PIUTANG Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah
Disusun Oleh : 1. Indri Bunga Pertiwi
(09403241007)
2. Emi Novianasari
(09403241017)
3. Riska Fadila
(094032410
4. Pratomo Adi C.
(094032410
Jurusan Pendidikan Akuntansi Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta 2010
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Puji syukur marilah kita haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Piutang” ini tepat waktu. Banyak pihak yang telah mendukung dalam pembuatan makalah ini, oleh karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada; 1. Ibu Rr. Indah Mustikawati, M. Si.. Ak. selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2. Teman-teman yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga bantuan, bimbingan dan dorongan yang telah bapak dan temanteman beriakn kepada penulis, dicatat sebagai amal ibadah yang diridhoi Allah SWT. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan amkalah ini. Semoga Allah SWT selalu membimbing setiap langkah dan aktivitas kita dan semoga makalah ini membawa manfaat bagi semua pihak. Amin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb Yogyakarta, November 2010
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Piutang merupakan salah satu informasi yang sangat penting bagi perusahaan. Piutang diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, sehingga hal yang kompleks ini seringkali menjadikan asumsi bahwa pencatatan untuk piutang adalah rumit. Dianggap rumit karena begitu banyak metode yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi yang berhubungan dengan piutang tersebut.
B. Rumusan Masalah Dalam makalah ini, masalah yang dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengakuan dan penilaian terhadap piutang dilakukan? 2. Metode apa sajakah yang dapat digunakan untuk pencatatan piutang?
C. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah : 1. Dapat menggambarkan secara rinci mengenai piutang 2. Memudahkan untuk memahami pencatatan dalam piutang 3. Memahami lebih mendalam mengenai piutang dan metode-metode yang ada di dalamnya.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Piutang Piutang (receivable) adalah tagihan kepada pihak lain (debitur) atau pelanggan sebagai akibat dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dilakukan secara kredit atau memberikan pinjaman kepada karyawan, member uang muka pada anak perusahaan, atau penjualan aktiva tetap. Atau secara singkat, piutang merupakan tuntutan perusahaan kepada pihak lain, dimana pihak yang dituntut wajib memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama. Piutang adalah salah satu informasi yang penting bagi perusahaan. Perusahaan tertentu, misalnya perusahaan jasa biasa menyebut dengan pendapatan yang masih harus diterima, lembaga pendidikan tinggi biasa menyebutnya tunggakan uang kuliah, dll. Namun itu semua hanyalah penyesuaian nama sesuai jenis usaha.
B. Klasifikasi Piutang Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan menjadi piutang lancar (jangka pendek) dan piutang tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan, tinggal mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar (noncurrent receivable). Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca, baik sebagai piutang dagang atau piutang nondagang. 1. Piutang dagang (trade receivable) Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh pelanggan untuk barang dan jasa yang telah diberikan sebagai bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang biasanya yang paling signifikan yang dimiliki perusahaan, bisa disubklasifikasikan menjadi piutang usaha dan wesel tagih.
Piutang usaha (account receivable) adalah janji lisan dari pembeli untuk membayar barang atau jasa yang dijual. Sedangkan wesel tagih (notes receivable) adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. 2. Piutang nondagang (nontrade receivable) Piutang nondagang berasal dari berbagai transaksi, antara lain : a. Uang muka kepada karyawan dan staf b. Uang muka kepada anak perusahaan c. Deposito untuk menutup kemungkinan kerugian dan kerusakan d. Deposito sebagai jaminan penyediaan jasa atau pembayaran e. Piutang dividen dan bunga f. Klaim terhadap : f.1 Perusahaan asuransi untuk kerugian yang dipertanggungkan f.2 Terdakwa dalam satu perkara hukum f.3 Badan-badan pemerintah untuk pengembalian pajak f.4 Perusahaan pengangkut untuk barang yang rusak atau hilang f.5 Kreditor untuk barang yang dikembalikan, rusak, atau hilang f.6 Pelanggan untuk barang-barang yang dapat dikembalikan (krat, container, dan sebagainya.
