PERSEPSI SANTRI TENTANG KHARISMA KYAI (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al -Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh : AMIN NIM : 111 06 051
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2010
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan perbaiki, maka skripsi Saudara : Nama
: Amin
NIM
: 111 06 051
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Judul
: PERSEPSI SANTRI TENTANG KHARISMA KYAI (Studi Kasus di Pondok Pesantren AL HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010)
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan
Salatiga, 04 Agustus 2010 Pembimbing
Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si NIP. 19700529 200003 2 001
ii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 323706 Fax. 323433 Kode Pos. 50721 Salatiga http//www.salatiga.ac.id e-mail:
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi saudara: AMIN dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 06 051 yang berjudul PERSEPSI SANTRI TENTANG KHARISMA KYAI (Studi kasus di Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010) telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga pada hari Selasa, 31 Agustus 2010 yang bertepatan dengan tanggal 21 Ramadhan 1431 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat -syarat untuk memperoleh gelar Sa rjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) dalam Ilmu Tarbiyah. Salatiga, 31 Agustus 2010 Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1 002
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Drs. Mubasirun, M.Ag NIP. 19590202 199003 1 001
Jaka Siswanta, M.Pd NIP. 19710219 200003 1 001
Pembimbing
Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si NIP. 19700529 200003 2 001
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: AMIN
NIM
: 111 06 051
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar -benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulisan orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia untuk menerima sanksi akademik yang diberikan oleh STAIN Salatiga
Salatiga, 18 Agustus 2010 Yang menyatakan,
Amin NIM: 111 06 051
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Barang siapa yang mempergauli dengan kaum /orang maka akan terlibat seperti yang dipergauli
Siapa yang bergaul dengan orang baik , maka ia pun akan baik/mulia, orang yang bergaul dengan orang jahat maka ia pun akan jahat .
PERSEMBAHAN Kedua orang tuaku, Bapak Ramin, Ibu Juniah yang saya cintai dan sayangi , Kakak dan adik-adik saya, Nuryati dan Erwin, Meliyanti , Saudara-saudaraku di rumah, H Kadma dan Hj. Ju m, KH. Habib Ihsanudin dan Hj Zaenab Habib ser ta keluarga Ndalem (Bu Yun, Bu Dewi, Mbk Luluk, Pak Saiful, Gus Atho, Gus A’la) , Adik tercinta Eka Septiana Sari yang selalu membantu , mendampingin dalam segala hal, Sahabat-sahabatku PMII Kota Salatiga , Teman-temanku di Pondok Pesantren Al -Huda Doglo, Cepogo, Boyolali, Sabahat-sabahatku di Pondok Pesantren Edi Mancoro Gedangan, Bagi orang-orang yang pernah memberikan sedikit ilmunya kepadaku .
v
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi Allah semesta alam, atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan pada panutan umat Islam Nabi Muhammad SAW, sanak kerabat dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan yang benar dengan perantara agama islam. Penulisan skripsi ini dimaksudkan guna memenuhi kewajiban sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana dalam I lmu Tarbiyah. Penyusunan penelitian ini masih sangat lemah dari sisi
isi ( content) dan kedalaman
(segments) sehingga peneliti mengharapkan kritikan yang membangun. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Ibu. Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu. Asdiqoh, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga.
vi
4. Kedua orang tuaku (Bapak Ramin dan Ibu Juniah), kakakku (Nuryati), adikku (Erwin Cartono dan Meliyanti) serta semua familiku yang telah memberikan doa serta motivasinya, baik moral maupun material 5. Bapak KH. Habib Ihsanudin dan Ibu Hj. Zaenab Habib serta keluarga Ndalem (Bu Yun, Bu Dewi, Neng Luluk, Pak Saiful, Gus Atho dan Gus A’la) di Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali 6. Eka Septiana Sari yang selalu menemani dan memberikan semangat baik dalam keadaan senang maupun susah. Terima ka sih atas semua yang telah diberikan kepada mas Amin. 7. Ustadz-ustadz saya, Mbah Ma’ruf, Bapak Junaedi, Bapak Bari, Bapak K Romli dan Bapak Romli terima kasih atas semua pendidikan yang telah engkau berikan kepada Amin. 8. Dosen-dosen yang telah memberika n semangat, nasehat dan contoh kepadaku, seperti Drs. Imam Baihaqi , M.Ag, Drs. Miftahuddin, M.Ag, Dr. H. Muh Saerozi, M.Pd, Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd, Muh. Khusen MA,. M.Ag, Suwardi, M.Pd, Fatchurrahman, M.Pd dan Hj. Maslikah, S.Ag,. M.Si. 9. Sahabat-sahabatku di wisma pergerakan PMII Salatiga : Mas Lutfi hakim, Khoirul Huda, Dhomir, Fathur rohamn, Bibi Nugroho, Agung Wardoyo, Khusni Mubarok, Heru Mulyanto dan seluruh sahabat -sahabat yang lain jujur saya sangat berterima kasih sekali kepada semu anya atas bimbingan dan ilmunya.
vii
10. Teman-teman di Pondok Pesantren Al-Huda: Athoillah, Khoirul Anam, Mahmudi, Nur Cholis, Ridwan dan semuanya terima kasih atas bantuan kalian semua sehingga selesainya skripsi ini. 11. Sahabat-sahabatku di Pondok Edi Manc oro kang Badik, Jamaludin, Arif Rahman, Umam, Sofie, Mbh Dien dan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan. 12. Terima kasih kepada teman -teman yang telah berproses bersama -sama dalam belajar keorganisasian dan kepemimpinan di kampus tercinta STAIN SALATIGA: BEM STAIN, SENAT STAIN, HMJ TARBIYAH & BRIGSUS NAGA SANDHI. 13. Brigsus : Panter Komet, Syaiful Hadi, Huda Little, Syukron, Alek , Saiful, Roziki, Masrukhan, I’@, Esti, dan Senior Brigsus dari Yonif 411 : Pak Kamto, Pak Lakatang dan Pak Trimulyadi. 14. Teman-teman PAI B : Hijri, Haris, Kholik, Taufik, Anam, Rifai, Mbk Rada, Mihfadlotul, Ayun, Zaq i, Endah, Nafis kenangan bersamamu tidak mungkin saya lupakan. 15. Siapapun yang pernah memberikan sedikit ilmunya kepadaku, semoga Allah membalas dengan menempat kan kalian ditempat yang layak dan dibalas dengan segala kebaikannya. Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenankan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Sehingga masih banyak kek urangan yang perlu untuk diperbaiki dalam skripsi ini.
viii
Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini memberikan sumbangan positif bagi pengembangan dunia pendidikan, khususnya Pendidikan Agama Islam.
Salatiga, 18 Agustus 2010 Peneliti
Amin NIM. 111 06 051
ix
ABSTRAK
Amin. 2010.Persepsi Santri Tentang Kharisma Kyai (Studi Kasus di Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Is lam Negeri Salatiga. Pembimbing : Hj. Maslikhah, S.Ag., M.Si. Kata Kunci : Persepsi Santri Tentang Kharisma Kyai Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui (1) bagaimana persepsi santri tentang kharisma Kyai di pondok pesantren Al -Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010?, (2) f aktor apa yang mempengaruhi persepsi santri tentang kharisma Kyai di pondok pesantren Al -Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010?, (3) bagaimana variasi perilaku santri atas kharisma Kyai di pondok pesantren Al -Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis yang bersifat natural setting dengan rancangan studi yang bersumber datanya berasal dari manusia (human instrumen). Metode pengumpulan data yang dipakai oleh peneliti adalah metode wawancara, metode observasi, studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data peneliti menggunakan metode analis is adalah induktif, deduktif dan reduksi data dan pengecekan keabsahan data yang dipakai oleh peneliti adalah triangulasi sumber data dan trianggulasi metode. Temuan penelitian ini menunju kkan (1) persepsi santri tentang Kharisma Kyai di pondok pesantren Al -HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 adalah kharisma merupakan sesuatu kepribadian yang diberikan oleh Allah SWT pada seorang pemimpin yang mempunyai keistimewahan, kewibawaan dan mempunyai nilai -nilai positif seperti keilmuan agama yang luas, kesalehan, keistiqomahan, kewira’ian dan mampuh memberikan solusi terhadap masalah yang ada pada masyarakat, (2) faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang Kharisma Kyai di pondok pesantren Al -HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 adalah wujud perhatian Kyai kepada santri, kedekatan Kyai kepa da santri, memberikan dan membekali santri dengan nilai-nilai agama dan skill yang baik, adanya harapan dan keyakinan yang ber asal dari orang tua dan alumni dan respon masyarakat dengan pesantren. (3) variasi perilaku santri atas Kharisma Kyai di pondok pesantren Al-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 adalah menerima perintah dari Kyai, melaksanakan perintah dari Kyai, menerima nasehat dari Kyai, melaksanakan nasehat dari Kyai, menerima hukuman dari Kyai, melaksanakan tata tertib dari Kyai, mengikuti kegiatan dari Kyai semu anya ada dalam ketaatan (sami’na wa athokna).
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................
ii
PENGESAHAN KELULUSAN .....................................................................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ......................................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................
v
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vi
ABSTRAK ...................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...............................................................
1
B. Fokus Penelitian ...........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .........................................................................
5
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................
5
E. Penegasan Penelitian ...................................................................
6
F. Metode Penelitian ........................................................................
8
G. Sistematika Penulisan Skripsi ......................................................
16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ............................................................................
20
B. Telaah Pustaka .............................................................................
81
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data ................................................................................
86
B. Temuan Penelitian ........................................................................ 135
xi
BAB IV PEBAHASAN A. Persepsi santri tentang kharisma Kyai di Pondok Pesantren Al -Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 ....................... 151 B. Faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang kharisma Kyai di Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 .................................................................................. 155 C. Variasi perilaku santri atas kharisma Kyai di Pondok Pesantren Al Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 .............. 158 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 166 B. Saran-saran .................................................................................. 167 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………....... 168 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Santri .................................................................. 118 Tabel 2. Jadwal Kegiatan Ekstra Santri ........................................................ 119 Tabel 3. Nama-nama Ustadz/ah MADIN Sore............................................... 119 Tabel 4. Nama-nama Ustadz/ah MADIN Pagi Fajrus Sodiq ......................... 120 Tabel 5. Perkembangan Fisik ....................................................................... 120 Tabel 6. Jumlah Santri ................................................................................. 121 Tabel 7. Asrama Pondok Putra ..................................................................... 121 Tabel 8. Asrama Pondok Putri ...................................................................... 122
xiii
DAFTAR GAMBAR
Bagan 1. Silsilah Ilmu Pondok Pesantren Al -Huda ........................................ 113 Bagan 2. Struktur Kepengurusan Pondok Putra ............................................. 116 Bagan 3. Struktur Kepengurusan Pondok Putra ............................................. 117
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01
Daftar Pustaka
Lampiran 02
Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 03
Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 04
Permohonan Izin Peneliti an
Lampiran 05
Surat Keterangan Pondok Pesantren Al -HUDA
Lampiran 06
Kisi-Kisi Wawancara
Lampiran 07
Pedoman Wawancara
Lampiran 08
Daftar Informan Wawancara
Lampiran 09
Catatan Lapangan
Lampiran 10
Lembar Konsultasi
Lampiran 11
Laporan SKK
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pondok Pesantren bukan hal yang asing lagi di telinga kita terutama sebagian besar orang jawa, karena pesantren merupakan lembaga pendidikan yang dikenal sejak lama oleh masyarakat. Sebuah pesantren biasanya identik dengan para santri yang selalu mengenakan peci, bersarung , dan membawa kitab kuning ketika akan mengaji kepada Kyainya maupun ustadznya, kemudian terpandangnya sosok kyai baik dari segi keilmuanya maupun kharisma dalam memimpin pondok pesantren yang dipimpin. Di indonesia terdapat begitu banyak pondok pesantren baik dari pondok pesantren yang m asih menggunakan metode salafiyah maupun pondok pesantren yang memakai metode aliran modern seperti pondok modern gontor . Menurut Departemen Agama (2004:1), ”Sejarah pendidikan di indonesia mencatat, bahwa pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia”. Karena itu pondok pesantren di Indonesia terutama di tanah Jawa masih banyak yang menggunakan me tode klasik (salafiyah) dari pada menggunakan metode modern. Dari segi bahasa kata pesantren sering disebut juga sebagai “pondok pesantren” berasal dari kata “santri” . Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI), bahwa kata pesantren adalah asrama dan tempat murid murid belajar mengaji dan menuntut ilmu, terutama yang berkaitan dengan
1
2
ilmu agama (884). Menurut Galba (1995:1), kata santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti ”guru mengaji ” Keberadaan pesantren sebagai wadah untuk memperdalam agama dan sekaligus sebagai pusat penyebaran agama islam diperkirakan sejalan dengan gelombang pertama dari proses pengislaman di daerah Jawa dan yang berahir sekitar abad ke-16. Menurut Dhofier (1980:55), ”Adapun elemen sebuah pondok pesantren diantaranya adalah: Pondok, Masjid, Pengajaran kitab-kitab kuning, Santri, Kyai”. Dari beberapa elemen di atas terdapat hubungan yang erat, diantaranya hubungan antara santri deng an santri, dan antara Kyai dengan santri. Dan di yakini ada satu tradisi yang sampai saat ini belum terkuak dan dapat dipahami secara ilmiah dari segi pendidikan Islam dalam dunia pesantren yang berkaitan dengan hubungan antara Kyai dengan santri di sinilah akan tampak bahwa seorang Kyai mempunyai sebuah kharisma tentang keilmuanya dalam dunia pesantren . Apa sebenarnya kharisma itu? kharisma dalam bahasa Yunani berarti “berkat yang terinspirasi secara agung”, seperti kemampuan untuk melakukan keajaiban atau memprediksikan peristiwa masa depan. Weber (1947) menggunakan istilah itu untuk menjelaskan sebuah bentuk pengaruh yang bukan didasarkan pada tradisi atau otoritas formal tetapi lebih atas persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati dengan kualitas yang luar biasa. Sedang di dalam dunia pesant ren konsep kharisma ditunjukan dalam prilaku keseharian Kyai dan dalam mengajarkan ilmu keagamaan (kitab
3
kuning) terhadap santrinya dalam setiap pengajian, karena seorang santri berpendapat bahwasannya seorang Kyai mempunyai kelebihan baik dalam penguasaan ilmu-ilmu agama lebih tinggi dibanding santri tersebut serta wira’i dalam menjalankan syariat agama. Kyai dengan kelebihannya terutama tentang pengetahuannya tentang Islam, seringkali dilihat sebagai orang yang sentiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia alam sehingga demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tak terjangkau, terutama oleh kebudayaan orang awam, dengan pengeta huan ilmu agama yang dimiliki Kyai maka seorang Kyai akan semakin dikagumi, seorang Kyai juga bisa diharapkan dapat menunjukan kepemimpinannya. Kharisma seorang Kyai didepan santri dapat dirasakan dan dilihat sikap tawadhu santri ketika mendapat perint ah atau larangan dari seorang Kyai, apabila santri mendapat perintah dari Kyai maka seorang santri tersebut langsung melaksanakannya, apabila santri tidak segera melaksanakan perintahnya takut ilmunya tidak bermanfaat karena mengabaikan gurunya. Ada juga seorang santri melakukan pengabdian (khidmah) kepada Ky ai dan pesantren. Dengan cara berkhidmah (mengabdi), maka mereka akan berusaha membantu meringankan tugas-tugas Kyai/ustadz, misalnya bertindak sebagai khadam atau membantu di rumah Kyai seperti, menangani pekerjaan di dapur, menjaga kebersihan rumah, merawat anak Ky ai, membantu pekerjaan disawah, dan menangani pekerjaan lainnya. Atau dengan melakukan pekerjaan yang berhubungan langsung dengan urusan pesantren, seperti membantu
4
mengurusi administrasi dan keuangan pesantren, menjadi badal (pengganti) mengajar dan menangani tugas -tugas pondok lainnya. Demikian dikalangan kaum Syi’i maupun Sunni, kharisma menjadi bagian dari sistem teologi dan praktik keagamaan sehari -hari, termasuk sillaturrahmi kepada para Kyai atau ulama yang mempunyai pengetahuan lebih tentang agama Islam. Di sana banyak para santri dan orang -orang yang hanya sekedar berkunjung sam pai ada yang bermukim hingga berhari -hari dengan dalih mengikuti pengajaran Kyai agar diberikan pengetahuan agama. Pertanyaannya kemudian apakah kharisma sebagai an dari fenomena pendidikan Islam ataukah mempunyai makna ideologis bagi santri? Dengan kata lain, bagaimana santri memandang kharisma Kyai dalam konteks pendidikan Islam, kiranya sangat menarik untuk diungkap. Sebagai fokus studi ini, penulis melapukan penelitian di Pondok Pe santren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali. Sebagaimana dimaklumi, dalam konteks kharisma Kyai, Pondok Pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali termasuk salah satu pondok pesantren yang masih memegang tradisi kharisma Kyai, walaupun di sekitar obyek penelitian tersebut dikelilingi oleh beberapa pondok Pesantren seperti Pondok Al-Ma’arif dusun Karanggondang, Penggung, Boyolali. Pondok Dzikrul Ghofilin dusun Karanggondang, Penggung, Boyolali. Pondok Nurul Hidayah dusun Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali. Pondok Bahrurrohmah dusun Candi Lor, Candigatak, Cepogo, Boyolali. Akan tetapi peneliti memfokuskan penelitiannya kepada Pondok Al -Huda Doglo,
5
Candigatak, Cepogo, Boyolali, Berangkat dari realitas diatas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian ilmiah dengan menitik beratkan pada bagimana pemaknaan yang sebenarnya tentang kharisma Kyai dalam tinjauan pendidikan Islam. Maka peneliti mengajukan judul PERSEPSI SANTRI TENTANG KHARISMA KYAI (Studi Kasus di Pondok Pesantren AL HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010).
B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana persepsi santri tentang Kharisma Kyai di pondok pesantren Al HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010? 2. Faktor apa yang mempengaruhi persepsi santri tentang Kharisma Kyai di pondok pesantren Al-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010? 3. Bagaimana variasi perilaku santri atas Kharisma Kyai di pondok pesantren Al-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui persepsi santri tentang Kharisma Kyai di pondok pesantren AL-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010? 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang Kharisma Kyai di pondok pesantren AL -HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010? 3. Untuk mengetahui variasi perilaku santri atas Kharisma Kyai di pondok pesantren Al-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010?
6
D. Kegunaan Penelitian 1. Memberikan informasi tentang kharisma kyai dalam islam. 2. Memberikan informasi tentang persepsi kharisma kyai di pesantren. 3. Memberikan infomasi persepsi santri tentang kharisma kyai dan variasi perilaku santri di pondok pesantren.
E. Penegasan Istilah Untuk
memudahkan
pembahasan
dan
untuk
menghindari
penyimpangan makna dari istilah yang penulis gunakan, maka penulis perlu memberikan penegasan sebagai berikut : 1. Kharisma Berasal dari bahasa Yunani berarti “berkat yang terinspirasi secara agung”,
seperti
kemampuan
untuk
melakukan
keajaiban
atau
memprediksikan peristiwa masa depan . Seorang kyai dikatakan sebagai pemimpin yang kharismatik karena mempunyai ciri-ciri. Sulaiman (2006: 21) menjelaskan pemimpin berkharisma mempunyai ciri penting sebagai berikut: Keyakinan diri yang tinggi, mempunyai wawasan yang ideal, bersikap fleksibel kepada pengikut, Peka terhadap lingkungan, pemimpin kharismatik dianggap sebagai agen perubahan yang radikal, Rela mengambil resiko dan berkorban untuk wawasan .
7
2. Kyai Menurut Dhofier (1980:55), dalam bukunya yang berjudul Tradisi Pesantren, pengertian kyai menurut asal -usul bahasa Jawa dibagi menjadi lima : a. Sebagai gelar kehormatan bagi barang -barang yang dianggap keramat; umpamanya, Kyai Garuda Kencana dipakai untuk sebuah sebutan kereta emas yang ada di Keraton Yogyakarta; b. Gelar kehormatan pada orang-orang tua pada umumnya; c. Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab -kitab Islam Klasik kepada santrinya. Selain Kyai, Ia juga sering disebut orang alim (orang yang pengetahuan agamanya dalam). Kyai dalam penelitian ini adalah ahli agama yang memiliki dan menjadi pimpinan pesantren serta mengajar kitab -kitab Islam klasik yang diajarkan kepada para santrinya. 3. Pesantren Pesantren adalah asrama tempat santri atau tempat para murid murid belajar mengaji ilmu agama islam disebut pondok. Pesantren berasal dari kata santri yang mempunyai awalan Pe dan ahiran an berarti tempat tinggal para santri lembaga pendidikan Islam yang juga berfungsi sebagai lembaga sosial keagamaan. Terdapat lima elemen dasar suatu lembaga pengajian dapat dikatakan sebagai pesantren,yaitu pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik, dan kyai.
8
4. Santri Santri merupakan anak didik yang menuntut ilmu agama di sebuah pesantren. Dhofier (1980:51) menyatakan bahwa, terdapat dua kelompok santri : a. Santri Mukim Santri mukim adalah murid -murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren; b. Santri Kalong Santri kalong adalah murid -murid yang berasal dari desa -desa di sekeliling pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri. Dari kedua kelompok santri di atas, santri mukim merupakan informan dalam penelitian ini.
F. Metode Penelitian Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan menganalisis data maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut: 1. Pendekatan dan jenis penelitian Menurut jenisnya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan, yakni suatu penelitian yang bertujuan mengenai studi yang mendalam mengenai suatu unit sosial sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik mengenai suatu unit sosial tersebut (Azwar. 1999:8).
9
Menurut Nasution (1996:5), “ sedangkan penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang lain dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya ”. a. Pendekatan Normatif Yaitu, “pendekatan yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka, produk-produk pesantren, perbandingan klasikal dengan modernisasi pesantren serta sejarah kehidupan kyai dengan pesantren dan santrinya“ (Sukanto dan Mamudji, 1995:13-14). Kaitan dengan persoalan yang diteliti oleh penulis maka penu lis melakukan penelitian buku-buku agama, umum dan kitab mengenai kharisma sebagai sumber yang masih berlaku saat ini, yang memuat segala hal yang berkaitan dengan kharisma dalam ajaran agama Islam. b. Pendekatan Sosiologis Yaitu,“pendekatan
dengan
melihat
fenomena
masyarakat/peristiwa sosial budaya sebagai jalan untuk memahami adat yang berlaku dalam masyarakat ” (Sukanto,1999:45). Dalam hal ini peneliti langsung melakukan pengamatan terhadap oby ek, pendekatan ini digunakan agar mendapatkan data valid berupa persepsi santri tentang kharisma Kyai, faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang kharisma Kyai dan bagimana variasi perilaku santri terhadapa kharisma Kyai di pondok pesantren AL-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo Boyolali Tahun 2010.
10
Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif analisis yang bersifat natural setting dengan rancangan studi yang bersumber datanya berasal dari manusia ( human instrumen).
2. Kehadiran Peneliti Peneliti melakukan penelitian secara langsung di pondok pesantren Al-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali. Dengan demikian, peneliti dapat memperoleh data atau informasi-informasi langsung dari obyek yang akan diteliti.
3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di Pondok Pesantren AL-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali.
4. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manusia dan bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek atau informan kunci (key informant) di sini peneliti membedakan menjadi dua: subyek penelitian adalah santri sedangkan informannya adalah ustadz dan pengurus. Sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan fokus penelitian, seperti gambar, foto atau catatan-catatan yang relevan dengan fokus penelitian. Persyaratan untuk menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
11
a. Subjek cukup lama dan intensif menyatu dengan medan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian, b. Subjek yang masih aktif terlibat di lingkungan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian, c. Subjek yang masih memiliki waktu untuk di mintai informasi oleh peneliti, d. Subjek yang tidak memanipulasi informasi, tetapi subjek yang relatif memberikan informasi yang sebenarny a (Ekosusilo, 2003:60). Informan penelitian adalah santri, ustadz dan pengurus Pondok Pesantren Al-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali. Dengan sistem snowball technique atau teknik bola salju, teknik ini digunakan untuk
menjelaskan
tentang
persepsi
santri,
faktor-faktor
yang
mempengaruhi persepsi santri dan variasi perilaku santri atas kharisma Kyai di pondok pesantren Al -HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010. Sampai mendapatkan data yang hampir sama dari setiap informan, dengan demikian apabila data yang disampaikan untuk informan sudah mendekati atau sama maka pengambilan data ini dihentikan.
5. Prosedur Pengumpulan Data Untuk memperoleh data secara menyeluruh, serta memperhatikan relevansi data dengan tujuan dan fokus peneli tian maka dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan tiga teknik, yaitu : (1) wawancara (interview), (2) observasi (observation), (3) studi dokumentasi (study of documents)
12
a. Metode Wawancara Menurut Nazir (1985:234), “ Metode wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka. antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden ”. Wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu pen elitian. Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang persepsi santri tentang kharisma Kyai, faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang kharisma Kyai dan variasi perilaku santri atas kharisma Kyai di pondok pesantren AL-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 b. Metode Observasi Menurut Sukandarrumidi (2004:69), “ Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki”. Teknik obsevasi ini digunakan untuk mendapatkan data tentang faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang kharisma Kyai dan bagaimana variasi perilaku santri terhadap kharisma Kyai di pondok pesantren AL-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010. c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber -sumber non insani. Alasan memilih
13
metode ini adalah (1) menghemat waktu (2) dokumen dan rekaman merupakan data yang stabil, akurat dan dapat dianalisis kembali (3) sumber ini merupakan pernyataan legal yang dapat memenuhi akuntabilitas. Data yang akan dikumpulkan melalui metode ini adalah gambaran umum Pondok Pesantren AL-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010.
6. Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan, dan bahan -bahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Menurut Ekosusilo (2003:69), “kegiatan analisis dilakukan dengan menelaah data, menata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesis, mencari pola, menemukan apa yang bermakna, dan apa yang diteliti dan dilaporkan secara sistematis”. Data itu terdiri dari deskripsi -deskripsi yang rinci mengenai situasi, peristiwa, orang, interaksi, dan perilaku. Dalam menganalisis, peneliti melakukan pemaknaan terhadap data yang berupa kata-kata sehingga mampu diperoleh suatu pemaknaan yang jelas. Teknik analisis data adalah penarikan kesimpulan/verifikasi , kegiatan analisis selanjutnya adalah penari kan kesimpulan atau verifikasi. Menurut
Ekosusilo
(2003:71)
“analisis
yang
dilakukan
selama
pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data digunakan untuk
14
menarik kesimpulan, sehingga dapat menemukan pola tentang peristiwa peristiwa yang terjadi”. Adapun analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif seperti yang digunakan oleh Miles dan Huberman (1992:15), yang meliputi empat komponen kegiatan : a. Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dari lapa ngan yang dilakukan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambilan data atau alat pengukur. Jika alat pengumpulan data cukup reliabel dan valid, maka datanya cukup reliabel dan valid (Suryabrata, 1995:60). b. Reduksi Data Reduksi
data
merupakan
suatu
bentuk
analisis
yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga diperoleh kesimpulan akhir dan diverifikasi (Ekosusilo, 2003:70). Reduksi data juga dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan,
perhatian
pada
penyederhanaan,
penabstrakan,
transformasi kasar yang muncul dari catatan -catatan yang muncul di lapangan (Ekosusilo, 2003:16).
15
c. Penyajian Data Penyajian ini dibatasi sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan (Ekosusilo, 2003:17). d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi Kegiatan analisis selanjutnya adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Analisis yang dilakukan selama pengumpulan data dan sesudah pengumpulan data digunakan untuk menarik kesimpulan, sehingga dapat menemukan pola tentang peristiwa -peristiwa yang terjadi (Ekosusilo, 2003:71). Dari keempat komponen analisa di atas, prosesnya saling berhubungan dan berlangsung terus menerus selama penelitian berlansung.
7. Pengecekan Keabsahan Data Sebagai instrumen penelitian di dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, sehingga dapat dimungkinkan terjadinya penelitian yang tidak obyektif. Untuk menghindari hal itu maka data yang diperoleh perlu diuji kredibilitasnya (derajat kepercayaan). Dalam penelitian ini, pengujian terhadap kredibilitas dilakukan dengan triangulasi. Triangulasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
16
a. Triangulasi sumber data; Triangulasi
sumber
data
dilakukan
dengan
cara
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari informan yang satu dengan informan yang lain. b
Triangulasi Metode Triangulasi metode dilakukan dengan cara memanfaatkan
metode yang berbeda untuk mengecek kembali derajat kepercayaan atau suatu informasi yang diperoleh (Ekosusilo, 2003:73).
