Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
POLA TOLERANSI BERAGAMA DALAM INTERAKSI MULTIKULTURAL MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ALKHAIRAAT (UNISA) PALU Ahmad Sehri
[email protected] Lector, IAIN Palu Abstract : Religious tolerance is an attitude of patience and restraint to not interfere and not abusive religion or system of belief and worship of other faiths, while the interaction is a response to the development of multicultural diversity of the school population, while the pattern of multiculturalism has three main characteristics that are always inherent in it namely: diversity, equality and interaction through the division of tasks. In life on campus was necessary to have a good tolerance between the rector, lecturers, staff and students. Tolerance is needed for the creation of a conducive learning process, so that the purpose of education at campus can be achieved. Abstrak : Toleransi beragama merupakan sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau system keyakinan dan ibadah penganut agama lain, sedangkan interakasi multicultural merupakan respon terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, adapun corak multikulturalisme memiliki tiga cirri utama yang selalu melekat di dalamnya yakni: keanekaragaman, persamaan dan interaksi melalui pembagian tugas. Dalam kehidupan di kampus pun dibutuhkan adanya toleransi baik antara rector, dosen, karyawan dan mahasiswa. Toleransi tersebut dibutuhkan untuk terciptanya proses pembelajaran yang kondusif, sehingga tujuan dari pendidikan dikampus dapat tercapai. Kata Kunci : Pola, Toleransi, Interaksi, dan Multikultural
Pendahuluan Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat (UNISA) Palu adalah salah satu Fakultas di lingkungan Universitas Alkhairaat berdiri sejak tahun 2009 berdasarkan Keputusan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional nomor 72/D/T/2009. Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat Palu telah menamatkan alumni pertama tahun 2013. Meskipun berada di bawah naungan yayasan Perguruan Islam Alkhairaat tetapi mahasiswanya berasal dari berbagai suku dan etnis misalnya ada etnis Maluku, Tionghoa, Islam, Budha, Kristen maupun Hindu. Artinya mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat dengan berbagai latar belakang agama dan budaya telah mampu menerapkan dan mempraktekan pola toleransi beragama dan berinteraksi dalam pola multikultural. Menurut Bikhu Parekh,1 bahwa multikultural bukanlah doktrin politik pragmatik, melainkan sebuah cara pandang dalam kehidupan manusia. Artinya esensi mendasar tentang perilaku multikultural adalah saling mengerti dan saling memahami antar sesama manusia. Adapun proses untuk membangun pengertian dan pemahaman tersebut dapat dimulai dari penciptaan 1
Bikhu Parekh, Rethingking Multiculturalism, (Yogyakarta : Kanisius, 2010), h. 23. 57
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
kohesivitas dan iklusi sosial dalam bentuk transfer pengetahuan dengan cara membangun komunikasi efektif dengan individu dan kelompok yang berbeda latar belakang. Pentingnya pendidikan sebagai wahana pengetahuan menjadi faktor utama untuk mewujudkan kohesivitas dan inklusi sosial dalam bentuk penciptaan rasa nyaman dan tenteram. Rasa nyaman dan tenteram yang dimaksud adalah suasana tanpa kecemasan, tanpa mekanisme pertahanan diri dalam pengalaman dan perjumpaan antara budaya.2 Proses penanaman dan membumikan nilai-nilai tersebut dapat dilakukan di lingkungan keluarga (pendidikan informal), masyarakat (pendidikan nonformal) maupun kampus (pendidikan formal). Strategi penerapannya dapat melalui pendidikan maupun pemahaman lewat nilai-nilai dasar dari ajaran setiap agama. Islam misalnya memandang bahwa dalam konteks rahmatan lil ‘alamin Islam sangat mengayomi adanya kemajemukan dalam kehidupan alam dan manusia. Bahkan nabi Muhammad saw ketika membangun masyarakat Madinah juga dilandasi atas kemajemukan suku, budaya dan agama.3 Demikian pula halnya sejarah gerakan Islam yang di bawah oleh wali songo di Nusantara khususnya di tanah Jawa sangat menghargai budaya lokal setiap masyarakat.4 Sejumlah realitas ini menjadi satu-satunya cara untuk mempertahankan keseimbangan yang pantas antara gagasan tentang pertanggung jawaban pribadi dan realitas keberagaman.5 Menjadi tanggung jawab setiap muslim untuk dengan tegas melaksanakan kewajiban-kewajiban seperti menyeru kepada kebaikan dan mencegah kejahatan dalam suatu masyarakat (al-amr bin al-ma’ruf wa alnahy ‘an al-munkar).6 Penegasan al-Qur’an untuk mencegah kejahatan yang terjadi dalam masayarakat bukan hanya dalam dimensi ibadah tetapi semua sifat dan perilaku yang dapat merugikan hak-hak pribadi dan sosial seseorang seperti penindasan dan ketidakadilan. Adanya sifat dan kecenderungan seseorang maupun kelompok untuk memaksakan kehendaknya kepada orang lain, seolah menjadi alat pembenaran untuk menyatakan ketidak sepahaman atas sesuatu perbedaan sosial, pendapat, aliran dan keyakinan yang dianutnya. Walau perbedaan dan keberagaman yang ada di sekitarnya telah menjadi keniscayaan pada seputar kehidupannya seperti lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah mupun dalam realitas berbangsa dan bernegara. Berdasar pada konsep ajaran Islam yang universal sebagaimana dikemukakan di atas Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat Palu sebagai institusi pendidikan tinggi yang memiliki fungsi pelayanan publik dengan tanpa memandang agama, kepercayaan, ras, suku dan sebagainya, serta pendidikan merupakan hak universal bagi setiap orang, maka Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat terbuka untuk semua 2
