POLA RELASI KYAI DAN SANTRI (Persepsi Santri Terhadap Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, Tahun 2012)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh KUNTI ZAKIYAH NIM 111 08 046
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012 i
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan, maka skripsi saudara : nama
: Kunti Zakiyah
NIM
: 111 08 046
jurusan
: Tarbiyah
judul
: RELASI KYAI DAN SANTRI (Studi Terhadap Perspektif Santri tentang Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, Tahun 2012).
Dapat diajukan dalam sidang munaqosyah.
Salatiga, Agustus 2012 Pembimbing
Achmad Maimun, M.Ag. NIP. 19700510 199803 1003
iii
SKRIPSI POLA RELASI KYAI DAN SANTRI (Persepsi Santri Terhadap Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, Tahun 2012) DISUSUN OLEH KUNTI ZAKIYAH NIM: 111 08 046 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 07 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana SI Kependidikan Islam.
Susunan Panitia Penguji Ketua
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
Sekretaris
: Dra. Siti Asdiqoh, M.Si.
Penguji I
: Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag.
Penguji II
: M. Gufron, M.Ag.
Penguji III
: Achmad Maimun, M.Ag.
Salatiga, September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827 198303 1 002 iv
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: KUNTI ZAKIYAH
NIM
: 111 08 046
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang penulis susun merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain. Adapun pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari pernyataan penulis tidak benar, maka penulis bersedia untuk menerima sanksi akademik yang diberikan oleh STAIN Salatiga.
Salatiga, Agustus 2012 Yang Menyatakan,
KUNTI ZAKIYAH 111 08 046
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto: Kesabaran itu pahit tetapi manis buahnya. Dibalik kesulitan pasti ada kemudahan.
Persembahan: 1. Kedua orangtua tercinta, inspirator, dan penyemangat hidup sejati, yang keikhlasannya tak pernah sayup, yang selalu membantu dengan seluruh rasa sanggup, yang doa dan cintanya sepanjang zaman, beliaulah Ayahanda Abdul Ghofur dan Ibunda Syarifah. 2. Ketiga adik tercinta; Nurul Hidayah A.A, Mukhtar Luthfi, dan Aulia Endah Safitri. 3. Bapak K. Mukhlasin dan keluarga yang telah memberikan bimbingannya di Pondok Pesantren Pancasila. 4. Teman-teman PAI B angkatan 2008, Sahabat-sahabat tercinta di kampus STAIN dan di Pondok Pesantren Pancasila yang telah memberikan persahabatan yang erat. vi
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr. Wb. Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah, serta ridlo-Nya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul POLA RELASI KYAI DAN SANTRI (Persepsi Santri Terhadap Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Salatiga,
Tahun
Blotongan,
Sidorejo,
2012), dapat selesai pada waktunya. Shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada beliau Nabi agung Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa'atnya diakhirat nanti. Adapun dalam skripsi tersebut peneliti paparkan hal-hal berkaitan dengan relasi antara kyai dan santri yang kemudian peneliti kupas dari sudut pandang (perspektif) santri, berkaitan dengan kepemimpinan kyai. Yang mana hal tersebut peneliti paparkan sesuai fakta-fakta dan teori yang relevan dengan cara mengelompokkannya ke dalam subbab-subbab tertentu. Di dalam skripsi ini termuat pula paparan tentang pesantren (kyai dan santri), jenis-jenis dari relasi antara kyai dan santri, kepemimpinan-baik yang secara umum maupun yang secara khusus/islami, jenis-jenis kepemimpinan, dan dalam bab pembahasan peneliti paparkan berkaitan dengan sudut pandang santri tentang kepemimpinan kyai yang mana peneliti berikan penjelasan secara jelas dan padat. vii
Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Drs. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku ketua jurusan tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Dra. Siti Asdiqoh, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga. 4. Bapak Achmad Maimun, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang penuh kesabaran membimbing dan mengarahkan. 5. Bapak Abdul Khafid, Amd. selaku motivator dan pembimbing spiritual yang telah memberi dukungan dan bantuan disaat pembuatan skripsi. 6. Seluruh dosen dan karyawan STAIN Salatiga yang telah memberi ilmu serta pelayanan yang baik selama peneliti menuntut ilmu di STAIN Salatiga. 7. K. Mukhlasin dan keluarga selaku pemilik dan pengasuh Pondok Pesantren Pancasila, yang telah memberi izin, bimbingan dan arahan bagi peneliti. 8. Bapak Abdul Ghofur dan Ibu Syarifah, beliau adalah orangtua peneliti yang selalu memberi dukungan baik moral dan materi serta panjatan doa-doa bagi peneliti. 9. Ketiga adik peneliti; Nurul Hidayah A.A., Mukhtar Lhutfi dan Aulia Endah Safitri, yang selalu memberikan dukungan dan doa. 10. Teman-teman PAI B angkatan 2008 dan sahabat-sahabat di kampus STAIN, terimakasih atas bantuan, dukungan dan persahabatannya.
viii
11. Teman-teman senasib dan seperjuangan di Pondok Pesantren Pancasila, khususnya kepada santri-santri komplek Darul Mukhlasin. 12. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan, untuk itu peneliti akan sangat bahagia menerima saran maupun kritik yang sekiranya dapat peneliti gunakan sebagai perbaikan dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan. Amin. Wassalamu'ailaikum Wr. Wb
Salatiga, Agustus 2012
KUNTI ZAKIYAH NIM 111 08 046
ix
ABSTRAK Zakiyah, Kunti. 2012. POLA RELASI KYAI DAN SANTRI (Persepsi Santri Terhadap Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, Tahun 2012). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. SekolahTinggi Agama Negeri Salatiga. Pembimbing. Achmad Maimun, M.Ag. Kata kunci: Pola Relasi Kyai dan Santri Tujuan dari skripsi ini adalah “Untuk mengetahui hubungan kyai dan santri di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, tahun 2012. Untuk mengetahui persepsi santri terhadap kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, tahun 2012.” Ada pun penelitian ini menggunakan pendekata kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara. Berdasarkan analisis penelitian maka diperoleh data sebagai berikut: (1) Pola relasi kyai dan santri di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, tahun 2012 merupakan hubungan patron-client mendasarkan diri pada pertukaran yang tidak seimbang, yang mencerminkan perbedaan status. Seorang client (santri), menerima banyak jasa dari patron (kyai) sehingga client terikat dan tergantung kepada patron. Kedua, hubungan patron-client bersifat personal. Pola resiprositas yang personal antara kyai dan santri menciptakan rasa kepercayaan dan ketergantungan di dalam mekanisme hubungan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari budaya penghormatan santri ke kyai yang cenderung bersifat kultus individu. Ketiga, hubungan patron tersebar menyeluruh, fleksibel dan tanpa batas kurun waktunya. Hal ini dimungkinkan karena asosialisasi nilai ketika menjadi santri berjalan bertahuntahun. Hubungan patron-client ini menempatkan kyai pada kedudukan yang tinggi, berpengaruh, dan berwibawa di hadapan santri. Kaitannya dengan relasi kyai dan santri, seorang santri seharusnya taat terhadap kyai. Yang mana sikap taat kepada kyai atau pemimpin agama ini merupakan implementasi dari kehendak Al- Quran yaitu QS. An-Nisa ayat 59 yang artinya: “Hai orangorang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (2) Persepsi santri terhadap kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga Tahun 2010 adalah kepemimpinan karismatik karena dikagumi oleh banyak santri-santri (pengikut). Ada pun kekaguman tersebut disebabkan oleh karakteriatik Kyai yang khas (daya tariknya yang sangat memikat). Kepemimpinan di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga Tahun 2012 pun sangat bernuansa moral karena otoritas Kyai dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi dan pengelolaan yang hati-hati dalam hubungan-hubungan personal. x
DAFTAR ISI
JUDUL SKRIPSI .............................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO ....................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii PENGESAHAN .............................................................................................. iv PERNYATAAN KEASLIAN .........................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi KATA PENGANTAR .................................................................................... vii ABSTRAK ......................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...............................................................................
6
E. Penegasan Istilah .................................................................................
7
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian dan jenis Penelitian ...................................... 10 2. Kehadiran Peneliti ............................................................................ 11 3. Lokasi dan waktu Penelitian ............................................................ 12 xi
5. Sumber Data..................................................................................... 12 6. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 15 7. Analisis Data .................................................................................... 18 8. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................... 20 9. Tahap-Tahap Penelitian ................................................................... 21 G. Sistematika Penulisan ......................................................................... 22
BAB II KEPEMIMPINAN KYAI A. Kyai dan Santri: Tinjauan Konsep 1. Kyai .................................................................................................. 27 a. Sifat-Sifat Terpuji Kyai ........................................................... 28 b. Tipologi Kyai ............................................................................ 31 2. Santri ................................................................................................ 35 a. Jenis dan Karakteristik Santri .................................................... 36 b. Figur Berkualitas Seorang Santri................................................ 36 3. Pola Relasi Kyai dan Santri.............................................................. 38 a. Hubungan Guru dan Murid........................................................ 39 b. Hubungan Orangtua dan Anak.................................................. 41 c. Hubungan Patron-Client............................................................ 41 4. Kepemimpinan a. Kepemimpinan Secara Umum ....................................... ............. 43 b. Kepemimpinan dalam Islam ........................................................ 45 c. Elemen Kepemimpinan ............................................................... 45 d. Syarat-Syarat Kepemimpinan ..................................................... 47 xii
e. Gaya Kepemimpinan.................................................................... 49 f. Kepemimpinan Kyai.................................................................... 54 B. Telaah Pustaka...................................................................................... 56
BAB III PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan data 1. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Pancasila ................ 62 2. Letak Geografis ................................................................................ 65 3. Profil Pengasuh ................................................................................ 66 4. Pendidikan........................................................................................ 66 5. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pancasila ...................................... 67 6. Struktur Kepengurusan .................................................................... 68 7. Jadwal Kegiatan Santri..................................................................... 70 8. Daftar Ustaz/Ustazah ....................................................................... 72 9. Perkembangan Fisik Pondok Pesantren .......................................... 77 10. Jumlah Santri ................................................................................. 78 11. Nama-nama Asrama Putra-Putri Pondok Pesantren Pancasila ...... 79 12. Jenis-jenis Program Pendidikan ..................................................... 79 B. Temuan penelitian 1. Pola Relasi Kyai dan Santri di Pondok pesantren Pancasila-Ketaatan Santri atas Kepemimpinan Kyai a. Ketika Melaksanakan Perintah dari Kyai ............ .........................83 b. Ketika Melaksanakan Nasehat dari Kyai .................................... 83 c. Ketika Menerima Hukuman dari Kyai .......................................... 83 xiii
d. Makna Hukuman bagi Santri ......................................................... 84 e. Ketika Melaksanakan Tata Tertib ................................................. 84 f. Makna Tata Tertib bagi Santri ...................................................... 86 2. Persepsi Santri Terhadap Kepemimpinan Kyai a. Kepemimpinan............................................................................... 86 b. Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila ................... 86 c. Ciri-ciri Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila ...... 87 d. Kepemimpinan Kyai Sangat Penting............................................. 88
BAB IV PEMBAHASAN A. Pola Relasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Pancasila-Ketaatan Santri atas Kepemimpinan 1. Ketika Melaksanakan Perintah dari Kyai......................................... 90 2. Ketika Melaksanakan Nasehat dari Kyai ........................................ 93 3. Ketika Menerima Hukuman dari Kyai ............................................. 95 4. Makna Hukuman bagi Santri ........................................................... 98 5. Ketika Melaksanakan Tata Tertib .................................................... 100 6. Makna Tata Tertib bagi Santri ......................................................... 103 B. Persepsi Santri Terhadap Kepemimpian Kyai 1. Kepemimpinan ................................................................................. 105 2. Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila ...................... 107 3. Ciri-ciri Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila ....... 112 4. Kepemimpinan Kyai Sangat Penting ............................................... 116 xiv
BAB V PENUTUP A. Simpulan ............................................................................................. 119 B. Saran ................................................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 : Keterangan struktur organisasi Pondok Pesantren Pancasila tahun 2011/2012 ...................................................................................... 69 Tabel 3.2 : Jadwal kegiatan santri Pondok Pesantren Pancasila ..................... 70 Tabel 3.3 : Daftar ustaz/ustazah (pengajar) tahun 2011/2012 ....................... 72 Tabel 3.4 : Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Pancasila ..................... 77 Tabel 3.5 : Jumlah santri Pondok Pesantren Pancasila berdasarkan kelas tahun ajaran 2011/2012 ............................................................................ 78 Tabel 3.6 : Nama-nama asrama putra/putri Pondok Pesantren Pancasila ...... 79
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01
Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 02
Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 03
Surat Keterangan Penelitian di Pondok Pesantren Pancasila
Lampiran 04
Identitas Umum Pondok Pesantren Pancasila
Lampiran 05
Pedoman Observasi
Lampiran 06
Pedoman Wawancara
Lampiran 07
Daftar Informan Wawancara
Lampiran 08
Catatan Observasi
Lampiran 19
Catatan Wawancara
Lampiran 10
Lembar Konsultasi
Lampiran 11
Laporan SKK
xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pondok Pesantren merupakan sistem pendidikan keagamaan tertua produk asli bangsa Indonesia, menurut Galba (1995:23) “Salah satu ciri pondok pesantren adalah adanya asrama bagi para santrinya”, adapun santri menurut Munir Mulkhan (2003:300) memiliki arti murid atau orang yang belajar di pondok pesantren. Untuk menggali ilmu dari kyai tersebut secara teratur dalam waktu yang lama, para santri tersebut harus meninggalkan kampung halamannya dan menetap di dekat
kediaman
kyai. Yang mana kedekatan kyai dan santri tersebut menimbulkan pola relasi tertentu. Adapun pola relasi kyai dan santri dapat dikategorikan sebagai hubungan dialektik. Yang mana hubungan dialektik ialah hubungan dimana dua pihak saling memberi pengaruh dan akibat, bahkan kemudian interaksi dua pihak itu membuahkan hasil yang lain dari bentuk ke-2 tindakan dua pihak tersebut. Seseorang yang merasa terancam oleh suatu tindakan yang dilakukan oleh orang lain akan berusaha melakukan tindakan yang membuat orang itu mengubah tindakannya (Mulkhan, 2003:299). Pola relasi kyai dan santri atau hubungan antara kyai dan para santrinya di pesantren dapat terdiri menjadi tiga bagian:1) hubungan guru dan murid, 2) hubungan orangtua dan anak, 3) hubungan patron-client. 1
Kaitannya dengan relasi kyai dan santri, seorang santri seharusnya taat terhadap kyai. Yang mana sikap taat kepada kyai atau pemimpin agama ini merupakan implementasi dari kehendak Al- Quran yaitu QS. An-Nisa ayat 59:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.”
Berbicara tentang pola relasi/hubungan kyai dan santri sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan di pondok pesantren. Dalam hal ini kyai dan santri yang di persatukan dalam pondok pesantren memunculkan pola relasi tersendiri. Sehingga kyai dalam memimpin sebuah pondok pesantren memiliki gaya kepemimpinan tersendiri. Apa lagi relasi kyai dan santri apalagi dibarengi dengan ketaatan santri terhadap kyai menjadikan, kyai sebagai pemimpin pesantren (lembaga pendidikan nonformal) berupaya mewujudkan potensi santri dengan nilai-nilai moral yang baik dan berupaya pula untuk merealisasikan fungsinya yang menurut Khusnan (2011:1) terbagi menjadi empat, yaitu: 1. Tafaqquh fi al din (mengkaji ilmu agama) dan islam values (nilai-nilai Islam) 2. Social control (kontrol sosial) 2
3. Social engineering (rekayasa sosial) 4. Community development (pengembangan masyarakat) Namun dalam perjalanannya mengalami kendala dan berbagai masalah. Adapun menurut Ma‟mur Asmani (2009:22) salah satu masalah sensitif dalam konteks pesantren adalah kepemimpinan. Pemimpin pesantren yang dikenal masyarakat sebagai kyai mempunyai aura karisma yang dahsyat. Dalam kehidupan pesantren saat ini pemimpin selalu dikritik dari banyak sisi, yang mana hal tersebut mengakibatkan kurang loyalnya santri terhadap kepemimpinan yang ada. Dalam artian yang sesungguhnya, bahwa tujuan dari pesantren yang idealnya berpengaruh pada moral santri, seperti meningkatkan ketawaduan, keikhlasan, kesabaran dan lain sebagainya, ternyata tidak semuanya terealisasi (perilaku santri tidak seperti yang diharapkan). Seperti yang telah peneliti singgung di atas pemimpin memiliki gaya kepemimpinan tertentu yang mana gaya kepemimpinan tersebut terlihat dalam pola relasi yang terjadi. Adapun penyimpangan perilaku santri tersebut salah satunya dapat disebabkan oleh persepsi santri terhadap kepemimpinan kyai. Logikanya ketika para santri bersudut pandang atau memiliki persepsi yang buruk terhadap kyai mereka maka, santri itu pun akan mengaktualisasikannya dengan tindakan mereka baik itu dengan ucapan ataupun perbuatan. Adapun hasil dari survei yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa perilaku santri masih dirasa kurang sesuai dengan apa yang termaktub 3
dalam
„akhlak
santri‟
(berkaitan
dengan
kepemimpinan
kyai).
Ketidaksesuaian tersebut berkaitan dengan kepemimpinan yang ada. Pola relasi kyai dan santri yang kurang dipahami oleh santri dan pola pikir atau persepsi santri yang keliru menimbulkan penyimpangan „akhlak santri‟. Sehingga secara tidak langsung akan membangun citra buruk dari pondok pesantren itu sendiri. Adalah sebuah hal yang diharapkan jika kita tahu bagaimanakah pola relasi kyai dan santri yang ada dan bagaimanakah persepsi santri terhadap gaya kepemimpinan kyai. Untuk itu perlunya penyelesaian masalah melalui kegiatan penelitian yang berjudul POLA RELASI KYAI DAN SANTRI (Persepsi Santri terhadap Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, Tahun 2012).
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, penulis menyusun perumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana relasi kyai dan santri di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, tahun 2012? 2. Bagaimana persepsi santri terhadap kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, tahun 2012.
4
C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian diarahkan kepada hubungan kyai dan santri di Pondok pesantren Pancasila, dan persepsi santri terhadap kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga. Sejalan dengan permasalahan tersebut diatas maka secara khusus tujuan penelitian yaitu : 1. Untuk mengetahui hubungan kyai dan santri di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, tahun 2012. 2. Untuk mengetahui persepsi santri terhadap kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian terdiri dan manfaat teoretis yang berdasarkan pertimbangan kontekstual dan konseptual dan manfaat praktis digunakan untuk perbaikan. Adapun penelitian tersebut memberikan manfaat antara lain: 1. Manfaat teoritik yaitu sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini agar dapat :
5
a. Menambah wawasan pengetahuan, adapun hasil penelitian ini dapat dijadiakan bahan studi lanjutan dan bahan kajian ke arah pengembangan. b. Memberi informasi tentang hubungan kyai dan santri dalam Islam. c. Memberi informasi tentang perspektif santri tentang kepemimpinan Kyai. 2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah: a. Masukan bagi para santri Pondok Pesantren Pancasila untuk dijadikan sebuah konsep yang membangun, b. sebagai masukan bagi para santri untuk meningkatkan prilaku atau moral.
E. Penegasan Istilah Definisi operasional variabel bertujuan untuk menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Memberikan pengetahuan tentang definisi operasional adalah unsur yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Untuk menghindari perbedaan dan kesalahan dalam menginterpretasikan judul skripsi serta sebagai langkah awal menyatukan persepsi terhadap pembahasan ini, maka penulis berikan batasan dan penegasan judul secara singkat dengan rincian sebagai berikut: 1. Pola
6
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam Bahri Djumari (2004:1) pola diartikan sebagai bentuk (srtuktur) yang tetap. Adapun yang dimaksud pola dalam penelitian ini adalah bentuk dari relasi kyai dan santri di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga. 2. Relasi Menurut Zul Fajri dan Aprilia Senja dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (2007:703) Relasi memiliki arti perhubungan, pertalian; kenalan, koneksi, pelanggan. Adapun yang dimaksud relasi dalam penelitian ini adalah kaitan atau adanya hubungan antara kyai dan santri di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga. 3. Kyai Menurut Dhofier (1983:55) kyai “merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren....” sehingga kyai memiliki kedudukan tertinggi dalam sebuah pesantren, adapun kyai biasanya merupakan pendiri sebuah pesantren yang dipimpinnya. Berangkat dari pendapat Dhofier (1983:55) asal usul sebutan kyai dalam Bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda: a. Sebagai
gelar
kehormatan
bagi
benda-benda
yang
dianggap keramat. Umpamanya, ”Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di keraton Yogyakarta. b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. 7
c. Gelar kehormatan yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli Agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kyai ia juga disebut seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya). Yang dimaksud kyai dalam penelitian ini adalah seorang ahli Agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Adapun kyai ditandai dengan indikator sebagai berikut: 1) ahli agama Islam 2) dominan dalam segala hal (sifat-sifat pribadi yang unggul, terpuji dan dapat dipercaya) 3) punya pengaruh yang kuat (strong conviction) 4. Santri Menurut Haedari, santri berasal dari bahasa Jawa dari kata “cantrik” yang artinya seseorang yang mengikuti seorang guru ke mana guru ini menetap, tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian (Madjid, 1997:20) dan (Isnaeni, 2007:6). Adapun menurut Munir Mulkhan (2003:300) kata santri mempunyai arti ”...murid atau orang yang belajar di pondok pesantren.” Sedang menurut Indy G. dalam bukunya Kamus Cerdas Islam (2002:195) memberikan arti dari santri yaitu ”Seseorang yang menuntut ilmu keagamaan di pesantren dan lebih 8
banyak bertempat tinggal di sana.” Kata santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang mendalami agama Islam; orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh. Dhofir (1983:18) menyatakan ada dua jenis kelompok santri; a. Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren, b. Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka biasanya bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri. Dari beragam pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa, santri adalah murid-murid yang belajar agama di sebuah pondok pesantren. Adapun yang dimaksud santri dalam penelitian ini adalah murid-murid yang belajar/mendalami Agama Islam dan tinggal sementara di Pondok Pesantren Pancasila. Adapun santri ditandai dengan indikator sebagai berikut: 1)
Bertutur kata baik.
2)
Menghormati guru.
3)
Kesediaan menjalankan hal-hal yang diperintah.
4)
Kesediaan menjalankan hal-hal yang dilarang.
5)
Menjaga nilai-nilai islam. 9
F. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian Fokus penelitian ini adalah relasi antara kyai dan santri Pondok Pesantren Pancasila. Oleh karena itu, pendekatan yang diaggap cocok untuk digunakan dalam mengkaji permasalahan penelitian adalah pendekatan kualitatif. Zamroni (1988), Nasution (1988), Moleong (1997) menekankan kriteria pendekatan kualitatif pada temuan data/informasi yang lebih besifat deskriptif, dalam bentuk data-data berupa keterangan subyek, uraian kata-kata atau kalimat dan bukan pada data yang terbatas angka-angka. Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian kuantitatif. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.
10
2. Kehadiran Peneliti Peneliti melakukan penelitian secara langsung di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga dengan cara membaur pada masyarakat pondok. Adapun peneliti berpartisipasi secara lengkap, dalam artian peneliti menjadi anggota secara penuh dari kelompok yang diamati. Sehingga peneliti mengetahui dan menghayati secara utuh dan mendalam sebagaimana yang dialami para santri yang diteliti. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh data informan secara detail dan mendalam langsung dari objek yang diteliti. 3. Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di komplek putra dan komplek putri Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga serta daerah sekitar pondok. Adapun Pondok Pesantren Pancasila sendiri beralamat di Jalan Fatmawati No. 11 RT/RW: 01/08 Kelurahan Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Peneliti pemilihan lokasi ini
karena, di Pondok Pesantren
tersebut terdapat beragam perilaku atau moral santri yang beragam yang mana keadaan tersebut merupakan implikasi atas relasi kyai dan santrinya. Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai tanggal 02 Maret hingga 29 Juni tahun 2012. 4. Sumber Data 11
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yang menurut Sugiarto et al (Khafid, 2007:4) adalah: a. Sumber data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek yang diteliti sehingga dapat diambil, diteliti, dan kemudian
diolah sendiri oleh
peneliti, sehingga dapat diambil kesimpulan. Adapun sumber data ini memposisikan manusia sebagai subyek atau yang kerap disebut dengan informan kunci/key informant. Adapun sumber data primer adalah para santri baik putra maupun putri di Pondok Pesantren Pancasila sebanyak 112 santri (terdiri dari 66 santri putra dan 46 santri putri). Dan informan kunci terdiri dari 15 santri. b. Sumber data sekunder Yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber penelitian dengan mempelajari dokumen, buku-buku yang ada kaitannya dengan penelitian ini atau data yang diperoleh dalam bentuk sudah jadi, yaitu diolah dan disajikan oleh pihak lain. Adapun sumber data sekunder yang dibutuhkan seperti data-data administrasi pondok, inventaris pondok, foto-foto, dokumen dapat berupa catatan pribadi, buku, notulen rapat, gambar, foto, bagan dan lain sebagainya dan hal-hal yang berkaitan dengan Pondok Pesantren Pancasila. Yang mana hal tersebut digunakan untuk mendapatkan data-data mengenai gambaran umum pondok 12
pesantren, sejarah berdirinya, bangunan fisik, kegiatan, fasilitas keadaan ustaz, dan para santri yang bersangkutan. Menurut Suprayogo (2001:163) jenis sumber data dalam penelitian kualitatif dapat diklasifikasikan sebagai berikut: a. Narasumber/informan Informan adalah “Orang yang memberikan informasi, sumber informasi, sumber data” (Suprayogo, 2001:163). ”Sebagai ilustrasi informan dapat berupa pelaku, pengamat, pengelola dan perencana atau sekedar penerima atau orang yang mengetahui informasi subyek lain yang diperlukan peneliti” (Suprayogo, 2001:164). Adapun narasumber/informan dalam penelitian ini adalah para santri Pondok Pesantren Pancasila seperti yang telah dijelaskan diatas. b. Peristiwa atau aktivitas “Data dan informasi dapat juga diperoleh melalui pengamatan terhadap peristiwa atau aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian dengan mengamati sebuah peristiwa atau aktivitas, peneliti dapat melakukan cross check terhadap informasi verbal yang diberikan oleh subjek yang diteliti” (Suprayogo, 2001:164). Adapun peristiwa atau aktivitas yang diteliti seperti kehidupan sehari-hari para santri (relasi antara santri dan kyai, relasi sesama santri), kegiatan wajib santri (mengaji, berjamaah, 13
dsb.), dan peristiwa-peristiwa lainnya yang berkaitan dengan penelitian. c. Tempat atau lokasi Menurut Suprayogo “Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan dapat digali lewat sumber lokasinya, baik yang merupakan tempat maupun lingkungannya” intinya sebuah tempat atau lokasi tertentu yang berhubungan dengan penelitian dapat member kontribusi info untuk data-data penelitian yang sedang dilakukan. Dari kegiatan tersebut maka peneliti akan lebih memahami sumber data sehingga dapat secara cermat mengkaji dan dapat “Secara kritis menarik kemungkinan kesimpulan” (Suprayogo, 2001:164). d. Dokumen atau arsip Pengertian yang diberikan oleh Suprayogo (2001:164) mengungkapkan bahwa “dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu”. Dalam penelitian ini dokumen digunakan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai Pondok Pesantren Pancasila. 5. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu antara lain: a. Obsevasi 14
Yaitu dengan melakukan pengamatan yang dijadikan lokasi penelitian guna mendapatkan data yang diperlukan. Atau dengan kata lain observasi adalah pengamatan dan penelitian secara fenomenal.
Penggunaan metode observasi, menurut Black dan
Champion yang dikutip oleh Suprayogo (2001:167), antara lain: “Pertama, untuk mengamati fenomena sosial keagamaan sebagai peristiwa aktual yang memungkinkan peneliti memandang fenomena tersebut sebagai proses;kedua, untuk menyajikan kembali gambaran dari fenomenna sosial keagamaan dalam laporan penelitian dan penyajian; dan ketiga, untuk melakukan eksplorasi atas setting sosial di mana fenomena itu terjadi.” Metode observasi/pengamatan digunakan untuk mengamati perilaku para santri. Adapun observasi atau pengamatan yang dilakukan adalah secara partisipatif (yang mana informan berperan aktif/terlibat secara jelas, tahu dan mengerti adanya kegiatan dan tujuan observasi) serta melalui kehadiran peneliti dalam situasi sosial subyek, dan berinteraksi seperlunya. Sehingga lebih memungkinkan bagi peneliti untuk menggali data yang mendalam. Adapun data-data yang digali meliputi aspek-aspek berikut: 1) Relasi kyai dan santri. 2) Persepsi santri terhadap kepemimpinan kyai. b. Wawancara
15
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan ang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Suprayogo, 2001:172). Pengumpulan data dengan cara mewawancarai informan yang diteliti. Adapun
jenis
wawancara
yang
digunakan
adalah
wawancara baku terbuka. Jenis wawancara ini adalah wawancara yang
menggunakan
seperangkat
pertanyaan
baku.
Urutan
pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden (Suprayogo, 2001:174). Mereka mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan mengatahui pula apa maksud wawancara tersebut (Suprayogo, 2001:175). Metode wawancara digunakan adalah untuk memperoleh data secara mendalam mengenai sikap, tingkah laku, dan interaksi sosial atas dasar pandangan dan pengalaman. Wawancara peneliti lakukan kepada para santri di Podok Pesantren tersebut. c. Dokumentasi, Merupakan teknik pengumpulan data yang ditujukan kepada subyek penelitian. Dokumen dapat berupa catatan pribadi, buku, notulen rapat, gambar, foto, bagan dan lain sebagainya. Adapun
metode
dokumentasi
peneliti
gunakan
untuk
mengumpulkan data-data mengenai gambaran umum pondok 16
pesantren, sejarah berdirinya, bangunan fisik, kegiatan, fasilitas keadaan ustaz, dan para santri yang bersangkutan.
