HUBUNGAN PERSEPSI SANTRI TENTANG PENERAPAN TA’ZIR DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN AL HUDA PETAK KEC. SUSUKAN, KAB. SEMARANG TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pdi)
Oleh MASLIHATUL UMAMI NIM 11108093
JURUSAN TARBIYAH PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
MOTTO
Setiap Kata adalah Do’a
“Utamakan Sholawat”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada Bapak dan Ibu tercinta, Suami dan anakku tersayang, keluarga besarku di Purwodadi, Susukan dan Semarang.
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن اهلل بسم Segala Puji bagi Allah SWT atas Rahmat dan Hidayah serta Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, walaupun masih jauh dari kesempurnaan. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, sebagai tauladan kita untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Penulis menyadari bahwa selesainya penyusunan karya tulis sederhana ini berkat motivasi, bantuan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada: 1. Yang terhormat Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Yang terhormat Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam. 3. Yang terhormat Bapak Dr. M. Zulfa, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing yang bersedia
meluangkan
waktu
disela-sela
kesibukannya
untuk
memberikan
bimbingan. 4. Yang terhormat Bapak Adib Maesur, selaku pengasuh Pondok Pesantren Al huda yang telah memberi izin untuk penelitian ini. 5. Segenap Staf dan Dosen STAIN Salatiga.
6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah memberikan segala kebutuhan lahiriyyah maupun batiniyyah bagi penulis. 7. Suamiku (Muhamad Irsyadi) dan anakku (Ahmad Hakam Alfaqih Arsyad) tercinta yang telah memberi motivasi, energi positif dan do’a. 8. Keluarga besar dan teman-temanku terhebat yang telah memberikan motivasi dan bantuan apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Salatiga, 20 Agustus 2013 Penulis,
Maslihatul Umami
ABSTRAK
Umami, Maslihatul. 2013.11108093. Hubungan Persepsi Santri tentang Penerapan Ta’zir dengan Kedisiplinan Belajar Santri Putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. SekolahTinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Zulfa, M.Ag. Kata kunci: Penerapan Ta’zir dan Kedisiplinan Belajar Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:Hubungan Antara Persepsi Santri tentang Penerapan Ta’zir dengan Kedisiplinan Belajar Santri Putri Pondok Pesantren Al Huda Tahun 2012. Subjek penelitian sebanyak 50 responden, menggunakan penelitian populasi. Pengumpulan data menggunakan instrumen observasi dan angket untuk menjaring data penerapan ta’zir dan kedisiplinan belajar santri. Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan korelasional kuantitatif. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis persentase dan hipotesis. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan prodoct moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan hukuman (ta’zir) di Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012 berada pada kategori baik/tinggi, hal ini dapat dilihat dari data 21 responden dengan persentase 42%. Sedangkan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012 berada pada kategori sedang, yakni mencapai angka frekuensi 29 responden dengan persentase 58%. Uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan antara penerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012, hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rhitung ) sebesar 0,718 lebih besar dari rtabel pada taraf signifikansi 1% yaitu (0,361). Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang positif antara penerapan hukuman (ta’zir) dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………......... i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………….......... ii HALAMANPENGESAHAN …………………………………………………..........
iii
HALAMANPERNYATAAN ……………………………………………………….
iv
HALAMAN MOTTO………………………………………………………………...
v
HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………………… vi KATA PENGANTAR……………………………………………………………….
vii
ABSTRAK……………………………………………………………………………
ix
DAFTAR ISI……………………………………………………………………......... x DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………............. xiii BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………………..... 1 B. Rumusan Masalah………………………………………………………..
5
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………...
5
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………….. 5 E. Hipotesis…………………………………………………………………. 6 F. Penegasan Istilah…………………………………………………………
7
G. Metodologi Penelitian……………………………………………………
9
H. Teknik Analisis Data……………………………………………….......... 11 I. Sistematika Penulisan……………………………………………………. 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA………………………………………………………...
14
A. Ta’zir…………………………………………………………………….
14
1. Pengertian Hukuman (Ta’zir)……………………………………….
14
2. Bentuk Hukuman………………………………………………….…
15
3. Hukuman Dalam Pendidikan ...……………….…………………….
21
B. Kedisiplinan Belajar……………………………………………..………. 23 1. Pengertian Kedisiplinan……………………………………………...
23
2. Pengertian Belajar…………………………………………………...
25
3. Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Belajar…………………...
32
C. Hubungan Penerapan Ta’zir Dengan Kedisiplinan Belajar…………….
34
BAB III LAPORAN PENELITIAN…………………………………………………
38
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al Huda………..…………………. 38 1. Sejarah Pondok Pesantren Al Huda …………………………………
38
2. Sarana dan Fasilitas Pesantren……………………………………….
42
3. ProgramPendidikan dan Pengajaran…………………………………. 43 4. Susunan Kepengurusan………………………………………………
46
5. Visi dan Misi Pondok Pesantren……………………………………..
47
6. Tata Tertib Santri…………………………………………………….
48
7. Ta’zir di Pondok Pesantren Al Huda........…………………………...
50
8. Keadaan Objek Responden.................................................................
50
B. Penyajian Data …………………………………………………………... 53
BAB IV ANALISIS DATA .…………………………………………………………
59
A. Analisis Pendahuluan……………………………………………………
59
B. Analisis Lanjut ..…………………………………………………………
75
C. Pembahasan……………………………………………………………… 80 BAB V PENUTUP…………………………………………………………………… 81 A. Kesimpulan……………………………………………………................. 81 B. Saran…........……………………………………………………………... 82
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Penelitian Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Lampiran 3 Surat Bukti Penelitian Lampiran 4 Nota Pembimbing Lampiran 5 Daftar Nilai SKK
Lampiran 6 Lembar Konsultasi Lampiran 7 Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pembentukan diri manusia secara menyeluruh, bukan hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan tetapi mengupayakan bagaimana agar menjadi manusia yang bermoral baik, mandiri, tanggung jawab serta mampu menghadapi kehidupan dengan tetap bijaksana. Di Indonesia, pendidikan diselenggarakan dalam dua bentuk, yaitu pendidikan formal dan pendidikan nonformal(Nur Salim,2010:1). Pendidikan formal atau lebih dikenal sebagai pendidikan sekolah contohnya SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekoah Menengah Atas) dan Perguruan Tinggi atau Universitas. Sedangkan contoh dari pendidikan nonformal adalah Pondok Pesantren, TPA (Tempat Pendidikan Al-Qur’an), Play Group, dan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Indonesia
yang mempunyai
penduduk
mayoritas
beragama
Islam,
mempunyai sebuah lembaga pendidikan yang usianya sudah cukup tua yakni pondok pesantren.Pondok pesantren merupakan salah satu contoh pendidikan nonformal yang eksistensinya masih diakui masyarakat Indonesia sampai saat ini. Istilah pondok sendiri berasal dari bahasa arab, “fundug” yang berarti hotel atau asrama. Sedangkan pesantren berasal dari kata santri yang diberi awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti tempat tinggal santri (Dhofir, 1983:18). Menurut Profesor
Haidar (2004:27), pesantren berarti tempat orang berkumpul untuk menimba ilmu agama Islam. Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pondok pesantren adalah asrama atau tempat yang dijadikan tempat tinggal santri atau orang yang akan menimba ilmu pengetahuan agama Islam. Meskipun pada awalnya, nama pondok pesantren hanya dikenal di pulau Jawa dan Madura, tetapi pondok pesantren diidentifikasikan oleh para ahli dengan nama yang diberikan untuk lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia. Keberadaan pondok pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam dalam proses berdirinya tidak terlepas dari seorang sesepuh (kyai/Ajengan) dengan ilmu yang dimilikinya serta dengan keikhlasan dalam beramal, prilakunya sesuai dengan apa yang disampaikan kepada masyarakat sebagai suri tauladan bagi para santri khususnya dan masyarakat pada umumnya. Maka berdirilah sebuah lembaga kehidupan masyarakat yang mandiri dan ditunjang oleh sarana dan prasarana untuk lancarnya kegiatan belajar mengajar.sebuah Pondok Pesantren pada dasarnya merupakan sebuah sarana pendidikan Islam tradisional yang para santrinya tinggal dalam lingkungan pondok bersama-sama dan belajar dibawah lindungan maha guru (kyai).Asrama tersebut berada dalam lingkungan Pondok Pesantren dan khusus bagi kyai disediakan tempat tinggal. Dalam lingkungan tersebut disediakan tempat ibadah bersama (masjid) serta tempat ngaji yang disebut Madrasah Pondok Pesantren dalam jangka panjang mampu berada dalam lingkungannya dan kedudukannya relatif lebih kuat dari masyarakat sekitarnya. Ini bisa dilihat dari kemampuan Pondok Pesantren untuk menciptakan tanpa harusmengorbankan identitas dirinya.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan, pesantren mempunyai tujuan yang dirumuskan sebagai acuan dari program-program yang diselenggarakan. Profesor Mastuhu menjelaskan bahwa tujuan utama pesantren adalah untuk mencapai hikmah atau kebijaksanaan berdasarkan pada ajaran islam yang dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi peranan dan tanggung jawab sosial (Dian, 2007:50). Pesantren mempunyai peranan penting bagi pembentukan akhlak santrinya serta membentuk pribadi yang mampu bersosialisasi dengan perkembangan yang ada dan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam. Di lingkungan Pondok Pesantren kyai sangat dihormati dan disegani, sehingga eksistensi Pondok Pesantren di masyarakat sebagai lembaga pendidikan islam yang ideal dan disiplin dapat terlaksana. Setiap peraturan di Pondok Pesantren dimaksudkan untuk menanamkan kedisiplinan.Dalam menegakkan kedisiplinan ini, diperlukan keteladanan dari kyai dan pengurus Pondok Pesantren.Peraturan yang telah disepakati merupakan upaya menanamkan tanggung jawab dan pendidikan yang islami, sehingga Pondok Pesantren sanggup tampil sebagai sebuah lembaga pendidikan yang ideal. Sistem penegasan atau hukuman (ta’zir) yang diberikan di Pondok Pesantren untuk mencapai keberhasilan mempunyai bentuk dan corak yang berbeda-beda antara pondok yang satu dengan yang lainnya, ini disebabkan karena kondisi pesantren yang berbeda, serta dari kebijakan-kebijakan yang disepakati oleh para pengurus Pondok Pesantren.Oleh karena itu kebijaksanaan Kyai sangat menentukan, karena beliau adalah pemegang otoritas tertinggi dalam menentukan kebijaksanaan mekanisme sebuah lembaga pendidikan Pondok Pesantren.
Ketika ada santri yang dita’zir, pengurus Pondok Pesantren bermaksud menghentikan tingkah laku yang salah, supaya tidak diulangi lagi dan santri mempunyai koreksi bagi dirinya sendiri.Serta bertujuan untuk mendidik supaya bertingkah laku atau berakhlak yang baik sesuai dengan yang diinginkan. Tetapi terkadang persepsi santri terhadap ta’zir berbeda dengan pena’zir, santri merasa dihukum, merasa tidak diperlakukan secara adil, dan yang lebih ekstrim lagi, santri merasa apa yang dilakukannya adalah benar sehingga istilah ta’zir tidak tepat untuknya. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut, perlu kiranya dikaji secara mendalam untuk mendapatkan hasil yang memuaskan dan obyektif dengan memakai pendekatan ilmiah.Untuk itu penulis mencoba mengkaji persoalan diatas secara sistematis, dengan membuat skripsi yang berjudul “HUBUNGAN PERSEPSI SANTRI TENTANG PENERAPAN TA’ZIR DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN AL-HUDA PETAK KEC.SUSUKAN TAHUN 2012”.
