PETUNJUK PRAKTIKUM
Dasar Perlindungan Tanaman (PNU 1111)
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO I. PENGENALAN GEJALA SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN 1
1.1. Tujuan a. Mengenal macam gejala serangan yang disebabkan oleh patogen b. Mengenal macam gejala serangan yang disebabkan oleh hama
1.2. Landasan teori A. Gejala penyakit yang disebabkan oleh patogen Gejala adalah keadaan penyakit yang merupakan perwujudan dari reaksi fisiologis dari tanaman terhadap kegiatan yang bersifat merusak yang disebabkan oleh patogen. Setiap penyakit pada tanaman tertentu akan memberikan gejala khusus, yang biasanya timbul dalam suatu rangkaian selama terjadinya penyakit. Gejala yang dapat diamati secara langsung disebut juga gejala morfologis. Gejala ini dapat dilihat dengan mata tanpa bantuan alat, atau juga dapata dirasa, dibaui atau diraba. Sedangkan gejala yang hanya diamati dengan bantuan alat seperti mikroskop disebut sebagai gejala histologist. Gejala morfologis ada tiga macam yaitu: nekrosa, hipoplasia, dan hyperplasia. Nekrosa adalah gejala penyakit yang disebabkan oleh hancurnya protoplas yang diikuti oleh kematian sel, jaringan, organ, dan seluruh tanaman. Gejala nekrotik yang timbul sebelum kematian protoplas disebut plesionekrotik. Ada 3 gejala yang termasuk dalam plesionekrotik yaitu menguning (yellowing), layu (wilting), dan hidrosis (adanya jaringan yang Nampak bening). Sedangkan gejala nekrotik yang ada setelah kematian protoplas disebut holonekrotik. Gejala holonekrotik dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan tempat terjadinya, yaitu pada pada organ bahan penyimpanan (buah, biji, umbi, dan akar). Pembusukan yang terjadi bersifat lunak atau basah disebut gejala bocor (leak), sedangkan yang kering disebut mumifikasi. Nekrosa pada jaringan tanaman yang hijau misalnya rebah kecambah (damping off), bercak (spot), bintik kecil (fleck), nekrotik pada batang dan tulag daun (streak), nekrosa tanpa batas yang jelas karena kematian yang cepat dari seluruh tanaman atau bagian daun (hawar=blight), kematian mendadak dari kuncup yang belum membuka atau dari pembungaan (blast), rontoknya buah akibat nekrosis yang meluas (shelling), dan lainlain. Nekrosa pada jaringan kayu, contohnya mati pucuk (die back), kanker (cancer), dan dan terjadinya eksudasi dari jaringan kayu yang sakit (bleeding). 2
Hipoplasia adalah kegagalan tanaman atau organ untuk berkembang secara penuh, missal kerdil (dwarfing), kegagalan membentuk warna hijau dan hanya menghasilkan warna kuning (klorosis), daun bercorak warna hijau dan kuning (mosaic). Hiperplasia merupakan hasil dari perkembangan yang berlebihan baik ukuran dan warna atau juga perkembangan bagian organ yang terlalu dini secara tidak wajar, misal: pertumbuhan yang berlebihan (gigantisme), perkembangan warna yang berlebjhan (hiperkromik), perubahan dari jaringan dari satu bentuk menjadi bentuk lain (metaplastik), perkembangan pucuk yang prematur dan mati pucuk (proleptik). B. Gejala serangan oleh hama tanaman Hama tanaman adalah semua jenis binatang yang karena aktivitas hidupnya dapat menyebabkan gangguan serta kerusakan pada tanaman dan atau hasilnya sehingga dapat menimbulkan kerugian. Serangga (insekta) merupakan golongan binatang yang paling dominan dari hama tanaman. Serangga hama menyerang tanaman dengan menggunakan alat mulutnya. Alat mulut serangga terdiri dari labrum, labium, sepasang maksila dan sepasang mandibula. Pada dasarnya tipe alat mulut serangga ada dua macam yaitu tipe penyunyah (mandibulata), dan tipe pengisap (haustelata), tetapi karena adanya perubahan struktur maka alat mulut serangga mengalami modifikasi pada berbagai golongan serangga, akibatnya kita mengenal