Wasisto Raharjo Jati Toeransi Beragama dalam Pendidikan Multikulturalisme siswa SMK Katolik Sang Timur Yogyakarta dalam Jurnal, Cakrawala Pendidikan, Februari 2014. Th.XXXIII, No.1. h. 71. 3 Muhammuad Husein Haekal, Hayat al Muhammad. Terjemahan Ali Auda, Sejarah Hidup Muhammad, Cet II. (Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa, 1990). h.195 4 Lukman Taher, Damai Untuk Kemanusiaan, Strategi dan Model Komunikasi Antar Umat Beragama di Sulawesi Tengah, {Palu : USAID-FKUB, 2009), h, 30. 5 Khaled M. Abou El-Fadl, Atas Nama Tuhan ;dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif, . terjemahan Cecep Lukman Yasin, (Jakarta : Serambi Ilmu Semesta, 2003). h.105 6 Q.S. Al-Baqarah (2) : 194. Ali Imran (2) : 110 al-A’raf (7) : 157, at-Taubah (9) ; 71. 58
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
kalangan baik dari aspek suku, daerah maupun agama. Mahasiswa yang diterima tidak hanya kalangan muslim tetapi juga dari non muslim. Untuk mengetahui bagaimana pola toleransi beragama dalam interaksi multicultural mahasiswa kedokteran Unisa Palu, maka penelitian ini dilaksanakan dengan dengan menggunakan pendekatan kualitati. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indept interview) dan studi dokumentasi (documentasion). Dengan teknik dianalisis data menggunakan teknik dari Miles dan Huberman yaitu reduksi data, display dan verifikasi data.7 Konsep Toleransi dan Multikultural Toleransi beragama dan interaksi multikultural merupakan dua istilah yang mengandung satu rumpun makna yang hampir identik yaitu suatu bentuk dan cara pandang realitas dan cara berpikir tentang keragaman kelompok etnis, ras dan budaya. 8 Konsep interaksi multikultural merupakan pola pendidikan yang berbasiskan pada tumbuhnya sikap tenggang rasa akan kemajemukan budaya dan toleransi terhadap perbedaan sehingga membentuk semangat inklusivitas sosial bagi sivitas akademika. Universalitas nilai-nilai Islam telah mempertegas bahwa Islam adalah agama yang toleran dalam perbedaan. Tuhan tidak menjadikan komunitas manusia dalam kondisi yang seragam, melainkan Tuhan menjadikan manusia terdiri dari beberapa suku, agama, bahasa, kultur, status sosial dan lainnya. Agar dengan kondisi yang heterogen akan tercipta kehidupan yang inovatif, kreatif dan kompetitif. Allah berfirman ; “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Allah menciptakan kalian satu umat saja. Tetapi Allah hendak menguji kalian dengan pemberian-Nya itu (yakni keragaman dan heterogenitas) kepada kalian. Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan.9 Menurut James A Banks,10 bahwa memahami keragaman etnis, budaya dan agama menjadi dasar pendidikan mutikultural sehingga dapat dipahami pendidikan multikultural sejatinya adalah konsep, ide atau falsafah sebagai suatu rangkaian kepercayaan dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara. Bertolak dari beberapa teori yang dikemukakan di atas, peneliti dalam menelusuri permasalahan penelitian ini menggunakan teori dari James A.Banks bahwa toleransi dalam konsep multikultural meliputi (1) Adanya Integrasi pendidikan dalam kurikulum (content integration) yang di dalamnya melibatkan keragaman dalam satu kultur pendidikan yang bertujuan untuk menghapus prasangka, (2) Konstruksi ilmu pengetahuan (knowledge construction) diwujudkan dengan mengetahui dan memahami secara komprehensif keragaman yang ada, (3) Pengurangan prasangka (prejudice 7
Matthex V.Miles dan A.Michael huberman, Qualitative Data Analiysis (Baverly Hill: SAGE Publication Ltd, 1984), h. 16-19. 8 Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural, (Yogyakarta : Gavin Kalam Utama, 2011), h. 42. 9 Q.S. Al-Maidah (5) : 48. 10 James A.Banks, An Introduction to Multikultural Education, (Boston-London : Allyn and Bacon Press, 2002), h. 28 59
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
reduction) yang lahir dari interaksi antar keragaman dalam kultur pendidikan, (4) Pedagogik kesetaraan manusia (equity pedagogy) yang memberi ruang dan kesempatan yang sama kepada setiap elemen yang beragam dan (5) Pemberdayaan kebudayaan sekolah (empowering school culture) yakni sekolah adalah elemen pengentas sosial dari struktur masyarakat yang timpang ke struktur masyarakat yang berkeadilan. 11 Sekilas Tentang Fakultas Kedokteran Unisa Palu Fakultas Kedokteran Universitas Alkhairaat (UNISA) merupakan Fakultas ke enam yang ada di lingkungan Universitas Alkhairaat. Didirikan secara resmi pada tanggal 1 september 2009. Setelah mendapatkan izin operasional dari menteri pendidikan nasional melalui direktorat jenderal pendidikan tinggi Kementerian pendidikan nasional nomor : 72/D/T/2009. Fakultas kedokteran Unisa merupakan satusatunya Fakultas kedokteran swasta yang ada di wilayah provinsi Sulawesi Tengah. Meskipun berada di lingkungan Universitas Alkhairaat di bawah naungan yayasan pendidikan Islam Alkhairaat namun fakultas kedokteran Unisa menerima mahasiswa dari berbagai latar belakang suku, daerah, budaya dan agama yang berbeda. Perbedaan dan keragaman yang ada dalam lingkungan kampus fakultas kedokteran Unisa menjadi dinamika tersendiri dalam proses interaksi baik antar sesama mahasiswa maupun antara dosen dengan mahasiswa. Sebab konsep keragaman ini telah mengajarkan kepada semua pihak untuk saling menghargai dan menghormati perbedaanya masing-masing namun tetap mengedepankan nilai-nilai akademik. Dalam proses dan interaksi akademik dosen maupun mahasiswa tidak pernah merasa ada perbedaan apalagi jurang pembatas dalam komunikasi dan pelayanan akademik. Namun jika bersentuhan dengan aspek-aspek yang mendasar seperti budaya dan agama mereka saling menghargai dan menghormatinya. Perbedaan diantara mereka tidak menjadi sekat pemisah dan penghalang untuk berprestasi. Pihak