PENUNTUN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH (PNU 1109)
Dikeluarkan oleh: LABORATURIUM ILMU TANAH
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan diperbolehkan masuk labboraturium dengan mengenakan jas praktikum. 2. Pada saat praktikum berlangsung, praktikan diharuskan: a. Tertib, tidak bersendau gurau, tidak makan, minum. b. Tidak memalsu angka atau data yang diperoleh. c. Menjaga kebersihan laboraturium dan alat-alat yang digunakan. 3. Praktikan ditunda (dibatalkan) praktikumnya apabila: a. Tidak hadir tanpa memberikan keterangan yang sah. b. Tidak melaksanakan praktikum dengan tertib c. Tidak mengganti peralatan yang dipecahkan. d. Tidak menyerahkan laporan praktikum sampai batas waktu yang ditentukan. 4. Penilaian praktikum meliputi: a. Kuis (15%) b. Keaktifan (10%) c. Kehadiran (10%) d. Laporan (40%) e. Responsi (25%) 5. Laporan sementara (ditulis tangan) diserahkan satu minggu setelah praktikum selesai dilakukan. 6. Laporan resmi (diketik) diserahkan setelah laporan sementara disetujui oleh asisten. 7. Responsi dilakukan satu minggu setelah selesai melakukan praktikum (jadwal menyesuaikan).
I.
PENYIAPAN CONTOH TANAH
A. Landasar Teori Pengambilan contoh tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat kebenaran hasil analisis sifat fisik maupun sifat kimia tanah. Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu: 1. Contoh tanah utuh (undisturbed soil sample): digunakan untuk penetapan berat jenis isi (bulk density), berat jenis partikel (particle density), porositas tanah, kurva pF dan permeabilitas tanah. 2. Contoh tanah tidak utuh/ terganggu (disturbed soil sample): digunakan untuk penetapan kadar air tanah, tekstur tanah, konsistensial, warna tanah dan analisis kimia tanah. 3. Contoh tanah dengan agregat utuh (undisturbed soil agregat): digunakan untuk penetapan kemantapan agregat, potensi mengembang dan mengkerut yang dinyatakan dengan nilai COLE (Coefficient of Linier Extensibility). B. Maksud dan Tujuan Menyiapkan contoh tanah kering angin/ udara dengan diameter 2 mm dan contoh tanah halus (diameter 0,5 mm) yang digunakan untuk acara penetapan kadar air, derajat kerut tanah dan pengenalan contoh tanah dengan indra. C. Bahan dan Alat Bahan: contoh tanah terganggu yang telah diambil dari lapang dan sudah dikeringanginkan selama kurang lebih satu minggu. Alat
:
mortir dan penumbuknya, saringan (2 mm, 1 mm, 0,5 mm) tambir untuk
peranginan, kantong plastik, spidol. D. Cara Kerja 1. Contoh tanah yang sudah dikeringanginkan ditumbuk dalam mortir secara hati-hati, kemudian diayak dengan saringan berturut-turut dari yang berdiamater 2 mm, 1 mm dan 0,5 mm. Contoh tanah yang tertampung di atas saringan 1 mm adalah contoh tanah yang berdiameter 2 mm, sedang yang lolos saringan 0,5 mm adalah contoh tanah halus (<0,5 mm). 2. Contoh tanah yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label seperlunya.
