penulis untuk tidak mudah menyerah 3. Bapak, Ibu dan Adik, kalian menjadi motivasi dan inspirasi untuk terus maju... terima kasih atas perjuangan yang dilakukan selama ini 4. Bapak Ipung, terima kasih atas perhatian, bimbingan dan kesabaran menanggapi penulis yang masih memiliki banyak kekurangan. Penulis akan berusaha yang terbaik. 5. Ibu Yuni, terima kasih atas bimbingan dan masukan yang diberikan. Penulis berusaha untuk menjadi lebih baik lagi untuk ke depannya 6. Mbak Nurul, makasih bimbingannya... ayo, semangat kerja... 7. Tim Kreatif, (Afla, Ummi dan keluarga, Debby, Riska, Mas Ahmed, Adis, Rina, Mbak Tiwi dan Mbak Rofida) makasih untuk bantuannya dan segera nyusul studio ya... kapanpun penulis siap membantu 8. Tim Leader, (Tika, Mbak Winda, Apen, Dandare, Azima dan Indah) tanpa kalian studio 126 ‘tak akan ramai’... makasih atas bantuannya 9. Temen-Temen 2008, kalian teman semasa 4 tahun yang hebat-hebat dah... segera nyusul lulus ya... kalian pasti ‘bisa’. 10. Semua pihak-pihak yang telah membantu, tetapi belum masuk daftar. Penulis ucapkan Terima Kasih atas bantuan yang diberikan. Semoga suatu saat dapat memberikan yang lebih baik dan mampu membalas kebaikan yang telah diberikan
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL
“Pondok Sejahtera Anak Nusantara di Surakarta” Sebagai wadah kegiatan pemberdayaan anak jalanan melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku
B. DEFINISI DAN PEMAHAMAN JUDUL 1. Pondok : Berasal dari bahasa Arab „Funduq‟ yang berarti tempat inap/asrama (Muh. Daud Ali dan Habibah Daud Ali, 1995: hal. 240). Pondok dalam pesantren di Jawa, disebut sebagai Padepokan (perumahan yang dipetak-petak dalam kamar-kamar sebagai asrama bagi para santri). 2. Anak Jalanan : Menurut Tjandraningsih, 1996: hal. 132, ”Anak-anak yang berusia kurang dari 16 tahun, berada di jalanan baik untuk hidup maupun bekerja dengan memasuki kegiatan anak jalanan yang diantaranya: mengasong, mengamen, mengemis, menjajakan, menjadi joki (menumpang kendaraan dikawasan tertib lalu lintas)”. 3. Kesejahteraan Anak Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979, Kesejahteraan Anak meliputi: jaminan pertumbuhan dan perkembangan hidup anak secara wajar, hak-hak yang disesuaikan dengan kebutuhan anak, dan usaha kesejahteraan anak yang to user harus dilakukan oleh seluruh commit elemen masyarakat. 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Arsitektur Perilaku : Menurut Y.B Mangun Wijaya (dikutib oleh Agus Abrori, 2004: hal. 20), ”arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi, yang mampu memahami dan mewadahi perilaku-perilaku manusia yang ditangkap dari berbagai macam perilaku, baik itu perilaku pencipta, pemakai, pengamat juga perilaku alam sekitarnya.” 5. Kota Surakarta : Kota Surakarta merupakan daerah dataran rendah hasil pertemuan antara kali Pepe, Jenes dan Bengawan Solo yang terletak di ketinggian ± 92 m dari permukaan air laut dan terletak antara 110°45‟15” – 110°45‟35" bujur timur dan antara 7°36‟ – 7°56‟ lintang selatan. Berdasarkan pada definisi diatas, dapat dipahami bahwa ”Pondok Sejahtera Anak Nusantara” ini merupakan wadah pelayanan kesejahteraan dimana berlangsung kegiatan pemberdayaan yang dapat memacu daya kreatifitas dan keaktifan, melalui program: perlindungan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan terhadap anak jalanan berusia <18 tahun yang bertujuan memandirikan dan menghantarkan anak menuju kehidupan normatif dalam masyarakat dengan memperhatikan faktor perilaku dan lingkungan sebagai dasar utama dalam pertimbangan desain bangunan. Anak merupakan aset yang akan meneruskan cita-cita perjuangan bangsa dan menjadi SDA yang berpotensi bagi pembangunan nasional. Usaha kesejahteraan anak dikedepankan pemerintah, termasuk anak jalanan yang ditampung dalam rumah singgah atau “open house” seperti yayasan atau panti. PSAN merupakan salah satu lembaga pelayanan profesional yang commit to user 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bertanggung jawab memberikan pemberdayaan pada anak jalanan. Kota Surakarta menjadi salah satu kota strategis program PSAN, mengingat jumlah anak jalanan yang semakin meningkat dan kebutuhan baik pemerintah maupun masyarakat akan adanya solusi penanganan yang lebih baik. (Kata Kunci : Terbuka, Sederhana, dan Rekreatif)
C. LATAR BELAKANG 1. Tumbuh Kembang Anak pada Umumnya Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya, dimana secara alamiah anak tumbuh berkembang menjadi besar dan dewasa. Memberikan kesempatan yang luas dan adil untuk tumbuh dan berkembang secara wajar, merupakan salah satu upaya guna memampukan dan menyiapkan generasi di masa yang akan datang. Dalam hal ini, perkembangan dapat diartikan sebagai perubahanperubahan yang dialami baik individu maupun organisasi menuju tingkat kedewasaan
yang
berlangsung
secara
sistematis,
progresif
dan
berkesinambungan baik fisik maupun psikis. Harvey A.Tiker, PhD dan Elizabeth Hurlock menjelaskan fase-fase proses perkembangan diri manusia: “a) Masa sebelum lahir (0-9 bulan) dan setelah lahir (10-15 hari), b) Usia 2 minggu - 2 tahun (periode vital), sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena dasar pribadi kedewasaan pada masa ini diletakkan, c) Usia 1-5 tahun (periode estatis), anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku, sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi, d) Usia 6-12 tahun (periode intelektual), Menurut Erickson “masa ini anak-anak merasa commit to user siap untuk menerima tuntutan dari orang lain dan menuntaskannya” dan e) 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Usia 13-19 tahun (periode pueral/masa remaja), masa peralihan antara masa anak-anak menuju remaja...”. Fase-fase perkembangan inilah dimana anak mudah meniru (copying) dan terpengaruh dengan lingkungan, karakter anak mulai terbentuk dan tertanam. Kewajiban bagi orang tua serta masyarakat dalam mengontrol, mengarahkan dan memenuhi kebutuhan anak dengan baik. Krisis ekonomi Indonesia yang besar, telah mengorbankan hak beberapa anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar. Anak kurang beruntung tersebut harus melakukan kewajiban yang bukan semestinya dan mengalami eksploitasi dari keluarga maupun lingkungan sosialnya. Salah satu fenomena yang tertangkap hingga saat ini adalah meningkatnya jumlah anak jalanan di Indonesia terutama di daerah perkotaan besar. 2. Problematika Anak Jalanan Di daerah perkampungan kumuh kota, hampir 2/3 dari jumlah penduduknya adalah anak-anak, dimana mereka umumnya golongan yang rentan permasalahan sosial dan memerlukan perlindungan khusus. Diberbagai komunitas masyarakatpun, anak-anak ini seringkali menjadi korban pertama dan menderita serta terpaksa terhambat proses tumbuh kembangnya karena ketidakmampuan orang tua, masyarakat dan pemerintah untuk memberikan pelayanan sosial terbaik. Keadaan krisis ekonomi yang berkelanjutan turut menyebabkan daya tahan, perhatian dan kehidupan anak menjadi semakin termarginalkan, khususnya bagi golongan anak rawan seperti anak jalanan. Anak jalanan umumnya berusia <16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di to jalan commit userraya (UNICEF, New York : 1995). 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Umumnya, anak jalanan melakukan berbagai macam pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus seperti, mengamen, mengasong, memulung, menjadi tukang semir, ataupun pengemis. Kehidupan jalanan yang rawan terhadap gangguan kesehatan baik fisik maupun mental mampu merubah karakter anak menjadi beringas, agresif, suka baku hantam, membangkang dan berperilaku menghalalkan segala cara untuk dapat bertahan hidup.
Gambar I.1 Gambaran Kehidupan Anak jalanan di Indonesia Sumber : www.google..com Adanya anak jalanan di kota bukanlah karena berkembangnya sebuah kota, tetapi justru karena tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus melakukan urbanisasi ke kota (Parsudi Suparlan, 1984: hal. 36). Berbagai macam faktor menyebabkan anak harus turun ke jalan, diantaranya (Sri Sanituti, 1999: hal. 5 dalam Dwiastuti, 2004): a) kesulitan ekonomi keluarga menyebabkan anak harus membantu mencari uang, b) ketidakharmonisan rumah tangga atau keluarga, c) suasana lingkungan yang kurang mendukung tumbuh kembang anak, dan e) rayuan kebebasan menjadi daya tarik bagi anak untuk turun ke jalan. Selain itu, faktor lingkungan keluarga seperti kemiskinan, perceraian, dan eksploitasi menyebabkan keluarga tidak memiliki keberdayaan melindungi anggotanya. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi maka kondisi anak-anak ini akan semakin gawat, kemungkinan besar menghadapi kematian dini selalu commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ada dan sekalipun bertahan hidup maka masa depan mereka teramat suram. Selain itu, sangat mungkin kelak setelah dewasa mereka akan menjadi warga masyarakat yang menyusahkan orang lain. Dan umumnya, setiap masalah yang menyentuh kehidupan anak dalam jumlah besar akan berdampak tidak menguntungkan bagi kehidupan bangsa secara keseluruhan. 3. Peran Pemerintah dalam Penanganan Anak Jalanan Sebagai negara yang berkeadilan sosial, pemerintah bertanggung jawab terhadap kondisi anak-anak jalanan, seperti yang tersebut dalam Pasal 34 UUD 1945, ”Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi merupakan hak anak secara universal dan di Indonesia ditegaskan melalui Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang “Kesejahteraan Anak”. Pemenuhan hak-hak anak bertujuan agar mereka hidup, tumbuh, dan berkembang secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Dalam rangka pemenuhan hak anak kaitannya dalam memecahkan masalah anak jalanan maka pemerintah membentuk lembaga yang memiliki peran dan posisi memberikan pelayanan kesejahteraan anak, seperti: rumah singgah atau “open house” layaknya yayasan/panti. Wujud upaya pemerintah yang ini bertujuan untuk melindungi, mengarahkan, mengontrol, serta memperkenalkan hak dan kewajiban anak sebagai generasi bangsa yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera. Rumah singgah menjadi salah satu alternatif penanganan yang bersifat sementara dengan sistem pengelolaan terjangkau terutama bagi Lembaga Swadaya commit to user Masyarakat. 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Kondisi Rumah Singgah dan Pemondokan di Indonesia Rumah singgah dipersiapkan sebagai perantara anak jalanan dengan fihak-fihak yang membantu mereka. Rumah singgah bertujuan membantu pemenuhan kebutuhan hidup, memberikan dan melaksanakan proses informal dengan suasana resosialisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma masyarakat. Melalui rumah singgah, diharapkan tujuan usaha kesejahteraan sosial anak akan mudah tercapai. Sosialisasi tata nilai rumah singgah dilaksanakan berdasarkan nilai pembawaan setiap anak jalanan sehingga nantinya perubahan perilaku akan sesuai dengan harapan masyarakat. Berbagai upaya penanganan anak jalanan telah banyak dilaksanakan, baik bersifat preventif, rehabilitatif, promotif maupun represif. “Pembinaan yang diterapkan selama ini dari berbagai konsep yang ditawarkan belum dapat berjalan optimal seperti yang diharapkan. Hal ini dideteksi oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, 2003: hal. 1-2 bahwa ada beberapa hal yang memerlukan penyempurnaan diantaranya: mekanisme perencanaan program yang masih terpusat, kualitas implementasi pelayanan, keterbatasan menggali sumber pengembangan rumah singgah dan alternatif program pelayanan yang lebih responsif terhadap kebutuhan anak jalanan. Perencanaan yang terpusat kurang memberikan jaminan ketepatan pelayanan dan kurang memberikan peluang akan partisipasi masyarakat. Akibatnya, pelayanan hanya bersifat reaktif dan tidak berkelanjutan”. (Penelitian Dwiastuti, 2004: hal. 6-7) Selain model pendekatan yang kurang efektif, muncul juga anggapan negatif masyarakat bahwa rumah singgah terkesan tidak berhasil, tidak serius, dan tidak terfokus. Selain itu, dalam penanganan masalah anak jalanan commit to user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selama ini terkesan berjalan sendiri-sendiri, tidak terjalin jaringan kerja yang baik. Terlebih anak jalanan cenderung hanya menjadikan rumah singgah sebagai tempat tinggal sementara, tanpa ada rasa memiliki dan tanggung jawab untuk mengikuti program-program yang ditawarkan. Menurut teori perkembangan (reinforcement), bahwa beberapa anak jalanan beranggapan bahwa rumah singgah adalah sesuatu yang tidak menyenangkan (punishment) dan
jalanan
adalah
sesuatu
yang
menyenangkan
(reward)
karena
mendapatkan uang dan dapat bermain bebas. Setiap pendekatan memiliki kekurangan dan kelebihan, dalam melengkapi kekurangan rumah singgah digunakan pendekatan sistem “rumah terbuka” (open house) seperti yayasan/panti. Sistem “open house” ini memiliki fungsi sistem penanganan terbuka yang ditunjukkan dengan kondisi pemondokan layaknya sebuah rumah (para pekerja sosial yang mampu berperan sebagai keluarga bagi anak jalanan). Pemondokan bertujuan memberikan pelayanan yang sekaligus sebagai tempat hidup dan tumbuh kembang anak jalanan. Sistem pengelolaan yang saling berhubungan dengan pelayanan sosial lain memungkinkan penanganan anak jalanan dapat berjalan efektif dan efisien karena adanya hubungan antar beberapa unsur pelayanan yang saling membantu dan terorganisir. 5. Kondisi Penanganan Anak Jalanan di Surakarta Kota Surakarta sebagai kota yang sedang berkembang, selain harus berjuang untuk mengentaskan kemiskinan juga sedang memperhatikan nasib anak-anak usia sekolah termasuk anak jalanan. Sebagian dari mereka melakukan urbanisasi ke kota besar toseperti commit user Kota Surakarta untuk mengadu 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nasib sehingga tidak semua anak jalanan yang terazia berdomisili di Surakarta. Sebagian besar anak jalanan di Surakarta tidak dilindungi oleh hukum, terbukti mereka sering dirazia dan hanya diberikan pengarahan tanpa ada tindak lanjut pelayanan dari aparat. Anak jalanan Surakarta memiliki jiwa sosialisasi dan solidaritas antar kelompok yang cukup tinggi. Terbukti mereka saling melindungi ketika teman atau saudara mereka merasa terancam. Akan tetapi, terpengaruhnya anak akan obat-obatan terlarang dan minuman keras menjadi sisi negatif dari kehidupan anak di jalanan Kota Surakarta. Tindak kriminal sering muncul dan meresahkan kehidupan masyarakat. Saat ini penanganan anak jalanan Surakarta hanya melalui rumah singgah. Dinas Sosial Kota Surakarta menyatakan bahwa, ”Rumah singgah yang langsung dikelola pemerintah hanya ada satu di kelurahan Banjarsari. Akan tetapi, kondisinya sudah tidak memungkinkan untuk dihuni karena bangunan sudah reyot dan tidak ada yang merawat”. Pemerintah untuk sementara masih mengandalkan razia dan penyaluran anak jalanan pada beberapa LSM yang tersebar di wilayah Surakarta. Belum adanya Perda berkaitan dengan anak jalanan juga menjadi salah satu hambatan belum maksimalnya penanganan. 6. Pemondokan sebagai Alternatif Penanganan Anak Jalanan Surakarta Kota Surakarta sebagai kota layak anak sebaiknya tidak hanya sebatas wacana semata, haruslah dipahami dan direalisasikan pada kehidupan nyata dan konsistensi. Salah satunya berkaitan dengan permasalahan anak jalanan yang telah menjamur di Kotacommit Surakarta. Pemenuhan kebutuhan hidup anak, to user 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meliputi: kebutuhan untuk hidup layak baik fisik maupun psikis, untuk berkembang dalam pendidikan dan kehidupan yang layak, untuk mendapat perlindungan tanpa diskriminasi dan eksploitasi, serta turut berpartisipasi dalam pembangunan Nasional. Pemondokan perlu dilakukan pada anak jalanan dalam bentuk kelembagaan. Mereka memerlukan perawatan sebelum berintegrasi kembali dengan kehidupan normal di masyarakat. Selain itu, perlu penyiapan keluarga dan lingkungan masyarakat sebelum menerima kembali anak-anak yang pernah mengalami masalah kesejahteraan sosial ini. Pelayanan sosial dalam pemondokan dipandang tepat sebagai sarana penyesuaian diri sementara bagi anak-anak. Program-program berkelompok diperlukan, termasuk dalam pendidikan, penyesuaian psikologis dan dukungan personal bagi anak-anak sebagai persiapan menghadapi kehidupan di masyarakat. a. Pemondokkan Anak dalam Yayasan/Panti Asuhan Panti asuhan merupakan suatu lembaga pelayanan profesional yang bertanggung jawab memberikan pengasuhan dan pelayanan orang tua asuh kepada anak terlantar. Anak terlantar adalah anak yang karena sesuatu sebab orang tuanya tidak dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi. Panti asuhan berfungsi memelihara, merawat, mengasuh anak-anak dari latar belakang status sosial bermasalah. Panti asuhan Pamardi Yoga yang menempati tanah dan bangunan di Kp. Madyotaman Kel. Punggawan, Jalan Gajah Mada No.19 Surakarta. Tujuan didirikannya adalah untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak asuh agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan memberikan asuhan commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
serta bimbingan kearah pengembangan pribadi dan potensi. Sasarannya yaitu anak-anak penyandang masalah kesejahteraan sosial usia antara 1-7 tahun seperti anak yatim, piatu, yatim piatu, miskin dan status keluarga tidak jelas. Untuk saat ini, panti asuhan hanya mampu menampung 15 anak. Kegiatan rutin yang wajib dilakukan oleh anak-anak adalah belajar, beribadah bersama, bermain, membersihkan kamar dan lingkungan panti asuhan. Bagi anak asuh kegiatan rutin tersebut kadangkala memberatkan meskipun sebagian besar menganggap tidak memberatkan. Suasana kehidupan yang menyenangkan dirasakan anak asuh dengan perlakuan pengurus panti yang baik, ramah dan penuh kasih sayang. Umumnya anak mendapatkan pelayanan pendidikan secara formal di sekolah sehingga setelah pulang sekolah mereka selalu mengikuti kegiatan rutin dalam panti. Sedangkan, fasilitas yang ada di panti asuhan memberikan kemudahan bagi anak-anak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengembangkan diri sesuai dengan minatnya, meliputi: ruang tidur, belajar, ibadah, bermain, makan, fasilitas olahraga dan fasilitas kesenian. Selain itu, juga terdapat fasilitas service seperti kamar mandi, ruang cuci-jemur dan dapur.
Gambar I.2 Yayasan/Panti Asuhan Pamardi Yoga Sumber : www.google.com Umumnya anak yang tinggal dalam panti asuhan ini cukup mengerti tentang hak yang harus dipenuhi commit toseperti user hak untuk berpendapat dan 11
perpustakaan.uns.ac.id
mendapatkan
digilib.uns.ac.id
perlindungan.
Pola
pengasuhan
anak
cukup
dengan
memberikan hukuman dan penghargaan. Hukuman diberikan bagi anak yang melanggar peraturan berupa peringatan, diskusi, diskors, dan push up. Sedangkan, penghargaan diberikan bagi anak yang berprestasi berupa pujian dan hadiah. Panti asuhan juga menerapkan pola pengasuhan dengan sistem pembujukkan yaitu memberikan nasehat, berdiskusi, menyapa saat bertemu maupun bermusyawarah. b. Pemondokkan Anak dalam Pesantren Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran kepada anak didik yang didasarkan atas ajaran Islam dengan tujuan ibadah. Para santri dididik untuk menjadi mukmin sejati yaitu manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, mempunyai integritas pribadi yang utuh, mandiri dan mempunyai kualitas intelektual. Selain itu, santri juga belajar untuk hidup bermasyarakat, berorganisasi, dan mandiri. Pondok pesantren Al Muayyad terletak di Jalan KH. Samanhudi 64 Mangkuyudan, Kel.Purwosari, Kec.Laweyan, Kota Surakarta. Tujuannya adalah menanamkan dan meningkatkan ruh Islam dalam perikemanusiaan beragama secara perorangan maupun bermasyarakat berdasarkan keikhlasan beribadah serta pengamalan syari‟at Islam secara murni. Ponpes Al Muayyad memiliki jumlah santri sebanyak 290 santri dan 280 santriwati yang duduk di bangku sekolah SMP, SMA dan MA. Setiap harinya, santri memiliki jadwal rutin yang dimulai sejak jam 4 pagi hingga 11 malam yang diisi dengan kegiatan beribadah. Pesantren juga melaksanakan pendidikan keterampilan melalui kursus untuk membekali dan to membantu kemandirian para santri. commit user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prinsip dalam pola pengasuhan pondok, ada 3 hal yaitu pengajaran, pengganjaran baik hukuman maupun penghargaan, dan pembujukkan. Kegiatan rutin yang wajib dilakukan oleh santri, meliputi: sholat berjamaah, mengaji, belajar kitab, membersihkan kamar dan lingkungan ponpes. Khusus pada hari-hari tertentu, seperti hari jumat: santri akan menyelenggarakan tahlil dan kegiatan ke-IPMA-an, hari senin: melakukan shalawat nariyah, tausiyah pengasuh dan hari kamis: santri membacakan Manaqib Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelami dan Maulid Al-barzanjiy. Kegiatan rutin ini kadangkala dianggap memberatkan karena terlalu banyak dan monoton sehingga santri terkadang merasa bosan. Secara informal, lembaga pesantren di Indonesia telah berfungsi sebagai keluarga yang mampu membentuk watak dan kepribadian santri dengan baik. Syarat sebuah pesantren, diantaranya: kyai sebagai pendiri, pemilik dan pengasuh; santri yang tinggal dan belajar di pondok; masjid sebagai sarana ibadah dan belajar; dan pondokan untuk tinggal santri. Pengasuh merupakan pemilik pondok yang berwenang menunjuk beberapa orang untuk menjadi pengurus. Kepengurusan meliputi: putra dan putri, terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, wali kamar, BPPA dan Kamtib. Agar dapat melaksanakan tugas mendidik dengan baik, biasanya sebuah pesantren memiliki sarana fisik yang minimal terdiri dari masjid atau langgar, rumah tempat tinggal kyai dan keluarganya, pondok tempat tinggal para santri, dan sarana belajar. Asrama atau pondok bagi santri berfungsi sebagai tempat tinggal, sarana membantu konsistensi belajar dan komunikasi antara santri dengan guru/kyai. Masjid merupakan tempat beribadah, pengajaran, commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan pusat pendidikan yang utama dalam pesantren. Pelayanan pondok yang diberikan, diantaranya: makanan, kesehatan, olahraga, MCK, mencuci dan menyetrika. Ponpes juga memiliki pimpinan yang mengurus fasilitas bagi santri, diantaranya bagian: Kesehatan, Sarana dan prasarana, Pengawas keamanan dan ketertiban, dan wali kamar yang mengawasi 1-2 kamar. - Pondok putri memiliki beberapa fasilitas yang cukup memadai yang terdiri dari 4 lantai, diantaranya: lantai 1 untuk kantor pengurus, kamar, tempat menonton TV, kamar mandi, ruang cuci dan aula; lantai 2 untuk kamar santri SMP dan pengawas senior; lantai 3 untuk kamar santri SMA, dan lantai 4 untuk jemuran, ruang santai. Masing-masing kamar tidur berukuran kecil 3 x 4 m dihuni 8-10 anak dan berukuran besar 9 x 8 m dihuni 15 anak dengan kondisi ruang masif yang dibatasi almari. - Pondok putra ada 8 kamar, dengan ruangan lebih besar berisi sekitar 24-30 anak. Setiap kamar diawasi 1 orang wali kamar. Secara keseluruhan, pembagian tiap lantai tidak jauh berbeda dari pondok putri. Kamar berukuran sedang 5 x 6 m dihuni 25 anak dan berukuran besar dihuni 2530 anak. Keadaan kamar putra berantakan kasur-kasur lipat ditumpuk tidak beraturan, pakaian digantung dalam ruangan, dan lemari penuh dengan barang-barang pribadi santri.
Gambar I.3 Pondok Pesantren Al-Muayyad Sumbercommit : www.google.com to user 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rumah singgah hanyalah tahapan awal dalam usaha memberikan pelayanan kesejahteraan pada anak jalanan, tidak berarti menyelesaikan masalah anak jalanan secara menyeluruh. Rumah singgah membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat dilakukan melalui pemondokkan atau Boarding House. Pemondokkan dilakukan untuk mempertahankan sikap dan perilaku positif, memberikan kesempatan dalam penuntasan masalah dan mempercepat proses kemandirian anak jalanan. Berdasarkan pada pemaparan diatas, Panti asuhan memiliki kelebihan dalam menciptakan suasana kebersamaan dan kekeluargaan tanpa terlalu terikat dengan aturan. Sedangkan, pondok pesantren memiliki kelebihan dalam pengadaan fasilitas bagi pengguna sehingga kebutuhan fisik terpenuhi dengan baik. Keduanya juga memiliki kesamaan dalam hal tujuan dan fungsi pemondokkan yang ingin menciptakan generasi berakhlak mulia, mempunyai integritas pribadi utuh, mandiri dan mempunyai kualitas intelektual. Anak asuh maupun santri dalam pemondokkan diberikan pengajaran untuk hidup bermasyarakat, berorganisasi, memimpin dan dipimpin.
D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1. Permasalahan Merancang “Pondok Sejahtera Anak nusantara” (wadah pelayanan kesejahteraan dimana berlangsung kegiatan pemberdayaan, diantaranya: perlindungan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan terhadap anak jalanan berusia <18 tahun) – melalui kajian wadah/setting fisik yang terbuka, sederhana dan rekreatif dalam kehidupan anak umumnya agar nantinya siap commit to user untuk hidup mandiri, sejahtera dan mampu bersosialisasi dalam masyarakat 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Persoalan a. Menentukan lokasi tapak, yang dapat menjangkau dan dijangkau anak jalanan untuk kembali ke pondok. Lokasi tapak berada dekat fasilitas publik dan lingkungan yang memadai. Selain itu, juga dekat fasilitas yang dapat mendukung terciptanya daya kreatifitas dan keaktifan anak b. Menentukan dan mengolah site, yang terbuka dan sederhana sebagai setting fisik bagi anak jalanan yang dapat menciptakan interaksi internal dan eksternal dengan lingkungan sosial yang kondusif (tidak kumuh, atau mewah) sesuai melalui kajian pada dampak lingkungan sosial, aksesibilitas dan infrastruktur yang aman dan nyaman bagi pengguna c. Menentukan program ruang disertai fasilitas yang mempertimbangkan jenis aktivitas dan karakter ruang yang rekreatif. Selain itu, pemilihan fasilitas kegiatan harus fungsional sehingga mampu mengundang keaktifan/respon perilaku positif anak melalui kajian perilaku serta setting fisik kehidupan yang pernah dihadapi anak jalanan (atribusi). d. Menentukan bentuk dan tampilan bangunan yang sederhana sehingga anak mudah beradaptasi dengan lingkungan pondok. Selain itu, bentuk dan tampilan juga mempertimbangkan tampilan lingkungan sekitarnya. e. Menentukan sistem struktur dan konstruksi bangunan yang aman, nyaman dan terbuka sehingga mendukung tampilan bangunan f. Menentukan sistem utilitas bangunan dan lingkungan yang aman, nyaman dan fungsional g. Menentukan tatamassa bangunan yang terbuka, fungsional dan rekreatif commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan Merumuskan konsep perencanaan dan perancangan sebagai dasar guna membuat rancang bangun arsitektur yaitu suatu wadah/setting fisik yang terbuka, sederhana dan rekreatif berfungsi sebagai tempat tinggal, pendidikan, pembinaan dan pelatihan bagi anak jalanan berusia <18 tahun dimana antara kegiatan yang ada saling terintegrasi dengan lingkungan sosial disekitarnya. 2. Sasaran a. Konsep Lokasi tapak/wilayah penjangkauan anak jalanan, berdasarkan kemudahan pencapaian, jangkauan pada fasilitas umum, dan dekat spotapot operasi anak jalanan b. Konsep Lokasi dan Pengolahan Site yang aman dan nyaman, berdasarkan kemudahan pencapaian, pemanfaatan kondisi klimatologis lingkungan, dan peletakan massa bangunan sesuai analisa penzoningan c. Konsep Programatik peruangan yang fungsional, terbuka, dan rekreatif, berdasarkan kebutuhan dan karakter ruang bagi pengguna, besaran ruang dengan lay out interior dan pola hubungan ruang yang nyaman d. Konsep Bentuk dan Tampilan bangunan yang sederhana, berdasarkan karakter anjal (sederhana dalam tampilan fisiknya), bentuk dinamis dengan penggunaan material dan pengolahan warna pada bangunan e. Konsep Tata Massa bangunan yang terbuka, fungsional dan rekreatif, berdasarkan karakter pengguna dan penzoningan f. Konsep Struktur dan Konstruksi bangunan yang aman, nyaman dan terbuka secara visual, berdasarkan kebutuhan struktur pada tampilan commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bangunan yang tepat dan visual struktur dalam bangunan yang memiliki kesan psikologis positif bagi pengguna g. Konsep Utilitas bangunan dan Lingkungan yang aman dan fungsional, kebutuhan jaringan listrik, telepon, internet, air bersih, dan drainase yang disesuaikan dengan keberadaan infrastruktur kota yang telah ada
F. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN 1. Lingkup Pembahasan Lingkup disiplin arsitektur, meliputi : a. Secara umum, menangkap fenomena dan mengungkapkan masalah anak jalanan. Secara khusus mengungkapkan kebutuhan dan keinginan anak jalanan di Surakarta baik yang bersifat fisik maupun psikis. b. Mengungkapkan alternatif penanganan yang lebih efektif dan efisien dalam menyelesaikan masalah anak jalanan dimana menyesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan anak jalanan di Surakarta c. Perencanaan dan perancangan arsitektur, mengacu pada pendekatan arsitektur perilaku yang lebih menekankan hubungan antara karakter perilaku dan lingkungan anak jalanan sebagai acuan dalam desain. d. Pendekatan arsitektur perilaku yang dalam rancang bangun mampu membentuk fisik baik interior maupun eksterior bangunan dengan memahami dan mempelajari perilaku pengguna, terutama anak jalanan Khusus untuk hal-hal diluar bidang arsitektur dianggap sebagai dasar pertimbangan dan penentuan perancangan “PSAN” yang dibahas sebatas masih berhubungan dengan judul. commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Batasan Pembahasan a) Sasaran Pengguna Anak jalanan berusia <18 tahun dimana usia ini merupakan masa perkembangan fisik dan psikis yang baik untuk membentuk karakter anak serta berpotensi mengarahkan dan menggali potensi anak sebagai bekal diri ketika dewasa nanti. Kebutuhan akan perlindungan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan bagi anak usia ini cukup tinggi karena anak akan rentan dan labil terhadap lingkungan hidupnya. b) Kualitatif. Wadah berupa Pemondokan yang memberikan pelayanan sosial dalam rangka mewujudkan kesejahteraan hidup anak jalanan di Surakarta. Pengaruh sistem Pemondokan terhadap perkembangan anak jalanan adalah untuk mengembalikan dan mempertahankan sikap positif, pelayanan penuntasan masalah mereka, dan mempercepat proses kemandirian sehingga siap bersosialisasi dalam masyarakat. Sedangkan untuk konsep perencanaan dan perancangan, tetap mengacu pada ilmu arsitektur perilaku agar tercipta kenyamanan dan keamanan bagi pengguna baik secara fisik maupun psikis. Pemondokan merupakan konsep pelayanan lanjutan anak jalanan dalam bentuk rumah singgah maupun yayasan, saling mengisi kekurangan dan menyesuaikan dengan kebutuhan anak jalanan sebagai sasaran utama. c) Kuantitatif. Pendataan jumlah anak jalanan tahun 2007 oleh LSM SARI berkisar >500 anak. Diasumsikan jumlah minimal anak jalanan di Surakarta tahun 2007 adalah 750 anak dengan pendataan setiap 5 tahun sekali. Sedangkan, commit to user 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pendataan terakhir (Selvia A Rachman, 2010: hal.III-3 ) menyatakan bahwa terdapat sekitar 960 anak pada tahun 2009. Prosentase peningkatan selama 2 tahun berkisar 32% yaitu 210 anak. Berdasarkan analisa jumlah anak terakhir tahun 2009 dan selisih perkembangan, maka Jumlah anak jalanan Surakarta tahun 2011 berkisar 960 + 210 sama dengan 1170 anak, terdiri dari 75% berasal dari Surakarta (870 = 900 anak) : 25% arus urbanisasi (300 anak).
G. METODA PEMBAHASAN Pada mula penyusunan, terbentuk suatu ide yang kemudian dilakukan eksplorasi data baik primer maupun sekunder. Hasil eksplorasi dianalisis untuk mencari data konkrit berupa rumusan latar belakang, permasalahan, dan pemecahan masalah dengan memenuhi kebutuhan sasaran kemudian mengaitkan data eksplorasi dengan desain arsitektur. 1. Metoda Pencarian Data a. Tahap pengumpulan data Untuk mendapatkan data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penyusunan Konsep Perencanaan dan Perancangan, maka yang dilakukan : - Data Primer, merupakan data yang diperoleh secara langsung dilapangan seperti data anak jalanan dan lokasi yang dibutuhkan. Cara pengumpulan data di lapangan adalah : a) Mengadakan pengamatan secara langsung dilapangan berkaitan dengan keberadaan rumah singgah, kondisi anak jalanan Surakarta dan Pemerintah Kota (Bapermas dan Dinsos) selaku pihak yang berperan penting dan berkewajiban dalam penanganan anak jalanan di Surakarta. commit to user Pengamatan langsung dilakukan untuk mengetahui : 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Kondisi rumah singgah, anak jalanan dan parstisipasi Pemerintah (Pendataan dan penanganan anak jalanan) di Surakarta 2) Kondisi site yang terpilih sebagai lokasi Pondok 3) Ketentuan Pemerintah Kota terhadap keberadaan anak jalanan Instrumen berupa: buku catatan, alat tulis dan kamera foto b) Interview atau wawancara, pada beberapa narsumber baik dari lembaga pemerintah maupun swasta, diantaranya: BAPERMAS, DINSOS, KESBANGLINMAS dan rumah singgah (SEROJA dan YAMAMA) c) Studi banding pada fasilitas dan kasus sejenis, meliputi: kebutuhan ruang, kriteria sasaran, pengasuh atau valounter, dan lokasi tapak - Data Sekunder, merupakan data yang tidak berkaitan secara langsung dengan obyek tetapi mendukung dalam proses perancangan. a) Studi Literature bertujuan untuk memperoleh dan mengumpulkan data melalui studi kepustakaan maupun studi yang telah dilakukan oleh individu maupun instansi tertentu. 1) Karakter dan perilaku anak jalanan secara umum beserta pendataan kebutuhan serta keinginan anak jalanan 2) Jumlah dan data falid berkaitan dengan rumah singgah maupun anak jalanan di Surakarta. 3) Keberadaan rumah singgah atau yayasan anak sebagai bahan perbandingan dan evaluasi sistem kelembagaan 4) Data berkaitan dengan tapak dan perilaku dalam arsitektur 5) Artikel tambahan berkaitan dengan judul dari media informasi cetak maupun elektronik (Jurnal, Tugas Akhir dan Penelitian Ilmiah) commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Survey Instansional dilakukan untuk mengumpulkan data melalui kunjungan ke instansi yang mampu memberi data tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembahasan, antara lain: jumlah anak jalanan di Surakarta, tempat operasi anak jalanan, keberadaan rumah singgah, keberadaan yayasan/panti asuhan di Surakarta dan lain-lan. Cara pengambilan data dengan wawancara dan studi pustaka pada instansi terkait : LSM-LSM dan Rumah Singgah anak jalanan. Instrument berupa: buku, alat tulis dan kamera foto. b. Tahap pengolahan data Yaitu data yang diperoleh dianalisa dan disusun untuk menentukan data yang jelas, reliable dan valid. Tahap ini meliputi: 1) Identifikasi dan klasifikasi data yang diperoleh 2) Penyusunan data secara sistematis 3) Menghubungkan data yang satu dengan yang lain kemudian ditarik kesimpulan dari hasil kajian 2. Metoda Pendekatan Konsep Perencanaan Pendekatan konsep perencanaan, didasarkan pada kajian terhadap sumber teoritik dan empiris yang relevan dengan data yang tersedia untuk mendapatkan gambaran umum dan rumusan perencanaan, diantaranya : 1) Analisa terhadap permasalahan anak jalanan 2) Analisa tuntutan dan kebutuhan anak jalanan 3) Analisa pemecahan masalah melalui: rumah singgah, mobil sahabat dan pemondokan yang telah dirumuskan oleh pemerintah 4) Analisa pada Informasi/data yang diperoleh meliputi: organisasi, commit to user atribusi, seting aktivitas, kondisi tapak dan konteks lingkungan 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Rumusan konsep perencaan Pondok Sejahtera Anak Nusantara yang sesuai analisa yang telah dilakukan 3. Metoda Pendekatan Konsep Perancangan a. Pemrograman Fungsional, tahap penerjemah tujuan dan obyektif : 1) Identifikasi PSAN Surakarta, Definisi, tujuan dan fungsi, visi dan misi, sistem pengelolaan (pelayanan, pelaksanaan dan administrasi) 2) Identifikasi pengguna, Sasaran, jumlah, dan karakteristik pengguna 3) Identifikasi seting aktivitas, macam program, arah dan tujuan program, struktur dan jadwal program, dan karakteristik kegiatan 4) Identifikasi karakteristik PSAN, macam dan karakter aktivitas, karakter ruang, rumusan karakter PSAN b. Pemrograman Performansi, merupakan proses meneterjemahkan secara sistematik
kebutuhan
pemakai
dalam
situasi
institusi
menuju
persyaratan karakteristik respon lingkungan buatan : 1) Identifikasi persyaratan pemakai, karakter dan pola perilaku anak jalanan, pengelola, dan pengunjung 2) Identifikasi kebutuhan pemakai, menciptakan ruang bagi pengguna yang aman dan rekreatif dan menciptakan interaksi antar pengguna. 3) Identifikasi atribute, Menciptakan ruang (material, tekstur, warna, perabot yang aman, dan rekreatif) sesuai karakter dan perilaku pengguna, pola aktivitas ruang yang nyaman. 4) Karakteristik respon lingkungan, baik aktivitas/bangunan terbuka dan rekreatif mampu menciptakan interaksi anjal dengan sekitar c. Pemrograman Arsitektural, proses menerjemahkan secara efektif program fungsional dan performansi ke dalam spesifikasi rancangan : commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Analisis Tapak/Site, yang terdiri dari analisa lokasi tapak/site dan persyaratan tapak/site yang aman aksesibilitasnya, dan nyaman 2) Analisis Peruangan, menghasilkan satuan spasial dan persyaratan ruang yang bertujuan untuk mengembangkan persyaratan kualitas dan kuantitas spasial penggunanya 3) Analisis Bentuk dan Tampilan bangunan, yang terdiri dari analisa tampilan dengan lingkungan, rekreatif dan atraktif secara visual 4) Analisis Tata Massa bangunan, yang terdiri dari analisa dan menyusun persyaratan sistem bangunan yang terbuka dan rekreatif 5) Analisis Struktur dan Konstruksi bangunan, yang terdiri dari analisa dan menyusun persyaratan sistem bangunan yang aman 6) Analisis Sistem Utilitas bangunan dan lingkungan, terdiri dari analisa dan persyaratan sistem bangunan yang fungsional dan aman 4. Rumusan Konsep Perencanaan dan Perancangan Merumuskan hasil berdasarkan pada analisa pendekatan konsep perencanaan dan perancangan yang telah dilakukan a. Konsep Perencanaan, rumusan Pondok Sejahtera Anak Nusantara yang ideal sesuai kebutuhan dan karakter anak jalanan b. Konsep Perancangan, rumusan Pondok Sejateran Anak Nusantara yang terbuka, sederhana dan rekreatif 1) Konsep Programatik Tapak/Site 2) Konsep Programatik Peruangan 3) Konsep Programatik Bentuk dan Tampilan Bangunan 4) Konsep Programatik Tata Massa Bangunan 5) Konsep Programatik Struktur dan Konstruksi Bangunan commit to user 6) Konsep Programatik Utilitas Bangunan dan Lingkungan 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN 1. Tahap I Pendahuluan Pembahasan mengenai: pemahaman umum judul, latar belakang terkait kondisi dan situasi anak jalanan, permasalahan dan persoalan yang muncul dalam rancang bangun arsitektur, tujuan dan sasaran, lingkup dan metode pembahasan mulai dari pencarian-pengolahan-penyusunan data, serta sistematika pembahasan yang menjadi pedoman dan dasar dalam penyusunan konsep perencanaan dan perancangan 2. Tahap II Tinjauan Kepustakaan Kajian teoritik, empirik dan studi literature sebagai data-data reliable di lapangan dan relevan dengan judul sehingga mampu meyakinkan kevalidan konsep perencanaan dan perancangan, diantaranya mengenai: konsep anak jalanan sebagai sasaran (identifikasi dan klasifikasi), Pondok sebagai wadah yang menampung kegiatan pelayanan kesejahteraan anak, dan arsitektur perilaku sebagai acuan dalam rancang bangun arsitektur. 3. Tahap III Anak Jalanan Kota Surakarta Secara umum, membahas Kota Surakarta sebagai lokasi strategis dalam penerapan yang disertai hasil kajian terhadap keberadaan anak jalanan dan rumah singgah yang telah ada. Secara khusus, membahas Kec.Banjarsari Kel.Sumber sebagai lokasi site yang strategis disertai hasil kajian terhadap pengguna/masyarakat, kondisi lingkungan masyarakat, kelengkapan infrastruktur, aksesibilitas dan RUTR Kota Surakarta.
commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Tahap IV Pondok Sejahtera Anak Nusantara yang Direncanakan Merumuskan dan menyusun secara sistematis konsep perencanaan PSAN yang memiliki gambaran umum aktivitas pemberdayaan, sasaran pengguna dan sistem kelembagaan yang berlangsung didalamnya. Selain itu, melalui pendekatan arsitektur perilaku dapat dirumuskan jenis ruang dan aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pengguna. Konsep perencanaan objek meliputi: tujuan, fungsi, sasaran, skala pelayanan, sistem pengelolaan dan macam kegiatan yang direncanakan. 5. Tahap V Analisa Pendekatan Konsep Perancangan PSAN Surakarta Menganalisa permasalahan mencakup segala aspek yang digunakan sebagai pedoman untuk merancang bentuk bangunan yang meliputi analisa pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan, persyaratan ruang, tata massa bangunan, tampilan bangunan, pengolahan site diantaranya: analisa pencapaian, orientasi, gubahan massa dan tata lansekap, sistem struktur dan utilitas bangunan. Dari analisa pendekatan ini akan didapatkan konsep peruangan, lokasi/tapak site, tampilan, tata masa, struktur, dan utilitas PSAN 6. Tahap VI Konsep Perencanaan dan Perancangan PSAN Menyajikan dan merumuskan konsep desain secara umum, hasil dari proses analisa yang telah dilakukan pada tahap analisa perencanaan dan perancangan. Konsep disusun secara sistematis untuk melakukan transformasi
menuju desain bangunan. Konsep perancangan meliputi
konsep peruangan, lokasi site, tampilan, tata masa, struktur, dan utilitas. commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN Pada bab II, memaparkan pengetahuan yang bersumber dari hasil kajian teoritik, pengetahuan empirik, dan studi literuture berkaitan dengan obyek. Pemaparan data disusun secara sistematis, diantaranya: mengidentifikasi anak jalanan dan memaparkan gambaran umum rumah singgah. Selain itu, pembahasan juga ditujukan pada hubungan secara khusus antara perilaku dan karakter anak jalanan dengan ilmu perilaku dalam arsitektur yang berguna sebagai dasar pertimbangan desain PSAN. Guna melengkapi pendekatan arsitektur perilaku yang menyesuaikan dengan karakter pengguna, maka jenis kegiatan dan rancang bangun arsitektur mampu mencerminkan citra dan karakter anak jalanan. Pembahasan bab ini bertujuan untuk merumuskan secara singkat gambaran Pondok sesuai dengan karakter anak jalanan dalam rancang bangun arsitekturnya.
A. TINJAUAN ANAK JALANAN 1. Pengertian Anak Jalanan Pengertian anak jalanan telah banyak dikemukakan oleh banyak ahli sebelumnya. Salah satunya menurut Soedijar (1989) dalam studinya menyatakan bahwa anak jalanan adalah anak usia antara 7 sampai 15 tahun yang bekerja di jalanan dan tempat umum lainnya yang dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain serta membahayakan keselamatan dirinya. Anak jalanan biasanyabekerja sebagai pengasong, pemulung, tukang semir, pelacur anak dan pengais sampah. commit to user 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut UNICEF, anak jalanan adalah anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, dan larut dalam kehidupan berpindah-pindah di jalan raya. Anak jalanan lebih mudah tertular kebiasaan tidak sehat dari kultur jalanan,
khususnya
menyebabkan
muncul
munculnya
perilaku-perilaku
anggapan
negatif
menyimpang
dikalangan
yang
masyarakat.
Sedangkan, anak jalanan menurut PBB adalah “anak yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan untuk bekerja, bermain atau beraktivitas lain” (dikutib oleh Dwiastuti, 2005: hal. 14). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan anak jalanan adalah anak yang melewatkan atau memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan hidup sehari-hari di jalanan. Digambarkan juga status pendidikan dan hubungan keluarga anak jalanan, ada yang masih dan sudah tidak sekolah serta ada yang masih berhubungan dan sudah lepas dari keluarganya.