beberapa macam tipe alat mulut serangga, yaitu : 1. Tipe penggigit pengunyah (chewing) 2. Tipe penggigit pengisap (chewing sucking) 3. Tipe pengisap (sucking) 4. Tipe penjilat (lapping/sponging) 5. Tipe penusuk pengisap (pierching sucking) Dengan adanya tipe alat mulut yang bermacam-macam ini maka cara makan tipe seranggapun berbeda-beda sehingga gejala kerusakan yang ditimbulkannya juga bervariasi. Cara makan serangga pengunyah pada daun-dauan mengakibatkan daun-daun tinggal tulang daun, membuat banyak lubang, sekeliling pinggiran-pinggiran daun dimakan atau seluruhnya dimakan. Serangga kecil makan diantara tulang-tulang daun dan menjadikannya rangka daun, serangga yang lebih besar makan sebagian atau keseluruhan daun. Serangga yang 3
makan dengan cara ini adalah belalang (ordo orthoptera), larva berbagai kupu-kupu (ordo Lepidoptera), lalat (ordo dipteral) dan kumbang (ordo coleopteran). Cara makan serangga dengan mengisap cairan tumbuhan dari daun atau bagain lain dari tumbuhan akan menyebabkan timbulnya becak pada daun, daun keriting dan menjadi layu, sedangkan apabila batang, cabang, atau ranting yang dimakan akan menyebabkan kekerdilan atau kelayuan. Serangga yang utama makan dengan cara ini adalah serangga dari ordo Homoptera dan Hemiptera. Banyak tipe serangga yang makan di bagian dalam jaringan-jaringan tanaman dengan membuat terowongan dalam daun (pengorok) diantara dua permukaan daun atau sebagai pengebor dalam batang, cabang, akar, dan buah. Serangga tersebut dari ordo Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Akibat dari serangan hama ini tanaman menjadi kerdil atau salah bentuk, bahkan mematikan tanaman. Ada serangga yang merusak tanaman dengan menginjeksikan satu senyawa kimia kedalam tumbuhan sehingga tumbuhnyan tidak normal dan menghasilkan bintik-bintik. Tiap bintil dapat ditempati satu atau banyak serangga. Lima ordo serangga yang menimbulkan gejala seperti ini adalah Diptera, Hymenoptera, Homoptera, Coleoptera, dan Lepidoptera. Beberapa serangga yang makan akar tanaman seperti lundi-lundi Coleoptera dapat menimbulkan gejala kelayuan, kekeringan bahkan kematian. 1.3. Tugas 1.
Gambarkan dengan jelas gejala penyakit atau hama pada contoh bagaian tanaman yang telah disediakan serta berikan penjelasan pada gambar yang saudara buat.
2.
Berikan keterangan dengan tepat mengenai gambar gejala tersebut, yaitu: a. Nama inang b. Nama patogen/hama c. Tipe gejala/alat mulut d. Keterangan Bagian yang sehat
: warna
Bagian yang sakit
: warna, bentuk, perubahan yang terjadi
4
II. 2.1.
PENGENALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN
Tujuan: 1. Mengenal dan mempelajari morfologi patogen penyebab penyakit 2. Mengenal mempelajari dan morfologi hama 3. Mengenal dan mempelajari morfologi gulma
2.2.
Landasan Teori Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu
:patogen penyebab penyakit tanaman, hama tanaman, dan gulma. A. Golongan patogen a.
Jamur Jamur adalah organisme heterotrof, tidak berklorofil, berinti sel, struktur somatiknya terdiri
dari filament yang bercabang-cabang, dinding sel mengandung selulosa atau kitin atau keduanya bersama molekul organik lainnya. Umumnya berkembang biak dengan spora baik secara seksual maupun aseksual atau menggunakan bagian vegetative jamur. Bagian vegetatif jamur umumnya berupa benang-benang halus, memanjang, bersekat atau tidak bersekat yang disebut hifa, dan kumpulan benang-benang hifa tersebut disebut miselium. Miselium dapat dibedakan menjadi dua tipe pokok yaitu: 1.
Miselium yang tidak bersekat (coenocytic) dipunyai oleh jamur dari kelas Chytridiomycetes, Hyphochytridiomycetes,
Plasmodiophoromycetes,
Oomycetes,
Trichomycetes,
dan
Zygomycetes yanag semuanya berasal dari kelas Phycomycetes. 2.
