Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan, Jawa Timur (19391985)
Lia Estika Sari, Yon Machmudi
Program Studi Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus UI, Depok, 16424, Indonesia
Email:
[email protected]
Abstrak
Skripsi ini membahas tentang sejarah dan perkembangan Pesantren Sabilil Muttaqien di Takeran, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara secara mendalam sebagai data primer, observasi dengan penelitian lapangan di obyek penelitian dan studi pustaka. Studi pustaka digunakan untuk melengkapi data melalui buku-buku dan dokumen-dokumen milik pesantren. Hasil penelitian menemukan bahwa Pesantren Sabilil Muttaqien memiliki sejarah yang sangat menarik. Pesantren Sabilil Muttaqien mengalami langsung peristiwa pemberontakan PKI Madiun dimana kyai, ustadz dan santri menjadi korban pemberontakan PKI. Setelah kehilangan sosok pemimpin, Pesantren Sabilil Muttaqien terus berkembang dan bangkit bahkan melakukan kerjasama-kerjasama dengan pemerintah seperti Departemen Agama, Yayasan Dharmais, BUMN, dan Sekber Golkar. Pesantren Sabilil Muttaqien juga mendapatkan prestasi penghargaan kalpataru dari Presiden Soeharto. Kata Kunci: Pesantren Sabilil Muttaqien; Magetan; PKI Madiun
Abstract
This thesis discusses the history and development of the Pesantren Sabilil Muttaqien in Takeran, Magetan, East Java Province. This study is a qualitative study using in-depth interviews as the primary data, observations with the object of research in the field of research and literature. Literature study is used to supplement the data through the books and documents belonging to boarding. The theory in this thesis used a theory of categorization of boarding. Boarding were categorized into modern boarding, tahassus boarding, and mix boarding. The results found that the boarding school Sabilil Muttaqien has a very interesting history especially in 1939-1985. Pesantren Sabilil Muttaqien experienced directly on PKI Madiun rebellion incident in which clerics, religious teacher and students became victims of PKI rebellion. Madiun Affairs resulted Pesantren Sabilil Muttaqien loss a leader however Pesantren Sabilil Muttaqien tried to rise up and growing. Keywords: Pesantren Sabilil Muttaqien; Magetan; PKI Madiun
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Pendahuluan Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar dengan sistem asrama. Santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada di bawah kepemimpinan seorang atau beberapa orang kyai.1 Pesantren Sabilil Muttaqien dahulunya bernama Pesantren Takeran merupakan salah satu pesantren yang berada di kabupaten Magetan, provinsi Jawa Timur. Di kabupaten Magetan terdapat sebanyak 51 pondok pesantren. Di antaranya adalah Pondok Pesantren Singo Wali Songo Bencok Kartoharjo Magetan, Pondok Pesantren Al Fatah Temboro Karas Magetan, Pondok Pesantren Al Ma'arif Mojopurno Ngariboyo Magetan, Pondok Pesantren Kholifatulloh Semen Takeran Magetan, dll. Pesantren memiliki peran sangat penting dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Dahulu Takeran merupakan sebuah desa abangan yaitu desa yang sama sekali belum pernah mengenal ajaran agama. Kyai Hasan Ulama pun datang ke Takeran pada 1880 Masehi, kemudian mendirikan sebuah pendapa dan masjid untuk berdakwah dan mengajarkan agama Islam kepada masyarakat sekitar. Berdirilah Pesantren Takeran dengan sistem pengajaran yang masih tradisional yaitu weton dan sorogan. Masyarakat Takeran sangat antusias untuk belajar agama Islam dan mereka mulai mendirikan masjid-masjid di Magetan, Madiun, Ngawi, Ponorogo dan sekitarnya. Pada waktu Pesantren Takeran tersebut berpindah kepemimpinan kepada Kyai Imam Mursyid Muttaqien, pesantren tersebut berganti nama menjadi Pesantren Sabilil Muttaqien. Pada masa perintisannya menjadi Pondok Pesantren modern, terdapat banyak hambatan yang dialami, salah satunya yaitu munculnya pemberontakan PKI Madiun pada 1948 sejumlah kyai dan ulama pondok pesantren tersebut menjadi korban. Kyai Imam Mursyid Muttaqien juga merupakan korban pemberontakan yang diculik oleh PKI Madiun. PKI atau Partai Komunis Indonesia adalah partai yang ingin membentuk negara sendiri yaitu Republik Indonesia Soviet yang bersistem kapitalis. PKI memberontak pesantren-pesantren karena dianggap musuh terbesar mereka yang menghalangi 1
M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, hlm. 229.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
terbentuknya Republik Indonesia Soviet. PKI pada dasarnya ingin memisahkan Tuhan dengan negara. Pesantren Sabilil Muttaqien sudah diincar oleh PKI karena dianggap pesantren yang besar di Magetan dan memiliki kyai-kyai yang kuat dan tidak mudah terpengaruh. Selain Pesantren Sabilil Muttaqien masih ada pesantren lain yang menjadi korban pemberontakan PKI Madiun 1948 yaitu Pesantren Dagung, Pesantren Burikan, Pesantren Mojopurno dll. Tidak hanya peristiwa PKI Madiun saja yang menjadi hambatan berkembangnya Pesantren Sabilil Muttaqien. Beberapa bulan setelah peristiwa tersebut pada Desember 1948, terjadi peristiwa Clash II atau Agresi militer II Belanda. Belanda memanfaatkan situasi negara RI yang sedang mengalami kekacauan akibat pemberontakan PKI di Madiun untuk menguasai kembali wilayah Indonesia. Warga pesantren saat itu mengungsi ke daerah yang lebih aman sehingga harus meninggalkan pesantren. Peristiwa tersebut membuat gedung-gedung sekolah Pesantren Sabilil Muttaqien menjadi hancur dan terdapat siswa-siswi yang gugur akibat perang dengan Belanda. Hambatan-hambatan tersebut tidak membuat Pesantren Sabilil Muttaqien berhenti berkembang. Pondok Pesantren tersebut melahirkan banyak alumni yang menjadi tokoh-tokoh besar misalnya Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia pada 2011-sekarang yaitu Dahlan Iskan dan mantan ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) yaitu Muhammad Kharis Suhud. Pondok Pesantren Sabilil Muttaqien juga pernah mendapatkan penghargaan kalpataru pada zaman pemerintahan presiden Soeharto karena pondok pesantren tersebut telah menjaga lingkungan kabupaten Magetan dengan sangat baik. Kajian yang membahas pesantren memang selalu menarik karena institusi pendidikan Islam ini relatif masih belum banyak dieksplorasi oleh para peneliti. 2 Dalam skripsi ini, peneliti memilih Pesantren Sabilil Muttaqien sebagai objek penelitian untuk mengeksplorasi sejarah pesantren yang paling merasakan akibat dari pemberontakan PKI Madiun yang akan memberikan wawasan baru kepada pembaca. Peneliti sangat tertarik dan ingin tahu mengenai sejarah panjang Pesantren Sabilil Muttaqien. Dalam skripsi ini juga akan dibahas perkembangan yang terdapat di Pesantren Sabilil 2
Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002, hlm. ix.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Muttaqien yang dahulunya hanya pesantren tradisional dan sekarang telah berkembang menjadi pesantren modern yang juga memiliki sekolah kejuruan.
