EXECUTIVE SUMMARY Status Radio Republik Indonesia (RRI) sebagai lembaga penyiaran publik menuntut radio ini untuk bisa menyajikan siaran yang cerdas dan mendidik. Selain itu, RRI juga harus bisa melayani kebutuhan dan keinginan publik, dalam hal ini pendengar. Sementara itu, kebutuhan dan keinginan pendengar itu sendiri semakin hari semakin berkembang. Padahal, alat pemuas kebutuhan pun mengalami perkembangan yang pesat. Pendengar memiliki lebih banyak alternatif untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika RRI sebagai lembaga penyiaran publik tidak dapat memberikan program siaran yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pendengar, maka lambat laun ia akan ditinggalkan. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1) posisi Pro 1 dan Pro 2 dibandingkan dengan radio lain di Singaraja, Padang, Jambi, Bandar Lampung, Malang, Purwokerto, Kendari, Pontianak, Kupang, dan Gorontalo; (2) profil pendengar RRI Pro 1 dan Pro 2; (3) kebiasaan‐kebiasaan khalayak ketika mendengarkan Pro 1 dan Pro 2; (4) jenis informasi dan hiburan yang mereka butuhkan dalam konteks Pro 1 dan Pro 2; (5) penilaian mereka terhadap Pro 1 dan Pro 2 baik untuk program musik, siaran berita/informasi, penyiar, dan juga kualitas suara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, khususnya survei deskriptif dan Focus Group Discussion (FGD). Populasi penelitian ini adalah pendengar radio di masing‐masing kota. Sementara untuk kriteria sampel yang dimaksud meliputi: (a) di atas 15 tahun, (b) mendengarkan radio, (c) bertempat tinggal di 10 kota yang diteliti, dan (d) terdaftar dalam KK. Total sampel yang diambil dalam penelitian adalah 315. Sampel penelitian diambil dengan menggunakan teknik multistage random sampling (MRS). Teknik ini merupakan gabungan antara stratified random sampling dan cluster random sampling. Temuan‐temuan utama penelitian di sepuluh kota tersebut adalah sebagai berikut—yang dimulai dari peta kompetisi atau posisi RRI dibandingkan dengan radio‐radio swasta lain di kota‐kota tersebut, profil pendengar Pro 1 dan Pro 2, kebiasaan mendengarkan Pro 1 dan Pro 2 di masing‐masing kota, kebutuhan informasi dan hiburan musik di masing‐masing kota, dan evaluasi pendengar terhadap program yang menyangkut hiburan, berita, kualitas suara, dan penyiar Pro 1 dan Pro 2. POSISI RRI/PETA PERSAINGAN RADIO DI TINGKAT LOKAL Posisi RRI atau persaingan radio di masing‐masing kota dimaksudkan untuk melihat radio mana yang paling populer di benak khalayak, dalam arti menjadi rujukan mencari informasi dan hiburan. Peta persaingan ini tidak dimaksudkan untuk melihat secara spesifik peta persaingan radio berdasarkan segmen pendengarnya, namun sekadar melihat radio mana yang paling sering didengarkan untuk mendengarkan siaran musik dan informasi. Dari hasil survei di sepuluh kota, tampak bahwa RRI senantiasa menempati posisi lima besar (top of mind). Ini mengindikasikan bahwa RRI cukup populer dan menjadi rujukan sumber informasi dan hiburan. Di Jambi, setelah GSP, radio yang paling sering didengarkan di urutan pertama adalah Pro 1, RRI, dan Pro 2. Di Gorontalo, tiga besar radio yang menjadi rujukan informasi dan hiburan adalah Pro 1, RRI, dan Pro 2. Di Gorontalo, Pro 3 bahkan masuk ke dalam sepuluh radio yang paling sering didengarkan, yakni di urutan keenam. Di Kendari, Pro 3 juga masuk sepuluh besar, yakni di urutan kesembilan sebagai radio di urutan pertama yang paling sering didengarkan. Temuan untuk Pro 3 ini menarik diperhatikan karena radio pada dasarnya bersifat lokal dan tidak bisa dilepaskan dari medium hiburan terutama musik. Oleh karena itu, masuknya Pro 3 dalam
Executive Summary | 1
sepuluh besar radio yang paling banyak dirujuk di urutan pertama menjadi sangat bagus bagi usaha RRI untuk membangun lembaga penyiaran publik yang kuat. Sekali lagi, radio yang dipaparkan dalam penelitian ini adalah radio‐radio yang ditempatkan di urutan pertama sebagai yang paling sering didengarkan. Jika data mengenai radio yang ditempatkan di urutan kedua, tentu RRI akan semakin sering menjadi rujukan informasi dan hiburan. Meskipun demikian, beberapa kota harus mendapatkan perhatian karena fokus penelitian, yakni pada Pro 1 dan Pro 2 ada yang tidak masuk dalam top of mind pendengar. Secara terang, ini mengindikasikan pekerjaan rumah bagi pengelola stasiun yang bersangkutan untuk meningkatkan program siarannya, baik musik maupun informasi. Di Malang, Pro 2 tidak masuk sepuluh besar sebagai radio yang paling sering didengarkan oleh responden. Namun, uniknya, Pro 4 justru masuk ke dalam sepuluh radio yang ditempatkan di urutan pertama sebagai yang paling sering didengarkan. Temuan ini memang agak janggal karena sebagai tipe C, stasiun RRI Malang mestinya tidak mempunyai saluran Pro 4. Di Malang, siaran Pro 4 dimasukkan ke dalam saluran budaya yang memang mempunyai frekuensi tersendiri. Tabel 1a Peta Kompetisi Radio