Miselium yang bersekat (cellular) yang dipunyai oleh jamur-jamur dari kelas Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes (fungi
imperfect). Kadang-kadang miselium
membentuk berkas memanjang dan mempunyai suatu lapisan luas yang liat dank eras yang disebut rhizomorf. Di dalam perkembangan hidupnya, hifa-hifa tersebut dapat membentuk struktur khusus yang berfungsi tertentu, antara lain: haustorium, sklerotium, apresorium, stroma, dan alat reproduksi seperti: gametongium, sporangium, dan sporangiofor, konidium dan konidiofor, klamidospora 5
dan bermacam badan buah (apotesium, peritesium, kleistosium, aservulus, piknidium, sporodokium, koremium). b. Bakteri Bakteri adalah mikroorganisme bersel satu (unisellular) yang tidak mempunyai klorofil dan berkembang biak dengan cara pembelahan (budding), hidup secara saprofitik atau parasitik dan memperoleh makanan dari bahan organik yang mati atau masih hidup. Sel bakteri ada yang berbentuk bola (coccus), tongkat (bacilli) dan spiral (spirillus). Bakteri ada yang mempunyai organ untuk bergerak yang disebut flagella, dan ada pula yang tidak mempunyai flagella (atricus). Golongan yang mempunyai flagella ada yang mempunyai satu flagella pada bagain ujung sel bakteri dan disebut monotrichus (contoh: Xanthomonas sp.), ada yang mempunyai seberkas flagella pada salah satu ujngnya yang disebut lofotrichus dan apabila mempunyai flagella yang merata diseluruh permukaan tubuh disebut peritrishus, sedangkan yang mempunyai dua berkas flagella di kedua ujungnya disebut amfitrichus. c. Virus Virus adalah suatu partikel atau zarah sub-mikroskopis yang terdiri dari protein kapsid di bagian luar protein kapsomer (coat) yang keduanya membungkus asam nukleat. Asam nukleat bersifat menular dalam bentuk salah satu yaitu asam ribonukleat (RNA) atau asam deoksiribonukleat (DNA). Asam nukleat virus memperbanyak diri (replikasi) dengan bantuan ribosom sel inang, mensintesis protein mantel virus dan menggunakan kemampuan sintetiknya untuk membuat cetakan dirinya membentuk lebih banyak RNA, kemudian penggabungan protein virus dengan RNA hasil replikasi membentuk partikel virus baru (virion). Ada perbedaan yang luas dalam morfologi dan ukuran virus, yang sangat membantu dalam klasifikasi khususnya dalam mendeteksi virus. Pada dasrnya virus tumbuhan dapat digolongkan ke dalam tiga bentuk spherical atau berbentuk bulat yang sering pula disebut polyhedral atau isometri, memanjang atau batang (elongate) dan bentuk benang (filament). Ada beberapa kelompok virus: 1.
Partikel virus berbentuk isometric antara lain Tobacco Necrosis Virus, Caulimovirus 50 nm, Reovirus tumbuhan 65-75 nm, Cucumovirus (contoh: Cucumber Mosaic Virus 28-30 nm).
2.
Partikel virus yang berbentuk batang memanjang antara lain: Tobravirus 46-114 nm dan 180219 nm. 6
3.
Partikel virus berbentuk filament lentur antara lain kelompok Potexvirus (Potato Virus X) mempunyai panjang 470-580 nm, lebar 11-13 nm, kelompok Carlavirus (Potato Virus S) mempunyai panjang 620-700 nm dan lebar 12 nm, kelompok Potyvirus (Potato Virus Y) kebanyakan mempunyai ukuran 11 nm dan lebar 680-900 nm, terpanjang adalah kelompok Closterovirus yang sangat lentur, mempunyai panjang 1.250-2.500 nm.
B. Golongan Tumbuhan Pengganggu atau Gulma Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki manusia. Tumbuh pada tempat yang tidak dikehendaki, berarti tumbuhan tersebut merugikan baik secara langsung atau tidak langsung. Gulma dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok. a.
Klasifikasi menurut habitat 1. Gulma darat (terestrial), pertumbuhan dan persyaratan tumbuhnya didarat, contoh Ageratum conyzoides, Echinochloa spp. 2. Gulma air, pertumbuhan dan persyaratan tumbuhnya di air, contohnya: Eichornia crassipes, Utricularia spp., Salvinia molesta.
b. Klasifikasi menurut siklus hidup 1. Gulma musiman (Annual), siklus hidupnya berlangsung selama satu tahun atau kurang. Contohnya: Amaranthus spinosusi, Echinochloa colonum. 2. Gulma tahunan (Parennial), siklus hidupnya berlangsung selama lebih dari satu tahun. Contohnya: Cynodon dactylon, Cyperus rotundus. c. Klasifikasi menurut keadaan morfologi secara umum. 1. Golongan rerumputan (grasses), anggota dari keluarga graminae (poaceae). Tumbuhan ini biasanya bervariasi ukurannya, tegak maupun menjalar, semusuim atau tahunan. Batangnya biasa disebut clums jelas terbagi menjadi ruas dengan buku-buku yang terdapat antar ruas. Batang tumbuh bergantian pada dua buku setiap ruas. Daun terdiri dari dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Contohnya: Cynodon dactylon, Eleusin indica. 2. Golongan berdaun lebar (broad leaf), umumnya adalah tumbuhan berkeping dua (dicotyledon) atau beberapa berkeping satu (monocotyledon) dengan berdaun lebar. Contohnya: Ageratum conyzoides, Mikania sp. 7
3. Golongan teki-tekian (seedges), Anggota dari Cyperaceae. Mirip dengan rerumputan akan tetapi dapat dibedakan melalui batangnya yang berbentuk segitiga, mempunyai umbi atau akar rimpang di dalam tanah. Contohnya: Cyperus rotundus, C. esculentus. C. Golongan hewan atau binatang hama Golongan hewan digolongkan menjadi 14 filum atau 22 filum. Tetapi hanya 4 filum yang anggotanya banyak berperan sebagai hama tanaman, yaitu: Filum Artropoda, Molusca, Chordata, dan Nematoda. a.
