Poerbatjaraka dan Manuskrip Islam
titik pudjiastuti
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia Jakarta, September 2006
Poerbatjaraka dan Manuskrip Islam
Titik Pudjiastuti1
1. Pengantar Manuscrip menurut Madan (1893: 1) diambil dari ungkapan Latin codicesmanu
scripti, artinya buku-buku yang ditulis dengan tangan. Dalam bahasa Indonesia kata manuskrip dikenal sebagai naskah. Dalam bahasa Inggris, kata naskah disebut
manuscript (disingkat Ms) atau dalam bahasa Belanda handschrift (disingkat Hs). Ikram dkk (2001: 1) menyatakan naskah sebagai warisan budaya dari sejarah masyarakat masa lampau berupa tulisan tangan. Di dalam naskah terkandung berbagai aneka ragam isi, antara lain: cerita-cerita pelipur lara, cerita-cerita kepercayaan, cerita bernafaskan sejarah dan keagamaan, ajaran Islam, pengetahuan mengenai obat-obatan, mantra, dan lain sebagainya (Mulyadi, 1993: 1). Penelitian mengenai naskah-naskah Nusantara telah lama ditekuni oleh para pakar kebudayaan Indonesia dalam dan
luar negeri. Nama-nama seperti
J.L.A.Brandes, G.W.J. Drewes, Th.G. Th. Pigeaud, S. Raffles, Hoesein Djajadiningrat, Poerbatjaraka, dan lain sebagainya adalah nama-nama pakar kebudayaan Indonesia yang buah pikirannya masih terus dikutip dan dijadikan referensi oleh para peneliti kebudayaan Indonesia masa kini. Pada kesempatan ini saya akan membicarakan buah pikiran salah seorang pakar kebudayaan Indonesia yang namanya telah disebut, yaitu Poerbatjaraka. Nama Poerbatjaraka atau lengkapnya Prof.Dr.R.M.Ng. Poerbatjaraka sangat dikenal bukan saja sebagai seorang Javanicus (pakar studi Jawa) oleh para peneliti sastra dan budaya Jawa melainkan juga oleh para peneliti sastra dan budaya Indonesia. Berbagai karya tulisan baik dalam bentuk buku maupun artikel telah menjadi bukti kiprahnya dalam dunia yang digelutinya. Perhatiannya pada dunia arkeologi dan sejarah 1
Titik Pudjjiastuti pengajar Program Studi Sastra Jawa Fakultas Ilmu Perngetahu an Budaya Universitas Indonesia (FIB-UI)
umpamanya, telah melahirkan beberapa karya tulisan, seperti Riwayat Indonesia (1950) dan Çriwijaya, Çailendra dan Sanjayavamça (1975). Sebagai pakar filologi terkemuka perhatiannya pada pernaskahan Indonesia telah melahirkan sejumlah karya yang tidak hanya pada bidang naskah-naskah Jawa Kuna tetapi juga Jawa Pertengahan, Jawa Baru dan
penyusunan katalog naskah. Hal ini terlihat dari sejumlah karya yang telah
diterbitkannya, antara lain Nitiçastra Oud-Javaansch tekst met vertaling (1933), ArjunaWiwaha (1926)2, Smaradahana (1931), De Calon Arang (1926), Panji Verhalen onderling vergeleken (1940) 3 Menak (1940), Kapustakan Jawi (1952), dan Indonesische Handschriften (1938). Selain naskah-naskah sastra Jawa kuna yang agaknya menjadi menjadi minat utamanya, dunia naskah Melayu dan Islam juga ditekuninya. Berikut ini, akan kita lihat beberapa karyanya yang berkenaan dengan naskah-naskah Islam, khususnya naskah Islam-Jawa
