LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN ACARA 1 PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA HUTAN
DISUSUN OLEH :
NAMA
: SIWI PURWANINGSIH
NIM
: 10/301241/KT/06729
SIFT
: Rabu,15.30
CO.ASS
: Hudiya Resa
LABORATURIUM PERLINDUNGAN DAN KESEHATAN HUTAN BAGIAN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2012
A. TUJUAN Mempelajari kerusakan tanaman melalui gejala (symptom) yang timbul pada inang serta tanda (sign) yang merupakan kenampakan penyebab
B. ALAT DAN BAHAN Alat : Alat tulis Bahan : 1.Flamboyan 2. Sawo Kecik 3. Tanjung 4. Meranti 5. Khaya anthoteca
C. PEMBAHASAN 1. Klorosis Deskripsi Penyakit : Klorosis adalah degradasi perubahan warna
daun
dari
hijau
menjadi
kekuningan. Hal ini disebabkan oleh rusaknya kloroplastida. Deskripsi Penyebab :
Faktor luar : kekurangan sinar
matahari
Faktor dalam : kekurangn unsur
Fe, Mg. Fe untuk membentuk klorofil, Mg mengangtifkan enzim-enzim fotosintesis. Kerusakan pada tanaman seringkali tidak hanya disebabkan oleh adanya serangan hama dan penyakit. Tidak jarang kematian tanaman disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan seperti kelebihan atau kekurangan air, suhu yang terlalu ekstrim serta kelebihan atau kekurangan unsur hara mikro. Pada umumnya orang lebih banyak memberikan perhatiannya pada unsur hara makro, padahal pada kenyataannya unsur hara mikro memegang peranan yang tidak kalah penting. Adanya kekurangan pada salah satu unsur mikro dapat juga menimbulkan kerusakan yang serius pada tanaman. Begitupun sebaliknya,
dalam hubungannya dengan tanaman adalah bahwa setiap jenis tanaman berbeda-beda kebutuhannya akan unsur mikro sehingga kelebihan sedikit saja akan bersifat racun bagi tanaman. Kekurangan unsur besi (Fe) Di daerah dengan tanah berkapur, kekurangan zat besi pada tanaman akan menimbulkan gejala klorosis (penguningan) di antara tulang-tulang daun terutama pada daun-daun muda. Gejala klorosis dapat bervariasi dari yang ringan sampai parah dan mudah untuk dikenal atau diidentifikasi. Gejala klorosis tersebut antara lain:
Klorosis ringan: daun-daun berwarna hijau pucat atau hijau kekuningan di
antara tulang-tulang daun _ Klorosis sedang: Daun-daun baru mempunyai bagian-bagian yang benar-benar berwarna kuning tetapi tulang-tulang daun, bahkan tulang-tulang daun yang kecil tetap berwarna hijau normal. _ Klorosis parah: daun-daun baru berwarna kuning pucat sampai berwarna seperti jerami, tulang daun tengah/utama mungkin tidak hijau lagi. Pada saat musim panas bisa timbul bercak-bercak berwarna coklat pada daun; seluruh atau sebagian daun menjadi kering, daun-daun bisa gugur. Kekurangan Unsur Magnesium (Mg) Gejala yang timbul berupa klorosis seperti gejala kekurangan unsur besi dengan bagian-bagian berwarna hijau di sisi tulang-tulang daun. Gejala lain yang timbul adalah terbentuknya warna hijau gelap seperti huruf ”V” pada daerah pangkal daun, sedangkan bagian-bagian daun lainnya berwarna kuning seluruhnya atau sebagian. Penanganan pada gejala ini dapat berupa : 1. Meminimalkan faktor penyebab kekurangan unsur hara mikro. Rendahnya unsur hara mikro dalam tanah dapat disebabkan beberapa faktor antara lain: a. Kesalahan dalam teknik budidaya b. Terjadi secara alami karena beberapa hal antara lain: _ Terangkutnya unsur mikro bersama bagian tanaman yang dipanen sehingga persediaannya dalam tanah mencapai titik yang tidak dapat lagi menunjang pertumbuhan tanaman secara optimal. _ Adanya proses pencucian terutama pada tanah yang berpasir. _ Tanah yang ditanami secara intensif, namun pupuk yang diberikan hanya mengandung unsur hara makro saja. 2. Pemupukan Untuk memenuhi kebutuhan unsur hara mikro, kita harus melakukan pemupukan tambahan dengan memberikan pupuk pelengkap. Bisa juga kita menggunakan pupuk campuran yang didalamnya sudah mengandung unsur hara makro maupun mikro. Adapun pemberian pupuk tersebut dapat dilakukan melalui akar ataupun lewat daun.
