POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh: Yusuf Brilliant NIM: 107103000220
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatanm Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 05 Oktober 2010
Yusuf Brilliant
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEBIMBING POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG
Laporan Penelitian Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh Yusuf Brilliant NIM: 107103000220
Pembimbing
dr. Ayat Rahayu SpRad, M.Kes
Pembimbing
Prof.Dr.H.Sardjana dr.SpOG(K),SH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian berjudul POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG yang diajukan oleh Yusuf Brilliant (NIM: 107103000220), telah diujikan dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 05 Oktober 2010. Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter. Jakarta, 05 Oktober 2010
DEWAN PENGUJI
Pembimbing
Penguji
dr. Ayat Rahayu, SpRad, M.Kes
dr. Ahmad Husaini, SpOG
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Kaprodi PSPD FKIK UIN
Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd
DR. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM
iv
KATA PENGANTAR Pertama–tama Peneliti panjatkan puji syukur kehadirat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rakhmat dan karunia-Nya sehingga Peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pola Kebutuhan Dan Permintaan Ibu pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang sebagai salah satu syarat penyelesaian studi pada Program Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Jakarta. Pada kesempatan ini, Peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada para pembimbing riset ini serta pihak-pihak lain yang juga turut serta mempermudah jalannya penelitian, yaitu: 1. Prof. Dr. dr. M.K Tadjudin Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, atas kesempatan yang diberikan kepada Peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi dan Pendidikan Kedokteran pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 2. DR. dr. H. Syarif Hasan Luthfie SpRM selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, atas kesempatan yang diberikan kepada Peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi dan Pendidikan Kedokteran pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 3. dr. Ayat Rahayu SpRad, M.Kes selaku pembimbing penelitian yang telah menyetujui dan mengijinkan penelitian ini dan dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan dorongan dalam penelitian ini. 4. Prof.Dr.H.Sardjana dr SpOG(K),SH sebagai pembimbing awal dalam penelitian ini yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan bimbingan dalam pengolahan statistiknya. v
5. Drg. Laifa Annisa H. PhD selaku penanggung jawab Modul Riset Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan tanggung jawab kepada Peneliti melakukan penelitian ini dan menyetujui ijin penelitian ini untuk menyelesaikan tugas akhir dari Modul Riset sebagai syarat kelulusan dari Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. 6. Drg. Unna Rahmadona selaku Kepala Puskesmas Pamulang yang telah memberikan kesempatan pada Peneliti untuk melakukan penelitian di Puskesmas yang beliau pimpin. 7. DR. H. Arif Soemantri M.Kes selaku staf pengajar Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan saran dan semangat untuk menyelesaikan penelitian ini secepatnya. 8. dr. Bisatyo Mardjikoen SpOT selaku staf pengajar Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, yang telah memberikan saran, kritik dan semangat terhadap penelitian ini. 9. Kedua orangtua Peneliti, Prof DR H Sardjana dr SpOG (K) SH dan Arina Nurfinnahari SE, SH yang telah memberikan banyak dukungan selama ini. Saudara kandung Peneliti, Erlangga Husada dan Gulam Gumilar atas bantuan, doa restu, dorongan moral yang tiada henti-hentinya mendoakan demi keberhasilan Peneliti. 10. Teman-teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah angkatan 2007 khususnya Ricky Fathoni, Syamsuddin dan Tiara Bunga Melati Jelita yang selama ini telah memberikan dukungan maupun peran sertanya kepada Peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. vi
11. Teman-teman mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah angkatan 2007 khususnya Hara dan Hasyim yang telah banyak membantu selama penelitian ini berlangsung. Akhir kata, kepada semua pihak yang telah membantu untuk terlaksananya penelitian ini, Peneliti ucapakan terima kasih. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak peneliti-peneliti selanjutnya.
Jakarta, 05 Oktober 2010
Yusuf Brilliant
vii
ABSTRAK
Yusuf Brilliant. Program Studi Pendidikan Dokter. Pola Kebutuhan dan Permintaan Ibu Pasangan Usia Subur Terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang. 2010. Studi tentang pola kebutuhan dan permintaan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Studi ini mencakup 298 orang ibu yang bersalin (Bulin) pada periode bulan Maret 2009 s/d April 2010 di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode acak sederhana (simple random sampling). Uji statistik yang dipergunakan dalam studi ini adalah regresi logistik. Tujuan studi adalah untuk mengetahui gambaran pola kebutuhan dan permintaan ibu pasangan usia subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan, mengukur besarnya kebutuhan dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas dan faktor apa yang mempengaruhinya, serta melihat faktor apa yang mempengaruhi perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu teerhadap pertolongan persalinan. Hasil studi ini menunjukkan bahwa kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas (34,2%) lebih rendah jika dibandingkan dengan pertolongan persalinan oleh tenga kesehatan di luar puskesmas (56,7%), dan hal ini menyebabkan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas (39,1%) juga lebih rendah jika dibandingkan dengan permintaan pertolongan persalinan di tenaga kesehatan di luar Puskesmas (58,1%). Faktor yang berpengaruh pada kebutuhan dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan bervariasi, tergantung pada jenis fasilitas pertolongan persalinannya. Secara umum, kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan merupakan faktor paling penting dalam mempengaruhi kebutuhan ibu melakukan pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas. Faktor kebutuhan ibu dan jarak rumah dalam satuan menit ke tempat persalinan merupakan faktor yang mempengaruhi permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas. Sedangkan jarak tempuh rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit dan ada tidaknya penyulit dalam persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap pelayanan pertolongan persalinan. Kata kunci : kebutuhan ibu, permintaan ibu, dan perubahan kebutuhan menjadi permintaan ibu, pertolongan persalinan, Puskesmas
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv KATA PENGANTAR .......................................................................................... v ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT ........................................................................................................... ix DAFTAR ISI ......................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xii DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4 1.3 Hipotesis ...................................................................................................... 5 1.4 Tujuan Studi ............................................................................................... 5 1.5 Manfaat Studi ............................................................................................. 6 BAB 2 Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 7 2.1 Landasan Teori ........................................................................................... 7 2.1.1 Teori Kebutuhan ................................................................................ 7 2.1.1.1 Konsep Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan ............. 11 2.1.2 Teori Permintaan ............................................................................. 12 2.1.2.1 KonsepPermintaan Terhadap Pelayanan Kesehatan ............ 14 2.1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Permintaan terhadap Pelayanan kesehatan .............................................................................. 15 2.1.3 Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) .................................. .....22 2.1.3.1 Pengertian Puskesmas ......................................................... 22 2.1.3.2 Kegiatan Pokok Puskesmas ................................................. 23 2.1.3.3 Fungsi Puskesmas................................................................. 24 2.1.3.4 Puskesmas dengan Perawatan .............................................. 24 2.1.4 Pelayanan Kebidanan ...................................................................... 25 2.1.4.1 Pengertian ............................................................................ 25 2.1.4.2 Ruang Lingkup Standar Pelayanan Kebidanan ................... 26 2.1.4.3 Manfaat Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan ............. 31 2.1.5 Asuhan Persalinan Normal .............................................................. 32 2.2 Kerangka Konseptual ............................................................................... 39 2.3 Definisi Operasional ................................................................................. 40 BAB 3 Metodologi Penelitian ............................................................................ 42 3.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 42 3.2 Lokasi Studi .............................................................................................. 42 3.3 Populasi atau Objek studi ......................................................................... 42 3.4 Pengolahan Data ....................................................................................... 43 3.5 Tekhnik Analisis Data .............................................................................. 43 3.6 Perangkat Analisis .................................................................................... 44 ix
BAB 4 Hasil dan Pembahasan ........................................................................... 45 4.1 Hasil Studi ................................................................................................ 45 4.1.1 Diskripsi Subyek Studi .................................................................... 45 4.2 Pembahasan .............................................................................................. 57 4.2.1 Kebutuhan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ............................ 58 4.2.2 Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ........................... 62 4.2.3 Perubahan Kebutuhan Ibu Menjadi Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ..................................................................... 66 BAB 5 Simpulan dan Saran ............................................................................... 67 5.1 Simpulan ................................................................................................... 67 5.2 Saran ....................................................................................................... 768 Daftar Pustaka ................................................................................................... 69 Lampiran .............................................................................................................. 72
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2007 ........................................... 2 Gambar 2.1 Modifikasi Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan ..................... 22 Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ....................................................................... 39
xi
DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Umur Ibu ........................ 45 Tabel 4.2 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Paritas ............................. 46 Tabel 4.3 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan Ibu ... 46 Tabel 4.4 Pengelompokkan Lama Pendidikan Responden Menurut Tingkat Pendidikannya ..................................................................................... 47 Tabel 4.5 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikannya ...... 47 Tabel 4.6 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan Ibu .......... 47 Tabel 4.7 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu . 48 Tabel 4.8 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Resiko Ibu Hamil .............................................................................................................. 49 Tabel 4.9 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Penghasilan Keluarga ..... 50 Tabel 4.10 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Suku Bangsa Ibu ........... 50 Tabel 4.11 Jumlah dan Distribusi Pengambil Keputusan dalam Keluarga Menurut Responden …………………………………………………………...51 Tabel 4.12 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Masyarakat Dalam melakukan Persalinan ………………………………………..51 Tabel 4.13 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Pola Kebutuhan Ibu terhadap Pertolongan Persalinan …………………………………….52 Tabel 4.14 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut jarak rumah-tempat Persalinan dalam (Km) ………………………………………………53 Tabel 4.15 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut jarak rumah – tempat Persalinan dalam (menit) …………………………………………….53 Tabel 4.16 Disitribusi Sisitim Birokrasi yang Akan Dijalani Menurut Responden ………………………………………………………………………..54 Tabel 4.17 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Ada-Tidaknya Penyulit Saat Persalinan ………………………………………………………54 Tabel 4.18 Distribusi Jumlah Responden Menurut Jumlah Sarana Persalinan yang Ada …………………………………………………………………..55 Tabel 4.19 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jumlah Biaya yang Akan Dikeluarkan ………………………………………………………….55 Tabel 4.20 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepuasan Yang Diharapkan …………………………………………………………..56 Tabel 4.21 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan ………………………………………………56 Tabel 4.22 Hasil Uji Statistik Antara Variabel Bebas yang Mempunyai Pengaruh dengan Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan …………..63
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner ........................................................................................................ Lampiran 2. Hasil Uji Statistik ........................................................................................... Lampiran 3. Skoring ........................................................................................................... Lampiran 4. Inform consent ................................................................................................
xiii
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Pengertian sehat meliputi kesehatan jasmani, rohani serta social dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan (Dep.Kes R.I, 2000) Indikator dalam mengukur derajat kesehatan masyarakat adalah Crude Death Rate, Malnutrition, Infant Mortality rate, maternal Mortality Rate dan umur harapan hidup. Dari indikator tersebut, subyek yang paling banyak dijadikan ukuran adalah ibu dan anak. Hal ini disebabkan ibu dan anak merupakan kelompok yang mempunyai tingkat kerentanan yang besar terhadap penyakit, cacat dan kematian. Kerentanan ini disebabkan oleh adanya sifat yang khas dari kelompok ini, yaitu adanya peristiwa kehamilan, proses kelahiran dan masa pertumbuhan serta perkembangan. Untuk memberikan perlindungan terhadap kelompok ini diperlukan perhatian khusus terhadap sistim pemberian pelayanan kesehatannya. Perhatian ini juga harus dapat memberikan kemungkinan tentang cara penggunaan secara efisien sumber daya dan sarana yang pada umunya serba terbatas (Morley David, 2003). Usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah pada umumnya telah memberikan hasil, serta tampak adanya kemajuan. Tetapi sering terlihat bahwa pola pelayanan terhadap ibu, khususnya ibu bersalin, masih belum mencapai tingkat yang diharapkan. Dalam hal pencarian pertolongan persalinan, terutama bagi ibu yang berada di pedesaan, sebagian besar masih mencari pertolongan persalinan lewat dukun bayi. Hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Propinsi Banten yang ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu. Pertolongan persalinan oleh tenaga medis sebesar 56,6% pada tahun 2002, meningkat menjadi 62,3% pada tahun 2005. Data tahun
2
2005 menunjukkan bahwa masih terdapat 37,7% persalinan yang ditolong oleh tenaga non medis atau dukun paraji (Dinas Kesehatan Propinsi Banten, 2002). Persalinan yang ditolong tenaga medis terkait erat dengan upaya menurunkan angka kematian bayi dan kematian ibu. Walaupun pergerakannya lambat namun secara pasti proporsinya menunjukkan peningkatan dibanding yang ditolong tenaga non medis (seperti dukun bayi). Kisarannya masih bergerak pada angka 50-60%. Pada tahun 2000 terdapat sebanyak 51,3% bayi yang persalinannya ditolong tenaga medis (dokter atau bidan) dan sisanya sebesar 48,7% menggunakan jasa tenaga non medis seperti dukun bayi (paraji). Selanjutnya pada periode tahun 2004 perhatian masyarakat akan pentingnya pemanfaatan tenaga medis meningkat menjadi 59,7%. (Dinas Kesehatan Propinsi Banten, 2005) Dari hasil laporan mengenai pertolongan persalinan di Kabupaten Tangerang, komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini antara lain disebabkan karena pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Dalam lima tahun terakhir pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terus meningkat. Pada tahun 2007 sebesar 73,66% dari 94.638 persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, gambaran cakupan linakes dari 20052007 adalah sebagai berikut : Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kabupaten Tangerang Tahun 2005-2007
Gambar 1.1 Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2007.
3
Puskesmas Pamulang yaitu salah satu puskesmas di Kota Tangerang Selatan yang dimana wilayah kerjanya mencakup 8 kelurahan yaitu : Pamulang Barat, Pamulang Timur, Pondok benda, Benda Baru, Bambu Apus, Kedaung, Pondok Cabe Ilir, dan Pondok Cabe Udik. Puskesmas Pamulang memiliki beberapa macam fasilitas pelayanan kesehatan salah satu diantaranya adalah pelayanan pertolongan persalinan.Puskesmas Pamulang telah mencatat jumlah persalinan pada Januari s/d Desember 2009 yang ditolong oleh nakes di wilayah kerja Puskesmas Pamulang adalah sebesar 82,85% dan sisanya persalinan dilakukan oleh non nakes (dukun bayi), dan Puskesmas Pamulang sendiri telah mencatat persalinan yang dilakukan di Puskesmas Pamulang pada periode Januari-Desember 2009 sebesar 90,58% dari sasaran ibu hamil yg diperiksa di Puskesmas Pamulang (Puskesmas Pamulang, 2009). Dari uraian diatas, dapat dilihat bahwa Puskesmas Pamulang sebagai salah satu Puskesmas di Kota Tangerang Selatan yang dulunya juga merupakan bagian dari Kabupaten Tangerang telah menunjukkan data pertolongan persalinan yang cukup baik untuk wilayah kerja di Puskesmas Pamulang namun tetap harus dicermati apakah pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas Pamulang tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan permintaan pelayanan bagi ibu pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas tersebut. Untuk mengetahui pelaksanaan pertolongan persalinan yang dapat diterima masyarakat, perlu diketahui faktor penting yang mempengaruhi seorang ibu dalam mencari pertolongan persalinan, sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan keinginan dan kemauan masyarakat dalam menggunakan Puskesmas sebagai tempat persalinan. Sarana pelayanan kesehatan akan digunakan oleh masyarakat bila masyarakat merasa membutuhkan terhadap pelayanan kesehatan tersebut. Kebutuhan yang dirasakan seseorang akan membuat seseorang mengambil keputusan untuk mencari pertolongan atau tidak. Perwujudan felt need tidak selalu dapat terwujud menjadi penggunaan pelayanan kesehatan (demand atau permintaan yang efektif), oleh karena adanya faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor sosio kultural, faktor organisasional dan faktor sosio demografi (Dever G.E. Alan, 2004).
4
Untuk mengetahui hubungan penggunaan Puskesmas sebagai tempat persalinan dan faktor determinan yang mempengaruhinya, maka diperlukan kajian tentang demand pertolongan persalinan di Puskesmas pada ibu yang melahirkan.
1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut: 1. Belum semua kelompok ibu Pasangan Usia Subur yang akan melahirkan: a. membutuhkan keberadaan Puskesmas b. meminta
atau
menggunakan
Puskesmas
sebagai
tempat
persalinannya 2. Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan (need) pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas. 3. Banyak faktor yang mempengaruhi permintaan atau penggunaan (demand) pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas. 4. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan potensial (felt need) menjadi permintaan riil demand pada kelonpok ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan. Di dalam studi ini istilah demand dimaksudkan sebagai permintaan yang efektif (effective demand) yaitu permintaan yang disertai oleh kemampuan dan kemauan untuk membeli, dan istilah need dimaksudkan sebagai kebutuhan potensial. Di dalam penulisan selanjutnya, kata “kebutuhan” tetap digunakan sebagai pengganti istilah need sedangkan kata “permintaan” dipakai sebagai pengganti istilah demand.