B. Rumusan Masalah Dalam melakukan penelitian ini, penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan ta’zir di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun 2012? 2. Bagaimana kedisiplinan santri putri di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun 2012? 3. Adakah hubungan antara persepsi santri tentangpenerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penerapan ta’zir di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun 2012. 2. Untuk mengetahui kedisiplinan santri putri di Pondok Pesantren al-Huda Petak Tahun 2012. 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi santri tentang penerapanta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri di Pondok Pesantren Al-Huda Petak Tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang jelas tentang ada tidaknya hubungan antara persepsi santri tentang penerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri. Dalam informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritik dan praktis, yaitu: 1. Secara teoritik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengamat pendidikan kedisiplinan sebagai suatu analisa yang bermanfaat, menambah pengetahuan dan wawasan tentang efektivitas ta’zir terhadap kedisiplinan belajar santri yang ada di Pondok Pesantren. 2. Secara praktis
Dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengurus pondok pesantren dalam menentukan kebijakan yang tepat dan bermanfaat terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh santri.
E. Hipotesis Menurut Poerwadarminta (2006:420-421) hipotesis dapat diartikan sebagai sesuatu yang dianggap benar untuk alasan atau untuk menguatkan pendapat meskipun kebenarannya belum dibuktikan.Dalam penelitian ini, penulis mempunyai asumsi bahwa ada hubungan positif antara persepsi santri tentang penerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri di Pondok Pesantren Al-Huda Petak Tahun 2012.
F. Penegasan Istilah 1.
Ta’zir Dalam pembahasan ini perlu kiranya diberikan penjelasan dari judul diatas, sebagai berikut: a) Ta’zir adalah cara menghukum yang menyimpang dari sesuatu yang telah ditetapkan, dengan perkataan, dengan diperlihatkan kepada umum (Poerwadarminta, 2005:1186).
Adapun indikator- indikator tingkat persepsi santri tentang penerapan ta’zir di Pondok Pesantren Al-Huda antara lain: 1) Ta’zir di Pondok Pesantren Al-Huda a. Tidak mengikuti kegiatan 1) Peringatan (1x) 2) Menguras kamar mandi dan wc 3) Menghafal salah satu surat dalam Al-Qur’an b. Pulang tanpa ijin 1) Peringatan 2) Membersihkan aula dan masjid 3) Membaca Al-Qur’an satu juz Dalam hal ini, persepsi santri tentang penerapanta’zir merupakan variabel
bebas atau variabel X
dalam rangka untuk memudahkan
penjabarannya.
2. Kedisiplinan belajar santri a) Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berarti tata tertib, ketaatan kepada peraturan tata tertib (Depdikbud, 1989:13). b) Belajar secara etimologi berarti berusaha memperoleh kepandaian ilmu (Athiyah Abrosyi, 1984:654). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan belajar adalah ketaatan dan ketertiban dalam belajar dan mentaati peraturan-
peraturan yang berlaku. Dalam hal ini, kedisiplinan belajar merupakan variabel Y atau variabel terkait untuk menjabarkan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, untuk memberikan penafsiran tinggi rendahnya kedua variabel tersebut yaitu X dan Y, maka penulis menggunakan skala pengukuran dengan kategori sebagai berikut: a. Baik b. Cukup/ sedang c. Kurang Adapun indikator yang penulis gunakan untuk mengukur variabel kedua, yaitu kedisiplinan belajar, adalah: 1. Ketertiban dalam belajar a) Waktu dalam belajar b) Penyelesaian tugas 2. Keaktifan dalam belajar
c) Santri Santri dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Santri mukim adalah para santri yang menetap dan tinggal di Pondok Pesantren. 2. Santri kalong adalah para santri yang tidak tinggal atau menetap di Pondok Pesantren, mereka hanya datang ketika hendak mengaji (Nur Salim, 2010:8-9).
Selanjutnya santri sebagai subjek yang diteliti. 3. Pondok Pesantren Al-Huda Pondok Pesantren merupakan asrama atau tempat orang berkumpul untuk menimba ilmu agama Islam. Jadi pondok pesantren Al-Huda adalah tempat pendidikan agama Islam yang di gunakan seseorang untuk menuntut ilmu, yang beralamat di desa Petak, kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.
G. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang diterapkan oleh peneliti adalah pendekatan
korelasional
kuantitatif.Yang dimaksud
dengan
pendekatan
korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 1995: 326). 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Huda, Desa Petak, kecamatan Susukan, kabupaten Semarang, dan waktu pelaksanaannya dimulai dari pembuatan proposal sampai laporan penelitian selesai. 3. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah santri putri pondok pesantren Al-Huda Petak yang berjumlah 50 santri dengan
menggunakan penelitian populasi, karena semua diambil untuk menjadi responden atau subjek penelitian. 4. Instrument Penelitian a. Observasi Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata atau perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto, 1997:146). Observasi ini digunakan untuk memperoleh data populasi, keadaan pondok pesantren dan data-data lapangan serta perilaku santri yang melakukan penyimpangan atau perilaku setelah diberikan ta’zir. b. Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 1997:140). Model angket yang digunakan penulis adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan jawabannya, sehingga responden tinggal memiih (Arikunto, 1997:141). Penulis menggunakan angket ini bertujuan untuk menjaring data tentang persepsi santri tentangpenerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri pondok pesantren Al-Huda Petak Tahun 2012. H. Teknik Analisis Data Untuk memperoleh hasil dari penelitian agar bisa digeneralisasikan setiap data yang masuk harus dianalisis. 1. Analisis Persentase
Yaitu teknik analisis data dengan menggunakan rumus: P=F/Nx100% Keterangan: P: Persentase Perolehan F: Frekuensi N: Jumlah Sampel Rumus presentase ini untuk menganalisis dari tiap-tiap kategori kedua variabel yaitu ta’zir terhadap kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al-Huda. 2. Analisis Hipotesis Sesuai dengan jenis data penelitian, maka sebagai tindak lanjut dari data yang telah dikumpulkan dari kedua variable yaitu ta’zir (variable x) dan kedisiplinan belajar santri (variable y), peneliti menggunakan rumus korelasi product moment, dengan angka kasar (Arikunto, 1997:256)
rxy =
∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 2 −
Keterangan:
(∑𝑥 )2 𝑁
∑𝑥 ∑𝑦 𝑁
∑𝑦 2 −
(∑𝑦 )2 𝑁
rxy : nilai koefisien korelasi antara x dan y xy : produk dari x dan y x : nilai variabel 1 y : nilai variabel 2 N : banyaknya subjek pemilik nilai ∑ : sigma
I. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini penulis membagi dalam lima bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis penelitian, penegasan istilah, metodologi penelitian, teknik analisis data, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : dikemukakan tentang kajian pustaka, yang berisi tentang ta’zir (pengertian ta’zir, bentuk hukuman, hukuman dalam belajar), dan kedisiplinan belajar santri. BAB III : Hasil Penelitian Pada bab ini penulis akan menyajikan mengenai gambaran umum Pondok Pesantren Al-Huda Petak (sejarah berdirinya, visi misi, tujuan, susunan organisasi, program pendidikan), serta penyajian data penelitian. BAB IV : Analisis Data Pada bab ini berisi tentang analisi data yang telah terkumpul, untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui tahapan analisis pendahuluan, dan analisis lanjut. BAB V : Penutup Pada bab ini memuat tentang penutup, kesimpulan, saran, dan lampiran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Ta’zir 1. Pengertian Ta’zir Istilah ta’zir juga dinamakan hukuman. Istilah nama ta’zir biasanya dipakai dalam lingkup Pondok Pesantren. Akan tetapi pada dasarnya ta’zir berarti juga hukuman. Adapun pengertian hukuman adalah sebagai berikut: a. Hukuman menurut Achmadi (1983: 52). Hukuman adalah suatu tindakan yang mengakibatkan penderitaan bagi yang terhukum. b. Hukuman menurut Ngalim Purwanto (2007: 186). Hukuman adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang ( guru, orang tua dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran. c. Hukuman menurut Abu Ahmadi (1991: 150). Hukuman adalah suatu perbuatan, dimana kita secara sadar, dan sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang baik dari segi kejasmanian maupun segi kerohanian. d. Hukuman menurut Kartini Kartono (1992: 261).
Hukuman adalah perbuatan yang secara intensional diberikan sehingga menyebabkan penderitaan lahir batin, diarahkan untuk menggugah hati nurani dan penyadaran si penderita akan kesalahannya. Dari beberapa pengertian hukuman diatas dapat disimpulkan bahwa hukuman merupakan alat pendidikan yang berfungsi untuk menghentikan tingkah
laku
yang tidak
benar,
membantu
santri
menjadi
dewasa,
bertanggungjawab dan bediri secara moril.Selain itu, hukuman bertujuan untuk merubah santri kepada kebaikan, menjadi manusia yang lebih baik lagi dan supaya tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama/tindakan yang salah. 2. Bentuk Hukuman di Pesantren Hukuman secara garis besar dapat dibedakan menjadi 2 yaitu hukuman fisik dan hukuman non fisik.Namun demikian, hukuman dalam bentuk apapun tujuannya lebih mengarah kepada psikis atau agar santri menyadari kesalahan yang telah diperbuat bukan karena rasa sakit yang ditimbulkan oleh hukuman. a. Bentuk Hukuman Menurut Abu Ahmadi (1978: 50) bentuk hukuman dibagi menjadi 4 yaitu: 1) Hukuman yang berwujud isyarat Hukuman ini cukup diberikan dengan pandangan mata, gerakan anggota badan dan lain-lain. Setiap anak memiliki pembawaan dan latar belakang yang berbeda, maka dari itu sebaiknya jika memberikan hukuman disesuaikan dengan karakter masing-masing anak.Sebagian anak ada yang cukup dengan
diberi isyarat sebagai tanda kalau dia salah, misalnya dengan kedipan mata. 2) Hukuman dengan perkataan Hukuman ini cukup diberikan dengan cara memberikan teguran, perhatian, peringatan dan ancaman. Sebagaimana anak ada yang tidak memahami isyarat.Menurut Dr. Abdullah Nashih Ulwan (1981) dalam bukunya yang berjudul Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, dikatakan bahwa “terkadang, perbaikan cukup dengan memberikan nasehat yang jelas dan tegas, dengan pandangan sekilas, keramah tamahan yang lembut, dengan memberikan isyarat, atau dengan melontarkan kata-kata yang menjerakan”. 3) Hukuman dengan perbuatan Hukuman ini diberikan dengan cara memberikan tugas kepada yang melakukan pelanggaran. Dalam upaya memperbaiki kekeliruan anak, tidak ada salahnya bila secara bertahap beralih dengan cara yang lebih keras, seperti memberikan tugas yang tidak menyenangkan bagi anak. 4) Hukuman badan Hukuman ini diberikan dengan cara menyakiti badan anak, baik dengan alat maupun tidak.
Hukuman badan ini terpaksa dilakukan jika dengan cara-cara yang lembut
tidak
mampu
menyadarkan
anak
yang
melakukan
kesalahan.Pada umumnya, zaman sekarang ini banyak pendidik yang tidak setuju dengan hukuman yang berbau kekerasan/menyakiti anggota badan, seperti memukul, dan sebagainya.Namun untuk pelanggaran yang prinsipil, seperti yang untuk meningkatkan keimanan itu diperbolehkan.Rasulullah
membenarkan
hukuman
badan,
seperti
memukul anak atas kelalaiannya mengerjakan shalat fardhu. b. Macam-macam Hukuman Menurut Ngalim Purwanto (2007: 189) macam-macam hukuman ada 2 yaitu: 1) Hukuman Preventif Hukuman preventif adalah hukuman yang dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi pelanggaran.Hukuman ini bermaksud untuk mencegah agar jangan sampai terjadi pelanggaran, sehingga hal itu dilakukannya sebelum pelanggaran dilakukan. 2) Hukuman Represif Hukuman represif adalah hukuman yang dilakukan oleh karena adanya pelanggaran yang telah diperbuat.Jadi, hukuman ini dilakukan setelah pelanggaran terjadi.