8. Tahap-tahap Penelitian Menurut Arikunto (1998:16), ada pun tahap-tahap penelitiannya peneliti masukan ke dalam jadwal penelitian, sebagai berikut: a. Persiapan
meliputi
memilih
masalah,
studi
pendahuluan,
merumuskan masalah, merumuskan anggaran dasar, memilih
pendekatan,
menentukan
variabel
dan
sumber data. b. Pelaksanaan
meliputi menentukan data dan menyusun pedoman wawancara,
mengumpulkan
menarik kesimpulan. c. Laporan
meliputi menulis laporan
data,
analisis data,
17
G. Sistematika Penulisan Dalam rangka mempermudah proses pembahasan dan pencampaian ide dan tema dalam penelitian ini, maka penulis merangkai sistematika penulisan skripsi ini kedalam lima bab sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan, berisi tentang: latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang memuat: (pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian), dan Sistematika Penulisan.
Bab II
: Landasan Teori , berisi tentang: Kerangka teori memuat tentang persepsi (meliputi : definisi persepsi, syarat-syarat persepsi, faktor-faktor persepsi : faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi, faktor -faktor dalam pembentukan dan perubahan persepsi). Santri (meliputi : definisi santri, karakteristik santri, figur santri berkualitas) Perilaku Santri (meliputi : definisi perilaku, farktor-faktor perilaku, perilaku santri). Kyai (meliputi : definisi Kyai, makna Kyai, sifat-sifat Kyai, ciri-ciri khas Kyai, gelar Kyai, sebutan Kyai, tipologi Kyai, karakteristik tipologi Kyai, fungsi Kyai, tugas Kyai, figur Kyai berkualitas). Kharisma (meliputi : definisi kharisma, faktorfaktor kharisma, ciri-ciri kharisma,
Kyai kharismatik di
18
Indonesia). Persepsi santri tentang kharisma Kyai meliputi dasardasar Al-quran dan hadist tentang tawadhu. Telaah pustaka pada penelitian ini adalah Yuli Arifah. dan Siti Isnaeni. Bab III
: Paparan Data dan Temuan Penelitian, paparan data berisi tentang: sejarah, profil pengasuh PP Al-Huda ( meliputi : kelahiran KH Habib Ihsnuddin, pendidikan KH. Habib Ihsanudin di PP AlMuayyad Mangkuyudan Solo dan PP Darul Ulum Jombang , pendidikan di Al-Islah Kediri, hirarki keilmuan guru-guru KH. Habib Ihsanudin, dakwah KH. Habib Ihsanudin, gagasan dan pemikiran KH. Habib Ihsanudin,
pengalaman organisasi,
keluarga besar pondok pesantren Al -Huda, anak-anak dan menantu KH. Habib Ihsanudin d engan Hj. Zaenab Habib, orangorang yang berpengaruh, silsila h ilmu pondok pesantren Al Huda), visi dan misi pondok pesantren Al-Huda, setruktur kepengurusan, jadwal kegiatan santri di pondok pesantren Al Huda, daftar ustadz/ah MADIN sore,
perkembangan fisik
pondok pesantren Al-Huda, jumlah santri, nama-nama asrama putra
dan
putri,
pengembangan
perkembangan
kependidikan.
pendidikan,
Temuan
penelitian
jenis -jenis meliputi
persepsi santri tentang kharisma Kyai di pondok pesantren Al Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010, faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang kharisma Kyai di
19
pondok pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali 2010, variasi perilaku santri atas kharisma Kyai di pondok pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali 2010. Bab IV
: Pembahasan, berisi tentang: persepsi santri tentang kharisma Kyai di pondok pesantren Al -Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010, faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang kharisma Kyai di pondok pesantren Al -Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010, variasi p erilaku santri atas kharisma Kyai di pondok pesantren Al -Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali. Tahun 2010.
Bab V
: Penutup, berisi tentang: Kesimpulan (meliputi : persepsi santri tentang kharisma Kyai di pondok pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak,
Cepogo, Boyolali tahun 2010, faktor yang
mempengaruhi persepsi santri tentang kharisma Kyai di pondok pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali tahun 2010, variasi perilaku santri atas kharisma Kya i di pondok pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali. Tahun 2010), saran (meliputi : saran bagi santri dan saran bagi ustadz), penutup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori 1. Persepsi a. Definisi 1) Bahasa Secara bahasa persepsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, diartikan sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya (Poerwardarminta, 2006: 880). Kata persepsi disini merupakan cara pandang atau cara memandang santri tentang kharisma Kyai. Persepsi
sendiri
berasal
dari
kata
Inggris
yaitu
perception, dari latin perciptio yang meliputi baik perolehan pengetahuan melalui panca indra maupun dengan pikiran. Sehingga dapat mengenal suatu obyek dengan jalan asosiasi dengan suatu ingat tertentu baik secara indera pengelihatan, indera peraba dan sebagainya. 2) Istilah Secara istilah persepsi merupakan sebuah tanggapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal panca indranya. Persepsi adalah sebuah pemahaman yang langsung akan tetapi pemahaman itu hampir tidak dapat diperngaruhi oleh pengalaman masa lampau dan keadaan yang telah diingat.
20
21
Secara terminologi, para cendikiawan menyampaikan dalam bahasa yang berbeda -beda, namun intinya sama. a) Slameto (1991:104) memberikan definisi tentang persepsi yaitu merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui per sepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan dengan melalui inderanya yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasaan, dan penciuman. b) Affan dan Said (1990,45), berpendapat bahwa: Persepsi adalah proses yang membedakan rangsangan yang masuk untuk selanjutnya diberikan maknanya dengan bantuan beberapa faktor. c) Rahmat (1994:57), berbendapat bahwa : persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan. d) Walgito (1997:53), berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang did ahului oleh pengindraan, yaiu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya. Dari beberapa pandangan para cendikiawan tersebut, paling tidak ada dua hal yang dapat disimpulkan: Pertama, persepsi itu lahir
22
dari rangsangan dan faktor-faktor lain yang dapat dipahami kemudian diberi makna., Kedua, persepsi itu lahir dari hasil internalisasi dan artikulasi pikiran terhadap obyek, informasi dan pengalaman yang dilalui. Jadi persepsi seseungguhnya hasil serapan dari pengembangan manusia terhadap fenomena alam dan dirinya kemudian direfleksikan sebagai wujud dari
internalisasi dan
artikulasi kejiwaan. Pengalaman dan tingkah laku merupakan kesatuan, yang dilakukan seseorang (sebagai ucapan, e kspresi, atau kegiaannya) tidak
terlepas
dari
caranya
mempersepsikan
situasi,
mengapresiasikannya, atau yang diingat mengenai hal yang hadapi. Persepsi seseorang merupakan suatu proses yang aktif di mana yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya, tetapi juga sebagai keseluruhan dengan pengalaman -pengalamannya, motivasinya dan sikap-sikap yang relevan terhadap stimulus. Dari pengalaman-pengalaman yang didasarkan pada diri seseorang maka dapat dipertimbangkan berbagai aspek dari hubungan antar pribadi, seperti: cara memper sepsikan orang lain, mengadakan analisa dari tindakan -tindakan individu, meneliti pengalaman yang berhubungan dengan kesenangan dan keinginan, dan mengadakan analisa dari variable-variable lingkungan. Dalam pergaulan sehari-hari, persepsi merupakan masalah penting, sebab persepsi akan memberikan warna atau corak dalam
23
sikap maupun tindakan seseorang. Ada orang yang bersikap menerima atau menolak dalam menghadapi suatu masalah atau memberikan suatu penilaian baik atau buruk.
b. Syarat-Syarat Persepsi Walgito (1997:54), agar individu dapat menyadari, dapat mengadakan persepsi, adanya beberapa syarat yang perlu dipenuhi yaitu : 1) Adanya Obyek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus (faktor luar) yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datan g dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor), dapat datang dari dalam, yang langsung mengenai syaraf penerima (sensoris), yang berkerja sebagai reseptor. 2) Alat Indera atau reseptor Alat indara merupakan alat untuk menerima stimulus. 3) Adanya perhatian Tanpa adanya perhatian tidak akan terjadi persepsi.
c. Faktor-faktor Persepsi 1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi a) Rahmat
(1994:55-58)
merumuskan
secara
singkat
sebagaimana dijelaskan bahwa paling tidak ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu: faktor fungsional dan
24
faktor struktural. (1) Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal-hal lain, termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor personal. (2) Faktor struktural semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. b) Sarwono (1996:43) dalam analisis beliau tentang faktor -fakor yang mempengaruhi persepsi antara lain : perhatian, set (harapan seseorang yang timbul), kebutuhan sistem nilai, gangguan jiwa dan ciri kepribadian. Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi diantaranya faktor individu, faktor struktural dan perhatian, set, sistem nilai, k endala jiwa dan kepribadian.
2) Faktor-faktor dalam Pembentukan dan Perubahan Persepsi Rahmat secara garis besar mengelompokan faktor dalam pembentukan dan perubahan persepsi menjadi dua faktor, yaitu: a) Faktor Personal Faktor Personal adalah faktor yang terdapat dalam diri individu atau seorang pelaku persepsi. Faktor ini bisa berupa pengalaman-pengalaman karakteristik kepribadian,
25
motivasi, biologis, ganjaran, hukuman serta perasaan perasaan lainnya yang ikut mewarnai persepsi. b) Faktor Situasional Faktor Situasional adalah faktor yang berasal dari luar individu.
Merupakan
rangsangan
atau
stimulus
yang
mempengaruhi dalam membentuk dan mengubah persepsi seseorang. Ini bisaberupa interaksi sosial pada kelompok maupun individu, perbuatan maupun perkataa n, seperti petunjuk atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Dari uraian diatas peneliti dapat menyi mpulkan bahwa faktor pembentukan, kepribadian
seseorang
perubahan stimula dan karak teristik adalah
merupakan
realisasi
dari
kecenderungan manusia yang menggerakan manusia untuk berreaksi terhadap stimula, berdasarkan pengalaman -pengalaman ataupun keyakinan yang diperankan. Persepsi bisa ditentukan oleh bentuk stimulus dalam bentuk kecil, tetapi karakter istik atau kepribadian seseorang memegang peranan penting dalam menentukan persepsi orang tersebut.
2. Santri a. Definisi Santri 1) Bahasa a) Santri adalah orang
yang mendalami
agama
Islam.
Suryo(http://digilib.pnri.go.id/uploaded_files/k003/normal/Tra
26
disi_Santri_Dlm_Historiografi_Jawa.pdf ) bahwa ada beberapa pendapat mengenai asal-usul istilah santri. bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji, sementara pendapat lainnya menyatakan bahwa kata santri berasal dari kata shastri (bahasa Sansekerta) yang berarti orang yang tahu buku-buku suci Agama Hindu, atau buku -buku Agama dan buku-buku pengetahuan. Sementara pihak lainnya lagi, ada yang mencoba menghubungkan kata santri dengan kata “satriya” atau “kesatriya”, yang berkaitan dengan hakekat keutamaan dan keluhuran kepribadian yang dimiliki oleh toko Pandawa dalam Epos Mahabarata yang terkenal dalam dunia pewayangan di Jawa. b) Bahwa asal-usul perkataan santri itu ada dua pendapat (Madjid, 1997:19). Pertama, adalah pendapat yang mengatakan bahwa santri itu berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari bahasa Sanskerta, yang artinya melek huruf. Kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa. Ini disebabkan pengetahuan mereka tentang agama melalui kitab -kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Atau paling tidak seorang santri itu bisa membaca al Qur’an yang dengan sendirinya membawa pada sikap lebih serius dalam memandang agamanya. Kedua, adalah penda pat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari kata cantrik, yang artinya
27
seseorang yang selalu mengiku ti seorang guru ke mana guru ini pergi menetap. 2) Istilah a) Santri secara terminologi adalah siswa yang tinggal di pesantren guna menyerahkan diri untuk memungkinkan dirinya menjadi anak didik Kyai dalam arti sepenuhnya (Wahid, 2007: 21). Perkataan santri digunakan untuk menunjuk pada golongan
orang-orang
islam
di
Jawa
yang
memiliki
kecenderungan lebih kuat pada ajaran -ajaran agamannya, sedangakan
orang
yang
lebih
mengutamakan
tradisi
kejawaannya biasanya disebut kaum abangan. b) Santri adalah sekelompok masyarakat yang telah membebaskan diri dari pengaruh sinkretisme Jawa atau tradisi -tradisi yang tidak terdapat dalam ajaran -ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi (Geerts, 1981:180). Geerts lebih mempersempit lagi pengertian santri den gan orang-orang Islam yang membatasi tempat bermukim hanya di kampung sekitar Masjid yang kemudian disebut kampung kauman. Dari sini dapat disimpulkan bahwa menjadi santri berarti juga menjadi tahu agama (melalui kitab -kitab tersebut). Atau paling tidak santri itu dapat membaca al-quran yang dengan sendirinya membawa pada sikap lebih serius dalam memandang agamanya. Kedua, adalah
28
pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, persisinya dari kata cantrik, yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang gur u kemana guru ini pergi menetap. Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian santri di bedakan menjadi dua pengertian, pengertian santri secara sempit dan pengertian santri secara luas. Pengert ian santri secara sempit, santri berarti murid atau siswa yang sedang belajar ilmu keagamaan islam di bawah asuhan Kyai atau Ulama, dengan cara bermukim di sebuah tempat yang disebut pesantren. Pengertian santri secara luas, santri berarti seorang Muslim a tau kaum Muslimin, yaitu golongan orang Islam yang menjalankan ibadah keagamaannya secara kafah sesuai dengan ajaran syariat Islam yang sesungguhnya.
b. Karakteristik Santri 1) Dhofier (1980:55) menyatakan bahwa, terdapat dua kelompok santri : a) Santri Mukim Santri mukim adalah murid -murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. b) Santri Kalong Santri kalong adalah murid -murid yang berasal dari desa desa di sekeliling pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri.
29
2) Suryo(http://digilib.pnri.go.id/uploaded_files/k003/normal/Tradisi_ Santri_Dlm_Historiografi_Jawa.pdf), santri kelana adalah santri yang berkeinginan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebanyak-banyaknya dari guru atau Kyai mendorong para santri berkelanan dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena berbagai alasan : a) Ia ingin mempelajari kitab -kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan kyai yang memimpin pesantren tersebut. b) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren yang terkenal. c) Ia ingin memusatkan studinya di peantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya (Dhofier, 1980:56). Di masa dulu banyak santri yang pergi dan menetap ke sebuah pesantren yang jauh dan masyhur merupakan suatu istimewa bagi seorang santri yang penuh cita -cita. Santri harus memiliki keberanian yang cukup, penuh ambisi, dapat m enekan perasaan rindu kepada keluarga maupun teman-teman sekampungnya, sebab setelah selasai pelajaranya dipesantren santri diharapkan menjadi seorang alim yang dapat mengajar kitab-kitab dan memimpin masyarakat dalam kegiatan -
30
kegiatan agama. Santri juga d iharapkan dapat memberikan nasehat nasehat mengenai persoalan -persoalan kehidupan individu dan masyarakat yang bersangkut erat dengan agama.
c. Figur Santri Berkualitas 1) Ali (1987:17), figur santri berkualitas harus memiliki banyak kemampuan , antara lain : a) Sejarah, supaya tahu perubahan -perubahan masyarakat dari waktu kewaktu, paham akan gejala -gejala dan hukum-hukum sosial, sehingga seorang santri bisa menempatkan diri secara tepat. b) Ilmu Filsafat, untuk menemukan esensi dan substansi dari seluruh bagunan ilmu secara konfehensif, tidak parsial simbolis. c) Metodologi, supaya mampu mengolah konsep -konsep lama menjadi relevan dan aktual menurut kenyataan sekarang. d) Bahasa (minimal bahasa Arab dan bahasa Inggris) supaya santri mampuh membaca literatur -literatur islam yang saat ini banyak ditulis dalam dua bahasa tersebut. 2) Madjid (2009:17), bahwa figur santri berkualitas adalah: orang yang
memadukan
asholah
(tradisional)
dengan
hadatsah
(kemodernan). Apabila seorang santri hanya menguasai salah satu dari keduanya akan mengakibatkan split personality (kepribadian yang terpecah) yang tidak mampuh memberikan solus i dalam
31
merespon dinamika zaman.
d. Perilaku Santri 1) Perilaku a) Definisi (1) Bahasa Secara Bahasa perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:859), adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan dalam kamus psychologi perilaku adalah : (a) Gulo (1982:14) bahwa perilaku adalah kecenderungan untuk memberi respons, baik positif maupun negatif, terhadap orang-orang, benda-benda atau situasi-situasi tertentu. (b) Drever (1986:29) bahwa perilaku adalah seperangkat pendapat, minat, atau tujuan, yang menyangkut harapan akan suatu jenis pengalaman tertentu, dan kesediaan dengan suatu reaksi yang wajar. Dari uraian diatas peneliti menyimpulkan bahwa perilaku adalah kegiatan yang memberikan respon baik dan buruk
terhadap
semua
perilaku
yang
mencerminkan
kepribadian dan tujuan orang tersebut dalam berperilaku.
32
(2) Istilah Secara istilah perilaku adalah suatu sikap atau tindakan serta segala sesuatu yang dilakukan manu sia. misalnya
kegiatan
yang
dilakukan
manu sia
dalam
kehidupannya sehari-hari baik itu bekerja dengan giat atau dengan malas, dalam hubungannya dengan komunikasi misalnya berbicara dengan orang lain, bertukar pendapat, baik menerima pendapat atau menolaknya. Sedangkan menurut McLeish (1986:153) bahwa perilaku secara istilah adalah pola -pola prilaku yang dilukiskan sebagai watak, k epribadian, kemampuan, sikap, inteligensi dan nilai. Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa perilaku adalah sebuah tindakan yang dilakukan manusia dalam segala hal dan perilaku tersebut bisa tercermin lewat watak, kepribadian dan nilai -nilai yang diberikan melalui perilakunya. b) Faktor-faktor Perilaku Menurut Purwanto (1988:106) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan perilaku siswa ke dalam dua bagian yaitu :
33
(1) Faktor luar (eksternal) Faktor eksternal ini terbagi ke dalam dua golongan, yakni lingkungan yang terdiri dari lingkungan (dalam sosial), dan instrumental (kurikulum, bahan pelajaran, guru atau pengajar,sarana dan prasarana serta administrasi/manajemen). (2) Faktor dalam (internal) Faktor internal ini terbagi dalam dua golongan yaitu fisologis (kondisi fisik dan kondisi panca indera) dan faktor psikologis yang terdiri atas minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dibagi menjadi dua, diantaranya: faktor internal terdiri dari fisiologi dan psikologi dan faktor eksternal terdiri dari lingkungan dan instrumental dalam sekolah.
2) Perilaku Santri Kyai sebagai figur sentral di pesantren dapat memainkan peran yang sangat penting dan strategis yang menentukan perkembangan santri dan pesantrennya. Berdasarkan pertimbangan diatas, santri mengidentifikasi Ky ai sebagai figur yang penuh kharisma dan wakil atau pengganti orang -tua (inloco parentis). Kyai adalah model (uswah) dari sikap dan tingkah -laku santri. Proses sosialisasi
dan
interaksi
yang
berlangsung
di
pesantren
34
memungkinkan santri melakukan
imitasi t erhadap sikap dan
tingkah-laku Kyai. Hartono
(http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/4 -
kepatuhan-dan-kemandirian-santri.pdf) membagi tiga perilaku santri di dalam pesantren antara lain: a) Kepatuhan Kepatuhan adalah perubahan sikap dan tingkah -laku seseorang untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain. Misalnya relasi antara murid dengan guru. Ky ai memiliki power untuk memberikan ganjaran a tau hukuman pada santrinya. Ganjaran biasanya berupa barokah yang diyakini akan diperoleh santri, apabila santri mematuhinya. Hukuman biasanya berupa peringatan yang mengancam keberadaan santri, misalnya santri yang tidak patuh akan mendapat ilmu yang tid ak bermanfaat. Kepatuhan santri dapat digambarkan bahwa santr i akan menerima pernyataan Kyai tanpa keberanian bertanya ulang, berbicara kalau diminta, dan melaksanakan perinta h atau permintaan Kyai, tanpa keberanian untuk menolaknya b) Kemandirian Kemandirian adalah kemampuan santri untuk mengambil dan melaksanakan keputusan secara bebas. Proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan santri yang biasa berlangsung di pesantren dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu keputusan yang
35
bersifat penting-monumental dan keputusan yang bersifat harian. Pengambilan keputusan yang penting dan monumental sehingga ada kecenderungan santri kurang berani mengambil dan melaksanakan keputusan secara mandiri tanpa ada restu Ky ai. Restu itu dianggap penting untuk menambah der ajat percaya diri, ketika akan mengambil dan melaksanakan keputusan. c) Kesederhanaan Pesantren lebih memperlihatkan jati dirinya sebagai lembaga gotong-royong yang menjadi ciri khas rakyat Indonesia. Nilai yang berkembang di pesantren umumnya mencirikan nilai nilai pedesaan dan keislaman, misalnya gotong royong dan kesederhanaan mempresentasikan nilai pedesaan dan nilai ukhuwah, ta’awun, ittihad, dan ikhlas mempresentasikan nilai nilai keislaman.
3. Kyai a. Definisi Kyai 1) Bahasa Secara Bahasa kata Kyai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:499) ialah bagi alim ulama (cerdik dan pandai dalam agama Islam). Ruslan
(http://re-searchengines.com/0607arlan.html ),
Kata "Kyai" berasal dari bahasa Jawa kuno "kiya -kiya" yang artinya orang yang dihormati. Sedangkan dalam pemakaiannya
36
dipergunakan
untuk:
pertama,
benda
atau
hewan
yang
dikeramatkan, seperti Kyai Plered (tomb ak), Kyai Rebo dan Kyai Wage (gajah di kebun binatang Gembira loka Yogyakarta), kedua orang tua pada umumnya, ketiga, orang yang memiliki keahlian dalam Agama Islam, yang mengajar santri di Pesantren. Bahkan kata Kyai juga dipakai untuk mejuluki kerbau. Di kraton Solo, Jawa Tengah, ada kerbau yang disebut Kyai Slamet, yaitu yang dianggap keramat oleh masyarakat. Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa pengertian dan pemakaian kata Kyai pada dasarnya sama, hanya saja tiap-tiap daerah mempunyai c iri khas dalam mengartikan dan pemakaian kata Kyai tersebut. 2) Istilah a) Dhofier (1987:56), istilah Kyai adalah Orang yang disegani dalam lingkungan masyarakat, pengertian kyai menurut asal usulnya mempunyai kelebihan dalam pengetahuannya tentang islam, sering dikatakan sebagai orang yang dapat memahami keagungan tuhan dan rahasia alam. b) Ziemnek
dalam
A.
Haedar
Ruslan
(http://re-
searchengines.com/0607arlan.html ) pengertian Kyai adalah "pendiri dan pemimpin sebuah pesantren sebagi muslim "terpelajar" telah membaktikan hidupnya "demi Allah" serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran -ajaran dan pandangan
37
Islam melalui kegiatan pendidikan Islam c) Suparyogo (2007:27), istilah Kyai pada umumnya dipakai oleh masyarakat jawa menyebut orang lain. Bentuk jamak alim dalam bahasa arab adalah ulama, dalam tradisi masyarakat muslim. d) Qomar (hlm 28), istilah Kyai adalah pemimpin non formal sekaligus pemimpin spiritual, dan posisinya sangat de kat dengan kelompok-kelompok masyarakat lapisan bawah di desa-desa. e) Dhakiri (2007:17), istilah Kyai adalah tokoh panutan yang keberadaannya di tengah masyarakat menjdai rujukan dan pusat bimbingan berbagai aspek bidang kehidupan masyarakat. Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi Kyainya. Karena figur Kyai adalah pemimpin atau pengkaderan dalam lingkup pesantren yang dim ana sebagau menstasfer keilmuan baik ilmu agama maupun ilmu ahlak kepada santri sebagai bekal dalam menjalani kehidupan sehari -harinya dalam bergaul maupun dalam berhubungan dengan masyarakat lainnya.
38
b. Makna Kyai 1) Akaha dan Jaiz (2005: 27-31), ada beberapa macam kyai diantaranya: a) Kyai berarti Guru Agama Islam yang luas pandangannya, b) Kyai berarti Pendidik, walaupun pendidik nasional, (seperti Ki Hajar Dewantara), c) Kyai Khos adalah sebuah perkumpulan dari beberapa Kyai, yang kaitannya erat dengan soal dukung mendukung terhadap kursi persiden yang sedang diduduki oleh golongannya, d) Kyai dongdeng (kebal) yang suka sesumbar bahwa wadyabala (mempunyai pasukan)nya rata -rata jadug (kebal dari segala macam senjata tajam). e) Kyai berarti Pak dukun. 2) Suparyogo ( 2007:33) bahwa Kyai dibagi menjadi dua : a) Kyai fiqih adalah Kyai yang lebih menekankan orientasi pada fiqih, b) Kyai bathin adalah Kyai yang lebih berorientasi pada tasawuf, lebih menekankan pada makna keagamaan yang mendalam.
c. Sifat-sifat Kyai Menurut Moedjiono (2002: 61 -67) dalam artikel A. Haedar Ruslan (http://re-searchengines.com/0607arlan.html), bahwa sifat-sifat terpuji yang harus dimiliki oleh seorang Kyai berdasarkan perspektif al-Qur'an meliputi;
39
1) Berpengetahuan luas, kreatif inisiatif, peka, lapang dada dan selalu tanggap. Lihat Q.S. Al-Mujadalah: 11,
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu",
Maka
berdirilah,
niscaya
Allah
akan
meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. 2) Bertindak adil, jujur dan konsekuen, merujuk pada al -Qur'an Surat An-Nissa: 58,
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
40
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. 3) Bertanggung Jawab lihat Q.S. Al -An'am: 164,
Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, Padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain[5 26]. kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan -Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan." 4) Selektif terhadap informasi, lihat surat Al-Hujurat ayat 16,
Katakanlah: "Apakah kamu akan memberitahukan kepada Allah tentang agamamu, Padahal Allah mengetahui apa yang di langit dan apa yang di bumi dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu?"
41
5) Senantiasa memberikan peringatan, lihat Qur'an Surat AdzDzariyat ayat 55,
Dan tetaplah memberi peringatan, karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. 6) Mampu memberikan petunjuk dan pengarahan, lihat Q.S. AsSajadah: 24,
Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin -pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat -ayat kami. 7) Suka bermusyawarah, lihat Q.S. Ali Imran: 159,
Maka disebabkan rahmat dari Allah -lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
42
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang -orang yang bertawakkal kepada-Nya. 8) Istiqamah dan teguh pendirian, lihat Q.S. Al-Ahqaaf: 13,
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah[1388] Maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. 9) Senang berbuat kebaikan, lihat Q.S. Al-Baqarah:195,
Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang orang yang berbuat baik. 10) Selalu berkeinginan meringankan beban orang lain, lembut terhadap orang mukmin, lihat Q.S. At-Taubah: 128,
43
Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin. 11) Kreatif dan Tawakal, lihat Q.S. Al-Qashash: 77,
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang -orang yang berbuat kerusakan. 12) Mempunyai semangat Kompetitif, lihat Q.S. Al-Baqarah: 148,
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap
44
kepadanya. Maka berlomba -lombalah (dalam membuat) kebaikan. di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. 13) Estetik, berkepribadian baik dan berpenampilan rapih, lihat Q.S. Al-'Araf: 31,
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebihlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang -orang yang berlebih-lebihan. 14) Selalu harmonis dan proporsional dalam bertindak, Q.S. Al Baqarah: 190,
Dan perangilah di jalan Allah orang -orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.