6. Analisis Data Menurut Miles dan Huberman juga Yin yang dikutip oleh Suprayogo (2001:192), tahap penelitian kualitatif secara umum dimulai sejak pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. a. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan multi sumber bukti, membangun rangkaian bukti dan klarifikasi dengan informan tentang draf kasar dari laporan penelitian. b. Reduksi data Reduksi pemusatan
data
perhatian
diartikan pada
sebagai
proses
penyederhanaan,
pemilihan,
pengabstrakan,
transformasi data kasar, yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus-menerus selama penelitian berlangsung. Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang hendak dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. c. Penyajian data
17
Adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Biasanya penyajian data tersebut berupa teks naratif/peneliti menyajikan datanya secara panjang lebar. d. Menarik kesimpulan/verifikasi Kesimpulan pada penelitian kualitatif sebaiknya ditangani dengan sifat yang longgar, tetap terbuka. Maksudnya kita dapat mulai menarik simpulan sembari kita melakukan penelitian. Adapun model analisis yang diterapkan dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif model alir, Milles dan Huberman (1984), menggambarkan bahwa analisis data kualitatif model alir akan melalui tiga alur, meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatancatatan tertulis di lapangan. Penyajian data dilakukan dalam rangka pemahaman terhadap informasi yang terkumpul yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap, melalui kesimpulan-kesimpulan sementara untuk menuju simpulan akhir yang memiliki keterpercayaan yang tinggi. Oleh karena itu analisis data dilakukan secara terus menerus selama penelitian di lapangan berlangsung. Dengan demikian analisis penelitian dilakukan semenjak 18
awal pengambilan data di lapangan sampai khasanah data mencukupi untuk proses penarikan kesimpulan.
7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam penelitian ini peneliti sendiri juga memiliki posisi sebagai instrumen, sehingga dapat dimungkinkan terjadi penelitian yang tidak obyektif. Untuk mengupayakan derajat kepercayaan tersebut, maka peneliti mendasarkan pada prinsip obyektivitas, yang dinilai dari validitas dan reliabilitasnya. Untuk membuktikan validitas, data yang diperoleh perlu diuji kredibilitasnya. Reliabilitas diperoleh dari konsistensi temuan penelitian yang diperoleh dari para subyek/informan. Dalam penelitian ini, pengujian terhadap validitas dilakukan dengan metode triangulasi, dalam bukunya Suprayogo ada empat macam teknik triangulasi (2001:187) dalam penelitian kualitatif, adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi sebagai berikut: a. Triangulasi data atau triangulasi sumber data Adalah salah satu metode yang digunakan dalam uji validitas
dalam
penelitian
kualitatif
yang
mana
dalam
pengumpulan data peneliti menggunakan multi sumber data (Suprayogo, 2001:187). Misalnya data tentang perilaku santri, 19
dapat digunakan menggunakan sumber data:informan (ustaz, pengurus, santri sendiri), fenomena moral para santri, atau dokumen/catatan pelanggaran tata tertib pondok.
b. Triangulasi metode yaitu salah satu metode yang digunakan dalam uji validitas dalam penelitian kualitatif dengan cara peneliti menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk menggali data sejenis (Suprayogo, 2001:187). Misalnya menggunakan metode observasi dan wawancara untuk mendapatkan sebuah data. 8. Tahap-tahap Penelitian Menurut Arikunto (1998:16) tahap-tahap penelitian adalah sebagi berikut: a. Memilih masalah b. Studi pendahuluan c. Merumuskan masalah d. -Merumuskan anggapan dasar -memilih pendekatan e. Memilih pendekatan f. Menentukan variabel dan sumber data g. Menentukan dan menyusun instrumen h. Mengumpulkan data i. Analisis data 20
j. Menarik kesimpulan k. Menulis laporan
G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam mempelajari dan memahami skripsi ini maka, peneliti memberikan sistematika penulisan yang tertera sebagai berikut: 1. Bagian awal Cakupan bagian awal terdiri atas halaman; sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel. 2. Inti Bagian inti dalam skripsi hasil pnelitian kualitatif ini memuat: Bab I : Pendahuluan Bab ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang gambaran umum masalah yang akan diteliti meliputi : A. Latar Belakang Masalah; B. Rumusan Masalah; C. Tujuan Penelitian; D. Manfaat Penelitian; E. Penegasan Istilah; 21
F. Metodologi Penelitian; 1. Pendekatan Penelitian dan jenis Penelitian 2. Kehadiran Peneliti 3. Lokasi dan waktu Penelitian 4. Sumber Data 5. Teknik Pengumpulan Data 6. Analisis Data 7. Pengecekan Keabsahan Data 8. Tahap-Tahap Penelitian G. Sistematika Penulisan Bab II : Kepemimpinan Kyai A. Kyai dan Santri: Tinjauan Konsep 1. Kyai a. Sifat-Sifat Terpuji Kyai b. Tipologi kyai 2. Santri a. Jenis dan Karakteristik Santri b. Figur Berkualitas Seorang Santri 3. Pola Relasi Kyai dan Santri a. Hubungan Guru dan Murid b. Hubungan Orangtua dan Anak c. Hubungan Patron-Client 4. Kepemimpinan 22
a. Kepemimpinan Secara Umum b. Kepemimpinan dalam Islam c. Elemen Kepemimpinan d. Syarat-Syarat Pemimpin e. Gaya Kepemimpinan f. Kepemimpinan Kyai B. Telaah Pustaka Bab III : Paparan Data dan Hasil Penelitian A. Paparan Data 1. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Pancasila 2. Letak Geografis 3. Profil Pengasuh 4. Pendidikan 5. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pancasila 6. Struktur Kepengurusan 7. Jadwal Santri 8. Daftar Ustaz/Ustazah 9. Perkembangan Fisik Pondok Pesantren Pancasila 10. Jumlah Santri 11. Nama-Nama Asrama Putra-Putri 12. Jenis-Jenis Program Pendidikan B. Hasil Penelitian
23
1. Pola Relasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren PancasilaKetaatan Santri atas Kepemimpinan Kyai a. Ketika Melaksanakan Perintah dari Kyai b. Ketika Melaksanakan Nasehat dari Kyai c. Ketika Menerima Hukuman dari Kyai d. Makna Hukuman bagi Santri e. Ketika Melaksanakan Tata Tertib f. Makna Tata Tertib bagi Santri 2. Persepsi Santri Terhadap Kepemimpinan Kyai a. Kepemimpinan b. Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila c. Ciri-ciri Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila d. Kepemimpinan Kyai Sangat Penting Bab IV Pembahasan A. Pola Relasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren PancasilaKetaatan Santri atas Kepemimpinan Kyai 1. Ketika Melaksanakan Perintah Kyai 2. Ketika Melaksanakan Nasehat dari Kyai 3. Ketika Menerima Hukuman dari Kyai 4. Makna Hukuman bagi Santri 5. Ketika Melaksanakan Tata Tertib 6. Makna Tata Tertib bagi Santri 24
B. Persepsi Santri Terhadap Kepemimpinan Kyai 1. Kepemimpinan 2. Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila 3. Ciri-ciri
Kepemimpinan Kyai
di
Pondok Pesantren
Pancasila 4. Kepemimpinan Kyai Sangat Pentin Bab V Penutup A. Simpulan B. Saran 3. Bagian Akhir Pada bagian akhir termuat: Daftar Pustaka, Daftar Riwayat Hidup, Lampiran-Lampiran
25
BAB II KEPEMIMPINAN KYAI
A. Kyai dan Santri : Tinjauan Konsep 1.
Kyai Menurut Dhofier (1980:55) kyai “merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren” sehingga kyai memiliki kedudukan tertinggi dalam sebuah pesantren, adapun kyai biasanya merupakan pendiri sebuah pesantren yang dipimpinnya. Berangkat dari pendapat Dhofier (1980:55) asal usul sebutan kyai dalam Bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda: a. Sebagai gelar kehormatan bagi benda-benda yang dianggap keramat. Umpamanya, ”Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan kereta emas yang ada di keraton Yogyakarta. b. Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. c. Gelar kehormatan yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli
agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren
dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain 26
gelar kyai ia juga disebut seorang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamnya). Dalam buku Kyai Penghulu Jawa, Ibnu Qoyim MS, sebagaimana dikutip oleh Jaiz dan Abduh, (2005:29-30) menjelaskan sebagai berikut “Di tengah perkembangan masyarakat Indonesia dijumpai beberapa gelar yang diperuntukkan bagi ulama. Misalnya, di Jawa Barat orang menyebutnya ajengan, di Sumatra Barat disebut buya, 26 di daerah Aceh dikenal dengan panggilan teungku, di Sulawesi Selatan dipanggail dengan nama tofanrita, di daerah Madura disebut dengan nun atau bendara yang disingkat Ra, dan di Lombok atau disekitar daerah Nusa Tenggara orang memanggilnya dengan tuan guru. Khusus bagi masyarakat Jawa, gelar yang diperuntukan bagi ulama yang sudah mencapai tingkat yang tinggi, memiliki kemampuan pribadi yang luar biasa adalah wali. Sering pula para wali dipanggil dengan sunan (susuhunan), seperti halnya para raja. Gelar lainnya adalah panembahan, yang diberikan kepada ulama yang lebih ditekankan kepada aspek spiritual, juga menyangkut segi kesenioran, baik usia maupun nasab (keturunan). Hal ini menunjukkan bahwa kyai tersebut memiliki kekuatan spiritual yang tinggi”. Menurut Hasbullah, (1999:144) peran penting kyai dalam pendirian, pertumbuhan, perkembangan dan pengurusan sebuah pesantren berarti dia merupakan unsur yang paling esensial. Sebagai pemimpin pesantren, watak dan keberhasilan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta keterampilan kyai. Dalam konteks ini, pribadi kyai sangat menentukan, hal ini dikarenakan sosok kyai adalah tokoh sentral dalam pesantren. a. Sifat-Sifat Terpuji Kyai Menurut Moedjiono (2002:61-67) sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin berdasarkan Al-Qur'an meliputi: 27
1) Senantiasa memberikan peringatan, surat Adz-Dzariyat ayat 55.
Artinya: “Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” 2) Berpengetahuan luas, kreatif, inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap (Q.S. Al-Mujadalah: 11).
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: „Berlapang-lapanglah dalam majlis‟, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: „Berdirilah kamu‟, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” 3) Bertindak adil, jujur dan konsekuen, merujuk pada al-Qur'an Surat An-Nissa: 58.
28
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” 4) Bertanggung Jawab, Q.S. Al-An'am: 164.
Artinya: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain . Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali.” 5)
Suka bermusyawarah, Q.S. Ali Imran: 159.
29
Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” 6) Selektif terhadap informasi, dalam Al-Qur‟an surat Al-Hujurat ayat 16.
Artinya: “Katakanlah: „Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu?” 7) Mampu memberikan petunjuk dan pengarahan, Q.S. AsSajadah:24.
Artinya: “Dan kami jadikan di antarak mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.” b. Tipologi Kyai 1) Menurut Imam Suprayogo 30
Suprayogo (2007:199-120) membagi tipologi kyai sebagai berikut: a) Kyai spiritual Kyai spiritual adalah pengasuh pondok pesantren yang lebih menekankan pada upaya mendekatkan diri pada Tuhan lewat amalan tertentu (Suprayogo, 2007:199). Atau dengan kata lain lebih condong kepada akherat sentris. Kyai yang masuk kategori spiritual ini bisa dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: (1) Kyai religius, yaitu yang melakukan pendekatan kepada Tuhan dengan menekankan pada ajaran agama dan tasawuf. (2) Kyai Mistis, adalah kyai spiritual yang melakukan pendekatan dengan olah kanuragan. (3) Kyai medis, merupakan kyai spiritual yang melakukan pendekatan dengan menggunakan pengetahuanya mengobati orang lain. b) Kyai advokatif Kyai advokatif yaitu kyai yang mengasuh pondok pesantren yang selain aktif mengajar santri dan jamaahnya juga memperhatikan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dan senantiasa mencari jalan keluarnya (Suprayogo, 2007:199). c) Kyai Politik Kyai politik adalah pengasuh pondok pesantren yang senantiasa perduli pada organisasi politik dan juga pada kekuasaan (Suprayogo, 2007:120). Kyai yang masuk kategori ini bisa dibedakan menjadi: 31
a. Kyai Politik Adaptif Yaitu kyai yang bersedia menyesuaikan diri dengan pemerintah, seperti masuk ke GOLKAR.
b. Kyai Politik Mitra Kritis Yaitu kyai yang berafiliasi politik ke PKB, PAN, PBB dll.
2) Menurut Mansurnoor Mansurnoor (1990) membagi kyai dalam tiga tipologi: a) Kyai Konservatif Merupakan kyai yanng selalu mempertahankan keadaan, kebiasaan dan tradisi yang berlaku. b) Kyai Adaptif Merupakan kyai yang mudah menyesuaikan diri dengan keadaan. c) Kyai Progresif Merupakan kyai yang berupaya membawa masyarakatnya menuju ke arah kemajuan, berhaluan kearah perbaikan keadaan. 3) Menurut Abdurrahman Mas'ud Menurut Abdurrahman Mas'ud (2004, 236-237) dalam (2010:48-49) memasukkan kyai ke dalam lima tipologi: a) Kyai Ulama 32
Amin
Kyai
(ulama)
encyclopedi
dan
multidisipliner
yang
mengonsentrasikan diri dalam dunia ilmu; belajar, mengajar, dan menulis, menghasilkan banyak kitab, seperti Nawawi alBantani b) Kyai Spesialisasi Kyai spesialisasi adalah kyai yang ahli dalam salah satu spesialisasi bidang ilmu pengetahuan Islam. Karena keahlian mereka dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan, pesantren mereka terkadang dinamai sesuai dengan spesialisasi mereka, misalnya pesantren Al-Qur'an. c)
Kyai Karismatik Kyai
karismatik
merupakan
kyai
yang
karismanya dari ilmu pengetahuan keagamaan,
memperoleh khususnya
dari sufismenya, seperti KH. Kholil Bangkalan Madura. d)
Kyai Dai Keliling Kyai
dai
keliling
keterlibatannya
lebih
adalah besar
kyai
yang
melalui
perhatian ceramah
dan dalam
menyampaikan ilmunya sebagai bentuk interaksi dengan publik bersamaan dengan misi sunnisme atau ahlussunah wal jama’ah dengan bahasa retorikal yang efektif. e)
Kyai Pergerakan Disebut
kyai
pergerakan,
karena
peran
dan
skill
kepemimpinannya yang luar biasa, baik dalam masyarakat 33
maupun organisasi yang didirikannya, serta kedalaman ilmu keagamaan yang dimilikinya, sehingga menjadi pemimpin yang paling menonjol.
2. Santri Menurut Dhofier (1980:52), menyatakan bahwa istilah santri berasal dari kata “shastri” dalam bahasa India “shastra”. Menurut Amin Haedari dalam Isnaeni (2007:6) Santri berasal dari bahasa Jawa dari kata “cantrik” yang artinya seseorang yang mengikuti seorang guru ke mana guru tersebut menetap, tentunya dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian. Santri dalam pengertian. Adapun menurut Nukholis Madjid (1997:19) santri memiliki dua arti, pertama adalah pendapat yang mengatakan bahwa santri itu berasal dari kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa Sansekerta yang artinya melek huruf (menjadi tahu agama-melalui kitab-kitab). Kedua adalah pendapat yang mengatakan bahwa santri berasal dari perkataan “cantrik”, yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemanapun guru itu pergi menetap dengan tujuan dapat belajar darinya mengenai suatu keahlian. Sekarang ini santri berarti
orang yang
dididik di lingkungan pesantren. Menurut Indy G. dalam bukunya Kamus Cerdas Islam (2002:195) memberikan arti dari santri yaitu ”Seseorang yang menuntut ilmu keagamaan di pesantren dan lebih banyak bertempat 34
tinggal di sana.” Sedangkan menurut Munir Mulkhan (2003:300) kata santri mempunyai dua arti. Pertama santri sebagai murid atau orang yang belajar di pondok pesntren. Kedua, santri sebagai sebutan bagi kelompok orang yang memiliki agama islam. Biasanya ketaatan itu juga ditunjukkan dengan menjadi/tergabung sebagai anggota jamaah suatu masjid, pengajian atau organisasi Islam tingkat lokal ataupun nasional. Kata santri dalam penelitian ini dipergunakan untuk menyebut arti yang kedua tersebut. Dan kata santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti 1) orang yang mendalami agama Islam; 2) orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh; orang yang saleh. a. Jenis dan Karakteristik Santri Dhofier (1980:51-52) menyatakan ada dua jenis kelompok santri; 1) Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. 2) Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajaran di pesantren mereka biasanya bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri. b. Figur Berkualitas Seorang Santri
35
Menurut Madjid (2009:17), bahwa figur santri berkualitas adalah orang yang memadukan asholah (tradisional) dengan hadatsah (kemoderenan). Apabila seorang santri hanya menguasai salah satu dari keduanya akan mengakibatkan split personality (kepribadian yang terpecah) yang tidak mampu memberikan solusi untuk merespon dinamika zaman. Adapun menurut Ali yang dikutip oleh Amin (2010:30), figur santri berkualitas harus memiliki berbagai kemampuan antara lain: 1) Sejarah Adalah untuk mengetahui perubahan masyarakat dari waktu ke waktu, paham akan gejala-gejala dan hukum-hukum sosial, sehingga seorang santri dapat menempatkan diri secara tepat. 2) Ilmu filsafat Adalah untuk mengetahui esensi dari seluruh bangunan ilmu secara komprehensif. 3) Metodologi Adalah agar dapat mengolah konsep-konsep lama menjadi relevan dan aktual menurut kenyataan sekarang. 4) Bahasa Santri minimal menguasai dua bahasa yaitu bahasa Arab dan Inggris agar santri mampu membaca literatur-literatur Islam yang saat ini banyak ditulis dengan dua bahasa tersebut. 36
5) Perilaku Santri Pada hakekatnya perilaku atau akhlak santri adalah sebuah implementasi dari nilai-nilai Islam. Yang mana walaupun kondisi kejiwaan selalu mengalami fluktuatif namun tetap diharapkan perilaku santri tetap mencerminkan nilai-nilai keislaman. Meneladani Rasulullah adalah sebuah upaya yang sangat positif demi kebermaknaan perilaku santri nantinya. Pada intinya perilaku santri merupakan cerminan dari agama islam yang penuh dengan kebaikan dan kesopanan. Adapun dalam dunia pesantren seorang santri seharusnya taat terhadap kyai. Yang mana sikap taat kepada kyai atau pemimpin agama ini merupakan implementasi dari kehendak Al- Quran yaitu QS. An-Nisa ayat 59:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” 3. Pola Relasi Kyai dan Santri Pola Relasi kyai dan santri yang selanjutkan akan disebut dengan “hubungan antara kyai dan santri” dapat dikategorikan sebagai hubungan dialektik. Yang mana hubungan dialektik ialah hubungan dimana dua pihak saling memberi pengaruh dan akibat, bahkan 37
kemudian interaksi dua pihak itu membuahkan hasil yang lain dari bentuk ke-2 tindakan dua pihak tersebut. Seseorang yang merasa terancam oleh suatu tindakan yang dilakukan oleh orang lain akan berusaha melakukan tindakan yang membuat orang itu mengubah tindakannya (Mulkhan, 2003:299). Adapun pola hubungan kyai dan para santrinya di pesantren dapat terdiri menjadi tiga bagian: a. Hubungan Guru dan Murid Dalam hubungan ini menurut Nukkholis Madjid (1997:23) santri akan selalu memandang kyai atau gurunya sebagai orang yang mutlak harus dihormati, malahan dianggap memiliki kekuatan ghaib yang dapat membawa keberuntungan (berkah) atau celaka (malati, mendatangkan mudarat). Kecelakaan yang paling ditakuti santri adalah kalau sampai ia disumpahi sehingga ilmunya tidak bermanfaat. Karena itu santri berusaha untuk menunjukkan ketaatannya kepada kyai agar ilmunya bermanfaat, dan sejauh mungkin
menghindarkan
diri
dari sikap-sikap
yang dapat
mengundang kutukan dari kyai tersebut. Senada dengan Nurkholis madjid, Dhofier (1980:82) berpendapat bahwa, “Dalam tradisi pesantren, perasaan hormat dan kepatuhan murid kepada gurunya (kyai) adalah mutlak dan tidak boleh putus, artinya berlaku seumur hidup si murid. Di samping itu rasa hormatnya yang mutlak harus ditunjukkan daam seluruh aspek 38
kehidupannya, baik dalam kehidupan keagamaan, kemasyarakatan, maupun pribadi. Melupakan guru dianggap sebagai suatu aib besar, di samping akan menghilangkan barakah guru (pengetahuan si murid tidak akan bermanfaat).” Nurkholis Madjid (1997:24) melanjutkan, hubungan kyai dan santri tersebut salah satunya dipengaruhi oleh kitab ta’lim muta’alim karangan Syekh Al Zarnuji. Tidak diragukan lagi bahwa setiap santri diharapkan memenuhi tuntutan kitab itu dalam sikapnya terhadap kyai. Yang mana dalam hal ini kyai menjadi guru dan santri sebagai murid dari kyai tersebut. Satu gambaran ideal tentang ketaatan murid kepada guru dalam kitab ta’lim itu banyak diikuti dan diterangkan adalah yang berbunyi: “Salah satu cara menghormati guru adalah hendaknya tidak berjalan di depannya, tidak duduk di tempatnya, tidak memulai percakapan kecuali atas izinnya, tidak banyak bicara di hadapan guru, tidak menanyakan sesuatu ketika sedang kelelahan, menjaga waktu dan tidak mengetuk pintu rumah atau kamarnya, tetapi harus menunggu sampai beliau keluar, dan menghormati guru adalah juga menghormati anak-anaknya.” Sedang menurut Galba (2004:64) peranan kyai sebagai guru tentunya sebagai tempat bertanya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nurkholis Madjid (1997:20) yang mengasumsikan tujuan
39
seorang santri adalah agar “Dapat belajar darinya (kyai) mengenai suatu keahlian.”
b. Hubungan Orangtua dan Anak Adapun hubungan kyai dan para santrinya menurut Galba (2004:63) tampaknya tidak hanya sebatas hubungan antara murid dan guru belaka. Akan tetapi, lebih dari itu yaitu hubungan timbal balik di mana santri menganggap kyainya sebagai bapaknya sendiri, sementara itu kyai menganggap santrinya sebagai titipan Tuhan yang senantiasa harus dilindungi (hubungan antara orangtua dan anak). Adapun peranan kyai sebagai orangtua, “Kyai merupakan tempat dimana santri mengadu,
terutama jika santri mempunyai
masalah yang tidak dapat dipecahkan sendiri” (Galba, 2004:64). Galba melanjutkan, kedudukan kyai sebagai orangtua yang dianggap dapat memecahkan masalah secara bijak tampaknya tidak hanya menyangkut masalah santri secara individu, tetapi juga masalah yang terjadi antar santri. c. Hubungan Patron-Client Hubungan kyai dan santri yang diwarnai kepercayaan, wibawa, dan karisma tersebut merupakan nilai-nilai tradisi yang 40
terdapat di pesantren. Nilai-nilai yang terdapat di pesantren menurut Sukamto (1999:79) mengandung tiga unsur yang mengarah kepada terbentuknya hubungan patron-client: pertama, hubungan patronclient mendasarkan diri pada pertukaran yang tidak seimbang, yang mencerminkan perbedaan status. Seorang client (santri), menerima banyak jasa dari patron (kyai) sehingga client terikat dan tergantung kepada patron. Kedua, hubungan patron-client bersifat personal. Pola resiprositas yang personal antara kyai dan santri menciptakan rasa kepercayaan dan ketergantungan di dalam mekanisme hubungan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari budaya penghormatan santri ke kyai
yang cenderung bersifat kultus individu. Ketiga,
hubungan patron tersebar menyeluruh, fleksibel dan tanpa batas kurun waktunya. Hal ini dimungkinkan karena asosialisasi nilai ketika menjadi santri berjalan bertahun-tahun. Hubungan patron-client ini menempatkan kyai pada kedudukan yang tinggi, berpengaruh, dan berwibawa di hadapan santri. Memahami hubungan patron-client pada kyai dan santri dengan menyertakan latar suasana, waktu, dan tempatnya, merupakan proses pendidikan yang efektif, karena keduanya berangkat dari satu titik yang sama yakni keikhlasan. Hubungan patron-client seperti itu dengan latar sekolah modern, dan tata nilai yang materialistik akan menempatkannya sebagai pendidikan yang
41
otoriter dan dogmatis. Karena itu pendidikan yang dilakukan dengan pendekatan itu tidaklah optimal. 4. Kepemimpinan a. Kepemimpinan Secara Umum Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
manfaat
bagi
kesejahteraan
manusia.
Kepemimpinan dapat dijelaskan atau diuraikan dalam berbagai macam, hal ini tergantung dari sudut mana kita melihat atau menangkap makna-makna dari kepemimpinan itu sendiri, definisi-definisi
tersebut
menunjukkan
adanya
beberapa
kesamaan. Kepemimpinan dalam pengertian umum adalah suatu proses ketika seseorang memimpin (directs), membimbing (guides), memengaruhi (influences) atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain (Kayo, 2005:7). Pengertian Kepemimpinan Menurut Para ahli: 1) Menurut
Ordway
mendefinisikan
Tead
kepemimpinan
(Moedjiono, sebagai
2002:4) aktivitas
mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan bersama. 2) Menurut Koonts dan O‟Donnell (Moedjiono, 2002:6) memandang kepemimpinan sebagai aktivitas membujuk 42
manusia untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. 3) Menurut
Indrafachrudin
(1993:12)
mendefinisikan
kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu. Yang mana tujuan tersebut merupakan tujuan bersama. 4) Menurut Munson (Kayo, 2005:8 dan Moedjiono, 2002:4) mendefinisikan kepemimpinan sebagi kemampuan menghandel orang untuk memperoleh hasil maksimal dengan friksi sedikit mungkin dan kerjasam yang besar. 5) Menurut Hasibuan (2001:53) mendefinisikan pemimpin adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. 6) Menurut
Gerth
dan
Molls
(Moedjiono,
2002:7),
kepemimpinan dipandang secara umum, adalah hubungan antara pemimpin dengan yang dipimpin di mana pemimpin lebih banyak mempengaruhi daripada dipengaruhi karena sebagai
suatu
hubungan
kekuasaan.
Kepemimpinan
mungkin diketahui dan mungkin pula tidak oleh pemimpin atau pengikut. b. Kepemimpinan dalam Islam 43
Menurut Moedjiono (2002:11) kepemimpinan dalam Islam adalah dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi manusia sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu juga landasan dalam menjalankan kepemimpinan dalam Islam harus berdasrkan atas Al Quran dan hadis. Sedangkan menurut Ihsan Tanjung (Moedjiono, 2002:11) kepemimpinan di dalam Islam pada hakekatnya adalah berkhidmat atau menjadi pelayan umat. Kepemimpinan yang asalnya adalah hak Allah diberikan kepada manusia sebagai khalifatullah fil adrli, wakil Allah SWT di muka bumi. Jika bukan karena iradahNya, tak ada seorang pun yang mendapatkan amanah kepemimpinan, baik kecil maupun besar. Oleh karena itu, setiap amanah harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Allah memberikan amanah kepada pemimpin untuk; mengatur urusan orang yang dipimpinnya, mengarahkan perjalanan sekelompok manusia yang dipimpinnya guna mencapai tujuan bersama, menjaga dan melindungi kepentingan yang dipimpinnya. c. Elemen Kepemimpinan Blake dan Mouton (Moedjiono, 2002:49) menawarkan enam elemen yang dianggap dapat menggambarkan efektifnya suatu kepemimpinan, yaitu: 1) Inisiatif
44
Seorang pemimpin mengambil inisiatif apabila ia melakukan suatu aktivitas tertentu, memulai sesuatu yang baru atau menghentikan sesuatu untuk dikerjakan. 2) Inquiry-menyelidiki pemimpin
membutuhkan
informasi
yang
komprehensif
mengenai bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk keperluan itu, ia perlu mempelajari latar belakang suatu masalah, prosedur-prosedur yang harus ditempuh, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan yang dibidanginya. 3) Advocacy-dukungan dan dorongan Aspek memberi dorongan dan dukungan sangat penting bagi kepemimpinan seseorang karena sering timbul keraguan atau kesulitan dalam mengambil kesimpulan diantara para eksekutif dalam satu organisasi atau karena adanya ide yang baik tetapi yang bersangkutan kurang dapat mempertahankannya. 4) Conflict solving- memecahkan masalah Apabila timbul konflik dalam organisasi, maka menjadi kewajiban bagi pemimpin untuk menyelesaikannya. Ia perlu mencari akar dari konflik tersebut dan menyelesaikannya dengan musyawarah dan mufakat. 5) Decision making-pengambilan keputusan Keputusan yang diambil hendaklah keputusan yang baik, tidak mengecewakan atau membuat orang frustasi, yaitu keputusan 45
yang memberi keuntungan bagi banyak orang. Sedapat mungkin ia mencegah lahirnya keputusan yang dibuat sendiri tanpa peran serta dari pejabat lain. 6) Critique-kritik Mengevaluasi,menilai, dan jika sesuatu yang telah dilakukan itu baik maka tindakan serupa untuk masa-masa yang akan datang mungkin sebaiknya tetap dijalankan. Hal ini tidak sama dengan mengkritik yang menilai sesuatu baik atau buruk dan yang sifatnya lebih pribadi. d. Syarat-Syarat Pemimpin 1) Menurut Kosep Al Quran Menurut konsep Al Quran
sekurang-kurangnya ada
lima syarat kepemimpinan yang harus dikembangkan (Kayo, 2005:75), yaitu: a) Beriman dan bertaqwa b) Berilmu pengetahuan c) Mempunyai kemampuan menyusun perencanaan dan evaluasi d) Mempunyai kesadaran dan tanggung jawab moral, serta mau menerima kritik e) Mempunyai kekuatan mental melaksanakan kegiatan 2) Imam Mawardi
46
Menurut Imam Mawardi yang dikutip oleh Helmy dalam Risalah Nahdatul Ulama (2009:24), persyaratan yang paling popular dan kuat untuk menjadi pemimpin ada tujuh: a) Memiliki sifat adil secara mutlak. Yang dapat dilihat melalui perangainya dalam kehidupan sehari-hari, adapun adil merupakan induk kepemimpinan. b) Memilliki pengetahuan yang dapat mendukung pada ijtihajnya sehingga ia dapat memutuskan sesuatu secara benar dan tepat (minimal menguasai baca tulis dan memiliki pengalaman kepemimpinan). c) Tidak cacat pendengaran, penglihatan, dan lisan, sehingga ia dapat menerima informasi dengan baik dan benar serta mampu melakukan komunikasi dengan siapa saja. d) Tidak cacat anggota badan sehingga mempengaruhi citra dan kewibawaannya serta mempengaruhi kelincahan bergerak. e) Memiliki visi untuk mensejahterakan dan mengarahkan pembangunan pada kemaslahatan yang dipimpinnya. f) Memiliki keberanian dan ketegasan dalam memberikan putusan sehingga ia disegani lawan dan kawan terutama tegas dalam menghadapi musuh-musuhnya dan melindungi orang-orang yang dipimpinnya.