William Stern membagi hukuman menjadi 3 macam yang disesuaikan dengan perkembangan anak dalam menerima hukuman (Ngalim Nurwanto, 2007: 190). 1) Hukuman Asosiatif Umumnya, orang mengasosiasikan antara hukuman dan kejahatan atau pelanggaran, antara penderitaan yang diakibatkan oleh hukuman dengan perbuatan pelanggaran yang dilakukan.Untuk menyingkirkan perasaan tidak enak (hukum) itu, biasanya orang atau anak menjauhi perbuatan yang tidak baik atau yang dilarang. 2) Hukuman Logis Hukuman ini dipergunakan untuk anak yang sudah agak besar.Dengan ini anak mengerti bahwa hukuman ini adalah karena kesalahannya sendiri.Anak bisa menerimanya dengan logis. 3) Hukuman Normatif Hukuman normatif adalah hukuman yang bermaksud memperbaiki moral. Hukuman ini dilakukan terhadap pelanggaranpelanggaran mengenai norma atau etika. c. Teori Hukuman Menurut Ngalim Purwanto (1995: 187) teori hukuman ada 5 macam, yaitu: 1) Teori Pembalasan
Menurut teori ini, hukuman diadakan sebagai pembalasan dendam terhadap
kelalaian
dan
pelanggaran
yang
telah
dilakukan
seseorang.Tentu saja teori ini tidak boleh dipakai dalam pendidikan di sekolah. 2) Teori Perbaikan Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk membasmi kejahatan. Jadi, maksudnya adalah untuk memperbaiki si pelanggar agar jangan berbuat kesalahan semacam itu lagi. Teori inilah yang lebih bersifat pedagogis, karena bermaksud memperbaiki si pelanggar, baik lahiriyah maupun batiniyahnya. 3) Teori Perlindungan Menurut teori ini hukuman diadakan untuk melindungi masyarakat dari perbuatan-perbuatan yang tidak wajar.Dengan adanya hukuman ini, masyarakat dapat dilindungi dari kejahatan-kejahatan yang telah dilakukan oleh si pelanggar. 4) Teori Ganti Kerugian Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk mengganti kerugiankerugian yang telah diderita akibat dari kejahatan-kejahatan atau pelanggaran itu.Hukuman ini banyak dilakukan dalam masyarakat atau pemerintahan.
Dalam proses pendidikan, teori ini masih belum cukup. Sebab, dengan hukuman semacam itu anak mungkin menjadi tidak merasa bersalah, karena kesalahannya itu telah terbayar dengan hukuman. 5) Teori Menakut-nakuti Menurut teori ini, hukuman diadakan untuk menimbulkan perasaan takut kepada si pelanggar akan akibat perbuatannya yang melanggar itu, sehingga ia akan selalu takut melakukan perbuatan itu dan mau meninggalkannya. Teori ini masih membutuhkan teori perbaikan.Sebab, dengan teori ini besar kemungkinan anak meninggalkan suatu perbuatan itu hanya karena takut, bukan karena keinsyafan bahwa perbuatannya memang buruk.Dalam hal ini anak tidak terbentuk kata hatinya. d. Akibat Hukuman Menurut Ngalim Purwanto (1995: 189) akibat hukuman ada 5 yaitu: 1) Menimbulkan perasaan dendam pada si terhukum. Ini adalah akibat dari hukuman yang sewenang-wenang dan tanpa tanggung jawab. Akibat inilah yang harus dihindari oleh pendidik. 2) Menyebabkan
anak
menjadi
lebih
pandai
menyembunyikan
pelanggaran. Ini juga akibat yang tidak baik, bukan yang diharapkan oleh pendidik. 3) Memperbaiki tingkah laku si pelanggar.
4) Mengakibatkan si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah, oleh karena kesalahannya dianggap telah dibayar dengan hukuman yang telah dideritanya. 5) Memperkuat kemauan si pelanggar untuk menjalankan kebaikan. 3. Hukuman dalam Pendidikan a. Tujuan Hukuman Tujuan kita menghukum adalah hendak mencegah dan menjerakan, agar tidak mengulangi kesalahan. Hukuman itu ada tingkatannya, mulai dengan cara yang halus dan ringan, sampai dengan cara yang keras dan berat. Menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan bahwa : “sanksi ini bertahap mulai dari peringatan keras, dipukul, dipenjarakan dan seterusnya. Sanksi ini bertahap sesuai dengan perbedaan usia, budaya dan kedudukan seseorang. Diantaranya ada yang cukup dengan nasehat, ada yang jera dengan dipenjara dan lain sebagainya. Menurut Kartini Kartono (1992: 261-262) hukuman akan positif sifatnya, apabila pelaksanaannya berlangsung bijak dan mengandung tujuan sebagai berikut: 1. Memperbaiki
individu
yang
bersangkutan
agar
menyadari
kekeliruannya dan tidak akan mengulanginya lagi. 2. Melindungi pelakunya agar dia tidak melanjutkan pola tingkah laku yang menyimpang, buruk dan tercela. 3. Melindungi masyarakat luar dari perbuatan-perbuatan salah (nakal, jahat, asusila, dan sebagainya) yang dilakukan oleh anak.
b. Prinsip Pemberian Hukuman 1) Prinsip Psikologis Pendekatan ini dilakukan ketika hendak memberikan hukuman kepada santri yang melakukan pelanggaran. Karena sesungguhnya setiap anak itu merupakan masalah yang berdiri sendiri, artinya mungkin suatu hukuman cocok untuk seorang santri tetapi tidak cocok untuk santri yang lain. 2) Prinsip Keadilan Yaitu prinsip untuk menyesuaikan antara bentuk pelanggaran serta siapa yang melakukan pelanggaran.Artinya, hukuman yang diberikan kepada anak harus disesuaikan dengan macam dan besar kecilnya, serta siapa yang melakukan pelanggaran. Apabila ada dua anak yang melakukan pelanggaran sama, maka tidak serta merta memberikan hukuman yang sama. Sebab apabila jenis kelamin, usiaataupun motivasi terhadap pelanggaran itu berbeda maka hukuman yang diberikan harus berbeda. 3) Prinsip Kasih Sayang Hukuman dalam pendidikan bukan bertujuan untuk menyakiti, menyiksa atau sebagai sarana bagi seseorang untuk menumpahkan kekesalan.Penerapan hukuman harus berlandaskan kasih saying.Oleh karena itu pemberian hukuman harus menjamin cinta kasih. 4) Prinsip Berorientasi Kepada Tuhan
Hukuman dalam penerapannya harus selalu memperhatikan tujuantujuan yang hendak dicapai.Maksud dan tujuan dari pemberian hukuman adalah sebagai tuntutan dan perbaikan, bukan sebagai hardikan atau alat untuk balas dendam. B. Kedisiplinan Belajar 1. Pengertian Kedisiplinan Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” (artinya: murid) yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Dalam hal ini, orang tua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup sehingga mampu mencapai kebahagiaan yang diharapkan, bahkan para ahli mengatakan bahwa dengan disiplin berbagai kebutuhan dengan sendirinya dapat dipenuhi jika seseorang telah membiasakan diri melakukan kegiatan dengan terencana, maka ia akan mulai disiplin atau sudah mulai teratur dengan sendirinya ia tinggal berlatih mematuhi rencana itu sendiri, seperti ketaatan atau kepatuhan pada peraturan, tata tertib, dan sebagainya (depdikbud, 1997: 237). Disiplin juga berarti rentetan peraturan atau latihan yang terencana dianggap perlu dan penting untuk mencapai tujuan tertentu (Dewa Ketut Sukardjo, 1988: 27). Menurut Suharsimi Arikunto, disiplin mengandung pengertian kepatuhan manusia dalam mengikuti peraturan atau tata tertib, karena didorong oleh kesadaran yang ada pada kata hatinya.
Secara teoritis, kedisiplinan dibagi menjadi dua macam, pertama; kedisiplinan
yang
ditegakkan
berdasarkan
kesadaran
sendiri.Kedua;
kedisiplinan yang ditegakkan berdasarkan perintah atau ketentuan yang ditentukan dari luar diri (Ahmad Syafi’i Ma’arif, 1995: 129).Konsep kedisiplinan yang pertama pada dasarnya berhubungan erat dengan motivasi tindakan etis berdasarkan kesadaran yang timbul dari nurani sendiri.Sedangkan konsep kedua mempunyai korelasi dengan motivasi tindakan etis berdasarkan tuntutan (yang mengandung imbalan dan atau sanksi) yang datang dari luar diri. Dalam konteks ini, ada dua prinsip yang menjadi dasar pendorong kedisiplinan, yaitu: a. Sikap taqwa, yakni menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang mempunyai konsekuensi yang membahayakan atau memburuk. b. Sikap istiqomah, yakni sikap lurus, jujur serta konsisten dalam membela dan melaksanakan suatu pendirian yang dipandang baik dan benar (Ahmad Syafi’i Ma’arif, 1995: 135). 2. Pengertian belajar a. Pengertian Adapun pengertian belajar menurut beberapa ahli ( Mustaqim, 2004: 33) adalah: 1. Menurut Clifford T. Morgan Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.
2. Menurut Guilford Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari rangsangan. 3. Menurut Sardiman AM. Belajar adalah merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, dan lain sebagainya. b. Faktor- faktor belajar Dalam kegiatan belajar, ada beberapa faktor yang terkait agar kegiatan individu benar-benar merupakan kegiatan belajar. Morgan (1961) memaparkan kesamaan pendapat para ahli psikologi bahwa belajar, yang merupakan proses mental dalam memahami tingkah laku manusia, menyangkut beberapa faktor, yaitu asosiasi, motivasi, variabelitas, kebiasaan, kepekaan, pencetakan (imprinting), dan hambatan (Morgan, 1961: 188-194). Sedikit uraian mengenai faktor-faktor tersebut: 1) Asosiasi Dalam kegiatan belajar terjadi koneksi atau hubungan didalam otak, antara hal satu dengan yang lain. 2) Motivasi Belajar akan terjadi bila manusia atau binatang terdorong beberapa hal. 3) Variabilitas
Dalam peristiwa belajar, ada bermacam tingkah laku yang dapat dilakukan untuk memecahkan suatu masalah, tergantung pada stimulus belajar. 4) Kebiasaan Belajar dapat membentuk suatu kebiasaan yang dapat digunakan untuk menghadapi situasi berbeda dan memerlukan pertimbangan. 5) Kepekaan Faktor kepekaan merupakan perasaan atau kognisi yang mudah tersentuh dan merupakan penentu keberhasilan belajar.