5
1.3
Hipotesis Dalam studi ini akan dipergunakan hipotesis yang dirumuskan sebagai
berikut: 1. Adanya hubungan antara kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas dengan : umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, tingkat risiko ibu hamil, suku bangsa, kebiasaan masyarakat, pengambil keputusan dalam keluarga, dan penghasilan keluarga. 2. Permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas dipengaruhi oleh faktor: kebutuhan ibu, sistim birokrasi, jarak rumah tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam persalinan, jumlah tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan kepuasan konsumen. 3. Perubahan
kebutuhan
ibu
menjadi
permintaan
ibu
terhadap
pertolongan persalinan Puskesmas dipengaruhi oleh faktor: sistim birokrasi, jarak rumah ,tempat persalinan, ada tidaknya penyulit dalam persalinan, jumlah tempat persalinan yang ada, biaya persalinan, dan kepuasaan konsumen.
1.4
Tujuan Studi Secara umum studi ini ingin menguraikan dan menilai adanya faktor-
faktor yang mempengaruhi kebutuhan dan permintaan pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas, serta faktor yang mempengaruhi perubahan kebutuhan menjadi permintaan pada kelompok ibu Pasangan Usia Subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan, khususnya: 1. Mendapatkan gambaran pola : a. Kebutuhan pada kelompok ibu pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Pamulang terhadap pertolongan persalinan. b. Permintaan pada kelompok ibu pasangan usia subur di wilayah kerja Puskesmas Pamulang terhadap pertolongan persalinan. 2. Mempelajari faktor yang mempengaruhi kebutuhan pada kelompok ibu pasangan usia subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas.
6
3. Mempelajari faktor yang mempengaruhi permintaan pada kelompok ibu pasangan usia subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas. 4. Mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi perubahan kebutuhan menjadi permintaan pada kelompok ibu pasangan usia subur terhadap pertolongan persalinan.
1.5
Manfaat Studi 1.
Sebagai bahan penulisan riset khususnya untuk kelengkapan data primer, yang harus dipenuhi dalam rangka penyelesaian Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Memberi masukan pada perencanaan dan pengelola program dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), sehingga pelayanan pertolongan persalinan Puskesmas dapat lebih berdaya guna di masa yang akan datang.
3.
Memberikan
informasi
pada
petugas
pelaksana
pelayanan
pertolongan persalinan di Puskesmas, sebagai dasar untuk membuahkan pemikiran-pemikiran secara faktual dalam upaya meningkatkan jumlah atau cakupan ibu bersalin di Puskesmas.
7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Teori Kebutuhan
(Murray, 2001), mendefinisikan kebutuhan sebagai berikut: “A need is a construct (a convenient fiction or hypothetical concept) which stands for a force in the brain region, a force which organizer perception, apperception, intellection, conation and action in such a way as to transform in a certain direction an existing unsatisfying situation. A need is sometimes provoked directly by internal processes of a certain kind. But, more frequently by the occurrence of one of few commonly effective press (environmental forces). Each need is characteristically accompanied by a particular feeling or emotion and … certain may be weak or intense, momentary or enduring. But usually is persist and gives rise to certain course of overt behavior (or fantacy)” Kebutuhan adalah suatu konstruk (konsep hipotesis) yang memberikan suatu kekuatan di dalam otak. Kekuatan yang mengorganisir persepsi, appersepsi, inteleksi, konasi dan tindakan sedemikian rupa dengan maksud merubah suatu keadaan tertentu yang ada yaitu sesuatu yang tidak memuaskan. Kebutuhan kadang-kadang ditimbulkan secara langsung oleh proses internal tetapi lebih sering ditimbulkan oleh peristiwa yang terjadi dalam lingkungan individu. Adanya kebutuhan menyebabkan individu beraktivitas dan individu mempertahankan aktivitas ini sampai kebutuhannya terpenuhi. Beberapa kebutuhan secara karakteristik disertai oleh perasaan dan emosi. Kebutuhan dapat lemah dan kuat, sebentar atau seterusnya, tetapi biasanya menetap dan berpengaruh terhadap timbulnya perilaku yang nyata atau fantasi (Murray, 2001). (Maslow, 2000), mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kebutuhan yang pemunculannya sangat tergantung pada kepentingan individu. Kebutuhan yang harus dipenuhi merupakan faktor pendorong (motif) yang menyebabkan seseorang beraktivitas. Manusia tidak hanya bereaksi terhadap satu motif atau kebutuhan saja, tetapi membuat seleksi terhadap sejumlah motif yang ada dalam dirinya pada saat yang sama.
8
Kebutuhan itu terjadi secara bertahap (hirarkis) mulai dari kebutuhan yang paling dasar, yaitu kebutuhan fisiologis. Bila kebutuhan ini sudah terpenuhi baru mencari kebutuhan pada hirarki yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa keamanan dan perlindungan. Apabila kebutuhan ini sudah terpenuhi maka akan muncul hirarki kebutuhan yang lebih tinggi adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Teori ini dikenal dengan five hierarchy of need dari (Maslow, 2000). Tetapi teori (Maslow, 2000), di atas mempunyai kelemahan yaitu tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, karena manusia tidak harus memenuhi kebutuhan pada hirarki yang lebih rendah baru memikirkan kebutuhan pada hirarki yang lebih tinggi. Misalkan seseorang yang masih kekurangan kebutuhan fisiologisnya tetapi dia ternyata sudah mempunyai kebutuhan akan harga diri. Menurut (Robert Moroney, 2003), kebutuhan dapat dikelompokkan menjadi: 1.
Kebutuhan normatif (normative need) yaitu kebutuhan yang timbul pada individu yang pada umumnya banyak dipengaruhi faktor nilai, lingkungan sosial dan hukum. Seorang
ibu
hamil
yang
selalu
mengalami
perdarahan
selama
kehamilannya, disarankan oleh bidan, untuk selalu periksa ke dokter ahli kandungan dan melahirkan dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Ibu hamil ini mempunyai kebutuhan normatif (kebutuhan yang sesuai dengan norma kesehatan yang ada), untuk periksa dan melahirkan melalui pertolongan dokter ahli kandungan. 2.
Kebutuhan yang dirasakan (perceived need) yaitu apa yang menjadi kebutuhan mereka. Perceived need biasa disebut juga felt need. Seorang ibu hamil merasa tidak mempunyai keluhan yang berarti selama kehamilannya, dan menginginkan suatu proses persalinan yang menurut dia “aman” serta terjangkau biayanya. Ibu hamil tersebut merencakan untuk bersalin di Puskesmas, karena kebutuhan yang dirasakan (felt need) ibu tersebut cocok dengan kondisi Puskesmas. Dapat dikatakan bahwa ibu hamil tersebut mempunyai felt need pada Puskesmas.
3.
Kebutuhan yang diekspresikan (expressed need) yaitu felt need uang beubah menjadi penggunaan pelayanan atau sejumlah orang yang
9
mendapatkan pelayanan. Expressed need ini biasa disebut demand atau permintaan yang efektif. Seorang ibu hamil yang sudah mempunyai rencana untuk melahirkan di Puskesmas, tiba-tiba merasakan bahwa proses persalinannya sudah dekat, pada saat malam hari. Keluarganya tidak membawa dia ke Puskesmas tetapi meminta pertolongan dukun bayi yang berdekatan dengan rumahnya, untuk membantu persalinan tersebut. Dalam kasus ini, meskipun felt need ibu hamil tersebut pada Puskesmas tetapi expressed need atau demand nya pada dukun bayi. 4.
Kebutuhan
relatif
(relative
need)
yaitu
kebutuhan
yang
dalam
pemenuhannya berbeda antara satu individu dengan individu lainnya atau antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Relative need ini juga biasa disebut sebagai comparative need. Beberapa ibu hamil dengan kondisi kesehatan yang relatif sama (tidak mempunyai keluhan yang berarti selama kehamilannya), akan mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda pada saat dia melahirkan. Ada yang merencakan untuk bersalin di rumah dengan pertolong dukun bayi, dirumah dengan pertolongan bidan, di tempat praktek bidan, di Puskesmas atau di Rumah Sakit dengan pertolongan dokter ahli kandungan. Dalam kasus ini jelas bahwa kebutahan beberapa ibu hamil tersebut relatif dalam pemenuhannya. Berdasarkan definisi kebuthan yang dikemukakan oleh Moroney, maka yang dimaksud need atau kebutuhan dalam penelitian ini adalah felt need: atau kebutuhan yang dirasakan. Menurut (David Mc Clelland, 2003), yang telah memformulasikan konsep kebutuhan untuk keberhasilan (the need to achieve), orang yang mempunyai kebuthan untuk keberhasilan akan mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai keberhasilannya tersebut dan mempunyai cirri-ciri sebagai berikut: (Hick H G & Gullent C R, 2007). 1.
Ia menempatkan tujuan yang moderat dan memperhitungkan risikonya.
2.
Penempatan tujuan seperti itu karena ia secara pribadi dapat mempertanggung jawabakan hasilnya.
10
3.
Ia menginginkan arus balik yang tepat mengenai keberhasilan atau kegagalannya.
4.
Ia lebih menyukai para pekerja pembantu yang kompeten walaupun ada perasaan pribadi tentang mereka.
Teori (David Mc Clelland, 2003) ini lebih dikenal dengan nama Achievement Motivation Theory, yaitu Seorang ibu hamil merencakan untuk melakukan persalinan dengan pertolongan bidan. Dalam hal ini, ibu tersebut (1) telah menempatkan tujuannya sesuai dengan kemampuannya dan telah memperhitungkan faktor risikonya, (2) dia telah memprediksi akan dapat melakukan persalinan dengan baik (3) dia mengharapkan bidan dapat memberikan gambaran tentang proses persalinan yang akan dohadapinya (kemungkinan hambatan yang akan dihadapi), (4) dia percaya dengan kemampuan bidan dalam menolong persalinannya dan mengabaikan perasaan pribadi. Teori kebutuhan yang berhubungan dengan kepuasaan kerja dikemukakan oleh (Frederick Herzberg, 2002), yang lebih dikenal dengan teori dua faktor pada kepuasaan kerja atau konsep faktor motivator – hygience dari Herzberg. Menurut teori (Herzberg, 2002), ada dua faktor yang mempengaruhi seseorang dalam bekerja yaitu (1) faktor yang berperan sebagai motivator yaitu yang mampu memuaskan dan mendorong orang untuk bekerja baik, dan (2) faktor hygience yang dapat meimbulkan rasa tidak puas pada pegawai (Hicks H G & Gullent C R, 2007). Faktor yang berperan sebagai motivator adalah: 1. achievement (keberhasilan pelaksanaan) 2. Recognition (Pengakuan) 3. the work it self (pekerjaan itu sendiri) 4. responsibilities (tanggung jawab) 5. Advancement (pengembangan) Sedangkan faktor hygience terdiri dari: 1. company pokicy and administration (kebijakan dan administrasi perusahaan) 2. technical supervisor (supervisi) 3. interpersonal supervision (hubungan antara pribadi) 4. working condition (kondisi kerja)
11
5. wages (gaji) Seorang ibu hamil telah merencanakan untuk melakukan persalinan di Puskesmas karena dia telah termotivasi oleh (1) keberhasilan proses persalinan yang ditangani di Puskesmas, (2) merasa mendapat pengakuan dari masyarakat, dan (3) keyakinan dapat melakukan persalinan dengan lancer. Selain itu dia juga telah mempertimbangkan faktor 1) birokrasi yang harus dilakukan, (2) fasilitas yang diberikan dan (3) biaya yang harus dikeluarkan.
2.1.1.1 Konsep Kebutuhan terhadap Pelayanan Kesehatan Kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen (felt need) dan kebutuhan yang diukur menurut pendapat provider (evaluated need). Kebutuhan yang dirasakan menurut konsumen dipengaruhi oleh faktor sosio demograhi dan faktor sosio psikologis (Dever G A, 2004). John Cullis dan Peter A. West (1999), mengatakan bahwa kebutuhan yang dirasakan (felt need) terhadap pelayanan kesehatan, merupakan penjumlahan dari kebutuhan fisiologis da psikologis individu terhadap suatu pelayanan kesehatan. Felt need timbul bila individu menginginkan pelayanan kesehatan. Felt need berhubungan dengan persepsi individu terhadap pelayanan kesehatan. Sedangkan Kenneth Lee & Anne Mills (2003), menmgemukakan bahwa kebutuhan akan pelayanan kesehatan terdiri atas kebutuhan yang tidak dirasakan dan kebutuhan yang dirasakan (felt need). Kebutuhan yang dirasakan (felt need) membuat individu mengambil keputusan untuk mencari pelayanan kesehatan atau tidak. Ekspresi dari felt need terhadap pelayanan kesehatan adalah merupakan penggunaan dari pelayanan kesehatan atau demand dari pelayanan kesehatan. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang dirasakan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari individu itu sendiri (faktor intrinstik) misalnya tingkat pengetahuan, umur dan pekerjaan maupun factor di luar individu (faktor ekstrinsik) misalnya lingkungan sosial. Seorang ibu yang sedang hamil mungkin sudah mempunyai rencana untuk melahirkan dengan pertolongan dukun bayi di rumah. Hal ini disebabkan karena
12
tingkat pengetahuan ibu yang rendah tentang kesehatan dan kebiasaan yang berlaku di daerah tersebut. Ibu hamil yang lain mungkin merencanakan untuk bersalin dengan pertolongan dokter spesialis kandungan, karena ibu ini sudah mengetahui bahwa dirinya termasuk golongan “kehamilan risiko tinggi” dan untuk itu diperlukan penanganan tenaga professional. Ibu hamil yang mungkin merencanakan untuk bersalin dengan pertologan bidan karena seluruh kerabatnya juga melakukan hal yang sama. Tetapi pada saat bersalin ibu tersebut mengalami penyulit yang menyebabkan bidan mengambil keputusan untuk merujuk ibu tersebut ke Rumah Sakit. Ibu tersebut akhirnya bersalin dengan pertolongan dokter. Hasil penelitian Indriati Basong (2007), yang menghubungkan kebutuhan (felt need) ibu dengan penggunaan posyandu, membuktikan bahwa umur, pengetahuan dan persepsi tentang posyandu ibu mempunyai hubungan yang bermakna dengan felt need ibu terhadap posyandu.
2.1.2
Teori Permintaan Di dalam teori ekonomi, konsep permintaan menggambarkan kerangka
sistematis tentang perilaku konsumen. Demand
berarti permintaan sejumlah
barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen (willingness) dan konsumen mampu (ability) untuk membeli dalam satu kurun waktu tertentu atau dengan kata lain demand adalah julmah komoditas total yang dibeli oleh konsumen (Lipsey RG, Steiner PO, Purvis DD, 2001). Dari teori di atas dapat dikatakan bahwa permintaan adalah kebutuhan yang direalisasikan dalam perbuatan. Kebutuhan merupakan suatu permintaan akan barang atau jasa yang mana konsumen mau (willingness) untuk membeli, tetapi belum diikuti dengan kenyataan (action) dalam membeli. Sedangkan permintaan adalah kebutuhan yang telah diikuti dengan kemampuan daya beli (ability) dan direalisasikan dalam perbuatan (membeli barang atau jasa). Ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini. Pertama, jumlah yang diminta merupakan kuantitas yang diinginkan (desired). Ini menunjukkan berapa banyak “komoditi” yang ingin dibeli oleh rumah tangga, atas
13
dasar harga komoditi yang diperhitungkan dengan harga komoditi lainnya, penghasilan mereka, cita rasa dan selera mereka. Kedua, apa yang diinginkan tidak merupakan harapan kosong, tetapi merupakan permintaan efektif. Artinya, merupakan jumlah orang yang bersedia dan mampu membelinya pada harga yang harus mereka bayar untuk komoditi itu. Ketiga, kuantitas yang diminta merupakan arus pembelian yang kontinyu artinya pembelian itu akan diikuti dengan pembelian selanjutnya (Lipsey RG, Steiner PO, Purvis DD, 2001). Jumlah barang yang diminta (permintaan) sangat tergantung kepada: 1.
Harga atau tarif dari barang atau jasa yang bersangkutan.
2.
Cita rasa (taste) dan preferensi konsumen
3.
Pendapatan konsumen
4.
Harga atau tarif dari barang atau jasa lain yang dekat hubungannya dengan barang tersebut.
