PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN ANNURIYAH TENTANG FILM JODHA AKBAR DI ANTV (Studi Kasus di Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Wonocolo Surabaya)
Diajukan untuk Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah “Metode Peneltian Komunikasi (Kualitatif)”
Disusun Oleh : Tazqirotul Mualifah (B76213091) Sem./Kelas : 4/E2
Dosen Pembimbing : Dr. Ali Nurdin, S.Ag. M.Si
PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2015 1
MOTTO
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri,
dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri”. (QS. Al-Isra’:7)
PERSEMBAHAN Karya tulis ini saya persembahkan:
Untuk kedua orang tua saya, Bapak (Imam) dan Ibu (Nur Kolisiyah) tercinta di rumah yang tak pernah putus dalam perjuangan dan doanya untuk buah hatinya. Semoga Allah balas pengorbanan itu dengan kemuliaan Dunia dan Akhirat.
Untuk semua Guru yang pernah membimbing dan menuntun dalam perantauan Ilmu Allah yang maha pemberi Ilmu, khususnya Ibunda Hj. Ainur Rohmah semoga berkah Do’a dan Ilmu itu kami dapat.
Untuk semua keluarga, sahabat, dan teman-teman khususnya temanteman group Syiwali YPPP. An-Nuriyah yang turut membantu dan memotivasi.
2
KATA PENGANTAR Alhamdulillah hirobbil alamin, segenap rasa syukur atas segalanya yang telah Allah SWT berikan dengan rahmat dan hidayah-Nya pada setiap insan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Penelitian ini yang berjudul “Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah tentang Film Jodha Akbar di Antv”. Keberhasilan penelitian dalan menyelesaikan tugas akhir semester pada waktunya juga mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini tak ada satu hal yang mampu peneliti berikan selain ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak, terutama kepada: 1.
Dr. Ali Nurdin, S.Ag.M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia membimbing, mengarahkan, dan memotivasi kami dengan ketulusan hati.
2.
Teman-teman di kampus maupun di pondok yang sudah merelakan waktu, tenaga, dan fikiran demi terselesaikannya penulisan laporan penelitian dengan baik.
Akhirnya, semoga segala amal baik yang telah bapak/ibu berikan kepada penulis mendapatkan balasan yang sebaik-baiknya dari Allah SWT, Amin. Surabaya, 21 Mei 2015
Penulis 3
ABSTRAK Tazqirotul Mualifah, NIM B76213091, PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN AN-NURIYAH TENTANG FILM JODHA AKBAR DI ANTV (Studi Kasus Pada Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah). KATA KUNCI : Persepsi, Santri, Film Penelitian yang berjudul Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah tentang Film Jodha Akbar di Antv ini terdapat beberapa hal yang menjadi fokus masalah dalam penelitian kali ini, yaitu: (1) Bagaimana Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah tentang Film Jodha Akbar di Antv (2) Bagaimana santri pondok pesantren An-Nuriyah memahami isi pesan dalam film Jodha Akbar di antv. Untuk mengungkap masalah tersebut secara menyeluruh dan mendalam, dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang memahami realitas sosial dengan menekankan emphaty dan emic serta interaksi dialektis antara peneliti dan informan guna mengkonstruksi realitas yang diteliti. Temuan-temuan dalam penelitian kualitatif tidak diperoleh melalui prosedur statistk atau bentuk hitungan lainnya. Melainkan temuan yang ditemukan diperoleh dari data-data yang dikumpulkan dengan menggunakan beragam sarana dan metode. Dari hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Persepsi santri pondok pesantren An-Nuriyah tentang film Jodha Akbar adalah positif. Baik dari segi penampilan dan busana yang ditampilkan dalam film tersebut maupun dalam mengajarkan agama kepada anak turunya. Dan santri juga memberi persepsi bahwa film Jodha Akbar ini menceritakan sejarah Kerajaan Islam Mughal di India zaman dahulu. (2) Untuk memahami isi pesan yang terkandung dalam film Jodha Akbar, para santri menonton film tersebut secara terus menerus dari episode pertama – akhir dan memahami alur ceritanya. .
4
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................... i MOTTO ....................................................................................................... ii PERSEMBAHAN ....................................................................................... ii KATA PENGANTAR ............................................................................... iii ABSTRAK .................................................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................... v DAFTAR TABEL ...................................................................................... vi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 5 E. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................ 6 F. Definisi Konsep ............................................................................ 7 G. Metode Penelitian …………………………………………...….. 9 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……………………...……... 9 2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian ……………………. 10 3. Jenis dan Sumber Data …………………………………….. 11 4. Tahap-tahap Penelitian …………………………………..… 14 5
5. Teknik Pengumpulan Data …………………………..…….. 16 6. Teknik Analisis Data …………………………..………...… 18 7. Teknik Keabsahan Data ………………………...…….……. 19 H. Sistematika Pembahasan ............................................................ 22 BAB II PERSEPSI, SANTRI, DAN FILM A. Tinjauan tentang Persepsi 1. Pengertian Persepsi ................................................................ 23 2. Faktor-faktor Persepsi ........................................................... 24 B. Tinjauan tentang Santri 1. Definisi Santri ........................................................................ 28 2. Karakteristik Santri ................................................................ 30 3. Figur Santri Berkualitas ......................................................... 32 4. Perilaku Santri ....................................................................... 33 C. Tinjauan tentang Film 1. Definisi Film .......................................................................... 36 2. Sejarah Film ........................................................................... 41 D. Tinjauan tentang Teori 1. Teori Kultivasi ....................................................................... 42 2. Teori Uses and Gratifications ................................................ 44 BAB III GAMBARAN UMUM NURIYAH 6
PONDOK PESANTREN AN-
A. Profil Informan ........................................................................... 46 B. Profil Pondok Pesantren An-Nuriyah ......................................... 47 C. Sejarah Pondok Pesantren Pondok Pesantren ............................ 47 D. Letak Geografis Pondok Pesantren An-Nuriyah ........................ 52 E. Deskripsi Data Penelitian …………...………………………… 59 1. Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah tentang Film Jodha Akbar di Antv .............................................................. 59 2. Cara Memahami Isi Pesan dalam Film Jodha Akbar di Antara …………………………………………………………….... 63 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian ...................................................................... 64 B. Konfirmasi Temuan dengan Teori ……………………..……... 66 1. Teori Kultivasi ....................................................................... 66 2. Teori Uses and Gratifications ................................................ 67 BAB V PENUTUP A. Simpulan .................................................................................... 70 B. Rekomendasi .............................................................................. 70 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………...…..... 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN Transkrip Wawancara ……………………………………...…...... 77 Biodata Penulis ………………………………………..…………. 83
7
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren An-Nuriyah .................. 55 Tabel 1.2 Jadual Pengajian Pondok Pesantren An-Nuriyah ............................ 57 Tabel 1.3 Proses Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah .................... 65
8
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu ingin menilai dan atas dasar penilaian itulah manusia berperilaku. Proses menilai orang lain dalam psikologi sosial adalah dasar dari segala jenis hubungan antarpribadi, karena berdasarkan penilaian itulah orang menentukan apa yang akan dilakuakan. Persepsi merupakan salah satu bagian dalam proses penilaian, persepsi dalam pengertian lain adalah psoses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran,
perabaan
dan
sebagainya).1
Sebaliknya,
alat
untuk
memahaminya kesadaran atau kognisi (Sarlito Wirawan Sarwono, 1987). Persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas adalah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu (Leavit, 1987). Perhatian (attention) sangat mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Kenneth E. Andersen (1972), perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada
saat
stimuli
lainnya
melemah.
1
Perhatian
terjadi
bila
kita
Ali Nurdin, dkk, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hal. 160-161.
9
mengkonsentrasikan
diri
pada
salah
satu
alat
indera
kita
dan
mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain.2 Di kehidupan sehari-hari kita sering menilai atau mempersepsikan sesuatu yang kita lihat, baik itu saat melihat fisik orang, barang, tempat bahkan tentang latar belakang kehidupan orang lain pun kita persepsikan. Setiap manusia mempunyai pandangan atau persepsi yang berbeda, ada yang mempunyai persepsi positif dan ada juga yang mempunyai persepsi negatif tergantung objek yang dilihatnya. Untuk mempersepsikan hal tersebut manusia membutuhkan sebuah informasi, tanpa informasi manusia tidak bisa apa-apa. Dan saat ini media massa memudahkan manusia untuk mengakses informasi yang berada disekitarnya (baik itu lokal, nasional, internasional) dengan lebih mudah, murah, dan cepat. Hal ini dikarenakan melalui media massa lah orang-orang kreatif punya tempat yang tepat. Media massa dapat memperkaya masyarakat dengan menyebarkan karya kreatif dari manusia seperti karya sastra, musik, dan film. Globalisasi media massa berawal pada kemajuan teknologi komunikasi dan informasi semenjak 1970-an. Dalam pengertian itulah kita bertemu dengan beberapa istilah populer seperti banjir komunikasi, era informasi, masyarakat informasi atau era satelit. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata membawa dampak yang tidak kecil bagi masyarakat dunia. Dampak tersebut bukan hanya melanda negara dunia ketiga, tetapi
2
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 2001), hal.52.
10
juga negara-negara yang telah maju dalam perkembangan peradaban dan teknologinya.3 Dalam globalisasi media massa dan informasi, dunia menyaksikan peranan telekomunikasi serta media elektronik yang luar biasa. Dunia menjadi semakin kosmopolitan dan manusia saling mempengaruhi dalam hal perilaku. Arus globalisasi itu tidak berdiri sendiri, melainkan ditemani oleh perdagangan (globalisasi pasar) serta perjalanan jauh dengan transportasi udara cepat. Film adalah bagian dari kehidupan sehari-hari kita dalam banyak hal. Film juga merupakan gambaran teatrikal yang diproduksi secara khusus untuk dipertunjukkan di gedung-gedung bioskop dan televisi atau sinetron yang dibuat khusus untuk siaran televisi.4 Sekarang ini banyak sekali film-film yang muncul di bioskop-bioskop, mulai dari film percintaan, religi, sampai film yang bergenre sejarah. Diantara film-film sekarang ini juga banyak film yang menuai kontroversi dari masyarakat, dan yang lagi fenomenal yaitu film-fim India yang di dalam menceritakan sebuah kerajaan Islam dan sejarah-sejarah zaman dahulu di India. Film India (Bollywood) saat ini menjadi sangat populer di kalangan masyarakat, seperti Jodha Akbar, Mahabarata, Krisna, Abad Kejayaan dan lain-lain.
3
Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1996), hal.2 4 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2000), hal. 201.
11
Dan salah satu film India yang bergenre romantic yang diluncurkan pada 15 Februari 2008 yaitu film “Jodha Akbar” yang disutradarai dan diproduksi oleh Ashutosh Gowariker. Film tersebut menceritakan percintaan Kaisar Muslim Mughal Akbar yang Agung, dan Putri Hindu Rajput Jodhabai yang menjadi isterinya.5 Dalam cerita ini, setiap agama mempunyai kewajiban sendiri, dimana Jodha yang beragama Hindu meminta kepada Raja Jalaludin yang beragama Islam untuk mengabulkan 2 persyaratan sebelum mereka melangsungkan perkawinan. Yang pertama, raja Jalaludin tidak boleh memaksakan Jodha untuk pindah atau berganti agama sesuai keyakinannya yang dianut dari nenek moyangnya yaitu agama Hindu, dan yang kedua raja Jalaludin harus mengijinkan Jodha untuk membawa patung Hindu di dalam kamarnya supaya dia setiap saat untuk menyembah atau bersembahyang. 6 Dalam film Jodha Akbar ini juga terdapat unsur –unsur yang dapat diambil, seperti unsur pendidikan, politik, sejarah, religi, dan lain-lain. Film ini sekarang juga menjadi salah satu film yang digemari masyarakat, mulai dari kalangan remaja hingga orang tua. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana persepsi santri pondok pesantren An-Nuriyah tentang film Jodha Akbar di antv? 5
id.m.wikipedia.org/wiki/Jodha_Akbar, diakses pada 23 Mei 2015 13:57. http://bondsuwarno.wordpress.com/2010/03/30/jodha-akbar/, diakses pada 23 Mei 2015, 14:03 6
12
b. Bagaimana santri pondok pesantren An-Nuriyah memahami isi pesan dalam film Jodha Akbar di antv? C. Tujuan Penelitian a. Untuk memahami dan mendeskripsikan persepsi santri pondok pesantren An-Nuriyah tentang film Jodha Akbar di antv. b. Untuk memahami dan mendeskripsikan santri pondok pesantren AnNuriyah dalam memahami isi pesan film Jodha Akbar di antv? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi, khususnya dalam bidang media, persepsi dan komunikasi visual. Selain itu hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan memberikan konstribusi positif bagi praktisi perfilman untuk mengetahui sejauh mana persepsi khalayak tentang film serial tv Jodha Akbar yang telah dibuat. Penelitian ini juga dapat bermanfaat untuk membantu para praktisi perfilman dalam membuat film yang memiliki nilai-nilai kehidupan yang positif sesuai dengan persepsi konsumen yang ingin dibangun.