JAMBI
NO
BANDAR LAMPUNG
PADANG
KENDARI
PONTIANAK
Persen 16.19%
Radio RRI
Persen 20.32%
Radio RRI
Persen 29,52%
Radio
Persen
1
Radio GSP
RRI
2
Pro 1
15.87%
Kiara
11.43%
Pro 1
16,83%
3
RRI
15.87%
Favorit
11.11% Kharisma
4
Pro 2
13.97%
Arbes
10.48%
11.11%
Respon
Elria 5
Buana
29.67%
Radio RRI
Persen 16.35%
Pro 1
26.67%
Pro 2
14.10%
11,43%
Pro 2
12.67%
Volare
12.18%
Rajawali
7,94%
Suara Alam
12.33%
Kenari
11.54%
9.52%
Omega
5,71%
M Radio
8.00%
Mujahidin 10.90%
6
‐
Sushi
8.57%
Oz
5,08%
Muadz bin Jabal
1.67%
Pro 1
9.29%
7
‐
Pro 1
7.30%
Beoli
4,13%
Youngstar
1.33%
8
‐
Pro 2
6.98%
Batara
3,81%
Anoa
1.00%
Pro 2
3,81%
Pro 3
0.67%
9
Tabel 1.b Peta Kompetisi Radio
NO
GORONTALO
KUPANG
SINGARAJA
MALANG
PURWOKERTO
Radio
Persen
Radio
Persen
Radio
Persen
Radio
Persen
Radio
Persen
1
Pro 1
45,40%
RRI
21.90%
RRI
63,17%
KDS 8
16.83%
Pro 1
19.68%
2
RRI
39,05%
Pro 1
16.51%
Guntur
22,54%
RRI
13.97%
Raden Mas
16.83%
3
Pro 2
5,71%
Lisbet
12.38%
Pesona Bali
6,35%
Pro 4
10.48%
RRI
14.60%
Executive Summary | 2
4
SK FM Al‐
5 6
Adha Pro 3
3,49%
Dmws
11.43%
Singaraja Fm
3,17%
Pro 1
6.98%
Paduka
14.60%
1,59%
Trilolok Suara Ferbum
10.79%
Nuansa Giri
1,59%
Elfara
6.03%
Pro 2
13.02%
1,59%
Pro 2
9.84%
Andalus
5.08%
Pop fm
4.44%
Hal lain yang perlu diperhatikan bahwa di beberapa kota seperti di Padang, Kendari, Bandar Lampung, Pontianak, Singaraja, dan juga Kupang, RRI bahkan berada di urutan pertama. Ini jelas menimbulkan pertanyaan besar karena RRI itu sendiri terdiri dari Pro 1, Pro 2, Pro 3, dan Pro 4. Dengan demikian, penyebutan RRI menjadi mengaburkan saluran mana yang didengarkan. Namun, temuan ini tampaknya berkorelasi dengan rendahnya pengetahuan pendengar atas slogan Pro 1 dan Pro 2. Pro 1 adalah saluran ‘Pemberdayaan Masyarakat’ dan Pro 2 adalah saluran ‘Kreativitas Anak Muda”. Namun, sebagian besar responden kurang memahami dengan baik slogan ini. Di beberapa kota, pemahaman responden mengenai slogan Pro 1 dan Pro 2 kurang dari 50%. Ini mengindikasikan bahwa pengenalan slogan masing‐masing saluran di RRI kurang bagus. Sementara itu, jika dilihat alasan‐alasan responden mendengarkan radio atau saluran RRI yang didengarkan, tampak bahwa alasan‐alasan atas RRI, Pro 1, dan Pro 3 karena berita dan informasi. Ini menjadi alasan yang paling dominan di antara alasan musik, penyiar, ataupun hiburan nonmusik. Sebaliknya, alasan responden Pro 2 hampir seluruhnya didominasi program musik. Hanya beberapa kota yang menyatakan karena alasan berita dan informasi. Segmen anak muda sepertinya memang menempatkan musik sebagai alasan utama mendengarkan radio dibandingkan program berita dan informasi. Radio‐radio swasta lain yang masuk sepuluh besar bahkan sebagian besar didengarkan karena alasan musik. Oleh karena itu, dari sisi ini, RRI masing unggul. Meskipun demikian, kecenderungan ini bisa juga ditangkap kekurangmampuan stasiun untuk menyediakan berita dan informasi yang relevan bagi khalayak muda. PROFIL PRO 1 DAN PRO 2 Profil pendengar Pro 1 dan Pro 2 dalam penelitian ini akan dilihat secara makro yang didasarkan pada usia, pendidikan, penghasilan, dan juga pekerjaan. Usia Dilihat dari sisi usia, pendengar Pro 1 dan Pro 2 mempunyai perbedaan‐perbedaan yang mencolok sesuai dengan target khalayaknya masing‐masing. Di sepuluh kota yang menjadi lokasi penelitian, pendengar Pro 1 jauh lebih menyebar meskipun tetap didominasi oleh kelompok usia tertentu. Ini berbeda dengan pendengar Pro 2 yang lebih didominasi oleh anak‐anak muda. Untuk pendengar Pro 1, sebagaimana terlihat pada grafik 1, usia pendengar didominasi oleh usia 23 – 53 tahun, bervariasi dari satu kota ke kota lainnya. Di Kendari dan Kupang, usia pendengar yang paling banyak adalah pada usia 23 – 33 tahun. Rentang usia ini merupakan yang paling tinggi di antara lainnya, kemudian diikuti oleh usia di atas 33 – 43 tahun. Di kota‐kota lainnya, usia pendengar didominasi antara 33 – 43 tahun dan di atas 43 – 53 tahun. Kedua rentang usia ini secara bergantian menempati posisi tertinggi. Hanya di Kota Pontianak di mana usia di atas 23 – 33 tahun berada di urutan kedua setelah usia > 43 – 53 tahun. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa rata‐rata pendengar Pro 1 adalah usia Executive Summary | 3
dewasa. Dengan rentang usia ini, mereka merupakan keluarga‐keluarga muda atau yang sudah mapan. Beberapa di antaranya bahkan berada pada puncak karier.