II. PENETAPAN KADAR AIR TANAH
A. Landasan Teori Berdasarkan gaya yang bekerja pada air tanah yaitu gaya adhesi, kohesi dan gravitasi, maka air tanah dibedakan menjadi: 1) air higroskopis, 2) air kapiler dan 3) air gravitasi. 1. Air higroskopis Air higrosopis adalah air yang diadsorbsi oleh tanah dengan sangat kuat sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Jumlahnya sangat sedikit dan merupakan selaput tipis yang menyelimuti agregat tanah. Air ini terikat kuat pada matriks tanah ditahan pada tegangan antara 31-10.000 atm (pF 4,0-4,7). 2. Air kapiler Air kapiler merupakan air tanah yang ditahan akibat adanya gaya kohesi dan adhesi yang lebih kuat dibandingkan gaya gravitasi. Air ini begerak ke samping atau ke atas karena gaya kapiler. Air kapiler ini menempati piro mikro dan dinding pori mikro, ditahan pada tegangan antara 1/3-15 atm (pF 2,54-4,20). Air kapiler dibedakan menjadi: a) Kapasitas Lapang yaitu air yang dapat ditahan oleh tanah setelah air gravitasi turun semua. Kondisi kapasitas lapang terjadi jika tanah dijenuhi air atau setelah hujan lebat tanah dibiarkan selama 48 jam sehingga air gravitasi sudah turun semua. Pada kondisi kapasitas lapang, tanah mengandung air yang optimum bagi tanamn, karena pori makro berisi udara sedangkan pori mikro seluruhnya berisi air. Kandungan air pada kapasitas lapang ditahan dengan tegangan 1/3 atm atau pada pF 2,54. b) Titik Layu Permanen yaitu kandungan air tanah paling sedikit dan menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap air sehingga tanaman mulai layu dan jika hal ini dibiarkan tanaman akan mati. Pada titik layu permanen, air ditahan pada tegangan 15 atm atau pF 4,2. Titik layu permanen disebut juga sebagai Koefisien Layu Tanaman. 3. Air gravitasi Air gravitasi merupakan air yang tidak dapat ditahan oleh tanah karena mudah meresap ke bawah akibat adanya gaya gravitasi. Air gravitasi mudah hilang dari tanah dengan membawa unsur hara seperti N, K, Ca sehingga tanah menjadi masam dan miskin hara.
B. Maksud dan Tujuan Menetapkan kadar air contoh tanah kering angin, kapasitas lapang dan kadar air maksimum tanah dengan metode gravimetri (perbandingan massa air dengan massa padatan tanah) atau disebut berdasarkan % berat. C. Bahan dan Alat Contoh tanah kering angin, botol timbang, timbangan analitis, keranjang kuningan, cawan tembaga porus, bejna seng, kertas label, spidol, pipet ukur 2 mm, bak perendam, serbet, kertas saring, oven, tang penjepit dan eksikator. D. Cara Kerja 1. Kadar air tanah kering angin(udara) a. Botol timbang dan penutupnya dibersihkan, diberi label, lalu ditimbang (=a gram) b. Botol timbang diisi dengan contoh tanah kering angin yang berdiameter 2mm, kurang lebih setengahnya, ditutup, lalu ditimbang kembali (=b gram) c. Botol timbang yang berisi tanah dimasukkan kedalam oven dengan keadaan tutup terbuka. Pengovenan dilakukan pada suhu 105-1000 C selama minimal 4 jam d. Setelah waktu pengovenan selesai, botol timbang ditutup kembali dengan menggunakan tang penjepit. e. Botol timbang yang telah ditutup dikeluarkan dari oven dengan menggunakan tang penjepit, lalu dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. f. Setelah itu, botol timbang diambil satu persatu dengan menggunakan tang penjepit untuk ditimbang dengan timbangan yang sama (=c gram) Perhitungan : Kadar air =
(b c) x 100 % (c a)
Ket : (b-c)= massa air; (c-a)= massa tanah kering mutlak (massa padatan) 2. Kadar air Kapasitas Lapang (metode pendekatan) a. Keranjang kuningan dibersihkan, diberi label kemudian ditimbang (= a gram) b. Keranjang kuningan yang telah ditimbang diletakkan kedalam bejana seng c. Contoh tanah kering angin ∅ 2 mm dimasukkan ke dalam keranjang kuningan setinggi 2,5 cm (sampai tanda batas) secara merata tanpa ditekan.
d. Diteteskan air sebanyak 2 ml dengan pipet ukur secara perlahan-lahan pada 3 titik tanpa bersinggungan ( 1 titik = 0,67 ml), kemudian bejana seng ditutup, diletakkan ditempat yang teduh dan dibiarkan selama 15 menit. e. Keranjang kuningan dikeluarkan dari bejana seng, diayak dengan hati-hati hingga tertinggal 3 gumpalan tanah lembab, lalu ditimbang (=b gram) Perhitungan: Kapasitas lapang =
2 x 100% + Ka b (a 2)
3. Kadar air maksimum tanah a. Cawan tembaga porus dan petridis dibersihkan dan diberi label secukupnya b. Pada dasar cawan tembaga porus diberi kertas saring, dijenuhi air dengan menggunakan botol semprot. Kelebihan air dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan kedalam petridis kemudian ditimbang (= a gram) c. Cawan tembaga porus dikeluarkan dari petridis, isi dengan contoh tanah halus (∅ 0,5 mm) kurang lebih 1/3 nya. Cawan diketuk-ketuk secara perlahan sampai permukaan tanahnya rata, contoh tanah halus ditambahkan lagi 1/3 nya dengan jalan yang sama sampai cawan tembaga porus penuh dengan tanah. Kelebihan tanah diatas cawan diratakan dengan colet. d. Cawan tembaga porus direndam dalam bak perendam dengan ditumpu kayu di bawahnya agar air bebas masuk kedalam cawan tembaga porus. Perendaman dilakukan selama 12-16 jam. e. Setelah waktu perendaman selesai, cawan tembaga porus diambil dari bak perendam. Permukaan tanah yang mengembang diratakan dengan colet, dibersihkan dengan serbet (lap), dimasukkan ke dalam cawan petridish yang digunakan pada waktu penimbangan pertama, lalu ditimbang (=b gram) f. Cawan tembaga porus dimasukkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105-1100 C. g. Setelah waktu pengovenan selesai, cawan diangkat dengan tang penjepit dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 15 menit. Setelah itu diambil dengan tang penjepit kemudian ditimbang beratnya (=c gram).