13
E. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu Untuk melengkapi referensi dan pengembangan penelitian ini, peneliti mempelajari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti yang lain yang berkaitan dengan focus penelitian ini, sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, yaitu: PERSEPSI
REMAJA
SEMARANG
TENTANG
FILM
KONTROVERSI PAKU KUNTILANAK (Studi kasus persepsi remaja tentang film kontroversi “Paku kuntilanak” di Semarang), Tahun 2011. Persamaan : Memiliki focus masalah pada persepsi tentang tayangan film di stasiun televisi di Indonesia dan studi penelitian kualitatif. Perbedaan : Penelitian pertama berfokus pada tayangan film horror “Paku Kuntilanak” menurut remaja di Semarang. Pada penelitian kedua yaitu berfokus pada tayangan film serial yang lebih menonjolkan tentang kehidupan di sebuah kerajaan di India dan nilainilai agama. Serta yang menjadi obyek sama-sama dari anak remaja tetapi di penelitian kedua ini lebih menekankan pada remaja yang ada di pondok pesantren. F. Definisi Konsep Konsep adalah unsur pokok daripada penelitian.7 Kalau masalahnya dan kerangka teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok penelitian dan suatu konsep
7
Cholid Narbuko & Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 140.
14
sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu. 1. Persepsi Santri Persepsi dapat disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, maka kita tidak akan mungkin berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, maka semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya, semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.8 Menurut Desiderato Persepsi adalah pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.9 Santri adalah sekumpulan anak atau remaja yang saling berinteraksi. Santri juga merupakan sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan Ilmu Agama Islam di suatu tempat yang dinamakan Pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai.10
8
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 167-168. 9 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 2008), hal.51. 10 Ferry Efendi Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), hal. 313.
15
2. Pesantren Pesantren adalah asrama tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji ilmu agama Islam disebut pondok. Pesantren berasal dari kata santri yang mempunyai awalan Pe dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri lembaga pendidikan Islam yang juga berfungsi sebagai lembaga sosial keagamaan. Terdapat lima elemen dasar suatu lembaga pengajian dapat dikatakan sebagai pesantren, yaitu pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik, dan kyai. 3. Film Jodha Akbar Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual, yaitu berupa gambar dan suara yang hidup. Film bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk informasi, penerangan dan pendidikan. Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media digital.11 Film Jodha Akbar merupakan sebuah film drama sejarah romantic epik India. Film Jodha Akbar ini sangat kental dengan nilai-nilai budaya India dan menceritakan percintaan antara Kaisar Muslim Mughal Akbar yang Agung dengan Putri Hindu. Film ini tidak hanya digemari para remaja saja akan tetapi orang dewasa juga banyak yang gemar menonton film tersebut. 4. Antv 11
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1986), hal. 134.
16
Antv (Andalas Televisi) merupakan salah satu stasiun televisi swasta nasional Indonesia yang menayangkan film India, seperti yang lagi booming saat ini yaitu film Jodha Akbar yang tayang setiap sore. G. Metode Penelitian Untuk mempermudah penelitian dalam pengumpulan data dan menganalisis data maka penulis menggunakan metode dan pendekatan sebagai berikut: 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metodologi adalah pengetahuan yang mempelajari tentang cara-cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien.12 Pada dasarnya penelitian itu merupakan usaha menemukan, mengembangkan dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu peristiwa atau suatu pengetahuan dengan menggunakan metode ilmiah. Pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi bertujuan untuk memperoleh interpretasi terhadap pemahaman manusia (subyek) atas fenomena yang tampak dan makna dibalik yang tampak, yang muncul dalam kesadaran manusia (subyek), untuk dapat mengetahui aspek subyektif tindakan orang dalam kehidupan sehari-hari kita harus masuk ke dalam dunia kesadaran (konseptual) subyek yang diteliti. Pendekatan fenomenologi dipilih karena didalamnya peneliti mengidentifikasi tentang suatu
12
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), hal. 99
17
fenomena tertentu, serta mengharuskan peneliti mengkaji subyek dengan terlibat langsung untuk mengembangkan pola dan relasi yang bermakna (Cresswell, 2010). Dalam konteks penelitian yang akan dikaji ini fokus pada pengalaman para santri setelah menonton film Jodha Akbar yang mengungkapkan sebuah nilai yang terkandung dalam kehidupan. Jenis penelitian yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data aktual.13 Dalam penelitian deskriptif kualitatif, datadata yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angkaangka. Selain itu, semua yang dikumpulkan menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Dalam konteks penelitian ini, peneliti akan mendeskripsikan fenomena yang terjadi di lokasi penelitian, dalam hal ini mengenai Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah tentang Film Jodha Akbar. Data-data yang akan diteliti akan digali secara lebih mendalam dan lebih detail. Data-data tersebut berasal dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Alasan mengapa peneliti memilih jenis penelitian deskriptif karena obyek penelitian merupakan suatu fenomena dalam suatu komunitas yang memiliki karakter yang heteregon, sehingga dengan metode ini lebih cepat menyesuaikan dengan banyak pengaruh nilai-nilai yang diharapkan dan data yang diperoleh akan lebih actual dan obyektif serta lebih memudahkan peneliti dalam berinteraksi dengan responden.
13
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), hal. 60
18
2. Subyek, Obyek, dan Lokasi Penelitian a. Subyek Subyek penelitian ini adalah sesuai dengan judul penelitian yaitu “Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah Tentang Film Jodha Akbar di Antv” maka yang menjadi subyek penelitian adalah para santri pondok pesantren An-Nuriyah yang aktif menonton film Jodha Akbar. b. Obyek Obyek penelitian adalah pokok persoalan yang hendak diteliti untuk mendapatkan data secara lebih terarah. Adapun obyek dalam penelitian ini adalah suatu kebutuhan dan pencarian informasi oleh santri pondok pesantren An-Nuriyah tentang isi pesan dan nilai yang terkandung dalam film Jodha Akbar. c. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Pondok Pesantren An-Nuriyah Wonocolo Utara V/8 Gang Zubair Surabaya. 3. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data 1. Data Primer
19
Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kali. Dalam pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara wawancara. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer yaitu data mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada santri pondok pesantren An-Nuriyah yang suka menonton film Jodha Akbar, baik secara lisan maupun tertulis, yang dilakukan guna untuk memberikan penjelasan dan gagasan. 2. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh dari peneliti sendiri. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.14 Sumber data sekunder adalah buku-buku, artikel, jurnal dan bahan-bahan kepustakaan lain yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti mendapatkan data yang diperoleh dari santri pondok pesantren An-Nuriyah yang sudah menonton film Jodha Akbar. b. Sumber Data Untuk kelengkapan jenis data di atas maka diperlukan adanya sumber data yang dipakai peneliti untuk melengkapi jenis data tersebut, yaitu: 1. Informan
14
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hal. 91.
20
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian.15 Dalam penelitian ini memerlukan beberapa informan sebagai sumber data yang nantinya diharapkan dapat memberikan data-data yang diperoleh peneliti dalam penelitian ini, dengan kriteria penilaian tertentu yang bisa dianggap mewakili penonton lainnya.16 Kriteria yang dimaksud yaitu: a) Santri yang suka menonton film Jodha Akbar di antv. b) Berusia antara 19-21 tahun. c) Lama di pondok. Alasan peneliti menentukan beberapa informan tersebut selain karena mereka telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan, peneliti juga menganggap informan-informan tersebut orang yang mengetahui dengan baik informasi atau data yang peneliti butuhkan. Persyaratan untuk menjadi informan dalam penelitian ini adalah: a) Subjek cukup lama dan intensif menyatu dengan medan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian. b) Subjek yang masih aktif terlibat di lingkungan aktivitas yang menjadi sasaran penelitian.
15
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2008),
hal. 132. 16
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1985), hal. 81.
21
c) Subjek yang masih memiliki waktu untuk dimintai informasi oleh peneliti. d) Subjek yang tidak memanipulasi informasi, tetapi subjek yang relatif memberikan informasi yang sebenarnya.17 2. Sumber Tertulis Sumber tertulis dapat dikatakan sebagai sumber kedua yang berasal dari luar sumber kata-kata dan tindakan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku, skripsi dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, serta dokumen pribadi. Sumber tertulis dalam penelitian ini berupa dokumen pribadi, baik dari buku, majalah maupun skripsi yang berasal dari lokasi penelitian yaitu pondok Pesantren An-Nuriyah Surabaya. 4. Tahap-Tahap Penelitian Menurut Arikunto, ada pun tahap-tahap penelitiannya peneliti masukan ke dalam jadual penelitian, sebagai berikut:18 a) Tahap Pra Lapangan Tahap ini merupakan awal mengadakan penelitian. Dalam tahap ini peneliti memulai dengan membuat proposal penelitian (rancangan penelitian), memilih lapangan penelitian dengan mempertimbangkan
17
Madyo Ekosusilo, Hasil Penelitian Kualitatif Sekolah Unggul Berbasis Unggul, (Sukoharjo: Univet Bantara Press, 2003), hal. 60 18 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2002), hal. 16
22
letak geografis dan praktisnya seperti waktu, biaya dan tenaga. 19 Oleh karena itu peneliti memilih Pondok Pesantren An-Nuriyah WonocoloSurabaya sebagai lokasi penelitian, karena tidak terlalu jauh dengan tempat tinggal peneliti, sehingga penelitian ini lebih cepat untuk menghasilkan data yang diinginkan. b) Tahap Pekerjaan Lapangan 1) Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri Dalam konteks ini peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Disamping itu perlu mempersiapkan diri baik secara fisik maupun secara mental. 2) Memasuki Lapangan Dalam tahap ini, keakraban pergaulan dengan subyek perlu dipelihara selama mungkin bahkan sampai sesudah tahap pengumpulan data. Peneliti juga harus mempertimbangkan waktu yang digunakan dalam melakukan wawancara dan pengambilan data yang lainnya dengan semua kegiatan yang dilakukan oleh subyek. c) Tahap Analisis Data Menurut Patton (1980:268), tahap analisis data adalah proses menggatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.
19
Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1985), hal. 159.
23
Dalam tahap ini, setelah penulis mendapatkan data atau informasi dari obyek yang diteliti, langkah yang diambil kemudian yaitu melakukan analisis data, yaitu mencari perbandingan (komparasi) dan hubungan (korelasi) antara data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian, kemudian dihubungkan dengan teori yang sudah ada. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Menurut Sukandarrumidi, “Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu objek dengan sistematika fenomena yang diselidiki”.20
Metode
observasi
(pengamatan)
adalah
alat
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki.21 Dari metode observasi ini penulis akan mengadakan pengamatan untuk memperoleh data tentang persepsi santri pondok pesantren AnNuriyah tentang film Jodha Akbar di antv. b. Wawancara Menurut Nazir, “Teknik wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambal
20
Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2004), hal. 69. 21 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 23.
24
bertatap muka. Antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden”.22 Wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Dalam
penelitian
kualitatif,
wawancara
mendalam
dapat
dilakukan dengan dua cara. Petama, wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Pada konteks ini, catatan data lapangan yang diperoleh berupa transkrip wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis dokumen, dan fotografi.23 Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dapat menggunakan telepon.24 Teknik ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang bagaimana persepsi santri tentang film Jodha Akbar di antv, dan bagaimana isi pesan yang terkandung dalam film tersebut di pondok pesantren An-Nuriyah Wonocolo-Surabaya. c. Dokumentasi Dokumentasi
adalah
cara
mengumpulkan
data
melalui
peninggalan tertulis, teurtama berupa arsip-arsip dan termasuk juga
22 23
Muhamad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985), hal. 234. Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002),
hal. 130. 24
Nasution S., Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alfabeta, 2009), hal. 194
25
buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum dan lainlain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.25 Data yang akan dikumpulkan melalui teknik ini adalah gambaran umum Pondok Pesantren An-Nuriyah Gang. Zubair/V, Wonocolo, Surabaya. 6. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses akhir dalam penelitian kualitatif (Creswell, 2010). Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan, lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkanya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang terpenting yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah untuk dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.26 Analisis data dilakukan setelah datanya terkumpul dari hasil pengumpulan data. Analisis data sering disebut sebagai pengolahan data. Ada yang menyebut data preparation ada pula data analisis.27 Perlu diketahui bahwa yang paling banyak digunakan dalam analisis data adalah model perbandingan tetap. Karena analisis data dengan data komputerpun menggunakan model ini. Secara umum proses analisis
25
Handari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993), hal. 133 26 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 245 27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineke Cipta, 2002), hal. 209
26
datanya mencakup: reduksi data, kategoris data, sintesisasi, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja.28 a) Reduksi Data 1. Identifikasi satuan unit. Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecilyang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian. Dalam hal ini peneliti mengidetifikasi bagian terkecil dari fokus penelitian. 2. Membuat koding agar tetap dapat ditelusuri datanya, berasal dari sumber mana data itu diperoleh. b) Kategoris Data Peneliti menyusun kategori dengan memilah-milah setiap satuan ke dalam
bagian-bagian
yang
memiliki
kesamaan.