Purwokerto
23.19%
28.99%
28.44% 30.28% 25.19% 27.48%
Malang Kupang Kendari
22.15%
27.52% 25.74%
Gorontalo
33.09%
31.06%
Pontianak
>33 s.d 43 tahun
25.00% 24.21% 28.42%
Singaraja Lampung
22.04%
Jambi
22.33%
Padang
16.98% 0
0.05
0.1
0.15
0.2
>43 s.d 53 tahun
>23 s.d 33 tahun
30.65% 24.27%
24.53% 0.25
0.3
0.35
Grafik 1 Rata‐Rata Usia Pendengar Pro 1 Berbeda dengan pendengar Pro 1, pendengar Pro 2 jauh lebih spesifik. Rata‐rata adalah anak muda, dengan rentang usia 15 – 33 tahun. Di Lampung, Padang, Kupang, Malang, dan juga Purwokerto, sebagian besar usia pendengar adalah 15 – 23 tahun, sedangkan di kota‐kota lainnya didominasi oleh responden dengan usia > 23 – 33 tahun. Ini memberikan suatu gambaran bahwa dari sisi usia pendengar Pro 2 didominasi oleh anak muda. Slogan Pro 2 lantas juga tepat, “Suara Kreativitas Anak Muda”. Hanya saja, anak muda yang dibayangkan kemudian tidak semata pelajar dan mahasiswa karena senyatanya banyak di antaranya yang sudah bekerja. Dengan demikian, anak muda dalam pengertian Pro 2—dengan melihat pada rata‐rata terbesar pendengarnya—bukanlah anak‐anak muda yang sedang mencari jati diri semata, tapi juga anak‐anak muda yang sedang menapaki jenjang karier pekerjaan jika ia profesional. Namun, jika mereka adalah wiraswasta atau ibu rumah tangga, maka mereka sedang berada pada awal‐ awal usaha.
Executive Summary | 4
23.08% 25.00%
Purwokerto
31.82%
Malang
29.41%
Kupang
36.47%
34.11% 31.78%
Kendari Gorontalo
50.00%
30.00%
>23 s.d 33 tahun
36.61% 37.50%
Pontianak 19.39%
Singaraja
15 s.d 23 tahun
41.84% 28.95%
Lampung
57.89%
39.23% 32.31%
Jambi
36.00%
Padang 0.00%
36.36%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
52.00% 50.00%
60.00%
70.00%
Grafik 2 Rata‐Rata Usia Pendengar Pro 2 Pendidikan Pendidikan responden bervariasi untuk pendengar Pro 1 ataupun Pro 2. Namun, sesuai dengan kenyataan demografis penduduk Indonesia, pendidikan SLTA masih yang paling banyak, kemudian pendengar dengan pendidikan SLTP. Tingkat pendidikan ini menentukan jenis‐jenis informasi dan hiburan yang dibutuhkan. Selain itu, menentukan cara berkomunikasi. Tingkat pendidikan senantiasa berkorelasi dengan pengetahuan dan literasi. Dari hasil riset ini, tergambar pula bahwa tingkat pendidikan pendengar Pro 2 jauh lebih bagus dibandingkan dengan Pro 1. Sebagian besar pendengar Pro 2 berpendidikan SLTA, dan dua kota di antaranya yaitu Jambi dan Kendari, di urutan kedua setelah pendidikan SLTA adalah pendengar dengan pendidikan D4/S1. Untuk Pro 1, di Jambi dan Kendari, tingkat pendidikan pendengar tetap lebih bagus dibandingkan kota‐ kota lain karena banyak yang berpendidikan D4/S1. Namun, untuk Lampung, Singaraja, dan juga Malang, jumlah pendengar dengan pendidikan SD ternyata cukup signifikan, mengalahkan pendengar dengan pendidikan SLTP. Untuk Malang, temuan riset ini sebenarnya agak ironis mengingat status kota ini sebagai salah satu Kota Pendidikan di Jawa Timur. Tingginya pendengar dengan pendidikan SD untuk Pro 1 mengindikasikan kurang berhasilnya pendidikan di kota ini, pada satu sisi. Selain juga, barangkali, radio memang hanya menarik minat pendengar berpendidikan rendah.
Executive Summary | 5
80.00% % 70.00% %
19 9.42%
18.79% %
60.00% % 3 38.95%
50.00% % 40.00% %
45.11%
48.43%
30.00% %
19.50%
30.43%
D4/S1 SLTA
56 6.31%
55.70% %
20.00% % 10.00% %
2% 65.65% 48.62
48.12% 48.16%
21.20%
2 29.47%
SLTP 31.16%
19.55% 20.22%
21.10 0%
SD
10.69%
0.00% %
Grafik 3 Raata‐Rata Pend didikan Pendeengar Pro 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4
50.00%
44.9 90%
49.32%
61.18%
0.00% 61.26% 60
65.91% % 47.12%
D4/S1 SLTA
0.3
56.92 2%
0.2 0.1
26.36%
15.38 8%
19.18%
56.59%
SLTP
31.58% 29.5 59% 3.33% 12.61% 13
% 12.94% 13.64%
24.04%
SD
0
Grafik 4 Raata‐Rata Pend didikan Pendeengar Pro 2
Executive Summaary | 6