47
g) Memiliki keturunan pemimpin (namun untuk persyaratan yang ketujuh ini perlu dipertimbangkan dan sudah mulai diabaikan). e. Gaya Kepemimpinan 1) Gaya Kepemimpinan Otokratis Menurut Siagian (2003:31) pemimpin yang otokratis memiliki
karakteristik
yang
dapat
dipandang
sebagai
karakteristik yang negatif. Dilihat dari segi persepsinya pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Egoismenya
yang
sangat
besar
akan
mendorongnya
memutarbalikkan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterprestasikannya sebagai kenyataan. Senada dengan Siagian, Indrafachrudin (1993:24) mengemukakan,
seorang
yang
otokratis
memperlihatkan
kekuasaannya, ingin berkuasa. Ia berpendapat bahwa tanggung jawabnya sebagai pemimpin besar sekali. Hanya dialah yang bertanggung jawab dalam kepemimpinannya. Sehubungan dengan itu, dengan bekerja keras, teliti dan tertib, ia menghendaki dan mengharapkan agar bawahannya juga harus bekerja keras dan bersungguh-sungguh. Ia takut dan merasa cemas kalau-kalau pekerjaan yang dilakukan bawahannya tidak
48
sesuai dengan yang diharapkan. Oleh sebab itu, pengawasannya sangat ketat. Adapun Kayo (2005:61) mengutip pendapat Siagian, seorang pemimpin yang otokratis ialah seorang pemimpin yang: a) Menganggap organisasi sebagai milik pribadi b) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi c) Menganggap bawahan sebagi alat semata-mata d) Tidak mau menerima kritik, saran, dan pendapat e) Terlalu bergantung kepada kekuasaan formalnya f) Dalam
tindakan
penggeraknya
sering
menggunakan
aprproaach yang mengandung unsur paksaan dan punitif (bersifat menghukum). 2) Gaya kepemimpinan Demokratis/Partisipatif Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya. Senada dengan hal tersebut Siagian (2003:40) menyatakan bahwa tipe kepemimpinan ini adalah tipe kepemimpinan yang paling ideal dan paling didambakan. Pendekatannya dalam menjalankan
49
fungsi-fungsi kepemimpinan adalah pendekatan yang holistik dan integralistik. Seorang pemimpin yang demokratis dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan
organisasional,
perilakunya
mendorong
para
bawahannya menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan
kreativitasnya
(Siagian,
2003:43).
Ciri-ciri
gaya
kepemimpinan demokratis (Kayo, 2005): a) Menempatkan manusia dalam pandangan yang terhormat, mulia dan berpotensi. b) Senantiasa berusaha mempertautkan antara kepentingan dan tujuan organisasi dengan tujuan dan kepentingan pribadi. c) Terbuka, menerima kritik dan saran dari siapa saja. d) Berupaya
menciptakan
iklim
yang
kondusif
dan
mengutamakan kerjasama yang kompak. e) Mendorong bawahan untuk bebas berinisiatif, melalui kreativitas yang dinamis. f) Senantiasa membina diri untuk dapat berkembang sebagai pemimpin yang berwawasan luas, handal, dan berwibawa. 3) Gaya Kepemimpinan Karismatik Karisma mengambil pengertian dari Ma‟mur Asmani (2009:23) adalah pancaran kewibawaan seorang kyai dimata umat. Karisma biasanya lebih dari kedalaman ilmu, keagungan 50
budi, intensitas dalam mendekatkan diri kepada Allah, konsistensi dalam berjuang dan aura yang memang kuat dalam diri kepribadian Sang Kyai. Karakteriatiknya yang khas yaitu daya
tariknya
yang sangat
memikat, sehingga
mampu
memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang pemimpin yang karismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi (Siagian, 2003:37). Teori kepemimpinan karismatik saat ini sangatlah dipengaruhi oleh ide-ide ahli sosial yang bernama Max Weber. Weber (1947) menggunakan istilah “Berkat yang terinspirasi secara agung, seperti kemampuan ntuk melakukan keajaiban atau memprediksikan peristiwa masa depan” untuk menjelaskan sebuah bentuk pengaruh yang bukan didasarkan pada tradisi atau otoritas formal tetapi lebih atas persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati dengan kualitas yang luar biasa, menurut Weber: “Karisma terjadi saat terdapat sebuah krisis sosial, seorang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu, mereka mengalami beberapa keberhasilan yang membuat visi itu terlihat dapat dicapai, dan para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa.” 51
Adapun Weber menggunakan istilah karisma untuk menjelaskan sebuah bentuk pengaruh yang bukan didasarkan pada tradisi atau otoritas formal tetapi lebih atas persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati dengan kualitas yang luar biasa. Hal tersebut senada dengan pendapat Ma‟mur Asmani (2009:23) bahwa “Mereka (pemimpin/kyai) memiliki aura karisma yang dahsyat. Setiap petuah yang diberikan direkam umat, sepak terjangnya menjadi teladan, dan perilakunya menjadi inspirasi orng lain. Ucapan, tingkah laku, dan ketetapannya menjadi pelajaran yang amat berharga.” 4) Gaya Kepemimpinan Laissez-faire (Kendali Bebas) Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang Laissez-faire (Kendali Bebas) tentang perannya sebagai seorang pemimpin berkisar pada pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena anggota dari organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan dari organisasi, sasaran-sasaran apa yang harus dicapai, tugas-tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota (Siagian, 2003:38). Atau dengan kata lain, “Anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai keyakinan dan bisikan hati nuraninya asal saja kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisasi tetap tercapai” (Siagian, 2003:39). 52
Ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez-faire (Siagian, 2003:39- 40): a)
Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.
b)
Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertenru yang nyatanyata menuntut keterlibatannya secara langsung.
c)
Status quo organisasionalnya tidak terganggu.
d)
Penumbuhan dan pengembangan kemempuan berpikir dan bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
e)
Sepanjang dan selama para anggota organisasi perilaku dan prestasi kerja yang mwmadai, intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum.
f. Kepemimpinan Kyai Gaya kepemimpinan yang diterapkan kyai dalam sebuah pondok pesantren biasanya adalah gaya kepemimpinan karismatik hal tersebut karena, gaya kepemimpinan karismatik merupakan gaya “...kepemimpinan yang bernuansa moral karena pada umumnya, bermuara pada otoritas keulamaan dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi, pengelolaan yang hati-hati dalam hubungan-hubungan personal dengan anggota-anggota masyarakat
muslim,
serta 53
pembinaan
reputasi
individual
(berdasarkan kepada keteladanan moralitas yang mereka miliki)” (A‟la, 2006:24). Karakteriatiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang karismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi (Siagian, 2003:37). Dari pernyataan di atas dapat dianalisis dan disimpulkan bahwa seorang kyai, hakekatnya memiliki banyak santri atau dalam pernyataan diatas disebut dengan „pengikut‟, kemudian dipercaya baik oleh para santri ataupun masyarakat sekitarnya. Dalam hal kepemimpinannya seorang kyai memimpin dengan kepemimpinan yang bernuansa moral hal tersebut dapat terlihat dari niali-nilai keagamaan yang diajarkan kepada santri-santrinya begitu pula dalam masalah kedalaman ilmu yang tentunya sudah tidak diragukan lagi.
B. Telaah Pustaka Dalam proses penelitian yang peneliti lakukan seputar relasi kyai dan santri menelaah berbagai literatur dan banyak melakukan pengamatan karena sifatnya yang perlu penginterpretasian. Adapun karena peneliti bukanlah
54
orang yang pertama kali meneliti tentang kyai dan santri, maka penulis menelaah skripsi yang telah mengupas judul dengan tema diatas. Adapun skripsi tersebut adalah:
1. Skripsi Yuli Arifah yang berjudul “Hubungan Karisma Kyai dengan Minat Belajar Santri (Studi pada Pondok Pesantren Al-Manar Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Tahun 2006)” Oleh Yuli Arifah telah diungkapkan tentang kyai laksana jantung bagi kehidupan manusia. Otoritas kyai begitu dominan dan sangat dihormati sehingga santri mempunyai kewajiban taat dan tunduk kepada kyai, hampir-hampir dengan batas mutlak. Seorang kyai biasanya memiliki kharisma (sifat wibawa yang terpancar dari dalam diri seseorang), salah satu faktor yang memengaruhi santri untuk patuh melaksanakan perintah kyai dan rajin atau sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu ialah rasa simpatik dan penghormatan terhadap kyai karena, karisma yang dimilikinya. Rumusan masalah, bagaimana tingkat karisma kyai di Pondok Pesantren Al-Manar? bagaimana variasi minat belajar santri Pondok Pesantren Al-Manar? adakah hubungan karisma kyai dengan minat belajar santri di Pondok Pesantren Al-Manar? tujuan
penelitian, untuk
mengetahui tingkat karisma kyai Pondok Pesantren Al-Manar, untuk mengetahui variasi minat belajar santri Pondok Pesantren Al-Manar, untuk 55
mengetahui hubungan karisma kyai dengan minat belajar santri di Pondok Pesantren Al-Manar. Metode penelitian, menggunakan kuantitatif, populasi dan sampel, di sini peneliti mengambil sampel 15% dari keseluruhan populasi, yaitu 45 santri. Teknik pengumpulan data, angket, metode observasi, metode dokumentasi. Tenik analisis data, analisis pendahuluan, menggunakan rumus product moment. Hasil penelitian, bahwa tingkat karisma kyai termasuk dalam kategori sedang, terbukti dari 45 responden dapat dekelompokkan sebagai berikut: tergalong dalam kategori tinggi ada 21 santri atau 46,7%, tergolong dalam kategori sedang ada 22 santri atau 48,9%, tergolong dalam kategori rendah ada 2 santri atau 4,4%. Bahwa minat belajar santri termasuk dalam kategori sedang, terbukti dari 45 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut: tergolong dalam kategori tinggi ada 21 santri atau 33,3%, tergolong dalam kategori sedang ada 22 santri atau 48,9%, tergolong dalam kategori sedang ada 2 santri atau 17,8%. Ada hubungan antara karisma kyai dengan minat belajar santri di Pondok Pesantren Al-Manar, Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang tahun 2006 diterima. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabelnya yang berhubungan dengan kyai dan santri. Sedang perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang berbeda (kuantitatif dan kualitatif), yang menjadi obyek penelitian Yuli Arifah adalah hubungan karisma dengan 56
minat belajar santri sedangkan skripsi peneliti adalah relasi kyai dan santri (perspektif santri tentang kepemimpinan kyai). Di sini peneliti lebih lebih kepada pemahaman santri dalam memandang kepemimpinan kyai.
2. Skripsi Siti Isnaeni yang berjudul “Pengaruh Karisma Kyai Terhadap Moral Santri di Pondok, Pesantren Pancasila Salatiga Tahun 2007” Tentang
sebuah
penelitian
bertajuk
karisma
kyai
dan
pengaruhnya terhadap moral santri. Gaya kepemimpinan karismatik yang diterapkan di pondok pesantren tersebut ternyata berpengaruh terhadap moral santri. Adapun oleh Siti Isnaeni telah diungkapkan tentang kyai sebagai juru dakwah yang secara otomatis memiliki peran penting dalam menjaga nilai moral para santri dan masyarakat sekitarnya. Kyai memiliki kekuatan baik dari segi kedalaman ilmu dan wawasan barunya untuk menghadapi perubahan. Rumusan masalah bagaimana tingkat karisma kyai di Pondok Pesantren Pancasila? bagaimana variasi moral santri Pondok Pesantren Pancasila? adakah Pengaruh Karisma Kyai Terhadap Moral Santri di Pondok, Pesantren Pancasila tujuan penelitian, untuk mengetahui tingkat karisma kyai Pondok Pesantren Pancasila, untuk mengetahui moral santri Pondok Pesantren Pancasila, untuk mengetahui Pengaruh Karisma Kyai Terhadap Moral Santri di Pondok, Pesantren Pancasila. 57
Adapun metode dalam penelitian kuantitatif yang dilakukan oleh Isnaeni (populasi dan sampel) mengambil 20% sampel dari keseluruhan populasi yaitu 30 santri. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data; angket, observasi, dokumentasi, dan interview. Teknik analisi data, analisis pendahuluan, menggunakan rumus prosentase, analisis lanjutan menggunakan product moment. Dengan hasil penelitian yaitu karisma kyai termasuk dalam kategori sedang yang mana dari 30 responden dibagi ke dalam tiga kelompok berbeda; kategori tinggi 8 santri atau 26,67%, kategori sedang 12 santri/40% dan kategori rendah 10 santri atau 33,33%. Bahwa moral santri termasuk dalam kategori sedang, terbukti dari 30 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut: tergolong dalam kategori tinggi ada 5 santri atau 15%, tergolong dalam kategori sedang ada 15 santri atau 50%, tergolong dalam kategori rendah ada 10 santri atau 33%. Ada pengaruh antara karisma kyai terhadap moral santri Pondok Pesantren Pancasila, kota Salatiga tahun 2007 diterima. Namun dengan jenis penelitian yang bertolak belakang (kuantitatif dan kualitatif) dan latar belakang yang berbeda (2007 dan 2012). Karena rentang waktu yang panjang tersebut peneliti ingin melanjutkan penelitian dengan latar tahun 2012 di pondok pesantren yang sama dengan pendekatan penelitian kualitataif. Persamaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian yaitu di Pondok Pesantren Pancasila dan fokusnya terhadap pesantren, kyai dan 58
santri. Sedang perbedaan dengan penelitian ini adalah jenis penelitian yang bertolak belakang (kuantitatif dan kualitatif) dan latar belakang yang berbeda (2007 dan 2012). Adapun, dalam penelitian ini Isnaeni lebih fokus kepada pengaruh karisma terhadap moral santri sedangkan peneliti membahas tentang bagaimana perspektif santri tentang kepemimpinan kyai. 3. Skripsi Amin yang berjudul “Persepsi Santri tentang Kharisma Kyai (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Huda, Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010)” Skripsi tersebut lebih mengarah pada penelitian kualitatif dengan 15
informan
yang
dijadikan
sumber
dalam
penelitian
tentang
persepsi/pendapat santri mengenai kepemimpinan kyai yang memimpin dengan kepemimpinan karismatik. Dalam skripsinya Amin memberikan simpulan tentang karisma kyai (dalam penelitian tentang persepsi santri di pondok pesantren Al-Huda, Doglo, Cepogo, Boyolali tahun 2010) adalah merupakan sesuatu kepribadian yang diberikan oleh Allah Swt pada seorang pemimpin yang mempunyai keistimewaan, kewibawaan dan mempunyai nilai-nilai yang positif seperti keilmuan agama yang luas, kesalehan , keistiqomahan, kewira’ian dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang ada pada masyarakat. Adapun fokus penelitian dari skripsi tersebut adalah; pertama, bagaimana persepsi santri tentang karisma kyai di Pondok Pesantren AlHuda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010? kedua, faktor apa 59
yang mempengaruhi persepsi santri tentang karisma kyai di Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010? ketiga, bagaimana variasi perilaku santri atas karisma kyai di Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, cepogo, Boyolali tahun 2010? dengan tujuan penelitian; untuk mengetahui persepsi santri tentang karisma kyai di Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, cepogo, Boyolali tahun 2010 kedua, untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang karisma kyai di Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, cepogo, Boyolali tahun 2010 ketiga, untuk mengetahui variasi perilaku santri atas karisma kyai di Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, cepogo, Boyolali tahun 2010. Variasi perilaku atas karisma kyai adalah menerima perintah kyai, melaksanakan petintah dari kyai, menerima nasehat dari kyai, menerima hukuman dari kyai, melaksanakan tata tertib dari kyai, dan mengikuti kegiatan dari kyai semuanya ada dalam ketaatan (sami’na wa athona). Persamaan dengan penelitian ini adalah variabelnya yang berhubungan dengan kyai dan santri. Sedang perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian ini mengarah pada relasi antara kyai dan santri, dan gaya kepemimpinan dari kyai (penelitian lebih kepada pemahaman santri dalam memandang kepemimpinan kyai) sedang skripsi Amin lebih kepada pemahaman santri terhadap karismatik kyai.
60
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan Pondok Pesantren Pancasila Pondok Pesantren Pancasila didirikan oleh Kyai Mukhlasin pada tanggal 30 September 1992. Pondok Pesantren Pancasila adalah pondok pesantren putra putri yang berlokasi di pemukiman masyarakat Blotongan, Sidorejo, Salatiga, letaknya yang strategis memudahkan kita untuk mencapai lokasi pesantren. Lebih mudahnya Pondok Pesantren Pancasila terletak di Jalan Raya Semarang-Solo, 4 km dari arah barat dari Kota Salatiga. Menurut Kyai Mukhlasin, seperti yang ditulis oleh Syakur (2009:77) awal mulanya Kyai Mukhlasin menjadi pengasuh dan pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Modern selama satu setengah tahun yangmana warisan dari kakeknya. Kemudian setelah mengalami perkembangan Kyai Mukhlasin mendirikan pondok pesantren sendiri dengan nama Pondok Pesantren Salafiyah Modern Pancsila tanggal 10 september 1991. Sebelum diberi nama Pondok Pesantren Pancasila, sebenarnya ada tiga pilihan yang muncul dari istikharah Almarhum Kyai Abdurrahim (orangtua Kyai Mukhlasin). Pertama dengan nama Pondok Pesantren Salafiyah mengikuti jejak almarhum Kyai Raden Al-Manni. Kedua Pondok Pesantren Sunan Budu, karena mengikuti almarhum Mbah Din Bondoh 61
Magelang, dan yang ketiga Pondok Pesantren Pancasila dengan maksud dan harapan supaya namanya lebih merakyat dan meng-Indonesia. Dan dari hasil istikharah tersebut yang paling baik dan cocok adalah Pondok Pesantren Pancasila. Namun dari hasil istikharah, nama Pesantren Pancasila yang paling baik dan cocok kemudian ditambah Darul Mukhlasin. Mulanya, Pondok Pesantren Pancasila menempati tanah milik Bapak Komaruddin dengan tiga kamar untuk putri dan tiga kamar untuk putra. Namun, setelah beberapa bulan masalah mulai timbul, terutama dengan pemilik rumah yaitu Bapak Komaruddin. Akhirnya, Pondok Pesantren Pancasila pun pindah ke Desa Klumpit, Blotongan, Siderejo, Salatiga. Menempati tanah wakaf pemberian Bapak Jumadi. Ada pun latar belakang menempati wilayah tersebut karena, di daerah tersebut masih banyak kemaksiatan (mulai dari tempat judi, minuman keras, perempuan nakal dan kain sebagainya), kondisi masyarakat yang hampir terpuruk dari segi akidah dan amaliahnya, dengan tujuan untuk mengubah daerah tersebut menjadi baik. “Tanah Bapak Jumadi itu resmi diwakafkan pada tanggal 10 juli 1992” (Isnaeni, 2007:34). Tanggal 31 September 1993 Pondok Pesantren Pancasila resmi pindah dari rumah Bapak Komarudin ke lokasi yang baru, di lokasi yang baru terdapat lima lokal yang digunakan untuk mukim santri putra, sedang santri putri menempati rumah Bapak Rohmad (Isnaeni, 2007:34). Di lokasi yang baru Pondok Pesantren Pancasila dapat berkembang dengan cukup pesat, terbukti dalam kurun waktu satu tahun mampu membangun 4 lokal. 62
Pada tahun 1994 santri putri yang menempati rumah Bapak Rohmad sudah dapat menempati bangunan baru. Agar lebih baik dan terorganisasi secara professional, Pondok Pesantren Pancasila dibagi menjadi dua. Pertama untuk pondok pesantren santri putra yang diberi nama Pondok Pesantren Pancasila Darul AzZumalin. Kedua untuk pondok pesantren putri diberi nama Pondok Pesantren Pancasila Darul Mukhlasin. Nama Pondok Pesantren Pancasila Darul Az-Zumalin ini diberi oleh Gus Dah pengasuh pondok pesantren Ploso, Kediri, Jawa Timur yang sangat disegani dalam bidang keilmuannya, baik mengenai ilmu alat (nahwu-sharaf) maupun ilmu agama lainnya. Pondok Pesantren Darul AzZumalin ini didiami oleh santri putra yang datang dari berbagai daerah. Para santri putra ini menempati asrama berlantai dua yang berukuran 4x5 meter. Nama Pondok Pesantren Pancasila Darul Mukhlasin ini diberi oleh Mbah Mat Watu Congol, yang sekaligus bertindak sebagai guru spiritual Kyai Mukhlasin. Nama Pondok Pesantren Pancasila Darul Mukhlasin ini didiami oleh santri putri, yang mendiami asrama berlantai 3 yang terletak di sebelah barat asrama putra. Para santri putri tersebut menempati kamar berukuran 4x6 meter, yang terdiri dari 6 buah kamar, satu buah aula yang digunakan unyuk pertemuan, 1 ruang tamu, 1 ruang sekretariatan, ditambah 3 kamar untuk untuk MCK.
63
2. Letak Geografis Pondok Pesantren Pancasila barada tak jauh dari jantung Kota Salatiga. Sekitar 4 kilometer arah barat dengan menaiki kendaraan umum (colt) jurusan Bawen atau bus jurusan Semarang-Solo selama kurang lebih 30 menit, kita akan sampai di Pondok Pesantren Pancasila. Begitu sampai di tugu perbatasan Salatiga-Semarang, kurang lebih 200 meter di sebelah kiri terpampang neonbox bertuliskan „Yayasan Darul Mukhlasin, Pondok Pesantren Putra Putri Pancasila‟ Pondok Pesantren Pancasila “Terletak di ketinggian kurang lebih 15 meter dari permukaan punggung jalan Semarang-Solo” (Syakur, 2009:75). Ada pun Pondok Pesantren Pancasila sendiri beralamat di Jalan Fatmawati No. 11 RT/RW: 01/08 Kelurahan Blotongan Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Bila dilihat dari segi geografisnya, maka letak Pondok Pesantren Pancasila tersebut sangat strategis dan mudah dijangkau. Cuaca yang terdapat di kawasan Pondok Pesantren Pancasila pun sangat sesuai, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. 3. Profil K. Mukhlasin selaku Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Pancasila Kyai Mukhlasin adalah sosok kyai yang mendirikan, mengasuh, dan memimpin Pondok Pesantren Pancasila sekarang ini. Beliau tinggal bersama istri dan putra-putrinya di salah satu rumah di lingkungan pondok pesantren.
64
Kyai Mukhlasin adalah putra pertama dari K.H. Abdurrohim (alm) Pabelan dengan Ibu Nyai Aminah Zahro (almh) dan cucu dari K.R. Affandi (alm) Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Blotongan, Salatiga. Beliau juga masih keturunan ke-14 dari Kanjeng Sunan Kalijaga. Kyai Mukhlasin memiliki empat orang putra, buah hatinya dengan Nyai Chairiyatik. Empat orang putra tersebut adalah, pertama bernama Rabiah Adawiyah, kedua bernama Nur Jazilatuzzahra, ketiga bernama Muhammad
Faqih
Afandi,
dan
putri
bungsu
beliau
bernama
Nazilatussayidah. 4. Pendidikan Adapun profil pendidikan Kyai Mukhlasin adalah: a. Perguruan Tinggi Karachi di Pakistan b. Ponpes Al Fatah Ploso c. Ittihad Beringin d. Al Huda, Doglo, Boyolali. 5. Visi dan Misi Pondok Pesantren Pancasila a. Visi “Menanamkan akidah ahlus sunnah wal jama’ah dan menjadikan santri yang ahli fikir, ahli dzikir dan ahli ikhtiar,” (Khafidin:2012). b. Misi Adapun misi dari Pondok Pesantren Pancasila sendiri yaitu (Khafidin:2012):
65
1) Meningkatkan kualitas pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman. 2) Menggali dan mengembangkan potensi anak khususnya dalam bidang wira usaha. 3) Melatih santri untuk dapat menjadi dirinya sendiri. 4) Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai ahlussunah wal jama’ah.
66
6. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Pancasila tersusun atas struktur organisasi seperti di bawah ini:
Pengasuh dan pemilik
Lurah pondok
Sekretaris
Bendahara
Sie. Keamanan
Sie. Kebersihan
Sie. Kegiatan
Sie. Kesehatan Andre Ferdianto
Humas
Sumber : Pondok Pesantren Pancasila tahun ajaran 2011/2012
67
Tabel 3.1 Keterangan struktur organisasi Pondok Pesantren Pancasila periode 2011/2012
No.
Jabatan
Nama
1.
Pengasuh dan pemilik
Kyai Mukhlasin
2.
Lurah pondok
M. Toha Saputra, S.Pdi.
3.
Sekreteris
Mansur Hidayat
4.
Bendahara
Rizka Rahayu Roudotun Najah
5.
Sie. Keamanan
Muhammad Nasiruddin
6.
Sie. Kebersihan
Nur Rohman Kunti Zakiyah
7.
Sie. Kegiatan
Muhammad Ridwan Surawan
8.
Sie. Kesehatan
M. Saibani Andre Ferdianto
9.
Humas
Ashori Samsul Choiri
Sumber : pondok pesantren pancasila tahun 2012
68
7. Jadwal kegiatan Santri
Tabel 3.2 Jadwal kegiatan santri Pondok Pesantren Pancasila tahun ajaran 2011/2012
Waktu (pukul)
Kegiatan
04:00-04:30
Bangun tidur dan persiapan salat subuh berjamaah.
04:30-04:45
Salat Subuh berjamaah.
04:45-05:30
Sorogan Al quran.
05:30-05:45
Sorogan kitab per kelas
05:45-06:00
Bandongan
06:00-07:00
Kegiatn pribadi seperti sarapan, MCK, makan ataupun melaksanakan piket harian.
07:00-07:15
Salah Dhuha dan Salat Hajat berjamaah.
07:15-08:00
Persiapan mengaji di kelas masing-masing.
08:00-08:50
Jam pelajaran pertama.
08:50-09:10
Istirahat
09:10-10:00
Jam pelajaran kedua.
10:00-10:30
Sawir per kelas.
11:00-12:00
Waktu bebas untuk melakukan aktivitas pribadi santri.
12:00-12:15
Persiapan Salat Duhur berjamaah.
12:15-12:30
Salat Duhur berjamaah. 69
12:30:12:45
Bandongan durot al-nasihin.
12:45-15:30
Waktu bebas untuk melakukan aktivitas pribadi santri.
15:30-15:45
Persiapan Salat Ashar berjamaah.
15:45-16:00
Salat Ashar berjamaah.
16:00-17:00
Mengaji di kelasnya masing-masing.
17:00-17:15
Bandongan
17:15-17:30
Waktu bebas untuk melakukan aktivitas pribadi santri.
17:30-17:45
Persiapan Salat Maghrib berjamaah.
17:45-18:00
Salat Maghrib berjamaah.
18:00-19:00
Sorogan Al Quran.
19:00-19:15
Salat Isya berjamaah.
19:15-20:00
Bandongan tafsir jalalain.
20:00-20:15
Persiapan mengaji di kelasnya masing-masing.
20:15-20:30
Nadhoman
20:30-21:00
Jam pelajaran pertama.
21:00-21:30
Jam pelajaran kedua.
21:30-22:00
Bandongan di kelasnya masing-masing.
22:00-04:30
Waktu bebas untuk melakukan aktivitas pribadi santri (tidur).
8. Daftar Ustaz/Ustazah 70
Tabel 3.3 Daftar ustaz/ustazah (pengajar) tahun ajaran 2011/2012
No 1.
Nama K. Mukhlasin
Pendikan
Mata Pelajaran
1. Fakultas dakwah di tafser jalalain IAIN Jakata. 2. Perguruan
Tinggi
Karachi di Pakistan, 3. Ponpes
Al
Fatah
Ploso, 4. Ittihad Beringin, 5. Al
Huda
Doglo
Boyolali.
2.
Ny.
SMP dan Ponpes
Choiriyatik
3.
Toha saputra
Tuhfat al-athfal fasholatan
STAIN dan Ponpes
alfiyah balaghoh baddai’ al zuhur
4.
Mahfud fauzi
SMP dan Ponpes
mantiq quwaid maqsud
71
jawahir al-bukhori
5.
Sri Mulyani
STAIN dan Ponpes
jazariyah bahar abi jamroh mustolah tajwid mabadi al-awaliyah
6.
M. Nuh
MAN dan Ponpes
aswaja imriti
7.