h. Tanah yang ada didalam cawan tembaga porus dibuang, cawan tembaga porus dibersihkan dengan kuas, dialasi dengan petridis yang sama lalu ditimbang beratnya (= d gram) Perhitungan : Kadar air maksimum=
(b a) (c d ) x 100% (c d )
III.
DERAJAT KERUT TANAH
A. Landasan Teori Secara fisik tanah mineral merupakan campuran dari bahan anorganik, bahan organik, udara dan air. Bahan anorganik secara garis besar terdiri atas golongan fraksi tanah yaitu pasir, debu dan liat. Masing-masing fraksi mmpunyai ukuran dan sifat yang berbeda-beda. 1. Pasir (0,05-2,00 mm), bersifat tidak plastis dan tidak liat, daya menahan air rendah, ukurannya yang besar menyebabkan ruang pori makro lebih banyak, perkolasi cepat, sehingga aerasi dan drainase tanah pasiran relatif baik. 2. Debu (0,002-0,05 mm), sebenarnya merupakan pasir mikro dan sebagian besar adalah kuarsa. Fraksi debu mempunyai sedikit sifat plastis dan kohesi yang cukup baik. 3. Liat (<0,002 mm), berbentuk mika/ lempeng, bila dibasahi amat lengket dan sangat plastis, sifat mengembang dan mengkerut yang besar. Bila kering menciut
dan
banyak
menyerap
energi
panas,
bila
dibasahi
terjadi
pengembangan volume dan terjadi pelepasan panas yang disebut sebagai panas pembasahan (heat of wetting).
Tanah yang banyak mengandung pasir akan mempunyai tekstur yang kasar, mudah untuk diolah, mudah merembeskan air dan disebut sebagai tanah ringan. Sebaliknya tanah yang banyak mengandung liat akan sulit meloloskan air, aerasi jelek, lengket, dan sulit dalam pegolahannya sehingga disebut tanah berat. Berat ringannya tanah akan menentukan besarnya derajat kerut tanah. Semakin tinggi kandungan liat, semakin besar derajat kerut tanah. Selain itu, bahan organik tanah berpengaruh sebaliknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik tanah maka derajat kerut tanah makin kecil.
B. Maksud dan Tujuan Untuk mengetahui besarnya derajat kerut tanah dari beberapa jenis tanah dan membandingkan besarny derajat kerut antar jenis tanah yang diamati.
C. Bahan dan Alat Contoh tanah halus (<0,5 mm), botol semprot, air, cawan porselin, colet, cawan dakhil, jangka sorong dan serbet/lap pembersih.
D. Cara Kerja 1. Tanah halus diambil secukupnya, dimasukkan ke dalam cawan porselin, ditambah air dengan menggunakan botol semprot, lalu diaduk secara merata dengan colet sampai pasta tanah menjadi homogen. 2. Pasta tanah yang sudah homogeny tadi dimasukkan ke dalam cawan dakhil yang telah diketahui diameternya dengan menggunakan jangka sorong (diameter awal). 3. Cawan dakhil yang telah berisi pasta tanah tersebut dijemur di bawah terik matahari, kemudian dilakukan pengukuran besarnya pengkerutan setiap 2 jam sekali sampai diameternya konstan (diameter akhir).