Peekerjaan Untuk pekerjaan, pend dengar Pro 1 1 dan Pro 2 ada perbedaan meskipun ttidak sesigniffikan sebagaimana ndengar Pro 1 adalah wirraswasta dan ibu rumah tangga. Seme t entara dalam hal usia. Sebagian besar pen o 2, didominaasi oleh pelajar/mahasiswa, wiraswastaa, dan juga ib bu rumah tan ngga. Untuk P Pro 1, untuk Pro hanya di K Kota Jambi dan Singaraja di mana ibu rrumah tanggaa tidak muncul dalam tigaa besar, sedan ngkan kota‐kota lainnya ham mpir selalu muncul. Di Jambi, J perseentase terbessar adalah wiraswasta, w d diikuti kemudian n pegawai swasta dan n pelajar/mahasiswa. Temuan T di Jambi ini menarik karena pelajar/m mahasiswa, jugga tercatat seebagai pendengar Pro 1. n wiraswata m menjadi pend dengar terbessar karena allasan waktu luang. Keduaa jenis Ibu rumah tangga dan n ini jauh lebih fleksibeel dalam peekerjaan seh hingga waktu u yang merreka miliki untuk pekerjaan mendengarkan radio jaauh lebih bessar dibandinggkan dengan p pekerjaan lain nnya. Hal ini jjuga berlaku untuk pelajar/m mahasiswa. Di D sisi lain, jenis‐jenis j pekerjaan ini dalam statistik jumlahn nya lebih baanyak dibandinggkan dengan jenis pekerjaaan lain sepeerti pegawai negeri ataup pun karyawan n swasta seh hingga tidak men ngherankan jika terefleksi dalam survei. 80.00% % 70.00% % 8.4 46% 60.00% % 50.00% % 40.00% % 30.00% %
10.22% 12.03% 13.5 59% 11.5 58% 11.32%
20.13%
23.85%13 3.77%
12.98%
17.29%34.93% 25.27% 16.8 84% 6.81% 20.18%26 21.3 36% 27.52% 22.64% 19.08%
P Pensiunan P Pelajar/Mahasi iswa P Pegawai Swasta a P Petani
20.00% %
53%34.59% 26.2 21%29.03%30.5 25.74%22.82%24.43%27.52%25 5.36% 23.90% 10.00% %
W Wiraswasta Ibu Rumah Tangga
0.00% %
Grafik 5 n Pendengar Pro 1 Pekerjaan Untuk Pro o 2, ada sedikit perbedaan. Persentasee yang palingg dominan ad dalah pelajar//mahasiswa ssesuai segmennyya. Di seluruh h kota, pelajar/mahasiswa selalu muncu ul sebagai jen nis pekerjaan pendengar, d diikuti kemudian n wiraswasta dan ibu rumaah tangga. Di luar itu, pegaawai swasta juga muncul ssebagai pendengar Pro 2. Tem muan menarik justru di G Gorontalo di m mana pegawai Pemda meenempati uru utan ketiga seetelah wiraswastta dan pelajar/mahasisw wa. Tentu sajja, hal ini tidak mengheerankan karena RRI Goro ontalo memang banyak bekerrja sama denggan Pemda daalam banyak program acaranya.
Executive Summaary | 7
90.00% 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00%
10.00% 12.00%
9 9.46%
10.00% 20.00% 20.77% 25.00%28.85% 2 0.54% 18.67% 20.27%12.24% 13.95%16.47% 33.33% 16.15% 20.41%18.75% 20.45%23.08% 18.60% 10.00% 50.67% 48.65% 15.38% 42.35% 38.46% 32.65%33.04% 3 1.82% 23.33%27.13% 14.42%
Pegaw wai Pemda Ibu Ru umah Tangga Wirasw wasta Pegaw wai swasta Mahassiswa/Pelajar
0.00%
Grafik 6 Pekerrjaan Respond den Pro 2 Peenghasilan Hasil penelitian ini tampaknya meeneguhkan hipotesis selama ini bahw wa radio merupakan fenomena kelas baw wah. Ini terlihat bukan han nya dari sisi pendidikan, taapi juga penghasilan yang biasanya memang berkorelasi dengan tin ngkat pendidiikan. Di sebagian besar ko ota yang diteeliti, sebagian n besar pendengar Pro 1 dan n Pro 2 adalaah kelas meneengah bawah h yang ditunjukkan oleh rrata‐rata penggeluaran perbulan dan uang saku setiap b bulannya. Ken nyataan ini kiranya bisa dimengerti karrena kelas‐kellas menengah h atas mempunyyai pilihan hib buran yang jaauh lebih ban nyak dibandin ngkan dengan n kelas bawah h. Mereka mampu mengeluaarkan biaya‐b biaya untuk rekreasi, sho opping, dan sebagainya yang memb buat waktu untuk mendengarkan radio jauh lebih seedikit diband dingkan denggan kelas baw wah. Di luar tv, radio meenjadi medium h hiburan palingg murah kareena tidak perlu mengeluarkkan uang. Kesimpulaan besar darri profil pend dengar Pro 1 1 dan Pro 2 bahwa sebagian besar pendengar p mereka adalah keelas menengaah bawah. Daari sisi pendiidikan, sebaggian besar ad dalah SLTA, sedangkan daari sisi pekerjaan n sebagian be esar adalah w wiraswasta dan ibu rumah ttangga untukk Pro 1, sedan ngkan Pro 2 adalah wiraswastta, ibu rumaah tangga, daan pelajar/m mahasiswa. Ko onsekuensi atas a rendahn nya pendidikaan ini adalah paada penghasilan. Sebagian n besar, penghasilan merreka kecil. Haanya di Kend dari bisa dikatakan bahwa peendengar radiio banyak berrasal dari kelaas menengah atas, sedanggkan kota‐kotta lainnya seb bagian besar kelaas menengah h bawah. Grafik 7 dan 8 m memberikan iilustrasi pengghasilan untu uk pendengarr yang sudah beerkeluarga. Untuk U respon nden pelajar//mahasiswa ataupun a lajang bekerja, di masing‐m masing daerah ko onsisten denggan rata‐rataa pengeluaran n responden berkeluarga.. Oleh karenaa itu, jika di suatu daerah raata‐rata penggeluaran tingggi, maka ini mencakup peendengar yan ng belum berkeluarga maaupun pelajar/m mahasiswa.