Rumusan Masalah Pesantren Sabilil Muttaqien yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Takeran merupakan hal yang sangat menarik untuk dikupas lebih dalam. Peristiwaperistiwa penting yang terjadi di Pesantren Sabilil Muttaqien mulai dari peristiwa PKI Madiun sampai dengan Agresi Militer Belanda II menjadi hal yang sangat penting untuk diteliti. Terlebih saat Pesantren Sabilil Muttaqien berjuang untuk bangkit dan banyak bekerjasama dengan pihak-pihak luar. Sejarah Pesantren Sabilil Muttaqien yang sangat penting untuk diteliti dapat menarik beberapa permasalahan dan dari latar belakang yang ada, permasalahan pokok yang muncul dalam skripsi ini adalah: 1. Bagaimana sejarah dan perkembangan Pesantren Sabilil Muttaqien? 2. Bagaimana
peran
Pesantren
Sabilil
Muttaqien
dalam
menghadapi
pemberontakan PKI Madiun?
Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Pesantren Sabilil Muttaqien yang pada awal berdirinya berupa pesantren yang murni tradisional lalu dalam perkembangannya mengalami banyak hambatan dan berubah dari waktu ke waktu menjadi pesantren modern. Dari rumusan masalah yang ada, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejarah dan perkembangan Pesantren Sabilil Muttaqien secara periodik, siapa saja kyai dan pimpinan pesantren dari periode awal sampai periode akhir, bagaimana gambaran umum Pesantren Sabilil Muttaqien, apa saja kitab yang dipelajari dan bagaimana metode pendidikan yang diajarkan di pesantren maupun di sekolah, apa saja sarana dan prasarana yang ada di sekolah maupun di lingkungan pesantren. Melalui penelitian ini, diharapkan pembaca juga dapat menambah khazanah pengetahuan baru tentang pemberontakan PKI Madiun yang terjadi di Pesantren Sabilil Muttaqien.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Tinjauan Teoritis Secara etimologi, pondok pesantren berasal dari kata pondok dan pesantren. Penyebutan pondok, pesantren atau pondok pesantren dalam bahasa sehari-hari memiliki makna yang sama. Secara esensi penyebutan pesantren dengan pondok pesantren memiliki arti yang berbeda. Penyebutan pesantren digunakan jika para siswa atau santri dalam lembaga tersebut tidak memiliki fasilitas asrama atau tempat tinggal. Biasanya para santri tersebut berasal dari daerah di sekitar daerah pesantren tersebut, hal ini dikarenakan pada pondok pesantren itu pengajaran hanya dilakukan pada waktuwaktu tertentu atau yang biasa disebut dengan istilah sistem wetonan. Sedangkan pondok pesantren yang para santrinya difasilitasi dengan pondok atau asrama itulah yang secara esensi dapat disebut dengan pondok pesantren.3 Mujamil Qomar mendefinisikan pondok pesantren adalah suatu tempat pendidikan dan pengajaran yang menekankan pelajaran agama Islam dan didukung asrama sebagai tempat tinggal santri yang bersifat permanen.4 Penyebutan pondok pesantren dianggap kurang singkat dan padat, oleh karena itu pesantren lebih tepat digunakan untuk menggantikan pondok atau pondok pesantren. Lembaga Research Islam mengartikan pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam dan sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya.5 Pengertian pesantren sangat luas mengingat pola pembelajaran tiap pesantren sangat beragam dan berbeda antara satu dengan yang lainnya. Secara terminologi, pesantren dimaknai sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diimplementasikan dengan cara non-klasikal. Seorang kyai mengajar santri berdasarkan kitab-kitab berbahasa Arab dari ulama-ulama besar sejak abad pertengahan, sedangkan para santrinya tinggal dalam asrama pesantren.6 Mastuhu mengartikan pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan 3
Mujamil Qomar, op.cit, hlm. 1. Ibid, hlm. 2. 5 Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan, 1991. hlm. 247. 6 Marwan Saridjo, Sejarah Pondok Pesantren Di Indonesia, Jakarta: Dharma Bhakti, 1983, hlm. 9. 4
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
mengamalkan ajaran agama Islam dengan menekankan penting moral keagamaan sebagai pedoman perilaku sehari-hari.7 Dari segi etimologi, menurut Zaini ada pendapat yang menyebutkan bahwa pesantren berasal dari kata ‘santri’ yang diberi awalan pe- dan akhiran –an, yang berarti sebuah pusat pendidikan Islam tradisional atau sebuah pondok untuk santri-santri sebagai model sekolah agama Islam di Jawa. Ada juga yang menyebutkan bahwa kata ‘santri’ diadopsi dari bahasa India ‘shastri’ yang bermakna orang suci dalam agama Hindu.8 Kata ‘pondok’ yang mengiringi kata ‘pesantren’ juga dimungkinkan berasal dari bahasa Arab ‘funduq’ yang berarti asrama.9
Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi kepustakaan. Studi kepustakaan digunakan untuk melengkapi metode wawancara dan observasi yaitu mengadakan penelitian dengan cara mengumpulkan, mempelajari dan membaca buku-buku, literatur-literatur dan artikelartikel ilmiah yang ada hubungannya dengan permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu tentang Pesantren Sabilil Muttaqien. Studi kepustakaan juga digunakan untuk menulis landasan teori pesantren. Selain itu peneliti juga melakukan studi pustaka dengan dokumen-dokumen penting Pesantren Sabilil Muttaqien seperti Madjmuah Risalah, Risalah Qoidah, Himpunan hasil ihtifal, buku Ke-PSM-an dan dokumen-dokumen penting lainnya. Wawancara adalah cara mendapatkan informasi dengan bertanya langsung kepada responden. Pada penelitian ini, wawancara berfungsi sebagai metode primer yaitu data yang diperoleh dari wawancara merupakan data yang utama guna menjawab pemasalahan penelitian. Wawancara dilakukan dengan pihak-pihak yang terkait dengan Pesantren Sabilil Muttaqien seperti wawancara kepada kyai dan ustadz pondok pesantren, pengurus organisasi Pesantren Sabilil Muttaqien, kepala sekolah, guru-guru, 7