E. Perhitungan Derajat kerut =
diameter awal−diameter akhir x 100% diameter awal
IV. PENGAMATAN TANAH DENGAN INDRA
A. Warna Tanah 1. Landasan Teori Warna tanah merupakan ciri tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan di lapang. Warna tanah mencerminkan beberapa sifat tanah. Kandungan bahan organik yang tinggi pada tanah akan menimbulkan warna lebih gelap. Tanah dengan drainase yang jelek atau sering jenuh air berwarna kelabu. Tanah yang mengalami dehidrasi senyawa besi akan berwarna merah. Secara umum dapat dikatakan bahwa pengaruh warna akan berpengaruh pada keseimbangan panas dan kelembapan tanah. Hal ini secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman, aktivitas mikroorganisme dan struktur tanah. Selain itu warna tanah dapat untuk menaksir : 1. Tingkat pelapukan atau proses pembentukan tanah, semakin merah berarti semakin lanjut pelapukannya. 2. Kandungan bahan organik tanah. 3. Drainase tanah: warna merah atau kecoklatan berdrainase baik, sedang warna kelabu menunjukkan drainase yang jelek 4. Horison pencucian/pengendapan. Warna putih menunjukkan horison pencucian, sedang warna merah gelap menunjukkan horison pengendapan. 5. Jenis mineral: warna pucat banyak mengandung kuarsa, kapur; merah banyak mengandung besi;, warna gelap kemungkinan banyak senyawa boron atau mangan. Warna tanah dibedakan atas (a) warna dasar tanah (matriks) dan warna karatan sebagai proses oksidasi dan reduksi dalam tanah. Penetapan warna tanah digunakan MUNSELL SOIL COLOR CHART, dimana dalam penetapan warna harus dicatat HUE, VALUE, dan CHROMA. 1. Hue : warna dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Dimulai dengan warna merah (5R) dan warna paling kuning (5Y), untuk tanah tereduksi (gley) yaitu 5G, 5GY, 5BG, dan N (netral). 2. Value : merupakan kartu warna merah kea rah vertical yang menunjukkan warna tuamuda atau hitam-putih, ditulis di belakang nilai HUE.
3. Chroma : merupakan kartu warna yang disusun horisontal yang menunjukkan intensitas cahaya. Ditulis di belakang Value yang dipisahkan oleh garis miring. Jadi yang perlu dicatat dalam penetapan warna tanah adalah NOTASI WARNA dan NAMA WARNA.
Contoh : Notasi warna : 10 YR 3⁄4. Notasi warna : reddish brown.
2. Maksud dan Tujuan Menetapkan warna dasar beberapa jenis tanah dengan menggunakan buku Munsell Soil Color Chart. 3. Cara Kerja Diambil sedikit tanah gumpal yang lembab secukupnya ( permukaannya tidak mengkilap), diletakkan dibawah lubang kertas buku Munsell Soil Color Chart. Dicatat notasi warna ( Hue, Value, Chroma) dan nama warna. Pengamatan warna tanah tidak boleh terkena cahaya matahari langsung.
B. Tekstur Tanah 1. Landasan Teori Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif antara fraksi pasir, dan liat dalam suatu massa tanah. Definisi ini dapat diartikan secara kualitatif atau kuantitatif. Secara kualitatif, tekstur menggambarkan halus kasarnya tanah. Semakin halus tekstur tanahnya menunjukkan bahwa kemampuan tanah dapat menahan air relatif tinggi, plastis, lengket, drainase buruk, dan sulit diolah. Sebaliknya tanah ringan mempunyai kemampuan menahan air relatif rendah, aerasi baik, mudah meloloskan air, dan mudah diolah. Secara kualitatif, tekstur tanah menunjukkan persentase masing-maing fraksi tanah. Ada 3 (tiga) macam tektur utama tanah, yaitu tektur pasir (sand), lempung (loam) dan liat (clay). Perlu diketahui terjemahan loam di UGM adalah geluh. Tanah dikatakan pasir jika kandungan pasirnya >70%, sedangkan tanah liat, jika kandungan liatnya >35% . jika kedua syarat tersebut tidak terpenuhi , maka tanah dimasukkan kedalam kelompok lempung ( loam).
Departemen Pertanian Amerika Serikat membagi tanah menjadi 12 kelas tekstur tanah, yang menjadi dasar dalam klasifikasi tanah. Adapun pembagian kelas tekstur tertera pada tabel 1. Tabel 1. Penetapan kelas tekstur tanah di lapang No. Kelas tekstur rasa dan sifat tanah 1. 2. 3. 4.
