Daftar isi Pengembangan Industri Petrokimia Indonesia, Permasalahan (Budi Susanto Sadiman)
dan Strategi Pengembangan
Terkini
PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA INDONESIA, PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TERKINI Budi Susanto Sadiman INApias - Asosiasi Industri Olefin dan Plastik Indonesia Jl. Menteng Raya, Jakarta ABSTRAK PENGEMBANGAN INDUSTRI PETROKIMIA INDONESIA, PERMASALAHAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TERKINI. Industri petrokimia Indonesia dibangun relative lengkap dari hulu ke hilir sejak tahun 1995. Pada periode tahun 1992 hingga 1995 terlaksana investasi besar-besaran di sector petrokimia dimana terjadi peningkatan kapasitas terpasang industri polimer semula hanya 200 ton meningkat menjadi 2 juta ton pertahun. Pada waktu itu permintaan bahan baku plastik domestik masih dibawah 1,4 juta ton pertahun. Walaupun terjadi krisis ekonomi dari tahun 1997 hingga tahun 2000 dimana permintaan bahan baku plastik anjlok dari 1,6juta ton menjadi hanya 900 ribu ton ditahun 1997, pertumbuhan konsumsi plastik paska resesi di Indonesia tetap tinggi yaitu rata-rata 9 % pertahun. Sehingga pada tahun 2004 permintaan polimer di Indonesia telah mencapai 2,35 juta ton, sedangkan kapasitas terpasang polimer domestik tidak ada perubahan yaitu hanya 2,05 juta ton pertahun. Berarti telah terjadi defisit sebesar 300 ribu ton yang dipenuhi melalui impor. Apabila tidak dilakukan penambahan kapasitas maka pada tahun 2010 akan terjadi defisit polimer sebesar 1,5 juta ton dan monomer sebesar 1,3 juta ton pertahun. Sehingga akan terjadi ketergantungan yang tinggi dari bahan baku impor. Indonesia yang memiliki suber daya alam minyak dan gas yang cukup dan belum dimanfaatkan ke industri petrokimia. Padahal kalau ini dapat dilaksanakan secara bijaksana akan diperoleh daya saing industri yang tinggi. Disamping itu penduduk Indonesia yang berjumlah 220 jutajiwa merupakan pasar yang besar. Alangkah menyedihkannya apabila industri petrokimia kita tidak dapat berkembang secara optimal. Pada tahun 2005 ini terjadi banyak perubahan-perubahan dalam bisnis polimer antara lain, tingginya harga bahan baku ethylene dan propylene akibat dua factor yaitu : 1. Meningkatnya harga minyak bumi yang sebelum tahun 2004 berkisar 35 US$ meningkat menembus 60 US$ 2. Terjadi kelangkaan supply monomer di dunia Akibatnya harga-harga polimer meningkat dua kali yaitu sebelum tahun 2005 berkisar dibawah 600 US$ per ton, pada tahun 2005 meningkat tinggi berada pada kisaran 1200 US$ per ton. Disamping itu saat ini situasi ekonomi Indonesia mendapat cobaan dengan tingginya inflasi akibat penghapusan subsidi minyak bumi, yang pada akhimya mengakibatkan penurunan daya beli masyarakat. Situasi diats merupakan tantangan bagi pemerintah dan para praktisi di industri olefin untuk membangun industri olefin yang tangguh dan berdaya saing dimasa mendatang. Diperlukan kajian yang mendalam untuk pengembangan industri melalui strategi kluster. Dan diperlukan adanya road map pengembangan industri baik jangka penctek, menengah maupun panjang.
Petrochemical Feedstock Chain
33
Prosiding Simposium
ISSN 14/0-8720
Nasional Polimer V
Indonesia Polimer Companies TOTAL
PLASTIC
CAPACITY
t
2,205,000 MT
..•...
750Kte
PVC
'" Supply
.. ·····• .•.
With Ethylene
520Kte ??
With Propylene
300Kte??
\ .,/
...................................................
627Kte
PE
......... ~ National
........ .....•....