2. Hak - Hak Dasar Anak Dalam Konvensi PBB (pasal 1), yang dimaksud dengan anak adalah setiap orang yang berusia di bawah 18 tahun. ”Negara-negara peserta konvensi akan menghormati dan menjamin hak-hak yang telah ditetapkan dalam konvensi, tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun...” (Prinst, 2003: hal. 104). Berdasarkan pada Konvensi PBB tentang hak anak tahun 1989, maka dapat dirumuskan bahwa: Setiap Negara menjamin dan harus memenuhi hak-hak anak yang meliputi: 1) hak untuk hidup, hak untuk commit to user mencapai status kesehatan serta mendapatkan perawatan sebaik-baiknya, 2) 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hak untuk berkembang, segala bentuk pendidikan dan hak untuk mencapai standart hidup yang layak bagi perkembangan fisik, mental, spiritual, moral dan sosial, 3) hak atas perlindungan (diskriminasi dan eksploitasi) dan 4) hak untuk berpartisipasi. Menurut Undang-Undang No.4 tahun 1979 menjelaskan tentang hal Kesejahteraan Anak meliputi: jaminan pertumbuhan dan perkembangan hidup anak secara wajar, hak-hak yang disesuaikan dengan kebutuhan anak, dan usaha kesejahteraan anak yang harus dilakukan baik oleh pemerintah keluarga maupun masyarakat. Selain itu, kewajiban untuk memelihara dan merawat anak juga dijelaskan dalam Undang-Undang 1945 pasal 34 tentang ”Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Dalam UUD 1945 pasal 28B ayat 2 disebutkan bahwa “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Untuk mengimplementasikan amanat konstitusi, Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat sepakat mengeluarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pemenuhan hak-hak anak agar mereka dapat hidup, tumbuh, dan berkembang, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera. Hak anak merupakan hak asasi yang sudah seharusnya di junjung tinggi dan dipenuhi segala halnya, karena anak merupakan titipan dari Yang Maha Kuasa dan merupakan generasi penerus bangsa yang wajib dillindungi dan dipelihara dengan layak dan wajar, tak terkecuali bagi anak jalanan. commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Faktor Penyebab Keberadaan Anak Jalanan Banyak orang mengira bahwa faktor utama yang menyebabkan anak turun ke jalanan untuk bekerja dan hidup adalah karena faktor kemiskinan. Menurut Departemen Sosial (2001: hal. 25 – 26), secara umum merumuskan tiga tingkatan penyebab keberadaan anak di jalanan : a. Tingkat mikro (immediate causes), hubungan anak dengan keluarganya 1) Lari dari keluarga, disuruh bekerja baik karena masih sekolah atau sudah putus, ingin berpetualang, bermain-main atau diajak teman 2) Sebab dari keluarga adalah terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan, terpisah dengan orang tua, keterbatasan marawat anak mengakibatkan anak menghadapi masalah fisik, psikologis dan sosial. b. Tingkat meso (underlying causes), faktor yang ada dimasyarakat 1) Masyarakat miskin, anak-anak: aset untuk membantu, mereka diajarkan bekerja yang berakibat drop out dari sekolah. Urbanisasipun menjadi suatu kebiasaan. 2) Penolakkan masyarakat dan anggapan negatif terhadap anak jalanan c. Tingkat makro (basic causes), faktor hubungan dengan struktur makro 1) Ekonomi, adanya peluang pekerjaan sektor informal yang tidak terlalu membutuhkan modal keahlian 2) Pendidikan, biaya sekolah yang tinggi, perilaku guru dan teman yang diskriminatif, dan ketentuan teknis serta birokrasi yang kurang memihak commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Belum beragamnya unsur-unsur pemerintah memandang anak jalanan antara sebagai kelompok yang memerlukan perawatan (pendekatan kesejahteraan) dan sebagai trouble maker (pendekatan keamanan) BKSN (2000: hal. 111) merumuskan, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak harus terpisah dengan keluarganya, diantaranya: faktor pendorong: keadaan ekonomi keluarga yang kurang baik, ketidakserasian, kekerasan dan urbanisasi. Sedangkan, faktor penarik anak turun ke jalan, diantaranya: tertarik hidup bebas, pengaruh teman sebaya, dan peluang sektor informal yang tanpa membutuhkan modal keahlian. Disamping faktor-faktor tersebut diatas lingkungan komunitas juga sebagai penyebab bagi gejala anak di jalanan terutama fungsi stabilitas sosial dari komunitas itu sendiri. Ada dua fungsi utama stabilitas komunitas yaitu pemeliharaan tata nilai misalnya tetangga atau tokoh masyarakat tidak menasehati/menegor ataupun melarang anak berkeliaran di jalan dan pendistribusian kurangnya bantuan dari tetangga atau organisasi sosial terhadap keluarga miskin di lingkungannya, belum memberikan perlindungan terhadap anak yang terlantar di lingkungan komunitasnya.
4. Proses Terjadinya Anak Jalanan Menurut Tjuk Kasturi Sukiadi (1999: hal. 10), bahwa proses terjadinya anak jalanan dibagi dalam beberapa pentahapan: a. Tahap 1 : Pengetahuan sampai pada ketertarikan: tahap hanya sebatas melihat dan sebagai pengetahuan mereka, bahwa ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dan itu bisa dilakukan anak seusia mereka commit to user 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Tahap 2 : Ketertarikan sampai keinginan: tahap ketertarikan yang telah mendapat “fasilitas” seperti kondisi ekonomi atau kondisi keretakan hubungan orang tua c. Tahap 3 : Pelaksanaan: anak sudah melaksanakan niatan mendatangi tempat operasi d. Tahap 4 : Mulai memasuki kehidupan anak jalanan: Anak diterpa berbagai pengaruh kehidupan jalanan, tergantung pada diri anak dan arah teman yang membawanya e. Tahap 5 : Terjerumusnya atau kembali pada kehidupan wajar: Anak memiliki dua pilihan antara kembali memegang norma masyarakat atau teguh tetap dijalanan. 5. Karakteristik Anak Jalanan Anak jalanan yang turun ke jalan mempunyai latar belakang yang berbeda-beda dari anak yang satu dengan yang lain. Berdasarkan hasil kajian di lapangan oleh Surbakti dkk, eds : 1997, secara garis besar anak jalanan dibedakan dalam tiga kelompok: a. Pertama, children on the street, yakni anak-anak yang mempunyai kegiatan ekonomi – sebagai pekerja anak – di jalan, tetapi masih mempunyai hubungan yang kuat dengan orang tua. Sebagian penghasilan mereka di jalanan untuk membantu ekonomi keluarganya b. Kedua, children of the street, yakni anak-anak yang berpartisipasi penuh di jalanan, baik secara sosial maupun ekonomi. Beberapa diantara mereka masih mempunyai hubungan dengan orang tua, tetapi frekuensi pertemuan tidak menentu. Anak-anakcommit pada kategori to user ini sangat rawan perlakuan salah 33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik secara sosial, emosional, fisik maupun seksual. (Irwanto, 1995 dikutip oleh Dwiastuti, 2004) c. Ketiga, children from families of the street, yakni anak-anak yang berasal dari keluarga yang hidup dijalanan. Meskipun anak-anak ini mempunyai hubungan kekeluargaan yang cukup kuat, tetapi hidup mereka terombangambing dengan segala resiko dijalanan(blanc and Assosiates, 1990 :Irwanto dkk, 1995 : Taylor and Veale, 1996). Sedangkan dalam buku “Modul Pelatihan Pimpinan Rumah Singgah” BKSN (2006: hal. 61-62) kategori dan karakteristik anak jalanan : a. Kelompok anak yang hidup dan bekerja di jalanan, karakteristiknya: menghabiskan seluruh waktunya di jalan, hidup berkelompok kecil atau individu, tidur diruang-ruang perkotaan, hubungan baik dengan orang tuanya, putus sekolah dan berpindah-pindah tempat b. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalan dan masih pulang ke rumah orang tua mereka setiap hari, karakteristiknya: hubungan dengan orang tua masih (tidak harmonis), sebagian besar dan kecil rawan untuk putus sekolah, dan pulang setiap hari atau seminggu sekali ke rumah (pengemis, pengamen, kernet bus dan lain-lain) c. Kelompok anak jalanan yang bekerja di jalanan dan pulang ke desanya antara 1 hingga 2 bulan sekali, karakteristiknya: (pedagang asongan, menjual makanan keliling, kuli angkut barang), hidup berkelompok bersama dengan orang-orang yang berasal dari satu daerah dengan mengontrak rumah atau tinggal di sarana umum, ikut membiayai keluarga dan sudah putus sekolah.
commit to user 34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Anak remaja jalanan bermasalah (ABG), karakteristiknya: menghabiskan sebagian waktunya di jalanan, sebagian sudah putus sekolah, terlibat masalah narkoba dan obat-obatan lainnya, dan berasal dari keluarga yang tidak harmonis Menurut Himpunan Mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota (HIMMATA) mengelompokkan anak jalanan menjadi: anak semi jalanan (anak yang hidup dan mencari penghasilan di jalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan keluarga) dan anak jalanan murni (anak yang hidup dan menjalani kehidupannya di jalanan tanpa upaya hubungan dengan keluarga). Anak jalanan yang menghabiskan waktunya di jalanan, maka akan terbiasa dengan kehidupan yang dihadapinya. Kehidupan mereka yang dekat dengan kehidupan yang keras akan membangun watak yang keras pula. Selain itu, kehidupan di jalan juga akan berpengaruh terhadap kondisi fisik anak sehingga anak jalanan yang ada di berbagai kota mempunyai karakteristik tersendiri. Menurut Departemen Sosial (dikutib oleh Dwiastuti, 2005: hal. 2122), karakteristik anak jalanan meliputi ciri-ciri fisik dan psikis”. Ciri fisik meliputi: warna kulit kusam, rambut kemerah-merahan, kebanyakan berbadan kurus, dan pakaian tidak terurus. Sedangkan ciri psikis meliputi: mobilitas tinggi, acuh tak acuh, penuh curiga, sangat sensitif, berwatak keras, kreatif, semangat hidup tinggi, berani menanggung resiko dan mandiri. Indikator anak jalanan, antara lain: a. Usia berkisar antara 6 sampai 18 tahun b. Intensitas hubungan dengan keluarga commit to user 35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Waktu yang dihabiskan di jalanan lebih dari 4 jam setiap hari d. Tempat tinggal bersama keluarga atau teman senasib e. Tempat nongkrong anak jalanan : pasar, terminal bus, stasiun kereta api, taman-taman kota, daerah lokalisasi PSK, perempatan jalan atau jalan raya, pusat perbelanjaan atau mall, kendaraan umum atau tempat pembuangan sampah f. Aktivitas anak jalanan: menyemir sepatu, mengasong, menjadi calo, menjajakan koran atau majalah, mengelap mobil, mencuci kendaraan, pemulung, pengamen, penjual jasa atau barang g. Sumber dana dalam melakukan kegiatan: modal sendiri, modal kelompok, modal majikan/patron, stimulan/bantuan h. Kebutuhan anak jalanan: aman dalam keluarga, kasih sayang, bantuan usaha, pendidikan bimbingan keterampilan, gizi dan kesehatan, hubungan harmonis orang tua, keluarga dan masyarakat
6. Resiko yang dialami Anak Jalanan Mengingat lokasi kerja dan tempat tinggal anak yang berada di jalanan tanpa adanya kontrol dari pihak yang berwenang maka riskan bagi mereka untuk menghadapi resiko yang timbul karena keadaan tersebut. a. Terpisah dengan orang tua, anak mempunyai rumah/gubuk tak layak b. Perkembangan jasmani, rohani dan juga sosial mereka terhambat c. Kurangnya kasih sayang dan penerimaan sosial yang semestinya d. Beresiko tinggi terhadap gangguan kesehatan akibat kehidupan jalanan yang buruk dan Internalisasi perilaku seksual yang rawan PMS/AIDS commit topsikotropika user e. Beresiko tinggi terhadap gangguan 36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Rawan terhadap kecelakaan lalu lintas g. Akses terbatas pada pendidikan dan beresiko drop out usia dini h. Beresiko kehilangan bukti identitas diri (akte kelahiran, KK,) sehingga beresiko tinggi untuk kehilangan hak sebagai warga negara atau masyarakat semestinya 7. Permasalahan yang Dialami Anak Jalanan Menurut Tata Sudrajat (1996: hal. 153), anak jalanan adalah kelompok anak yang menghadapi banyak masalah. Selain masalah pribadi sehari-hari di jalanan, perkawanan dan pekerjaan, anak jalanan secara langsung menerima pengaruh lingkungan yang datang dari keluarga maupun jalanan tempat ia berada. Di jalanan, stasiun, mall, terminal keseringan anak jalanan dirazia petugas karena tidak diijinkan berjualan maupun beraktivitas, setelah itu mereka mendapatkan hukuman yang cukup berat. Preman-preman di jalan terkadang juga memanfaatkan mereka untuk tindakan kriminal tertentu. Resiko-resiko yang dihadapi di jalanan, diantaranya: korban eksploitasi seks ataupun ekonomi, penyiksaan fisik, korban kejahatan, konflik dengan anak lain dan terlibat pelanggaran hukum baik disengaja atau tidak. Anak-anak jalanan pada umumnya berada pada usia sekolah, usia produktif, mereka mempunyai kesempatan yang sama dengan anak-anak yang lainnya. Mereka adalah warga negara yang berhak mendapatkan pelayanan baik berupa bekal pendidikan, kesehatan maupun ketrampilan dan perlindungan baik oleh masyarakat maupun keluarga sekitarnya tetapi disisi lain mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan mencari penghidupan di jalanan karena latar belakang commit tertentu.to user 37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. SETING RUMAH SINGGAH UNTUK ANAK JALANAN Rumah Singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi kepada anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat setempat. 1. Tujuan Rumah Singgah Tujuan umum Rumah Singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah dan menemukan alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan tujuan khusus rumah singgah, diantaranya: a. Membentuk kembali sikap perilaku positif anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat b. Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan c. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depan mereka 2. Fungsi Rumah Singgah a. Tempat pertemuan (Meeting Point) pekerja sosial dengan anak jalanan. Tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan b. Pusat Assessment atau rujukan. Tempat untuk melakukan assessment atau diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah serta melakukan rujukan (referal) pelayanan sosial bagi anak jalanan c. Fasilitator (media perantara dengan keluarga lembaga lain). Merupakan media perantara antara anak jalanan commit to userdengan keluarga, panti, keluarga 38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengganti, dan lembaga lainnya. Anak jalanan diharapkan tidak terus bergantung, tetapi memperoleh kehidupan lebih baik melalui atau setelah proses yang dijalaninya d. Tempat perlindungan anak dari kekerasan dan penyalahgunaan. Tempat berlindung dari kekerasan, eksploitasi, ekonomi dan lainnya e. Pusat Informasi tentang anak jalanan. Menyediakan informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan seperti data dan informasi tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan f. Kuratif-rehabilitatif (mengembalikan dan menanamkan fungsi sosial anak). Para pekerja sosial diharapkan mampu mengatasi permasalahan anak jalanan dan membetulkan sikap dan perilaku sehari-hari. g. Akses terhadap pelayanan. Menyediakan akses masuk berbagai pelayanan sosial dan membantu anak mencapai pelayanan tersebut h. Resosialisasi. Keberadaan Rumah Singgah dekat dengan lingkungan masyarakat sebagai upaya mengenalkan kembali norma, situasi, dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. (Dinas Kesejahteraan Sosial) 3. Prinsip – Prinsip Rumah Singgah Dalam melakukan pemberdayaan terhadap anak jalanan, Rumah Singgah memiliki beberapa prinsip pelayanan : a. Prinsip Non-diskriminasi. b. Prinsip Kepentingan terbaik anak. c. Prinsip Menghormati anak. d. Prinsip Mengutamakan hak anak akan hidup dan tumbuh kembang. e. Prinsip Kerahasiaan.
commit to user 39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Selain itu, Rumah Singgah juga memiliki prinsip institusional sebagai dasar dan acuan dalam pengelolaannya : a.
Semi
Institusional, anak jalanan dianggap sebagai penerima
pelayanan, kebebasan untuk tinggal atau hanya sekedar istirahat b. Terbuka 24 jam, memperbolehkan anak untuk datang kapan saja, baik siang maupun malam hari c. Hubungan Informal. Seperti perkawanan atau kekeluargaan dimana anak akan merasa sebagai anggota keluarga besar dengan para pekerja sosial sebagai teman, saudara/kakak, dan orang tua d. Bermain dan belajar. Menciptakan kegiatan/aktivitas belajar yang kreatif dan menarik menciptakan suasana kondusif untuk anak jalanan e. Pengarah dari jalan ke rumah atau asrama. Tempat berlindung dan belajar bagi anak jalanan, 4. Standart Pengelolaan a) Standart Pelayanan Rumah Singgah Penerimaan pelayanan dalam Rumah Singgah adalah : a. Berdasarkan Undang-Undang perlindungan anak dan konvensi hak anak (KHA), batasan umur anak adalah 16 tahun ke bawah untuk mendapatkan pelayanan sosial. b. Jumlah anak jalanan penerima pelayanan ditentukan berdasarkan kemampuan atau kapasitas rumah singgah c. Setiap rumah singgah boleh menentukan sendiri kategori anak jalanan yang didampinginya. Kategori anak jalanan disesuaikan dengan kondisi anak jalanan masing-masing kota commit to di user 40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahap-tahap pelayanan dalam Rumah Singgah : - Tahap I : Penjangkauan 1) Secara Intensif pada tiga bulan pertama 2) Petugas turun ke jalan bertemu dan berkenalan dengan anak 3) Pemetaan wilayah dan gambaran keadaan anak jalanan 4) Mengidentifikasi mereka secara kelompok 5) Membentuk kelompok, memilih ketua dan anggota 6) Mensosialisasikan manfaat rumah singgah 7) Menambahkan kepercayaan kepada pekerja sosial - Tahap II : Mengkaji 1) Induksi peranan anak jalanan di rumah singgah 2) Mengisi file dan menginduksikan permasalahan anak jalanan 3) Membahas perkembangan pada anak kemajuan - Tahap III : Persiapan Pemberdayaan 1) Membuat
rumah
singgah,
kekeluargaan
terbuka
dan
mendengar nasehat 2) Membuat peraturan yang menyenangkan dan tidak memaksa 3) Bimbingan sosial dengan cara dan metode menyenangkan 4) Membuat jadwal pemeriksaan kesehatan setiap bulan 5) Mengadakan kegiatan menyenangkan 6) Membagi penanganan anak jalanan oleh pekerja sosial 7) Mempersiapkan anak jalanan terhadap kegiatan pemberdayaan - Tahap IV : Rujukan Pemberdayaan 1) Mengidentifikasikan anak berdasarkan kebutuhan pelayanan commit to user 41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Menghubungi sumber dan memotivasi pada diri anak 3) Menyiapkan anak memperoleh pelayanan tersebut 4) Membuat kesepakatan dengan sistem sumber 5) Mengantar anak memperoleh pelayanan 6) Mendorong anak bertanggungjawab untuk melakukan kegiatan dan menerima pelayanan tersebut 7) Memantau kemajuan anak selama memperoleh pelayanan dan membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi - Tahap V : Pengakhiran (Terminasi) 1) Mandiri/produktif/alih kerja 2) Anak kembali kepada keluarganya, panti/lembaga pengganti 3) Anak masih di jalanan, masuk Boarding House 4) Anak masih di jalanan, namun mendapat pekerjaan lebih baik 5) Peningkatan pendapatan bagi orang tuanya b) Standart Pelaksanaan Rumah Singgah Lembaga sosial penampung anak jalanan setidaknya harus memiliki lima bagian atau staf untuk menjalankan aktivitas dan pekerjaan sosialnya BKSN (2000: hal. 100-103), diantaranya : a. Supervisor b. Pemimpin/manajer c. Tenaga Administrasi d. Pekerja sosial e. Ketua kelompok anak jalanan commit to user 42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Sistem Administrasi Rumah Singgah Sistem Administrasi dalam rumah singgah terbagi menjadi tiga, seperti: a.
Administrasi Keuangan. Mencakup: 1) Penyusunan anggaran 2) Penggunaan keuangan sesuai ketentuan 3) Pertanggung jawaban keuangan Secara Umum, sumber pendanaan dalam Rumah Singgah : - Swadana dari kegiatan ekonomi produktif lembaga - Bantuan/subsidi dari pemerintah pusat ataupun daerah - Kerjasama dengan lembaga internasional maupun nasional - Kerjasama proyek dari perusahaan swasta - Donatur/sumbangan masyarakat dan sumber yang tidak terikat
b.
Adminstrasi Ketatausahaan. Mencakup : 1) Kegiatan Surat Menyurat dan penyampaian pada instansi terkait 2) Penyediaan Peralatan kantor 3) Pencatatan dan pemeliharaan barang inventaris kantor 4) Pembuat laporan dan dokumentasi 5) Pemeliharaan alat dan sarana untuk kegiatan 6) Pengatur kerja dan pelaksanaan
c.
Adminstrasi Pelayanan. Mencakup : 1) Perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi program 2) Pengumpulan, penyajian dan dokumentasi data anjal-keluarga 3) Proses penanganan masalah dan memberi pelayanan commit to user 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Sarana dan Perlengkapan Rumah Singgah Kebutuhan sarana dan perlengkapan rumah singgah, terdiri dari: a. Kebutuhan ruang dalam rumah singgah, meliputi: ruangan untuk berkumpul anak, ruang bimbingan tiap individu, kegiatan administrasi, pelaksana, penyimpanan barang, kamar mandi, dan dapur b. Kebutuhan perlengkapan, meliputi: perlengkapan rumah tangga, bermain, belajar mengajar, metabolisme, dan administrasi kantor 6. Kegiatan – Kegiatan Rumah Singgah Kegiatan-kegiatan pada rumah singgah, meliputi: a. Penjangkauan dan pendampingan di jalanan, meliputi : 1) Kunjungan lapangan dan perkenalan 2) Pemeliharaan hubungan dan pembentukkan kelompok dengan anak 3) Konseling dan mendapatkan pelajaran dengan buku bacaan b. Pengkajian masalah, meliputi : 1) Pengisian file profil anak 2) Pengisian file monitoring perkembangan anak 3) Pembahasan kasus c. Resosialisasi, meliputi : 1) Pengenalan peranan anggota rumah singgah 2) Kegiatan keagamaan dan kesehatan 3) Pengajaran dan diskusi tentang norma sosial 4) Permainan, pertunjukkan seni dan olahraga 5) Membaca buku, majalah dan menonton televisi commit sehari-hari to user 6) Bimbingan sosial perilaku dan bimbingan sosial kasus 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) Penyantuanan kembali dengan keluarga 8) Surat-menyurat dan kunjungan rumah kepada orang tua anjal 9) Pertemuan dengan warga secara rutin d. Rujukan pemberdayaan, meliputi : 1) Pendidikan melalui sekolah seperti beasisiwa, alat sekolah, bimbingan belajar, kejar paket A dan B, ujian persamaan 2) Pendidikan jalanan untuk membekali anak berbagai hal dan mendidiknya mampu mengatasi persoalan dan ancaman di jalanan 3) Pelayanan
keterampilan
kerja
melalui
lembaga
pelatihan
keterampilan seperti perbengkelan, menjahit, sablon dan lainnya 4) Bantuan modal dan bimbingan usaha bagi anak, baik di daerah asal maupun di kota secara perorangan maupun berkelompok 5) Membantu anak menemukan pekerjaan lain. Para pekerja sosial membuka kesempatan kepada anak untuk memperoleh pekerjaan e. Pemberdayaan orang tua, meliputi : 1) Bimbingan dan penyuluhan dengan kunjungan rumah, suratmenyurat, mengundang mereka datang ke rumah singgah. 2) Pemberian modal dan bimbingan usaha f. Terminasi, meliputi : 1) Kunjungan rumah untuk: berkenalan dengan orang tua mereka, mengidentifikasi, memantau, dan memberikan modal usaha 2) Pemantauan terhadap anak kursus keterampilan, bersekolah dan alih kerja commit to user 45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Keuntungan dan Permasalahan Keberadaan Rumah Singgah Keberadaan rumah singgah dengan programnya mampu memberikan nilai yang sangat berharga bagi anak jalanan, jika tanpa keberadaan rumah singgah banyak hal tertentu yang tidak dapat diakses oleh anak jalanan dalam menentukan arah masa depannya. Terlebih, mereka berani dan sadar mengubah sikap-perilaku negatif yang dijalani menjadi positif sehingga berguna bagi diri maupun masyarakat. Jadi
secara
garis
besar
pengelolaan
rumah
singgah
telah
merealisasikan programnya sesuai dengan standart layanan yang berlaku dan komitmen yang sama pada perubahan moral, mental serta upaya mewujudkan kesejahteraan sosial terhadap masalah yang menimpa anak jalanan. Akan tetapi, muncul banyak permasalahan yang dialami rumah singgah dalam melakukan pemberdayaan anak jalanan. Menurut temuan dilapangan, banyak rumah singgah yang tidak dimanfaatkan secara optimal oleh anak jalanan karena lemahnya program pemberdayaan untuk menciptakan rujukan dan kerjasama dengan pihak luar. Selain itu, muncul anggapan negatif dari masyarakat sehingga mereka enggan untuk turut serta kegiatan dalam rumah singgah.
C.
ALTERNATIF PENANGANAN OLEH PEMERINTAH Model Penanganan terhadap anak jalanan selama ini yang diterapkan pada Program Pemerintah kerjasama dengan UNDP mulai tahun 1995 hingga sekarang melalui proyek INS/94/007 yang kemudian berkembang menjadi proyek INS/97/001 BKSN (2000: hal. 9-11), diantaranya: commit to user 46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Model Penanganan Rumah Singgah Rumah singgah adalah suatu wahana yang dipersiapkan sebagai perantara anak-anak jalanan dengan pihak-pihak yang membantu mereka. Rumah Singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana resosialisasi kepada anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di masyarakat setempat. 2. Model Penanganan “Mobil Sahabat Anak” Mobil sahabat anak adalah sebuah unit mobil keliling yang dimaksudkan untuk mengunjungi dan memberikan pelayanan kepada anak jalanan di tempat-tempat mereka berkumpul atau berada di jalanan. Umumnya, mobil sahabat berisi perpustakaan kecil dengan dilengkapi ruang perawatan kesehatan. 3. Model Penanganan “Pemondokan” Boarding House atau Pemondokkan adalah suatu wahana pelayanan lanjutan bagi anak jalanan yang bertujuan untuk mempertahankan sikap dan perilaku positif, memberikan kesempatan kepada anak jalanan untuk memperoleh pelayanan lanjutan dalam rangka penuntasan masalah mereka, dan mempercepat proses kemandirian anak jalanan. Pemberdayaan Anak Jalanan Menurut Edi Suharto (2005: hal. 58), pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam: pertama, memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan dalam arti commit to userpendapat, melainkan bebas dari bukan hanya bebas mengemukakan 47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelaparan, kebodohan dan kesakitan. Kedua, menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatan dan memperoleh barang/jasa yang di perlukan. Ketiga, berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka. Tujuan
utama
pemberdayaan
adalah
memperkuat
kekuasaan
masyarakat, khususnya kelompok lemah yang memiliki ketidakberdayaan, baik karena kondisi internal (misalnya persepsi mereka sendiri, maupun karena kondisi eksternal (misalnya ditindas oleh struktur sosial yang tidak adil). Umumnya proses pemberdayaan anak jalanan salah satunya dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Menurut Tata Sudrajat, (1996: hal. 156-159) umumnya tipe pendekatan yang dilakukan oleh LSM dilakukan dengan beberapa pendekatan : a.
Street Based. Merupakan penanganan di jalan/tempat nongkrong anak jalanan,
kemudian
para
street
edocator
datang
berdialog,
mendampingi mereka bekerja, memahami dan menerima situasi serta menempatkan diri sebagai teman. b.
Centre Based. Merupakan penanganan dilembaga/panti. Anak-anak ditampung, dan diberikan pelayanan serta perlindungan dari kondisi yang mengancam. Dalam lembaga/panti terdapat dua model diantaranya: sementara (drop in centre) dan tetap (residential centre).
c.
Community Based. Merupakan penanganan melibatkan seluruh potensi masyarakat, terutama orang tua/keluarga dekat. Pendekatan ini bersifat preventif yaitu mencegah anak-anak turun ke jalan kembali. commit to user 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anak jalanan merupakan bagian dari masyarakat, oleh karena itu anak jalanan juga memiliki hak untuk diberdayakan. Sehingga yang dimaksud dengan pemberdayaan anak jalanan adalah upaya memampukan dan memandirikan anak jalanan agar dapat menempatkan diri mereka pada posisi yang selayaknya dalam masyarakat.
D. ALTERNATIF PEMONDOKAN ANAK JALANAN Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta melaksanakan pelayanan pengganti, atau perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa, insan yang akan turut serta aktif di dalam pembangunan nasional Depsos RI (1986: hal. 3). 1. Fungsi dan Peran Pemondokan Salah satu peran Pondok adalah sebagai pengganti orang tua yang tidak mampu melaksanakan tugasnya. Selain itu Pondok juga memberikan pelayanan dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah pengembangan pribadi yang wajar dan leboh optimal sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan bertanggungjawab. 2. Sasaran Pemondokan a) Anak yatim, piatu dan yatim piatu terlantar b) Anak terlantar yang keluarganya mengalami perpecahan, sehingga commit to user tidak memungkinkan anak dapat berkembang secara wajar 49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Anak terlantar yang keluarganya dalam waktu relatif lama tidak mampu melaksanakan fungsi dan peranan sosialnya secara wajar. Pondok baik yang diselenggarakan oleh negara/yayasan dimaksudkan sebagai tempat bernaung bagi anak-anak terlantar dalam pertumbuhan dan perkembangannya yang mengalami berbagai macam gangguan sosial, baik bersifat intrinsik maupun ekstrinsik seperti orang tua tunggal, perpecahan dalam keluarga, dan kemiskinan sehingga anak menjadi terlantar. 3. Pola Pengasuhan Pemondokan Pola pengasuhan adalah bentuk perlakuan atau tindakan pengasuh untuk memelihara, melindungi, mendampingi, mengajar dan membimbing anak selama masa perkembangan. Pengasuhan berasal dari kata asuh yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil (Poerwadarminta, 1984). Pengasuhan anak dalam suatu masyarakat berarti mempersiapkan orang untuk dapat bertingkah laku sesuai dengan norma dan berpedoman pada kebudayaan yang didukungnya. Sejak kecil anak mulai belajar dan dilatih orang tua tentang normanorma, maka langsung atau tidak langsung ia sebenarnya belajar mengendalikan diri, mengikuti aturan-aturan yang berlaku, dan mengakui adanya sejumlah hak dan kewajiban. Pemberian disiplin dalam arti mengajarkan
aturan-aturan
yang
bertujuan
supaya
seseorang
dapat
menyesuaikan diri sehingga menghasilkan sikap yang baik. Dengan demikian cara atau bentuk disiplin yang diberikan banyak tergantung pada si pemberi disiplin, yaitu orang tua atau tokoh otoritas lainnya. commit to user 50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penanaman nilai-nilai yang diberikan tentunya tidak bisa dilakukan dalam sekejab, hal ini memerlukan suatu proses yaitu dengan sosialisasi. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses dimana warga masyarakat dididik untuk mengenal, memahami, mentaati, menghargai dan menghayati norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat Soekanto (1982: hal. 142). a) Proses sosialisasi adalah proses belajar dimana individu menahan, mengubah impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup masyarakatnya. b) Dalam proses sosialisasi individu mempelajari kebiasaan, sikap, ide, pola-pola, nilai, dan tingkah laku sesuai standart dimana ia hidup. c) Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan sistem dan diri pribadinya.” Vembriarto (1990: hal. 12) Lebih lanjut, proses sosialisasi tersebut tersirat ke dalam tiga tahap kegiatan. Khaerudin membagi ke dalam tiga tahap, yaitu: a) Tahap belajar, sosialisasi berlangsung dan mengalami proses belajar. b) Tahap penyesuaian diri terhadap lingkungan, Individu tidak begitu saja melakukan tindakan yang dianggap sesuai dengan dirinya karena individu memiliki lingkungan di luar baik fisik maupun sosial. c) Tahap pengalaman mental. Pengalaman seseorang akan membentuk suatu sikap pada diri seseorang yang didahului oleh suatu kebiasaan yang timbulkan reaksi yang sama terhadap masalah yang sama. Khaeruddin (1985: hal.79) commit to user 51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Melalui proses sosialisasi seseorang akan mengenal nilai dan norma, dan kemudian mengidentifikasikan dirinya. Sosialisasi adalah suatu proses dimana seseorang menghayati atau mendarah dagingkan (internalize) nilainilai dan norma-norma kelompok dimana la hidup sehingga timbullah diri yang unik (Horton dan Hunt 1991: hal. 100) Dalam sosialisasi, kepribadian seseorang akan terbentuk. Kepribadian adalah keseluruhan perilaku dari seseorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. Kepribadian dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: warisan biologis, lingkungan fisik, kebudayaan, pengalaman kelompok dan pengalaman unik. Dengan kata lain, kepribadian adalah keseluruhan faktor biologis, psikologis dan sosiologis yang mendasari perilaku individu (Horton dan Hunt, 1991: hal. 90). Kepribadian seseorang yang terbentuk tersebut merupakan wujud dari nilai yang telah tersosialisasi dan terinternalisasi dalam diri seseorang. Whitung dan Child (1966) yang mengatakan bahwa dalam proses pengasuhan anak harus diperhatikan (1) orang yang mengasuh, (2) cara penerapan larangan atau keharusan yang dipergunakan. Penerapan larangan maupun keharusan terhadap pola pengasuhan anak beraneka ragam. Tetapi pada prinsipnya cara pengasuhan anak ini setidaktidaknya mengandung sifat (a). Pengajaran (Instructing); (b)Pengganjaran (rewarding); (c)pembujukan (inciting) (Sunarti dkk, 1989: hal. 1-3). 4. Dampak Pengasuhan Anak Berbasis Lembaga Zeanah, Smyke, dan Settles (2008) menyatakan bahwa dampak negatif yang dapat timbul pada anak yang dibesarkan di lembaga antara lain commit to user 52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kompetensi sosial yang kurang yang mewujud dalam kurangnya motivasi anak untuk unggul, melakukan imitasi, berempati, dan menjalin relasi prososial dengan teman sebaya. Dapat pula terjadi anak mengalami gangguan dalam regulasi emosi dan relasi sosial yang kurang sebagai akibat dari pembatasan untuk bergaul dengan orang-orang dari luar lingkungan lembaga, anak kurang mendapatkan perhatian dan stimulasi yang memadai terkait dengan pemenuhan kebutuhan pribadinya. Pada beberapa kasus, kondisi fisik lembaga ditemukan cukup bagus dan bahkan standar pendidikan yang diberikan sangat baik. Pusat-pusat pengasuhan anak berbasis lembaga, seringkali menjadi magnet yang menarik sumberdaya dalam jumlah besar, karena sistem pelayanannya jelas, terukur dan menarik banyak lembaga donor.
Sebagai contoh, anak-anak yang
terlantar mereka umumnya memerlukan perawatan lembaga sebelum berintegrasi kembali dengan kehidupan normal di masyarakat. Selain itu, perlu penyiapan keluarga dan masyarakat sebelum menerima kembali anakanak yang pernah terlibat dalam pembunuhan dan perusakan. Dalam konteks ini, pelayanan sosial di dalam lembaga dipandang tepat sebagai sarana penyesuaian diri sementara bagi anak-anak. Programprogram
yang
bersifat
kelompok
diperlukan,
termasuk
pendidikan,
penyesuaian psikologis dan dukungan personal bagi anak-anak sebagai persiapan menghadapi kehidupan di masyarakat. Namun demikian, penerapan pengasuhan anak berbasis lembaga perlu dilakukan secara terencana dan cermat. Karena, pada dasarnya anak-anak tidak mau dipisahkan dari kehidupan keluarganya.
commit to user 53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
E. REPRESENTASI PERILAKU DALAM ARSITEKTUR 1. Arsitektur Perilaku a. Definisi Arsitektur Perilaku Arsitektur perilaku adalah arsitektur yang dalam penerapannya selalu
menyertakan
perancangan.
Dalam
pertimbangan-pertimbangan perkembangannya,
obyek
perilaku
dalam
arsitektur
dengan
pendekatan perilaku mampu meliputi: mall, sekolah, dan lain-lain. 1) Menurut Donna P.Duerk Dalam bukunya yang berjudul Architectural Programming dijelaskan: “...bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari sistem yang menempati tempat dan lingkungan, sehingga perilaku dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu, perilaku manusia selalu terjadi pada suatu tempat dan tidak dapat dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan faktor-faktor lingkungan.” -
Lingkungan
yang mempengaruhi perilaku manusia. Orang
cenderung menduduki tempat yang biasanya diduduki meskipun bukan tempat duduk. Misalnya: susunan anak tangga di teras -
Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan. Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas daripada melewati pedestrian yang memutar sehingga tanpa sadar telah membuat jalur sendiri.
2) Menurut Y.B Mangun Wijaya dalam buku Wastu Citra Arsitektur berwawasan perilaku adalah arsitektur yang manusiawi, yang mampu memahami dan mewadahi perilaku-perilaku manusia yang ditangkap dari berbagai macam perilaku, baik itu perilaku commit to user 54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pencipta, pemakai, pengamat juga perilaku alam sekitarnya. Arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan guna dan citra. Guna merujuk pada manfaat yang ditimbulkan dari hasil rancangan. Sedangkan, citra merujuk pada image yang ditampilkan oleh suatu karya arsitektur. (Mangunwijaya, 1992). - Perilaku manusia didasari oleh pengaruh sosial budaya yang juga mempengaruhi terjadinya proses arsitektur - Perilaku manusia yang dipengaruhi oleh kekuatan religi dari pengaruh nilai-nilai kosmologi - Perilaku alam dan lingkungan dasar perilaku manusia dalam berarsitektur - Ber-arsitektur, keinginan menciptakan perilaku yang lebih baik 3) Menurut Garry T.More dalam buku Introduction to Architecture Istilah perilaku diartikan sebagai suatu fungsi dari tuntutantuntutan organisme dalam dan lingkungan sosial-fisik luar. Pengkajian perilaku menurut Garry T.More dikaitkan dengan lingkungan sekitar yang lebih dikenal sebagai pengkajian lingkungan-perilaku. Adapun pengkajian lingkungan-perilaku, sebagai berikut: a) Penyelidikan sistematis tentang hubungan antara lingkungan dan perilaku manusia serta penerapannya dalam proses perancangan b) Pengkajian lingkungan-perilaku lebih dari sekedar fungsi c) Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, dimana fungsi bertalian dengan perilaku dan kebutuhan orang, estetika bertalian dengan pilihan dan pengalaman. commit to user 55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Jangkauan faktor perilaku lebih mendalam, pada psikologi si pemakai bangunan, kebutuhan interaksi, perbedaan sub budaya dalam gaya hidup dan makna serta simbolisme bangunan. e) Pengkajian lingkungan-perilaku juga meluas ke teknologi, agar isyarat-isyarat arsitektur memberikan penampilan yang mantap
b. Prinsip-Prinsip dalam Arsitektur Perilaku Prinsip-prinsip penerapan arsitektur peilaku menurut Carol Simon Weisten dan thomas G David : 1) Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan Rancangan hendaknya dapat dipahami oleh pemakainya melalui penginderaan ataupun pengimajinasian pengguna bangunan. Bentuk yang disajikan oleh perancang dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna bangunan, dan umumnya bentuk adalah yang banyak digunakan sebagai media komunikasi karena bentuk yang mudah ditangkap dan dimengerti oleh manusia. Dari bangunan yang diamati, syarat-syarat yang harus dipenuhi: 1) Pencerminan fungsi bangunan. Simbol menggambarkan tentang rupa bangunan yang mencerminkan pengalaman ruang yang ada 2) Menunjukkan skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmati 3) Menunjukkan bahan dan struktur yang akan digunakan 2) Mewadahi aktivitas penghuni dengan nyaman dan menyenangkan 1) Nyaman berarti nyaman secara fisik dan psikis. Nyaman secara fisik berarti kenyamanan yang berpengaruh pada keadaan tubuh commit toseperti user kenyamanan termal. Nyaman manusia secara langsung 56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
secara psikis pada dasarnya sulit dicapai karena masing-masing individu memiliki standart yang berbeda-beda. 2) Menyenangkan
secara
fisik
bisa
timbul
dengan
adanya
pengolahan-pengolahan pada bentuk atau ruangan yang ada di sekitar kita. Menyenangkan secara fisiologis bisa timbul dengan adanya pemenuhan kebutuhan berkaitan dengan jiwa manusia seperti adanya ruang terbuka yang merupakan tuntutan atau keinginan manusia untuk bisa bersosialisasi. Menyenangkan secara kultural timbul dengan adanya penciptaan karya arsitektur dengan gaya yang sudah dikenal oleh masyarakat yang berada di tempat itu 3) Memenuhi nilai estetika, komposisi dan estetika bentuk a) Keterpaduan(unity). Yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi satu kesatuan yang utuh dan serasi b) Keseimbangan(balance). Yaitu suatu nilai yang ada pada setiap obyek yang daya tarik visualnya haruslah seimbang c) Proporsi. Merupakan hubungan tertentu antara ukuran bagian terkecil dengan ukuran keseluruhan d) Skala. Kesan yang ditimbulkan bangunan itu mengenai ukuran besarnya. Skala biasanya diperoleh dengan besarnya bangunan dibandingkan dengan unsur-unsur manusiawi disekitarnya e) Irama. Yaitu pengulangan unsur-unsur dalam perancangan bangunan. Seperti pengulangan garis-garis lurus, lengkung, bentuk masif, perbedaan warna yang akan sangat mempengaruhi kesan yang ditimbulkan dari perilaku pengguna bangunan. commit to user 57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai Berdasarkan penjelasan tentang pendekatan arsitektur perilaku dapat disimpulkan bahwa: a) Pendekatan arsitektur perilaku bertujuan untk menciptakan lingkungan binaan yang disesuaikan dengan perilaku penggunanya b) Arsitektur dan perilaku memiliki hubungan erat dan saling mempengaruhi c) Pendekatan arsiektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, psikologi juga ditekankan d) Pendekatan yang diterapkan dalam perancangan PSAN nantinya yaitu arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan wahana yang sesuai dan optimal dengan perilaku pengguna. Pendekatan
arsitektur
perilaku
diharapkan
menciptakan
keseimbangan yang paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan yang dirancang. Selain itu, juga mampu mengekspresikan kreatifitas dan dapat menstimulasi semangat belajar dan bekerja bagi pengguna dengan cara memberikan tanggapan sesuai harapan dari si perancang c. Faktor-faktor dalam Prinsip Arsitektur Perilaku Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam prinsip-prinsip perilaku pengguna bangunan (Snyder, James C, 1989), antara lain : 1) Faktor Manusia a) Kebutuhan dasar. Manusia mempunyai kebutuhan dasar antara lain -
Phsycologicsl need. Merupakan kebutuhan dasar manusia yang commitminum, to user berpakaian bersifat fisik: makan, 58
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Safety Needs. Kebutuhan akan rasa aman terhadap diri dan lingkungan, secara fisik seperti rasa aman dari panas, hujan dan secara psikis seperti aman dari rasa malu, aman dari rasa takut
-
Affilition need. Kebutuhan untuk bersosialisasi, berinteaksi dan berhubungan dengan orang lain. Affilition need dibutuhkan sebagai alat untuk mengekspresikan diri dengan berinteraksi terhadap sesamanya
-
Cognitive/aestetic
need.
Kebutuhan
untuk
berkreasi,
berkembang, berfikir dan menambah pengetahuan dalam menentukan keindahan yang membentuk pola perilaku manusia b) Usia. Manusia sebagai pengguna pada bangunan memiliki tahapan usia yang akan cukup berpengaruh terhadap rancangan : -
Balita, belum mampu mengerti kondisi keberadaan diri sendiri, masih belajar mengenal perilaku-perilaku sosial disekitarnya
-
Anak-anak, memiliki rasa ingin tahu dan kreatifitas tinggi
-
Remaja, rasa keingintahuan yang besar, memiliki mental labil
-
Dewasa. Mereka memiliki kepribadian yang stabil dan mantap
-
Manula. Kemampuan fisiknya telah banyak berkurang
c) Jenis kelamin. Perbedaan jenis kelamin akan dapat mempengaruhi perilaku manusia dan mempengaruhi dalam proses perancangan d) Kelompok pengguna. Perbedaan kelompok pengguna dapat dijadikan pertimbangan dalam perancangan atau desain, karena tiap bangunan memiliki fungsi dan pola yang berbeda karena faktor pengguna tersebut. commit to user 59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e) Kemampuan fisik. Tiap individu memiliki kemampuan fisik yang berbeda-beda, dipengaruhi pula oleh usia dan jenis kelamin. Umumnya kemampuan fisik berkaitan dengan kondisi dan kesehatan tubuh manusia. f) Antropometerik. Adalah proporsi dan dimensi tubuh manusia dan karakteristik-karakteristik fisiologis lainya dan kesanggupankesanggupan relatif terhadap kegiatan manusia yang berbeda-beda dan mikro lingkungan. 2) Faktor Psikologis a) Privasi. Merupakan suatu mekanisme pengendalian antar pribadi yang mengukur dan mengatur interaksi dengan orang lain dalam menyajikan diri b) Ruang Pribadi. Adalah suatu area dengan batas maya yang mengelilingi diri seseorang dan orang lain tidak memperkenankan masuk kedalamnya (Robert Sommers, 1969). Ruang personal seolah-olah merupakan sebuah tabung yang menyelimuti kita, membatasi jarak dengan orang lain, dengan kata lain luas sempitnya tabung bergantung pada kadar dan sifat hubungan invidu dengan individu lainnya (Marcella, Joyce Laurens, 2004) c) Teritorialitas. Sebagai sesuatu yang berkaitan dengan ruang fisik, tanda, kepemilikan, pertahanan, penggunaan yang ekslusif, personalisasi dan identitas (Edney Julian, 1974). Tertorial dapat berwujud simbolis sebagai penanda teritorial sebuah bangunan commit to user 60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Proksemik. Merupakan pengamatan dan teori yang berhubungan dengan faktor ruang dalam interaksi berhadap-hadapan. Menurut Robert Sommer, seorang psikolog lingkungan yang mempelajari faktor ruang dalam tipe yang berbeda dari interaksi berhadapan: -
Jarak bicara yang menyenangkan : 5 kaki 6 inchi.