45
15) Disiplin dan produktif , lihat Q.S. Al-'Ashr 1-3
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran. Sifat-sifat yang disebutkan di atas, memang tidaklah mungkin dimiliki secara sempurna oleh setia p pemimpin/Kyai, kecuali pemimpin yang diangkat dan ditetapkan secara langsung oleh Allah SWT. Seperti para Rasul dan para Nabi. Kenyataannya tidak sedikit pemimpin yang memiliki kelemahan dan kekurangan. Namun demikian,
semakin
kita
mengerti
dan
memahami
siafat -sifat
kepemimpinan yang terpuji, maka dapatlah pemimpin mawas diri dengan berusaha keras meningkatkan kemam puan dan mengikis habis. Kekurangan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Keinginan yang jujur untuk memperbaiki diri sendiri bagi seorang pemimpin sangatlah penting agar tidak lalai dalam menjalankan amanat yang dipikuilnya. Sebagai pemimpin ia hidup di ba wah Pengawasan Allah dan Manusia. Segala yang dikatakan atau dilakukan pemimpin tidak terlepas dari pengamatan yang diteliti cermat Allah dan manusia di sekelilingnya. Tindakan dan perilaku serta ucapannya mengandung pesan, mengungkapkan makna, atau mengaj arkan dan mewariskan
46
sifat-sifat untuk melakukan sesuatu atau tidak.
d. Ciri-ciri khas Kyai Menurut Qomar (hlm 28), membagai tiga ciri -ciri khas seorang kyai diantaranya: 1) Berkualitas tinggi dalam hal Iman, 2) Berkualitas tinggi dalam hal Taqwa, 3) Berkualitas tinggi dalam hal Ilmu.
e. Gelar Kyai 1) Dhofier (1980: 55), bahwa asal usulnya perkataan Kyai dalam bahasa bahasa Jawa dibagi menjadi tiga jenis gelar yang saling berbeda. a) Gelar kehormatan bagi barang -barang yang dianggap keramat; umpamanya, Kyai Garuda Kencana dipakai untuk sebuah sebutan kereta emas yang ada di Keraton Yogyakarta; b) Gelar kehormatan pada orang-orang tua pada umumnya; c) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam Klasik kepada santrinya. Selain Kyai, Ia juga sering disebut orang alim (orang yang pengetahuan agamanya dalam).
47
2) Akaha dan Jaiz (2005:32), membedakan gelar Kyai menurut kebiasaan suatu negeri : a) Di seluruh pulau Jawa yang terdiri dari tiga suku besar, yaitu Jawa, Sunda, dan Madura ditambah dengan palembang, kata Kyai digunakan untuk menghormati seseorang yang diang gap alim, ahli agama dan disegani. b) Kalimantan Selatan (Banjarmasin dan sekitarnya) sebelum perang, gelar Kyai adalah pangkat yang tertinggi bagi Ambtenaar Bumiputera. Sama pangkat demang di Sumatera. c) Sumatera Barat, yaitu di kota -kota yang banyak didiami orang Cina
(Padang,
Pariaman,
Padang
Pajang,
Bukittinggi,
Payakubuh) dan Pesisir Selatan, gelar kyai diberikan kepada Cina yang telah tua dan dihormati. Biasanya janggut beliau dipanjangi.
f. Sebutan Kyai Menurut Akaha dan Jaiz (2005: 29) di tengah perkembangan masyarakat Indonesia pada umumnya dijumpai beberapa gelar sebutan yang diperuntukan bagi ulama. 1) Jawa Barat (Sunda) orang menyebutnya Ajengan, 2) Sumatera Barat disebut Buya, 3) Aceh dikenal dengan panggilan Teungku, 4) Sulawesi Selatan dipanggil dengan nama Tofanrita, 5) Madura disebut dengan Nun atau Bendara,
48
6) Lombok atau seputar daerah wilayah Nusa Tenggara orang memenggilnya dengan Tuan Guru, 7) Kalimantan
(sebelum
perang),
kyai
berarti
District-hoofd
(pensiunan kyai), yaitu pangkat Bumiputera yang tertinggi di Kalimantan Selatan. 8) Padang (sebelum perang), kyai artinya” Cino Tua” (orang tionghoa yang telah berumur), 9) Thailand (Siam), Ulama yan g besar-besar dihormati di sana dalam kalangan orang Islam dalam menyebutnya (Guru Kriyai). Khusus bagi masyarakat Jawa, gelar yang diperuntukan bagi ulama antara lain Wali. Gelar ini biasanya diberikan kepada ulama yang sudah mencapai tingkat yang tinggi selain itu terdapat sebutan kiai, yang diperuntukan gelar kehormatan bagi para ulama pada umumnya.
g. Tipologi Kyai 1) Mas'ud (2004, 236-237) dalam artikel A. Haedar Ruslan (http://researchengines.com/0607arlan.html), memasukkan Kyai kedalam lima tipologi: a) Kyai
(ulama)
encyclopedi
dan
multidisipliner
yang
mengonsentrasikan diri dalam dunia ilmu; belajar, mengajar, dan menulis, menghasilkan banyak kitab, seperti Nawai al Bantani. b) Kyai yang ahli dalam salah satu spesialisasi bidang ilmu
49
pengetahuan Islam . Karena keahlian mereka dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan, pesantren mereka terkadang dinamai sesuai dengan spesialisasi mereka, misalnya pesantren al-Qur'an. c) Kyai karismatik
yang memperoleh kharismanya dari ilmu
pengetahuan keagamaan, khususnya dari sufismenya, seperti KH. Kholil Bangkalan Madura. d) Kyai Dai keliling yang perhatian dan keterlibatannya lebih besar melalui ceramah dalam menyampaikan ilmunya sebagai bentuk interaksi dengan publik bersamaan dengan misi sunnisme atau aswaja dengan bahasa retorikal yang efektif. e) Kyai pergerakan
karena peran dan skill kepemimpinannya
yang luar biasa, baik dalam masyarakat maupun organisasi yang didirikannya, serta kedalam an ilmu keagamaan yang dimilikinya,
sehingga
menjadi
pemimpin
yang
paling
menonjol, seperti KH. Hasyim Asy'ari. 2) Suparyogo (2007:199), ada beberapa tipologi kyai dalam pembagiannya, diantaranya: a) Kyai Spiritual Kyai Spiritual adalah pengasuh pondok pesantren yang lebih menekankan pada upaya mendekatkan diri pada Tuhan lewat amalan ibadah (Suparyogo, 2007:119). Kyai yang masuk kategori spiritual ini bisa dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
50
Kyai religius yang melakukan pendekatan kepada T uhan dengan menekankan pada ajaran agama dan tasawuf , Kyai Mistis yang melakukan pendekatan dengan olah kanuragan , dan
Kyai
medis
yang melakukan
pendekatan
dengan
menggunakan pengetahuanya mengobati orang lain. b) Kyai Advokatif Kyai Advokatif adalah mengasuh pondok pesantren yang selain aktif mengajar santri dan jamaahnya juga memperhatikan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat dan senantiasa mencari jalan keluarnya (Suparyogo, 2007:199). Penggunaan istilah advokatif ini untuk menggambarkan kyai yang peduli pada nasib jamaahnya yang memerlukan bantuannya. c) Kyai Politik Kyai Politik adalah pengasuh pondok pesantren yang senantiasa peduli pada organisasi politik dan juga pada kekuasaan (Suparyogo, 2007:120). Kyai yang masuk kategori ini bisa dibedakan menjadi Kyai politik adaptif, yaitu Kyai yang bersedia menyesuaikan diri dengan pemerintah, seperti masuk ke GOLKAR, dan Kyai yang mengambil sebagai mitra kritis berafiliasi politik ke PKB, PAN, PBB dll. Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan b ahwa tipologi Kyai berbeda-beda, sesuai dengan perilaku dan
51
keahlian
yang
dimiliki
oleh
Kyai
ters ebut.
Sehingga
menimbulkan sebuah wacana baru terhadap sepakterjang Kyai dalam mengabdikan dirinya untuk agama dan umat.
h. Karakteristik tipologi Kyai 1) Kyai Spiritual Tertutup, statis, konservatif, Agama sebagai penenang jiwa, Orientasi Keakhiratan, Kurang peduli politik, Afiliasi politik ke PPP. 2) Kyai Advokatif Terbuka, dinamis, inovatif, Agama difungsikan sebagai dinamisator dan integrator, Orientasi dunia dan akhirat, Politik sebagai insturmen, Afiliasi politik tidak tampak. 3) Kyai Politik Adaptif Terbuka, dinamis, inovatif, Agama difungsikan sebagai dinamisator, Dekat dengan penguasa, Orientasi ke dunia dan akhirat, politik sebgai instrumen, afiliasi politik ke Golkar. 4) Kyai Politik Mitra Kritis Tertutup, statis, konservatif, Agama untuk ketenang an jiwa, Orientasi ke akhira, politik sebagai instrumen, Lebih dekat denga n umat, Afiliasi politik ke PPP ( Suparyogo, 2007:121).
52
i. Fungsi Kyai 1) Horikoshi
dalam
artikel
Masarcon
(http://forums.apakabar.ws/viewtopic.php?t=18908&sid=07aa8060 4513a8b2350f353708930b6e ),
menganggap
bahwa
fungsi
keulamaan dari Kyai dalam dilihat dari 3 aspek yaitu : a) Sebagai pemangku masjid dan madrasah; b) Sebagai pengajar dan pendidik; c) Sebagai ahli dan penguasa hukum Islam. 2) Syams(http://wongjalur.com/2009/03/25/kepemimpinankharismati k/) menambahkan bahwa Kyai mempunyai tiga fungsi: a) Agen budaya, kiai memerankan diri sebagai penyaring budaya yang datang ke masyarakat. b) Mediator,
yaitu
dapat
menjadi
penghubung
diantara
kepentingan berbagai segmen masyarakat, terutama kelompok elit dengan masyarakat. c) Makelar budaya dan mediator, k iai menjadi penyaring budaya dan sekaligus sebagai penghubung berbagai kepentingan masyarakat.
j. Peran Kyai Menurut Dhakiri (2007:34) bahwa secara umum, peran Kyai dalam kehidupan masyarakat dapat dideskripsikan sebagai berikut. 1) Pendidik Agama Kyai merupakan padanan dari kata ulama. Karena itu, tugas
53
dasar Kyai adalah mengajarkan ilmu -ilmu agama kepada masyarakat. 2) Penjaga Moral Kyai sebagai pendidik agama, kiai -kiai kampung otomatis menjadi penjaga moral masyarakat pedesaan. Keberadaannya ya ng menyatu dengan kehidupan sehari -hari masyarakat pedesaan mengharuskannya
berperilaku
sebagai
penjaga
moral
dan
berperilaku sebagai penjaga moral dan berprilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral. 3) Ahli Hikmah Beberapa Kyai juga menjadi tokoh lkal yang menonjol karena dianggap mempunyai kelebihan dalam hal ilmu hikmah yang berfungsi membantu masyarakat dalam menghadapi atau menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi. 4) Pemimpin Komunitas Kyai menjadi semacam rujukan bagi masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Kyai bisa dikatakan sebagai pemimpin komunitas yang terpilih secara alamiah. Karena selain dari aspek agama Islam secara langsung adapun dari beberapa Kyai yang secara umum mempunyai mata pencaha rian sebagai petani seringkali menjadi pelopor sekaligus rujukan dalam memulai tanam dan memilih benih.
54
5) Pembimbing untuk Perubahan Kyai juga berperan sebagai pemandu utama masyarakat menghadapi dan melaksanakan perubahan. Kyai mempunyai peran sebagai peneliti, penyaring dan asimilator aspek-aspek kebudayaan dari luar yang masuk kedalam kehidupan masyarakat.
k. Tugas Kyai Mulkhan dkk (1998:177) adapun tugas Kyai antara lain : a) Instrumental Leader, who will organize and direct the group, keeping in mind its goals and objecti ves and is responsible for formulating the means that will be used to reach these ends. Instrumental leader adalah pemimpin yang mengorganisir dan mengarahkan kelompok ata u group, menjaga tujuannya dan bertanggung jawab dalam menyusun langkah -langkah yang akan digunakan untuk mencapai tujuan akhir. b) Expressive leader, who tends to create feelings of good will and harmony within the group: morale is usually maintained at a high level, and internal disruption is held to a minimum (Bruce J. Cohen,1979). Expressive leader adalah pemimpin yang cenderung menciptakan kemauan yang baik dan keharmonisan diantara kelompoknya : moral biasanya dijaga pada level yang tinggi, dan kekacuan yang terjadi di dalam kelompok tersebut diminimalkan. Dari uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa Kyai
55
merupakan pemimpin, pengasuh dan pendiri pondok pesantren yang menguasai keilmuan keaga maan sekaligus sebagai guru mengaji di dalam pondok. Kyai merupakan elemen penting di pondok pesantren sehingga menjadi sebuah panutan dari santri dan masyarakat karena dipandang sebagai kunci dalam mengenai sebuah masalah dunia maupun ahirat.
l. Figur Kyai berkualitas 1) Menggabungkan dimensi khazanah lama ( al-qodim al-sholih) dengan tradisi luar yang progresif ( a-jadid al-ashlah) 2) Mampuh mengkaji khazanah klasik secara cerdas dan analitis, 3) Mampuh
mengikuti
perkembangan
zaman
secara
adaptis -
akomodatif 4) Mampuh melahirkan solusi yang aplikatif dan konsisten dengan keagungan nilai agama. Gambaran ulama berkualitas dijelasakan dalam firman Allah surat Al-Fathir ayat 27-28 : Al-Fathir ayat 27
Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah -buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung -gunung itu ada garis-garis putih
56
dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) ya ng hitam pekat. Al-Fathir ayat 28
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang -binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam -macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba hamba-Nya, hanyalah ulama.
4. Kharisma a. Definisi Kharisma 1) Bahasa Kharisma berasal dari bahasa Yunani, yang berarti “berkat yang terinspirasi secara agung”, seperti kemampuan ntuk melakukan keajaiban atau memprediksikan peristiwa masa depan. Weber (1947) menggunakan istilah itu untuk menjelaskan sebuah bentuk pengaruh yang bukan didasarkan pada tradisi atau otoritas formal tetapi lebih atas persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati dengan kualitas yang luar biasa.
57
2) Istilah a) Fathurin (http://www.fathurin-zen.com/?p=226) bahwa Weber lebih menekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luarbiasa dan mistis. b) Weber dalam Syamsul Abdullah (1997:40), tentang pemikiran arti kharisma: Kharisma adalah gejala social yang terdapat pada waktu kebutuhan kuat muncul terhadap legitimasi otoritas. Weber menekankan bahwa yang menentukan kebenaran kharisma adalah pengakuan pengikutnya. Pengakuan atau kepercayaan kepada tuntutan kekuata n ghaib merupakan unsur integral dalam gejala kharisma . Kharisma mempunyai arti keadaan atau bakat yang dihubungkan dengan kemampuan yang luar biasa dalam hal kepemimpinan seseorang untuk membangkitkan pemujaan dan rasa kagum dari masyarakat terhadap dirinya. Berkat yang terinspirasi secara agung, seperti kemampuan untuk melakukan keajaiban atau memprediksi peristiwa masa depan. Kharisma adalah pengakuan terhadap suatu tuntutan social. Weber menggunakan istilah itu untuk menjelaskan sebuah bentuk pengaruh yang bukan di dasarkan pada tradisi atau otoritas formal tetapi lebih atas persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati dengan kualitas yang luar biasa. c) Weber dalam Ayub Ranoh (2000:53) kepemimpinan yang bersumber dari kekuasaan luar biasa: The term charisma will be applied to a certain quality of an individual personality by virtue of which he is set apart from ordinary men and treated as endowed with supernatural, super human, or at least specifically exceptional powers or qualities.
58
d) Carrl dan Tosi seperti dikutip Sukamto dalam kepemimpinan Kyai dalam pesantren Mengatakan: Charismatic: they have the loyalty and commitment of their followers, not because they have a particular skill or are in a particular position, but because their follow ers respond to them as individuals. Like the skill and expertise power base, this power is unique to the individual and the situation. Charismatic influence cannot be transferred to another person. Kharisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari prose s interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut atribut karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa atribut -atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebu tuhan para pengikut. Menurut Weber, kharisma terjadi saat terdapat sebuah krisis sosial, seorang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu, mereka mengalami beberapa keberhasilan yang membuat visi itu terlihat dapat dicapai, dan para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa. e) Willner dalam Ayub Ranoh (2000:73) kemampuan untuk meraih dukungan, rasa hormat dan kagum, sert a ketaatan mutlak pengikut terhadap diri pemimpin. Dari definisi di atas maka kharisma bisa diamati. Pertama dari pihak pengikut dapat diamati sikap terhadap pemimpin dan idenya. Kedua, bisa diamati dari taktik/strategi, pemanfaatan simbol budaya dan untuk meraih dukungan.
59
e) Kharisma adalah kemampuan dan kualitas istimewa yang dimiliki oleh individu tertentu yang menjadi dasar diakuinya ia sebagai pemimpin (Ranoh, 2000:71). f) Max Weber mendefiniskan “kharisma” sebagai: Kualitas tertentu dari seorang individu yang karenanya ia berbeda jauh dari orang -orang biasa dan dianggap memiliki kekuatan atau sifat supernatural, manusia super, atau setidaknya luar biasa. Kualitas ini dianggap tidak biasa dimiliki oleh orang biasa, te tapi dianggap bersumber dari tuhan, dan atas dasar itu individu yang bersangkutan diperlukan sebagai pemimpin (Wrong (2003:261). Dari definisi di atas ada spesifikasi ditambahkan pada definisi dasar ini. Pertama bahwa kharisma merupakan kekuatan revolusioner terbesar dalam periode -periode tradisi yang mapan, dan kedua bahwa secara tipikal mengabaikan pertimbangan tentang efisiensi d an rasionalitas ekonomi. Ketiga,
dia menekankan bahwa pemimpin kharismatik dan
pengikutnya merupakan jemaat kongregasi, ia tidak memiliki pejabat yang membantu dia tetapi memiliki murid atau orang kepercayaan, yang tidak memiliki karier (Wrong, 2003:262). Kharisma merupakan sebuah atribusi yang berasal dari proses interaktif antara pemimpin dan para pengikut. Atribut atribut karisma antara lain rasa percaya diri, keyakinan yang kuat, sikap tenang, kemampuan berbicara dan yang lebih penting adalah bahwa at ribut-atribut dan visi pemimpin tersebut relevan dengan kebutuhan para pengikut. Kharisma
60
kyai merupakan suatu hal yang sangat dikagumi oleh masyarakat. Mereka mengganggap bahwa seorang Kyai adalah orang yang amat dekat dengan tuhan, sehingga mampu menjadi peratara untuk menentramkan suasana. D engan kepandaian yang
dimiliki
seorang
percaya
bahwa
Kyai
mampu
memberikan nasehat. Terlanjur disebut sebagai seorang yang serba ahli, itulah yang terjadi pada diri Kyai. Dalam masyarakat tradisional, seseorang dapat menjadi Kyai atau disebut kyai karena diteri ma masyarakat tidak ada syarat kriteria formal akan tetapi ada beberapa syarat non formal yang harus dipenuhi oleh seorang Kyai.
b. Faktor-faktor kharisma 1) Menurut
Atjeh
dan
Vredenbregt
(http://forums.apakabar.ws/viewtopic.php?t=18908&sid=07aa8060 4513a8b2350f353708930b6e ) menyebutkan faktor-faktor menjadi Kyai kharismatik sebagai berikut: a) Keturunan (silsilah yang cukup panjang) Faktor keturunan atau silsilah sangatlah mempengaruhi seseorang dalam menerima kedudukan yang istimewa dan khos dalam kalangan kaum mukmini. Sehingga melalui faktor keturunan tersebut seseorang bisa mewarisi yang menjadi tradisi dalam dunia pesantren.
sudah
61
b) Ilmu pengetahuan Seorang kyai yang dianggap sebagai tempat pemberi nasehat, haruslah mempunyai ilmu pengetahuan yang sangat tinggi. Khususnya ilmu agama yang lebih dominan, sehingga kyai bisa memberikan seb uah masukan tentang keagamaan kepada umat islam yang masih sedikit ilmu keagamaannya serta bisa memberikan solusi terkait dengan masalah agama ataupun masalah pribadinya. c) Kesalehannya Seorang pemimpin pondok pesantren seharusnya mempunyai ahlak yang ba ik, sehingga dapat di contoh oleh santrinya. Kyai sebagai pemimpin pondok pesantren selalu memberikan sauri tauladan yang baik bagi pesantren dan masyarakatnya, sehingga prialaku kyai yang baik tersebut selalu
di
contoh
masyarakat
maupun
santri -santrinya
dipesantren dalam kehidupan sehari -harinya. 2) Dalam bukunya Anatomi Konflik NU Elit Islam dan Negara (1996:126), menjelaskan tentang kharisma Abdurrahman Wahid bahwa faktor munculnya kharisama adalah: a) Faktor darah biru (blue blood) Abdurrahman Wahid mempunyai darah biru yang ada padanya, karena Abdurrahman Wahid seorang cucu dari kalangan pendidir dan tokoh NU, baik dari garis Bapak
62
maupun
garis
ibu.
Kenyataan
tersebut
menjadikan
Abdurrahman Wahid memiliki kewibawaan tradisional dan Abdurrahman Wahid juga tampil membawa kharisma warisan. b) Pengetahuan dan wawasan yang luas Baik pengetahuan umum maupun pengetahuan agama Islam yang menjadi pegangan kalanagan Kyai. Karena dengan adanya ilmu pengetahuan ini seorang Kyai akan lebih mudah memberikan sebuah nasehat ataupun solusi terkait dengan masalah yang sering muncul dalam kehidupan manusia. 3) Masyhuri (2008:51), menyimpulkan bahwa faktor -faktor yang menyebabkan seorang kyai menjadi besar adalah : a) Garis keturunan b) Pengetahuan agama yang luas c) Kesalehan d) Jumlah Murid e) Pengabdian pada Masyarakat 4) Dhakiri (2007:18) Ada beberapa hal yang dapat terlahirnya sebuah kharisma diantaranya: 1) Silsilah keturunannya 2) Kedalaman ilmunya / wawasan pengetahuannya yang luas 3) Keagungan Budi 4) Jumlah santrinya banyak dan Alumninya tersebar dimana -mana Aspek-aspek tersebut kyai mendapatkan kedudukan yang khas
63
dalam kalangan umat islam. Namun terdapat unsur yang harus dipenuhi hingga menjadi pemimpin yang berkharisma (wibawa). Sa lah satu unsur tersebut adalah faktor keluarga (keturunan) artinya seseorang melalui silsilah mendapat kedudukan yang khas dan istimewa dalam masyarakat.
c. Cir-ciri Kharisma Kajian tentang kepemimpinan kharismatik merupakan p erilaku yang membedakan antara pemimpin kharismatik dan yang tidak kharismatik. Seorang Kyai dikatakan sebagai pemimpin yang kharismatik karena mempunyai ci ri-ciri. 1) Sulaiman (2006:21) merumuskan tentang pemimpin berkharisma mempunyai ciri penting sebaga i berikut: a) Keyakinan diri yang tinggi b) Mempunyai wawasan yang ideal c) Bersikap fleksibel kepada pengikut d) Peka terhadap lingkungan e) Pemimpin kharismatik dianggap sebagai agen perubahan yang radikal f) Rela mengambil resiko dan berkorban untuk wawasan 2) Paulus dalam Ayub Ranoh ( 2000:165) memberikan beberapa pandangan tentang ciri-ciri kharisma: a) Kharisma adalah kenyataan terkait dengan karya Roh Allah dalam kehidupan manusia. Kharisma ada karena pekerjaan Roh
64
Tuhan bukan kenyataan berdiri sendiri, b) Kharisma adalah Pemberian yang berlandasan anugerah Allah, c) Kharisma adalah gejala dalam persekutuan. Artinya bahwa kharisma memang diberikan kepada mas ing-masing individu, tetapi individu itu adalah bagian dari satu komunitas, d) Kharisma memang berbeda pada setiap orang, e) Kharisma
bukan
gejala
sewaktu -waktu
dalam
keadaan
istimewa, melainkan gejala yang lajim dalam persekutuan.
d. Kyai Kharismatik di Indonesia 1) Menurut Masyhuri (2008), ada beberapa contoh Kyai kharismatik mengenai kelahiran dan keturunan, kematian dan pikiran pikirannya. a) KH. Abdul Wahid Hasyim (1) Kelahiran KH. Abdul Hasyim adalah putra kelima dari pasangan KH. Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiah binti Kiai Ilyas. Anak lelaki pertama dari 10 bersaudara ini lahir pada hari Jumat Legi, Rabi’ul Awwal 1333 H, bertepatan dengan 1 juni 1914 M, ketika dirumahnya sedang ramai dengan pengajian. Musibah di Cimindi –Bandung, KH. Wahid Hasyim meninggal dunia pukul 10.30 hari Ahad, 19 April 1953, pada usia 39 tahun. Selanjutnya di bawa ke Jombang dan dimakamkan di Pesantren Tebuireng.
65
(2) Keturunan Wahid Hasyim adalah salah seorang dari sepuluh keturunan langsung KH. Hasyim Asya’ri. Silsil ah dari jalur ayah ini bersambung hingga Joko Tingkir, tokoh yang kemudian lebih dikenal dengan sultan Sutawijaya yang berasal dari kerajaan Islam Demak. Sedangkan dari pihak ibu, silsilah bersambung hingga Ki Ageng Tarub. Bila dirunut lebih jauh, kedua si lsilah itu bertemu pada stu titik, yaitu Sultan Brawijaya V, yang menjadi salah satu raja Kerajaan Mataram. Sultan Brawijaya V ini juga dikenal dengan sebutan Lembu Peteng. (3) Pemikiran Pokok Fokus utama pemikiran Wahid Hasyim adalah peningkatan kualitas sumber daya umat Islam. Upaya peningkatan kualitas tersebut dilakukan melalui pendidikan pesantren. Dari sini dapat dipahami, bahwa kualitas manusia muslim sangat ditentukan oleh tinggi rendahn ya kualitas jasmani, rohani, dan akal. Kesehatan jasmani dibuktikan
dengan
tiadanya
gangguan
fisik
ketika
beraktifitas. Sedangkan kesehatan rohani dibuktikan dengan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah yang kemudian diimplemtasikan dalam kehidupan nyata. Di samping sehat jasmani rohani, manusia muslim harus memiliki kualitas
66
nalar (akal) yang senantiasa diasah sedemikian rupa sehingga mampu memberikan solusi yang tepat, adil dan sesuai dengan ajaran Islam. b) KH. Raden Asnawi (1) Kelahiran Raden Asnawi adalah putra sulung dari HR. Abdullah Husnin, seorang pedagang kompleksi terkenal di Kudus, pada ahir abad ke -19. Sedangkan ibunya bernama R. Sarbinah. Raden Asnawi dilahirkan di kampung Damran kota Kudus, pada tahun 1281 H, dengan nama R. Ahmad Syamsi. Adapun nama R. Asnawi diperoleh setelah menunaikan ibadah haji yang ketiga. Satu minggu setelah menghadiri Muktamar NU ke -22, tepatnya pada hari sabtu tanggal 25 Jumadil Akhir 1378 H, salah seorang pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama berpulang ke hadiran Allah dalam usia 98 tahun. Dimakamkan di sebelah barat Mihrab Masjid Agung Menara Kudus. (2) Keturunan KH. Raden Asnawi bin R. Abdullah Husnin bin R. Ayu Shofia bin R. Ayu Ngantren Salama bin R. Dipokusuma bin Dipoyuda bin R. Dipotaruna bin Pangeran Pandamaran bin Pang. Pangaringan bin Panemabahan Gemiring bin Panembahan Palembang bin R. Ja’far Shadiq,
67
dikenal sebagai Sunan Khudus. Bahkan sejumlah kalangan mempercayai bahwa KH. Raden Asnawi juga keturunan Syekh Mutamakkin, seorang ulama terkenal di Kajen Pati yang hi dup di zaman pemerintahan Sultan Agung Mataram dan beliau dianggap waliyullah. (3) Pemikiran Pokok KH.
Raden
Asnawi
menin ggalkan
warisan
intelektual yang tiada ternilai harganya. Usaha untuk membumikan masyarakat,
intisari Raden
Ilmu Asnawi
Fiqih
ke
tengah -tengah
merealisasikan
dengan
mengarang kitab Fashalatan. Menurut Raden Asnawi sholat adalah masalah yang harus menjadi p usat perhatian kaum muslimin. Karena sholat adalah tiang agama Islam. c) KH. Abdul Wahab Hasbullah, (1) Kelahiran Kiai Wahab Chasbullah lahir dari pasangan Kiai Chasbullah dan Nyai Latifah pada bulan Maret 1888 di Tambak Beras, Jombang. Pada hari rabu 12 Dzul’qadah 1391 H atau 29 Desember 1971, Kiai Wahab wafat di kediamannya, Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang.