Dari uraian diatas, tersirat peran kebutuhan di dalam faktor cita rasa (taste) dan
preferensi
konsumen
menunjukkan
suatu
kebutuhan
yang
belum
direalisasikan. Apabila citarasa dan preferensi telah diikuti dengan pertimbangan harga, pendapatan (daya beli) dan harga barang substitusi serta diikuti dengan perbuatan membeli, maka akan menjadi permintaan pada barang atau jasa tersebut. Sehingga secara matematik, permintaan merupakan fungsi dari beberapa faktor, yang dapat digambarkan sebagai berikut: Q = F ( P, Y, Z1 . . . Z n, T) Dimana:
Q = Kuantitas barang atau jasa yang diminta P = harga dan tarif Y = pendapatan konsumen
Z1 . . . Zn = harga atau tarif dari barang lain T = citarasa dan preferensi konsumen Rumus ini kalau diterapkan dalam pelayanan pertolongan persalinan adalah: Q
= jumlah permintaan pertolongan persalinan di Puskesmas
P
= biaya pertolongan persalinan di Puskesmas
Z1 . . . Zn
= biaya pertolongan persalinan selain di Puskesmas
14
Y
= pendapatan konsumen
T
= cita rasa dan preferensi konsumen terhadap pertolongan persalinan yang diinginkan
2.1.2.1 Konsep Permintaan terhadap Pelayanan Kesehatan Michael Grossman seperti yang dikutip oleh Feldstein mengemukakan bahwa konsumen mempunyai permintaan terhadap pelayanan kesehatan karena dua alasan, yaitu (1) kesehatan sebagai barang konsumsi, yang membuat konsumen merasakan lebih baik, dan (2) pelayanan kesehatan sebagai barang investasi, yang memberikan sejumlah waktu kepada kosumen untuk berproses produksi (Feldstein, 2007). Terdapat beberapa kesulitan dalam mengaplikasikan teori permintaan terhadap pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu (Sorkin AL,2003) 1.
Untuk estimasi permintaan individu diperlukan informasi tentang harga pelayanan kesehatan pada institusi yang sama dengan karakteristik penyakit dan pelayanan yang sama pula.
2.
Availability pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi kuantitas pelayanan yang diminta.
3.
Permintaan terhadap pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh status kesehatan dan tingkat kebutuhan pelayanan medisnya.
4.
Pelayanan kesehatan yang bersifat supply induced demand membawa konsumen pada posisi yang lemah, dimana jenis pelayanan yang dia terima tergantung dari providernya.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa permintaan pelayanan kesehatan tidak bisa murni seperti pada permintaan barang konsumsi, karena sangat dipengaruhi baik oleh faktor individu itu sendiri maupun faktor di luar individu tersebut, terutama faktor provider. Permintaan terhadap pelayanan kesehatan tergantung pada beberapa faktor, sehingga formulasi permintaan tersebut dapat digambarkan sebagai: D = F (X1 . . . . Xn) Dimana:
15
D = permintaan terhadap barang dan jasa, yang dalam penelitian ini adalah jumlah ibu yang bersalin di Puskesmas (prosentasenya dibandingkan dengan yang bersalin di luar Puskesmas) X1 . . . Xn
= factor yang mempengaruhi permintaan ibu terhadap
pertolongan persalinan di Puskesmas. Hasil penelitian David S. Guzick (2006), tentang permintaan terhadap pelayanan dokter umum dan dokter internist, menunjukkan bahwa faktor asuransi dan income, umur, jenis kelamin, ras (suku bangsa) dan tempat tinggal mempunyai hubungan yang bermakna dengan permintaan terhadap pelayanan dokter umum dan dokter internist. Masing–masing faktor mempunyai pengaruh yang berlainan antara permintaan pelayanan dokter umum dan permintaan pelayanan dokter internist. Hasil penelitian Wasis Budiarto (2004), tentang permintaan terhadap pelayanan kesehatan Puskesmas, membuktikan bahwa faktor kebutuhan, pekerjaan, biaya, pendapatan, waktu dan jarak mempunyai hubungan yang bermakna
dengan
permintaan
seseorang
terhadap
pelayanan
kesehatan
Puskesmas. Hasil penelitian Irene B (2006), tentang permintaan terhadap pelayanan kesehatan gigi, membuktikan bahwa pengetahuan, biaya, pendapatan per kapita dan kebiasaan merawat gigi seseorang mempunyai hubungan yang bermakna dengan permintaan terhadap pelayanan kesehatan gigi.
2.1.2.2 Faktor
yang
Mempengaruhi
Permintaan
terhadap
Pelayanan
Kesehatan Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penggunaan (permintaan) pelayanan kesehatan, telah digolongkan oleh beberapa ahli dalam beberapa model, yaitu: 1.
Model Kepercayaan Kesehatan (Health Belief Model) Apabila individu bertindak untuk mencari pengobatan atas penyakitnya,
ada empat variable kunci yang terlihat di dalam tindakan tersebut, yaitu : (1) kerentanan yang dirasakan terhadap suatu penyakit, (2) keseriusan yang dirasakan,
16
(3) manfaat yang diterima atau rintangan yang dialami dalam melawan penyakitnya dan (4) hal yang memotivasi tindakan tersebut (Wolinsky FD, 2000). a.
Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility) Seseorang akan bertindak untuk mencari pencegahan atau pengobatan terhadap suatu penyakit bila dia telah merasakan rentan terhadap penyakit tersebut. Seorang ibu hamil berpikir untuk mencari pertolongan dalam melakukan persalinan karena ibu tersebut merasa rentan terhadap proses persalinan yang akan dialaminya.
b.
Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness) Seseorang bertindak untuk mencari pengobatan karena didorong oleh keseriusan penyakit yang dideritanya. Seorang ibu hamil merencanakan untuk melakukan persalinan dengan pertolongan bidan karena ibu tersebut merasa bahwa dia akan dapat melakukan persalinan dengan lancar tanpa ada faktor penyulit yang berarti. Ibu hamil yang lain mungkin telah merencanakan untuk melakukan persalinan dengan pertolongan dokter spesialis kandungan karena selama hamil ibu tersebut mengalami perdarahan dan letak bayi dalam kandungannya diketahui melintang.
c.
Manfaat atau rintangan yang dirasakan (Perceived benefit and barriers) Seseorang akan beertindak mencari pengobatan untuk mendapatkan manfaat (sembuh dari penyakitnya) atau menghindari rintangan yang dirasakan (terhindar dari akibat penyakit yang dideritanya). Sesorang ibu hamil mungkin mencari pertolongan persalinan di Puskesmas karena ibu tersebut merasa mendapatkan manfaat (bisa melahirkan dengan selamat) dan tetap sehat setelah melalui proses persalinan tersebut.
d.
Isyarat atau tanda-tanda (Cuse) Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, keseriusan dan keuntungan dari tindakan yang dilakukan oleh seseorang, diperlukan isyarat berupa faktor dari luar, misalnya pesanpesan yang ada di media massa, nasihat atau anjuran para ahli, teman, anggota keluarga dan lain-lain. Seorang ibu hamil dapat mengetahui
17
kerentanan, keseriusan atau bahkan manfaat tindakannya dari pesanpesan yang ada pada media massa, nasihat dokter, bidan atau keluarga. 2.
Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan (Health Service Utilization Model) Andersen dan Anderson (2003), telah menggolongkannya menjadi
beberapa model berdasarkan tipe variabel yang digunakan sebagai faktor penentu, yaitu: (Wolinsky FD, 2000). a.
Model Demografi (Demographic Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah: umur, seks, status perkawinan dan besarnya keluarga. Perbedaan akan derajat kesehatan, derajat kesakitan dan tingkat penggunaan pelayanan kesehatan diasumsikan akan berhubungan dengan seluruh variabel diatas. Apabila kita perhatikan, variabel yang digunakan dalam model ini adalah variable yang berasal dari dalam individu sendiri (intrinsik), yang secara langsung akan mempengaruhi kebutuhan seseorang dan apabila direalisasi dalam perbuatan akan menjadi permintaan.
b.
Model Struktur Sosial (Social Structural Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah: pendidikan, pekerjaan dan suku bangsa atau etnis. Penggunaan pelayanan kesehatan adalah salah satu aspek gaya hidup (life style) seseorang, yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial psikologisnya. Variabel di atas juga merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi kebutuhan seseorang. Seseorang yang sedang sakit perut (diare), langsung mencari pengobatan dengan cara tradisional (memakan daun jambu yang masih muda dan arang) karena kebiasaan yang ada di desa tersebut sedangkan orang lain yang memiliki latar pendidikan SLTA, juga menderita diare, dia merasa membutuhkan pertolongan dokter dan langsung pergi ke dokter untuk mendapatkan pertolongan. Sehingga dapat dikatakan bahwa latar belakag social seseorang akan sangat berpengaruh pada kebutuhan seseorang dan pada akhirnya akan mempengaruhi juga tingkat penggunaan pelayanan kesehatan.
18
c.
Model Sosial-psikologis (Social Psycological Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah sikap dan keyakinan (belief) individu. Variabel sosial psikologis pada umumnya terdiri dari empat kategori, yaitu (1) Kerentanan terhadap penyakit atau sakit yang dirasakan, (2) Keseriusan penyakit atau sakit yang dirasakan, (3) Keuntungan yang diharapkan dalam mengambil tindakan untuk mengatasi penyakit (4) Kesiapan tindakan individu. Seorang suami mengetahui istrinya akan melahirkan dia membawa istrinya ke Rumah Sakit bersalin yang berdekatan karena (1) suami tersebut merasa istrinya rentan terhadap persalinan yang akan dihadapinya, (2) proses persalinan dianggap sebagai sesuatu yang serius berkenaan dengan kesehatan, (3) dengan membawa ke rumah sakit bersalin akan mendapatkan pertolongan yang memadai untuk mengatasi proses persalinan tersebut, (4) tindakan suami tersebut didasari oleh pengetahuan yang dimilikinya.
d.
Model Sumber Daya Keluarga (Family Resouce Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pendapatan keluarga, cakupan asuransi kesehatan, ekanggotaan dalam asuransi kesehatan. Variabel ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bayar (daya beli atau tingkat ekonomi) individu atau keluarga untuk pelayanan kesehatan keluarga mereka. Seorang ibu hamil merencakan untuk bersalin di rumah dengan pertolongan bidan, karena biayanya yang cukup murah.
e.
Model Sumber Daya Masyarakat (Community Resource Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah penyediaan pelayanan kesehatan dan sumber-sumber di dalam masyarakat dan ketercapaian (accessibility) pelayanan kesehatan yang tersedia dan sumber-sumber di dalam masyarakat. Masyarakat di desa “A”, akan pergi ke Puskesma desa “A” tersebut pada saat ada yag sakit, karena pemerintah telah menyediakan Puskesmas sebagai sarana pelayanan kesehatan yang keberadaannya dapat terjangkau oleh masyarakat di desa “A” tersebut.
19
f.
Model Organisasi (organization Model) Variabel yang digunakan dalam model ini adalah pencerminan perbedaan bentuk system pelayanan kesehatan, yaitu: 1. Gaya (Style praktek pengobatan (sendiri, rekanan atau kelompok) 2. Sifat (nature) dari pelayanan tersebut (membayar langsung atau tidak) 3. Letak pelayanan kesehatan (tempat pribadi, rumah sakit atau klinik) 4. Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter, perawat, dukun dan sebagainya). Seorang ibu hamil memutuskan untuk bersalin di rumah dengan pertolongan bidan karena (1) gaya (style) prakteknya secara rekanan artinya apablia terjadi penyulit pada pasien bidan tersebut sudah mempunyai tempat rujukan, (2) sifat pembayarannya secara langsung, (3) letak pelayanannya merupakan tempat pribadi, dan (4) petugas pertama kali yang kontak dengannya adalah bidan.
g.
Model Sistem Kesehatan Keenam model penggunaan fasilitas kesehatan tersebut di atas tidak berbeda secara nyata, meskipun ada perbedaan dalam sifat (nature). Model system kesehatan menggabungkan keenam model tersebut di atas ke dalam model yang lebih sempurna.
3.
Model Perilaku Kesehatan Lawrence Green Menurut Lawrence Green (2004), perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3
faktor yaitu faktor predisposisi, faktor yang memudahkan dan faktor yang memperkuat. a. Faktor
predisposisi
(predisposing
factors),
terwujud
dalam
pengatahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan persepsi dari seseorang. b. Faktor yang memudahkan (enabling factors), terwujud dalam lingkungan fisik (tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan). c. Faktor yang memperkuat (reinforcing factores), terwujud dalam sikap dan perilaku petugas pelayanan kesehatan.
20
4.
Model Penggunaan Pelayanan Kesehatan Alan Dever Menurut Alan Dever (2004), faktor yang mempengaruhi penggunaan
(permintaan) pelayanan kesehatan adalah: 1.
Faktor Sosiokultural, yaitu: a.
Norma dan nilai yang ada di masyarakat. Norma, nilai sosial dan keyakinan yang ada di masyarakat akan mempengaruhi
seseonag
dalam
bertindak,
termasuk
dalam
menggunakan pelayanan kesehatan. b.
Tekhnologi yang digunakan dalamn pelayanan kesehatan. Kemajuan di bidang tekhnologi dapat mengurangi atau menurunkan angka kesakitan sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi pula penggunaan pelayanan kesehatan. Tetapi kemajuan tekhnologi juga dapat meningkatkan penggunaan pelayanan kesehatan, seperti pada kasus tehnologi penyinaran.
2.
Faktor Organisasional, yaitu: a.
Ketersediaan sumber daya. Sumber daya yang mencukupi baik dari segi kuantitas dan kualitas, sangat mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan.
b.
Keterjangkauan Lokasi. Keterjangkauan lokasi (geografis), berkaitan dengan keterjangkauan tempat dan waktu. Keterjangkauan tempat diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan. Sedangkan keterjangkauan waktu, dilihat dari keterbatasan waktu pelayanan kesehatan yang disediakan. Seseorang yang akan menggunakan pelayanan kesehatan, akan mempertimbangkan keterjangkauan lokasi ini.
c.
Keterjangkauan sosial. Konsumen memperhitungkan “sikap provider terhadap konsumen” misalnya atribut petugas seperti etnis dan jenis kelamin, serta kemampuan membayar.
d.
Karakteristik dari struktur organisasi formal dan dari cara pemberian pelayanan kesehatan.
21
Pelayanan kesehatan ada yang mempunyai struktur organisasi yang formal misalnya Rumah Sakit dan ada yang tidak misalnya praktek perorangan. 3.
Faktor Interaksi Konsumer-Provider a.
Faktor yang berhubungan dengan konsumen: Tingkat kesakitan atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen berhubungan langsung dengan penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan. Kebutuhan, terdiri atas kebutuhan yang dirasakan (perceived need) dan evaluated need (clinical diagnosis). Perceived need dipengaruhi oleh: a.1. Faktor sosiodemografi: umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga, status sosial ekonomi (pendidikan, pekerjaan, penghasilan). a.2. Faktor sosiopsikologis: persepsi sakit, gejala sakit, keyakinan terhadap perawatan medis atau dokter. a.3. Faktor epidemiologis: mortalitas, morbiditas, disabilitas dan factor risiko.
b.
Faktor yang berhubungan dengan provider: b.1. Faktor ekonomi: adanya barang substitusi, adanya keterbatasan pengetahuan konsumen tentang penyakit yang diderita. b.2. Karakteristik dari provider: tipe pelayanan kesehatan, sikap petugas, keahlian petugas, fasilitas yang dipuyai oleh pelayanan kesehatan tersebut.
Hasil penelitian Indriati Basong (2007), membuktikan bahwa felt need ibu terhadap posyandu mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan atau permintaan posyandu oleh ibu Berdasarkan teori-teori yang telah disebutkan di atas, maka dapat dibuatkan model yang merupakan modifikasi dari model penggunaan pelayanan kesehatan Alan Dever. Modifikasi model ini dianggap lebih lengkap, karena dapat merangkum seluruh teori yang telah disebutkan diatas. Model yang telah dimodifikasi, dapat dilihat pada skema 1 berikut ini.
22
Gambar 2.1
:
MODIFIKASI
MODEL
PENGGUNAAN
PELAYANAN
KESEHATAN Faktor ciri karakteristik konsumen: -
Sosiodemografi
-
Sosiopsokologis
-
Epidemiologis
Permintaan
Kebutuhan
Factor
Factor
Faktor
yang
sosiokultural
Organisasional
berhubungan
Faktor lingkungan
dengan provider
Sumber : Model Determinan of health services utilization dari G. E. Alan Dever (2004), yang telah dimodifikasi.
Modifikasi ini dianggap lebih cocok karena kebutuhan seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor pada individu itu sendiri dan faktor sosial dimana individu tersebut berada. Sedangkan faktor organisasional yang dalam hal ini berkaitan dengan sistim pelayanan kesehatan serta birokrasi untuk mendapatkan pelayanan, lebih mempengaruhi penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan itu sendiri.