-
Pembicaraan yang menyenangkan dan sering terjadi bila orang duduk dengan posisi sudut siku-siku
-
Tugas kerjasama terjadi jika mereka duduk berdampingan
-
Tugas-tugas atau argumen-argumen yang bersaing biasanya terjadi bila orang duduk berhadapan/berseberangan meja
Selain itu dijelaskan pula oleh Edward Hall (1963) yang mengemukakan empat jarak yang mengatur interaksi antar manusia yaitu : a) Jarak akrab(0-45 cm). Merupakan jarak yang memungkinkan untuk kontak fisik dan komunikasi akrab b) Jarak pribadi(45-120 cm). Merupakan jarak melakukan aktifitas orang yang nyaman c) Jarak sosial(120-360 cm). Merupakan jarak percakapan kelompok d) Jarak umum(>360 cm). Untuk hubungan yang lebih formal lagi seperti penceramah di depan kelas dengan audiens. e) Density dan crowding. Kepadatan adalah ukuran matematik dari jumlah orang perunit ruang. Sedangkan kesesakan merupakan perilaku lingkungan yang terkurung, dirintangi dan terhalang. f)
Orientation. untuk menentukan arah dan tujuan perancangan. Misalnya pemberian penanda arsitektural agar orang tidak tersesat commit to user 61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Faktor Fisiologis a) Kenyamanan -
Heat
Control,
menyangkut
kapasitas
termal/suhu
dari
bangunan dan mempengaruhi perilaku dari penggunanya -
Light Control, menyangkut pencahayaan artifisial dan natural. Light control juga mempengaruhi perilaku pengguna bangunan
-
Sound Control, menyangkut pada penempatan bangunan agar tidak mengganggu kawasan sekitar bangunan
a) Kesehatan, menyangkut aspek-aspek iklim dan temperature udara setempat, adanya ventilasi udara dan cahaya yang berpengaruh terhadap kesehatan pengguna
2. Perilaku Perkembangan Anak Pembahasan mengenai masa-masa perkembangan anak ini digunakan untuk memudahkan dalam mempelajari dan memahami jiwa anak-anak sebagai sasaran utama. Pemahaman ini memberikan gambaran bagaimana terbentuknya karakter dan perilaku manusia mulai dari lahir hingga dewasa. ”Perkembangan fisik secara langsung maupun tidak langsung akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Secara langsung pertumbuhan fisik anak akan mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan bagaimana dia memandang orang lain” Elizabeth Hurlock (1990: hal. 114). Pendapat – pendapat para ahli tentang pembabakan atau periodisasi perkembangan ini digolongkan menjadi 3: a. Tahap perkembangan berdasarkan analisis biologis. Aristoteles commit to individu, user menggambarkan perkembangan menjadi 3 tahapan: 62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Tahap I (0 – 7 th) : masa anak kecil atau bermain 2) Tahap II (7 – 14 th) : masa anak, masa sekolah rendah 3) Tahap III (14 – 21 th): masa peralihan dari anak menjadi dewasa b. Tahap perkembangan berdasarkan didaktis atau instruksional. Rosseau merumuskan tahapan dalam tumbuh kembang anak menjadi 4 tahapan: 1) Tahap I(0 – 2 th): usia asuhan 2) Tahap II(2 – 12 th): masa pendidikan jasmani dan panca indera 3) Tahap III(12 – 15 th) : periode pendidikan akal 4) Tahap IV (15 – 20 th) : periode pendidikan watak dan agama. c. Tahap perkembangan berdasarkan analisis psikologis. Berdasarkan masa dimana individu mengalami goncangan psikis, perkembangan individu dapat digambarkan melewati tiga periode atau masa, yaitu dari sampai masa kegoncangan pertama (tahun ketiga atau keempat yang biasa disebut masa kanak – kanak), masa goncangan pertama sampai pada masa kegoncangan kedua (masa keserasian bersekolah), dari masa kegoncangan kedua sampai akhir masa remaja yang biasa disebut masa kematangan. Dalam
hubungan
proses
belajar
mengajar
pentahapan
perkembangan yang digunakan sebaiknya bersifat selektif. Fase – fase perkembangan individu : -
Masa usia pra sekolah (0 – 6 tahun), masa vital masa dimana individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya, dan masa estetik (keindahan) masa perkembangan anak yang terutama adalah fungsi pancainderanya. commit to user 63
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Masa usia sekolah dasar (6 – 12 tahun), disebut juga masa intelektual atau masa keserasian bersekolah. Masa ini diperinci menjadi 2 fase : 1) Masa kelas – kelas rendah sekolah dasar. Sifat-sifat yang umum biasanya anak tunduk pada peraturan-peraturan tradisional, adanya kecenderungan memuji diri sendiri, suka membanding-bandingkan dirinya dengan anak yang lain. 2) Masa kelas – kelas tinggi sekolah dasar. Sifat – sifat khas anak, antara lain : adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari – hari, amat realistic (ingin mengetahui dan belajar), biasanya anak gemar membentuk kelompok sebaya untuk bermain bersama. Masa keserasian bersekolah diakhiri dengan masa poeral. Sifat – sifat khas anak pada masa poeral ini menurut para ahli yaitu : a) Ditujukan untuk berkuasa (sikap, tingkah laku, dan perbuatan) b) Ekstraversi (berorientasi keluar dirinya, misalnya mencari teman sebaya untuk memenuhi kebutuhan fisiknya). 3) Masa usia sekolah menengah (12 – 18 tahun) a) Masa praremaja (remaja awal), ditandai oleh sifat – sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali disebut masa negatif seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik. b) Masa remaja (remaja madya), mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja – puja, dan ia membutuhkan teman yang dapat memahami dan menolongnya saat suka maupun duka. c) Masa remaja akhir, dapat menentukan pendirian hidupnya. commit to user 64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Masa usia mahasiswa (18 – 25 tahun), biasanya berusia 18 – 25 tahun, dan pada masa inilah remaja memiliki pemantapan pendirian hidup. Perkembangan dalam hidup anak semua sama baik anak jalanan maupun normal. Hanya karena tuntutan hidup dan keadaan lingkunganlah yang menjadikan mereka sedikit berbeda, sudah menjadi kewajiban bahwa penyimpangan ini harus segera diluruskan agar generasi mendatang tidak benar-benar hilang. 3. Perilaku dan Karakter Anak Jalanan secara Arsitektural Pada konsep BKSN (2000: hal. 111-112), dilihat dari dua sisi potensi anak jalanan untuk berkembang yaitu potensi yang melekat pada diri anak jalanan sebagai individu/kelompok dari masyarakat dan potensi yang terdapat di lingkungan sosialnya baik keluarga/masyarakat sekitarnya. Dilihat dari bentuk atau jenis potensi : a. Potensi anak jalanan di bidang pendidikan terletak pada kemampuan mendapatkan penghasilan yang secara langsung atau tidak guna mendukung pembiayaan pendidikan anak jalanan (keinginan untuk tetap bersekolah dan sikap kemandirian diri cukup besar) b. Secara ekonomi, potensi anak jalanan adalah menjalankan roda ekonomi jalanan dimana menjadi ujung tombak berbagai pemasaran produk dan jasa yang dipandang kreatif dari sektor informal c. Potensi sosial anak jalanan terletak pada kecenderungan untuk menumbuhkan sikap sosial orang kota dengan ciri mandiri dan rasional commit to user 65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Potensi anak jalanan berada pada kemampuan mengembangkan kehidupan bermasyarakat dalam kalangannya sendiri yang secara umum dikenal sebagai unit masyarakat Diluar diri anak jalanan adalah potensi tetangga, tokoh masyarakat dan OSK berupa pemikiran, kontrol sosial, sumbangan dan tenaga yang diperkirakan bermanfaat bagi pengembangan kehidupan anak jalanan. Selain itu kemampuan pemerintah menghasilkan kebijakan berupa pengaturan dan pengalokasian anggaran merupakan potensi dan peluang bagi pengembangan kehidupan anak jalanan. Dari penjelasan diatas, diidentifikasikan perilaku khusus anak jalanan, diantaranya: a. Aktif dan kreatif. Kehidupan jalanan memaksa mereka harus aktif untuk dapat bertahan hidup. Mereka akan melakukan apa saja untuk bertahan hidup dan menghasilkan keuntungan bagi mereka. b. Mandiri dan bebas. Tidak adanya perlindungan dari orang tua dan masyarakat terus menuntut untuk memenuhi kebutuhan sendiri. c. Rasa solidaritas yang tinggi. Perasaan ini muncul dari adanya rasa senasib sepenanggungan yang mereka rasakan selama mereka hidup bersama di jalanan. Dalam menjalin rasa solidaritasnya, tak jarang mereka berkumpul untuk mengobrol maupun bertukar informasi. d. Adaktif dengan lingkungan. Mereka menyakini apabila tidak adaptif dengan lingkungan, maka tidak mampu bertahan dalam persaingan di jalanan. Kebiasaan mengharuskan mereka cepat menyesuaikan diri dan berbaur dengan lingkungan. commit to user 66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Identifikasi beberapa karakter khusus anak jalanan, diantaranya: -
Individualistis. Mereka hidup sendiri, berkepribadian tertutup dan susah untuk berhubungan dengan orang lain.
-
Berkoloni. Mereka hidup bersama-sama atau berkelompok dengan teman mereka yang senasib sepenanggungan. Mereka mencari kerja bersama-sama dan tidak dapat bertahan jika hidup sendirian.
F. PEMAHAMAN KREATIFITAS DAN KEAKTIFAN ANAK 1. Kreatifitas Kreatifitas merupakan suatu bidang kajian yang kompleks, yang menimbulkan
berbagai
perbedaan
pandangan.
Definisi
kreatifitas
tergantung pada segi penekanannya, kreatifitas dapat didefinisikan ke dalam empat jenis dimensi sebagai Four P’s Creativity (Eko,2008) yaitu dimensi person, proces, press, dan product, sebagai berikut : -
Dimensi Person adalah upaya mendefinisikan kreatifitas yang berfokus pada individu. Guilford, “Kreatifitas merupakan kemampuan atau kecakapan dalam diri seseorang, erat kaitannya dengan bakat”
-
Dimensi Proces adalah upaya mendefinisikan kreatifitas yang berfokus pada proses berfikir sehingga memunculkan ide-ide kreatif. Utami Munandar, “Kreatifitas adalah sebuah proses atau kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan(fleksibilitas), dan orisinalitas dalam
berpikir,
serta
kemampuan
untuk
mengelaborasi
(mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. -
Dimensi Press adalah pendekatan kreatifitas yang menekankan faktor commit to user press atau dorongan, baik dorongan internal diri sendiri berupa 67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif, maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. -
Dimensi Product adalah upaya mendefiniskan kreatifitas yang berfokus pada produk atau apa yang dihasilkan oleh individu baik sesuatu yang baru/original atau sebuah elaborasi/penggabungan yang inovatif. Menurut Baron(1969) menyatakan bahwa kreatifitas adalah kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Dari berbagai pendapat para ahli, dapat disimpulkan bahwa definisi
kreatifitas adalah proses konstruksi ide yang orisinil (asli), bermanfaat, variatif (bernilai seni) dan inovatif (berbeda/lebih baik). 2. Keaktifan Pengertian Keaktifan Menurut Mc Keachie dalam Dimyati dan Mujiono
(1999:
hal.
45) berkenaan
dengan
prinsip
keaktifan
mengemukakan bahwa “individu merupakan manusia belajar yang selalu ingin tahu.” Menurut Sagala (2006: hal. 124-134), keaktifan jasmani maupun rohani itu meliputi antara lain: a) Keaktifan indera: pendengaran, penglihatan, peraba dimana anak dirangsang agar dapat menggunakan alat indera sebaik mungkin. b) Keaktifan akal:
akal
untuk memecahkan
anak-anak harus aktif atau diaktifkan
masalah,
menimbang-nimbang,
menyusun
pendapat danmengambil keputusan. c) Keaktifan ingatan: menerima bahan
pada waktu
pengajaran
yang
mengajar,
anak harus
disampaikan
pembina
aktif dan
menyimpannya dalam otak, kemudian ia siap mengutarakan kembali. commit to user d) Keaktifan emosi: anak senantiasa berusaha mencintai pelajarannya. 68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh. Menurut
Paul.
B.
Diedrich
dalam
Rohani
(1991:
hal.
8-9)
mengklasifikasikan aktifitas menjadi : a) Visual activities, (membaca, melihat gambar, percobaan,mengamati) b) Oral activities, (menyatakan, merumuskan, bertanya, saran, diskusi) c) Listening activities, (mendengarkan uraian, percakapan,musik) d) Writing activities, (menulis, keterangan, laporan) e) Drawing activities, (menggambar, membuat grafik, peta,diagram) f)
Motor activities, (melakukan percobaan, membuat konstruksi)
g) Mental activities, (menanggapi, mengingat-ingat,memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan) h) Emotional
activities,
(menaruh
minat,
merasa
bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup)
commit to user 69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III ANAK JALANAN KOTA SURAKARTA Secara umum, membahas Kota Surakarta sebagai lokasi strategis dalam penerapan konsep pondok yang disertai hasil kajian terhadap keberadaan anak jalanan dan rumah singgah yang ada. Secara khusus, membahas Kec.Banjarsari Kel.Sumber sebagai lokasi site yang strategis dalam membangun pondok, yang disertai hasil kajian terhadap aksesibilitas bagi pengguna, kondisi lingkungan masyarakat, kelengkapan infrastruktur, aksesibilitas dan RUTR Kota Surakarta. Mengidentifikasi kondisi dan karakteristik anak jalanan di Kota Surakarta sebagai sasaran utama dalam Pondok Sejahtera Anak Nusantara.
A. TINJAUAN KOTA SURAKARTA 1. Letak Geografis Kota Surakarta Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan nama kota “Solo” berada pada dataran rendah yang merupakan pertemuan antara kali/sungai Pepe, Jenes dengan Bengawan Solo. Letak Kota Surakarta juga sangat strategis, yaitu berada diantara dua Gunung, yaitu Gunung Lawu di bagian Timur (Kabupaten Karanganyar) serta di bagian Barat adalah Gunung Merapi dan Merbabu (Perbatasan Kabupaten Boyolali dan Magelang). Kota Surakarta terletak di ketinggian ± 92 m dari permukaan air laut dan terletak antara 110° 45‟ 15” – 110° 45‟ 35" bujur timur dan antara 7° 36‟ – 7° 56‟ lintang selatan. Sesuai dengan letak geografisnya suhu udara maksimum Kota Surakarta 32,500 C dan suhu udara minimum 21,900C commit to user dengan kelembaban udara 72%. 70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar III.1 Gambaran Lokasi Kota Surakarta Sumber : Dokumentasi Pribadi Batas-batas wilayah Kota Surakarta, antara lain: -
Batas Utara
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
-
Batas Selatan
: Kabupaten Sukoharjo
-
Batas Timur
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
-
Batas Barat
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Kota Surakarta menjadi sentral transaksi perdagangan antara orang dalam maupun sekitar Surakarta. Dengan bertumpuk dan fungsinya sebagai pusat perdagangan, secara otomatis dapat menarik penduduk sekitar untuk mencari penghasilan di Kota Surakarta. Banyaknya aktifitas tersebut juga turut menyedot banyaknya pekerja di sektor informal (pengamen/pengemis). 2. Luas Lahan dan Pembagian Wilayah Kota Surakarta merupakan salah satu pusat kebudayaan dan kesenian Jawa di Indonesia. Hal ini tidak lepas dari keberadaan dua keraton di Surakarata, yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton Mangkunegaran. Kedua keraton ini merupakan sumber budaya Jawa dan telah banyak memberikan warna kehidupan dalam bidang seni dan budaya pada masyarakat Surakarta commit1995: to user (Pemerintah Daerah kota Surakarta, hal. 20). 71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai besar tanah di Kota Surakarta terdiri dari tanah liat dengan pasir (Regosol Kelabu), sebagian besar berupa tanah padas dan ditengahtengah serta sebelah timur merupakan endapan lumpur. Sebagian besar lahan digunakan sebagai tempat permukiman sebesar 61%. Sedangkan untuk kegiatan ekonomi juga memakan tempat yang cukup besar, yaitu berkisar antara 20% dari luas lahan yang ada. Sisa lahan digunakan untuk jasa, tegalan, sawah, kuburan, Lapangan dan taman kota. Luas wilayah Kota Surakarta mencapai 44,06 km2 yang terbagi lima kecamatan, yaitu : Tabel III.1 Pembagian Wilayah Kota Surakarta No 1 2 3 4 5
Kecamatan Laweyan Serengan Pasar Kliwon Jebres Banjarsari JUMLAH
Kelurahan 11 7 9 11 13 51
RW 105 75 100 145 167 592
RT 452 332 424 605 832 2.645
KK 22.864 15.020 20.242 31.870 37.746 127.742
Sumber : Data PMKS dan PSKS DKRPPKB Kota Surakarta Dari data tersebut diatas, tampak bahwa sebagian besar ataupun jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Banjarsari, karena terdapat jumlah paling banyak Kelurahan (ada 13), RW (ada 167), serta RT (ada 832). 3. Demografi Kota Surakarta a) Tingkat Kepadatan Penduduk Dengan wilayah yang relatif tetap yaitu 44,06 Km2, meskipun kecil pertumbuhan penduduk juga berpengaruh pada kenaikan tingkat kepadatan penduduk Surakarta. Tingkat kepadatan penduduk Kota Surakarta cenderung mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pendataan tahun 2007 menyebutkan commit totingkat user kepadatan penduduk Surakarta 72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
telah mencapai 12.117 jiwa. Dilihat dari tingkat kepadatan penduduk maka wilayah Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya secara berturutturut adalah Serengan, Pasar Kliwon, Laweyan, Banjarsari dan Jebres. Kepadatan ini tidak mempunyai korelasi langsung dengan banyaknya anak jalanan di Surakarta. Berdasarkan studi lapangan, bahwa jumlah yang terbesar terdapat di terminal Tirtonadi, Gilingan dan Perempatan Panggung. Selain itu, kantong pemukiman anak jalanan juga berada di sepanjang kali pepe, dekat terminal tirtonadi. Hal ini berarti jumlah anak yang mencari penghasilan terbesar berada di kecamatan Banjarsari, Gilingan dan Jebres. b) Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Kota Surakarta pada tahun 2007 berjumlah 546.758 jiwa. Secara umum penduduk Kota Surakarta mempunyai jumlah penduduk perempuan (268.175) lebih banyak dari pada laki-laki (278.023). Realitas ini menyiratkan bahwa dari segi jumlah penduduk perempuan lebih berpotensi dalam pembangunan. Secara empiris jumlah anak jalanan terbesar adalah laki-laki. Namun, akan mudah menjumpai anak perempuan yang bekerja, bahkan kondisi perempuan yang lebih rawan dari yang laki-laki dalam sektor informal seperti mengamen, loper koran, mengemis, dan sebagainya Berdasarkan data anak putus sekolah tahun 2006 di Surakarta (Pendidikan Dinas DIKPORA), jumlah terbesar dimiliki oleh Kecamatan Banjarsari sebanyak 142 anak. Kenyataan dilapangan bahwa tidak semua anak telah terjun ke jalan, tetapi mereka tetap berpotensi besar menjadi pekerja anak sekor informal seperti anak jalanan karena keterbatasan ekonomi maupun eksploitasi dari keluarga yang terus-menerus. commit toberlangsung user 73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel III.2 Anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial Kota Surakarta 2004-2006 No 1 2 3 4 5 6
Jenis PMKS Anak Balita terlantar Anak terlantar Anak yang menjadi KIK Anak nakal Anak jalanan Anak cacat Jumlah
Tahun 2004 L P Jml - 130 -
Tahun 2005 L P Jml 400 752 41
-
-
-
130
-
L 199 378 20
Tahun 2006 P Jml 167 366 304 602 17 37
78 75 111 92 387 464 1769 1228
4 7 348 847
79 99 812 2075
Sumber : Data PMKS dan PSKS DKRPPKB Kota Surakarta Keadaan anak yang memiliki pekerjaan terburuk dari berbagai sektor pekerjaan, menunjukkan bahwa anak dipekerjakan berupa : pemulung (8), Sektor industri kecil (2), industri besar (28), dan pengamen (54) (Pendataan oleh LSM Kapas, PPAP Seroja, Sari dan Disnakertrans Surakarta 2006) c) Penduduk Menurut Mata Pencaharian Banyaknya penduduk secara umum menurut mata pencaharian penduduk di Kota Surakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel III.3 Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian (>10 th) No 1 2 3 4 5 6 7 8
Jenis Pekerjaan Utama
Jenis Kelamin L P 9.196 6.061 3.762 209 11.704 7.942 43.054 45.771 14.003 13.167 1.254 418 48.906 19.437
Tenaga profesional dan lainnya Tenaga kepemimpinan dan laksana Pejabat pelaksana, tenaga TU Tenaga usaha penjualan Tenaga usaha jasa Tenaga usaha pertanian Tenaga produksi, operator, angkutan dan tenaga kasar TNI/POLRI 836 0 Jumlah 132.715 93.005 commit to user Sumber : Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2004
Jumlah 15.257 3.971 19.646 88.825 27.170 1.672 68.343 836 225.720 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan terbesar penduduk Kota Surakarta adalah sebagai tenaga usaha penjualan (88.825 jiwa). Keadaan ini dikarenakan wilayah Surakarta dan sekitarnya banyak berdiri pabrik-pabrik tekstil atau kerajinan batik. Kota Surakarta juga masih menyisahkan sawah, untuk menjaga keseimbangan ekosistem Kota. Tabel III.4 Jumlah Penduduk menurut Tingkat Pendidikan (>5 th) No 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Tamat Pendidikan Perguruan Tinggi Tamat SLTA Tamat SLTP Tamat Sekolah Dasar Tidak tamat Sekolah Dasar Belum Tamat Sekolah Dasar Tidak Sekolah Jumlah
Jumlah 33.103 95.974 103.569 105.816 47.498 73.979 25.184 485.123
Sumber : Kota Surakarta dalam Angka Tahun 2004 Dari tabel diatas dijelaskan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Surakarta cukup tinggi, dilihat dari jumlah keseluruhan penduduk yang berpendidikan SLTA dan Akademi atau Perguruan Tinggi mencapai 129.077orang. Hal ini dikarenakan adanya dukungan sarana pendidikan terutama beberapa Akademi dan Perguruan Tinggi baik itu negeri maupun swasta yang ada di Kota Surakarta. d) Sosial Ekonomi Kota Surakarta Corak perekonomian Kota Surakarta tidak terletak pada sektor pertanian, tetapi bercorak perdagangan dengan sektor industri, perdagangan dan pariwisata sebagai sektor utamanya. Seperti Visi dan Misi Kota Surakarta yang terpampang dipojokan Pasar Kleco dekat dengan patung seorang ibu yang sedang mencanting (membuat batik dengan cara tradisional). commit to user 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e) Penduduk dan Tingkat Ketergantungan (Dependency Ratio) Jumlah penduduk menurut rentang jarak umurnya : - Penduduk umur 15-59 tahun berjumlah 324.938 (48,82%) - Penduduk umur dibawah 15 tahun berjumlah 249.919 (45,73%) - Penduduk umur 60 tahun lebih, berjumlah 29.757 (5,44%) Bila kelompok umur 0-14 tahun dan umur diatas 60 tahun dianggap sebagai kelompok yang tidak produktif dan kelompok umur 15-59 tahun dikategorikan sebagai penduduk yang produktif, maka ratio beban ketergantungan adalah 86,07. Hal ini berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menampung beban 86 orang yang tidak produktif termasuk umur 60-65 tahun yang sudah tidak produktif. Namun untuk pekerja di traffic light dan terminal adalah anak yang berumur kurang dari 14 tahun maka mereka termasuk produktif meskipun tanpa ketrampilan khusus. Anak-anak usia ini bisa memanfaatkan ketidakmampuannya untuk mengetuk hati pemakai jalan.
B. TINJAUAN KEL. SUMBER, KEC. BANJARSARI
Gambar III.2 Peta Kecamatan Banjarsari Sumber : Dokumentasi Pribadi commit to user 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Banjarsari adalah kecamatan yang terletak di pusat kota Surakarta. Di kecamatan ini terletak stasiun Solo Balapan yang melayani perjalanan kereta api menuju Jakarta/Yogyakarta, Surabaya dan Semarang. Selain itu di sini terletak pula Terminal Tirtonadi yang juga diakses antar provinsi. Kecamatan ini adalah kecamatan terbesar di Surakarta dan termasuk kecamatan yang paling kaya. Banyak hotel berbintang internasional terletak di kecamatan ini. Selain itu terdapat tiga pemakaman penting di kecamatan ini: TPU Bonoloyo, Astana Utara Nayu, dan Astana Bibis Luhur. Data adminstrasi Kecamatan Banjarsari, meliputi: Luas wilayah 14,81 km², Jumlah penduduk 153.508 (2001), Kepadatan 10.365 per km², Desa/kelurahan 13, diantaranya: Timuran, Keprabon, Ketelan, Punggawan, Kestalan, Setabelan, Gilingan, Nusukan, Kadipiro, Banyuanyar, Sumber dan Manahan. Kelurahan Sumber terletak di Utara bagian barat Kota Surakarta, yang merupakan daerah berkembang, dengan struktur penghasilan warga yang beragam.
Masih
terdapat
persawahan/tanah
terbuka
yang
mungkin
berkembang di masa mendatang. Kelurahan sumber memiliki luasan sekitar + 234,750 m2. Banyaknya penduduk sekitar 8.976 jiwa. Dari 2.317 anak usia sekolah, hanya 79 anak tercatat di luar sekolah atau hanya 3%. Angka kemiskinan mencapai 15% lebih rendah dari rata-rata kecamatan yaitu 16%. Fasilitas yang terdapat di kelurahan sumberpun cukup memadai, meliputi: terminal tirtonadi, stasiun solo balapan, rumah sakit Brayat Minulya, dan Pasar Tradisional. Selain itu, beberapa pos keamanan, TPS, gardu listrik, dan sistem sanitasi cukup memadai. Kondisi jalan lingkungan beraspal dan memiliki lebar minimal 4 m dan gang 2-3 m. commit to user 77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemerintah daerah perlu memonitor pembangunan wilayah untuk memastikan warga tidak banyak kehilangan ruang terbuka untuk rekreasi sehingga pembangunan harus memperoleh pertimbangan sesuai RUTRK yang telah ditentukan. Fasilitas pendukung di Kel.Sumber diantaranya: banyak terdapat pusat-pusat pendidikan, kesehatan, olah raga, dan seni budaya. Sedangkan kendala sekitar sumber yang dirasakan adalah adanya pembangunan yang mengurangi jumlah lahan persawahan, muncul banjir sungai, dan layanan transportasi yang masih kurang. Kurangnya kesadaran dari beberapa masyarakat menyebabkan sebagian saluran drainase masih tertimbun sampah rumah tangga sehingga menyebabkan sarang nyamuk.
C. TINJAUAN ANAK JALANAN DI SURAKARTA 1. Lokasi Operasi Anak Jalanan Surakarta Tabel III.5 Spot-spot Operasi Anak Jalanan di Surakarta NO LOKASI 1 Koridor Jl. Ir. Sutami sampai Kolonel Sutarto, Panggung
2
3
TITIK OPERASI - Perempatan Sekarpace - Persimpangan Pedaringan - Halte Tirtomoyo - Persimpangan Panggung - Pasar Ledoksari - Pucang sawit - Taman Jurug - Kampus UNS Koridor Jl. Urip Sumoharjo - POM Bensin Ledoksari sampai Jenderal Supratman - Perempatan Warung pelem - Perempatan Kantor Pos - Perempatan Gading dan Gemblegan - Gladag Jalan Slamet Riyadi sampai - Persimpangan Nonongan Pertigaan Panti Waluyo - Perempatan Pasar Pon - Perempatan Novotel - Sriwedari - Perempatan DKT Purwosari commit to -user - Pertigaan Kerten atau Panti Waluyo 78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Koridor Lapangan sampai Kota Barat
Manahan
5
Terminal Tirtonadi dan Stasiun Balapan
-
Manahan Sepanjang jajaran PKL di Kota Barat Perempatan Fajar Indah Terminal Tirtonadi Stasiun Balapan Stasiun Jebres Pertigaan Gilingan Perempatan Banjarsari Perempatan Nonongan
Sumber : Penelitian Drs. Argyo Demartoto, M.Si. 2008 Pada umumnya mereka mempunyai pekerjaan yang tidak tetap kadang mereka mengamen, berdagang asongan, menjual koran dan kadang menganggur. Mereka yang berdagang asongan umumnya mempunyai jam kerja yang teratur, dari pagi hingga sore. Mereka yang mengamen mempunyai jam kerja yang tidak menentu, kadang siang, pagi atau malam hari. Sedangkan yang berstatus ciblek, mereka umumnya mempunyai jam kerja malam hari. Dalam melakukan aktifitasnya, anak yang mengamen bekerja secara sendiri/berkelompok/bergiliran berdasarkan waktu yang telah ditentukan. tetapi untuk pedagang asongan, mereka bekerja secara individual. 2. Karakteristik Anak Jalanan Surakarta - Jumlah Anak Jalanan di Surakarta Pendataan jumlah anak jalanan tahun 2007 oleh LSM SARI berkisar lebih dari 500 anak. Diasumsikan jumlah minimal anak jalanan di Surakarta pada tahun 2007 adalah 750 anak dengan pendataan setiap 5 tahun sekali. Sedangkan, pendataan terakhir yang dikutib oleh Selvia A Rachman, 2010 menyatakan bahwa terdapat sekitar 960 anak pada tahun 2009. Prosentase peningkatan selama 2 tahun berkisar 32% yaitu berjumlah 210 anak. Berdasarkan analisa commit to user jumlah anak terakhir tahun 2009 79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan selisih perkembangan yang mencapai 210 anak dalam waktu 2 tahun, Jumlah anak jalanan Surakarta tahun 2011 berkisar 960 + 210 sama dengan 1170 anak dengan perempuan 0,25% sedangkan laki-laki 0,75%. - Usia Anak Jalanan di Surakarta memulai beraktivitas sebagai pengamen jalanan ketika mereka masih kecil, dan penyebabnya karena anak-anak tersebut tidak mempunyai biaya lagi untuk mengenyam bangku sekolah. Sejak kapan mereka bekerja sebagai pengamen memang sangat beragam ada dari anak yang ngamen sebelum mereka sekolah untuk membantu orang tuanya dan ada juga karena ingin hidup bebas. Usia yang relative masih di bawah umur ini merupakan gambaran bahwa kesejahteraan anak yang pantas mereka dapatkan ternyata tidak dapat terealisasi hanya karena permasalahan ekonomi keluarga. Sebagian besar usia anak jalanan di Surakarta berkisar antara 6 hingga 20 tahun, dimana sebagian kecil dari mereka masih sekolah dan sisanya tidak melanjutkan sekolah. Saat ini, untuk anak-anak yang sudah tidak sekolah biasanya ikut kegiatan pemberdayaan oleh LSM-LSM yang fokus melindungi kesejahteraan anak. Sedangkan, untuk anak-anak yang masih sekolah diberi keringanan biaya dengan diikutsertakan dalam program beasiswa baik dari LSM maupun Kebijakan dari Pemerintah. - Jenis Kelamin Anak jalanan laki-laki di Surakarta memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan jumlah anak perempuan. Akan tetapi, hasil to user penelitian LSM Surakarta commit menyatakan bahwa yang berpotensi untuk turun 80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ke jalan adalah perempuan mengingat jumlah penduduk berpenghasilan minimum dan berpotensi lebih banyak didominasi oleh perempuan. Menurut hasil pendataan, jumlah anak jalanan Surakarta tahun 2011 berkisar 1170 anak dengan 470 anak perempuan dan 700 anak laki-laki dalam rentang usia 5 hingga 18 tahun. - Pendidikan Untuk tingkat pendidikan anak-anak, terutama pengamen jalanan sangat rendah. Sebagian besar dari mereka harus Drop Out dari sekolah karena tidak ada biaya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, namun ada juga dari pihak anak sendiri yang sudah tidak ingin bersekolah. Mereka memiliki latar belakang pendidikan yang tidak dilanjutkan karena permasalahan ekonomi, tekanan diskriminasi dan beberapa anak tertarik dengan kehidupan bebas di jalanan. Lembaga Studi Kemasyarakatan dan Bina Bakat Surakarta membina 150 anak. Klasifikasi anak jalanan sesuai jenjang pendidikannya: a. SD : 46 anak: 0,7%
f. DO SLTP
:8 anak : 5,3%
b. SLTP
: 30 anak: 20%
g. Lulus SLTP
: 12 anak: 8%
c. SLTA
: 24 anak: 16%
h. DO SLTA
: 1 anak: 0,6%
d. DO SD
: 12 anak: 8%
i. Lulus SLTA
:7 anak: 4,7%
e. Lulus SD: 10 anak: 6,7% Data ini membuktikan bahwa, sebagian besar anak-anak ini masih minim akan pendidikan yang umumnya hanya mereka capai hingga tingkatan Sekolah Dasar (46%) saja. Selama ini, LSM berusaha membantu mereka dengan memberikan beasiswa atau commit kegiatantopemberdayaan dalam rumah singgah. user 81
perpustakaan.uns.ac.id -
digilib.uns.ac.id
Pekerjaan Sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak jalanan
adalah mengamen dikarenakan kondisi dan kemampuan mereka yang terbatas. Selain itu, beberapa anak bekerja sebagai mengasong, menyemir sepatu, mengemis, topeng monyet dan sebagainya. Mereka bekerja didalam bus atau perempatan jalan dengan cara estafet dan bergantian. Mereka menghargai waktu teman sebayanya yang masih duduk dibangku sekolah sehingga ada pembagian kerja antara pagi, siang dan malam hari. Hasil yang didapat ketika mengamen mencapai Rp 15.000 sampai 25.000 per harinya. Jika penghasilan mereka Rp 20.000 per hari, maka dalam waktu sebulan mereka bisa memperoleh kurang lebih 30 x 20.000 atau 600.000. Biasanya untuk anak-anak, mengamen didalam bus dilakukan dengan cara estafet/bergiliran yang terbagi dalam kelompok-kelompok kecil antara 2 hingga 3 anak. Hasil dari bekerja nantinya diberikan kepada orang tua, namun sebagian uang juga digunakan sebagai uang saku selama bekerja. Waktu dalam bekerja lebih fleksibel. Mereka bekerja di jalanan + 8 jam sehari sedangkan untuk anak-anak yang masih sekolah mereka berada di jalanan + 3-5 jam sehari. Mereka bergantian atau bergiliran menggunakan suatu wilayah tertentu. Mereka cenderung bekerja malam hari karena siang hari mereka harus sekolah. Sedangkan untuk anak yang lebih besar, bekerja mengamen tidak terikat oleh waktu, ketika butuh uang mereka akan bekerja. „
-
Kondisi Sosial Budaya Anak Jalanan Anak-anak jalanan menyerap berbagai nilai-nilai jalanan, yang
diadopsi sebagai pegangan atau cara untuk memandang dan menjalani commit to user kehidupannya. Mereka melakukan penyesuaian dengan pola baru yaitu nilai82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
nilai jalanan yang penuh dinamika dan ketidakteraturan. Di masa pertumbuhan, anak cenderung lebih cepat untuk beradaptasi dengan cara mengikuti kebiasaan lingkungan hidupnya. Solidaritas kelompok anak jalanan sangat tinggi. Biasanya mereka saling berkelompok dan membentuk komunitas berdasarkan tempat mereka mangkal atau nongkrong. Biasanya setelah lelah bekerja, mereka berkumpul dengan teman-teman di pemukiman ilegal, dan melakukan aktivitas yang disukai. Secara internal, hubungan antara individu dengan komunitas jalan lain terjalin dengan erat dan akrab. Mereka memiliki tingkat solidaritas tinggi baik dalam perlakuan-perlakuan positif maupun negatif. Sayangnya perlakuan negatif lebih sering dilakukan oleh anak jalanan ini seperti mabuk-mabukan atau bertindak menyimpang yang lainnya. Kondisi sosial di jalanan memberikan suatu kebebasan dalam menjalani kehidupan. Kebiasaan yang dilakukan biasanya menyimpang dari aturan-aturan normatif dimana mereka bebas melakukan sesuai keinginannya. Umumnya mereka tidak memiliki tujuan hidup, tindakan pasrah dan mengalah pada nasib merupakan salah satu sikap dari orang-orang yang hidup di jalanan. -
Permasalahan yang timbul a) Permasalahan lingkungan sosial terhadap Anak Jalanan Jalan merupakan tempat yang sangat rawan baik secara fisik maupun
psikis (mental). Secara fisik, anak di jalanan tidak mendapat tempat perlindungan, sehingga tidak jarang anak-anak ini terlibat pelecehan seksual, eksploitasi, perkelahian, perlakuan kasar dari para geng-geng, pemerasan dan lain-lain. Secara mental, anak-anak jalanan ini tidak punya harapan masa commit to user depan, bagi mereka bisa bertahan hidup saja sudah cukup. Kehidupan mereka 83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setiap harinya harus berhadapan dengan realita di jalan yang penuh dengan resiko dan tantangan. Terlebih, muncul perkataan seperti anak nakal, biang kerusuhan, atau biang onar dari masyarakat. Perkataan-perkataan ini tentunya akan membawa dampak psikis bagi anak. Anak yang seharusnya bermain dan belajar dengan perlindungan dari keluarganya, harus bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, bahkan keluarganya. b) Permasalahan Anak Jalanan terhadap lingkungan sosial Keadaan anak jalanan yang lemah secara sosial dan ekonomi menyebabkan keberadaannya ditanggapi secara negatif oleh masyarakat. Anak jalanan sering disudutkan sebagai pengacau ketertiban dan ketentraman kehidupan kota, kaum bodoh dan malas yang sering meresahkan. Anak jalanan bagian dari kelompok orang yang sering dijuluki sampah masyarakat. Istilah sampah masyarakat berkaitan erat dengan perasaan umum yang menganggap anak jalanan sebagai maling cilik, gembel, pembuat onar dan mengotori kota. Keadaan inilah, yang menyebabkan keengganan bagi masyarakat untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami anak jalanan selama ini. Permasalahan anak jalanan merupakan salah satu kendala bagi kemajuan Kota Surakarta sebagai kota budaya dan layak anak. Pemerintah Kota Surakarta belum dapat menyelesaikan permasalahan anak jalanan dengan baik, terbukti sampai sekarang belum diterbitkan Peraturan Daerah yang mengatur tentang kesejahteraan anak terutama bagi kehidupan anak jalanan. -
Upaya Penanggulangan Masalah Berdasarkan analisa Selvia A Rachman, 2010: hal III-7, dalam
mengatasi permasalahan anak jalanan, Pemerintah Kota Surakarta sudah commit to user melakukan beberapa kebijakkan dan usaha, yakni : 84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Pihak Dinas Sosial Surakarta mengadakan pelatihan secara temporer terhadap anak jalanan. Pelatihan tersebut meliputi: materi penanggulangan narkoba dan minuman keras, bimbingan mental agama, sosial, kesadaran hukum, teori kewirausahaan serta teori dan praktek musik (kesenian) 2) LSM-LSM di Surakarta juga memberikan pelatihan. Tindakan nyatanya adalah ketersediaan rumah singgah dan rumah baca untuk anak jalanan. 3) Usaha represif yakni mengadakan razia oleh aparat kepolisian sebagai cara paling efektif dalam mengatasi permasalahan anak jalanan. Kebijakkan Pemkot Surakarta dalam penanganan anak jalanan : 1) Segi Positif a) Terwujudnya aspek partisipasi masyarakat untuk mewujudkan anak jalanan yang sejahtera, sehat dan bermanfaat serta penuh percaya diri b) Membuka peluang kerja bagi warga masyarakat yang kurang pendidikan formalnya namun terampil dalam bekerja c) Kebijakkan tersebut juga dapat memberi peluang bagi para pekerja sosial untuk data membantu pembinaan anak jalanan 2) Segi Negatif a) Karena belum terdapat aturan yang jelas untuk penanganan, penyaluran anak jalanan yang telah mendapatkan pembinaan kurang mendapat perhatian dari berbagai instansi terutama Departemen Tenaga kerja dan Transmigrasi b) Belum adanya tempat penampungan yang permanen untuk melakukan pembinaan terhadap anak jalanan c) Warga masyarakat belum dapat menerima kehadiran anak jalanan commit todari userpemerintah maupun dinas terkait karena kurangnya sosialisasi 85
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Kondisi Rumah Singgah dan Pemodokan di Surakarta Berbagai upaya penanganan anak jalanan telah banyak dilakukan, baik
yang bersifat preventif, rehabilitatif, promotif maupun represif. Di Surakarta, rumah singgah menjadi salah satu jalan yang ditempuh pemerintah dan LSM untuk menangani masalah anak jalanan. Rumah singgah merupakan jembatan untuk menghantarkan anak jalanan berubah dari kehidupan tanpa ikatan norma menjadi kehidupan yang normatif yaitu kehidupan bermasyarakat. Saat ini, rumah singgah di Surakarta sebagian besar mengalami kesulitan pada sistem pendanaan. Pendanaan merupakan titik penentu keberlangsungan kegiatan yang ada di rumah singgah. Kurangnya pendanaan akan mengakibatkan kurang pelayanan kepada sasaran, seperti: kelengkapan fasilitas dan penyediaan stakeholder yang sesuai bidangnya. Selain itu, personil tenaga pekerja sosial yang minim membuat upaya pemberdayaan terhadap anak-anak jalanan kurang berjalan secara optimal. Terlepas dari kekurangan tersebut, beberapa rumah singgah telah mampu mengembalikan kondisi beberapa anak jalanan walaupun dalam jangka waktu yang cukup lama, diantaranya rumah singgah: Putra Pertiwi, Putra Bangsa, Panji, Harapan Bangsa, dan Kusuma Bangsa. Diperlukan koordinasi yang tepat antara beberapa rumah singgah dengan pihak luar terutama pemerintah kota sehingga kekurangan dapat teratasi dan tujuan utama untuk menyelesaikan permasalahan anak jalanan dapat tercapai. a) Pemondokan Anak dalam Panti Asuhan Panti asuhan merupakan suatu lembaga pelayanan profesional yang bertanggung jawab memberikan pengasuhan dan pelayanan orang commit to user tua asuh kepada anak terlantar. Anak terlantar adalah anak yang karena 86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuatu sebab orang tuanya tidak dapat menjalankan kewajibannya sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi. Panti asuhan berfungsi memelihara, merawat, mengasuh anak-anak dari latar belakang status sosial bermasalah. b) Pemondokan Anak dalam Pesantren Pondok pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan dan pengajaran kepada anak didik yang didasarkan atas ajaran Islam dengan tujuan ibadah. Para santri dididik untuk menjadi mukmin sejati yaitu manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, mempunyai integritas pribadi yang utuh, mandiri dan mempunyai kualitas intelektual. Selain itu, santri juga belajar untuk hidup bermasyarakat, berorganisasi, dan mandiri. Rumah singgah hanyalah tahapan awal dalam usaha memberikan pelayanan kesejahteraan pada anak jalanan, tidak berarti menyelesaikan masalah anak jalanan secara menyeluruh. Rumah singgah membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat dilakukan melalui pemondokan atau Boarding House. Berdasarkan pada pemaparan diatas, Panti asuhan memiliki kelebihan dalam menciptakan suasana kebersamaan dan kekeluargaan tanpa terlalu terikat dengan aturan. Sedangkan, pondok pesantren memiliki kelebihan dalam pengadaan fasilitas bagi pengguna sehingga kebutuhan fisik terpenuhi dengan baik. Keduanya juga memiliki kesamaan dalam hal tujuan dan fungsi pemondokkan yang ingin menciptakan generasi berakhlak mulia, mempunyai integritas pribadi utuh, mandiri dan mempunyai kualitas intelektual. Anak asuh maupun santri dalam pemondokkan diberikan pengajaran untuk hidup commit to userdan dipimpin. bermasyarakat, berorganisasi, memimpin 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PSAN YANG DIRENCANAKAN DAN RUMUSAN KONSEP PERENCANAAN Pada bab IV, menjelaskan gambaran umum tentang Pondok Sejahtera Anak Nusantara yang direncanakan. Merumuskan dan menyusun data secara sistematis, perencanaan PSAN sebagai wadah kegiatan pemberdayaan anak jalanan melalui gambaran umum aktivitas, sasaran pengguna dan sistem kelembagaan yang berlangsung didalamnya. Selain itu, melalui pendekatan arsitektur perilaku dapat dirumuskan jenis ruang dan aktivitas yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter pengguna terutama anak jalanan. Konsep perencanaan meliputi konsep perencanaan objek yang akan dirancang yaitu gambaran umum objek, tujuan, fungsi, sasaran, skala pelayanan, status kelembagaan, struktur organisasi, pelaku kegiatan, dan macam kegiatan yang direncanakan.
A. PONDOK SEJAHTERA ANAK NUSANTARA SURAKARTA 1. Pengertian Berdasarkan program pemerintah atas kerjasama dengan UNDP (BKSN, 2000: hal. 9-11), Rumah Singgah hanyalah tahapan awal pelayanan anak sehingga dalam keberlangsungan prosesnya masih membutuhkan pelayanan lanjutan. Konvensi Nasional II menyatakan, bahwa Rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara (non formal), dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut. commit to user 88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Salah satu pelayanan lanjutan yang diprogramkan pemerintah saat ini adalah dengan model penanganan sistem pemondokkan atau Boarding House. Menurut BKSN (dikutib Dwiastuti, 2004: hal. 52), Boarding House atau pemondokan adalah suatu wahana pelayanan lanjutan bagi anak jalanan yang secara tidak langsung bertujuan untuk mempertahankan sikap dan perilaku positif, untuk memperoleh pelayanan lanjutan dalam rangka penuntasan masalah mereka, dan mempercepat proses kemandirian anak jalanan. Berdasarkan pada definisi diatas, dapat diartikan bahwa ”Pondok Sejahtera Anak Nusantara” ini merupakan wadah pelayanan kesejahteraan dimana berlangsung kegiatan pemberdayaan yang dapat memacu daya kreatifitas dan keaktifan, melalui program: perlindungan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan terhadap anak jalanan berusia <18 tahun yang bertujuan memandirikan dan menghantarkan anak menuju kehidupan normatif dalam masyarakat. 2. Tujuan Tujuan umum PSAN Surakarta adalah untuk membantu anak jalanan mengatasi masalah dan menemukan alternatif memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak secara wajar. Sedangkan tujuan khusus PSAN, meliputi : a. Membentuk dan mempertahankan sikap - perilaku positif anak yang sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat b. Mengupayakan anak-anak kembali ke rumah jika memungkinkan atau menampung dan mengkondisikan anak dalam asrama jika diperlukan c. Memberikan alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan dan commit userproduktif dan kreatif menyiapkan masa depan anak agartolebih 89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Mewujudkan situasi kehidupan dan lingkungan yang mendukung keberfungsian sosial dan mencegah terulangnya tindak kekerasan serta perlakuan salah terhadap anak 3. Peran dan Fungsi Peran PSAN dalam menangani anak jalanan didasarkan pada pendekatan pemberdayaan yang diilakukan, pendekatan tersebut diantaranya: a. Street Based Intervention - PSAN melalui street educator berperan untuk melakukan dialog, penyuluhan/sosialisasi, pendampingan, dan pengawasan kondisi anak ketika berada di jalanan - PSAN melalui street educator berperan memberikan materi pendidikan dan keterampilan bertujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri anak akan kemampuannya b. Centre Based Programme, Penanganan dilakukan dalam lembaga atau panti dimana anak-anak ditampung dan diberikan pelayanan. PSAN berperan memberikan perlindungan (tempat tinggal layak), pendidikan (tempat mendapatkan bekal ilmu pengetahuan), pembinaan (tempat bimbingan dan perawatan baik fisik maupun psikis), dan pelatihan (tempat latihan bekal keterampilan bekerja). c. Community Based Strategy, Penanganan melibatkan seluruh elemen masyarakat, utamanya keluarga atau orang tua anak jalanan, meliputi: 1) Pemberdayaan orang tua anak jalanan. PSAN berperan: - Membimbing dan memberikan penyuluhan melalui kunjungan rumah, mengundang datang ke Pondok (Home Visite) commit to user 90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Memberikan bimbingan dalam pengasuhan anak, pengelolaan usaha, pengaturan keuangan dan pemberian modal keluarga 2) Pemberdayaan Lembaga Sosial Penampung anak jalanan Kepemilikan jaringan kerja baik dengan instansi pemerintah atau lembaga sejenis lainnya. Koordinasi jaringan, diharapkan setiap lembaga sosial dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi anak jalanan (BKSN, 2000: hal.118). Peran PSAN dalam pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat agar sanggup melindungi, mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Tabel IV.1 Jenis Aktivitas dalam Peran dan Fungsi PSAN Peran Fungsi Street Based - Perlindungan Interventions - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan Centre - Pengelolaan Based - Perlindungan Programme - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan Community Based strategic
- Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Aktifitas Mengawasi dan membantu selesaikan masalah anak selama beraktivitas di jalanan Memfasilitasi belajar dengan hiburan dan buku Memberikan sosialisasi, dan perawatan anak Membekali dengan keterampilan Mengelola dan pelayanan administrasi Memberikan fasilitas asrama dan pengawasan Memberikan fasilitas sekolah informal, belajarmengajar dan bimbingan ilmu pengetahuan Memberikan bimbingan konseling, pengasuhan dan perawatan fisik dan psikis Memberikan bekal, mengajar dan membimbing keterampilan Mengawasi dan membantu anak ketika siap bersosialisasi dalam keluarga maupun masyarakat Memberikan bimbingan dan mengajar di dalam lingkungan keluarga anak Memberikan bimbingan, penyuluhan dan perawatan pada anak, orang tua maupun keluarga Membekali keluarga/oranng tua dengan keterampilan sehingga mampu mencari nafkah
Sumber : Analisa Penulis berdasarkan commit to user Data di Lapangan.2012 91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Maka dapat disimpulkan, fungsi dari Pondok adalah: -
Perlindungan:
termasuk
melakukan
dialog,
pendampingan
dan
pengawasan anak baik ketika berada di jalanan, pondok, maupun keluarga -
Pendidikan formal dan informal: termasuk memberikan bimbingan dan pengarahan pada anak guna meningkatkan IMTAQ dan IPTEK
-
Pembinaan: termasuk didalamnya pembimbingan, pencegahan, pemulihan (rehabiilitasi) dan pengukuhan terhadap fisik dan psikis anak
-
Pelatihan: bersifat rekreatif, pengembangan, memberikan tambahan keterampilan dan mewadahi kegiatan ekstra seperti kewirausahaan, pameran dan pementasan atau pertunjukkan untuk anak maupun keluarga
4.