Filum Arthropoda Merupakan filum terbesar dari binantang yaitu kurang lebih 75% jenis binatang termasuk
filum ini. Ciri yang terpenting adalah tubuh dan kakinya beruas-ruas. Dari filum ini yang banyak berperan sebagai hama adalah kelas serangga (insecta) dan tungau (Acarina). 1.
Kelas insecta Kelas insecta (serangga) juga disebut hexapoda atau hewan berkaki enam. Adapun cirri
umum morfologinya adalah sebagai berikut: 1. Tubuh serangga terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu: kepala (caput), dada (thorax), perut (abdomen). 2. Tidak bertulang belakang 3. Mempunyai kulit luar yang keras (eksoskleleton). 4. Mempunyai 3 pasang kaki pada bagian dada 5. Mempunyai 1 atau 2 pasang sayap 6. Mempunyai sepasang antenna Pertumbuhan dan perkembangan serangga ditandai dengan perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan bentuk dan ukuran selama pertumbuhan pasca embrionik disebut dengan metamorphosis. Dalam pertumbuhannya serangga mengalami proses pergantian kulit yang disebut ecdycis. Stadium adalah lama waktu antara terjadinya pergantian kulit sedangkan instar adalah bentuk serangga pada stadium tertentu. Pada serangga terdapat empat tipe metamorphosis: 1. Ametabola (metamorfosa sederhana), perubahan terjadi sedikit pada bentuk luar, kecuali ukurannya bertambah besar, serangga muda hidup dalam satu habitat dan makanan sama dengan serangga dewasa. Contoh : Protura, Collembola, Thysanura. 8
2. Paurometabola (metamorfosa bertingkat), ukuran serangga bertambah besar pada setiap pergantian kulit, munculnya bakal sayap dan alat genetalia luar. Nimfa (serangga muda) hidup dalam habitat dan makanan sama dengan serangga dewasa. Contoh: Orthoptera, Hemiptera, Isoptera, Homoptera. 3. Hemimetabola (metamorfosa tidak lengkap), habitat nimfa akuatik beda dengan habitat serangga dewasa yang aerial, terjadi modifikasi pada nimfa seperti insang trachea. Contoh: Odonata. 4. Holometabola (metamorfosa lengkap), serangga muda disebut larva, bentuknya beda dengan dewasa. Setelah larva ada tingkat pupa (kepompong) sebelum menjadi imago. Contoh: Lepidopterai, Coleoptera, Diptera. 2.
Kelas Acarina Ciri umum kelas Acarina adalah: 1. Ukrannya kecil sehingga harus diamati dengan mikroskop. 2. Alat mulut berfungsi untuk menggigit, menusuk atau mengisap (Chelicera) 3. Bagian kepala (gnatosoma) sering tidak bermata 4. Pedipalpi berkembang baik (enam ruas) 5. Batas antara cepalothorax dan abdomen tidak jelas 6. Tubuhnya simetris bilateral 7. Tubuhnya lunak 8. Ditutupi banyak duri/rambut yang kaku Perkembangan acarina melalui beberapa tahap yaitu ; 1. Telur 2. Larva mempunyai tungkai 3 pasang 3. Nimfa terdiri dari 2 atau 3 stadia (pronimfa, deuteronimfa, Tritonimfa), dan 4 pasang kaki kecuali famili Europhydae yang berkaki 2 pasang 4. Imago: bentuk larva beda dengaan bentuk nimfa maupun imago. Contoh: Tetranychus bimaculatusi (tungau merah) menyerang ubi kayu, Tarsonemus translucen menyerang tomat, jeruk, Lombok, dll.
9
b.