C. Pengakuan Piutang Usaha Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran (the exchange price) adalah jumlah yang terutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa dokumen, misalnya faktur (invoice). Dua faktor yang bisa memperumit pengukuran harga pertukaran adalah ketersediaan diskon (diskon dagang dan diskon tunai) dan lamanya waktu antara tanggal penjualan dan tanggal jatuh tempo. 1. Diskon dagang (trade discount) Harga barang biasanya dapat dikenakan diskon dagang. Diskon dagang semacam itu digunakan untuk menghindari perubahan yang sering terjadi dalam
katalog, untuk mengutip harga yang berbeda bagi pembelian dalam kuantitas berbeda, atau untuk menyembunyikan harga faktur yang sebenarnya dari pesaing. 2. Diskon tunai atau diskon penjualan (sales discount) Diskon tunai diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan pembayaran secepatnya. Diskon semacam ini dinyatakan dalam bentuk istilah seperti 2/10, n/30 yang berarti apabila dibayarkan dalam waktu 10hari dari transaksi, maka akan mendapatkan diskon sebesar 2%, dan jumlah kotor jatuh tempo adalah 30hari. Atau 2/10 E.O.M. net 30, E.O.M. yang berarti diskon 2% jika dibayarkan dalam 10hari dari akhir bulan, dengan pembayaran penuh dilakukan pada hari ke-30 bulan berikutnya. Ada dua metode untuk mencatat penjualan dan diskon penjualan, yaitu metode kotor dan metode bersih. Jika menggunakan metode kotor, maka diskon penjualan harus dilaporkan sebagai pengurang atas penjualan dalam laporan labarugi. Namun, jika menggunakan metode bersih, maka diskon penjualan yang hilang diperlakukan sebagai pos “pendapatan lain-lain” Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh ayat jurnal berikut ini :
Metode Kotor
Metode Bersih
Penjualan senilai $10.000, syarat 2/10, n/30 Piutang usaha
10.000
Penjualan
Piutang usaha 10.000
9.800
Penjualan
9800
Pembayaran sebesar $4.000 diterima dalam periode diskon Kas
3.920
Diskon penjualan
Kas
80
Piutang usaha
3.920 Piutang usaha
3.920
4.000
Pembayaran sebesar $6000 diterima setelah periode diskon Kas
6.000 Piutang usaha
Piutang usaha 6.000
120
Diskon penjualan yang hilang Kas
120 6.000
Piutang usaha
6.000
3. Tidak ada pengakuan atas unsur bunga Secara teoritis, setiap pendapatan setelah periode penjualan adalah pendapatan bunga. Dalam praktik, pendapatan bunga yang berhubungan dengan piutang usaha diabaikan karena jumlah diskon yang biasanya tidak material dibandingkan dengan laba bersih periode bersangkutan. Profesi akuntansi secara khusus mengeluarkannya dari pertimbangan nilai sekarang untuk “piutang yang berasal dari transaksi dengan pelanggan dalam kegiatan bisnis normal yang jatuh tempo dalam jangka waktu perdagangan umum yang tidak melampaui sekitar satu tahun”
D. Penilaian Piutang Usaha Pelaporan piutang melibatkan (1) klasifikasi dan (2) penilaian dalam neraca. Klasifikasi melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih, jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas. Penentuan nilai realisasi bersih memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan pengurangan harga.
1. Piutang usaha yang tak tertagih Penjualan atas dasar penjualan tunai berisiko menimbulkan kegagalan untuk menagih piutang. Piutang usaha tak tertagih adalah keruugian pendapatan. Kerugian pendapatan dan penurunan laba diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu (atau beban piutang tak tertagih).