Visi dan Misi a. Visi. PSAN Surakarta mampu membentuk generasi penerus bangsa Indoesia yang sejahtera dalam pikiran dan tindakan sehingga mampu meneruskan misi pembangunan di masa yang akan datang. b. Misi. PSAN Surakarta mengupayakan peningkatan kesejahteraan hidup anak Indonesia baik dalam keluarga maupun masyarakat terutama anak jalanan untuk turut serta dalam pembangunan.
5. Sistem Pengelolaan a. Sistem Pelayanan - Sasaran Pelayanan, Anak-anak yang termasuk dalam kategori anak jalanan berusia antara 5-18 tahun dengan pertimbangan kisaran usia ini merupakan usia anak jalanan yang rentan dan rawan akan ancaman jalanan di Kota Surakarta. Selain itu, usia ini merupakan rentang pendidikan wajib belajar 9 committumbuh to userkembang seorang anak, pada usia tahun yang harus terpenuhi dalam 92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini juga karakter dan perilaku anak masih dapat terbentuk dengan baik bila didukung dengan fasilitas dan lingkungan yang baik pula. - Jangkauan dan Daya Tampung Pelayanan, Pondok terorganisir secara terpusat karena memiliki cakupan penjaringan seluruh Kota Surakarta bertujuan untuk memudahkan koordinasi dan pengelolaan pondok dengan pihak-pihak terkait. Selain itu, Pondok ini juga difungsikan sebagai wadah rujukan bagi rumah singgah yang telah ada. Kapasitas pengguna berjumlah 1170 anak, terdiri dari 75% berasal dari Surakarta (870 = 900 anak) : 25% arus urbanisasi (300 anak). Berdasarkan perhitungan jumlah dan penambahan 100 anak/tahun, maka daya tampung mencapai 200 anak/tahun. Daya tampung tersebut berjalan selama 6 tahun untuk dapat mengatasi 900 anak dan 300 anak tiap 1 tahunnya. Sedangkan, untuk sasaran dan daya tampung dalam pondok, diantaranya: 1) Pengelola, (pimpinan, tenaga administrasi, dan pekerja Sosial/valounter) - Setiap bagian pengelola menangani 4 orang (1:2) jumlah 200 : 2 = 100 - Menetap : 50% x 100 = 50, dan sisanya tidak menetap : 50 2) Anak Jalanan, (umur 6-11 th, 12-14 th, dan 15-18 th) - Menetap : 200 anak/tahun untuk fasilitas asrama - Tidak Menetap : 700 anak untuk fasilitas dalam PSAN 3) Service, (kebersihan dan keamanan) - Jumlah servis 1 : 5 penghuni menetap = 50 orang - Menetap : 30 orang, dan tidak menetap : 20 orang Secara keseluruhan, jumlah menetap : 50 + 200 + 30 = 280 orang, dan tidak menetap: 50 + 700 + 20 = 770 orang. Jadi daya tampung PSAN: 1050 orang. commit to user 93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Fasilitas Pelayanan, Pondok dilengkapi dengan fasilitas pelayanan seperti fasilitas asrama bagi anak jalanan yang tidak memiliki tempat tinggal, fasilitas belajar mengajar (ruang kelas, praktek, taman bermain, dan lapangan olahraga), fasilitas pembinaan (ruang terapi, kesehatan, bimbingan) dan pelatihan (ruang kerja, praktek, amphiteatre, dan open space). Khusus fasilitas hunian (asrama) tidak semua anak akan diterima karena beberapa anak jalanan yang dikategorikan masih memiliki keluarga dan tempat tinggal diupayakan untuk dapat kembali kecuali jika ada hal yang menyebabkan anak tidak dapat hidup dalam keluarganya. Selain itu, pondok juga memberikan kebebasan kepada mereka untuk dapat beraktivitas kembali di jalanan dibawah perlindungan dan pengawasan dari street educator. Pondok tetap memberikan bantuan berupa pendidikan, pembinaan dan pelatihan di jalanan sehingga pemberdayaan tetap berjalan. b. Sistem Pelaksanaan - Bagian Operasional 1) Operasional Teknik dan Pemeliharaan Penyediaan peralatan kantor dan fasilitas lain Pencatatan dan pemeliharaan barang inventaris kantor Pemeliharaan lingkungan, alat, dan sarana untuk kegiatan Pemeliharaan dan pengawasan teknik struktur dan utilitas 2) Operasional Keamanan Penyediaan dan perawatan peralatan keamanan dan kebersihan Pendataan dan dokumentasi keberlangsungan kegiatan Penjagaan dan penertiban masalah commit to user 94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Bagian Tata Usaha 1) Bagian Keuangan. Mencakup: Penyusunan anggaran dan modal pendanaan Penggunaan dan pertanggung jawaban keuangan sesuai ketentuan Secara Umum, mencari sumber pendanaan diantaranya : Bantuan/subsidi dari pemerintah pusat ataupun daerah Kerjasama dengan lembaga internasional maupun nasional Kerjasama perusahaan swasta dan sumber lain yang tidak terikat 2) Bagian Adminstrasi. Mencakup: Kegiatan Surat Menyurat, membuat laporan, dan dokumentasi Pengatur jadwal kerja setiap bidang dan pelaksanaan program Program Pelayanan. Mencakup: Perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi program Pengumpulan, penyajian dan dokumentasi data anak-keluarga Proses penanganan masalah dan memberi pelayanan - Bagian Pranata-Pranata Utama 1) Bidang Perlindungan. Pengelolaan (pendokumentasian, penyediaan dan pemeliharaan sarana prasarana) bagi asrama putra dan putri 2) Bidang Pendidikan. Pengelolaan (pendokumentasian, penyediaan dan pemeliharaan sarana) bagi sekolah formal maupun non formal 3) Bidang Pembinaan. Pengelolaan (pendokumentasian, penyediaan dan pemeliharaan sarana) bagi fasilitas bimbingan fisik dan psikis anak 4) Bidang Pelatihan. Pengelolaan (pendokumentasian, penyediaan dan commit to user pemeliharaan sarana) bagi fasilitas belajar dan praktek kerja 95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Sistem Kelembagaan Badan dunia WHO,
Pemerintah
UNICEF, dll
LSAM dan Yayasan Anak
PSAN “semi institusional”
Masyarakat, keluarga, sukarelawan, dan mantan anak jalanan
Skema IV.1 Sistem Kelembagaan PSAN Sumber : Analisa Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012
- Struktur Organisasi Pemerintah
LSAM dan Yayasan Anak
“Pondok Sejahtera Anak Nusantara”
Rumah Singgah Yang ada
Kel.Profesi bantu: Puskesmas, valounter dari SMA dan SMP, Polresta,
Pimpinan
Sekretaris
Wakil Pimpinan
Kabag. Operasional
Kabag. Tata Usaha
Sistem Pengelolaan
Kasubbag. Adminstrasi
Kasubbag. Teknik dan pemeliharaan Kasubbag. Keamanan
Kasubbag. Keuangan Staff
Staff Staff
Staff
Pranata-Pranata Utama
Bagian Perlindungan
Bagian Pembinaan
Bagian Pendidikan
Bagian Pelatihan
Skema IV.2 Struktur Organisasi PSAN commit to user Sumber : Analisa Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. SETTING AKTIVITAS PENGGUNA 1. Program Pelayanan. Sesuai dengan peran dan fungsinya diatas, maka program pelayanan dalam “Pondok Sejahtera Anak Nusantara Surakarta”: - Program pelayanan perlindungan melalui perawatan dan pengasuhan, dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kebutuhan dasar anak berupa makanan dan konsumsi gizi yang cukup, pakaian serta tempat yang aman dan nyaman untuk tinggal, memberikan suasana kekeluargaan dan kasih sayang dengan menjalankan fungsi keluarga didalamnya. Selain itu, juga memberikan fasilitas yang nyaman, rekreatif, dan atraktif sehingga mereka dapat merasakan kesenangan dunia anak-anak. - Program pelayanan pendidikan formal dan informal, dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kapada setiap anak untuk mengenyam bangku pendidikan. Bagi pendidikan formal akan disalurkan pada sekolah-sekolah yang ada melalui beasiswa. Sedangkan, pendidikan informal diberikan dalam pondok oleh pekerja sosial bagi anak yang belum ingin sekolah formal akibat diskrimasi dan tertekan. Pendidikan informal bersifat rekreatif agar anak „betah‟ dan konsisten mengikuti kegiatan. - Program pelayanan pembinaan, melalui pencegahan dan rehabilitasi, dimaksudkan untuk memberikan bimbingan, perawatan dan pengarahan pada kehidupan layak dan menyenangkan bagi anak jalanan. Selain itu, juga diberikan pemulihan dan pengukuhan diri anak jalanan dengan lingkungan yang terikat pada aturan sebagai upaya menumbuhkan rasa tanggung jawab dan sikap menghormati-menghargai sesama. Pelayanan rehabiltasi akan memperkuat karakter positif anak. commit to user 97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Program pelayanan pelatihan bersifat rekreatif, program pelayanan pelatihan dimaksudkan untuk membimbing anak dalam menyadari kemampuan diri dan mampu merealisasikan dengan cara yang lebih kreatif. Pengembangan yang rekreatif dimaksudkan untuk menyalurkan kemampuan yang dimiliki anak, diantaranya: penyaluran prestasi dan keterampilan. Pelayanan yang diberikan secara tidak langsung akan memberikan motivasi hidup dan membentuk kemandirian anak. 2. Arah Program Pelayanan Anak Jalanan
Program penerimaan, meliputi : (Street Based Interventions)
LSM/Yayasan Anak
Badan dunia WHO, Calon Anak Asuh
UNICEF, dll
(Community Based Strategic)
Program centre based Programme
Anak Asuh Pemondokan
Perlindungan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan
Anak Mandiri
Penyaluran Bekerja mandiri, sekolah/pendidikan, pelayanan masyarakat dan ditempatkan (panti sosial/keluarga)
Anak Terampil dan Mandiri
Skema IV.3 Arah Program Pelayanan Sumber : Analisa Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 3. Tolak Ukur Keberhasilan Program Pelayanan Setiap program pelayanan harus memiliki tolak ukur keberhasilan untuk mengetahui efektifitas tujuan dan manfaat yang telah dicapai, meliputi: commit to user 98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Aspek penyandang masalah -
Anak tidak kembali beraktivitas di jalanan,mandiri,bertanggung jawab
-
Anak dalam usia sekolah dapat mengenyam bangku pendidikan
-
Anak mampu merawat dan memelihara diri dan lingkungannya
-
Anak memiliki penghasilan yang layak dari keterampilan diri
-
Anak mengerti, menghayati, dan mematuhi peraturan yang berlaku
-
Anak mampu mengendalikan diri dan menyaring pergaulan
b. Aspek keluarga Keluarga mau menerima dan merawat anak kembali dan mampu menjaga, mengarahkan, serta membina tumbuh kembang anak c. Aspek masyarakat Masyarakat tidak mendiskriminasi dan berprasangka buruk serta mau peduli dan ikut berpartisipasi dalam penanganan masalah anak jalanan 4. Karakter Aktivitas Pengguna Pondok menciptakan program pelayanan menyesuaikan dengan karakter dari pengguna mulai dari aktivitas yang dilakukan hingga wadah yang dibutuhkan. Pembahasan ini akan memberikan gambaran umum mengenai karakter dari Pondok Sejatera Anak Nusantara baik dari aktivitas maupun ruang yang melingkupi aktivitas tersebut nantinya. Tabel IV.2 Jenis dan Karakter Aktivitas dalam Peran dan Fungsi PSAN Peran
Fungsi
Aktifitas
Street Based Interventions
- Perlindungan
Mengawasi dan membantu selesaikan masalah anak selama beraktivitas di jalanan Memfasilitasi pendidikan melalui hiburan dan buku commit to user
- Pendidikan
Karakter Aktivitas Santai, terbuka sebagai teman Atraktif dan edukatif 99
perpustakaan.uns.ac.id
- Pembinaan - Pelatihan Centre Based Programme
- Pengelolaan - Perlindungan - Pendidikan
- Pembinaan - Pelatihan
Community Based strategic
- Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
digilib.uns.ac.id
Memberikan bimbingan, sosialisasi, dan perawatan anak Membekali dengan keterampilan Mengelola dan memberikan pelayanan administrasi Memberikan fasilitas asrama dan mengawasi aktivitas Memberikan fasilitas sekolah formal dan informal, belajarmengajar dan bimbingan ilmu pengetahuan Memberikan bimbingan konseling, pengasuhan dan perawatan fisik dan psikis Memberikan bekal, mengajar dan membimbing keterampilan Mengawasi dan membantu anak ketika siap bersosialisasi dalam keluarga/masyarakat Memberikan bimbingan dan mengajar di dalam lingkungan keluarga anak Memberikan bimbingan, penyuluhan dan perawatan pada anak maupun keluarga Membekali keluarga/oranng tua dengan keterampilan sehingga mampu mencari nafkah untuk keluarga
Terbuka bersih, dan informatif Atraktif dan rekreatif Formal, terbuka, dan informatif Akses khusus, dinamis dan rekreatif Semi formal, dinamis, edukatif dan rekreatif Formal, dinamis, dan atraktif Bebas, terbuka atraktif dan rekreatif Terbuka informatif dan dinamis Bebas informal dan edukatif Bebas dan informatif Terbuka atraktif dan rekreatif
Sumber : Analisa Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 Dari pembahasan diatas, didapatkan aktivitas yang berlangsung dalam pondok dan selanjutnya digunakan sebagai dasar mengetahui fasilitas peruangan yang diperlukan. Peruangan ditentukan berdasarkan pada adanya kesesuaian dengan karakter khusus dan kebutuhan anak jalanan meliputi: mandiri dan bebas, aktif dan kreatif, sosialisasi dan solidaritas tinggi, adaktif dengan lingkungan dan commit to user membutuhkan perlindungan dimana karakter tersebut menuntut kebutuhan 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peruangan yang nyaman, aman, dan juga dapat mencerminkan karakter anak jalanan sehingga memungkinkan proses pemberdayaan berjalan kondusif dan memacu peran aktif penggunanya. Tabel IV.3 Karakter Ruang Berdasarkan Karakter Anak Jalanan Karakter Anak Jalanan Mandiri dan Bebas. Berkaitan dengan fungsi: - Pembinaan - Pelatihan
Aktif dan Kreatif Berkaitan dengan fungsi: - Pendidikan Formal - Pendidikan Informal - Pelatihan
Karakter Ruang - Terbuka, suasana ruang lebih bebas, leluasa dan tidak masif sehingga anak akan terpancing untuk saling berinteraksi dan bersosialisasi. Selain itu, suasana tersebut juga menyesuaikan dengan kondisi anak ketika hidup di jalan - Informal, menciptakan ruang dengan bentuk dan pewarnaan yang dinamis. Bentuk ruang yang abstrak sebagai wujud ekspresi anak jalanan yang beragam. Sedangkan pewarnaan, akan memberikan efek suasana ruang yang kuat misal: warna merah/orange - Terbuka, menciptakan ruang yang luas tanpa batasan yang terlihat jelas memungkinkan anak untuk berekspresi dan mengasah kemandirian anak dalam bersosialisasi dengan publik. Menyatu dengan alam merupakan salah satu upaya mencerminkan keterbukaan bagi anak - Semi Terbuka dan Formal, menciptakan ruang yang masif sebagai batasan yang jelas dan terkesan formal. Awalnya anak akan merasa bosan dan terkekang tetapi ini bermanfaat dalam pembelajaran anak akan adanya batasan dan tanggung jawab yang patut mereka junjung. Rasa bosan dapat diminimalisir dengan penggunaan material dan warna ruang yang atraktif - Informal, menciptakan ruang kelas dan komunal space yang atraktif dan dinamis. Selain sebagai ruang berkumpul, juga berfungsi sebagai ruang pembinaan dan pengasuhan. Menciptakan suasana yang akrab dan kekeluargan antara pekerja sosial dengan anak sehingga anak tidak merasa canggung dan mau terbuka commit to user 101
perpustakaan.uns.ac.id
Solidaritas - sosialisasi tinggi Berkaitan dengan fungsi: - Pengasuhan - Pendidikan Informal - Pembinaan
Adaktif dengan lingkungan Berkaitan dengan fungsi: - Perlindungan - Pembinaan - Pencegahan - Rehabilitasi
Membutuhkan perlindungan Berkaitan dengan fungsi: - Perlindungan - Pengasuhan - Pencegahan
digilib.uns.ac.id
- Terbuka, menciptakan ruang yang besar dan leluasa untuk berkumpul dan bermain. Ruangan sederhana dengan sedikit sekat dan pengunaan material yang beragam menciptakan ruang terasa lebih nyaman. Penataan furniture menyesuaikan kebutuhan dan memiliki ukuran tidak terlalu besar sehingga tidak terlalu memakan banyak ruang. - Semi Terbuka, menciptakan ruang yang semi masif dengan material sebagai ruang bagi individu untuk mendapatkan binaan dari pekerja sosial. - Informal, menciptakan suasana yang nyaman dengan bentuk-bentuk dinamis dan atraktif. Ukuran ruang yang sedang dengan tanpa sekat memungkinkan anak untuk mulai bersosialisasi dan terbuka satu sama lain akan menciptakan suasana yang bersemangat dan hangat - Terbuka, menciptakan ruang yang memberikan keleluasaan dan kebebasan bagi anak jalanan untuk dapat beradaptasi di lingkungan pondok - Informal, menciptakan ruang yang membentuk cluster (pengelompokkan) menciptakan kelompok kecil mengkondisikan anak untuk dapat beradaptasi mulai dari lingkup kecil menuju yang lebih besar - Terpantau, hubungan ruang yang terjangkau dan mengelompok (cluster) disertai batasan ruang yang jelas baik sekat/tembok masif dan pemantauan terhadap tumbuh kembang anak - Terbuka, setiap ruang tidur asrama berukuran cukup besar terbuka hanya dibatasi perabotan mampu menampung beberapa kelompok anak bertujuan agar anak memiliki teman untuk belajar saling terbuka dan bersosialisasi mulai dari lingkup kecil. Menciptakan ruang bersama yang cukup besar dan terbuka guna menciptakan hubungan interaksi dalam lingkup besar - Terpantau, adanya selasar atau hall di beberapa ruang memberikan kemudahan dan keleluasaan untuk mengawasi kegiatan anak
Sumber : Analisa Penulis berdasarkan commit to userData Lapangan. 2012 102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari pembahasan diatas, didapatkan karakter ruang yang berdasar pada karakter penggunanya dan digunakan sebagai batasan dan pertimbangan dalam desain penataan ruang dalam Pondok. Hubungan karakter antara anak jalanan dengan peruangan menciptakan adanya keterkaitan dengan aktivitas. Tabel IV.4 Karakter Aktivitas dan Ruang dalam PSAN Peran
Fungsi
Street Based Interventions
- Perlindungan - Pendidikan
- Pembinaan
- Pelatihan
Centre Based Programme
- Pengelolaan
- Perlindungan
- Pendidikan
- Pembinaan
Karakter Aktivitas Santai, terbuka sebagai teman
Karakter Ruang
Terbuka, cukup luas, nyaman dan jauh dari keramaian Atraktif dan Cukup luas dengan perabot edukatif (papan tulis, rak buku dalam mobil), lokasi tempat mangkal Terbuka bersih, Dinding lebih masif suasana dan informatif santai dengan warna dan ornamen atraktif, bukaan lebar Atraktif dan Cukup luas dengan perabot dan rekreatif alat ketrampilan, papan tulis, lokasi menarik bagi anak Formal, terbuka, Tertutup, beberapa ruang semi dan informatif terbuka untuk umum, perabot (rak, meja, almari,), r.Bersama besar, r.Kerja proporsional, bukaan lebar suasana santai tetapi formal Akses khusus Semi tertutup, berpetak-petak anak, dinamis simetris, double koridor-ruang dan rekreatif saling berhadapan, r. Bersama besar dengan bukaan lebar dan volume ruang proporsional Semi formal, Terbuka untuk umum, semi dinamis, masif, penggunaan material edukatif dan alam, bukaan proporsional, rekreatif volume sedang dengan ornamen, perabot(rak,almari,bangku,meja) Formal, Semi terttup, ruang berpetak dinamis, dan dengan suasana warna yang atraktif cerah dengan beberapa ornamen maupun obyek animasi, perabot commit to user sederhana, bukaan sedang 103
perpustakaan.uns.ac.id
Community Based strategic
digilib.uns.ac.id
- Pelatihan
Bebas, terbuka atraktif dan rekreatif
- Perlindungan
Terbuka informatif dan dinamis Bebas informal dan edukatif
- Pendidikan - Pembinaan
- Pelatihan
Bebas dan informatif Terbuka atraktif dan rekreatif
Terbuka untuk umum, beberapa ruang dengan bukaan lebar dan perabot kecil, r. Bersama terbuka bergabung dengan alam (suasana nyaman dan aman) Terbuka, ruang sedang, nyaman dan kondusif dengan lingkungan Suasana dan ruang layaknya rumah atau pendopo Susana bersama dengan pendopo maupun padepokan, beberapa perbot(meja, kursi, peralatan) Susana bersama dengan pendopo maupun padepokan, beberapa perbot(meja, kursi, peralatan)
Sumber : Analisa Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 C. KARAKTERISTIK PONDOK SEJAHTERA ANAK NUSANTARA Berdasarkan pada karakter aktivitas yang dilakukan, maka dapat dirumuskan karakter sistem pengelolaan dalam PSAN Surakarta : -
Kelembagaan bersifat Semi Institusional
-
Terbuka untuk umum dalam mengakses informasi, melakukan kunjungan, dan kegiatan lain berkaitan dengan Anak Jalanan
-
Akses 24 jam bagi anak jalanan, sedangkan operasional berlangsung mulai pukul 08.00-15.00 selama 7 jam
-
Pengkondisian suasana dalam PSAN layaknya sebuah rumah penuh kekeluargaan, kebersamaan dan menghormati antar penghuni.
-
Tetap terikat pada aturan yang berlaku tetapi aturan yang ditetapkan tidak terlalu membatasi kegiatan pengguna di dalamnya. Maka dapat disimpulkan, karakter PSAN berdasarkan Karakter
aktivitas dan raung adalah, sebagai berikut : commit to user 104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aktivitas bersifat Informal maupun Formal Anak diberikan pilihan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan maupun bekal keterampilan dengan mengikuti sekolah tetapi tidak terpaku formal pada sistem pendidikan pemerintah. Sedangkan, sifat keformalan kegiatan terlihat pada sistem adminitrasi dari pengelola karena akan mendapat kunjungan beberapa tamu umum dan menjadi salah satu citra pertama pondok. Contoh : informal pada R. Kelas dan formal pada R. Pengelola. Aktivitas bersifat terbuka Anak diberikan kebebasan untuk mengikuti kegiatan dalam Pondok. Aktivitas yang dilakukan juga dapat dengan mudah diterima oleh anak jalanan sehingga tidak muncul kendala dalam beradaptasi. Contoh kegiatan bersifat terbuka misalnya bimbingan atau konseling, kewirausahaan dan kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan. Aktivitas bersifat informatif Anak diberi kesempatan mempelajari dan mempraktekkan ilmu yang telah didapat dalam keadaan nyata. Dibutuhkan cara pemberdayaan yang dapat dimengerti pengguna sehingga mengerti tujuan dari setiap kegiatan. Anak bebas bermain dan berekspresi berguna untuk membentuk karakter pemikiran yang positif. Contoh kegiatan bersifat informatif misalnya perpustakaan, pameran, diskusi, dan audio visual (internet dan komputer) Aktivitas bersifat edukatif Tenang dan santai sehingga anak merasa nyaman dalam belajar dan tidak merasa tertekan. Dibutuhkan ruang interaksi dengan pengajar dengan ruang gerak cukup. Anak dipandu oleh pemandu commit to useruntuk bisa dan mahir dengan bakat 105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang telah dipilihnya. Anak juga tidak dituntut untuk bisa dan meniru, tetapi anak harus dapat mengungkapkan ide/gagasan serta mengaplikasikan pengetahuan dengan suasana dan situasi yang berbeda. Contoh kegiatan edukatif seperti kesenian dan keterampilan Aktivitas bersifat rekreatif Dinamis, banyak pergerakkan, spontan sehingga membutuhkan ruang leluasa untuk bergerak. Santai, bebas, gembira sehingga membutuhkan suasana nyaman dan aman. Interaksi antar anak mampu memancing perkembangan kreatifitasnya. Sedangkan interaksi dengan anak yang lain cenderung dalam permainan beregu dan pertandingan. Contoh kegiatan yang bersifat rekreatif seperti pertunjukkan, bermain dan out bound.
D. RUMUSAN KONSEP PERENCANAAN PSAN SURAKARTA PSAN Surakarta merupakan suatu wadah kegiatan pemberdayaan anak jalanan berusia kurang dari 18 tahun yang bertujuan untuk memandirikan dan menghantarkan anak pada kehidupan yang normatif dalam masyarakat. PSAN Surakarta terfokus pada anak jalanan di Surakarta berusia 6 – 18 tahun dimana kegiatan pemberdayaan ini nantinya mampu menampung 200 anak yang akan dibina selama 1 tahun dalam Pondok-an. Anak dididik dan dibina untuk berpikir dan berperilaku kreatif serta aktif dalam mengikuti kegiatan Pondok. PSAN ini tidak mengikat anak untuk wajib mengikuti setiap kegiatan tetapi mereka diberikan pilihan untuk mengikuti kegiatan yang mereka sukai dan kuasai mengingat mereka pada mulanya sudah diberikan kehidupan yang bebas ketika hidup di jalanan. commit to user 106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERANCANGAN Pembahasan pada bab ini berfungsi untuk mendapatkan konsep perancangan berdasarkan rumusan konsep perencanaan pada bab IV melalui pendekatan pemrograman arsitektur. Menganalisa permasalahan mencakup segala aspek yang digunakan sebagai pedoman untuk merancang bentuk fisik bangunan yang terdiri dari analisa pola kegiatan, kebutuhan ruang, besaran ruang, organisasi ruang, pola peruangan dalam bangunan, persyaratan ruang, tata massa bangunan, tampilan bangunan, pengolahan site diantaranya: analisa pencapaian, orientasi, gubahan massa dan tata lansekap, sistem struktur dan utilitas bangunan. Hasil analisis ini akan menjadi pedoman penyusunan konsep programatik perancangan.
A. PENDEKATAN PERILAKU Perilaku merupakan tanggapan/reaksi dari individu terhadap rangsangan atau lingkungannya. Manusia dan perilakunya adalah bagian dari sistem yang menempati suatu tempat dan lingkungan, sehingga perilaku dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku manusia selalu terjadi pada suatu tempat dan tidak dapat dievaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan faktor-faktor lingkungan. Makna konsep ruang sebagai wujud dari perilaku berarti merencanakan dan menciptakan desain yang mengakomodasi segala aktifitas dan kebutuhan pengguna dengan aspek perilaku sebagai dasar pertimbangan. Keberadaan akan suatu bangunan mempunyai makna tertentu yang bisa menimbulkan reaksi atau respon tertentu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh makna commit to user 107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
arsitektural yang terbaca berbeda pada setiap individu. Setiap individu pasti memiliki respon yang berbeda-beda, respon tersebut terutama pada anak jalanan yang sesuai dengan perkembangan anak umumnya. Respon tersebut akan mengarahkan anak menuju keaktifan, ketertarikan, dan kebersamaan aktivitas yang mampu memperkuat karakter positif anak untuk berkembang. Kebutuhan Dasar
Anak Jalanan
Hak-hak Kesejahteraan
Karakter Bangunan Karakter Aktivitas Kebutuhan
Fungsi Karakter Ruang
Desain Bangunan
Skema V.1 Pendekatan Perilaku dalam Arsitektur Sumber : Analisis Penulis. 2012 Secara umum, prinsip-prinsip arsitektur perilaku yang mengutamakan hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungannya, diantaranya: 1) Rancangan hendaknya dapat dipahami melalui penginderaan ataupun pengimajinasian pengguna. Bentuk yang disajikan oleh perancang menjadi media komunikasi karena mudah ditangkap dan dimengerti oleh manusia. 2) Rancangan menjadi wadah aktivitas dengan nyaman dan menyenangkan. - Nyaman secara fisik berarti kenyamanan yang berpengaruh pada keadaan tubuh manusia secara langsung seperti kenyamanan termal. Sedangkan nyaman secara psikis pada dasarnya sulit dicapai karena masing-masing individu memiliki standart yang berbeda-beda commit to user 108
perpustakaan.uns.ac.id
- Menyenangkan secara
digilib.uns.ac.id
fisik dapat timbul dengan pengolahan pada
bentuk/ruangan yang ada di lingkungan. Menyenangkan secara psikologis dapat timbul dengan adanya pemenuhan kebutuhan pada jiwa manusia seperti adanya ruang terbuka sebagai ruang bersosialisasi. Beberapa kriteria yang dibutuhkan dalam penataan bangunan agar mendapat respon dari pengguna, diantaranya: pengaturan ruang yang memperhitungkan kebutuhan dasar anak jalanan baik psikis (aman, nyaman dan menyenangkan) dan fisiknya, pengaturan ruang mampu mewadahi interaksi sosial yang diterapkan dalam bentuk, tata massa bangunan dan interiornya, dimana keseluruhan disesuaikan karakter yang ingin ditampilkan: terbuka, sederhana dan rekreatif.
B. ANALISA PENDEKATAN KONSEP 1. Analisa Perancangan Makro a. Analisa Penentuan Lokasi Tapak/Site 1) Dasar Pertimbangan - Potensi dan kondisi lokasi tapak - Keamanan dan kenyamanan lingkungan lokasi tapak - Lokasi mudah dicapai dan terletak dekat jalur transportasi utama 2) Kriteria Pemilihan - Lokasi strategis dan mempunyai prospek pembangunan yang cerah - Lokasi dekat dengan spot-spot anjal dan rumah singgah di Surakarta - Aksesibilitas yang aman dan lancar disertai transportasi yang memadai - Kondisi infrastruktur kota dan lingkungan sosial yang memadai - Kesesuaian dengan RUTRK Kota Surakarta commit to user 109
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Analisa Lokasi Tapak/Site Berdasarkan survei dan hasil pencarian data, terdapat 3 alternatif wilayah : a) Alternatif 1 : Wilayah Kec. Banjarsari - Batas utara : Kab. Karnganyar - Batas selatan : Kec. Laweyan - Batas timur : Kec. Jebres - Batas barat : Kab. Boyolali b) Alternatif 2 : Wilayah Kec. Laweyan - Batas utara : Kec. Banjarsari - Batas selatan :Kab. Sukoharjo - Batas timur : Kec. Serengan - Batas barat : Kab. Karanganyar c) Alternatif 3 : Wilayah Kec. Jebres - Batas utara : Kab. Karanganyar - Batas selatan : Kec. Pasar Kliwon - Batas timur : Kab. Sukoharjo - Batas barat : Kec. Banjarsari Setiap wilayah dilakukan penilaian, lokasi tapak dipilih sesuai jumlah nilai yang tertinggi, sebagai berikut : Tabel V.1 Kriteria Pemilihan Lokasi Tapak KRITERIA
Alt 1 2 Lokasi strategis dan prospek masa depan 3 Lokasi dekat dengan spot-spot operasi dan „gubuk‟ anak
jalanan Surakarta, mudah dicapai (kendaraan/jalan kaki) Lokasi dekat rumahh singgah atau yayasan penampung anak yang ada di Surakarta, mudah melakukan rujukan Akses aman dan lancar disertai transportasi commit to yang user memadai
Alt 2 1 2
Alt 3 2 2
2
1
1
2
3
3 110
perpustakaan.uns.ac.id
Kesesuaian dengan RUTRK yang merupakan daerah pembangunan untuk fasilitas sosial Kota Surakarta Kondisi infrastruktur kota dan lingkungan sosial yang memadai (kondisi tanah, utilitas, fasilitas pendukung) JUMLAH
digilib.uns.ac.id
3
2
2
2
3
2
14
12
13
Ket: Skala penilaian 1-3, 1= kurang, 2= tinggi, dan 3= sangat tinggi
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data di Lapangan. 2012 4) Output Berdasarkan hasil analisa dan kriteria pemilihan lokasi yang direncanakan, maka lokasi PSAN berada di Wilayah Kec. Banjarsari : a) Kec. Banjarsari merupakan kecamatan terbesar di Surakarta yang diperuntukkan untuk fasilitas sosial berdasarkan RUTRK Surakarta. b) Kec. Banjarsari memiliki spot-spot operasi terbesar anjal di wilayah terminal Tirtonadi, Stasiun Balapan, perempatan jalan, dan pasar Nusukan c) Lokasi berada dekat batas sebelah barat dan selatan Surakarta ini memberikan kemudahan jangkauan antar kota d) Banyak fasilitas pendidikan terletak di kecamatan Banjarsari mulai jenjang TK sampai PT seperti: TK Tadhika Puri, TK dan SD Cemara, TK Kristen, SLTP 4, SLTP muhammadiyah, AUB dan lain-lain e) Kondisi sosial-ekonomi masyarakat merata dengan tingkat pendidikan yang cukup baik. Kecamatan ini juga tersedia jaringan utilitas yang sudah layak seperti listrik, telepon, PDAM hingga sanitasi kota. b. Analisa Tapak/Site 1) Dasar Pertimbangan - Potensi dan kondisi sekitar maupun dalam site - Keamanan, kemudahan pencapaian dan kondisi sosial sekitar site commit to user 111
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Kriteria Pemilihan - Site terletak di daerah dekat spot-spot operasi dan „tempat nongkrong‟ anak jalanan serta dekat dengan lingkungan pendidikan, perdagangan, pelayanan publik (rumah sakit, puskesmas) dan pemukiman penduduk - Jarak pencapaian menuju lokasi relatif dekat/mudah dicapai - Kesesuaian peruntukkan lahan dengan masterplan kota (RUTRK) - Site menuntut kondisi sosial ekonomi dimana tidak di daerah marjinal maupun daerah elit (mengurangi dikriminasi dan kesenjangan sosial) 3) Analisa Berdasarkan pertimbangan dan kriteria pemilihan site diatas, maka terdapat 3 alternatif pemilihan lokasi site, sebagai berikut : Tabel V.2 Alternatif Pemilihan Tapak/Site NO
ALTERNATIF LOKASI
1
Kel. Nusukan, Banjarsari
2
Kel. Sumber, Banjarsari
POTENSI DAN KONDISI SITE
- Dekat dengan spot anak jalanan (terminal, Pasar Nusukan, Perempatan jalan) - Akses mudah (l=5 m) untuk 2 arah dan utilitas (drainase, air bersih) memadai - Dekat dengan sarana dan prasarana pendukung (pasar, sekolah, RS) - Site berupa lap.Olahraga fungsional Kontur relatif datar dan luas 8.000 m2 - Dekat dengan spot anak jalanan (Tirtonadi, tempat tinggal dekat kali pepe, dan Perempatan jalan) - Akses mudah, (l = 6 m beraspal dan 1 m disisi jalan) dan utilitas (drainase, air bersih) memadai - Dekat dengan sarana dan prasarana pendukung: SD, SMK, Rumah sakit - Site berupa persawahan dan berada ditengah perumahan dan pemukiman Kontur relatif datar dan luas 14.745 m2
commit to user 112
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
Kel. Gilingan, Banjarsari
- Cukup dekat spot anak jalanan (terminal Tirtonadi, dan Perempatan jalan Gilingan) - Akses mudah, (l = 4 m untuk dua arah) dan utilitas (drainase, air bersih) memadai - Dekat dengan sarana dan prasarana pendukung: SD dan yayasan anak - Site berupa lap. Olahraga fungsional, ditengah pemukiman penduduk. Site mengalami banjir pada musim penghujan dari kali pepe. - Kontur relatif datar dan luas 5.000 m2
Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis berdasarkan Data di Lapangan. 2012 Analisa berdasarkan pada kriteria potensi dan kondisi lingkungan pada setiap alternatif site dengan melakukan penilaian, sebagai berikut : Tabel V.3 Kriteria Pemilihan Tapak/Site KRITERIA
Alt 1
Alt 2
Alt 3
Site terletak di daerah dekat spot-spot operasi dan „tempat nongkrong‟ anjal (rujukan rumah singgah/yayasan anak) Jarak pencapaian relatif dekat/mudah dicapai, baik dari pusat kegiatan masyarakat dalam maupun luar kota Surakarta Kesesuaian peruntukkan lahan dengan masterplan kota Kondisi fisik berkaitan dengan struktur tanah (topografi) dan lingkungan serta mempunyai infrastruktur memadai lingkungan sosial ekonomi yang sesuai karakter anjal JUMLAH
3
3
2
3
2
3
1 3
3 3
1 2
3 13
3 14
2 10
Ket: Skala penilaian 1-3 1= kurang, 2= tinggi, dan 3= sangat tinggi
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data di Lapangan. 2012 4) Output Site terpilih berada di dekat terminal Tirtonadi dan Stasiun Balapan, Jl. Kutai Raya, Rt/Rw.VII Kel.Sumber, Kec.Banjarsari, Surakarta. Pertimbanganpertimbangan dalam memilih lokasi site : a) Berdasarkan RUTRK Surakarta 1993-2013, Site merupakan daerah pengembangan terutama pembangunan di bidang pemukiman dan pelayanan sosial masyarakat commit to user 113
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Site berada dekat dengan spot-spot anak jalanan seperti: stasiun Balapan, Pasar Nusukan, terminal Tirtonadi, dan perempatan jalan. Selain itu, dekat tempat tinggal anjal di sepanjang kali pepe. c) Site memiliki luas lahan mencukupi dengan akses dari Jl. Kutai Raya RT/RW VII, Kel.Sumber, dimana jalan utama ini memiliki lebar 6 m dan sisinya 1 m sedangkan jalan lingkungan memiliki lebar 3-4 m. d) Site memiliki lingkungan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang mendukung, bukan lingkungan marjinal ataupun kumuh. e) Kemudahan pencapaian baik luar atau dalam kota. Diakses baik kendaraan umum/pribadi mengingat infrastruktur yang telah memadai f)
Site berada dekat dengan puasat kota sehingga beberapa fasilitas umum dapat dicapai dengan mudah dan jaringan utilitas yang memadai seperti drainase, PDAM, Kelistrikan, dan telepon.
c. Analisa Pengolahan Site Pengolahan site memiliki fungsi yang penting dalam usaha membentuk karakter bangunan yang ditampilkan yakni terbuka, sederhana dan rekreatif. Hal tersebut dituangkan pada tiap-tiap pengolahan site : 1) Pengolahan Existing Site a) Dasar Pertimbangan - Posisi site terhadap spot-spot anak jalanan - Luasan dan peruntukan lahan sesuai RUTRK Kota Surakarta - Kondisi site terhadap fasilitas pendukung dan eksosbud masyarakat
commit to user 114
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Kriteria Pengolahan - Site terjangkau dan mampu dijangkau anak jalanan - Site memiliki luas yang proporsional sesuai RUTRK Surakarta - Infrastruktur dan sistem utilitas sekitar site yang memadai - Site memiliki lingkungan eksosbud masyarakat yang stabil c) Analisa Terdapat kondisi dan potensi site di Kel. Sumber Rt/Rw VII, diantaranya: -
Berada dekat spot-spot lokasi operasi dan „nongkrong‟ anak jalanan di sepanjang kali pepe yang saat ini menjadi tempat tinggal anak
-
Site memiliki luasan yang cukup memadai dengan lingkungan yang mendukung kegiatan serta berada di tengah pemukiman penduduk
-
RUTRK Surakarta yang menjadikan Kel. Sumber sebagai daerah yang sedang berkembang dan melakukan pembangunan
-
Lingkungan sosial yang mendukung dalam perkembangan karakter positif anak jalanan (tanpa diskriminasi dan kesenjangan sosial)
d) Output Site berada di Kel.Sumber, Kec.Banjarsari, Surakarta.Site berupa lahan persawahan dan akses utama dari Jl. Kutai Raya dengan lebar 6 m dengan pedestrian lebar 1 m disetiap sisinya. Bangunan sekitar memiliki ketinggian 2 lantai khusus pada bangunan STIE mencapai ketinggian 4 lantai. Antar RT dipisahkan dengan gang-gang kecil lebar 3-4 m. Sistem utilitas memadai seperti: listrik, darinase, air bersih dan telepon Luas site yang digunakan adalah ((140 + 40 m)x 40)/2) + (123 x 40 m) + (83 x 75) = 14.745 m2. Batas-batas site : commit to user 115
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jl. Kutai Raya
Jl. Kutai I
Jl. Kutai Tengah
Gambar V.1 Peta Kec. Banjarsari dan lokasi site Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis. 2012
- Utara
: Jalan Kutai Raya (lebar 6 m) dan Perumahan
- Selatan
: Pemukiman Penduduk dan Jalan Kutai Tengah (lebar 4 m)
- Timur
: Perumahan dan Jalan Kutai I (lebar 4 m)
- Barat
: Pemukiman, SD Negeri Sumber 3, dan STIE
Sedangkan berdasarkan ketentuan RUTRK Surakarta 1993 – 2013, khususnya pada kel. Sumber, menetapkan bahwa peraturan bangunan : - Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 50 - 60% - Ketinggian bangunan maksimum : 3 - 4 lantai - Garis Sempadan Bangunan (GSB) : 3 m dari garis jalan utama 2) Pengolahan Pola Pencapaian a) Dasar Pertimbangan - Keamanan dan kenyamanan pengguna - Kelancaran pencapaian dan sirkulasi dalam maupun luar site b) Kriteria Pengolahan - Menentukan main dan side antrance yang strategis, aman dan nyaman bagi pengguna kendaraan commit to user dan pejalan kaki 116
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Main entrance memiliki kondisi mudah dikenali dan diakses. Side entrance memiliki kondisi yang tersembunyi untuk servis - Peletakkan ME dan SE menyesuaikan dengan arus lalu lintas dan intensitas kendaraan sekitar site - Pencapaian antar ruang dan massa bangunan sebagai suatu sistem harus mempertimbangkan keterikatan hubungan antar unit kegiatan c) Analisa Lebar jalan memadai dan kondisi jalan beraspal. Intensitas kendaraan tidak ramai, mudah dikenali dan diakses kendaraan dua arah. Pencapaian dapat menggunakan kendaraan umum/pribadi, sepeda, becak, dan sebagainya. d) Output
ME (out)
SE (Out)
Jl Kutai Tengah , Intensitas kecil. Sirkulasi satu arah (pribadi). Lebar 4m dan berasapal
ME (In)
SE (In)
Gambar V.2 Analisa dan Output Pencapaian
Jl Kutai Raya, Intensitas besar. Sirkulasi dua arah baik pribadi/umum. Lebar 6 m dan pedestrian 1 m setiap sisi
Jl Kutai I, intensitas sedang. Sirkulasi dua arah (untuk pribadi). Lebar 4 m dan berasapal
Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis. 2012 ME dan SE diletakkan terpisah pada arah yang berbeda. Main entrance berada di jalan utama dengan lebar 5 m, sedangkan entrance bagi pejalan kaki berupa pedestrian disepanjang sisi jalan beraspal. Side entrance berada dekat jalan lingkungan lebar: 4 m terletak dibelakang site khusus akses bagi penghuni dalam asrama baik pengelola commit tomaupun user anjal. 117
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Pengolahan Sistem Sirkulasi Site a) Dasar Pertimbangan - Jenis sirkulasi berdasarkan pelaku dan pola pergerakannya - Kemudahan pencapaian pada site dan ruang serta massa bangunan b) Kriteria Pengolahan - Pencapaian menuju site dengan sirkulasi yang informatif dan sesuai dengan kondisi sirkulasi kendaraan sekitar site - Pola sirkulasi yang jelas, aman dan nyaman sesuai kebutuhan. - Penggunaan penghubung ruang/bangunan yang aman dan terarah - Penggunaan bahan material dan elemen taman yang jelas dan mampu mengarahkan pengguna baik pengendara/pejalan kaki c) Analisa Kondisi sirkulasi lingkungan sekitar site, diantaranya : -
Sirkulasi site sebelah utara, jalan lebar 6 m dengan saluran drainase di tepian jalan, digunakan dua arah dengan intensitas cukup ramai.