Disini
masalah/kesulitan yang telah diperoleh dipilah-pilah untuk ditelusuri lebih lanjut. c) Sintesisasi Mensintesiskan berarti mencari kaitan antara masalah yang satu dengan masalah yang lainnya. d) Hipotesis Kerja Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu pernyataan yang proposional. Menyusun hipotesis kerja itu hendaknya terkait dan sekaligus menjawab pertanyaan penelitian.29 28
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 248
27
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu gambaran atau lukisan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara factual dan cermat.30 7. Teknik Keabsahan Data Ada beberapa cara yang akan dilakukan peneliti yang berkaitan dengan pengumpulan data, tidak menutup kemungkinan nantinya akan terjadi kesalahan yang menyebabkan kurangnya validitas pada penelitian yang akan dilakukan ini, sebelum dituangkan dalam bentuk laporan, maka nantinya juga perlu adanya penegecekan data dengan teknik sebagai berikut: a. Perpanjangan Keikutsertaan Keikutsertaan seorang peneliti adalah menentukan dalam mengumpulkan data. Keikutsertaan ini nantinya tidak hanya memerlukan waktu yang sedikit, dari pemahaman waktu peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak dan dapat digunakan untuk mendeteksi data yang diperoleh, sehingga menyediakan lingkup yang lebih luas. b. Ketekunan Pengamatan Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
29
Ibid., hal.288 Jalaluddin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1985), hal.30 30
28
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.31 Dalam hal ini berartii bahwa peneliti telah mengadakan pengamatan terlebih dahulu untuk menggali informasi yang akan dijadikan obyek penelitian dalam rangka mengumpulkan data untuk menyelesaikan tugas akhir. Sehingga peneliti juga bisa faham apa yang diteliti. c. Triangulasi Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data.32 Dalam hal ini peneliti memeriksa data-data yang diperoleh dari subyek penelitian yang baik melalui wawancara maupun pengamatan yang kemudian data tersebut peneliti bandingkan dengan data dari luar sehingga keabsahan data bisa dipertanggungjawabkan. Dan untuk keabsahan datanya peneliti membandingkan dengan hasil wawancara kepada informan yang satu dengan informan yang lainnya.
31 32
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif…, hal. 177. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2005) hal. 83
29
H. Sistematika Pembahasan Dalam rangka mempermudah dalam memahami isi penelitian, maka pembahasan masalah akan kami bagi menjadi beberapa bab dan sub bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut: Bab I
: Pendahuluan, bab ini berisi tentang sistematika yang terdapat dalam penulisan karya ilmiah, seperti latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
kajian
penelitian terdahulu, definisi konsep, metode penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II
: Kajian Teori, bab ini menguraikan tentang persepsi, santri, film dan teori kultivasi dan teori Uses and Gratifications.
Bab III
: Penyajian Data, bab ini berisi gambaran tentang subyek dan lokasi penelitian, serta deskripsi data penelitian.
Bab IV
: Analisi Data, bab ini berisi tentang temuan penelitian dan konfirmasi temuan dengan teori.
Bab V
: Penutup, bab ini berisi tentang simpulan dan rekomendasi, serta saran dari berbagai macam pihak agar penelitian yang dilakukan memperoleh hasil yang baik.
30
BAB II PERSEPSI, SANTRI DAN FILM A. Persepsi 1. Pengertian Persepsi Secara bahasa persepsi dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, persepsi diartikan sebagai proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca indranya.33 Kata persepsi disini merupakan cara pandang atau cara memandang santri tentang film Jodha Akbar. Persepsi sendiri berasal dari kata Inggris yaitu perception, dari latin perceptio yang meliputi baik perolehan pengetahuan melalui panca indra maupun dengan pikiran. Sehingga dapat mengenal suatu obyek dengan jalan asosiasi dengan suatu ingat tertentu baik secara indera penglihatan, indera peraba dan sebagainya. Persepsi yaitu suatu proses yang dilalui oleh stimulus yang diterima panca indera yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang di inderanya itu.34 Sedangkan menurut Desiderato, Persepsi adalah pengalaman obyek, peristiwa dan hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.35
33
Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hal. 880 34 Bimo Walgito, Psikologi Sosial Suatu Pengantar, (Yogyakarta: PT. Andi Offset, 2002), hal. 45 35 Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: CV. Remaja Rosdakarya, 2007), hal.51
31
Menurut Leavit, persepsi (perception) dalam arti sempit adalah pengetahuan bagaimana seseorang melihat sesuatu: sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.36 Dengan persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya, dan juga tentang keadaan individu yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari luar yang bersangkutan. Maka seluruh apa yang yang ada dalam diri individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berfikir, kerangka awal berperan dalam persepsi tersebut. Berdasarkan atas hal tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, tetapi karena pengalaman tidak sama, kemampuan berfikir tidak sama, kerangka awal tidak sama adanya kemungkinn hasil persepsi antara individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual. 2. Faktor-faktor Persepsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Rahmat (1994), dijelaskan bahwa paling tidak ada dua faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:37 36
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003),
hal. 445 37
Jalaludin Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994),
hal.55-58
32
a)
Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan,
kegimbaraan (suasana hati), pelayanan dan pengalaman masa lalu seorang individu. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Dari percobaan yang dilakukan Bruner dan Goodman (1947, dalam Krech dan Crutchfield, 1975), terbukti bahwa pengalaman menunjukkan dampak kebutuhan terhadap persepsi. Bruner dan Goodman memformulasi dua hipotesis berikut sebagai peraturan umum yang memungkinkan: Semakin tinggi derajat sosial objek, semakin tinggi tingkat kelemahannya terhadap susunan faktor penetu perilaku. Semakin tinggi tingkat kebutuhan sosial objek, maka semakin tinggi nilai operasi faktor penentu perilaku. Pada dasarnya, persepsi tidak ditentukan oleh jenis atau bentuk stimuli, tetapi bergantung pada karakteristik orang yang memberikan respon terhadap stimuli tersebut. Eksperimen yang dilakukan Levin, Chein, dan Murphy (1942), seperti dikutip Krech dan Crutchfield (1975:83), menunjukkan bahwa orang yang lapar mempersepsi gambar yang tidak jelas sebagai makanan dibandingkan orang yang kenyang. Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: persepsi bersifat selektif secara fungsional. Ini berarti seseorang mempersepsi sesuatu akan memberikan tekanan yang sesuai 33
dengan tujuan orang tersebut. Misalnya, orang lapar dan orang haus yang duduk direstoran. Orang pertama akan melihat (atau lebih tertarik pada) makanan, sedangkan orang haus lebih tertarik pada minuman. Kerangka tujuan (frame of reference) merupakan faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi. Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi cara orang memberi makna pesan yang diterimanya. Psikolog menganggap kerangka rujukan amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual terhadap peristiwa yang dialami. b) Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi. Menurut teori Gestalt, bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita dapat meneliti faktor-fator yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Disini Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua: medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Meskipun stimuli yang diterima tidak lengkap, kita akan menginterpretasikannya secara konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi. Dalam hubungan dengan konteks Krech dan Crutchfield membuat dalil persepsi yang ketiga: sifat-sifat perseptual dan kognitif dari 34
substruktur pada umumnya ditentukan oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Bila seseorang termasuk dalam kelompok tertentu, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompok. Selanjutnya, dalil persepsi keempat menyatakan bahwa objek atau persepsi yang berdekatan dalam ruang dan waktu, atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dan struktur yang sama. Menurut Sarwono (1996), dalam analisis beliau tentang faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi antara lain: perhatian, set (harapan seseorang yang timbul), kebutuhan sistem nilai, gangguan jiwa dan ciri kepribadian.38 Faktor-faktor dalam Pembentukan dan Perubahan Persepsi Rahmat secara garis besar mengelompokkan faktor dalam pembentukan dan perubahan persepsi menjadi dua faktor, yaitu: a)
Faktor Situasional Faktor Situasional adalah faktor yang berasal dari luar individu.
Merupakan rangsangan atau stimulus yang mempengaruhi dalam membentuk dan mengubah persepsi seseorang. Ini bisa berupa interaksi sosial pada kelompok maupun individu, perbuatan maupun perkataan, seperti petunjuk atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. 38
Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), hal.43
35
Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistic adalah beberapa dari faktor situasional mempengaruhi persepsi. b) Faktor Personal Faktor keempat yang mempengaruhi persepsi adalah faktor personal yang terdiri atas pengalaman, motivasi, kepribadian. Leathers (1976:26-32) membuktikan bahwa pengalaman akan membantu seseorang dalam meningkatkan kemampuan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat belajar formal. Pengalaman bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses adalah motivasi. Orang yang lapar, seperti yang sudah disinggung diatas, cenderung memperhatikan makanan. Orang dengan kebutuhan hubungan
dengan
interpersonal
yang
sangat
tinggi
lebih
memperhatikan tingkah laku koleganya terhadap dirinya daripada orang yang kebutuhan hubungan interpersonalnya rendah.39 B. Santri 1. Definisi Santri Menurut bahasa, Santri adalah orang yang mendalami agama Islam,40 bahwa ada beberapa pendapat mengenai asal-usul istilah santri. Bahwa kata santri berasal dari bahasa Tamil, yang berarti guru mengaji,
39
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2003), hal. 406-462. 40 http://digilib.pnri.go.id/uploaded_files/k003/normal/Tradisi_Santri_Dlm_Historiografi _Jawa.pdf. Diakises pada 04 Mei 2015 pukul 22:30
36
sementara pendapat lainnya menyatakan bahwa kata santri berasal dari kata shastri (bahasa Sangsekerta) yang berarti orang yang tahu bukubuku suci Agama hindu, atau buku-buku Agama dan buku-buku pengetahuan.41 Sementara pihak lainnya lagi, ada yang menghubungkan kata santri dengan kata “satriya” atau “kesatriya”, yang berkaitan dengan hakikat keutamaan dan keluhuran kepribadian yang dimiliki oleh took Pandawa dalam Epos Mahabarata
yang terkenal dalam dunia
pewayangan di Jawa. Asal-usul kata santri itu ada dua pendapat.42 Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa santri itu berasal dari perkataan sastri, sebuah kata dari bahasa Sanskerta, yang artinya melek huruf. Kaum santri adalah literary bagi orang Jawa. Ini disebabkan pengetahuan mereka tentang agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Atau paling tidak seorang santri itu bisa membaca al-Qur’an yang dengan sendirinya membawa pada sikap lebih serius dalam memandang agamanya. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, persisnya dari kata cantrik, yang artinya seseorang yang selalu mengikuti seorang guru ke mana guru ini pergi menetap. Santri secara terminologi adalah siswa yang tinggal di pesantren guna menyerahkan diri untuk memungkinkan dirinya menjadi anak didik
41
Makhfudli Ferry Efendi, Teori dan Praktek dalam Keperawatan, (Jakarta: Salemba Medika, 2009), hal. 313 42 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan, (Jakarta: Paramadina, 1997), hal.19
37
Kyai dalam arti sepenuhnya.43 Perkataan santri digunakan untuk menunjuk pada golongan orang-orang Islam di Jawa yang memiliki kecenderungan lebih kuat pada ajaran-ajaran agamanya, sedangkan orang yang lebih mengutamakan tradisi kejawaanya biasanya disebut kaum abangan. Santri adalah sekelompok masyarakat yang telah membebaskan diri dari pengaruh sinkretisme. Jawa atau tradisi-tradisi yang tidak terdapat dalam ajaran-ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an dan hadist Nabi.44 Geerts lebih mempersempit lagi pengertian santri dengan orangorang Islam yang membatasi tempat bermukim hanya di kampung sekitar Masjid yang kemudian disebut kampung kauman. 2. Karakteristik Santri Dhofier menyatakan bahwa, terdapat dua kelompok santri, yaitu sebagai berikut:45 a) Santri Mukim Santri mukim adalah murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap dalam kelompok pesantren. b) Santri Kalong
43
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren, (Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta, 2007), hal.21 44 Clifford Greertz, Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa, (Pustaka Jaya, 1981), hal.180 45 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Study tentang Pandangan Hidup Kiyai, (LP3ES, 1980), hal.55
38
Santri kalong adalah murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren yang biasanya tidak menetap dalam pesantren, mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri. Suryo menyatakan bahwa, santri kelana adalah santri yang berkeinginan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebanyakbanyaknya dari guru atau Kyai mendorong para santri berkelana dari satu pesantren ke pesantren lainnya.46 Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena berbagai alasan: a)
Ia ingin mempelajari kita-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan Kyai yang memimpin pesantren tersebut.
b) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren yang terkenal. c)
Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya.47 Di masa dulu banyak santri yang pergi dan menetap ke sebuah
pesantren yang jauh dan masyhur merupakan suatu istimewa bagi seorang santri yang penuh cita-cita. Santri harus memiliki keberanian yang cukup, penuh ambisi, dapat menekan perasaan rindu kepada keluarga maupun teman-teman sekampungnya, sebab setelah selesai 46
http://digilib.pnri.go.id/uploaded_files/k003/normal/Tradisi_Santri_Dlm_Historiografi _Jawa.pdf diakses pada 05 Mei 2015 pukul 05:57 47 Op.Cit., hal.56
39
pelajaran dipesantren santri diharapkan menjadi seorang muslim seorang alim yang dapat mengajar kitab-kitab dan memimpin masyarakat dalam kegiatan-kegiatan agama. Santri juga diharapkan memberikan
nasehat-nasehat
mengenai
persoalan-persoalan
kehidupan individu dan masyarakat yang bersangkut erat dengan agama. 3. Figur Santri Berkualitas Ali (1987:17), mengatakan bahwa figure santri berkualitas harus memiliki banyak kemampuan, antara lain: a) Sejarah, supaya tahu perubahan-perubahan masyarakat dari waktu kewaktu, paham akan gejala-gejala dan hukum-hukum sosial, sehingga seorang santri bisa menempatkan diri secara tepat. b) Ilmu Filsafat, untuk menemukan esensi dan substansi dari seluruh bangunan ilmu secara konfehensif, rtidak parsial-simbolis. c) Metodologi, supaya mampu mengolah konsep-konsep lama menjadi relevan dan actual menurut kenyataan sekarang. d) Bahasa (minimal bahasa Arab dan bahasa Inggris) supaya santri mampu membaca literature-literatur Islam yang saat ini banyak ditulis dalam dua bahasa tersebut. Menurut Madjid (2009), bahwa figure santri berkualitas adalah orang yang memadukan asholah (tradisional) dengan hadatsah (kemodernan). Apabila seorang santri hanya menguasai salah satu dari keduanya akan
40
mengakibatkan split personality (kepribadian yang terpecah) yang tidak mampu memberikan solusi dalam merespon dinamika zaman. 4. Perilaku Santri a) Definisi Perilaku Secara Bahasa perilaku dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Sedangkan dalam kamus psychology adalah:
Perilaku adalah kecenderungan untuk memberi respons, baik positif maupun negatif, terhadap orang-orang, benda-benda atau situasi-situasi tertentu.48
Perilaku adalah seperangkat pendapat, minat atau tujuan, yang menyangkut harapan akan suatu jenis pengalaman tertentu dan kesediaan dengan suatu reaksi yang wajar.49 Sedangkan menurut McLeish (1986) bahwa perilaku secara istilah
adalah pola-pola perilaku yang dilukiskan sebagai watak, kepribadian, kemampuan, sikap, intelegensi dan nilai.50 Dengan demikian perilaku adalah sebuah tindakan yang dilakukan manusia dalam segala hal dan perilaku tersebut bisa tercermin lewat watak, kepribadian dan nilai-nilai yang diberikan melalui perilakunya.
48
Dali Gulo, Kamus Psychologi, (Bandung: Tonis, 1982), hal.14 James Drever, Kamus Psikologi, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hal.29 50 Jhon McLeish, Behaviorisme Sebagai Psikologi Perilaku Modern, (Bandung: Tarsito, 1986), hal.153 49
41
b) Faktor-faktor Perilaku Menurut
Purwanto
(1988)
membagi
faktor-faktor
yang
mempengaruhi proses dan perilaku siswa ke dalam dua bagian:51 (1) Faktor Eksternal Faktor eksternal ini terbagi ke dalam dua golongan, yakni lingkungan yang terdiri dari lingkungan (dalam sosial), dan instrumental (kurikulum, bahan pelajaran, guru atau pengajar, sarana dan pra sarana serta administrasi/manajemen). (2) Faktor Internal Faktor internal ini terbagi dalam dua golongan yaitu fisiologis (kondisi fisik dan kondisi panca indera) dan faktor psikologis yang terdiri atas minat, bakat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. c) Perilaku Santri Hartono membagi tiga perilaku santri di dalam pesantren antara lain:52 1.
Kepatuhan Kepatuhan adalah perubahan sikap dan tingkah laku seseorang
untuk mengikuti permintaan atau perintah orang lain. Misalnya relasi antara murid dengan guru. Kyai memiliki power untuk memberikan ganjaran atau hukuman pada santrinya. Ganjaran biasanya berupa
51
M. Ngalim Purwanto¸ Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988),
hal.106 52
http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/4-kepatuhan-dan-kemandirian-santri.pdf diakses pada 05 Mei 2015 pukul 08:43
42
barokah yang diyakini akan diperoleh santri, apabila santri mematuhinya.
Hukuman
biasanya
berupa
peringatan
yang
mengancam keberadaan santri, misalnya santri yang tidak patuh akan mendapat ilmu yang tidak bermanfaat. Kepatuhan santri dapat digambarkan bahwa snatri akan menerima pernyataan Kyai tanpa keberanian bertanya ulang, berbicara kalau diminta, dan melaksanakan perintah atau permintaan Kyai, tanpa keberanian untuk menolaknya. 2.
Kemandirian Kemandirian adalah kemampuan santri untuk mengambil dan
melaksanakan keputusan secara bebas. Proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan santri yang biasa berlangsung di pesantren dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu keputusan yang bersifat penting monumental dan keputusan yang bersifat harian. Pengambilan keputusan yang penting dan monumental sehingga ada kecenderungan santri kurang berani mengambil dan melaksanakan keputusan secara mandiri tanpa ada restu Kyai. Restu itu dianggap penting untuk menambah derajat percaya diri, ketika akan mengambil dan melaksanakan keputusan. 3.
Kesederhanaan Pesantren lebih memperlihatkan jati diriinya sebagai lembaga
gotong-royong yang menjadi ciri khas rakyat Indonesia. Nilai yang berkembang di pesantren umumnya mencirikan nilai-nilai pedesaan 43
dan
keislaman,
misalnya
gotong-royong
dan
kesederhanaan
mempresentasikan nilai pedesaan dan nilai ukhuwah, ta’awun, ittihad, dan ikhlas mempresentasikan nilai-nilai keislaman. C. Film 1. Definisi Film Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, film dapat diartikan dalam dua pengertiaan. Pertama, film merupakan sebuah selaput tipis berbahan seluloid yang digunakan untuk menyimpan gambar negatif dari sebuah objek. Kedua, film diartikan sebagai lakon atau gambar hidup. Dalam konteks khusus, film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak yang biasanya juga disimpan dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar negatif. Meskipun kini film bukan hanya dapat disimpan dalam media selaput seluloid saja. Film dapat juga disimpan dan diputar kembali dalam media digital. Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1992 yang dimaksud dengan film ialah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan
44
dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya.53 Film adalah medium komunikasi massa yang ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan, tetapi juga untuk penerangan dan pendidikan. Dalam ceramah penerangan dan pendidikan kini banyak digunakan film sebagai alat pembantu untuk memberikan penjelasan. Bahwa filmnya sendiri banyak yang berfungsi sebagai medium penerangan dan pendidikan secara penuh, artinya bukan sebagai alat pembantu dan juga tidak perlu dibantu dengan penjelasannya melainkan medium penerangan dan pendidikan yang komplit.54 Film dapat dibagi berdasarkan: a. Berdasarkan cerita, film dapat dibedakan antara film fiksi dan nonfiksi.55 Fiksi merupakan film yang dibuat berdasarkan imajinasi manusia, dengan kata lain film ini tidak didasarkan pada kejadian nyata. Kemudian film nonfiksi yang pembuatannya diilhami oleh suatu kejadian yang benar-benar terjadi yang kemudian dimasukkan unsurunsur sinematografis dengan penambahan efek-efek tertentu seperti efek suara, music, cahaya, komputerisasi, scenario atau naskah yang memikat dan lain sebagainya untuk mendukung daya tarik film
53
Apriadi Tamburaka, Literasi Media (Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa), (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal.112 54 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993), hal. 209 55 Marselli Sumarmo, Dasar-dasar Apresiasi Film, (Jakarta: PT. Gramedia Widasarana Indonesia, 1996), hal. 10
45
nonfiksi tersebut.56 Contoh film nonfiksi misalnya film The Iron Lady yang diilhami dari kehidupan Margaret Thatcher. b. Kemudian
berdasarkan
orientasi
pembuatanya,
film
dapat
digolongkon dalam film komersial dan nonkomersial. Film komersial, orientasi pembuatannya adalah bisnis dan mengejar keuntungan. Dalam klasifikasi ini, film memang dijadikan sebagai komoditas industrialisasi sehingga film dibuat sedemikian rupa agar memiliki nilai jual dan menarik untuk disimak oleh berbagai lapisan khalayak. Film komersial biasanya lebih ringan, atraktif, dan mudah dimengerti
agar
lebih
banyak
orang
yang
berminat
untuk
menyaksikannya. Berbeda dengan film nonkomersial yang bukan berorientasi bisnis. Dengan kata lain, film nonkomersial ini dibuat bukan dalam rangka mengejar target keuntungan dan asasnya bukan untuk menjadikan film sebagai komoditas, melainkan murni sebagai seni dalam menyampaikan suatu pesan dan sarat akan tujuan. Karena bukan dibuat atas dasar kepentingan bisnis dan keuntungan, maka biasanya segmentasi penonton film nonkomersial juga terbatas.57 Contoh film nonkomersial misalnya berupa film propaganda, yang dibuat dengan tujuan mempengaruhi pola piker massal agar sesuai dengan pesan yang berusaha disampaikan. Di Indonesia sendiri contoh film propaganda yang cukup melegenda adalah film G30S/PKI. Atau film dokumentar yang mengangkat suatu tema khusus, misalnya 56 57
Op.Cit., hal.113 Op.Cit., hal. 113-114
46
dokumentasi kehidupan flora dan fauna atau dokumentasi yang mengangkat kehidupan anak jalanan, dan lain sebagainya. Selain itu, beberapa film yang memang dibuat bukan untuk tujuan bisnis, justru dibuat dengan tujuan untuk meraih penghargaan tertentu di bidang perfilman dan sinematografi.58 Film seperti ini biasanya memiliki pesan moral yang sangat mendalam, estetika yang diperhatikan detail-detailnya, dengan scenario yang disusun sedemikian rupa agar setiap gerakan dan perkataannya dapat mengandung makna yang begitu kaya. Film seperti ini biasanya tidak mudah dicerna oleh banyak orang, karena memang sasaran pembuatannnya bukan berdasarkan tuntutan pasar. Seni, estetika, dan makna merupakan tolak ukur pembuatan film seperti ini. Contohnya di Indonesia seperti film Pasir Bersisik yang diproduseri oleh Christine Hakim dan Daun di Atas Bantal yang berkisah mengenai anak jalanan.59 c. Berdasarkan genre film, terdapat beragam genre film yang biasa dikenal masyarakat selama ini, di antaranya:60 actions; komedi; drama; petualangan; 58
Op.Cit., hal.114 Op.Cit., hal.115 60 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta: Jalasutra, 2010), hal. 158-159 59
47
epik; musikal; perang; science fictioni; pop; horror; gangster; thriller; fantasi; disaster/bencana. Ketika kita menyaksikan film Avatar penonton dibawa ke dunia lain yang tidak pernah kita jumpai, kita seolah-olah dibawa merasakan apa yang dialami para pemain film didalamnya. Berbagai adegan dramatis yang mengundang rasa sedih, iba mengajak kita sesungguhnya tidak akan pernah sama dengan realitas yang dikonstruksi ulang sutradara film. Kita hanya mendapat sebagian gambaran realitas tetapi sesungguhnya tidak utuh. Meskipun begitu, sutradara film telah membawa kita kepada sebagian realitas di masa itu yang mungkin tidak akan pernah kita tahu jika mereka tidak membawanya ke dalam dunia nyata.61
61
Op.Cit., hal. 115-116
48
2. Sejarah Film Sejarah film tidak bisa lepas dari sejarah fotografi. Dan sejarah fotografi tidak bisa lepas dari peralatan pendukungnya, seperti kamera. Kamera pertama di dunia ditemukan oleh seorang ilmuwan Muslim, Ibnu Haitham. Fisikawan ini pertama kali menemukan kamera Obscura dengan dasar kajian ilmu optik menggunakan bantuan energi cahaya matahari.62 Sejarah penemuan film berlangsung cukup panjang, ini disebabkan melibatkan masalah-masalah teknik yang cukup rumit seperti masalah optik, lensa, kimia, proyektor, camera, roll film
bahkan masalah
psikologi. Menurut Cangara bahwa perkembangan sejarah penemuan film baru kelihatan setelah abad ke-18 dengan percobaan kombinasi cahaya
lampu
dengan
lensa
padat.
Meskipun
sudah
mampu
memproyeksikan gambar tetapi belum dalam bentuk gambar hidup yang bisa bergerak.63 Film atau motion pictures ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah the life of on Amerika Fireman dan Film The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S. Porter pada tahun 1903 (Hiebert, Ungurait, Bohn, 1975:246).