lembaga juga tidak pernah membeda-bedakan dalam hal pelayanan dan peluang prestasi diantara para mahasiswa meskipun berasal dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda. Pola Toleransi Beragama Mahasiswa Kedokteran Unisa Palu Seperti diuraikan sebelumnya bahwa mahasiswa kedokteran universitas Alkhairaat Palu terdiri dari beberapa macam agama yakni Islam, Kristen, Hindu dan Budha. Dalam keragaman dan kemajeamukan beragama Fakultas kedokteran universitas Alkhairaat palu berinteraksi satu sama lainnya tidak tersekat-sekat dan terpolarisasi berdasarkan agama suku dan daerah tertentu, melainkan membaur secara merata tanpa menonjolkan perbedaan yang dimiliki masing-masing. Berdasarkan datadata yang diperoleh peneliti melalui wawancara terhadap beberapa orang informan, baik dari kalangan dosen, pegawai dan mahasiswa disimpulkan bahwa pola toleransi beragama mahasiswa kedokteran universitas Alkhairaat dapat dikelompokan pada beberapa bentuk yakni : a. Pola toleransi beragama antara dosen dengan dosen yang berbeda agama
11
James A.Banks, Teaching Strategies for Ethnic Studies, (Boston : Allyn and Bacon Inc, 1993), h. 24. 60
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
Pola toleransi beragama antar sesama dosen yang berbeda agama dilakukan sebagaimana lazimnya pola interaksi sosial masyarakat khususnya masyarakat kampus yang menjunjung tinggi nilai-nilai akademik. Pola toleransi beragama bagi dosen yang berbeda agama dilakukan dengan tanpa memperhatikan latar belakang agamanya tetapi dilakukan secara alamiah dengan tanpa ada perasaan dan kesenjangan karena batasbatas agama yang berbeda. Hal itu sebagaimana dikemukakan oleh dr. Rais salah seorang tenaga pengajar pada fakultas kedokteran universitas Alkhairaat sebagai berikut Pola toleransi beragama di fakultas kedokteran universitas Alkhairaat Palu ini baik-baik saja, terjalin secara alamiah tanpa dibatasi oleh perbedaan agama baik antar dosen dengan dosen, mahasiswa dengan dosen maupun antara sesama mahasiswa yang berbeda agama.12 Hal yang sama dikemukan oleh dosen lainnya yakni dokter Achmad Saifullah bahwa Hubungan antar agama disini sangat baik dan tidak ada masalah, kami saling memahami satu sama lain dan saling menghargai.13 Ungkapan di atas menggambarkan bahwa pola toleransi beragama antar sesama dosen terjalin secara alamiah tanpa melihat latar belakang setiap orang termasuk agama dan keyakinannya. Pola toleransi semacam ini tampaknya dilandasi oleh saling percaya dan menghargai perbedaan antara satu dengan lainnya. Pola ini tentu sesuai dengan anjuran dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 2 yang menyatakan bahwa negara menjamin kemerdekaan dan kebebasam masyarakat sesuai dengan agama dan kepercayaannya.14 b. Pola toleransi beragama antar sesama mahasiswa Selain pola toleransi beragama antara dosen dengan dosen lainnya peneliti juga menelusuri pola toleransi beragama antar sesama mahasiswa. Dari hasil wawancara terhadap beberapa orang informan penelitian ditemukan bahwa pola toleransi beragama antar sesama mahasiswa yang berbeda agama dan keyakinan berlangsung secara damai, penuh toleran dan cukup terbuka antara satu dengan lainnya. Bahkan tidak tampak terlihat sekat-sekat perbedaan agama diantara mereka sebab terlihat ketika dilaksanakan kegiatan praktikum di laboratorium semua mahasiswa menyatu antara satu sama lainnya dalam perbedaan dan keragaman keyakinan. Hal itu tampak ketika peneliti melakukan observasi saat mahasiswa melaksanakan kegiatan praktikum sebagai berikut : Peneliti mula-mula memperkenalkan diri pada dosen pembimbing praktikum mahasiswa, selanjutnya beliau mempersilahkan pada peneliti untuk mengobservasi....Saat itu mahasiswa sedang melaksanakan praktikum anatomi di laboratorium fakultas kedokteran Unisa. Para mahasiswa telah terbagi pada beberapa kelompok dan setiap kelompok terdiri dari berbagai macam latar belakang suku dan agama yang berbeda. Tampak para mahasiswa serius dan kompak dalam melaksanakan 12
dr Rais salah seorang dokter dan tenaga pengajar pada fakultas kedokteran universitas Alkhairaat Palu, wawancara, Selasa 2 September 2014 di kampus Fak. Kedokteran Unisa Palu 13 dr Achmad Saifullah Wawancara, Rabu 3 September 2014 di ruang Ujian mahasiswa fak. Kedokteran Unisa. 14 Departemen Agama RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisasi hasil amandemen, (Jakarta : Dirjen Bagais, 2003),. h. 76. 61
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
praktikum dan berinteraksi secara akrap tanpa sedikitpun rasa canggung dan jarak diantara mereka meskipun terdiri dari berbagai macam suku, daerah dan agama. Hubungan yang sangat toleran dengan mengedepankan kultur akademik begitu menonjol. Hal itu terihat dari tugas-tugas yang mereka kerjakan dilakukan secara bergilir dan tampak kerjasama yang sangat kompak.15 Hal yang sama diungkapkan oleh salah seorang informan penelitian yang juga seorang mahasiswa Fakultas kedokteran semester tiga bernama Raifian Achmad Fauzi sebagai berikut : Pola toleransi beragama antara mahasiswa dengan mahasiswa adalah sangat baik sekali, hubungan antar beda agama adalah harmonis, juga dosen dengan sesama dosen toleransinya baik. Kami beribadah sesuai dengan agama masing-masing, tak ada yang mencampuri urusan agama orang lain, tidak saling urus. Dalam urusan kampus tidak ada pilihan pada mana agama tertentu. Kami cukup berpartisipasi jika ada kegiatan agama tertentu dalam arti saling mendukung. Misalnya bagi teman-teman yang beragama kristen kalau bertepatan hari natal kami mengucapkan selamat natal saja dan tidak ada yang saling mengunjungi.16 Beberapa data empiris yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa pola tolernsi