6) Pencetakan Dalam hal ini, pencetakan berarti semacam proses “memperlihatkan” sesuatu (yang dipelajari) pada kesan atau otak. 7) Hambatan Dalam proses belajar, hambatan tertentu terjadi (Morgan, 1961: 194). c. Teori-teori belajar Menurut Snelbecker, yang dikutip Dahar (1989), teori adalah sekumpulan dalil yang mengikuti aturan-aturan tertentu. Aturan tersebut
dapat menghubungkan secara logis dalil satu dengan yang lain pada data yang diamati (Mulyati, 2005: 8). Sesuai dengan perkembangan, teori belajar sebagai bagian pokok bahasannya berkembangpula mulai dari teori-teori yang berdasarkan pandangan filosofis sampai yang diiringi dan seiring dengan eksperimeneksperimen. Dan diantara teori-teori belajar sebelum abad ke 20 dan abad ke 20 (Mulyati, 2005: 12): 1. Teori belajar sebelum abad 20 a. Teori Disiplin Mental Belajar berarti mendisiplinkan mental.Misalnya, dalam kegiatan belajar membaca, teori disiplin mental mengartikan bahwa anak melatih otot-otot mentalnya mulai dari menghafal huruf-huruf, katakata, kalimat dan seterusnya. b. Teori Perkembangan Alamiah Belajar baru akan terjadi dan mendatangkan hasil bila anak telah benar-benar merasakan kebutuhan untuk belajar. Saat itu ia akan melakukannya dengan penuh kegembiraan sehingga pengalaman akan melekat sebagai kecakapan atau ketrampilan. c. Teori Apersepsi Belajar adalah suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan-gagasan lama, yang sudah terbentuk didalam pikiran. Misalnya anak akan mempelajari kata “kuda”. Ia diperlihatkan
gambar kuda diatas tulisan kuda. Kemudian ia menganalisis huruf perhuruf. Demikian sebaliknya, ia dapat menggabungkan huruf-huruf yang dikenal kedalam kata-kata baru, kalimat, dan seterusnya. 2. Teori belajar abad 20 a. Teori Behavioristik 1) Teori Koneksionisme (Thorndike) Adalah belajar suatu kegiatan
membentuk asosiasi (connection)
antara kesan panca indera dengan kecenderungan bertindak. Teori koneksionisme menyebutkan pula konsep transfer of training, yaitu hasil kecakapan yang telah diperoleh dalam belajar dapat digunakan untuk memecahkan masalah lain. 2) Teori Classical Conditioning (Pavlov) Merupakan teori berdasarkan pada eksperimennya yang terkenal tentang berfungsinya kelenjar ludah pada anjing. Kemudian, ia menyimpulkan bahwa tingkah laku tertentu dapat dengan cara diulang-ulang, yaitu “dipancing” dengan sesuatu yang memang dapat menimbulkan tingkah laku tersebut. 3) Teori Operant Conditioning (Skinner) Memiliki persamaan dengan teori Pavlov dan Watson, tetapi lebih terperinci.Ia membedakan adanya dua macam respons: respondent response, yaitu respon yang ditimbulkan stimulus tertentu dan
operant respondent, yaitu respons yang menimbulkan stimulus baru sehingga memperkuat respons yang telah ditimbukan. b. Teori Kognitif 1) Teori Gestalt Awalnya dikembangkan dibidang persepsi penglihatan, selanjutnya prinsip-prinsip dibidang pengamatan diberlakukan dibidang belajar dan berfikir. Alasannya apa yang dipikirkan bersumber dari apa yang dikenal melalui pengamatan dan berpikir pada hakikatnya adalah melakukan pengubahan stuktur kognitif. Ada prinsip yang penting pula, yaitu “inti” belajar adalah pada insight (pengertian, pemahaman). 2) Teori Medan (Kurt lewin) Pada dasarnya teori Lewin dapat dikatakan sebagai perluasan teori Gestalt.Sejak zaman kuno, orang telah memikirkan tentang bagaimana orang memperoleh pengetahuan yang kemudian disebut belajar.Pemikiran-pemikiran selalu ada di hampir setiap periode kehidupan atau zaman. c. Teori Humanistik Teori ini proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Teori ini yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat daripada dunia pendidikan. Meskipun teori ini sangat mementingkan “isi” dari pada proses belajar, dalam kenyataan teori ini
lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal (Hamzah, 2008: 13). Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik padaide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa yang biasa kita amati dalam dunia keseharian. Wajar bila teori ini sangat bersifat eklektik.Teori ini juga terwujud dalam teori Boom dan Krathwohl dalam bentuk Taksonomi Bloom. Selain itu empat pakar lain yang juga termasuk kedalam kubu teori ini adalah Kolb, Honey dan Mumford serta Habermas. (Hamzah, 2008: 13). d. Teori Sibernetik Teori ini mungkin yang paling baru di atara teori beajar yang dikenal, teori
ini
berkembang
sejalan
dengan
perkembangan
ilmu
informasi.Menurut teori ini belajar adalah pengolahan informasi (Hamzah, 2008: 17). Sekilas teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses memang penting dalam teori sibernetik. Namun, yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang duiproses. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Asumsi lain dari teori ini adaah bahwa tidak ada satu proses belajar pun yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk semua siswa. Oleh karena itu, sebuah informasi mungkin akan dipelajari siswa ain mealui proses belajar (Hamzah, 2008: 17).
Dalam bentuknya yang praktis teori ini telah dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmik dan heuristik), Pask dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe serial atau serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada pengubahan informasi. Dengan demikian, kedisiplinan belajar adalah ketekunan yang dilakukan oleh siswa, baik dalam hal belajar maupun yang berkaitan dengan kewajiban sebagai siswa (santri) yang menimbulkan perubahan. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan belajar a. Faktor internal Faktor yang berasal dari dalam diri santri meliputi dua aspek, yakni aspek fisiologis dan aspek psikologis. 1) Aspek fisiologis Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagianbagiannya atau bebas dari penyakit, kesehatan berpengaruh terhadap kedisiplinan santri.Jika kesehatan siswa terganggu, misalnya kondisi pusing, lelah mengantuk, maka perhatian santri dalam belajar berkurang (Muhibin, 1995: 133). 2) Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam belajar, diantaranya sikap
siswa, minat siswa, motivasi siswa, kesiapan siswa, dan dorongan atau pengaruh lingkungan atau orang lain (Crow, 1990: 114).
b. Faktor eksternal Faktor eksternal santri dapat mempengarui santri dalam belajar.Hal ini dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor, yaitu; faktor keluarga, faktor pondok pesantren dan faktor masyarakat. 1) Faktor keluarga Lingkungan yang pertama bagi anak adalah keluarga, kalau didalam keluarga santri sudah biasa dididik berperilaku disiplin dalam aktivitas apapun, maka anak tersebut akan mudah untuk bersikap disiplin. Sebagaimana
pendapat
yang
dikemukakan
Suharsimi
Arikunto
“kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua dan orang orang yang ada dilingkungan keluarga akan terbawa oleh anak dan sekaligus akan memberikan warna terhadap perilaku kedisiplinan kelak”. 2) Faktor sekolah atau pondok pesantren Faktor sekolah atau pondok pesantren yang berperan terhadap kedisiplinan santri dalam belajar diantaranya: a. Hubungan ustadz dengan santri Jika
guru
memberikan
tauladan
dalam
pelaksanaan
kedisiplinan maka siswa akan cenderung mengikutinya. Hubungan
ustadz dengan santri biasanya santri akan senang belajar kalau ia suka terhadap pengajarnya.
b. Hubungan santri dengan santri Hubungan antara sesama santri juga akan berpengaruh terhadap kondisi pikiran dalam belajar. Kalau santri dekat dengan santri yang rajin, serius dan ulet dalam belajar, maka santri akan termotivasi untuk melakukan hal tersebut, begitupun sebaliknya. Dan kompetisi terhadap sesama santri yang lain akan menjadian santri semakin rajin dan sungguh-sungguh. c. Lingkungan tempat belajar Lingkungan yang bersih, menarik, dan suasana nyaman dan tenang memudahkan santri untuk memusatkan perhatiannya pada pelajaran (Crow, 124: 1990). 3) Faktor masyarakat Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap kedisiplinan belajar santri.Kehidupan masyarakat sekitar sangat
berpengaruh
terhadap
kedisiplinan
santri,
pengaruh
masyarakat diantaranya juga media masa, teman bergaul dan orangorang yang ada dilingkungan pondok pesantren.
C. Hubungan Persepsi Santri tentang Penerapan Ta’zir dengan Kedisiplinan Belajar Kehidupan sehari-hari di pondok pesantren sangatlah beragam, ini disebabkan karena banyaknya perbedaan diantara satu dengan yang lainnya, perbedaan ini bisa dilihat dari usia, perbedaan latar belakang pendidikan, keluarga, pergaulan sebelumnya dan tujuan tinggal dipondok pesantren. Keberagaman dan perbedaan tersebut terkadang menyebabkan kegiatan di pondok pesantren tidak diikuti oleh semua santri, kegiatan yang berbeda-beda tersebutlah yang mengakibatkan timbulnya perbedaan santri dalam menanggapi salah satu kegiatan di pondok pesantren. Karena masih terbawa oleh cara pandang sebelum masuk kedalam pondok atau belum menyesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku di pondok pesantren. Kehidupan pondok pesantren yang jauh dari keluarga, disiplin dan penuh dengan kegiatan baik kegiatan mengaji maupun kegiatan exstra atau tambahan seperti khitobah, musyawarah, dan lain sebagainya.Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut terkadang tanggapan dari masing-masing santri berbeda-beda, ada yang termotivasi untuk belajar dan ada pula yang mengesampingkan bahkan tidak mengikuti kegiatan samasekali.Maka dari itu, terkadang terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh santri yang menyebabkan hukuman atau ta’zir yang dikenakan atau dibebankan bagi santri yang melanggar aturan tersebut. Banyak sekali model hukuman atau ta,zir yang diberikan kepada santri yang melanggar aturan, seperti hafalan surat-surat pendek, ayat-ayat pilihan, membersihkan halaman pondok
pesantren, dan lain sebagainya tergantung kadar pelanggaran yang dilakukan oleh santri tersebut. Dari berbagai macam hukuman yang diberikan oleh pengurus atau dewan asatidz yang ada dipondok pesantren, semuanya bertujuan memperbaiki dan menjadikan santri lebih disiplin dalam segala hal, melatih santri berperilaku baik dan terpuji, melatih santri bermasyarakat, dan yang paling penting memberikan dorongan kepada santri untuk berdisiplin dalam belajar. Pelaksanaan hukuman atau ta’zir itu berfungsi juga memberi efek jera kepada santri agar tidak mengulangi kesalahan dan bersemangat kembali untuk menjadi lebih baik.Semua itu telah ditentukan dan diatur di pondok pesantren. Didalam kegiatan sehari-hari di pondok pesantren adalah sebagai penanaman rasa
tanggung jawab santri dan melatih kedisiplinan santri. Rasa
tanggung jawab santri bisa diihat dari berbagai kegiatan yang mereka lakukan seperti mengerjakan tugas, melaksanakan piket bersih-bersih pondok dan lain sebagainya. Hal tersebut sangatlah berpengaruh bagi masa depan santri itu sendiri. Kedisiplinan menjadikan santri lebih baik, memanfaatkan waktu dan menjadikan santri sukses dalam belajar. Dalam hal ini kedisiplinan santri dapat dilihat dari kegiatan –kegiatan belajar yang telah diatur dan dijadwalkan oleh pengurus, seperti kegiatan pengajian Bandongan, setoran dan kegiatan belajar yang lain. Dalam hal belajar, santri harus selalu disiplin didalam menggunakan waktu belajar, bermuthola’ah, dan segala hal yang mendukung kegiatan belajar santri.
Kedisiplinan santri dalam belajar sangatlah berbeda-beda dan dipengaruhi oleh hal-hal yang bermacam.Diantara pengaruh tersebut adalah hukuman atau ta’zir yang diberlakukan oleh dewan asatidz atau pengurus.Ta’zir atau hukuman dapat mempengaruhi santri dalam berdisiplin dan menaati peraturan, karena dengan adanya ta’zir atau hukuman dapat menyebabkan santri takut untuk tidak melanggar peraturan yang ada dan menyebababkan santri selalu mengikuti dan patuh terhadap aturan yang ada.Sedangkan bagi santri yang telah melanggar peraturan, ta’zir atau hukuman dapat menyebabkan mereka jera untuk tidak melakukan kesalahan lagi, dan memberi semangat baru untuk lebih berdisiplin dalam belajar.Maka dari itu pelaksanaan hukuman atau ta’zir sangatlah mempengarui kedisiplinan santri dalam belajar.