2.1.3
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat)
2.1.3.1 Pengertian Puskesmas Pusat
Kesehatan
Masyarakat
(Puskesmas)
merupakan
pusat
pengembangan, pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat yang sekaligus merupakan pos terdepan dalam pembangunan kesehatan masyarakat (Dep. Kes. R.I, 2000). Definisi Puskesmas menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1990/1991) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran
23
serta masyarakat di samping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain perkataan Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya. Wilayah kerja Puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan, tergantung kepada kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografik dan keadaan infrastruktur masing-masing Puskesmas. Sedangkan pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang ditujukan kepada semua jenis kelamin dan golongan umur (Dep. Kes. R.I, 2000).
2.1.3.2 Kegiatan Pokok Puskesmas Pelayanan upaya kesehatan di Puskesmas dilaksanakan melalui berbagai kegiatan pokok, yaitu (Dep.Kes. RI., 2000): a.
Kesejahteraan Ibu dan Anak (KIA)
b.
Keluarga Berencana
c.
Usaha Peningkatan Gizi
d.
Kesehatan Lingkungan
e.
Pencegahan dan Pemberanasan Penyakit Menular
f.
Pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan
g.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
h.
Kesehatan Sekolah
i.
Kesehatan Olah Raga
j.
Perawatab Kesehatan Masyarakat
k.
Kesehatan Kerja
l.
Kesehatan Gigi dan Mulut
m.
Kesehatan Jiwa
n.
Kesehatan Mata
o.
Laboratorium Sederhana
p.
Pencatatan dan Pelaporan dalam rangka system informasi kesehatan
q.
Kesehatan Usia Lanjut
r.
Pembinaan Pengobatan Tradisional
24
Kegiatan pokok ini akan terus dikembangkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhannya. Beberapa Puskesmas tertentu sesuai dengan perkembangan akan dilengkapi dengan sarana rawat tinggal dan unit pertolongan pertama pada keadaan darurat atau gawat.
2.1.3.3 Fungsi Puskesmas Beberapa fungsi Puskesmas adalah: (Dep.Kes R.I. 2000) a. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya. b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka meningkatkan kemampuan hidup sehat. c. Sebagai pusat pengembangan Kesehatan Masyarakat di wilayah kerjanya. Sedangkan pelaksanaan fungsi Puskesmas di atas adalah: a. Merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menunjang dirinya sendiri. b. Memberi petunjuk kepada masyarakat tentang upaya menggali dan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien. c. Memberi bantuan yang bersifat bimbingan teknis materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan. d. Memberi pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat. e. Bekerja
sama
dengan
sektor-sektor
yang
bersangkutan
dalam
melaksanakan program Puskesmas.
2.1.3.4 Puskesmas dengan Perawatan Puskesmas dengan perawatan adalah Puskesmas yang diberi yambahan ruangan dan fasilitas untuk menolong penderita gawat darurat baik berupa tindakan operatif terbatas maupun rawat inap sementara (Dep.Kes R.I, 2000). Fungsi Puskesmas dengan Perawatan yang utama, sebagai “Pusat Rujukan Antara”, yang melayani penderita gawat darurat sebelum dapat dibawa ke Rumah Sakit (Dep.Kes R.I, 2000).
25
Kegiatan-kegiatan yang dapat dikerjakan oleh Puskesmas dengan perawatan ini meliputi: 1. Melakukan tindakan operasi terbatas terhadap penderita gawat darurat antara lain: a. kecelakaan lalu lintas b. persalinan dengan penyulit c. penyakit lain yang mendadak dan gawat 2. Merawat sementara penderita gawat darurat atau untuk observasi penderita dalam rangka diagnostik dengan rata-rata perawatan 3 hari atau maksimum 7 hari. 3. Melakukan pertolongan sementara untuk persiapan pengiriman penderita lebih lanjut ke Rumah Sakit. 4. Memberi pertolongan persalinan bagi kehamilan risiko tinggi dan persalinan dengan penyulit. 5. Melakukan metode operasi pria untuk keluarga berencana. Dari uraian di atas, terlihat bahwa Puskesmas dengan perawatan adalah pengembangan dari Puskesmas biasa, yang mampu betindak sebagai “Pusat Rujukan Sementara” yang salah satu tugasnya adalah memberi pertolongan persalinan dengan risiko tinggi dan dengan penyulit. Sehingga secara otomatis dia juga melaksanakan fungsi Puskesmas biasa yaitu memberi pertolongan persalinan dengan tingkat risiko rendah atau persalinan normal.
2.1.4 Pelayanan Kebidanan 2.1.4.1 Pengertian a) Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan keluarga merupakan layanan
yang diberikan oleh
bidan sesuai dengan
kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Adapun sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
26
b) Standar adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi atau sempurna yang digunakan sebagai batas penerimaan. Standar adalah rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan.
2.1.4.2 Ruang lingkup Standar Pelayanan Kebidanan Menurut Depkes RI (2000), Standar pelayanan kebidanan adalah terdiri dari 25 standar, yang meliputi standar pelayanan umum dan standar pelayanan kebidanan
termasuk
di
dalamnya
adalah
standar
untuk
penanganan
kegawatdaruratan. Standar tersebut dapat dikelompokkan dan diuraikan secara berurutan dari standar 1 sampai dengan standar 25 yaitu sebagai berikut: a)
Standar Pelayanan Umum terdiri dari 2 Standar yaitu: Standar 1 dan Standar 2. Standar 1: Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Pernyataan Standar: Bidan memberikan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum, gizi, keluarga berencana, kesiapan dalam menghadapi kehamilan dan menjadi calon orang tua, menghindari kebiasaan yang tidak baik dan mendukung kebiasaan yang baik. Standar 2: Pencatatan Pernyataan Standar: Bidan melakukan pencatatan semua kegiatan yang dilakukannya, yaitu regitrasi semua ibu hamil di wilayah kerjanya, rincian pelayanan yang diberikan kepada setiap ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Bidan hendaknya mengikutsertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir. bidan meninjau secara teratur catatan untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya. b) Standar Pelayanan Ante Natal terdiri dari 6 Standar yaitu: Standar 3 s/d Standar 8
27
Standar 3: Identifikasi Ibu Hamil Pernyataan Standar: Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinterakasi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motivasi ibu, suami dan anggota keluarga agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. Standar 4: Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Pernyataan Standar: Bidan memberikan sedikitnya 4 x pelyanan antenatal, pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan risti/kelainan, khususnya anemia, kurang gizi, hipertensi, PSM/Infeksi HIV, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh Puskesmas. Bidan harus mencatat data yang tepat pada setiap kunjungan. Bila ditemukan kelainan, bidan harus mampu mengambil tindakan yang diperlukan dan merujuknya untuk tindakan selanjutnya. Standar 5: Palpasi Abdomen Pernyataan Standar: Bidan melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan, serta bila umur kehamilan bertambah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul, untuk mencari kelainan serta melakukan rujukan tepat waktu. Standar 6: Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Pernyataan Standar: Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan/atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Standar 7: Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan Pernyataan Standar:
28
Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklamasi lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. Standar 8: Persiapan Persalinan Pernyataan Standar: Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ke tiga, untuk memastikan bahwa persiapan persalinan yang bersih dan aman serta suasana yang menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportaasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini. c).Standar Pertolongan Persalinan terdiri dari 4 Standar, yaitu standar 9 s/d standar 12 Standar 9: Asuhan Saat Persalinan Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan memperhatikan kebutuhan klien, selama proses persalinan berlangsung. Standar 10: Persalinan yang Aman Pernyataan Standar: Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat. Standar 11: Pengeluaran Plasenta dengan Penegangan Tali Pusat Pernyataan Standar: Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap. Standar 12: Penanganan Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi Pernyataan Standar: Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk menperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
29
d).Standar Pelayanan Nifas terdiri dari 3 Standar yaitu Standar 13 s/d Standar 15 Standar 13: Perawatan Bayi Baru Lahir Pernyataan Standar: Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan, mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan harus mencegah hipotermia. Standar 14: Penanganan Pada Dua Jam Pertama Setelah Persalinan Pernyataan Standar: Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam seletah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. Standar 15: Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas Pernyataan Standar: Bidan memberikan pelayanan pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ke tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB. e).Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obtetri Neonatal, terdiri dari 10 Standar yaitu Standar 16 s/d Standar 25. Standar 16: Penanganan Pendarahan pada Kehamilan Pernyataan Standar: Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala pendarahan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya. Standar 17: Penanganan Kegawatan pada Eklamasi Pernyataan Standar:
30
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklamasi mengancam, serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama Standar 18: Penanganan Kegaawatan pada Partus Lama/Macet Pernyataan Standar: Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partuslama/ macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu atau merujuknya. Standar 19: Persalinan dengan Forcep Rendah Pernyataan Standar: Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraksi forcep rendah, menggu nakan forcep secara benar dan menolong persalinan secara aman bagi ibu dan bayinya. Standar 20: Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor. Pernyataan Standar: Bidan mengenali kapan diperlukan ekstraki vakum, melakukannya secara benar
dalam
memberikan
pertolongan
persalinan
dengan
memastikan
keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya. Standar 21: Penanganan Retentio Plasenta Pernyataan Standar: Bidan mampu mengenali retensio plasenta, dan memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan pendarahan, sesuai dengan kebutuhan. Standar 22: Penanganan Pendarahan Post Partum Primer Pernyataan Standar: Bidan mampu mengenali pendarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (post partum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama untuk mengendalikan pendarahan. Standar 23: Penanganan Pendarahan Post Partium Sekunder Pernyataan Standar: Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala pendarahan post portum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk menyelamatkan jiwa ibu, dan/atau merujuknya. Standar 24: Penanganan Sepis Puerpularis Pernyataan Standar:
31
Bidan mampu mengenali secara tepat tanda dan gejala sepsis puerpularis, serta melakukan pertulongan pertama atau merujuknya. Standar 25: Penanganan Asfiksia Pernyataan Standar: Bidan mampu mengenali dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan resusitasi secepatnya, mengusahakan bantuan medis yang diperlukan dan memberikan perawatan lanjutan (Depkes RI,2000).
2.1.4.3 Manfaat Penerapan Standar Pelayanan Kebidanan a). Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma dan tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan standar pelayanan sekaligus akan melindungi masyarakat, karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan dengan dasar yang jelas. b). Dengan adanya standar pelayanan yang dapat dibandingkan dengan pelayanan yang diperoleh, maka masyarakat akan mempunyai kepercayaan yang lebih mantap terhadap pelaksana pelayanan. Standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktik sehari-hari. Pelayanan yang berkualitas dapat dikatakan sebagai tingkat pelayanan yang memenuhi standar yang telah ditetapkan. Dengan demikian standar penting untuk pelaksanaan pemeliharaan dan penilaian kualitas atau mutu pelayanan. hal ini menunjukkan bahwa standar pelayanan perlu dimiliki oleh setiap pelaksana pelayanan. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. Jadi
Program
menjaga
mutu
pelayanan
adalah
suatu
upaya
yang
berkesinambungan, sisematis dan obyektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan (Depkes RI, 2000).
32
2.1.5 Asuhan Persalinan Normal Pengertian Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 1998). Menurut Saifuddin, 2001, persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
Tujuan Asuhan Persalinan Normal Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan intervensi terhadap jalannya proses persalinan yang fisiologis/alamiah (Depkes RI, 2000).
Tugas Penolong Persalinan pada Auhan Persalinan Normal Tugas penolong persalinan pada asuhan persalinan normal yaitu (Depkes RI, 2000) : 1). Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarganya selama proses persalinan, saat akan melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya. 2). Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan dan setelah persalinan; menilai adanya faktor risiko; melakukan deteksi dini terhadap komplikasi persalinan yang mungkin muncul.
33
3). Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan amniotommi;
episotomi
pada
kasus
gawat
janin;
melakukan
penatalaksanaan pada bayi baru melahirkan dengan asfiksi ringan. 4). Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai dengan masalah kasusu yang dirujuk bila didapatkan adanya faktor risiko atau terdeteksi adanya komplikasi selama proses persalinan. Selain tugastugas di atas, seorang penolong persalinan harus mendapatkan kualifikasi sebagai tenaga pelaksana penolong persalinan melalui serangkaian latihan, bimbingan langsung dan kesempatan untuk mempraktekkan keterampilannya pada suasana sesungguhnya. Dalam kualifikasi tersebut, penolong persalinan dapat melakukan penilaian terhadap faktor risiko, mendeteksi secara dini terjadinya komplikasi persalinan, melakukan pemantauan terhadap ibu maupun janin, dan juga bayi setelah dilahirkan. Penolong persalinan harus mampu melakukan penatalaksanaan awal terhadap komplikasi terhadap bayi baru lahir. Ia juga harus mampu untuk melakukan rujukan baik ibu maupun bayi bila komplikasi yang terjadi memerlukan penatalaksanaan lebihlanjut yang membutuhkan keterampilan di luar kompetensi yang dimilikinya. Tidak kalah pentingnya adalah seorang penolong persalinan harus memiliki kesabaran, kemampuan untuk berempati dimana hal ini amat diperlukan dalam memberikan dukungan bagi ibu dan keluarganya (Depkes RI, 2000).
Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Normal Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu ( Depkes RI, 2000) : 1) Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan Klinik (Clinical Decision Making). Dalam keperawatan dikenal menggunakan
proses
dengan Proses serupa
yang
Keperawatan, para disebut
sebagai
bidan proses
penatalaksanaan kebidanan atau proses pengambilan keputusan klinik
34
(clinical decision making). Proses ini memiliki beberapa tahapan mulai dari pengumpulan data, diagnosis, perencanaan dan penatalaksanaan, serta evaluasi, yang merupakan pola pikir yang sistematis bagi para bidan selama memberikan Asuhan Kebidanan khususnya dalam Asuhan Persalinan Normal. 2) Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan yang harus diperhatikan para Bidan adalah: a) Suami, saudara atau keluarga lainnya harus diperkenankan untuk mendampingi
ibu
selama
proses
persalinan
bila
ibu
menginginkannya. b) Standar untuk persalinan yang bersih harus selalu dipertahankan c) Kontak segera antara ibu dan bayi serta pemberian Aair Susu Ibu harus dianjurkan untuk dikerjakan. d) Penolong persalinan harus bersikap sopan dan penuh pengertian. e) Penolong persalinan harus menerangkan pada ibu maupun keluarga mengenai seluruh proses persalinan. f) Penolong persalinan harus mau mendengarkan dan memberi jawaban atas keluhan maupun kebutuhan ibu. g) Penolong persalinan harus cukup mempunyai fleksibilitas dalam menentukan pilihan mengenai hal-hal yang biasa dilakukan selama proses persalinan maupun pemilihan posisi saat melahirkan. h) Tindakan-tindakan yang secara tradisional sering dilakukan dan sudah terbukti tidak berbahaya harus diperbolehkan bila dilakukan. i) Ibu harus diberi privasi bila ibu menginginkan. j) Tindakan-tindakan medik yang rutin dikerjakan dan ternyata tidak perlu dan harus dihindari (episiotomi, pencukuran dan klisma).
Aspek Pencegahan Infeksi Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang dan atau dari peralatan/sarana kesehatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang diantara mikroorganisme dan individu (klien atau petugas kesehatan).