beragama di kalangan mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Alkhairaat Palu berlangsung secara baik, terbuka dan harmonis. Mahasiswa dalam proses interaksi antara satu dengan lainnya tidak terlalu mempermasalahkan perbedaan agama, mereka berkomunikasi dan berinteraksi saling mendukung antara satu dengan lainnya terutama dalam hal-hal yang bersifat akademik. Jika ada diantara mereka yang kebetulan sedang merayakan hari besar agamanya atau beribadah, para mahasiswa sering mengucapkan dan memberi selamat kepada lainnya. Kenyataan ini relevan dengan lima konsep praktek religiusitas yakni (1) dimensi intelektual (religious knowledge), berkaitan dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman seseorang mengenai ajaran-ajaran agama, (2) dimensi ritualistik (religious practice), berkaitan dengan tingkat kepatuhan seseorang dalam menjalankan ritus-ritus agama yang dianut. (3) Dimensi idiologis (religious belief) berkaitan dengan tingkat keyakinan seseorang mengenai kebenaran agamanya, terutama terhadap ajaran-ajaran yang fundamental atau dogmatik. (4) dimensi eksperiensial (religious feeling), berkaitan dengan tingkat intensitas perasaanperasaan dan pengalaman-pengalaman religius seseorang, (5) dimensi konsekuensial (religious effect).17 Pola Interaksi Multikultural Mahasiswa Kedokteran Unisa Palu Pola interaksi mahasiswa kedokteran universitas Alkhairaat berlangsung secara multikultural dalam perbedaan suku, budaya dan agama. Interaksi berlangsung secara baik dan harmonis. Hasil penelitian yang diperoleh melalui data empiris pada interview dan observasi peneliti sebagai berikut : 15
Catatan Observasi dilaksanakan pada hari rabu tanggal 27 Agustus 2014 di ruang Laboratorium Fak. Kedokteran Unisa. 16 Raifian Achmad Fauzi, Mahasiswa Fakultas Kedokteran semester III, wawancara, Rabu tanggal 10 September 2014, jam 15.00 siang di kampus fak. Kedokteran Unisa 17 Achmad Khoirun, Mengapa Membumikan Pluralisme dan Kebebasan Agama di Indonesia, ISLAMLIB, IX, h. 21. 62
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
- Pendidikan Multikultural dalam Pembelajaran Pendidikan multikultural adalah pola pendidikan yann berbasiskan pada tumbuhnya sikap tenggang rasa akan kemajemukan budaya dan toleransi terhadap perbedaan sehingga membentuk semangat inklusivitas sosial bagi sivitas akademika. Model pendidikan semacam ini menjadi sangat urgen dan signifikan dalam konteks masyarakat yang heterogen. Pendidikan multikultural pada fakultas kedokteran universitas Alkhairaat dilaksanakan baik pada proses pembelajaran tatap muka di kelas maupun kegiatan praktikum mahasiswa. Seperti dikemukakan oleh Rifky mahasiswa kedokteran semester V sebagai berikut : Mahasiswa kedokteran Unisa ini terdiri dari beragam suku dan daerah bahkan agama, tetapi dalam proses kegiatan akademik misalnya saat perkuliahan apakah dalam bentuk tatap muka maupun praktikum, tidak pernah terasa muncul perbedaan suku maupun agama itu, sebab kami berinteraksi seperti biasa. Para dosen memberikan tugas misalnya juga tidak membeda-bedakan suku dan agama kelompok kerja (kelompok belajar) dibagi dengan tanpa memperhatikan latar belakang budaya dan agama yang kami anut.18 Dalam pendidikan formal pendidikan multikultural dapat diintegrasikan dalam sistem pendidikan melalui kurikulum mulai Pendidikan Usia Dini, SD, SLTP, SMU maupun Perguruan Tinggi. Sebagai wacana baru, Pendidikan Multikultural ini tidak harus dirancang khusus sebagai muatan substansi tersendiri, namun dapat diintegrasikan dalam kurikulum yang sudah ada tentu saja melalui bahan ajar atau model pembelajaran yang paling memungkinkan diterapkannya pendidikan multikultural ini. Di Perguruan Tinggi misalnya, dari segi substansi, pendidikan multikultural ini dapat dinitegrasikan dalam kurikulum yang berperspektif multikultural, misalnya melalui mata kuliah umum seperti Kewarganegaraan, ISBD, Agama dan Bahasa. Demikian juga pada tingkat sekolah Usia Dini dapat diintegrasikan dalam kurikulum pendidikan misalnya dalam Out Bond Program, dan pada tingkat SD, SLTP maupun Sekolah menengah pendidikan multikultural ini dapat diintegrasikan dalam bahan ajar seperti PPKn, Agama, Sosiologi dan Antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran yang lain seperti melalui kelompok diskusi, kegiatan ekstrakurikuler dan sebagainya.19 Semangat multikulturalisme yang mengakui adanya perbedaan dan menghormatinya sebagai keanekaragaman penting untuk diterapkan sejak masa pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.20 Sebab dalam kondisi heterogenitas seringkali muncul adanya potensi gesekan dan konflik secara kompulsif, dan kondisi ini sangat rawan untuk memunculkan adanya kontestasi mayoritas melawan minoritas dalam kerangka multikulturalisme. Oleh karena itu pendidikan multikultural menjadi 18
Muhammad Rifky Mahasiswa kedokteran universitas Alkhairaat semester lima, wawancara, Palu 3 September 2014 di kampus kedokteran Unisa. 19 Pupu Saeful Rahmat, Wacana Pendidikan Multikultural di Indonesia (Sebuah Kajian terhadap Masalah-Masalah Sosial yang Terjadi Dewasa ini) dalam Jurnal Online.www.com. 20 Wasisto Rahardjo dkk, Toleransi Beragama dalam Pendidikan Multikulturalisme siswa SMA Katolik Yogyakarta, Jurnal Cakrawala Pendidikan,Pebruari 2014, tahun XXXIII, No.1, h 72-73. 63
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