BAB III LAPORAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Huda Pondok pesantren Al-Huda adalah sebuah pondok pesantren yang beralamat di dusun petak, kecamatan Susukan kabupaten Semarang Jawa Tengah.Ia terletak di 25 kilometer sebelah selatan-timur Salatiga.Susukan merupakan daerah agraris dan memiliki tanah yang sangat subur. Petak Susukan merupakan daerah yang paling timur di Kabupaten Semarang.Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali.Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Suruh.Sebelah selatan Kecamatan Tengaran. Sebagai sebuah pondok pesantren, lembaga ini memiliki sejarah, visi, misi dan tujuan yang tidak jauh berbeda dengan pondok pesantren yang lain. Dalam penyelenggaraan seluruh kegiatan serta dalam menetapkan seluruh peraturan, pondok pesantren Al-Huda memiliki pedoman ajaran agama Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. 1. Sejarah Pondok Pesantren Al-Huda Tegalsari adalah sebuah pondok pesantren yang dirintis oleh Kiai Muhammad Rozi.Beliau adalah putra Kiai Imam Rozi perintis dan pendiri
Pesantren Tempursari, Klaten.Kiai Imam Rozi merupakan salah satu pengawal setia Pangeran Diponegoro yang bergelar Singo Manjat.Kiai Imam Rozi kemudian menikahkan putranya dengan wanita salihah dari dusun Petak, desa Sidoharjo, kecamatan Susukan yang merupakan wilayah kabupaten Semarang.Pernikahan itulah yang menjadi awal mula perintisan Pondok Pesantren Al-Huda Petak.Beliau mengawali rintisannya dengan pembangunan masjid pada tahun 1806 M. Masjid ini direnovasi yang kedua oleh Syaikh Abdul Djalil.Beliau merupakan pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren al-Huda.Ketika diasuh oleh Syaikh Abdul Djalil pesantren tersebut mengalami kemajuan yang pesat.Terbukti banyak para santri yang mondok di pesantren ini.ditengah-tengah masyhurnya pesantren ini, beliau dipanggil oleh Sang Pemilik-Nya. Tepatnya pada tanggal 1 Muharram 1320 H/1901 M. Beliau memimpin pesantren selama 34 tahun, yaitu mulai tahun 1867 sampai 1901 M. Beliau meninggalkan seorang istri dan delapan putra. Syaikh Abdul Djalil dimakamkan di kompleks Pesantren Petak tepatnya sebelah selatan Masjid Petak, dalam usia 79 tahun. Setelah beliau wafat maka digantikan oleh putranya yaitu KH. Djufri Abdul Djalil. Beliau dilahirkan pada tahun 1877 M/1296 H. Sejak kecil beliau sudah digembleng oleh sang ayah dalam berbagai hal. Mulai pengetahuan dasar agama, fiqh, sampai pada tasawuf serta thariqah. Dalam keluarga syaikh Abdul Djalil, ketika itu berlaku tradisi bahwa ketika anak sudah cukup dewasa dan cukup pengetahuan agamanya, maka ia akan di baiat (menjadi pengikut thariqoh). Ditambah memang beliau sejak kecil sudah senantiasa tirakat dan senang dalam hal amalan/ajaran thariqah.Sehingga beliau menjadi mursyid thariqoh setelah Syaikh Abdul Djalil.
Pengangkatan KH. Djufri sebagai Mursyid bukan semata-mata karena beliau adalah putra Syaikh Abdul Djalil, melainkan karena beliau memang mampu dan terpilih. Beliau diangkat menjadi Mursyid pada usia 24 tahun. KH. Djufri memiliki 7 orang istri,salah satu diantaranya ada yang berasal dari Bani Tamim, Makkah, yaitu Ruqayyah Tamim. Anugrah lain yang diberikan oleh KH. Djufri adalah dari keturunan beliau banyak yang menjadi ulama atau kiai.Termasuk para murid beliau.Juga banyak dari anak turun atau murid yang mendirikan pesantren.Salah satunya yaitu KH.Maesur.Beliau adalah putra ketiga yang meneruskan perjuangan KH.Djufri, dalam memimpin sekaligus juga menjadi pengganti thariqah bapaknya sendiri.Setelah memimpin pondok pesantren selama kurang lebih 60 tahun KH.Djufri dipanggil oleh Yang Maha Kuasa tepatnya pada tanggal 25 Jumadil Awal 1383 H/1962 M. Beliau disemayamkan di samping makam ayah dan ibunya. Generasi
ketiga
pemimpin
Pondok
Pesantren
Al-Huda
adalah
KH.Maesur.Beliau adalah purta ketiga dari pasangan KH.Djufri dan Nyai Hj. Sufinah (istri kedua).Selain sebagai pengasuh pondok pesantren, beliau juga sebagai Mursyid Naqsyabandiyah Khalidiyah, menggantikan ayahnya.Sebagai penerus ketiga, beliau memang telah dipersiapkan sejak dini.Beliau sejak kecil sudah dididik oleh ayahnya.Selain itu juga oleh para paman beliau, yaitu KH.Hawari dan KH.Hisyam. Kemudian beliau dikirim mondok ke Pondok Pesantren Jampes Kediri, dibawah asuhan Syaikh Ihsan bin Muhammad Dahlan. Setelah beberapa tahun dibawah asuhan Syaikh Ihsan, beliau pulang dan belajar kembali dibawah asuhan
sang ayah, KH. Djufri.Selain sebagai Mursyid dan pengasuh Pondok Pesantren, beliau juga sebagai Mubaligh.Beliau juga aktif di organisasi NU, Persis, PPP, dan Jam’iyyah AhliThariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyyah. Kealiman beliau telah diakui oeh para kiai dan teman-temannya.Beliau juga seorang yang tegas bila ada orang yang melakukan kesalahan, baik dalam hal thariqah dan pengalaman agama (fiqh).Setelah memimpin Pondok Pesantren cukup lama, pada tanggal 2 Muharram 2002 beliau dipanggil ke haribaan Allah dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Petak. Setelah itu digantikan oleh KH. Adib Maesur, putra tertuadari istri pertama, Nyai Hj. Sunniyati. Riwayat pendidikan beliau dimulai dari ayahanda sendiri kemudian setelah tamat sekolah tingkat pertama, beliau mondok di Pesantren Jenengan, Solo.Di pesantren ini, beliau dibawah asuhan KH. Muhammad Ma’ruf As Syadzali. Empat tahun dibawah asuhan KH.Ma’ruf, beliau pindah ke Pesantren Gontor, namun hanya satu tahun.Karena waktu itu Gontor rusuh dan tidak ada aktifitas apapun disana.Pesantren Tebuireng Jombang di Jawa Timur menjadi persinggahan berikutnya dalam menimba ilmu.Pesantren Tebuireng pada masa itu diasuh oleh KH. Yusuf Hasyim Asy’ari. Setelah itu beliau mengembara ke banyak kiai atau pesantren di Madura. Sebagai pelaksana kegiatan di Petak KH.Adib Maesur selaku pengasuh pesantren juga dibantu oleh KH. Maghfur (sebagai koordinator dalam pembangunan), KH. Sidqon Maesur (sebagai koordinator dalam kemasjidan), dan K. Khusnussyiar ( sebagai koordinator dalam kemadrasahan), dan K. Anhar Maesur (sebagai koordinator daam kesantrian). Sebagai penerus dibidang thariqah adalah
KH.Maghfur.Beliau adalah santri dari KH. Muslih bin Abdurrahman, pengasuh Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Semarang. Saat ini, Pondok Pesantren Al-Huda Petak selain menyelenggarakan Madrasah Diniyyah, mulai tingkat tamhidi (awaliyyah) sampai tingkat Aliyah, juga menyelenggarakan program tahfidhul qur’an. Program ini diasuh oleh Nyai Ta’mirotul Birroh dengan dibantu oleh Gus Fathan Adib.Nyai Ta’miratul Birroh adalah santri dari KH. Ahmad Umar, Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan Solo. Sedangkan Gus Fathan Adib adalah santri dari KH. Mufid Mas’ud, Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman Jogjakarta. 2. Sarana dan Fasilitas Pesantren Pondok
Pesantren
Al
Huda
termasuk
pondok
yang sudah
cukup
tua
umurnya.|Dengan sarana dan prasarana yang bisa dikatakan terbatas dan seadanya, namun para santri maupun ustadz/ustadzah tidak merasa kekurangan dan tetap melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebagai suatu keharusan dan misi utama pesantren. Adapun sarana dan prasarana pondok pesantren Al Huda antara lain: a. Empat belas kamar untuk para santri b. Masjid c. Kantor Pusat d. Aula e. Ruang Kelas f. Ruang Tamu g. Mading
3. Program Pendidikan dan Pengajaran a. Metode Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran akan berhasil apabila metode yang diterapkan efektif dan terarah dengan baik. Untuk itu pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di Pondok Pesantren Al Huda memakai metode sebagai berikut: 1) Metode sorogan Metode sorogan merupakan kegiatan pembelajaran bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan, dibawah bimbingan seorang kyai atau ustadz (Depag, 2003:74). Di Pesantren Al Huda metode ini dipakai ketika mengaji al-Qur’an, para santri secara bergilir satu persatu untuk mengaji al-Qur’an dan disimak oleh Ustadznya.
2) Metode bandongan Metode bandongan disebut juga dengan metode wetonan. Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok santri untuk mendengarkan dan menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab (Depag, 2003:86). Di Pondok Pesantren Al Huda metode ini digunakan ketika mengaji kitab kuning, Kyai atau Nyai duduk di depan untuk membacakan dan menjelaskan isi dari kitab yang dipelajari, sedangkan para santri duduk di depan beliau untuk menyimak, mendengarkan sambil ngesahi. 3) Metode hafalan
Metode hafalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang kyai atau ustadz (Depag, 2003:100). Pada pesantren Al Huda metode ini biasanya digunakan ketika belajar tajwid, hadits dan nahwu. Santri diharuskan untuk menghafal, setelah hafal kemudian dihafalkan di hadapan para santri dan kyai atau ustadz. b. Materi dan Kurikulum Materi dan kurikulum di Pesantren Al Huda adalah sebagai berikut: 1) Takhasussiyah Takhasussiyah adalah madrasah/jenjang pendidikan yang paling dasar di pesantren Al Huda.Yang mengikuti kelas takhasussiyah ini, santri yang masih bersekolah pada tingkat Madrasah Tsanawiyah. Pelajaran yang diberikan antara lain:
a) Nahwu b) shorof c) hadits d) fiqh e) akhlak f) tauhid g) Tafsir h) Tajwid i) Bahasa Arab
2) Tsanawiyah Pada tingkat tsanawiyah, materi yang diajarkan sama dengan pada tingkat takhasussiyah, hanya saja tingkatannya lebih tinggi. 3) Aliyah Pada tingkat aliyah, materi yang diajarkan juga sama dengan pada tingkat takhasussiyah dan tsanawiyah, tetapi materi yang disampaikan tentu saja tingkatannya lebih tinggi dan materinya lebih banyak, karena pada tingkatan ini yang mengikuti hanya santri yang menuntut ilmu di pesantren saja. 4. Susunan Kepengurusan Adapun susunan kepengurusan Pondok Pesantren Al Huda terdiri dari pengasuh dan penasehat yang membawahi secara langsung pengurus harian. Pengurus harian ini bertugas melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh pengasuh. Adapun susunan kepengurusan di Pondok Pesantren Al Huda adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1Susunan kepengurusan Santri Putri Pondok Pesantren Al Huda
Pengasuh KH. Drs. Adib Maesur dan Hj. Khidjatun
Penasehat KH. Maghfur
Ketua Siti Nur Hidayah Hibatun Wafiroh M. Ag
Sekretaris
Bendahara
Tutik Kustari
Nur Khasanah
Sie. Keamanan
Sie.perlengkapan
Eko Puji Winarsih
Sakinah
Sie. Kebersihan
Sie. Pendidikan
Mu’alimatun
Fuadatul Azizah
5. Visi dan Misi Pondok Pesantren a. Visi Ponok Pesantren
Melahirkan kader yang santri berwawasan Islam Membentuk karakter santri yang akhlakul karimah b. Misi Pondok Pesantren Menanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Pemeliharaan dan pengembangan tradisi Islam 6. Tata Tertib Santri Tata tertib santri di Pondok Pesantren Al Huda dibagi menjadi dua, yaitu: a. Kewajiban santri, antara lain: 1) Para santri wajib taat kepada pengasuh, ustadz, dan pengurus. 2) Para santri wajib belajar/mengajar. 3) Para santri wajib mengikuti kegiatan pesantren/madrasah yang berupa apa saja tanpa terkecuali. 4) Para santri wajib mengikuti shalat berjamaah beserta wiridnya. 5) Para santri wajib membayar syahriyah (bulanan) tepat pada waktunya. 6) Para santri wajib membayar iuran lain yang telah diputuskan oleh pengasuh/ pengurus berdasarkan musyawarah. 7) Para santri wajib mendaftarkan diri serta membayar uang pangka paling lambat 3 hari sejak datangnya. 8) Para santri wajib membawa nama baik pengasuh, ustadz, pengurus, pesantren, agama, dan berakhlaqul karimah. 9) Para santri wajib izin kepada pengasuh dan pengurus bila bepergian sampai malam.