Nur fadhilah
STAIN dan Ponpes
Khulashah Yaqin
Nurul
juz
Khulashah
II, Nurul
Yaqin juz III
8.
Surawan
SMP dan Ponpes
jurumiyah tasrif al- quran kifayat al-awam arbain nawawi durot al-nasihin
72
9.
Fathurrohim
STAIN dan Ponpes
aswaja juz II aswaja juz I tangkih al-qoul qomi al-thughyan
10.
Khafidzin
STIE AMA dan Ponpes
tahliyyah sulam al-taufiq usfuriyah daqo’iq al-ahbar nashoih al-ibad irsyad al-ibad
11.
Fathul
STAIN dan Ponpes
Ghufron
12.
Ansori
tuhfat al-athfal manakib
STAIN dan Ponpes
matn ta’lim sarah ta’lim fiqih al-wadih risala al-tauhid taisir al-kholaq safinah
73
12.
Amir
MAN dan Ponpes
qutrot al-ghois i’lal Riyadh al-badiah
13.
Maysaroh
MAN dan Ponpes
Hidayah
al-
mustafid, quwaid al-i’lal
14.
Siti Isnaeni
STAIN dan Ponpes
mar’at al-solehah
15.
Mansur
STAIN dan Ponpes
ahlaq al-banin
Hidayat
sifa al-jinan awamil ahlaq al-banat
16.
Muhammad
STAIN dan Ponpes
Nur Rohman
Khulashah
Nurul
Yaqin juz I aqidat al-awam tareh jawen
17.
M. Nasirrudin
STAIN dan Ponpes
74
badd-u al-amal
targhib fasholatan
18.
Parli
STAIN dan Ponpes
durus al-fiqih alala
19.
Samsul Choiri STAIN dan Ponpes
surat-surat pendek matlab
20.
Muntaha
STAIN dan Ponpes
tanbigh al-ghofilin fathul al mu’in
21.
Muslih
STAIN dan Ponpes
qiro
22.
M. Saibani
SMK dan Ponpes
surat-surat pendek
23.
Solekhan
SMA dan Ponpes
BTA
24.
Zakiyah
STAIN dan Ponpes
fasholat
Sumber : Pondok Pesantren Pancasila
9. Perkembangan Fisik Pondok Pesntren 75
Adapun perkembangan fisik pondok pesantren Pancasila meliputi sarana dan prasarana sebagai berikut:
Tabel 3.4 Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren Pancasila
No.
Nama
Keterangan
1.
Asrama putra
8 buah kamar
2.
Asrama putrid
5 buah kamar
3.
Gedung sekolah formal
4.
Koperasi
1 buah
5.
Aula
2 buah
6.
Perpustakaan
1 buah
7.
Mini market
1 buah
8.
Kantor
2 buah
9.
Dapur santri
2 buah
10.
Kantin
2 buah
11.
Pusat kesehatan pesantren
1 buah
12.
Koperasi simpan pinjam
1 buah
13.
Ruang tamu
2 buah
Sumber : Pondok Pesantren Pancasila
10. Jumlah Santri 76
MTs, SMK
Jumlah santri berdasarkan kelas
Tabel 3.5 Jumlah santri pondok pesantren Pancasila berdasarkan kelas tahun ajaran 2011/2012
Banyak Santri No.
Jumlah
Kelas Laki-laki
Perempuan
santri
1
SP IA
6
9
15
2
SP IB
6
7
13
3
SP II
21
9
30
4
Jurumiyah
15
9
24
5
Imriti
10
10
20
6
Alfiyah Awal
4
2
6
7
Mantiq
4
0
4
66
46
112
Jumlah Sumber : Pondok Pesantren Pancasila
Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa jumlah santri di Pondok Pesantren Pancasila tahun 2012 sebanyak 112 santri (terdiri dari 65 santri putra dan 46 santri putri).
11. Nama-nama Asrama Santri Putra/Putri 77
Tabel 3.6 Nama-nama Asrama Putra/Putri Pondok Pesantren Pancasila Tahun 2012
No
Asrama Putra
Asrama Putri
1
Abu Nawas
Aisyah
2
Kalijaga
Khotijah
3
Demokrasi
Aminah Zahro
4
Firdaus
Robiah Adawiyah
5
Jaka Tingkir
Nurjanah
6
Jaka Tarub
7
Pengurus
Sumber : Pondok Pesantren Pancasila
12. Jenis-jenis Pengembangan Program Pendidikan Adapun jenis-jenis pengembangan tersebut tediri atas (wawancara, Hafid:2012): a. Jenis-jenis Program Pendidikan di Pondok Pesantren Pancasila 1) Jenis Pendidikan Formal a) MTs Pancasila b) SMK Elektro Pancasila 2) Jenis Pendidikan Nonformal a) Madrasah Diniyah ula b) Madrasah Diniyah wustha c) Madrasah Diniyah ulya 78
d) TPA b. Jenis-jenis Pengajian 1)
Bandongan
2)
Sorogan
3)
Pengajian Umum
4)
Muhafadah (hafalan)
5)
Bathsul Masail
c. Orientasi Kurikulum yang Ada di Pondok Pondok Pesantren Pancasila: 1) Fiqih 2) Tafsir Al- Quran/Jalalain 3) Nahwu Sharf 4) Akhlak Tasauf 5) Aqaid 6) Tarikh (sejarah islam) 7) Hadis 8) Tajwid d. Jenis-jenis Materi Tambahan Materi tambahan di Pondok Pesantren Pancasila antara (wawancara, Abdul:2012): 1) Jenis Keterampilan a) Keterampilan usaha koperasi b) Praktek wirausaha 79
lain
c) Bangunan d) Pertukangan 2) Kegiatan Olahraga Kegiatan olahraga di Pondok Pesantren Pancasila antara lain adalah olahraga: a) tenis meja b) bela diri/silat c) futsal d) voli 3) Kegiatan Ekstra a) Tilawatil al-quran b) Seni musik rebana c) Keorganisasian 4) Kegiatan Rutin Malam Jumat a) tahlil b) diba’ c) barjanji d) salat hajat 5) Kegiatan Rutin Hari Jumat Simaan Al-quran Kegiatan ini khusus bagi santri putri (salah satu membaca dan yang lainnya menyimak, setiap simaan menyelesaikan tiga juz). 6) Rutinitas Bulanan 80
a) Mujahadah sughro b) Mujahadah kubro c) Musyawarah sughro d) Musyawarah kubro e) Bathsul masail sughro 7) Rutinitas Tahunan a) Akhirussanah dan khotmil quran (akhir bulan sya‟ban) b) Kilatan (setiap bulan ramadhan) c) Bathsul masail kubro (setiap bulan rabiul awal) d)
Muhajadah kubro
dan pertemuan wali santri (setiap 1
muharram). B. Temuan Penelitian 1. Pola Relasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren Pancasila Ketaatan Santri atas Kepemimpinan Kyai a. Ketika Melaksanakan Perintah Kyai Santri ketika melaksanakan perintah dari kyai yaitu para santri langsung melaksanakannya, dengan perasaan ikhlas, sungguh-sungguh dan tanggung jawab dan ada beberapa santri yang menyatakan „terkadang terbesit perasaan mangkel (jengkel)‟. Dengan kata lain santri selalu taat kepada kyai walaupun dengan perasaan yang tidak ikhlas. Yang mana perasaan tidak ikhlas itu muncul dikala perintah yang diberikan dirasa berat. b. Ketika Melaksanakan Nasehat dari Kyai 81
Santri ketika melaksanakan nasehat dari kyai adalah dilakukan dengan rasa tanggung jawab, sungguh-sungguh, senang karena merasa diperhatikan. Santri selalu melaksanakan nasehatnasehat dari kyai walaupun santri tersebut terkadang tidak tahu apa manfaat dari nasehat tersebut. Ada pun nasehat-nasehat tersebut santri jadikan motivasi atau pun penyemangat. Karena, nasehat kyai adalah yang terbaik untuk santrinya. c. Ketika Menerima Hukuman dari Kyai Santri
ketika menerima hukuman dari
kyai,
yaitu
tergantung dari masing-masing pribadi. Yang setelah peneliti simpulkan adalah santri menerimanya dengan lapang dada, perasaan sabar, ikhlas. Karena, hukuman itu merupakan timbal balik dari kesalahan yang telah dilakukan dan hukuman juga merupakan sebuah pembelajaran mental. d. Makna Hukuman bagi Santri Makna hukuman bagi santri di Pondok Pesantren Pancasila 1) Sebagai bentuk perhatian dari kyai. 2) Sebagai peringatan/intropeksi diri agar tidak mengulangi lagi. 3) Sebagi motivasi untuk menjadi lebih baik. 4) Sebagi bentuk pembelajaran mental, agar dapat berfikir lebih dewasa.
e. Ketika Melaksanakan Tata Tertib 82
Dalam sebuah pondok pesantren tata tertib merupakan tombak keteraturan sebuah pondok pesantren. Ada pun dalam Pondok Pesantren Pancasila tata tertib yang berlaku sangat beragam, mulai dari hal yang sepele hingga hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan pribadi santri seperti bangun tidur, salat berjama‟ah, mengaji dan lain sebagainya. Ada pun santri dalam melaksanakan tata tertib dari kyai sangat berhubungan erat dengan taat tidaknya santri tersebut kepada kyai. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan pun ada golongan santri yang taat, ada golongan santri yang tidak akrab, serta ada yang berada di antara keduanya terkadang taat dan terkadang tidak taat. Hal tersebut dapat terlihat ketika para santri berhubungan dengan kyai dalam kegiatan bandongan atau pun kerja bakti dan kegiatan lainnya, fakta yang terlihat sebagian santri taat kepada kyai dengan melakukan apa yang diperintahkan kyai sebagian lainnya menunjukkan ketidaktaannya dengan tidak melakukan
hal yang seharusnya atau pun tetap melaksanakan
perintah namun tidak secara sempurna dan setelah itu membicaraka hal-hal negatif kyai di lain tempat dan waktu. Ada pun informan ketika melaksanakan tata tertib dari kyai adalah dengan rasa tanggung jawab, rasa ikhlas, melaksanakan tata tertib apa pun walaupun tata tertib itu berat. Namun, ada beberapa santri yang tidak bertanggung jawab yakni melalaikan tata tertib 83
yang seharusnya dijalankan. Dan ada juga santri yang berada di antara keduanya, yakni melaksanakan tata tertib dengan tanggung jawab dan ada tata tertib tertentu (tata tertib yang berkadar sulit) yang sengaja tidak dilaksanakan. Dan ada pula santri yang hanya melaksanakan tata tertib yang ringan-ringan saja, dan kebanyakan santri tersebut melanggar tata tertib yang ada. f. Makna Tata Tertib bagi Santri Ada pun makna tata tertib bagi santri dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sebagai bentuk arahan atau penuntun santri agar berada dalam jalan yang lurus, memiliki aturan hidup. 2) Sebagai fasilitas atau penunjang pembelajaran santri (program pondok). 3) Sebagai
pengembangan
mental-terutama
yang
berkaitan
dengan kedisiplinan, belajar mandiri dan bertanggung jawab. B. Persepsi Santri Terhadap Kepemimpinan Kyai 1. Kepemimpinan Jawaban informan atas definisi kepemimpinan adalah sangat beragam namun, banyak informan yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan atau keahlian untuk mengatur orang-orang di bawahnya. Informan lain berpendapat bahwa kepemimpinan yaitu suatu hal untuk membuat
84
suatu kelompok patuh terhadap yang memimpin. Yang mana hal tersebut dilakukan demi tercapinya cita-cita tertentu. 2. Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila Jawaban informan atas kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila itu sangat tegas, perhatian, bijaksana. Maksudnya tegas di sisni adalah tegas dalam menghadapi para santri-santrinya, tegas dalam menegakkan peraturan, tegas dalam memberi hukuman, tegas dalam bersikap dan mengambil keputusan sehingga ada kesan karismatik yang terlihat. Selanjutnya perhatian, yang dimaksud perhatian di sini adalah kyai tanggap terhadap sekitar baik itu para santri-santrinya ataupun terhadap lingkungan sekitar, baik itu yang berhubungan dengan santri, masyarakat sekitar atau pun lingkungan fisik pondok. Adapun yang dimaksud bijaksana sendiri apabila disimpulkan yaitu merupakan sebuah sifat yang mengayomi para santri. Ada pula informan yang menilai kepemimpinan kyai di pondok pesantren ini adalah pintar berpolitik. Hal ini terlihat dari keikutsertaan beliau dalam partai politik dan gagasannya yang luas membuat para elit politik turut bersimpati dan terkadang sowan ke pondok untuk meminta bantuan atau pun sekedar ber-silaturahim.
85
3. Ciri Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila Jawaban informan atas ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila sangat beragam yang mana dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Tegas (tak kenal ampun jika ada santri yang tidak tertib) 2) Perhatian 3) Berwibawa, sederhana, konsisten, selalu memberi dukungan 4) Wawasannya luas, cerdas, pintar berpolitik 4. Kepemimpinan Kyai Sangat Penting Banyak informan berpendapat bahwa kepemimpinan kyai itu „sangat penting‟ walaupun ada dua informan yang menyatakan „penting‟ namun, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kyai itu „sangat penting‟. Ada pun alasan informan menyatakan hal tersebut karena apabila suatu tempat tidak terjalin suatu kepemimpinan maka, tempat tersebut akan kacau balau. Dan kepemimpinan dari seorang kyai sangat penting bagi pondok pesantrennya sendiri, apakah mau maju atau tidak, berkualitas atau tidak, itu semua adalah dari kyai itu sendiri.”
86
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pola Relasi Kyai dan Santri di Pondok Pesantren PancasilaKetaatan Santri atas Kepemimpinan Kyai Hubungan kyai dan santri yang diwarnai kepercayaan, wibawa, dan karisma tersebut merupakan nilai-nilai tradisi yang terdapat di pesantren. Nilai-nilai yang terdapat di pesantren menurut Sukamto (1999:79) mengandung tiga unsur yang mengarah kepada terbentuknya hubungan
patron-client:
pertama,
hubungan
patron-client
mendasarkan diri pada pertukaran yang tidak seimbang, yang mencerminkan perbedaan status. Seorang client (santri), menerima banyak jasa dari patron (kyai) sehingga client terikat dan tergantung kepada patron. Kedua, hubungan patron-client bersifat personal. Pola resiprositas yang personal antara kyai dan santri menciptakan rasa kepercayaan dan ketergantungan di dalam mekanisme hubungan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari budaya penghormatan santri ke kyai yang cenderung bersifat kultus individu. Ketiga, hubungan patron tersebar menyeluruh, fleksibel dan tanpa batas kurun waktunya. Hal ini dimungkinkan karena asosialisasi nilai ketika menjadi santri berjalan bertahun-tahun. Hubungan patron-client ini menempatkan kyai pada kedudukan yang tinggi, berpengaruh, dan berwibawa di hadapan santri. Kaitannya 87
dengan relasi kyai dan santri, seorang santri seharusnya taat terhadap kyai. Yang mana sikap taat kepada kyai atau pemimpin agama ini merupakan implementasi dari kehendak Al- Quran yaitu QS. An-Nisa ayat 59:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” 1. Ketika Melaksanakan Perintah Kyai Santri ketika melaksanakan perintah dari kyai yaitu para santri langsung melaksanakannya, dengan perasaan ikhlas, sungguh-sungguh dan tanggung jawab yang mana dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut: a. “Hah?! harus dilakukan...dilaksanakan sesegera mungkin, dengan rasa... tanggung jawab dan ikhlas pokoknya,” (wawancara, ASN:13). b. “Laksanakanlah dengan senang hati, ikhlas, tapi kalau hati lagi tak karuan, kadang bisa buat hati tak tenang,” (wawancara:UF halaman 15). c. “Kalau menurut saya sendiri, ya...kita melaksanakan dengan sungguh-sungguh didasari dengan rasa ikhlas. Dan yang disini yang menjadi panutan adalah Pak Kyai jadi, ya kita harus 88
patuh, menurut dengan Pak Kyai atau yang menjadi tata peraturan di pondok ini,” (wawancara:SRL halaman 21). d. “Melaksanakan perintah dari kyai? Kalau saya pribadi, akan saya laksanakan langsung dengan penuh tanggung jawab, dan sungguh-sungguh. Dan tentunya itu semua ya... saya usahakan untuk ikhlas,” (wawancara:MLD halaman 23). e. “Melaksanakan perintahnya, saya jalankan sebisa mungkin dan penuh
keikhlasan.
Oh
ya,
satu
lagi,
dengan
penuh
tanggungjawab pastinya,” (wawancara:FD halaman 32). f. “Ya...saya laksanakan dengan ikhlas to yo. Pokoknya selagi saya mampu akan saya laksanakan,” (wawancara:PTU halaman 37). g. “Pada menit-menit pertama ini para santri terlihat antusias dan khidmat,” “Santri masih mengikuti dengan cermat terjemahan dari kyai itu, dan mereka mencatatnya pada kitabnya, yaitu di bawah kata-kata yang diterjemahkan tersebut diberi arti (maknani/ngesahi),”
dan
“Santri-santri
masih
mengikuti
dengan cermat,” (observasi:halaman 3). Dan santri yang menyatakan „terkadang terbesit perasaan mangkel “Hm...bagi saya kalau melaksanakan perintah darai kyai, ya...harus ikhlas, kadang-kadang tidak seh. Walupun agak mangkel gimana gitu,” (wawancara: SMA halaman 27).
89
Dengan kata lain santri selalu taat kepada kyai walaupun dengan perasaan yang tidak ikhlas. Yang mana perasaan tidak ikhlas itu muncul dikala perintah yang diberikan dirasa memaksa. Yang mana berdasar atas wawancara:IAM halaman 8. “Ya, biasanya saya lakukan dengan perasaan ikhlas dengan hati tapi, banyak jengkelnya karena perintahnya sukanya memaksa.” Ataupun karena kehadiran langsung Kyai untuk mengawasi santrinya tatkala santri tersebut menjalankan perintah sang kyai hal tersebut sesuai dengan hasil observasi:halaman 2, yang berbunyi: “Santri putra bekerja dengan sungguh-sungguh di bawah pengawasan Pak Kyai, “Pukul 18:30 kerja bakti kembali di mulai, santri-santri bekerja giat dan sungguh-sungguh yang mana hal tersebut dikarenakan turut sertanya Pak Kyai.” Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah sama-sama memberi pengaruh dan akibat. Sang kyai sebagai pemimpin memiliki pengaruh yang sangat besar bagi para santrinya, salah satu implikasi dari pemberian pengaruh adalah berupa perintah dan santri karena posisi kyai yang selalu dihargai, dihormati dan dijunjung tinggi mengakibatkan para santri melaksanakan apa yang diperintah walaupun dalam keadaan terpaksa. Dengan kata lain para santri taat terhadap sesuatu yang diperintahkan oleh kyai. 90
2. Ketika Melaksanakan Nasehat dari Kyai Santri ketika melaksanakan nasehat dari kyai dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut: a. Dilakukan dengan sepenuh hati, “Hm...apa yah dengan sepenuh hati, agar tidak mengecewakan,” (wawancara:RDJ halaman 6). b. Langsung dilaksanakan “Kalau saya, selagi saya mampu, nasehat itu ya, langsung saya laksanakan. karena, saya percaya bahwa apa pun yang beliau nasehatkan itu pasti demi kebaikan. Agar di kemudian hari sukses dunia akherat,” (wawancara: BFF halaman 46). c. Dilaksanakan secara bertahap yang mana dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut: 1) “Dilakukan secara perlahan atau sediki demi sedikit karena, tidak mungkin langsung dilakukan semua sekaligus,” (wawancara:TPK halaman 10). 2) “Didengarkan dengan baik, dilakukan secara bertahap dari yang mudah sampai yang sulit, tak mungkin bisa melakukan semuanya secara langsung,” (wawancara:HOA halaman 19). 3) “Hm...nasehat-nasehat itu saya lakukan dengan pelan-pelan. Ya...alon-alon asal kelakon. Itu pun kalau nasehat itu cocok sama diri saya,” (wawancara:TPNG halaman 35).
91
d. Dilakukan dengan sungguh-sungguh, sabar dan ikhlas yang mana dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut: 1) “Ya...didengar dengan baik-baik, dihayati dan dilaksanakn dengan ikhlas,” (wawancara:ASN halaman 13). 2) “Kalau saya, melaksanakan apa yang menjadi perintahnya, ya, meskipun tidak ikhlas seratus persen. Kadang kan ya, kita misalkan dinasehati Pak Kyai, kalau kita tidak hm...sejalan mungkin hati kita ya, agak sedikit tidak ikhlas. Tapi, kadang sebisa mungkin kita laksanakan dengan sungguh-sungguh, sabar dan ikhlas,” (wawancara:SRL halaman 21). 3) “Cara melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai, ya... saya, laksanakan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati dan rasa senang. Ya, rasanya itu kalo dinasehati seperti gimana ya... karena saya merasa itu adalah bentuk perhatian dari beliau, ya... itu menandakan bahwa beliau sangat memikirkan santri-santrinya dan ingin yang terbaik untuk santrisantrinya,” (wawancara:MLD halaman 24). e. Santri selalu melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai apapun itu (wawancara:FD halaman 32) walaupun santri tersebut terkadang tidak paham dengan nasehat yang diberikan tersebut (wawancara:PTU halaman 37). Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah: 92
Sama sama memberi pengaruh dan akibat. Yang mana hal tersebut dapat dianalisis dari kyai-karena pengaruhnya yang besar bagi santri, maka santri pun melakukan suatu hal yang merupakan implikasi atau akibat dari posisi kyai yang sangat berpengaruh tersebut. Taat kepada ulil amri atau pemimpin (santri taat kepada kyai). 3. Ketika Menerima Hukuman dari Kyai Santri ketika menerima hukuman dari kyai, yaitu santri menerimanya dengan lapang dada, perasaan sabar, ikhlas, yang mana dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut: a. “Jika memang kita benar-benar salah, terimalah hukuman itu dengan ikhlas, jika kita menerima dengan ikhlas, itu merupakan suatu tanggung jawab apa yang telah kita perbuat,” (wawancara:UF halaman 16). b. “Kalau menerima hukuman dari kyai, ya... saya terima dengan lapang dada, sabar, dan ya... ber-husnudzon aja. Karena jika ada hukuman pasti ada kesalahan yang telah dilakukan, jadi hukuman itu memang perlu,” (wawancara:MLD halaman 24). c. “Menerima hukuman, saya terima dengan... nerimo dan sebagai peringatan untuk mengintropeksi diri saya.” (wawancara:FD halaman 33). d. “Hukuman, ya...saya terima lah, karena, pastinya nek saya dihukum itu karena saya punya kesalahan. Ya..fear gitu lah. 93
Berani
berbuat,
ya...berani
bertangungjawab.”
(wawancara:PTU halaan 38). e. “Dalam menerima hukuman dari kyai, saya terima dengan lapang
dada
ya...
walau
terkadang
masih
suka
membicarakannya di belakang jika, hukuman itu terlalu berat,” (wawancara:KHZ halaman 40). f. “Kalau menerima hukuman, ya... dengan lapang dada, ikhlas, pokoknya diterima tanpa rasa dendam lah. Soalnya kalau ada hukuman pasti ada kesalahan, ya... itu semua seperti yang pernah dikatakan beliau bahwa „hidup itu adalah timbal balik dari semua perbuatan kita‟ kalau kita baik maka dapat ganjaran yang baik pula, dan sebaliknya jika kita jahat atau salah kita juga
akan
diganjar
dengan
sesuatu
yang
setimpal,”
(wawancara:BFF halaman 46). Dan ada pula yang menerima hukuman dengan berat hati, yang mana dapat terlihat dari hasil wawancara sebagai berikut: a. “Ikhlas, walaupun sedikit mbatek,” (wawancara:TPK halaman 11). b. “Hm... kalo aku sih, menerima apa adanya! Ya...walaupun agak mbatek sitik. Ya...its never mind,” (wawancara:ASN halaman 13). c. “Hm...kalau saya, saya ikhlas saja, walaupun sebenarnya kadang keberatan,” (wawancara:TPNG halaman 35). 94
Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah sama-sama memberi pengaruh dan akibat. Sang kyai sebagai pemimpin memiliki pengaruh yang sangat besar bagi para santrinya, salah satu kewenangan pemimpin adalah berupa pemberian hukuman dan santri karena posisi kyai yang selalu dihargai, dihormati dan dijunjung tinggi mengakibatkan para santri melaksanakan apa yang telah menjadi keputusan kyai, termasuk keputusan dalam pemberian hukuman. Dengan kata lain para santri taat terhadap ulil amri (keputusan kyai), yang salah satunya adalah taat dengan keputusan kyai dalam memberikan hukuman. 4. Makna Hukuman bagi Santri Makna hukuman bagi santri di Pondok Pesantren Pancasila a. Sebagai pelajaran: 1) “Ya, bisa untuk menjadi pelajaran yang banyak,” (wawancara:IAM halaman 9). 2) “Pelajaran sekaligus pengalaman untuk kenang-kenangan setelah pulang,” (wawancara:TPK halaman 11). b. Sebagai tanda sayang dari kyai: “Makna hukuman dari kyai bagi saya, adalah sebagai proses pembelajaran untuk kita, dan itu juga merupakan tanda sayang kyai kepada santrinya,” (wawancara:AZM halaman 43). c. Sebagai peringatan/intropeksi diri agar tidak mengulangi lagi:
95
1) “Makna hukuman? Bagi pribadi saya makna hukuman itu merupakan peringatan agar tidak mengulanginya lagi, dan juga tentunya sebagai balasan satu bentuk...dari hm...salah satu bentuk dari pembelajaran, ya, pembelajaran mental, dan pastinya juga merupakan motivasi untuk menjadi lebih baik dan sebagai bentuk seperti...hm...seperti apa itu namanya? Hm... oh ya...sebagai bentuk untuk meng-intropeksi, ya, mengintropeksi diri sendiri atas apa yang telah kita perbuat,” (wawancara: MLD halaman 24). 2) “... bagi saya adalah sebagi teguran agar saya gak mengulanginya lagi,” (wawancara:FD halaman 33). 3) “Makna hukuman bagi saya, hm...sebagai peringatan. Peringatan
untuk
kembali
ke
jalan
yang
lurus,”
(wawancara:TPNG halaman 35). 4) “Makna hukuman... sebagai teguran saja, gen ora mbaleni mene.” (wawancara:PTU halaman 38). 5) “Makna hukuman dari Kyai... ya... sebagai teguran biar kita bisa mengoreksi kesalahan kita, dan juga agar tidak mengulanginya lagi. Jadi, agar hidup kita itu ada... ada aturannya, gag seenaknya sendiri Mba,” (wawancara:BFF halaman 46).
96
d. Sebagi motivasi untuk menjadi lebih baik: 1) “Hm...bagi saya itu untuk memotivasi, beliau manasehati secara tidak langsung agar kita berpikir bahwa yang kita lakukan itu salah atau benar,” (wawancara:RDJ halaman 6). 2) “... merupakan motivasi untuk menjadi lebih baik dan sebagai bentuk seperti...hm...seperti apa itu namanya? Hm... oh ya...sebagai bentuk untuk meng-intro-peksi, ya, mengintropeksi diri sendiri atas apa yang telah kita perbuat,” (wawancara:MLD halaman 24). e. Sebagi bentuk pembelajaran, agar dapat berfikir lebih dewasa: “Bagi saya, hm...bagi saya makna hukuman itu sebagai proses pembelajaran, agar kita dapat berpikir lebih dewasa.” (wawancara:KHZ halaman 40). Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah sama-sama memberi pengaruh dan akibat, bahkan kemudian interaksi dua pihak itu membuahkan hasil yang lain dari bentuk ke-2 tindakan dua pihak tersebut. 5. Ketika Melaksanakan Tata Tertib Dalam sebuah pondok pesantren tata tertib merupakan tombak keteraturan sebuah pondok pesantren. Ada pun dalam Pondok Pesantren Pancasila tata tertib yang berlaku sangat beragam, mulai dari hal yang sepele hingga hal-hal yang berkaitan
97
dengan pengembangan pribadi santri seperti bangun tidur, salat berjama‟ah, mengaji dan lain sebagainya. Ada pun santri dalam melaksanakan tata tertib dari kyai sangat berhubungan erat dengan taat tidaknya santri tersebut kepada kyai. Dalam pengamatan yang peneliti lakukan pun ada golongan santri yang taat, ada golongan santri yang tidak akrab, serta ada yang berada di antara keduanya terkadang taat dan terkadang tidak taat. Hal tersebut dapat terlihat ketika para santri berhubungan dengan kyai dalam kegiatan kerja bakti, fakta yang terlihat sebagian santri taat kepada kyai dengan melakukan apa yang diperintahkan kyai sebagian lainnya menunjukkan ketidaktaannya dengan tidak melakukan
hal yang seharusnya atau pun tetap
melaksanakan perintah namun tidak secara sempurna dan setelah itu membicaraka hal-hal negatif kyai di lain tempat dan waktu (observasi:halaman 1): “Santri putra bekerja dengan sungguh-sungguh di bawah pengawasan Pak Kyai... Ketika siang menjelang, waktu isoma (Istirahat, makan dan salat) pun tiba. Para santri berkumpul di sebuah ruangan (laboratorium IPA MTs) untuk menyantap soto kreasi kerja bakti santri putri. Di sudut-sudut ruangan mereka berkumpul, sebagian ada yang mengaluh capek dan sebagian ada yang mengeluh kurang bebas karena, diawasi sepanjang hari. Pukul 13:30 kerja bakti dimulai lagi. Namun, kali ini tanpa adanya pengawasan dari Pak Kyai. Santri bekerja semaunya (santai dan sambil bercanda), dengan kata lain keadaan berlangsung cair tatkala Pak Kyai tidak turut serta... Pukul 18:30 kerja bakti kembali di mulai, santri-santri bekerja giat dan sungguh-sungguh 98
yang mana hal tersebut dikarenakan turut sertanya Pak Kyai. Terlihat ada yang sungguh-sungguh mengangkut semen, ada yang antusias membuat adonan semen, ada yang dengan semangat melakukan pengecoran namun, terlihat juga wajah-wajah muram. Dan dapat dibuktikan pula ketika para santri berhubungan dengan kyai dalam kegiatan bandongan (observasi pada halaman3-4: “Pada menit-menit pertama ini para santri terlihat antusias dan khidmat,” “Santri masih mengikuti dengan cermat terjemahan dari kyai itu, dan mereka mencatatnya pada kitabnya, yaitu di bawah kata-kata yang diterjemahkan tersebut diberi arti (maknani/ngesahi),” dan “Santri-santri masih mengikuti dengan cermat.” Dan ada beberapa santri yang tidak taat kepada kyai, yang dibuktikan dari fakta yang menyatakan “Ada beberapa santri yang tidak memberikan makna pada kitab yang tengah di ulas tersebut,” “Ada beberapa santri yang berkirim pesan melalui sobekan kertas,” “Di bagian belakang ada yang tertunduk karena asyik membaca komik”, dan pernyataan “Ada pula santri yang tertidur”. Namun, ketidaktaan tersebut, tidak diperlihatkan kepada kyai hal ini dapat kita buktikan dari pernyataan terakhir “Tidak terdengar suara-suara gaduh”. Atau dapat diartikan santri memiliki rasa takut terhadap kyai sehingga ketidaktaatan tersebut tidak diperlihatkan.
Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah sama-sama memberi pengaruh dan akibat. Sang kyai sebagai pemimpin memiliki pengaruh yang sangat besar bagi para santrinya, salah satu pengaruh dan bentuk dari perhatian kyai adalah berupa adanya tata tertib, dan santri karena posisi kyai yang selalu dihargai, dihormati dan dijunjung tinggi mengakibatkan para santri melaksanakan apa yang diperintahkan kyai, termasuk tata tertib yang tidak lain merupakan salah satu bentuk dari perhatian 99
kyai kepada santrinya. Santri taat kepada kyai dengan melakukan apa yang diperintahkan kyai sebagian lainnya menunjukkan ketidaktaannya dengan tidak melakukan hal yang seharusnya atau pun tetap melaksanakan perintah namun tidak secara sempurna dan setelah itu membicaraka hal-hal negatif kyai di lain tempat dan waktu Dengan kata lain para santri taat terhadap ulil amri (kyai), yang salah satunya adalah taat menjalankan atau bersedia melaksanakan tata tertib yang ada walaupun dalam keadaan terpaksa. 6. Makna Tata Tertib bagi Santri Ada pun makna tata tertib bagi santri dapat disimpulkan sebagai berikut: b. Sebagai bentuk arahan atau penuntun santri agar berada dalam jalan yang lurus, memiliki aturan hidup: 1) “Agar bisa hidup teratur, dan juga merupakan suatu kebiasaan yang dilaksanakan dalam tata tertib dan memiliki arah tujuan yang benar dan lurus,” (wawancara: UF halaman 16). 2) “Makna tata tertib....bagi saya maknanya adalah sebuah lampu merah untuk berhenti ketika ada sesuatu hal. Tapi yang lebih benarnya tata tertib itu merupakan aturan hidup,” (wawancara:TPNG halaman 35).
100
3) “Makna tata tertib,maknanya itu sebagai pembatas, ono aturane, gen ra sekarepe dewe,” (wawancara:PTU halaman 38). 4) “Makna tata tertib itu adalah bermakna...ya sebagai pembelajaran pula. Agar hidup kita tidak seenaknya sendiri atau kata lain punya aturan lah,” (wawancara:KHZ halaman 40). c. Sebagai fasilitas atau penunjang pembelajaran santri/program pondok: “Makna tata tertib, bagi saya adalah sebagai fasilitas untuk
melaksanakan
program
pondok,”
(wawancara:FD
halaman 33). 1) Sebagai pengembangan mental-terutama yang berkaitan dengan kedisiplinan, belajar mandiri dan bertanggung jawab: (wawancara:TPK halaman 11). 2) “Kalo aku sih, untuk mengatur santrinya agar tertib dalam segala hal. Karena itu juga bagian dari kepemimpinan,” (wawancara:ASN halaman 13). 3) “Makna dari suatu tata tertib dari kyai, bagiku adalah suatu hal yang sangat baik untuk diri kita karena, Pak Kyai mengadakan tata tertib agar kita disiplin. Jadi, semua kembali kepada kita juga to,” (wawancara:HOA halaman 19).
101
4) “Hm makna tata tertib dari kyai bagi pribadi saya, ya, adalah sebagai pembelajaran agar kita kelak bisa hidup disiplin dan dapat hidup teratur tentunya. Ya, yang pasti dengan adanya tata tertib dapat melatih kita untuk hidup dengan teratur, dapat mengatur waktu. Intinya ya... itu semua adalah bagian dari pembelajaran yang pastinya semua
itu
ada
gunanya
di
kemudian
hari,”
(wawancara:MLD halaman 25). 5) “Makna tata tertib bagi pribadi saya adalah sebagai pembiasaan atau kedisiplinan, dan sejenis uji ketahanan mental,
melatih
kesabaran,
ketulusan
dalam
melaksanakannya,” (wawancara:AZM halaman 43). 6) “Makna tata tertib... kalau saya maknanya itu, agar hidup kita tidak seenaknya sendiri, terus disiplin, mental juga tertata,” (wawancara:BFF halaman 46). Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah sama-sama memberi pengaruh dan akibat, bahkan kemudian interaksi dua pihak itu membuahkan hasil yang lain dari bentuk ke-2 tindakan dua pihak tersebut.
102
B. Persepsi Santri Terhadap Kepemimpinan Kyai 1. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah suatu proses ketika seseorang memimpin
(directs),
membimbing
(guides),
memengaruhi
(influences) atau mengontrol (controls) pikiran, perasaan, atau tingkah laku orang lain (Kayo, 2005:7). Jawaban informan atas definisi kepemimpinan adalah sangat beragam namun, banyak informan yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan adalah kemampuan atau keahlian untuk mengatur orang-orang di bawahnya, agar yang dipimpinnya sejahtera. Yang mana hal tersebut dilakukan demi tercapinya cita-cita tertentu: a. “Kepemimpinan...menurut saya kepemimpinan itu adalah hm...kemampuan
memimpin,
mengatur
orang-orang
di
bawahnya dan seorang pemimpin itu harus memiliki jiwa kepemimpinan,” (wawancara:RDJ halaman 5). b. “Kemampuan seorang pemimpin untuk memimpin orang-orang yang dipimpin, agar dapat mencapai suatu tujuan, angan-angan yang akan ditiju,” (wawancara:UF halaman 15). c.
“Kepemimpinan yaitu suatu hal yang sangat penting untuk membuat suatu kelompok patuh terhadap yang memimpin dan apabila suatu kepemimpinan tidak ada. Maka, kelompok tersebut akan terpecah belah. So, kepemimpinan adalah suatu 103
hal yang sangat baik dan sangat penting untuk pemimpin dan yang dipimpin,” (wawancara:HOA halaman 18). d. “Kepemimpinan? apa ya mba ya? Oh ya, mungkin seperti keahlian
memimpin,
memerintah
orang-orang
yang
dipimpinnya, gitu ya mba ya?” (wawancara:FD halaman 32). e. “Hm...bagi
saya,
hm...maksudnya
kepemimpinan
suatu
itu,
adalah
kemampuan untuk
sebuah,
mengarahkan,
mengatur orang lain, memberi perintah untuk melakukan halhal tertentu, melarang sesuatu, dan yang jelas pemimpin itu dilayani dan melayani,” TPNG halaman 34, KHZ halaman 39). f. “Ya..., yang dinamakan kepemimpinan ya...suatu tugas bagi seorang pemimpin untuk membuat yang dipimpin menjadi sejahtera atau pun beradab.” (wawancara:IAM halaman 8). g. “Kepemimpinan yaitu, ya, suatu proses atau cara individu atau kelompok memimpin suatu individu lain atau kelompok lain agar
tercipta
Contohnya
ketertiban,
keamanan
pemerintah
dan
kesejahteraan.
memimpin
rakyatnya,”
(wawancara:ASN halaman 12). Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah sama-sama memberikan inti dari pengertian kepemimpinan yaitu kemampuan pemimpin untuk memengaruhi orang lain. 2. Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila
104
Gaya kepemimpinan yang diterapkan kyai dalam sebuah pondok pesantren biasanya adalah gaya kepemimpinan karismatik hal tersebut karena, gaya kepemimpinan karismatik merupakan gaya “...kepemimpinan yang bernuansa moral karena pada umumnya, bermuara pada otoritas keulamaan dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi, pengelolaan yang hati-hati dalam hubungan-hubungan personal dengan anggota-anggota masyarakat
muslim,
serta
pembinaan
reputasi
individual
(berdasarkan kepada keteladanan moralitas yang mereka miliki),” (A‟la, 2006:24). Karakteriatiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang karismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi (Siagian, 2003:37). Bahwa seorang kyai, hakekatnya memiliki banyak santri atau dalam pernyataan diatas disebut dengan „pengikut‟, kemudian dipercaya baik oleh para santri ataupun masyarakat sekitarnya. Dalam hal kepemimpinannya seorang kyai memimpin dengan kepemimpinan yang bernuansa moral hal tersebut dapat terlihat dari niali-nilai keagamaan yang diajarkan kepada santri-santrinya begitu pula dalam masalah kedalaman ilmu yang tentunya sudah tidak diragukan lagi. 105
Jawaban informan atas kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila itu sangat tegas, perhatian, bijaksana. Maksudnya tegas di sisni adalah tegas dalam menghadapi para santri-santrinya, tegas dalam menegakkan peraturan, tegas dalam memberi hukuman, tegas dalam bersikap dan mengambil keputusan sehingga ada kesan karismatik yang terlihat: a. “Hm...yang saya lihat dari kepemimpinan kyai itu, beliau sangat
perhatian,
Pengalamannya
tegas,
itu
luas
disiplin....hm....apalagi banget,
keren
ya?
pokoknya,”
(wawacara:RDJ halaman 5). b. “Cukup berjalan dengan baik dan tertib ya, semua itu bisa terlihat dari kesehariannya Pak Yai, yang tegas terutama dengan peraturan pondok, dari kesederhanaan Pak Yai dalam... kehidupan
sehari-harinya-mulai
dari
cara
berpakaian,
sederhana, gag aneh-aneh malah jarang sekali berpenampilan ala kyai. Dan juga dari perhatiannya sama santri-santri, apalagi sama santri yang masih kecil dan masih baru-Pak Yai itu selalu memberi semangat, pokoknya gitu...,” (wawancara:ASN halaman 12). c. “Tegas, bijaksana, tanggung jawab, kepemimpinan kyai di ponpes Pancasila, sangatlah berbeda dari yang lain. Karena, 106
menurut saya ya! Kyai di sini banyak berpolitiknya, tetapi hati dan jiwanya tetap sebagai kyai,” (wawancara:UF halaman 15). d. “Sangat baik, Abah (Pak Kyai) pantas untuk diacungi jempol. Raise your thumb for Abah, Key...dan juga meskipun tegas tapi Abah
terlalu
keras
untuk
mendidik
santrinya,”
(wawancara:HOA halaman 18). e. “Kepemimpinan yang saya liat di pondok pesantren ini adalah ya...dari keseharian beliau yang sangat sederhana dan perhatian. Tanggap terhadap linkungan, Pak kyai gag gengsi buat ngebersihin pondok, dan yang paling menonjol adalah tegas,” (wawancara:FD halaman 32). f. “Hm ...kepemimpinan di ponpes ini, dapat dilihat dari segi sifatnya ya... beliau itu tegas, perhatian sama para santrinya, penyayang, dalam keseharian beliau itu.... sangat, sangat sederhana yang paling keliatan itu dari cara berpakaian, beliau itu sedaerhana-apa adanya, trus dari segi beliau bergaul, sama masyarakar sekitar itu gapyak, sama santri juga sebenarny akrab ya... dan dari segi berbicaraannya penuh motivasi Mba...,” (wawancara:TPNG halaman 34). g. Yang saya lihat dari kepemimpinan kyai di pondok ini, itu dapat kita lihat dari kesehariannya ya...beliau itu tegas, sederhana, perhatian, penyayang,” (wawancara:KHZ halaman 39). 107
h. Selanjutnya perhatian, yang dimaksud perhatian di sini adalah kyai tanggap terhadap sekitar baik itu para santri-santrinya ataupun
terhadap
lingkungan
sekitar,
baik
itu
yang
berhubungan dengan santri, masyarakat sekitar atau pun lingkungan fisik pondok (wawancara:MLD halaman 23). i. “Hm...yang saya lihat dari kepemimpinan kyai itu, beliau sangat
perhatian,
Pengalamannya
tegas,
itu
luas
disiplin....hm....apalagi banget,
keren
ya?
pokoknya,”
(wawancara:RDJ halaman 5). j. “Ya..., dari sifatnya, beliau itu menyenangkan, perhatian, tanggap, sama masyarakat gampang akrab, dan yang paling menonjol-beliau itu sederhana sekali, gag ada..., hm... gag ada kesan glamornya pasti,” (wawancara:IAM halaman 8). Ada pula informan yang menilai kepemimpinan kyai di pondok pesantren ini adalah pintar berpolitik. Hal ini terlihat dari keikutsertaan beliau dalam partai politik dan gagasannya yang luas membuat para elit politik turut bersimpati dan terkadang sowan ke pondok untuk meminta bantuan atau pun sekedar ber-silaturahim. Jika ditinjau lebih dalam maka ada kesan kekaguman santri terhadap kyai dari pernyataan/pendapat santri tersebut. Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah sama-sama menyatakan bahwa hakekatnya kepemimpinan kyai itu merupakan kepemimpinan yang karismatik karena dikagumi oleh 108
banyak pengikut (santri-santri). Kepemimpinan yang ada pun bernuansa moral karena pada umumnya, bermuara pada otoritas keulamaan dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi, pengelolaan yang hati-hati dalam hubungan-hubungan personal. Karakteriatiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut (santri). 3. Ciri-ciri Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Pancasila Gaya kepemimpinan yang diterapkan kyai dalam sebuah pondok pesantren biasanya adalah gaya kepemimpinan karismatik hal tersebut karena, gaya kepemimpinan karismatik merupakan gaya “...kepemimpinan yang bernuansa moral karena pada umumnya, bermuara pada otoritas keulamaan dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi, pengelolaan yang hati-hati dalam hubungan-hubungan personal dengan anggota-anggota masyarakat
muslim,
serta
pembinaan
reputasi
individual
(berdasarkan kepada keteladanan moralitas yang mereka miliki)” (A‟la, 2006:24). Karakteriatiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang karismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi (Siagian, 2003:37).
109
Bahwa seorang kyai, hakekatnya memiliki banyak santri atau dalam pernyataan diatas disebut dengan „pengikut‟, kemudian dipercaya baik oleh para santri ataupun masyarakat sekitarnya. Dalam hal kepemimpinannya seorang kyai memimpin dengan kepemimpinan yang bernuansa moral hal tersebut dapat terlihat dari nilai-nilai keagamaan yang diajarkan kepada santri-santrinya begitu pula dalam masalah kedalaman ilmu yang tentunya sudah tidak diragukan lagi. Jawaban informan atas ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila sangat beragam yang mana dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Tegas, perhatian: 1) “Hm...tegas ples galak, berwibawa, konsisten, selalu memberi dukungan, itu pasti. Ya....pasti,” (wawancara:RDJ halaman 5). 2) “Tegas..., bijak..., tak kenal ampun jika ada santri yang tidak tertib..., galak..., sederhana..., ketika marah seperti preman,” (wawancara:TPK halaman 10). 3) “Hm...perhatian sama santri-santrine, tanggung jawab banget, dan teges banget,pokoknya,” (wawancara:ASN halaman 12). 4) “Tegas, keras, bijak, sederhana, tak kenal lelah, galak, tak ada kata ampun jika ada santri yang menyeleweng dan 110
kalau marah sangat menakutkan. Tapi, semua itu dilakukan untuk diri kita yaitu mengatur moral kita agar tidak menjadi orang yang cengeng,” (wawancara:HOA halaman 18). 5) “Hm...menurut saya, Pak Kyai itu sangat perhatian dengan santri-santrinya, bertanggungjawab, suka mengetes mental santri, itu yang paling banyak, biasanya, suka mengetes mental santri satu persatu
misalnya, hubungan dengan
masyarakat atau orang-orang di sekitar pondok sangat akrab, baik, mungkin menurut saya seperti itu Mba,” (wawancara:SRL halaman 20). 6) “Ciri-ciri? hm...ciri-ciri kepemimpinan kyai di pondok ini ya,
beliau
sangat
bertanggungjawab, prinsipnya
kuat
perhatian tegas
dan
sama
sekali
sangat
santri-santrinya,
dalam
fokus
memimpin,
dengan
tujuan,
bertanggung jawab,” (wawancara:MLD halaman 23). 7) “Ya...sudah saya hm...sebutkan di depan tadi, dia bijaksana, hm...tegas, kalo dengan masyarakat dia sangat baik, akrab.” (wawancara:SMA halaman 28). 8) “Ciri-cirinya...? Pak Kyai itu pinter ngemong, perhatian, pandai, bergaul, tegas, dan yang paling mengagumkan adalah
Pak
Kyai
itu
(wawancara:FD halaman 32).
111
wawasannya
sangat
lua,”
9) “Hm... menurut saya, ya... tegas, bijak ya, perhatian, peduli sekitar, prinsipnya kuat, hm... pinter, hm... gag pinter deng Mba. Tapi... cerdas, ya... ilmu-ilmunya itu, jago banget, ya maksud saya disamping ilmu agama yang gag diragukan lagi, beliau juga ahli Bahasa Inggris dan lain-lainnya,” (wawancara:BFF haman 45). b. Berwibawa, sederhana, konsisten, selalu memberi dukungan: 1) “Hm...tegas ples galak, berwibawa, konsisten, selalu memberi dukungan, itu pasti. Ya....pasti,” (wawancara: IAM halaman 8). 2) “Tegas..., bijak..., tak kenal ampun jika ada santri yang tidak tertib..., galak..., sederhana..., ketika marah seperti preman,” (wawancara: TPK halaman 10). 3) “Hm...perhatian sama santri-santrine, tanggung jawab banget, dan teges banget,pokoknya,” (wawancara:ASN halaman 12). c. Wawasannya luas, cerdas, pintar berpolitik: 1) “Hm..
apa
yah..
hm..
menurut
saya..
ciri-ciri
kepemimpinan di pondok ini itu, perhatian terhadap santrisantrinya, pengalamannya luas, sama masyarakat itu akrab, hm.....maksudnya sama masyarakat sekitar itu akrab,” (wawancara:RDJ halaman 5).
112
2) “Ciri-ciri? hm...ciri-ciri kepemimpinan kyai di pondok ini ya,
beliau
sangat
bertanggungjawab, prinsipnya
kuat
perhatian tegas
sama
sekali
dan sangat
santri-santrinya,
dalam
memimpin,
fokus dengan tujuan,
bertanggung jawab,” (wawancara:MLD halaman 23). 3) “Ciri-ciri? hm...ciri-ciri kepemimpinan kyai di pondok ini ya,
beliau
sangat
bertanggungjawab, prinsipnya
kuat
perhatian tegas
sama
sekali
dan sangat
santri-santrinya,
dalam
memimpin,
fokus dengan tujuan,
bertanggung jawab,” (wawancara:FD halaman 32). Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah sama-sama menyatakan bahwa hakekatnya kepemimpinan kyai itu merupakan kepemimpinan yang karismatik. 4. Kepemimpinan Kyai Sangat Penting Gaya kepemimpinan yang diterapkan kyai dalam sebuah pondok pesantren biasanya adalah gaya kepemimpinan karismatik hal tersebut karena, gaya kepemimpinan karismatik merupakan gaya “...kepemimpinan yang bernuansa moral karena pada umumnya, bermuara pada otoritas keulamaan dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi, pengelolaan yang hati-hati dalam hubungan-hubungan personal dengan anggota-anggota masyarakat
muslim,
serta
pembinaan
reputasi
individual
(berdasarkan kepada keteladanan moralitas yang mereka miliki)” 113
(A‟la, 2006:24). Karakteriatiknya yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Tegasnya seorang karismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu itu dikagumi (Siagian, 2003:37). Bahwa seorang kyai, hakekatnya memiliki banyak santri atau dalam pernyataan diatas disebut dengan „pengikut‟, kemudian dipercaya baik oleh para santri ataupun masyarakat sekitarnya. Dalam hal kepemimpinannya seorang kyai memimpin dengan kepemimpinan yang bernuansa moral hal tersebut dapat terlihat dari niali-nilai keagamaan yang diajarkan kepada santri-santrinya begitu pula dalam masalah kedalaman ilmu yang tentunya sudah tidak diragukan lagi. Semua informan berpendapat bahwa kepemimpinan kyai itu „sangat penting‟ kecuali satu informan yang menyatakan “penting”
(wawancara:SRL
halaman
20)
namun,
dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan kyai itu „sangat penting‟. Ada pun alasan informan menyatakan hal tersebut “... karena, apabila suatu tempat tidak terjalin suatu kepemimpinan maka, tempat tersebut akan kacau balau. Dan kepemimpinan dari seorang kyai sangat penting bagi pondok pesantrennya sendiri, apakah mau
114
maju atau tidak, berkualitas atau tidak, itu semua adalah dari kyai itu sendiri.” (HOA halaman 18). Keterkaitan antara teori dan temuan di lapangan adalah samasama bermuara pada otoritas keulamaan dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi, pengelolaan yang hati-hati dalam hubungan-hubungan personal dengan anggota-anggota masyarakat muslim, serta pembinaan reputasi individual (berdasarkan kepada keteladanan moralitas yang mereka miliki).
115
BAB V PENUTUP
A. Simpulan Adapun simpulan yang berhasil peneliti dapatkan adalah sebagi berikut: 1. Pola Relasi kyai dan santri di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga, tahun 2012 merupakan hubungan kyai dan santri yang diwarnai kepercayaan, wibawa, dan karisma tersebut merupakan nilai-nilai tradisi yang terdapat di pesantren. Nilai-nilai yang terdapat di pesantren menurut Sukamto (1999:79) mengandung tiga unsur yang mengarah kepada terbentuknya hubungan patron-client: pertama, hubungan patron-client mendasarkan diri pada pertukaran yang tidak seimbang, yang mencerminkan perbedaan status. Seorang client (santri), menerima banyak jasa dari patron (kyai) sehingga client terikat dan tergantung kepada patron. Kedua, hubungan patron-client bersifat personal. Pola resiprositas yang personal antara kyai dan santri menciptakan rasa
kepercayaan dan ketergantungan di
dalam
mekanisme hubungan tersebut. Hal ini dapat dilihat dari budaya penghormatan santri ke kyai yang cenderung bersifat kultus individu. Ketiga, hubungan patron tersebar menyeluruh, fleksibel dan tanpa batas kurun waktunya. Hal ini dimungkinkan karena asosialisasi nilai ketika menjadi santri berjalan bertahun-tahun. 116
Hubungan patron-client ini menempatkan kyai pada kedudukan yang tinggi, berpengaruh, dan berwibawa di hadapan santri. Kaitannya dengan relasi kyai dan santri, seorang santri seharusnya taat terhadap kyai. Yang mana sikap taat kepada kyai atau pemimpin agama ini merupakan implementasi dari kehendak Al- Quran yaitu QS. An-Nisa ayat 59:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.”
2. Persepsi santri terhadap kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila,
Blotongan,
Sidorejo,
Salatiga
Tahun
2012
adalah
kepemimpinan karismatik karena dikagumi oleh banyak santri-santri (pengikut). Ada pun kekaguman tersebut disebabkan oleh karakteriatik Kyai yang khas (daya tariknya yang sangat memikat). Kepemimpinan di Pondok Pesantren Pancasila, Blotongan, Sidorejo, Salatiga Tahun 2012 pun sangat bernuansa moral karena otoritas Kyai dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi dan pengelolaan yang hati-hati dalam hubungan-hubungan personal. B. Saran
117
Berdasarkan simpulan dari penelitian yang telah dilakukan, kepemimpinan ternyata memberi masalah tersendiri, untuk itu sebuah kepemimpinan perlu adanya kesungguhan agar nantinya dapat mencapai apa yang jadi cita-cita bersama. Peneliti mengemukakan beberapa saran untuk santri, sebagai berikut: 1. Hubungan antara kyai dan santri merupakan hubungan dialektik dimana dua pihak saling memberi pengaruh dan akibat. Adapun untuk menjaga hubungan tersebut agar selalu selaras maka, santri harus selalu taat terhadap kyai, dan meningkatkan rasa takdim kepada kyai. yang mana hal tersebut merupakan bentuk dari sikap berbakti santri kepada kyai. 2. Kepemimpinan kyai yang bertipe karismatik merupakan sebuah kepemimpinan yang bernuansa moral karena pada umumnya, bermuara pada otoritas keulamaan dalam masalah kedalaman ilmu, ketinggian pribadi, pengelolaan yang hati-hati dalam hubunganhubungan personal. Merupakan sebuah suri tauladan/panutan yang baik bagi santri. Santri hendaknya dapat mengambil contoh-contoh yang baik tersebut, mengintegrasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
118
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Jaiz, Hartono dan Zulfikar Akaha, Abduh. 2005. Bila Kyai Dipertuhankan-Membedah Sikap Keberagamaan NU cetakan ke-V. Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar. A‟la, Abd. 2006. Pembahruan Pesantren. Yogyakarta: P.T. LkiS Pelangi Aksara.
Amin. 2010. Persepsi Santri tentang Kharisma Kyai (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Huda, Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010). Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga:STAIN Salatiga.
Arifah, Yuli. 2006. Hubungan Kharisma Kyai dengan Minat Belajat santri (Studi pada Pondok Pesantren Al-Manar Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Tahun 2006). Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga:STAIN Salatiga.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur penelitian suatu Pendetan Praktek. Jakarta:P.T. Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin.
2010. Metode Penelitian.Yogjakarta:Pustaka
Pelajar. Az Zarnuji. Tanpa Tahun. Ta’lim Muta’allim Thariq at-Ta’allum (Pedoman Belajar Bagi Penuntut Ilmu SecaraIslami). Terjemahan Oleh Muhammadun Thaifuri. 2008. Surabaya:Menara Suci.
Dhofier, Zamarkshyari.1980. Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta:LP3ES.
Fajri, Em Zul dan Aprilia Senja, Ratu. Tanpa Tahun. Kamus Lengkap bahasa Indonesia. Tanpa kota:Difa Publiser. 119
Galba, Sindu. 2004. Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Hasbullah. 1999. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia:Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Helmy, Irfan. 1999. Pesan Moral dari Pesantren: Meningkatkan kualitas umat, menjaga ukhuwah. Bandung:Nuansa. Helmy, Musthafa. No.12/thn II/1430 Hijriah. Pemimpin yang Diridhai Allah. Risalah Nahdatul Ulama. Jakrta Pusat: Yayasan PBNU.
Hidayat, Ara dan Imam Machali. 2010. Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Pustaka Educa.
Indrafachrudin, Soekarto. 1993. Mengantar Bagaimana Sekolah yang Baik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Isnaeni, Siti. 2007. Pengaruh Kharisma Kyai Terhadap Moral Santri di Pondok Pesantren Pancasila Salatiga Tahun 2007. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: STAIN Salatiga.
Kayo, Khatib Pahlawan. 2005. Kepemimpinan Islam dan Dakwah. Jakarata:Amzah.
Khafid, Abdul. 2007. Tingkat Kesehatan PD. BPR Kota Salatiga. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: STAIN Salatiga.
Khusnan, Asikin. 2011. Pengembangan Kelembagaan Pesantren. Makalah disajikan dalam worshop pengembangan pesantren bagi guru madin di hotel Beringin Salatiga, Kementerian Agama Kota Salatiga, 05 Oktober. Lexy J. Moleong, (1997). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 120
Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik-Bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina.
Malayu, Hasibuan. 2001. Manajemen Dasar-dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta : Bumi Aksara.
Mattew, B. Milles & Huberman A. Michael, (1984). Qualitatif Date Analisis, Beverly, California: Sage Publishing. Moedjiono, Imam. 2002. Kepemimpinan dan Keorganisasian. Jakarta:UII Press Yogyakarta. Munir Mulkhan, Abdul. 2003. Moral Politik Santri-Agama dan Pembelaan Kaum Tertindas. Jakarta: Erlangga.
Nata, Abuddin. 2001. Perspektif Islam tentang Hubungan GuruMurid. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Nawawi, Haedar. 1987. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Siagian, Sondang P. 2003. Teori dan Praktik Kepemimpinancetakan kelima. Jakarta:P.T. Rineka Cipta.
Sukandarrumudi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suprayogo, Imam dan Tobroni. 2001. Metodologi Sosial Penelitian Agama. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Tim Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2003. Pola Pembelajaran di Pesantren.. Jakarta:Departemen Agama.
121
Tim Penyusun Pusat Bahasa Indonesia.2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 cetakan ke-4. Jakarta:Balai Pustaka.
Tim Prima Pena. 2006. Kamus Ilmiah Populer Edisi Lengkap. Surabaya: Gitamedia Press.
Zainudin, Akbar. Dzulhijah 1429/Desember 2008. Manajemenkepemimpinan. Majalah Gontor-Nyai-Nyai Sukses. Jakarta Timur: Penebar Sunah Pustaka Umum Asy „Syafi‟i.