instrumen penting dalam membeda perbedaan sekaligus merangkul keragaman dalam kehidupan yang harmonis. Proses pembelajaran yang memberi tugas mandiri kolektif kepada peserta didik yang terstruktur secara baik dengan memperhatikan keragaman kulturalnya atau memposisikan masing-masing peserta didik menjadi pihak yang bertanggung jawab sebagai sumber belajar, merupakan salah satu wujud pengkondisian mereka secara aktif, partisipatif dan sinergis dalam mengkonstruksi pengetahuan mahasiswa. Agenda yang perlu diprioritaskan dalam pendidikan multikultural adalah : • Pendidikan para pendidik, tokoh masyarakat dan agama, karena apa yang diajarkan, cara mengajar, kepribadian mereka sangat berpengaruh terhadap keberhasilan PM. • Pengenalan dan apresiasi keragaman budaya dan masyarakat, dengan mengintegrasikannya ke dalam kurikulum. • Transformasi pendidikan (transformasi semua orang yg terlibat dalam pendidikan, metodologi pembelajaran, akses pendidikan, kebijakan pendidikan dsb). Penerapan pendidikan multikultural dapat dilakukan dalam bentuk : Pertama, integrasi isi, yakni memasukan nilai-nilai dan wawasan multikultural ke dalam program kurikuler (Sillabus/RPP), hidden curriculum kedalam program pelatihan atau penyuluhan masyarakat. Misalnya wawasan ttg kesetaraan gender, toleransi antar umat beragama, pendapat lintas mazhab, pengakuan HAM dan ajaran universal Islam. Kedua, konstruksi pengetahuan, yaitu proses pembelajaran bukanlah proses monolog, penghakiman dan tajmid al-fhm (pembekuan pemahaman) ; proses pembelajaran hendaknya memberikan ruang diskusi, dialog, keaktifan dan partisipasi peserta didik dalam merumuskan pengalaman belajarnya. Peserta didik tidak sekedar menerima, menghafal atau mengikuti secara taklidiah apa yang “diindoktrinasikan” guru. Karenanya pembelajaran seharusnya berlangsung secara dialogis, interaktif, kooperatif dan kolaboratif. Proses pembelajaran yang memberi tugas mandiri kolektif kepda peserta didik yang terstruktur secara baik dgn memperhatikan keragaman kulturalnya atau memposisikan masing-masing peserta didik menjadi pihak yang bertanggung jawab sebagai sumber belajar, merupakan salah satu wujud pengkondisian mereka secara aktif, partisipatif dan sinergis dalam mengkonstruksi pengetahuan. Ketiga, pengurangan prasangka, yakni dgn mengubah cara pandang netral atau bahkan positfi. Hal ini bisa diupayakan melalui penghilangan stigmatisasi atau mengenalkan model penafsiran yang positif mengenai : how learn to live and work together with oters. Pengurangan prasangka diperlukan utk menumbukan mutual respect, mutual understanding, mtual trust, dsb. Keempat, keadilan pedagogik, yakni kegiatan pendidikan yg memberikan kesamaan kesempatan, tidak ada diskriminasi, bagi semua peserta didik, kegiatan pendidikan yg mampu menumbuhkan persamaan dan kebersamaan dalam keragaman latar belakang kultural peserta didik, baik menyangkut gender, keberagamaan, kemampuan, etnis-bahasa maupun status sosial. Kelima, pemberdayaan (empowering) kulltur sekolah semisalnya dgn manajemen kelas yg memungkinkan terciptanya kerjasama antar peserta didik dgn berbagai latarbelakang kultural (cooperative and collaborative learning)dan mendorong kompetisi dalam suasana kebersamaan. Keenam, sensivitas multikulturalisme guru, tokoh masyarakat terhadap adanya bias-bias multikultural guru dan ustadz masyarakat memiliki kepedulian tinggi terhadap kejadian2 yg ada kaitannya dgn kekerasan atasnama agama. 64
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
Mereka dituntut utk tanggap terhadap segala hal yg dikhawatirkan bisa berdampak negatif bagi keharmonisan hidup bersama dalam kemajemukan. - Pola Interaksi Antar Mahasiswa Mahasiswa kedokteran universitas Alkhairaat merupakan sekumpulan mahasiswa yang heterogen dari latar belakang yang berbeda. Pihak universitas dan fakultas tidak mengelompokan mereka dalam satu kelompok atau kelas khusus sesuai agama tertentu tetapi mahasiswa di kelompokan secara acak dalam berbagai kelompok yang berbeda dengan tanpa memperhatikan latar belakang perbedaan suku maupun agamanya. Pengelompokan mahasiswa khususnya yang berbeda dengan mahasiswa yang mayoritas beretnis Kaili atau Bugis maupun beragama Islam tersebar secara merata. Para dosen pembimbing maupun tutor yang melakukan pendampingan kepada mahasiswa dalam praktek maupun tugas-tugas tertentu dilakukan semata-mata karena berdasarkan keahlian maupun pengalamannya. Sehingga mahasiswa dalam pola interaksinya tidak terbebani dengan perbedaan-perbedaan yang dimilikinya baik karena suku maupun agamanya. Berikut penuturan seorang mahasiswa semester sebagai berikut : Dalam kegiatan belajar kelompok maupun praktikum, kami dikelompkan secara merata tanpa melihat asal daerah, suku maupun agamanya semua bergabung menjadi satu kelompok belajar, dosennya juga begitu kami terkadang mendapatkan dosen yang berbeda agama apakah itu Islam atau Kristen tetapi tidak menjadi masalah, biasa saja mereka juga membimbing kami mahasiswa secara wajar sesuai dengan keahliannya.21 Ungkapan serupa juga disampaikan oleh Fatur Mahasiwa asal Bunta Kabupaten Banggai ini menyatakan bahwa : Kami tidak pernah merasa berbeda satu sama lain karena berbeda suku dan agama, semuanya biasa-biasa saja. Dalam perkuliahan kami yang berbeda suku dan agama biasa juga saling meminjam kebutuhan-kebutuhan dalam tugas-tugas perkuliahan, tidak ada masalah. Seperti layaknya teman kampus atau sekolah yang merasa tidak ada sekat dan perbedaan. Prinsipnya kalau akidah ya...kami saling menghormati dan menghargai sesuai keyakinannya masing-masing.22 Pola interaksi mahasiswa kedokteran Unisa tampaknya berlangsung secara alamiah dan sangat menghargai perbedaan dan keragaman. Pola ini berlangsung dengan baik oleh karena konsep heterogenitas di kalangan mahasiswa dengan menjunjung tinggi perbedaan sangat dipahami dengan baik serta memahami secara wajar bahwa perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Konsep multikultural kemudian diharapkan terwujudnya pola interaksi yang mempunyai kesadaran tidak saja mengakui perbedaan tetapi mampu hidup saling menghargai, menghormati secara tulus, komunikatif dan terbuka tidak saling curiga, memberi tempat terhadap keragaman keyakinan tradisi, adat maupun budaya, dan yang paling utama adalah berkembang sikap tolong menolong