Ada dua prosedur untuk mencatat piutang tak tertagih : a. Metode penghapusan langsung mencatat piutang tak tertagih pada tahun dimana diputuskan bahwa suatu piutang tertentu tidak akan dapat ditagih. Pendukung metode ini berpendapat bahwa yang dicatat haruslah fakta bukan estimasi. Metode ini dipandang praktis dan mudah diaplikkasikan. Metode ini mempunyai kelemahan yaitu biasanya gagal menandingkan biaya dengan pendapatan pada periode bersangkutan. b. Metode penyisihan mencatat beban atas dasar estimasi, dalam periode akuntansi di mana penjualan kredit dilakukan. Pendukung metode ini yakin bahwa beban piutang tak tertagih harus dicatat pada periode yang sama sepertii penjualan untuk mendapatkan penandingan yang tepat atas beban dan pendapatan serta untuk mendapatkan nilai tercatat yang tepat atas piutang usaha. FASB memandang ketertagihan piutang sebagai kontijensi kerugian. Jadi metode penyisihan hanya tepat dalam situasi di mana terdapat kemungkinan bahwa nilai aktiva telah menurun dan jumlah penurunan (kerugian)tersebut dapat diestimasi secara layak. Piutang adalah arus kas masuk prospektif, dan probabilitas penagihannya harus dipertimbangkan dalam menilai arus kas masuk ini. Estimasi ini biasanya dibuat atas dasar persentase penjualan atau piutang yang beredar. a. Pendekatan persentase penjualan (laporan laba-rugi) Pendekatan ini menandingkan biaya dengan pendapatan karena hal itu mengaitkan beban pada periode di mana penjualan dicatat. Misalnya PT. X mengestimasikan dari pengalaman masa lalu bahwa sekitar 2% dari penjualan kredit tidak akan tertagih. Jika PT. X memiliki penjualan sebesar $400.000 pasa tahun 2007, maka pencatatannya :
Biaya piutang tak tertagih Penyisihan untuk piutang tak tertagih
8.000 8.000
b. Pendekatan persentase piutang (neraca) Tujuan dari metode ini adalah melaporkan nilai realisasi bersih piutang dalam neraca, oleh karena itu pendekatan ini disebut dengan pendekatan persentase piutang (neraca). Pendekatan ini dapat diaplikasikan dengan menggunakan satu tarif gabungan yang mencerminkan estimasi piutang tak tertagih Pendekatan lainnya yang lebih sensitif terhadap status skrual dari piutang usaha adalah menetapkan skedul umur piutang dan menerapkan persentase yang berbeda berdasarkan pengalaman masa lalu pada berbagai kategori umur. 2. Penghapusan piutang usaha yang telah dihapus Apabila piutang usaha tertentu dipastikan tidak akan tertagih, maka saldonya dipindahkan dari pembukuan dengan mendebet “penyisihan untuk piutang tak tertagih” dan mengkredit “piutang usaha”. Jika yang dipakai adalah metode penghapusan langsung, maka jumlah yang ditagih didebet ke kas, dan dikredit kea kun pendapatan yang berjudul jumlah tak tertagih yang dipulihkan.
E. Pengakuan Wesel Tagih Suatu wesel tagih didukung oleh promes (promissory note) formal, yaitu janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu tanggal di masa depan. Wesel semacam itu merupakan instrumen yang dapat dinegosiasikan yang ditandatangani oleh pembuat (maker) untuk kepentingan yang dibayar atau penerima (payer). Wesel diklasifikasikan sebagai berbunga dan tidak berbunga. Wesel berbunga (interest-bearing notes) memiliki suku bunga ditetapkan, sedangkan wesel tidak berbunga (zero-interest-bearing notes) (bunga nol) memasukkan bunga sebagai bagian dari nilai nominal yang tidak dinyatakan secara eksplisit. 1. Wesel yang diterbitkan pada nilai nominal Untuk mengilustrasikan pendiskontoan wasel yang diterbitkan pada nilai nominal, asumsikan bahwa X corp. meminjamkan $10.000 kepada Y Imports dan menerima wesel berbunga dengan jangka waktu tiga tahun senilai $10.000 dengan suku bunga tahunan 10%. Suku bunga pasar wesel dengan resiko serupa juga 10%.