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994, hlm. 55. 8 Zaini Muchtarom, Santri dan Abangan di Jawa, Jakarta: INIS, 1998, hlm. 6. 9 Karel A. Steebrink, Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta: LP3ES, 1994, hlm. 20.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
pihak administrasi, santri dan masyarakat sekitar. Wawancara dilakukan secara terstruktur baik formal maupun informal menggunakan data-data pertanyaan yang sudah ditulis. Informan yang memberikan informasi telah ditentukan oleh pihak staff TU Majelis Pimpinan Pusat.
Hasil dan Pembahasan Pesantren Sabilil Muttaqien pada awalnya bernama Pesantren Takeran didirikan oleh Kyai Hasan Ulama dibantu oleh mertuanya bernama Kyai Mohammad Ilyas pada 1880 Masehi. Kyai Hasan Ulama merupakan seorang mursyid tarekat Syatariyah dan Ia adalah putra dari Kyai Kholifah (Pangeran Kertapati) yang merupakan prajurit penasehat spiritual pangeran Diponegoro. Di saat terjadi perang di Jogjakarta, Kyai Kholifah dan Kyai Hasan Ulama mengungsi ke Desa Bogem, Sampung, Ponorogo pada 1825-1830 M. Selama tinggal di Takeran, Kyai Hasan Ulama mengajarkan ilmu-ilmu agama yang dimilikinya kepada masyarakat sekitar. Ia berhasil mengubah lingkungan desa Takeran yang sebelumnya kurang memiliki nilai-nilai moral menjadi lingkungan yang penuh dengan norma-norma agama.10 Kyai Hasan Ulama wafat pada 1914 M/1337 H dan meninggalkan Risalah Qoidah atau pedoman berdirinya pesantren. Pesantren Takeran lalu dipimpin oleh Kyai Imam Muttaqien Bin Hasan Ulama selaku putra sulung Kyai Hasan Ulama.11 Setelah Pesantren Takeran dipimpin oleh Kyai Imam Muttaqien pesantren tersebut semakin maju dan berkembang. Pada masa kepemimpinan Kyai Imam Muttaqien model pendidikannya pun masih bersifat tradisional murni sebagaimana model pendidikan di masa Kyai Hasan Ulama yaitu menggunakan weton dan sorogan. 12
Periode Pembaharuan
10
Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014. 11 Madjmu’ah Risalah Pesantren Sabilil Muttaqien, hlm. 26. 12 Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Pada 1936 M, setelah Kyai Imam Muttaqien wafat, kepemimpinan Pesantren Takeran digantikan oleh Kyai Imam Mursyid Muttaqien sebagai putra almarhum Kyai Imam Muttaqien.13 Pada saat itu usia Kyai Imam Mursyid Muttaqien masih sangat muda yaitu 16 tahun dan Ia harus melakukan pendalaman keilmuannya di berbagai pondok pesantren seperti Pesantren Temboro dan Pesantren Luhur. Selain belajar di Pondok Pesantren, Kyai Imam Mursyid Muttaqien juga belajar di sekolah Belanda yang terdapat di Madiun bersama dua orang saudaranya yaitu Siti Fauziah Muttaqien dan Kyai Muhammad Tarmudji.14 Pesantren Takeran pun sementara dipimpin oleh keluarga besar pesantren yaitu Kyai Abu Syukur, Kyai Mohammad Umar, Kyai Tafsir, dan Kyai Mohammad Sahid sampai menunggu usia Kyai Imam Mursyid 22 tahun.15 Pada masa kepemimpinan Kyai Imam Mursyid Muttaqien, Ia memprakarsai adanya sistem pembaharuan dengan pola kepemimpinan pesantren pada tahun 1938 M. Pada dasarnya sistem ini lebih mengembangkan potensi para kyai atau sesepuh pesantren yang memiliki spesialisasi ilmu agama. Sistem pembaharuan tersebut bernama “Majelis Pimpinan” pesantren.16 Dalam Majelis Pimpinan ini yang bertindak sebagai Pemimpin Umum Pesantren yaitu Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Sistem Majelis Pimpinan Pesantren mengalami beberapa penyempurnaan karena Pesantren Takeran ingin terus memperbaiki kualitas pendidikan pesantren. Pada 9 Syawal 1358 H / 1939 Masehi didirikan Majelis Ma’arif (Majelis Pengajaran). Majelis Ma’arif tersebut menggunakan sistem pendidikan melalui pendekatan terpadu antara cara lama dengan cara baru. Cara lama atau tradisional adalah dengan pengajaran Weton dan Sorogan. Sedangkan cara baru adalah dengan sistem madrasah dan sistem klasikal, yaitu belajar sesuai dengan tingkatan umur dan kebutuhan yang ada. Sistem madrasah tersebut bertujuan agar semua lapisan masyarakat bisa ikut mengenyam pendidikan di Pesantren Takeran sesuai dengan tujuan almarhum Kyai Hasan Ulama pendiri Pesantren Takeran.17 nama Pesantren Takeran pun diubah menjadi “Pesantren Sabilil Muttaqien” yang disingkat PSM dan dikukuhkan dalam rapat besar pesantren di Masjid Jami’ 13
Madjmu’ah Risalah Pesantren Sabilil Muttaqien, hlm. 26 Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014. 15 Wawancara dengan Zakariya AN, di Takeran, pada 14 Oktober 2014. 16 Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014. 17 Ibid. 14
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Pesantren Takeran, tepatnya pada 16 September 1943 M / 9 Syawal 1362 H. Pemberian nama baru tersebut tidak merubah azas dan tujuan pesantren yang ditanam oleh Kyai Hasan Ulama. Peraturan-peraturan Pesantren Sabilil Muttaqien pun sudah ditulis dalam Madjmuah Risalah.