Executive Summaary | 8
0.9 9 0.8 8 13.87% 0.7 7 14.14 4% 25.81% 0.6 28.26% 18.97% 35.77% 16.67% 17.57% % 1%9.59% 14.14 4% 17 7.90% 17.14% 0..5 0..4 19.87% % 22 2.84% 25.00% 27.03% % 0.3 13.87% 29.03% 24.76% 30 0.61% 39.39 9% 0.2 43.48% 0 23.36% 0.1 29.49% 21 1.60% 17.57% % 25.86% % 24.76% 0 17.55% 29.03% 14.14 4% 10.87%
> R Rp. 2.500.000,0 00 >Rp. 2.000.000,0 00 ‐ Rp. 5000.000,00 2.5 > R Rp. 1.500.000,0 00 ‐ Rp. 2.0 000.000,00 >Rp. 1.000.000,0 00 ‐ Rp. 500.000,00 1.5 > R Rp.500.000,00 ‐ Rp. 1.000.000 0,00 <= Rp. 500.000,00
Grafik 7 Rata‐Rata Peengeluaran Pendengar Pro o 1 (Jika Berkeeluarga) 1 0.9 9 0.8 8 15.38% 23 3.53% 22.22% % 0.7 7 22.22% 17.65 5% 13.04% 0.6 31.94% 23.08% 17.65% % 0.5 20.63% % 26.98% 29 9.41% 14.71% % 0..4 33.33% 32.35 5% 0..3 20.63% 3%8.46% 31.94% 22.22% 52.17% 0.2 33.82% % 4.49% 35 5.29% 0.1 22.22% 8.33% 23.81% % 32.35 5% 0 9.62% 15.38% 20.63% 23.61% 13.04%
> R Rp. 2.500.000,0 00 >Rp. 2.000.000,0 00 ‐ Rp. 5000.000,00 2.5 > R Rp. 1.500.000,0 00 ‐ Rp. 2.0 000.000,00 >Rp. 1.000.000,0 00 ‐ Rp. 500.000,00 1.5 > R Rp.500.000,00 ‐ Rp. 1.000.000 0,00 <= Rp. 500.000,00
Grafik 8 Rata‐Rata Peengeluaran P Pendengar Pro o 2 (jika berkeeluarga) KEBIASAA AN MENDENG GARKAN PRO O 1 DAN PRO 2 Kebiasaan n mendengarkan dilihat daari tiga hal po okok, yakni kaapan dan di m mana menden ngarkan radio serta peralatan apa yang digunakan d un ntuk menden ngarkan radio o. Kemudian,, apakah meendengarkan radio dilakukan sambil mengerjakan sesuatu ataukah h hanya men ndengarkan radio. Dari tigga hal ini, temuan Executive Summaary | 9
n yang paling mencolok ad dalah pada p peralatan yang digunakan untuk mendeengarkan rad dio. Di penelitian sini, kehaadiran mediaa baru (hand dphone) telah h menggeserr secara cukkup signifikan n radio transsistor. Pergeseraan ini semakkin signifikan untuk pend dengar Pro 2 2 yang sebaggian besar anak muda. Untuk U pendengaar Pro 2, peralatan yan ng paling baanyak digunakan untuk mendengarkkan radio adalah handphon ne, bukan rad dio transistorr. Selain itu, banyak di an ntaranya yangg mendengarrkan Pro 2 deengan menggunakan radio streaming. Haanya di tiga kota, k di mana radio transsistor digunakan oleh seb bagian besar ressponden unttuk mendenggarkan Pro 2. 2 Selebihnyaa, sebagian besar mend dengarkan deengan menggunakan handphone. Pergeseraan penggunaaan teknologi mendengarkkan radio ini mempunyai implikasi terhadap sifat radio sebagai medium m aud dio. Teknologgi handphonee lebih berssifat personaal dibandingkkan dengan radio transistorr. Begitu jugaa bahwa perilaku menden ngarkan kemu udian tidak laagi terikat paada suatu tem mpat. Seseorangg bisa mend dengarkan di manapun. Ini secara jelas berimp plikasi pada sifat musik yang didengarkkan, dan teru utama bagaim mana penyiarr harus menyyapa penden ngarnya. Sapaaan mestinyaa jauh lebih perssonal dibandingkan dengaan ketika seb bagian besar orang masih h mendengarrkan radio deengan menggunakan radio traansistor.
Pontianak
61.95
G Gorontalo
56.67
Kupang
55.29
Singaraja
3 32.65
Kendari
radio o streaming
58.14
radio o transistor
Malang
29.5 55
Pu urwokerto
29.81
mobile phone/HP
Bandarr Lampung
64 4.47
Jambi
63..85
Padang
6 66.67 0
10
2 20
30
40
50
60
7 70
Grafik 9 Alat Men ndengarkan P Pro 2 u yang digun nakan mendeengarkan rad dio dan juga tempat yangg biasa digun nakan Untuk ratta‐rata waktu mendengarkan radio, terlihat bahwa di massing‐masing kota k cukup bervariasi. Lama L waktu yang digunakan n mendengarkan radio sepertinya ko onsisten di hampir h semua kota. Di sepuluh kota yang diteliti, raata‐rata mend dengarkan radio adalah ku urang dari 3 jam. Ini bervaariasi dari yan ng tertinggi kurang dari 1 jam m atau 1‐3 jam m. Namun, seecara pasti, b baik Pro 1 maaupun Pro 2, rata‐rata meendengarkan radio tidak lebih dari 3 jam m per hari. Ini mengindikaasikan bahwaa mendengarkan radio sebenarnya tid daklah lama. Executtive Summaryy | 10
Singgaraja Purwo okerto Ponttianak Padang Malang M Lam mpung Kupang K Kendari K Jambi Gorrontalo
33.6 63% 18.84% % 21.05 5%
51 1.05% 55.80% %
34.59% 22.02 2% 29.0 03% 30.5 53%
45..91% 59.6 63%
61.65 5%
1‐3 jam
61 1.29% 55.73%
55.70% 4 43.69% 13.24% % 50.37% 0%
kurang dari 1 jjam
2 20% 40%
3‐5 jam lebih dari 5 jam m
36.91% 50.49%
6 60%
80%
1 100%
Grafik 10 Rata‐Rata M Mendengarkaan Pro 1 Grafik 11 menunjukkaan bahwa ratta‐rata mend dengarkan antara 1‐3 jam. Bahkan, di Kota Kendarri dan Jambi, ratta‐rata mend dengarkan Pro o 2 yang paling lama adallah kurang daari 1 jam. Ini jelas membeerikan tantangan n bagi penge elola radio. Menariknya, M dari sisi pen ndidikan, di dua d kota itu tingkat pediidikan pendengaar radio yangg terbaik. Inii mengundan ng pertanyaaan berkaitan dengan apakah tinggi reendah pendidikaan berkorelassi dengan lam ma mendengarkan radio? D Dengan kata lain, semakin n tinggi pendiidikan minat mendengarkan rradio semakin n rendah.