Zamroni, (1988). Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK. http://cahyaiman.wordpress.com/2010/04/16/kepemimpinandalam-perspektif-islam/ http://ichsandyant.blogspot.com/2010/04/kepemimpinankharismatik.html http://valmband.multiply.com/journal/item/15?&show_interstitial= 1&u=%2Fjournal%2Fitem
122
123
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini: nama
: Kunti Zakiyah
umur
: 23 Tahun
tempat tanggal lahir
: Pangkalan-Bun, 04 September 1989
kewarganegaraan
: Indonesia
agama
: Islam
alamat
:Tanjungmeru RT 01 RW 03, Kutowinangun, Kebumen, Jawa Tengah.
Menerangkan dengan sesungguhnya PENDIDIKAN FORMAL 1. SDN Sidorejo 2 Pangkalan Bun, Lulus Tahun 2002 2. SMPN 1 Arut Selatan, Lulus Tahun 2005 3. SMAN 1 Kutowinangun Kebumen, Lulus Tahun 2008 4. STAIN Salatiga, Lulus Tahun 2012 Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan seperlunya.
Salatiga, Agustus 2012 Saya yang bersangkutan,
KUNTI ZAKIYAH
124
125
IDENTITAS UMUM PONDOK PESANTREN PANCASILA
Nama Yayasan : Darul Mukhlasin Akta notaris Nama ponpes
: No. 32/24-01-2005 : Pondok Pesantren Salafiyah Modern Putra-Putri (Pancasila)
Berdiri tahun
:1413 H/1992 M
NSP
: 51 2 33 7 304008
Alamat
: Jalan Fatmawati 11, Blotongan, Sidorejo, Salatiga.
126
PEDOMAN OBSERVASI A. Sasaran: Aktivitas santri pada saat melaksanakan kegiatan di Pondok Pesantren Pancasila.
B. Pokok-pokok yang diamati: Aktivitas para santri ketika berhubungan dengan kyai dalam hal ketaatan santri kepada kyai ketika melakukan kegiatan (mengaji atau pun kerja bakti).
C. Tahap-tahap pengamatan: 1. Tahap eksplorasi umum, mengamati secara umum aktivitas para santri dan sikap mereka. 2. Memperhatikan dan mengkaji seluruh aspek yang diamati sehingga diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kegiatan para santri ketika mengkuti kegiatan di Pondok Pesantren Pancasila. 3. Pengamatan dipertajam pada sikap, perilaku dan kegiatan para santri komphrehensif dalam totalitas waktu melaksanakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan kyai.
127
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas informan Informan
:
Hari/tanggal
:
Pukul
:
Fokus
: Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
B. Sasaran Wawancara 2. Pandangan para santri tentang kepemimpinan. 3. Pandangan para santri mengenai kepemimpinan kyai dan ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila. 4. Pendapat para santri mengenai penting tidaknya sebuah sepemimpinan kyai. 5. Ketaatan para santri ditinjau dari ketika; melaksanakan perintah, melaksanakan nasehat-nasehat, menerima hukuman, dan melaksanakan tata tertib. 6. Pandangan para santri mengenai makna hukuman dan makna tata tertib. C. Butir-butir pertanyaan 1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan? 2. Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila? 3. Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila? 4. Menurut anda, apakah kepemimpinan kyai dalam sebuah pondok pesantren itu penting? Berikan alasan anda? 5. Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai? 6. Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai? 7. Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai? 8. Apa makna hukuman dari kyai bagi anda? 9. Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai? 10. Apa makna tata tertib dari kyai bagi pribadi anda?
128
CATATAN OBSERVASI Peristiwa Hari/Tanggal Pukul Fokus Obyek
: Kerja Bakti-mengecor bangunan pondok : Kamis/03 Mei 2012 : 08:00-22:00 : Ketaatan santri : Santri dan aktivitasnya
Prolog Pengembangan pondok pesantren tengah berlangsung, salah satunya adalah pembangunan sarana/fasilitas fisik pondok pesantren. Pembangunan tersebut dilakukan oleh para buruh pekerja dari luar. Namun ketika proses pengecoran akan berlangsung, pondok pesantren membuat program khusus. Kyai menetapkan hari tertentu (kamis) untuk melakukan pengecoran yang nantinya akan dibantu juga oleh santri putra atau dengan kata lain akan diadakan kerja bakti. Ketika hari yang telah ditentuka tiba seluruh masyarakat pondok pesantren bekerja bakti. Adapun santri putri membuata hidangan makanan (soto), sedangkan santri putra dan para ustaz bekerja bakti di area pembangunan. Bapak Kyai turut serta secara langsung melakukan pengecoran. Semua bekerja di bawah pengawasan Pak Kyai dan Bu Nyai. Kronologi Pukul 08:00 kerja bakti dimualai, santri, ustaz dan para pekerja bekerjasama. Beberapa saat kemudian Pak Kyai tiba dan turut bekerja bakti bersama. Santri putra bekerja dengan sungguh-sungguh di bawah pengawasan Pak Kyai. Ada pun santri putra yang masih duduk di bangku MTs bekerja lebih ringan yaitu mengangkut adonan semen dengan cara estafet. Ketika siang menjelang, waktu isoma (Istirahat, makan dan salat) pun tiba. Para santri berkumpul di sebuah ruangan (laboratorium IPA MTs) untuk menyantap soto kreasi kerja bakti santri putri. Di sudut-sudut ruangan mereka berkumpul, sebagian ada yang mengaluh capek dan sebagian ada yang mengeluh kurang bebas karena, diawasi sepanjang hari. Pukul 13:30 kerja bakti dimulai lagi. Namun, kali ini tanpa adanya pengawasan dari Pak Kyai. Santri bekerja semaunya (santai dan sambil bercanda), dengan kata lain keadaan berlangsung cair tatkala Pak Kyai tidak turut serta Pukul 16:00-18:30 waktu isoma. Pukul 18:30 kerja bakti kembali di mulai, santri-santri bekerja giat dan sungguh-sungguh yang mana hal tersebut dikarenakan turut sertanya Pak Kyai. Terlihat ada yang sungguhsungguh mengangkut semen, ada yang antusias membuat adonan semen, ada yang dengan semangat melakukan pengecoran namun, terlihat juga wajah-wajah muram. Dan akhirnya kerja bakti berakhir pukul 22:00 malam. 129
Refleksi Dari kronologi di atas dapat direfleksikan bahwa sebagian santri taat terhadap kyai hal ini dibuktikan dari fakta yang menyatakan “Santri putra bekerja dengan sungguh-sungguh di bawah pengawasan Pak Kyai, “Pukul 18:30 kerja bakti kembali di mulai, santri-santri bekerja giat dan sungguh-sungguh yang mana hal tersebut dikarenakan turut sertanya Pak Kyai,” “Terlihat ada yang sungguh-sungguh mengangkut semen, ada yang antusias membuat adonan semen, ada yang dengan semangat melakukan pengecoran.” Dan ada beberapa santri yang tidak taat kepada kyai, yang dibuktikan dari fakta yang menyatakan “...tanpa adanya pengawasan dari Pak Kyai. Santri bekerja semaunya (santai dan sambil bercanda), ....” Dari fakta tersebut dapat disimpulkan sebagian santri taat kepada kyai ketika Pak Kyai turut serta secara langsung dalam suatu kegiatan. Dan sebaliknya para santri akan semaunya sendiri ketika Pak Kyai tidak turut serta secara langsung. Sehingga dapat dikatakan bahwa taatnya para santri kepada kyai tidak dengan setulus hati.
130
131
CATATAN OBSERVASI Peristiwa Hari/Tanggal Pukul Fokus Obyek
: Pengajian tafsir Jalalain : Rabu/09 Mei 2012 : 19:10-20:05 : Ketaatan santri : Santri dan aktivitasnya
Prolog Pada pukul 19:05 peneliti mengamati kegiatan rutin tiap malam yaitu tafsir Jalalain. Beberapa menit kemudian Bapak Kyai hadir, kemudian memulai pelajaran. Suara beliau pun terdengar jelas melalui pengeras suara. Kali ini Bapak Kyai membahas tentang pentingnya menuntut ilmu dan kesungguhan menuntut ilmu. Kronologi Pada pukul 19:05 Bapak Kyai memulai pengajian tafsir jalalain dengan hadharah dan bacaan fatihah. Pada menit-menit pertama ini para santri terlihat antusias dan khidmat. Kemudian Bapak Kyai menterjemahkan isi kitab jalalain tersebut. Santri masih mengikuti dengan cermat terjemahan dari kyai itu, dan para santri terlihat mencatat pada kitabnya, yaitu di bawah kata-kata yang diterjemahkan tersebut diberi arti (maknani/ngesahi). Namun ada beberapa santri yang tidak memberikan makna pada kitab yang tengah di ulas tersebut. Setelah kegiatan menterjemahkan dianggap cukup, Bapak Kyai pun menjelaskan maksud dari terjemahan tersebut dan memberi nasehatnasehat tertentu. Santri santri masih mengikuti dengan cermat. Namun di sisi lain ada beberapa santri yang berkirim pesan melalui sobekan kertas, di bagian belakang ada santri yang tertunduk karena asyik membaca komik dan ada pula santri yang tertidur. Namun tidak terdengar suarasuara gaduh. Refleksi Dari kronologi di atas dapat direfleksikan bahwa sebagian santri taat terhadap kyai hal ini dibuktikan dari fakta yang menyatakan “Pada menit-menit pertama ini para santri terlihat antusias dan khidmat,” “Santri masih mengikuti dengan cermat terjemahan dari kyai itu, dan mereka mencatatnya pada kitabnya, yaitu di bawah kata-kata yang diterjemahkan tersebut diberi arti (maknani/ngesahi),” dan “Santri-santri masih mengikuti dengan cermat.” Dan ada beberapa santri yang tidak taat kepada kyai, yang dibuktikan dari fakta yang menyatakan “Ada beberapa santri yang tidak memberikan makna pada kitab yang tengah di ulas tersebut,” “Ada beberapa santri yang berkirim pesan melalui sobekan kertas,” “Di bagian 132
belakang ada yang tertunduk karena asyik membaca komik”, dan pernyataan “Ada pula santri yang tertidur”. Namun, ketidaktaan tersebut, tidak diperlihatkan kepada kyai hal ini dapat kita buktikan dari pernyataan terakhir “Tidak terdengar suarasuara gaduh”. Atau dapat diartikan santri memiliki rasa takut terhadap kyai sehingga ketidaktaatan tersebut tidak diperlihatkan.
133
134
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: RDJ : Jumat/11 Mei 2012 : 09:45 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Setelah simaan Al Quran (kegiatan rutin setiap hari Jumat) peneliti mewawancarai salah satu santri putri di ruang tamu Komplek Darul Mukhlasin, Pondok Pesantren Pancasila, wawancara berlangsung santai namun mengena. Proses Wawancara Peneliti :”Assalamu alaikum warohmatullohhi wabarokatuh...” Informan :”Wangalaikum salam warohmatullahhi wabarokatuh” Peneliti :”Dengan saudari Roudotun Najah, hm...mau wawancara sedikit ya...” Informan “Ya....” Peneliti :“Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan :“Kepemimpinan...menurut saya kepemimpinan itu adalah hm...kemampuan memimpin, mengatur orang-orang di bawahnya dan seorang pemimpin itu harus memiliki jiwa kepemimpinan.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan :“Hm...yang saya lihat dari kepemimpinan kyai itu, beliau sangat perhatian, tegas, disiplin....hm....apalagi ya? Pengalamannya itu luas banget, keren pokoknya.” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Hm.. apa yah.. hm.. menurut saya.. ciri-ciri kepemimpinan di pondok ini itu, perhatian terhadap santri-santrinya, pengalamannya luas, sama masyarakat itu akrab, hm.....maksudnya sama masyarakat sekitar itu akrab.” Peneliti : “Menurut anda, apakah kepemimpinan dalam suatu pondok pesantren itu penting?” Informan : “Ya iya lah, penting banget Mba....” Peneliti : “Lalu mengapa kepemimpinan kyai itu penting? tolong berikan alasan anda!” Informan : “Karena, beliau menjadi panutan santri-santrinya dan masyarakat.” Peneliti : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” 135
Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
: “Mencoba untuk ikhlas, karena mengandung barokah.” : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” : “Hm...apa yah dengan sepenuh hati, agar tidak mengecewakan.” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” :”Ya jika memang salah, saya mencoba untuk menerimanya Mbak....” :” Kalo gak salah?” : “Kalo gak salah ya gak terima to mbak.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Hm...bagi saya itu untuk memotivasi, beliau manasehati secara tidak langsung agar kita berpikir bahwa yang kita lakukan itu salah atau benar.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Hm...kalo tata tertib ya...saya lakukan dengan penuh tanggung jawab, terus fokus gitu...dan dengan sepenuh hati, jadi kalo ada tata tertib walaupun itu berat ya... saya berusaha menjalankannya, dan tentunya berusaha untuk selalu ikhlas gitu mbak.... ” : “Apa makna tata tertib bagi pribadi anda?” : “Bagi saya, hm...makna tata tertib itu adalah sebagai motivasi agar lebih maju, lebih baik.” :”Ya...terima kasih ya mba Najah.” :” Ya...sama-sama.”
Refleksi Dari proses wawancara di atas informan menyatakn pendapatnya tentang pengertian kepemimpinan-yaitu kemampuan memimpin, mengatur orang-orang di bawahnya, dan dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Hm...yang saya lihat dari kepemimpinan kyai itu, beliau sangat perhatian, tegas, disiplin....hm....apalagi ya? Pengalamannya itu luas banget, keren pokoknya,” “Hm...apa yah...hm...menurut saya...ciri-ciri kepemimpinan di pondok ini itu, perhatian terhadap santri-santrinya, pengalamannya luas, sama masyarakat itu akrab, hm.....maksudnya sama masyarakat sekitar itu akrab.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “Ya iya lah, penting banget Mba....” “Karena, beliau menjadi panutan santri-santrinya dan masyarakat.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika 136
melaksanakan perintah “Mencoba untuk ikhlas, karena mengandung barokah.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai ”Hm...apa yah dengan sepenuh hati, agar tidak mengecewakan.” Ketika menerima hukuman dari kyai “Ya jika memang salah, saya mencoba untuk menerimanya Mbak....” Dan ketika melaksanakan tata tertib dari kyai “Hm...kalo tata tertib ya...saya lakukan dengan penuh tanggung jawab, terus fokus gitu...dan dengan sepenuh hati, jadi kalo ada tata tertib walaupun itu berat ya... saya berusaha menjalankannya, dan tentunya berusaha untuk selalu ikhlas gitu Mbak.... “
137
138
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: IAM : Selasa/15 Mei 2012 : 09:06 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Setelah jam pelajaran pertama kelas mengaji pagi, tepatnya ketika istirahat. peneliti mewawancarai salah satu santri putra di kelas impriti Pondok Pesantren Pancasila, wawancara berlangsung santai namun mengena. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan : “Ya..., yang dinamakan kepemimpinan ya...suatu tugas bagi seorang pemimpin untuk membuat yang dipimpin menjadi sejahtera atau pun beradab.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan :“Ya..., dari sifatnya, beliau itu menyenangkan, perhatian, tanggap, sama masyarakat gampang akrab, dan yang paling menonjol-beliau itu sederhana sekali, gag ada..., hm... gag ada kesan glamornya pasti.” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan :“Hm...tegas ples galak, berwibawa, konsisten, selalu memberi dukungan, itu pasti. Ya....pasti.” Peneliti : “Bagi anda, apakah sebuah kepemimpinan kyai di pondok pesantren itu penting? Tolong berikan alasan anda! Informan : “Ya...kalo bagi saya tidak penting lagi tapi, sangat penting. Karena, biasanya kalau tidak ada....pemimpinnya atau kyainya santrinya itu akan berbuat sesukanya, dalam artian selalu mementingkan dirinya sendiri-sendiri.” Peneliti : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” Informan : “Ya, biasanya saya lakukan dengan perasaan ikhlas dengan hati tapi, banyak jengkelnya karena perintahnya sukanya memaksa.” Peneliti : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” Informan : “Ya...sedikit-sedikit bisa dilaksanakn tapi, banyak yang tidak.” Peneliti : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” Informan : “Jengkel banget.” 139
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
: “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Ya, bisa untuk menjadi pelajaran yang banyak.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Kalo masalah tata tertib, gak...gak...gak tau. Karena, gak pernah melak...melaksanakan tata tertib, selalu melanggar.” : “Apa makna tata tertib dari kyai bagi pribadi anda?” : “Sebenarnya sangat bagus tapi, sulit banget dilaksanakan.”
Refleksi Berdasarkan wawancara di atas kepemmpinan adalah suatu tugas bagi seorang pemimpin untuk membuat yang, dipimpin menjadi sejahtera atau pun beradab. Ada pun dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Ya..., dari sifatnya, beliau itu menyenangkan, perhatian, tanggap, sama masyarakat gampang akrab, dan yang paling menonjol-beliau itu sederhana sekali, gag ada..., hm... gag ada kesan glamornya pasti,” “Hm...tegas ples galak, berwibawa, konsisten, selalu memberi dukungan, itu pasti. Ya....pasti.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “Ya...kalo bagi saya tidak penting lagi tapi, sangat penting. Karena, biasanya kalau tidak ada....pemimpinnya atau kyainya santrinya itu akan berbuat sesukanya, dalam artian selalu mementingkan dirinya sendiri-sendiri.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Namun hal tersebut tidak diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Ya, biasanya saya lakukan dengan perasaan ikhlas dengan hati tapi, banyak jengkelnya karena perintahnya sukanya memaksa.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai ”Ya...sedikitsedikit bisa dilaksanakn tapi, banyak yang tidak.” Ketika menerima hukuman dari kyai “Jengkel banget.” Dan begitu pula ketika melaksanakan tata tertib dari kyai, informan tidak taat kepada kyai hal ini dibuktikan dengan pernyataan informan yang menyatakan “Kalo masalah tata tertib, gak...gak...gak tau. Karena, gak pernah melak...melaksanakan tata tertib, selalu melanggar.”
140
141
CATATAN WAWANCARA
Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: TPK : Selasa / 15 Mei 2012 : 10:25 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Setelah jam pelajaran kedua kelas mengaji pagi. peneliti mewawancarai salah satu santri putra di kelas imriti Pondok Pesantren Pancasila, wawancara berlangsung santai. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan : “Suatu sikap atau tindakan yang bertujuan untuk kebaikan untuk dirinya atau orang lain yang muncul dari dalam diri seseorang dan dapat menjadi panutan atau suri tauladan bagi orang lain.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Pemimpin yang sederhana dan bijak dalam menentukan keputusan untuk memajukan dan mengembangkan pondok dan kemajuan santri. Pemimpin yang tegas dalam mendidik santrinya.” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Tegas..., bijak..., tak kenal ampun jika ada santri yang tidak tertib..., galak..., sederhana..., ketika marah seperti preman.” Peneliti : “Bagi anda, apakah kepemimpinan kyai itu penting? Mengapa? Berikan alasan anda?” Informan : “Menurut saya penting sekali... karena, kepemimpinan suatu kyai mencerminkan mutu dan kualitas pondok pesantren.” Peneliti : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” Informan : “Dilakukan seketika karena, kyainya tipe orang yang tidak sabaran.” Peneliti : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” Informan :“Dilakukan secara perlahan atau sediki demi sedikit karena, tidak mungkin langsung dilakukan semua sekaligus.” 142
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
: “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Ikhlas, walaupun sedikit mbatek.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Pelajaran sekaligus pengalaman untuk kenang-kenangan setelah pulang.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Dilakukan sebisanya.” : “Apa makna tata tertib dari kyai bagi pribadi anda?” :” Tata tertib dari kyai merupakan langkah-langkah pembentukan kepribadian yang akan berguna saat kita pulang nanti dan bermasyarakat.”
Refleksi Berdasarkan wawancara di atas informan menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu sikap atau tindakan yang dapat menjadi panutan atau suri tauladan bagi orang lain, bertujuan untuk kebaikan baik dirinya sendiri atau orang lain. Dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Pemimpin yang sederhana dan bijak dalam menentukan keputusan untuk memajukan dan mengembangkan pondok dan kemajuan santri. Pemimpin yang tegas dalam mendidik santrinya,” “Tegas..., bijak..., tak kenal ampun jika ada santri yang tidak tertib..., galak..., sederhana.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “Menurut saya penting sekali... karena, kepemimpinan suatu kyai mencerminkan mutu dan kualitas pondok pesantren.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Dilakukan seketika karena, kyainya tipe orang yang tidak sabaran.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai “Dilakukan secara perlahan atau sediki demi sedikit karena, tidak mungkin langsung dilakukan semua sekaligus.” Ketika menerima hukuman dari kyai “Ikhlas, walaupun sedikit mbatek.” Ketika melaksanakan tata tertib dari kyai “Tata tertib dari kyai merupakan langkah-langkah pembentukan kepribadian yang akan berguna saat kita pulang nanti dan bermasyarakat.”
143
144
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: ASN : Selasa/15 Mei 2012 : 13:10 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Wawancara dilaksanakan setelah kegiatan bandongan siang di Pondok Pesantren Pancasila. Dalam wawancara tersebut peneliti mewawancarai salah satu santri putra di ruang tamu Pondok Pesantren pancasila. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan :“Kepemimpinan yaitu, ya, suatu proses atau cara individu atau kelompok memimpin suatu individu lain atau kelompok lain agar tercipta ketertiban, keamanan dan kesejahteraan. Contohnya pemerintah memimpin rakyatnya.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan :“Cukup berjalan dengan baik dan tertib ya, semua itu bisa terlihat dari kesehariannya Pak Yai, yang tegas terutama dengan peraturan pondok, dari kesederhanaan Pak Yai dalam... kehidupan sehari-harinya-mulai dari cara berpakaian, sederhana, gag aneh-aneh malah jarang sekali berpenampilan ala kyai. Dan juga dari perhatiannya sama santri-santri, apalagi sama santri yang masih kecil dan masih baru-Pak Yai itu selalu memberi semangat, pokoknya gitu.... ” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Hm...perhatian sama santri-santrine, tanggung jawab banget, dan teges banget,pokoknya.” Peneliti : “Bagi anda, apakah kepemimpinan kyai itu penting? Informan : “Hm... ya penting banget, pokoknya.” Peneliti : “Mengapa? tolong berikan alasan anda!” Informan : “Ya, agar punya aura kepemimpinan, biar dihormati, biar dihargai, mengatur santrinya untuk menaati tata tertib dan peraturan yang ada, ya, pokoknya biar santri dan orangorang di sekitar pondok itu menghargai.”
Peneliti
: “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” 145
Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
: “Hah?! harus dilakukan...dilaksanakan sesegera mungkin, dengan rasa... tanggung jawab dan ikhlas pokoknya.” : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” : “Ya...didengar dengan baik-baik, dihayati dan dilaksanakn dengan ikhlas.” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Hm...kalo aku sih, menerima apa adanya! Ya...walaupun agak mbatek sitik. Ya...its never mind.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Menurutku sih, ya...agar aku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kan prinsipku, „hari esok harus lebih baik daripada hari ini‟.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Ya...dilaksanain aja. Kok repot-repot. Ya... intinya tata tertib yang ada itu ya saya laksanakan karena itu emang sudah kewajiban saya sebagai santri, ya, mengikuti arus lah, mengalir aja pokoknya.” : “Apa makna tata tertib dari kyai bagi pribadi anda?” : “Kalo aku sih, untuk mengatur santrinya agar tertib dalam segala hal. Karena itu juga bagian dari kepemimpinan.”
Refleksi Dari wawancara di atas informan memberikan pengertian dari kepemimpinan yang mana kepemimpinan adalah suatu proses atau cara individu memimpin suatu individu lain atau kelompok lain agar tercipta ketertiban, keamanan dan kesejahteraan. Ada pun dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Cukup berjalan dengan baik dan tertib ya, semua itu bisa terlihat dari kesehariannya Pak Yai, yang tegas terutama dengan peraturan pondok, dari kesederhanaan Pak Yai dalam... kehidupan sehari-harinya-mulai dari cara berpakaian, sederhana, gag aneh-aneh malah jarang sekali berpenampilan ala kyai. Dan juga dari perhatiannya sama santri-santri, apalagi sama santri yang masih kecil dan masih baru-Pak Yai itu selalu memberi semangat, pokoknya gitu...,” dan informan menyatakan bahwa ciri-ciri kepemimpinan kyai yaitu “Hm...perhatian sama santri-santrine, tanggung jawab banget, dan teges banget, pokoknya. Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “Hm... ya penting banget, pokoknya,” “Ya, agar punya aura kepemimpinan, biar dihormati, biar dihargai, mengatur santrinya untuk menaati tata tertib dan peraturan yang ada, ya, pokoknya biar santri dan orang-orang di sekitar pondok itu menghargai.” 146
Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan ketika melaksanakan perintah dari Kyai yaitu “Hah?! harus dilakukan...dilaksanakan sesegera mungkin, dengan rasa... tanggung jawab dan ikhlas pokoknya.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai yaitu “Ya...didengar dengan baikbaik, dihayati dan dilaksanakn dengan ikhlas.” Ketika menerima hukuman dari kyai “Hm...kalo aku sih, menerima apa adanya! Ya...walaupun agak mbatek sitik. Ya...its never mind.” Dan ketika melaksanakan tata tertib dari kyai “Ya...dilaksanain aja. Kok repot-repot. Ya... intinya tata tertib yang ada itu ya saya laksanakan karena itu emang sudah kewajiban saya sebagai santri, ya, mengikuti arus lah, mengalir aja pokoknya.”
147
148
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: UF : Rabu/ 16 Mei 2012 : 06:40 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Setelah bangdongan pagi, peneliti mewawancarai salah satu santri putri Pondok Pesantren Pancasila. Ada pun wawancara dilaksanakan di kamar pengurus ketika santri-santri yang lain melaksanakan aktivitas pribadinya. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan : “Kemampuan seorang pemimpin untuk memimpin orangorang yang dipimpin, agar dapat mencapai suatu tujuan, angan-angan yang akan ditiju.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Tegas, bijaksana, tanggung jawab, kepemimpinan kyai di ponpes Pancasila, sangatlah berbeda dari yang lain. Karena, menurut saya ya! Kyai di sini banyak berpolitiknya, tetapi hati dan jiwanya tetap sebagai kyai.” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Memiliki cita-cita yang tinggi, pantang menyerah dan juga tak boleh cengeng hanya gara-gara masalah sepele.” Peneliti : “Bagi anda, apakah kepemimpinan kyai dalam suatu pondok pesantren itu penting?” Informan : “Ya sangat penting.” Peneliti : “Mengapa?” Informan : “Karena, suatu pondok pesantren tanpa pemimpin, suatu ponpes tak akan maju dan berkembang. Dan kyai tersebut merupakan peran utama di dalam ponpes.” Peneliti : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” Informan : “Laksanakanlah dengan senang hati, ikhlas, tapi kalau hati lagi tak karuan, kadang bisa buat hati tak tenang.” Peneliti : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?”
Informan
: “Nasehat dari kyai itu termasuk penting ya, karena suatu nasehat dari kyai sama saja seperti doa. Apa yang dikatakan 149
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
oleh kyai banyak mengandung hl-hal yang positif, jadi ya dilaksanakanlah nasehat-nasehat itu. ” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Jika memang kita benar-benar salah, terimalah hukuman itu dengan ikhlas, jika kita menerima dengan ikhlas, itu merupakan suatu tanggung jawab apa yang telah kita perbuat.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Menurut saya, agar kita bisa berpikir maju, dan juga menguji mental, dan juga bisa berpikir untuk tanggung jawab.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Lakukanlah sesuai kemampuan.” : “Apa makna tata tertib bagi pribadi anda?” : “Agar bisa hidup teratur, dan juga merupakan suatu kebiasaan yang dilaksanakan dalam tata tertib dan memiliki arah tujuan yang benar dan lurus.”
Refleksi Dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan memandang kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila ini adalah kepemimpianan yang memiliki cita-cita yang tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila yaitu “Tegas, bijaksana, tanggung jawab, kepemimpinan kyai di ponpes Pancasila, sangatlah berbeda dari yang lain. Karena, menurut saya ya! Kyai di sini banyak berpolitiknya, tetapi hati dan jiwanya tetap sebagai kyai,” Sedang ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren pancasila sendiri yaitu “Memiliki cita-cita yang tinggi, pantang menyerah dan juga tak boleh cengeng hanya gara-gara masalah sepele.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu “Ya sangat penting,” “Karena, suatu pondok pesantren tanpa pemimpin, suatu ponpes tak akan maju dan berkembang. Dan kyai tersebut merupakan peran utama di dalam ponpes.” Dari keterangan informan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kyai merupakan suatu bentuk bentuk kepemimpinan yang baik, positif. Dapat dianalisis bahwa informan memiliki kekaguman terhadap kyai hal tersebut dapat dibuktikan dari jawaban informan yang telah tersebut diatas, adapun implikasi dari kekaguman tersebut adalah informan mau melaksanakan perintah, nasehat-nasehat dan tata tertib semampunya. Yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “...dengan senang hati, ikhlas, tapi kalau hati lagi tak karuan, kadang bisa buat hati tak tenang,” ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai ”Nasehat dari kyai itu termasuk penting ya, karena suatu nasehat dari kyai sama saja seperti doa. Apa yang dikatakan oleh kyai banyak mengandung hl-hal yang positif,” ketika menerima 150
hukuman dari kyai “Jika memang kita benar-benar salah, terimalah hukuman itu dengan ikhlas, jika kita menerima dengan ikhlas, itu merupakan suatu tanggung jawab apa yang telah kita perbuat,” ketika melaksanakan tata tertib dari kyai yaitu “Sesuai kemampuan.”