Konfrontasi dengan PKI Madiun Ketika Pesantren Sabilil Muttaqien berkembang menuju pesantren yang lebih modern, pesantren tersebut banyak mengalami hambatan. Hambatan tersebut adalah peristiwa PKI Madiun 1948 di mana pada peristiwa tersebut para kyai, ustadz, santri dan warga Pesantren Sabilil Muttaqien diculik dan dibunuh. Peristiwa tersebut terjadi pada 17 September 1948. PKI mengincar tokoh-tokoh dari Pesantren Sabilil Muttaqien karena dianggap sebagai musuh utama mereka karena Pesantren Sabilil Muttaqien adalah pesantren yang paling berwibawa di kawasan Magetan18 dan memiliki kyai yang sangat kharismatik yaitu Kyai Imam Mursyid Muttaqien.19 Anggota PKI Madiun bergerak dengan kekuatan seribu lima ratus orang. Mereka mengejutkan kesatuan-kesatuan TNI Angkatan Darat seperti kesatuan CPM dan Siliwangi, sehingga perlawanan hanya berlangsung selama beberapa jam.20 Pada saat itu, beribu-ribu anggota PKI dengan membawa senapan, kelewang, arit, pentungan, dan senjata lainnya bergerak dari berbagai arah ke segala arah, menerjang segala apa yang mereka jumpai. Pesantren-pesantren di mana terdapat para kyai dan santri militan yang menjadi musuh utama mereka dengan mudah dapat mereka kalahkan. Tidak hanya itu saja, mereka juga menyerbu polsek, polres, depo militer, kantor distrik militer, kabupaten, kejaksaan, kecamatan, bahkan kelurahan. Dalam tempo singkat Madiun, Magetan, Ponorogo, Pacitan, Trenggalek, Ngawi, Purwantoro, Sukoharjo, Wonogiri, Blora, Pati, Cepu, dan Kudus telah dikuasai oleh pasukan PKI.21 Tidak lama setelah
18
Tim Penyusun Jawa Pos, Lubang-‐Lubang Pembantaian: Petualangan PKI di Madiun, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1990, hlm. 17. 19 Abdul Mun’im DZ, Benturan NU-‐PKI 1948-‐1965, Depok: PBNU dan Langgar Swadaya Nusantara, 2014, hlm. 54. 20 Harry A. Poeze, Madiun 1948: PKI Bergerak, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011, hlm. 159. 21 Tim Penyusun Jawa Pos, op.cit, hlm.17.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
fajar menyingsing, Madiun jatuh di tangan PKI. Sekitar 350 orang ditahan.22 Bupati, Patih, Wedana, kepala polisi, kemandan depo, jaksa, kyai, guru, pimpinan partai dan organisasi beserta bawahannya beramai-ramai digiring ke suatu tempat kemudian satu persatu dijagal di lubang-lubang pembantaian yang telah disiapkan oleh para anggota PKI.23 Magetan sebagai kawasan paling dekat dengan ibu kota Keresidenan Madiun, dalam tempo beberapa hari telah jatuh ke tangan PKI. “Pembersihan” dilakukan di mana-mana untuk mengubah yang bukan merah dan diganti menjadi yang merah yang bukan PKI diganti menjadi PKI. Masyarakat yang tidak mau bergabung dengan PKI diculik, dibantai dan dibunuh. Semua peristiwa tragis yang begitu mengerikan bagi masyarakat Magetan itu adalah puncak petualangan Muso dan Amir Syarifuddin dalam upaya mereka mendirikan Republik Soviet Indonesia. Meskipun peristiwa mengerikan itu disebut Madiun Affair tetapi di antara sekian daerah yang menjadi korban pemberontakan PKI, masyarakat Magetanlah yang paling parah menerima akibatnya. Seperti kasus pada Pesantren Sabilil Muttaqien (PSM) yang dulu masih bernama Pesantren Takeran.24 Pesantren Sabilil Muttaqien dikepung oleh tokoh-tokoh PKI selama seminggu. Kyai Imam Mursyid Muttaqien selaku pemimpin pesantren akhirnya menyerah karena diancam pesantrennya akan dibakar dan keluarganya akan dihabisi. Setelah selesai shalat Jum’at, tokoh-tokoh PKI tersebut mendatangi Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Kyai Imam Mursyid Muttaqien diajak keluar dari sebuah mushola kecil di kawasan pesantren. Tokoh-tokoh PKI tersebut mengatakan bahwa Kyai Imam Mursyid Muttaqien akan diajak bermusyawarah mengenai pembentukan Republik Soviet Indonesia. Keberangkatan Kyai Imam Mursyid Muttaqien bersama orang-orang PKI sangat membuat risau warga pesantren dan warga pesantren tidak menduga jika Kyai Imam Mursyid Muttaqien mau untuk diajak berunding dengan PKI.25
22
Harry A. Poeze, op.cit, hlm. 160. Wawancara dengan Zakariya AN, pada 14 Oktober 2014. 24 Tim Penyusun Jawa Pos, op.cit, hlm. 16. 25 Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014. 23