Nilai sekarang atau harga pertukaran wesel dihitung sebagai berikut :
Nilai nominal wesel $10.000 Nilai sekarang pokok: $10.000 (PVF3,10%) =$10,000×0,75132
$7.513
Nilai sekarang bunga: $1.000 (PVF-OA3,10%)=$1.000×2,48685
2.487
Nilai sekarang wesel
10.000
Selisih
$ -0-
Dalam kasus ini, nilai sekarang wesel dan nilai nominalnya adalah sama, yaitu $10.000, karena suku bunga efektif dan ditetapkan juga sama. Penerimaan wesel dicatat oleh X corp. sebagai berikut : Wesel tagih
10.000
Kas
10.000
X corp. juga akan mengakui bunga yang dihasilkan setiap tahun sebagai berikut : Kas
1.000 Pendapatan bunga
1.000
2. Wesel yang diterbitkan bukan pada nilai nominal a. Wesel berbunga nol Jika yang diterima adalah wesel berbunga nol, maka nilai sekarangnya adalah kas yang dibayarkan kepada penerbit wesel. Karena baik jumlah masa depan maupun nilai sekarang wesel telah diketahui, maka suku bunga dapat dihitung. Suku bunga implisit adalah suku bunga yang akan menyamakan kas yang dibayarkan dengan jumlah piutang di masa depan. Selisih antara jumlah masa depan (nilai nominal)dengan nilai sekarang
(kas
yang
dibayarkan)
dicatat
sebagai
diskonto
diamortisasikan ke pendapatan bunga sepanjang umur wesel.
dan
b. Wesel berbunga Jika nilai sekarang melebihi nilai nominal, maka wesel tersebut dipertukarkan pada premi. Premi atas wesel tagih dicatat sebagai debet dan diamortisasikan menggunakan metode bunga efektif sepanjang umur wesel sebagai pengurang tahunan dalam jumlah pendapatan bunga yang diakui. c. Wesel yang diterima untuk properti, barang atau jasa Jika wesel diterima sebagai pertukaran properti, barang atau jasa dalam suatu transaksi yang wajar, yang suku bunga ditetapkan diasumsikan cukup wajar kecuali : i.
Tidak ada suku bunga yang ditetapkan, atau
ii. Suku bunga yang ditetapkan tidak masuk akal, atau iii. Jumlah nominal dari wesel berbeda secara material dari harga jual tunai saat ini untuk pos-pos yang serupa atau dari nilai pasar sekarang instrument utang. Dalam situasi ini, nilai sekarang wesel diukur oleh nilai wajar properti, barang, atau jasa atau oleh jumlah yang secara layak mendekati nilai pasar wesel. 3. Pilihan suku bunga Proses perkiraan suku bunga dinamakan dengan perhitungan suku bunga yang layak (impultation), dan hasilnya dinamakan suku bunga terkait (imputed interest rate).Pilihan suku bunga ini dipengaruhi oleh suku bunga yang berlaku bagi penerbit instrumen serupa dengan peringkat kredit yang sama.
F. Penilaian Wesel Tagih Seperti piutang usaha, wesel tagih jangka pendek dicatat dan dilaporkan pada nilai realisasi bersihnya, yaitu pada jumlah nominalnya dikurangi semua penyisihan yang diperlukan. Akun penyisihan wesel tagih yang utama adalah Penyisihan untuk Wesel Tak Tertagih. Namun wesel tagih jangka panjang menimbulkan masalah estimasi tambahan. Kita hanya perlu melihat masalah yang dihadapi oleh institusi
keuangan, terutama bank-bank pusat uang, dalam menagih piutang dari pinjaman energi, pinjaman riil estate, dan pinjaman kepada Negara kurang berkembang. Wesel tagih berkurang nilainya (impaired) jika terdapat kemungkinan bahwa kreditor tidak akan mampu menagih seluruh jumlah yang terutang (baik pokok maupun bunga) sesuai dengan ketentuan kontraktual pinjaman.