10) Para santri wajib menjaga kebersihan lingkungan pesantren dan masjid. 11) Para santri wajib berbusana muslim bila keluar dari pesantren. 12) Para
santri
wajib
hormat-menghormati,
bersatu,
dan
menerima
nasehat/peringatan dari sesama. 13) Para santri wajib tolong menolong kepada sesama berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Nabi SAW. b. Larangan Santri, antara lain: 1) Para santri dilarang mencuri, bertengkar, dan bergaul bebas dengan lain jenis. 2) Para santri dilarang merusak/menggunakan barang inventaris pondok yang berupa apa saja. 3) Para santri dilarang menggunakan milik orang lain tanpa seizin pemiliknya (ghosob). 4) Para santri dilarang keluar dari pondok setelah sholat maghrib kecuali izin pengurus. 5) Para santri dilarang menemui keluarganya tanpa pengawal pengurus. 6) Para santri dilarang menonton dan mengadakan kelompok-kelompok. 7) Para santri dilarang dilarag berambut panjang (bagi santri putra). 8) Para santri dilarang beramai-ramai pada waktu berjama’ah bila ia tertinggal, dan pada waktu tengah malam. 9) Para santri dilarang merokok (bagi santri putra). 10) Para santri dilarang bergaul terlalu erat dengan lingkungan. 11) Para santri dilarang menjemur pakaian diteras-teras kompleks. 12) Para santri dilarang mandi/mencuci ditempat wudhu.
7. Ta’zir di Pondok Pesantren Al Huda a. Tidak mengikuti kegiatan 1) Peringatan 2) Menguras kamar mandi dan wc 3) Menghafal salah satu surat dalam Al Qur’an b. Pulang tanpa ijin 1) Peringatan 2) Membersihkan aula dan masjid 3) Membaca Al Qur’an satu juz 8. Keadaan Objek Responden atau Populasi Penelitian ini mengambil populasi yang dijadikan responden sebanyak 50 santri, yaitu SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan santri yang hanya menuntut ilmu di pesantren saja.Untuk jenjang SMP ada 22 santri, SMA 10 santri, dan yang hanya mondok ada 18santri. Daftar nama santri yang dijadikan responden dapat dilihat dalam tabel dibawah ini: Tabel 3.2Data Responden No
Nama
Jenjang Pendidikan
1
Mila Kusumawati
Mts
2
Nurul Fatimah
Mts
3
Sri Hartati
Mts
4
Laili Amaliyah
MTs
5
Sayidatul Chanifah
MTs
6
Nurul Lailatul M.
Mts
7
Richatul Jannah
Mts
8
Choirunnisa Nur A.
Mts
9
Sabila Fella Shufa
Mts
10
Nur Fitriyani
Mts
11
Tiara Mukti Utari
Mts
12
Arihna R.J
Mts
13
Nurul Inayah
Mts
14
Nurul Malikhatun
Mts
15
Wahibatul Aula
Mts
16
Ida Utami
Mts
17
Ida Zulaikha
Mts
18
Emma
Mts
19
Muallimatun
Mts
20
Endah
Mts
21
Malikha Qistiyanah
Mts
22
Lala Nur Khafidzoh
Mts
23
Sri Hariati
SMA
24
Ulfi Hidayatul A.
SMA
25
Dewiyana Ningsih
SMA
26
Eko Puji Winarsih
SMA
27
Novia Ningsih
SMA
28
Fuadatul Azizah
SMA
29
Istiqomariyah
SMA
30
Istiqomah
SMA
31
Sakinah
SMA
32
Tutik Kustari
SMA
33
Umi Nur Wakhidah
Santri
34
Aini Syafaah
Santri
35
Umi Qoniah
Santri
36
Siti Mutmainnah
Santri
37
Rini Widiyarni
Santri
38
Karmilatus S.
Santri
39
Ami Puryanti
Santri
40
Sri Mufidatul Ulfa
Santri
41
Devi Malia
Santri
42
Nurul Latifah
Santri
43
Nur Malikhatul Q.
Santri
44
Nur Mugiyarti
Santri
45
Fatikhatul Lutfi
Santri
46
UmiCholisoh
Santri
47
Unik Marwati
Santri
48
Rafika Isroul Zulfa
Santri
49
Titin Fitria
Santri
50
Nur Khasanah
Santri
B. Penyajian Data 1. Data jawaban angket tentang penerapan hukuman (ta’zir)dan kedisiplinan belajar santri dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.4Jawaban Angket Persepsi Santri tentang Penerapan Hukuman (Ta’zir) Nomor Item Soal
No. Urut
Jumlah Skor
Resp.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
B
C
D
1
C
B
C
C
B
C
B
D
C
D
-
3
5
2
2
C
B
C
D
B
C
B
D
C
D
-
3
4
3
3
C
C
B
C
B
C
B
D
C
D
-
3
5
2
4
C
B
C
C
D
C
B
B
C
D
-
3
5
2
5
C
B
C
D
C
C
C
D
D
C
-
1
6
3
6
D
B
D
C
B
D
C
C
D
C
-
2
4
4
7
D
C
C
C
B
C
B
D
C
B
-
3
5
2
8
C
B
C
D
B
C
B
C
C
D
-
3
5
2
9
B
B
D
C
B
D
C
D
C
B
-
4
3
3
10
C
B
B
C
D
C
B
C
C
D
-
3
5
2
11
C
A
C
C
C
C
B
D
C
D
1
1
6
2
12
D
B
C
C
A
C
B
D
D
D
1
2
3
4
13
D
C
B
C
B
C
C
D
C
D
-
2
5
3
14
D
B
C
C
B
C
B
D
C
C
-
3
5
2
15
C
C
D
C
A
D
C
D
C
D
1
-
5
4
16
D
C
C
C
B
D
C
D
C
D
-
1
5
4
17
D
C
C
B
A
C
B
D
D
C
1
2
4
3
18
D
B
D
D
B
C
D
D
C
D
-
2
2
6
19
C
B
C
C
C
D
B
D
C
D
-
2
5
3
20
C
B
C
B
A
C
B
D
C
B
1
4
4
1
21
D
B
C
A
B
C
B
D
C
A
2
3
3
2
22
C
C
D
C
B
C
D
C
C
D
-
1
6
3
23
D
B
D
C
D
C
B
D
C
D
-
2
3
5
24
D
C
C
D
B
C
D
D
D
D
-
1
3
6
25
D
C
D
C
A
C
B
D
C
B
1
2
4
3
26
C
B
C
C
B
C
B
D
C
D
-
3
5
2
27
D
B
D
C
B
C
D
B
C
D
-
3
3
4
28
C
B
C
B
B
D
C
D
C
D
-
3
4
3
29
C
B
C
C
B
C
B
D
C
A
1
3
5
1
30
D
B
C
B
B
C
B
D
C
B
-
5
3
2
31
C
B
C
C
B
C
B
C
C
D
-
3
6
1
32
D
B
C
C
A
C
B
D
C
D
1
2
4
3
33
C
B
C
B
B
C
B
D
C
D
-
4
4
2
34
D
B
C
C
B
C
B
D
C
D
-
3
4
3
35
C
C
C
C
B
C
C
D
D
C
-
1
7
2
36
D
C
C
C
B
C
B
C
C
D
-
2
6
2
37
D
B
C
C
C
C
D
D
C
D
-
1
5
4
38
D
C
C
C
B
C
B
D
D
C
-
2
5
3
39
D
B
C
C
B
C
D
D
C
A
1
2
4
3
40
D
B
C
B
B
C
B
D
D
C
-
4
3
3
41
C
B
C
C
B
C
B
D
C
D
-
3
5
2
42
C
C
C
D
B
D
C
D
C
D
-
1
5
4
43
D
C
C
C
C
C
B
C
D
D
-
1
6
3
44
D
B
C
D
B
D
C
D
C
D
-
2
3
5
45
D
B
C
D
C
D
B
D
C
D
-
2
3
5
46
D
D
B
D
C
C
C
D
D
D
-
1
3
6
47
D
B
C
C
B
C
C
D
D
C
-
2
5
3
48
D
B
C
D
B
C
B
D
C
B
-
4
3
3
49
C
C
C
C
B
C
B
C
C
D
-
2
7
1
50
D
C
C
C
B
C
C
D
C
D
-
1
6
3
Tabel 3.4Jawaban Angket Kedisiplinan Belajar Nomor Item Soal
No. Urut Responden
1
Jumlah Skor
2
3
4
5
6
7
8
9
10
A
B
C
D
1
D B
C
C
C
D
C
C
B
D
-
2
5
3
2
C
B
C
D
C
D
C
C
A
D
1
1
5
3
3
C
B
C
C
C
D
C
C
A
D
1
1
6
2
4
C
B
C
D
C
D
D
C
B
D
-
2
4
4
5
C
C
C
D
C
D
C
D
C
D
-
-
6
4
6
C
C
D
D
C
D
C
C
B
D
-
1
5
4
7
C
B
C
C
C
D
C
C
B
D
-
2
6
2
8
C
B
C
D
C
D
C
C
B
B
-
3
5
2
9
C
C
B
D
C
C
C
C
B
D
-
2
6
2
10
C
B
C
C
C
D
B
C
C
B
-
3
6
1
11
B
B
C
D
B
C
C
B
B
D
-
5
3
2
12
C
B
C
D
C
D
C
C
B
C
-
2
6
2
13
C
B
B
D
C
D
C
C
B
B
-
4
4
2
14
C
B
C
B
D
D
B
C
A
A
2
3
3
2
15
C
B
C
D
C
C
C
C
B
B
-
3
6
1
16
D C
C
D
C
D
C
D
B
C
-
1
5
4
17
C
C
C
D
C
D
C
C
B
D
-
1
6
3
18
D B
D
D
C
D
C
C
C
D
-
1
4
5
19
C
B
C
D
C
D
C
C
B
D
-
2
5
3
20
B
B
C
B
B
B
C
A
B
A
2
6
2
-
21
B
A
B
B
C
D
B
C
A
A
3
4
2
1
22
C
B
C
D
C
C
C
C
B
D
2
6
2
23
C
B
C
C
D
D
C
D
B
D
-
2
4
4
24
C
C
C
D
C
D
C
C
C
D
-
-
7
3
25
C
B
C
D
C
D
C
D
B
D
-
2
4
4
26
B
B
C
D
B
D
C
C
B
D
-
4
3
3
27
C
B
D
D
C
D
B
C
B
C
-
3
4
3
28
C
B
C
D
C
D
C
C
C
D
-
1
6
3
29
C
C
C
D
C
D
C
C
B
A
1
1
6
2
30
D B
C
C
C
B
C
C
B
D
-
3
5
2
31
C
B
C
C
C
D
C
C
B
D
-
2
6
2
32
C
B
C
D
C
D
C
B
B
B
-
4
4
2
33
C
B
C
D
B
D
C
C
B
D
-
3
4
3
34
C
D
C
D
C
C
C
C
C
B
-
1
7
2
-
35
C
B
C
D
C
D
D
C
B
D
-
2
4
4
36
D C
C
B
C
D
C
C
B
D
-
2
5
3
37
C
B
C
D
C
D
C
C
C
B
-
2
6
2
38
D C
C
D
C
D
C
C
B
A
1
1
5
3
39
C
B
C
D
C
D
C
C
B
B
-
3
5
2
40
C
B
C
D
C
D
C
D
B
D
-
2
4
4
41
C
D
C
C
C
D
C
C
B
A
1
1
6
2
42
D C
D
D
D
D
C
C
B
D
-
1
3
6
43
D C
C
D
D
C
D
C
D
B
1
2
3
4
44
C
B
C
D
C
D
C
D
C
C
-
1
6
3
45
D C
D
C
D
C
C
D
B
D
-
1
4
5
46
D C
C
D
C
D
C
C
C
D
-
-
6
4
47
C
C
C
D
C
D
B
C
C
C
-
1
7
2
48
D B
C
D
B
D
B
C
B
D
-
4
2
4
49
D B
C
D
C
C
B
C
B
D
-
3
4
3
50
C
C
D
C
D
C
C
B
D
-
2
5
3
B
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Pendahuluan Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data tersebut sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir dari penelitian. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data yang telah terkumpul adalah sebagai berikut: 1. Analisis Persentase Yaitu teknik analisis data dengan menggunakan rumus: 𝐹
P= 𝑁 x100% Keterangan: P : Persentase Perolehan F : Frekuensi N : Jumlah Sampel Rumus ini untuk menganalisis dari tiap-tiap kategori kedua variabel yaituta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak. a. Data Tentang Penerapan Hukuman (Ta’zir) Data tentang penerapan hukuman (ta’zir)diperoleh dari angket yang penulis bagikan kepada responden. Terdiri dari sepuluh pertanyaan, masingmasing pertanyaan tersedia empat opsi jawaban, dengan bobot nilai sebagai berikut:
1) Santri yang menjawab A memiliki bobot nilai 1; 2) Santri yang menjawab B memiliki bobot nilai 2; 3) Santri yang menjawab C memiliki bobot nilai 3; 4) Santri yang menjawab D memiliki bobot nilai 4. Berikut ini merupakan tabelnilai dari penyebaran angket tentang hubunganpersepsi santri tentang penerapan hukuman(ta’zir) dengan kedisiplinan belajar santri putri di Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012. Tabel4.1 DataPersepsi Santri tentang Penerapan Hukuman (Ta’zir) Pondok Pesantren Al Huda Petak, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun 2012 No Urut Resp
Kategori Jawaban
Kategori Nilai
Jumlah
Nominasi
A
B
C
D
4
3
2
1
1
-
3
5
2
-
9
10
2
21
B
2
-
3
4
3
-
9
8
3
20
C
3
-
3
5
2
-
9
10
2
21
B
4
-
3
5
2
-
9
10
2
21
B
5
-
1
6
3
-
3
12
3
18
C
6
-
2
4
4
-
6
8
4
17
D
7
-
3
5
2
-
9
10
2
21
B
8
-
3
5
2
-
9
10
2
21
B
9
-
4
3
3
-
12
6
3
21
B
10
-
3
5
2
-
9
10
2
21
B
11
1
1
6
2
4
3
12
2
21
B
12
1
2
3
4
4
6
6
4
20
C
13
-
2
5
3
-
6
10
3
19
C
14
-
3
5
2
-
9
10
2
21
B
15
1
-
5
4
4
-
10
4
18
C
16
-
1
5
4
-
3
10
4
17
D
17
1
2
4
3
4
6
8
3
21
B
18
-
2
2
6
-
6
4
6
16
D
19
-
2
5
3
-
6
10
3
19
C
20
1
4
4
1
4
12
8
1
25
A
21
2
3
3
2
8
9
6
2
25
A
22
-
1
6
3
-
3
12
3
18
C
23
-
2
3
5
-
6
6
5
17
D
24
-
1
3
6
-
3
6
6
15
D
25
1
2
4
3
4
6
8
3
21
B
26
-
3
5
2
-
9
10
2
21
B
27
-
3
3
4
-
9
6
4
19
C
28
-
3
4
3
-
9
8
3
20
C
29
1
3
5
1
4
9
10
1
24
A
30
-
5
3
2
-
15
6
2
23
B
31
-
3
6
1
-
9
12
1
22
B
32
1
2
4
3
4
6
8
3
21
B
33
-
4
4
2
-
12
8
2
22
B
34
-
3
4
3
-
9
8
3
20
C
35
-
1
7
2
-
3
14
2
19
C
36
-
2
6
2
-
6
12
2
20
C
37
-
1
5
4
-
3
10
4
17
D
38
-
2
5
3
-
6
10
3
19
C
39
1
2
4
3
4
6
8
3
21
B
40
-
4
3
3
-
12
6
3
21
B
41
-
3
5
2
-
9
10
2
21
B
42
-
1
5
4
-
3
10
4
17
D
43
-
1
6
3
-
3
12
3
18
C
44
-
2
3
5
-
6
6
5
17
D
45
-
2
3
5
-
6
6
5
17
D
46
-
1
3
6
-
3
6
6
15
D
47
-
2
5
3
-
6
10
3
19
C
48
-
4
3
3
-
12
6
3
21
B
49
-
2
7
1
-
6
14
1
21
B
50
-
1
6
3
-
3
12
3
18
C
Dari data diatas, dapat ditentukan lebar interval untuk membuat tingkat kategori penerapan hukuman (ta’zir) dengan memperoleh nilai tertinggi 25 dan nilai terendah 15. Memberikan lebar interval(I) untuk membuat tingkat kategori penerapan hukuman (ta’zir), dengan rumus :
𝐼=
xt − xr + 1 ki
Keterangan: I : interval
xt : nilai tertinggi xr : nilai terendah ki : kelas interval
𝐼=
xt − xr + 1 ki
𝐼=
25 − 15 + 1 4
𝐼=
11 4
I =2,75=3 Jadi intervalnya adalah 3 Tabel 4.2 Interval Persepsi Santri tentang Penerapan Hukuman (Ta’zir) Interval
Tingkat Penerapan Ta’zir
Keterangan
24-26
A
Sangat Baik
21-23
B
Baik
18-20
C
Cukup
15-17
D
Kurang
Setelah diketahui masing-masing kategori, maka langkah selanjutnya menentukan persentase dari masing-masing variabel dengan rumus sebagai berikut:
𝑃=
F x100% N
Diketahui: 1) F : Santri (responden) yang memperoleh nilai A pada jawaban angket tentang persepsi santri tentang penerapan hukuman (ta’zir)sebanyak 3 santri. N : Banyaknya sampel 50 santri Maka: 𝑃=
F x100% N
𝑃=
3 x100% 50
𝑃 = 6% 2) F : santri (responden) yang memperoleh nilai B pada jawaban angket tentang persepsi santri tentang penerapan hukuman (ta’zir)sebanyak 21 santri. N : Banyaknya sampel 50 santri Maka, 𝑃=
F x100% N
𝑃=
21 x100% 50
𝑃 = 42% 3) F : santri (responden) yang memperoleh nilai C pada jawaban angket tentang persepsi santri tentang penerapan hukuman (ta’zir)sebanyak 16 santri. N : Banyaknya sampel 50 santri Maka, 𝑃=
F x100% N
𝑃=
16 x100% 50
𝑃 = 32% 4) F : santri (responden) yang memperoleh nilai D pada jawaban angket tentang persepsi santri tentang penerapan hukuman (ta’zir)sebanyak 10 santri. N : Banyaknya sampel 50 santri Maka, 𝑃=
F x100% N
𝑃=
10 x100% 50
𝑃 = 20% Tabel 4.3 Nilai Persentase Angket Penerapan Hukuman (Ta’zir)
Penerapan Hukuman
No
Interval
Frekuensi
Persentase
24-26
3
6%
(Ta’zir) 1
Sangat Baik (A)
2
Baik (B)
21-23
21
42%
3
Cukup (C)
18-20
16
32%
4
Kurang (D)
15-17
10
20%
50
100%
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas dapat ditarik suatu informasi bahwa di Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012: 1) Persentase penerapan hukuman (ta’zir) pada santri tingkat sangat tinggi sebanyak 6%. 2) Persentasepenerapan hukuman (ta’zir) pada santri tingkat tinggisebanyak 42%. 3) Persentase penerapanhukuman (ta’zir)pada santri tingkat sedang sebanyak 32%. 4) Sedangkan persentase penerapan hukuman (ta’zir) pada santri tingkat rendah sebanyak 20%. b. Data Tentang Kedisiplinan Belajar
Data tentang kedisiplinan belajar diperoleh dari angket yang penulis bagikan kepada responden. Terdiri dari 10 pertanyaan, masing-masing pertanyaan terdiri dari empat opsi jawaban, dengan bobot nilai sebagai berikut: 1) Santri yang menjawab A memiliki bobot nilai 4; 2) Santri yang menjawab B memiliki bobot nilai 3; 3) Santri yang menjawab C memiliki bobot nilai 2; 4) Santri yang menjawab D memiliki bobot nilai 1. Berikut ini merupakan tabel rekapitulasi nilai dari penyebaran angket tentang kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak. Tabel4.4 Data Tentang Kedisiplinan Belajar Santri Pondok Pesantren Al Huda Petak, Kec. Susukan, Kab. Semarang Tahun 2012 No Urut Resp
Kategori Jawaban
Kategori Nilai
Jumlah
Nominasi
A
B
C
D
4
3
2
1
1
-
2
5
3
-
6
10
3
19
C
2
1
1
5
3
4
3
10
3
20
C
3
1
1
6
2
4
3
12
2
20
C
4
-
2
4
4
-
6
8
4
18
D
5
-
-
6
4
-
-
12
4
16
D
6
-
1
5
4
-
3
10
4
17
D
7
-
2
6
2
-
6
12
2
20
C
8
-
3
5
2
-
9
10
2
21
C
9
-
2
6
2
-
6
12
2
20
C
10
-
3
6
1
-
9
12
1
22
C
11
-
5
3
2
-
15
6
2
23
B
12
-
2
6
2
-
6
12
2
20
C
13
-
4
4
2
-
12
8
2
22
C
14
2
3
3
2
8
9
6
2
25
B
15
-
3
6
1
-
9
12
1
22
C
16
-
1
5
4
-
3
10
4
17
D
17
-
1
6
3
-
3
12
3
18
D
18
-
1
4
5
-
3
8
5
16
D
19
-
2
5
3
-
6
10
3
19
C
20
2
6
2
-
8
18
4
-
30
A
21
3
4
2
1
12
12
4
1
29
A
2
6
2
-
6
12
2
20
C
22
-
23
-
2
4
4
-
6
8
4
18
D
24
-
-
7
3
-
-
14
3
17
D
25
-
2
4
4
-
6
8
4
18
D
26
-
4
3
3
-
12
6
3
21
C
27
-
3
4
3
-
9
8
3
20
C
28
-
1
6
3
-
3
12
3
18
D
29
1
1
6
2
4
3
12
2
21
C
30
-
3
5
2
-
9
10
2
21
C
31
-
2
6
2
-
6
12
2
20
C
32
-
4
4
2
-
12
8
2
22
C
33
-
3
4
3
-
9
8
3
20
C
34
-
1
7
2
-
3
14
2
19
C
35
-
2
4
4
-
6
8
4
18
D
36
-
2
5
3
-
6
10
3
19
C
37
-
2
6
2
-
6
12
2
20
C
38
1
1
5
3
4
3
10
3
20
C
39
-
3
5
2
-
9
10
2
21
C
40
-
2
4
4
-
6
8
4
18
D
41
1
1
6
2
4
3
12
2
21
C
42
-
1
3
6
-
3
6
6
15
D
43
1
2
3
4
-
3
8
3
16
D
44
-
1
6
3
-
3
12
3
18
D
45
-
1
4
5
-
3
8
5
16
D
46
-
-
6
4
-
12
4
16
D
47
-
1
7
2
-
3
14
2
19
C
48
-
4
2
4
-
12
4
4
20
C
49
-
3
4
3
-
9
8
3
20
C
50
-
2
5
3
-
6
10
3
19
C
-
Dari data diatas, dapat ditentukan lebar interval untuk membuat tingkat kedisiplinan belajar dengan memperoleh nilai tertinggi 30 dan nilai terendah 15. Memberikan lebar interval(I) untuk membuat tingkat kedisiplinan belajar: Dengan rumus :
𝐼=
xt − xr + 1 ki
Keterangan: I : interval xt : nilai tertinggi xr : nilai terendah ki : kelas interval
𝐼=
xt − xr + 1 ki
𝐼=
30 − 15 + 1 4
𝐼=
16 4
I =4 Jadi intervalnya adalah 4
Tabel 4. 5 Interval Kedisiplinan Belajar
Interval
Kedisiplinan Belajar
Keterangan
27-30
A
Sangat Baik
23-26
B
Baik
19-22
C
Cukup
15-18
D
Kurang
Setelah diketahui masing-masing kategori, maka langkah selanjutnya menentukan persentase dari masing-masing variabel dengan rumus sebagai berikut:
𝑃=
F x100% N
Diketahui: 1) F : santri (responden) yang memperoleh nilai A pada jawaban angket kedisiplinan belajar sebanyak 2 santri. N : banyaknya sampel 50 santri Maka, 𝑃=
F x100% N
𝑃=
2 x100% 50
𝑃 = 4%
2) F : santri (responden) yang memperoleh nilai B pada jawaban angket kedisiplinan belajar sebanyak 2 santri. N : banyaknya sampel 50 santri Maka, 𝑃=
F x100% N
𝑃=
2 x100% 50
𝑃 = 4% 3) F : santri (responden) yang memperoleh nilai C pada jawaban angket kedisiplinan belajar sebanyak 29 santri. N : banyaknya sampel 50 santri Maka, 𝑃=
F x100% N
𝑃=
29 x100% 50
𝑃 = 58% 4) F : santri (responden) yang memperoleh nilai D pada jawaban angket kedisiplinan belajar sebanyak 17 santri. N : banyaknya sampel 50 santri Maka,
𝑃=
F x100% N
𝑃=
17 x100% 50
𝑃 = 34% Tabel 4.6 Nilai Persentase Angket Kedisiplinan Belajar Kedisiplinan No.