21
Rifky, Mahasiswa kedokteran semester V, Wawancara, Kamis 11 September 2014. Tempat Kampus Kedokteran Unisa. 22 Fathur, mahasiswa kedokteran Unisa semester lima, Wawancara, Minggu 5 Oktober 2014. 65
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
sebagai perwujudan rasa kemanusiaan yang dalam dari ajaran masing-masing agama.23 Konsep multikultural yang mengedepankan persamaan dan kesetaraan hak dalam perbedaan mendorong lembaga pendidikan untuk mengaplikasikan secara sistematis dan terencana dalam prektek pendidikan, sebab dengan paradigma pendidikan multikultural akan mampu membangun kohesifitas, solidaritas dan intimitas di antara keragaman etnik, ras, agama dan budaya. Artinya nilai-nilai multikultural jika ditanamkan sejak dini kepada anak akan membantu mengerti, menerima dan menghargai orang lain yang berbeda suku, budaya dan nilai kepribadian. Pemahaman nilai-nilai multikultural yang dimulai dari keluarga, sekolah dan masyarakat diharapkan mampu mencegah terjadinya gesekan-gesekan antar pribadi maupun antar kelompok sosial yang dapat mengarah kepada konflik sosial, sebab setiap orang akan menyadari bahwa manusia dilahirkan memiliki latar belakang budaya, adat istiadat, suku dan agama yang berbeda. Adanya pemahaman yang mendalam terhadap keragaman yang multikultural di kalangan mahasiswa kedokteran Universitas Alkhairaat membuat pola interaksi antar sesama mahasiswa berjalan secara baik dengan mengedepankan perbedaan namun tetap saling menghormati. Hal itu dikemukakan oleh salah seorang dosen yang bernama dr Achamad Saifullah bahwa : Hubungan antar agama disini baik dan tidak ada masalah, mahasiswa berinteraksi secara multikultural dalam berbagai suku dan agama, kami saling memahami antara satu sama lain dan saling menghargai. Meskipun tidak ada keharusan untuk saling mengunjungi pada hari besar keagamaan seperti natal dan sebagainya.24 Hal yang sama juga dikemukakan oleh mahasiswa semester tiga sebagkut : Pola interaksi dan toleransi antar sesama mahasiswa sangat baik begitu juga antar dosen, hubungan antara beda agama adalah harmonis, kami beribadah sesuai agama masing-masing dan tidak ada yang mencampuri urusaern agama orang lain. Dalam urusan kampus dan akademik tidak melihat bahwa si A beragama ini dan si B beragama ini semuanya sama saja.25 Perbedaan adalah suatu keniscayaan dan merupakan Sunatullah, hukum alam yang harus diterima setiap orang. Dengan demikian akan muncul rasa penghargaan dan perlakuan antar sesama secara manusiawi yaitu suatu model perlakuan dan interaksi yang selalu dipandang dari sisi dan nilai-nilai kemanusiaan (humanism values). Beberapa tawaran pendekatan yang dapat dipakai dalam praktek pendidikan multikultural sebagai bentuk perwujudan pendidikan yang humanis antara lain : (1) Pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang berbeda secara kultural dilakukan dengan menitik beratkan agar dapat terjadi perubahan kultural yang damai, (2) Memperhatikan pentingnya hubungan manusia dengan mengarahkan dan 23
Mudzhar, M. Atho.. Kebijakan Negara dan Pembangunan Lembaga Pemimpin Agama Dalam Rangka Keharmonisan hHubungan Antar Umat Beragama, (Jakarta : Puslitbang Depag. 2004), h. 18-19.
24
dr. Achmad Saifullah, Dosen fakultas kedokteran Unisa, Wawancara, hari Selasa 2 September 2014. 25 Achmad Fauzi mahasiswa kedokteran semester III, wawancara, hari Rabu 3 September 2014. 66
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
mendorong peserta didik memiliki perasaan positif, mengembangkan konsep diri, mengembangkan toleransi dan mau menerima orang lain. (3) Menciptakan arena belajar dalam satu kelompok budaya. (4) Pendidikan multikultural dilakukan sebagai upaya mendorong persamaan struktur sosial dan pluralisme kultural dengan pemerataan kekuasaan antar kelompok, (5) Pendidikan multikultural sekaligus sebagai upaya rekonstruksi sosial agar terjadi persamaan struktur sosial dan pluralisme kultural dengan tujuan menyiapkan agar setiap warga negara aktif mengusahakan persamaan struktur sosial,26 - Afirmasi Keragaman Asal Mahasiswa Meskipun kultur dan agama Islam secara tidak langsung menjadi dominan dalam keseharian kegiatan belajar mengajar dalam lingkungan kampus, namun fakultas kedokteran tetap mengafirmasi latar belakang mahasiswa yang berbeda-beda. Kebijakan fakultas tersebut tampak dengan tidak memaksakan budaya dan nilai-nilai Islam pada mahasiswa yang non muslim misalnya dalam hal berbusana, mereka tidak dianjurkan untuk berbusana muslimah bagi perempuan sebagaimana halnya dengan mahasiswa muslimah perempuan yang harus memakai busana jilbab. Hal tersebut dilakukan karena mahasiswa kedokteran Unisa berasal dari beberapa suku dan agama yang berbeda seperti Kristen, Hindu dan Budha. Meskipun berasal dari latar belakang budaya dan agama yang berbeda namun interaksi diantara mereka terjadi secara alami dan mengalir serta tidak kaku. Mereka bisa bercanda tanpa ada kata-kata berbau rasis yang keluar dari mulut mereka dalam konteks pembelajaran. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh salah seorang mahasiswa beriku ini : Interaksi antar mahasiswa disini berjalan seperti kampus-kampus lainnya tidak ada perbedaan antara satu dengan lainnya walaupun kami berbeda suku dan agama. Kami bisa saling bercanda satu sama lainnya namun tetap menghormati dan menghargai agama dan keyakinan masing-masing. Kami tidak pernah saling menyinggung dalam hal akidah dan keyakinan.27 Afirmasi latar belakang mahasiswa yang berbeda baik suku maupun agama tersebut memberi dampak kepada mahasiswa non muslim untuk dapat melakukan penyesuaian dengan budaya dan kultur yang berlaku di lingkungan kampus Unisa namun tidak mengganggu agama dan keyakinan yang dianutnya. Afirmasi budaya dan agama asal mahasiswa adalah salah satu bentuk dari pola interaksi multikultural mahasiswa kedokteran Unisa. Sebab penanaman pola interaksi kultural adalah cara memandang realitas dan cara berpikir bukan hanya konten tentang beragam kelompok atnis, ras dan budaya. Tetapi secara spesifik pola multikultural juga dapat dikonsepsikan atas dua dimensi yakni ; (1) Integrasi konten ; yakni pemaduan konten menangani sejauhmana dosen menggunakan contoh dan konte dari beragam budaya dan kelompok untuk menggambarkan konsep, prinsip, generalisasi serta teori utama dalam bidang yang diajarkan atau disiplin mereka, (2) Proses penyusunan pengetahuan ; yakni sesuatu yang berhubungan dengan sejauhmana dosen membantu mahasiswa memahami, menyelidiki, dan untuk menentukan bagaimana asumsi budaya 26
Achmad Munib. . Pengantar Ilmu Pendidikan, (Semarang : UNNES-Press, 2009), h. 30. Muhammad Rifky, Mahasiswa kedokteran Unisa semester lima, Wawancara, tanggal 15 September 2014. 67
27
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
tersirat, kerangka acuan, perspektif dan prasangka di dalam disiplin mempengaruhi cara pengetahuan disusun di dalamnya28 Hal ini dapat dipahami bahwa melalui model dan pola interaksi semacam ini semua orang diajak untuk menyelami bahwa adanya persamaan maupun perbedaan dalam berinteraksi adalah persoalan hakiki yang akan selalu melintas dalam kehidupan. Adanya pengakuan terhadap keragaman dalam proses interaksi multikultural di lingkungan kampus menjadi landasan yang fundamental dalam membangun relasi yang positif dan sejajar di kalangan mahasiswa yang berbeda berbeda budaya dan agama. Meskipun disatu sisi bahwa Universitas Alkhairaat yang berada di bawah yayasan perguruan Islam Alkhairaat memiliki kultur dasar yang Islami dengan penampilan budaya-budaya Islam sebagai refleksi dari nilai-nilai ajaran Islam dalam pergaulan sehari-hari. Seorang mahasiswa bernama Monica yang beragama Hindu mengatakan bahwa : Meskipun kami disini berbeda-beda agama dan kami agama yang minoritas tetapi pola hubungan tolerasi antar sesama mahasiswa cukup baik, tidak ada yang saling menyinggung dan mengganggu. Pengakuan dan penegasan (afirmasi) perbedaan budaya dan agama setiap mahasiswa sangat dihargai, sehingga itu kami bisa berinteraksi di atas nilai-nilai multikultural di kampus ini.29 Afirmasi budaya dan keragaman agama di kalangan mahasiswa dapat menjadikan pola interaksi antar sesama mahasiswa terasa lebih nyaman dan releks, sebab secara langsung mahasiswa minoritas merasa diakui eksistensinya dengan berbagai latar belakang yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan hasil studi komparasi literatur yang mengkaji tentang multikultural bahwa pada dasarnya multikultural mengajak manusia berpikir setara dan menghadapi realitas sosial secara nyata dalam kehidupan.30 Beberapa ungkapan informan penelitian yang dikemukakan di atas baik dari kalangan mahasiswa muslim dan non muslim maupun dosen menunjukan bahwa pola toleransi dalam interaksi multikultural mahasiswa kedokteran Unisa tidak ada stereo type maupun marginalisasi mahasiswa non muslim di tengah kawannya yang sebagian besar beragama Islam dan fakultas yang berada dalam sebuah yayasan pendidikan Islam terbesar di kawasan timur Indonesia. Melainkan mereka justru mendorong bagi mahasiswa minoritas non muslim untuk beribadah sesuai dengan agamanya masingmasing. Pola toleransi beragama dalam interaksi multikultural di kalangan mahasiswa kedokteran Unisa tampaknya dapat dijadikan patron dalam relasi antar budaya dan agama yang berbeda, mahasiswa telah menunjukan bagaimana multikulturalisme perlu di bangun dalam pendidikan untuk membangun kohesivitas dan relasi antar sesama.
28
Wasisto Rahardjo dkk, Toleransi Beragama dalam Pendidikan Multikulturalisme Siswa SMA Sang Timur Yogyakarta, Jurnal Cakrawala Pendidikan, Februari 2014, thn XXXIII, No. 1. h. 74. 29 Monica, Mahasiswa kedokteran Unisa beragama Hindu semester III , Wawancara, Selasa 2 September 2014. Di Kampus Kedokteran Unisa Palu. 30 Arifin, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praksis Pendidikan di Indonesia, Jurnal Pembangunan Pendidikan : Fondasi dan Aplikasi, 2012), h. 10. 68
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
Simpulan Bahwa pola toleransi beragama di kalangan mahasiswa kedokteran universitas Alkhairaat (UNISA) Palu, ditampilkan dalam bentuk ; (a) pola toleransi beragama antara dosen yang berbeda agama. Pola toleransi ini tercipta antar sesama dosen yang berbeda keyakinan, serta tidak saling mempersoalkan perbedaan budaya maupun agama yang dianutnya tetapi yang dikedepankan adalah nilai-nilai dan kultur, akademikyang (b) Pola toleransi beragama antar sesama mahasiswa. Pola toleransi ini tampak pada interaksi mahasiswa dalam kesehariannya yang tidak tersekat-sekat karena adanya perbedaan keyakinan yang dianut, tetapi mereka membaur secara merata dengan tetap saling menghargai perbedaannya masing-masing. Bahwa pola interaksi multikultural mahasiswa kedokteran Universitas Alkhairaat (UNISA) Palu dilakukan dan tumbuh di atas kemajemukan dan keragaman budaya dan agama. Pola interaksi multikultural mahasiswa ini ditampilkan dalam bentuk (a) pendidikan multikultural dalam pembelajaran, (b) pola interaksi antar sesama mahasiswa, (c) afirmasi keragaman asal mahasiswa, yakni adanya pengakuan tentang keragaman agama dan budaya yang dianut di kalangan mahasiswa kedokteran UNISA Palu.