-
Sirkulasi site sebelah selatan, jalan lingkungan lebar 4 m dan kondisi beraspal. Jalan dilalui dua arus dengan intensitas sepi.
-
Sirkulasi site sebelah timur dan barat, gang lebar 4 m dan kondisi beraspal. Jalan dilalui dua arus dengan intensitas cukup sepi.
Jenis sirkulasi berdasarkan pelaku kegiatannya dan sarana pergerakkan : a) Sirkulasi Vertikal -
Tangga, digunakan untuk publik dan untuk keadaan darurat. Lebar tangga minimal dapat dilalui oleh 3 orang sejajar atau bersimpangan. Untuk tangga darurat lebar min.1,50 m dengan kemiringan max. 35o. commit to user 118
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Ramp, sebagai sirkulasi vertikal khususnya untuk difable. Sudut kemiringan ram untuk difabel skeitar 7o.
b) Sirkulasi Horizontal -
Sirkulasi manusia, Sirkulasi manusia ini dikategorikan pada pola pergerakkan manusia dilakukan berjalan kaki atau alat bantu (difabel). Tabel V.4 Macam Pola Pergerakkan Sirkulasi Manusia
NO POLA GERAK 1 Sirkulasi Linier 2 Sirkulasi Grid 3 Sirkulasi Radial 4 Sirkulai Melingkar
KETERANGAN Garis gerak yang sinambung pada satu arah/lebih. Karakter: kaku, formal dan informatif Gerak bebas dalam banyak arah yang berbeda. Karakter: formal, monoton, halus dan tidak kreatif Berpusat pada satu titik pusat yang fungsional. Karakter: mudah, terkoordinir, informatif dan rekreatif Gerak melingkar sesuai dengan kondisi tapak. Karakter: kaku, mudah dan rekreatif
Sumber : D.K.Ching “Arsitektur, bentuk dan Susunannya”.1985 Sirkulasi pejalan kaki merupakan sirkulasi utama dalam penataan suatu kompleks bangunan. Sedangkan sarana utama bagi pejalan kaki adalah keamanan dan kenyamanan, tanpa terganggu sirkulasi kendaraan. Pola yang terjalin akan mampu menciptakan karakter sirkulasi yang memiliki kemudahan, kejelasan, dan keamanan bagi penggunanya. Pola sirkulasi yang terjalin meliputi: Pola sirkulasi linier, sebagai jalan utama dalam tapak, yang sekaligus dapat dipakai sebagai jalur transportasi kendaraan Pola sirkulasi radial, untuk kemudahan bagi pejalan kaki mencapai titik kegiatan dan sirkulasi penghubung antar fasilitas Pola sirkulasi grid, untuk mendapatkan kemudahan pencapaian dan gerak bebas dengan pencapaian menuju banyak arah commit to user 119
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam sirkulasipun dapat menggunakan elemen pengarah berupa pagar tanaman, pohon, lampu/pergola yang dimanfaatkan secara maksimal. Pengolahan tepi-tepi jalan penting untuk integrasi. Sosial Benefit dari jalur pedestrian, antara lain: Penyediaan ruang bagi aktivitas pejalan kaki. Jalan dianggap sebagai ruang publik yang dapat digunakan bagi aktivitas Mengubah citra sosial dari kota. (jalur pedestrian) Memberikan keamanan pada pejalan kaki. -
Sirkulasi kendaraan, Sirkulasi kendaraan meliputi pola pergerakkan kendaraan beroda dua (sepeda motor dan sepeda), empat (mobil pribadi, bus kota dan angkutan umum) dan lebih (truk sampah, dan mobil pemadam kebakaran) Tabel V.5 Macam Pola Pergerakkan Sirkulasi Kendaraan
NO 1
POLA GERAK Sirkulasi Linier
2
Sirkulasi Grid
3
Sirkulasi Radial
KETERANGAN Sirkulasi linier memiliki kenyamanan dan keamanan bagi pengendara dan pejalan kaki kurang terjamin, dan pencapaian menuju ruang kegiatan tidak jelas (crossing circulation) Sirkulasi grid memiliki kekurangan pada keamanan bagi pejalan kaki, tidak adanya pemisahan dan kemudahan dalam pencapaian menuju ruang kegiatan Sirkulasi radial memiliki jaminan keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki, terjadi pemisahan antara pejalan kaki dan kendaraan, dan kemudahan pencapaian menuju ruang kegiatan
Sumber : D.K.Ching “Arsitektur, bentuk dan Susunannya”.1985 Berdasarkan kriteria diatas, maka sistem sirkulasi parkir kendaraan pada bahu jalan dapat ditempatkan sesuai kebutuhan pengguna : commit to user 120
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Sistem parkir paralel Efisiensi diterapkan pada badan jalan Sirkulasi keluar-masuk sulit Daya tampung kendaraan sedikit Kebutuhan R. flow kendaraan lebar - Sistem parkir menyudut 45 derajat Efisiensi diterapkan pada area parkir Sirkulasi keluar-masuk mudah, lancar Daya tampung kendaraan banyak Kebutuhan R. flow kendaraan lebar - Sistem parkir menyudut 90 derajat Efisiensi diterapkan pada area parkir Sirkulasi keluar-masuk mudah, lancar Daya tampung kendaraan banyak Kebutuhan ruang dan lebar kendaraan d) Output Pola sirkulasi yang sesuai dengan kebutuhan dan karakter Pondok : -
Sirkulasi pejalan kaki dan penyandang cacat, pola linier dan radial lebar 1,5 m dengan material “grass block” yang disetai ramp.
-
Sirkulasi kendaraan, menggunakan pola sirkulasi linier, lebar 4 m untuk satu arah, dengan material aspal Berdasarkan jenis dan karakter sistem parkir di atas, maka sistem parkir
kendaraan menyudut 450 digunakan dalam Pondok. Salah satu pertimbangan adalah keamanan dan kenyamanan pengendara commit to user serta efsien penggunaan lahan. 121
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4) Pengolahan View dan Orientasi a) Dasar Pertimbangan - Pola dan jarak sirkulasi serta respon pengguna terhadap site - Kualitas pandangan (view) dari dan menuju site - View yang menarik, nilai ekspose tinggi b) Kriteria Pengolahan - Kesesuaian bidang tangkap dengan kualitas visual obyek tertentu - Jarak, arah datang dan pola sirkulasi pengamat terhadap bangunan - Jarak pandang pengamat bergantung kondisi klimatologis dan ketinggian bangunan baik luar maupun dalam site - Fungsi dan jenis aktivitas yang dilakukan oleh pelaku kegiatan sehingga muncul respon akan tingkat kenyamanan yang diinginkan c) Analisa Jalan Kutai Raya, sebagai akses utama menuju site Berpotensi View kedua
Berpotensi view utama
Gambar V.3 Analisa View Sekitar Site Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis.2012 commit to user
Berpotensi view ketiga
Jalan Kutai tengah, sebagai akses side entrance site
122
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Output
Berpotensi Orientasi utama
Jarak pandang kurang memadai
Pandangan terhalang bangunan
Pandangan terhalang bangunan
Gambar V.4 Analisa Orientasi sekitar site
Berpotensi Orientasi kedua
Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis. 2012 5) Pengolahan Noise (kebisingan) a) Dasar Pertimbangan - Intensitas dan jenis sumber kebisingan
- Fungsi dan kebutuhan pengguna akan ruang yang tenang - nyaman b) Kriteria Pengolahan -
Kondisi sumber kebisingan (bergerak atau tetap)
-
Jarak sumber dan tingkat pengaruhnya terhadap site
-
Kebutuhan pengguna akan kenyamanan dalam atau luar ruang.
c) Analisa dan Output Jarak bangunan dengan jalan Noise kecil, dari are hunin
Noise tinggi, dari kendaraan umum/pribadi.
Emberi barier pada zona merah
Massa bangunan dalam zona tenang Noise sedang, dari kendaraan pribadi warga
Noise kecil, dari are hunin
commit to user Gambar V.5 Analisa Noise Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis.2012
123
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6) Pengolahan Faktor Klimatologis a) Dasar Pertimbangan - Arah pergerakan matahari dan angin serta pengaruhnya pada site - Fungsi dan kebutuhan pelaku kegiatan akan ruang yang nyaman b) Kriteria Pengolahan - Pergerakan matahari dan intensitas pengaruh penyinaran - Pergerakan angin memberi kenyamanan penghawaan c) Analisa dan Output Masalah yang berhubungan dengan iklim mempunyai beberapa alternatif pemecahan dengan pertimbangan sebagai berikut: ▪
Bukaan. digunakan untuk menangkap sinar matahari ke dalam bangunan ataupun bukaan bagi angin sebagai penghawaan alami.
▪
Barier. Barier atau penghalang dapat berupa vegetasi dan pagar sebagai penghalang sinar matahari/angin yang merugikan bangunan
▪
Material. Difungsikan sebagai solusi masalah sinar matahari pada bangunan, berperan sebagai filter dan mengurangi kesilauan (glare)
Pencahayaan maksimal dan silau, panas maksimal
Ladang persawahan , sirkulasi lancar dan lebih sejuk
Pencahayaan silau, panas sedang
Pencahayaan maksimal, panas minimal
Penghawaan maksimal,sirkulasi melalui celah antar bangunan
Gambar V.6 Analisa Klimatologis commit to user Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis. 2012 124
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) Pengolahan Zonning Site a) Dasar Pertimbangan - Perilaku individu pengguna - Jenis kegiatan dan sifatnya - Peran dan fungsi ruang dalam pondok - Analisa berdasarkan pencapaian, orientasi, noise dan klimatologis b) Kriteria Pengolahan - Perilaku individu anak jalanan dengan berbagai aktivitasnya dalam menggunakan ruang, diantaranya : Latar belakang ekonomi. Sebagian besar anak jalanan terbiasa hidup dan tinggal di daerah berukuran terbatas. Sebagian besar ruang merupakan ruangan multifungsi, yakni ruang yang dapat berfungsi sebagai tempat tidur, bermain, belajar, dan makan. Latar belakang sosial. Secara sosial, masyarakat ini memiliki hubungan sosial yang cukup erat satu sama lain, begitu pula dengan anak-anak yang cenderung beraktivitas yang sifatnya hiburan seperti bermain atau mengobrol bersama. Daerah perkampungan, kegiatan terjadi di gang-gang/perempatan jalan. Sedangkan di daerah sumber, pos ronda sebagai tempat berkumpul dan lahan kosong sebagai tempat bermain Faktor personal. Kehidupan anak jalanan yang harus bekerja sendiri, tingkat keamanan bagi putri sangat minim untuk itu perlu pertimbangan adanya pemisahan fasilitas berdasarkan gender untuk mencegah hal-hal commit to user negatif yang mungkin terjadi 125
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Jenis kegiatan dan sifatnya. Pengelompokan dilakukan agar antar kegiatan dapat berlangsung tanpa saling mengganggu sehingga rasa aman dan nyaman pengguna melakukan aktivitas dapat berjalan maksimal. Jenis aktivitas dikelompokan sesuai dengan fungsi ruang dan tingkatan dalam penzoningan - Berdasarkan peran dan fungsi Pondok, hal tersebut sangat penting berkaitan dengan aktivitas yang diwadahi pada tiap fungsi ruang. - Berdasarkan hasil penzoningan analisa site, digunakan sebagai pertimbangan dalam meletakkan ruang yang sesuai kebutuhan c) Analisa Pengelompokkan jenis kegiatan menurut karakter lingkungan site : a) Zona Publik : berbatasan dengan jalan Kutai Raya sebagai jalan utama, mudah dicapai, jalan lebar 6 m, dua arah, dan beraspal b) Zona Semi Publik : berbatasan dengan pemukiman sebelah barat. Mudah dicapai dan intensitas kendaraan cukup sepi c) Zona Privat : berbatasan dengan perumahan sebelah timur. Tidak ramai dan kondisi sejuk dan nyaman untuk rileksasi d) Zona Servis : berbatasan dengan pemukiman sebelah selatan site. Kondisi gang l: 4 m, tidak ramai, mudah diakses dan tersembunyi. Karakter aktivitas Pondok berdasarkan jenis kegiatan dan kebutuhan pengguna: Tabel V.6 Karakter Aktivitas dalam PSAN Surakarta Peran Street Based Interventio ns
Fungsi - Perlindungan - Pendidikan
Aktifitas Karakter Aktivitas Mengawasi dan membantu anak santai, terbuka melakukan aktivitas di jalan sebagai teman Memfasilitasi hiburan dan buku atraktif dan edukatif bacaan anak di jalan commit to user 126
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Pembinaan
Centre Based Programm e
- Pelatihan - Pengelolaan - Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Communit y Based strategic
- Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Memberikan sosialisasi, dan perawatan kesehatan Membekali keterampilan anak Mengelola dan memberikan pelayanan administrasi Memberikan fasilitas asrama dan kebutuhan lain, pengawasan Memberikan fasilitas sekolah informal, belajar-mengajar dan membimbing bekal pengetahuan Memberikan BK, pengasuhan dan perawatan kesehatan anak Memberikan bekal, mengajar dan membimbing keterampilan Mengawasi dan membantu anak ketika siap bersosialisasi dalam keluarga maupun masyarakat Memberikan bimbingan dan mengajar di dalam keluarga Memberikan bimbingan dan perawatan pada anak, keluarga Membekali keluarga/oranng tua dengan keterampilan
terbuka bersih, dan informatif atraktif dan rekreatif formal, terbuka, dan informatif akses khusus, dinamis dan rekreatif semi formal, dinamis, edukatif dan rekreatif formal, dinamis, dan atraktif bebas, terbuka atraktif dan rekreatif terbuka informatif dan dinamis bebas informal dan edukatif bebas dan informatif terbuka atraktif dan rekreatif
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data di Lapangan. 2012 d) Output
Zona Publik
Zona Private
Zona Semi Publik
Zona Servis
Gambar V.7 Analisa Penzoningan Aktivitas to user Sumbercommit : Analisis Penulis. 2012 127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8) Pengolahan Lansekap a) Dasar Pertimbangan - Jenis dan fungsi vegetasi berdasarkan zoning pada site - Karakter aktivitas dan kebutuhan pengguna b) Analisa Penggunaan vegetasi sebagai pembatas antara zona satu dengan yang lain. Selain itu, peletakkan vegetasi pada site sebelah utara dan barat dapat digunakan untuk mereduksi panas dan kebisingan yang timbul. Peletakkan vegetasi dapat mengisi ruang-ruang kosong pada bangunan sehingga menimbulkan kesan intim. Selain itu, vegetasi dapat menimbulkan kesan sejuk pada bangunan. -
-
Vegetasi sebagai Pengendali Fisik. Menciptakan buffer zone,
Mengurangi polusi dan kebisingan (pohon angsana atau cemara)
Penahan terik dan silau sinar matahari di siang hari (pohon akasia)
Vegetasi sebagai Pengendali Sirkulasi. Keberadaan vegetasi sebagai pendukung dan memberikan fungsi kontrol sirkulasi :
Kejelasan batas terhadap area sirkulasi
Sebagai pengarah dan mempertegas jalur sirkulasi
Sebagai batas digunakan semak rendah (teh tehan), sedangkan sebagai pengarah sirkulasi digunakan tanaman palem. -
Vegetasi sebagai Aspek Estetika Visual. Open Space
dan taman,
digunakan tanaman bunga seperti soka, dan rumput jepang. a) Pagar pembatas kompleks bangunan Keberadaan pagar depan mampu mendukung karakter bangunan : commit to user 128
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Keterbukaan Penggunaan jenis pagar yang bersifat transparan menimbulkan kesan terbuka dan lapang bagi yang mengamatinya - Kesederhanaan. Agar tidak terjadi kesenjangan visual yang terlalu besar dengan lingkungan sekitarnya (kontekstual) Pagar. Penggunaan pagar yang tidak terlalu mencolok tetapi memiliki tingkat keamanan yang tinggi. Menciptakan pagar dari elemenelemen alam seperti batu alam, pagar hias dengan tanaman. Street furniture. Penempatan street furniture seperti lampu taman, lampu penerangan, tempat duduk pada area taman dan pedestrian. b) Kolam buatan sebagai pelengkap lansekap Site merupakan area persawahan yang tidak berfungsi bangunan lain. Lingkungan disekitarnya merupakan pemukiman penduduk yang memerlukan ornamen-ornamen yang dapat menimbulkan kesan estetika. Kolam ini juga dapat menimbulkan kesan rekreatif dan atraktif. Kolam/elemen pelengkap dapat diletakkan dalam/luar bangunan, ruang komunal, pengisi antar bangunan sehingga terkesan intim. a) Pool/Flat. Bentuk kolam air yang menggambarkan kondisi stabil dan dapat menimbulkan kesan transparan, ringan, dan luas. b) Fountain (air mancur). Bentuk air yang menyembur ke atas dan kembali ke bawah. c) Cascade (air mengalir). Bentuk air mengalir karena gaya gravitasi. Kesan dan karakter tergantung dari bentuk dan ketinggian air jatuh.
commit to user 129
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Output Penataan khusus dalam site meliputi area bercocok tanam, peternakan dan perikanan Berdasarkan kondisi tanah dan iklim sekitar maka : a) Pengolahan area bercocok tanam meliputi, tanaman palawija, herbal jawa, umbi-umbian, dan berbagai macam sayur mayur. b) Pengolahan area peternakan meliputi, beternak kambing dan ayam. Aktivitas ini mudah dilakukan dan berada di ruang yang luas c) Pengolahan area perikanan meliputi, ikan lele, emas, gurame, mengikuti keadaan klimatologis sekitar site Zona Barier
Kolam dan Air Mancur berada dipusat kegiatan
Zona Private
Zona Tanaman Estetika
Area bercocok tanam, beternak dan perikanana
Zona Service
Gambar V.8 Analisa Penataan Lansekap Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis. 2012 2. Analisa Perancangan Mikro a. Analisa Programatik Peruangan 1) Pelaku dan Aktivitas Tujuan: untuk menentukan sasaran pelaku yang akan melakukan aktivitas dalam bangunan melalui analisis pada perilaku penggunanya commit to user 130
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Dasar Pertimbangan - Sasaran pelayanan, karakter dan perilaku pengguna - Daya tampung dan jenis aktivitas sesuai karakter pengguna b) Analisa 1) Spesifikasi pelaku atau sasaran pelayanan : - Pelaku utama, Yaitu anak jalanan berusia 6-18 tahun. Anjal menetap yaitu hidup dalam pondok dan bertanggung jawab untuk mengikuti kegiatan Sedangkan anjal tidak tetap, hanya sekedar singgah baik istirahat/ikutserta kegiatan. - Anak jalanan tetap, dengan daya tampung 200 anak Usia anak antara 6 – 11 tahun, daya tampung 50 anak Usia anak antara 12 – 18 tahun, daya tampung 150 anak - Anak jalanan tidak tetap, dengan daya tampung 700 anak Usia anak antara 6 – 11 tahun, daya tampung 200 anak Usia anak antara 12 – 18 tahun, daya tampung 500 anak - Pengelola, Yaitu pihak yang mengelola kegiatan dalam PSAN. Pengelola terdiri dari pengelola yang terjun langsung ke lapangan (ekstern:
berinteraksi
dengan
anak-anak
sebagai
pemandu,
pengawas, dan pengajar) dan pengelola administrasi (intern: kegiatan intern pengelolaan PSAN) Pengelola tetap, yang tinggal untuk mengawasi, menjaga dan membimbing anjal menetap. Waktu kerja selama 24 jam, dengan daya tampung mencapai 50 orang commit to user 131
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengelola tidak tetap, yang tidak tinggal. Waktu kerja 12 jam, dengan daya tampung mencapai 50 orang Pelayanan service, staff service yang tinggal mencapai 30 orang dan tidak tinggal mencapai 20 orang - Pengunjung/Pengantar yaitu orang tua atau dewasa yang mengantar anak berjumlah 200 orang. Pengunjung insidentil yaitu orang dewasa yang mengantarkan anak berkunjung untuk melihat pameran atau pertunjukkan yang diselenggarakan setiap 3/6 bulan sekali. Tamu pengelola yaitu orang yang melakukan kegiatan bersama dengan pengelola (2% dari pengelola) 2) Aktivitas pelaku dalam Pondok Sejahtera Anak Nusantara Tabel V.7 Aktivuitas Pelaku dalam PSAN Surakarta - Anak Jalanan Pelaku Anjal tetap
Fungsi - Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Anjal tidak - Perlindungan tetap - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Aktivitas pelaku dalam Pondok Istirahat/tidur, memasak, makan dan minum, ibadah, mencuci dan menjemur, metabolisme, berkumpul, belajar Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul dan metabolisme, ekstrakulikuler BK, belajar, cek kesehatan dan perawatan, ibadah,berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, kewirausahaan (basar), berkumpul, bermain Istirahat, makan dan minum, ibadah, metabolisme, belajar, berkumpul Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul dan metabolisme, ekstrakulikuler BK, belajar, cek kesehatan dan perawatan, ibadah,berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, kewirausahaan (basar), berkumpul, bermain commit to user 132
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Pengelola Pelaku Pengelola tetap
Fungsi - Pengelolaan - Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Pengelola - Pengelolaan tidak tetap - Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Pelayanan service
- Pengelolaan - Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Aktivitas pelaku dalam Pondok Bekerja mengelola, administrasi, menyimpan arsip, makan-minum, metabolisme Istirahat/tidur, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, mencuci dan menjemur, mengawasi dan membimbing, metabolisme Mengajar dan membimbing, makan-minum, berkumpul dan metabolisme Membimbing, mengawasi, periksa kesehatan, ibadah, berkumpul, metabolisme Mengajar dan melatih bekal keterampilan, merencanakan pameran-pementasan, makanminum, berkumpul dan metabolisme Bekerja mengelola, administrasi, menyimpan arsip, makan-minum, metabolisme Istirahat, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, membimbing, metabolisme Mengajar dan membimbing, makan-minum, berkumpul dan metabolisme Membimbing,mengawasi,periksa kesehatan, ibadah dan berkumpul, metabolisme Mengajar dan melatih bekal keterampilan, merencanakan pameran-pementasan, makanminum, berkumpul dan metabolisme Menjaga kebersihan dan keamanan kantor Menjaga kebersihan dan menyiapkan makanminum serta keamanan asrama anak Menjaga kebersihan, mengelola koperasi dan keamanan kelas Menjaga kebersihan dan keamanan ruang Menjaga kebersihan dan keamanan ruang
- Pengunjung Pelaku Pengantar
Pengunjung Insidentil Tamu Pengelola -
Fungsi Pembinaan Pelatihan Pengelolaan Pelatihan Pengelolaan Pelatihan
Aktivitas pelaku dalam Pondok Bimbingan dan pengasuhan keluarga Bimbingan dan belajar bekal keterampilan Bimbingan dan informasi sesuai kondisi Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak Mendapat informasi dari staff pengelola Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data di Lapangan. 2012 commit to user 133
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Output Berdasarkan hasil analisis diatas, maka dapat dirumuskan pelaku beserta aktivitas yang dilakukan adalah, sebagai berikut: Tabel V.8 Pelaku Aktivitas, Daya Tampung dan Jenis Aktivitas yang diwadahi Pelaku Anjal : - Tetap
Muatan Fungsi 200 anak - Perlindungan - Pendidikan
- Tidak tetap
- Pembinaan - Pelatihan
Pengelola : 100 org - Tetap - Tidak tetap
- Pengelolaan - Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Service
50 org
Pengantar, 100 org Pengunjung insidentil, dan Tamu Pengelola
- Pengelolaan - Perlindungan - Pengelolaan - Pembinaan - Pelatihan
Aktivitas Istirahat,tidur,memasak,belajar,makan-minum, ibadah, cuci-jemur, metabolisme, berkumpul, Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul, metabolisme, ekstrakulikuler Bimbingan konseling, belajar, cek kesehatan, ibadah,berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, kewirausahaan (basar), berkumpul, bermain Bekerja mengelola, administrasi, menyimpan arsip, makan-minum, metabolisme Istirahat, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, membimbing, metabolisme Mengajar dan membimbing, makan-minum, berkumpul dan metabolisme Membimbing,mengawasi,periksa kesehatan, ibadah dan berkumpul, metabolisme Mengajar dan melatih bekal keterampilan, merencanakan pameran-pementasan, makanminum, berkumpul dan metabolisme Menjaga Kebersihan dan Keamanan Menjaga kebersihan dan menyiapkan makanminum serta keamanan asrama anak Bimbingan dan informasi yang sesuai Bimbingan dan pengasuhan keluarga Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data di Lapangan. 2012 2) Pola Aktivitas Tujuan : untuk menentukan pola aktivitas yang sesuai karakter perilaku pengguna sehingga dapat tercipta kenyamanan dan keamanan
commit to user 134
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Dasar Pertimbangan -
Aktivitas pengguna
-
Peran dan fungsi dalam Pondok
b) Analisa - Pola Aktivitas Anak Jalanan Tetap Datang
Kegiatan sehari-hari
Entrance Belajar, bermain, berkarya berinteraksi,membaca, dan bekerjasama antar teman
Istirahat/tidur, berkumpul, belajar, bermain, makan dan minum, ibadah, mencuci dan menjemur, metabolisme
Kegiatan Pemberdayaan
Pulang
Skema V.2 Pola Aktivitas Anjal tetap (6-11) Datang
Kegiatan sehari-hari
Entrance Belajar, bermain, berkarya berinteraksi, bersosialisasi, membaca, berwirausaha bekerjasama antar teman
Istirahat/tidur, memasak, makan dan minum, ibadah, cuci dan jemur, metabolisme, berkumpul, belajar
Kegiatan Pemberdayaan
Pulang
Skema V.3 Pola Aktivitas Anjal tetap (12-18) - Pola Aktivitas Anak Jalanan Tidak Tetap Datang
Kegiatan sehari-hari
Belajar, bermain, berkarya berinteraksi,membaca, dan bekerjasama antar teman
Kegiatan Pemberdayaan
Istirahat, makan dan minum, ibadah, metabolisme, bermain, berkumpul, belajar
Pulang
Skema V.4 Pola Aktivitas Anjal tidak tetap (6-11) commit to user 135
perpustakaan.uns.ac.id
Datang
digilib.uns.ac.id
Kegiatan sehari-hari
Belajar, bermain, berkarya berinteraksi, bersosialisasi, membaca, berwirausaha bekerjasama antar teman
Istirahat, memasak, makan minum, ibadah, mencuci, menjemur, metabolisme, berkumpul, belajar
Kegiatan Pemberdayaan Pulang
Skema V.5 Pola Aktivitas Anjal tidak tetap (12-18) - Pola Aktivitas Pengelola Tetap Datang
Kegiatan sehari-hari
Mengajar, mengelola, membimbing, mengawasi, dan mengasuh kegiatan anak dalam Pondok
Entrance
Istirahat tidur, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, mencuci dan menjemur, mengawasi dan membimbing, metabolisme
Kegiatan Pemberdayaan
Pulang
Skema V.6 Pola Aktivitas Pengelola Tetap - Pola Aktivitas Pengelola Tidak Tetap Datang
Kegiatan sehari-hari
Mengajar, mengelola, membimbing, mengawasi, dan mengasuh kegiatan anak dalam Pondok
Istirahat, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, membimbing, metabolisme
Kegiatan Pemberdayaan
Pulang
Skema V.7 Pola Aktivitas Pengelola Tidak Tetap - Pola Aktivitas Pelayanan Service Datang
Kegiatan sehari-hari
Entrance Beraktivitas untk menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan dalam Pondok
Istirahat/tidur, memasak, makan dan minum, ibadah, mencuci dan menjemur, metabolisme
Kegiatan Pemberdayaan
Pulang
Skema V.8 Pola Aktivitas Pelayanan Servis commit to user 136
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Pola Aktivitas Pengunjung/Pengantar Datang
Mengantar anak
Makan-minum dan metabolisme
Administrasi di Pondok, Mendapat bimbingan dan pengasuhan serta bekal keterampilan
Kegiatan Pemberdayaan
Pulang
Skema V.9 Pola Aktivitas Pengunjung/Pengantar - Pola Aktivitas Pengunjung Insidentil Datang
Tamu Insidentil
Makan-minum dan metabolisme
Berkunjung, dan mencari informasi, ikut serta dlm pementasan/pameran
Kegiatan Pemberdayaan
Pulang
Skema V.10 Pola Aktivitas Pengunjung Insidentil - Pola Aktivitas Tamu Pengelola Datang
Tamu pengelola
Berkaitan dengan kegiatan pengelolaan misal: sistem adminstrasi, pendataan, kunjungan kerja, dll
Kegiatan Pemberdayaan
Makan-minum dan metabolisme
Pulang
Skema V.11 Pola Aktivitas Tamu Pengelola c) Output Berdasarkan analisis pola aktivitas pelaku kegiatan diatas, maka dapat dirumuskan pola kegiatan pelaku selama dalam PSAN : Tabel V.9 Pelaku, Fungsi dan Jenis Aktivitas yang diwadahi Pelaku Anjal Tetap - Usia 6-11 Th - Usia 12-14 Th - Usia 15-18 Th
Fungsi - Perlindungan
- Pendidikan
Aktivitas Istirahat/tidur, berkumpul, belajar, bermain (611Th), Memasak (12-18Th) makan dan minum, ibadah, metabolisme, mencuci dan menjemur, berkumpul, belajar Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul dan metabolisme ekstrakulikuler commit to user 137
perpustakaan.uns.ac.id
- Pembinaan - Pelatihan Anjal Tidak tetap - Perlindungan - Usia 6-11 Th - Usia 12-14 Th - Usia 15-18 Th - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan Pengelola - Tetap
- Pengelolaan - Perlindungan
- Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
- Tidak tetap
- Pengelolaan - Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Pelayanan service
- Pengelolaan - Perlindungan
Pengantar
- Pembinaan - Pelatihan - Pengelolaan - Pelatihan - Pengelolaan - Pelatihan
Pengunjung Insidentil Tamu pengelola
digilib.uns.ac.id
Bimbingan, belajar, cek kesehatan dan perawatan, ibadah, berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, berkumpul, bermain, kewirausahaan (12-18Th) Istirahat, berkumpul, belajar, bermain (611Th), makan dan minum, ibadah, metabolisme, berkumpul, belajar Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul dan metabolisme ekstrakulikuler Bimbingan, belajar, cek kesehatan dan perawatan, ibadah, berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, berkumpul, bermain, kewirausahaan (12-18Th) Bekerja mengelola, administrasi, menyimpan arsip, makan-minum, metabolisme Istirahat/tidur, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, mencuci dan menjemur, mengawasi dan membimbing, metabolisme Mengajar dan membimbing, makan-minum, berkumpul dan metabolisme Membimbing dan mengawasi, periksa, ibadah dan berkumpul, metabolisme Mengajar dan melatih bekal keterampilan, merencanakan pameran-pementasan, bermain ,makan-minum, berkumpul dan metabolisme Bekerja mengelola, administrasi, menyimpan arsip, makan-minum, metabolisme Istirahat, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, membimbing, metabolisme Mengajar dan membimbing, makan-minum, berkumpul dan metabolisme Membimbing,mengawasi, periksa kesehatan, ibadah dan berkumpul, metabolisme Mengajar dan melatih bekal keterampilan, merencanakan pameran-pementasan, makanminum, berkumpul dan metabolisme Menjaga kebersihan dan keamanan Menjaga kebersihan dan menyiapkan makanminum serta keamanan asrama anak Bimbingan dan pengasuhan keluarga Bimbingan dan belajar bekal keterampilan Bimbingan dan informasi yang sesuai Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak Mendapat informasi dari staff pengelola Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak
Sumber : Analisis Penuliscommit berdasarkan to userData di Lapangan. 2012 138
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Karakter Aktivitas Tujuan : untuk menentukan karakteristik aktivitas yang sesuai dengan karakter dan perilaku pengguna dalam PSAN Surakarta a) Dasar pertimbangan - Aktivitas yang terjadi berdasarkan karakter dan perilaku pengguna - Peran dan fungsi dalam Pondok b) Analisa Anak jalanan yang ditampung tidak hanya dalam satu kelompok usia melainkan dalam kisaran 6-18 tahun, yakni :- Usia antara 6-11 tahun, - Usia antara 12-14 tahun, dan -Usia antara 15-18 tahun. Maka seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa akan terjadi perbedaan jenis aktivitas. Karena aktivitas yang berbeda, maka timbul jenis karakter aktivitas yang berbeda pula. Tabel V.10 Karakter Aktivitas berdasarkan Fungsi dan Aktivitas Pengguna Peran
Fungsi
Aktifitas
Street Based - Perlindungan Mengawasi dan membantu Interventions selesaikan masalah anak di jalanan Memfasilitasi pendidikan melalui - Pendidikan hiburan dan buku Memberikan, sosialisialisasi dan - Pembinaan perawatan anak Membekali dengan keterampilan - Pelatihan Centre Based - Pengelolaan Mengelola dan memberikan Programme pelayanan administrasi - Perlindungan Memberikan fasilitas asrama dan mengawasi aktivitas Memberikan fasilitas sekolah - Pendidikan informal, belajar-mengajar dan bimbingan ilmu pengetahuan Memberikan BK, pengasuhan dan - Pembinaan perawatan fisik dan psikis Memberikan bekal, mengajar dan - Pelatihan membimbing keterampilan commit to user
Karakter Aktivitas Santai, terbuka sebagai teman Atraktif dan edukatif Terbuka bersih, dan informatif Atraktif,rekreatif Formal,terbuka, dan informatif Dinamis dan rekreatif Semi formal, dinamis,edukatif dan rekreatif Formal,dinamis, dan atraktif Bebas, terbuka dan rekreatif
139
perpustakaan.uns.ac.id
Community Based strategic
- Perlindungan Mengawasi dan membantu anak bersosialisasi dalam keluarga Memberikan bimbingan dan - Pendidikan mengajar di dalam keluarga Memberikan BK, penyuluhan dan - Pembinaan perawatan pada anak/keluarga Membekali keluarga/oranng tua - Pelatihan dengan keterampilan
digilib.uns.ac.id
Terbuka,dinamis informatif dan Bebas informal dan edukatif Bebas dan informatif Terbuka atraktif dan rekreatif
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 c) Output Karakter PSAN berdasarkan Karakter aktivitas dan ruang, sebagai berikut : Aktivitas bersifat Informal maupun Formal Anak diberikan pilihan dalam mendapatkan ilmu pengetahuan maupun bekal keterampilan dengan mengikuti sekolah tetapi tidak terpaku formal pada sistem pendidikan pemerintah. Sedangkan, sifat keformalan kegiatan terlihat pada sistem adminitrasi dari pengelola karena akan mendapat kunjungan beberapa tamu umum dan menjadi salah satu citra pertama pondok. Contoh : informal pada R. Kelas dan formal pada R. Pengelola. Aktivitas bersifat terbuka Anak diberikan kebebasan untuk mengikuti kegiatan dalam Pondok. Aktivitas yang dilakukan juga dapat dengan mudah diterima oleh anak jalanan sehingga tidak muncul kendala dalam beradaptasi. Contoh kegiatan bersifat terbuka misalnya bimbingan atau konseling, kewirausahaan dan kegiatan yang berkaitan dengan perlindungan. Aktivitas bersifat informatif Anak diberi kesempatan mempelajari dan mempraktekkan ilmu yang telah didapat dalam keadaan nyata. Dibutuhkan cara pemberdayaan yang dapat dimengerti pengguna sehingga faham tujuan dari setiap kegiatan. commit to user 140
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Anak bebas bermain dan berekspresi untuk membentuk karakter pemikiran positif. Contohnya perpustakaan, pameran, diskusi, dan audio visual Aktivitas bersifat edukatif Tenang dan santai sehingga anak merasa nyaman dalam belajar dan tidak merasa tertekan. Dibutuhkan ruang interaksi dengan pengajar dengan ruang gerak cukup. Anak dipandu oleh pemandu untuk bisa dan mahir dengan bakat yang telah dipilihnya. Anak juga tidak dituntut untuk bisa dan meniru, tetapi anak harus dapat mengungkapkan ide/gagasan serta mengaplikasikan pengetahuan dengan suasana dan situasi yang berbeda. Contoh kegiatan edukatif seperti kesenian dan keterampilan Aktivitas bersifat rekreatif Dinamis, banyak pergerakkan, spontan sehingga membutuhkan ruang leluasa untuk bergerak. Santai, bebas, gembira sehingga membutuhkan suasana nyaman dan aman. Interaksi antar anak mampu memancing perkembangan kreatifitasnya. Sedangkan interaksi dengan anak yang lain cenderung dalam permainan beregu dan pertandingan. Contoh kegiatan yang bersifat rekreatif seperti pertunjukkan, bermain dan out bound. 4) Kebutuhan Ruang Tujuan: untuk menentukan ruang sebagai wadah aktivitas bagi pengguna dalam PSAN Surakarta a) Dasar pertimbangan - Pelaku dan aktivitasnya - Karakter aktivitas sesuai karakter perilaku pengguna commit to user 141
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Analisa Kebutuhan ruang pada fasilitas PSAN
ini tidak dapat terlepas dari
karakter anak jalanan sebagai pengguna utama. Keterkaitan antara karakter dan kebutuhan ruang dalam Pondok, sebagai berikut : Tabel V.11 Karakter Ruang berdasarkan Analisa Karakter Pengguna Perilaku Anak Aktif dan Kreatif
Atribusi Anak jalanan dituntut untuk aktif dan kreatif mencari bermacammacam kesibukan yang dapat menghasilkan uang untuk bertahan hidup. Mereka juga harus aktif dan kreatif untuk menciptakan hal-hal baru agar tidak tertindas dalam persaingan di jalanan Dari segi arsitektural, dipertimbangkan dalam menciptakan wadah guna memancing, menampung dan menyalurkan kreatifitas mereka Mandiri Kemandirian dari dalam diri anak jalanan biasanya muncul dan berasal dari faktor tidak adanya perhatian dan perlindungan dari keluarga. Mereka dituntut memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak terbiasa tergantung pada orang lain terutama tempat tidur dan makan. Mereka biasa tidur dimana saja baik didalam maupun diluar ruangan. Dari segi arsitektural, digunakan sebagai pertimbangan penataan ruang yang sesuai dengan kebutuhan dan kenyamanan mereka Solidaritas tinggi Karena merasa senasip sepenanggungan, maka anak jalanan memiliki rasa solidaritas yang tinggi pada sesamanya. Dalam hal pekerjaan terdapat pembagian teritori dan time scedule yang tidak tertulis dan terbentuk secara alami. Mereka sering berkumpul dengan sesamanya walaupun hanya mengobrol, bermain dan bertukaran informasi Dari segi arsitektural, digunakan sebagai pertimbangan dalam penciptaan dan pemfasilitasan ruang komunal sebagai salah satu sarana penting dalam kehidupan sosial mereka dengan sesamanya Adaptif terhadap Dilihat dari aspek anak jalanan yang biasa hidup dimana saja, maka ling. pada akhirnya mereka terbentuk menjadi pribadi yang lebih adaptif terhadap lingkungan. Mereka cepat berdaptasi pada lingkungan baru. Dari segi arsitektural, perilaku ini berhubungan erat dengan pemilihan lokasi yang sesuai karena dimanapun lokasinya anak jalanan dapat dengan cepat beradaptasi. Namun agar lebih tepat sasaran maka dipilih lokasi denggan lingkungan yang sesuai sehingga mereka nyaman dan „betah‟ untuk tinggal dan beraktivitas Ruang publik Kebanyakan anak jalanan tidak mempunyai tempat tinggal sehingga sebagai teritori ruang-ruang publik kota menjadi rumah mereka. Mereka biasa menggunakan emperan toko, halte, gerbong kereta, jalanan dan taman kota. Hal ini dikarenakan kebutuhan ansk tidak terpenuhi dengan baik Dari segi arsitektural, digunakan dalam penciptaan berbagai fasilitas yang dapat memfasilitasi kebutuhan mereka, dalam hal ini kebutuhan akan tempat berkumpul, bermain dan berkreasi commit to user 142
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perilaku Secara konseptual, perilaku jenis ini dapat dihilangkan dari diri anak menyimpang dan jalanan. Namun secara fisik, perilaku ini dapat dikendalikan dan mengganggu diminimalisir dengan memaksimalkan fungsi pengawasan dalam Pondok. Hendaknya pengawasan yang dilakukan tidak bersifat mengikat dan kaku namun lebih lunak dan lembut. Dari segi arsitektural, digunakan dalam penentuan tata massa yang mudah dalam pengawasan dan pengaturan peruangan agar dapat berkomunikasi antar sesama dan pembina melalui penataan bangunan Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012 c) Output Berdasarkan analisa diatas, maka terdapat ruang-ruang yang harus ada dan tersedia pada PSAN adalah sebagai berikut : Tabel V.12 Hasil Analisa Kebutuhan Ruang dalam PSAN Surakarta Pelaku Anjal Tetap Usia 6-11 Usia 12-14 Usia 15-18
Fungsi - Perlindungan
- Pendidikan
- Pembinaan
- Pelatihan
Anjal - Perlindungan Tidak tetap Usia 6-11 Usia 12-14 Usia 15-18 - Pendidikan
- Pembinaan
- Pelatihan
Aktivitas Istirahat/tidur, berkumpul, belajar, bermain (6-11Th), Memasak (1218Th) makan dan minum, ibadah, metabolisme, mencuci dan menjemur, berkumpul, belajar Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul dan metabolisme ekstrakulikuler Bimbingan, belajar, cek kesehatan dan perawatan, ibadah, berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, berkumpul, bermain, kewirausahaan (12-18Th) Istirahat, berkumpul, belajar, bermain (6-11Th), makan dan minum, ibadah, metabolisme, berkumpul, belajar Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul dan metabolisme ekstrakulikuler Bimbingan, belajar, cek kesehatan dan perawatan, ibadah, berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, berkumpul, bermain, kewirausahaan (12-18Th) commit to user
Kebutuhan Ruang R. Tidur, R. Komunal R.Bersama, R. Ibadah, R. Cuci-jemur, dapur, pantri, R. Makan, dan KM/WC R. kelas, R.Komunal, R.Bermain, KM/WC perpustakaan R. BK, R. kelas, R. kesehatan,R.Komunal R.Bermain, KM/WC R. kelas, R.Pengelola, R.Pelatihan,R.Komuna l, dan R. Bermain R.santai,R. Komunal, R.Baca dan belajar, R.Ibadah,R.Cucijemur, R. Makan, KM/WC R. kelas, R.Komunal, R.Bermain, KM/WC , Masjid, perpustakaan R. BK, R. kelas, R. kesehatan,R.Komunal R.Bermain, KM/WC R. kelas, R.Pengelola, R.Pelatihan,R.Komuna l, dan R. Bermain 143
perpustakaan.uns.ac.id
Pengelola - Tetap
- Pengelolaan
- Perlindungan
- Pendidikan
- Pembinaan
- Pelatihan
- Tidak tetap
- Pengelolaan
- Perlindungan
- Pendidikan
- Pembinaan
- Pelatihan
Pelayanan service
- Pengelolaan - Perlindungan
Pengantar
- Pembinaan - Pelatihan
Pengunjun - Pengelolaan g Insidentil
digilib.uns.ac.id
Bekerja mengelola, administrasi, R.kerja, R.simpan, R. menyimpan arsip, makan-minum, Rapat, R. Kepala dan metabolisme wakil pengelola, R. Tamu,Pantri, KM/WC Istirahat/tidur, berkumpul, R. Tidur, R. Komunal membaca, makan dan minum, R. Baca dan belajar, R. ibadah, mencuci dan menjemur, Ibadah, R. Cuci-jemur, mengawasi dan membimbing, R. Makan, dapur, metabolisme KM/WC Mengajar dan membimbing, R.Pengajar,R.Komuna makan-minum, berkumpul dan l, perpustakaan, pantri, metabolisme KM/WC Membimbing dan mengawasi, R.Pengajar,R.Komuna periksa kesehatan, ibadah dan l, R.Kesehatan, pantri, berkumpul, metabolisme KM/WC Mengajar dan melatih bekal R.pengajar,R.komunal, keterampilan,pameran/pementasan R. dokumen pantri, bermain,makan-minum,berkumpul metabolisme, KM/WC dan metabolisme Bekerja mengelola, administrasi, R.kerja, R.simpan, R. menyimpan arsip, makan-minum, Rapat, R. Kepala dan metabolisme wakil pengelola, R. Tamu,Pantri, KM/WC Istirahat, berkumpul, membaca, R. Komunal R. Baca makan dan minum, ibadah, mini dan belajar, R. membimbing, metabolisme Ibadah, KM/WC Mengajar dan membimbing, R.Pengajar,R.Komuna makan-minum, berkumpul dan l, perpustakaan, pantri, metabolisme KM/WC Membimbing,mengawasi, periksa R.Pengajar,R.Komuna kesehatan, ibadah dan berkumpul, l, R.Kesehatan, pantri, metabolisme KM/WC Mengajar dan melatih bekal R.pengajar,R.komunal, keterampilan,pameran/pementasan R. dokumen pantri, bermain,makan-minum,berkumpul metabolisme, KM/WC dan metabolisme Menjaga kebersihan dan keamanan R. staff, dapur, pantri, gudang peralatan Menjaga kebersihan dan R.tidur, pantri, dapur, menyiapkan makan-minum serta R. Komunal, KM/ keamanan asrama anak WC, gudang alat Bimbingan dan pengasuhan R. BK, R. Seminar keluarga kantin, KM Bimbingan dan belajar bekal R. BK, R. Kelas, keterampilan kantin, KM Bimbingan dan informasi yang R.pengelola,R.Komun sesuai commit to user al,R.Administrasi, KM 144
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Pelatihan Tamu pengelola
- Pengelolaan - Pelatihan
Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak Mendapat informasi dari staff pengelola Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak
R.pameran,bazar anak, amphiteatre,.komunal R.pengelola,R.Komun al,R.Administrasi, KM R.pameran,bazar anak, amphiteatre,.komunal
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 5) Pengelompokan Ruang Tujuan : untuk mengelompokkan kegiatan dalam ruang sehingga memudahkan dalam menentukan zonifikasi fungsi dalam PSAN a) Dasar pertimbangan - Kebutuhan ruang - Pengguna atau pelaku kegiatan - Peran dan fungsi dalam Pondok beserta zonifikasi site b) Analisa Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka PSAN mempunyai beberapa fungsi yang merupakan penjabaran perannya menggunakan metoda penanganan tertentu. Tabel V.13 Analisa Pengelompokan Ruang berdasarkan Fungsi dan Kebutuhan Ruang dalam PSAN FUNGSI Fungsi Pengelola Pusat
-
KEBUTUHAN RUANG R. Kerja staff pengelola R. Simpan R. Rapat R. Kepala dan wakil pengelola, R. Komunal R. Tamu R. Pengelola R. Administrasi Pantri R. Staff Kamar mandi/WC commit to user
-
ZONIFIKASI Semi Privat Privat Semi Privat Semi Privat Publik Publik Publik Semi Privat Service Service Publik 145
perpustakaan.uns.ac.id
Fungsi Perlindungan
Fungsi Pendidikan
Fungsi Pembinaan
Fungsi Pelatihan
Penunjang
-
digilib.uns.ac.id
Dapur R. Gudang R. Keamanan R. Pengelola Asrama. Tidur anak dan pengelola R. Komunal (keluarga) R. Bersama, R. Bermain R. Makan Dapur Kamar mandi anak dan pengelola Gudang R. Cuci-jemur R. Keamanan R. kelas belajar R. Komunal R. Bermain out-indoor R. BK R.Komputer R. Pengajar R. Makan-minum Kamar mandi R. Gudang R. Keamanan R. Periksa R. Terapi R. Rawat Inap Apotek R. Tunggu R. Bermain R. Pengelola Pantri Kamar mandi R. Gudang R. Keamanan R. kelas Pelatihan R. Pengelola R. Dokumen R. Bimbingan R. Komunal in-outdoor R. Bermain Pantri Kamar mandi R. Gudang R. Keamanan R. Pameran Retail Souvenir R Pengelola commit to user
-
Service Service Service Publik Privat Semi Privat Semi Privat Publik Publik Service Service Service Service Semi Privat Semi Privat Publik Privat Semi Privat Publik Publik Service Service Service Privat Privat Publik Publik Publik Publik Semi Privat Service Service Service Service Semi Privat Publik Semi Privat Privat Publik Publik Service Service Service Service Publik Publik Semi privat 146
perpustakaan.uns.ac.id
Pelayanan Service
-
digilib.uns.ac.id
R. Seminar Musholla R. Rak Perpustakaan R. Baca R. Komputer dan Audio Visual R. Bazar anak Pendopo, Backstage, R. Peralatan R. Komunal in-utdoor Pantri Kamar mandi R. Gudang Area Berkebun, Beternak, Perikanan, R. Keamanan Parkir mobil Parkir motor Pos Satpam Garasi R. Panel R. Genset R. Pompa
-
Semi Privat Publik Publik Publik Publik Publik Publik Publik Service Service Service Private Service Publik Publik Semi Privat Privat Service Service Service
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 c) Output Berdasarkan
analisa
diatas,
maka
pengelompokkan
ruang
dapat
dirumuskan, sebagai berikut : Tabel V.14 Hasil Analisa Pengelompokan Ruang dalam PSAN FUNGSI KEBUTUHAN RUANG Fungsi Pengelola R. kerja staff, R. SimpanR. Rapat, R. Kepala dan wakil pengelola, R. Komunal, R. Tamu, Pusat R. Pengelola, R. Tunggu, R. Administrasi, Pantri, KM?WC, R. Staff OB, dapur, gudang, R. Keamanan Fungsi R. Pengelola Asrama. anak dan pengelola, R. Perlindungan Komunal, R. Bersama, R. Bermain, R. Makan, dapur, KM/WC, gudang perabot dan alat kebersihan, R. Cuci-jemur, R. Keamanan Fungsi Pendidikan R. kelas belajar, R.Komunal, R. Bermain outindoor, R. BK, R.Komputer, R. Pengajar, R. Makan-minum, kamar mandi, R. Gudang perabot dan alat kebersihan, R. Keamanan Fungsi Pembinaan R. Periksa, R. Terapi, R. Rawat Inap, Apotek R. Tunggu, R. Bermain, R. Pengelola, pantri, KM/WC, R. Gudang alat, dan R. Keamanan commit to user
ZONIFIKASI Publik (4), Semi Privat (4), Privat (1), dan Service (5)
Publik (3), Semi Privat (2), Privat (1), dan Service (4) Publik (3), Semi Privat (3), Privat (1) dan Service (3) Publik (4), Semi Privat (1), Privat (2) dan Service (4) 147
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Fungsi Pelatihan
Publik (3), Semi Privat (2), Privat (1) dan Service (4)
R. kelas Pelatihan, R. Pengelola, R. Dokumen, R. Bimbingan, R. Komunal, R. Bermain, Pantri, KM?WC, R. Gudang alat, dan R. Keamanan Fungsi Penunjang R. Pameran, Retail Souvenir,R Pengelola,R. Seminar,Musholla,R. Rak Perpustakaan,R. Baca,R. Komputer dan Audio Visual,R. Bazar anak, Pendopo, Backstage, R.Peralatan,R. Komunal, pantri, KM/WC R. Gudang ,Area Berkebun, Beternak, Perikanan,R. Keamanan Fungsi Pelayanan Parkir mobil, Parkir motor, Pos Satpam, Service Garasi, R. Panel, R. Genset, R. Pompa, KM/WC
Publik (9), Semi Privat (2), Privat (1) dan Service (4)
Publik (2), Semi Privat (1), Privat (1) dan Service (3)
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 6) Besaran Ruang Tujuan : untuk menentukan besaran ruang yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dalam PSAN a) Dasar Pertimbangan - Kebutuhan ruang dan daya tampung anak jalanan - Sirkulasi b) Analisa Besaran ruang pada fasilitas PSAN sebenarnya tidak memiliki aturan luas tertentu dimana ruang-ruang didalamnya memang harus bersifat flaksibel untuk mencukupi kebutuhan didalamnya. Karena karakter anak jalanan yang cenderung bebas sehingga ruangan yang diperlukan tidak mesti mengikuti aturan. Penentuan gerak flow : -
10% = standart flow gerak min.