3. Pengaturan PH Tanah Mengingat pH tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat ketersediaan unsur hara mikro, maka pengaturan pH tanah sangat diperlukan. Bila pH tanah rendah, maka dapat dinaikkan dengan pengapuran (dolomit atau kiseret) sedangkan pada pH tinggi dapat diturunkan dengan memberikan belerang. Pada tanah yang ber-pH 5.5 – 6.2 jarang terjadi kekurangan unsur mikro.
2. Embun Jelaga Deskripsi Penyakit : Menyerang pada permukaan daun. Tandanya terdapat miselium yang membentuk lapisan berwarna hitam menimbulkan bercak pada daun. Deskripsi Penyebab : Disebabkan oleh Meliola spp atau Capnidium sp. Menyerang pada musim hujan karena lembab. Penyebaran melalui angin. Embun jelaga yang disebakan oleh jamur Capnidium sp. Memiliki gejala daun, ranting dan buah terserang dilapisi oleh lapisan berwarna hitam. Miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak masuk ke dalam jaringan. Untuk pertumbuhannya cendawan hanya memakan embun madu yang melekat pada daun. Parasit ini tidak mengambil makanan dari tanaman inang tetapi cukup mengganggu tanaman inang dalam hal fotosintesa. Cendawan ini Cuma memanfaatkan embun madu yang dihasilkan kutu madu Pada musim kering lapisan ini dapat dikelupas dengan menggunakan tangan dan mudah tersebar oleh angin. Buah yang tertutup lapisan hitam ini biasanya ukurannya lebih kecil dan terlambat matang (masak). Adanya kutu daun jenis aphid Leurodicus sp., Pseudococcus sp., Coccos viridis yang mengeluarkan sekresi embun madu merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan jamur ini. Sedangkan embun jelaga yang disebabkan oleh Meliola spp berbeda dengan Capnodium sp, karena cendawan ini tidak dapat dikelupas dengan mudah akibat adanya hifopodiumyang masuk kedalam jaringan daun (Nur Tjahyadi, 1989). Hifipodium ini berfungsi sebagai penyerap makanan menyebabkan tanaman kekurangan sari-sari makanan sehingga layu hingga mati. Pengendalian penyakit embun jelaga oleh Capnodium sp ini harus seiring dengan pengendalian kutu-kutu daun, dengan insektisida yang efektif. Pengendalian dapat dilakukan dengan penyemprotan detergen 5% asal tidak terlalu sering. Menggosok embun jelaga dengan tangan, menyiramkan air ke daun
yang terserang. Dapat pula Pengendalian kimiawi: dilakukan penyemprotan fungisida yang berbahan aktif Propineb dan Mankozeb pada konsentrasi yang dianjurkan. 3. Mati Pucuk Deskripsi Penyakit : Kematian ranting, cabang / daun-daun yang dimulai dari ujung meluas ke pangkal. Gejala pucuk gagal tumbuh tumbuh/ bersemi, daun layu dan akhirnya rontok. Tanda terdapat lapisan miselium berwarna hitam. Deskripsi Penyebab : Disebabkan oleh jamur Phoma sp, menyerang pada musim hujan, efeknya mengganggu pertumbuhan, kualitas pertumbuhan menurun. Gejalanya yaitu pucuk utama tanaman jati (terutama pada musim penghujan) kadangkala gagal untuk tumbuh dan bersemi. Pada pucuk tersebut lapisan jamur berwarna hitam disertai kerusakan fisik akibat serangga bertipe alat mulut penggeek pengisap. Jaringan pucuk yang diserang serangga ini menjadi kering, rapuh dan busuk (terlihat pada musim kemarau). Pucuk tanaman jati yang lain dari tanaman yang diserang tetap dapat bersemi dan berkembang secara normal, namun pertumbuhan tanaman jati tersebut tidak lurus. Akibat serangan mati pucuk, pertambahan tanaman menjadi tidak lurus dan kualitas pertumbuhannya pun menurun. Gejala mati pucuk terlihat jelas pada musim hujan, maka pada awal musim hujan pucuk-pucuk yang menunjukkan gejala serangan penyakit harus dipotong untuk menghilangkan sumber inokulum disertai dengan pemupukkan untuk memacu pertumbuhan tanaman. Pada musim hujan perlu dilakukan pemangkasan terhadap tanaman pelindung untuk mengurang kelembapan, sedangkan pada musim kemarau, pemangkasan terhadap tanaman pelindung tidak perlu dilakukan atau hanya dilakukan pemangkasan ringan saja agar kelembapan lingkungan tetap terjamin (Marwa Prinando,2009). 4. Mikoplasma Deskripsi penyakit : Menghambat perumbuhan tanaman dan membuat
daunnya
kaku.
Mikoplasma
menyerang jaringan tumbuhan sehingga tipe gejalanya nekrosis. Deskripsi penyebab : mikoplasma