62
Op.Cit., hal. 112 Hafied Cangara, Lintasan Sejarah Ilmu Komunikasi, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), hal. 36 63
49
D. Teori Kultivasi Teori ini menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan khalayak, dimana media berperan untuk membentuk persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas. Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultural di lingkungannya.64 Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak pemirsa tentang masyarakat dan budaya sangat ditentukan oleh telivisi. Artinya, melalui kontak pemirsa dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisinya. Dalam teori kultivasi, Gerbner melihat bahwa televisi adalah suatu lingkungan simbolik. Begitu pula halnya dengan McQuail yang menyatakan bahwa teori kultivasi menyajikan dunia televisi sebagai “bukanlah suatu jendela atas suatu gambaran akan dunia nyata, melainkan suatu dunia yang dibuatnya sendiri”.65 Geberner mengatakan bahwa televisi telah mendominasi lingkungan simbolik masyarakat. dominasi ini dilakukan dengan cara menggantikan pesanya tentang realita bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya. Menurut Gerberner, televisi tidak selalu menggambarkan kenyataan yang ada di dunia, namun karena tayangan dilakukan terus
64
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_Kultivasi diakses pada 20 April 2015 pukul
12:30. 65
Dennis McQuail, Mass Communication Theory: An Introduction, (London: Sage, 2000), hal. 100
50
menerus, masyarakat menerimanya sebagai sebuah konsensus tentang realita masyarakat.66 Alur berfikir teori kultivasi disini media massa menanamkan sikap dan nilai tertentu. Media pun kemudian memelihara dan menyebarkan sikap dan nilai itu antar anggota masyarakat kemudian mengikatnya bersama-sama pula. Dengan kata lain, media mempengaruhi penonton dan masing-masing penonton itu menyakininya. Jadi, para pecandu televisi itu akan punya kecenderungan sikap yang sama satu sama lain. Konsep teori kultivasi, yaitu:
Mainstreaming Kecenderungan bagi para penonton kelas berat untuk menerima realitas budaya dominan yang mirip dengan yang ditampilkan di televisi walaupun hal ini sebenarnya berbeda dengan keadaan sesungguhnya.
Resonansi Terjadi karena realitas penonton yang sedang dijalaninya sesuai dengan yang digambarkan media. Asumsi-asumsi teori kultivasi , yaitu:
a)
Televisi, secara esensi dan fundamental, berbeda dengan bentuk-bentuk media massa lainnya.
b) Televisi membentuk cara berfikir dan membuat kaitan dari masyarakat kita. c)
Pengaruh dari televisi terbatas.
66
Ibid., hal. 464.
51
E. Teori Uses and Gratifications Komunikasi dikatakan efektif apabila ia menghasilkan efek atau perubahan-perubahan seperti yang diharapkan komunikator. Variabel efek diukur pada segi kognitif (perubahan pendapat), afektif (sikap, perasaan, kesukaan), dan behavioral (perilaku atau kecenderungan perilaku).67 Teori uses and gratifications adalah salah satu teori komunikasi dimana titik berat penelitian dilakukan pada pemirsa sebagai penentu pemilihan pesan dan media. 68 Uses and gratifications (model kegunaan dan kepuasan), model teori ini menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi lebih bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus. Teori uses and gratifications menggunakan pendekatan ini berfokus terhadap audiens. Dimana teori mencoba menjelaskan tentang bagaiman audiens memilih media yang mereka inginkan. Dimana mereka merupakan audiens/khalayak yang secara aktif memilih dan memiliki kebutuhan dan keinginan yang berbeda-beda di dalam mengkonsumsi media. Katz, Blumler, Gurevitch mencoba merumuskan asumsi teori uses and gratifications, yaitu:
Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.
67
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: Rosda Karya, 1994),
hal. 64. 68
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_penggunaan_dan_pemenuhan_kepuasan diakses 20 April 2015 pukul 22:00
52
Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak.
Media massa berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan.
Orang punya cukup kesadaran diri akan penggunaan media mereka, minat dan motif sehingga dapat memberikan sebuah gambaran yang akurat mengenai kegunaan tersebut kepada para peneliti.
Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.
53
BAB III PENYAJIAN DATA A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian 1. Profil Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah a. Profil Informan 1). Informan 1 Alviana seorang santri di pondok pesantren An-Nuriyah, dia berumur sekitar 21 tahun yang berasal dari kota Nganjuk Jawa Timur. Dia
adalah salah satu Mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya
Jurusan Ekonomi Syari’ah Fakultas FEBI yang mondok di YPPP. AnNuriyah Wonocolo Surabaya selama 3 tahun dan merupakan salah satu santri yang sudah pernah menonton film serial Jodha Akbar di Antv. 2). Informan II Nur Aida Ambiyatul Ulfa yang berumur 20 tahun, seorang mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya Jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang mondok di YPPP. An-Nuriyah Wonocolo Surabaya. Dia berasal dari Lamongan dan juga merupakan salah satu santri yang sudah pernah menonton film serial Jodha Akbar di Antv. 3). Informan III Hanim adalah salah satu santri yang mondok di YPPP. AnNuriyah Wonocolo Surabaya dan kuliah di UIN Sunan Ampel 54
Surabaya Jurusan Tafsir Hadits Fakultas Ushuludin yang berumur 19 tahun. Dia merupakan salah satu santri pondok pesantren An-Nuriyah yang pernah nonton film serial Jodha Akbar di Antv. b. Profil Pondok Pesantren An-Nuriyah An-Nuriyah merupakan sebuah nama Pondok Pesantren yang cukup dikenal diantara pesantren di wilayah Wonocolo dan merupakan pondok salaf untuk mahasiswa putri. Pondok Pesantren ini terletak di Jl. Wonocolo Utara Gg. V No. 18 Kecamatan Wonocolo Surabaya telp. (031) 8494437. c. Sejarah Pondok Pesantren An-Nuriyah Pondok pesantren putri An-Nuriyah ini didirikan pada tahun 1990 oleh Buya Moh.Fathoni dan Ibu Hj. Ainur Rohmah. Pada mulanya Pondok An-Nuriyah adalah sebuah rumah sederhana yang di belakangnya terdapat tempat yang terbuat dari bamboo dan ditempati dua orang mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya. Pemanfaatan tempat itu pada tahun 1974 dimulai dari pelaksanaan kegiatan pendidikan dan bagi para warga sekitar Wonocolo baik dari pengajaran
anak-anak,
remaja
hingga
dewasa
dalam
bentuk
mengajarkan ayat-ayat al-Qur’an dengan tujuan agar generasi Islam terbentuk menjadi generasi Qur’ani. Lambat
laun
tempat
yang
sederhana
itu
menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan dari sisi makin semaraknya masyarakat terutama anak-anak yang berniat menuntut ilmu agama 55
dan mengaji (belajar kitab suci al-Qur’an). Tidak terbatas bagi masyarakat sekitar Wonocolo melainkan juga bagi masyarakat Jemur wonosari dan Margorejo. Pesatnya santri yang mengaji yang diasuh oleh Abuya Mas Moh. Fathoni dan isterinya Ibu Nyai Hj. Ainur Rohmah merupakan rintisan ke arah terbentuknya sebuah pondok pesantren. Akan tetapi hanya angan-angan bagi Buya Moh. Fathoni untuk mendirikan pondok pesantren, karena tidak adanya biaya yang dipakai untuk mendirikan tempat penampungan bagi para santri yang ingin bermukim. Dengan bantuan yang diberikan oleh seorang dermawan (Hj. Madaniah), tempat itu dikembangkan oleh Buya Moh. Fathoni dengan memberikan beberapa bilik untuk menampung para santri yang ingin mengabdi dan membantu pelaksanaan kegiatan pengajaran al-Qur’an atau mengaji. Tepat pada tahun 1985, bangunan pondok ini mulai ditempati beberapa mahasiswa yang kuliah di UIN Sunan Ampel Surabaya. Selain hanya sekedar berdomisili di dalamnya Buya Moh Fathoni mengajarkan untuk melaksanakan kegiatan mengaji seperti Khotmil Qur’an, mengaji Diniyah dengan mengajarkan beberapa kitab seperti Safinah, Fiqih, Dzurrotun Nashihin, dan lain sebagainya yang diasuh oleh beliau sendiri dengan tujuan “mewujudkan sumber pendidikan, pengajaran dan penyiaran Islam yangs eluas-luasnya, dengan dasar cita-citanya memancarkan pendidikan tentang Islam sehingga pondok 56
ini dapat mengeluarkan lulusan yang cakap dan luas serta tinggi kefahamanya tentang agama Islam, taat beribadah, berbakti, dan bermanfaat bagi masyarakat, sehingga menjadi anggota masyarakat yang berilmu, beramal dan bertaqwa”. Kemampuan Buya Moh. Fathoni dan Ibu Hj. Ainur Rohmah tidaklah terbatas dalam mengenai masalah pendidikan dan pengajaran dalam
pondok
pesantren,
melainkan
juga
terlibat
dalam
memperhatikan tentang perubahan sosial yang berlangsung di sekitar Wonocolo. Karena beliau eksis di bidang keagamaan, atas dasar itulah mereka menyandang predikat Kyai dan Ibu Nyai yang mumpuni karena keterampilanya di bidang mengajar, mendidik, dan berdakwah terhadap masyarakat. selain itu Buya Moh. Fathoni adalah salah satu putra Kyai Zubeir yang cukup tersohor di wilayah Wonocolo dan sekitarnya. Sehingga secara tidak langsung nama KH. Zubeir sangat berpengaruh terhadap peran Buya Moh. Fathoni dan Ibu Hj. Ainur Rohmah sebagai penerus perjuangan orang tua. Setelah Buya Moh. Fathoni meninggal pada tahun 1992, tampak kepemimpinannya dipegang oleh isteri beliau yaitu Nyai Hj. Ainur Rohmah dengan dibantu putra sulungnya yang bernama H. Agus Fahmi M.Ag. Di bawah asuhan keduanya ini pendidikan dan pengajaran mengalami kemajuan dengan pembaharuan-pembaharuan di dalamnya. Tepat pada tahun 1994 tempat ini dibangun menjadi
57
sebuah pondok pesantren di atas tanah yang berukuran luas 6x8 m,69 dengan bangunan bertingkat empat yang terbagi atas dapur, kamar mandi, mushola, kamar, dan jemuran. Seiring dengan perkembangan pondok pesantren ini, jumlah santri yang ingin bermukim semakin bertambah. Terbukti pada tahun 1996 jumlah santri telah mencapai lima puluh ditambah beberapa santri yang tidak bermukim didalam pondok. Dalam tradisi pesantren dikenal adanya dua kelompok santri, yaitu “Santri Mukim” dan “Santri Kalong”. Santri Mukim adalah santri yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Sedangkan santri Kalong adalah murid atau para santri yang berasal dari daerah sekitar pesantren yang tidak menetap di pesantren. Pada tahun 1997 sistem kepengurusan pondok pesantren mulai terbentuk di bawah pimpinan Amin khomsah selaku ketua pondok periode tahun 1997-1998. Beliau melakukan berbagai perubahanperubahan dan perkembangan-perkembangan baik tentang struktur organisasi, manajemen, ekonomi, sistem pendidikan dan lain sebagainya. Sehingga sejak tahun 1999 pondok pesantren ini tercatat sebagai yayasan pondok pesantren putri An-Nuriyah pada akte notaris: Untung Darno Soewirjo SH. No. LX/07/1999. Pada perkembangannya, pondok pesantren putri An-Nuriyah tidak hanya menjadi tempat kegiatan para santri tetapi merupakan
69
Dokumentasi Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah 21 Mei 2015
58
tempat kegiatan keagamaan atau pengajian rutin bagi ibu-ibu (Jam’iyah Dirosatil Qur’an) seperti Manaqib, Istighosah, dan Jam’iyah Bida’. Yang diikuti sebagian besar warga Wonocolo dan sekitarnya. Pada
tahun
2005,
pondok
pesnatren
putri
An-nuriyah
melaksanakan pembangunan lokasi baru tepatnya di bagian utara pondok lama. Tanah tersebut dulu merupakan musholla (langgar) yang pernah dijadikan sebagi tempat pengajian dan peribadahan alm. KH. Abdul hamid dan alm. KH. Zubeir, dimana beliau merupakan sesepuh Wonocolo. Dengan meluasnya bangunan, pondok pesantren putri AnNuriyah hingga saat ini tepatnya tahun 2015 telah menampung santri yang bermukim sekitar 260 santri.70 Dengan dibantu oleh beberapa santri lama diantaranya: Ustadzah Fatimah, Neng Elli Rosidah, Mbak Faridah dan Mbak-mbak Ndalem (Mbak yang mengabdi dengan ibu Nyai), kegiatan dalam pondok pesantren menjadi lebih terkoordinasi dan berupaya memperluas kiprah pondok di dalam maupun di luar lingkungan pesantren. Karena peran mereka selain sebagai pengawas sekaligus penanggung jawab dalam pondok pesantren. Adapun kegiatan belajar mengajar di dalam pondok pesantren dilakukan sehari tiga kali yakni pada waktu bakda Subuh ( sesudah jama’ah dan wiridan sholat Subuh), bakda Asar, dan bakda Isya’
70
Aunur Rofiqoh, wawancara 24 Mei 2015
59
(sesudah jama’ah dan wiridan sholat Maghrib, dan jama’ah sholat Isya’). Dengan dibantu sekitar 10 dewan Asatidz Asatidzah yang mengajarkan beberapa kitab, di antaranya: Bidayatul Hidayah, Attibyan, Nahwu Sharaf, Tajwid, Nashaihul Ibad, Risalatul Haidl dan lain sebagainya.71 2. Letak Geografis Pondok Pesantren An-Nuriyah Pondok pesantren putri An-Nuriyah merupakan salah satu pondok yang terletak di Wonocolo, dekat jalan raya Margorejo dan Giant. Dan tidak seberapa jauh dari kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, sehingga para mahasiswa dapat berjalan kaki tanpa menggunakan alat transportasi dan sangat strategi bagi para mahasiswa yang berkeinginan untuk mondok. Adapun batas-batas pondok pesantren, antara lain:72 a. Sebelah Utara, menuju jalan raya Margorejo, Giant dan perumahan penduduk. b. Sebelah Selatan, Mushola Baitul Hamid, Wonocolo Utara Gang V K.H. Zubair, dan masjid besar Mu’ayad. c. Sebelah Timur, Wonocolo Utara Gang IV. d. Sebelah Barat, kelurahan Keranggan dan persimpangan menuju jalan Raya Ahmad Yani.