RAW MATERIAL
PP
PS
PET
ABSISAN
Building Blocks for Economy End Consumers Spending
Domestic Market Plastic Demand 2003 Total Plastics Consumption 100% = 2,160,000 MTPA
Total Thermoplastics Consumption 100% = 1,988,000 MTPA PC 1% PS 4%
78,OOOMT
34
PET
10,OOOMT 2% 40,OOOMT
Pengembangan /ndustri (Budi Susanto Sadiman)
Petrokimia Indonesia, Permasalahan dan Strategi Pengembangan
Terkini
Indonesia is Ethylene Net importer The situation where Indonesia only have one ethylene cracker (Chandra Asri) up to year 2010 deficit will be 1.5 Million MT p.a.
-
I~
~lntJOf!s
2SOO
-
-
5LqJIy
:2001
-Indonesia
C2DemnI
1500
1000 500
o .,om
-1000 -1500
Key Forces on Polimers' Profitability Technology Require High Technology
.................................
Customer !Market Always look for big population
Competition
....................•
Too many producers
Petchemproblems
remain for all region;
Globalization,CostCom petitiveness, Tariff Structure,TfadeBarriers .and Environmental pressures
Propylene Projection to 2010 Indonesia is depending on the Propylene spot market of 200,000260,000 MT/year and Propylene deficit will nearly 380.000 ton in year 2010. 1000 800 600 400 200
o -200 -400 1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2010
35
ISSN 1410-8720
Prosiding Simposium Nasional Polimer V
Current Problems Faced by Indonesia Polymer Industries ® ® ® ® ®
Low Profitability High feedstock price Dependency on exported feedstock supply Lack of Integration Lack of working capital
t'J
Unclear national industrial blue print Lack of conducive Business environment
t'J
Vulnerable to dumping/illegal import practice
®
Definisi Industri Petrokimia Yang ada Saat Ini /ndustri yang bertumpu pada minyak dan gas bumitermasuk kondensat yang merupakan produk samping eksploitasi gas bumi-sebagai sumber dari bahan baku utamanya yang mencakup senyawa-senyawa olefin, aromatik, nonnal paraffin, gas sintesa (berbagai bentuk kombinasi gas H2 dan CO), asetilena, dan-menghasilkan beragam senyawa organik yang dapat diturunkan dari bahan-bahan baku utama tersebuf.
Definisi Industri Petrokimia Mendatang Seperti definisi petrokimia saat ini, diperluas definisi bahan bakunya dengan melibatkan batubara, biomassa (oleochemical, kayu, pati, dll), serta daur ulang limbah
1. Kontribusi nasional
terhadap
2. Menghasi/kan ni/ai pembentukan PDB
perkembangan tambah
yang
3. Menstimuli terjadinya pemerataan pembangunan di wi/ayah Indonesia
berarti
ekonomi dalam
pendapatan
&
4. Dibangunnya industri yang berdaya saing dan adaptif terhadap permintaan pasa domestik & internasional 36
Pengembangan Industri Petrokimia Indonesia, Permasalahan (Budi Susanto Sadiman)
dan Strategi Pengembangan
Terkini
PARADIGMA NASIONAL' . UUD 1945 (Amandemen) UU NoS Tahun 1984
Kondisi
saat
ini:
UU No 22/2001 i UU No 32/2004
UU No 511999 UU No 8/1999 Kondisi
Industn.petroklmfa yang:
Sistem produksllndustrl petroklmla beroperall dl ba\f{ahkap,asltas
Mempunyal clri ••daptfve'dan 'responsive'
te rtaa daPDerkembangan kebutuhanpasir
terpa~angnya Kootr
p.~~o masl
yang diharapkan:
ROAD MAP STRATEGI KEBIJAKAN
Ilalikan 'ne.tfor.Jon 'ilng·yang·posltlt Ma(l1pumenghosllkan IIngg"
nllol umboh yang
Mampu.membentuk dan menstlmulall yang
te~ntuki1ya :jaringanketerkaltan tlngglantar sektor produksl
Mampu memberlkan kontribusl yang a,e!jrtjdl.dalammewujudkan terjadinya pemerataan Mampu membentukkemampuan yan,tdlperlukannya
teknologl
Membuka Blur pemanfaatan altematlt terf1adappemanfaatan lumber daya Ilam
Feed back
1.
Keterka~an industri petrokimia dengan sektor ekonomi lainnya ••••.•••cara pandang pemerintah pada saat ini bahwa industri petrokimia tidak diperlakukan sebagai industri strategis dan dianggap tidak memiliki keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya.
2.