68
(2) Keturunan Keluarga
Kiai
Chasbullah,
pengasuh
Pondok
Tambak Beras, masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan KH. Hasyim Asy’ari, Kiai Sichah yang juga leluhur KH. Hasyim asy’ari. Nasab keduanya bertemu dalam satu keturunan dengan Kiai Abdussalam, lembu peteng salah seorang raja Majapahit. (3) Pemikiran Pokok Kyai Wahab Chasbullah terkenal sebagai ulama yang mempunyai cara pandang dan pemikiran yang luas. Setiap permasalahan yang dihadapinya selalu dilihat dari berbagai dimensi, kemudian dicarikan solusi yang terbaik. Dalam banyak hal, Kiai Wahab Chasbullah senantiasa menerapkan alternatif aturan hukum yang teri ngan demi kemaslahatan bersama. d) KH. Tubagus Muhammad Falak bin Abbas (1) Kelahiran KH. Tubagus Muhammad Falak bin Abbas, lahir pada tahun 1258 H, atau 1824 M di Desa Sabi, Pandeglang, dan meninggal tahun 1329 H/1972 M. Ayahnya KH. Tubagus Abbas dan Ibunya Ratu Quraisyin
69
(2) Keturunan Ayahnya KH. Tubagus Abbas kakeknya Kiai Tubagus Mu’min Abdul Khamid, adalah dua ulama besar dan bangsawan terkenal di Daerah Banten dan mempunyai hubungan kerabat dengan keluarga kesultanan Banten. Ibunya Ratu Quraisyin berasal dari daerah Pandeglang, juga masih keturunan sultan Banten. (3)Pemikiran Pokok KH.
Tubagus
Muhammad
Falak
bin
Abbas
tergolong Kiai tradisional yang memiliki pemikiran visioner dan maju. Terbukti ia telah merintis berdirinya sekolah formal semisal sekolah Dasar Islam, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah dan Pendidikan Guru Agama. b) KH. Ma’sum (1) Kelahiran KH. Ma’sum dilahirkan di Desa Soditan Lasem, pada tahun 1870. kedua orang tuannya H. Ahmad dan Qasimah, memberi nama Ma’ sum kecil dengan nama Muhammadun. Pada tanggal 20 Oktober 1972
yang
bertepatan dengan 12 Romadhan 1392 H, Mbah Ma’sum menghadap kehadiran Allah dalam usia 102 tahun.
70
c) KH. Zaini Mun’im (1) Kelahiran KH. Zaini Mun’im lahir pada tahun 1906, di Desa Galis Pamekasan Madura, dari pasangan KH. Abdul Mun’im dan Nyai Hamidah. KH. Zaini Mun’im wafat pada tanggal 26 juli 1976 M / 29 Rajab 1396 H, dalam usia 70 tahun. Dikebumikan di pekuburan Pesantren Nurul Jadid. (2) Keturunan KH. Abdul Mun’im adalah pengasuh Pes antren Panggung di Galis, sebuah pesantren yang dirintis oleh Kiai Madarik, kakek KH. Zaini Mun’im. Dari garis ayah, Kiai Zaini merupakan keturunan dari raja -raja Sumenep yang menjulur ke belakang hingga Sunan Kudus, sementara dari garis ibu KH. Zaini Mun’ im adalah keturunan raja -raja Pamekasan. (3) Pemikiran Pokok Sebaiknya janganlah menjadi orang keramat tak ilmiah. Karena keramat menurut KH. Zaini Mun’im adalah giatnya seseorang dalam menuntut ilmu dan berusaha menyebarkan ilmunya serta berusaha berama l yang baik untuk menjadi tauladan yang baik bagi masyarakat.
71
d) KH. Bisri Mustofa (1) Kelahiran KH. Bisri Mustofa dilahirkan di Desa Pesawahan Rembang Jawa Tengah, Pada tahun 1915 dengan nama asli Masyhadi.
Nama
Bisri
beliau
pilih
sepulang
dari
menunaikan ibadah haji. Pada tanggal 24 februari 1977 KH. Bisri Mustofa wafat. (2) Keturunan KH. Bisri Mustofa adalah putra dari pasangan H. Zaenal Mustofa dengan istri keduanya bernama Hj. Khatijah. Bahwa kedua orang tuanya masih cucu dari Mbah Syuro seorang tokoh yang disebut -sebut sebagai tokoh kharismati k di Kecamatan Sarang. (3) Pemikiran Pokok Pemikiran KH. Bisri Mustofa selalu berada di tengah-tengah antara tekstual-skriptualitas dan rasionalitas. Dalam kitab Al-Ibriz KH. Bisri Mustofa selalu memberikan tafsiran
terhadap
ayat-ayat
mutasyabbihat
dengan
mengambil beberapa pendapat para mufasir desertasi dengan argumen-argumen yang diberikan sendiri. Di bidang Ahlak KH. Bisri Mustofa termasuk orang yang sangat memperhatikan kondisi kemerosotan moral generasi muda. Ia memberikan tuntunan -tuntunan seperti
72
sikap taat dan patuh kepada orang tua, kerapian, kebers ihan dan lain sebgainya. Di bidang Ilmu Kalam KH. Bisri Mustofa memaknai iman dalam pengertian yang sangat luas. Menurutnya, iman menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Karena itu, dalam berbagai urainnya mengenai iman, KH. Bisri Mustofa acapkali meng aitkannya dengan persoalan-persoalan ekonoami, sosial, budaya, dan hukum Islam. Di
bidang
Ilmu
Fiqh
KH.
Bisri
Mustofa
memberikan pandangannya mengenai Keluarga Berencana (KB). Menurutnya, manusia dalam keluarga diperbolehkan berihtiar merencanakan masa dep an keluarga sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Dalam padangan KH. Bisri Mustofa, keluarga berencana diperbolehkan bila disertai dengan alasan yang pokok, yaitu untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, dan meningkatkan pendidikan sang anak. e) KH. Bishri Syansuri (1) Kelahiran KH. Bishri Syansuri dilahirkan pada hari rabu 18 september 1886 M di Tayu, Pati. KH. Bishri Syansuri adalah anak ketiga dari lima bersaudara yang lahir dari
73
pasangan Syansuri bin Abdul Shamad dan Mariah. KH. Bishri Syansuri meninggal pada hari jumat 19 jumadil al Akhir 1400 H, bertepatan dengan tanggal 25 april 1980 di Pondok Pesantren Ma’baul Ma’arif. (2) Pemikiran Keteguhan yang begitu besar dalam ketundukannya kepada hukum fiqih . f) KH. Muslih Al-Maraqi (1) Kelahiran KH. Muslih Al-Maraqi dilahirkan pada 1908 M, di perkampungan Suburan, M eranggen Demak. Pada musim haji 1981, KH. Muslih Al -Maraqi memejamkan matanya untuk selamanya. Jenazahnya dikebumikan di Ma’la, Mekkah. (2) Keturunan KH. Muslih Al-Maraqi merupakan perpaduan antara ulama dan bangsawan di masanya.dari garis ayah , KH. Muslih Al-Maraqi memiliki silsilah dari Abd al -Rahman bin Qasid al-Haq bin Wiryo Kusuma yang dikenal Pengeran Sedo Krapyak bin pangeran Sujatmika bin Pangeran Sabrang bin Ketib bin Pangeran Hadi bin Sunan Kalijaga, hingga Ranggalawe atau Syekh al -jalil Bagdad.
dari
74
g) KH. Imam Zarkasyi (1) Kelahiran KH. Imam Zarkasyi dilahirkan pada tangga 21 maret 1910 M. di Desa Gonto r, kecamatan Mlarak, 12 km, arah Tenggara Ponorogo. Bapaknya Raden Sontoso Anom Besari dan ibunya Rr. Sudarmi. KH. Imam Zarkasyi meninggal setelah 25 jam koma, karena terkena stroke (pecahnya pembuluh darah di otak) di rumah sakit Madium tanggal 30 April 1985. (2) Keturunan Secara geneologis, KH. Imam Zarkasyi memiliki hubungan langsung dengan Sultan kesepuluh Cirebon. Bapaknya, Raden Sontoso Anom Besari adalah keturunan keenam dari kesepuhan Cirebon, sementara ibunya Rr. Sudarmi, adalah keturunan Surodiningrat Bupati Madiun. (3) Pemikiran Pokok Memadukan pola pendidikan Mesir, Afrika Utara dan India maka lahirlah Pondok Pesantren Darussalam. h) KH. Abdul Hamid (1) Kelahiran KH. Abdul Hamid lahir di Desa Sumber Girang di Lasem, Rembang Jawa Tengah pada 1914 M (1333 H). KH. Abdul Hamid adalah anak ketiga dari tujuh belas
75
bersaudara, lima diantaranya saudara seibu. Ayah nya Kiai Umar, adalah seorang ulama. (2) Pemikiran Mendidik lewat keteladanan dan lebih banyak yang diajarakan adalah kitab-kitab mengenai akhlak, seperti bidayatul hidayah karya Imam Ghazali khususnya dalam masalah sholat KH. Abdul Hamid sangat tegas. i) KH. Mahrus Ali (1) Kelahiran KH. Mahrus Ali lahir di Dukuh Gedongan, Cirebon, Jawa Barat pada tahun 1906 dengan nama Rusydi. Ayahnya bernama Kyai Ali (putra Kiai Abdul Aziz, pengasuh Pondok Pesantren Wotbogor Singaraja Indramayu , Jawa Barat). sementara ibunya bernama Nyai Chasimah (putri seorang ulama besar yang bernama Kiai Sa’id) . KH. Mahrus Ali wafat pada har senin tanggal 26 Mei 1985/ 6 Ramadhan 1405 di rumah sakit dr. So etomo dalam usia 78 tahun. (2) Pemikiran KH. Mahrus Ali sangat menekankan pentingnya meningkatkan intelektualitas.
76
j) KH. Ali Ma’sum (1) Kelahiran KH. Ali Ma’sum adalah putra pertama dari 13 bersaudara yang dilahirkan di Lasem pada 2 maret 1915 dari pasangan Mbah Ma’sum dan Nuriah, Ibun ya Nyai Nuriah, adalah istri kedua setelah sebelumnya Mbah Ma,sum pernah menikahi Maftuhah yang meninggal dunia di Mekkah. 2) Hasan dalam bukunya Kharisma Kiai As’ad di Mata Umat menyimpulakan tentang biografi Kiai As’ad. a) KH. Raden As’ad Syamsul Arifin (1) Kelahiran KH. Raden As’ad Syamsul Arifin lahir pada ta hun 1897 M di Mekkah. Kedua orang tuanya KH. R. Syamsul Arifin dan Nyai Maimunah sedang menunaikan ibadah haji. Kampung halamnya Desa Kembang Kuning Pemekasan Madura tahun 1901 M. Raden As’ad Syamsul Arifin wafat pada tanggal 14 Agustus 1990 di usianya yan g ke-95 tahun. Di makamkan di pemakaman keluarganya, sebelah kanan masjid jami Sukorejo. (2) Keturunan KH. Raden As’ad Syamsul Arifin mempunyai silsilah yang sampai kepada Rosulullah Saw. Serta
77
mempunyai Hubungan darah dengan beberapa wali yang menyebarkan Islam di Jawa. Ayah KH. Raden As’ad Syamsul Arifin adalah putra KH. Ruham/KH. A Rahim bin Khatijah binti Ismail bin zainuddin bin Umar bin Abdul Jabbar bin Khatib bin Sayyid Maulana Ahmad al -Badawi (Pangeran Katandur) bin Panembahan Pakaos bin Syarif bin Sunan Kudus. Menurut catatan sejarah, Sunan Kudus adalah keturunan ketiga belas dari Husain bin Ali putra khalifah keempat, Ali bin Abi Tjalib dari perkawinannya dengan Fatimah az-Zahra putri Nabi Muhammad saw. Ibunnya Raden As’ad Syamsul Arifin, Nyai Maimunah, adalah putri KH. Muhammad Yasin, dari perkawinannya dengan Nuri binti KH. Nuruddin bin Kiai Zubair tsani bin Kiai Zubair Awwal bin Kiai Abdul Halim bin Hamzah bin Khatib bin Qasim (Sunan Drajad) bin Raden Rahmat (Sunan Ampel), sesepuh sekaligus mertu a Raden Fatah (Sunan Demak Pertama). (3) Pemikiran Pokok KH. Raden As’ad
seringkali melancarkan kritik
terhadap modernisme yang lebih memandang rasio sebagai segalanya. Kritikan tajam KH. Raden As’ad yang dilontarkan terhadap manusia modern adalah mengen ai kehampaan spritual.
78
Mereka mempunyai aura kharisma yang dahsyat. Setiap petuah yang diberikan direkam umat, sepak terjangnya menjadi teladan, dan prilakunya menjadi inspirasi orang lain. Ucapan, tingkah laku, dan ketetapannya menjadi pelajaran yang amat berharga yang diajarkan murid-muridnya secara turun temurun kepada generasi sesudanya.
5. Persepsi Santri Tentang Kharisma Kyai Di kalangan masyarakat santri, figur Kyai, secara umum kerap dipersepsikan masyarakat sebagai pribadi yang integratif dan merupakan cerminan tradisi keilmuan dan kepemimpinan, orang alim yang mengusai ilmu agama (tafaqquh fi al-din) dan mengedepankan prilaku berbudi yang patut diteladani umatnya. Semakin tinggi tingkat kealiman dan rasa tawadlu Kyai akan semakin tinggi pula derajat penghormatan yang diberikan santri dan masyarakat. Sebaliknya, deraj at penghormatan umat kepada Kyai akan berkurang seiring dengan minimnya penguasaan ilmu dan rendahnya rasa tawadlu pada dirinya, sehingga tampak tak berwibawa lagi dihadapan umatnya. Kepercayaan santri yang begitu tinggi terhadap Kyai dan didukung potensinya dalam memecahkan berbagai problem yang ada di pondok pesantren dan khususnya dilingkungan masyara kat menyebabkan Kyai menempati posisi kelompok elit dalam struktur sosial. Di dalam dunia pesantren kharisma ditunjukan dalam tradisi tawadlu oleh santri kepada Kyai, menghormati Kyai, pengabdian (khidmah) kepada kiai dan pesantren, mencium tangan kyai, mi num dan
79
makan sisa Kyai. Tawadhu seorang santri kepada Kyainya merupakan hal yang sangat penting, khususnya pesantren salaf. Kyai di pesantren oleh para santrinya dijadikan sebagai sosok panutan yang amat dihormati. Tidak terlalu umum santri melakukan kom unikasi secara bebas. Para santri terhadap Kyainya selalu mengembangkan sikap sami’na wa atho’na, yaitu saya mendengar dan kami taati. Tidak selayaknya bagi santri mengabaikan nasihat dan perintah Kyai, apalagi membantahnya. Di dunia pesantren tidak pernah ada santri tidak menyetujui kebijakan pesantren, lalu mendemo kyai, misalnya. Karena didalam tradisi pondok pesantren salaf membantah perintah Kyai merupakan sebuah hal yang sangat tidak masuk akal, tanpa disadari dalam sebuah kepercayaan penganut paham salafi menentang ataupun tidak mau melaksanakan perintah Kyai, ada kepercayaan ilmunya tidak barokah (bermanfaat). Jika santri merasa tidak akan bisa menyesuaikan dengan pendidikan di pesantren itu, cara yang ditempuh adalah meni nggalkan pesantrennya, kemudian mencari pondok pesantren lain. Oleh karena itu sesungguhnya mobilitas santri antar pesantren, khususnya bagi pesantren lama yang disebut pesantren salaf, sangat tinggi. Kyai dengan kelebihannya terutama dalam ilmu pengetah uannya tentang ilmu agama Islam, seringkali dilihat sebagai orang ya ng sentiasa dapat memahami keagungan tuhan dan rahasia alam hingga demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tak terjangkau, terutama oleh kebudayaan orang awam.
80
a. Dasar-dasar Al-quran Adapun ayat Al-quran yang menerangkan tentang perintah tawadhu. Al-quran surat Al-Ahzab: 21
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dalam hal ini banyak ayat yang memerintahkan kepada beliau untuk tawadhu’, tentu juga perintah tersebut untuk umatnya dalam rangka meneladani beliau. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: dalam surat Asy-Syu’ara: 215
Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang -orang yang mengikutimu, Yaitu orang-orang yang beriman. b. Hadist tentang Tawadhu Nawawi (1999:569) dalam kitab Riyadhus Sholihin, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ُ ﻗَﺎلَ رَﺳُﻮْلُ اﷲُ ﺻَﻠﱠﻲ اﷲ:َوَﻋَﻦْ ﻋِﯿَﺎضْ ﺑِﻦْ ﺣَﻤِﺎرٍ رَﺿِﻲَ اَﷲُ ﻋَﻨْﮫُ ﻗَﺎل ٍﻋَﻠَﯿْﮫِ وَﺳَﻠَﻢْ اِنﱠ اﷲَ اَوْﺣَﺊِ اِﻟﱠﻲ اَنْ ﺣَﻲﱠ ﻻَ ﺗَﻮَاﺿَﻌُﻮا َاَﺣَﺪٌ ﯾَﻔْﺨَﺮ ﻋَﻠَﻲ اَﺣَﺪ (وَﻻَ ﯾَﺒْﻐِﻲَ اَﺣَﺪٌ ﻋَﻠَﻲ اَﺣَﺪٍ ) رواه ﻣﺴﻠﻢ
81
“Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri sehingga seseorang tidak menyombongkan diri atas yang lain dan tidak berb uat
zhalim atas yang lain.” (Shahih, HR
Muslim). Zarnuji (2007:37) mengatakan, menurut ajaran Islam, murid (santri) harus menganggap guru/kiai seperti ayah kandungna sendiri, sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadist Nabi Saw:
ْﻓَﺎءِنﱠ ﻣَﻦْ ﻋَﻠﱢﻤَﻚَ ﺣَﺮْﻓًﺎ وَاﺣِﺪًا ﻣِﻤﱠﺎ ﺗَﺤْﺘَﺎجُ اِﻟَﯿْﮫِ ﻓِﻲْ اﻟﺪﱢﯾْﻦِ ﻓَﮭُﻮَ اَﺑُﻮْكَ ﻓِﻲ ِاﻟﺪﱢﯾْﻦ “Sesungguhnya orang yang mengajari kamu sepatah ilmu yang dibutuhkan dalam urusan agama adalah menjadi bapakmu dalam beragama” Zarnuji (2007:35) dalam kita terjemah Ta’limul Muta’allim pada fasal empat “Penghormatan terhadap ilmu dan ulama” menjelaskan,
ِاِﻋْﻠَﻢْ اَنﱠ ﻃَﺎﻟِﺐَ اﻟْﻌِﻠْﻢِ ﻻَ ﯾَﻨَﺎلُ اﻟْﻌِﻠْﻢِ وَﻻ ﯾَﻨْﺘَﻔِﻊُ ﺑِﮫِ اِﻻﱠ ﺑِﺘَﻌْﻈِﯿْﻢِ اﻟْﻌِﻠْﻢِ وَاَ ھْﻠِﮫ ِاِﻻُﺳْﺘَﺎذِ وَﺗَﻮٌﻗِﯿٌِﺮهِ َوﺗَﻌْﻈِﯿْﻢ Ketahuilah, bahwa pelajar tidak bakal mendapat ilmu dan tidak juga memetik manfaat ilmu selain dengan menghargai i lmu dan menghormati
ahli
ilmu
( Ulama’),
menghormati
Guru
dan
memuliakannya Zarnuji (2007:38) merumuskan perbuatan menghormati guru
َ وَﻻَ ﯾَﺒْﺘَﺪِ ئ,َ وَﻻَ ﯾَﺠْﻠِﺲَ ﻣَﻜَﺎ ﻧَﮫ,ُوَﻣِﻦْ ﺗَﻮْﻗِﯿْﺮِ اﻟْﻤُﻌَﻠﱢﻢِ اَنْ ﻻَ ﯾَﻤْﺸِﺊَ اَﻣَﺎ ﻣَﮫ
82
َ َوﻻَﯾَﺴْﺎَلَ ﺷَﯿْﺎَ ﻋِﻨْﺪ, ُ وَﻻَ ﯾُﻜْﺜِﺮَ اﻟْﻜَﻼَ مَ ﻋِﻨْﺪَه, ِاﻟْﻜَﻼَ مَ ﻋِﻨْﺪَهُ اِﻻَ ﺑِﺎءِ ذْ ﻧِﮫ ُاﻟْﺒَﺎ بَ ﺑَﻞْ ﯾَﺼْﺒِﺮَ ﺣَﺘﱠﺊ ﯾَﺨْﺮُجَ اْﻻُﺳْﺘَﺎ ذ, وَﯾُﺮَاﻋِﻲَ اﻟْﻮَﻗْﺖَ وَﻻَ ﯾَﺪُقﱠ,ِﻣَﻼَﻟَﺘِﮫ Di antara perbuatan menghormati Guru adalah tidak melintas di hadapannya, tidak menduduki tempat duduknya, tidak memulai berbicara kecuali atas izinnya, tidak banyak bicara di sebelahn ya dan tidak menanyakan sesuatu yang membosankannya; hendaklah pula mengambil waktu yang tepat dan jangan pernah mengetuk pintu tetapi bersabarlah samapai beliau keluar.
B.
Telaah Pustaka Dalam tinjauan pustaka ini pe neliti sedikit membuat garis besar tentang karya-karya lain yang berkaitan erat dengan Persepsi Santri tentang Kharisma Kyai. Karena Peneliti bukan pertama kali yang meneliti tentang Persepsi Santri tentang Kharisma Kyai , maka penulis menelaah beberapa skripsi yang telah mengupas judul yang punya referensi dengan yang penulis angkat di atas. Skripsi-skripsi tersebut adalah: 1. Skripsi Yuli Arifah yang berjudul “Hubungan Kharisma Kyai dengan Minat Belajar Santri (Studi pada Pondok Pesantren Al -Manar Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Tahun 2006) ”, STAIN Salatiga, Angkatan 2002. Oleh Yuli Arifah telah diungkapkan tentang Kyai laksana jantung bagi kehidupan manusia. Otoritas Kyai begitu dominan dan sangat dihormati sehingga santri mempunyai kewajiban taa t dan tunduk kepada Kyai, hampir-hampir dengan batas mutlak. Seorang Kyai biasanya memiliki kharisma (sifat welas asih atau wibawa yang terpancar dari dalam diri seseorang), salah satu faktor yang mempengaruhi santri untuk patuh melaksanakan perintah kyai dan
83
rajin atau sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu ialah rasa simpatik dan penghormatan terhadap Kyai karena kharisma yang dimilikinya. Rumusan Masalah, Bagaimana tingkat kharisma Kyai di Pondok Pesantren Al-Manar?, Bagaimana variasi minat belajar santri Pondok Pesantren Al-Manar?, Adakah hubungan kharisma Kyai dengan minat belajar santri di Pondok Pesantren Al -Manar? Tujuan Penelitian, Untuk mengetahui tingkat kharisma Kyai Pondok Pesantren Al-Manar, Untuk mengetahui variasi belajar santri Pondok Pesantren Al-Manar, Untuk mengetahui hubungan kharisma Kyai dengan minat belajar belajar santri di Pondok Pesantren Al -Manar Metode Penelitian, menggunakan kuantitatif, Populasi dan Sampel, di sini peneliti mengambil sampel 15% dari keseluruhan populasi, yaitu 45 santri. Tehnik Pengumpulan Data , Angket, Metode Observasi, Metode Dokumentasi. Tehnik Analisis Data, Analisis Pendahuluan, menggunakan rumus persentase , Analisis Lanjutan, menggunakan rumus product moment . Hasil Penelitian, Bahwa tingkat kharisma Kyai termasuk dalam
kategori
sedang,
terbukti
dari
45
responden
dapat
dikelompokkan sebagai berikut : Tergolong dalam kategori tinggi ada 21 santri atau 46,7%, Tergolong dalam kategori tinggi ada 22 santri atau 48,9%, Tergolong dalam kategori tinggi ada 2 santri atau 4,4% . Bahwa Minat Belajar Santri termasuk dalam kategori sedang, terbukti dari 45 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tergolong dalam kategori tinggi ada 21 santri atau 33,3% , Tergolong dalam kategori tinggi ada 22 santri atau 48,9% , Tergolong dalam kategori tinggi ada 2 santri atau 17,8% . Ada Hubungan antara Kharisma Kyai dengan Minat Belajar Santri Pondok Pesantren Al -Manar, Bener, kecamatan Tengaran, kabupat en Semarang Tahun 2006 Diterima. Persamaan dengan penelitian ini adalah ada variable yang sama mengenai judul penelitian yaitu tentang Kharisma Kyai, santri
84
dan masyarakat pesantren. Yang menjadi fokus penelitian adalah santri. Perbedaan dengan penelitian ini adalah Jenis penelitian yang berbeda (kuantitaif dan kualitatif), yang menjadi obyek penelitian yuli arifah adalah hubungan kharisma Kyai dengan minat belajar santri sedangkan skripsi saya adalah persepsi santri tentang kharisma Kyai. Disini saya lebih kepada pema haman santri dalam memandang Kyai yang mempunyai kharisma dengan adanya tradisi pesntren yang sudah terbangun seperti, mencium tangan kyai, makan bekas Kyai dan patuh terhadap perintah kyai (sendiko dawuh). 2. Skripsi Siti Isnaeni yang berjudul “ Pengaruh Kharisma Kyai terhadap Moral Santri di Pondok Pesantren Pancasila Blot ongan Kota Salatiga Tahun 2007”, STAIN Salatiga, angkatan tahun 2003. Oleh Siti Isnaeni telah diungkapkan tentang Kyai sebagai juru dakwah secara otomatis mempunyai peran pentin g dalam menjaga nilai moral masyarakat sekitarnya. Kualitas moral yang dimiliki Kyai tertumpu pada prinsip ajaran “Amal Maruf Nahi Munkar”. Kyai merupakan power dalam hal kedalam ilmu dan wawasan barunya untuk menghadapi perubahan. Seorang kyai sebagai pem angku pondok pesantren biasanya memiliki kharisma.
Otoritas Kyai sebagai
pemimpin di pesantren sangat dominan. Ciri-cirinya pemimpin di pesantren bersifat kharismatik artinya pemimpin diterima karena kepribadiannya yang berpengaruh dan dipercayai sehingga diikuti pendapat dan keputusannya . Rumusan Masalah, Bagaimana tingkat kharisma Kyai di Pondok Pesantren Al-Manar?, Bagaimana variasi minat belajar santri Pondok Pesantren Al-Manar?, Adakah hubungan kharisma Kyai dengan minat belajar santri di Pondok Pesantren Al -Manar?. Tujuan Penelitian, Untuk mengetahui tingkat kharisma Kyai Pondok Pesantren Al-Manar, Untuk mengetahui variasi belajar santri Pondok Pesantren
85
Al-Manar, Untuk mengetahui hubungan kharisma Kyai dengan minat belajar belajar santri di Pondok Pesantren Al -Manar. Metode Penelitian, Populasi dan Sampel, di sini peneliti mengambil sampel 20% dari keseluruhan populasi, yaitu 30 santri. Tehnik Pengumpulan Data , Angket, Metode Observasi, Metode Dokumentasi, Metode Interview . Tehnik Analisa Data, Analisis Pendahuluan, menggunakan rumus prosentase, Analisis Lanjutan, menggunakan rumus product moment. Hasil Penelitian, Bahwa kharisma kyai termasuk dalam kategori sedang, terbukti dari 30 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tergolong dalam kategori tinggi ada 8 santri atau 26,67%, Tergolong dalam kategori tinggi ada 12 santri atau 40%, Tergolong dalam kategori tinggi ada 10 santri atau 33,33%. Bahwa Moral Santri termasuk dalam kategori sedang, terbukti dari 30 responden dapat dikelompokkan sebagai berikut : Tergolong dalam kategori tinggi ada 5 santri atau 17%, Tergolong dalam kategori tinggi ada 15 santri atau 50%, Tergolong dalam kategori tinggi ada 10 santri atau 33%. Ada pengaruh antara Kharisma Kyai terhadap moral santri Pondok Pesantren Pancasila Blotongan Sidorejo, Kota Salatiga Tahun 2007 Diterima. Persamaan dengan penelitian ini adalah membahas tentang Kharisma Kyai di dalam dunia pesantren , dan yang menjadi fokus penelitian adalah masyarakat pesantren yang dimana terdapat elem en dalam pondok pesantren yaitu : Santri, Ustadz, Kyai, Alumni dan Masyarakat. Serta ada kesamaan metode dalam pengumpulan data (Metode Observasi, Metode Interview dan Metode Dokumentasi). Perbedaan dengan penelitian ini adalah dalam penelitian Siti Isnaeni lebih fokus kepada pengaruh kharisma terhadap moral santri sedangkan skripsi peneliti membahas tentang bagaimana persepsi santri
tentang
kharisma
pendekatannya juga berbeda.