35
Penghalang ini dapat berupa proses secara fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi (Depkes RI, 2000) : c) Cuci tangan Secara praktis, mencuci tangan secara benar merupakan salah satu tindakan pencegahan infeksi paling penting untuk mengurangi penyebaran penyakit dan menjaga lingkungan bebas dari infeksi. Cuci tangan dilakukan sesuai dengan Standar dan prosedur yang ada. d) Pakai sarung tangan Untuk tindakan pencegahan, sarung tangan harus digunakan oleh semua penolong persalinan sebelum kontak dengan darah atau cairan tubuh dari klien. Sepasang sarung tangan dipakai hanya untuk seorang klien guna mencegah kontaminasi silang. Jika mungkin, gunakanlah sarung tangan sekai pakai, namun jika tidak mungkin sebelum dipakai ulang sarung taangan dapat dicuci dan disteril dengan otoklaf, atau dicuci dan didesinfektan tingkat tinggi dengan cara mengkukus. e) Penggunaan Cairan Antiseptik Penggunaan antiseptik hanya dapat menurunkan jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminaasi luka dan dapat menyebabkan infeksi. Untuk mencapai manfaat yang optimal, penggunaan antiseptik seperti alkohol dan lodofor (Betadin) membutuhkan waktu beberapa menit untuk bekerja secara aktif. Karena tiu, untuk suatu tindakan kecil yang membutuhkan waktu segeraseperti penyuntikan oksitosin IM saat penatalaksanaan aktif kala III dan pemotongan tali pusat saat bayi baru lahir, penggunaan antiseptik semacam ini tidak diperlukan sepanjang alat-alat yang digunakan steril atau DTT. f) Pemrosesan alat bekas Proses dasar pencegahan infeksi yang biasa digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit dari peralatan, sarung tangan dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi adalah dengan : 1) Pencucian dan pembilasan Pencucian penting karena: merupakan cara yang paling efektif untuk menghilangkan sejumlah besar mikroorganisme pada peralatan kotor atau bekas di pakai. Tanpa pencucian, prosedur terilisasi ataupun desinfeksi tingkat tinggi tidak
36
akan terjadi secara efektif. Jika alat sterilisasi tidak teredia, pencucian yang seksama merupakan cara mekanik satu-satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora. 2) Dekontaminasi, yaitu segera setelah alat-alat itu digunakan, tempatkan benda-benda tersebut dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit, yang akan secara cepat mematikan virus Hepatitis B dan virus HIV. Larutan klorin cepat sekali berubah keadaannya, oleh sebab itu setiap hari harus diganti atau dibuat baru apabila larutan tersebut tampak kotor (keruh). 3) Sterilisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi Di beberapa tempat pelayanan yang tidak memungkinkan untuk melakukan sterilisasi
dengan otoklaf
atau
oven/jenis
alat
yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan sterilisasi dengan cara diatas, maka Deinfeksi Tingkat Tinggi merupakan pilihan satu-satunya yang masih bisa diterima. DTT ini bisa dengan cara merebus, menggunakan uap, menggunakan bahan kimia, dengan langkah-langkah sesuai prosedur yang sudah ada. e) Pembuangan sampah Tujuan pembuangan sampah klinik seccara benar adalah: mencegah penyebaran infeksi kepada petugas klinik yang menangani sampah dan masyarakat yang sekaligus dapat melindunginya dari luka karena tidak terkena benda-benda tajam yang sudah terkontaminasi. Jadi dengan penanganan sampah yang benar tersebut akan mengurangi penyebaran infeksi baik kepada petugas klinik maupun kepada masyarakat setempat 4) Aspek Pencatatan (Dokumentasi) Dokumentasi dalam manajemen kebidanan merupakan bagian yang sangat penting. Hal ini karena: a) Dokumentasi menyediakan catatan permanen tentang manajemen pasien. b) Memungkinkan terjadinya pertukaran informasi diantara petugas kesehatan. c) Kelanjutan dari perawatan dipermudah, dari kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari petugas ke petugas yang lain, atau petugas ke fasilitas. d) Informasi dapat digunakan untuk evaluasi, untuk melihat apakah perawatan sudah dilakukan dengan tepat, mengidentifikasi kesenjangan
37
yang ada, dan membuat perubahan dan perbaikan peningkatan manajemen perawatan pasien. e) Memperkuat keberhasilan manajemen, sehingga metode-metode dapat dilanjutkan dan disosialisasikan kepada yang lain. f) Data yang ada dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus. g) Dapat digunakan sebagai data tatitik, untuk catatan nasional. h) Sebagai data statitik yang berkaitan dengan kesakitan dan kematin ibu dan bayi. Dalam Asuhan Persalinan Normal, sistem pencatatan yang digunakan adalah partograf, hasil pemeriksaan yang tidak dicatat pada partograf dapat diartikan bahwa pemeriksan tersebut tidak dilakukan (Depkes RI, 2000). 5) Aspek Rujukan Jika ditemukan uatu masalahdalam persalinan, sering kali ulit untuk melakukan upaya rujukan dengan cepat, hal ini karena banyak faktor yang mempengaruhi. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman ibu ke tempat rujukan akan menyebbkan tertundanya ibu mendapatkan penatalaksanaan yang memadai, sehingga akhirnya dapat menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Rujukan tepat waktu merupakan bagian dari asuhan sayang ibu dan menunjang terwujudnya program Safe Motherhood (Depkes RI, 2000).
Kebijakan Pelayanan Asuhan Persalinan Sebagai kebijakan pemerintah tentang pelayanan asuhan persalinan adalah (Depkes RI, 2000) : 1). Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih. 2). Rumah Bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitaas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetri dan neonatal harus tersedia 24 jam. 3). Obat-obat esensial, bahan dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.
38
Rekomendasi kebijakan tehnis asuhan persalinan dan kelahiran Untuk mendukung dilaksanakannya kebijakan tentang pelayanan asuhan persalinan, maka selanjutnya pemerintah merekomendasikan tentang kebijakan terebut. Adapun rekomendasi yang dimaksud adalah (Depkes RI, 2000) : 1). Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orangorang yang memberi dukungan bagi ibu. 2). Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu catatan/rekam medik untuk persalinan. 3). Selama persalinan normal, intevensi hanya dilaksanakan jika benarbenar dibutuhkan. Prosedur ini hanya dilakukan jika ada indikasi atau penyulit. 4).Manajemen aktif kala III, termasuk penjepitan danpemotongan tali pusat secara dini, memberikan suntikan oksitosin IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT) dan segera melakukan massase fundus, harus dilakukan pada semua persalinan normal. 5). Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi setidaktidaknya 2 jam pertama etelah kelahiran, atau sampai ibu sudah dalam keadaan stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam ke dua. Massase fundus harus dilakukan sesuai kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik, pendarahan minimal dan mencegah pendarahan. 6). Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan dimassase sampai tonus baik. ibu atau anggita keluarga dapat diajrkan melakukan hal ini. 7). Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan bayi segera dikeringkan serta dijaga kehangatannya untuk mencegah terjadinya hipotermi. 8). Obat-obat esensial, bahan dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.
39
2.2
Kerangka Konseptual Dari tinjauan pustaka yang telah dibicarakan dan dari hasil pemikiran-
pemikiran yang ada, maka dasar teori yang digunakan dalam studi ini adalah dasar teori menurut Alan Dever (model Donabedian, 2004).
Model kerangka teori dapat digambarkan seperti di bawah cini: Gambar 2.2: KERANGKA KONSEP Faktor-faktor
yang
berhubungan “Kebutuhan”
dengan konsumen:
ibu
“Permintaan”
ibu
RIS ET
-
umur ibu
terhadap pelayanan
terhadap pelayanan
-
paritas ibu
pertolongan
pertolongan
-
pendidikan ibu
persalinan
-
pekerjaan ibu
Puskesmas
-
Tk.
Pengetahuan
ibu
di
persalinan
di
Puskesmas
ttg
kehamilan & persalinan -
Tk. Risiko ibu hamil
-
Penghasilan keluarga
-
Etnik / suku bangsa
-
Pengambil keputusan -
Tempat persalinan yang
Kebiasaan masyarakat
-
Jarak
dalam persalinan
-
Sistem birokrasi
tersedia
Ada tidaknya penyulit pada saat
proses
persalinan
-
Biaya
-
Kepuasan konsumen
40
2.3
Definisi Operasional Definisi operasional dari variabel-variabel dalam studi ini adalah sebagai
berikut: a.
Permintaan pertolongan persalinan di Puskesmas: realisasi ibu untuk melahirkan di Puskesmas. Pengukuran variabel dengan menanyakan kepada ibu melahirkan, apakah melahirkan
di Puskesmas atau di
tempat lain selain Puskesmas, untuk responden itu bersalin pada periode (bulan Maret 2009 – April 2010) b.
Kebutuhan pertolongan persalinan di Puskesmas: kebutuhan yang dirasakan ibu terhadap pertolongan persalinan yang diberikan oleh Puskesmas. Diukur dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan ibu, yang dinilai adalah butuh atau tidak butuh.
c.
Umur ibu: usia atau banyaknya tahun kalender yang telah dijalani oleh ibu sesuai yang tertera pada KTP atau kartu identitas lain. Dalam penelitian ini, umur dihitung dengan pembulatan ke bawah. Misalkan 25 tahun 4 bulan dibulatkan 25 tahun, 26 tahun 9 bulan dibulatkan 26 tahun.
d.
Paritas Ibu :jumlah kehamilan yang pernah dialami ibu, baik yang berakhir dengan kelahiran hidup ataupun mati.
e.
Pendidikan : pendidikan formal ibu, dihitung banyaknya tahun sukses yang pernah dijalani. Misal SLTP kelas I dihitung 7.
f.
Pekerjaan ibu : pekerjaan yang dilakukan ibu dan mendapat upah berupa uang atau barang. Profesi/jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang sedang dilakukan oleh responden, yaitu (1) tenaga profesional, tehnisi dsb (2) tenaga kepeminpinan dan ketatalaksanaan (3) tenaga tata usaha (4) tenaga usaha penjualan (5) tenaga usaha jasa (6) tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan (7) tenaga produksi, operator alat angkutan, pekerja kasar (8) lainnya.
g.
Pengetahuan ibu: diukur dengan beberapa pertanyaan, yang harus dinilai benar atau salah. Kemudian jumlah jawaban yang bernilai benar dikategorikan dengan pengetahuan tinggi, sedang dan rendah.
41
h.
Etnik : suku bangsa dari ibu, berdasarkan tempat kelahiran ibu atau faktor
keturunan
ibu.
Ditanayakan
etnik
mana
yang
paling
mempengaruhinya, dicocokkan dengan pemakaian bahasa sehari-hari. i.
Pengambil keputusan dalam keluarga: dilihat yang paling dominan, apakah suami, istri, suami-istri (bersama) atau orang tua.
j.
Penghasilan keluarga: silihat dari jumlah pendapatan keluarga rata-rata selama satu bulan. Untuk pengukuran, dihitung rata-rata pendapatan selama satu bulan dari seluruh anggota keluaga, dalam artian jumlah pendapatan riil dari anggota keluarga (suami, istri, anak dan anggota keluarga yang lain yang tinggal bersama dan makan dalam satu dapur). Pendapatan riil maksudnya pendapatan yang benar-benar disumbangkan (dikontribusikan) untuk pebiayaan kelangsungan hidup seluruh angggota rumah tangga.
k.
Tingkat risiko ibu hamil: diukur dengan skor tinggi, sedang, dan rendah.
l.
Tersedianya pelayanan pertolongan persalinan yang lain : sarana pertolongan persalinan selain Puskesmas (dukun, bidan, Rumah sakit, polindes).
m. Biaya : biaya yang dikeluarkan untuk proses pertolongan persalinan. n.
Kebiasaan masyarakat dalam persalinan: Apakah ada kebiasaan masyarakat dalam memilih tempat melakukan persalinan seperti: di rumah sendiri, dukun, bidan, puskesmas, Polindes atau rumah sakit.
o.
Sistem birokrasi : alur pelayanan yang berlaku untuk mendapatkan pelayanan rumit atau tidak, menurut responden. Dalam artian tahap pelayanannya dan biaya yang harus dikeluarkan, misalnya alurnya berbelit-belit tetapi biayanya murah atau sebaliknya.
p.
Jarak : jarak antara rumah dengan Puskesmas tempat persalinan, baik jarak fisik (dalam Km) maupun jarak tempuh (dalam menit).
42
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Studi Jenis studi yang digunakan adalah survey lapangan karena studi ini
mempelajari tentang sesuatu yang terjadi di lapangan. Sample diambil dari anggota masyarakat dan kuesioner dipakai sebagai alat pengumpul data. Rancangan studi adalah “cross sectional” yaitu mengkaji kejadian yang terjadi pada bulan Maret 2009 – April 2010. Untuk pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Oktober 2010.
3.2
Lokasi Studi Puskesmas Pamulang dipilih sebagai lokasi studi karena Puskesmas
Pamulang adalah salah satu puskesmas di kota Tangerang Selatan yang memiliki pelayanan pertolongan persalinan dan juga menjadi tempat studi modul Ilmu Kedokteran Komunitas
Program
Studi
Pendidikan
Dokter UIN
Syarif
Hidayatullah.
3.3
Populasi atau Obyek Studi Sebagai populasi adalah semua ibu yang telah melakukan persalinan pada
periode Maret 2009 – April 2010 di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Ibu yang selesai bersalin digali keterangannya dengan cara menanyakan kembali seluruh
pengalamannya
pada
saat
ibu
tersebut
hamil
(untuk
melihat
kebutuhannya) dan saat ibu melahirkan (untuk melihat permintaannya). Besar sampel pada penelitian ini dihitung dengan menggunakan perhitungan role of thumb karena penelitian ini menggunakan analisis multivariat dengan metode regresi logistik yang dapat dihitung sesuai rumus : N= 5-50 x jumlah variabel bebas yg diteliti, maka didapat jumlah besar sampel adalah: N= 5-50 x 18 (variabel bebas yang diteliti) Jumlah sampel = 90 – 900
43
Maka dapat dijelaskan target sampel pada penelitian ini sesuai dengan penghitungan sampel yg digunakan adalah 80-800 ibu yang melakukan persalinan pada periode Maret 2009 hingga April 2010 di wilayah kerja Puskesmas Pamulang.
3.4
Pengolahan Data Data yang telah dikumpulkan, dikelompokkan berdasarkan kelompok
masing-masing responden kemudian dimasukkan dalam file data. Setelah dikelompokkan
data
lalu
diedit,
dikoreksi
kebenarannya,
kelengkapan
pengisiannya dan kejelasan maksud dari jawabannya. Yang terakhir, dilakukan koding. Dan semua pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software SPSS.
3.5
Teknik Analisis Data
Dalam studi ini, dipergunakan beberapa tehnik analisis sebagai berikut: a. Diskriptif analisis : mendiskripsikan hasil studi yang telah dilakukan. b. Analisis Univariat : Data hasil penelitian dideskripsikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik dan narasi untuk mengevaluasi besarnya persentase pada seluruh variabel penelitian. c. Analisis Bivariat : Analisis bivariat merupakan kelanjutan dari analisis univariat dengan cara melakukan tabulasi silang antara variabel dependent dengan independent dan menggunakan uji Chi Square ini juga digunakan sebagai uji kandidat atas variabel independent (p < 0,25) untuk disertakan dalam uji multivariat ( multiple regression logistik). d. Tekhnik analisis multivarian : Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh paparan secara bersama-sama dari beberapa variabel dependent yang berpengaruh terhadap variabel independen. Uji yang digunakan adalah regresi logistik. Apabila masing-masing variabel dependent menunjukkan nilai p < 0,25, maka variabel tersebut dapat dilanjutkan ke dalam model multivariat. Analisis multivariat digunakan untuk mendapatkan model yang terbaik. Seluruh variabel kandidat dimasukkan bersama-sama untuk dipertimbangkan menjadi model dengan
44
hasil nilai p < 0,05. Variabel yang terpilih dimasukkan ke dalam model dan nilai p yang tidak signifkan dikeluarkan dari model, berurutan dari nilai p tertinggi. e. Comparatif analisis : membandingkan hasil studi dengan teori-teori yang ada dan hasil studi penulis lainnya. f. Induksi analisis : hasil analisis pada studi ini (bersifat khusus), dipergunakan sebagai pengambil kesimpulan secara umum.
3.6
Perangkat Analisis Alat analisa yang dipakai adalah regresi logistik (logistic regression), hal
ini untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent yang bersifat dikotomous. Dalam studi ini, penghitungan kebutuhan dan permintaan bersifat dikotomous yaitu : membutuhkan, tidak membutuhkan, meminta (menggunakan) dan tidak menggunakan pelayanan kesehatan berupa pertolongan persalinan di Puskesmas.
45
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Studi 4.1.1 Diskripsi Subyek Studi Jumlah responden seluruhnya adalah 298 orang ibu, yang terdiri dari 298 orang ibu yang bersalin (Bulin) pada periode bulan Maret 2009 s/d April 2010. Ditinjau dari segi agama, 100% responden beragama Islam. Diskripsi responden menurut variabel yag diteliti diuraikan di bawah ini. a. Umur Responden Responden merupakan pasangan usia subur yang masih produktif. Distribusi frekuensi umur responden disusun seperti tabel berikut ini.
Tabel 4.1. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Umur, 2010. Umur Responden
Ibu Bersalin
%
< 26
139
46,6
26-34
138
46,3
> 35
21
7,1
Jumlah
298
100
Dari tabel di atas dapat dilihat, rentangan umur responden adalah antara 18 tahun sampai 46 tahun. Sebagaian besar responden berumur kurang dari 35 tahun dan responden yang berumur lebih dari 35 tahun sebesar 7,1 %.
b. Paritas responden Paritas responden diukur berdasarkan jumlah kehamilan yang pernah dijalani oleh responden, karena banyak responden yang baru mengalami kehamilan pertama. Distribusi frekuensi menurut paritas responden, disajikan pada tabel berikut ini.
46
Tabel 4.2. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Paritas, 2010 Jumlah Paritas
Ibu Bersalin
%
1 kali
106
35,7
2 kali
89
29,8
3 kali
51
17,2
4 kali
19
6,5
> 4 kali
33
10,7
Jumlah
298
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, rentangan jumlah paritas responden adalah 1 sampai 13 kali kehamilan. Sebagian besar responden mempunyai paritas sebanyak 1 dan 2 kali kehamilan. Rata-rata paritas responden 2-3 kali kehamilan dengan standar devisiasi sebesar 1.60.
c. Tingkat pendidikan responden Distribusi responden menurut tingkat pendidikannya, disajikan pada tabel berikut ini. Tabel 4.3. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan, 2010 Tk Pendidikan
Ibu bersalin
%
Tidak sekolah
3
1,0
Tidak lulus SD
27
9,1
Lulus SD
95
31,9
Lulus SLTP
59
19,8
Lulus SLTA
104
34,9
Lulus Per. Tinggi
10
3,3
Jumlah
298
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, tingkat pendidikan responden relatif cukup tinggi karena lebih dari 50% responden telah lulus SLTP, sedangkan responden yang tidak sekolah dan tidak lulus SD hanya +10%.