2. Poerbatjaraka dan Naskah Islam-Jawa Masuknya Islam ke tanah Jawa pada sekitar abad pertengahan melahirkan peradaban baru yang disebut peradaban Islam-Jawa (De Graaf, 1989: 3). Pada masa perkembangan peradaban baru tersebut, di mana-mana di lingkungan yang masyarakatnya telah memeluk agama Islam terdapat masjid yang menjadi tempat berkumpulnya para jemaat dan pondok-pondok serta pesantren-pesantren yang berfungsi sebagai tempat pendidikan agama. Munculnya pondok dan pesantren sebagai tempat belajar ilmu agama secara tidak langsung kemudian juga menjadi tempat tumbuh-kembangnya kesusastra Islam Jawa. Poerbatjaraka (1950: 75) menyebut karya-karya kesusastraan yang dihasilkan di pesantren ini sebagai ‘sastra pesantren,' sedangkan Simuh (1988: 1-3) menamakannya
Kepustakaan Islam Kejawen, yaitu kepustakaan Jawa yang memuat perpaduan antara tradisi Jawa dengan unsur-unsur ajaran Islam. Ciri utama jenis kepustakaan ini adalah adanya aspek-aspek ajaran tasawuf dan budi luhur, menggunakan bahasa Jawa, dan 2
Terbitan ulang teks ini dengan kajian yang berbeda telah dilakukan oleh I Kuntara Wiryamartana (1990) Buku ini telah diterjemahkan oleh Zuber usman dan H.B. Yasin ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Tjeritera Pandji dalam Perbandingan, Jakarta: Gunung agung, 1968. 3
sangat sedikit mengungkapkan aspek syariat. Termasuk ke dalam jenis kesusastraan ini adalah primbon, suluk, dan wirid. Poerbatjaraka dalam bukunya Kapustakaan Jawi (1954: 91-124) menggolongkan kesusastraan jenis ini ke dalam kelompok zaman Islam, teks- teks yang termasuk golongan ini adalah Het Boek van Bonang 4, Suluk
Sukarsa, dan Koja Jajahan. Teks sastra pesantren banyak yang ditulis dengan aksara Arab-bahasa Jawa yang dikenal dengan nama Pegon. Menurut Kromoprawiro (1867: 1), istilah Pegon berasal dari bahasa Jawa ”pego”, artinya ‘tidak lazim dalam mengucapkan bahasa Jawa.' Pigeaud (1967: 25-26) menyebut teks Jawa yang ditulis dengan aksara Arab sebagai teks Pegon, kata pegon berarti ‘sesuatu yang berkesan menyimpang,’ Karya-karya Poerbatjarakan yang menggunakan naskah Islam-Jawa sebagai sumber kajian adalah: a. Van Soenan Bonang (Soeloek Woedjil): Inleiding, tekst, vertaling en toelichting Tulisan ini dimuat dalam majalah Djawa no 18, tahun 1938, halaman 145--181. Dalam pengantarnya disebutkan bahwa naskah yang digunakan sebagai bahan penelitiannya adalah BG 54, sebuah naskah berukuran 23 x 16 cm, setebal 52 halaman. Teksnya disusun dalam tembang yang terdiri atas 104 bait, bait ke- 55 menggunakan tembang sekar ageng dengan metrum Jawa Kuna Açwalalita, bait ke-56 menggunakan metrum tembang cilik, Mijil, dan bait lainnya menggunakan metrum tembang Dhandhanggula. Dikatakan
juga
bahwa
pada
naskahnya terdapat
penanggalan dalam
bentuk
candrasengkala5: panerus tingal tataning nabi yang diterjemahkan sebagai tahun 1529 AÇ atau konversinya 1607 AD. Akan tetapi, penanggalan ini tidak jelas diketahui sebagai penanggalan penulisan teks atau penyalinannya. Namun, karena tidak ada keterangan yang menyatakan bahwa angka tahun itu adalah susulan baru, maka Poerbatjaraka berpendapat bahwa naskah ini telah ada pada zaman Sinuhun Seda Krapyak, ayahanda dari Sultan Agung Mataram. 4
Het Boek van Bonang terbit pertama kali pada tahun 1916 sebagai tesis doktor B.J.O Schrieke. Peenanggalan Jawa yang menggunakan kata-kata (dalam kalimat) bukan angka, setiap kata mempunyai konotasi angka tertentu, misalkan kata mata, telinga = 2 dan sebagainya. . Penjelasan lebih jauh mengenai candrasengkala dapat dibaca dalam buku Keterangan Candrasengkala karangan karangan Bratakesawa (1980). 5