G. Disposisi Piutang Usaha dan Wesel Tagih Dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari piutang, pemilik dapat mentransfer piutang usaha atau wesel tagih kepada perusahaan lainnya secara tunai. Transfer piutang kepada pihak ketiga dapat dilakukan dalam salah satu dari dua cara berikut : 1. Peminjaman yang dijamin Piutang seringkali digunakan sebagai jaminan dalam suatu transaksi peminjaman. Kreditor seringkali meminta debitor menunjuk (menetapkan) atau menggadaikan piutang sebagai jaminan pinjaman. Jika pinjaman tidak dibayar pada saat jatuh tempo, maka kreditor memiliki hak untuk mengkonversi jaminan itu menjadi kas yaitu untuk menagih piutang. 2. Penjualan piutang Penjualan piutang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhirPenjualan piutang semakin sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Jenis penjualan yang umum dilakukan adalah penjualan piutang kepada factor. Factor adalah perusahaan pembiyaan atau bank yang membeli piutang dari perusahaan untuk mendapatkan imbalan (fee) dan kemudian menagih piutang secara langsung dari pelanggan. Anjak Piutang (factoring receivables) secara tradisional berhubungan dengan industri tekstil, pakaian, sepatu furniture, dan peralatan rumah tangga.
Prosedur Dasar dalam Factoring
(6) Melakukan pembayaran
(2) Meminta penelaahan
FACTOR kredit (3) Menyetujui kredit
(4) Menyerahkan kas
PELANGGAN Pengecer Atau grosir
(1) Menyampaikan pesanan
(5) Mengirimkan barang
PERUSAHAAN Perusahaan manufaktur atau distributor
Seperti disebutkan dalam cerita pembuka, salah satu fenomena baru dalam penjualan (transfer) piutang adalah sekuritisasi. Sekuritisasi (securitization) dapat berupa pool aktiva seperti piutang kartu kredit, piutang hipotik, atau piutang pinjaman mobil dan menjual sebagian pembayaran bunga dan pokok dalam pool tersebut. Sebenarnya, ini sama saja dengan menciptakan sekuritas yang didukung oleh pool aktiva tersebut. Hampir setiap aktiva yang memiliki aliran pembayaran dan sejarah pembayaran jangka panjang bisa merupakan calon sekuritisasi. Perbedaan antara factoring dengan sekuritisasi adalah bahwa factoring biasanya melibatkan penjualan kepada satu perusahaan saja, biayanya tinggi, kualitas piutang rendah, dan penjual kemudian tidak perlu menagih piutang. Dalam sekuritisasi, banyak investor terlibat, marjinnya sedikit, kualitas piutang tinggi, dan penjual biasanya terus menagih piutang. Baik dalam transaksi factoring maupun sekuritisasi, piutang dapat dijual atas dasar tanpa tanggung renteng atau dengan tanggung renteng.
Tanggung Renteng Tanggung renteng adalah hak penerima transfer piutang untuk menerima pembayaran dari pelaku transfer:
(1) Jika debitor tidak mampu melunasi piutang pada saat jatuh tempo (2) Untuk pengaruh sebelum pembayaran, atau (3) Untuk penyesuaian yang muncul akibat turunnya nilai piutang yang ditransfer.
Penjualan tanpa Tanggung renteng Jika piutang dijual tanpa tanggung renteng (without resource), maka pembeli menanggung resiko ketertagihan piutang dan setiap kerugian kredit. Transfer piutang usaha dalam transaksi tanpa tanggung renteng serupa dengan penjualan piutang usaha secara langsung baik dalam bentuk (transfer kepemilikan) maupun dalam subtansinya (transfer pengendalian). Dalam transaksi tanpa tanggung renteng, seperti dalam setiap penjualan aktiva, penjual mendebit kas untuk hasil yang diterima dan mengkredit piutang usaha sebesar nlai nominal piutang. Selisihnya, yang dikurangi dengan setiap provisi untuk penyesuaian piutang yang mungkin (diskon, retur, pengurangan harga, dan sebagainya), diakui sebagai kerugian atas penjualan