47
Lama
pendidikan
responden
dikelompokkan
berdasarkan
tingkat
pendidikan ibu, seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 4.4. Pengelompokkan Lama Pendidikan Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikannya, 2010 b Tingkat Pendidikan Lama Pendidikan ( th ) Tidak sekolah – tidak lulus SD
0–5
Lulus SD -
6-8
Lulus SLTP –
9 – 11
Lulus SLTA –
12 – 14
Lulus Perguruan Tinggi
>15
Distribusi responden menurut lama pendidikan ibu, disajikan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.5. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Lama Pendidikan, 2010. Lama Pendidikan (
Ibu Bersalin
%
0–8
30
10
6–8
95
31,9
9 – 11
59
19,8
12 – 14
104
34,9
15
10
3,4
298
100
tahun )
Jumlah
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata lama pendidikan responden 8-9 tahun dengan standar deviasi sebesar 3 tahun.
d. Pekerjaan Responden Tabel 4.6.Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan (Profesi) Ibu, 2010 Profesi Responden T. professional T. kepemimpinan
Ibu Bersalin
%
15
5,1
-
-
48
T. tata usaha
7
2,3
T. penjualan
11
3,7
T. usaha jasa
7
2,3
T. pertanian dll
2
0,7
T. produksi dll
33
11,1
Lainnya *)
238
74,8
Jumlah
298
100
Keterangan: *)
= ibu rumah tangga
T. . . .
= tenaga . . . Sebagian besar responden tidak bekerja (74,8%). Mereka berstatus sebagai
ibu rumah tangga yang mengurus dan melaksanakan kegiatan rumah tangga sehari-hari. Responden yang bekerja sebesar 25,2% dengn jenis pekerjaan (profesi) yang bervariasi.
e. Tingkat pengetahuan responden Pengetahuan responden meliputi pengetahuan tentang peristiwa kehamilan dan persalinan, berkaitan dengan kesehatan responden. Tingkat pengetahuan responden dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu rndah untuk yang memperoleh nilai 0 – 36,67% sedang untuk yang memperoleh nilai 36,68 – 73,34 dan tinggi untuk yang mmperoleh nilai 73,35 – 110. Distribusi responden menurut tingkat pengetahuannya tentang kehamilan dan persalinan, dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.7. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Ibu, 2010. Tk. Pengetahuan (skor)
Ibu bersalin
%
Rendah (0-36,67)
112
37,6
Sedang (36,68-73,34)
132
44,3
Tinggi (73,35-110)
54
18,1
Jumlah
298
100
49
Dari tabel di atas disimpulkan bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan sedang yaitu sebanyak 44,3%. Rata-rata tingkat pengetahuan responden sebesar 54,40 dengan standar deviasi sebesar 24,70.
f. Tingkat risiko ibu hamil responden Tingkat risiko ibu hamil digolongkan dalam tiga kelompok yaitu rendah untuk yang mempunyai risiko 0-4, sedang untuk yang mempunyai resiko 5-8 dan tinggi untuk yang mempunyai risiko 9-12. Distribusi responden menurut besarnya tingkat risiko ibu hamil dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.8. Jumlah Dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Risiko Ibu Hamil, 2010. Tk. Risiko bumil (skor)
Ibu Bersalin
%
Rendah (0-4)
287
98,2
Sedang (5-8)
11
1,8
Tinggi (9-12)
-
-
298
100
Jumlah
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, hampir semua responden mempunyai tingkat risiko hamil yang rendah (98,2%) dan hanya 1,8% saja yang mempunyai tingkat risiko hamil sedang. Nilai rata-rata untuk tingkat risiko ibu hamil adalah 0,25 dengn standar deviasi sebesar 0,78.
g. Penghasilan keluarga responden Tolok ukur tingkat sosial ekonomi adalah penghasilan keluarga per bulan. Indikator BPS tahun 2005 batas kemiskinan keluarga adalah yang memiliki penghasilan di bawah Rp 180.000 perbulan. Berdasarkan data tersebut dan disesuaikan dengan tingkat inflasi sebesar 1,093 per tahun, maka penghasilan keluarga dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu penghasilan keluarga di bawah atau sama dengan garis kemiskinan dan penghasilan keluarga di atas garis kemiskinan. Distribusi responden menurut jumlah penghasilan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut ini.
50
Tabel 4.9. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Penghasilan Keluarga, 2010. Penghasilan
Ibu Bersalin
%
< Rp 180.000
113
37,9
>Rp 180.000
185
62,1
Jumlah
298
100
Keluarga
Rentangan penghasilan keluarga per bulan yang terendah sebesar Rp. 65.000 dan yang tertinggi sebesar Rp. 1.100.000. Rata-rata penghasilan keluarga per bulan sebesar Rp. 187.463,- dengan standar deviasi sebesar Rp. 98.768,- . sebagian besar responden mempunyai penghasilan keluarga di atas garis kemiskinan, yaitu lebih besar atau sama dengan Rp. 180.000,- (62,1%).
h. Suku bangsa responden Distribusi responden menurut suku bangsa ibu, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.10. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Suku Bangsa Ibu, 2010. Suku Bangsa Betawi Selain Betawi Jumlah
Ibu Bersalin
Jumlah %
289
97,0
9
3,0
298
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, sebagian besar responden berasal dari suku bangsa Betawi dan hanya 3% saja yang berasal dari suku bangsa selain Betawi, (Jawa dan Sunda).
i. Pengambil keputusan dalam keluarga responden
51
Distribusi pengambil keputusan dalam keluarga menurut responden, dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.11. Jumlah dan Distribusi Pengambil Keputusan dalam keluarga menurut responden, 2010. Pengambil Keputusan
Ibu Bersalin
%
Suami
47
15,8
Istri
18
6,0
Suami dan istri
211
70,8
Orang tua
22
7,4
298
100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sikap demokrasi dalam rumah tangga merupakan hal yang utama dalam pengambilan keputusan. Hal ini tercermin dari pengambil keputusan dalam keluarga, yang didominasi oleh keputusan bersama antara suami dan istri (70,8%), sedangkan yang terendah adalah pengambil keputusan oleh istri (6,0%).
j. Kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan menurut responden Kebiasaan dalam melakukan persalinan oleh anggota masyarakat di sekeliling responden, dijadikan tolak ukur adat istiadat dalam persalinan. Distribusi kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan menurut responden dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.12. Jumlah dan Disitrinusi Responden Menurut kebiasan Masyarakat dalam Persalinan, 2010. Kebiasaan Bersalin
Ibu Bersalin
%
Tidak tentu
43
14,4
Dukun Bayi
6
2
Puskesmas
95
31,9
Tenaga Kesehatan
154
51,7
52
di luar Puskesmas Jumlah
298
100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan, bahwa sebagian besar responden berpendapat,
masyarakat
diselilingnya
mempunyai
kebiasaan
melakukan
persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di luar Puskesmas yaitu sebesar 51,7 %.
k. Pola Kebutuhan Responden Pola kebutuhan responden terhadap pertolongan persalinan, dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu (1) responden yang tidak mempunyai pola kebutuhan tertentu, (2) responden yang mempunyai pola kebutuhan terhadap dukun bayi, (3) responden yang mempunyai pola kebutuhan terhadap Puskesmas dan (4) responden yang mempunyai pola kebutuhan terhadap tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Distribusi responden menurut pola kebutuhannya terhadap pelayanan pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.13 Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Pola Kebutuhan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan, 2010. Pola Kebutuhan
Ibu Bersalin
%
Tidak punya pola kebutuhan
19
6,4
Dukun bayi
8
2,7
Puskesmas
102
34,2
Tenaga Kesehatan di luar
169
56,7
298
100
Puskesmas Jumlah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai pola kebutuhan untuk pertolongan persalinan terhadap tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat telah mempunyai kesadaran untuk ditangani oleh tenaga kesehatan, baik di tenaga kesehatan di Puskesmas maupun di Puskesmas.
53
Rencana jarak yang ditempuh responden Jarak yang akan ditempuh responden dalam rangka mendatangi tempat persalinannya dapat kita bedakan menjadi jarak diukur dalam km dan jarak tempuh yang diukur dalam satuan menit. l. Jarak rumah dengan tempat persalinan dalam km Distribusi jarak rumah dengan tempat persalinan responden (dalam km), dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.14. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jarak-Rumah-Tempat Persalinan (Km), 2010 Jarak (km)
Ibu Bersalin
%
0
82
27,6
1–5
197
66,3
6 – 10
12
3,9
>10
7
2,2
Jumlah
298
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar jarak antara rumah dengan tempat persalinan responden berkisar antara 1 – 5 km (66,3 %), sedangkan 27,6% responden melakukan persalinan di rumah sendiri. Rata-rata jarak antara rumah dengan tempat persalinan adalah 2,1 km, dengan standar deviasi 4 km.
m. Jarak tempuh (menit) antara rumah dengan tempat persalinan Distribusi jarak tempuh (menit) antara rumah dengan tempat persalinan menurut responden, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.15. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jarak Tempuh (Menit) antara Rumah dengan Tempat Persalinan, 2010 Jarak (menit)
Ibu Bersalin
%
0
82
27,6
1 – 10
169
56,6
54 11 – 12
38
12,9
>20
9
2,9
Jumlah
298
100
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden membutuhkan waktu yang relatif singkat yaitu antara 1 – 10 menit, untuk dapat menjangkau tempat persalinannya (56,6%). Rata-rata waktu tempuh antara rumah dengan tempat persalinan responden adalah 7,95 menit, dengan standar deviasi sebesar 9,88.
n. Sistim Birokrasi yang akan dijalani Responden Distribusi sistim birokrasi yang akan dijalani responden dalam melakukan persalinan, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.16. Distribusi Sistim Birokrasi yang akan dijalani Menurut Responden, 2010 Sistim Birokrasi
Ibu Bersalin
%
Sangat rumit
16
5,4
Biasa saja
15
5,0
Tidak rumit
267
89,6
Jumlah
110
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memperkirakan akan menjalani sistim birokrasi yang tidak rumit pada saat mencari pertolongan persalinan, yaitu sebesar 89,6 %.
o. Ada-tidaknya penyulit pada saat persalinan Distribusi ada-tidaknya penyulit pada saat persalinan, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.17. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Ada-Tidaknya Penyulit Persalinan, 2010
55
Ada-tidaknya Penyulit
Ibu Bersalin
%
Ada penyulit
13
4,4
Tidak ada penyulit
285
95,6
Jumlah
298
100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tidak mengalami penyulit pada saat akan melahirkan (95,6%).
p. Tersedianya sarana pertolongan persalinan yang lain Distribusi jumlah sarana pertolongan persalinan dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.18. Distribusi Jumlah Responden Menurut Jumlah Sarana Persalinan yang Tersedia, 2010 Jumlah sarana
Jumlah
%
1 buah
78
26,2
2 buah
44
14,8
3 buah
94
31,5
4 buah
53
17,8
5 buah
29
9,7
Jumlah
298
100
persalinan yang tersedia
Jumlah sarana pertolongan persalinan yang paling banyak diketahui responden adalah tiga buah (31,5%). Sedangkan rata-rata jumlah sarana persalinan yang diketahui responden adalah 2-3 buah dengan standar deviasi sebesar 1 buah.
q. Biaya yang akan dikeluarkan oleh responden Distribusi jumlah biaya yang akan dikeluarkan oleh responden, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.19. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Jumlah Biaya yang Akan Dikeluarkan, 2010
56
Jumlah Biaya (Rp)
Ibu Bersalin
%
Gratis (Rp 0,-)
5
1,8
< 500.000
9
3,2
500.000 – 800.000
92`
30,5
800.000 – 1.000.000
138
46,2
>1.000.000
44
14,3
Jumlah
298
100
Sebagian besar responden memperkirakan akan mengeluarkan atau sama dengan Rp 800.000,-. Rata-rata jumlah biaya yang akan dikeluarkan menurut responden sebesar Rp 831.715,- dengan standar deviasi Rp 81.654,-.
r. Kepuasan konsumen yang diharapkan responden Distribusi tingkat kepuasan yang diharapkan menurut responden, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.20. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Tingkat Kepuasan yang Diharapkan, 2010 Kepuasan Konsumen
Ibu Bersalin
%
Kurang memuaskan
12
3,9
Cukup memuaskan
220
73,9
Sangat memuaskan
66
22,2
Jumlah
298
100
Sebagian besar konsumen mengharapkan tingkat kepuasan yang sedang (cukup memuaskan) dalam menerima pelayanan pertolongan persalinan, yaitu sebesar 73,9%.
s. Permintaan Responden
57
Permintaan responden terhadap pertolongan peralinan dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu (1) responden yang mempunyai permintaan paa dukun bayi, (2) responden yang mempunyai permintaan pada Puskesmas dan (3) responden yang mempunyai permintaan pada tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Distribusi responden menurut permintaannya terhadap pertolongan persalinan, dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.21. Jumlah dan Distribusi Responden Menurut Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan, 2010. Permintaan Ibu
Ibu Bersalin
%
Dukun Bayi
8
2,8
Puskesmas
117
39,1
Tenaga medis di luar Puskesmas
173
58,1
Jumlah
298
100
Permintaan responden untuk pertolongan perslinan, sebagaian besar tertuju pada tenaga medis di luar Puskesmas yaitu sebesar 58,1%. Sedangkan permintaan terendahnya tertuju pada Dukun Bayi (2,8%).
Hasil uji Statistik Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis adanya pengaruh variable umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, tingkat pengetahuan, penghasilan keluarga, tingkat risiko ibu hamil, suku bangsa, pengambil keputusan dalam keluarga dan kebiasaan persalinan masyarakat pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan adalah uji regresi logistic (logistic regression). Uji regresi logistik ini dipergunakan juga untuk menguji adanya pengaruh variabel kebutuhan ibu, sisitim birokrasi, jarak, ada-tidaknya penyulit pada saat persalinan, biaya pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan.
4.2 Pembahasan Analisa kebutuhan dan permintaan ini, yang diuji statistik dengan uji regresi logistik, digunakan untuk mengetahui faktor apa yang berpengaruh terhadap pelayanan pertolongan persalinan, baik yang dilakukan oleh dukun bayi,
58
Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Selain itu juga untuk mengetahui diantara faktor tersebut mana yang paling berpengaruh (Sorkin AL, 2003). Kebutuhan sebagai objek psikologis adalah hal yang penting untuk terjadinya suatu tindakan. Kebutuhan demikian nyata mempengaruhi tindakan, meskipun bukan satu-satunya faktor penentu, sebab faktor eksternal juga secara langsung dapat mempengaruhi tindakan (Ward, 2006).