71 72
Dokumentasi pondok pesantren An-Nuriyah 07 Mei 2015 Dokumentasi pondok pesantren An-Nuriyah pada 07 Mei 2015
60
a) Fasilitas dalam pondok Pesantren Putri An-Nuriyah 1. Perpustakaan Diadakan perpustakaan ini bertujuan untuk melengkapi sarana berbagai macam buku, baik tentang pengetahuan umum maupun pengetahuan agama itu sendiri. Perpustakaan berguna untuk meningkatkan wacana para santri pondok tersebut tentang bagaimana cara berperilaku yang baik, menghormati guru dan pengetahuan-pengetahuan lain yang dapat menunjang kreativitas dalam belajar. 2. Kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) Diadakan P3K ini bertujuan untuk memberikan pengobatan secara langsung pada para santri ketika mengalami sakit mendadak dengan tujuan meringankan beban sakit yang di rasakan oleh santri yang sedang sakit. 3. Kesenian Kesenian yang dimaksud di sini adalah kegiatan banjarian atau sholawatan dengan menggunakan alat musik rebana, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kreativitas berseni baik berupa membunyikan musik rebana dan menyanyi dengan dilantunkannya irama melayu, jawa, Indonesia, bahkan padang pasir dibawah asuhan Ustadz Amin Lubis.
61
4. Koperasi Koperasi merupakan komponen yang dominasi. Artinya, keberadaan koperasi di samping sebagai sarana pemenuhan kebutuhan bagi santri maupun pengasuh bahkan masyarakat yang ada di sekitarnya, maka koperasi juga sebagai wahana pendidikan kemandirian. Koperasi yang dikelola langsung oleh para santri berindikasi adanya gerakan menumbuhkan pemikiran ekonomi dan menciptakan kemampuan keterampilan bagi para warga pondok pesantren An-Nuriyah.73
73
Luluk Fitriani, Wawancara, Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren Putri AnNuriyah, 05 Mei 2015.
62
b) Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren An-Nuriyah74 Tabel 1.1 Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren An-Nuriyah PENGASUH Ibu Nyai Hj. Ainur Rohmah
WAKIL PENGASUH I
DEWAN PENASEHAT
WAKIL PENGASUH II
H. Agus Fahmi, M.Ag
Ir. H. Ayyub Adjib Hj. Evi Tamala
H. Inas Cholili
PENANGGUNG JAWAB Hj. Elli Rosyidah, S.Sos.I
KETUA UMUM Luluk Fitriani, S.Hum
SEKRETARIS
BENDAHARA I.
Hikmatul Ma’nunah, S.Kom II. Siti Hilmiyah, S.Pd
Martina Ulfa, S.I.Kom
KABID PENDIDI KAN
KABID KEAMA NAN
KABID KEBERSI HAN
KABID KESEHA TAN
KABID PERL. UMUM
Yuliami Ningsih, M.Pd.I
Qurrotul Ainiyah, S.Pd.I
Novia Ningsih, S.Pd.I
Latifatu Zuhriyah, S.Pd.I
Urwatul Wutsqo, S.HI
Sumber: Dokumentasi YPPP. An-Nuriyah Wonocolo-Surabaya
74
Dokumentasi Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah 15 Mei 2015
63
Dalam sistem pendidikan, pondok pesantren An-Nuriyah menerapkan sistem pendidikan
informal yang mengkombinasikan
kajian-kajian kitab salaf dan modern dengan unsur pendidikan Islam yang meliputi:75 a. Pengajian al-Qur’an, di bawah bimbingan: 1) K.H. Basori Alwi (Pengasuh Pondok Pesantren Singosari Malang) 2) Ustadz Muzayyin, S.Ag (Guru besar Al-Falah) 3) Ustadz Muzammil, S.Ag (Dewan Asatidz Al-Hikmah) 4) Ustadzah Atik (Qiroatul Qur’an) b. Pengajian Kitab Kuning, di bawah bimbingan: 1) Ibu Nyai Hj. Ainur Rohmah (Washilatul Musthofa, Risalatul safiyah, Fadhoilus Sholah, Fadhoilul A’mal, dan Lubabul Hadist). 2) Ustadz H. Agus Fahmi, M.Ag (Nashaihul Ibad dan Risalatul Mu’awanah). 3) Ustadz Dr. Khoirul Anwar, M.Ei (Mutamammimah/Nahwu, Shorof, dan Bidayatul Hidayah) 4) Ustadzah Fathim (Sa’adatul Az-Zaujaini dan Risalatul Haidl)
75
Millatir Rodiyah, Wawancara, Yayasan Pondok Pesantren An-Nuriyah, 21 Mei 2015.
64
Tabel 1.2 Jadual Pengajian Pondok Pesantren An-Nuriyah76 NO.
HARI
BA’DA SHUBUH
1.
SENIN
2.
SELASA
Bunda/ Ibu Nyai Dirosah Yaumiyah Bunda/ Ibu Nyai Dirosah Yaumiyah Bunda/Ibu Nyai Dirosah Yaumiyah Bunda/Ibu Nyai Dirosah Yaumiyah Khotmil Qur’an
3.
RABU
4.
KAMIS
5.
JUM’AT
6.
SABTU
7.
MINGGU
Ustadz Anwar Muhtarul AlHadits Wiridan dan senam pagi
BA’DA ASHAR
BA’DA ISYA’ Gus Inas Tasawuf
UstadzahFathim
(Group Melati) Ustadzah Fathim (Group Syiwali)
Ustadz Anwar Nahwu dan Shorof Gus Fahmi Nashaihul Ibad
Ziarah qubur
Gus Fahmi Risalatul Mu’awanah
Ustdzah Fathim (Group Mawar)
Ustadz Muzammil Al-Qur’an Dziba’an
Neng Atik Qiroatul Qur’an Bittaghoni
Neng Atik Hafalan AlQur’an dan Hikmah yang Terkandung dalam alQur’an
Sumber : Dokumentasi YPPP. An-Nuriyah Wonocolo-Surabaya c) Bentuk-bentuk Aktivitas di Pondok Pesantren An-Nuriyah Adapun bentuk-bentuk aktivitas di Pondok Pesantren An-Nuriyah antara lain:
76
Dokumentasi Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah 22 Mei 2015
65
1.
Shalat Berjama’ah Shalat berjama’ah dilakukan setiap waktu sholat yang dipimpin
oleh pengasuh pondok pesantren An-Nuriyah. Kegiatan ini diarahkan untuk melatih santri agar disiplin dalam menjalankan sholat yang akhirnya akan berpengaruh pada setiap aktivitasnya masing-masing, diharapkan juga dimana pun mereka beada atau tanpa pengawasan dari pengasuh mereka tetap melaksanakan sholat berjama’ah. Karena dalam pelajaran ibadah sholat telah mencakup aspek-aspek jasmani dan rohani, di samping itu dapat pula mengajarkan kepada santri agar sebagai hamba Allah yang tidak boleh angkuh terhadap sesame umat, sebab manusia adalah sama di hadapan Allah SWT. 2.
Istighasah dan Wiridan Kegiatan istighasah ini setiap hari setelah shalat maghrib sampai
waktu isya’, dan waktu subuh bersama-sama samapai menjelang waktu pagi. 3.
Tashih Al-Qur’an Tashih al-Qur’an ini dilaksanakan setiap awal bulan minggu
pertama hari jum’at yang dipimpin langsung oleh KH. Basori Alwi dari PIQ Singosari Malang bersama santri-santrinya. Kemudian Tashih al-Qur’an
yang dilakukan satu minggu satu kali yang
dipimpin oleh Ustadz Muzammil dari Al-Hikmah.
66
4.
Ceramah Agama Ceramah agama dilakukan setiap hari setelah sholat subuh
berjama’ah yang dikenal dengan siaran rohani atau kultum (kuliah tujuh menit). Penceramahnya adalah Ibu Nyai Hj. Ainur Rohmah yang materinya beraneka ragam, termasuk tauhid, syariah, akhlak dan tentang kebersihan baik itu kebersihan pondok maupun kebersihan diri sendiri. 5.
Silaturrahim ke Alim Ulama Silaturrahim ke alim ulama dilakukan setiap tahum sekali ke para
Kyai Sidosermo. Juga berziarah ke makam para wali yang sudah meninggal. Hal ini dimaksudkan agar anak mengetahui dan memahami ajaran-ajaran Islam dari para ulama secara langsung maupun belajar dari sejarah-sejarah tentang perjuangan para wali dalam menyebarkan ajaran Islam. 6.
Silaturrahim ke Rumah Santri Silaturrahim ke rumah santri dilakukan setiap bulan pada hari
libur kuliyah yaitu sabtu dan minggu yang biasa disebut dengan “Anjangsana”. Tujuan dari silaturrahim kepada keluarga santri adalah untuk mempererat tali persaudaraan, panjang umur dan saling mengenal antara orang tua santri.77
77
Luluk Fitriani, Wawancara, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah, 20 Mei 2015.
67
B. Hasil Penelitian 1. Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah tentang Film Jodha Akbar di Antv Pondok pesantren An-Nuriyah adalah salah satu asrama/pondok putri yang ada di daerah sekitar kampus UIN Sunan Ampel Surabaya, tepatnya berada di Gang V Utara Jemur Wonosari-Wonocolo. Selama mengikuti observasi di Pondok Pesantren An-Nuriyah, para santri memiliki hobi nonton film yang berbeda-beda, tapi kebanyakan para santri sekarang suka nonton film Jodha Akbar kalau habis ngaji malam sekitar jam 21:00 Wib, jika tidak ada tugas atau pas malam sabtu dan minggu. Sebagai sebuah pondok pesantren putri yang dihuni kurang lebih 260 santri, tentunya setiap santri memiliki persepsi sendiri-sendiri akan informasi dan pengalaman. Komunikasi yang terjadi dalam pondok pesantren An-Nuriyah ini juga pasti ada kesulitan, karena para santrinya berasal dari berbagai kota yang berbeda dan memiliki logat dan bahasa yang berbeda pula, sehingga para santri sulit dalam berkomunikasi dan butuh penyesuaian, dan dibalik itu semua pasti ada konflik. Begitu pula komunikasi yang terjadi dalam film Jodha Akbar ini, dimana sebuah keluarga atau kerajaan pasti ada konflik yang timbul akibat tidak adanya persamaan dan pendapat, seperti terjadi pertentangan dan pertengakaran.
68
Seperti yang diungkapkan oleh salah satu santri pondok pesantren AnNuriyah yang sudah melihat film Jodha Akbar tersebut. “Dulunya sih ada, semua rakyat dan keluarga sangat bertentangan dengan pernikahan ini dan saat itu Ratu Jodha di suruh masuk Islam dulu, tapi Ratu Jodha tidak mau. Karena, pernikahan ini hanya di dasari politik, tidak di dasari rasa cinta. Ratu Jodha pun tetap yakin dengan agamanya tidak mau berubah keyakinan sampai akhir hayat.”78 Dari ungakapan di atas, bahwa dalam sebuah pernikahan pasti ada sebuah pertentangan dan pertengkaran, apalagi pernikahan tersebut tidak atas dasar cinta dan berbeda agama. Untuk menyelesaikan konflik tersebut, dibutuhkan sebuah komunikasi yang mendalam dan efektif dalam keluarga tersebut, agar konflik tersebut dapat terselesaikan dengan baik dan tidak terjadi pertentangan dan pertengkaran lagi. Untuk mempertahankan sebuah kerajaan, seorang pemimpin atau raja harus bisa menjaga komunikasi yang baik dengan keluarganya dan rakyat-rakyatnya. Apabila tidak terjalin komunikasi yang baik dan timbul sebuah konflik maka kerajaan tersebut bisa hancur. Seorang raja juga harus memiliki sifat yang bijak terhadap rakyatnya. Salah satu santri pondok
pesantren
An-Nuriyah
yang
telah
menonton
film
mengungkapkan: “Raja Jalal dalam film tersebut berperan sebagai seorang raja yang baik, bijaksana, seperti dalam menyelesaikan sebuah masalah raja Jalal menyelesaikan masalah tersebut dengan seadil-adilnya, meskipun itu masalah dengan ibu dan isterinya sendiri. Dan apabila mempunyai rasa sayang pada satu orang wanita, ya hanya itu yang disayang tidak melirik atau sayang pada wanita lain.”