piutang. Penjual menggunakan akun terhutang dari factor (dilaporkan sebagai piutang) untuk mencatat hasil yang ditahan oleh factor untuk menutupi diskon penjualan, retur penjualan, dan pengurangan harga. Sebagai contoh, Crest Textiles, Inc. mem-factorkankan piutang usaha senilai $500.000 kepada Commercial Factors, Inc., atas dasar tanpa tanggung renteng. Catatan piutang ditransfer ke Commercial Factors, Inc., yang akan menerima penagihan. Commercial Factors, Inc. mengenakan beban pembiayaan sebesar 3% dari jumlah piutang usaha dan menahan sejumlah hasil yang besarnya sama dengan 5% dari piutang usaha. Ayat jurnal untuk mencatat transfer piutang tanpa tanggung renteng, baik bagi Crest Textiles maupun Commercial Factors, adalah sebagai berikut:
Ayat Jurnal untuk Mencatat Penjualan Piutang tanpa Tanggung Renteng
Crest Textiles, Inc. Kas
460.000
Terutang dari faktor
25.000*
Kerugian atas Penjualan Piutang
15.000**
PiutangUsaha (Wesel Tagih)
500.000
*(5% x $500.000) **(3% x $500.000)
Commercial Factors, Inc. Piutang Usaha (Wesel Tagih)
500.000
Terutangkepada Crest Textiles
25.000
PendapatanPembiayaan
15.000
Kas
460.000
Dalam mengakui penjualan piutang, Crest Textiles mencatat kerugian sebesar $15.000. Laba bersih factor adalah selisih antara pendapatan pembiayaan, $15.000, dengan jumlah setiap piutang yang tidak dapat ditagih.
Penjualan dengan Tanggung Renteng Jika piutang dijual dengan tanggung renteng (with recourse), maka penjual menjamin pembayaran kepada pembeli seandainya debitor tidak mampu membayar. Untuk mencatat transaksi jenis ini, digunakan pendekatan komponen keuangan (financial components approach), karena penjual akan terus terlibat mengakui aktifa dan kewajiban yang mereka kendalikan setelah penjualan. Sebagai contoh, asumsikan informasi yang sama seperti dalam contoh untuk Crest Textiles dan commercial Factors, kecuali bahwa piutang dijual atas dasar tanggung renteng. Telah ditentukan bahwa kewajiban tanggung renteng ini
memiliki nilai wajar sebesar $6.000. Untuk menghitung kerugian atas penjualan piutang oleh Crest, hasil bersih dari penjualan itu dihitung sebagai berikut: Perhitungan Hasil Bersih Kas yang diterima
$460.000
Terutang dari factor
25.000
$485.000
Dikurangi: Kewajiban tanggung renteng
6.000
Hasil bersih
$479.000
Hasil bersih (net proceeds) adalah kas atau aktiva lainnya yang diterima dalam penjualan dikurangi setiap kewajiban yang terjadi. Kerugiannya dihitung sebagai berikut: Perhitungan Kerugian atas Penjualan Nilai buku (tercatat)
$500.000
Hasil bersih
479.000
Kerugian atas penjualan piutang
$21.000
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan piutang dengan tanggung renteng, baik untuk Crest Textiles maupun Commercial Factors, disajikan sebagai berikut: Ayat Jurnal untuk Mencatat Penjualan Piutang dengan Tanggung Renteng Crest Textiles, Inc. Kas
460.000
Terutang dari factor
25.000
Kerugian atas Penjualan Piutang
21.000
Piutang Usaha (Wesel tagih)
500.000
Kewajiban Tanggung Renteng
6.000
Commercial Factors, Inc. Piutang Usaha Terutang kepada Crest Textiles
500.000 25.000
Pendapatan Pembiayaan Kas
15.000 460.000
Dalam kasus ini, Crest Textiles mengakui kerugian sebesar $21.000. Selain itu, suatu kewajiban sebesar $6.000 juga dicatat untuk menunjukkan pembayaran yang mungkin terjadi kepada Commercial Factors atas piutang tak tertagih. Jika seluruh piutang tertagih, maka Crest Textiles akan mengeleminasi kewajiban tanggung renteng dan menaikkan laba. Laba bersih Commercial Factors adalah pendapatan pembiayaan sebesar $15.000 karena tidak akan memiliki piutang ragu-ragu yang berhubungan dengan piutang tersebut.