Dalam katalog naskah Vreede (1892: 320) naskah ini disebut Soeloek Doelil dan Brandes (1903) mencatatnya dengan nama Soeloek Woedjil (Br 399). Selain naskah BG 54, Poerbatjaraka menggunakan dua naskah lain sebagai pembanding, yaitu Codex 1795 dan Codex 17966. Tulisan setebal 36 halaman ini seperti judulnya terdiri atas pengantar, suntingan teks, terjemahan dan pembahasan. Sesudah pengantar yang menjelaskan gambaran umum dan keadaan naskahnya, disajikan suntingan teks dan terjemahan dalam bahasa Belanda. Pada bagian pembahasan, Poerbatjaraka membicarakan isi teks Suluk Wujil yang berupa ajaran rahasia (mistik) Sunan Bonang kepada Woedjil. Menurutnya, ajaran itu sama dengan ajaran yang terdapat dalam teks-teks Jawa lainnya, seperti Dewaruci, Nirarthaprakreta dan Suluk Sukarsa, perbedaannya hanya pada kata-kata, tetapi maknanya sama. Selain membicarakan isi teks Soeloek Woedjil Poerbatjaraka juga menyampaikan informasi mengenai peneliti sebelumnya 7 yang pernah mengkaji teks semacam ini.
b. De Mirakelen van Abdoelkadir Djaelani Tulisan kedua Poerbatjarakan yang berkenaan dengan naskah Islam-Jawa berjudul De Mirakelen van Abdoelkadir Djaelani (1938).8 Tulisan ini sebenarnya bukan sepenuhnya karya Poerbatjaraka melainkan dikerjakan bersama-sama dengan Dr. G.W.J. Drewes. Penjelasan mengenai pembagian tugas dalam penyusunan buku ini dinyatakan dalam pendahuluan, bab I, II, III , dan V, berikut lampiran I, II, III merupakan karya Drewes, bab IV hasil kerja sama Drewes dan Poerbatjaraka dengan catatan teks dikerjakan oleh Drewes, dan lampiran IV serta indeks disusun oleh Poerbatjaraka. Ada tiga naskah Jawa berisi teks Abdulkadir Jaelani, yaitu naskah koleksi Brandes bernomor Br 17, naskah koleksi Von de Wall No. 309 dan naskah cetakan terbitan Kantor Tjetak dan toko Kitab Haroen bin Ali, Pekojan 3, Batavia. Ketiga naskah ini teksnya ditulis dalam tembang dengan huruf Pegon, di atas bahan kertas dengan jumlah tembang 79. Ketiga naskah tersebut teksnya sama-sama memuat 100 6
lihat Th.G.Th. Piegaud, Literature of Java, Vol II, 1968: 27--29. B.J.O. Schrieke (1916 ) yang menerbitkan Het Boek van Bonang (The Book of Bonang) 8 Buku ini telah diterjemahkan dengan judul Kisah-Kisah Ajaib Syeh Adulkadir Jaelani, diterbitkan oleh Pustaka Jaya (1990) 7
kisah Abdulkadir Jaelani. Setelah dibandingkan, dipilih teks naskah Br No. 17 sebagai teks suntingan. Alasan penentuannya karena teks naskah Br No. 17 adalah yang terbaik dibandingkan dengan kedua teks naskah lainnya. Meskipun demikian, kedua teks lainnya tetap digunakan sebagai bahan pembanding untuk melengkapi ruang kosong yang terdapat dalam teks suntingan. Menurut Drewes dan Poerbatjaraka, ketiga teks Abdulkadir Jaelani ini sesungguhnya memiliki banyak kekosongan, tetapi antara teks satu dan lainnya dapat saling mengisi. Bab IV yang merupakan hasil kerjsama Drewes dan Poerbatjaraka berisi ikhtisar isi hikayat Abdulkadir Jailani. Pada bagian ini siapa dan bagaimana kisah-kisah Syekh Abdulkadir Jailani yang ditulis dalam tembang dipaparkan secara berurutan. Pupuh kesatu berisi keterangan