Filum Molusca Molusca merupakan binatang yabg tidak bersegmen, berbadan lunak, pandai bersembunyi
dalam tanah atau lumpur dn kadang memiliki cangkok untuk melindungi diri. Salah satu yang terkenal adalah bekicot (Achatina fulica) yang termasuk dalam kelas Gastropoda dan subklas Pulmunata. Panjang bekicot ini dapat mencapai 13 cm, bagian perut berbentuk spiral dan kakinya terletak di bagian bawah yang digunakan untuk merayap dan dapat ditarik ke dalam cangkok. Binatang ini bersifat hermaprodit, ovatestis dapat menghasilkan sperma maupun sel telur. Dua siput dapat mengadakan perkawinan dan saling membuahi. Telur diletakkan berkelompok dalam tanah yang lembab. Setelah beberapa hari akan menetas menjadi siput kecil. Sebagian besar siput aktif malam hari dan dapat memanjat sampai ketinggian 5 m. Siang hari binatang ini bersembunyi di tempat yang terlindung atau lubang atau tetap menempel pada batang pohon. Siput menyukai bagian tanaman yang hijau dengan jalan dibasahi dulu dengan air ludahnya kemudian dikunyah dengan gigi yang disebut dengan radula (gigi parut). C. Filum Chordata Kelas mamalia (binatang menyusui) termasuk dalam filum chordata. Dari kelas ini terdapat beberapa spesies yang merupakan hama tanaman. Beberapa anggotanya yang penting adalah: kera, babi, musang dan binatang pengerat. Khususnya binatang pengerat (Ordo Rodentia) merupakan binatang menyusui yang paling banyak menimbulkan kerugian misalnya dari marga bajing (Sceuridae) dan marga tikus (Muridae). Tikus sawah (Rattus ratus argentiventer) mempunyai ekor lebih pendek dari badannya (95% panjang badan). Bagian bawah berwarna putih keabuan. Tikus betina mempunyai puting susu sebanyak 12, yaitu 3 pasang di bagian dada dan 3 pasang lainnya dibagian perut. Jenis tikus ini membuat sarang di tanah yaitu dipematang sawah, saluran air, jalan dsb. Tikus rumah (Rattus ratus diardi) mempunyai ekor lebih panjang dari badannya (105% panjang badan). Banyaknya putting susu 10 yaitu, 2 pasang dibagian dada 3 pasang di bagian perut. Rambut pada bagian punggung berwarna coklat kemerahan sampai coklat keabuan. Pada telapak kaki belakang terdapat 3 pasang tonjolan. Tikus pohon (Rattus ratus tiomanicus) mempunyai ekor lebih panjang dari badannya (119% dari panjang badan). Jumlah puting susu 10 yaitu, 2 pasang di bagian dada dan 3 pasang 10
di bagian perut. Warna rambut pada punggung lebih kemerahan dibandingkan tikus rumah, sedang rambut pada bagian perut hampir seluruhnya putih. D. Filum Nematoda Nematoda parasit tanaman pada umumnya berbentuk silindris memanjang. Nematoda yang mengalami dimorfisme sexual betina berbentuk seperti ginjal, buah jeruk, buah apokat, bola (dijumpai pada genera Meloidogyne, Heterodera, Globodera, Rotylenchus, Tylenchulus). Ukuran tubuh nematoda panjang 400-500 µm bahkan 1000 µm, lebar 50-200 µm. Tubuh simetris bilateral dan tidak bersegmen, serta berwarna hyalin. Kulit terluar berupa kutikula yang bersifat lentur dan transparan, berfungsi sebagai pelindung dan memudahkan untuk bergerak. Sebagian besar nematode parasit tanaman termasuk kedalam ordo Tylenchida. Ciri utama nematoda parasit tanaman adalah mempunyai stylet sebagai alat untuk mencucuk dan mengisap cairan sel tanaman inangnya.
2.3. Tugas a. Patogen 1. Periksalah dan amati setiap bentukan patogen atau bagian patogen yang tersedia. 2. Gambarlah dengan jelas bentuk-bentuk tersebut dan berilah keterangan secukupnya mengenai nama specimen, bentuk, warna, ada atau tidak adanya sekat. b. Gulma 1. Perhatikan jenis gulma pada preparat yang tersedia 2. Gambar gulma tersebut dan sebutkan apakah gulma tersebut termasuk sedges, broad leaf, atau grasses. 3. Sebut bagian-bagiannya (daun, batang, akar) 3. Hama 1. Perhatikan morfologi umum hama dari berbagai kelas hewan 2. Gambar morfologi umum yang tersedia (caput, thorax, abdomen) dari aral lateral (samping) 3. Sebutkan tipe metamorphosis dan tipe alat mulutnya 4. Berikan keterangan pada gambar
11
III.
PENILAIAN KERUSAKAN TANAMAN KARENA PATOGEN DAN HAMA
3.1. Tujuan a.
Menilai kerusakan yang disebabkan oleh patogen dan hama
b.
Mengetahui cara-cara serangan dari suatu patogen dan hama di suatu pertanaman
3.2. Landasan teori Serangan patogen dan hama dapat menimbulkan kerusakan terhadap tanaman. Salah satu masalah yang penting dalam perlindungan tanaman adalah menghitung atau menilai kerusakan tanaman secara tepat. Hal itu diperlukan petani untuk melakukan tindakan pengendalian yang tepat. A. Penilaian kerusakan tanaman yang disebabkan oleh patogen Penilaian kerusakan tanaman yang disebabkan oleh patogen dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1.