4.2.1 Kebutuhan Ibu terhadap Pertolongan Persalinan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu, penghasilan keluarga, suku bangsa dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi (P = 0,0037; P = 0,0003; P = 0,0129; P= 0,0003). Faktor yang paling besar pengaruhnya pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi adalah kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan (R = 0,1997) dan yang paling kecil pengaruhnya adalah faktor suku bangsa (R = 0,1199). Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor yang mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas adalah tingkat pengetahuan ibu dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan (P = 0,0273; P = 0,0020), dan faktor yang paling berpengaruh adalah kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan (R = 0,2309). Sedangkan umur ibu, paritas ibu, tingkat pendidikan ibu, pekerjaan ibu, penghasilan keluarga, suku bangsa ibu dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan, mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas (P = 0,0950; P = 0,0868; P =0,0072; P = 0,0796; P = 0,0083; P = 0,0528; P = 0,0010), dan faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor kebiasaan masyarakat dalam persalinan (R = 0,1684). Dalam model penggunaan pelayanan kesehatan G.A. Alan Dever (2004), kebutuhan menurut konsumen (perceived need atau felt need) dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi (umur, sex, ras, bangsa, status perkawinan, jumlah keluarga, tingkat pendidikan, pekerjaan dan penghasilan), faktor sosiopsikologis
59
(persepsi sakit, gejala sakit, keyakinan terhadap para medis atau dokter), faktor epidemiologis (mortalitas, morbiditas dan faktor risiko) (Dever G A, 2004). Variabel umur dilihat sebagai variabel yang dapat mempengaruhi seorang ibu dalalm memilih kebutuhannya terhadap pelayanan pertolongan persalinan, karena dengan meningkatnya umur maka pengalaman hidupnya akan lebih lama pula. Dalam studi ini, variabel umur mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil studi dari Akesode (2002) dan Slessinger (2005) yang menunjukkan bahwa umur ibu berpengaruh terhadap penggunaan pelayanan kesehatan. Tetapi dalam studi ini juga menunjukkan bahwa variabel umur ini tidak berpengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan karena variabel umur tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi maupun Puskesmas (lihat lampiran hasil crosstab antara variabel tergantung dengan variabel bebas). Hal ini kemungkinan disebabkan varaibel umur belum tentu menunjukkan kematangan seseorang dalam bertindak dan pengalaman seseorang dalam proses persalinan. Variabel paritas dilihat sebagai variabel yang dapat menunjukkan pengalaman ibu dalam menentukan kebutuhannya akan pelayanan pertolongan persalinan. Dalam studi ini, paritas ibu mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Akan tetapi, paritas ibu tidak berpengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan antara variabel paritas dengan variabel kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan rata-rata paritas responden rendah (2 kali kehamilan), sehingga ibu tidak mempunyai pengalaman yang cukup. Menurut Robert M Gagne (1997) yang dikutip oleh Suwondo (2002) tingkat pendidikan formal merupakan landasan seseorang dalam berbuat sesuatu, membuat lebih mengerti dan memahami sesuatu, atau menerima dan menolak
60
sesuatu. Tingkat pendidikan formal juga memungkinkan perbedaan pengetahuan dan pengambilan keputusan. Dalam studi ini, tingkat pendidikan mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas.akan tetapi, tidak mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan variabel tingkat pendidikan ibu tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini sejalan dengan studi Budiarto (2004), yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap kunjungan Puskesmas tetapi tidak berpengaruh terhadap kunjungan paramedik dan dokter swasta. Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan sedikit banyaknya informasi yang diterima. Karena jenis pekerjaan juga mempengaruhi hubungan seseorang dengan lingkungannya dimana informasi dapat diperoleh atau diterima. Dalam studi ini, pekerjaan ibu mempunyai pengaruh terhadap besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas, tetapi tidak mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini dikarenakan tidak adanya hubungan antara variabel pekerjaan ibu dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi maupun Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan di tempat ibu bekerja telah disediakan sarana pertolongan persalinan sehingga ibu tidak membutuhkan dukun bayi atau Puskesmas. Menurut Ancok (2005), menyatakan bahwa pengetahuan seseorang sedikit banyaknya akan mempengaruhi keyakinan seseorang akan akibat tertentu dari konsekuensi tindakan yang dilakukannya. Hasil studi ini menunjukkan bahwa tigkat pengetahuan mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil studi Irene Budisantoso (2006), yang menunjukkan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap kunjungan pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas. Selain itu, dalam studi ini juga menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tidak berpengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan
61
kebutuhan ibu terhadap pertolongan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil studi Andersen (2006), dan Mc. Kinlay (2006), yang menyatakan tidak terdapat atau sedikit saja hubungan antara pengetahuan tentang penyakit dengan penggunaan pelayanan kesehatan (Wolinsky FD, 2000). Variabel tingkat risiko ibu hamil dalam studi ini tidak mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas dan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini disebabkan karena variabel tingkat risiko ibu hamil tidak mempunyai hubungan dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas dan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan rendahnya tingkat risiko ibu hamil dari responden, rata-rata tingkat risiko ibu hamil responden tergolong rendah. Variabel penghasilan keluarga mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas, sedangkan pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas terbukti tidak berpengaruh. Hal ini sejalan dengan hasil studi Kalimo (2005), yang menunjukkan bahwa status ekonomi berpengaruh terhadap felt need pelayanan kesehatan. Adanya perbedaan dalam hasil studi ini kemungkinan disebabkan karena tarif atau biaya pertolongan persalinan yang berbeda, sehingga kemampuan ekonomi sangat menentukan penggunaan pelayanan pertolongan persalinan yang diinginkan. Variabel suku bangsa mempunyai pengaruh pada besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi dan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas, tetapi tidak mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap petolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara variabel suku bangsa dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gesler dan Meade (2005), yang menunjukkan bahwa ras (suku bangsa) tidak mempunyai pengaruh terhadap perilaku pencarian pelayanan kesehatan. Dan hal ini juga sejalan dengan hasil studi Guzick (2006), yang menyatakan bahwa ras (suku bangsa), berpengaruh pada demand terhadap dokter umum dan dokter ahli penyakit dalam.
62
Dalam studi ini, variabel pengambil keputusan dalam keluarga tidak berpengaruh baik terhadap besarnya kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara variabel pengambil keputusan dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Dalam studi ini, kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas dan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini sejalan dengan pendapat Green (2004), yang menyatakan bahwa salah satu aspek yang mempengaruhi perilaku adalah faktor predisposing (pengetahuan, sikap nilai kepercayaan). Faktor predisposing merupakan faktor yang dapat memotivasi seseorang untuk mengambil tindakan kesehatan yang dirasa paling sesuai.
4.2.2 Permintaan Ibu terhadap Pertolongan Persalinan Hasil studi membuktikan bahwa jumlah permintaan pertolongan persalinan yang tertinggi, tertuju pada tenaga kesehatan di luar Puskesmas (58,1%) dan permintaan terendah tertuju pada Dukun Bayi (2,8%). Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, sudah semakin baik namun masih perlu pemikiran dan usaha lebih lanjut, untuk mengubah permintaan pertolongan persalinan oleh dukun bayi menjadi oleh tenaga kesehatan. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada satu faktorpun, dari 8 variabel bebas yang diteliti, yang mempunyai pengaruh pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun di wilayah kerja Puskesmas Pamulang. Rendahnya angka permintaan persalinan oleh dukun bayi menunjukkan permintaan pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di Pamulang, baik Tenaga kesehatan non Puskesmas (58,1%) dan Puskesmas (39,1%) menunjukkan bahwa tenaga kesehatan telah menjadi pilihan utama untuk permintaan pertolongan persalinan di Pamulang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada satu faktorpun, dari 8 variabel bebas yang diteliti, yang mempunyai pengaruh pada permintaan ibu
63
terhadap pertolongan persalinan dukun bayi (P > 0,1000). Hal ini kemungkinan disebabkan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak ikut diteliti. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kebutuhan ibu dan jarak rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit, mempunyai pengaruh pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas (P = 0,0822; P= 0,0001), dan faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas (R = 0,8837). Sedangkan kebutuhan ibu, jarak rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit, sisitim birokrasi, dan kepuasan konsumen mempunyai pengaruh pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas (P = 0,0001; P = 0,0001; P = 0,0197; dan P = 0,0628) dan faktor yang paling berpengaruh adalah faktor kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas (R = 0,6856) dan yang paling kecil pengarunya adalah faktor kepuasan konsumen (R = 0,0984). Dari uraian diatas, dapat disimpulkan seperti dalam tabel berikut ini. Tabel 4.22. Hasil Uji Statistik Antara Variabel Bebas yang Mempunyai Pengaruh dengan Permintaan Ibu Terhadap Pertolongan Persalinan, 2010 Variabel
Permintaan ibu terhadap Dukun bayi
Puskesmas
Nankes Non Puskesmas
Kebutuhan ibu
-
Berpengaruh
Berpengaruh
Jarak rumah –tempat persalinan
-
Berpengaruh
Berpengaruh
Sistim birokrasi
-
-
Berpengaruh
Kepuasan konsumen
-
-
Berpengaruh
Dari tabel 4.22. diatas, dapat dilihat bahwa semakin professional tenaga penolong
persalinan
yang
diminta,
semakin
banyak
faktor
yang
memepengaruhinnya. Jika dilihat dari dimensi ekonomi, variabel jarak tempuh, sistim birokrasi, dan kepuasan konsumen merupakan variabel yang berkaitan dengan biaya (uang). Sehingga dapat dikatakan, semakin profesional tenaga
64
penolong persalinan yang diminta akan semakin banyak kriteria ekonomi yang menjadi bahan pertimbangan. Untuk permintaan terhadap dukun bayi, kriteria yang
digunkan
sebagai
bahan
pertimbangan
lebih
bersifat
behavioral
(perilaku/kebiasaan) yang berlaku. Dari hasil analisis tentang kebutuhan ibu terhadap pelayanan pertolongan persalinan di atas dan dihubungkan dengan yang dikemukakan oleh Malow dan Hezberg, maka dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang termasuk dalam faktor sosio demografis, sosiopsikologis dan epidemiologis bukan merupakan penyebab langsung digunakanya sarana pelayanan kesehatan, melainkan hanya untuk menimbulkan timbulnya rasa membutuhkan (felt need). Rasa membutuhkan (felt need) inilah yang merupakan suatu pendorong (motivator) digunakannya sarana pelayanan kesehatan. Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa kebutuhan ibu mempunyai pengaruh yang sangat besar pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas dan tenaga keehatan di luar Puskesmas. Adanya pengaruhnya faktor kebutuhan pada permintaan pelayanan kesehatan, sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Kalimo (2005). Menurut Kalimo, penggunaan atau permintaan pelayanan kesehatan didorong oleh kebutuhan yang dirasakan (felt need). Sedangkan untuk menentukan felt need tersebut, harus ditanyakan langsung pada yang bersangkutan (dalam studi ini dilakukan dengan cara wawancara langsung pada responden). Hal ini juga sejalan dengan hasil studi Budiarto (2004), yang menyatakan bahwa demand Puskesmas dan demand pelayanan kesehatan non Puskesmas dipengaruhi oleh kebutuhan individu atau keluarga. Hasil studi dari Indriati Basong (2007), juga menunjukkan bahwa felt need ibu terhadap posyandu mempunyai pengaruh terhadap penggunaan posyandu oleh ibu dan balita. Dari uji statistik terbukti bahwa variabel jarak tempuh antara rumah dengan tempat persalinan mempunyai pengaruh pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini sejalan dengan hasil studi Gesler dan Meade (2005), yang menunjukkan bahwa jarak mempunyai pengaruh terhadap pencarian pelayanan kesehatan. Hasil studi Guzick (2006), juga
65
menunjukkan bahwa jarak dan tempat tinggal berpengaruh pada demand dokter umum dan dokter ahli penyakit dalam. Hasil studi ini membuktikan bahwa sistim birokrasi, dan kepuasan konsumen mempunyai pengaruh pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga kesehatan di luar Puskesmas tetapi, tidak mempunyai pengaruh pada permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Hal ini disebabkan karena variabel sistim birokrasi dan kepuasan konsumen tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas. Sedangkan variabel ada-tidaknya penyulit dalam persalinan, jumlah tempat persalinan yang ada dan biaya persalinan yang akan dikeluarkan terbukti tidak berpengaruh pada besarnya permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan Puskesmas dan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan tenaga keehatan di luar Puskesmas. Variabel ada atau tidaknya penyulit dalam persalinan tidak mempuyai pengaruh terhadap besarnya permintaan kemungkinan disebabkan karena sebagaian besar responden tidak mengalami penyulit pada saat persalinan, sehingga tidak mempengaruhi permintaan. Jumlah tempat persalinan yang ada tidak berpengaruh terhadap besarnya permintaan pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini diebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara variabel jumlah tempat persalinan yang ada dengan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Biaya persalinan yang akan dikeluarkan tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini disebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara variabel biaya yang akan dikeluarkan dengan permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan dukun bayi, Puskesmas maupun tenaga kesehatan di luar Puskesmas. Hal ini kemungkinan disebabkan peristiwa persalinan adalah peristiwa yang ditunggu-tunggu, sehingga biaya persalinannya sudah disediakan sebelumnya.
66
Hal ini bertentangan dengan hasil studi dari Irene Budisantoso, yang menyatakan bahwa demand pelayanan gigi Puskesmas dipengaruhi oleh biaya Puskesmas. Faktor biaya ini, menurut hasil studi Budianto, juga merupakan pertimbangan utama dari keluarga pedesaan, yang sangat mempengaruhi demand pelayanan kesehatan Puskesmas.
4.2.3 Perubahan Kebutuhan Ibu menjadi permintaan ibu terhadap Pelayanan Pertolongan Persalinan Hasil uji statistik menunjukkan bahwa jarak tempuh rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit dan ada tidaknya penyulit dalam persalinan mempunyai pengaruh pada perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap pelayanan pertolongan persalinan (P = 0,0254 dan P = 0,0001), dan faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor ada tidaknya penyulit pada saat persalinan (R = 0,2241). Sedangkan sistim birokrasi, jumlah tempat persalinan yang ada, biaya persalinan yang akan dikeluarkan dan kepuasan konsumen tidak mempunyai pengaruh pada perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap pelayanan pertolongan persalinan. Hal ini disebabkan variabel sistim birokrasi, biaya yang akan dikeluarkan dan kepuasan konsumen tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perubahan kebutuhan ibu menjadi permintaan ibu terhadap pertolongan persalinan. Hal
ini
kemungkinan
disebabkan
perubahan
kebutuhan
menjadi
permintaan pada pelayanan pertolongan persalinan berkaitan dengan “proses persalinan” itu sendiri, yang seringkali tanda-tandanya dirasakan secara mendadak. Karena keterbatasan waktu itu pula, maka jarak mempunyai pengaruh pada perubahan ini. Sedangkan ada-tidaknya penyulit dalam persalinan sangat berpengaruh dalam perubahan ini, karena pada saat ada penyulit responden seringkali tidak mempunyai alternatif memilih.
67
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan Penelitian ini menunjukkan gambaran pola kebutuhan dan permintaan kelompok ibu pasangan usia subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan dan adanya beberapa faktor dari keseluruhan faktor yang telah diuraikan dalam hipotesis pada bab sebelumnya memiliki pengaruh pada kebutuhan, permintaan, dan perubahan dari kebutuhan menjadi permintaan pada ibu kelompok Pasangan Usia Subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan di Puskesmas Pamulang. Simpulan ini berdasarkan hasil uji statistik yang telah dianalisa pada bab sebelumnya dan menghasilkan beberapa simpulan khusus sebagai berikut : 1. Tingkat kebutuhan ibu kelompok pasangan usia subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang adalah: tenaga kesehatan di luar Puskesmas (56,7%); Puskesmas (34,2%); dan di dukun bayi (2,7%). 2. Tingkat permintaan kebutuhan ibu kelompok pasangan usia subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang adalah: tenaga kesehatan di luar Puskesmas (58,1%); Puskesmas (39,1%); dan di dukun bayi (2,8%). 3. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan kelompok ibu pasangan usia subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas adalah tingkat pengetahuan ibu dan kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan ( P=0,0273; P= 0,0020), dan faktor yang paling berpengaruh adalah kebiasaan masyarakat dalam melakukan persalinan (R = 0,2309). 4. Faktor kebutuhan ibu dan jarak rumah dalam satuan menit, mempunyai pengaruh pada permintaan kelompok ibu pasangan usia subur terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas (P= 0,0822; P= 0,0001), dan faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor kebutuhan ibu terhadap pertolongan persalinan di Puskesmas (R=0,8837). 5. Faktor jarak tempuh rumah dengan tempat persalinan dalam satuan menit dan ada tidaknya penyulit dalam persalinan mempunyai pengaruh pada kebutuhan ibu
68
menjadi permintaan kelompok ibu pasangan usia subur terhadap pelayanan pertolongan persalinan (P= 0,0254 dan P= 0, 0001), dan faktor yang paling besar pengaruhnya adalah faktor ada atau tidaknya penyulit pada saat persalinan (R=0,2241).
5.2 Saran 1. Diperlukannya jumlah populasi sampel yang lebih besar dan waktu yang lebih lama untuk
menemukan faktor-faktor lain
menyempurnakan penelitian ini.
yang belum diteliti dan untuk
69
DAFTAR PUSTAKA Afifi A, Clark V, Computer –Aided Multivariate analysis, Van Nostrand Reinhold, 2006 Ancok D, Teknik Penyusunan Skala Pengukur, Pusat Penelitian Kependudukan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 2005. As’ad M, Kepemimpinan Efektif Dalam Perusahaan, Penerbit Liberty, Yogyakarta,2006. Basong I, Kebutuhan (Felt Need) Ibu Terhadap Posyandu Di Kecamatan Tandes Kodya Surabaya, Program Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya, 2007. Budisantoso I, Demand Masyarakat terhadap Pelayanan Kesehatan Gigi (Puskesmas, Dokter Gigi Praktek Swasta. Poliklinik Gigi Rumah Sakit) di Kecamatan Tegalsari Kotamadya Surabaya,Program Pascasarjana,Universitas Airlangga, Surabaya,2006. Budhiarto W, Demand terhadap Pelayanan Kesehatan Puskesmas di Kabupaten Mojokerto
Jawa
Timur,
Fakultas
Pascasarjana
,Unifersitras
Airlangga,
Surabaya,2004. Biro Pusat Statistik, Penduduk Provinsi Banten Hasil Sensus 2010,JakartaIndonesia,2010. Departemen Kesehatan R.I, Sistem Kesehatan Nasional Jakarta,2000. Depkes RI, Standar Pelayanan Kebidanan, Jakarta, 2000. Depkes RI, Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Dasar, Jakarta, 2004. Dever G A, Epidemology in Health Service Management An Aspen Publication, Roovile Maryland,2004. Dinas
Kesehatan,Kabupaten
Tangerang,Data
Kabupaten Tangerang tahun 2007, Tangerang,2007.