Kyai
dan
Jenis
penelitiannya
dan
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data 1. Sejarah Berawal dari kegigihan KH. Habib Ihsanudin untuk menimba ilmu dari sekolah ke sekolah, dari pondok pesantren ke pondok pesantren. Bahkan hal ini juga ditegaskan oleh KH. M. Siraj bahwa kalau Habib ingin benar-benar menjadi orang maka syaratnya harus bertahan untuk tidak pulang dari Pondok Pesantren minimal selama tiga tahun. Tetapi justru Habib menjalani masa -masa pendidikan itu selama lima tahun tidak pernah menjenguk kampung halamannya dan keluarganya. Hingga sampai suatu saat di bulan Agustus tepatnya tanggal 17 Agustus tahun 1963, karena kerinduan akan kampung halamannya Habib pulang serta menengok keluarganya. Banyak sanak keluarga dan kawan -kawan Habib yang ditinggalkan menyambut kedatangannya berkumpul menantikan Habib apakah sudah siap untuk mengabd i di kampung halaman. Selama kurun waktu 11 tahun lamanya antara tahun 1952 sampai dengan 1963 Habib menjalani masa pendidikan diluar kampung halamannya dan praktis tidak pernah pulang selama 5 tahun. Kepulangan Habib yang sebenarnya hanya untuk melepas ri ndu dan beberapa hari untuk beristirahat di kampung halamannya menjadi
86
87
berubah. Karena desakan dari kawan -kawannya akhirnya Habib sepakat harus merelakan waktu istirahatnya untuk memberikan pengajian kepada anak-anak kampung. Dimulai pada hari Rabu 20 Agustus 1963 dan kemudian berjalan sampai kurang lebih tiga bulan. Niat Habib untuk kembali bermukim di kampung sebenarnya memang tidak ada. Tetapi atas desakan warga kampung dan juga atas seijin dari gurunya KH. Toha Muid maka pengajian itu diteruskan sampai satu tahun. Pengajian yang diadakan oleh Habib teryata makin banyak mendapatkan simpati dari warga dan bahkan dari luar kampung Doglo. Banyak putra-putri yang berasal dari luar desa berduyun -duyun mengikuti pengajian Habib yang dilakukan dimasjid Doglo. Ke mbali atas saran KH. Toha Muid bahwa kalau memang mempunyai manfaat yang besar dan dibutuhkan oleh banyak orang maka Habib lebih baik menetap dan terus mendidik putra -putri yang telah mengikuti pengajiannya dan diperkenankan tidak kembali ke Pondok Pesantr en Al-Islah di Kediri. Desa Doglo pada waktu itu belum ada tradisi pendidikan ala pondok pesantren. Dengan aktifitas mengaji yang dilakukan Habib maka sangatlah menarik banyak minat warga, akhirnya hari demi hari jumlah jamaah yang mengikuti pengajianya se makin banyak dan melebar ke berbagai kalangan mulai dari anak -anak, ibu-ibu, bapak-
88
bapak dan hampir semua lapisan ada yang mengikuti pengajian tersebut. Karena kebutuhan akan pengajian yang semakin luas maka mau tidak mau Habib harus juga merelakan waktunya untuk mengadakan pengajian umum berkeliling sampai hampir di seluruh Kabupaten Boyolali. Pengajian keliling yang dilakukan ternyata membawa dampak yang tidak pernah dibayangkan oleh Habib. Banyak putra-putri dari jamaah umum itu berdatangan mengikuti pengajian dan sebagian besar mereka ternyata sekaligus berdomisili di masjid. Kemudian dengan segala keterbatasan yang dimiliki mereka di tempatkan di serambi-serambi rumah penduduk sekitar masjid. Karena memang tidak ada pondok khusus apa lagi pondok pesantren seperti jari ini yang sudah ada. Kemudian dengan melihat perkembangan jumlah santri yang mengikuti pengajian semakin banyak itu maka atas inisiatif beberapa tokoh masyarakat termasuk ayah Habib sendiri KH. Ihsanudin berupaya keras mewujudkan beberapa fasilitas pendukung pengajian termasuk merealisasikan bangunan pondok dan masjid. Ternyata respon beberapa tokoh desa Doglo juga cukup baik nampak tidak kurang mereka berpartisipasi dalam memberikan atau mewakafkan tanahnya untuk tujuan tersebut. KH. Ihsanudin sendiri mewakafkan sebidang tanahnya untuk masjid. Bapak Samsuri berpartisipasi memberikan tanahnya untuk
89
pondok putri. Bangunan Madrasah telah berdiri diatas tanah wakaf yang diberikan oleh bapak Ahmad Juki. Serta bapak Moh. Hadi memberikan wakaf tanahnya untuk membangun asrama pondok putra. Dan masih banyak lagi partisipasi yang diberikan oleh warga untuk merealisasi pondok pesantren itu. Untuk berdirinya bangunan itu sendiri warga sepakat untuk mengadakan gotong -royong. Diawali dari bangunan asrama pondok putra dan bangunan sekolah madrasah. Tepat pada tanggal 20 Agustus 1969 yang bertepatan dengan tahun ke enam pengajian yang dilaksanakan oleh Habib, dengan berangkat dari bangunan asrama pondok putra, asrama putri dan sekolah madrasah kemudian diresmikan menjadi pondok pesantren oleh KH. Toha Muid dan sekaligus memberinya nama Pondok Pesantren Al-Huda.
2. Profil Pengasuh Pondok Pesantren Al -Huda a. Kelahiran KH. Habib Ihsanudin Nama KH. Habib Ihsanudin barangkali identik dengan tokoh kontroversial di tengah-tengah masyarakat Boyolali dimasa pergolakan 1960-an, yang ketika itu gonjang-ganjing pertarungan antara kekuatan kiri dan kekuatan kanan yang diwakili oleh partai partai politik, sementara semangat keagamaan y ang sejati menjadi nomor sekian. Seorang pemuda progresif tampil sendirian di permukaan arus deras pergolakan politik dan perjuangan dakwah Islam. Seolah ingin menunjukan pada khalayak bahwa perjuangan
90
revolusionerlah yang mampu menuntaskan persoalan bangs a pada waktu itu. Banyak orang kagum, tercengang, cemas bahkan fitnah melihat aktivitas yang dilakukan banyak persinggungan disana sini, dapat dimaklumi karena setting sosio politik dan religius pada waktu itu sangatlah konservati. Dan bahkan Boyolali dengan latar belakang masyarakat yang belum maju pada waktu itu diselimuti aroma feodalistik warisan penjajahan menjadi wilayah yang sangat terbelakan. Di samping pola kebereagamaan yang berkembang adalah masih banyak yang melakukan dan percaya kepada mitos mitos dan melakukan ibadah mistis. Pergerakan-pergerakannya
yang
penuh
kreatifitas
dan
inovatif sebagai pemimpin ormas dan di dalam menyebarluaskan semangat Islam sebagai muballigh, menjadi wacana baru di tengah tengah masyarakat Boyolali yang haus dengan siraman semangatsemangat ke-Islaman, yang ketika itu jumlah muballigh dapat di hitung dengan satu jari. Segala kreatifitas yang dimiliki oleh tokoh ini mencoba dicurahkan. Sehingga tidak heran metode -metode digunakan di pandang memang sangat baru pada wakt u itu. Pencak silat, rebana menjadi bagian yang digunakan sebagai media transformasi dakwa yang sangat efektif dan menarik banyak minat massa pada waktu itu. Terlebih daya tarik itu luas karena
91
segmen dakwah yang beragam dari anak -anak muda, kaum ibu, orang tua dan masyarakat umum dapat dimasukinya. KH. Habib Ihsanudin di lahirkan di sebuah dukuh terpencil lereng Gunung Merapi, tanggal 1 mei 1943. Dukuh Doglo Kabupaten
Boyolali
tanah
kelahiran
yang
tidak
bisa
ditinggalkannya menjadi saksi sejarah perjuangan panjangnya hingga kini. KH. Habib Ihsanudin terlahir dengan 6 bersaudara dari ayah Wirosuharjo Dipo (1901 -1980) dengan ibu Hj. Siti Aisyah (1915-1990) dari Karang Gondang, Boyolali nama Hajin ayah beliau adalah KH.Ihsanudin dan waktu mudanya dikenal denga n Sambyah Dipo dari Musuk, Boyolali adalah keturunan VII Suryo Dipo, Yogyakarta. KH. Ihasnudin adalah putra dari Joyo Sumitro seorang Penglawe, putra dari Pangeran Setorodipo seorang Pengeket, putra dari pangeran Citrodipo seorang Penewu, putra dari Pangeran Reksodipo, putra dari pangeran Suryodipo seorang bangsawan Mataram pada jaman Sultan Agung. KH. Habib Ihasnudin terlahir dari ke empat dari lima bersaudara : 1. Moh Dimhari 2. Mus’idah 3. Fatimah 4. Habib Ihsanudin 5. Badriyah
92
KH. Habib Ihasnudin dilahirkan dalam masa -masa sulit era pendudukan
Jepang.
Habib
kecil
mengalami
konsentrasi
pendidikan yang ketat dari sang ayah. Penanaman nilai hidup yang sederhana bahkan kelewatan sederhana dari ukuran kehidupan sang ayah yang seorang Lurah pada waktu itu. Semangat kepemimpinan sang ayah membawa konsekwensi yang tidak ringan bagi keluarganya.
Terutama
persoalan
ekonomi.
Sumber -sumber
ekonominya sebagian besar digunakan untuk kegiatan -kegiatan sosial dan pembangunan desa, tetapi tidak u ntuk keluarga dan anak-anaknya. Keinginan sang ayah yang keras ingin menjadikan putranya berhasil menjadi orang dan meneruskan cita -cita perjuangannya, memaksa Habib kecil untuk berjuang keras menjalani kehidupan penuh gemblengan, baik mental spiritual maupun pendidikan formal dan pendidikan pondok pesantren. Tidak ada banyak waktu untuk masa kanak -kanak dan remaja Habib untuk menikmati kehidupan layaknya masa indah kebanyakan anak dan remaja pada waktu itu. Habib adalah keturunan seorang Ulama’ besar Waliyullah KH. Mohammad Siraj Kampung Panularan, Solo yang mengisi sebagian besar kehidupan Habib kecil, remaja hingga menjelang dewasa. Karena memang ayahnya telah memberikan kepercayaan penuh dan menitipkan kepada KH. M. Siroj untuk segala urusan pendidikan dan segala yang bersangkutan masa -masa gemblengan
93
tersebut. Hal ini memang tidak terlepas dari pandangan kema’rifatan dan harapan Waliyullah KH. M. Siraj sendiri agar kelak Habib Ihsanudin ini benar -benar menjadi seorang ulama’. Perjuangan KH. Habib Ihsanud in yang sampai hari ini mampu memberikan andil besar dalam perubahan sosial, politik dan religius di wilayah Boyolali memang tidak lepas dari dawuh kema’rifatan Waliyullah KH. M. Siraj. Habib kecil yan g kemudian menjadi cucu angkatnya banyak menimba ilmu d ari KH. M. Siraj.
b. Pendidikan KH. Habib Ihsanudin 1) Pendidikan KH. Habib Ihsanudin di PP Al - Muayyad Mangkuyudan Solo dan PP Darul Ulum Jombang Karir pendidikan Habib Ihsanudin dimulai dari Sekolah Rakyat (S.R I) di Desa Candigatak. Masuk pada usia 6 tahun (1949). S.R I kelas 1,2 dan 3 dilaluinya di Desa Candigatak . Namun kemudian atas desakan Waliyulah KH. M. Siraj pada waktu itu untuk memondokan Habib kecil kepada KH. KM. Masyud di Boyolali sambil menjalani pendidikan di pondok pesantren KH. KM. Masyud hingga tamat. Dengan berbekal ijasah S.R I Habib melanjutkan sekolah di Madrasah Salafiyah di Solo. Dan bersamaan dengan sekolah formal itu Habib atas dawuh KH. M. Siraj diminta menimba ilmu di pondok sang Kyai. Kurang lebih selama 2 tahun. Kemudian Kyai Siraj memindahkan Habib ke Pondok
94
Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan, Solo, pimpinan KH. M Umar untuk memperdalam Al Qur’an setelah tamat dari Madrasah Salafiyah Habib dan boyong lantas meneruskan pendidikan ke Jawa Timur. Pondok pertama yang di masuki adalah Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. Habib hanya bertahan kurang lebih empat bulan hingga wafatnya dua pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang
KH. M
Dahlan dan KH. M Ramli. Kemudian (sekali lagi) atas ridho waliyullah KH. M Siraj Habib memperdala m ilmunya di Pondok Pesantren Al Islah Kediri. Selain mempelajari beberapa dasar -dasar keilmuan dalam pondok pesantren antra lain : ilmu Qur’an, hadist, ilmu tafsir, fiqh, usul fiqh, tasawuf dan lain -lain, KH. Habib Ihsanudin juga selalu istikomah melakuk an ziarah ke makammakam Waliyullah Kediri sebagai bentuk rasa hormat dan tawadu’nya kepada pejuang-pejuang Islam pendahulu.
2) Pendidikan KH. Habib Ihsanudin di Al -Islah Kediri Alasan yang paling kuat mengapa beliau harus mendalalmi ilmu (mondok) di Al -Islah Kediri adalah ketika pada waktu beliau kebingungan mencari pondok pesantren. Pada saat kebingungan beliau, berziarah ke makam Waliyullah Syeh Sulaiman Al Wasil di Sentono Gendong Kediri. Di tengah-tengah
dzikirnya
beliau
mendengar
suara
yang
95
mengatakan “kalau ingin berhasil mondoklah ke tempat KH. Toha Mu’id”. Setelah kemudian kembali menemui Waliyullah KH. M. Siraj, malamnya beliau diperintahkan untuk tidur satu dipan bersama Waliyullah KH. M. Siraj. Dan setelah itu beliau berangkat ke Kediri. Setelah sampai di Al-Islah Kediri disambut langsung oleh KH. Toha Mu’id beliau mengatakan bahwa Waliyullah KH. M. Siraj tadi malam telah datang dan menitipkan beliau untuk didik dan tidak boleh pulang sampai 3 tahun kalau ingin berhasil. Dan itulah salah s atu karomah dan kema’rifatan Waliyullah KH. M. Siraj yang tidak bisa dilupakan oleh beliau sampai sekarang. Potret kehidupan KH. Habib Ih sanudin pada waktu beliau mendalami ilmu-ilmu Islam dalam Pondok Pesantren yang salaf itu tidaklah berbeda jauh dengan kehidupan santri yang lain. Sikap dan tingkah laku yang selalu hormat, tawadhu dan hidup penuh tirakat adalah keseharian yang dialami KH. Habib Ihsanudin. Seperti juga layaknya santri -santri salaf pada umumnya yang lain bahwa KH. Habib Ihsanudin selalu ingin mencontoh ulama-ulama terdahulu bahkan gurunya sendiri. Salah satu ciri khas yang sampai sekarang masih berkembang di dunia santri salaf.
96
Tahun-tahun ketika KH. Habib Ihsanudin di Pondok Pesantren Al Islah Kediri merupakan tahun yang paling menyedihkan dan memilukan dalam perjalanan Kyai sebagai santri, tetapi tahun-tahun itu juga merupakan awal yang membuat beliau menjadi seorang pejuang yang tangguh seangkatannya. Atas pendidikan yang diterapkan sang ayah yang selalu menekankan prinsip hidup mandiri tanpa tergantung orang lain menyebabkan KH. Habib harus belajar dengan menerima jatah wesel yang hanya cukup dipakai hanya 20 hari tiap bulan dan kekurangannya KH. Habib harus mencari sendiri. Tidak terbayangkan oleh kita yang ternyata untuk menutupi kekurangan-kekurangan itu KH. Habib harus bersusah payah menjual jasa dengan mencari pasir di Sungai Brantas, membantu orang-orang hajatan. Jual beli buah, mencari sisa-sisa ketela, dari penimbangan bersama -sama teman-temannya. Sahabat karib beliau pada waktu itu yang tidak terlupakan adalah Kyai Ibnu Salatiga, Kyai Toyib Tulungagung, Kyai Abdul Fatah Kaliwungu Kendal, Kyai Kholil Lebak Siu Brebes, Kyai Mohtar Blitar dan Kyai Muhsin Blitar. Selain bersekolah formal di M.A.A.I.N (Madr asah Aliyah Agama Islam Negeri) yang berada di Kauman sebelah
97
barat Alun-alun Kediri. KH. Habib menekuni ilmu -ilmu alat seperti umumnya materi-materi pelajaran yang diajarkan d i pondok-pondok pesantren salaf, antara lain Nahwu -Saraf selain itu ilmu Tafsir, Hadist, Fiqih dan Usl Fiqih serta tasawuf adalah konsentrasi beliau. Sampai karena keseriusannya Habib pernah bernadar bahwa tidak akan potong rambut sebelum hafal Al Fiyah. Sikap yang selalu menjunjung tinggi khidmat dan ridlo kepada kyainya tercermin pa da keseharian beliau. Tidak kurang setiap malam jum’at beliau tidak pernah melewatkan ziarah kepada ulama-ulama besar Kediri dengan berjalan kaki kurang lebih 20 km. diawali dari makam KH. Sholeh Bajar Mlati, Makam KH. Abu Bakar Bandar Kidul, KH. Abdul Man af Lirboyo, KH. Makruf Donglo Bandar, kemudian dilanjutkan berjalan kaki menuju makam KH.Iksan Jampes arah utara Kediri dan kembali ke Makam Auliyah KH. Sulaiman Al Wasil. Perjalanan ziarah ini dilakukan kurang lebih 3 tahun selama berada di Kediri. KH. Toha Mu’id sebagai pengasuh pondok sangat menaruh perhatian besar pada Habib pada waktu itu.dapat kita simak saat pertama kedatangan Habib di Al Islah. Kejadian yang bisa dikatakan dramatis ketika itu, tanpa diketahui Habib. Bahkan Habib belum kenal sama sek ali, KH. Toha Mu’id
98
menyambut di depan pintu gerbang pondok dengan bertanya “Anak adalah Habib dari Boyolali,kan”. Bahkan sebelum keheranan Habib berlalu KH. Toha Mu’id bertanya lagi “ Cucu angkat Mbah Siraj dan mau mondok disini ”. Ditengah kebingungannya Habib mengiyakan semua pertanyaannya KH. Toha Mu’id. Dan perlakuan sang Kyai selanjutnya kepada Habib memang agak istimewa dari santri yang lain. Sering Habib dibela dan mendapatkan prioritas dikalangan santri dan pengurusnya. Yang menarik kita simak kemu dian adalah Habib selalu dipercaya KH. Toha Mu’id untuk mengikuti ( nderekne) perjalanan-perjalanan ziarah dan silaturahmi KH. Toha Mu’id ke seluruh wilayah Jawa Timur. Sehingga banyak manfaat yang habib peroleh dari setiap kali perjalanan dilakukan. Kasih sayang KH. Toha Mu’id tidak berhenti begitu saja kepada Habib, KH. Toha Mu’id merasakan tidak tahan ketika melihat ketirakatan Habib pada waktu itu yang selalu kesusahan dan kekurangan. Dan akhirnya ketika tahun 1961 KH. Toha memutuskan untuk menanggung pe nuh semua pembiayaan Habib dari mulai makan, sandang dan semua fasilitas sekolahnya. Dan KH. Ihsanudin ayah Habib memberikan sedikit modal untuk dikembangkan KH. Toha Mu’id sebagai dukungan
pembiyaannya
kurang
lebih
Rp.
35.000,00.
99
Kemudian dari sedikit modal itu dikembangkan oleh KH. Toha Mu’id untuk berdagang. Setelah Habib tamat pondok modal tersebut dikembalikan oleh KH. Toha Mu’id kepada ayah Habib. Dan karena kebaikan sang ayah justru modal itu diberikan kepada KH. Toha Mu’id sebagai hadiah dan rasa syukur atas keberhasilan Habib.
c. Hirarki Keilmuan Guru-guru KH. Habib Ihsanudin Secara khusus hirarki keilmuan ( sanad) yang dipelajari dari guru-gurunya adalah merupakan jaminan yang layak untuk dipakainya dalam menyebarluaskan Islam. Peran besar yang diberikan terutama dari KH. Thoha Muid Al Islah Kediri untuk memberikan ilmunya kepada KH. Habib Ihsanudin sehingga mampu disebarluaskan untuk merubah pandangan -pandangan yang terbelakang kaum Islam pinggiran. KH. Thoha merupakan anak murid dari Waliyullah KH. Zainudin Mojosari Nganjuk, beliau adalah anak murid KH. Sholeh Langitan Tuban beliau adalah putra murid dari Waliyullah KH. Abdul Khohar Sidosermo yang berguru dan nyantri kepada Sunan Ampel. Hirarki keilmuan in adalah khusus pada bidang-bidang syariat. Selain itu ilmu-ilmu syariat yang dibawa sekarang adalah atas ajaran KH. Mashud, KH. Dimyati Termas.
100
d. Dakwah KH. Habib Ihsanudin Usaha yang keras dan perjuangan hidup yang penuh pengorbanan ternyata tidak mendapatkan hasil sia -sia. Selepas masa pendidikan berhasil dilalui, KH. Habib Ih sanudin dipaksa oleh keadaan yang menuntutnya segera menyebarluaskan seluruh ilmu yang telah diserap. Tuntuan itu tidak bisa dielakkan oleh KH. Habib Ihsanudin. Keadaan sosial dan keagamaan yang sangat memperhatinkan
hati
KH.
Habib
Ihsanudin,
mengobarkan
semangat dakwa yang luas biasa. Dakwa yang dilakukan di tengah -tengah masyarakat awam itu mula-mula diminati oleh hanya beberapa orang saja kemudian secara cepat tersebar luas. Hal ini tidak terlepas dari kreatifitas dan pendekatan kultural dalam melakukan dakwa. Ada beberapa media dan cara di gunakan KH. Ihsanudin untuk menyebarluaskan nilai nilai ke-Islaman kepada masyarakat luas. Melalui seni dan olah raga bahkan pendekatan dialogis. Sehingga dengan waktu yang tidak terlalu lama KH. Habib Ihsanudin menjadi salah satu tokoh yang tidak bisa dilepaskan begitu saja sebagai salah seorang pilar kekuatan ulam a’di Boyolali dan sekitarnya. KH. Habib Ihsanudin penting bukan hanya karena sikap revolusionernya membawa perubaha n bahkan lebih dari itu KH.
Ihsanudin
mampu
membuka
cakrawala
baru
dalam
101
penyebarluasan nilai-nilai Islam kepada masyarakat dan menjadi simbol gerakan muda Islam pada waktu itu. Sebagai kader muda saat itu kepercayaan masyarakat sedemikian penuh sehingga KH. Habib Ihsanudin harus merelakan keinginan pribadinya berkeluarga untuk menjadi wakil rakyat hingga 1971. Jaman pergolakan ini akhirnya ter us menuntutnya untuk mengabdikan diri secara penuh kepada kerja -kerja kemasyarakatan sebagai wakil rakyat sampai 1992. Perkembangan penyebarluasan keilmuan menuntutnya juga mendirikan pondok pesantren karena repon masyarakat sedemikian besar. Sehingga dengan usaha yang keras dan bantuan kawan kawan seperjuangannya membeikan bantuan akhirnya didirikanlah Pondok Pesantren Al-Huda, tahun 1969 oleh KH. Thoha Mu’id Kediri.
e. Gagasan dan Pemikiran KH. Habib Ihsanu din KH. Habib Ihsanudin adalah salah satu Kyai
yang
mempunyai pandangan-pandangan yang sangat luas dalam berbagai bidang keilmuan. Baik pandangan dalam bidang agama maupun ilmu-ilmu sosial kemasyarakatan dan politik. 1) Tentang Santri dan Pondok Pesantren KH. Habib Ihsanudin lebih mengutakan pada pendekatan kemasyarakatan dan kultural. Di samping itu konsep dasar yang menjadi
pedoman
KH.