78
Hanim, wawancara pada 21 Mei 2014, Jam: 18:35
69
Dari ungkapan di atas, dapat dijelaskan bahwa seorang raja itu dak hanya mengayomi rakyatnya tapi dia juga harus adil dan bijaksana dalam memutuskan semua masalah dan konflik yang terjadi dalam sebuah kerajaan, agar tidak terjadi perselisihan dan timbul sifat iri hati. Baik itu masalah dengan isterinya, ibunya maupun rakyatnya. Penampilan dan busana adalah masalah penting dalam Islam dan ketika sedang berkomunikasi dengan orang lain. Apabila pakaian tersebut tidak sopan, terlalu ketat dan berantakan, maka orang sedang yang melihat dan yang sedang berkomunikasi dengan kita akan merasa risih atau
tidak
nyaman
dan
dari
segi
penempilan
tersebut
dapat
menggambarkan sifat atau watak orang tersebut. Jadi, di dalam Islam dianjurkan memakai pakaian yang tertutup. Salah satu santri yang sudah melihat film Jodha Akbar mengungkapkan: “Dari segi pakaian Islam sudah memenuhi syariat Islam yaitu tertutup, sedangkan dari segi pakaian di India adalah apa adanya sesuai dengan adat mereka tidak aneh-aneh. Dan meskipun di situ Ratu Jodha beragama Hindu, dia tetap memakai pakain yang tertutup dan sopan.”79 Dari pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu santri di atas bisa dilihat kalau dalam agama Islam juga dianjurkan memakai pakaian yang sopan dan tertutup, agar jika dilihat orang itu enak dan tidak menimbulkan persepsi yang negatif. Dalam film Jodha Akbar ini juga menyampaikan pesan yang positif bagi orang Islam, yaitu seperti yang diungkapkan di atas bahwa Ratu Jodha di situ memakai pakaian yang
79
Alviana, wawancara pada 20 Mei 2015, Jam: 15:35
70
sopan dan tertutup meskipun beragama Hindu dan dia tetap menghargai Islam dengan menunjukkan cara berpakaiannya tersebut. Lebih lanjut peneliti menggali informasi tentang persepsi film Jodha Akbar, sampai akhirnya berujung pada pertanyaan bahwa bagaimanakah adegan yang disuguhkan dalam film Jodha Akbar dan apakah ada adegan yang tidak layak ditonton. Karena, tidak semua film menayangkan adegan yang baik-baik dan sopan, ada juga yang menayangkan adegan yang tidak layak ditonton, seperti adegan porno, adegan kekerasan dan lain-lain. Seperti yang diungkapkan di bawah ini: “Adegan yang disuguhkan dalam film tersebut adalah baik dan sopan, dan tidak ada adegan yang tidak layak ditonton, meskipun ada tapi disitu di sensor, seperti adegan ketika Raja Jalal dan Ratu Jodha ketika melakukan hubungan intim.”80 Dari pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa tidak semua adegan ditayangkan dalam film Jodha Akbar, ada juga adegan yang di sensor oleh pihak yang menayangkan film tersebut. Karena apabila tetap ditayangkan, maka nanti akan menimbulkan tanggapan yang negatif dari masyarakat dan dapat merugikan para pemroduksi film tersebut. 2. Cara Memahami Isi Pesan dalam Film Jodha Akbar Untuk memahami sebuah pesan film, maka harus dilakukan menonton film tersebut secara terus menerus dan memahami bahasa yang dipakai. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu santri yang pernah menonton film Jodha Akbar yaitu: 80
Hanim, wawancara pada 21 Mei 2015, Jam: 18:35
71
“Sudah sering kali menonton, hampir beberapa kali. Dan unsur pendidikan dalam film Jodha Akbar juga ada, seperti Raja Jalal dan Ratu Jodha selalu mengajarkan anaknya Ibadah, dimana dalam mengajarkan agama tersebut Raja Jalal dan Ratu Jodha tidak memaksakan anaknya untuk mengikuti agama Islam atau agama Hindu.”81 Setiap film memiliki nilai-nilai pesan yang terkandung didalamnnya, sehingga dapat menarik perhatian masyarakat. Apalagi film itu mengandung unsur pendidikan seperti yang diungkapkan di atas. Dan untuk memahami isi pesan yang terkandung juga harus bisa memahami alur ceritanya.
81
Nur Aida Ambiyatul Ulfa, wawancara 21 Mei 2015, Jam 09:37
72
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Temuan penelitian atau analisa data adalah salah satu tahap yang terdapat dalam penelitian kualitatif yang berguna untuk menganalisis lebih mendalam tentang tentang semua data yang diperoleh di lapangan. Analisa data menurut Patton adalah proses pengurutan data, menyusunnya kedalam satu pola, kategori dan uraian dasar. Ia membedaknnya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian.82 Dari hasil penyajian data yang telah disajikan sebelumnya, dapat diperoleh temuantemuan yang akan diuraikan sesuai dari hasil sumber peneliti dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Analisis data dilakukan setelah penyajian data telah diperoleh. Dari uraian tersebut, peneliti melakukan penelitian yang disertai observasi lapangan di Pondok Pesantren AnNuriyah Wonocolo Gg.V Utara Surabaya. Diantaranya adalah sebagai berikut. Persepsi diartikan sebagai proses pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi tersebut dan menafsirkan pesannya. Dari 3 informan di atas pondok pesantren An-Nuriyah mempersepsikan bahwa film Jodha Akbar ini film yang menceritakan tentang sejarah Kerajaan Islam Mughal di India, 82
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hal.10
73
menceritakan tentang kisah percintaan antara raja Jalal dan ratu Jodha yang memiliki perbedaan agama, dan di dalam film Jodha Akbar juga menggambarkan bahwa Raja Jalal adalah Raja yang bijaksana, adil, dan pandai berpolitik. Tabel 1.3 Proses Persepsi Santri tentang Film Jodha Akbar Sensai Santri
Persepsi
Attention (atensi)
Film Jodha Akbar
Interpretasi
Sesuai dengan tabel di atas bahwa santri mempersepsikan film Jodha Akbar dengan tiga proses yaitu, sensasi (penginderaan), atensi dan interpretasi.83 Karena, jika ingin mempersepsikan suatu objek itu harus melalui proses terlebih dahulu, agar persepsi itu tidak ada kekeliruan atau kesalahan. Proses persepsi ini juga digunakan oleh para santri dalam menafsirkan atau mengartikan isi pesan yang terkandung dalam film Jodha Akbar ini yaitu dengan proses sensasi (penginderaan). Dengan penginderaan mata dan telinga, santri bisa memberi persepsi terhadap film tersebut. Jika ditinjau dari nilai pesan yang terkandung, para informan mengungkapkan beberapa nilai yang ada dalam film Jodha Akbar. Diantaranya adalah unsur pendidikan; dimana Raja Jalal membangun 83
Ali Nurdin, dkk., Pengantar Ilmu Komunikasi, (Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press, 2013), hal. 160-161.
74
tempat pengajian ilmu agama untuk rakyatnya yang mau mengkaji ilmu agama, unsur politik; dimana raja Jalal sangat pandai berpolitik dalam kerajaannya, unsur religi; raja Jalal dan ratu Jodha mengajarkan agama pada anak-anaknya dan tidak memaksa untuk mengikuti agama apa, dan memiliki unsur-unsur yang lain. B. Konfirmasi Temuan Dengan Teori Sebagai tindak lanjut dalam penulisan teori pada penelitian ini adalah konfirmasi temuan dengan teori. Konfirmasi temuan dengan teori merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mengkaitkan hasil temuan-temuan di lapangan dengan teori yang digunakan oleh peneliti. Ini membuktikan kebenaran asumsi dasar dari teori yang digunakan dengan temuan-temuan dari hasil penelitian. Penelitian “Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah tentang Film Jodha Akbar di Antv” (Studi Kasus Pada Santri Pondok Pesantren AnNuriyah) ini menggunakan teori Kultivasi dan teori Uses and Gratifications. 1. Teori Kultivasi Teori kultivasi ini menjelaskan keterkaitan antara media komunikasi (dalam hal ini televisi) dengan khalayak, dimana media berperan untuk membentuk persepsi pemirsa tentang kehidupan realitas. Menurut teori ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para penonton televisi belajar tentang masyarakat dan kultural di lingkungannya. Asumsi ini menjelaskan bahwa televisi membentuk cara berfikir dan membuat kaitan dari masyarakat kita. 75
Kaitan teori Kultivasi dengan temuan penelitian adalah persepsi santri tentang film Jodha Akbar ini terbangun di benaknya dengan ditentukan oleh seringnya nonton televisi. Artinya, melalui kontak santri dengan televisi, mereka belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai (nilai sosial) serta adat dan tradisinya. Geberner mengatakan bahwa televisi telah mendominasi lingkungan simbolik masyarakat. dominasi ini dilakukan dengan cara menggantikan pesanya tentang realita bagi pengalaman pribadi dan sarana mengetahui dunia lainnya. Menurut Gerberner, televisi tidak selalu menggambarkan kenyataan yang ada di dunia, namun karena tayangan dilakukan terus menerus, masyarakat menerimanya sebagai sebuah konsensus tentang realita masyarakat.84 Santri pondok pesantren An-Nuriyah pertama kali nonton film Jodha Akbar biasa saja, tapi berhubung sering menonton dan tayangan film ditayangkan terus menerus maka timbul penilaian dan penafsiran santri akan isi pesan dalam film tersebut. Jadi, media sangat mempengaruhi cara berfikir pemirsanya dan pengaruh televisi adalah terbatas. 2. Teori Uses and Gratifications Teori uses and gratifications (model kebutuhan dan kepuasan) meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau 84
Dennis McQuail, Mass Communication Theory: An Introduction, (London: Sage, 2000), hal. 464.
76
keterlibatan pada kegiatan lain), dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain. Setiap manusia memiliki kebutuhan dan rasa kepuasan. Dalam hal ini para santri pondok pesantren An-Nuriyah butuh akan informasi, dengan melalui media massa terutama media televisi, kebutuhan santri akan informasi bisa terpenuhi dan dapat digunakan untuk hiburan di pondok. Saat ini film yang menjadi sorotan para santri di pondok pesantren An-Nuriyah adalah film Jodha Akbar yang setiap hari tayang di televisi pada jam 21:00 Wib. Dengan menonton film Jodha Akbar santri pondok pesantren An-Nuriyah bisa mendapatkan hiburan dan informasi tentang bagaimana sejarah kerajaan Islam Mughal di India pada zaman dahulu dan bagaimana sifat atau sikap seorang pemimpin jika memimpin dalam sebuah kerajaan. Selain itu, masih banyak lagi informasi yang bisa digali dalam film Jodha Akbar ini, dengan memanfaatkan televisi sebagai media mencari informasi. Katz, Blumler, Gurevitch mencoba merumuskan asumsi teori uses and
gratifications,
yang
salah
satunya
adalah
inisiatif
dalam
menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu terdapat pada anggota khalayak. Kaitannya dengan temuan peneletian, bahwa
apabila kebutuhan santri sudah terpenuhi pasti disitu ada rasa ketidak puasan akan informasi tersebut. Sehingga para santri pondok pesantren An-Nuriyah setiap hari menonton film Jodha Akbar secara terus menerus, karena masih belum puas jika menonton hanya satu kali. 77
sebenarnya jika menonton film hanya dilakukan satu kali apalagi film itu bergenre romantic, pasti belum puas. Seperti halnya yang dilakukan oleh santri pondok pesantren An-Nuriyah, mereka tidak hanya satu kali dalam menonton film Jodha Akbar melainkan beberapa kali, karena mereka belum puas akan informasi yang sudah diperoleh dan masih penasaran tentang isi dalam film tersebut. Dengan seringnya menonton film tersebut, para santri bisa mengetahui apa sih isi pesan yang bisa diambil dalam film Jodha Akbar ini.
78
BAB V PENUTUP A. Simpulan Merujuk pada fokus masalah yang terdiri dari rumusan dan identifikasi masalah maka penelitian yang berjudul “Persepsi Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah tentang Film Jodha Akbar di Antv (Studi Kasus Pada Santri Pondok Pesantren An-Nuriyah)” menarik kesimpulan sebagai berikut: Persepsi santri pondok pesantren An-Nuriyah tentang film Jodha Akbar adalah positif. Baik dari segi penampilan dan busana yang ditampilkan dalam film tersebut maupun dalam mengajarkan agama kepada anak turunya, serta adegan-adegan yang disuguhkan juga sopan, tidak terlalu kontroversi. Dan santri juga memberi persepsi bahwa film Jodha Akbar ini menceritakan sejarah Kerajaan Islam Mughal di India zaman dahulu. Cara santri untuk memahami isi pesan yang terkandung dalam film Jodha Akbar, para santri menonton film tersebut secara terus menerus tidak hanya satu kali dari episode pertama – akhir dan memahami alur ceritanya. Dan nilai yang terkandung dalam film Jodha Akbar ini banyak sekali, seperti unsur pendidikan, politik, religi, romantis dan lain-lain. B. Rekomendasi Agar penelitian ini membuahkan hasil sebagaimana yang diharapkan oleh peneliti, maka saran dari peneliti diharapkan dapat menjadikan masukan atau sebagai pertimbangan oleh pihak-pihak terkait.