5. 6. 7.
8. 9. 10.
11. 12.
Pasir (S)
Sangat kasar, tidak membentuk bola/gulungaan, tidak melekat Pasir berlempung (LS) Sangat kasar, bola terbentuk mudah hancur, agak lekat Lempung berpasir ( SL) Agak kasar, bola agak keras tetapi mudah hancur, melekat Lempung (L) Rasa tidak kasar, tidak licin, bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta melekat Lempung berdebu (SIL) Licin membentuk bola teguh, sedikit digulung, permukaan mengkilat dan melekat Debu ( SI) Rasa licin sekali, bola teguh, sedikit digulung, permukaan mengkilat dan agak melekat Lempung berliat (CL) Rasa agak kasar, bola agak teguh (kering), membentuk gulungan tetapi mudah hancur , melekat sedang Lempung liat berpasir Rasa kasar agak jelas, bola agak teguh (kering), (SCL) membentuk gulungan tetapi mudah hancur, melekat Lempung liat Rasa licin jelas, bola teguh, gulungan mengkilat, berdebu(SICL) melekat Liat erpasir (CS) Licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sesekali Liat berdebu (SIC) Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat Liat (C) Rasa berat, bola sangat teguh, sangat lekat, kering sangat Menurut cara penetapan tekstur tanah dikenal dua cara yaitu (1) penetapan tekstur
di lapang (kualitatif) dan (2) penetapan di laboratorium (kuantitatif) dengan metode pipet.
2.
Cara Kerja Penetapan tekstur tanah di lapang dilakukan dengan cara merasakan atau meremas
tanah antara ibujari dan jari telunjuk. Diambil sebongkah tanah kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan air hingga tanah dapat ditekan. Contoh tanah dipijit kemudian dibuat benang dan sambil dirasakan kasar halusnya tanah.
Jika : a) Bentukan benang mudah membentuk pita panjang, maka besar kemungkinan teksturnya liat, b) Mudah patah, kemungkinan tekstur tanahnya lempung berliat dan c) Tidak terbentuk benang, kemungkinan lempung atau pasir. Jika terasa lembut dan licin, berarti lempung berdebu; terasa kasar: lempung berpasir.
C. Struktur Tanah 1. Landasan Teori Struktur tanah adalah penyusunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, dan liat) membentuk agregat tanah. Antara agregat yang satu dengan lainnya dibatasi oleh bidang belah secara alami. Struktur tanah terbentuk akibat penggabungan butir-butir primer tanah oleh adanya koloid tanah, humus atau bahan kimia membentuk agregat primer. Agregat primer ini disebut sebagai struktur mikro, sedangkan agregat sekunder yang merupakan struktur pada lapisan tanah atas/lapisan olah disebut sebagai struktur makro (agregat makro). Agregat mikro yang terbentuk disebut sebagai “ped” yang sebenarnya merupakan ukuran/kelas struktur tanah. Pengamatan struktur tanah di lapang terdiri dari: (1) pengamatan bentuk struktur/tipe struktur, (2) besarnya agregat tanah (ped) yang dinyatakan sebagai kelas struktur dan (3) pengamatan kuat-lemahnya agregat tanah yang terbentuk yang dinyatakan sebagai derajat struktur tanah.
2. Cara Kerja Sebongkah tanah diambil dari horizon tanah, kemudian dipecah dengan cara menekan dengan jari atau dengan dijatuhkan dari ketinggian tertentu, sehingga bongkah tanah akan pecah secara alami. Pecahan tersebut menjadi agregat mikro (ped) yang merupakan kelas struktur tanah.
a. Bentuk Struktur: Lempeng
:
berbentuk rata, menyerupai plat, ukuran horizontal > vertikal.
Tiang
:
ukuran vertikal > horizontal, dibedakan menjadi prismatik (p) yang ujungnya bersegi dan columner (c) yang ujungnya membulat.
Gumpal
:
gumpal atau berbidang banyak, mempunyai ukuran seimbang
antara vertikal dan horizontal. Pembagian
lebih lanjut adalah gumpal membulat (subangular blocky = sb) dan gumpal bersudut (angular blocky = ab). Remah
:
butir-butir tanah saling mengikat seperti irisan roti, mempunyai ikatan cukup kuat, bersifat porus.
Kersai
: sama seperti tipe remah tetapi mempunyai ukuran ped lebih kecil dan kurang porus.