Penilaian kerusakan secara langsung Pada umumnya metode yang digunakan yaitu dengan menghitung insidensi penyakit, berat
ringannya penyakit, dan intensitas penyakit (gabungan antara insidensi penyakit dan berat ringannya penyakit). Rumus yang digunakan untuk menilai kerusasakan tanaman karena patogen adalah: Jumlah unit tanaman terinfeksi Insidensi Penyakit = -------------------------------------- X 100% Jumlah tanaman (sehat dan sakit) Daerah jaringan tanaman yang terinfeksi Berat ringannya penyakit = -------------------------------------------------- X 100% Jumlah keseluruhan dari daerah yang diukur ∑ (n x v) Intensitas penyakit = --------------- X 100% ZxN n = banyaknya tanaman atau bagian tanaman yang diamati dari setiap katagori serangan v = nilai skala dari tiap katagori serangan Z = nilai skala dari setiap kategori serangan tertinggi N = banyaknya tanaman atau bagian tanaman yang diamati 12
Contoh penggunaan kategori serangan ; a. Kategori untuk penyakit tikka atau becak daun kacang tanah yang disebabkan oleh Cercosporodium personatum dan Cercospora arachidicola. 0 = tidak ada becak sama sekali 1= jumlah becak sedikit sekali (0-20%) 2 = jumlah becak sedikit (21-40%) 3 = jumlah becak cukup (41-60%) 4 = jumlah becak banyak sekali (61-80%) 5 = daun mati b. Kategori untuk penyakit bulai pada jagung yang disebabkan oleh Peronosclerospora maydis 0 = tidak ada infeksi 1 = infeksi sangata lemah (hanya 1/8 daun yang terserang 2 = infeksi lemah (1/6 daun yang terserang) 3 = infeksi cukup (1/4 daun yang terserang) 4 = infeksi berat (1/2 daun yang terserang) 5 = infeksi sangat berat (lebih dari ½ daun yang terserang) 2. Penilaian kerusakan secara tidak langsung Penilaian kerusakan secara tidak langsung dilakukan dengan cara memonitor populasi spora . Cara ini lebih bersifat laboratories. B. Penilaian kerusakan tanaman yang disebabkan oleh hama Tingkat serangan hama sundep/beluk (Schirpophaga incertulas) pada pertanaman padi dapat dihitung dengan mengamati jumlah rumpun, jumlah batang per rumpun, dan jumlah batang terserang. Tingkat serangan sunep/beluk dapat dihitung dengan rumus;
Jumlah rumpun terserang Penyebaran serangan = ------------------------------------ X 100% Jumlah rumpun yang diamati
Berat serangan
Jumlah batang terserang = ------------------------------------ X 100% Jumlah batang yang diamati
Tingkat serangan
= Penyebaran serangan X Berat serangan X 100%
Untuk menentukan status tingkat serangan hama dapat menggunakan penggolongan sebagai berikut : 13
Tingkat serangan ringan = 1-25% Tingkat serangan sedang = 26 - 50 % Tingkat serangan berat = 51 - 100% Penilaian serangan hama yang menyerang tanaman secara individual (tidak berumpun) dapat dihitung dengan menggunakan rumus ; n I = ---------- X 100% N I = Persentase serangan n = jumlah tanaman, batang, tunas, malai dan daun yang rusak mutlak N = jumlah tanaman, batang, tunas, malai dan daun yang diamati Penilaian serangan hama yang menyerang tanaman dengan gejala bervariasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus : ∑ (n x v) Intensitas serangan = --------------- X 100% ZxN n = banyaknya tanaman atau bagian tanaman yang diamati dari setiap katagori serangan v = nilai skala dari tiap katagori serangan Z = nilai skala dari setiap kategori serangan tertinggi N = banyaknya tanaman atau bagian tanaman yang diamati Kategori penilaian didasarkan pada criteria : 0 = tidak ada serangn hama 1 = terdapat serangan dengan luas 1-25% dari tanaman atau bagian tanaman yang diamati 2 = terdapat serangan dengan luas 26-50% dari tanaman atau bagian tanaman yang diamati 3 = terdapat serangan dengan luas 51-75% dari tanaman atau bagian tanaman yang diamati 4 = terdapat serangan dengan luas 76-100% dari tanaman atau bagian tanaman yang diamati 3.3. Tugas 1. Amati pertanaman yang terserang patogen dan hama di lapang 2. Tentukan kategori serangan patogen dan hama pada tanaman yang terserang 3. Tentukan persentase serangan patogen dan hama pada tanaman tersebut 4. Hitung intensitas penyakit dan tingkat serangan hama
14
IV.
4.1.
PENGENALAN PESTISIDA
Tujuan
1. Mengenal berbagai macam pestisida (fungisida, insektisida, bakterisida dan herbisida). 2. Mengenal sifat beberapa macam pestisida (fungisida, insektisida, bakterisida dan herbisida) 3. Mengenal beberapa macam pestisida nabati
4.2.
Landasan Teori Pestisida yaitu segala jenis senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mengendalikan,
mencegah, membasmi dan mengurangi organisme pengganggu tanaman. Pestisida mencakup senyawa-senyawa yang digunakan untuk mematikan jamur (fungisida), serangga (insektisida), tungau (akarisida), bakteri (bakterisida, nematoda (nematisida), tikus (rodentisida) dan gulma (herbisida). Pestisida yang diperdagangkan tidak berada dan digunakan dalam bentuk yang umum melainkan harus diproses terlebih dahulu oleh pabrik sebelum dapat digunakan.