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Di depan pendapa pesantren, Kyai Imam Mursyid Muttaqien pun naik ke dalam mobil jeep milik PKI. Sebelum mobil tersebut berangkat, Imam Faham, saudara sepupu Kyai Imam Mursyid meminta kepada PKI agar mendampingi pemimpinnya tersebut. PKI bersama Kyai Imam Mursyid dan Imam Faham pun keluar dari kawasan pesantren.26 Di tengah jalan Imam Faham dipisahkan oleh Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Imam Faham dibawa ke Desa Cigrok, sebelah selatan Takeran lalu dibantai dan dikubur hidup-hidup di sumur tua bersama Kyai Imam Sofwan dari Pesantren Kebonsari dan Hadi Addaba yaitu guru dari Mesir yang mengajar di Pesantren Takeran.27 Pada hari Minggu, 19 September 1948, kurir PKI datang kembali ke pesantren dan menyampaikan pesan bahwa Kyai Imam Mursyid belum bisa pulang. Mereka mengatakan bahwa perundingan tersebut membutuhkan kehadiran Kyai Muhammad Noer, sepupu Kyai Imam Mursyid yang selama itu ikut memimpin Pesantren Takeran. Begitu mendengar pesan dari kurir PKI tersebut, diam-diam Kyai Muhammad Noer mendatangi sendiri markas PKI di Gorang Gareng, 6 kilometer di sebelah barat Takeran. Di tengah jalan Kyai Muhammad Noer ditangkap PKI dan dibawa ke markas PKI di Gorang Gareng.28 Setelah Kyai Muhammad Noer ditawan, kurir PKI berulang kali mengunjungi pesantren. Mereka mengatakan bahwa Kyai Imam Mursyid dan Kyai Muhammad Noer baru bisa kembali pulang setelah Ustadz Muhammad Tarmudji, adik ipar Kyai Imam Mursyid datang menjemput ke Gorang Gareng. Pada peristiwa tersebut, Ustadz Muhammad Tarmudji sedang tidak berada di Takeran. Dia pergi ke Bojonegoro. Sebagai tokoh pemuda, saat itu ustadz Tarmudji sudah merasakan suasana yang tidak beres. Oleh karena itu, dia ingin mendapatkan informasi mengenai keadaan politik dari seorang anggota keluarga yang menjadi tentara yang bertugas di Bojonegoro. Ustadz Muhammad Tarmudji baru pulang dari Bojonegoro setelah Kyai Imam Mursyid dan Kyai Muhammad Noer sudah dibawa PKI. Waktu itu dia akan kembali ke Takeran dengan naik sepeda. Di tengah jalan, ia diberitau oleh seorang kusir dokar bahwa keadaan pesantren sedang gawat dan dia mendapatkan giliran dicari PKI. Mendapatkan 26
Tim Penyusun Jawa Pos, op.cit, hlm. 18. Ibid, hlm. 58. 28 Ibid, hlm. 19. 27
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
informasi seperti itu, Ustadz Muhammad Tarmudji secepatnya menyelamatkan diri dan tidak kembali ke pesantren sebelum pesantren dalam keadaan aman.29 Meskipun tidak menemukan Ustadz Muhammad Tarmudji, PKI terus menangkap tokoh-tokoh pesantren seperti Ustadz Ahmad Baidawy, Muhammad Maidjo, Rofi’i Tjiptomartono, Kadimin, Reksosiswojo, Husein, Hartono, dan Hadi Addaba. Hadi Addaba adalah guru pesantren yang di datangkan dari Al-Azhar, Kairo, Mesir. Tokoh-tokoh tersebut akhirnya tidak pernah kembali. Sebagian besar ditemukan sudah menjadi mayat di lubang-lubang pembantaian PKI yang tersebar di berbagai tempat di Magetan.30 Yang menimbulkan keheranan sampai sekarang adalah tempat Kyai Imam Mursyid dibantai tidak pernah diketahui karena mayatnya tidak ditemukan sampai sekarang. Dari berbagai lubang pembantaian, seluruh mayat para tokoh pesantren tersebut sudah ditemukan, tetapi jenazah Kyai Imam Mursyid tetap tidak ditemukan. Bahkan dari daftar korban yang dibuat PKI sendiri (daftar tersebut ditemukan oleh pasukan Siliwangi dan kini masih tersimpan), nama Imam Mursyid tidak ada.31 Berikut merupakan tabel nama-nama warga pesantren yang menjadi korban pemberontakan PKI. Tabel 1 nama-nama kyai dan pengurus PSM yang menjadi korban pembunuhan PKI No Nama Korban
Jabatan
1
Kyai Imam Mursyid
Pemimpin Umum
2
Kyai Muhammad Noer
Wakil Pemimpin Umum
3
Kyai Imam Faham
Guru dan Pengasuh PSM
4
Mohammad Suhud
Bagian pendidikan
5
Mohammad Maidjo
Kepala Madrasah Ibtidaiyah
6
Rekso Siswojo
Guru Bahasa Daerah Mu’allimin
7
Kyai Baidlowi
Guru Agama dan ahli Fiqih
29
Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014. 30 Tim Penyusun Jawa Pos, op.cit, hlm. 20-‐21. 31 Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
8
Ustadz Hadi Addaba’
Guru Bahasa Arab
9
Muhammad Nurun
Pengurus PSM
10
Imam Dihardjo
Pengurus PSM
11
Hartono
Guru Bahasa Arab
12
Rofi’i
Penasehat PSM
13
Prijo Hutomo
Penasehat PSM
14
Husein
Ketua Pelajar Mu’allimin PSM
Jenazah-jenazah korban pemberontakan PKI yang dimakamkan di makam Soco dan Bendo tersebut dipindahkan ke makam pahlawan Madiun dan makan pahlawan Magetan.32 Untuk mengenang korban pemberontakan PKI, dibangunlah sebuah monumen untuk memperingati kekejaman PKI oleh putra Mohammad Suhud yaitu Mohammad Kharis Suhud. Mohammad Kharis Suhud merupakan mantan ketua DPR/MPR RI pada masa orde baru 1987-1992, sebelumnya pada 1982-1987 ia memimpin Fraksi ABRI dan pada 1975-1978 ia menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Thailand. Setelah peristiwa pemberontakan PKI 1948 tersebut, Pesantren Sabilil Muttaqien mengalami krisis kepemimpinan, karena Pemimpin Umum dan pengurus serta pengasuh banyak yang gugur. Hal itu sangat dirasakan pengaruhnya oleh para santri yang pada waktu itu membutuhkan bimbingan karena pelaksanaan sistem pembaharuan yang dibuat oleh Kyai Imam Mursyid Muttaqien baru berjalan beberapa tahun. Kehilangan pemimpin dan pengasuh merupakan keprihatinan yang mendalam sekaligus tantangan bagi warga PSM untuk tetap melaksanakan dan mengembangkan konsep dasar pendirinya seperti dalam isi Majmuah Risalah PSM.33
Peristiwa Clash II di Magetan
32
Wawancara dengan Zakariya AN, di Takeran, pada 14 Oktober 2014. Wawancara dengan Zakariya AN, di Takeran, pada 14 Oktober 2014.