Pontianak Goronttalo
22.12
69..91
16.67
Kupang
66.67
31.76 6
Singaraja
49.4 41
21.43
Kendari
63.27
47 7.29 38.64
Malang Purwokerto
57.69 5.33 45 0
20 0
1‐3 jaam
54.55 50 0.96
34.6 62 28.95 5
Bandar Lamp pung Jaambi Pad dang
kuran ng dari 1 jam
44.96
40
3‐5 jaam lebih dari 5 jam
6 65.79 39.23 53.33 6 60
80
100
120
Grafik 11 Mendengarkaan Pro 2 Rata‐Rata M Executtive Summaryy | 11
Selanjutnya, dari waktu yang tidak terlalu lama itu, prime time mendengarkan radio bervariasi dari pagi, siang, sore, dan malam hari. Pola‐pola waktu yang digunakan pendengar untuk Pro 1 dan Pro 2 berbeda secara signifikan di beberapa kota. Hal itu ditentukan oleh waktu luang masing‐masing. Di Kendari, Kupang, dan juga Gorontalo, waktu favoritnya adalah pagi hari, yakni pukul 05.00‐08.00. Di kota‐kota, waktu favorit untuk Pro 1 relatif lebih menyebar. Dalam arti, bahwa mereka banyak mendengarkan di waktu pagi, siang, sore, dan malam dalam persentase yang tidak berbeda secara signifikan. 14.74%
Singaraja Purwokerto Pontianak Padang Malang
7.34%
13.74%
Kupang
0.00%
Pukul 21.00 ‐ 24.00 Pukul 17.00 ‐ 21.00 Pukul 14.00 ‐ 17.00
21.51%
Pukul 12.00 ‐ 14.00 49.62%
15.44%
Kendari
Gorontalo
Pukul 24.00 ‐ 05.00
25.69%
12.37%
Lampung
Jambi
23.16% 15.94% 14.49% 21.80% 15.04% 23.90% 22.01%
Pukul 08.00 ‐ 10.00
38.93%
16.50% 18.45% 11.76%
Pukul 10.00 ‐ 12.00
Pukul 05.00 ‐ 08.00 49.26%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
Grafik 12 Waktu Favorit Mendengarkan Pro 2 Berbeda dengan Pro 1, terdapat kecenderungan di mana pendengar Pro 2 lebih menyukai mendengarkan radio sore hingga malam hari. Tampaknya, hal ini disesuaikan kegiatan sekolah/kuliah yang lebih banyak dilakukan pada pagi hingga siang hari. Baik di Pontianak, Gorontalo, Kupang, Singaraja, Kendari, Purwokerto, dan juga Bandar Lampung menempatkan sore‐malam hari sebagai waktu favorit, yakni pukul 17.00‐21.00. Waktu favorit kedua bervariasi antara pukul 21.00‐24.00 dan pukul 05.00‐08.00. Hanya di Jambi dan Padang di mana waktu favorit adalah pagi hari, yakni pukul 05.00‐08.00. Di Padang, persentasenya sangat mencolok, di urutan berikutnya adalah sore hingga malam hari (pukul 17.00‐21.00). Di Gorontalo dan Kupang, waktu favorit kedua adalah pagi hari, yakni pukul 05.00‐08.00. Sementara untuk Singaraja dan Purwokerto, waktu favorit kedua adalah pukul 08.00‐ 10.00. Di Malang, waktu favoritnya jauh lebih menyebar sehingga semakin menyulitkan bagi pengelola program acara. Waktu yang menyebar berarti bahwa waktu yang sedikit untuk mendengarkan radio itu semakin menyebar di waktu‐waktu pagi hingga malam hari dibandingkan dengan yang terfokus. Prime time yang fokus akan memudahkan pengelola untuk membuat program unggulan di waktu‐waktu tersebut dibandingkan dengan waktu yang menyebar.
Executive Summary | 12
18.58
Pontianak
30.09
0.88 26.67
Gorontalo
23.33
10.59
Kupang
29.41 21.18 20.41
7.14
Singaraja
Pukul 21.00 ‐ 24.00
19.39 14.73 20.93
Kendari
Pukul 17.00 ‐ 21.00 Pukul 14.00 ‐ 17.00
10.08 13.64 18.18
Malang
9.09 Purwokerto
13.46 13.46
Bandar Lampung
Pukul 12.00 ‐ 14.00 Pukul 10.00 ‐ 12.00
22.12
Pukul 08.00 ‐ 10.00 18.42
6.58
36.84
Pukul 05.00 ‐ 08.00
24.62 23.85
Jambi 3.08
45.33
28
Padang 2.67 0
10
20
30
40
50
Grafik 13 Waktu Favorit Mendengarkan Pro 2 Meskipun radio tidak lagi didengarkan secara tradisional—menggunakan radio transistor—tapi rumah tampaknya tetap menjadi favorit bagi responden. Ini berlaku tidak hanya untuk Pro 2, tapi juga Pro 1. KEBUTUHAN PENDENGAR PRO 1 DAN PRO 2 Kebutuhan akan berita/Informasi Seperti dapat dilihat pada grafik 15, kebutuhan‐kebutuhan informasi pendengar Pro 1 sangat beragam. Berita pendidikan tetap yang paling tinggi, dan muncul di hampir semua daerah diikuti dengan berita olah raga. Temuan ini mirip dengan kebutuhan informasi Pro 2. Hanya saja, kebutuhan informasi Pro 1 jauh lebih beragam variasinya. Di luar itu, seperti ditunjukkan di kota‐kota seperti Kupang dan Gorontalo, pendengar usia dewasa ini sangat menikmati berita‐berita politik dan pemerintahan. Kebutuhan informasi untuk topik ini hampir tidak muncul di Pro 2. Hanya di Gorontalo, di mana pendengar Pro 2 menyukai berita politik dan pemerintahan.