Interval
Frekuensi
Persentase
27-30
2
4%
Belajar 1
Sangat
Baik
(A) 2
Baik (B)
23-26
2
4%
3
Cukup (C)
19-22
29
58%
4
Kurang (D)
15-18
17
34%
50
100%
Jumlah
B. Analisis Lanjut 1. Analisis Hipotesis
Pada bagian ini, penulis melakukan analisis data untuk membuktikan diterima atau tidaknya hipotesis yang penulis ajukan, yaitu ada hubungan antara penerapanta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012. Terlebihdahulu penulis mencari ada tidaknya hubungan antara variabel (correlation) yaitu ta’zir (variabel x) dan kedisiplinan belajar (variabel y) dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Hasil perhitungan menghasilkan nilai korelasi r yang menunjukkan kuat lemahnya hubungan antar variabel. Nilai koefisien korelasi (r) hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan dengan r tabel. Nilai r tabel untuk sampel 50 dengan taraf signifikansi 1% yaitu 0,361. Jika r hitung > r tabel maka ada hubungan yang positif antara varibel x dan y. Jika r hitung = 0, maka tidak ada hubungan sama sekali antara variabel x dan y. Jika r hitung < r tabel maka terdapat hubungan negatif antara variabel x dan y. Sedangkan perhitungan dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
rxy =
∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 2 −
∑𝑥 ∑𝑦 𝑁
(∑𝑥 )2 𝑁
∑𝑦 2 −
(∑𝑦 )2 𝑁
Keterangan: rxy : nilai koefisien korelasi antara x dan y xy : produk dari x dan y x : nilai variabel 1 y : nilai variabel 2
N : banyaknya subjek pemilik nilai ∑ : sigma Maka sebelum melakukan perhitungan, penulis terlebih dahulu melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Membuat tabel untuk mencari hubungan antara ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012. 2. Mencari x, y, x2, y2 dan xy dengan cara mengalikannya. 3. Memasukkan nilai x dan y yang sudah ada kedalam rumus korelasi product momentangka kasar Tabel 4.7 Koefisien Hubungan Ta’zir Dengan Kedisiplinan Belajar Santri Putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012 Nomor Responden
X
Y
x2
y2
Xy
1
21
19
441
361
399
2
20
20
400
400
400
3
21
20
441
400
420
4
21
18
441
324
378
5
18
16
324
256
288
6
17
17
289
289
289
7
21
20
441
400
420
8
21
21
441
441
441
9
21
20
441
400
420
10
21
22
441
484
462
11
21
23
441
529
483
12
20
20
400
400
400
13
19
22
361
484
418
14
21
25
441
625
525
15
18
22
324
484
396
16
17
17
289
289
289
17
21
18
441
324
378
18
16
16
256
256
256
19
19
19
361
361
361
20
25
30
625
900
750
21
25
29
625
841
725
22
18
20
324
400
360
23
17
18
289
324
306
24
15
17
225
289
255
25
21
18
441
324
378
26
21
21
441
441
441
27
19
20
361
400
380
28
20
18
400
324
360
29
24
21
576
441
504
30
23
21
529
441
483
31
22
20
484
400
440
32
21
22
441
484
462
33
22
20
484
400
440
34
20
19
400
361
380
35
19
18
361
324
342
36
20
19
400
361
380
37
17
20
289
400
340
38
19
20
361
400
380
39
21
21
441
441
441
40
21
18
441
324
378
41
21
21
441
441
441
42
17
15
289
225
255
43
18
16
324
256
288
44
17
18
289
324
306
45
17
16
289
256
272
46
15
16
225
256
240
47
19
19
361
361
361
48
21
20
441
400
420
49
21
20
441
400
420
50
18
19
324
361
342
Jumlah
988
985
19776
19807
19693
Dari tabel di atas diketahui: ∑x : 988
∑y : 985 ∑x2: 19776 ∑y2: 19807 ∑x.y: 19693 N : 50 Data-data yang telah diketahui kemudian dimasukkan dalam rumus product moment:
rxy =
rxy =
rxy =
rxy=
rxy=
rxy=
∑𝑥𝑦 − ∑𝑥 2 −
∑𝑥 ∑𝑦 𝑁
(∑𝑥 )2 𝑁
∑𝑦 2 −
19693 − 19776 −
988 985 50
(988 )2 50
19807 −
19693 − 19776 −
(∑𝑦 )2 𝑁
(976144 ) 50
(985 )2 50
973180 50
19807 −
(970225 ) 50
19693−19463 ,6 19776 −19522 ,88 19807 −19404 ,5
229,4 253,12 402,5
229,4 101880 ,8
229,4
rxy=319,19 rxy=0,718
C. Pembahasan Setelah data dianalisis, kemudian hasil tersebut dikonsultasikan dengan r tabel, dengan jumlah responden 50 santri dengan taraf signifikansi 1% diperoleh nilai sebesar 0,361 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai sebesar 0,279.Untuk lebih jelasnya penulis sajikan tabel sebagai berikut: Tabel 4.8 Nilai Product Moment Taraf Signifikansi N
Ro
1%
5%
50
0,718
0,361
0,279
Maka jika dibandingkan dengan nilai rxy hitung (0,718) lebih besar dari nilai r tabel pada taraf signifikasi 1% yaitu 0,361dan pada taraf signifikansi 5% yaitu 0,279 atau dapat dikatakan 0,718>0,361, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubunganpositif atau hubunganyang signifikan antara persepsi santri tentang penerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012, atau hipotesis yang berbunyi “ada hubunganantara penerapan hukuman (ta’zir) dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012” dapat diterima.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui tahapan pengumpulan data, pengolahan data serta analisis data maka penulis selanjutnya dapat menarik kesimpulan dari penelitian berjudul Hubungan Persepsi Santri tentang PenerapanTa’zir Dengan Kedisiplinan Belajar Santri Putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012, sebagai berikut : 1. Pada variabel x yaitu ta’zir atau penerapan hukuman Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012, dapat dikatakan bahwa penerapan hukuman (ta’zir) di Pondok tersebut cukup baik, hal tersebut ditunjukkan dengan data yang diperoleh, yaitu pada jawaban angket dengan kategori sangat tinggi (sangat baik) dengan frekuensi paling rendah yakni 3 responden dengan persentase 6%, dan kategori tinggi (baik)mencapai angka frekuensi tertinggi yakni 21 responden dengan persentase 42% dan kategori sedang (cukup) mencapai angka frekuensi sedang yakni 16 responden dengan persentase 32%.Sedangkan kategori rendah yaitu 10 responden dengan persentase 24%. 2. Pada variabel y yaitu kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak Tahun 2012 dapat dikatakan bahwa mereka mempunyai kedisiplinan belajar yang cukup baik, hal tesebut ditunjukkan dengan data yang diperoleh, yaitu santri yang menjawab angket dengan kategori sangat tinggi mencapai angka frekuensi 2 responden dengan persentase 4%,
kategori tinggi mencapai angka frekuensi 2
responden dengan persentase 4% kategori sedang mencapai angka frekuensi 29 responden. Sedangkan kategori rendah mencapai 17 responden dengan persentase 34%. 3. Hasil perhitungan analisis data membuktikan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yaitu
adakah
hubungan
antara
persepsi
santri
tentang
penerapan
ta’zirdengankedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda Petak tahun 2012 diterima atau tidak ditolak. Hal ini dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi (rhitung ) sebesar 0,718 lebih besar dari rtabel pada taraf signifikan 1 % (0,361) atau dapat dikatakan 0,718>0,361. Dengan demikian ada hubungan yang positif antara persepsi santri tentang penerapan ta’zir dengan kedisiplinan belajar santri putri Pondok Pesantren Al Huda tahun 2012. B. Saran Berdasarkan hasil dari penelitian yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Sebagai lembaga pendidikan Islam diPetak, kec. Susukan, Kab. Semarang, Pondok Pesantren Al Hudamerupakan dambaan umat Islam dalam membentuk insan yang mempunyai akhlak yang baik. Mengacu pada hal tersebut, penulis mengharap kepada pengurus pondok pesantren Al Huda untuk tetap mempertahankan penerapan hukuman (ta’zir) kepada para santrinya yang melakukan pelanggaran. 2. Sebagai seorang santri yang mempunyai beberapa kewajiban, maka taatilah semua peraturan pondok pesantren yang bertujuan untuk kebaikan bersama yaitu keberhasilan dan teraturnya tata tertib pesantren.
3. Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap semua santri semakin meningkatkan kedisiplinan dalam belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi.IlmuPendidikan, fakultastarbiyah IAIN Walisongo, Salatiga, 1983.. Ahmadi,abu.DidaktikMetodik, Toha Putra, Semarang, 1978. Arikunto, Suharsimi, ProsedurPenelitian, RinekaCipta, 1998. Arikunto,
Suharsimi, ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktekEdisiRevisi,RinekaCipta, Jakarta, 1999.
B.Uno, Hamzah, OrientasidalamPsikologiPembelajaran, BumiAksara, Jakarta, 2008. Daulay,
Haidar
Putra,
Pendidikan
Islam
(DalamSistemPendidikanNasional
diIndonesia),Prenada Media, Jakarta, 2004. Dhofier, Zamakhsyari, TradisiPesantren, LP3ES, 1983. Kartono, Kartini, PengantarIlmuMendidikTeoritis, MandarMaju, Bandung, 1992. Mulyati, PsikologiBelajar, Andi, Yogyakarta, 2005. Nafi’,
Dian,
dkk.,PraksisPembelajaranPesantren,
PT.
LKiSPelangiAksara,
Yogyakarta, 2007. NashihUlwan, Abdullah, Kaidah-kaidahDasar: PendidikanAnakMenurut Islam, PT.RemajaRosdakarya, Bandung, 1992.
Poerwadarminta, W. J. S., KamusUmumBahasa Indonesia, 2005. Salim, Nur, PengaruhPenghayatanSantriTentangTa’zirTerhadapAkhlak, Salatiga, 2009. Suwarno, Wiji, Dasar-dasarlmuPendidikan, Ar-Ruzz, Yogyakarta, 2006. Syafi’IMa’arif,Ahmad,
StudiTentangPercaturandalamKonstituante:
danMasalahKenegaraan, LP3ES, Jakarta, 1995.
Islam
BIODATA PENULIS
Nama
: Maslihatul Umami
TTL
: Kab. Semarang, 07 September 1989
Alamat
: Sumber, RT 002/RW 011, Kec. Susukan, Kab. Semarang
Orang Tua
:
Ayah
: Ahmadi Ilyas, A.Ma.
Pekerjaan
: PNS
Ibu
: Siti Munawaroh
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: Sumber, RT 002/RW011, Kec. Susukan, Kab. Semarang 50777
Riwayat Pendidikan 1. SDN Timpik IV, lulus tahun 2001 2. MTsN Susukan, lulus tahun 2004 3. MAN Salatiga, lulus tahun 2007 4. STAIN Salatiga, lulus tahun 2013
Salatiga, 20 Agustus 2013 Penulis
Maslihatul Umami