- 50% = persyaratan spesifik kegiatan
-
20% = kebutuhan leluasa gerak
- 60% = keterlibatan servis kegiatan
-
30% = tuntutan kenyamanan fisik
- 100-200% = untuk ruang umum/hall
-
40% = untuk kenyamanan praktis commit to user 148
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel V.15 Analisa Besaran Ruang dalam PSAN - Fasilitas Pengelola Pusat KEBUTUHAN PERHITUNGAN JMLH RUANG R. Kepala, wakil - Luasan = 6 x 2,0 m = 12 3 pengelola dan sekretaris - Flow 40% = 40% x 9 = 3,6 Kapasitas 6 org, modul - Total besaran ruang = 15,6 @1,2-2,0. R. Penyimpanan arsip - Luasan = 4 x 2,0 m = 8 1 dan dokumen - Flow 40% = 40% x 8 = 0,32 Kapasitas 4 org, modul - Total besaran ruang = 8,32 @1,2-2,0. R. Rapat - Luasan = 20 x 1,5 m = 30 1 Kapasitas 20 org, modul - Flow 40% = 40% x 30 = 12 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 42 R. Kerja staff pengelola - Luasan = 30 x 1,2 m = 36 2 Kapasitas 30 org, modul - Flow 40% = 40% x 36 = 14.4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 50.4 R. Administrasi - Luasan = 15 x 1,2 m = 18 1 Kapasitas 15 org, modul - Flow 40% = 40% x 18 = 7,2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 25,2 R. Tamu - Luasan = 15 x 1,2 m = 18 2 Kapasitas 15 org, modul - Flow 40% = 40% x 18 = 7,2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 25,2 R. Konsultasi - Luasan = 6 x 1,5 m = 9 1 Kapasitas 6 org, modul - Flow 40% = 40% x 9 = 3.6 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 12.6 R. Istirahat - Luasan = 10 x 1,5 m = 15 1 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 15 = 6 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 21 Pantri - Luasan = 2 x 1,6 m = 3.2 2 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% x 3.2 = 1.28 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 4.48 R.Operator - Luasan = 4 x 2,0 m = 8 1 Kapasitas 4 org, modul - Flow 40% = 40% x 8 = 3.2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 11.2 Kamar mandi - Luasan = 6 x 2,0 m = 12 2 Kapasitas 6 org, modul - Flow 40% = 40% x 12 = 4.8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 16.8 R. Gudang - Luasan = 2 x 2,0 m = 4 2 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% x 4 = 1.6 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 5.6 Jarak antar massa bangunan 20% x 372,08 TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PENGELOLA
BESARAN RUANG(m2) Total = 3 x 15,6 = 46,8
Total = 1 x 8,32 = 8,32
Total = 1 x 42 = 42 Total = 2 x 50.4 = 100.8 Total = 1 x 25,2 = 25,2 Total = 2 x 25,2 = 50,4 Total = 1 x 12.6 = 12.6 Total = 1 x 21 = 21 Total = 2 x 4.48 = 8.96 Total = 1 x 11.2 = 11.2 Total = 2 x 16.8 = 33.6 Total = 2 x 5.6 = 11.2 74.416 446.496
commit to user 149
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Fasilitas Perlindungan (Asrama Putra dan Putri) PENGELOLA ASRAMA KEBUTUHAN PERHITUNGAN JMLH RUANG R.Konsultasi - Luasan = 6 x 2,0 m = 12 2 Kapasitas 6 org, modul - Flow 40% = 40% x 12 = 4.8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 16.8 R. Administrasi - Luasan = 15 x 1,2 m = 18 1 Kapasitas 15 org, modul - Flow 40% = 40% x 18 = 7,2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 25,2 R. Arsip - Luasan = 4 x 2,0 m = 8 1 Kapasitas 4 org, modul - Flow 40% = 40% x 8 = 0,32 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 8,32 Pantry - Luasan = 4 x 1.5 m = 6 1 Kapasitas 4 org, modul - Flow 40% = 40% x 6 = 2,4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 8,4 Kamar Mandi/WC - Luasan = 5 x 1,6 m = 8 2 Kapasitas 5 org, modul - Flow 40% = 40% x 8 = 3,2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 11,2 Jarak antar massa bangunan 20% x 97,92 TOTAL KESELURUHAN PENGELOLA ASRAMA PUTRI KEBUTUHAN PERHITUNGAN JMLH RUANG R. Tidur anak (5-11 Th) - Luasan = 50 x 2,0 m = 100 1 Kapasitas 50 org, modul - Flow 40% = 40% x 100 = 40 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 140 R. Tidur anak(12-18 Th) - Luasan = 150 x 2,0 m = 300 1 Kapasitas 150org, modul - Flow 40% = 40% x 300 = 120 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 420 R. Tidur pengelola - Luasan = 50 x 2,0 m = 100 1 Kapasitas 50 org, modul - Flow 40% = 40% x 100 = 40 @1,2-2,0 - Total besaran ruang = 140 R. Tidur staff OB - Luasan = 25 x 1,5 m = 37,5 1 Kapasitas 25 org, modul - Flow 40% = 40% x 37,5 = 15 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 52,5 R. Komunal (keluarga), - Luasan = 25 x 1,6 m = 40 2 R. Baca dan belajar - Flow 40% = 40% x 40 = 16 Kapasitas 25 org, modul - Total besaran ruang = 56 @1,2-2,0. - Luasan = 10 x 1,6 m = 16 2 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 16 = 6,4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 22,4 R. Bermain - Luasan = 10 x 1,6 m = 16 2 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 16 = 6,4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 22,4 R. Makan/Aula Besar - Luasan commit = 200 x to 2,0user m = 400 1 Kapasitas 200org, modul - Flow 40% = 40% x 400 = 160
BESARAN RUANG(m2) Totall = 2 x 16.8 = 33.6 Total = 1 x 25,2 = 25,2 Total = 1 x 8,32 = 8,32 Total = 1 x 8,4 = 8,4 Total = 2 x 11,2 = 22,4 19,584 117,504 BESARAN RUANG(m2) Total = 1 x 70 = 140 Total = 1 x 420 = 420 Total = 1 x 140 = 140 Total = 1 x 52,5 = 52,5 Total = 2 x 56 = 112 Total = 2 x 22,4 = 44,8 Total = 2 x 22,4 = 44,8 Total = 1 x 160 = 160 150
perpustakaan.uns.ac.id
@1,2-2,0. - Total besaran ruang = 160 Dapur,R.Simpan, Pantry - Luasan = 20 x 1,6 m = 32 Kapasitas 20 org, modul - Flow 40% = 40% x 32 = 12.8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 44.8 Kamar mandi anak - Luasan = 15 x 1,6 m = 24 Kapasitas 15 org, modul - Flow 40% = 40% x 24 = 9,6 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 33,6 Kamar mandi pengelola - Luasan = 10 x 1,6 m = 16 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 16 = 8,4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 24,4 R. Cuci-jemur - Luasan = 10 x 1,6 m = 16 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 16 = 8,4 @1,2-2,0 - Total besaran ruang = 24,4 R. Gudang alat - Luasan = 4 x 2,0 m = 8 Kapasitas 4 org, modul - Flow 40% = 40% x 8 = 3,2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 11,2 Gudang Makanan - Luasan = 10 x 2,0 m = 20 Kapasitas10 org, modul - Flow 40% = 40% x 20 = 8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 28 R. Pos keamanan - Luasan = 2 x 1,6 m = 3,2 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% x 3,2 = 1,28 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 4,48 Jarak antar massa bangunan 20% x 1374,18 TOTAL KESELURUHAN ASRAMA PUTRI PUTRA KEBUTUHAN PERHITUNGAN RUANG R. Tidur anak (5-11 Th) - Luasan = 50 x 2,0 m = 100 Kapasitas 50 org, modul - Flow 40% = 40% x 100 = 40 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 140 R. Tidur anak(12-18 Th) - Luasan = 150 x 2,0 m = 300 Kapasitas 150org, modul - Flow 40% = 40% x 300 = 120 @1,2-2,0 - Total besaran ruang = 420 R. Tidur pengelola - Luasan = 50 x 2,0 m = 100 Kapasitas 50 org, modul - Flow 40% = 40% x 100 = 40 @1,2-2,0 - Total besaran ruang = 140 R. Tidur staff OB - Luasan = 25 x 1,5 m = 37,5 Kapasitas 25 org, modul - Flow 40% = 40% x 37,5 = 15 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 52,5 R. Komunal (keluarga), - Luasan = 25 x 1,6 m = 40 R. Baca dan belajar - Flow 40% = 40% x 40 = 16 Kapasitas 25 org, modul - Total besaran ruang = 56 @1,2-2,0 - Luasan = 10 x 1,6 m = 16 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 16 = 6,4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 22,4 R. Bermain - Luasan = 10 x 1,6 m = 16 commit to xuser Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% 16 = 6,4
digilib.uns.ac.id
1
Total = 1 x 44.8 = 44.8
2
Total = 2 x 33,6 = 67.2
2
Total = 2 x 24,4 = 48,4
2
Total = 2 x 24,4 = 44,8
2
Total = 2 x 11,2 = 22,4
1
Total = 1 x 28 = 28
1
Total = 1 x 4,48 = 4,48 274,836 1649,016
JMLH 1
BESARAN RUANG(m2) Total = 1 x 70 = 140
1
Total = 1 x 420 = 420
1
Total = 1 x 140 = 140
1
Total = 1 x 52,5 = 52,5
2
Total = 2 x 56 = 112
2
Total = 2 x 22,4 = 44,8
2
Total = 2 x 22,4 = 44,8 151
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
@1,2-2,0. - Total besaran ruang = 22,4 Kamar mandi anak - Luasan = 15 x 1,6 m = 24 Kapasitas 15 org, modul - Flow 40% = 40% x 24 = 9,6 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 33,6 Kamar mandi pengelola - Luasan = 10 x 1,6 m = 16 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 16 = 8,4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 24,4 R. Cuci-jemur - Luasan = 10 x 1,6 m = 16 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 16 = 8,4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 24,4 R. Gudang - Luasan = 4 x 2,0 m = 8 Kapasitas 4 org, modul - Flow 40% = 40% x 8 = 3,2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 11,2 Gudang makanan - Luasan = 10 x 2,0 m = 20 Kapasitas10 org, modul - Flow 40% = 40% x 20 = 8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 28 R. Pos keamanan - Luasan = 2 x 1,6 m = 3,2 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% x 3,2 = 1,28 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 4,48 Jarak antar massa bangunan 20% x 1202,98 TOTAL KESELURUHAN ASRAMA PUTRA
3
Total = 3 x 33,6 = 100,8
2
Total = 2 x 24,4 = 48,4
2
Total = 2 x 24,4 = 44,8
2
Total = 2 x 11,2 = 22,4
1
Total = 1 x 28 = 28
1
Total = 1 x 4,48 = 4,48 240,596 1443,576
- Fasilitas Pendidikan (Balai Pendidikan) KEBUTUHAN RUANG R. Kelas belajar Kapasitas 15 org, modul @1,2-2,0. R. Pengelola Kapasitas 8 org, modul @1,2-2,0. R. Komputer Kapasitas 10 org, modul @1,2-2,0. R. BK Kapasitas 8 org, modul @1,2-2,0 R. Komunal
PERHITUNGAN
JMLH
- Luasan = 15 x 1.75 m = 26.25 - Flow 40% = 40%x26.25 =10.5 - Total besaran ruang = 36.75 - Luasan = 8 x 1.5 m = 12 - Flow 40% = 40% x 12 = 4.8 - Total besaran ruang = 16.8 - Luasan = 10 x 1.5 m = 15 - Flow 40% = 40% x 15 = 6 - Total besaran ruang = 21 - Luasan = 8 x 1.5 m = 12 - Flow 40% = 40% x 12 = 4.8 - Total besaran ruang = 16.8 Asumsi 48 m2
9
Pantry Kapasitas 10 org, modul @1,2-2,0. Kamar mandi Kapasitas 5 org, modul @1,2-2,0. R. Gudang dan MEE Kapasitas 2 org, modul
-
1
Luasan = 10 x 1.5 m = 15 Flow 40% = 40% x 15 = 6 Total besaran ruang = 21 Luasan = 5 x 1,5 m = 7.5 Flow 40% = 40% x 7.5 = 3 Total besaran ruang = 10.5 Luasan = 2 x 1,6 m = 8 commit to xuser Flow 40% = 40% 3.2 = 1.28
BESARAN RUANG(m2) Totall=9 x 36.75 = 330.75
1
Total = 1 x 16.8 = 16.8
1
Total = 1 x 21 = 21
1
Total = 1 x 16.8 = 16.8
2
Total = 2 x 48 = 96 Total = 1 x 21 = 21
4
Total = 4 x 10.5 = 42
2
Total = 2 x 9.28 = 18.56 152
perpustakaan.uns.ac.id
@1,2-2,0.
digilib.uns.ac.id
-
Total besaran ruang = 9.28
R. Pos keamanan - Luasan = 3 x 1,6 m = 4,8 Kapasitas 3 org, modul - Flow 40% = 40% x 4,8 = 1,92 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 6,72 Jarak antar massa bangunan 20% x 569.63 TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
1
Total = 1 x 6,72 = 6,72 113.926 683.556
- Fasilitas Pembinaan (Balai Kesehatan Anak) KEBUTUHAN PERHITUNGAN JMLH RUANG R. Terapi Anak - Luasan = 6 x 2,0 m = 12 2 Kapasitas 6 org, modul - Flow 40% = 40% x 12 = 4.8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 16.8 R. Pengelola - Luasan = 8 x 2,0 m = 16 1 Kapasitas 8 org, modul - Flow 40% = 40% x 16 = 6.4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 32.4 R. Periksa - Luasan = 3 x 2,0 m = 6 1 Kapasitas 3 org, modul - Flow 40% = 40% x 6 = 2.4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 8.4 R. Rawat inap - Luasan = 10 x 2,0 m = 20 1 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 20 = 8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 28 R. Tunggu - Luasan = 8 x 1.5 m = 12 1 Kapasitas 8 org, modul - Flow 40% = 40% x 12 = 4.8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 16.8 R. Medis - Luasan = 2 x 2,0 m = 4 1 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% x 4 = 1.6 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 5.6 R. Apotek - Luasan = 6 x 2,0 m = 12 1 Kapasitas 6 org, modul - Flow 40% = 40% x 12 = 4.8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 16.8 Pantri - Luasan = 2 x 2,0 m = 4 1 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% x 4 = 1.6 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 5.6 Kamar mandi - Luasan = 4 x 1,5 m = 6 2 Kapasitas 4 org, modul - Flow 40% = 40% x 6 = 2.4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 8.4 R. Gudang - Luasan = 2 x 2,0 m = 4 1 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% x 4 = 1.6 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 5.6 R. Keamanan: pos - Luasan = 3 x 1,6 m = 4,8 1 keamanan - Flow 40% = 40% x 4,8 = 1,92 Kapasitas 3 org, modul - Total besaran ruang = 6,72 @1,2-2,0. Jarak antar massa bangunan 20% x 176.32 commit to user TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PEMBINAAN
BESARAN RUANG(m2) Totall = 2 x 16.8 = 33.6 Total = 1 x 32.4 = 32.4 Totall = 1 x 8.4 = 8.4 Totall = 1 x 28 = 28 Total = 1 x 16.8 = 16.8 Total = 1 x 5.6 = 5.6 Totall = 1 x 16.8 = 16.8 Total = 1 x 5.6 = 5.6 Total = 2 x 8.4 = 16.8 Total = 1 x 5.6 = 5.6 Total = 1 x 6,72 = 6,72
35.264 211.584 153
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Fasilitas Pelatihan (Balai Pelatihan) KEBUTUHAN PERHITUNGAN JMLH RUANG R. Kelas Pelatiihan - Luasan = 15 x 1.75 m = 26.25 5 Kapasitas 15 org, modul - Flow 40% = 40%x26.25 =10.5 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 36.75 R. Pengelola - Luasan = 10 x 2,0 m = 20 1 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 20 = 8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 28 R. Komunal in-outdoor - Luasan = 15 x 2,0 m = 30 2 Kapasitas 15 org, modul - Flow 40% = 40% x 30 = 12 @1,2-2,0 - Total besaran ruang = 42 Pantri - Luasan = 2 x 2,0 m = 4 2 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% x 4 = 1.6 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 5.6 Kamar mandi - Luasan = 5 x 1,5 m = 7.5 4 Kapasitas 5 org, modul - Flow 40% = 40% x 7.5 = 3 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 10.5 R. Gudang dan MEE - Luasan = 2 x 1,6 m = 8 4 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% x 3.2 = 1.28 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 9.28 R. Keamanan, - Luasan = 3 x 1,6 m = 4,8 1 Kapasitas 3 org, modul - Flow 40% = 40% x 4,8 = 1,92 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 6,72 Jarak antar massa bangunan 20% x 392.79 TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PELATIHAN
BESARAN RUANG(m2) Totall=5 x 36.75 = 183.75 Total = 1 x 28 = 28 Totall = 2 x 42 = 84 Total = 2 x 5.6 = 11.2 Total = 4 x 10.5 = 42 Total = 4 x 9.28 = 37.12 Total = 1 x 6,72 = 6,72 78.558 471.348
- Fasilitas Penunjang KEBUTUHAN RUANG R. Pameran Kapasitas 25 org, modul @1,2-2,0. Retail Souvenir
PERHITUNGAN - Luasan = 25 x 2,0 m = 50 - Flow 40% = 40% x 50 = 20 - Total besaran ruang = 70 Asumsi 9m2
1
R Pengelola
Asumsi 35 m2
3
R. Seminar Kapasitas 15 org, modul @1,2-2,0. Musholla Kapasitas 20 org, modul @1,2-2,0. R. Rak Perpustakaan Kapasitas 20 org, modul @1,2-2,0. R. Baca
-
1
Luasan = 15 x 2,0 m = 30 Flow 40% = 40% x 30 = 12 Total besaran ruang = 42 Luasan = 20 x 1,5 m = 30 Flow 40% = 40% x 30 = 12 Total besaran ruang = 42 Luasan = 20 x 2,0 m = 40 Flow 40% = 40% x 40 = 16 Total besaran = 56 commitruang to user Luasan = 15 x 2,0 m = 30
JMLH
6
BESARAN RUANG(m2) Totall = 1 x 70 = 70 Total = 6 x 9 = 54 m2 Total = 3 x 35 = 105 m2 Totall = 1 x 42 = 42
1
Totall = 1 x 42 = 42
2
Totall = 2 x 56 = 112
2
Totall = 2 x 42 154
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kapasitas 15 org, modul - Flow 40% = 40% x 30 = 12 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 42 R. Komputer dan Audio - Luasan = 10 x 2,0 m = 20 Kapasitas 10 org, modul - Flow 40% = 40% x 20 = 8 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 28 R. Bazar anak - Luasan = 50 x 2,0 m = 100 Kapasitas 50 org, modul - Flow 40% = 40% x 100 = 40 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 140 Pendopo - Luasan = 60 x 1,6 m = 96 Kapasitas 60 org, modul - Flow 40% = 40% x 96 = 38.4 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 134.4 Backstage, R. Peralatan - Luasan = 50 x 1,6 m = 80 Kapasitas 50 org, modul - Flow 40% = 40% x 80 = 32 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 112 R. Komunal in-outdoor - Luasan = 15 x 2,0 m = 30 Kapasitas 15 org, modul - Flow 40% = 40% x 30 = 12 @1,2-2,0 - Total besaran ruang = 42 Pantri - Luasan = 5 x 1,6 m = 8 Kapasitas 5 org, modul - Flow 40% = 40% x 8 = 3,2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 11,4 Kamar mandi - Luasan = 5 x 1,6 m = 8 Kapasitas 5 org, modul - Flow 40% = 40% x 8 = 3,2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 11,4 R. Gudang - Luasan = 5 x 1,6 m = 8 Kapasitas 5 org, modul - Flow 40% = 40% x 8 = 3,2 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 11,4 - Area Berkebun Asumsi 8 x 8 = 64 - Area Beternak Asumsi 8 x 8 = 64 - Area Perikanan Asumsi 10 x 10 = 100 R. Keamanan: - Luasan = 3 x 1,6 m = 4,8 Kapasitas 3 org, modul - Flow 40% = 40% x 4,8 = 1,92 @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 6,72 Jarak antar massa bangunan 20% x 1776.76 TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PENUNJANG
= 84 2
Totall = 2 x 28 = 56
1
Totall = 1 x 140 = 140
1
Totall=1 x 134.4 = 134.4
1
Totall=1 x 112 = 112
4
Totall = 4 x 42 = 168
3
Total = 3 x 11,4 = 34.2
12
Total =12 x 11,4 = 136.8
3
Total = 3 x 11,4 = 34.2
2 1 1 3
Total = 128 m2 Total = 64 m2 Total = 100 m2 Total = 3 x 6,72 = 20,16 355,352 2132,112
- Fasilitas Pelayanan Servis KEBUTUHAN RUANG Parkir mobil
PERHITUNGAN
Asumsi density : 40% x 400 = 160 5 orang/mobil :160/5 = 32 mobil Standart = 25 m2/mobil Parkir motor Asumsi density : 30% x 400 = 120 2orang/mobil:120/2 = 60 mobil Standart = 1.5 m2/mobil Pos Satpam - Luasan = 2 x 1.5 m = 3 Kapasitas 2 org, modul - Flow 40% = 40% 3 = 1.2 commit to xuser @1,2-2,0. - Total besaran ruang = 4.2
JMLH 15
BESARAN RUANG (m2) Total = 15 x 25 = 375
30
Total = 30 x 15 = 450
2
Total = 2 x 4.2 = 8.4 155
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Garasi Kapasitas30 @1,2-2,0. R. Panel Kapasitas 4 @1,2-2,0. R. Genset Kapasitas 4 @1,2-2,0. R. Pompa Kapasitas 4 @1,2-2,0.
- Luasan = 30 x 1.5 m = 45 org, modul - Flow 40% = 40% x 45 = 18 - Total besaran ruang = 73 - Luasan = 4 x 1.5 m = 6 org, modul - Flow 40% = 40% x 6 = 2.4 - Total besaran ruang = 8.4 - Luasan = 4 x 1.5 m = 6 org, modul - Flow 40% = 40% x 6 = 2.4 - Total besaran ruang = 8.4 - Luasan = 4 x 1.5 m = 6 org, modul - Flow 40% = 40% x 6 = 2.4 - Total besaran ruang = 8.4 Jarak antar massa bangunan 20% x 1029.8 TOTAL KESELURUHAN PELAYANAN SERVICE
2
Total = 2 x 73 = 146
2
Total = 2 x 8.4 = 16.8
2
Total = 2 x 8.4 = 16.8
2
Total = 2 x 8.4 = 16.8 205.96 1235.76
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 c) Output Berdasarkan hasil analisis besaran ruang diatas, maka dapat dirumuskan : Tabel V.16 Akumulasi Hasil Besaran Ruang
-
Fungsi dalam Pondok Fungsi Pengelola Pusat Fungsi Perlindungan Fungsi Pendidikan Fungsi Pembinaan Fungsi Pelatihan Funsgi Penunjang Fungsi Pelayanan Servis Total Keseluruhan
Besaran Ruang (m2) 446.496 3210,096 683.556 211.584 471.348 2132,112 1235.76 8390.952
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 7) Pola Hubungan dan Organisasi Ruang Tujuan : untuk menentukan jarak pencapaian antar ruang yang nyaman dan aman dalam PSAN a) Dasar pertimbangan - Fungsi dan kebutuhan ruang - Zonifikasi fungsi ruang commit to user 156
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Analisa Dalam menentukan pola hubungan suatu ruang erat atau tidak didasarkan pada beberapa jenis hubungan, diantaranya: a. Hubungan fungsional, berdasarkan pengelompokan fungsi ruang dimana masing-masing kelompok kegiatan berkaitan dalam hal fungsi ataupun tujuan kegiatannya. Secara fisik dapat dipisahkan oleh ruang namun secara fungsi harus saling berhubungan. b. Hubungan visual, dimana antara ruang yang satu dengan ruang yang lain saling melihat/mengawasi, meskipun dengan menggunakan penyekat/partisi tembus pandang. c. Hubungan langsung /fisik, dimana ruang-ruangnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. d. Hubungan menerus, berdasarkan pada kemudahan proses atau alur kegiatan yang berurutan sehingga akan memudahkan pelaku Berdasarkan ketiga hal tersebut,maka hubungan ruang yang ada : Hubungan dekat, memiliki persamaan persyaratan ruang > 50% Hubungan jauh, memiliki persamaan persyaratan ruang < 50% Tidak berhubungan, hanya kesamaan ruang kurang lebih 20% 1) Pola Hubungan Ruang Makro Berdasarkan pada hubungan secara fungsional dan secara alur kegiatan, dengan pertimbangan bahwa semua pemakai fasilitas secara berurutan akan melalui ruang penerima (hall/Lobby atau information desk), kemudian menuju pada ruang-ruang kegiatan dan selanjutnya menyesuaikan dengan urutan kegiatan. commit to user 157
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Pola Hubungan Ruang Mikro Berdasarkan pada hubungan yang mempertimbangkan semua pemakai fasilitas baik pengelola, pengunjung maupun anak jalanan akan menggunakan ruang sesuai kebutuhan untuk melakukan aktivitas. c) Output 3
1) Pola Hubungan Ruang Makro NO 1 2 3 4 5 6 7
Fungsi PSAN Pengelola Pusat Balai Pendidikan Asrama Putra dan Putri Balai Kesehatan Balai Pelatihan Fasilitas Penunjang Pelayanan Servis
2
7
1
5
6
4
Skema V.12 Hubungan Ruang Makro Sumber : Analisis Penulis. 2012
2) Pola Hubungan Ruang Mikro - Fungsi Pengelola Pusat NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Fungsi PSAN Hall/Information desk R. Tunggu R. Konsultasi R. Administrasi R. Pengajar/Valounter R. Rapat R. Pimpinan R. Wakil Pimpinan R. Sekretaris R. Arsip R. Operator R. Istirahat Pantry Gudang KM/WC
13 14
11
6
15
8
7
9 10
12
2
4
3
1
5
Skema V.13 Hubungan Fungsi Pengelola Pusat commit to user Sumber : Analisis Penulis. 2012 158
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 0
- Fungsi Pendidikan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Fungsi PSAN Selasar Komunal Space R. Komputer R. Kelas anak (6-11) R. Kelas anak (12-18) R. Pengelola R. BK Pantry Gudang KM/WC
8
9
3
6
7
4
2
5
1
Skema V.14 Hubungan Fungsi Pendidikan Sumber : Analisis Penulis. 2012
- Fungsi Perlindungan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Fungsi PSAN Selasar Komunal Space R. Konsultasi R Tidur Putra R.Tidur Putri R. Pengelola Asrama R. Makan/Aula besar Pantry Gudang KM/WC
1 0
8
9
3
7
6
4
2
5
1
Skema V.15 Hubungan Fungsi Perlindungan - Fungsi Pembinaan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Fungsi PSAN Hall/Information desk R. Tunggu R. Terapi Anak R. Pengelola R. Periksa R. Apotek R. Rawat Inap R. Medis Pantry Gudang Obat KM/WC
Sumber : Analisis Penulis. 2012 1 1
1 0
9
8 5
4
6
2
7
3
1
Skema V.16 Hubungan Fungsi Pembinaan commit to user Sumber : Analisis Penulis. 2012 159
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
- Fungsi Pelatihan
6 5
NO 1 2 3 4 5 6 7
Fungsi PSAN Selasar Komunal Space R. Pengelola R. Pelatihan Pantry Gudang KM/WC
3
4
2
4
1
Skema V.17 Hubungan Fungsi Pelatihan - Fungsi Penunjang NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Sumber : Analisis Penulis. 2012
Fungsi PSAN Selasar R. Pameran R. Seminar R. Perpustakaan R. Bazar Anak R. Pengelola Pendopo Masjid Pantry Gudang KM/WC
9 1 1
1 0
3
2
6
8
5
7
1
Skema V.18 Hubungan Fungsi Penunjang - Fungsi Pelayanan Servis NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Sumber : Analisis Penulis. 2012
Fungsi PSAN Area Parkir outdoor Garasi Gudang simpan Genset Panel Pompa Pantry Gudang KM/WC
7 6 5
5
6 4
2
3
1
Skema V.19 Hubungan Fungsi Servis commit to user
Sumber : Analisis Penulis. 2012 160
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan Pendekatan ini akan menghasilkan dasar-dasar desain perancangan PSAN Surakarta yang memperhatikan hasil analisa pada konsep tampilan bangunan dimana mampu menampilkan karakter terbuka, sederhana, dan rekreatif sebagai representasi dari karakter perilaku anak jalanan sehingga bangunan ini akan lebih atraktif dan dinamis. Pondok Sejahtera Anak Nusantara merupakan wadah pemberdayaan anak jalanan berfungsi untuk mewujudkan kesejahteraan hidup anak, maka akan dibuat sistem pergerakkan/ sirkulasi yang nyaman dan aman bagi pengguna Pondok Perwujudan dari karakter bangunan Pondok Sejahtera Anak Nusantara : 1) Fungsional. Sebagai bangunan dengan fungsi yang berbeda, maka peruangan haruslah fungsional dan terzonifikasi dengan baik. Mengingat berbagai macam kegiatan/aktivitas berbeda akan diwadahi, maka tampilan bangunan haruslah menarik, representasi fungsi pemberdayaan. 2) Menumbuhkan Presepsi/Image. Tampilan bangunan mampu menumbuhkan persepsi pengunjung terhadap Pondok. Adapun tampilan ruang pada bangunan ini dapat memberikan informasi dan secara persuasif mengajak pengunjung untuk menggunakan fasilitas yang ada. Maka bangunan diberikan ornamen yang unik, dan menarik sehingga menjadi sebuah simbol/lambang dari bangunan yang mewadahi kegiatan anak-anak 3) Pergerakan. Dengan pola/sirkulasi hubungan ruang yang jelas dan tepat, maka pengunjung tidak akan merasa bingung jika berada didalam maupun diluar bangunan. Dalam arsitektur, suatu pergerakkan dapat dibuat seperti lorong (colonade) yang panjang atau dengan memakai suatu sirkulasi yang commit to user 161
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tepat untuk memperlancar pergerakkan, mengingat adanya beberapa kegiatan yang akan diwadahi. Penataan ruang mampu mengarahkan pengunjung, sehingga tidak akan menimbulkan keruwetan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan arah (petunjuk) atau memberikan irama, seperti pengulangan garis-garis, ornamen, dan lain-lain. Untuk menumbuhkan karakter bangunan, maka dibutuhkan beberapa analisa : 1) Pendekatan Tampilan Eksterior Tujuan : untuk mendapatkan konsep penampilan bangunan yang mampu merespon fungsi bangunan PSAN dan kondisi lingkungan di sekitar site a) Dasar pertimbangan - Hasil analisa tapak dan aspek pencahayaan-penghawaan - Karakter bangunan dan karakter lingkungan sekitar tapak b) Analisa dan Output Penampilam dan citra bangunan menjadi bagian artikulasi dasar citra bangunan dalam kawasan. Tampilan bangunan PSAN dituntut untuk dapat mencitrakan bangunan yang berkarakter terbuka, sederhana dan rekreatif. Hal ini dapat dicapai dengan pengolahan bentuk-bentuk atraktif dan dinamis agar terkesan bangunan tidak kaku, permainan lagam irama dan penggunaan warna serta material bangunan sehingga muncul kedinamisan antara fungsi dan karakteristik anak jalanan. Karakter yang ditampilkan, diantaranya: a) Keterbukaan. Entrance terbuka cukup besar memberikan kemudahan akses dan citra bangunan pada pengamat. Beberapa kegiatan dilakukan di ruang terbuka seperti: dalam pendopo, dan basar. Setiap ruang ditampilkan rekreatif dan atraktif dengan bentuk sederhana dan tata massa yang teratur. commit to user 162
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Kesederhanaan. Bermula dari karakter anak yang sederhana maka bangunan ditampilkan dengan bentuk sederhana tetapi tetap memiliki bentuk yang dinamis dan informatif. Membentuk ritme/irama tampilan antara yang satu dengan yang lain. c) Rekreatif. Ruang memiliki luasan yang cukup untuk melakukan kegiatan bersama. Agar ruang indoor maupun outdoor tidak monoton maka pewarnaan dan material serta kedinamisan bentuk dinding diekpose. Penggunaan warna pada bangunan sebisa mungkin dapat mewakili fungsi sebuah bangunan PSAN, khususnya dalam hal warna maka warna-warna berani, bersemangat atau pastel yang mendominasi karakter dari bangunan. Dalam pewarnaan ruang interior, disesuaikan dengan fungsi pada setiap ruang. -
Pada area-area tertentu pada ruangan diberikan warna yang berbeda untuk mengarahkan dan memberikan orientasi serta pembedaan fungsi ruang
-
Penggunaan warna hangat pada area-area privat akan memberikan relaksasi dan perasaan tenang. Sedangakan ruang dengan aktivitas aktif dapat menggunakan warna bersemangat (orange, biru)
-
Warna memberikan kamuflase dan kontras bagian tertentu pada bangunan 2) Pendekatan Tampilan Interior Tujuan : Menata tampilan interior melalui pengaplikasian arsitektur perilaku ke dalam bangunan sehingga mampu meningkatkan daya pikir dan interaksi anak dengan lingkungan disekitarnya. a) Dasar Pertimbangan - Jenis, sifat dan tujuan kegiatan yang diwadahi dalam peruangan - Karakteristik pengguna bangunan commit to user 163
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Perancangan fisik dan non-fisik interior yang mampu memancing daya pikir anak melalui pendekatan arsitektur perilaku - Eksterior, penggunaan jenis material, struktur dan utilitas bangunan b) Analisa dan Output Karakter ruang yang ditampilkan adalah terbuka, sederhana dan rekreatif diaplikasikan terutama ruang-ruang utama (ruang belajar, tidur, dan bermain). Konsep interior yang ditonjolkan pada elemen-elemen ruang tersebut meliputi: tekstur, warna, irama/komposisi, material dan ornamen bangunan. -
Tekstur Tekstur membangkitkan adanya perasaan dan sentuhan. Sentuhan selain menegaskan atau mengaburkan kualitas permukaan bentuk, juga mengubah penampilan bentuk. Tekstur juga berhubungan dengan jarak pandang tertentu dan tingkat persepsi permukaan benda. Tekstur dalam hubungannya dengan kesan ekspresi yang ditimbulkan dibagi menjadi : - Tekstur kasar : keras, kuat dan mendominasi penampilan - Tekstur halus : lembut, halus dan tidak mempengaruhi obyek - Tekstur licin mencerminkan sifat fleksibel, dan reflektif Untuk membangun kesan kedimanisan maka menggunakan tekstur kasar, terkesan adanya perbedaan yang jelas dan tidak membosankan. Sedangkan, kesan kesederhanaan menggunakan tekstur halus, menciptakan kepadanan dan keselarasan antar massa bangunan
-
Warna Secara umum, penggunaan warna pada ruang lebih berfungsi sebagai pelengkap bangunan ataucommit memperbaiki to user kondisi bangunan yang kurang 164
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai. Pewarnaan pada ruangan sangat penting sebagai ekpresi ruangan tersebut dan menimbulkan efek psikologis pengguna dalam ruangan : -
Merah : menggairahkan dan merangsang otak, agresif dan kegairahan, warna sehat dan semangat hidup
-
Kuning : memberi gairah, merangsang dan menarik serta membutuhkan perhatian
-
Biru : membantu konsentrasi, sejuk tetapi terlalu banyak warna biru menimbulkan rasa melankolis
-
Hitam : keras, berat, gelap dan lambang duka cita
-
Putih:
lambang
kesucian,
keberhasilan
dan
kehampaan,
menggairahkan (warna merah, kuning atau jingga) Pemilihan karakter warna juga dapat menimbulkan makna dan reaksi psikologis yang berbeda-beda. Berikut beberapa karakter warna : -
Karakter tenang (calm). Menciptakan suasana sejuk, dingin, menyenangkan dan mengundang, menghilangkan stres serta menimbulkan kesan dalam ruangan. Nuansa warna ini sesuai dengan individu yang berkepribadian tenang, pendiam, serius dan introvert. (warna kebiruan dan kehijauan) - Karakter hangat (warm). Mampu menghadirkan suasana yang hidup, hangat, nyaman dan mengundang serta memberi sentuhan dramatis atau kesan etnik kontemporer. Selain itu, warna ini juga menimbulkan perasaan akrab, hangat, tentram, aman dan nyaman. Karakter warna pada golongan ini juga mampu menghadirkan. Nuansa warna untuk individu yang berkeribadian hangat, simple, commit to user 165
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersahabat, bersemangat dan antusias. Warna-warna ini antara lain merah, coklat, kuning, terakota, orange dan emas metalik. - Karakter segar (fresh). Nuansa warna jenis ini cocok untuk individu yang berkepribadian terbuka dan spontan, senang bersosialisasi, senang berinteraksi dengan alam, melakukan kegiatan di alam terbuka dan senang mencoba hal-hal baru. Warna-warna ini antara lain: putih kebiru-biruan, kuning muda, hijau daun, hijau, biru laut, merah cerah serta pink muda. - Karakter berani (vibrant). Warna pada golongan ini mampu menimbulkan kesan modern, kontemporer, ekspresif, menciptakan efek dramatis dan menonjolkan keunikan ruang. Nuansa jenis ini cocok untuk individu berjiwa muda, semarak, dinamis, penuh semangat, berani mengekspresikan diri dan senang bergaul. Warnawarna ini antara lain kuning menyala, hijau tua, biru, merah cerah, orange menyala, pink tua, hitam dan putih (sumber: serial rumah spesial, kombinasi warna) Konsep warna perlu dipertimbangkan untuk memperoleh kesan ruang yang diinginkan, sesuai dengan karakter penggunanya dan tujuan kegiatannya. Dalam perencanaannya, konsep warna diterapkan pada ruang pengembangan daya pikir dan intensitas penggunaannya tinggi seperti ruang bermain, belajar, pertunjukkan/galeri dan sebagainya. Tabel V.17 Jenis dan Pengaruh Warna dalam Ruang Jenis ruang Ruang bermain Ruang belajar Ruang praktikum
Kesan ditampilkan Jenis warna yang digunakan Edukatif dan rekreatif Warna cerah sebagai dasar Edukatif, dinamis dan atraktif Warna cerah yang bervariasi commit to user Edukatif dan atraktif Campuran warna pastel cerah, 166
perpustakaan.uns.ac.id
Ruang bimbingan konseling Ruang pengelola Perpustakaan Asrama anak Area bazar anak Pertunjukkan
digilib.uns.ac.id
Tidak monoton, cukup luas dan tidak mengekang anak Formal dan dinamis Edukatif, informal dan atraktif Formal, nyaman-aman, atraktif dan dinamis Rekreatif dan atraktif Rekreatif dan atraktif
Warna kebiruan, kekuningan dan kehijauan Warna kebiruan-kehijauan Warna pastel cerah, orange, biru, kuning, hijau terang Warna cerah dan pastel variasi dengan ornamen halus Warna pastel dengan ornamen Warna pastel dengan ornamen
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 -
Irama/komposisi Irama yang luwes dan lembut ditampilkan dengan irama yang mengalir naik turun pada setiap bidang ruang. Selain itu juga, diaplikasikan dalam meminimalkan perulangan yang teratur pada komponen-komponen bangunan. Komposisi ruangan dapat tertuang pada elemen-elemen dinding, plafon, dan lantai. - Elemen pembatas ruang Ruang bagi anak-anak merupakan media untuk melepaskan segala energi yang mereka miliki. Ruang harus memiliki luasan yang memadai baik secara visual maupun dimensional. Secara visual untuk mendapatkan ruang yang luas dapat dicapai dengan memperbesar bidang lantai keluar dari tepi-tepi yang terbuka. Sifat ruang yang diperuntukkan bagi anak memiliki karakter pembatas khusus, yaitu : 1) Terbuka tetapi memiliki orientasi ruang yang jelas untuk mempertahankan kontinuitas dengan ruang sekitar 2) Menyediakan tempat-tempat yang bersifat privat. Anak-anak sangat menyukai bagian dari tepi ruang atau ruang-ruang tersembunyi untuk commit melarikan diri dari guru/teman-temannya to user 167
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Ruang harus memiliki akses lebih dari satu untuk menghindari konsentrasi pada satu titik. Hal ini membantu anak untuk menemukan jalan berbeda sehingga menghindari kebosanan - Elemen bidang dasar Kontinuitas dalam desain untuk anak dapat diwujudkan dengan menghindari sekat sebagai pemisah ruang. Untuk mendapat ruang yang berbeda fungsi tetapi masih memiliki derajat kesinambungan maka dapat meninggikan dan merendahkan bidang dasarnya. Dengan tidak adanya sekat, kesinambungan ruang/visual dapat dipertahankan. Bidang dasar yang dipertinggi yaitu bidang datar yang memberi karakter pemisahan visual antara dasar lantai dengan lantai sekitarnya. Hal tersebut menunjukkan transisi dan menegaskan fungsi ruang. Sedangkan, bidang dasar yang direndahkan membentuk karakter suatu volume ruang tetap satu kesatuan dengan ruang lainnya. - Bukaan pada dinding pembatas Bukaan pada dinding akan memberi kesan visibel pada ruang. Anak
mengamati pemandangan diluar ruangan tanpa mengganggu
kegiatan yang dijalaninya. Selain itu, kebutuhan pencahayaan dan penghawaan akan terpenuhi dengan baik. Bukaan diusahakan maksimal supaya tidak membatasi pandangan anak pada dunia luar dan menghalangi aliran udara serta cahaya. - Elemen penutup ruang Kompleksitas pada penutup ruang (atap) dapat dimunculkan dengan permainan tinggi-rendah plafon dan bentuk pada plafond. Hal commit to user 168
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini akan mengurangi efek rasa kebosanan dan komonotonan dari ruang terhadap psikologis anak melakukan aktivitas. - Elemen pergerakkan Pergerakkan pada ruang dapat ditimbulkan melalui sirkulasi ruang yang sesuai. Pola ini dapat dipenuhi dengan penggunaan ornamen (guiding ornament) atau pola lantai yang mengarahkan pergerakan antar ruang dan sirkulasi. -
Material Masing-masing bahan bangunan mempunyai sifat dan karakter tersendiri yang dapat menampilkan ekspresi berbed-beda. Setiap ekspresi dari materiasl secara langsung akan berhubungan dengan persepsi seseorang dan akan menghasilkan asosiasi yang berbeda pula. Berikut ini beberapa macam bahan dasar yang digunakan dalam Pondok anak jalanan yang dapat menimbulkan kesan terbuka, informatif, edukatif dan rekreatif beserta sifat dan kesan yang ditimbulkannya : Tabel V.18 Sifat dan Kesan Material dalam Ruang
Material Kayu Bambu Kaca Ubin Marmer Batu alam
Sifat Mudah dibentuk juga untuk konstruksikonstruksi yang kecil, bentuk lengkung Sebagai pembatas atau dinding, penyangga seperti pedepokkan/pondok Tembus pandang biasanya digabung dengan bahan lain Mudah dalam maintenance, mudah retak Susah dibersihkan, butuh perawatan Tidak membutuhkan proses dapat dibentuk atau diolah
Kesan penampilan Hangat,lunak,alamiah,me nyegarkan Alamiah, sejuk, atraktif Ringkih, dingin, dinamis Dingin, formil, bervariasi Mewah, formil, anggun Berat,alamiah,sederhana, informal
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 commit to user 169
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Ornamen Ornamen ruang yang dapat memberikan aksentuasi pada tampilan ruang yang telah dibentuk sebelumnya oleh dimensi ruang dan warna yang telah ditetapkan sebagai finishingnya. Selain itu, sebagai elemen yang dapat diubah-ubah, ornamen menciptakan ruang yang dinamis, tidak monoton sehingga mampu merangsang kreatifitas anak. Penerapan ornamen ruang pada beberapa ruang penting : -
Ornamen pada ruang belajar dan bermain harus dapat mewakili jiwa anak misalnya dengan gambar-gambar, bentuk-bentuk dinamis dan pewarnaan menarik yang dapat dipelajari
-
Pada ruang kerja bagian pengelola diperlukan ornamen yang dapat mengurangi kejenuhan dan kelelahan, misalnya lukisan, tanaman Adapun beberapa ruang yang membutuhkan penerapan desain interior
seperti diatas, karena dirasa membutuhkan penonjolan karakter : 1) Ruang bermain Ruang bermain merupakan salah satu ruang belajar anak terhadap lingkungan maupun interaksi kelompok. Ruang bermain ini harus mampu menciptakan suasana edukatif dan atraktif serta mampu menyediakan semua peralatan yang dibutuhkan untuk bermain. Untuk mengurangi kepenatan dan bosan, maka ruangan dibuat bersambungan sehingga aktivitas secara bergantian dapat dengan mudah dilakukan. Transformasi ke dalam bentuk arsitektural adalah dengan tidak memberikan batasan tegas dalam ruang bermain, luas ruangan mampu mewadahi aktivitas sehingga terkesan lebih bebas. Untuk menampilkan commit to user 170
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesan gembira, santai dan dinamis diaplikasikan dengan permainan penonjolan dan tekstur dinding dan permainan ketinggian lantai Pencahayaan alami diusahakan secara maksimal dengan bukaan vertikal yang lebar sehngga anak dapat bebas menatap ke luar ruangan, tidak menutup kemungkinan untuk menggunakan pencahayaan buatan yang dapat memberikan kesan atraktif dan dinamis (unik). Material yang digunakan bervariasi, dimaksudkan untuk lebih menggali daya kreatiftas anak dengan kombinasi dari elemen alam dan buatan. Karena tuntutan karakter, warna yang digunakan pada ruang bermain merupakan kombinasi warna cerah (merah, kuning, hijau dan biru).