Habib
Ihsanudin
adalah
102
didasarkan pada pemahaman Al-muhafazah ala al-qodim assalih wal akhz bi al-jadid al-aslah, yang berarti cara-cara kebudayaan yang bertujuan untuk melestarikan nilai -nilai atau tradisi lama yang masih relevan dan mengadopsi nilai -nilai atau tradisi baru yang lebih relevan. 2) Tentang Dialog Agama Pandanganya tentang dialog agama yang merupakan konsekwensi dan implementasi semangat dan nilai rahmatan lil alamin, KH. Habib Ihsanudin menjelaskan bahwa karena Islam diantaranya adalah mengandung makna keselamatan maka Islam harus mampu menjadi penyelamat di atas semua yang ada di bumi ini. 3) Tentang Politik Bahwa seorang Kyai harus membuat jarak tegas dari segala konstelasi politik karena bagaimanapun posisi Kyai harus lebih di atas seluruh komponen bangsa karena seorang Kyai mempunyai otoritas moral yang cukup tinggi diatas semua kepentingan kelompok atau golongan.
f. Pengalaman Organisasi 1) Pengalaman di Ormas Nahdlatul Ulama a) Komandan CBP IPPNU Cabang Boyolali tahun 1965 -1968 b) Ketua IPNU Cabang Boyolali tahun 1965 -1968 c) Ketua GP. ANSHOR Cabang Boyolali tahun 1968 -1971
103
d) Wakil Ketua Tanfidyah NU B oyolali tahun 1971-1977 e) Ketua Tanfidyah NU Boyolali tahun 1977 -1985 f) Wakil Rois Syuriah NU Boyolali tahun 1985 -1990 g) Mutassyar NU Boyolali tahun 1990 2) Pengalaman ORMAS lain a) Ketua I KNPI Cabang Boyolali tahun 1977 -1986 b) Ketua I MUI Cabang Boyolali tahun 1987 -2000 c) Ketua I IPHI Cabang Boyolali tahun 1988 -2000 d) Ketua I ICMI Orsat Boyolali tahun 1995 -2000 3) Pengalaman Partai Politik a) Wakil Ketua PPP Cabang Boyolali tahun 1973 -1983 b) Ketua PPP Cabang Boyolali tahun 1 985-1990 c) Wakil Ketua DPW PPP Jawa Tengah tahun 1990 -2000 4) Sebagai Wakil Rakyat a) Ketua Komisi A DPRD II Boyolali tahun 1971 -1977 b) Wakil Ketua DPRD II Boyolali tahun 1977 -1982 c) Wakil Ketua DPRD II Boyolali tahun 1982 -1987 d) Wakil Ketua DPRD II Boyolali tahun 1987-1992 e) Dewan Penasehat MUI Boyolali sampai sekarang f) Ketua IPHI Boyolali sampai sekarang g) DPR Propinsi Jawa Tengah Komisi B 2005 -2010
104
g. Keluarga Besar Pondok Pesantren Al -Huda 1) Wirosuharjo Dipo (KH. Ihsanudin) a) Kelahiran Wirosuharjo Dipo Doglo pada waktu itu adalah berada di bawah pemerintahan Kasusnanan Surakarta di bawah Raja Pakubuwono X Kadipaten Boyolali yang kemudian desa itu dipimpin oleh Pangeran Suryao Dipo, Yogyakarta. Beliau adalah cucu demang di salah satu Kadipaten di Boyolali. Wirosuharjo Dipo adalah seorang lurah yang memang sengaja di utus oleh kasunan sebagai kepala pemerintah yang seklaigus juga pemimpin agama untuk misi menyebarluaskan semangat -semangat dan ajaran Islam. Wirosuharjo
Dipo
mempuny ai
seorang
istri
bernama ibu Hj. Asiyah yang kemudian melahirkan 2 (dua) putra laki-laki dan 4 (empat) orang putra perempuan. Anak pertamanya adalah Moh. Dimhari, Hj. Musfidah, Fatimah, Habib Ihsanudin dan Badriyah yang semuanya terlahir dalam kondisi hidup penuh kesederhanaan walaupun ayah mereka adalah seorang Kepala Desa yang memerintah selama 35 tahun. Wirosuharjo Dipo yang kemudian lebih akrab di panggil KH. Ihsanudin sebagai nama hajinya (Ihkrom tahun 1966) adalah sosok ulama yang tidak pernah meningg alkan
105
shalat berjamaah, shalat sunat Duha, Tahajud, Awabin dan melakukan tidak kurang 50 rokaat shalat sunat tiap harinya. Beliau selalu menekankan kepada putra -putri beliau untuk selalu khidmat dan ridho kepada ulama -ulama terdahulu seperti yang di contoh kan dengan seringnya beliau melakukan ziarah kepada ulama, Kyai-Kyai terdahulu terutama Walisongo. 2) Ny. Hj. Zaenab Habib a) Kelahiran Ny. Hj. Zaenab Habib Lahir dari pasangan H. Moh. Umar dari Suruh Salatiga dengan Hj. Rusnijah. H. Moh. Umar adalah putra dari H. Abdul Bari seorang pamong Praja di daerah Salatiga. Hj. Rusniah adalah putra dari H. Abdul Muin Seorang saudagar dan ayahnya adalah Resoprawiro. Lahir dengan sebelas bersaudara dan Ny. Hj. Zaenab adalah putra sulungnya. Antara lain dengan pasan ganya sekarang : (1) Zaenab BA dengan KH. Habib Ihsanudin (Doglo, Boyolali) (2) Mahmudah BA dengan H. Masyhuri LC (Rembang) (3) Drs. Abdul Adzim dengan Dra. Rohanah (Klaten) (4) Drs. Diana dengan Drs. Siswanto (5) Mukaramah BA dengan Drs. Fuad El Amin (Tuban) (6) Drs. M. Niam dengan Huriayah SAg
106
(7) Agus Adib (8) Dra. Azizah dengan Abdul Basith (9) M. Faruk (10) M. Masyhuri SE (11) M. Aizin Spd dengan Nurul Badriyah b) Sejarah Pendidikan 1. SD lulus 1962 2. SMEP lulus 1963 3. NDM (Mualimat) lulus 1968 4. Fakultas Hukum Islam UNNU lulus 1971 c) Pengalaman Berorganisasi (1) Sekretaris IPPNU Wilayah Jawa Tengah tahun 1966 1970 (2) Aktif di KOPPRI (Korp PMII Putri) tahun 1970 -1972 (3) Ketua Fatayat NU tahun 1973 -1988 (4) Ketua Muslimat NU Boyolali tahun 1985 -2000 (5) Ketua Panti Asuhan Darul Hadlonah Boyolali tahun 1995-2000 (6) Kepala Sekolah MA Al-IHSAN tahun 2000-2004 (7) Ketua Muslimat NU Cabang Boyolali sampai sekarang
107
h. Anak-anak dan menantunya KH. Habib Ihsanudin dengan Hj. Zaenab Habib. BA 1) Hilma Ayunina dengan suami Syaiful Anwar Sag a) Anak petama Al Mu’tasim Billah b) Anak kedua Fairus Delila Mayla Hayati 2) Zulfa Nahdiana dengan suami Imam Marsudi a) Anak pertama Haya Bilqis Eza b) Anak kedua Efat Mulana Al Faz c) Anak ketiga Binta Qoisharatul Inas 3) Annida Kumala Dewi dengan suami Adi Herlambang Anak pertama Firyal Nabila 4) Atho’illah Habib dengan istri Sulhah Aziza Anak pertama Kaisa Zafi Ulayya 5) Aunullah A’la Habib 6) Lukluk Tsurayya
i. Orang-orang yang berpengaruh Dalam langkah perjuangan y ang dilakukan KH. Habib Ihsanudin tentulah tidak dilakukan secara sendirian melainkan banyak orang-orang yang mempengaruhi dan berperan besar sehingga sampai hari ini beliau masih mampu mempertahankan, meneruskan dan memperjuangkan apa yang dicita -citakan. Tidak kurang nama-nama ulama besar telah mengukir jiwa perjuangan dan semangat dakwah yang dilakukan beliau diantaranya adalah:
108
1) KH. Ihsanudin KH. Ihsanudin adalah ayah kandung dari KH. Habib Ihsanudin nama aslinya adalah Wirosuharjo Dipo seorang keturunan
bangsawaan Pangeran Suryo Dipo, Yogyakarta.
Beliau adalah penganggum dan pemerhati kitab -kitab Roggo Warsito termasuk mempelajari Kitab Wulang Reh yang penuh dengan falsafah yang tinggi. Beliaulah yang menanamkan benih-benih nilai falsafah dalam diri KH. Habib Ihsanudin yang masih dipegang hingga kini. Beliau selalu menanamkan semangat perjuangan sosial yang tinggi kepada anak -anaknya. Salah satu falsafah yang masih jernih dan aktual sampai kini adalah “kalau engkau menjadi kaya jangan sampai kekayaan itu berhenti hanya pada dirimu daja melainkan harus berlanjut kepada
anak
cucumu
dengan
jalan
banyak-banyaklah
melakukan derma ”. KH. Ihsanudin juga terkenal dengan ramalanya selalu tepat. 2) KH. Siraj Panularan Solo Beliau lahir di Tengaran Kabupaten Semarang dan seorang auliya besar yang juga banyak meramalkan kejadian kejadian kemudian hari selalu besar. Karena kewiraiannya pula yang
menjadikan
beliau
mejadi
tokoh
besar
yang
mengembangkan semangat -semangat sufistik dalam diri KH. Habib Ihsanudin. Beliau adalah keturuna VI dari Sunan
109
Kalijaga. Hal yang menarik dari beliau adalah bahwa KH. Siraj tidak pernah melakukan dialog kepada orang -orang siapapun mereka karena kemampuan beliau dan tingkatan ilmu yang sedemikian luas yang mampu melakukan pola hidup wirai. Jadi setiap perkatan beliau hanyalah semacam isyarat isyarat saja. Sehingga KH. Ihsanudin hanya ihlas melakukan setiap dawuh beliau tanpa ingkar. 3) KH.
Ahmad
Umar
(Pondok
Pesa ntren
Al
Muayyad
Mangkuyudan) KH. Ahmad Umar adalah alumni santri Pondok Pesantren Termas Pacitan yang diasuh oleh KH. Dimyati. Beliau adalah guru KH. Habib Ihsanudin yang terkenal dengan keihlasan dan istiqomah beliau terhadap keyakinan. Disamping itu juga beliau adalah selalu bersikap sabar kepada santri-santrinya. Ulama besar ini sangatlah alim amanah dalam perilaku kesehariannya di samping beliau hafidz al qur’an. Perilaku rendah hati beliau adalah merupakan tauladan yang diberikan kepada santri -santri beliau termasuk KH. Habib Ihs anudin, terbukti ketika beliau selain seorang ulama ternama tetapi pada saat itu juga beliau tidak melepaskan pekerjaan beliau sebagai seorang penjahit pakaian.
110
4) KH Ahmad Kholil Kauman Solo Beliau adalah adik kandung KH. Siraj Panularan Solo. Beliau adalah ahli fiqih. Ada peristiwa yang menyisahkan hikmah pertanyaan yang hingga kini KH. Habib Ihsanudin belum juga mengerti ketika beliau mengaji kepada KH. Ahmad Kholil. Ketika datang mondok pertama kali kepada beliau KH. Habib
Ihsanudin,
hanya
disuruh
dan
diberi
tugas
menghidupkan kompor, merebus air dan membakar roti dua porsi. Dan setiap pagi beliau selalu berdua menyatap sarapan roti dan setiap kali habis sarapan KH. Habib Ihsanudin disuruh membuka lebar-lebar mulut beliau sambil mengatakan “aaa…” kemudian Kyai kholil memasukkan kelima jari tangan ke mulut KH. Habib Ihsanudin dan ternyata tidak mampu masuk keseluruhan. Hal ini selalu dilakukan berdua setiap pagi. Sampai hari ke 41, dengan cara yang sama seperti di atas ternyata tangan beliau mampu masuk keseluruhan ke mulut KH. Habib Ihsanudin. Dan beliau berkata “Alhamdulillah ngajimu sudah selesai”. Setelah itu KH. Habib Ihsanudin dipersilahkan pulang dan beliau langsung menuju ke KH. Siraj dan dengan perkataan yang sama dengan KH. Kholil, KH. Siraj menerima kedatangan beliau. Sampai hari ini KH. Habib Ihsanudin tidak mengerti apa hikmah dari kejadian tersebut.
111
5) KH. Toha Mu’id (Pondok Pesantren Al Islah, Kediri) Beliau adalah keturunan KH. Iskandar Penghulu Lanjrat dari Trenggalek. Lahir di Kediri s ebagai putra kelima dari sepuluh bersaudara. Beliau santri angkatan terakhir dari KH. Zainudin Mojosari dan terkenal tokoh kyai salaf yang moderat dikalangan masyarakat. Beliau adalah ahli dalam bidang syariat dan hakikat. Selain sangat pandai dalam bidang ekonomi beliau juga sangat lihai dalam politik. Dalam hukum -hukum beliau sangat ketat menerapkan pada diri beliau sendiri dan cenderung longgar kepada orang lain. KH. Toha Mu’id adalah salah satu tokoh ulama yang sangat komitmen terhadap keadilan yang tidak pandang bulu. Beliau sangat terkenal sebagai ahli Qiroah dan mengajar Al-Qur’an kepada masyarakat Bandar Kidul dan sekitarnya. Juga dikenal sebagai ahli hakikat dan fiqih di samping suka membaca berjanji yang merupakan warisan bapak beliau. 6) KH. Nahrowi Kauman Kediri KH. Habib Ihsanudin adalah tukang pijit beliau. Beliau adalah paman dari KH. Toha Mu’id. KH. Nahrowi selalu memanfaatkan waktu pijitnya untuk menurunkan ilmu -ilmunya kepada KH. Habib Ihsanudin. Dan secara mayoritas ilmu -ilmu yang diberikannya adalah dari KH. Zainudin Mojosari Nganjuk. Pada waktu wafat beliau hanya dua orang yang
112
sempat menunggu dan memegang kaki beliau. Kaki kiri yang memegang adalah KH. Habib Ihsanudin dan kaki kanan dipegang KH. Toha Mu’id. 7) KH. Muhajir Pondok Pesantren Sidosermo dalam Wonokromo Surabaya Beliau adalah anak dari KH. Abdul Khohar. Beliau adalah ahli dalam ilmu-ilmu kanuragan. KH. Habib Ihsanudin banyak menimba ilmu itu yang kelak dikemudian hari sangat penting digunakan dalam dakwah -dakwah beliau. 8) Ny Hj. Zainab Habib. Sepak terjang perjuangan KH. Habib Ihsanudin dan keberhasilan Pondok Pesantren Al -Huda adalah kerja keras dan keuletan Ny. Hj. Zainab adalah pendamping hidup sekaligus partner kerja yang selalu mengiringi dan memberikan andil besar dalam setiap langkah perjuangan KH. Habib Ihsanudin. Khususnya dalam mengelolah keuangan pondok pesantren Al Huda.
113
j. Silsilah Ilmu Pondok Pesantren Al -Huda Sunan Ampel
Kyai Sulaiman Mojo Agung KH. A. Qohar Kiai. M. Besari Sido Sermo Sby Tegalsari Ponorogo Kyai Ghozali
KH. M. Munir
Semarang rembang
KH. Soleh Darat
Kiai. M. Zainudin Cempaka Nganjuk
Kiai. Ihsan Besari Tegalsari Ponorogo
Langitan KH Kholil Ronggo Warsito Bangkalan Solo
KH. Sholeh Darat Semarang KH. Manaf KH..Munawir K
Kiai Zainudin
KH. Hasyim Asyari Jombang
Mojosari Nganjuk
Lirboyo Kediri KH. Wahab H
KH. Jazuli
Tambak Beras
Ploso Kediri
KH. Mahruf
Krapyak Jogja KH. Sidiq
Kedunglo Kediri KH. Mahfud
Temer KH. Fatah
KH. Shiroj
Tulung Agung
Panularan Solo
KH. A. Hakim
KH. Thoha Mu’id
Sekarputih Nganjuk
Bandar Kidul Kediri
KH. As’ad SA
Termas Pacitan KH. Dahlan
Situbondo Jampes Kediri KH. A.Sidiq KH. Fadil Batokan Kediri
Jember KH. Abbas
KH. Mansur
KH. Habib Ihsanudi
Popongan Klaten
Doglo Boyolali
Buntet KH. Muchid Muzadi Jember
Bagan 1. Silsilah Ilmu Pondok Pesantren Al -Huda
114
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren AL -HUDA a. Visi 1) Menjadikan
Pesantren
sebagai
bagian
dari
kontributor
kemajuan bangsa Indonesia 2) Menjadikan pesantren bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa dengan memberikan mendidik kader -kader muda agar dapat menjadi generasi yang memiliki kemampuan yang lengkap. 3) Berusaha menjadi pioneer bagi pesantren -pesantren lain dalam hal pengembangan pendidikan disemua aspek kehidupan. 4) Menjaga keutuhan bangsa dengan senantiasa memposisikan diri ditengah segala arus kepentingan masyarakat. menjadi mediator dan fasilitator masyarakat dan memberikan informasi yang benar dan membangun bagi kemajuan bangsa. b. Misi 1) Menciptakan generasi muslim yang taat kepada aturan hukum Indonesia, mengabdi kepada masyarakat dan menerapkan agama dengan sebaik-baiknya. 2) Menciptakan generasi muslim yang berilmu, berwawasan luas dan memiliki berbagai macam kemampuan kemasyar akatan yang memadai 3) Menciptakan kader muda yang memiliki jiwa ekonomi wirausaha yang mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain. Menciptakan generasi muslim yang taat kepada aturan
115
hukum
Indonesia,
mengabdi
kepada
masyarakat
dan
menerapkan agama dengan sebaik-baiknya. 4) Menciptakan generasi muslim yang berilmu, berwawasan luas dan memiliki berbagai macam kemampuan kemasyarakatan yang memadai 5) Menciptakan kader muda yang memiliki jiwa ekonomi wirausaha yang mandiri dan tidak tergantung kepada orang lain.
116
4. Struktur Kepengurusan a. Struktur Pengurusan Pondok Putra Penasehat
Pengasuh
KH. Toha Mu’id
KH. Habib Ihsanudin Wakil Pengasuh H. Athoillah Habib SH H. Aunullah A’la LC H. Saiful Anwar S.Ag K. Muhamad Romli
Ketua Pondok Muhammad Wahib Bendahara
Sekretaris Wakil Ketua
Sri Muadi
A.Sofyan Maulid
Ibnu Athoillah Biro-Biro Biro Pendidikan
Biro Olah Raga
Biro Dakwah
Biro Keamanan
Biro Seni Budaya
Biro Keagamaan
Biro Ketertiban
Biro Keterampilan
Hadi Mustofa
Nur Cholis
Khoirul Anam
Nur Khafidz
Mahmudi
Biro Kebersihan Sekretaris Biro Kesehatan A. Sofyan Maulid Nuryanto Prabowo Ridwan
Bagan 2. Struktur Kepengurusan Pondok Putra
117
b. Struktur Pengurus Pondok Putri Penasehat
Pengasuh
KH. Toha Mu’id
KH. Habib Ihsanudin
Pembimbing Hj. Zaenab Habib BA H. Hilma A’yunina Spd Annida Kumala Dewi SH
Ketua Pondok Muslikhatul Umami Bendahara
Sekretaris
Maryati
Wakil Ketua
Sri Wahyuni
Eko Sri Hartatik
Nur Azizah
Biro-Biro Biro Keamanan
Biro Kebersihan & Kesehatan
Ira Veny Lisliani
Muzdalifah
Deliana Putri Solihah
Nurul Hidayah Nurul Hidayah
Biro Ta’lim & Dakwah
Biro Kesenian & Olah Raga
Istifadzah Nur Rohmah Istifaiyyah
Nurul Latihaf Isticharoh
Nur Alifah Isticharoh
Bagan 3. Struktur Kepengurusan Pondok Putri
Nurul Hidayah
118
5. Jadwal Kegiatan Santri di Pondok Pesantren Al -Huda a. Jadwal Kegiatan Santri
Jam
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Santri Kegiatan
03.40 – 03.40
Bangun Tidur
03.40 – 04.30
Persiapan Sholat Subuh
04.30 – 05.00
Sholat Subuh
05.00 – 06.00
MADIN Fajru Sodiq
06.00 – 06.30
Pengajian Bpk Kyai Tafsir An Nawawi
06.00 – 07.00
Persiapan Sekolah Formal
07.00 – 12.00
Sekolah Formal
11.50 – 12.00
Sholat Dzuhur
12.00 – 12.15
Nasehat Bapak Kyai
12.20 – 13.30
Kembali Kesekolah Formal
13.30 – 14.30
Ekstra Pondok Pesantren Al -Huda
15.00 – 15.30
Persiapan Sholat Ashar
15.30 – 16.00
Ngaji Bapak Kyai Nijul Abidin
16.00 – 17.30
MADIN Sore Al-Huda
17.30 – 18.00
Persiapan Sholat Magrib
18.00 – 18.20
Sholat Magrib
18.20 – 18.30
Membaca Al-Quran Surat Yassin
18.30 – 19.00
Mengaji Al-Quran dan Kitab Kuning
19.00 – 20.00
Sholat Isya dan Sholat Hajat 12 Rokaat
20.00 – 20.40
Ngaji Bapak Kyai Kitab Irsyadul Ibad
20.40 – 21.00
Belajar Sendiri-sendiri di asrama
21.00 – 22.00
Istirahat
22.00 – 23.00
Berlayar di pulau kapas
03.00 – 03.00
Sholat Tahajud
119
b. Jadwal Kegiatan Ekstra
No
Hari
1
Senin-Rabu
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Ekstra Santri Kegiatan Jam 13.30-14.30
Mengaji Kitab
Tempat
Ustadz
Madrasah Nasrul Aziz
Tafrihatul Wildan dan Alfiyah 2
Senin-
13.30-14.30
Kamis 3
Jumat dan
Sabtu
Madrasah Khoirul Anam
Qur’an 13.30-14.30
Ahad 4
Pendidikan Tilawatil
Latihan Rebana Al-
Madrasah Khoirul Anam
Lubna 13.30-14.30
Latihan Sholawat dan
Madrasah Khoirul Anam
Al-Berjanzi 5
Senin
20.45-21.30
Latihan Muhadoroh
Malam
Asrama
Nur Khafidz
Hambali
6. Daftar Ustadz/ah Pondok Pesantren Al-Huda a. Nama-nama Ustadz/ah MADIN Sore Tabel 3. Nama-nama Ustadz/ah MADIN Sore Nama Ustadz/ah Tempat Pelajaran Nama
Tempat Pelajaran
Ustadz/ah M. Wahib
Pondok B. Arab
Kyai Romli
Desa
Fathul muin
Ibnu Athoillah
Pondok Tauhid
Wasilah
Desa
AhlakulBan in
Asiyah
Desa
B.Arab
M.Ghufron
Desa
Bulugulmar am
Junaedi
Desa
Tajwid
Mustain Abror
Desa
Matek
Muh Ruslan
Desa
Ahlakul
Nur Kalim
Desa
Bulugumm
Banin
aram
Slamet
Desa
Safinatunajah
Wagimin Spdi
Desa
Fathonah
Desa
Safinatunajah
Syaiful Anwar
Pondok Mantek
Shorof
120
Desa
Khoir
Mahfudot
Hj. Zaenab
Pondok Faroid
Habib Hilma Ayunnina
Pondok Sejarah
Syaifudin
Desa
Tafsir AlQuran
Mashuri
Desa
Takrib
Zaenab
Desa
Shorof
Muslimah
Desa
Hadist
Dwi Rohmadia
Desa
Mahfudoh
Anang Nak’man
Desa
Nahwu
Banan BA
Desa
B.Arab
b. Nama-nama Ustadz/ah MADIN Pagi Fajrus Sodiq Tabel 4. Nama-nama Ustadz/ah MADIN Pagi Fajrus Sodiq Nama Ustadz/ah Tempat Pelajaran Nama Ustadz/ah Tempat
Pelajar
M. Wahib
Pondok Nahwu
Ibnu Atthoillah
Pondok
Shorof
Syaifudin
Desa
Muslikhatun
Pondok
Nahwu
Ushul Fiqih
Umami Syaiful Anwar
Pondok Nahwu
Khoirul Anam
Pondok
Fiqih
Wagimin
Desa
Istifadah
Pondok
Shorof
Sri Wahyuni
Pondok Nahwu
Nuralifah
Pondok
Shorof
Musdalifah
Pondok Fiqih
Junaedi
Desa
Fiqih
Shorof
7. Perkembangan Fisik Tabel 5. Perkemabangan Fisik Keterangan
No
Nama
1.
Masjid
1 buah
2.
Asrama putra
5 buah
3.
Asrama putri
7 buah
4.
Gedung sekolah
SMK, MA, MTs, MI, TK, PAUD
5.
Koperasi
2 buah
6.
Kantor
2 buah
121
7.
Dapur santri
1 buah
8.
Kantin
2 buah
9.
Perkebunan
8 buah
8. Jumlah Santri Tabel 6. Jumlah Santri Nama
No
Jumlah
1.
Santri Putra
70 Santri
2.
Santri Putri
98 Santri
Jumlah
168 Santri
9. Nama-nama Asrama Putra dan Putri Pondok Pesantren Al-Huda a. Pondok Putra
No
Tabel 6. Asrama Pondok Putra Nama Asrama
1.
Kantor
2 Santri
2.
Keamanan
2 Santri
3.
Bendahara
1 Santri
4.
Asrama Malikiyah
20 Santri
5.
Asrama Hanfiyah
15 Santri
6.
Asrama Hambaliyah
15 Santri
7.
Asrama Ar-rofiiyah
10 Santri
8.
LP3M
6 Santri
9.
C4
Gudang Jumlah
Jumlah Santri
70 Santri
122
b. Pondok Putri
No
Tabel 7. Asrama Pondok Putri Nama Asrama
1.
Asrama A
15 Santri
2.
Asrama B
15 Santri
3.
Asrama C
15 Santri
4.
Asrama D
15 Santri
5.
Asrama E
20 Santri
6.
Asrama F
23 Santri
7.
Asrama G
25 Santri Jumlah
Jumlah Santri
98 Santri
10. Perkembangan Pendidikan Seperti yang dicita-citakan oleh pendiri Pondok Pesantren Al Huda bahwa layaknya pondok pesantren adalah untuk mendidik santri santri,
di kembangkan cara berpikirnya dengan ilmu, dibentuk
karakternya dengan berbagai berbagai latihan dan selalu dapat berkreasi dan berinovasi mengikuti perkembangan jaman sehingga mampu memberikan manfaat yang sebesar -besarnya bagi lingkungan santri berada. Ciri khas yang sangat berbeda dalam metode pengajaran yang dilakukan di pondok pesantren dengan sekolah menjadikan pondo k pesantren sangat unik. Tidak berbeda pula dengan metode yang dikembangan oleh Pondok Pesantren Al -Huda dalam mengembangkan dan
mentransformasikan
keilmuannya.
Dengan
tidak
mengesampingkan metode -metode modern Pondok Pesantren Al -Huda
123
memilih
pendidikan
formal
dan
non
formal
sehingga
bisa
mengakomodasi berbagai kebutuhan keilmuan para santri dan masyarakat sekitar. Atau lebih dikenal dengan metode klasik dan non klasik. Pendidikan non klasik yang dilembagakan Pondok Pesantren Al-Huda tentunya menyesuaikan dengan kurikulum yang diterbitkan oleh Departemen Agama. Sedang
pengembangan
pendidikan
klasikal
dengan
menggunakan sistem yang sama dengan pondok -pondok pesantren yang diasuh oleh ulaman -ulama alaf lainnya dengan menggunakan referensi Kitab Kuning. Sedang ada beberapa program pendidikan diluar kurikulum klasik maupun non klasik adalah merupakan pelatihan-pelatihan, kursus-kursus dan beberapa jenis kegiatan yang bersifat kepada pengembangan diri dan kemandirian secara ekonomi.
11. Jenis-jenis Pengembangan Pendidikan Kategori pendidikan di dalam Pondok Pesantren Al -Huda seperti yang telah disebut diatas masih dibagi lagi dengan : a. Jenis-jenis Pendidikan Pondok Pesantren Al -Huda 1) Jenis Pendidikan Formal a) PAUD Anggrek V Muslimat NU (tanggal 20 ma ret 2010) b) Taman Kanak-kanak (TK) Muslimat c) Madrasah Ibtidaiyah (MI) 6 tahun, berdiri 1967 d) Madrasah Tsanawiyah (MTS) 3 tahun, berdiri 1980 e) Madrasah Aliyah (MA) 3 Tahun, berdiri tahun 1984
124
f) Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK) 3 tahun, tahun 2007 2) Jenis Pendidikan Non Formal (Klasik) a) MADIN (Madrasah Diniyah) Farjus Sodiq b) Madrasah Diniyah tingkat Awaliyah berdiri tahun 1964 c) Madrasah Diniyah tingkat Wastho berdiri tahun 1967 d) Madrasah Diniyah tingkat Ulya berdiri tahun 1971 e) Madrasah Diniyah Al-Huda dilaksanakan pada sore hari f) Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) berdiri tahun 1991 b. Jenis-jenis Pengajian 1) Bandungan Kyai membacakan dengan menterjemahkan makna kitab dalam bahasa daerah dan memberikan ulas an dan keterangan secara lesan. Kemudian santri memberi makna secara tertulis dalam kitabnya masing -masing dilanjutkan dengan mendengarkan penjelasan dan santri sendiri harus mampu mempraktekan secara berjamaah. 2) Sorogan Kyai
membaca,
mengartikan,
menerangkan
dan
kemudian santri mendengar, mengartikan dan secara bergantian kembali membaca dan mengartikan dihadapan Kyai atau ustadz.
125
3) Pengajian Umum Ceramah dan mujahadah bagi para bapak dan ibu -ibu secara rutin sebulan sekali. 4) Pengajian umum di daerah-daerah dilaksanakan oleh santri santri senior sebagai praktek para santri. Pengajian-pengajian yang ada di Pondok Pesantren Al -Huda adalah: a) Fiqih Dalam mengkaji ilmu fiqih, materi disampaikan seperti layaknya di pondok pesantren lain yakni secara klasikal. Dan kemudian di adakan tanya jawab antara santri dengan ustadz jika ada permasalahan yang masih belum paham atau sering disebut Musyawarah. Tentunya hal ini lah yang membendakan dengan pondok pesanren pada umumnya. Hal ini sengaja diterapkan dalam kurikulum karena diharapkan santri benar -benar bisa memahami kajian tentang fiqih. Karena tidak dapat dipungkiri tentang manfaat dari ilmu fiqih itu sendiri. Perihal masalah syariah, muamalah sampai pada tataran ibadah dibaha s tuntas dalam ilmu fiqih. Namun tidak serta merta ilmu fiqih sangat mengena pada santri jika dihadapkan pada karakter santri yang sangat berbeda satu dengan yang lain. Dan kitab -kitab
126
yang dikaji antara lain, Mabadiul fiqiyah, Qowaidul fiqiyah, Taqrib, Fathul qorib, Fathul Mu’in, Riyadlus Sholikin. b) Tafsir Kajian tafsir ini dilaksanakan pada waktu malam, mulai jam 19.30 sampai 20.45. Dan yang mengampu adalah pengasuh Pondok Pesantren Al -Huda yaitu KH. Habib Ihsanudin. Kajian dilaksanakan pada menjelang m alam karena melihat kondisi santri yang begitu banyaknya jadwal antara jadwal pondok maupun sekolah umum. Materi yang dikaji adalah tafsir Al-Qur’an (Jalalain), Tafsir Munir dan Tafsir An-Nawawi. Diharapkan dari kajian ini santri benar benar memahami segala pesan yang terkandung ayat -ayat Al-Qur’an baik tersurat lebih -lebih itu yang tersirat. Sehingga imbasnya santri bisa mengamalkan nilai -nilai itu dalam kehidupan sehari-hari. Kajian ini diikuti oleh semua santri secara bersama baik putra maupun putri. c) Aqaid Dalam mengkaji ilmu Aqaid, materi disampaika kemudian di adakan tanya jawab antara santri dengan ustadz jika ada permasalahan yang masih belum paham atau sering disebut Musyawarah. Dengan harapan agar santri mempunyai sebuah keyakinan yang tinggi kep ada
127
rukun Iman. Dan kitab-kitab yang dikaji antara lain, Aqidatul Awam. d) Nahwu Shorof Nahwu dan Shorof sama juga pentingnya dengan ilmu fiqih, di Pondok Pesantren Al -Huda santri juga dibekali dengan ilmu alat. Diharapkan santri bisa mengkaji kitab-kitab lain guna mencari pengeta huan baru oleh dirinya sendiri. Selain itu kajian ini ditunjuka n guna mempersiapkan santri atau mencetak generasi baru islami ketika berinteraksi kembali ke masyarakat dalam rangka pengabdianya sebagai mahluk. Kitab -kitab yang dikaji adalah
Jurumiyyah,
imrithi,
Alfiyyah,
Amtsaru
Tashrifiyyah, Qawa’idul I’lal. Materi ini dikaji dalam klasikal sesuai kurikulum yang berlaku. e) Al-Quran dan Tafsir Berbagai metode yang digunakan dalam mengkaj i ilmu-ilmu agama islam diterapkan di Pondok Pesantren Al Huda semisal sorogan Bandongan. Dan untuk kajian Al quran ini menggunakan metode sorogan. Selain itu santri yang memiliki bakat minat dalam Tilawah, santri diberikan pelatihan Qiroah.