151
152
CATATAN WAWANCARA
Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: HOA : Rabu/ 16 Mei 2012 : 11:45 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Wawancara dilaksanakan setelah kegiatan mengaji pagi. Dalam wawancara tersebut peneliti mewawancarai salah satu santri putra di aula Pondok Pesantren Pancasila, wawancara berlangsung santai namun mengena. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan : “Kepemimpinan yaitu suatu hal yang sangat penting untuk membuat suatu kelompok patuh terhadap yang memimpin dan apabila suatu kepemimpinan tidak ada. Maka, kelompok tersebut akan terpecah belah. So, kepemimpinan adalah suatu hal yang sangat baik dan sangat penting untuk pemimpin dan yang dipimpin.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan :“Sangat baik, Abah (Pak Kyai) pantas untuk diacungi jempol. Raise your thumb for Abah, Key...dan juga meskipun tegas tapi Abah terlalu keras untuk mendidik santrinya.” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Tegas, keras, bijak, sederhana, tak kenal lelah, galak, tak ada kata ampun jika ada santri yang menyeleweng dan kalau marah sangat menakutkan. Tapi, semua itu dilakukan untuk diri kita yaitu mengatur moral kita agar tidak menjadi orang yang cengeng.” Peneliti : “Bagi anda, apakah kepemimpinan dalam suatu pondok pesantren itu penting? mengapa, berikan alasan anda?” Informan : “Sangat penting karena, apabila suatu tempat tidak terjalin suatu kepemimpinan maka, tempat tersebut akan kacau balau. Dan kepemimpinan dari seorang kyai sangat penting bagi pondok pesantrennya sendiri, apakah mau maju atau tidak, berkualitas atau tidak, itu semua adalah dari kyai itu sendiri. ” Peneliti : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” 153
Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
:“Segera melaksanakan selagi saya mampu.” : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” : “Didengarkan dengan baik, dilakukan secara bertahap dari yang mudah sampai yang sulit, tak mungkin bisa melakukan semuanya secara langsung.” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Diterima apa adanya walaupun, mbatek. Tapi, kan ini semua karena kesalahan kita sendiri. Abah tak mungkin menghukum kita selagi kita benar.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Suatu pelajaran bagi kita, agar kita bisa mengubah perilaku kita dari yang buruk menjadi baik.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Sebenarnya harus tertib tapi, aku kebanyakan tidak tertib.” : “Apa makna tata tertib bagi pribadi anda?” : “Makna dari suatu tata tertib dari kyai, bagiku adalah suatu hal yang sangat baik untuk diri kita karena, Pak Kyai mengadakan tata tertib agar kita disiplin. Jadi, semua kembali kepada kita juga to.”
Refleksi Dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan menyatakan bahwa kepemimpinan yaitu suatu hal untuk membuat suatu kelompok patuh terhadap yang memimpin agar kelompok tersebut tidak terpecah belah. Adapun informan sendiri kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Sangat baik, Abah (Pak Kyai) pantas untuk diacungi jempol. Raise your thumb for Abah, Key...dan juga meskipun tegas tapi Abah terlalu keras untuk mendidik santrinya,” “Tegas, keras, bijak, sederhana, tak kenal lelah, galak, tak ada kata ampun jika ada santri yang menyeleweng dan kalau marah sangat menakutkan. Tapi, semua itu dilakukan untuk diri kita yaitu mengatur moral kita agar tidak menjadi orang yang cengeng.” Namun, hal tersebut tidak membuat informan (santri) tersebut selalu taat terhadap kyai. Yang mana hal tersebut dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Sebenarnya harus tertib tapi, aku kebanyakan tidak tertib.” Dan keikhlasan ketika melakukan suatu hal seperti menjalankan perintah atau pun menerima hukuman terlihat kurang hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Segera melaksanakan selagi saya mampu karena, Abah mempunyai sifat yang tak sabaran,” “Diterima apa adanya walaupun, mbatek. Tapi, kan ini semua karena kesalahan kita sendiri. Abah tak mungkin menghukum kita selagi kita benar.” 154
155
CATATAN WAWANCARA
Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: SRL : Ahad/19 Mei 2012 : 17:20 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Wawancara dilaksanakan setelah kegiatan bandongan sore. Dalam wawancara tersebut peneliti mewawancarai salah satu santri putri kamar pengurus komplek Darul Mukhlasin. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan :“Hm...menurut saya, menurut pribadi saya sendiri kepemimpinan itu merupakan kemampuan mempengaruhi orang-orang, hm... ya...yang dipimpinnya ya mba ya, mungkin menurut saya seperti itu.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Hm...menurut pendapat saya, kepemimpinanan di Pondok Pesantren Pancasila itu beda dari yang lain. Soalnya disini itu kepemimpinannya sangat beda, dilihat dari tingkah laku, sifat dan kesehariannya itu bikin banyak orang heran. Karena disini itu hm...menjurusnya apa mba? hm... ke...apa? pengetesan mentalnya.” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Hm...menurut saya, Pak Kyai itu sangat perhatian dengan santri-santrinya, bertanggungjawab, suka mengetes mental santri, itu yang paling banyak, biasanya, suka mengetes mental santri satu persatu misalnya, hubungan dengan masyarakat atau orang-orang di sekitar pondok sangat akrab, baik, mungkin menurut saya seperti itu Mba.” Peneliti : “Bagi anda, apakah kepemimpinan kyai dalam suatu pondok pesantren itu penting?” Informan : “Penting.” Peneliti : “Mengapa?” Informan :“Ya...karena kepemimpinan sendiri merupakan, kepemimpinan di pondok pesantren sendiri itu sangat penting yaitu sebagai suri tauladan bagi santri-santrinya, misalkan di pondok pesantren gak ada kepemimpinan 156
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
mungkin hm.. di pondok pesantren, akan tberantakan atau tidak terprogram, atau akan menjadi berantakan ya, mungkin seperti itu Mba.” : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” : “Kalau menurut saya sendiri, ya...kita melaksanakan dengan sungguh-sungguh didasari dengan rasa ikhlas. Dan yang disini yang menjadi panutan adalah Pak Kyai jadi, ya kita harus patuh, menurut dengan Pak Kyai atau yang menjadi tata peraturan di pondok ini.” : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” : “Kalau saya, melaksanakan apa yang menjadi perintahnya, ya, meskipun tidak ikhlas seratus persen. Kadang kan ya, kita misalkan dinasehati Pak Kyai, kalau kita tidak hm...sejalan mungkin hati kita ya, agak sedikit tidak ikhlas. Tapi, kadang sebisa mungkin kita laksanakan dengan sungguh-sungguh, sabar dan ikhlas.” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Ya...kita terima denga rasa ikhlas, sabar ketika kita disitu memang merass, memang merasa bersalah. Meskipum, hm...ketika salah paham atau gimana, mungkin sesama manusia, mungkin kan ada salah juga ya...kita terima aja.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Hm...bagi saya, makna hukuman itu merupakan hm...suatu cara atau bentuk motivasi yang diberikan kepada kita agar kita lebih semangat dalam belajar dan mencapai cita-cita atau keinginan yang kita inginkan. : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Ya...kita laksanakan apa yang sudah menjadi tata tertib atau peraturan dari kyai dengan semampu kita” : “Apa makna tata tertib dari kyai bagi pribadi anda?” : “Hm...kalau menurut saya karena, tata tertib itu merupakan suatu cara, arahan atau bentuk peraturan yang sudah ditetapkan dan harus dilaksanakan. Jadi, kita disini mondok itu ada peraturannya, jadi, mau tidak mau yang namanya tata tertib itu ya....harus kita lakukan dengan, ya...kalau bisa ya, semampu kita lah.”
Refleksi Dari wawancara di atas informan menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya. Ada pun dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Hm...menurut pendapat saya, kepemimpinanan di Pondok Pesantren Pancasila itu beda 157
dari yang lain. Soalnya disini itu kepemimpinannya sangat beda, dilihat dari tingkah laku, sifat dan kesehariannya itu bikin banyak orang heran. Karena disini itu hm...menjurusnya apa mba? hm... ke...apa? pengetesan mentalnya,” “Hm...menurut saya, Pak Kyai itu sangat perhatian dengan santri-santrinya, bertanggungjawab, suka mengetes mental santri, itu yang paling banyak, biasanya, suka mengetes mental santri satu persatu misalnya, hubungan dengan masyarakat atau orang-orang di sekitar pondok sangat akrab, baik, mungkin menurut saya seperti itu Mba.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “Penting,” “Ya...karena kepemimpinan sendiri merupakan, kepemimpinan di pondok pesantren sendiri itu sangat penting yaitu sebagai suri tauladan bagi santrisantrinya, misalkan di pondok pesantren gak ada kepemimpinan mungkin hm.. di pondok pesantren, akan tberantakan atau tidak terprogram, atau akan menjadi berantakan ya, mungkin seperti itu Mba.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Kalau menurut saya sendiri, ya...kita melaksanakan dengan sungguh-sungguh didasari dengan rasa ikhlas. Dan yang disini yang menjadi panutan adalah Pak Kyai jadi, ya kita harus patuh, menurut dengan Pak Kyai atau yang menjadi tata peraturan di pondok ini.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai ”Kalau saya, melaksanakan apa yang menjadi perintahnya, ya, meskipun tidak ikhlas seratus persen. Kadang kan ya, kita misalkan dinasehati Pak Kyai, kalau kita tidak hm...sejalan mungkin hati kita ya, agak sedikit tidak ikhlas. Tapi, kadang sebisa mungkin kita laksanakan dengan sungguh-sungguh, sabar dan ikhlas.” Ketika menerima hukuman dari kyai ”Ya...kita terima denga rasa ikhlas, sabar ketika kita disitu memang merass, memang merasa bersalah. Meskipum, hm...ketika salah paham atau gimana, mungkin sesama manusia, mungkin kan ada salah juga ya...kita terima aja.” Dan ketika melaksanakan tata tertib dari kyai “Ya...kita laksanakan apa yang sudah menjadi tata tertib atau peraturan dari kyai dengan semampu kita”
158
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: MLD : Ahad/19 Mei 2012 : 17:35 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Wawancara dilaksanakan di ruang tamu komplek Darul Mukhlasin setelah kegiatan Salat Maghrib berjamaah. Peneliti mewawancarai salah satu santri putra. Wawancara tersebut berlangsung santai. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan :“Kepemimpinan!... menurut saya, kepemimpinan itu.... Hm...menurut saya, kepemimpinan itu adalah...adalah sebuah hm.... Hm...gini Mba, kepemimpinan itu ya, adalah sebuah kebisaan pemimpin.” Peneliti :”Maksudnya? Bisa dijelaskan” Informan :”Hm...maksudnya itu sebuah kebisaan...kemampuan. Ya, sebuah kemampuan seorang pemimpin untuk mengatur orang-orang bawahannya. Ya, Mba...pemimpin itu harus memiliki keahlian untuk mengatur, membimbing, dan tentunya agar orang-orang di bawahnya itu mau melaksanakan suatu hal untuk mencapai sebuah tujuan.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Menurut pendapat saya, kepemimpinanan di Pondok Pesantren ini dapat terlihat dari tingkah laku beliau ya, beliau tanggap dengan santri-santrinya, hm...bisa dikatakan beliau itu sangat perhatian dengan semua santri-santrinya, sehingga kalau ada santri baru itu jadi kerasan karena merasa selalu diperhatikan oleh beliau tapi atau dengan kata lain beliau itu bisa akrab dengan santrisantrinya, kemudian dengan masyarakat sekitar juga ramah, gapyak, dan lagi...beliau itu pengalamannya sangat luas serta keahliannya berpolitik sangat bagus, sehingga pondok ini sering dikunjungi oleh pejabatpejabat pemerintahan.” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” 159
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti
: “Ciri-ciri? hm...ciri-ciri kepemimpinan kyai di pondok ini ya, beliau sangat perhatian sama santri-santrinya, bertanggungjawab, tegas sekali dalam memimpin, prinsipnya kuat dan sangat fokus dengan tujuan, bertanggung jawab.” : “Bagi anda, apakah kepemimpinan kyai dalam suatu pondok pesantren itu penting?” : “Kepemimpinan kyai dalam suatu pondok pesantren bagi pribadi saya adalah sangat penting, karena jika hal tersebut tidak ada dalam sebuah pondok pesantren maka, seorang kyai tidak akan dihormati baik oleh para santrisantrinya atau pun masyarakat sekitar, dan agar sebuah pondok pesantren dapat mencapai tujuan pesantren atau dengan kata lain melaksanakan program. Dan juga sebagai contoh bagi santri-santrinya dalam hal pemimpin.” : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” : “Melaksanakan perintah dari kyai? Kalau saya pribadi, akan saya laksanakan langsung dengan penuh tanggung jawab, dan sungguh-sungguh. Dan tentunya itu semua ya... saya usahakan untuk ikhlas.” :”Maksud anda diusahakan untuk ikhlas itu apa?” :”Hm... maksud saya hm... karena perintahnya beliau itu terkadang, hm...kalo bagi pribadi saya terkadang memberatkan. Jadi, biar yang kita kerjakan itu mbarokahi, ya... kita harus berusaha untuk ikhlas. Ya... mungkin bisa dikatakan pertama musti dipaksa dulu, ya...dengan cara berhusnuzhon dan mikir-mikir, lama-lama yang seperti itu akan menjadi biasa.” : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” :“Cara melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai, ya... saya, laksanakan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati dan rasa senang. Ya, rasanya itu kalo dinasehati seperti gimana ya... karena saya merasa itu adalah bentuk perhatian dari beliau, ya... itu menandakan bahwa beliau sangat memikirkan santri-santrinya dan ingin yang terbaik untuk santrisantrinya.” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Kalau menerima hukuman dari kyai, ya... saya terima dengan lapang dada, sabar, dan ya... ber-husnudzon aja. Karena jika ada hukuman pasti ada kesalahan yang telah dilakukan, jadi hukuman itu memang perlu.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” 160
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
: “Makna hukuman? Bagi pribadi saya makna hukuman itu merupakan peringatan agar tidak mengulanginya lagi, dan juga tentunya sebagai balasan satu bentuk...dari hm...salah satu bentuk dari pembelajaran, ya, pembelajaran mental, dan pastinya juga merupakan motivasi untuk menjadi lebih baik dan sebagai bentuk seperti...hm...seperti apa itu namanya? Hm... oh ya...sebagai bentuk untuk meng-intropeksi, ya, mengintropeksi diri sendiri atas apa yang telah kita perbuat.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Hm... dalam melaksanakan tata tertib dari kyai ya , saya laksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, sunggusungguh dan ikhlas....” : “Apa makna tata tertib dari kyai bagi pribadi anda?” : “Hm makna tata tertib dari kyai bagi pribadi saya, ya, adalah sebagai pembelajaran agar kita kelak bisa hidup disiplin dan dapat hidup teratur tentunya. Ya, yang pasti dengan adanya tata tertib dapat melatih kita untuk hidup dengan teratur, dapat mengatur waktu. Intinya ya... itu semua adalah bagian dari pembelajaran yang pastinya semua itu ada gunanya di kemudian hari.”
Refleksi Berdasarkan wawancara di atas informan menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mengatur orang-orang bawahannya. Memiliki keahlian untuk mengatur, membimbing, dan agar orang-orang di bawahnya melaksanakan suatu hal untuk mencapai sebuah tujuan. Dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Menurut pendapat saya, kepemimpinanan di Pondok Pesantren ini dapat terlihat dari tingkah laku beliau ya, beliau tanggap dengan santri-santrinya, hm...bisa dikatakan beliau itu sangat perhatian dengan semua santri-santrinya, sehingga kalau ada santri baru itu jadi kerasan karena merasa selalu diperhatikan oleh beliau tapi atau dengan kata lain beliau itu bisa akrab dengan santrisantrinya, kemudian dengan masyarakat sekitar juga ramah, gapyak, dan lagi...beliau itu pengalamannya sangat luas serta keahliannya berpolitik sangat bagus, sehingga pondok ini sering dikunjungi oleh pejabat-pejabat pemerintahan,” dan informan pun berpendapat bahwa ciri-ciri kepemimpinan kyai di pondok Pesantren Pancasila yaitu “Ciri-ciri? hm...ciri-ciri kepemimpinan kyai di pondok ini ya, beliau sangat perhatian sama santri-santrinya, bertanggungjawab, tegas sekali dalam memimpin, prinsipnya kuat dan sangat fokus dengan tujuan, bertanggung jawab.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang 161
mengatakan “Kepemimpinan kyai dalam suatu pondok pesantren bagi pribadi saya adalah sangat penting, karena jika hal tersebut tidak ada dalam sebuah pondok pesantren maka, seorang kyai tidak akan dihormati baik oleh para santri-santrinya atau pun masyarakat sekitar, dan agar sebuah pondok pesantren dapat mencapai tujuan pesantren atau dengan kata lain melaksanakn program. Dan juga sebagai contoh bagi santrisantrinya dalam hal pemimpin.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Melaksanakan perintah dari kyai? Kalau saya pribadi, akan saya laksanakan langsung dengan penuh tanggung jawab, dan sungguhsungguh. Dan tentunya itu semua ya... saya usahakan untuk ikhlas,” “Hm... maksud saya hm... karena perintahnya beliau itu terkadang, hm...kalo bagi pribadi saya terkadang memberatkan. Jadi, biar yang kita kerjakan itu mbarokahi, ya... kita harus berusaha untuk ikhlas. Ya... mungkin bisa dikatakan pertama musti dipaksa dulu, ya...dengan cara ber-husnuzhon dan mikir-mikir, lama-lama yang seperti itu akan menjadi biasa.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai “Melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai, ya... saya, laksanakan dengan sungguh-sungguh, sepenuh hati dan rasa senang. Ya, rasanya itu kalo dinasehati seperti gimana ya... karena saya merasa itu adalah bentuk perhatian dari beliau, ya... itu menandakan bahwa beliau sangat memikirkan santri-santrinya dan ingin yang terbaik untuk santri-santrinya.” Ketika menerima hukuman dari kyai ”Kalau menerima hukuman dari kyai, ya... saya terima dengan lapang dada, sabar, dan ya... ber-husnudzon aja. Karena jika ada hukuman pasti ada kesalahan yang telah dilakukan, jadi hukuman itu memang perlu.” Dan ketika melaksanakan tata tertib dari kyai “Hm... dalam melaksanakan tata tertib dari kyai ya , saya laksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, sungguh-sungguh dan ikhlas....” Intinya dapat dikatakan bahwa informan menilai kepemimpinan kyai di pondok Pesantren Pancasila merupakan sebuah bentuk kepemimpinan yang mengagumkan. Banyak hal positif mengenai kepemimpinan kyai yang dapat diketahui dari wawancara tersebut. Yang mana hal tersebut juga membuat informan taat kepada kyai (dalam hal melaksanakan perintah, melaksanakan nasehat-nasehat, menerima hukuman dan ketika melaksanakan tata tertib yang ada di Pondok Pesantren Pancasila.
162
163
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: SMA : Senin/ 21 Mei 2012 : 09:59 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Wawancara dilaksanakan di ruang tamu komplek Darul Mukhlasin. Peneliti mewawancarai salah satu santri putra yang menjabat sebagai pengurus ndalem. Wawancara tersebut berlangsung santai. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan : “Kepemimpinan itu, merupakan kemampuan mempengaruhi orang- orang yang dipimpimnya, memiliki jiwa kepemimpinan itu sudah pasti, lebih pinter. Tapi, gak gak begitu harus lebih pinter, yang pasti bisa hm....menau...menau...menaungi. he eh, menau opo? menaungi masyarakatnya atau yang dipimpimnya dan pastinya bertanggungjawab, itu harus sudah pasti, bertanggungjawab setiap hal yang diberikan kepada yang di pimpinnya gitu. Maksudnya itu, bertanggungjawab itu bisa memberikan contoh-contoh yang baik kepada yang dipimpimnya. Gak nyuruh tapi, yang nyuruh itu. Hm...gak melaksanakan apa yang dia suruh. Maksute dalam bahasa Jawa itu jarkonningajar-ngajar ora gelem ngelakoni.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Sangat baik, sangat baik sekali. Tapi, hm..ada sedikit kelemahan-kelemahan yang dipunyai oleh beliau, di pondok ini yang saya telah hm..selidiki, dari tingkah lakunya, sifatnya, membuat saya hm...agak beda daripada pondok-pondok yang lain. Kelebihannya itu, dia bisa memberikan contoh-contoh kepada santri-santrinya akan tetapi hm...dia juga hm...sedikit menganaktirikan. Maksudnya menganaktirikan itu, dia kurang perhatian terhadap santrinya, maksudnya itu hm...dia itu, menyuruh santri-santrinya hm...untuk melaksanakan kegiatankegiatan yang ada di pondoknya akan hm..tetapi hm...dia, hm...beliau sendiri kurang memperhatikan terhadap yang...beliau suruh, maksudnya itu hm.... saya baru disuruh untuk mengaji, tapi beliau hanya menyuruh saja164
peneliti Informan
Peneliti
Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
gak memperhatikan dia ngaji atau tidak, terus berangkat atau tidak gitu. Jadi, hm...ya, itulah kekurangan dari beliau. Tapi, dia itu sangat hebat sekali bisa me...membuat sukses pondok ini bisa membangun pondok-pondok, hm...pondok ini bisa, apa itu bercabang salah satunya itu santrinya yang sudah, hm...maksudnya itu sudah alumni dari pondok sini, yaitu di Sumatra. Kalo gak salah itu pondoknya Pancasila...apa ya? agak lupa ya, Pancasila Jaya, kalo gak salah ya. Ya, Pancasila Jaya yang dipimpim oleh Kyai? Kyai Rifa‟i, ya he eh Kyai Rifa‟i.” : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” : “Ya...sudah saya hm...sebutkan di depan tadi, dia bijaksana, hm...tegas, kalo dengan masyarakat dia sangat baik, akrab.” : “Bagi anda, apakah sebuah kepemimpinan kyai itu penting dalam suatu pondok pesantren? Tolong berikan alasan anda!” : “Oh...penting sekali kerena, di pondok ini yang memimpin itu kan hm...kyai. Kalo, kalo gak ada kyai itu...apa ya? Pondok itu kurang maju. Kyai itu memberikan pemikiranpemikiran terus nanti di apa itu. Di...di...diberikan kepada bawahan-bawahannya yang sudah dewasa atau ustazustaznya untuk memperkembangkan pondok ini. Jadi, Pak Kyai itu beliau hanya memberikan motivasi atau solusi-solusi yang baik untuk perkembangan pondok ini menjadi hm...sukses itu diserahkan kepada yang diberi amanat dan tanggungjawab.” : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” : “Hm...bagi saya kalau melaksanakan perintah darai kyai, ya...harus ikhlas, kadang-kadang tidak seh. Walupun agak mangkel gimana gitu.” : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” : “Ya...kita, ambil yang baik nasehatnya. Oo...yang pasti itu nasehatnya baik semua, akan tetapi gak harus semuanya itu dilaksanakan. Tinggal kemampuan-kemampuan kita sendiri. Nasehatnya itu baik, hm...berpikir ke depan tapi, kitanya sendiri untuk melangkahnya daripada nasehat yang diberikan itu kurang mampu ya kita harus ambil saja mana yang baik dan mana yang gak, gitu aja?” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Ya...kalau jujur ya mba, kalu menerima itu gimana ya? Ya gak...ya gak terima lah. Walaupun he, walaupun itu 165
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
benar-benar kesalahan saya diri sendiri tapi, saya berniat saya ikhlas, hukuman ini adalah teguran membuat motivasi bahwa saya itu harus menjadi santri yang baik. Terus daripada itu saya harus hm..apa itu? Dalam hati saya itu, hm...harus kuat terhadap apa itu? Hm...hukuman-hukuman yang diberi Pak Kyai. Walaupun ya agak, hukumannya itu agak gimana ya? Hm...dengan kesalahan saya dengan hukuman yang diberi Pak Kyai itu hukumannya lebih berat daripada kesalahan saya. Maksudnya itu seumpama saya melaksanakan kesalahan yang ringan terus Pak Kyai memberikan hukuman yang berat. Lah...yang itu yang membuat saya gak terima, kadang itu Mba...ya...walaupun itu kan dari kyai mungkin kedepannya membuat say lebih baik, saya harus terima dengan ikhlas. : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Hm...bagi saya, makna hukuman itu merupakan suatu bentuk motivasi yang diberikan kepada ya...yang diberi hukum lah, agar kita lebih semangat dalam belajar dan menggapai cita-cita atau keinginan kita. Hm...selain itu juga ya...itulah seperti yang saya ucapkan di depan.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Hm...kalo tata tertib, saya sendiri gak begitu tertib mba, ya, ya...kita laksanakan, tetapi gak harus tertib. Kalo saya, tapi kalo melihat dari diri yang lain itu harus tertib, hm..harus tertib, ya tertib.” : “Apa makna tata tertib dari Kyai bagi pribadi anda?” : “Hm...maknanya tu suatu bentuk arahan agar menjadi orang-orang yang sukses di depan nanti selain itu juga, tata tertib itu bagi saya merupakan suatu arahan atau bentuk peraturan yang sudah ditetapkan dan harus dilaksanakan bagi kita. Mau tidak mau, namanya juga tata tertib itu harus kita lakukan.”
Refleksi Dari wawancara di atas informan menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi orang-orang yang dipimpimnya dapat menaungi yang dipimpimnya dan bertanggungjawab. Ada pun dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Sangat baik, sangat baik sekali. Tapi, hm..ada sedikit kelemahan-kelemahan yang dipunyai oleh beliau, di pondok ini yang saya telah hm..selidiki, dari tingkah lakunya, sifatnya, membuat saya hm...agak beda daripada pondok-pondok yang lain. Kelebihannya itu, dia bisa memberikan contoh-contoh kepada santrisantrinya akan tetapi hm...dia juga hm...sedikit menganaktirikan. 166
Maksudnya menganaktirikan itu, dia kurang perhatian terhadap santrinya, maksudnya itu hm...dia itu, menyuruh santri-santrinya hm...untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang ada di pondoknya akan hm..tetapi hm...dia, hm...beliau sendiri kurang memperhatikan terhadap yang...beliau suruh, maksudnya itu hm.... saya baru disuruh untuk mengaji, tapi beliau hanya menyuruh saja-gak memperhatikan dia ngaji atau tidak, terus berangkat atau tidak gitu. Jadi, hm...ya, itulah kekurangan dari beliau. Tapi, dia itu sangat hebat sekali bisa me...membuat sukses pondok ini bisa membangun pondok-pondok, hm...pondok ini bisa, apa itu bercabang salah satunya itu santrinya yang sudah, hm...maksudnya itu sudah alumni dari pondok sini, yaitu di Sumatra. Kalo gak salah itu pondoknya Pancasila...apa ya? agak lupa ya, Pancasila Jaya, kalo gak salah ya. Ya, Pancasila Jaya yang dipimpim oleh Kyai? Kyai Rifa‟i, ya he eh Kyai Rifa‟i,” dan informan jugamenyatakan bahwa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok pesantren Pancasila yaitu “Ya...sudah saya hm...sebutkan di depan tadi, dia bijaksana, hm...tegas, kalo dengan masyarakat dia sangat baik, akrab.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “Oh...penting sekali kerena, di pondok ini yang memimpin itu kan hm...kyai. Kalo, kalo gak ada kyai itu...apa ya? Pondok itu kurang maju. Kyai itu memberikan pemikiran-pemikiran terus nanti di apa itu. Di...di...diberikan kepada bawahan-bawahannya yang sudah dewasa atau ustaz-ustaznya untuk memperkembangkan pondok ini. Jadi, Pak Kyai itu beliau hanya memberikan motivasi atau solusi-solusi yang baik untuk perkembangan pondok ini menjadi hm...sukses itu diserahkan kepada yang diberi amanat dan tanggungjawab.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Hm...bagi saya kalau melaksanakan perintah darai kyai, ya...harus ikhlas, kadang-kadang tidak seh. Walupun agak mangkel gimana gitu.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai ”Ya...kita, ambil yang baik nasehatnya. Oo...yang pasti itu nasehatnya baik semua, akan tetapi gak harus semuanya itu dilaksanakan. Tinggal kemampuankemampuan kita sendiri. Nasehatnya itu baik, hm...berpikir ke depan tapi, kitanya sendiri untuk melangkahnya daripada nasehat yang diberikan itu kurang mampu ya kita harus ambil saja mana yang baik dan mana yang gak, gitu aja.” Ketika menerima hukuman dari kyai ”Ya...kalau jujur ya mba, kalu menerima itu gimana ya? Ya gak...ya gak terima lah. Walaupun he, walaupun itu benar-benar kesalahan saya diri sendiri tapi, saya berniat saya ikhlas, hukuman ini adalah teguran membuat motivasi bahwa saya itu harus menjadi santri yang baik. Terus daripada itu saya harus hm..apa itu? Dalam hati saya itu, hm...harus kuat terhadap apa itu? Hm...hukuman167
hukuman yang diberi Pak Kyai. Walaupun ya agak, hukumannya itu agak gimana ya? Hm...dengan kesalahan saya dengan hukuman yang diberi Pak Kyai itu hukumannya lebih berat daripada kesalahan saya. Maksudnya itu seumpama saya melaksanakan kesalahan yang ringan terus Pak Kyai memberikan hukuman yang berat. Lah...yang itu yang membuat saya gak terima, kadang itu Mba...ya...walaupun itu kan dari kyai mungkin kedepannya membuat say lebih baik, saya harus terima dengan ikhlas.” Dan melaksanakan tata tertib dari kyai ”Hm...kalo tata tertib, saya sendiri gak begitu tertib mba, ya, ya...kita laksanakan, tetapi gak harus tertib. Kalo saya, tapi kalo melihat dari diri yang lain itu harus tertib, hm..harus tertib, ya tertib.”