Gambar V.9 Ruang Bermain dan Perpustakaan Atraktif Sumber : www.google.com 2) Ruang belajar Belajar di Pondok ini adalah ketertiban langsung dan sarana anak dalam mendapatkan pengetahuan, dalam konteks pembelajaran mengenal diri dan lingkungan sehingga aplikasi ruang belajar mampu menyediakan semua fasilitas belajar anak baik dari segi fisik, psikologis, kognitif dan lain-lain. Selain itu, ruangan harus mampu meningkatkan kreativitas dan daya pikir anak melalui interpretasi anak dalam ruangan. commit to user 171
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tuntutan
ruang belajar
yang kondusif,
mampu
memberikan
pengalaman baru pada anak serta harus dapat meningkatkan kreativitas maka desain lay out ruang belajar dapat diaplikasikan dengan penataan bangku yang melingkar/sistem lesehan layaknya ”TPA” Pemberian peralatan yang kompleks pada ruang dapat meningkatkan kreativitas anak, dinding pembatas yang permanen dapat diganti dengan kaca atau panel sehingga memberi kesan lebar. Pencahayaan yang digunakan pada ruang belajar adalah kombinasi dari pencahayaan alami dan buatan. Ventilasi bangunan dibuat lebar sehingga anak dapat melihat merasakan suasana lingkungan luar dalam ruangan. Sesuai tuntutan karakter bangunan, material yang digunakan berupa alam dan buatan, penggunaan bahan kayu dan batu kali memberikan kesan alamiah dan atraktif.
Gambar V.10 Ruang Belajar Nonformal dan Atraktif Sumber : www.google.com 3) Ruang pameran/galeri Ruang pameran atau galeri digunakan untuk memamerkan hasil karya anak (patung, lukisan, hasil eksperimen, foto dan lain-lain). Ruang ini terdiri dari beberapa ruang yang dihubungkan dengan koridor yang difungsikan sebagai alur pergerakkan pengguna. commit to user 172
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ruang pamer harus tenang, kondusif untuk memamerkan obyek. Pengalaman apresiasi terhadap obyek tidak boleh terganggu oleh pengunjung atau kegiatan lain dari luar gedung. Untuk menampilkan karakter atraktif, ekspresif, dan dinamis pada ruang pameran, digunakan garis-garis lengkung dan horizontal serta vertikal yang tegas uuntuk membentuk ruang. Dalam ruang pameran, hal-hal yang perlu diperhatikan: -
Kejelasan visual, hal ini sangat ditentukan oleh faktor pencahayaan baik alamiah maupun buatan serta jarak pandang pengamat
-
Kejelasan
informatif,
hal
ini
dapat
diketahui
dengan
pengelompokkan yang jelas terhadap obyek pamer -
Sirkulasi yang efektif dan mampu mengarahkan penggunjung
-
Kenyamanan visual dan faktor lelah pengunjung
Pencahayaan pada ruangan ini banyak menggunakan pencahayaan buatan untuk menonjolkan obyek tertentu seperti lampu sorot. Sedangkan untuk mengantisipasi kebosanan, kelelahan, dan kepadatan disediakan tempat beristirahat (tempat duduk). Material yang digunakan pada plafond berupa papan plester, aquapanel, kayu dan gips. Sedangkan lantai ruangan menggunakan lantai parquet yang dapat meredam suara, dikombinasi dengan ubin dan marmer. (Lihat Gambar)
Gambar V.11 RuangtoPertunjukan dan Pameran commit user Sumber : www.google.com
173
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Analisa Tata Massa dan Persyaratan Ruang 1) Analisa Tata Massa Bangunan a) Tata Letak Massa Bangunan -
Dasar pertimbangan Karakter bangunan Kondisi dan bentuk site Bentuk dan tampilan lingkungan sekitar Secara umum, jumlah dan tata letak masa sangat berpengaruh pada tampilan bangunan secara keseluruhan dan juga karakter yang ingin dimunculkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tata letak masa, antara lain :
-
a.
Pengaruh tata masa terhadap karakter pengguna dan bangunan
b.
Kondisi dan bentuk site
c.
Orientasi kompleks bangunan
d.
Faktor kenyamanan bangunan, terutama thermalnya
Analisa Sebagai bahan pertimbangan, ada beberapa alternatif jumlah dan tata
letak masa yang mempunyai kelebihan dan kekurangan, diantaranya: a.
Massa banyak dan menyebar, mempunyai kelebihan dan kekurangan : Massa bangunan dengan bentuk yang terpisah dan menyebar terkesan kurang akrab namun terkesan bebas dan tidak terikat Secara psikologis, dapat mengurangi aktifitas sosial. Selain itu, interaksi juga terlihat tidak maksimal. Bangunan terlihat lebih dinamis dan tidak monoton commit to user 174
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Orientasi bangunan menyebar dan tidak membosankan Memungkinkan aliran udara yang lebih lancar Memungkinkan adanya eksplorasi desain yang lebih luas b.
Massa tunggal, mempunyai kelebihan dan kekurangan : Bersifat lebih intim karena memungkinkan terjadinyya interaksi sosial dalam satu bangunan Dari sisi lain tampilan bangunan terkesan kuat dan kokoh, namun disisi lain timbul kesan formal, monoton dan angkuh Orientasi terbatas ke arah dalam bangunan Aliran udara kurang baik karena kemasifan ruangnya.
c.
Massa tunggal berkantong, mempunyai kelebihan dan kekurangan : Mampu mewadahi dan memfasilitasi interaksi sosial Dari segi tampilan, bangunannya mempunyai karakter semi formal yang cukup dinamis, hangat dan akrab Orientasi bangunan memusat, memudahkan pengawasan Aliran yang terjadi cukup baik karena inner courtyard
-
Output Dari hasil analisa diatas, dengan melihat keuntungan dan
kerugiannya maka dipilih bentuk massa yang merupakan gabungan dari massa yang menyebar banyak dan berbentuk kantong. Selain itu, bila dilihat dari segi fungsionalitasnya, bangunan majemuk terpisah didasarkan pada fungsi dan pengguna serta penzoninga bangunan. Hal ini dilakukan bertujuan agar kebutuhan setiap bangunan akan kenyamanan dan commit to user keamanan dapat terwujud maksimal. 175
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Bentuk Massa Bangunan -
Dasar pertimbangan Karakter bangunan Kondisi dan bentuk site Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bentuk
massa untuk bangunan, diantaranya adalah : a. Karakter yang ditampilkan oleh bentuk-bentuk tersebut b. Kondisi bentuk site c. Efisiensi ruang dan estetika tampilan bangunan Dalam hal ini bentuk bangunan mengarah pada filosofi bentuk fasilitas yang terdapat di dalam kompleks bangunan ini. -
Analisa
Tabel V.19 Berbagai macam bentuk dengan Kelebihan dan Kekurangan Karakter : Formal, teratur, kuat dan kokoh Kesesuaian dengan bentuk site : sangat sesuai dengan bentuk site Efisien : sangat efisien dan fleksibel terutama dari segi fungsi dan peruangannya Estetika : bentuk tidak kaku, bisa menyesuiakan dengan bentuk lain Karakter : semi Formal dan seimbang Kesesuaian dengan bentuk site : bisa menyesuaikan dengan bentuk site yang ada Efisien : keberadaan sudutnya membuat ruangan dengan bentuk yang kurang efisien Estetika : bentuk tidak kaku Karakter : formal, teratur, kuat dan kokoh Kesesuaian dengan bentuk site : kurang sesuai untuk pinggir dan tengah site Efisien : sangat efisien jika dipakai sebagai open space Estetika : bentuk tidak kaku, mempunyai nilai estetika, memberi kesan informal commit to user Data Lapangan. 2012 Sumber : Analisis Penulis berdasarkan 176
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Output PSAN Surakarta menggunakan bentuk persegi pada bangunan, sedangkan sirkulasi menggunakan bentuk lengkungan yang terkesan lebih fleksibel dan nyaman digunakan pengguna jalan. Bangunan persegi merupakan bentuk sederhana, tegas dan fungsional terdiri dari bangunan majemuk yang terpusat dan mengarah pada satu titik (pusat) sebagai arah tujuan keberhasilan pemberdayaan nantinya. Agar bentuk persegi lebih dinamis dan atraktif maka terjadi penambahan dan pengurangan bentuk menyesuaikan dengan fungsi dan kebutuhan ruang. Sedangan bentuk atap bangunan adalah segitiga sama sisi berupa atap limasan dengan dasar persegi maupun persegi panjang. 2) Analisa Persyaratan Ruang Tujuan : untuk mendapatkan penyegaran udara sehingga temperatur, kelembaban, kebersihan dan distribusi udara dalam ruangan dapat dipertahankan pada tingkat keadaan yang diinginkan. a) Analisa Pencahayaan -
Dasar pertimbangan a) Pencahayaan alami - Pemanfaatan matahari untuk pencahayaan alami - Hemat energi pencahayaan dalam ruangan b) Pencahayaan buatan - Kebutuhan kuat penerangan - Jenis penerangan dan ruang commit to user 177
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Analisa Sinar matahari merupakan elemen terpenting yang dapat menentukan
hidup maupun matinya suatu bangunan arsitektur. Selain itu, pencahayaan buatan melalui berbagai macam jenis lampu juga turut menjadi unsur penting penciptaan ruang. - Pencahayaan alami yang bersumber dari sinar matahari sebagai pencahayaan yang utama. Kelebihannya selain memberikan kesehatan pada pengguna juga hemat dalam energi dan biaya. Perawatan cukup dilakukan pada elemen-elemen pembantu seperti jendela, pintu, maupun lingkungan sekitarnya agar sinar matahari tetap memberikan pengaruh positif terhadap bangunan. Umumnya, pencahayaan alami memiliki kekurangan pada munculnya efek sengat atau silau maupun panas yang timbul dari sinar matahari. Kekurangan ini dapat diminimalisir dengan memanfaatkan pembayangan dan penyaringan sebagai alat untuk menciptakan kenyamanan bagi pengguna.
Gambar V.12 Penggunaan Jendela Transparan untuk Pencahayaan alami Sumber : www.google.com - Pencahayaan buatan yang bersumber dari penggunaan lampu sesuai dengan kebutuhan dan fungsi ruang seperti lampu pijar, lampu sorot dan lain-lain. Pencahayaan buatan (l ampu) digunakan selain untuk commit to user 178
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memberikan penerangan saat kondisi cuaca buruk atau malam hari, juga digunakan
untuk
memberikan
penerangan
ruang-ruang
yang
membutuhkan pencahayaan maksimal.
Gambar V.13 Penggunaan lampu untuk Pencahayaan buatan Sumber : www.google.com Terdapat beberapa alternatif pencahayaan buatan, diantaranya: a) Fluorescence
(FL).
Digunakan
untuk
ruang
dengan
kuat
(penerangan, selasar, perpustakaan, ruang seminar, dan informasi) b) Lampu pijar. Digunakan untuk ruang-ruang yang menuntut kuat penerangan sedang, seperti : lift, shaft, dan lavatory. c) Special lighting (spot light). Digunakan untuk ruang-ruang yang membutuhkan penerangan khusus dalam upaya menciptakan suasana khusus, seperti; hall, ruang pameran. - Output Penggunaan bukaan seperti jendela atau pintu dengan ukuran proporsional. Untuk menghilangkan panas yang timbul dari sinar matahari maka jendela dapat menggunakan komponen penyaring, seperti: krepyak, kisi-kisi, kerawang, dan kere Sedangkan, penanaman rumput, tanaman atau kolam menyebabkan sebagian besar sinar matahari baik sengat, silau panas dihisap dan sebagian diteruskan commit to user 179
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pewarnaan dinding dengan unsur warna cerah atau agak gelap. Penyelesaian panas oleh matahari terhadap dnding dapat dilakukan dengan memberikan pembayangan vegetasi seperti pohon pada dinding yang mengalami pemanasan maksimal sehingga efek panas tidak diteruskan ke dalam ruangan. Pencahayaan buatan bergantung pada kondisi lingkungan dan fungsi ruang tersebut. Penggunaan lampu yang hemat energi seperti: lampu pijar dengan kelebihan warna cahaya putih hangat, reproduksi warna yang sangat baik, bekerja bebas dan berkelip-kelip serta pemakaian listrik yang tidak besar dengan masa hidup lampu antara 100-300 jam b) Analisa Penghawaan - Dasar pertimbangan a) Penghawaan alami - Pemanfaatan angin sebagai penghawaan alami - Standart kenyamanan(temperature 18-28%, kelb. 40-60%) b) Penghawaan buatan - Jenis kegiatan dan kebutuhan laju udara - Besaran dan fungsi ruang dalam bangunan - Analisa Angin merupakan salah satu komponen penting lingkungan di Indonesia yang menganut iklim Tropis. a) Penghawaan alami memanfaatkan pergantian udara secara alami (tanpa peralatan mekanis). Kelebihannya : to user - Hemat energi listrikcommit dan hemat biaya pemakaian 180
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Adanya suplai udara segar berdasarkan pada jenis, jumlah, aktivitas dan usia pengguna dalam ruang - Pendinginan konveksi dimana pertukaran udara dalam ruang dengan udara segar dari luar dapat menghasilkan pendinginan - Pendinginan fisiologis. Sensasi sejuk yang dirasakan manusia akibat hembusan angin yang mengenai kulit sehingga mendorong kehilangan panas dengan: konveksi dan evaporasi Kekurangan dalam penggunaan penghawaan alami adalah suhu udara yang tidak mudah diatur sesuai kebutuhan, kecepatan angin dan kelembaban udara tidak mudah diatur, gangguan serangga dan lingkungan sekitar.
Gambar V.14 P enggunaan jendela dan kisi-kisi untuk Penghawaan Alami Sumber : www.google.com b) Penghawaan buatan memanfaatkan teknologi untuk menciptakan kenyamanan dalam ruang mengigat kondisi penghawaan alami yang buruk. Penghawaan ini digunakan apabila kondisi ruang minim penghawaan alami sehingga butuh penghawaan ekstra Air conditioner. Tabel V.20 Klasifikasi kelebihan dan kekurangan penggunaan AC Jenis AC sentral
Kelebihan - scope pelayanannya besar - udara segar commit to user terdistribusi secara
Kekurangan - Apabila beban kalor besar, AHU harus berkapasitas besar pula - Jika pusat mati, 181
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
merata ke dalam beberapa zone yang terkontrol oleh sebuah induk/pusat Kondisi penghawaan antar tiap ruang tidak akan saling tergantung Membantu pembuangan dan pergantian udara kotor
AC split
Exhaust Fan
keseluruhan area penghawaan terkena
Scope pelayanannya kecil
Biasa digunakan pada area servis, beban kalor besar
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 Chiller
Kompresor
AHU
Distribusi ke ruangan
Skema V.20 Sistem Kerja Air Conditioner Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Input. 2012 - Output Kenyamanan fisik dalam bangunan berdasarkan hasil analisis penghawaan alami baik sekitar maupun dalam site, sebagai berikut: a) Pengadaan selasar di sekeliling bangunan yang akan menjadi ruang transisi antara udara panas di luar dan di dalam ruangan. b) Menyediakan
ruang
serambi
atau
tingkat
atas
untuk
mengumpulkan dan mengeluarkan panas. c) Penggunaan ventilasi menyilang dan pembukaan maksimum bagi angin. Hal ini berfungsi mengatur aliran udara tetap lancar. d) Penggunaan vegetasi sebagai barier atau penyarng udara panas agar udara panas telah berubah menjadi udara sejuk e) Pemanfaatan bentuk massa bangunan, topografi sekitar, dan commit to user angin) device (jendela untuk masuknya 182
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedangkan untuk kenyamanan penghawaan buatan, penggunaan pengkondisian udara pada ruang-ruang: - Sistem sentral AC, digunakan pada ruang-ruang tertentu seperti ruang kontrol,serta ruang-ruang yang terdapat perangkat elektronik. Karena perangkat elektronik menimbulkan panas. - Sistem Split AC, digunakan pada ruang-ruang privat yang membutuhkan pengaturan penghawaan tersendiri dan skope yang kecil, seperti: ruang pengelola, pameran dan lain-lain - Exhaust Fan, digunakan pada ruang service / pelayanan, seperti dapur, fasilitas parkir basement dan kamar mandi. c) Analisa Kenyamanan Psikis - Dasar Pertimbangan Letak dan luas ruang dalam bangunan Jenis dan karakter pengguna dan bangunan - Analisa Secara psikologis, kenyamanan dapat disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah faktor pencahayaan dan pembayangan. Pengaruh
lingkungan
seperti
pewarnaan
memungkinkan
adanya
pengalaman ruang melalui mata yang berhubungan langsung dengan pengalaman akan timbulnya suatu perasaan. Bagian ruang yang tersinari dan yang berada di dalam bayangan akan menemukan nilai psikis yang berbeda seusuai dengan kebutuhan pengguna didalam ruang tersebut. Di Indonesia yang beriklim tropis dengan sinar matahari yang cukup menyengat, secara psikologis commit to userruang yang terbayang atau lebih 183
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gelap dianggap nyaman dan sejuk. Setiap ruang dengan penggunaan warna berbeda disertai dengan titik terang dan gelap akan memberikan pengaruh psikologis yang berbeda pada setiap pengguna di dalamnya. Beban psikologis akan ruang yang monoton dan membosankan dapat ditekan sehingga pengguna merasa betah dan nyaman melakukan aktivitas dalam ruang tersebut. - Output Berdasarkan analisa diatas, maka kenyamanan psikis tercipta karena adanya pencahayaan dan pembayangan. Dari segi pewarnaan, melalui bukaan dan jenis material yang digunakan mampu memberikan kesan ruang yang atraktif, dan dinamis misalnya pada ruang belajar, dengan bukaan kaca cukup lebar yang berorientasi kearah timur maupun barat membuat adanya perbedaan dua sisi ruang. Permainan tekstur dan penonjolan dinding juga akan memberikan efek kedinamisan dalam ruang yang membuat ruang tampak atraktif dan rekreatif. Pengolahan fisik bangunan menjadi suatu penghubung antar perbedaan persepsi mengenai kenyamanan. Pengolahan yang baik akan memberikan dampak psikologis yang baik pula bagi pengguna. Kenyamanan psikologis yang timbul akan memberikan kesempatan pengguna dalam menikmati setiap kegiatan yang terjadi. 3) Analisa Ruang dalam Bangunan a) Sirkulasi Luar dan Dalam Bangunan Tujuan : untuk menentukan desain sirkulasi dalam dan luar bangunan yang sesuai sehingga nyaman aman digunakan oleh pengguna. commitdan to user 184
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Dasar pertimbangan Prinsip anak jalanan Kemudahan fungsi kontrol dan efisiensi ruang pada bangunan Kondisi site dan bentuk bangunan
-
Analisa Sirkulasi Dalam Bangunan Bentuk ruangan yang sesuai dengan karakter anak jalanan yang
bebas hendaknya terbuka dan karakter anak jalanan yang sederhana dapat dituangkan dalam bentuk ruangan yang jelas dan tegas. Terdapat tiga alternatif sirkulasi ruang dalam suatu kompleks bangunan yaitu: a) Singgle coridor. Beberapa ciri-cirinya, antara lain: Orientasi jelas dan mudah dimengerti, karakter informal lebih akrab, memudahkan fungsi kontrol dan keberadaan selasar digunakan sebagai tempat terjadinya interaksi sosial antar penghuni. b) Double coridor. Beberapa ciri-cirinya, antara lain: bersifat lebih intim karena ruang-ruangannya saling berhadapan, bersifat lebih formal dan teratur, orientasi jelas dan terarah menuju ke satu titik pada bangunan, dan memudahkan fungsi kontrol pada bangunan c) Radial. Beberapa ciri-cirinya, antara lain: bersifat intim karena penempatan ruang-ruangnya yang saling berhadapan pada pusatnya, bersifat lebih formal dan teratur dengan fungsi kontrol kuat dan orientasi jelas serta terarah menuju satu titik. -
Output Berdasarkan analisis data dan pertimbangan diatas, maka sistem
sirkulasi dalam bangunan menggunakan sistem double coridor dan commit to user 185
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
radial. Sistem double coridor umumnya digunakan untuk asrama anak memungkinkan untuk terjadi interaksi dan memudahkan dalam pencapaian pada setiap ruang. Sedangkan sistem radial digunakan untuk ruang semi terbuka mengingat bentuk ini memudahkan dalam pencapaian ruang dan cenderung tidak terkesan formal. Secara tidak langsung mencerminkan karakter anak jalanan yang awalnya memiliki pola perilaku yang abstrak, dinamis dan tidak monoton. -
Analisa Sirkulasi Luar Bangunan Faktor yang juga berpengaruh pada keberhasilan suatu bangunan
selain dalam bentuk bangunan, faktor sirkulasi juga mempengaruhi. Dalam perancangan PSAN ini, pola sirkulasi memperhatikan hal-hal : a) Fleksibilitas bentuk dan ruang untuk mengurangi kekakuan b) Menghindari terciptanya suasana monoton c) Penataan masa bangunan harus optimal untuk sirkulasi yang baik d) Bentuk lahan dimanfaatkan untuk sirkulasi dalam/luar ruangan Tabel V.21 Pola Sirkulasi beserta Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Pola Sirkulasi 1. Linier
2. Radial
3. Spiral
4. Grid 5. Jaringan
Kelebihan Pola ini baik untuk alur gerak ke dalam bangunan, karena teratur dan rapi Pola ini baik bagi pengguna karena bisa leluasa dalam pengawasan Adanya alur dalam sirkulasi, sehingga adanya tahapan dalam setiap ruang maupun bangunan Pola alur ini sangat bagus karena membentuk alur segi empat Pola ini sangat bagus untuk menghindari rasa bosan karena alur gerak menghubungkan commit to user ketitik tertentu dalam ruang
Kekurangan Pola alur gerak ini sifatnya monoton Untuk pola ini banyak tempat kosong karena maksimal dalam pergerakan pengguna Alur pengguna akan lebih banyak memakan waktu Pola ini hanya cocok untuk obyek 3D dan monoton Alur ini arahnya kuang menentu
186
perpustakaan.uns.ac.id
6. Komposit
digilib.uns.ac.id
Pola komposit banyak alternatif karena pengunjung banyak variasi menentukan arah pengamatan
mempunyai alur gerak mempunyai dalam alur gerak
Penerapan pola bagus karena alur gerak yang abstrak. Namun dapat disesuaikan dengan tansformasi menjadikan kesan tells story
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 -
Output Berdasarkan pada hasil analisis data dan pertimbangan diatas, maka
pola sirkulasi yang digunakan dalam PSAN adalah pola linier dan komposit. Pola linier untuk memberikan kesan adanya keteraturan dalam melakukan aktivitas. Sedangkan, pola komposit menciptakan sirkulasi yang atraktif dan rekreatif terhadap bangunan. Secara keseluruhan, pola sirkulasi mampu mewakili citra bangunan yang aman dan nyaman. b) Faktor Keintiman dalam Bangunan -
Dasar pertimbangan Kenyamanan pengguna Karakter ruang dan pengguna
-
Analisa Skala ruang erat kaitannya dengan ketinggian ruang/luasnya. Dalam
hal ini, human scale merupakan kunci dari penciptaan intim dan akrab pada ruangan. Secara khusus, skala intim dapat diperoleh dengan cara : Memperkecil atau mempersempit ukuran dari ukuran biasanya Skema ruang sederhana dengan bentuk dasar rata dan horizontal Memperkecil unsur-unsur yang mudah dikenali Memakai ornamen lebih besar daripada biasanya commit to user Membuat garis pembagi bidang yang lebih besar 187
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Output Ruang yang digunakan cenderung besar dalam artian tidak terdapat
besaran ruang tertentu karena ruang-ruang dalam fasilitas ini dapat bersifat fleksibel sesuai dengan karakter pengguna yang bebas. Sedangkan ketinggian ruang sesuai rata-rata untuk ruang dewasa. Untuk menimbulkan kesan intim dan akrab pada bangunan ini, digunakan beberapa strategi diantaranya dengan memperkecil skala bangunan baik luasan maupun ketinggiannya. Selain itu, penggunaan warna pada bangunan dapat dikombinasikan. Dalam hal ini yang sesuai dengan kesan intim dan hangat serta ceria sesuai dengan karakter anak. c) Faktor Sosial dalam Bangunan -
Dasar pertimbangan Fungsi bangunan Aktivitas yang terjadi Karakter pengguna dan bangunan
-
Analisa Faktor sosial yang diwadahi pada bangunan ini perlu diperhatikan
dengan tujuan agar ruang-ruang yang terbentuk mampu mewadahi kontak-kontak sosial penghuninya. Secara umum, ada dua macam perilaku
sosial
yaitu
sosiopetal
dimana
tatanan
yang
mampu
memfasilitasi interaksi sosial dan sosiaofugal yaitu tatanan yang membatasi atau mengurangi interaksi sosial. Bentuk-bentuk ruang yang saling berhadapan dapat menimbulkan commit to user kontak sosial yang erat dibandingkan bentuk berjajaran/membelakangi. 188
perpustakaan.uns.ac.id
-
digilib.uns.ac.id
Output Pada Pondok diharapkan bahwa penataan ruang dan juga elemen-
elemennya mengacu pada tatanan ruang yang mampu memfasilitasi interaksi sosial. Oleh karena itu, perlu adanya pemaksimalan ruang-ruang sosiopetal agar aktifitas sosial penghuninya lebih hidup. d. Analisa Struktur dan Konstruksi Bangunan Tujuan : untuk menentukan desain struktur bangunan meliputi: struktur atap, dinding maupun pondasi dari bangunan yang juga mendukung karakter dan estetika bangunan. - Dasar Pertimbangan Kesesuaian struktur dengan bentuk dan tampilan bangunan Kondisi tanah pada site sehingga efisiensi struktur yang digunakan Tuntutan kesesuaian jenis struktur dengan karakter dan estetika bangunan yang terbuka, sederhana, namun tetap kokoh - Analisa 1) Analisa Sub Struktur - Sistem pondasi batu kali. Digunakan untuk bangunan lantai tunggal dengan konstruksi super struktur ringan. Pondasi batu kali ini diikuti dengan pondasi menerus untuk mendukung dinding - Sistem pondasi footplat. Untuk bangunan dengan lantai banyak (lebih dari 2 lantai). Mempunyai kemampuan menahan beban besar dan stabil. Mampu menahan guncangan dari struktur di atasnya.
commit to user 189
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar V.15 Struktur Pondasi Bangunan Sumber : www.google.com 2) Analisa Super Struktur - Kolom diperlukan untuk menyalurkan beban ke pondasi. Kolom berbentuk persegi mengikuti bentuk dasar bangunan, selain itu juga mempertegas kesan vertikal bangunan. Balok terletak horizontal digunakan untuk mendukung beban di atasnya. Kemudian didukung dengan keberadaan plat lantai di tingkat berikutnya. Modul merupakan sistem perancangan yang menekankan pada efisiensi dan penggunaan ukuran yang telah disepakati, sebagai berikut : a) Modul dasar. Berdasarkan kesepakatan Internaional yaitu International Standart Organization (ISO), modul standart yang ditetapkan adalah 10 cm. Multi modul : kelipatan 30 cm, 60 cm, dan 120 cm. Multi modul vertikal : 20 cm atau 30 cm, sedangkan modul standart : 90 cm. b) Modul Fungsional. Kelipatan nilai modul dasar yang nilainya ditentukan oleh kebutuhan ruang gerak pelaku kegiatan c) Modul
Struktur.
Merupakan
jarak
terbesar
tempat
diletakkannya kolom struktur - Struktur dinding. Fleksibilitas dalam desain dinding sangat commit to user diperlukan maka konstruksi yang digunakan adalah konstruksi 190
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rangka dimana dinding tidak berfungsi sebagai pemikul beban. Beban dari atap disalurkan ke pondasi lewat kolom. Bahan yang digunakan sebagai dinding adalah batu bata merah dengan lapisan penutup (plester). Beberapa dinding menggunakan batu bata ekspose terkesan bentuk „kotangan‟ hanya 1 m dari plat lantai.
Gambar V.16 Struktur Dinding, Kolom dan Balok Sumber : www.google.com 3) Analisa Upper Struktur a) Struktur atap, dengan karakter yang terbuka dan sederhana : - Struktur atap limasan - Struktur atap datar yang biasanya menggunakan plat beton. Penggunaan bahan beton ini dianggap sangat fleksibel mengikuti bentuk yang ada. - Struktur rangka baja. Bentangan relatif besar, kemungkinan variasi bentuk atap lebih luas. Struktur rangka, dapat berupa kuda-kuda rangka baja, kayu ataupun kombinasi baja dan kayu.
commit to user Gambar V.17 Struktur Atap Bangunan Sumber : www.google.com
191
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Output Lingkungan yang cukup mendukung dengan penyesuaian pada kebutuhan ruang dan karakter dari pengguna maka bangunan menggunakan pondasi footplat untuk struktur utama sedangkan pondasi batu kali untuk menstabilkan dinding. Sedangkan, untuk rangka atap menggunakan struktur rangka kuda-kuda kayu dengan penutup atap jenis limasan dan atap datar untuk menghubungkan antar massa bangunan. e. Analisa Sistem Utilitas Lingkungan dan Bangunan 1) Analisa Sistem Kelistrikan Tujuan : untuk merancang jaringan kelistrikan dalam bangunan sebagai salah satu pelayanan bagi pengguna bangunan a) Dasar pertimbangan - Kemudahan jaringan kelistrikan - Kenyamanan pengguna menggunakan fasilitas dalam bangunan b) Analisa Sumber listrik utama adalah berasal dari PLN. Dalam keadaan darurat disediakan sumber listrik cadangan seperti Genset dengan sistem switch transfer Automatic bekerja secara otomatis bila mengalami gangguan.
PL N
Metera n
Bahan bakar ATS MDP SDP
ATS Genset
: Automatic Switch Transfer : Main Distribution Panel : System Distribusi Panel
MDP
SD P
Metera n
Ruang
SD P
Metera n
Ruang
SD P
Metera n
Ruang
SD P
Metera n
Ruang
SD P
Metera n
Ruang
commit to user Skema V.20 Sistem Kelistrikan dalam PSAN
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012
192
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Output Jaringan listrik akan tersebar sesuai kebutuhan dan perletakan fasilitas bangunan yang membutuhkan asupan listrik tersebut seperti lampu pijar maupun sorot setiap ruangan, Air Conditioner, stop kontak dan sekering pengendali kelistrikkan dalam banguann dan kebutuhan beberapa barang elektronik lainnya. 2) Analisa Sistem Air Bersih Tujuan : untuk merancang jaringan air bersih sebagai kebutuhan akan kelengkapan fasilitas bagi pengguna a) Dasar Pertimbangan - Jaminan ketersediaan air - Efisiensi dan efektivitas - Kenyamanan pengguna selama menggunakan fasilitas b) Analisa Sumber air bersih diperoleh dari PDAM dan sebagai cadangan apabila kapasitas PDAM terganggu, maka disediakan sumur dalam untuk keperluan KM/WC, astafel, air minum, memasak dan lain-lain. Dan penyediaan air untuk bahaya kebakaran pada hidran dan tandon. Sistem distribusi yang digunakan adalah sistem dowfeed (sistem distribusi dari sumber air masuk ke dalam tandon bawah dan dipompa menuju tandon atas kemudian didistribusikan ke setiap ruangan yang membutuhkan persediaan air). Didalam tandon juga diperhatikan konstruksinya agar air tetap bersih dan higienis serta pembagian air sesuai dengan fungsinya. Dalam konstruksi tangki : commit to user 193
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Pemasangan tangki dalam bangunan : Tidak memakai lantai, dinding dan langit-langit Perlu ruang bebas untuk pemeriksaan di sekeliling tangki Pipa peluap - Pemasangan tangki di luar bangunan : Jarak minimal dengan pengumpul air kotor adalah 5 meter Gabungan dengan tangki pemadam kebakaran c) Output Sumur
Top tank Pompa
KM/WC
Water treatment KM/WC Pompa Wastafel Ground Reservoir
PDAM
Skema V.21 Sistem Penyediaann Air bersih dalam PSAN
Hydrant sprinkle
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012 Fasilitas bangunan ini tergolong bangunan sederhana namun menuntut kenyamanan yang tinggi, maka sistem yang digunakan merupakan sistem distribusi dowfeed. Sedangkan, untuk pengairan setiap taman dan daerah perkebunan, air bersih diperoleh dengan menyalurkannya langsung menggunakan Sprinkler irigation system dimana air didapat dari saluran PDAM melalui Pompa. 3) Analisa Sistem Drainase Tujuan : untuk merancang jaringan pembuangan air kotor/drainase sebagai kebutuhan akan kelengkapan fasilitas bagi pengguna commit to user 194
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Dasar Pertimbangan - Kesehatan lingkungan - Kelancaran pembangunan - Kenyamanan pengguna selama menggunakan fasilitas b) Analisa Sistem drainase harus memiliki kemampuan tidak merusak lingkungan pada saat pengoperasian maupun pembuangan. Sistem sanitasi di dalam bangunan mencakup pembuangan air dari dapur dan toilet. Pembuangan air hujan melalui saluran – saluran terbuka maupun tertutup. Untuk saluran horisontal dilakukan dengan pengolahan kemiringan tanah dan daerah yang terkena jatuhan air hujan. Untuk membantu penyerapan ke dalam tanah selain lapangan rumput, juga pedestrian bermaterial ’grass block’ Sistem pembuangan air kotor dari bangunan dengan menggunakan shaff tersendiri guna kemudahan dalam pembuangan air kotor dan perawatan saluran pembuangan. Sedangkan sistem pembuangan untuk daerah perkebunan, perikanan dan peternakan disediakan saluran drainase yang langsung terhubung dengan anakan kali pepe dimana saluran drainase tersebut berada dekat dengan site. c) Output Jaringan drainase ini meliputi pembuangan : - Air kotor : berasal dari kloset, kamar mandi, dan pantry. - Air hujan : berasal dari atap, halaman, dsb. Pembuangan air hujan disalurkan langsung ke sumur resapan sedangkan sisanya baru commit to user dialirkan ke riol kota. 195
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Air „kurasan‟: kolam ikan, peternakan dan perkebunan setelah disaring air buangan diteruskan menuju saluran drainase yang langsung menuju sungai. Air hujan
Bak kontrol
Sumur resapan
Kotoran cair
Bak pengolahan limbah
KM/WC Kotoran padat
Septictank
STP
Sumur peresapan
Skema V.22 Sistem Pembuangan Air Kotor/Drainase dalam PSAN Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012 4) Analisa Keamanan Kebakaran Tujuan : untuk merancang jaringan pemadam kebakaran dan jalur penyelamatan pengguna bangunan a) Dasar pertimbangan - Fungsi dan luas bangunan - Kenyamanan pengguna selama evakuasi/menggunakan fasilitas b) Analisa Pada fasilitas ini melihat fungsinya sebagai tempat menampung anak jalanan yang berkapasitas banyak dan juga penggunanya yang hampir sebagian anak-anak maka hendaknya sistem bahaya kebakaran ini mutlak harus ada. Sistem yang dapat digunakan antara lain: - Sistem
fire
alarm.
Berfungsi
untuk
mengetahui
dan
memperingatkan terjadinya bahaya kebakaran. Menggunakan sistem otomatis dan „smoke and heat detector’ dan push button system. Disetiap detector dan button dilengkapi sensor untuk to user mengetahui lokasi commit terjadinya kebakaran. Disetiap lantai jaringan 196
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
detector, button dan sensor ini dipusatkan pada sebuah juction box yang kemudian diteruskan ke kontrol panel. Kontrol panel ini akan memberikan isyarat dalam bentuk indikasi yang dapat dilihat (lampu) dan didengar (alarm) serta mengaktifkan sprinkler. - Sistem sprinkler air. Berfungsi untuk mencegah terjadiinya kebakaran pada radus dipiicu dari heat and smoke detector yang memberikan pesan ke junction box. Setiap sprinkler juga dilengkapi dengan sensor untuk mengetahui lokasi kebakaran. Sprinkler ini dipasang pada ruang-ruang selain ruang yang memiliki perabot elektronik yang mudah rusak bila terkena air. - Fire estinguisher. Berupa tabung karbondiokksida portable untuk memadamkan api secara manual oleh manusia. Ditempatkan di tempat-tempat yang mudah dijangkau dan dikenali serta ditempat yang memiliki resiko kebakaran tinggi (R.chiller dan ruang pompa) - Hose rack dan indoor Hydrant. Berupa gulungan sedang dan hydrant sebagai sumber airnya untuk memadamkan api yang cukup besar. Diletakkan ditempat-tempat strategis mudah dijangkau dan dikenali. Sumber air hydrant diambil dari ground tank. - Outdoor hydrant. Dihubungkan dengan pipa PDAM untuk mendapatkan kepastian sumber air serta tekanan air yang memadai. Peletakkan peralatan untuk pengamanan bahaya kebakaran hendaknya diletakkan di titik yang rentan terhadap bahaya kebakaran.
commit to user 197
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c) Output Alat deteksi
Panel alarm
Manusia / operator
sistem start
Pemadaman manual (tabung portable)
Alat pemadaman
API / ASAP
Menghubun gi pemadam kebakaran
aktif Pemadaman api dari luar bangunan dengan hydrant
Skema V.23 Keamanan Bahaya Kebakaran dalam PSAN Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012 Khusus tangga darurat disesuaikan dengan kebutuhan, banyaknya penguna bangunan, dan jarak pencapaian dari ruangan menuju tangga darurat. Tangga darurat juga berfungsi sebagai akses sirkulasi vertikal bagi beberapa bangunan mengingat bangunan PSAN yang majemuk tidak memiliki luasan cukup besar. 5) Analisa Sistem Komunikasi Tujuan : untuk merancang jaringan komunikasi sehingga memudahkan dalam melakukan aktivitas antar ruang atau massa bangunan a) Dasar Pertimbangan - Kemudahan komunikasi - Kenyamanan dalam menggunakan antar ruang maupun bangunan - Karakter bangunan b) Analisa Bangunan memiliki karakter yang terbuka dan sederhana sehingga komunikasi yang dilakukan pun sederhana yaitu dengan menggunakan telepon, TV antena, dan jaringan internet. commit to user 198
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Jaringan Telepon - Dalam bangunan menggunakan sistem intercommunication pada telepon PABX (Private Automatic Branch Exchange) dengan sistem komunikasi internal (didalam ruangan/ ruangan/ lantai) - Teleks terdapat dalam ruangan bersama (kantor pengelola pusat) b) Jaringan TV Antena - Antena parabola sebagai jalur pendistribusian ke combiner AMP - Antena VHF dan UHF dengan terestrial prosecor sebagai jalur pendistribusian - Cassete back dan FM/AM tuner dengan Combiner AMP sebagai jalur pendistribuasian - VCR dan personal komputer dilengkapi dengan Combiner AMP sebagai jalur pendistribusian c) Jaringan Internet Jaringan internet yang digunakan dalam PSAN untuk sarana penunjang bagi pelaku kegiatan yang ingin menikmati fasilitas. Jaringan yang dipakai adalah wireless yang dihubungkan langsung dengan jaringan komputer yang ada pada pengelola, sebagian diletakkan pada ruang komputer dan audio visual d) Output TELKOM
PABX
Kantor Massa
Skema V.24 Sistem Komunikasi dalam PSAN
Servise
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan commit to user Input Data. 2012
199
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengadaan sistem komunikasi audio menggunakan fasilitas telepon maupun teleks sedangkan untuk audio visual menggunakan fasilitas TV antena dan komputer yang tersambung jaringan internet. Beberapa fasilitas seperti telepon dan teleks berada diruang pengelola sedangkan tv antena digunakan dalam asrama dan setiap ruang santai. Untuk fasilitas jaringan internet menggunakan komputer . 6) Analisa Sistem Penangkal Petir Tujuan : untuk mendapatkan sistem pengamanan terhadap bahaya petir a) Dasar pertimbangan -
Kemampuan tinggi untuk melindungi gedung dari sambaran petir.
-
Pemasangan tidak mengganggu tampak dan penampilan bangunan.
-
Keamanan dan kemudahan penerapan dalam bangunan.
b) Analisa dan Output Tabel V.22 Prinsip Kerja Penangkal Petir Hal Prinsip kerja
Keuntungan
Kerugian
Franklin Bila terjadi petir maka juga akan terjadi ionisasi di awan. Loncatan ion-ion tersebut dapat ditahan oleh preventor sehingga tidak mengenai bangunan, radius perlindungan sama dengan tinggi preventor. Harganya lebih murah dibanding sistem faraday Bila suatu saat ion – ion pada preventor tersebut habis atau berkurang maka daya perlindungannya menjadi menurun
Faraday Tiang-tiang faraday yang berjarak maksimal 30 m (antar tiang) terletak di sekeliling bangunan untuk menangkap loncatan ion-ion petir kemudian disalurkan ke tanah. Sifat perlindungan lebih baik karena aliran listrik langsung dihantarkan ke ground di tanah Lebih mahal dibandingkan sistem franklin.
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 commit to user 200
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7) Analisa Sistem Pembuangan Sampah Tujuan : untuk merancang jaringan pembuangan sampah sebagai kebutuhan akan kelengkapan fasilitas bagi pengguna a) Dasar pertimbangan - Kesehatan dan kebersihan lingkungan - Kenyamanan pengguna selama menggunakan fasilitas b) Analisa Sistem pembuangan sampah dengan cara mengumpulkan sampah melalui shaft sampah yang dilengkapi lubang penghawaan, dilapisi bahan kedap suara dan pintu berpegas yang mampu menutup sendiri. Pembuangan sampah melalui shaft ini memanfaatkan gaya gravitasi menuju bak penampungan sampah sementara, yang kemudian diangkut menuju TPA (tempat pembuangan akhir). c) Output Sampah yang dapat didaur ulang
Bak penampung sampah daur ulang Shaft sampah
TPA Bak penampung sampah non daur ulang
Sampah yang tidak dapat didaur ulang
Skema V.25 Sistem Penyediaan Pembuangan Sampah dalam PSAN Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012
commit to user 201
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PONDOK SEJAHTERA ANAK NUSANTARA Dalam bab ini, menyajikan dan merumuskan konsep desain secara umum, hasil dari proses analisa yang telah dilakukan pada tahap analisa perencanaan dan perancangan Pondok Sejahtera Anak Nusantara Surakarta. Konsep disusun secara sistematis untuk melakukan transformasi menuju desain bangunan. Konsep programatik perancangan meliputi konsep programatik, lokasi site, peruangan tampilan, tata masa, struktur, dan utilitas bangunan. A. KONSEP PERENCANAAN Konsep perencanaan ”Pondok Sejahtera Anak Nusantara” ini adalah merencanakan wadah pelayanan kesejahteraan anak yang terbuka, sederhana dan rekreatif dimana berlangsung kegiatan pemberdayaan yang dapat memacu daya kreatifitas dan keaktifan, melalui program: perlindungan, pendidikan, pembinaan dan pelatihan terhadap anak jalanan berusia <18 tahun yang bertujuan memandirikan dan menghantarkan anak menuju kehidupan normatif dalam masyarakat dengan memperhatikan faktor perilaku dan lingkungan sebagai dasar utama dalam pertimbangan desain bangunan. PSAN Surakarta terfokus pada anak jalanan berusia 6 – 18 tahun dimana kegiatan pemberdayaan mampu menampung 200 anak yang dibina selama 1 tahun Anak dididik dan dibina untuk berpikir dan berperilaku kreatif serta aktif. PSAN juga memberikan kebebasan anak untuk memilih kegiatan yang disukai. commit to user 202
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. KONSEP PROGRAMATIK PERANCANGAN 1. Konsep Programatik Pemilihan Lokasi dan Site a.