Pertolongan
Persalinan
di
70
Dinas Kesehatan Provinsi Banten,Data Perkembangan Perkembangan Pertolongan Persalinan di Provinsi Banten Tahun 2006, Banten ,2005. Feldstein P and Roehring C, Health Care Economics, Second Edition, New York, Wiley Medical Publication,2007. Gesler W M,Meade M S, Locational and Population Factors in Health CareSeeking Behavior in Savanah,Georgia, Health Services Research Vol,23, No.3 Agust,2005. Green L W,Comunity Health, Time Miror Calibs Publication St. Louis – Boston,2004. Guzick D S,Demand for General Praktitioner and Internist Services, Health Services Research,Winter ,2006. Hicks H G, Gullent G R,Organisation : Theory and Behavior,Terjemahan :G.Kartasepoetra,Jakarta,2007. Kantor Wilayah
Deparetmen Kesehatan/Dinas Kesehatan Profinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur,Kesehatan Dalam Angka di Jawa Timur Tahun III Pelita V,Surabaya,2006. Kalimo E, Health Services Needs,in :Measurement of Level of Health, edited by Holand Walter W .et Al ,WHO Regional Publications,Europen series No.7,Chopenhagen,2005. Kast F E,Rosenzwig J E, Organisation and Management,Terjemahan : A.Hasyim Ali,Jakarta ,2004. Lee
K
and
Mills
A,
The
Economics
of
Health
in
Developing
Countries,Toronto,Oxford University Press,2003. Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,Dasar-Dasar Demografi, Jakarta Indonesia,2001.
71
Lipsey R G,Steiner P O, Purvis D D,Pengantar Mikro Ekonomi,8th Edition,Penerbit Erlangga, Jakarta,2001. Manuaba. 1998, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB Untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta. Morley D, Prioritas Pediatri di Negara Sedang Berkembang, Yayasan Essentia Medica ,Yogyakarta,2002. Moroney R, Managing Human Service, International City Managers Association ,2003. Notoatmojo S dan Sarwono S, Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan, BPKM-EKM Universitas Indonesia,Jakarta,1993. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid 1, Jakarta,2001. Puskesmas Kecamatan Pamulang , Laporan Tahunan Puskesmas Pamulang Tahun 2009, Pamulang.2009. Riono P, Adisasmita A C Ariawan I, Aplikasi Regresi Logistik, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok,2007. Ross H S, Mico P R, Theory and Practice in Health Education, Mayfield Publising Company
California,2000.
Sorkin A L,Health Economics : An Introduction,Second and Revised Edition ,Toronto,2003. Ward W B, Advances in Health Education and Promotion,Vol.1,Jai Press Ino,2006. Wolinsky
F
D,
The
Sociology
of
Health,
Littele
Brown
and
Company,Boston,Toronto,2000. Zainudin M, Metodologi Penelitian, Buku Kuliah Program Pascasarjana UNAIR,Surabaya,2005.
72
Lampiran 1
KUESIONER POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG
STATUS IDENTITAS No
:
Tgl wawancara: . . . . . . Nama responden
:
Alamat
: RT
:
RW
:
Kelurahan:
Wilayah kerja Puskesmas :
Agama
:
Pewawancara
:
tangan :
Tanda
73
KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Umur ibu (responden)
:
th
:
bulan
1. 2. Usia bayi ibu sekarang 2. 3. Pendidikan ibu
:
3. 1. Tidak sekolah 2. SD/SLTP/SLTA
: kelas
/ lulus
3. Akademi/Perguruan Tingg i
: tingkat
/ lulus
4. Tempat kelahiran ibu, propinsi …….. 4. 5. Bahasa sehari-hari ibu
:
5. 6. Ibu merasa sebagai suku bangsa
:
6. 7. Pekerjaan ibu Berdasarkan profesi / jenis pekerjaan : 7. 1.
Tenaga profesional / teknisi
2.
Tenaga kepemimpinan / ketatalaksanaan
3.
Tenaga tata usaha
4.
Tenaga usaha pejualan
5.
Tenaga usaha jasa
6.
Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perikanan
7.
Tenaga produksi, operator alat angkutan, pekerja kasar
8.
Lainnya
74
8. Berapa kali ibu hamil
:
kali
:
kali
8. 9. Berapa kali ibu melahirkan 9.
10. Rata–rata penghasilan seluruh keluarga per bulan
10.
No
Nama
Jenis Penghasilan
Niai Rupiah
.......
.......
.......
......
.......
........
........
. . . . . . . ..
Jumlah penghasilan seluruhnya
........
11. Rata-rata pengeluaran seluruh keluarga per bulan
11.
No.
Jenis pengeluaran
Nilai (rupiah)
1.
Pangan / konsumsi
.....................
2.
Sandang
. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
3.
Perumahan
.....................
4.
Pendidikan
.....................
5.
Kesehatan
. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . .
6.
Transportasi
.....................
7.
Lain-lain
.....................
Jumlah pengeluiaran seluruhnya
.......................
75
12. Siapakah pengambil keputusan dalam keluarga ? 12. 1. Suami 2. Istri 3. Suami dan istri 4. Orang tua 13. Menurut kebiasaan masyarakat di darah ibu, dimanakah mereka melakukan persalinan? 13. 1. Tidak tentu 2. Rumah oleh dukun bayi 3. Rumah oleh bidan 4. Puskesmas 5. Polindes 6. Dokter spesialis 7. Rumah sakit / rumah sakit bersalin
TINGKAT RISIKO IBU HAMIL 14. Apakah umur ibu kurang dari 17 tahun atau lebih dari 35 th 14. 1. Ya 2. Tidak
76
15. Apakah tinggi badan ibu kurang dari 140 cm ? 15. 1. Ya 2. Tidak 16. Apakah ibu menderita penyakit jantung atau diabetes ? 16. 1. Ya 2. Tidak 17. Apakah ibu mengalami perdarahan pada saat kehamilan terakhir 17. 1. Ya 2. Tidak 18. Apakah ada kelainan letak bayi dalam kandungan ibu pada saat hamil yang terakhir ini? 18. 1. Ya 2. Tidak
PENGATAHUAN IBU TENTANG KEHAMILAN DAN PERSALINAN (Apabila menjawab tahu, jawaban bisa lebih dari satu) 19. Apakah ibu tahu tentang tanda-tana kehamilan : 19. 1. Tidak tahu 2. Tahu : - tidak haid 3. Tahu : - muntah-muntah
77
20. Bagaimana cara ibu mengetahui adanya kehamilan : 20. 1. Tidak tahu 2. Tahu : - periksa ke dukun bayi 3. Tahu : - periksa ke bidan 4. Tahu : - periksa ke puskesmas 5. Tahu : - periksa ke polindes 6. Tahu : - periksa ke dokter 7. Tahu : - periksa urine ke laboratorium 21. Apa manfaat ibu periksa kehamilan : 21. 1. Tidak tahu 2. Tahu : - meramalkan kelahiran 3. Tahu : - demi kesehatan ibu /bayi 4. Tahu : - mendapatkan immunisasi 5. Tahu : - perbaikan gizi 22. Apakah ibu tahu manfaat immunisasi TT : 22. 1. Tidak tahu 2. Tahu : - mencegah tetanus bagi bayi 23. Apa artinya bila seorang wanita tidak haid selalu merupakan tandatanda kehamilan: 23. 1. Tidak tahu 2. Tahu : - karena kesehatan buruk 3. Tahu : - karena meneteki 4. Tahu : - pemakianan obat-obat KB (suntik)
78
24. Apakah ibu tahu tanda-tanda kehamilan resiko tinggi ? 24. 1. Tidak tahu 2. Tahu : - umur ibu kurang dari 17 tahun 3. Tahu : - umur ibu lebih dari 35 tahun 4. Tahu : - tinggi badan kurang dari 140 cm 5. Tahu : - ibu hamil dengan penyakit jantung 6. Tahun : - perdarahan waktu hamil 7. Tahu : - Kelainan letak bayi dalam kandungan 25. Apakah ibu tahu bagaimana perawatan ibu hamil risiko tinggi: 25. 1. Tidak tahu 2. Tahu : - sering periksa ke bidan / puskesmas / dokter 3. Tahu : - pertolongan persalinan ke bidan / dokter 26. Dimanakah ibu hamil dengan risiko tinggi (persalinan tidak normal) harus melahirkan: 26. 1. Tidak tahu 2. Dukun bayi 3. Bidan 4. Puskesmas 5. Polindes 6. Dokter spesialis kandungan 7. Rumah sakit bersalin 27. Siapakah yang harus menolong persalinan ibu hamil dengan resiko tinggi (persalinan tidak normal) 27. 28.
79
1. Rumah sendiri / rumah dukun bayi oleh dukun bayi 2. Rumah sendiri / rumah bidan oleh bidan 3. Puskesmas oleh tenaga bidan 4. Polindes oleh tenaga bidan 5. Praktek dokter spesialis kandungan 6. Rumah sakit bersalin dengan dokter spesialis kandungan 28.a Berapakah biaya yang ibu keluarkan untuk persalinan tersebut ? (hanya biaya untuk pertolongan persalinan). Sebutkan . . . . . . . . . . . . . . ... . . . . . . 28.b Menurut ibu, bagaimana biaya persalinan yang dikenakan pada ibu? 28.b 1. Murah 2. Sedang 3. Terlalu mahal 28.c Menurut ibu, bagaimana sistem birokrasi (prosedur) yang harus ibu lakukan pada saat akan melahirkan? 28.c 1. Sangat rumit 2. Biasa saja rumitnya 3. Tidak rumit 28.d Menurut ibu bagaimana pelayanan yang ibu terima pada saat persalinan? 1. Tidak memuaskan 28.d 2. Cukup memuaskan 3. Sangat memuaskan
80
28.e Menurut ibu, apakah biaya yang ibu keluarkan sudah sesuai dengan prosdur yang harus ibu lakukan dan pelayanan yang ibu terima? 28.e 1. Tidak 2. Sudah 29. Apa sebabnya ibu memilih tempat tersebut di atas? 29. 1. Dekat dengan rumah 2. Kebiasaan masyarakat yang ada 3. Anjuran keluarga 4. Biaya murah 5. Pelayanan memuaskan 6. Sesuai dengan apa yang saya rencanakan sebelum persalinan 7. Terpaksa karena keadaan pada saat melahirkan 30. Apakah seluruh persalinan ibu dilakukan di tempat yang sama? 30. a. Ya, di …………….. b. Tidak 31. Dimana saja ibu melakukan persalinan? 31. Anak I
:.........
Anak II
:.........
Anak III
:.........
Anak IV
:.......
Anak V
:.......
(sebutkan juga alasannya)
81
KEBUTUHAN IBU TERHADAP PERTOLONGAN PERSALINAN
32. Tempat pertolongan persalinan mana saja yang ibu ketahui? 32. 1. Rumah dukun bayi 2. Rumah bidan 3. Puskesmas 4. Polindes 5. Praktek dokter spesialis kandungan 6. Rumah sakit / rumah sakit bersalin 33. Tempat pertolongan persalinan mana saja yang ada di daerah ibu (terjangkau oleh ibu)? 33. 1. Rumah dukun bayi 2. Rumah bidan 3. Puskesmas 4. Polindes 5. Praktek dokter spesialis kandungan 6. Rumah sakit / rumah sakit bersalin 34. Apakah ibu sudah mempunyai rencana dalam memilih tempat persalinan, pada saat hamil yang terakhir? 34. 1. Belum 2. Sudah - - - - - - langsung ke no 38 35. Apa sebabnya ibu tidak mempunyai rencana ? 35. 1. Terserah keluarga / suami / ibu
82
2. Belum memikirkan 3. Kalau tiba saatnya saja baru dipikirkan
36. Kalau sudah, dimana rencana ibu akan melahirkan waktu itu? 36. 1. Rumah sendiri 2. Rumah dukun bayi 3. Rumah bidan 4. Puskesmas 5. Polindes 6. Praktek dokter spesialis kandungan 7. Rumah sakit / rumah sakit bersalin 37.a Apakah ibu sudah tahu biaya yang harus ibu keluarkan pada saat itu? Kalau sudah berapa biaya yang harus ibu keluarkan untuk persalinan tersebut? (hanya biaya untuk pertolongan-persalinan). Sebutkan . . . . . . . . . . . . 37.b Menurut ibu, bagaimana biaya yang akan ibu keluarkan untuk persalinan tersebut? 37.b 1. Murah 2. Sedang 3. Mahal 37.c Bagaimanakah kira-kira pelayanan yang akan ibu terima pada saat melahirkan tersebut? 37.c 1. Kurang memuaskan 2. Cukup memuaskan
83
3. Sangat memuaskan 37.d Bagaimanakah kira-kira prosedur yang harus ibu lakukan pada saat akan melahirkan di tempat tersebut? 37.d 1. Sangat rumit 2. Biasa-biasa saja rumitnya 3. Tidak rumit 37.e Berapakah jarak rumah ibu dengan tempat persalinan yang ibu rencanakan tersebut di atas? 1. ……………… Km 2. ……………… menit (dengan kendaraan yang ada) 38. Apa sebabnya ibu memilih tempat tersebut diatas ? 38. 1. Dekat dengan rumah 2. Kebiasaan masyarakat yang ada 3. Anjuran keluarga / suami / ibu 4. Biaya murah 5. Pelayanan memuaskan 6. Sesuai dengan kondisi kesehatan (kehamilan) sekarang 39. Bagaimana kondisi kesehatan (kehamilan) ibu pada saat akan melahirkan tersebut di atas? 39. 1. Terjadi penyulit (sakit) 2. Biasa-biasa saja (sehat)
84
PERMINTAAN IBU TERHADAP PERTOLONGAN PERSALINAN 40. Dimanakah ibu melahirkan ? 41.
40. 1. Rumah sendiri 2. Rumah dukun bayi 3.
Rumah bidan
4. Puskesmas 5. Polindes 6. Tempat praktek dokter spesialis kandungan 7. Rumah sakit / rumah sakit bersalin 42. Siapakah yang menolong ibu dalam persalinan tersebut ? 41. 1. Dukun bayi 2. Bidan 3. Dokter umum 4. Dokter spesialis kandungan 43. Apa sebabnya ibu memilih tempat melahirkan sperti no 42? 42. 1. Dekat dengan rumah 2. Sudah kebiasaan masyarakat / keluarga 3. Anjuran keluarga / suami 4. Biayanya murah 5. Pelayanan baik / memuaskan 6. Lain-lain . . . .. . . . . . . . .. 44. Berapakah biaya yang ibu keluarkan untuk persalinan tersebut? (hanya biaya untuk pertolongan persalinan). Sebutkan . . . . . . . . . . . . . .....
85
45. Apakah tempat ibu melahirkan tersebut sesuai dengan rencana ibu pada saat hamil? 44. 1. Tidak 2. Ya - - - - - - -langsung ke no 46 46. Apa yang menyebabkan ibu tidak jadi melahirkan di tempat yang telah ibu rencanakan? 45. 1. Tidak boleh keluarga / suami 2. Terburu-buru (terlanjur merasakan gejala perslinan) 3. Terjadi penyulit 4. Tidak punya cukup biaya 47. Menurut ibu, bagaimanakah pelayanan yang ibu terima pada saat persalinan? 1. Tidak memuaskan 46. 2. Cukup memuaskan 3. Sangat memuaskan 48. Menurut ibu, bagaimana biaya persalinan yang dikenakan pada ibu? 47. 1. Murah 2. Sedang 3. Terlalu mahal 49. Menurut ibu, apakah biaya yang ibu keluarkan sudah sesuai dengan pelayanan yang ibu terima? 48. 1. Tidak 2. Sudah 50. Berapakan jarak rumah ibu dengan Puskesmas? a. ………………….
Km
86 b. ………………….
menit (dengan kendaraan yang ada)
51. Berapakah jarak tempuh ibu dengan tempat persalinan ibu? a. …………………..
Km
b. …………………..
menit (dengan kendaraan yang ada)
87
Lampiran 4 FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SURAT PERSETUJUAN Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : ………………………… Umur : ………………………… tahun Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul :
POLA KEBUTUHAN DAN PERMINTAAN IBU PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PELAYANAN PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAMULANG dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas, dan akan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan jujur. Bila suatu waktu responden merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri. Jakarta,
April 2010 Peserta
(
)