Executive Summary | 13
15.79 9%
Singaraja Purwokkerto
% 11.59%
6.84% 16
13.77%
11.59%
24.06%
Pontiianak Padang
9% 15.79
% 11.95%
11.28% 16.98%
Maalang
17.43%
Lampung
19.8 89%
3.01%
Olahragga
8.18%
0% 5.50
Pendidikan
Selebritti/public figuree
22.0 02%
Ekonom mi dan bisnis
11.83%
11.83%
politik d dan pemerintaahan Hukum dan kriminal
12.98 8%
Kupang
22..82%
ndari Ken Jambi
15.53 3%
Goron ntalo
% 13.60% 0%
1 12.98%
22.90% 14.09% 5.83%
40%
Sosial‐kkebudayaan Keagam maan
4.8 85% 14.71%
27.94% 20%
8.05 5%
Kesehatan
60 0%
80%
100%
Grafik 14 Keb butuhan Beritta dan Inform masi di Pro 1 Kebutuhaan berita dan informasi un ntuk Pro 1 daan Pro 2 mem mang terdapat perbedaan n, tapi perbedaan‐ perbedaan itu tidak m mencolok kecu uali untuk berrita olah ragaa di mana perrsentasenya ccukup tinggi untuk Pro 2. An nak‐anak muda sebagaim mana segmen Pro 2 lebih banyak men nyukai beritaa‐berita olah raga. Hanya di Purwokerto o, berita olah h raga tidakk muncul seb bagai yang paling p dibutu uhkan responden. mpati posisi ttertinggi baru u kemudian d diikuti Sebaliknya, dan ini agaak unik, beritta selebritas jjustru menem nomi bisnis dan d pendidikan. Di luar in nformasi olah h raga, inform masi pendidikan menjadi yang oleh ekon paling dib butuhkan. Baahkan, dengaan beragam variasi, v berita dan inform masi pendidikkan menjadi satu‐ satunya tema t berita dan informasi yang seccara konsisteen muncul di d sepuluh kota k yang diteliti. Tampaknyya, ada kesad daran kuat dii kalangan an nak muda yan ng sebagian b besar pelajar//mahasiswa untuk mengetah hui informasi‐‐informasi peendidikan.
Executtive Summaryy | 14
Singarajaa Purwokertto Pontianaak Padang
23.4 47% 13.46% % 23 3.01% 24.0 00%
Malaang
18 8.18%
Lampung
25 5.00%
Kup pang Ken ndari Jambi Goro ontalo
16.47%
23.47% 20.19%
18.27% Pendidikan
16.81%
14.16% %
28.00%
16.00%
18.18%
% 11.36%
22.37%
18.42% 20 0.00%
25.58% 17..69% 23 3.33%
27% 13.2
14.73% % 2 22.31% 2 20.00%
Olahraga Selebriti Kesehatan Sosial Kebud dayaan
10.85% %
Ekonomi‐Bisnis
17.69% 23.33%
Politik dan Pemerintahan
Grafik 15 Keebutuhan Berrita dan Inforrmasi Pro 2 Keebutuhan Siaaran Musik Untuk mu usik, tidak adaa temuan‐tem muan penelitian yang men ncolok di sepu uluh kota. Mu usik pop dan m musik dangdut m menjadi yangg paling banyaak diinginkan oleh respond den. Di sini, aada perbedaan signifikan aantara Pro 1 dan n Pro 2 dalam m hal musik ssesuai dengan n selera dan kelas sosialnya. Di beberaapa kota, di P Pro 1, baru musik dangdut menempati posisi tertinggi seb bagai jenis musik m yang paling p ingin didengarkan, d kemudian n musik pop dan jenis‐jen nis musik lain nnya. Ini berb beda dengan n Pro 2 diman na sebagian besar menempaatkan musik pop sebagai pilihan utam ma. Ia selalu menjadi m jeniss musik yangg paling diingginkan pendengaar. Menarikn nya, selain musik m pop dan d dangdut,, musik etnik juga banyyak mendapatkan peminatnya di Pro 2. D Di semua kotaa, jenis musik ini selalu diteempatkan di urutan ketigaa. 1 DAN PRO 2 EVALUASI TERHADAP PROGRAM SIARAN PRO 1 mum, evaluassi mengenai p program Pro 1 dan Pro 2 tidak mengandung banyaak masalah. D Dalam Secara um arti, sebaagian besar untuk u program siaran mu usik, informasi, penyiar, dan d juga kuaalitas suara dinilai d memuaskkan oleh respo onden. Ini beerarti bahwa p program siaraan Pro 1 dan Pro 2 sudah rrelatif memuaskan bagi responden meskiipun ada yan ng perlu diperhatikan, yakkni responden n yang menyyatakan biasaa saja. Meskipun n sebagian besar b menyaatakan puas, tapi yang menyatakan biasa saja untuk beritaa dan informasi, musik, penyiar, dan jugga kualitas su uara relatif tinggi, yakni sekitar s 20%. Tentu T saja, hal h ini perhatikan de engan baik karena k ketikaa responden menyatakan n biasa saja berarti tidakk ada harus dip keistimew waan baik daalam berita dan informaasi, penyiar, musik, dan juga kualitaas suara. Deengan demikian,, perlu ada perbaikan pad da aspek‐aspeek tersebut. SSementara itu u, untuk keunggulan Pro 1 dan Pro 2, tampak bahwaa untuk Pro 1 hampir seemuanya men nyatakan di program berrita dan info ormasi sebagai keunggulan k utama, sedangkan Pro 2 pada p musiknyya. Hanya di Kendari dan n Kupang di mana berita dan n informasi diitempatkan sebagai keungggulan utama Pro 2. Executtive Summaryy | 15
Temuan yang mungkin layak mendapatkan perhatian justru pada pengetahuan pendengar terhadap slogan Pro 1 dan Pro 2. Pengetahuan atas slogan Pro 1 dan Pro 2 ternyata sangat lemah. Untuk Pro 1, hanya di Gorontalo di mana pengetahuan pendengar atas slogan Pro 1 sangat bagus. Di kota ini, persentasenya mencapai 71,69%. Namun, di kota‐kota lain, persentase tertinggi justru yang tidak mengetahui. Di Purwokerto, persentase pendengar yang tidak mengetahui slogan Pro 1 mencapai 91,30%, sedangkan di Malang, Padang, Singaraja, dan juga Pontianak mencapai di atas atau sama dengan 70%. Ini mengindikasikan kurangnya sosialisasi.