Kelompok industri petrokimia belum dikelola secara terintegrasi sehingga belum tercipta jaringan transaksi antar industri yang kokoh, atau dengan perkataan Jain tingkat keterkaitan di antara aektor·sektor dalam industri petrokimia masih rendah, sehingga tingkat daya aaing kelompok industri petrokimia relatit Jemah yang berakibat efek kontribusinya didalam pembentukan PDB betum berarti; walaupun telah memberikan efek 'Imporl substitution' tetapi belun mampu memberikan 'net foreign exchange earning' yang positif, yaitu bahwa secara netto nilallmpomya > nilai ekspomya; artinya belum mampu memberikan efek pemerataan pendapatan yang nyata dapat dirasakan.
3.
'Supply security' dari bahan baku utamanya, yaitu produk.produk minyak dan gas bumi, belum terjamin, karena menghadapl masa/ah penyedlaan energl da/am negerl dan pero/ehan devlsa darl ekspor mlnyak dan gas buml; industri petrokimia masih harus membuktikan bahwa pengolahan mlnyak dan gas buml akan memberi keuntungan yang lebih besar didalam menghasilkan devisa maupun didalam berkontribusi kepada pembentukan PDB dibandingkan bila digunakan untuk penyediaan energi dan ekspor dalam bentuk 'bahan mentah';
4.
Terka~ masalah regulasi yang tidak pasti dan tidak 's/nkron', antar peraturan pusat dan daerah, mengakibatkan terjadinya •.•••. yang impiikasinya adalah makin memburuknya iklim investasi;
5.
Industrl petrokimla adalah industri padat modal yang pada saat Ini masih bergantung pada Investasi asing dan belum dapat memanfaatkan dana masyarakat yang ada secara optimal.
6.
Dj dalam perkembangannya, bidang industri petrokimia mengalami 'system disfunction' (tidak berfungsinya komponen-komponen utama yang ada dl dalam struktur sistem industri petrokimia) sebagai akibat kekeliruan·kekeliruan di masa lalu dalam merumuskan ataupun mengimplementasikan kebijakannya di bidang Industri, dan kekeliruan dan kegagalan akibat pola laku yang keliru ('wrong way behavior') dari
7.
Belum tersedianya infrastruktur yang terorganisasi dengan baik yang dapat menunjang berkembangnya industri petrokimia di dalam negori
para stakeholder di dalam membangun dan menyelenggarakan usaha di bidang petrokimia;
8.
Struktur sistem pendukung teknologi nasional terhadap Industri petrokimia masih lemah, sebagaimana terlihat dari ketergantungan teknologi yang tinggi kepada sumber-sumber luar negeri, atau dengan perkataan lain sistem 'Science- Technology-Industry Connectivity Structure' (STICS) dari bldang industri Ini masih dalam keadaan 'disjointed'. Hal ini secara langsung menghambat pembentukan sifat 'responsive' dan 'adaptive' dari bidang industri Ini, dan dengan demikian juga kemampuannya untuk memposisikan diri sebagai bidang industri yang mempunyal kemampuan daya saing. Keadaan STI-CS yang 'disjointed' tersebut terungkap dari terpisahnya sistem industri penghasil komoditi dan jasa dari sistem pengembang 'science & technology' (S & T) nasional dan ketergantungan tinggi kepada sumber·sumber teknologi dari negara lain, dan juga adanya persaingan yang berat di dalam memperoleh alokasi bahan baku karena kuatnya desakan kebutuhan akan penyediaan energi dalam negeri dan perolehan devisa dari ekspor minyak dan gas bumi;
37
ISSN 1410-8720
Prosiding Simposium Nasional Polimer V
Skema garis besar pohon industri petrokimia (Soerawidjaja, 1995)
Klaster Industri Petrokimia Berbasis Bahan Baku Batubara HIDROGEN Distilasi kering Gasifikasi Metanol Oksidasi
Steam
parsial
Reforming
H2 +
co __
Amoniak Urea
t
Elektrolisis
KOMPLEKS Perengkahan Olefin De h id rog ena si
--
Plastik Karet sintetis Bahan baku untuk serat sintetis
KOMPLEKS
Reforming
OLEFIN
Aromatik
--
AROMATIK Serat sintetis
Skema garis besar pohon industri petrokimia yang bahan bakunya diperkaya dengan penggunaan batubara 38
Pengembangan Industri Petrokimia Indonesia, Permasalahan (Budi Susanto Sadiman)
dan Strategi Pengembangan
Terkini
Klaster yang mengkaitkan industri petrokimia berbasis minyak dan gas bumi dengan sumberdaya biomassa [Shih-Chi and Huffman, 1981]
Pengembangan Industri dengan Strategi klaster
..J"L .--••....