yang bersangkutan dengan pribadi Syek Abdulkadir Jailani, yaitu asal-usul, kelahiran, wafat, penampilan lahiriah dan anak-anaknya, dilanjutkan dengan pupuh kedua yang menjelaskan tentang guru-guru dan sekolahnya. Bagian yang menceritakan 100 kisah-kisah ajaib Syekh Abdulkadir Jailani dimulai dari pupuh kedua sampai dengan pupuh ke-79. Pada pupuh ke-79 yang juga merupakan penutup terdapat keterangan yang menyebutkan bahwa naskah salinan ini selesi ditulis pada tanggal 5 Ramadhan tahun 1242 H.9 Seperti disebut dalam pengantarnya, tugas lain Poerbatjaraka dalam buku ini adalah lampiran IV dan indeks. Lampiran IV berupa daftar ikhtisar pupuh Hikayat Abdulkadir Jailani. Poerbatjaraka menyusun ke-79 pupuh teks Abdulkadir Jailani secara berurutan, setiap pupuh dilengkapi dengan larik pertama teks dan informasi mengenai jumlah pada (bait) setiap pupuhnya, umpamanya:
pupuh 1. Bismillahi'rrahmani'rrahimi, Dhandhanggula 21 bait pupuh 2. Lawan cinarita malih, Asmarandana, 29 bait, pupuh 3. Utawi iki carita, Sinom 19 bait pupuh 4. Saksana aris kang ibu, Kinanti 19 bait pupuh 11. Hikayat (ping) sanga kawarni, Asmarandana 34 bait pupuh 30. Hikayat kaping tri dasa, Pangkur 21 bait pupuh 47. Hikayat kaping seket satunggil, Dhandhanggula 14 bait 9
konversinya sekitar tahun 1826 M
pupuh 65. Hikayat kaping pitung puluh (winuwus), Pocung 10 bait pupuh 72. Hikayat kaping wolungdasa sasanga, Durma 17 bait pupuh 79. Hikayat ping satus kang winarni, Dhandhanggula 35 bait
Indeks yang disusun merupakan indeks umum, nama orang, tempat, tahun, dan istilah diurutkan secara alfabetis dari A -- Y. Selain kedua tulisan di atas, karya lain yang walaupun tidak secara khusus membicarakan naskah-naskah Islam Jawa tetapi di dalamnya ada penjelasan yang agak rinci mengenai hal tersebut adalah Indonesische Handschriften (1950). Buku katalog naskah Jawa ini disusun bersama dengan Dr. P. Voorhoeve dan Dr. C. Hooykaas. Dalam buku ini naskah-naskah Jawa dipilah ke dalam lima kelompok, A--E. Kelompok A Menak, B. Rengganis,
C Anbia, D. Sastra Pesantren, dan E. Suluk dan Primbon.
Informasi mengenai naskah-naskah dalam buku katalog ini tidak hanya berupa deskripsi nakah yang meliputi tebal halaman, ukuran, bentuk, jenis kertas dan jenis tulisannya, tetapi dilengkapi juga dengan ringkasan isi setiap pupuh, jumlah bait dan varian atau versi naskahnya. Informasi mengenai naskah-naskah Islam-Jawa terdapat pada kelompok C, D, dan E. Kelompok C berisi informasi mengenai naskah Anbia, Patimah Sami dan Samoed. Kelompok D berisi informasi mengenai naskah-naskah 'Sastra Pesantren,' tercatat 21 jenis judul teks, diantaranya: Lahad, Raja Kandak, Asmarasupi, Prantaka, Seh Jabarsidik, Murtasiyah, Ahmad Muhammad, dan Abdurahman. Adapun kelompok E memuat informasi mengenai naskah-naskah 'Suluk dan Primbon', jenis judul teks yang tercatat, adalah: Suluk, Parimbon, Dewi Sujinah, dan Sasana Sunu.
3. Penutup Tulisan ini masih jauh dari sempurna, masih banyak pemikiran-pemikiran Poerbatjaraka yang belum disampaikan dan masih harus digali lagi. Informai mengenai naskah-naskah Islam, walaupun tidak bersifat kajian dapat kita ketahui melalui karya beliau yang lain yaitu Kapustakan Jawi (1954) dan Jaarboek 1933.