79
Adapun saran untuk peneliti adalah sebagai berikut: 1.
Diharapkan dalam penelitian mendatang lebih mengkaji secara mendalam hasil observasi dilapangan dan lebih komunikatif dalam wawancara kepada informan.
2.
Dalam penulisan laporan penelitian lebih baik jika ditulis secara runtut sesuai dengan alur hasil dari lapangan dan penggambaran tentang informan lebih dapat dimunculkan dengan jelas oleh peneliti. Semoga penelitian ini dapat menambah wawasan dan daftar
kepustakaan untuk ilmu komunikasi sehingga bermanfaat untuk mahasiswamahasiswa selanjutnya yang membutuhkan bantuan kepustakaan dan literature khususnya untuk komunikasi.
80
DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Abu & Narbuko, Cholid. 1997. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsini. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineke Cipta. Azwar, Saifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bachtiar, Wardi. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta: Logos. Cangara, Hafied. 1998. Lintasan Sejarah Ilmu Komunikasi. Surabaya: Usaha Nasional. Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra. Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia. Dhofier, Zamakhsyari. 1980. Tradisi Pesantren Study tentang Pandangan Hidup Kyai. LP3ES. Drever, James. 1986. Kamus Psikologi. Jakarta: Bina Aksara. Effendy, Onong Uchjana. 2000. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Ekosusilo, Madyo. 2003. Hasil Penelitian Kualitatif Sekolah Unggul Berbasis Unggul. Sukoharjo: Univet Bantara Press. Greertz, Clifford. 1981. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa. Pustaka Jaya. Gulo, Dali. 1982. Kamus Psychologi. Bandung: Tonis. 81
Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina. Makhfudli, Ferry Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika. McLeish, Jhon. 1986. Behaviorisme Sebagai Psikologi Perilaku Modern. Bandung: Tarsito. McQuail, Dennis. 2000. Mass Communication Theory: An Introduction. London: Sage. Moleong, Lexy J.. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya. Nawawi, Handari. 1993. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nazir, Muhammad. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nurdin, Ali ddk. 2013. Pengantar Ilmu Komunikasi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Poerwadarminta. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwanto, M. Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: CV. Remaja Rosdakarya. 82
Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1996. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Bulan Bintang. Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sukandarrumidi. 2004. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sumarmo, Marselli. 1996. Dasar-dasar Apreasi Film. Jakarta: PT. Gramedia Widasarana Indonesia. Syukir, Asmuni. 1983. Dasar-dasar Strategi Dakwah. Surabaya: Al-Ikhlas. Tambaruka, Apriadi. 2013. Literasi Media (Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa). Jakarta: Rajawali Pers. Wahid, Abdurrahman. 2007. Menggerakkan Tradisi Esai-esai Pesantren. Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta. Walgito, Bimo. 2002. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Yogyakarta: PT. Andi Offset. http://digilib.pnri.go.id/uploaded_files/k003/normal/Tradisi_Santri_Dlm_Histo riografi_Jawa.pdf. Diakises pada 04 Mei 2015 pukul 22:30 http://ibda.files.wordpress.com/2008/04/4-kepatuhan-dan-kemandiriansantri.pdf diakses pada 05 Mei 2015 pukul 08:43
83
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_Kultivasi diakses pada 20 April 2015 pukul 12:30. http://id.m.wikipedia.org/wiki/Teori_penggunaan_dan_pemenuhan_kepuasan diakses pada 20 April 2015 pukul 22:00 Wawancara dengan Aunur Rofiqoh pada 24 Mei 2015. Wawancara dengan Luluk Fitriani pada 05 Mei 2015. Wawancara dengan Millatir Rodiyah pada 21 Mei 2015. Wawancara dengan Hanim pada 21 Mei 2015. Wawancara dengan Alviana pada 20 Mei 2015. Wawancara dengan Nur Aida Ambiyatul U. pada 21 Mei 2015.
84
LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN AN-NURIYAH TENTANG FILM JODHA AKBAR DI ANTV Nama
: Alviana
Lama Di Pondok : 3 tahun Umur
: 21 tahun
Hari, Tanggal
: Rabu, 20 Mei 2015
1. Setelah anda menonton film “Jodha Akbar”, seperti apa penilaian Anda mengenai film tersebut baik dari segi penampilan dan busana para pemainnya? Jawab: Dari segi pakaian Islam sudah memenuhi syariat Islam yaitu tertutup, sedangkan dari segi pakaian di India adalah apa adanya sesuai dengan adat mereka tidak aneh-aneh. Dan meskipun di situ Ratu Jodha beragama Hindu, dia tetap memakai pakain yang tertutup dan sopan. 2. Di dalam film “Jodha Akbar” juga diceritakan bahwa Raja Jalal yang beragama Islam menikah dengan Ratu Jodha (Putri Hindu). Mereka menikah dengan agama yang berbeda, menurut Anda atas dasar apa pernikahan tersebut dan apakah ada pertentangan diantara mereka? Jawab: Menurut saya, pernikahan antara Raja Jalal dengan Ratu Jodha adalah atas dasar politik, dan dalam pernikahan tersebut ada pertentang diantara mereka, tapi dengan berjalannnya waktu Raja Jalal lama-kelamaan luluh dengan Ratu Jodha dan pertentangan itu pun hilang, hingga membuat mereka saling cinta beneran tidak atas dasar apa-apa.
85
3. Raja Jalal dalam film “Jodha Akbar” adalah seorang pemimpin kerajaan Mughal. Menurut Anda bagaimana peran Jalal sebagai Raja dalam film tersebut? Jawab: Raja Jalal dalam film tersebut berperan sebagai seorang raja yang baik, bijaksana, seperti dalam menyelesaikan sebuah masalah raja Jalal menyelesaikan masalah tersebut dengan seadil-adilnya, meskipun itu masalah dengan ibu dan isterinya sendiri. Dan apabila mempunyai rasa sayang pada satu orang wanita, ya hanya itu yang disayang tidak melirik atau sayang pada wanita lain. 4. Menurut
pandangan
Anda
bagaimana
adegan-adegan
yang
disuguhkan dalam film “Jodha Akbar”? Apakah ada adegan yang tidak layak ditonton? Jawab: Adegan yang disuguhkan dalam film “Jodha Akbar” ini adalah sopan, dan tidak ada unsur porno serta tidak ada unsur kekerasan. 5. Setelah melihat dari alur ceritanya, apakah dalam film “Jodha Akbar” terdapat unsur-unsur pendidikannya? Jawab: Menurut saya ada, seperti Akbar membangun bangunan khusus untuk temapt pengajian ilmu. 6. Menurut Anda film “Jodha Akbar” ini termasuk film yang bergenre apa? Jawab: Film Jodha Akbar adalah film yang bergenre drama, roman, sejarah, pendidikan dan religi.
TERIMA KASIH
86
TRANSKRIP WAWANCARA PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN AN-NURIYAH TENTANG FILM JODHA AKBAR DI ANTV Nama
: Nur Aida Ambiyatul U.
Lama Di Pondok : 2 tahun Umur
: 20 tahun
Hari, Tanggal
: Kamis, 21 Mei 2015
1. Setelah anda menonton film “Jodha Akbar”, seperti apa penilaian Anda mengenai film tersebut baik dari segi penampilan dan busana para pemainnya? Jawab: Dari segi penampilan dan busananya, para pemain film “Jodha Akbar” menggunakan pakaian yang sopan, meskipun Ratu Jodha beragama Hindu tapi pakaiannya mengikuti yaitu tertutup. 2. Di dalam film “Jodha Akbar” juga diceritakan bahwa Raja Jalal yang beragama Islam menikah dengan Ratu Jodha (Putri Hindu). Mereka menikah dengan agama yang berbeda, menurut Anda atas dasar apa pernikahan tersebut dan apakah ada pertentangan diantara mereka? Jawab: Menurut saya, pernikahan Raja Jalal dengan Ratu Jodha adalah atas dasar politik, dan ada pertentangan pertama kali, seperti ketika ratu Jodha difitnah dan di usir dari kerajaan, tapi akhirnya ratu Jodha kembali ke kerajaan.
87
3. Raja Jalal dalam film “Jodha Akbar” adalah seorang pemimpin kerajaan Mughal. Menurut Anda bagaimana peran Jalal sebagai Raja dalam film tersebut? Jawab: Dia bisa mengayomi seluruh keluarganya terutama ratu-ratunya, dia juga seorang raja yang penyayang, adil dan meskipun dulunya dia adalah seorang raja yang keras, kejam dan tidak kenal kata maaf bagi rakyatnya, tapi akhirnya sifat itu luluh dengan hadirnya Ratu Jodha dalam kehidupannya. 4. Menurut
pandangan
Anda
bagaimana
adegan-adegan
yang
disuguhkan dalam film “Jodha Akbar”? Apakah ada adegan yang tidak layak ditonton? Jawab: Menurut saya, adegan yang disuguhkan adalah sopan. Kalau di stasiun televisi Indonesia adegan yang tidak layak ditonton itu di sensor, tapi kalau di film aslinya atau video ada. 5. Setelah melihat dari alur ceritanya, apakah dalam film “Jodha Akbar” terdapat unsur-unsur pendidikannya? Jawab: Ada, seperti Raja Jalal dan Ratu Jodha selalu mengajarkan anaknya Ibadah, dimana dalam mengajarkan agama tersebut Raja Jalal dan Ratu Jodha tidak memaksakan anaknya untuk mengikuti agama Islam atau agama Hindu. 6. Menurut Anda film “Jodha Akbar” ini termasuk film yang bergenre apa? Jawab: Menurut saya, film ini bergenre romantis ada, politik, dan agama.
TERIMA KASIH 88
TRANSKRIP WAWANCARA PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN AN-NURIYAH TENTANG FILM JODHA AKBAR DI ANTV Nama
: Hanim
Lama Di Pondok : 1 tahun Umur
: 19 tahun
Hari, Tanggal
: Rabu, 21 Mei 2015
1. Setelah anda menonton film “Jodha Akbar”, seperti apa penilaian Anda mengenai film tersebut baik dari segi penampilan dan busana para pemainnya? Jawab: Bagus, daripada dalam film King Sulaiman (Abad Kejayaan), karena film King Sulaiman para pemainya tidak memakai kerudung, dan tidak sesuai cerita dahulu. 2. Di dalam film “Jodha Akbar” juga diceritakan bahwa Raja Jalal yang beragama Islam menikah dengan Ratu Jodha (Putri Hindu). Mereka menikah dengan agama yang berbeda, menurut Anda atas dasar apa pernikahan tersebut dan apakah ada pertentangan diantara mereka? Jawab: Dulunya sih ada, semua rakyat dan keluarga sangat bertentangan dengan pernikahan ini dan saat itu Ratu Jodha di suruh masuk Islam dulu, tapi Ratu Jodha tidak mau. Karena, pernikahan ini hanya di dasari politik, tidak di dasari rasa cinta. Ratu Jodha pun tetap yakin dengan agamanya tidak mau berubah keyakinan sampai akhir hayat. 3. Raja Jalal dalam film “Jodha Akbar” adalah seorang pemimpin kerajaan Mughal. Menurut Anda bagaimana peran Jalal sebagai Raja dalam film tersebut? Jawab: Dia menjadi seorang raja yang adil, bijaksana, dan pandai berpolitik. 89
4. Menurut
pandangan
Anda
bagaimana
adegan-adegan
yang
disuguhkan dalam film “Jodha Akbar”? Apakah ada adegan yang tidak layak ditonton? Jawab: Adegan yang disuguhkan dalam film tersebut adalah baik dan sopan, dan tidak ada adegan yang tidak layak ditonton, meskipun ada tapi disitu di sensor, seperti adegan ketika Raja Jalal dan Ratu Jodha ketika melakukan hubungan intim. 5. Setelah melihat dari alur ceritanya, apakah dalam film “Jodha Akbar” terdapat unsur-unsur pendidikannya? Jawab: Menurut saya ada, seperti mendidik anak-anaknya untuk belajar mengenal agama Islam, dan mereka tidak memaksakan ketika mengajarkan anaknya. 6. Menurut Anda film “Jodha Akbar” ini termasuk film yang bergenre apa? Jawab: Menurut saya film Jodha Akbar ini bergenre campuran, seperti romantis, pertentangan, pertengkaran, politik dan lain-lain.
TERIMA KASIH
90
BIODATA PENULIS
Nama
: Tazqirotul Mualifah
NIM
: B76213091
Tempat, Tanggal Lahir : Lamongan, 12 September 1995 Alamat
: RT 03/RW 05 Dsn. Toronglo – Ds. Sumberagung – Kec. Modo – Kab. Lamongan
E-Mail
: mu’
[email protected]
Nama Orang Tua
: Imam Nur Kolisiyah
Riwayat Pendidikan SDN Sumberagung 1 Modo SMP Negeri 2 Modo MAN Babat Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya Santri di Pondok Pesantren Putri An-Nuriyah Surabaya
91