168
169
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: FD : Selasa/22 Mei 2012 : 07:56 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Setelah kegiatan rutin-Salat Dhuha berjamaah, peneliti mewawancarai salah satu santri putri di komplek Darul Mukhlasin, Pondok Pesantren Pancasila. Ada pun wawancara dilaksanakan di kamar pengurus. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan : “Kepemimpinan? apa ya mba ya? Oh ya, mungkin seperti keahlian memimpin, memerintah orang-orang yang dipimpinnya, gitu ya mba ya?” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Kepemimpinan yang saya liat di pondok pesantren ini adalah ya...dari keseharian beliau yang sangat sederhana dan perhatian. Tanggap terhadap linkungan, Pak kyai gag gengsi buat ngebersihin pondok, dan yang paling menonjol adalah tegas.” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan :“Ciri-cirinya...? Pak Kyai itu pinter ngemong, perhatian, pandai, bergaul, tegas, dan yang paling mengagumkan adalah Pak Kyai itu wawasannya sangat luas.” Peneliti : “Bagi anda, apakah kepemimpinan kyai itu penting? Tolong berikan alasan anda?” Informan : “Kepemimpinan Kyai itu sangat penting sekali ya mbak....karena, sebagai penentu dari kemajuan dan arah serta tujuan pondok, intinya itu kepemimpinan berguna untuk mengatur ke mana pondok pesantren itu akan di bawa.” Peneliti : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” Informan : “Melaksanakan perintahnya, saya jalankan sebisa mungkin dan penuh keikhlasan. Oh ya, satu lagi, dengan penuh tanggungjawab pastinya.” Peneliti : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai? Informan :“Apapun saya laksanakan. Karena, saya yakin Pak Kyai pasti mengarahkan yang terbaik untuk saya.” 170
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
: “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Menerima hukuman, saya terima dengan... nerimo dan sebagai peringatan untuk mengintropeksi diri saya.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Makna hukuman, bagi saya adalah sebagi teguran agar saya gak mengulanginya lagi.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Tata tertib yang ada di situ, sebisa mungkin saya laksanakan walaupun terkadang sulit.” : “Apa makna tata tertib bagi pribadi anda?” : “Makna tata tertib, bagi saya adalah sebagai fasilitas untuk melaksanakan program pondok.”
Refleksi Dari wawancara di atas informan mengatakan bahwa kepemimpinan adalah keahlian memimpin, memerintah orang-orang yang dipimpinnya. Ada pun proses wawancara tersebut dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Kepemimpinan yang saya liat di pondok pesantren ini adalah ya...dari keseharian beliau yang sangat sederhana dan perhatian. Tanggap terhadap linkungan, Pak kyai gag gengsi buat ngebersihin pondok, dan yang paling menonjol adalah tegas,” yang mana hal tersebut dapat terlihat dari ciri-cirinya yaitu “Ciricirinya...? Pak Kyai itu pinter ngemong, perhatian, pandai, bergaul, tegas, dan yang paling mengagumkan adalah Pak Kyai itu wawasannya sangat luas.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “Kepemimpinan Kyai itu sangat penting sekali ya Mbak....karena, sebagai penentu dari kemajuan dan arah serta tujuan pondok, intinya itu kepemimpinan berguna untuk mengatur ke mana pondok pesantren itu akan di bawa.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Melaksanakan perintahnya, saya jalankan sebisa mungkin dan penuh keikhlasan. Oh ya, satu lagi, dengan penuh tanggungjawab pastinya.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai “Apapun saya laksanakan. Karena, saya yakin Pak Kyai pasti mengarahkan yang terbaik untuk saya.” Ketika menerima hukuman dari kyai “Menerima hukuman, saya terima dengan... nerimo dan sebagai peringatan untuk mengintropeksi diri saya.” Dan ketika melaksanakan tata tertib dari kyai “Tata tertib yang ada di situ, sebisa mungkin saya laksanakan walaupun terkadang sulit.” 171
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: TPNG : Selasa / 22 Mei 2012 : 09:15 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Wawancara dilaksanakan ketika istirahat jam pertama-kelas mengaji pagi. Dalam wawancara tersebut peneliti mewawancarai salah satu santri putri di kelas imrithi Pondok Pesantren Pancasila, wawancara berlangsung santai namun mengena. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan :“Hm...bagi saya, kepemimpinan itu, adalah sebuah, hm...maksudnya suatu kemampuan untuk mengarahkan, mengatur orang lain, memberi perintah untuk melakukan hal-hal tertentu, melarang sesuatu, dan yang jelas pemimpin itu dilayani dan melayani.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Hm ...kepemimpinan di ponpes ini, dapat dilihat dari segi sifatnya ya... beliau itu tegas, perhatian sama para santrinya, penyayang, dalam keseharian beliau itu.... sangat, sangat sederhana yang paling keliatan itu dari cara berpakaian, beliau itu sedaerhana-apa adanya, trus dari segi beliau bergaul, sama masyarakar sekitar itu gapyak, sama santri juga sebenarny akrab ya... dan dari segi berbicaraannya penuh motivasi Mba....” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Ciri-cirinya....ciri-cirinya itu di mana kyai tersebut bisa membuat santrinya sukses, hm...sama santrinya gag cuek.” Peneliti : “Bagi anda, apakah kepemimpinan kyai dalam suatu pondok pesantren itu penting?” Informan : “Ya menurut saya, kepemimpinan kyai itu sangat penting.” Peneliti : “Mengapa? tolong berikan alasan anda?” Informan : “Karena, hm...sebagai pimpinan atau dapat diandaikan jika, ponpes adalah sebuah kapal maka kepemimpinan kyai itu adalah pilotnya, yang mengatur arah tujuan, maju 172
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
mundurnya, yang intinya, hm... yang intinya itu ya, untuk kemajuan pastinya. Kemudian juga karena, kyai dijadikan panutan, jadi kepemimpinan kyai sangat penting, hm... karena juga dengan adanya kepemimpinan kyai maka, seorang kyai itu tentunya akan dihormati, dihargai, dipatuhi. Ya... mksudnya itu dengan adanya kepemimpinan kyai akan menimbulkan seperti, hm... seperti sebuah kepercayaan dan kekaguman orang-orang disekitarnya sehingga seorang kyai itu di-ajeni.” : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” : “Hm...dalam melaksanakan perintah dari Pak Kyai, ya...saya lakukan karena, bagaimanapun juga Pak Kyai pasti mengarahkan kepada kita selalu kepada kebaikan.” : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” : “Hm...nasehat-nasehat itu saya lakukan dengan pelanpelan. Ya...alon-alon asal kelakon. Itu pun kalau nasehat itu cocok sama diri saya.” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Hm...kalau saya, saya ikhlas saja, walaupun sebenarnya kadang keberatan.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Makna hukuman bagi saya, hm...sebagai peringatan. Peringatan untuk kembali ke jalan yang lurus.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Tata tertib...tata tertib saya laksanakan setengah-setengah. Ya...itu...itu sih sesuai dengan tata tertibnya, kadang saya patuhi, kadang juga saya langgar,he....” : “Apa makna tata tertib bagi pribadi anda?” : “Makna tata tertib....bagi saya maknanya adalah sebuah lampu merah untuk berhenti ketika ada sesuatu hal. Tapi yang lebih benarnya tata tertib itu merupakan aturan hidup.”
Refleksi Dari hasil wawancara di atas informan menyatakan bahwa kepemimpinan ialah suatu kemampuan untuk mengarahkan, mengatur orang lain, memberi perintah untuk melakukan hal-hal tertentu, melarang sesuatu, dan yang jelas pemimpin itu dilayani dan melayani. Dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwaninforman kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Hm ...kepemimpinan di ponpes ini, dapat dilihat dari segi sifatnya ya... beliau itu tegas, perhatian sama para santrinya, penyayang, dalam keseharian beliau itu.... sangat, sangat sederhana yang paling keliatan itu dari cara berpakaian, beliau itu sedaerhana-apa adanya, trus 173
dari segi beliau bergaul, sama masyarakar sekitar itu gapyak, sama santri juga sebenarny akrab ya... dan dari segi berbicaraannya penuh motivasi Mba...,” “Ciri-cirinya....ciri-cirinya itu di mana kyai tersebut bisa membuat santrinya sukses, hm...sama santrinya gag cuek.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu “Ya menurut saya, kepemimpinan kyai itu sangat penting,” “Karena, hm...sebagai pimpinan atau dapat diandaikan jika, ponpes adalah sebuah kapal maka kepemimpinan kyai itu adalah pilotnya, yang mengatur arah tujuan, maju mundurnya, yang intinya, hm... yang intinya itu ya, untuk kemajuan pastinya. Kemudian juga karena, kyai dijadikan panutan, jadi kepemimpinan kyai sangat penting, hm... karena juga dengan adanya kepemimpinan kyai maka, seorang kyai itu tentunya akan dihormati, dihargai, dipatuhi. Ya... mksudnya itu dengan adanya kepemimpinan kyai akan menimbulkan seperti, hm... seperti sebuah kepercayaan dan kekaguman orang-orang disekitarnya sehingga seorang kyai itu di-ajeni.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Hm...dalam melaksanakan perintah dari Pak Kyai, ya...saya lakukan karena, bagaimanapun juga Pak Kyai pasti mengarahkan kepada kita selalu kepada kebaikan.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat “Hm...nasehat-nasehat itu saya lakukan dengan pelan-pelan. Ya...alonalon asal kelakon. Itu pun kalau nasehat itu cocok sama diri saya.” Ketika menerima hukuman “Hm...kalau saya, saya ikhlas saja, walaupun sebenarnya kadang keberatan.” Namun ketika melaksanakan tata tertib dari kyai yaitu “Tata tertib...tata tertib saya laksanakan setengah-setengah. Ya...itu...itu sih sesuai dengan tata tertibnya, kadang saya patuhi, kadang juga saya langgar,he....”
174
175
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: PTU : Rabu/23 Mei 2012 : 11:10 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Wawancara dilaksanakan sehabis kelas mengaji pagi, wawancara bertempat di kamar pengurus putri, wawancara berlangsung santai namun mengena. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan : “Kepemimpinan....menurut saya, kepemimpinan itu. Piye yo? ra iso diungkapna dengan kata-kata ikh. Hm...yo koyo, Pak Kyai lah. Mampu memimpin pondok, ngurus santrisantrine, trus menegakkan peraturan, nge’i ukuman.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Yang saya lihat. Pak Kyai itu teratur, disiplin, perhatian, penyayang, ya...piye ya? Tegas, sederhana dan mengesankan, he.... .” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Ciri-cirinya...? ya itu tadi, podo koyo mau. Hm...tegas, bijaksana, disiplinnya tinggi, perhatian banget sama santri-santrinya, dan yang pastinya tegas. Gitu Mba.....” Peneliti : “Menurut anda, apakah kepemimpinan dalam suatu pondok pesantren itu penting?” Informan : “Iya, penting, menurut saya penting itu banget....” Peneliti : “Mengapa kepemimpinan kyai itu penting? tolong berikan alasan anda!” Informan : “Ya... karena, jika pondok tanpa kepemimpinan, pastinya gag ada tujuan yang jelas. Morak-marik gitu lo.” Peneliti : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” Informan : “Ya...saya laksanakan dengan ikhlas to yo. Pokoknya selagi saya mampu akan saya laksanakan.” Peneliti : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” Informan : “Nasehat-nasehat. Hm...saya jalankan, walaupun terkadang saya kurang mudeng nasehat-nasehat itu gunanya apa. Ya...anggap aja lah, hm...seperti ngalap barokah.” 176
Peneliti Informan
Peneliti Informan Peneliti Informan
Peneliti Informan
: “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Hukuman, ya...saya terima lah, karena, pastinya nek saya dihukum itu karena saya punya kesalahan. Ya..fear gitu lah. Berani berbuat, ya...berani bertangungjawab.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Makna hukuman....sebagai teguran saja, gen ora mbaleni meneh.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Kalo melaksanakan tata tertib, jujur, tidak semua tata tertib saya patuhi, saya lebih sering melanggar, yo...walopun nko ditakzir. Tapi, kalau lagi sadar, semua tata tertib itu saya patuhi bahkan saya ikut menegakkannya.” : “Apa makna tata tertib bagi pribadi anda?” : “Makna tata tertib,maknanya itu sebagai pembatas, ono aturane, gen ra sekarepe dewe.”
Refleksi Dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Yang saya lihat. Pak Kyai itu teratur, disiplin, perhatian, penyayang, ya...piye ya? Tegas, sederhana dan mengesankan, he...,” “Ciri-cirinya...? ya itu tadi, podo koyo mau. Hm...tegas, bijaksana, disiplinnya tinggi, perhatian banget sama santrisantrinya, dan yang pastinya tegas. Gitu Mba....” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “Iya, penting, menurut saya penting itu banget....” “Ya... karena, jika pondok tanpa kepemimpinan, pastinya gag ada tujuan yang jelas. Morak-marik gitu lo.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Ya...saya laksanakan dengan ikhlas to yo. Pokoknya selagi saya mampu akan saya laksanakan.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai ”Nasehat-nasehat. Hm... saya jalankan, walaupun terkadang saya kurang mudeng nasehat-nasehat itu gunanya apa. Ya... anggap aja lah, hm...seperti ngalap barokah.” Ketika menerima hukuman dari kyai “Hukuman, ya...saya terima lah, karena, pastinya nek saya dihukum itu karena saya punya kesalahan. Ya.. fear gitu lah. Berani berbuat, ya... berani bertangungjawab.” Namun, tidak demikian halnya ketika melaksanakan tata tertib dari kyai, informan tidak taat kepada kyai hal ini dibuktikan dengan pernyataan informan yang menyatakan “Kalo melaksanakan tata tertib, jujur, tidak semua tata tertib saya patuhi, saya lebih sering melanggar, yo...walopun nko ditakzir. Tapi, 177
kalau lagi sadar, semua tata tertib itu saya patuhi bahkan saya ikut menegakkannya.” CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: KHZ : Rabu /23 Mei 2012 : 11:45 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Wawancara dilaksanakan setelah kegiatan mengaji pagi-sawir per kelas . Dalam wawancara tersebut peneliti mewawancarai salah satu santri putri di komplek Darul Mukhlasin tepatnya bertempat di kamar pengurus putri. Wawancara berlangsung santai namun mengena. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan :“Kepemimpinan (diam beberapa saat), kepemimpinan itu merupakan suatu kemampuan mengatur orang-orang mungkin ya? Agar orang-orang yang dipimpinnya itu melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan gitu Mba.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Yang saya lihat dari kepemimpinan kyai di pondok ini, itu dapat kita lihat dari kesehariannya ya...beliau itu tegas, sederhana, perhatian, penyayang.” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Ciri-ciri kepemimpinan di pondok ini itu dapat dibuktikan dengan perhatiannya dengan keadaan pondok dan santri-santrinya sangat besar, terus pintar main politik, tegas, trus...mengesankanlah.” Peneliti : “Bagi anda, apakah kepemimpinan kyai dalam suatu pondok pesantren itu penting?” Informan : “Ya sangat penting.” Peneliti : “Mengapa?” Informan : “Ya...karena, sebagai penggerak maju mundurnya pondok, arah tujuan pondok, dan tentunya sebagai contoh bagi para santri-bagaimana caranya memimpin atau menjadi pemimpin yang seharusnya.” Peneliti : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” Informan :“Kalau bisa saya laksanakan waktu itu juga, ya...saya laksanakan, tapi kalau saya merasa keberatan, saya jujur.” 178
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Peneliti Peneliti Peneliti
: “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” : “Nasehat-nasehat dari Pak Kyai mula-mula saya dengarkan lalu, saya renungkan, kemudian saya jalankan ya itu pun sekiranya nasehat itu memang berguna untuk diri saya alias saya klop dengan nasehat itu.” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” : “Dalam menerima hukuman dari kyai, saya terima dengan lapang dada ya...walau terkadang masih suka membicarakannya di belakang jika, hukuman itu terlalu berat.” : “Apa makna hukuman hm...dari kyai bagi anda?” : “Bagi saya, hm...bagi saya makna hukuman itu sebagai proses pembelajaran, agar kita dapat berpikir lebih dewasa.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Ya...tata tertib di pondok ini, saya laksanakan semampu saya.” : “Apa makna tata tertib bagi pribadi anda?” :“Makna tata tertib itu adalah bermakna...ya sebagai pembelajaran pula. Agar hidup kita tidak seenaknya sendiri atau kata lain punya aturan lah.”
Refleksi Dari wawancara di atas informan berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan mengatur orang-orang agar melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan. Ada pun dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Yang saya lihat dari kepemimpinan kyai di pondok ini, itu dapat kita lihat dari kesehariannya ya...beliau itu tegas, sederhana, perhatian, penyayang,” “Ciri-ciri kepemimpinan di pondok ini itu dapat dibuktikan dengan perhatiannya dengan keadaan pondok dan santrisantrinya sangat besar, terus pintar main politik, tegas, trus...mengesankanlah.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu “sangat penting,” “Ya...karena, sebagai penggerak maju mundurnya pondok, arah tujuan pondok, dan tentunya sebagai contoh bagi para santri-bagaimana caranya memimpin atau menjadi pemimpin yang seharusnya.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika 179
melaksanakan perintah “Kalau bisa saya laksanakan waktu itu juga, ya...saya laksanakan,” jawaban tersebut jika dianalisis mengandung makna bahwa informan, memiliki rasa tanggung jawab dan siap sedia melaksanakan perintah dari kyai. Ketika melaksanakan nasehat-nasehat “Nasehat-nasehat dari Pak Kyai mula-mula saya dengarkan lalu, saya renungkan, kemudian saya jalankan ya itu pun sekiranya nasehat itu memang berguna untuk diri saya alias saya klop dengan nasehat itu,” jika dianalisis informan mau melaksanakan nasehat-nasehat yang sesuai dengan prinsipnya, ada filter dari dalam dirinya. Ketika menerima hukuman dari kyai “Dalam menerima hukuman dari kyai, saya terima dengan lapang dada ya...walau terkadang masih suka membicarakannya di belakang jika, hukuman itu terlalu berat.” Dan ketika melaksanakan tata tertib dari kyai yaitu “Ya...tata tertib di pondok ini, saya laksanakan semampu saya.”
180
181
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: AZM : Sabtu/26 Mei 2012 : 06:45 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Setelah bangdongan pagi, peneliti mewawancarai salah satu santri putri Pondok Pesantren Pancasila. Ada pun wawancara dilaksanakan di kamar pengurus ketika santri-santri yang lain melaksanakan aktivitas pribadinya. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan : “Menurut saya, menurut saya, kepemimpinan itu seperti sebuah cara memimpin orang-orang yang dipimpin, membimbing orang-orang yang dipimpin, mengarahkan orang-orang yang dipimpin dan tentunya membuat orangorang yang dipimpin itu mau nurut. Manuruti yang memimpin untuk melakukan sesuatu.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Hm... yang saya lihat, beliau sangat merakyat-cedak karo wong cilik, bijaksana” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Beliau sangat baik hati, lemah lembut, tidak pilih kasih.” Peneliti : “Bagi anda, mengapa kepemimpinan kyai itu penting dalam suatu pondok pesantren?” Informan : “Kepemimpinan kyai itu sangat penting karena, agar seorang kyai selalu dihormati, dipatuhi oleh para santrisantrinya dan masyarakat sekitarnya.” Peneliti : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” Informan : “Dalam melaksanakan perintah dari Pak Kyai, saya laksanakan dengan senang, menurut tanpa ada perasaanperasaan lainnya.” Peneliti : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” Informan : “Cara saya melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai, ya, saya laksanakan nasehat tersebut sebagai rasa hormat dan takdim sama Pak Kyai.” Peneliti : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” Informan : “Saya akan melaksanakan hukuman itu dengan penuh kesediaan hati saya dan tanggung jawab.” 182
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
: “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Makna hukuman dari kyai bagi saya, adalah sebagai proses pembelajaran untuk kita, dan itu juga merupakan tanda sayang kyai kepada santrinya.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Ya, dalam melaksanakan tata tertib, saya laksanakan semampu saya, walaupun terkadang ada kalanya saya pun tidak mematuhi tata tertib tersebut.” : “Apa makna tata tertib bagi pribadi anda?” : “Makna tata tertib bagi pribadi saya adalah sebagai pembiasaan atau kedisiplinan, dan sejenis uji ketahanan mental, melatih kesabaran, ketulusan dalam melaksanakannya.”
Refleksi Berdasarkan wawancara di atas informan menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sebuah cara memimpin orang-orang yang dipimpin, membimbing orang-orang yang dipimpin, mengarahkan orang-orang yang dipimpin dan tentunya membuat orang-orang yang dipimpin itu mau nurut. Manuruti yang memimpin untuk melakukan sesuatu. Dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Hm... yang saya lihat, beliau sangat merakyat-cedak karo wong cilik, bijaksana,” “Beliau sangat baik hati, lemah lembut, tidak pilih kasih.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “Kepemimpinan kyai itu sangat penting karena, agar seorang kyai selalu dihormati, dipatuhi oleh para santri-santrinya dan masyarakat sekitarnya.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Dalam melaksanakan perintah dari Pak Kyai, saya laksanakan dengan senang, menurut tanpa ada perasaan-perasaan lainnya.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai “Cara saya melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai, ya, saya laksanakan nasehat tersebut sebagai rasa hormat dan takdim sama Pak Kyai.” Ketika menerima hukuman dari kyai ”Saya akan melaksanakan hukuman itu dengan penuh kesediaan hati saya dan tanggung jawab.” Dan ketika melaksanakan tata tertib dari kyai “Ya, dalam melaksanakan tata tertib, saya laksanakan semampu saya, walaupun terkadang ada kalanya saya pun tidak mematuhi tata tertib tersebut.” 183
Intinya dapat dikatakan bahwa informan menilai kepemimpinan kyai di pondok Pesantren Pancasila merupakan sebuah bentuk kepemimpinan yang mengagumkan. Banyak hal positif mengenai kepemimpinan kyai yang dapat diketahui dari wawancara tersebut. Yang mana hal tersebut juga membuat informan taat kepada kyai (dalam hal melaksanakan perintah, melaksanakan nasehat-nasehat, menerima hukuman dan ketika melaksanakan tata tertib yang ada di Pondok Pesantren Pancasila).
184
185
CATATAN WAWANCARA Informan Hari/tanggal Pukul Fokus
: BFF : Sabtu /26 Mei 2012 : 10:54 : Pandangan santri tentang kepemimpinan kyai
Prolog Wawancara dilaksanakan setelah kegiatan mengaji pagi. Dalam wawancara tersebut peneliti mewawancarai salah satu santri putri di kamar pengurus putri komplek Darul Mukhlasin. Wawancara pun berlangsung santai namun mengena. Proses Wawancara Peneliti : “Menurut anda, apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?” Informan : “Kepemimpinan...? kepemimpinan itu seperti hak kekuasaan untuk memimpin, mengarahkan ke mana- ke mananya, dan juga ngatur-ngatur orang-orang yang di pimpinnya.” Peneliti : “Apa yang anda lihat dari kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Dari kepemimpinan kyai...? ya itu dapat terlihat dari kesehariannya beliau yang penyayang, trus perhatiannya gede sama santri-santrinya apalagi sama santri putrikayak bapak ama anaknya gitu Mba, trus juga beliau itu tegas-dalam hal apa pun, sederhana banget-saya paling terkesan sama kesederhanaannya beliau-ya apa adanya lah, kemudian juga politiknya jalan-dan secara gag langsung. Ya... pokoknya itu lah Mba....” peneliti : “Apa ciri-ciri kepemimpinan kyai di Pondok Pesantren Pancasila?” Informan : “Hm... menurut saya, ya... tegas, bijak ya, perhatian, peduli sekitar, prinsipnya kuat, hm... pinter, hm... gag pinter deng Mba. Tapi... cerdas, ya... ilmu-ilmunya itu, jago banget, ya maksud saya disamping ilmu agama yang gag diragukan lagi, beliau juga ahli Bahasa Inggris dan lain-lainnya.” Peneliti : “Bagi anda, apakah suatu kepemimpinan kyai dalam sebuah pondok pesantren itu penting?” Informan : “Itu... ya sangat penting sekali Mba. Karena, kyai tanpa kepemimpinan itu gag akan punya derajat dan martabat tinggi, kalo santri-santri sini bilang ga di-ajeni gitu. Ya... jadi kalau kepemimpinan kyai tidak ada, maka rasa hormat, dan penghargaan santri dan masyarakat akan 186
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
Peneliti Informan
hilang, yang akibatnya itu gag akan lagi ada orang-orang minta pengarahan, nasehat atau ijazah, terus gag akan ada pejabat-pejabat yang minta dukungan doa. Pokoknya intinya itu jika gag ada kepemimpinan kyai maka, kyai gag akan di-ajeni lagi.” : “Bagaimana anda melaksanakan perintah dari kyai?” : “Hm... bagi saya perintah itu juga bagian dariperhatiannya beliau ya, jadi pastinya selalu saya laksanakan dengan senag hati, ikhlas dan sungguh-sungguh. Itung-itung juga sambil ngalap barokah Mba.” : “Bagaimana cara anda melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai?” : “Kalau saya, selagi saya mampu, nasehat itu ya, langsung saya laksanakan. karena, saya percaya bahwa apa pun yang beliau nasehatkan itu pasti demi kebaikan. Agar di kemudian hari sukses dunia akherat.” : “Bagaimana anda menerima hukuman dari kyai?” :“Kalau menerima hukuman, ya... dengan lapang dada, ikhlas, pokoknya diterima tanpa rasa dendam lah. Soalnya kalau ada hukuman pasti ada kesalahan, ya... itu semua seperti yang pernah dikatakan beliau bahwa „hidup itu adalah timbal balik dari semua perbuatan kita‟ kalau kita baik maka dapat ganjaran yang baik pula, dan sebaliknya jika kita jahat atau salah kita juga akan diganjar dengan sesuatu yang setimpal.” : “Apa makna hukuman dari kyai bagi anda?” : “Makna hukuman dari Kyai... ya... sebagai teguran biar kita bisa mengoreksi kesalahan kita, dan juga agar tidak mengulanginya lagi. Jadi, agar hidup kita itu ada... ada aturannya, gag seenaknya sendiri Mba.” : “Bagaimana anda melaksanakan tata tertib dari kyai?” : “Kalau tata tertib itu saya laksanakan dengan penuh tanggung jawab, saya berusaha semampu saya untuk melaksanakan semua tata tertib yang ada.” : “Apa makna tata tertib dari kyai bagi pribadi anda?” : “Makna tata tertib... kalau saya maknanya itu, agar hidup kita tidak seenaknya sendiri, terus disiplin, mental juga tertata.”
Refleksi Berdasarkan wawancara di atas informan menyatakan bahwa kepemimpinan adalah hak kekuasaan untuk memimpin, mengarahkan, dan mengatur orang-orang yang di pimpinnya. Dari proses wawancara di atas dapat direfleksikan bahwa informan kagum dengan kepemimpinan yang ada, hal ini dibuktikan dari hasil wawancara yang menyatakan “Dari 187
kepemimpinan kyai...? ya itu dapat terlihat dari kesehariannya beliau yang penyayang, trus perhatiannya gede sama santri-santrinya apalagi sama santri putri-kayak bapak ama anaknya gitu Mba, trus juga beliau itu tegasdalam hal apa pun, sederhana banget-saya paling terkesan sama kesederhanaannya beliau-ya apa adanya lah, kemudian juga politiknya jalan-dan secara gag langsung. Ya... pokoknya itu lah Mba...,” “Ya... tegas, bijak ya, perhatian, peduli sekitar, prinsipnya kuat, hm... pinter, hm... gag pinter deng Mba. Tapi... cerdas, ya... ilmu-ilmunya itu, jago banget, ya maksud saya disamping ilmu agama yang gag diragukan lagi, beliau juga ahli Bahasa Inggris dan lain-lainnya.” Informan juga berpendapat bahwa sebuah kepemimpinan kyai itu sangat penting yang dibuktikan dari pernyataan informan yang mengatakan “tu... ya sangat penting sekali Mba. Karena, kyai tanpa kepemimpinan itu gag akan punya derajat dan martabat tinggi, kalo santri-santri sini bilang ga di-ajeni gitu. Ya... jadi kalau kepemimpinan kyai tidak ada, maka rasa hormat, dan penghargaan santri dan masyarakat akan hilang, yang akibatnya itu gag akan lagi ada orang-orang minta pengarahan, nasehat atau ijazah, terus gag akan ada pejabat-pejabat yang minta dukungan doa. Pokoknya intinya itu jika gag ada kepemimpinan kyai maka, kyai gag akan di-ajeni lagi.” Dapat disimpulkan bahwa informan mengagumi kyai, dari segi cara kyai tersebut memimpin dan dari segi sikap dan perilaku. Yang mana hal tersebut juga diimbangi dengan ketaatan informan terhadap kyai yang dibuktikan dengan pernyaatan informan yaitu ketika melaksanakan perintah “Hm... bagi saya perintah itu juga bagian dariperhatiannya beliau ya, jadi pastinya selalu saya laksanakan dengan senag hati, ikhlas dan sungguh-sungguh. Itung-itung juga sambil ngalap barokah Mba.” Ketika melaksanakan nasehat-nasehat dari kyai “Kalau saya, selagi saya mampu, nasehat itu ya, langsung saya laksanakan. karena, saya percaya bahwa apa pun yang beliau nasehatkan itu pasti demi kebaikan. Agar di kemudian hari sukses dunia akherat.” Ketika menerima hukuman dari kyai ”Dengan lapang dada, ikhlas. Pokoknya diterima tanpa rasa dendam lah. Soalnya kalau ada hukuman pasti ada kesalahan, ya... itu semua seperti yang pernah dikatakan beliau bahwa „hidup itu adalah timbal balik dari semua perbuatan kita‟ kalau kita baik maka dapat ganjaran yang baik pula, dan sebaliknya jika kita jahat atau salah kita juga akan diganjar dengan sesuatu yang setimpal.” Dan ketika melaksanakan tata tertib dari kyai “Tata tertib itu saya laksanakan dengan penuh tanggung jawab, saya berusaha semampu saya untuk melaksanakan semua tata tertib yang ada.” Intinya dapat dikatakan bahwa informan menilai kepemimpinan kyai di pondok Pesantren Pancasila merupakan sebuah bentuk kepemimpinan yang mengagumkan. Banyak hal positif mengenai kepemimpinan kyai yang dapat diketahui dari wawancara tersebut. Yang mana hal tersebut juga membuat informan taat kepada kyai.
188