Konsep Programatik Pemilihan Lokasi
Gambar VI.1 Peta Kecamatan Banjarsari Sumber : www.google.com Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan terbesar dan terletak di pusat kota Surakarta. Luas wilayah mencapai 14,81 km², Jumlah penduduk 153.508 (2001), Kepadatan 10.365 per km², Desa/kelurahan 13. Daerah Kecamatan Banjarsari yang terpilih adalah Kelurahan Sumber yang memiliki luasan sekitar + 234,750 m2. Banyaknya penduduk sekitar 8.976 jiwa. Menurut RUTRK Surakarta 1993-2013, Kelurahan Sumber diprioritaskan bagi pengembangan daerah pemukiman dan fasilitas pendukung seperti pelayanan sosial masyarakat. Situasi ini mendukung kegiatan pemberdayaan anak jalanan yang butuh lingkungan sosial yang tidak kumuh maupun mewah. Daerah ini terpilih didasarkan pada jarak yang dekat dengan spot-spot operasi anak jalanan seperti terminal tirtonadi, stasiun balapan, daerah Gilingan, perempaan jalan dan Pasar tradisional. Selain itu, daerah ini juga menjadi jalur sirkulasi kendaraan antar kota sehingga akses pencapaian lebih mudah dimana juga didukung dengan fasilitas transportasi umum yang commit to user memadai. Beberapa fasilitas pendukung seperti pendidikan (TK Tadhika Puri, 203
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
TK dan SD Cemara, TK Kristen, SLTP 4, SLTP muhammadiyah, dan AUB), sarana olah raga (Stadion Manahan dan Taman Balekambang) dan sebagainya telah mencukupi dalam lingkup Kecamatan Banjarsari. Infrastruktur kota telah memadai dengan keberadaan jaringan listrik, PDAM dan sanitasi kota. b.
Konsep Programatik Pemilihan Site
Gambar VI.2 Peta Site Terpilih Sumber : www.google.com Konsep Site berada dekat terminal Tirtonadi dan Stasiun Balapan, Jl. Kutai Raya, Rt/Rw.VII Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari, Surakarta. Site sesuai peruntukan RUTRK Surakarta tahun 1993-2013 sebagai daerah pengembangan fasilitas pelayanan sosial masyarakat. Site juga dekat dengan spot-spot anak jalanan bagian terminal tirtonadi (1 km), pasar nusukan (500 m), dan pemukiman kali pepe (500 m). Infrastruktur sekitar site memadai meliputi: jalan (lebar 6 m, akses 2 arah, dan beraspal) dan utilitas (listrik, PDAM, Sanitasi, dan telapon). Kondisi lingkungan sosial site mendukung mengingat berada di daerah pemukiman dan perumahan (tanpa diskriminasi dan kesenjangan sosial yang sangat mencolok). Sebagian besar hunian membentuk cluster yang berpetak dibatasi jalan lingkungan lebar 4 m dan diakses dua arah. Pada beberapa spotto userindustri. spot hunian digunakan sebagai commit daerah home 204
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Konsep Programatik Pengolahan Site Site memiiliki luas 14.745 m2 dengan akses jalan Kutai Raya lebar 6 m, pedestrian disetiap sisi 1 m, dapat diakses dua arah dan jalan lingkungan lebar 4 m akses dua arah. Batas-batas site berupa : Jl. Kutai Raya
Jl. Kutai I
Jl. Kutai Tengah
Gambar VI.3 Peta Kec. Banjarsari dan Lokasi Site -
a.
Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis. 2012
- Utara
: Jalan Kutai Raya (lebar 6 m) dan Perumahan
- Selatan
: Pemukiman Penduduk dan Jalan Kutai Tengah (lebar 4 m)
- Timur
: Perumahan dan Jalan Kutai I (lebar 4 m)
- Barat
: Pemukiman, SD Negeri Sumber 3, dan STIE
Konsep Programatik Pencapaian Site Konsep ME dan SE diletakkan terpisah pada arah yang berbeda. Main
entrance (akses publik) berada di jalan Kutai Raya dengan lebar 6 m, sedangkan entrance bagi pejalan kaki berupa pedestrian disepanjang sisi jalan lebar 1,5 m. Side entrance berada dekat jalan lingkungan lebar 4 m terletak dibelakang site khusus akses bagi penghuni asrama, sedangkan untuk out SE bergabung dengan out ME publik digunakan agar tidak cross circulation. commit to user 205
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Konsep Pola sirkulasi kendaraan berbentuk linier lebar 4 m, satu arah dan material aspal dilengkapi kantung parkir menyudut 450. Sedangkan, pejalan kaki akses bermaterial grass block, lebar 1.5 m dan ramp untuk split level. Pola sirkulasi berbentuk linier dan radial menyesuaikan site dan jalan. ME (out)
SE (Out)
ME (In)
Jl Kutai Tengah , Intensitas kecil. Sirkulasi satu arah Lebar 4m dan
Jl Kutai I, intensitas sedang. Sirkulasi dua arah Lebar 4 m dan berasapal
SE (In)
berasapal
Jl Kutai Raya, Intensitas besar. Sirkulasi dua arah Lebar 6 m dan pedestrian 1 m setiap sisi
Gambar VI.4 Pencapaian dan Sirkulasi Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis. 2012 b.
Konsep Programatik View dan Orientasi Konsep orientasi utama bangunan menghadap jalan Kutai Raya agar
mudah diidentifikasi pengguna. Sedangkan, orientasi kedua menghadap pemukiman penduduk untuk fasilitas asrama anak. Untuk mendapatkan view dan orientasi yang maksimal, bangunan diletakkan 10 m dari tepi pedestrian Jl.Kutai Raya dan setiap tepi berjarak 5-6 m dari dinding pembatas bangunan. Orientasi dan view utama Penggunaan view buatan berupa pengolahan taman Penggunaan view buatan berupa pengolahan taman
Orientasi dan view kedua
commit to user Gambar VI.5 View dan Orientasi sekitar site Sumber : www.google.com dan Analisis Penulis. 2012
206
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Konsep Programatik Kebisingan Site Konsep respon site terhadap kebisingan, daerah kebisingan kecil
(pemukiman penduduk) diberikan pagar pembatas dari batu bata berspesi, dan pohon rindang (Angsana dan cemara) serta bangunan diberikan jarak 5-6 m dari pagar pembatas. Daerah kebisingan besar (jalan Kutai Raya), bangunan diberikan jarak 10 m dari tepi pedestrian dan pohon rindang (Angsana dan Ketapang) sebagai berier dan filter. Jarak bangunan dengan jalan Emberi barier pada zona merah
Massa bangunan dalam zona tenang
Gambar VI.6 Kebisingan (Noise) Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis.2012 d.
Konsep Programatik Klimatologis Site Konsep Klimatologis site meliputi hasil analisa pencahayaan dan
penghawaan. Penggunaan barier pohon rindang (Angsana dan cemara) pada setiap sisi site dan ruang terbuka berfungsi sebagai filter dan shading. Sedangkan pada bangunan, meliputi bukaan yang proporsional berfungsi untuk menangkap sinar matahari dan penghawaan alami. Material berupa dinding, kaca dan kayu berfungsi sebagai filter dan mengurangi kesilauan (glare). Selain itu, untuk mengurangi glare maka diberikan tritisan 1 dan 2 m pada setiap tingkatan bangunan serta material berupa genting dan kayu. commit to user 207
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Barier tanaman disekeliling site sebagai batas sekaligus filter
Kolam untuk meredam silau pada bangunan. Dilengkapi dengan semak-semak rendah
Gambar VI.7 Klimatologis Site Sumber : www.google.com dan Analisis Penulis. 2012 e.
Konsep Programatik Tata Lansekap Konsep penataan lansekap, vegetasi digunakan sebagai pengendali fisik
(filter dan shading berupa pohon angsana, cemara dan ketapang), pengendali sirkulasi (kejelasan batas, pengarah dan mempertegas sirkulasi berupa semak rendah dan palem), dan estetika visual (taman dan area terbuka berupa berbagai tanaman hias (anggrek, mawar, soka, teratai dan lain-lain serta tanaman rumput jepang). Penataan khusus pada daerah bercocok tanam berupa tanaman palawija, herbal jawa, umbi-umbian, dan sayur mayur. Area peternakan berupa semak rendah dan rumput-rumputan untuk ternak kambing dan ayam. Area perikanan berupa semak rendah untuk ikan lele, emas dan gurame. Komponen pelengkap lansekap meliputi : pagar berupa tanaman dan pagar besi (tinggi 2 m), jalan setapak berupa grass block, street furniture berupa lampu taman, penerangan dan tempat duduk, dan kolam buatan bentuk fountain (Air mancur) dan pool/flat pada tepian bangunan. Ornamen-ornamen diciptakan berbentuk grafity ciptaan kreatifitas anak jalanan sendiri. commit to user 208
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Zona Barier
Kolam dan Air Mancur berada dipusat kegiatan
Zona Private
Zona Tanaman Estetika
Area bercocok tanam, beternak dan perikanana
Zona Service
Gambar VI.8 Penataan Lansekap Sumber : Dokumentasi dan Analisis Penulis. 2012 f.
Konsep Programatik Penzoningan Konsep penzoningan meliputi fungsi massa bangunan utama dan
bangunan penunjang. Massa utama berdasarkan fungsi meliputi perlindungan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Massa tersebut diletakkan dalam satu area untuk memudahkan pencapaian. Sedangkan massa penunjang meliputi ruang pameran, pertunjukan, perpustakaan dan ibadah. Massa tersebut diletakkan tersebar mengelilingi massa utama sesuai keterkaitan fungsi. Zona pemberdayaan (pengelola,balai pendidikan dan pelatihan)
Zona Publik Zona penunjang (Masjid, perpustakaan, ruang pameran)
Zona Private
Zona perlindungan (asrama anak)
Zona Semi Publik
Zona Service
Gambar VI.9 Penzoningan Akhir commit to user Sumber : Analisis Penulis. 2012 209
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Konsep Programatik Peruangan a.
Konsep Programatik Pelaku dan Aktivitas Pelaku, anak jalanan berusia 6-18 tahun kapasitas tetap 200 anak (usia 6-
11 tahun menampung 50 anak dan usia 12-18 tahun menampung 150 anak) dan tidak tetap 700 anak (usia 6-11 tahun menampung 200 anak dan usia 12-18 tahun menampung 500 anak). Untuk pengelola ekstern dan intern kapasitas tetap 50 orang dan tidak tetap 50 orang. Untuk service kapasitas tetap 30 orang dan tidak tetap 20 orang. Untuk pengunjung/pengantar kapasitas 200 orang. Tabel VI.1 Pelaku Aktivitas, Daya Tampung dan Jenis Aktivitas yang diwadahi Pelaku Anjal : - Tetap - Tidak tetap
Fungsi - Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Pengelola : - Pengelolaan - Tetap - Tidak tetap - Perlindungan - Pendidikan - Pembinaan - Pelatihan
Service
- Pengelolaan - Perlindungan
Pengantar/pe - Pengelolaan ngunjung - Pembinaan - Pelatihan
Aktivitas Istirahat,tidur,memasak,belajar,makan-minum, ibadah, cuci-jemur, metabolisme, berkumpul, Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul, metabolisme, ekstrakulikuler Bimbingan konseling, belajar, cek kesehatan, ibadah,berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, kewirausahaan (basar), berkumpul, bermain Bekerja mengelola, administrasi, menyimpan arsip, makan-minum, metabolisme Istirahat, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, membimbing, metabolisme Mengajar dan membimbing, makan-minum, berkumpul dan metabolisme Membimbing,mengawasi,periksa kesehatan, ibadah dan berkumpul, metabolisme Mengajar dan melatih bekal keterampilan, merencanakan pameran-pementasan, makanminum, berkumpul dan metabolisme Menjaga Kebersihan dan Keamanan Menjaga kebersihan dan menyiapkan makanminum serta keamanan asrama anak Bimbingan dan informasi yang sesuai Bimbingan dan pengasuhan keluarga Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data di Lapangan. 2012 commit to user 210
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Konsep Programatik Kebutuhan Ruang Berdasarkan analisis pada karakter aktivitas dan perilaku anak jalanan,
maka dihasilkan konsep kebutuhan ruang dalam PSAN Surakarta, meliputi: Tabel VI.2 Hasil Analisa Kebutuhan Ruang dalam PSAN Surakarta Pelaku Anjal Tetap Usia 6-11 Usia 12-14 Usia 15-18
Fungsi - Perlindungan
- Pendidikan
- Pembinaan
- Pelatihan
Anjal - Perlindungan Tidak tetap Usia 6-11 Usia 12-14 Usia 15-18 - Pendidikan
- Pembinaan
- Pelatihan
Pengelola - Tetap
- Pengelolaan
- Perlindungan
- Pendidikan
- Pembinaan
Aktivitas Istirahat/tidur, berkumpul, belajar, bermain (6-11Th), Memasak (1218Th) makan dan minum, ibadah, metabolisme, mencuci dan menjemur, berkumpul, belajar Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul dan metabolisme ekstrakulikuler Bimbingan, belajar, cek kesehatan dan perawatan, ibadah, berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, berkumpul, bermain, kewirausahaan (12-18Th) Istirahat, berkumpul, belajar, bermain (6-11Th), makan dan minum, ibadah, metabolisme, berkumpul, belajar Belajar, membaca, bermain, makan-minum, berkumpul dan metabolisme ekstrakulikuler Bimbingan, belajar, cek kesehatan dan perawatan, ibadah, berkumpul, metabolisme Belajar ketrampilan, pameran, pementasan, berkumpul, bermain, kewirausahaan (12-18Th) Bekerja mengelola, administrasi, menyimpan arsip, makan-minum, metabolisme Istirahat/tidur, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, mencuci dan menjemur, mengawasi dan membimbing, metabolisme Mengajar dan membimbing, makan-minum, berkumpul dan metabolisme commit to user Membimbing dan mengawasi,
Kebutuhan Ruang R. Tidur, R. Komunal R.Bersama, R. Ibadah, R. Cuci-jemur, dapur, pantri, R. Makan, dan KM/WC R. kelas, R.Komunal, R.Bermain, KM/WC perpustakaan R. BK, R. kelas, R. kesehatan,R.Komunal R.Bermain, KM/WC R. kelas, R.Pengelola, R.Pelatihan,R.Komuna l, dan R. Bermain R.santai,R. Komunal, R.Baca dan belajar, R.Ibadah,R.Cucijemur, R. Makan, KM/WC R. kelas, R.Komunal, R.Bermain, KM/WC , Masjid, perpustakaan R. BK, R. kelas, R. kesehatan,R.Komunal R.Bermain, KM/WC R. kelas, R.Pengelola, R.Pelatihan,R.Komuna l, dan R. Bermain R.kerja,simpan,Rapat, R.Kepala dan wakil, staff,R.Tamu, KM/WC R. Tidur, R. Komunal R. Baca dan belajar, R. Ibadah, R. Cuci-jemur, R. Makan, dapur, KM/WC R.Pengajar,R.Komuna l, perpustakaan, pantri, KM/WC R.Pengajar,R.Komuna 211
perpustakaan.uns.ac.id
- Pelatihan
- Tidak tetap
- Pengelolaan
- Perlindungan
- Pendidikan
- Pembinaan
- Pelatihan
Pelayanan service
- Pengelolaan - Perlindungan
Pengantar
- Pembinaan - Pelatihan
Pengunjun - Pengelolaan g Insidentil - Pelatihan Tamu pengelola
- Pengelolaan - Pelatihan
digilib.uns.ac.id
periksa kesehatan, ibadah dan berkumpul, metabolisme Mengajar dan melatih bekal keterampilan,pameran/pementasan bermain,makan-minum,berkumpul dan metabolisme Bekerja mengelola, administrasi, menyimpan arsip, makan-minum, metabolisme Istirahat, berkumpul, membaca, makan dan minum, ibadah, membimbing, metabolisme Mengajar dan membimbing, makan-minum, berkumpul dan metabolisme Membimbing,mengawasi, periksa kesehatan, ibadah dan berkumpul, metabolisme Mengajar dan melatih bekal keterampilan,pameran/pementasan bermain,makan-minum,berkumpul dan metabolisme Menjaga kebersihan dan keamanan Menjaga kebersihan dan menyiapkan makan-minum serta keamanan asrama anak Bimbingan dan pengasuhan keluarga Bimbingan dan belajar bekal keterampilan Bimbingan dan informasi yang sesuai Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak Mendapat informasi dari staff pengelola Berpartisipasi dan menyalurkan bakat anak
l, R.Kesehatan, pantri, KM/WC R.pengajar,R.komunal, R. dokumen pantri, metabolisme, KM/WC R.kerja,simpan,R.Rapa t,R.Kepala dan wakil, Staf,Rtamu,KM/WC R. Komunal R. Baca mini dan belajar, R. Ibadah, KM/WC R.Pengajar,R.Komuna l, perpustakaan, pantri, KM/WC R.Pengajar,R.Komuna l, R.Kesehatan, pantri, KM/WC R.pengajar,R.komunal, R. dokumen pantri, metabolisme, KM/WC R. staff, dapur, pantri, gudang peralatan R.tidur, pantri, dapur, R. Komunal, KM/ WC, gudang alat R. BK, R. Seminar kantin, KM R. BK, R. Kelas, kantin, KM R.pengelola,R.Komun al,R.Administrasi, KM R.pameran,bazar anak, amphiteatre,.komunal R.pengelola,R.Komun al,R.Administrasi, KM R.pameran,bazar anak, amphiteatre,.komunal
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 c.
Konsep Programatik Besaran Ruang Berdasarkan analisis pada kebutuhan ruang dan sirkulasi pada setiap
ruang maka dihasilkan konsep commit besaran to ruang userdalam PSAN Surakarta, meliputi: 212
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel VI.3 Analisa Besaran Ruang dalam PSAN - Fasilitas Pengelola Pusat KEBUTUHAN RUANG
PERHITUNGAN(m2)
R. Kepala, wakil dan sekretaris Total = 15,6 R. Simpan Total = 8,32 R. Rapat Total = 42 R. Kerja staff pengelola Total = 50.4 R. Administrasi Total = 25,2 R. Tamu Total = 25,2 R. Konsultasi Total = 12.6 R. Istirahat Total = 21 Pantri Total = 4.48 R.Operator Total = 11.2 Kamar mandi Total = 16.8 R. Gudang Total = 5.6 Jarak antar massa bangunan 20% x 372,08 TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PENGELOLA
JMLH 3 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2
BESARAN RUANG (m2) Total = 46,8 Total = 8,32 Total = 42 Total = 100.8 Total = 25,2 Total = 50,4 Total = 12.6 Total = 21 Total = 8.96 Total = 11.2 Total = 33.6 Total = 11.2 74.416 446.496
- Fasilitas Perlindungan (Asrama putra dan putri) KEBUTUHAN RUANG
PENGELOLA ASRAMA PERHITUNGAN(m2)
R.Konsultasi Total = 16.8 R. Administrasi Total = 25,2 R. Arsip Total = 8,32 Pantry Total = 8,4 Kamar Mandi/WC Total = 11,2 Jarak antar massa bangunan 20% x 97,92 TOTAL KESELURUHAN PENGELOLA ASRAMA PUTRI R. Tidur anak (5-11 Th) Total = 140 R. Tidur anak(12-18 Th) Total = 420 R. Tidur pengelola Total = 140 R. Tidur staff OB Total = 52,5 R. Komunal (keluarga), R. Total = 56 Baca dan belajar Total = 22,4 R. Bermain Total = 22,4 R. Makan/Aula Besar Total = 160 Dapur,R.Simpan, Pantry Total = 44.8 Kamar mandi anak Total = 33,6 Kamar mandi pengelola Total = 24,4 R. Cuci-jemur Total = 24,4 R. Gudang alat Total = 11,2 commit to user Gudang Makanan Total = 28
JMLH 2 1 1 1 2
BESARAN RUANG(m2) Totall = 33.6 Total = 25,2 Total = 8,32 Total = 8,4 Total = 22,4 19,584 117,504
1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1
Total = 140 Total = 420 Total = 140 Total = 52,5 Total = 112 Total = 44,8 Total = 44,8 Total = 160 Total = 44.8 Total = 67.2 Total = 48,4 Total = 44,8 Total = 22,4 Total = 28 213
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
R. Pos keamanan Total = 4,48 Jarak antar massa bangunan 20% x 1374,18 TOTAL KESELURUHAN ASRAMA PUTRI PUTRA R. Tidur anak (5-11 Th) Total = 140 R. Tidur anak(12-18 Th) Total = 420 R. Tidur pengelola Total = 140 R. Tidur staff OB Total = 52,5 R. Komunal (keluarga), R. Total = 56 Baca dan belajar Total = 22,4 R. Bermain Total = 22,4 Kamar mandi anak Total = 33,6 Kamar mandi pengelola Total = 24,4 R. Cuci-jemur Total = 24,4 R. Gudang Total = 11,2 Gudang makanan Total = 28 R. Pos keamanan Total = 4,48 Jarak antar massa bangunan 20% x 1202,98 TOTAL KESELURUHAN ASRAMA PUTRA
1
Total = 4,48 274,836 1649,016
1 1 1 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1
Total = 140 Total = 420 Total = 140 Total = 52,5 Total = 112 Total = 44,8 Total = 44,8 Total = 100,8 Total = 48,4 Total = 44,8 Total = 22,4 Total = 28 Total = 4,48 240,596 1443,576
JMLH
BESARAN RUANG(m2) Totall= 330.75 Total = 16.8 Total = 21 Total = 16.8 Total = 96 Total = 21 Total = 42 Total = 18.56 Total = 6,72 113.926 683.556
- Fasilitas Pendidikan (Balai Pendidikan) KEBUTUHAN RUANG
PERHITUNGAN(m2)
R. Kelas belajar Total = 36.75 R. Pengelola Total = 16.8 R. Komputer Total = 21 R. BK Total = 16.8 R. Komunal Asumsi 48 m2 Pantry Total = 21 Kamar mandi Total = 10.5 R. Gudang dan MEE Total = 9.28 R. Pos keamanan Total = 6,72 Jarak antar massa bangunan 20% x 569.63 TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PENDIDIKAN
9 1 1 1 2 1 4 2 1
- Fasilitas Pembinaan (Balai Kesehatan Anak) KEBUTUHAN RUANG R. Terapi Anak R. Pengelola R. Periksa R. Rawat inap R. Tunggu R. Medis R. Apotek Pantri
PERHITUNGAN(m2) Total = 16.8 Total = 32.4 Total = 8.4 Total = 28 Total = 16.8 Total = 5.6 Total = 16.8 to user Total = commit 5.6
JMLH 2 1 1 1 1 1 1 1
BESARAN RUANG(m2) Totall = 33.6 Total = 32.4 Totall = 8.4 Totall = 28 Total = 16.8 Total = 5.6 Totall = 16.8 Total = 5.6 214
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kamar mandi Total = 8.4 R. Gudang Total = 5.6 R. Pos Keamanan Total = 6,72 Jarak antar massa bangunan 20% x 176.32 TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PEMBINAAN
2 1 1
Total = 16.8 Total = 5.6 Total = 6,72 35.264 211.584
- Fasilitas Pelatihan (Balai Pelatihan) KEBUTUHAN RUANG
PERHITUNGAN
R. Kelas Pelatiihan Total = 36.75 R. Pengelola Total = 28 R. Komunal in-outdoor Total = 42 Pantri Total = 5.6 Kamar mandi Total = 10.5 R. Gudang dan MEE Total = 9.28 R. Pos Keamanan Total = 6,72 Jarak antar massa bangunan 20% x 392.79 TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PELATIHAN
JMLH 5 1 2 2 4 4 1
BESARAN RUANG(m2) Total = 183.75 Total = 28 Totall = 84 Total = 11.2 Total = 42 Total = 37.12 Total = 6,72 78.558 471.348
- Fasilitas Penunjang KEBUTUHAN RUANG
PERHITUNGAN(m2)
JMLH
R. Pameran Total = 70 1 Retail Souvenir Asumsi 9 6 R Pengelola Asumsi 35 3 R. Seminar Total = 42 1 Musholla Total = 42 1 R. Rak Perpustakaan Total = 56 2 R. Baca Total = 42 2 R. Komputer dan Audio Total = 28 2 R. Bazar anak Total = 140 1 Pendopo Total = 134.4 1 Backstage, R. Peralatan Total = 112 1 R. Komunal in-outdoor Total = 42 4 Pantri Total = 11,4 3 Kamar mandi Total = 11,4 12 R. Gudang Total = 11,4 3 - Area Berkebun Asumsi 8 x 8 = 64 2 - Area Beternak Asumsi 8 x 8 = 64 1 - Area Perikanan Asumsi 10 x 10 = 100 1 R. Pos Keamanan Total = 6,72 3 Jarak antar massa bangunan 20% x 1776.76 TOTAL KESELURUHAN FASILITAS PENUNJANG
BESARAN RUANG(m2) Totall = 70 Total = 54 Total = 105 Totall = 42 Totall = 42 Totall = 112 Totall = 8 Totall = 56 Totall = 140 Total = 134.4 Total = 112 Totall = 168 Total = 34.2 Total = 136.8 Total = 34.2 Total = 128 Total = 64 Total = 100 Total = 20,16 355,352 2132,112
commit to user 215
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
- Fasilitas Pelayanan Servis KEBUTUHAN RUANG
PERHITUNGAN
JMLH
Standart = 25 m2/mobil Standart = 1.5 m2/mobil Total = 4.2 Total = 73 Total = 8.4 Total = 8.4 Total = 8.4 Jarak antar massa bangunan 20% x 1029.8 TOTAL KESELURUHAN PELAYANAN SERVICE
Parkir mobil Parkir motor Pos Satpam Garasi R. Panel R. Genset R. Pompa
15 30 2 2 2 2 2
BESARAN RUANG (m2) Total = 375 Total = 450 Total = 8.4 Total = 146 Total = 16.8 Total = 16.8 Total = 16.8 205.96 1235.76
Total Kebutuhan Ruang PSAN Surakarta -
Besaran Ruang (m2) 446.496 3210,096 683.556 211.584 471.348 2132,112 1235.76 8390.952
Fungsi dalam Pondok Fungsi Pengelola Pusat Fungsi Perlindungan Fungsi Pendidikan Fungsi Pembinaan Fungsi Pelatihan Funsgi Penunjang Fungsi Pelayanan Servis Total Keseluruhan
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 d.
Konsep Programatik Pola dan Organisasi Ruang Berdasarkan analisis fungsi, kebutuhan, dan zonifikasi ruang maka
dihasilkan konsep pola dan hubungan antar ruang, sebagai berikut : 1) Pola Hubungan Ruang Makro 3
NO 1 2 3 4 5 6 7
Fungsi PSAN Pengelola Pusat Balai Pendidikan Asrama Putra dan Putri Balai Kesehatan Balai Pelatihan Fasilitas Penunjang Pelayanan Service
2
6
1
7
5
4
Skema VI.1 Hubungan Ruang Makro Sumber : Analisis Penulis. 2012 commit to user 216
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pola Hubungan Ruang Mikro
digilib.uns.ac.id
13 14
a) Fungsi Pengelola Pusat NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Fungsi PSAN Hall/Information desk R. Tunggu R. Konsultasi R. Administrasi R. Pengajar/Valounter R. Rapat R. Pimpinan R. Wakil Pimpinan R. Sekretaris R. Arsip R. Operator R. Istirahat Pantry Gudang KM/WC
11
6
15
7
9
8
10
12
2
4
5
1
3
Skema VI.2 Hubungan Fungsi Pengelola Pusat Sumber : Analisis Penulis. 2012 1 0
8
9
b) Fungsi Perlindungan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Fungsi PSAN Selasar Komunal Space R. Komputer R. Kelas anak (6-11) R. Kelas anak (12-18) R. Pengelola R. BK Pantry Gudang KM/WC
c) Fungsi Pendidikan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3
7
6
4
2
5
1
Skema VI.3 Hubungan Fungsi Perlindungan Sumber : Analisis Penulis. 2012 1 0
8
9
Fungsi PSAN Selasar 3 6 7 Komunal Space R. Konsultasi 4 2 5 R Tidur Putra R.Tidur Putri R. Pengelola Asrama 1 R. Makan/Aula besar Skema VI.4 Hubungan Fungsi Pendidikan Pantry Sumber : Analisis Penulis. 2012 Gudang commit to user KM/WC 217
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d) Fungsi Pembinaan
1 1
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
9
Fungsi PSAN Hall/Information desk R. Tunggu R. Terapi Anak R. Pengelola R. Periksa R. Apotek R. Rawat Inap R. Medis Pantry Gudang Obat KM/WC
8 5
4
6
2
7 3
1
Skema VI.5 Hubungan Fungsi Pembinaan Sumber : Analisis Penulis. 2012
e) Fungsi Pelatihan NO 1 2 3 4 5 6 7
1 0
9
Fungsi PSAN Selasar Komunal Space R. Pengelola R. Pelatihan Pantry Gudang KM/WC
1 1
1 0
3
2
6
8
5
7
f) Fungsi Penunjang 1
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Fungsi PSAN Selasar R. Pameran R. Seminar R. Perpustakaan R. Bazar Anak R. Pengelola Pendopo Masjid Pantry Gudang KM/WC
Skema VI.6 Hubungan Fungsi Penunjang Sumber : Analisis Penulis. 2012 7 6 5
5
6 4
g) Fungsi Pelayanan Servis NO 1 2 3 4
Fungsi PSAN Area Parkir outdoor Garasi Gudang simpan Genset
2
3
1
Skema VI.7 Hubungan Fungsi Servis commit to user
Sumber : Analisis Penulis. 2012 218
perpustakaan.uns.ac.id
5 6 7 8 9
digilib.uns.ac.id
Panel Pompa Pantry Gudang KM/WC
4. Konsep Programatik Tampilan Bangunan a.
Konsep Tampilan Eksterior Konsep tampilan eksterior bangunan menyesuaikan dengan karakter
perilaku anak jalanan, diantaranya: keterbukaan, kesederhanaan, dan rekreatif. Hal-hal tersebut dicapai dengan pengolahan bentuk-bentuk sederhana namun atraktif, permainan
irama/ritme tinggi rendah bangunan, dan penggunaan
warna serta material yang mampu menonjolkan karakter bangunan. Bentuk sederhana namun atraktif ditampilkan dengan pengolahan bentuk persegi seperti pada jendela, ventilasi, dan pintu, out line garis horizontal terkesan “kotangan” dengan penonjolan bentuk kotak dari bata ekspose, dan kekokohan bangunan diperlihatkan pada kolom ekspose vertikal berbentuk kotak pula. Irama/ritme diperlihatkan, sebagai berikut: pada bagian depan yang menjadi ekpose utama memiliki ketinggian 1 lantai dan beberapa bangunan sekeliling site memiliki ketinggian 2 lantai. Hal ini dilakukan untuk memudahkan identifikasi pengamat terhadap keseluruhan bangunan. Penggunaan warna soft seperti krem, orange muda dan biru muda untuk menyesuaikan dengan lingkungan (tidak kontras). Bata ekspose berwarna merah kecoklatan memberikan kesan pengamatan berbeda terhadap dinding. Selain itu, material dan warna tersebut dapat berfungsi sebagai penyatu antar massa dalam out line garis horizontal tampilan bangunan keseluruhan. commit to user 219
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Konsep Tampilan Interior Tekstur kasar dalam ruang memberikan kesan adanya perbedaan yang
jelas dan tidak membosankan misal pada ruang baca yang menuntut adanya suasana tidak membosankan. Sedangkan tekstur halus, menciptakan kepadanan dan keselarasan antar ruang misal pada ruang antar kelas. Pewarnaan diutamakan pada ruang pengembangan daya pikir dan intensitas penggunaan tinggi seperti ruang bermain, belajar, dan galeri. Tabel VI.4 Jenis dan Pengaruh Warna dalam Ruang Jenis ruang Ruang bermain Ruang belajar Ruang praktikum Ruang bimbingan konseling Ruang pengelola Perpustakaan
Kesan ditampilkan Edukatif dan rekreatif Edukatif, dinamis dan atraktif Edukatif dan atraktif Tidak monoton, cukup luas dan tidak mengekang anak Formal dan dinamis Edukatif,informaldan atraktif
Asrama anak
Formal,nyaman-aman,atraktif dan dinamis Rekreatif dan atraktif Rekreatif dan atraktif
Area bazar anak Pertunjukkan
Jenis warna yang digunakan Warna cerah sebagai dasar Warna cerah yang bervariasi Campuran warna pastel cerah, Warna kebiruan, kekuningan dan kehijauan Warna kebiruan-kehijauan Warna pastel cerah, orange, biru, kuning, hijau terang Warna cerah dan pastel variasi dengan ornamen halus Warna pastel dengan ornamen Warna pastel dengan ornamen
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Data Lapangan. 2012 Irama yang luwes dan lembut ditampilkan dengan irama yang mengalir naik turun pada setiap bidang ruang. Ruang bersama dan publik dirancang terbuka tanpa pembatas tetapi tetap memiliki orientasi ruang yang jelas seperti ruang pameran, retail souvenir dan ruang pertunjukan. Untuk memberikan kesan perbedaan fungsi tanpa menggunakan sekat maka cukup dengan meninggikan dan merendahkan bidang dasarnya. Sedangkan untuk bukaan ruang dirancang cukup besar dengan permainan tinggi rendah plafon. Jalur sirkulasi selasar diberikan pola lantai yang mengarahkan pada ruang tertentu. commit to user 220
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Material dalam ruang berupa kayu pada atap, lis jendela dan pintu, perabot ruang seperti lemari dan meja. Kaca untuk material pencahayaan dan penghawaan pada jendela, ventilasi maupun pintu. Plat lantai tertutupi dengan keramik dan tegel. Batu alam dan bata ekspose digunakan untuk memberikan kesan “kotangan” pada dinding bangunan sehingga dinding memiiki karakter. Ornamen menciptakan ruang yang dinamis, tidak monoton sehingga mampu merangsang kreatifitas dan keaktidan anak, seperti: pada ruang belajar dan bermain harus dapat mewakili jiwa anak dengan gambar-gambar, bentukbentuk dinamis dan pewarnaan menarik yang dapat dipelajari. Sedangkan, ruang kerja bagian pengelola diperlukan ornamen yang dapat mengurangi kejenuhan dan kelelahan, misalnya lukisan, tanaman
Gambar VI.10 Ekspresi Interior Bangunan Sumber : www.google.com 5. Konsep Programatik Tata Massa dan Persyaratan Ruang a.
Konsep Bentuk dan Tata Massa Bangunan PSAN Surakarta mengutamakan bentuk persegi, sedangkan sirkulasi
menggunakan bentuk lengkung yang lebih fleksibel dan nyaman. Bangunan persegi merupakan bentuk sederhana, tegas dan fungsional terdiri dari bangunan majemuk yang terpusat pada satu titik yaitu Balai pertunjukan (Pendopo). Agar bentuk persegi lebih dinamis dan atraktif maka dilakukan penambahan dan pengurangan bentuk. Sedangan bentuk atap bangunan commit to user segitiga sama sisi berupa atap limasan dengan dasar persegi/persegi panjang. 221
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bentuk massa merupakan gabungan bentuk menyebar dan kantong. Selain itu, dilihat dari segi fungsional, bangunan majemuk terpisah didasarkan pada fungsi dan penzoningan. Hal ini dilakukan bertujuan agar kebutuhan setiap bangunan akan kenyamanan dan keamanan dapat terwujud maksimal.
Gambar VI.11 Bentuk dan Tata Massa Bangunan Sumber : www.google.com b.
Konsep Persyaratan Ruang
1) Pencahayaan Penggunaan bukaan seperti jendela atau pintu dengan ukuran proporsional. Untuk bukaan jendela menggunakan komponen penyaring, seperti: krepyak, kisi-kisi, kerawang, dan kere Sedangkan, penanaman rumput, tanaman atau kolam disekeliling bangunan. Penyelesaian panas oleh matahari terhadap dnding
dilakukan dengan pembayangan vegetasi seperti pohon
dikeleling dinding maupun bukaan jendela.Pencahayaan buatan bergantung pada kondisi lingkungan dan fungsi ruang tersebut. Penggunaan lampu yang hemat energi seperti: lampu pijar lampu sorot, lampu taman dan ruangan.
Gambar VI.12 Penggunaan lampu untuk Pencahayaan buatan commit to user Sumber : www.google.com 222
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Penghawaan Kenyamanan fisik dalam bangunan dicapai dengan pengadaan selasar di dalam dan sekeliling bangunan seperti ruang kelas, penggunaan serambi seperti setiap ruang tidur anak, penggunaan ventilasi silang, vegetasi sebagai berier, dan bukaan cukup lebar memudahkan penghawaan. Sedangkan untuk kenyamanan penghawaan buatan, penggunaan pengkondisian udara ruang dengan sistem AC Central, digunakan untuk ruang publik seperti pengelola pusat dan asrama, ruang kontrol, audio visual dan pameran. Exhaust Fan digunakan untuk ruang pelayanan servis, seperti dapur dan kamar mandi.
Gambar VI. 13 P enggunaan jendela dan kisi-kisi untuk Penghawaan Alami Sumber : www.google.com 3) Kenyamanan Psikis Kenyamanan psikis tercipta karena adanya pencahayaan dan pembayangan. Dari segi pewarnaan, melalui bukaan dan jenis material yang digunakan, misalnya: ruang belajar, dengan bukaan lebar yang berorientasi kearah timur/barat membuat adanya perbedaan dua sisi ruang karena pembayangan. Permainan tekstur dan penonjolan dinding
seperti kesan
”kotangan” pada dinding juga akan memberikan efek kedinamisan. Pengolahan fisik bangunan menjadi suatu penghubung antar persepsi mengenai kenyamanan. Pengolahan ruang dan bangunan menyesuaikan commit to user dengan suasana dalam rumah seperti atap limasan, dinding kesan ”kotangan”, 223
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jendela dan pintu dari kayu dengan krepyak/kisi-kisi akan memberikan dampak psikologis yang baik pula bagi pengguna. Kenyamanan psikologis yang timbul memberikan kesempatan pengguna menikmati setiap kegiatan. c.
Konsep Ruang dalam Bangunan 1) Sirkulasi Bangunan Sistem sirkulasi dalam bangunan menggunakan sistem double coridor dan radial. Sistem double koridor digunakan untuk asrama anak, ruang kelas, dan balai kesehatan anak. Sedangkan, sistem radial digunakan untuk ruang semi terbuka pada balai pertunjukan, bazar anak dan pengelola pusat sehingga memudahkan dalam mencapau setiap ruang dalam bangunan. Pola sirkulasi luar bangunan berupa pola linier dan komposit. Pola linier untuk memberikan kesan adanya keteraturan dalam melakukan aktivitas, seperti: sirkulasi yang menghubungkan antar bangunan secara langsung, pedestrian sepanjang jalan aspal. Sedangkan, pola komposit menciptakan sirkulasi yang atraktif dan rekreatif seperti sirkulasi antar bangunan melalui taman dan area bermain indoor dirancang tidak beraturan tetapi tetap terarah.
Gambar VI.14 Pola Sirkulasi Bangunan Sumber : www.google.com 2) Faktor Keintiman dalam Bangunan Ruang yang digunakan cenderung besar dalam artian tidak terdapat besaran ruang tertentu karena ruang-ruang dalam fasilitas ini dapat bersifat commit to user 224
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
fleksibel sesuai dengan karakter pengguna yang bebas. Sedangkan ketinggian ruang sesuai rata-rata untuk ruang dewasa kecuali ruang pameran, ruang baca, dan seminar. Untuk menimbulkan kesan intim dan akrab dilakukan dengan memperkecil skala bangunan. Selain itu, warna juga dapat dikombinasikan. 3) Faktor Sosial dalam Bangunan Penataan ruang dan juga elemen-elemennya mengacu pada tatanan ruang yang mampu memfasilitasi interaksi sosial. Oleh karena itu, perlu adanya
pemaksimalan
ruang-ruang
sosiopetal
agar
aktifitas
sosial
penghuninya lebih hidup seperti ruang komunal dan diskusi indoor/outdoor bertujuan untuk mengurangi kebosanan pengguna dalam berinteraksi.
Gambar VI.15 Ruang Komunal (interaksi) Sumber : www.google.com 6. Konsep Programatik Struktur dan Konstruksi Bangunan a.
Sub Struktur Sistem pondasi footplat menjadi pondasi utama mengingat bangunan
memiliki ketinggian 2 lantai. Untuk pondasi batu kali mengelilingi bangunan menyesuaikan dengan keberadaan dinding sebagai struktur bangunan ringan.
Gambar VI.16 Struktur Pondasi Bangunan commit to user Sumber : www.google.com
225
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Super Struktur Kolom struktur berbentuk kotak dengan modul kelipatan genap (6 x 4),
struktur dinding menggunakan batu bata merah dengan lapisan penutup (plesteran), plat lantai berupa keramik/tegel dan balok (30 x 40).
Gambar VI.17 Struktur Dinding, Kolom dan Balok Sumber : www.google.com c.
Upper Struktur Struktur atap berupa limasan dan atap datar. Struktur utama
menggunakan rangka baja karena bentangan relatif besar dan variasi yang digunakan menggunakan kuda-kuda kayu, baja ataupun kombinasi.
Gambar VI.18 Struktur Atap Bangunan Sumber : www.google.com 7. Konsep Programatik Utilitas Bangunan a. Sistem Kelistrikan PL N
Metera n ATS
Bahan bakar ATS MDP SDP
Genset
: Automatic Switch Transfer : Main Distribution Panel : System Distribusi Panel
MDP
SD P
Metera n
Ruang
SD P
Metera n
Ruang
SD P
Metera n
Ruang
SD P
Metera n
Ruang
SD P
Metera n
Ruang
commit to user Skema VI.8 Sistem Kelistrikan dalam PSAN
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012
226
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jaringan listrik akan tersebar sesuai kebutuhan dan perletakan bangunan yang membutuhkan asupan listrik seperti lampu setiap ruangan, taman dan jalan, Air Conditioner, stop kontak dan sekering pengendali kelistrikkan dalam bangunan dan kebutuhan beberapa barang elektronik lainnya. b. Sistem Air Bersih Sumur
Pompa
Top tank
KM/WC
Water treatment KM/WC
Pompa
Wastafel Ground Reservoir
PDAM
Skema VI.9 Sistem Penyediaann Air bersih dalam PSAN
Hydrant sprinkle
Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012 Bangunan sederhana namun menuntut kenyamanan yang tinggi, termasuk ketersediaan air bersih sepanjang waktu maka sistem distribusi dowfeed telah sesuai kebutuhan pengguna. Sedangkan, untuk pengairan setiap taman dan daerah perkebunan, air bersih disalurkan melaluin sprinkler irigation system dimana air didapat dari saluran PDAM melalui Pompa. Sumber air bersih diperoleh dari PDAM dan sebagai cadangan disediakan sumur dalam untuk keperluan KM/WC, astafel, air minum, memasak dan lain-lain. Dan penyediaan air untuk hidran dan tandon. c. Sistem Drainase Air hujan
Bak kontrol Kotoran cair
Sumur resapan
Bak pengolahan limbah
KM/WC Kotoran padat
Septictank
STP
Sumur peresapan
Skema VI.10 Sistem Pembuangan AirtoKotor/Drainase dalam PSAN commit user Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012
227
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jaringan drainase ini meliputi pembuangan : - Air kotor : berasal dari kloset, kamar mandi, dan pantry. - Air hujan : berasal dari atap, halaman. Pembuangan air hujan disalurkan langsung ke sumur resapan sedangkan sisanya baru dialirkan ke riol kota. - Air „kurasan‟: kolam ikan, peternakan dan perkebunan setelah treatment kemudian air kotor diteruskan ke saluran drainase langsung menuju sungai. d. Sistem Keamanan Kebakaran Alat deteksi
Panel alarm
Manusia / operator
sistem start
Pemadaman manual (tabung portable)
Alat pemadaman
API / ASAP
Menghubun gi pemadam kebakaran
aktif Pemadaman api dari luar bangunan dengan hydrant
Skema VI.11 Keamanan Bahaya Kebakaran dalam PSAN Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. 2012 Khusus tangga darurat sesuai dengan kebutuhan, banyaknya penguna bangunan, dan jarak pencapaian dari ruangan menuju tangga darurat. Tangga darurat juga berfungsi sebagai akses sirkulasi vertikal bagi beberapa bangunan mengingat bangunan PSAN yang majemuk tidak memiliki luasan cukup besar dan hanya 2 lantai. Sistem keamanan kebakaran yang dapat digunakan antara lain: sistem fire alarm, sprinkler air, estinguisher, Hose rack dan indoor Hydran, dan Outdoor hydrant.
commit to user 228
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
e. Sistem Komunikasi TELKOM
PABX
Kantor Massa
Servise
Skema VI.12 Sistem Komunikasi dalam PSAN Sumber : Analisis Penulis berdasarkan Input Data. Pengadaan sistem komunikasi 2012 audio menggunakan fasilitas telepon maupun teleks sedangkan untuk audio visual menggunakan fasilitas TV antena dan komputer yang tersambung jaringan internet. Beberapa fasilitas seperti telepon dan teleks berada diruang pengelola sedangkan tv antena digunakan dalam asrama dan setiap ruang santai. Untuk fasilitas jaringan internet menggunakan komputer pada ruang audio visual maupun pengelola. f. Sistem Penangkal Petir Prinsip kerja Tiang Faraday, berada disetiap bangunan berfungsi untuk menangkap loncatan ion-ion petir kemudian disalurkan ke tanah. Penangkal petir digunakan mengingat lokasi yang masih berupa ladang persawahan sehingga untuk keamanan bangunan sistem ini digunakan. g. Sistem Pembuangan Sampah Sampah yang dapat didaur ulang
Bak penampung sampah daur ulang Shaft sampah
Sampah yang tidak dapat didaur ulang
TPA Bak penampung sampah non daur ulang
Skema VI.13 Sistem Penyediaan Pembuangan Sampah dalam PSAN Sumber : Analisis Penulis Input Data. 2012 commitberdasarkan to user 229
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sistem pembuangan sampah melalui shaff sampah yang dilengkapi lubang penghawaan, dilapisi bahan kedap suara dan pintu berpegas yang mampu menutup sendiri. Pembuangan sampah melalui shaft ini memanfaatkan gaya gravitasi menuju bak penampungan sampah sementara, yang kemudian diangkut menuju TPA (tempat pembuangan akhir).
commit to user 230