Pembuat
pestisida senantiasa akan memproses senyawa-senyawa murni dengan cara mencampurkannya dengan bahan-bahan lain seperti bahan pengemulsi, bahan pelarut atau dengan bahan pembasah tertentu. Proses ini dikenal dengan nama formulasi. Formulasi insektisida ialah suatu bentuk atau keadaan yang memungkinkan insektisida tersebut dapat digunakan untuk melindungi tanaman dari organisme pengganggu. Keuntungan yang diperoleh dari formulasi suatu jenis pestisida ialah dapat meningkatkan aktivitasnya sebagai pestisida, dapat tahan lama disimpan dan tidak mudah rusak oleh pengaruh perubahan cuaca, dan mudah ditangani oleh pengguna. Beberapa jenis formulasi pestisida yang umum digunakan dan diperdagangkan yaitu : 1. Dust (D), merupakan pestisida yang berbentuk tepung dan pemakaiannya dengan cara dihembuskan menggunakan alat yang disebut “Duster”. Biasanya insektisida dalam formulasi ini mempunyai kandungan bahan aktif yang rendah sehingga dapat langsung diaplikasikan, contoh : Sevin 5 D 2. Granule (G), pestisida yang berbentuk butiran kecil, contoh : Furadan 3 G.
15
3. Wetable Powder (WP) ialah pestisida yang berbentuk tepung dengan kandungan bahan aktif tinggi dan dalam pemakaiannya harus diencerkan dulu dengan pengencer atau pelarut. Biasanya pengencer berupa air, contoh : Bactospeine WP. 4. Soluble Powder (SP) ialah pestisida berbentuk tepung dengan kandungan bahan aktif tinggi. Penggunaannya harus dilarutkan dalam air atau pelarut organik lainnya. Contoh : Dipeterex 80 SP. 5. Emulsifiable Concentrate (EC) ialah pestisida yang dibuat dalam bentuk cair dengan kandungan bahan aktif tinggi, penggunaannya harus dilarutkan dalam pelarut sehingga membentuk emulsi. Contoh : Supracide 40 EC, Sumipower 500 EC, Decis 2,5 EC. 6. Solution (S) ialah pestisida yang berbentuk larutan dengan pelarut bukan air, misalnya : Buldok (Beta Sifluthrin) 25 % dalam kerosen. 7. Aerosol, ialah pestisida yang berbentuk cairan dengan kandungan bahan aktif tinggi, dengan adanya tekanan besar kemudian cairan tersebut disemprotkan keluar menjadi butiran uap yang sangat halus disebut aerosol. Untuk mempermudah bentuk aerosol perlu ditambahkan suatu zat yang disebut freon. Formulasi aerosol pada dasarnya sama dengan EC. Contoh : Dimecron 100 EC. 8. Fumigan, merupakan pestisida yang berbentuk padat atau cairan yang mempunyai tekanan uap tinggi sehingga mudah menjadi gas atau uap yang aktif membunuh serangga hama. Contoh : Methyl Bromide, Etylene Dibromida dan Nemagon. Selain beberapa istilah tersebut, sering pula dijumpai istilah sebagai berikut : 1. LSD
: Liquid Seed Dressing, contoh : Birlane 35 LSD
2. FSD
: Field Strength Dust, contoh : Birlane FSD
3. WSC
: Water Soluble Concentrate, contoh : Azodrin 60 WSC
4. PSD
: Powder Seed Dressing, contoh : Birlane 40 PSD
5. LC
: Liquid Concentrate, contoh : Tamaron 600 LC
6. ULV
: Ultra Low Volume
1. Konsentrasi : perbandingan antara banyaknya volume (berat) pestisida dengan pelarutnya, contoh : cc/l atau g/l. 2. Dosis
: perbandingan jumlah pestisida persatuan luas atau berat atau ruang, misal :
kg/ha, kg/berat badan. 16
A. Insektisida Berdasarkan cara kerjanya insektisida digolongkan menjadi 6 yaitu : 1.
Insektisida racun perut. Insektisida ini bekerja membunuh hama melalui sistem pencernaan serangga dan biasanya bersamaan dengan pengambilan makanan. Golongan tersebut sesuai untuk serangga hama yang mempunyai tipe alat mulut penggigit pengunyah.
2.
Insektisida racun kontak, merupakan senyawa yang mematikan hama melalui kutikula atau bagian peka di permukaan tubuh hama, contoh Tokhution (Protiofos), Pksindo 200 EC (Propoksur)
3.
Insektisida pernafasan, merupakan senyawa yang dapat mematikan hama karena masuk ke dalam sistem pernafasan.