Peminjaman yang Dijamin vs. Penjualan FASB telah menyimpulkan bahwa penjualan hanya terjadi jika penjual menyerahkan kendali atas piutang kepada pembeli. Tiga kondisi berikut harus terpenuhi sebelum suatu penjualan bisa dicatat: (1) Aktiva yang akan ditransfer telah dipisahkan dari pelaku transfer (ditempatkan diluar jangkauan pelaku transfer dan kreditornya). (2) Penerima transfer telah mendapatkan hak untuk menggadaikan atau menukar aktiva yang ditransfer ataupun manfaat dalam aktiva yang ditransfer tersebut. (3) Pelaku transfer tidak lagi memiliki kendali yang efektif atas aktiva yang ditransfer baik melalui kesepakatan pembelian kembali maupun menebusnya sebelum jatuh tempo. Jika ketiga kondisi di atas telah terpenuhi, maka penjualan dapat terjadi. Jika tidak, maka pelaku transfer harus mencatat transfer itu sebagai peminjaman yang dijamin (secured borrowing). Jika akuntansi untuk penjualan sudah tepat, maka pihak yang terlibat masih harus mempertimbangkan aktiva yang diperoleh dan kewajiban yang akan ditanggung dalam transaksi itu. Aturan akuntansi untuk transfer piutang ditampilkan dalam contoh dibawah ini. Seperti ditunjukkan dalam ilustrasi dibawah ini, jika masih ada keterlibatan dalam transaksi penjualan, maka
aktiva yang diperoleh dan kewajiban yang ditanggung harus dicatat pada nilai wajarnya.
Akuntansi untuk Transfer Piutang Transfer Piutang
Apakah memenuhi tiga kondisi? 1. Aktiva yang ditransfer telah dipisahkan dari pelaku transfer. 2. Penerima transfer telah memiliki hak untuk menggadaikan atau menjual aktiva. 3. Pelaku transfer tidak lagi memiliki kendali melalui kesepakatan pembelian kembali. Ya
Tidak
Apakah masih ada keterlibatan? Ya Catat sebagai penjualan: Gunakan pendekatan komponen keuangan: 1. Mengurangi piutang 2. Mengakui aktiva yang diperoleh dan kewajiban yang ditanggung 3. Mencatat keuntungan atau kerugian Penyajian Piutang
Tidak Catat sebagai penjualan: 1. Mengurangi piutang 2. Mencatat keuntungan atau kerugian
Catat sebagai peminjaman yang dijamin: 1. Mencatat kewajiban 2. Mencatat beban bunga
Aturan umum dalam pengklasifikasian piutang adalah:
1. Memisahkan berbagai jenis piutang yang dimiliki perusahaan, jika material; 2. Menjamin bahwa akun penilaian secara tepat mengoffset akun piutang yang terkait; 3. Menentukan bahwa piutang yang diklasifikasi dalam kelompok aktifa lancar akan dikonversikan menjadi kas dalam stu tahun atau satu siklus operasi, tergantung mana yang lebih panjang; 4. Mengungkapkan setiap kontinjensi kerugian yang ada pada piutang; 5. Mengungkapkan setiap piutang yang digadaikan sebagai jaminan; 6. Mengungkapkan semua konsentrasi yang signifikan dari resiko kredit yang berasal dari piutang. Kelompok aktiva dari neraca Colton Corporation yang diperlihatkan pada ilustrasi dibawah ini, menggambarkan banyaknya pengungkapan yang diperlukan untuk piutang:
Colton Corporation Neraca (Parsial) Per 31 Desember 2007 Aktifa lancer
$ 1.870.250
Kas dan ekuivalen kas Piutang usaha (Catatan 2)
$ 8.977.673
Dikurangi: Penyisihan untuk piutang tak tertagih
500.266
Uang muka kepada anak perusahaan yang jatuh tempo 30/9/08
2.090.000
Wesel tagih-dagang (Catatan 2)
1.532.000
Pajak penghasilan federal yang dapat dikembalikan Piutang dividend dan bunga
146.704 75.500
Piutang atau klaim lainnya (termasuk saldo debit dalam utang usaha) Total aktiva lancar
174.620
12.496.271 14.366.521
Piutang tidak lancar Wesel tagih dari staf dan karyawan kunci
376.000
Piutang klaim (penyelesaian litigasi yang akan ditagih selama 4 tahun)
585.000
Catatan 2: Piutang Usaha dan Wesel Tagih Pada bulan November 2007, perusahaan mengadakan perjanjian dengan sebuah perusahaan keuangan untuk membiayai kembali sebagian utang. Pinjaman ini dibuktikan oleh wesel bayar 12%. Wesel ini dapat dibayar bila diminta dan dijamin oleh hamper seluruh piutang usaha.