33
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Ketika suasana sedang berkabung dan prihatin setelah kehilangan pimpinanpimpinan pesantren akibat peristiwa Madiun Affair atau PKI Madiun, warga Pesantren Sabilil Muttaqien harus menghadapi cobaan untuk kedua kalinya, yaitu terjadinya serangan Belanda yang lebih dikenal dengan nama “Clash II” atau Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948.34 Tujuan Belanda melakukan Agresi Militer yang kedua ialah ingin menghancurkan kedaulatan Indonesia dan mengusai kembali wilayah Indonesia dengan melakukan serangan militer terhadap beberapa daerah penting di Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia pada saat itu. Pihak Belanda sengaja membuat kondisi pusat wilayah Indonesia tidak aman sehingga dengan kondisi seperti itu bangsa Indonesia menyerah kepada pihak Belanda.35 Tidak hanya Yogyakarta sebagai ibu kota Indonesia pada waktu itu yang diserang oleh Belanda. Belanda juga menyerbu seluruh kedudukan TNI dari Solo melewati Tawangmangu, Sarangan, Magetan menuju Maospati. Dalam perang tersebut, siswa-siswa terbaik Pesantren Sabilil Muttaqien banyak yang gugur karena menjadi pasukan yang menentang Belanda di antaranya adalah Sadijo dan Warno Surodjo (Siswa kelas II Mu’allimin Takeran), dan Suparno dan Sumani (Siswa kelas III Mu’allimin). Gedung madrasah pusat yang baru dibangun sebanyak enam lokal pun terpaksa dibumihanguskan oleh pasukan sendiri agar tidak ditempati oleh pasukan Belanda. Kyai Zakariya yang merupakan saksi peristiwa tersebut mengatakan pada saat itu semua pintu dan jendela dilepas, bangku-bangku sekolah dititipkan di rumah rakyat sekitar, dan rel kereta yang ada di depan pesantren juga dibengkokkan agar tidak bisa dilewati oleh pasukan Belanda.36 Periode Perkembangan Setelah peristiwa PKI Madiun, terjadi krisis kepemimpinan di Pesantren Sabilil Muttaqien. Kyai Zakariya mengatakan saat itu kondisi pesantren bagai anak ayam yang ditinggal induknya. Pada masa krisis kepemimpinan tersebut diadakan musyawarah inti warga Pesantren Sabilil Muttaqien di Takeran pada 1949. Hasil musyawarah tersebut adalah mengadakan pembenahan organisasi di segala bidang. Pimpinan pesantren 34
Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014. 35 Yunani Hasan, Sejarah Nasional Indonesia V, Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya, 2004, hlm. 23. 36 Wawancara dengan Zakariya AN, di Takeran, pada 14 Oktober 2014.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
diserahkan kepada Kyai Mohammad Tarmoedji dan istrinya Siti Fauziah bin Kyai Imam Muttaqien. Siti Fauziah berhasil mendirikan Muslimat Pesantren Sabilil Muttaqien. Berkat kegigihan para pengurus Pesantren Sabilil Muttaqien yang masih ada, pada 1954 telah berhasil diresmikan pembangunan gedung madrasah tahap I disusul pada 1957 pembangunan madrasah tahap II.37 Pada 1958 Pesantren Sabilil Muttaqien mendirikan yayasan untuk lebih meningkatkan kualitas di bidang pendidikan. Setelah Pesantren Sabilil Muttaqien memiliki akte yayasan, perkembangan pendidikan mengalami kemajuan cukup pesat terutama dalam pendirian sarana dan prasarana yang memadai seperti madrasah baru yang tersebar di cabang sampai di luar wilayah Karesidenan Madiun.38 Kondisi organisasi Pesantren Sabilil Muttaqien pada periode perkembangan ini dapat dirasakan kemajuannya. Ihtifal-ihtifal atau rapat besar A’la yang dilaksanakan Pesantren Sabilil Muttaqien jaraknya tidak lama. Pelaksanaan ihtifal I disusul dengan ihtifal-ihtifal selanjutnya jaraknya hanya satu tahun, dua tahun atau tiga tahun. Pelaksanaan ihtifal tersebut adalah upaya meningkatkan kualitas pengembangan Pesantren Sabilil Muttaqien di semua bidang.39 Perkembangan Pesantren Sabilil Muttaqien dalam mendirikan cabang juga semakin besar sehingga pada 1960 telah ditunjuk beberapa koordinator cabang untuk memudahkan penanganan teknis pembinaan cabang-cabang Pesantren Sabilil Muttaqien yang tersebar di beberapa kabupaten. Pada ihtifal XIII 1963 mulai terbentuk struktur organisasi Pesantren Sabilil Muttaqien yang pengembangan pola kepemimpinannya diwujudkan dalam suatu mekanisme “Majelis Pimpinan Pusat”.40 Perbedaan mendasar antara Kyai Imam Mursyid Muttaqien dengan penerusnya terletak pada struktur ketua. Pada periode pertama berdirinya Pesantren Sabilil Muttaqien (1943-1948) masih dikenal dengan Ketua Umum atau Pimpinan Umum yang merupakan figur pemimpin organisasi secara keseluruhan sekaligus sebagai pemimpin 37
Wawancara dengan Zakariya AN, di Takeran, pada 14 Oktober 2014. Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014. 39 Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014. 40 Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014. 38