128
f) Hadist Setara dengan Al-Quran jika dilihat dari segi manfaatnya. Kajian in sengaja diterapkan dalam kurikulum pembelajaran
di
Pondok
Pesantren
Al -Huda
guna
melengkapi kajian tafsir Al -qura’an. Kitab yang dikaji adalah Shoheh Bukhori dan Muslim, Arbain Nawawi. g) Ahklak Tasawuf Melihat pentingnya manfaat akhlak jika dilihat dari konsep dasar bahwa manusia adalah makhluk sosial yang memiliki kepekaan sosial, sehingga dirasa sangat penting membekali santri dengan pendidikan akhlak islami. Apalagi jika melihat kondisi riil generasi muda sekarang yang sudah tidak menjunjung tinggi nilai -nilai akhlak islami. Kemudian diharapkan kajian ini bisa membekali santri ketika terjun ke masyarakat. Kitab yang dikaji adalah Kitab Al-Hikam, Ihya Ulumudin, Irsyadul ibad. c. Jenis-jenis Materi Tambahan 1) Jenis Pelatihan a) Kursus bahasa Arab Pengurus setip pulang sekolah formal selalu membuka
kursus
bahasa
arab
dengan
mengadakan
pelajaran ilmu nahwu dan shorof yang di pandu oleh ahlinya.
Dengan
harapan
santri -santri
bisa
129
memanfaatkannya juga untuk masyarakat atau pun lembaga terkait. b) Kursus aneka kerajinan tangan Dengan adanya pelatihan kerajinan tangan yang langsung di pandu oleh seorang ahli dalam bidangnya diharapkan santri bisa mengembangkan usaha ini. c) Kursus periodik Yang dilakukan bekerja sama dengan Bal ai Latihan Kerja (BLK) Departemen Tenaga Kerja dan Instansi instansi yang lain swasta maupun pemerintah . d) Pelatihan Komputer Dengan adanya pembekalan komputer ini agar santri tidak gagap teknologi, sebagai bekal dalam menghadapi dunia modern yang serba mengunakan teknologi. e) Pelatihan Menyablon dan Percetakan Diharapkan santri bisa menciptakan peluang kerja sendiri ketika kembali ke masyarakat dengan bekal keterampilan ini. f) Pelatihan Menjahit Pondok psesantren Al-Huda juga menyediakan mesin jahit khusus untuk santri putri agar setelah lulus dari
130
pondok bisa membuka usaha menjahit untuk masyarakat yang membutuhkan. 2) Jenis Keterampilan a) Pertukangan kayu Pondok pesantren Al-Huda juga berkerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja untuk bekal kehidupan santrinya seperti pertukangan jurusan pembuatan kursi, sprimbed dan finishing. b) Keterampilan usaha koperasi Bagi santri yang sudah tamat/lulus sekolah tetapi masih di pondok mereka di berikan kepercayaan menjaga toko milik bapak Kyai baik di dalam pondok maupun di luar pondok. c) Praktek pertanian argobisnis Santri dibekali dengan life skill sebagai penunjang untuk
kehidupannya
seperti
mengolah
buah
naga,
perkebunan salak pondoh dan mengelola kebun pada umumnya. 3) Kegiatan Olah raga Kegiatan yang diikuti oleh santri sepak bola, bola voley, tenis meja, bulu tangkis, pencak silat, tak raw. 4) Kegiatan Ekstra a) Tilawatil Al-Qur’an
131
b) Seni membaca Diba’ dan Berjanji c) Seni musik Hadroh Rebana Al Lubna d) Keorganisasian (Jamiyyah) 5) Kegiatan Rutin Malam Jumat Kegiatan yang bersifat rutinitas ini di isi dengan : a) Khataman Al-Quran 30 Juzz Kegiatan Khataman ini ditargetkan untuk mengukur santri dalam ilmu alqurannya sebagai penerpan dalam belajar mengaji dari ustadznya. Dan sebagai wujud pengamalan seorang hamba terhadap tuhannya. b) Muhadoroh Tujuan dari kegiatan ini adalah dalam rangka mencetak
generasi
pendakwah.
Sehingga
ketika
mengabdikan dirinya di masyarakat kelak santri menguasai metode-metode yang sekiranya efektif. c) Jamiyah (Kepemimpinan) Tujuan dari kegiatan jamiyah adalah dalam r angka mencetak generasi pemimpin yang mampuh memimpin masyarakat di dalam desanya masing-masing. Sehingga ketika mengabdikan dirinya di masyarakat santri menjadi orang yang selalu dibutuhkan oleh masyarakat yang dimana menjadi tempat dalam memberikan solus i maupun ide-
132
idenya terkait adanya masalah maupun demi kemajuan desanya. d) Rebana Kegiatan ini merupakan salah satu penggalian bakat minat santri-santri di Pondok Pesantren Al -Huda dan juga dalam rangka melestarikan kesenian Islam yang hampir punah. e) Fathul Kutub Kajian ini merupakan penerapan dari materi yang telah dikaji dalam klasikal masing -masing santri. Yaitu santri membahas suatu permasalahan kemudian menarikan solusi dari berbagai sumber kitab salaf. Di pesantren pada umumnya fathul kutub sering disebut dengan bahsul masail. Tentunya menerapkan
manfaatnya ilmu
alat
tidak
hanya
(nahwu
santri
shorof)
berlatih
tapi
juga
mendapatkan solusi dari permasalahan yang belum terselesaikan secara hukum islam. f) Istigosah Dengan adanya istigosah maka santri diajarkan agar selalu ingat dengan Allah swt sehingga lebih mendekatkan dirinya kepada sang pencipta alam semesta, sebagai bekal hidup di masyarakat dalam mengabdikan
133
ilmunya dan juga dapat berbakti kepada kedua orang tuanya. g) Ziarah Kemakam KH. Ihsanud in (Ayahanda KH. Habib Ihsanudin) Setiap ba’da subuh semua santri putra diharuskan mengikuti Ziarah kemakam ayahanda KH. Habib Ihsanudi sebagai wujud tawadhu dan membangun rasa cinta terhadap wali Allah dengan membacakan yasin dan tahlil. 6) Rutinitas kegiatan harian a) Membaca Surat Yassin sesudah magrib b) Tarhim sebelum magrib c) Pengajian Al-Quran d) Pengajian Kitab-Kitab Kuning (Tafsir An-Nawawi) d. Jenis-jenis Materi Penunjang Lainnya Guna menunjang program-program diatas Pondok Pesantren Al-Huda terdapat 4 unit pelaksanaan teknis yaitu: 1) Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) Al-Huda TPA ini berorientasi kerja pada pembekalan keilmuan kepada santri-santri kecil dari masyarakat sekitar. TPA ini lebih dikenal dengan TPA (Taman pendidikan Al-Quran). Santrisantri kecil dibekali ilmu-ilmu keagamaan selama tiga hari dalam satu minggu.
134
2) Koperasi Koperasi ini berusaha memfasilitasi segala kebutuhan santri terutama dalam rangka pemenuhan kebutuha n-kebutuhan santri selain itu juga koperasi diharapkan memberikan pengalaman berorganisasi dan kewirausahaan bagi santri. 3) Perpustakaan Perpustakaan Pondok Pesantren Al -Huda pada intinya untuk memberikan atau menyediakan referensi -refernsi dan bacaan kepada santri baik untuk melengkapi pengetahuannya tentang pesantren maupun sebagai peningkatan wacana keilmiahan, serta keintelektualitasan santri baik di bidang keagamaan maupun saintifik. 4) Perternakan Perternakan yang dimiliki pesantren merupakan usaha yang
baru
dirintis,
namun
usaha
pesantren
untuk
mengembangkan dan memperdayakan program peternakan sudah lama diupayakan sejak yayasan dan pesantren in mulai didirikan. 5) Perkebunan Pemanfaatan perkebuanan yang dimiliki lebih kepada usaha untuk penunjang operasional pesantren yang kemudian ditanami dengan jenis tanaman salak pondoh dan tanaman yang lainnya.
135
6) Unit Komputer Dengan adanya fasilitas computer yang ada di pondok pesantren Al-Huda sebagai bahan untuk santri dalam belajar teknologi dengan harapan santri bisa mengikuti perkembangan jaman yang sudah modern (yang berbasis teknologi). 7) Menjahit Pondok psesantren Al-Huda juga menyediakan mesin jahit khusus untuk santri putri agar setelah lulus dar i pondok bisa membuka usaha menjahit untuk masyarakat yang membutuhkan. 8) Warung Warung yang dimiliki pesantren kemudian diserahkan pengelolaannya kepada santri sebagai sarana belajar tentang bagaimana cara mengelola usaha sehingga harapannya setelah santri keluar dari pesantren dia mampu mandiri.
B. Temuan Penelitian 1. Persepsi Santri Tentang Kharisma Kyai a. Kharisma Kyai Banyak informan yang menyatakan bahwa Kharisma Kyai adalah sesuatu kepribadian dan sifat yang diberikan oleh Allah SWT pada seorang pemimpin yang mempunyai keistimewahan dan kewibawaan yang sudah melekat pada diri pribadi seorang
136
pemimpin tersebut dan mempunyai nilai-nilai positif (keilmuan agama yang sangat luas, kesalehannya, keistiqomahannya, dan kewira’iannya) sehingga pemimpin tersebut selalu dikagumi dan ditaati oleh santri dan masyarakat
pondok pesantren
di
lingkungannya. Informan lain menyatakan bahwa kharisma Kyai adalah keadaan atau sifat yang dimiliki Kyai, erat hubungannya dengan kemampuan
yang
luar
biasa
atau
kelebihan
dalam
hal
kepemimpinan karena mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk membangkitkan semangat kepada santri maupun masy arakat terkait dengan masalah dunia dan akherat. Dengan adanya nilai lebih atau kelebihan yang ada pada kepribadian ky ai yang itu tidak hanya dilihat saja tetapi juga bisa dirasakan oleh semua orang yang ada disekitarnya atau setiap orang yang berjumpa bisa merasakan kharisma yang ada pada diri kyai tersebut. b. Kharisma Kyai di pondok pesantren Al-Huda Dapat peneliti klasifikasikan dalam beberapa segi: 1) Segi ketauladanan a) Tingkah laku kyai yang selalu mencerminkan orang -orang salafiyah seperti mengayomi dan mendidik dengan syariat Islam. b) Kesuksesan Kyai dalam memberikan tauladan kepada keluarga dan anak-anaknya sehingga semuanya bisa sukses.
137
c) Cara Kyai berpakaian yang sederhana tetapi rapi, sehingga orang yang melihatnya selalu merasa terkagum -kagum dan berkeinginan untuk meniru apa yang Kyai kenakan. d) Tutur bahasa Kyai, sehingga santri-santri bisa terobsesi dengan bahasa atau sifat tersebut, contoh ketika Kyai tersebut marah-marah sebenarnya Kyai tidak marah-marah akan tetapi niat kyai tersebut agar santrinya selalu pada jalan yang lurus. e) Kemampuan bapak Kyai dalam menyelesaikan masalah masalah yang ada dida lam pesantren dan masyarakat dengan memberikan sebuah solusi bijak yang tepat terkait dengan masalah yang terjadi. f) Dalam memperjuangkan agama Islam yang tidak kenal lelah terwujud dalam beliau memberikan sebuah pengajian kepada masyarakat dan memberikan pengajian kepada santri-santrinya di pondok pesan tren Al-Huda agar menjadi orang yang berakhlak baik dan mempunyai ilmu yang luas. 2) Segi sifat Kepemimpinan
Kyai
seperti
ketegasan
dalam
mendalami hukum, ketaqwaan dalam beribadah, kedisiplinan dalam waktu, keistiqomahan dalam berjamaah dan mengaji, kesalehan dalam memberikan contoh baik kepada santri dan masyarakat, keikhlsan dalam berdakwah, kedermawanan
138
kepada semua orang, ketawadhu’an kepada guru dan kerabatnya
serta
agamanya,
kesabarannya
dalam
memperjuangkan agama Allah SWT lewat pondok pesantren Al-Huda, ketabahan dalam mendidik santri, 3) Segi pengabdian Bapak Kyai yang selalu aktif di kegiatan -kegiatan sosial, organisasi dan politik. c. Ciri-ciri Kharisma Kyai Banyak informan yang menyatakan bahwa ciri -ciri kharisma Kyai dapat dibagi dalam beberapa kategori : 1) Keilmuannya agama yang sangat luas tercermin dalam beliau menyampaikan pengajiannya setiap hari kepada santrinya. 2) Keyakinan diri terwujud dari perilaku dan sifatnya : Sifat yang jujur, ikhlas, istiqomah, ketawadhukan, ketegasannya, kesabarannya, sidik, amanah, fathonah dan tablig. Sepeti hadis nabi
al-ulama warosatul ambiya.
Tercermin dalam mendidik keluarganya yang sukses, santri santrinya yang bisa konsentrasi dalam belajar dan hubungan harmonis dengan masyarakat , ketaqwaan agamanya yang kuat tercermin dalam ibadahnya yang sangat di perhatikan serta kesabarannya dalam membimbing santri yang dimana santri tersebut mempunyai karakter dan sifat yang berbeda -beda contoh : Bila kita melihatnya atau menatapnya ada rasa takut
139
dan senang, bila kita lama tidak ketemu kita akan merasa ingin bertemu 3) Pengabdiannya kepada masyarakat sebagai solusi problem masyarakat. 4) Perjuangan yang tanpa putus asa dalam memp erjuangkan agamanya. 5) Menyiapkan ekonomi maksudnya dalam menjaga ekonominya Kyai selalu menyiapkan segala sesuatunya agar semua itu bisa terorganisir sehingga bisa tersiapkan. d. Faktor-faktor kharisma Kyai Banyak informan yang menyatakan bahwa ciri -ciri kharisma Kyai dapat dibagi dalam beberapa kategori : 1) Faktor
keturunan,
baik
dari
nasab
bapaknya
sebagai
Kyai/demang pada zaman dulu ataupun istrinya seorang pedagang sukses yang ahli serta dari nasab gurunya yang nyambung kepada wali. Segi nasab ini sangat mendukung sekali, jadi anak Kyai itu rata-rata menjadi kyai karena Kyai itu dalam segi ibadah beliau sangat mengetahui cara -caranya hamba mendekatakan dengan sang kholik. 2) Faktor amaliyah seperti istiqomah, memberikan tauladan dan setiap kata”nya mempunyai dasar yang kuat sehingga terbukti
140
3) Keilmuan agamanya yang luas terlihat pada waktu Kyai memberikan pengajian kepada santrinya 4) Tingkah laku yang baik, baik dari si fatnya yang tawadhu, ikhlas istiqomah, dan dermawan
ada hadist alyadul ulya
khoirul min ya dull suhla. 5) Segi masyarakat, seluruh apa yang dilakukan oleh Kyai itu menjurus kepada masyarakat dan santri walaupun sebagaian harus memikirkan keluarga dan cucu har us tiap hari bapak semuannya untuk masyarakat. 6) Jumlah santri yang banyak 7) Segi pengabdian masyarakat dari jabatan, kekayaan dan juga sosok Kyai itu sendiri di masyarakat e. Santri kagum terhadap kharisma Kyai Banyak informan yang menyatakan bahwa santri kagum terhadap kharisma Kyai dapat dibagi dalam beberapa kategori : 1) Keilmuan : keilmuan yang sangat luas baik ilmu agama, umum dan politik. 2) Sifatnya : ketaqwaan, istiqomah dalam mengaji dan sholat berjamaah, sopan santun, dermawan, ikhlas, tidak membeda bedakan dalam segala hal, berpendirian teguh, 3) Pengabdian masyarakat : pengabdian kepada masyarakat dan sosial
141
4) ketauladannya : a) Tingkah laku yang mulia dalam memberikan contoh sehari hari kepada santrinya, b) Dalam melaksanakan semua yang diprogramkan Kyai selalu berhasil karena apa yang di ucapakan Kyai selalu ada perencanaan dan tindakannya. c) Mendahulukan
kepentingan
santrinnya
dalam
hal
memenuhi kebutuhan santri di pondok pesantren. d) Dengan adanya kharisma tersebut Kyai selalu dihormati dan dicontoh oleh masyarakat dan santrinya dimana pun Kyai berada. e) Perjuangan yang tidak mengenal lelah dan letih dalam menegakan agama Allah. f)
Mementingkan urusan agama dari pada urusan pribadinya tercermin dalam memenuhi kebutuhan pondok pesantren.
g) Memberikan solusi bijak mengenai masalah-masalah yang ada pada masyarakat dan santrinya. f. Kharisma Kyai sangat penting Banyak informan yang menyatakan bahwa kharisma Kyai sangat penting karena dengan adanya kharisma tersebut maka Kyai akan selalu dihormati, dipatuhi, dikagum oleh sant ri dan masyarakatnya. Sehingga
santri dan masyarkat juga akan
mengikuti amal baik dan sifat ketauladanan nya dalam segala hal.
142
Akan tetapi kalau Kyai tidak mempunyai kharisma maka Kyai tidak lagi dihormati dan dijadikan panutan oleh santri dan masyarakatnya dalam segala hal. Dengan adanya kharisma tersebut maka nilai-nilai yang ada dalam kitab ta’limmutaalim selalu terjaga sebagai kitab wajib dalam mencari ilmu.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Santri Tentang Kharisma Kyai a. Wujud perhatian Kyai kepada santri 1) Tingkah laku a) Cara berpakaian dan cara perkataan saya selalu di awasi oleh Kyai dan keluarganya. b) Kyai tidak membeda-bedakan santrinya dalam garis besar perhatian Kyai kepada semua santrinya sama. 2) Segi Pendidikan Kyai langsung membacakan isi kitab tersebut kemudian di berikan pemahaman kepada santri sehingga keterangan Kyai dengan mudahnya santri bisa paham. 3) Segi Nasehat a) Kyai memberikan arahan, masukan -masukan dan nasehatnasehat kepada santrinya agar menjadi orang yang lebih baik. b) Kyai selalu mengajak santrinya untuk solat tahajud. Dengan solat jamaah dan solat suna h lainnya beliau yakin akan
143
mendapatkan kesuksesan di tambah juga dengan adanya usaha c) Memberikan pengetahuan tentang moment -moment peting bisa dikatakan hari-hari nisfu sya’ban, Kyai selalu mengingatkan kita dengan fa edah dan keistimewahan hari tersebut dan kalau ada hal -hal yang membahayakan untuk santrinya
Kyai
selalu
memberikan
persiapan
dan
memberikan pembekalan benteng untuk santrinya. 4) Segi kebutuhan santri a) Memberikan sarana prasarana (kebutuhan) santri dala m menyampaikan keilmuannya . b) Keterampilan
santrinya
dengan
memberikan
sebuah
pengalaman life skil agar santri ketika sudah boyong mempunyai
usaha
yang
dapat
dilaksanakan
untuk
kebutuhan dunianya. b. Kedekatan Kyai kepada santri Kedekatan Kyai kepada sant rinya sangatlah harmonis bisa dikatakan bagaikan kedekatan orang tua dengan anaknya (buah hatinya), dapat terlihat pada waktu Kyai memberikan bimbingan dan pengajian secara langsung (melalui pengajian kitab kuning) ataupun melalui
program -program
pondok
pesantren yang
dilaksanakan oleh pengurus yang dimana sudah mendapat persetujuan dari Kyai. Kyai juga tidak bosan -bosannya selalu
144
mendoakan santri-santrinya baik yang sudah keluar dari pondok pesantren ataupun yang masih tinggal di pondok pesantren melalui sholat fardhu, sholat sunnah dan sehabis mengaji. Ada juga seorang santri yang ingin mendekatkan dirinya kepada Kyai dengan cara menjadi khodam (abdi ndalem) seperti membantu
pekerjaan rumah
Kyai,
mengurusi
kebun
dan
perternakan Kyai, dan juga membantu toko atau koperasi milik Kyai. Biasanya sebutan yang khusus untuk santri yang sudah dekat sama Kyai dengan sebutan “kang”. c. Nilai-nilai yang diberikan Kyai kepada santrinya Kyai dalam memberikan nilai-nilai kepada santrinya ada beberapa aspek : 1) Aspek agama Kyai selalu memberikan nilai-nilainya dengan cara memberikan pengajian kepada santrinya, memberikan nasehat yang baik kepada santri, ketauladanan, dan memberikan motivasi yang cukup besar terkait kehidupan santri di masa depan. Kyai selalu memberikan nilai-nilainya dengan cara berpakaian yang sederhana tetapi rapi dan pantes, selalu memakai peci sebagai ciri khas Kyai. 2) Aspek sosial Kyai selalu memberikan nilai -nilainya dengan cara silaturrahmi dengan masyarakat, selalu menghadiri kegiatan di
145
masyarakat atau pun udangan masyarakat lainnya dengan ikhlas. 3) Aspek keterampilan Kyai selalu memberikan nilai-nilainya dengan cara mengadakan
kursus
menyablon,
menjahit,
bertanam,
perternakan dan mengelola usaha di toko -toko dan koprasi milik pondok pesantren Al -Huda. 4) Aspek memenuhi butuhan santri Kyai dalam menyediakan kebutuhan santri selalu di sesuaikan dengan keadaan santrinya seperti k ebutuhan wacana santri, agar santri bisa mengetahui kabar hari ini dengan memberikan koran dan menyediakan perpustakaan untuk bekal ilmu tambahannya. d. Harapan orang tua tentang kharisma Kyai Orang tua santri dalam memberikan harapan kepada santri di pondok pesantren tentang adanya kharisma Kyai adalah melalui beberpa faktor, baik faktor internal ataupun faktor internal 1) Faktor internal Semua orang tau santri yakin bahwa Kyai mempunyai keimanan yang kuat kepada Allah SWT, pengetahuan agama dan sosial yang luas, sifat dan prilakunya yang luhur, serta adanya sebuah kewibawaan yang tampak dari Kyai. Sehingga dengan adanya kelebihan dan prilaku Kyai yang seperti itu
146
menjadikan orang tua yakin dan berharap kelak anaknya menjadi seperti Kyainya walaupu n tidak secara utuh. 2) Faktor eksternal Orang tua juga yakin dengan adanya alumni -alumni yang sudah bisa memberikan kontribusi keilmuannya yang sudah di dapat dari pondok pesantrennya kepada masyarakat luas seperti menjadi imam musholah dan masjid, pemimp in, guru dan dosen ataupun politisi. e. Nilai-nilai yang diperoleh dari masyarakat 1) Segi keilmuanya Masyarakat masih mentaati dan menghormati apa yang menjadi dawuh Kyai. Karena kalau melihat waktu dulu yang dimana semua masyarakat belum mengenal ilmu agama akan tetapi ketika bapak Kyai datang ke desa dan memberikan ilmu serta pengajian kepada masyarat, akhirnya masyarakat ingin belajar ilmu agama kepada kyai sehingga dari sebagian masyarakat yang menjadi santrinya bapak kyai itu masih taat dan mau membantu menangani pengajian MADIN sore dan MADIN pagi. 2) Segi sifatnya Kyai yang khusu
dalam beribadah seperti sholat
berjamaahnya, kesalehannya tercermin dari sifatnya yang selalu memberikan ilmu kepada santrinya dan memberikan pengajian
147
kepada masyarakat, sifat disiplin dan ketegasan Kyai dalam menjalankan pendidikan dan hukum agama. 3) Segi sosial Kyai selalu menjawab dan memberikan solusi yang bagus dan sangat berguna kepada masyarakat yang membutuhkannya dan Kyai selalu berbuat amal ma’ruf dan nahi munkar.
3. Variasi Perilaku Santri Atas Kharisma Kyai a. Santri ketika menerima dan melaksan akan perintah Kyai di pondok pesantren Al-Huda Santri
dalam
menerima
perintah
dari
Kyai
selalu
menerimanya dengan rasa penuh tanggung jawa b, sabar dan sami’na wa atokna. Biasanya santri merasa senang jika mendapatkan perintah dari Kyai. Dan ketika melaksanakan perintah dari Kyainya santri akan melaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab dan berusaha sebaik mungkin agar perintah yang diberikan oleh Kyainya bisa terlaksana dengan baik dan menunjukan rasa takdim santri kepada Kyainya karena seorang Kyai adalah orang yang selalu memberikan pendidikan agama kepada santri dan masyarakatnya. b. Santri ketika menerima dan melaksankan nasehat Kyai di pondok pesantren Al-Huda Santri ketika mendapatkan nasehat dari Kyainya santri menerimanya dengan membuka hati yang selebar -lebarnya dan
148
menancapkan nasehat tersebut di dalam hati dengan rasa i khlas dan tawadhu. Karena pada dasarnya nasehat Kyai kepada santrinya sebagai wujud kasih sayang bapak kepada anaknya agar anaknya selalu menjadi anak yang baik dalam kehidupannya. Santri berusaha melaksanakan nasehat -nasehat yang diberikan oleh Kyai dengan
bersungguh-sungguh
dan
semampuh
santri
dalam
melaksanakan nasehat tersebut. Santri selalu mencatat dan kemudian menghafalnya sehingga nasehat yang diberikan oleh Kyai akan selalu diingat terus oleh santri sebagai motivasi. c. Santri ketika menerima hukuman dari Kyai di pondok pesantren Al-Huda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Hukuman yang diberikan oleh Kyai kepada santrinya dengan hukuman tidak langsung maksudnya hukuman yang diberikan tidak secara langsung Kya i yang menghukum akan tetapi dijalankan oleh pengurus-pengurus pondok yang sudah di beri wewenang oleh Kyai. Sikap santri dalam menerima hukuman dengan sikap ikhlas dan tulus tanpa ada rasa dendam, karena santri yang dihukum tersebut biasanya mempunyai kesalahan yang mereka tidak sadari. Dan hukuman tersebut juga ada dua tingkatan (berat dan ringan) hukuman yang berat seperti pacaran dan mencuri, hukuman yang ringan seperti menggosop sandal, dan pakaian.
149
d. Makna hukuman bagi santri di pondok pesantren Al -Huda 1) Sebagai cambuk untuk tidak mengulanginya lagi 2) Sebagai intropeksi diri dalam kehidu pan saya agar saya tidak terjatuh pada perbuatan yang sama 3) Agar santrinya menjadi disiplin dalam semua hal dan taat kepada semua perintah Kyai dan keluarga Kyai dan tata tertib pondok pesanten 4) Supaya kegiatan belajar mengajar yang ada di pondok pesantren bisa berjalan dengan lancer. e. Santri ketika melaksanakan tata tert ib pondok pesantren Al-Huda Santri berusaha melaksanakan tata tertib yang diberikan oleh Kyai dan pengurus pondok pesantren Al -Huda dengan rasa senang hati, taat dan semampuh santri dalam melaksanakan tata tertib tersebut dan berusaha melaksanakan dengan s ebaik mungkin walaupun hanya sebagian karena santri juga manusia yang tidak sempurna yang dimana mempunya i salah dan dosa. f. Makna tata tertib bagi santri di pondok pesantren Al -Huda 1) Menunjang pendidikan santri dalam proses belajar agar semuanya berjalan dengan baik dan tertib sehingga santri bisa mendapatkan ilmu yang luas. 2) Menuntun santri kearah yang lebih baik dan menjadikan kita mempunyai sifat disiplin, teguh pendirian, mandiri dan mempunyai manajemen waktu yang bagus.