Sumber Pustaka Brandes, J.L.A. 1903
Beschrijving der Javaansche, Baliese en Sasaksche handschriften aangetroffen in de Nalatenschap van Dr. H.N. van der Tuuk, en door hem vermaakt aan de Leidsche Universiteits-bibilotheek, deel II. Batavia
Bratakesawa 1980
Keterangan Candrasengkala, terj. T.W.K. Hadisoeprapta, Jakarta: Balai Pustaka
Drewes, G.W.J dan R.Ng. Dr. Poerbatjaraka, 1938, De Mirakelen van Abdoelkadir Djaelani, Bandoeng: A.C. Nix ------ 1990, Kisah-Kisah ajaib Syekh Abdulkadir Jailani, terj. M. Amir Sutaarga, Jakarta: Pustaka Jaya De Graaf, H. J. dan Th. G. Th. Pigeaud. 1989.
Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa: Peralihan dari Majapahit ke Mataram. Jakarta: Grafiti Pers.
Ikram, Achadiati dkk 2001
Katalog Naskah Buton, Koleksi Abdul Mulku Zahari. Jakarta: Masyarakat Pernaskahan Nusantara dan Yayasan Obor Indonesia.
Kromoprawiro, Mas. 1867. Kawruh Satra Pégon. Madiun. Madan. Falconer. 1893
Books in Manuscripts: A Short Introduction to their Study and Use. London: Kegan Paul.
Mulyadi, Sri Wulan Rujiati 1993
Kodikologi Melayu di Indonesia. Lembaran Sastra (edisi khusus), Depok: FSUI
Poerbatjaraka, R.M.Ng. Prof.Dr.
1926 Arjuna-Wiwaha: teks en Vertaling, s'Gravenhage: Martinus Nijhoff -----
1926
De Calon Arang, Bandung: A.C.Nix
-----
1933 Niti Çaçtra Oud Javaansch tekst met vertaling, Bandung : A.C.Nix
-----
1931
Smaradahana. Bandung: A.C. Nix
-----
1940
Menak, Bandung: A.C. Nix
-----
1975
Çriwijaya, Çailendra dan Sanjayavamça, Jakarta: Bhratara
-----
1933
" Lijst der Javaansche handschriften in de Boekerij van het Koninklijk Bataviaasch Genootschap" dalam Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen Jaarboek 1933, Bandoeng: A.C. Nix
-----
1954
Kapustakan Djawi, cet. ke-4, Djakarta/Amsterdam: Djambatan
-----
1938
"Van Soenan Bonang (Soeloek Woedjil) Inleiding, tekst, vertaling en toelichting" dalam Majalah Djawa 18, No. 3--5, hlm: 145 --181. Yogyakarta: Kolff-Bunning
-----
1952
Riwayat Indonesia, Djakarta: Djambatan
Poerbatjaraka, R.M.Ng.Dr., Dr. P. Voorhoeve en Dr. C. Hooykaas 1950
Indonesische Handschriften, Lembaga Kebudyaan Indonesia, Bandung: A.C. Nix & Co
Pigeaud, Th. G.Th 1967
Literature of Java Catalogue Raisonné of Javanese Mansucripts in the Library of The University of Leiden and OtherPublic Collections in The Netherlands, Vol. I. The Hague: Martinus Nijhoff
1968
Literature of Java Catalogue Raisonné of Javanese Mansucripts in the Library of The University of Leiden and OtherPublic Collections in The Netherlands, Vol. II. The Hague: Martinus Nijhoff
Schrieke, B.J.O. 1916
Het Boek van Bonang, tesis doktor, Leiden.
Sedyawati, Edi, 2001, Sastra Jawa Suatu Tinjauan Umum, Jakarta: Balai Pustaka Simuh, 1988. Mistik Islam Kejawen Raden Ngabehi Rangga-warsita. Suatu Studi terhadap Serat Wirid Hidayat Jati. Jakarta: UI Press.
Vreede, A.C. 1892
Catalogus van de Javaansche en Madoereesche handschriften. Leiden: Brill
Wiryamartana, I. Kuntara 1990
Arjunawiwaha transformasi teks Jawa Kuna lewat tanggapan dan penciptaan di lingkungan sastra Jawa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press