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
dalam hal-hal khusus seperti menjadi seorang mursyid tarekat Satariyah. Setelah Kyai Imam Mursyid tiada, sudah menjadi kesepakatan para warga pesantren bahwa untuk periode berikutnya figur Pemimpin Umum ditiadakan karena persyaratan yang dimiliki seorang mursyid tidak dijumpai lagi dalam Pesantren Sabilil Muttaqien. Periode berikutnya yang ada hanyalah Pimpinan Organisasi, karena itu lahirlah sistem kepemimpinan kolektif yang bernama “Majelis Pimpinan Pusat”. Pola kepemimpinan dengan bentuk Majelis Pimpinan Pusat ini tetap berlangsung dan diteruskan sampai sekarang.41 Pada periode perkembangan 1949-1990, Pesantren Sabilil Muttaqien banyak menjalin kerjasama dengan pihak luar. Pesantren Sabilil Muttaqien memulai kerjasamanya dengan Departemen Agama pada 1967. Pada 1969 PSM masuk organisasi Sekber Golkar sebagai rasa terimakasih telah mengikis ideologis komunis di Indonesia. Pada 1978, PSM bekerjasama dengan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi beserta Yayasan Dharmais. PSM juga menjalin kerjasama dengan BUMN Departemen Keuangan. Penghargaan Kalpataru juga berhasil didapatkan oleh PSM pada 1985.
Kesimpulan Pesantren Sabilil Muttaqien yang didirikan oleh Kyai Hasan Ulama pada 1880 memiliki sejarah yang sangat menarik. Dua tahun setelah pembaharuan-pembaharuan pada pesantren berlangsung, terjadi peristiwa Madiun Affair atau pemberontakan PKI Madiun pada 1948. Menurut analitik penulis, Pesantren Sabilil Muttaqien berusaha untuk membatasi gerakan PKI Madiun tapi mengalami kegagalan. Pemberontakan tersebut mengakibatkan tewasnya kyai-kyai, guru, santri dan warga Pesantren Sabilil Muttaqien. PKI Madiun juga menculik Kyai Imam Mursyid Muttaqien dan jenazahnya belum ditemukan sampai sekarang. Pesantren Sabilil Muttaqien sangat kehilangan sosok pemimpin pada saat itu. Hingga terjadi peristiwa Agresi Militer 2 Belanda atau disebut Clash II Belanda yang mengakibatkan hancurnya gedung sekolah pesantren yang dihancurkan sendiri oleh warga pesantren karena takut dijadikan markas oleh Belanda. Setelah dua kejadian pahit tersebut, Pesantren Sabilil Muttaqien terus berusaha bangkit 41
Wawancara dengan Hardilan Abdullah di Pesantren Sabilil Muttaqien, Takeran, Magetan pada 14 Agustus 2014.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
dan berkembang. Warga Pesantren Sabilil Muttaqien mengadakan musyawarah besar pada 1949 untuk memilih pimpinan pesantren dan melanjutkan kepemimpinan Kyai Imam Mursyid Muttaqien. Dalam musyawarah besar tersebut, Kyai Mohammad Tarmudji terpilih menjadi pimpinan pesantren. Pada 1954 dibangunlah gedung madrasah tahap I dan dilanjutkan dengan pembangunan madrasah tahap II pada 1957. Pada masa kepemimpinan Kyai Mohammad Tarmudji, banyak kerjasama yang dilakukan seperti kerjasama dengan Departemen Agama, kerjasama dengan BUMN, PSM masuk Sekber Golkar, kerjasama dengan Departemen Transmigrasi dan Yayasan Dharmais. Pesantren Sabilil Muttaqien juga berhasil mendapatkan penghargaan kalpataru karena dianggap telah menjaga kawasan Takeran dengan sangat baik. Hal ini membuktikan bahwa Pesantren Sabilil Muttaqien yang sempat mengalami krisis kepemimpinan setelah terjadi pemberontakan PKI di Madiun bisa bangkit dan berkembang. Pesantren Sabilil Muttaqien sekarang dipimpin oleh Ir. H Miratul Mukminin. Pada masa kepemimpinannya ini, Pesantren Sabilil Muttaqien berkembang cukup pesat dan memiliki 99 cabang. Cabang yang ke 99 tersebut adalah Pesantren Sabilil Muttaqien Ciamis yang merupakan cabang terbesar. Selain banyak memiliki cabangcabang, Pesantren Sabilil Muttaqien juga mengadakan kerjasama dengan Al-Irsyad Singapura untuk mendirikan sekolah internasional di Magetan dan kerjasama dengan Departemen Kehutanan dalam bidang ekonomi. Hingga saat ini, jumlah santri dan santriwati yang belajar di Pesantren Sabilil Muttaqien di Takeran adalah sekitar 215 orang. Santri dan santriwati tersebut tidak hanya berasal dari Takeran, ada yang berasal dari Madiun, Ponorogo, Ngawi, Tulungagung, bahkan ada yang berasal dari luar Jawa seperti Papua, Kalimantan dan Sumatera. Metode pendidikan di Pesantren Sabilil Muttaqien menggunakan sistem weton dan sorogan dalam mengaji, dan menggunakan kurikulum dari pemerintah Departemen Agama dan Departemen Pendidikan untuk sekolah formalnya. Hal ini membuktikan bahwa Pesantren Sabilil Muttaqien termasuk pada kategori pesantren campuran yaitu selain menggunakan metode madrasah juga masih menggunakan metode tradisional seperti weton dan sorogan.