Senyawa demikian dikenal juga dengan sebutan fumigan.
Fumigan berbentuk padat atau cair dan bila digunakan akan menguap menjadi gas yang selanjutnya akan masuk ke sistem pernafasan. pernafasan hama.
Cara kerjanya dengan mengganggu
Berdasarkan pemakaiannya dibedakan beberapa jenis fumigan yaitu
fumigan tanah, fumigan ruang dan fumigan multiguna. Fumigan tanah digunakan untuk mematikan organisme pengganggu yang terdapat dalam tanah, contoh: DD Mixture, Nemagon, dan Temik. Fumigan ruangan, misalnya : Ethylen oxide, KCN, Metil bromida (CH3Br). Fumigan Multiguna digunakan untuk membunuh jamur, serangga hama, bakteri dan lainnya, contoh : Metil bromida (CH3Br). 4.
Insektisida sistemik, adalah insektisida yang dapat diserap tanaman baik lewat akar, batting maupun daun kemudian diedarkan ke seluruh bagian tanaman. Senyawa tersebut dalam batas tertentu tidak mematikan tanaman tetapi beracun bagi hama yang memakan bagian tanaman tersebut. Contoh : Furadan 3 G, Temik 10 G dan Basamid.
5.
Repelen, adalah senyawa yang dapat menolak/menghalau serangga atau binatang hama tertentu, misal : Citronella atau Autan ntuk mengusir nyamuk.
6.
Atraktan, senyawa ini berguna untuk menarik hama tertentu, misal : Metaldehyde untuk menarik bekicot. Berdasarkan susunan kimia bahan aktifnya insektisida di bagi menjadi tiga golongan :
1.
Insektisida anorganik, ialah insektisida yang tersusun dari bahan atau senyawa anorganik, seperti misalnya timbal arsenat, belerang/sulfur, merkuri klorida. 17
2.
Insektisida organik dari tumbuhan atau hewan. Insektisida ini mempunyai bahan aktif dari bahan organik, misal : Bactospeine WP (Bacillus thuringiensis Berl.), Thuricide HP (Bacillus thuringiensis Berl.), NPV (Nuclei Polyhedrosis Viruses), ektrak biji nima (Azadirachta indica A. Juss.) ekstrak biji mindi (Melia azedarach L.).
3.
Insektisida organik sintetik, yaitu insektisida yang terdiri dari beberapa golongan senyawa : a. Senyawa Siklis, golongan ini memiliki gugusan siklis sebagai toksofor (bahan aktif), misal Soldrin, Aldrex, dll, sekarang golongan ini tidak dipasarkan. b. Senyawa Karbamat, merupakan golongan insektisida yang mempunyai gugus O–C=O
sebagai toksofornya, misal : Sevin, Karbaril.
NH c. Senyawa dinitro Golongan ini mempunyai dua gugusan nitro sebagai toksofornya, misal : Elgetol (dinitrokresol) d. Senyawa fosfat organik Senyawa ini mengandung ikatan fosfat dengan bentuk ikatan bermacam-macam, contoh : Sumithion (fenitrotion), Dursban, Vapona (diklorvos). e. Senyawa difenil, golongan ini memiliki dua gugusn fenil sebagai toksofornya, misal : Genitol. B. Fungisida Fungisida adalah semua bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk mencegah kerusakan tanaman karena jamur. Meskipun demikian,terdapat beberapa bahan kimia tertentu yangtidak dapat membunuh jamur, tetapi hanya dapat menghambat pertumbuhannya untuk sementara waktu. Apabila jamur tersebut dibebaskan dari bahan kimia, maka akan tumbuh kembali. Bahan kimia yang demikian disebut fungistal dan peristiwanya disebut fungistatis. 18
Bahan kimia lain seperti campuran Bordo, yang dapat menghambat produksi spora tanpa mempengaruhi pertumbuhan vegetatif jamur disebut antisporulan. Berdasarkan cara bekerjanya terhadap jamur, maka fungisida dikelompokkan ke dalam : a). pelindung dan penyembuh, misalnya : Zineb dan belerang; b). pelindung dan pemberantas,misalnya : Hg organik dan kapur belerang; c). Sistemik dan non sistemik. Berdasakan fungsi pengunaannya, fungisida dapat digunakan untuk benih, tanah, daun, kuncup bunga, buah, penutup luka batang, dan antibiotik. Cara penggunaannya di dalam praktek dapat melalui penyemprotan, hembusan dan fumigasi. 4.3.
Tugas
a. Amati semua kemasan contoh pestisida yang tersedia ! b. Catat informasi yang terdapat dalam kemasan seperti : nama dagang, bahan aktif, formulasi, organisme sasaran, dosis penggunaan, dll. No. Nama dagang
Bahan aktif
Formulasi
Bentuk
19
Organisme sasaran
Dosis/konsentrasi