....................................
~
•
•••••••••...•......••.....
----~ "',"',""'>
~r::J
.......•.•.•
Gambar : Kerangka Keterkaitan Klaster Industri Petrokimia
39
Prosiding Simposium Nasional Polimer V
ISSN 1410-8720
ROAD MAP INDUSTRI PETROKIMIA ......................•.•...................•••.................
-- ...................•.•.•...........•...•.........
••••••••••••••..••.••••••••••.....•.................•••••••••••••..................•••••••••••••..................•.
Menjamin Ketersediaan Bahan baku
--------~
Memperkuat Struktur Industri Petrokimia
--------------~
--------------~ Memperluas Pengembangan Produk Akhir
•
Mengembangkan Pasar Industri Petrokimia 2005
2010
2015
2020
2025
Tahapan Road-map Pengembangan Industri Petrokimia Indonesia jangka Panjang Menjamin ketersediaan bahan baku Integrasi produk kilang ke dalam industri Petrokimia Penggunaan bahan baku alternatif batubara, biomassa (termasuk pati & oleochemical) dan daur ulang limbah
Memperkuan struktur Industri petrokimia Integrasi industri Petrokimia hulu dan intermediate Integrasi pusat olefin dan aromatik Meningkatkan industri berkelas dan skala dunia Strategic partnership
Membangun infrastruktur
& wilayah administrasi
Memperluas pengembangan produk akhir Memperluas aplikasi Produk Komoditi Memperluas Engineering Product Memperluas Advance Product
Mengembangkan
pasar industri petrokimia
Pemasaran domestic dan international
40
Pengembangan Industri Petrokimia Indonesia, Permasalahan (Budi Susanto Sadiman)
Terkini
Tabel : Peran Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Industri Petrokimia
Perusahaan Pemerfntah WMi~ perguruan Tlnggl cia. BPPT Fasilitasl Kab. IndustriGroup BBKK Asosiasl Dep. Keu Klaster ESDM Daya Salng Dep. Prop. Swasta BKPM PT Forum Lltbang dan Jatengkerjasama Industri petroldmla BPPl) Dep. antara produsen Cl, olefinlembaga bahan dan baku opeatbn melalul dengan petroldmla berbasls metanol (Cl), Pemerfntah pengembangan turunan Mendorong penguasaan teknologl • Mendorong Memberikan Insentlf pajak bag Hannonlsasl pembentukan pengembangan tanf produk petroldmla joint Industri 1 • Investasl baru ke kawasan penyelesalan 10. Melakukan Meningkatkanaliansl kernampuan litbang oIeh 11. dengan proyek Industri
0000 000 000
dan Strategi Pengembangan
00
0 0 0 000 00 000 0 0
0
0
Punt
RENCANA KEGIATAN KLASTER INDUSTRI PETROKIMIA TAHUN 2006 •
Monitoring dan Evaluasi Standar Nasional Indonesia Produk Industri Kimia Hulu
o Penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Industri Petrokimia o Pemetaan Pasar DN dan Ekspor Komoditi Petrokimia o Pengembangan Pola Kerjasama Penelitian dan Pengembangan Teknologi o !II
Proses Industri Petrokimla penyusunan Sistem Informasi/Data Base Industri Petrokimia Penyusunan dan Promosi Profil Investasi Industri Petrokimia Partisipasi Pada intemasional Exhibition, Conference, Seminar/Workshop Industri Petrokimia
o ASEAN Pelaksanaan Pertemuan Overseas Development Cooperation (JODC)Working Group onJapan Chemical Industry o Working Group Industri Petrokimia. o Ramah Pengembangan Industri Petrokimia Berbasis Daur Ulang Menuju Industri Ungkungan dan Berdaya Saing o penyusunan Profit Investasl Industrl Amoniak/Urea Berbahan Baku Batubara
41
Prosiding Simposium Nasional Polimer V
ISSN 1410-8720
~HEMICAL CLUSTER
Heavy Engineering Cluster
General Surpporting cluster
Electronic duster Food & beverage duster
42