Analisis Piutang Rasio Perputaran Piutang Rasio keuangan sering kali digunakan untuk mengevaluasi likuiditas piutang usaha perusahaan. Rasio yang digunakan untuk menilai likuiditas piutang adalah rasio perputaran piutang (receivables turnover ratio). Rasio ini mengukur berapa kali, secara rata-rata, piutang berhasil ditagih selama suatu periode. Rasio ini dihitung dengan membagi penjualan bersih dengan piutang ratarata (bersih) yang beredar selama tahun berjalan. Secara teoritis, penyebutnya hanya memasukkan penjualan kredit bersih. Namun, informasi ini seringkali tidak tersedia, dan jika jumlah relatif dari penjualan tunai dan penjualan kredit tetap konstan secara wajar, maka kecerendungan yang ditunjukkan oleh rasio perputaran piutang tetap absah. Kecuali kalau faktor-faktor musiman signifikan, jumlah piutang rata-rata yeng beredar dapat dihitung dari saldo awal dan akhir piutang dagang bersih. Sebagai contoh, Circuit City melaporkan penjualan bersih tahun 2004 sebesar $9.745 juta. Saldo awal dan akhir piutang masing-masing adalah $380 juta dan $580 juta. Rasio perputaran piutang usaha dihitung seperti contoh dibawah ini:
Penjualan bersih
= Perputaran piutang usaha
Piutang usaha rata-rata (bersih) $9.745
= 20,3 kali, atau setiap 18 hari
(365+20,3) ($580 + $380)/2
Informasi ini menunjukkan seberapa berhasil perusahaan melakukan penagihan piutang yang beredar. Jika mungkin, skedul umur piutang juga dapat dibuat untuk menentukkan seberapa lama piutang beredar. Bisa jadi rasio perputaran piutang yang memuaskan muncul karena piutang tertentu ditagih terlalu cepat sementara piutang lainnya beredar dalam jangka waktu yang relatif lama. Suatu skedul umur piutang akan mengungkapkan pola semacam itu.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Piutang (receivable) adalah tagihan kepada pihak lain (debitur) atau pelanggan sebagai akibat dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dilakukan secara kredit atau memberikan pinjaman kepada karyawan, member uang muka pada anak perusahaan, atau penjualan aktiva tetap. Atau secara singkat, piutang merupakan tuntutan perusahaan kepada pihak lain, dimana pihak yang dituntut wajib memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui bersama. Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan menjadi piutang lancar (jangka pendek) dan piutang tidak lancar (jangka panjang). Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam satu tahun atau selama siklus operasi berjalan, tinggal mana yang lebih panjang. Semua piutang lain diklasifikasikan sebagai piutang tidak lancar (noncurrent receivable). Piutang selanjutnya diklasifikasikan dalam neraca, baik sebagai piutang dagang atau piutang nondagang.
B. Saran Sebaiknya kita tidak menganggap bahwa pencatatan dalam akuntansi itu rumit, tetapi pelajari dulu, maka semua akan terasa terbiasa.
DAFTAR PUSTAKA
Donald E. Kiesso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Wrfierld. (2010). Intermediate Accounting. 12th Edition. Danver, M.A.: John Wiley & Sons (Asia) Pte.Ltd. (Kode: K) http://zulidamel.wordpress.com/2008/05/19/laporan-piutang/ http://peperonity.com/go/sites/mview/proposal4share/ http://massofa.wordpress.com/2008/02/11/kas-piutang-persediaan-utanginvestasi-saham-dan-obligasi/