Daftar Pustaka Arifin, Imron, 1998, Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Malang : Kalimasada Press. Arif,,Muhammad, 2010, Arti Penting Pendidikan Agama Islam yang InklusifMultikultural, Yogyakarta : UIN Press Asy’arie, Musa, 2004, Pendidikan Multikultural dan Konflik Bangsa, http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/03/opini/1246546. Arifin, Implementasi Pendidikan Multikultural dalam Praksis Pendidikan di Indonesia, Jurnal Pembangunan Pendidikan : Baidowi, Ahmad, 2006, Teologi Perdamaian, Landasan Islam Tentang Masyarakat Tanpa Kekerasan, Yogyakarta : UIN Press. Banks, James A, 2002, An Introduction to Multikultural Education, Boston-London : Allyn and Bacon Press. ________, 1993, Teaching Strategies for Ethnic Studies, Boston : Allyn and Bacon Inc, Bogdan dan Taylor, 1975, Introduction to Qualitative Research Methods A Phenomenological Approach to the Social Science, New york : Jon Wiles and Sons Departemen Agama RI, 2003, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, (Jakarta : Dirjen Bimbaga Islam. _________, Undang-Undang Dasar 1945 2003, Sosialisasi hasil amandemen, Jakarta : Dirjen Bagais. Haekal, Muhammuad Husein. Hayat al Muhammad. Terjemahan Ali Auda, 1990, Sejarah Hidup Muhammad, Cet II. Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa,. Hasyim, H.A Dardi, Yudi Hartono, 2010, Pendidikan Multikultural di Sekolah. UPT penerbitan dan percetakan UNS. Surakarta 69
Ahmad sehri : Pola Toleransi…...
Khaled M. Abou El-Fadl, 2003, Atas Nama Tuhan ;dari Fikih Otoriter ke Fikih Otoritatif, . terjemahan Cecep Lukman Yasin, Jakarta : Serambi Ilmu Semesta. Katsir, Ibnu “Tafsir Al-Qur’anul Adzim”., Ibnu Katsir Juz Kontjaraningrat, Pengantar Antropologi Budaya, Jakarta : LP3ES, 2003. Khoirun, Achmad,Mengapa Membumikan Pluralisme dan Kebebasan Agama di Indonesia, ISLAMLIB, IX, Moleong, Lexy J.Penelitian Kualitatif, Bandung : Pt Rosdakarya Agung. Mantja, William, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Malang : IKIP Malang, 1998. Miles dan Huberman, Qualitative Data Analsis,Beverly Hills, Sage Publications, 1984. Mashadi, Imron, Pendidikan Agama Islam Dalam Persepektif Multikulturalisme. Balai Litbang Agama. Jakarta.2009. Mudzhar, M. Atho.. Kebijakan Negara dan Pembangunan Lembaga Pemimpin Agama Dalam Rangka Keharmonisan hHubungan Antar Umat Beragama, Jakarta : Puslitbang Depag. 2004 Munib. Achmad. Pengantar Ilmu Pendidikan, Semarang : UNNES-Press., 2009, Munawwir,Achmad Warson, Kamus Al-Munawwir, Jakarta : Pustaka Progresif, 2009. Najib, Agus Moh. “Hubungan Antar Agama” dalam Merajut Perbedaan Membangun Kebersamaan, Yogyakarta : Dialogue Centre Press UIN. 2011. Poli, Hubungan Antar Manusia dan Penanganan Konflik, Makassar : Yayasan Ahkam, 2004 Parekh, Bikhu. Rethingking Multiculturalism, Yogyakarta : Kanisius, 2010. Raharjo Jati, Wasisto.Toeransi Beragama dalam Pendidikan Multikulturalisme siswa SMK Katolik Sang Timur Yogyakarta dalam Jurnal, Cakrawala Pendidikan, Februari 2014. Th.XXXIII, No.1. Rahmat, Pupu Saeful Wacana Pendidikan Multikultural di Indonesia (Sebuah Kajian terhadap Masalah-Masalah Sosial yang Terjadi Dewasa ini) dalam Jurnal Online.www.com. Sulastamo, “Agama dan Budaya Perdamaian Masyarakat Islam” dalam Damai di Dunia Damai untuk Semua. Perspektif Berbagai Agama , Jakarta : Depag RI, 2001. Suparlan, Parsuadi, Multikultural di Indonesia, Jakarta : Rineka Cipta, 2002. Sarojo, Rijadi, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Pendidikan, Makalah disampaikan dalam diskusi Metodologi Penelitian IKIP Malang, 1998. Taher, Lukman. Damai Untuk Kemanusiaan, Strategi dan Model Komunikasi Antar Umat Beragama di Sulawesi Tengah, Palu : USAID-FKUB, 2009. Tilaar, H.A.R,.Kekusaan Dan Pendidikan Suatu Tinjauan Dan Persepektif Studi Kultural.Indonesia Tera. 2003 Yin, Robert K. Case Study, California : D.Irwin Hill, Inc. 2000. Yasin, Sulchan , Kamus Umum Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta : Pustaka Indonesia, 2009. Zamroni, Pendidikan Demokrasi pada Masyarakat Multikultural, Yogyakarta : Gavin Kalam Utama, 2011.
70