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Selama penelitian berlangsung, penulis menemukan beberapa hal yang ingin penulis sampaikan kepada pihak Pesantren Sabilil Muttaqien. Pertama, penggunaan bahasa asing seperti bahasa Inggris agar diterapkan untuk santri-santri PSM dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa Inggris sangat penting terlebih di era modern dan global seperti sekarang. Mungkin bisa diterapkan dengan cara berbicara dengan bahasa berbeda di hari-hari tertentu. Misalnya hari Senin-Kamis berbicara dengan bahasa Arab dan Jumat-Minggu berbicara dengan bahasa Inggris. Kedua, Sejarah Pesantren Sabilil Muttaqien yang sangat menarik untuk diteliti sehingga peneliti berharap PSM agar selalu menjaga dokumen dan arsip-arsip penting. Diharapkan juga agar PSM membuat buku tentang periodisasi kepemimpinan PSM dari periode
kepemimpinan
Kyai
Hasan
Ulama
hingga
periode
sekarang
yaitu
kepemimpinan Ir. H. Miratul Mukminin. Buku periodisasi kepemimpinan tersebut berguna untuk mengetauhi kyai-kyai atau pimpinan-pimpinan pesantren mulai dari pesantren didirikan hingga sekarang. Kepemimpinan seorang kyai sangat berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan sebuah pesantren hingga adanya buku tentang periodisasi kepemimpinan akan membuat semua warga PSM mengatahui tentang kemajuan PSM, dapat mencontoh yang baik dan meninggalkan yang buruk. Ketiga, Pesantren Sabilil Muttaqien diharapkan menjalin kerjasama lebih banyak lagi seperti pada zaman kepemimpinan Kyai Muhammad Tarmuji. Dengan banyak menjalin kerja sama dengan pihak luar, PSM pasti akan lebih maju. Keempat, keberadaan Pesantren Sabilil Muttaqien yang letaknya di tengah-tengah rumah penduduk menuntut adanya hubungan baik dengan masyarakat yang senantiasa harus dijaga. Oleh karena itu, ada baiknya untuk menjaga hubungan yang selama ini sudah baik agar terus semakin baik. Diharapkan pihak PSM selalu memperhatikan keadaan masyarakat sekitar dan ikut melibatkan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan tertentu pondok pesantren. Sebagai penutup, penulis mengharapkan PSM dapat terus saling menjaga kepercayaan seluruh pihak baik kyai, ustadz, santri, tenaga pendidik, karyawan maupun seluruh lapisan masyarakat.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Referensi Arifin, Imron. Kepemimpinan Kyai Kasus Pondok Pesantren Tebuireng. Malang: Kalimasahada Press, 1993. Arifin, Muzayyin. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Azizy, Ahmad Qadri Abdillah. Pengantar: Memberdayakan Pesantren dan Madrasah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Bruinessen, Martin van. NU Tradisi Relasi-Relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru, Yogyakarta: LkiS, 1990. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Pendidikan di Indonesia dari Zaman ke Zaman, Jakarta: Badan Litbang Pendidikan dan Kebudayaan, 1979. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Studi tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES, 1980. Dirdjosanjoto, Pradjarta. Memelihara Umat Kiai Pesantren-Kiai Langgar di Jawa, Yogyakarta: LKiS, 1999. Hasan, Yunani. Sejarah Nasional Indonesia V, Palembang: FKIP Universitas Sriwijaya, 2004. Kuntowijoyo, Paradigma Islam Interpretasi untuk Aksi, Bandung: Mizan, 1991. Madjid, Nurcholish. Bilik-Bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, Jakarta: Paramadina, 1997. Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu Kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren, Jakarta: INIS, 1994. Moesa, Ali Maschan. Kiai dan Politik dalam Wacana Civil Society, Surabaya: LEPKISS, 1999. Muchtarom, Zaini. Santri dan Abangan di Jawa, Jakarta: INIS, 1998. Mun’im, Abdul DZ. Benturan NU-PKI 1948-1965, Depok: PBNU dan Langgar Swadaya Nusantara, 2014.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014
Poeze, Harry A. Madiun 1948: PKI Bergerak, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011. Prasodjo, Sudjoko dkk. Profil Pesantren: Laporan Hasil Penelitian Pesantren Al-Falak dan Delapan Pesantren Lain di Bogor, Jakarta: LP3S. Qomar, Mujamil. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi, Jakarta: Erlangga, 2002. Saridjo, Marwan. Sejarah Pondok Pesantren di Indonesia, Jakarta: Dharma Bhakti, 1983. Steebrink, Karel A. Pesantren Madrasah Sekolah, Jakarta: LP3ES, 1994. Suryopratondo, Suparlan. Kapita Selekta Pondok Pesantren, Jakarta: PT Paryu Barkah, 1982. Tim Jawa Pos, Lubang-lubang Pembantaian Petualangan PKI di Madiun, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1990. Ziemek, Manfred. Pesantren dalam Perubahan Sosial, Jakarta: P3M, 1986. Zuhri, Saefuddin. Kiai Haji Abdul Wahab Khasbullah Bapak dan Pendiri Nahdlatul Ulama, Yogyakarta: Pustaka Falakiah, 1983.
Pesantren Sabilil..., Lia Estika Sari, FIB UI, 2014