Pejal
:
ikatan antar partikel tanah sangat mampat.
Berbutir tunggal
:
lepas-lepas belum membentuk agregat.
b. Kelas struktur
Tabel 2. ukuran masing-masing kelas menurut bentuk struktur tanah Kelas Tipe lempeng Tipe tiang Tipe gumpal Sangat halus (VF)
Remah/kersai
< 1 mm
< 10 mm
, 5 mm
< 1 mm
Halus (F)
1 – 2 mm
10 – 20 mm
5 – 10 mm
1 – 2 mm
Sedang (M)
2 – 5 mm
20 – 50 mm
10 – 20 mm
2 – 5 mm
Kasar (C)
5 – 10 mm
50 – 100 mm
20 – 50 mm
5 – 10 mm
> 10 mm
> 100 mm
> 50 mm
> 10 mm
Sangat kasar (VC)
c. Derajat Struktur Derajat struktur tanah diamati berdasarkan kuat/lemahnya agregat yang terbentuk. Dibedakan menjadi :
0 = tak beragregat, untuk tipe pejal dan berbutir tunggal 1 = lemah, ped yang terbentuk jika tersinggung mudah hancur menjadi pecahan pecahan yang lebih kecil , dibedakan sangat lemah dan agak lemah 2 = cukupan, sudah terbentuk ped yang jelas dam masih dapat dipecahkan. 3 = kuat, telah terbentuk ped yang tahan lamadan ada adhesi lemah satu sama lain. Jika dipecah agak terasa ada tahanan, dibedakan derajatnya menjadi sangat kuat dan cukup kuat D. Konsistensi 1. Landasan Teori Konsistensi tanah adalah derjat kohesi dan adhesi di antara partiket – partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan-perubahan bentuk oleh tekanan berbagai bentuk yang mempengaruhinya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik, umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Konsistensi tanah dapat diamati pada kondisi basah, lembab, kering. 2. Maksud dan Tujuan Menetapkan konsistensi berbagai jenis tanah tanah dalam keadaan basah, lembab dan kering. 3. Cara kerja Contoh tanah dalam berbagai kandungan air diamati dengan cara dipijit dengan ibu jari dan telunjuk. Pengamatan dimulai pada kondisi kering, lembab dan basah dengan cara menambah air pada contoh tanahnya. a. Konsistensi Basah Konsistensi basah diamati sifat kelekatannya (stickness) dan keliatannya/sifat plastis (plasticity), pembagiannya sebagai berikut : (1) Kelekatan Basah : s0 : Tak lekat (non sticky), tak ada yaang melekat pada jari ss : Tidak lekat (sticky) , sedikit melekat pada suatu jari yang mudah lepas s
: Lekat (sticky), melekat pada dua jari, kalau ditarik masa tanah tersebut elastis antara jari dan masa tanah
vs : Sangat lekat (very sticky), sangat melekat pada kedua jari dan sukar dilepaskan
(2) Keliatan (Plasticity) : p0
:
Tidak plastis (non plastic), tidak dapat dibuat pita tanah
ps
:
Agak plastis (sligtly plastic), dapat membentuk gulungan kecil yang mudah diubah bentuknya jika ditekan
P
:
Plastis (plastic), dapat membentuk gulungan kecil dan elastis, berubah bentuknya jika ditekan
vp
:
Sangat plastis (very plastic), membentuk gulunga kecil, hanya dapat diubah bentuknya dengan pijatan kuat
b. Konsistensi lembab i
:
Lepas (loose), butir-butir tanah terlepas satu dengan lainnya
vf
:
Sangat gembur (very variable), sedikit tekanan sudah hancur
f
:
Gembur (friable), tekanan agak kuat baru hancur
t
:
Teguh (firm), masa tanah hancur dengan tekanan sedang
vt
:
Sangat teguh (very firm), dengan tekanan sangat kuat baru hancur
et
:
Sangat teguh sekali (extremly firm), sangat tahan terhadap tekanan tangan, baru hancur jika dianjak pakai kaki
c. Konsistnsi kering : i
:
Lepas (loose), butir tanah terlepas satu dengan lainnya tidak terikat
s
:
Lunak (soft), dengan sedikit tekanan antara ibu jari telunjuk tanah mudah hancur
sh
:
Agak keras (slightly hard), tanah hancur dengan tekanan agak sedang antara ibu jari
h
:
Keras (hard), hancur dengan tekanan antara sedang sampai kuat
vh
:
Sangat keras (very hard), tahan terhadap tekanan, massa tanah suka dihancurkan
eh
:
Sangat keras sekali (extremly hard), sangat tahan terhadap tekanan massa tidak dapat dipecahkan dengan tangan
V. PENGENALAN PROFIL TANAH
A. Landasan Teori Tanah adalah benda alam yang mempunyai tiga dimensi ruang yaitu panjang, lebar dan kedalaman. Setiap tanah mempunyai sifat-sifat yang khas (sets of characteristic) yang merupakan hasil kerja factor-faktor pembentuk tanah. Akibat bekerjanya factor-faktor pembentuk tanah ini, maka setiap jenis tanah akan menampakkan profil yang berbeda. Ciri-ciri morfologi suatu tanah sangat berguna untuk mengetahui jenis tanah dan tingkat kesuburan tanahnya. Tindakan budidaya tanaman akan lebih tepat, bila didasarkan pada sifat morfologi tersebut. Pengamatan profil meliputi (1) pengamatan dalam profil itu sendiri dan (2) pengamatan faktor sekeliling yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Termasuk faktor sekeliling antara lain : vegetasi, kedalaman air tanah, topografi, usaha tani, dan tidaknya faktor penghambat seperti bahaya banjir, erosi, salinitas, keadaan berbatu dan sebagainya. Untuk mengenal suatu jenis tanah, dilakukan praktikum pengenalan profil di lapang. Profil tanah yang akan diamati ciri-cirinya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : (1) masih alami, (2) vertical dan (3) bidang pengamatan profil tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung.
B. Bahan dan Alat Bor tanah, abney level (clinometer) untuk mengukur kemiringan tanah, kompas, altimeter, pH saku, botol semprot, kertas label, meteran, larutan H2O2 3%, larutan HCl 10 %, larutan αα-dipiridil dalam 1N NH4Oac netral, aquades, buku Munsell Soil Color Chart, kantong plastik, spidol, buku pedoman pengamatan tanah lapang, dan daftar isian profil.
C. Cara Kerja 1. Memilih tempat pembuatan profil. Sebelumnya dilakukan dengan pengeboran (boring) di tempat-tempat sekitar profil yang akan dibuat sedalam 1 meter pada 2 atau 3 temapat berjarak 1 meter, yang berguna supaya tercapai keseragaman.
2. Menggali lubang sedemikian rupa sehingga terbentuk profil tanah dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1,5 m dan kedalaman 1,5 m. di depan bidang pengamatan profil dibuat tangga (trap) kebawah untuk memudahkan pengamat turun.
D. Pengamatan Pengamatan dimulai dengan mengukur dalamnya profil, diukur dari lapisan atas sampai bawah. Penarikan batas horizon atau lapisan tanah dapat ditentukan dengan melihat perbedaan warna atau menusukkan pisau kedalam tanah dengan tekanan tetap untuk merasakan perbedaan kekerasannya. Selanjutnya dilakukan penetapan batas horizon dan pencatatan kedalamannya pada daftar isian profil. Dalam pengamatan tebal horizon perlu diamati: 1. Kejelasaannya yang dibedakan atas : a = abrupt (nyata) jika tebalnya < 2,5 cm c = clear (jelas), batas peralihannya 2,50 – 6,25 cm g = gradual (berangsur), batas peralihannya 6,25 – 12,5 cm d = diffuse (baur), batas peralihannya > 12,5 cm 2. Topografi batas horizon yang dibedakan atas : s = smooth (rata), batasnya lurus teratur w = wavy (berombak), berbentuk kantong, lebar > dalam i = irregular (tidak teratur), berbentuk kantong, lebar < dalam b = broken (terputus), batas horizon tidak dapat disambungkan
Setelah masing-masing horizon diketahui batasnya, masing-masing lapisan diamati : warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH, perakaran, kedalaman efektif, bentukan istimewa seperti konkresi, horizon penciri, dan sebagainya. Selain ciri-ciri morfologi profil, perlu pula dicatat faktor-faktor sekeliling yaitu: relief, lereng (posisi, bentuk), bentuk wilayah, ketinggian tempat, bahan induk, drainase (kelas), permeabilitas, bentuk erosi, vegetasi, iklim, curah hujan, permukaan air tanah, usaha tani, keadaan batu dan sebagainya.