150
3) Sebagai pembatas santri untuk selalu bertindak yang benar dan menjauhkan santri dari sifat merusak moral dan p erilaku santri g. Santri ketika mengikuti kegiatan pondok pesantren Al -Huda Santri ketika mengikuti kegiatan di pondok pesantren Al Huda dengan penuh rasa tanggung jawab, bersungguh -sungguh dan ikhlas dalam menerima kegiatan tersebut. Karena dengan mengikuti kegiatan pondok pesantren Al-Huda, santri bisa mengisi beberapa ilmu yang ada di pondok pesantren Al-Huda agar bisa bermanfaat dalam kehidupannya. h. Makna kegiatan bagi santri di pondok pesantren Al -Huda 1) Membentuk pribadi santri yang berkualitas, tangguh dan bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain serta melatih agar santri selalu disiplin waktu. 2) Bekal santri untuk mengabdi di masyaraatnya sehingga mampu menjawab solusi dan permasalahan yang ada di masyarakat 3) Sebagai wujud taat dan takdim santri kepada Kyainya agar selalu menaati perintah dan agar bisa berkreasi dengan menuangkan idenya. 4) Memberikan semangat dalam diri santri agar lebih bersungguhsungguh lagi dalam mencari ilmu. 5) Makna kegiatan bagi saya adalah agar kita terdidik dan terlatih dalam membentuk pribadi yang tangguh, berkualitas yang tentunya bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Persepsi Santri tentang Kharisma Kyai di pondok pesantren AlHuda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali. 1. Kharisma Kyai Persepsi adalah merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia (Slamet, 1991:104). Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan dengan melalui inderanya yaitu indera pengelihat, pendengar, peraba, perasaan, dan penciuman. Secara umum suatu kepribadian dan sifat yang diberikan oleh Allah swt pada seorang pemim pin yang mempunyai keistimewahan dan kewibawaan yang sudah melekat pada diri seorang pemimpin tersebut dan
mempunyai nilai-nilai
positif seperti keilmuan agama yang sangat luas, kesalehan, keistiqomahan, dan wira’iannya) sehingga pemimpin tersebut selalu
dikagumi
dan ditaati
oleh
santri
dan
masyarakat
dilingkungannya. Informan lain menyatakan bahwa harisma Kyai adalah mengatakan
keadaan atau sifat yang dimiliki Kyai, erat
hubungannya dengan kemampuan yang luar biasa atau kelebihan dalam hal kepemimpinan karena mempunyai pengaruh yang sangat
151
152
besar untuk membangkitkan semangat kepada santri maupun masyarakat terkait dengan masalah dunia dan akherat. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama melakukan proses yang menyangkut informasi kepada manusia melalui hubungan, baik hubungan dengan Allah maupun hubungan dari dirinya sendiri melalui panca indranya dan di pengaruhi oleh faktor personal dan faktor struktural yang terdapat dalam diri individu atau seorang pelaku persepsi. Faktor ini berupa pengalaman-pengalaman karakteristik, kepribadian dan motivasi. 2. Kharisma Kyai yang peneliti lihat di pondok pesantren Al -Huda Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1997:53) . Kharisma Kyai yang santri lihat di pondok pesantren Al -Huda adalah melalui ketauladanan, sifat, dan pengabdian masyarakat. Melalui hal tersebut Kyai selalui dicontoh dan dikagumi oleh santri dan masyarakatnya. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama melakukan proses masuknya informasi ke otak manusia dari menafsirkan pesan melalui panca indranya dan dipengaruhi oleh faktor persoanal seperti karakter kepribadian dan ganjaran atau jabatan.
153
3. Ciri-ciri Kharisma Kyai Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh
dengan
mengumpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Rahmat, 1994:57). Banyak responden yang menyatakan bahwa ciri -ciri kharisma Kyai dapat dibagi dalam beberapa kategori: dari keilmuan agama yang luas, kesalehan, pengabdian masyarakat, perjuangannya dan di hormati oleh masyarakat. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama melakukan proses yang menyangkut masuknya pesan kepada otak manusia dalam membangun status kepribadian dan dipengaruhi oleh faktor struktural berupa interaksi sosial pada kelompok dan individu. 4. Faktor-faktor Kharisma Kyai Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melalui alat reseptornya (Walgito, 1997:53). Banyak responden yang menyatakan bahwa ciri -ciri kharisma Kyai dapat dibagi dalam beberapa kategori antara lain faktor keturunan baik dari nasab bapak ataupun ibu dan gurunya, faktor amaliyah seperti
istiqomah,
keilmuan
agamannya,
tingkah
laku
(ketauladanan), pengabdian pada masyarakat, jumlah santri yang banyak, pangkat dan jabatannya.
154
Keterkaitan antara teori dan temuan peneli ti di lapangan terdapat perbedaan dari faktor keturunan bahwa apa yang dilihat dan didengar tidak sama dengan kenyataannya. Persamaannya adalah sama-sama membentuk status yang baik dan dipengaruhi oleh faktor struktural berupa interaksi sosial pada kelompok dan individu, penilaian atau petunjuk terhadap suatu obyek tertentu. 5. Santri kagum terhadap kharisma Kyai Persepsi adalah merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia (Slamet, 1991:104). Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan dengan melalui inderanya yaitu indera pengelihat, pendengar, dan perasaan. Banyak responden yang menyatakan bahwa santri kagum terhadap kharisma Kyai dapat dibagi dalam beberapa kategori antara lain dari keilmuan yang luas seperti ilmu agama, ilmu umum dan politik, sifatnya yang selalu dijadikan c ontoh, pengabdian masyarakat, ketauladanan, Keterkaitan antara teori dan tem uan peneliti di lapangan adalah sama-sama melakukan proses masuknya informasi ke ot ak manusia dari panca indranya dan dipengaruhi oleh faktor persoanal seperti karakter kepribadian dan ganjaran atau jabatan.
155
6. Kharisma Kyai sangat penting Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan-hubungan
yang diperoleh
dengan
mengumpulkan
informasi dan menafsirkan pesan (Rahmat, 1994:57). Banyak responden yang menyatakan bahwa kharisma Kyai sangat penting karena dengan adanya kharisma , maka seorang Kyai akan selalu dihormati, dipatuhi, dikagum oleh santri, dan masyarakatnya. Dengan demikian santri dan masyarakat. juga akan mengikuti amal baik dan sifat ketauladanannya dalam segala hal. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama melakukan proses masuknya informasi ke otak manusia dalam menjaga status sosial pada masyarakat serta dipengaruhi oleh faktor struktural meliputi interaksi sosial pada kelompok maupun individu, perbuatan maupun perkataan dan panca indranya.
B. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Santri Tentang Kharisma Kyai di Pondok Pesantren Al-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali 1. Wujud perhatian Kyai kepada santri Faktor-fakor yang mempengaruhi pers epsi antara lain : perhatian, kebutuhan sistem nilai dan ciri kepribadian Sarwono (1996:43). Wujud perhatian kyai kepada santri meliputi dari tingkah laku Kyai dapat dilihat dari segi berpakaian dan perkataan,
156
segi pendidikan Kyai selalu mengisi otak santri langsung mengambil dari kitab, memberikan naseha t, dan memenuhi kebutuhan santri seperti melengkapi dari segi keterampilan dan life skill. Sehingga santri selalu merasa diperhatikan dan selalu mendapatkan pengarahan atau nasehat yang baik untuk bekal santri dalam melangkah kemasa depan. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama menunjukan eksistesi yang baik kepada lingkungan pondok pesantren serta membekali santri dalam beberapa bidang dan dipengaruhi oleh faktor personal berupa karakteristik kepribadian, motivasi dan gan jaran. 2. Kedekatan Kyai kepada santri Rahmat (1994:55-58) merumuskan secara singkat, bahwa paling tidak ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor fungsional dan faktor struk tural. Kedekatan santri dengan Kyai sangatlah harmonis bisa dikatakan bagaikan kedekatan orang tua dengan anaknya, dari nilai-nilai yang diberikan Kyai kepada santrinya seperti dari aspek agama, sosial, keterampilan dan memenuhi kebutuhan santrinya. Keterkaitan antara teori dan temuan penel iti di lapangan adalah sama-sama menjalin sebuah hubungan harmonis kepada santri dan masyarakat dilingkungan pondok.
157
3. Nilai-nilai yang berikan Kyai kepada santrinya Rahmat (1994:55-58) merumuskan secara singkat, bahwa paling tidak ada dua faktor yang me mpengaruhi persepsi, yaitu faktor fungsional dan faktor stru ktural. Faktor fungsional, kyai dalam memberikan nilai-nilai kepada santrinya antara lain aspek agama berupa memberikan nasehat, motivasi dan ketauladanan, mencerminkan sifat yang bai k seperti selalu berpakaian sederhana, rapi, dan selalu mengenakan pecis. Faktor struktural, aspek sosial berupa menghadiri dan mengisi acara yang ada di masyarakat, aspek keterampilan
berupa mengadakan
dan
menyediakan
keterampilan seperti menyablon, menjahit, mengelola toko, koperasi, kantin dan peternakan. Aspek kebutuhan santri berupa menyediakan wacana pengetahuan melalui media surat kabar (koran) dan perpustakaan. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama membentuk nilai-nilai agama dan social dalam membentuk ahlakul karimah keapada santri dan dipengaruhi oleh faktor personal berupa karakteristik kepribadian dan motivasi. 4. Harapan orang tua tentang k harisma Kyai Sarwono (1996:43), dalam analisis beliau tentang faktor fakor yang mempengaruhi persepsi antara lain set (harapan seseorang yang timbul) dan ciri kepribadian. Faktor internal seperti keimanan yang kuat kepada Allah, pengetahuan agama dan sosia l
158
yang luas, sifat dan prilakunya yang luhur, serta kewibawaan yang tampak dari Kyai. Faktor eksternal orang tua juga yakin dengan adanya
alumni-alumni
yang
bisa
memberikan
kontribusi
keilmuannya di masyarakat. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama membentuk sebuah tujuan dan harapan yang mengarah kepada keyakinan kepribadian dan dipengaruhi oleh faktor situasional meliputi interaksi sosial pada kelompok maupun individu, perbuatan maupun perkataan. 5. Nilai-nilai yang diperoleh dari masyarakat Rahmat (1994:55-58) merumuskan secara singkat, bahwa paling tidak ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural. Dari segi keilmuanya masyarakat masih mentaati dan menghormati apa yang menjadi dawuh Kyai. Segi sifatnya Kyai yang selalu khusu
dalam
beribadah dan juga segi sosial Kyai selalu menjawab dan memberikan solusi yang bagus dan sangat berguna kepada masyarakat yang membutuhkannya dan Kyai s elalu berbuat amal maruf dan nahi munkar. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama membangun karakteristik peribadian yang berkualitas di masyarakat dan dipengaruhi oleh faktor struk tural meliputi interaksi sosial pada kelompok maupun individu, adanya
159
perbuatan atau ucapan dan pentunjuk atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu.
C. Variasi Perilaku Santri Atas Kharisma Kyai di Pondok Pesantren Al-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali 1. Santri ketika menerima dan mela ksanakan perintah Kyai di pondok pesantren Al-Huda Perilaku adalah kecenderungan untuk memberi respons, baik positif maupun negatif, terhadap orang -orang, benda-benda atau situasi-situasi tertentu (Gulo, 1982:14). Santri menerimanya dengan rasa penuh tanggung jawab, sabar dan sami’na wa atokna. Santri merasa senang jika mendapatkan perintah dari Kyai. Dan melaksanakannya dengan penuh rasa tanggung jawab dan berusaha sebaik mungkin agar peri ntah yang diberikan oleh Kyai bisa terlaksana dengan baik dengan menunjukan rasa takdim santri kepada Kyainya. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama menonjolkan karakteristik kepribadian yang selalu bertanggung jawab akan perintah yang diberikan kepadanya dengan memberikan hasil yang terbaik dan dipengaruhi oleh faktor personal berupa karakteristik kepribadian, motivasi, dan ganjaran.
160
2. Santri ketika menerima dan melaksankan nasehat kyai di pondok pesantren Al-Huda Perilaku adalah pola-pola prilaku yang dilukiskan sebagai watak, kepribadian, kemampuan, sikap, intelegensi dan nilai (McLeish, 1986:153). Santri menerima nasehat dari Kyai dengan membuka hati yang selebar -lebarnya dan menancapkan nasehat tersebut di dalam hati den gan rasa ikhlas dan tawadhu. Dasarnya nasehat Kyai kepada santrinya sebagai wujud kasih sayang Kyai kepada anaknya agar anaknya menjadi anak yang baik dalam kehidupannya. Dalam melaksanakannya santri dengan bersungguhsungguh dan semampuhnya sebagai motivasi untuk santri. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama menonjolkan karakteristik kepribadian yang selalu tanggung jawab akan nasehat yang diberikan kepadanya dan dipengaruhi oleh faktor personal berupa karakteristik kep ribadian, motivasi, dan ganjaran. 3. Santri ketika menerima hukuman dari kyai di pondok pesantren AlHuda Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Perilaku adalah pola-pola prilaku yang dilukiskan sebagai watak, kepribadian, kemampuan, sikap, intelegensi dan ni lai (McLeish, 1986:153). Hukuman yang diberikan oleh Kyai kepada santrinya dengan hukuman tidak langsung yang dijalankan oleh pengurus pondok yang sudah di beri wewenang oleh Kyai. Santri
161
dalam menerima hukuman dari Kyainya dengan sikap ikhlas dan tulus tanpa ada rasa dendam, karena santri yang dihukum mempunyai kesalahan yang mereka tidak sadari. Dan hukuman tersebut ada dua tingkatan, hukuman yang berat seperti pacaran dan mencuri, hukuman yang ringan seperti menggosop sandal, dan pakaian. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama memberikan sebuah harapan yang baik terhadap santri agar selalu dijalan yang lurus (sebagai batas menuju kesuksesan) dan juga dipengaruhi sebuah faktor personal berupa karakteristik kepribadian, motivasi, ganjaran dan hukuman. 4. Makna hukuman bagi santri di pondok pesantren Al -Huda Perilaku adalah seperangkat pendapat, minat dan tujuan, yang menyangkut harapan akan suatu jenis pengalaman tertentu, dan kesediaan dengan suatu reaksi yang wajar (Drever , 1986:29). a. Sebagai cambuk untuk tidak mengulanginya lagi b. Sebagai introspeksi diri dalam kehidupan santri agar santri tidak terjatuh pada perbuatan yang sama c. Agar santrinya menjadi disiplin dalam semua hal dan taat kepada semua perintah Kyai dan keluarga Kyai dan tata tertib pondok pesanten d. Supaya kegiatan belajar mengajar yang ada di pondok pesantren bisa berjalan dengan lancar
162
Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah
sama-sama
berproses
menonjolkan
karakteristik
kepribadian yang baik sebagai umpan balik yang baik terhadap sebuah prilaku kepada obyek yang diterima nya dan dipengaruhi faktor personal berupa karakteristik kepribadian, motivasi dan ganjaran. 5. Santri ketika melaksanakan tata tertib pondok pesantren Al -Huda Perilaku adalah kecenderungan untuk memberi respons, baik positif maupun negatif, terhadap orang -orang, benda-benda atau situasi-situasi tertentu (Gulo, 1982:14). Santri berusaha melaksanakan tata tertib yang diberikan oleh Kyai dan pengurus pondok pesantren Al-Huda dengan rasa senang hati, taat dan semampuh santri dalam melaksanakan tata tertib tersebut dan berusaha melaksanakan dengan sebaik -baiknya. Keterkaitan antara teori dan temuan peneli ti di lapangan adalah
sama-sama
berproses
untuk
melatih
kemampuan
karakteristik kepribadian serta berusaha mewujudkan yang terbaik dan dipengaruhi faktor personal berupa karakteristik kepribadian, motivasi dan ganjaran. 6. Makna tata tertib bagi santri di pondok pesantren Al-Huda Perilaku adalah seperangkat pendapat, minat dan tujuan, yang menyangkut harapan akan suatu jenis pengalaman tertentu, dan kesediaan dengan suatu reaksi yang wajar (Drever, 1986:29).
163
a. Menunjang pendidikan santri dalam proses bela jar agar semuanya berjalan dengan baik dan tertib sehingga santri bisa mendapatkan ilmu yang luas. b. Menuntun santri kearah yang lebih baik dan menjadikan kita mempunyai sifat disiplin, teguh pendirian, mandiri dan mempunyai manajemen waktu yang bagus. c. Sebagai pembatas santri untuk selalu bertindak yang benar dan menjauhkan santri dari sifat merusak moral dan prilaku santri Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama menonjolkan karakteristik kepribadian yang baik sebagai proses dan semangat sant ri dalam melatih sifat disiplin serta menejemen waktu dan dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor struktural berupa karakteristik kepribadian, motivasi, ganjaran dan petunjuk atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu dan perkataan dan ucapan. 7. Santri ketika mengikuti dan melaksanakan kegiatan di pondok pesantren Al-Huda Perilaku adalah pola-pola prilaku yang dilukiskan sebagai watak, kepribadian, kemampuan, sikap, intelegensi dan nilai (McLeish, 1986:153). Santri mengikuti kegiatan di pondok pesantren
Al-Huda
dengan
penuh
rasa
tanggung
jawab,
bersungguh-sungguh dan ihlas dalam menerima kegiatan tersebut. Melalui kegiatan pondok pesantren Al -Huda, santri dapat
164
memperoleh ilmu yang ada di pondok pesantren Al -Huda agar dapat bermanfaat bagi kehidupannya. Keterkaitan antara teori dan temuan peneli ti di lapangan adalah
sama-sama
berproses
untuk
melatih
kemampuan
karakteristik keperibadian serta berusaha mewujudkan yang terbaik dan dipengaruhi faktor personal berupa karakteristik kepribadian, motivasi dan ganjaran. 8. Makna kegiatan bagi santri di pondok pesantren Al -Huda Perilaku adalah seperangkat pendapat, minat dan tujuan, yang menyangkut harapan akan suatu jenis pengalaman tertentu, dan kesediaan dengan suatu reaksi yang wajar (Drever, 1986:29). a. Membentuk
pribadi santri yang berkualitas, tangguh dan
bermanfaat baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain serta melatih agar santri selalu disiplin waktu. b. Bekal santri untuk mengabdi di masyaraa tnya sehingga mampu menjawab solusi dan permasalahan yang ada di masyarakat c. Sebagai wujud taat dan takdim santri kepada Kyainya agar selalu menaati perintah dan agar bisa berkreasi dengan menuangkan idenya. d. Memberikan semangat dalam diri santri agar lebih bersungguhsungguh lagi dalam mencari ilmu.
165
e. Makna kegiatan bagi santri adalah agar kita terdidik dan terlatih dalam membentuk pribadi yang tangguh, berkualitas yang tentunya bisa bermanfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain. Keterkaitan antara teori dan temuan peneliti di lapangan adalah sama-sama menonjolkan karakteristik kepribadian yang baik sebagai proses dalam belajar membentuk kepribadian yang berilmu dan semangat santri dalam melatih sifat disiplin dan dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor struktural berupa karakteristik kepribadian, motivasi, petunjuk atau penilaian terhadap suatu obyek tertentu, perkataan dan ucapan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Persepsi santri tentang Kharisma Kyai di pondok pesantren Al -HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 adalah kharisma merupakan sesuatu kepribadian yang diberikan oleh Allah swt pada seorang pemimpin yang mempunyai keistimewahan, kewibawaan dan mempunyai nilai-nilai positif
seperti keilmuan agama yang luas,
kesalehan, keistiqomahan, kewira’ian dan mampu memberikan solusi terhadap masalah yang ada pada masyarakat. 2. Faktor yang mempengaruhi persepsi santri tentang Kharisma Kyai di pondok pesantren Al-HUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 adalah wujud perhatian Kyai kepada santri, kedekatan Kyai kepada santri, memberikan dan membekali santri dengan nilai -nilai agama dan skill yang baik, adanya harapan dan keyakinan yang be rasal dari orang tua dan alumni dan respon masyarakat dengan pesantren. 3. Variasi perilaku santri atas Kharisma Kyai di pondok pesantren AlHUDA Doglo, Candigatak, Cepogo, Boyolali Tahun 2010 adalah Menerima perintah dari Kyai, melaksanakan perintah dari Kyai, menerima nasehat dari Kyai, melaksanakan nasehat dari Kyai, menerima hukuman dari Kyai, melaksanakan tata tertib dari Kyai dan mengikuti kegiatan dari Kyai semunya ada dalam ketaatan ( sami’na wa athokna).
166
167
B. Saran-saran Berdasarkan kesimpulan dari peneliti ini, dapat dikemukakan beberapa saran untuk santri t entang kharisma Kyai dan yang terkait dalam penelitian ini, saran yang dima ksud adalah : Saran Bagi Santri 1. Persepsi santri tentang kharisma Kyai sebagai kepribadian yang diberikan oleh Allah SWT kepada seorang pemimpin yang mempunyai keistimewaan, kewibawaan dan nilai -nilai positif yang ada pada Kyai hendaknya santri lebih menjaga kharisma Kyainya dalam segala aspek kehidupan Kyai. 2. Faktor santri tentang kharisma Kyai adalah wujud perhatian Kyai kepada santri, kedekatan Kyai kepada santri, memberikan dan membekali santri dengan nilai-nilai agama dan skill yang baik, hendaknya santri membangun hubungan antara santri dengan sant ri, santri dengan ustadz dan santri dengan Kyai agar terjalin hubungan yang harmonis. 3. Variasi perilaku santri tentang kharisma Kyai adalah Menerima perintah dari Kyai, melaksanakan perintah dari Kyai, menerima nasehat dari Kyai, melaksanakan nasehat dari Kyai, menerima hukuman dari Kyai, melaksanakan tata tertib dari Kyai, dan mengikuti kegiatan dari Kyai sebagai pendidikan pendewasaan dan bukti ketawadhukan (ketaatan).
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Syamsuddin. 1997. Agama dan Masyarakat Pendekatan Sosiolgi Agama. Logos Jakarta: Wacana ilmu. Akaha, Abduh Zulfidar dan Jaiz, Hartono Ahmad. 2005. Bila Kyai Dipertuhannkan membedah sikap beragama NU . PT Staka Al Kautsar. Al-Qur’an Digital. Anatomi Konflik NU Elit Islam dan Negara . 1996. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Arifah, Yuli. 2002. Hubungan Kharisma dengan Minat Belajar Santri (Studi pada Pondok Pesantren Al -Manar Bener, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Tahun 2006). Salatiga: STAIN. Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek . Jakarta: PT Rineke Cipta. As’ad, Aliy. 2007. Terjemah Ta’limul Muta’allim . Kudus: Menara Kudus. Azwar, Saifudin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departeman Agama RI. 2004. Profil Pondok Pesantren Mu’adalah , Cetakan Pertama. Jakarta: Dirokterat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
168
169
Dhakiri, M Hanif. 2007. Kiai Kampung dan Demokrasi Lokal. Jogjakarta: Dewan Pengurus Pusat Partai Kebangkitan Bangsa (DPP PKB) dengan Yayasan Kajian dan Layanan Informasi untuk Kedaulatan Rakyat. Dhofier, Zamakhsyari. 1980. Tradisi Pesantren Study Tentang Pandangan Hidup Kiyai. LP3ES. Drever, James. 1986. Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara. Ekosusilo, Madyo. 2003. Hasil Penelitian Kualitatif Sekolah Unggul Berbasis Unggul. Sukoharjo: Univet Bantara Press. Faridl, Miftah, 2009. Membedah Peran Sosial Po litik Kyai di Indonesia, (Online),
No.3
( http://www.fsrd.itb.ac.id/wp -
content/uploads/2007/11/3 -Miftah.pdf 3 Januari 2010) Galba, Sindu. 1995. Pesantren Sebagai Wadah Komunik asi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Greertz, Clifford.Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa. Pustaka Jaya. Gulo, Dali. 1982. Kamus Psychologi.Bandung. Tonis. Hartono, 2006. Kepatuhan dan Kemandirian Santr (Sebuah Analisis Psikologi), P3M STAIN Purwokerto, IBDA, (Online) Vol 4, No 4: 5056,
(http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/4 -kepatuhan-dan-
kemandirian-santri.pdf, diakses 20 September 2009) http://wongjalur.com/2009/03/25/kepemimpinan -kharismatik http://www.fathurin-zen.com/?p=226
170
Isnaeni, Siti. 2003. Pengaruh Kharisma Kyai Terhadap Moral Santri di Pondok Pesantren Pancasila Blotongan, Kota Salatiga Tahun 2007. Salatiga: STAIN. Junimar Affan, & Muh Said. Psikologi Dari Zaman Kezaman . Jemmans. Tt. Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan . Jakarat: Paramadina. Masarcon,
2004.
Kyai
dan
Politik ,
(Online)
(http://forums.apakabar.ws/viewtopic.php?t=18908&sid=07aa8060451 3a8b2350f353708930b6e diakses 7 Agustus 2010) Masyhuri, A. Aziz. 2008. 99 Kiai Kharismatik Indonesia, Biografi, Perjuangan, Ajaran, dan Doa -doa Utama yang Diwariskan. Buku Kedua, Yogyakarta: Kutub. McLeish, Jhon. 1986. Behaviorisme Sebagai Psikologi Prilaku Modern . Bandung: Tarsito. Mattew B, Miles dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif, Jakarta:Terj.Tjejep Rohendi Rohidi,UI Press. Mulkhan, Abdul Munir dkk. 1998. Rekonstruksi Pendidikan dan Tradisi Pesantren Religiusitas Ipte k. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik . Bandung: Tarsito. Nawawi, Imam. 1999. Riyadhus Shalihin. Bairut: Darul Fikir. Nazir, Muhamad. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Poerwadarminta, 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi Ketiga.. Jakarta: Balai Pustaka.
171
Purwanto, M. Ngalim. 1991. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Qomar,
Mujamil.
Pesantren
dari
Transformasi
Metodologi
Menuju
Bandung.
Remaja
Demokrasi Institusi. Jakarta: Erlangga. Rahmat,
Jalaludin.
1994.
Psikologi
Komunikasi.
Rosdakarya. Ranoh, Ayub. 2002. Kepemimpinan Kharismatik (Tinjauan Teologis -Etis Kepemimpinan Sukarno). Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Ruslan, A Haedar, 2007. Dinamika Kepemimpinan Kyai di Pesantren , (Online),
(http://re-searchengines.com/0607arlan.html ,
diakses
5
Januari 2010) Sarwono, Sarlito Wirawan. 1996. Pengantar Psikologiumum. Jakarta: Bulan Bintang. Slameto. 1991. Belajar Dan Faktor–Faktor Yang Mempengaruhinya . Salatiga: Rineke Cipta.. Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sukanto, Soerjono & Mamudji, Sri. 1995. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, cet IV. Jakarta: PT Rajawali Pres. Sukanto, Soerjono. 1999. Pokok–pokok Sosiologi Hukum, cet.IX. Jakarta: PT Rajawali Pres. Suparyogo, Imam. 2007. Kyai dan Politik (Membaca Citra Politik Kyai) . Malang: UIN-Malang Press.
172
Suryabrata, Sumardi. 1995. Metode Penelitian, Jakarta:Raja Grasindo Persada Suryo, Djoko. 2000. Tradisi Santri Dalam Historigrafi Jawa : Pengaruh Islam
di
Jawa,(Online),No.3(http://digilib.pnri.go.id/uploaded_files/k003/norm al/Tradisi_Santri_Dlm_Historiografi_Jawa.pdf diakses 22 Desember 2009). Tabloid Pondok Pesantren Untuk Kemaslahatan Umat, Edisi Kedua. 2009. Lembaga Kajian Keislaman dan Sosial (LEKDIS) Nusantara. Edisi Ketiga. 2009. Lembaga Kajian Keislaman dan Sosial (LEKDIS) Nusantara. Tuner, Bryan S. 1992. Sosiologi Islam Telaah Analisis Atas Tesa Sosiologi Weber. Jakarta: Rajawali. Wahid, Abdurrahman. 2007. Menggerakan Tradisi Esai -Esai Pesantren. Yogyakarta PT LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta. Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Wrong (Ed.), Dennis. 2003. Max Weber Sebuah Khazanah , Yogyakarta: Ikon Teralitera.