Singaraja Purwokerto Pontianak Padang Malang
91.30%
8.70% 78.20%
21.80%
80.50%
19.50%
84.40%
15.60%
Lampung
43.01%
Kupang
21.37%
Kendari
22.15% 58.25%
28.31% 20.00%
tahu
75.84% 41.75%
Gorontalo
tidak tahu
56.45% 78.63%
Jambi
0.00%
70.00%
30.00%
40.00%
71.69% 60.00%
80.00%
100.00%
Grafik 16 Pengetahuan Atas Slogan Pro 1 Pada Pro 2, juga hanya di Gorontalo di mana pengetahuan atas slogan Pro 2 sangat tertinggi. Ini selaras dengan popularitas RRI di kota ini. Di Gorontalo, pengetahuan responden mengenai slogan Pro 2 mencapai 80%. Hal yang sama juga terjadi di Bandar Lampung dan Kendari, tapi dalam persentase yang jauh lebih kecil. Di Kendari, pengetahuan atas slogan Pro 2 mencapai 58%, sedangkan di Bandar Lampung mencapai 61.84%. Selebihnya, seperti di Singaraja dan Padang, antara yang tahu dan tidak tahu berimpit atau berimbang. Di Pontianak, Purwokerto, Malang, Jambi, dan Kupang jumlah pendengar yang mengetahui slogan Pro 2 bahkan lebih rendah. Di kota‐kota ini, sebagian besar responden justru tidak mengetahui slogan Pro 2. Jika slogan merupakan sesuatu yang penting, tentu hal ini harus lebih diperhatikan oleh penyiar dan pengelola masing‐masing saluran.
Executive Summary | 16
Pontianak
38.05
Gorontalo
80
Kupang
36.47
Singaraja
51 1.02
Kendari
58.14
Malang
Tidak TTahu
31.82
Pu urwokerto
Tahu
16.35
Bandarr Lampung
61.84
Jambi
38.46
Padang
33 49.3 0
10
20 0
30
40
50
60
70
80
90
Grafik 17 Pengetahuaan Atas Slogan Pro 2 ndasi Umum P Penelitian Rekomen Dari temu uan pokok penelitian di sepuluh kota, rrekomendasi umum penelitian ini adalaah sebagai beerikut. Pertama, waktu yang digunakan un ntuk menden ngarkan radio o tidaklah ban nyak, dan di aantara waktu u yang tidak banyyak itu ada w waktu‐waktu yyang paling b banyak digunakan untuk m mendengarkan Pro 1 dan P Pro 2. Oleh kareena itu, penting kiranya untuk u memfo okuskan selurruh energi yaang ada untu uk membuat acara bagus di w waktu‐waktu prime time. Misalnya, pada waktu anttara pukul 17 7‐21.00 untukk pendengar P Pro 2, penyiar yaang ditugaskaan pada jam‐jjam itu adalah penyiar terrbaik. Musiknya pun yang terbaik, dalam m arti yang paling pas denggan waktu daan kebutuhan pendengarr. Peran MD perlu lebih dimaksimalkkan di waktu‐waaktu prime tim me. Kemudian n, oleh karena kebutuhan berita dan in nformasi tidakk bisa dihindaarkan, pada wakktu prime tim me ini, perlu disiapkan d berrita dan inforrmasi yang up u to date, teerutama men ngenai pendidikaan mengingatt kebutuhan informasi inilaah yang paling banyak dibutuhkan, barru kemudian b berita olah raga atau ekonom mi dan bisnis aatau juga poliitik dan pemeeritahan sepeerti dalam kassus Gorontalo o. ukan usaha‐u usaha yang ditujukan untu uk mengantissipasi perkem mbangan teknologi. Kedua, peenting melaku Sebagaim mana ditunjukkan dalam peenelitian ini, ttelah terjadi p pergeseran caara orang meendengarkan radio. Saat ini, banyak orang mendengarkan radio dengan mengggunakan han ndphone dibaandingkan deengan radio tran nsistor. Untukk Pro 1, radio o transistor m masih dominaan digunakan,, tapi tidak untuk Pro 2. D Dalam lima hinggga sepuluh taahun ke depan, pergeseran n ini akan berlangsung sem makin signifikkan dan karen nanya perlu usaaha‐usaha un ntuk mengantisipasi perubahan tersebut. Misalnya, bagaimana membuat radio menjadi lebih l intim karena k ketika seseorang mendengarka m an radio dengan menggunakan handp phone sifatnya m menjadi jauh llebih personaal.
Executtive Summaryy | 17
Ketiga, pentingnya dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Penelitian yang dimaksudkan di antaranya untuk mengetahui jenis‐jenis musik pop dan jenis‐jenis informasi secara lebih spesifik. Penelitian ini hanya memberikan gambaran besar atas beragam musik dan informasi yang paling dibutuhkan pendengar Pro 1 dan Pro 2. Namun, genre musik pop itu sendiri sangatlah banyak sehingga perlu dikaji lebih mendalam, terutama disesuaikan dengan waktu pemutarannya. Begitu juga dengan jenis berita dan informasi. Sebagai contoh, berita dan informasi pendidikan mencakup dimensi yang luas, seperti biaya, informasi pendaftaran sekolah dan syarat‐syaratnya, kualifikasi pendidikan yang bagus, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Dalam konteks ini, penting bagi Pro 1 dan Pro 2 untuk mempertajam penelitian ini dengan membuat penelitian lanjutan. Penelitian itu bisa dilakukan dengan survei ataupun FGD.
Executive Summary | 18