Lampiran 1. Hasil Pengamatan Penetapan Kadar air tanah Rombongan : Kelompok : Jenis Tanah :
1. Tanah kering udara Ulangan
Botol timbang kosong (a g)
(a) + contoh tanah (b g)
(b) setelah dioven (c g)
Kadar air Tanah Kering Udara (%)
Ka 1 Ka 2 Rata - rata
2. Kapasitas Lapang Ulangan
Keranjang kuningan kosong (a g)
(a) + gumpalan tanah basah (b g)
Kadar air kapasitas lapang (%)
KL-1 KL-2 Rata - rata
3. Kadar air maksimum Ulangan
Cawan + (a) + tanah kertas saring basah jenuh + jenuh air petridish (a g) (b g)
(b) setelah dioven 24 jam (c g)
KAM-1 KAM-2 Rata - rata
Petridish + cawan + kertas saring setelah dioven (d g)
Kadar air maksimum (%)
Lampiran 2 : Hasil pengamatan derajat kerut tanah No 1.
Pengamatan ke
Jenis Tanah
1 Ø1 Ø2 X
2.
Ø1 Ø2 X
3.
Ø1 Ø2 X
4.
Ø1 Ø2 X
5.
Ø1 Ø2 X
2
3
4
5
6
7
Lampiran 3 :Hasil pengamatan tanah dengan indera a. Warna tanah No
Jenis Tanah
Warna Tanah Notasi Warna Nama Warna
Tekstur Tanah
1 2 3 4 5
B. Struktur tanah No
Jenis Tanah
Tipe
Struktur Tanah Klas
Derajat
1 2 3 4 5
C. Konsistensi No 1 2 3 4 5
Jenis Tanah
KonsistensiBasah Kelekatan Keliatan
KonsistensiLembab KonsistensiKering
Deskripsi Profil Nomor Lampiran Dalam Lapisan (cm) Simbol Lapisan Batas Lapisan Batas Topografi Warna Tanah
1
2
a s
b c u i
d b
a s
Tekstur Tanah
s
gr cl si
l
s
Kandungan bahan kasar (konkresi/hablur/fragmen)
Fe Mn 0 1 2 3
Struktur Tanah
Konsistensi
Karatan
Jumlah Ukuran Bandingan Batasan Bentuk
pH Tanah (Lapang) Reaksi Terhadap HCl Perakaran Epipedon Horison penciri bawah Padas
B so ss s vs po ps vp p sd k b d b so
VF F M cl VF
L l vf f t vF et
bi si j si bs pi
Ca B pl p cp ab b ab g cr l m K l s sh h vh sh
b u
c i gr cl si
Fe Mn 0 1 2 3
B so ss s vs po ps vp p ba sd b k a b k d li b ti so
3
VF F M cl VF
L l vf f t vF et
bi si j si bs pi
d b
a s
l
s
Ca Fe B Mn pl 0 p 1 cp 2 ab 3 b ab g cr l m K B l so s ss sh s h vs vh po sh ps vp p ba sd b k a b k d li b ti so
b u
4
c i gr cl si
d b
a s
l
s
L l vf f t vF et
Ca B pl p cp ab b ab g cr l m K l s sh h vh sh
bi si j si bs pi
ba b a k li ti
VF F M cl VF
halus banyak sedang kasar banyak sedang molic/umbric/anthropic/plaggen/histic/ochric tanpa/argilic/natric/agric/spodic/cambric/oxic petrocalcic/petrogypsic/fragipan/duripan/placi
b u
5
c i gr cl si
Fe Mn 0 1 2 3
B so ss s vs po ps vp p sd k b d b so
d b
a s
l
s
L l vf f t vF et
Ca B pl p cp ab b ab g cr l m K l s sh h vh sh
bi si j si bs pi
ba b a k li ti
VF F M cl VF
sedikit sedikit
b u
6
c i gr cl si
Fe Mn 0 1 2 3
B so ss s vs po ps vp p sd k b d b so
d b
a s
l
s
Ca B VF pl F p M cp cl ab VF b ab g cr l m L K l l vf s f sh t h vF vh et sh
bi si j si bs pi
sampai : sampai :
b u
c i gr cl si
Fe Mn 0 1 2 3
B so ss s vs po ps vp p ba sd b k a b k d li b ti so
d b
l
L l vf f t vF et
Ca B pl p cp ab b ab g cr l m K l s sh h vh sh
bi si j si bs pi
ba b a k li ti
VF F M cl VF
cm cm cm cm cm