International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
PERUBAHAN PERILAKU BELAJAR SISWA DENGAN PENGUATAN SISTEM DUKUNGAN ORANG TUA MELALUI LAYANAN HOME VISIT Juster Donal Sinaga1, dan F. Sugeng Subagyo2 Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma1 SMPN 31 Purworejo2
[email protected] dan
[email protected] ABSTRACT This research aims to: 1) describe the home visit service as an indirect guidance service to improve parental support system to modify students' learning behaviors; 2) describe students' learning behavior modification after receiving home visit service. This research is a qualitative experimental research using one-shot case study. The research subjects were 5 students whose grades did not reach the minimum mastery criterion. The data gathering was done through observation, interview and administering a test. The data was analyzed qualitatively and descriptively. The research results showed that reinforcing the parental support system was effective to modify students' learning behaviors through home visit. The students' learning behavior modification was evident in the increase of the average scores of the students' Proficiency Test. After the first Home Visit, the average score of five students was 53.0; after the second home visit, the average score became 59.2; and after the third home visit it became 66.2. In addition, students were becoming more comfortable working at home because parents were always there to accompany them, ask them questions, and provide students' needs. Keywords: learning behavior modification, parental support system, home visit ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mendeskripsikan layanan home visit sebagai layanan bimbingan tidak langsung (nonderect service) untuk meningkatkan sistem dukungan keluarga terhadap peningkatan prestasi akademik siswa; mendeskripsikan peningkatan prestasi akademik siswa yang mendapatkan layanan home visit. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimental dengan desain the one shot case study. Subjek penelitian teridiri dari lima (5) siswa yang memiliki nilai mata pelajaran tidak mencapai kriteria ketuntasan. Pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan nilai tes. Analisis data menggunakan analisis kualitatif dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan dukungan sistem orang tua melalui home visit efektif dalam mengubah perilaku belajar siswa. Perubahan perilaku belajar siswa tampak dalam peningkatan nilai rata-rata Tes Uji Kompetensi. Setelah home visit pertama nilai rata-rata lima siswa sebesar 53.0, setelah home visit kedua menjadi 59,2, dan setelah home visit yang ketiga menjadi 66,2. Selain itu, siswa menjadi lebih nyaman belajar di rumah karena didukung oleh orang tua yang selalu hadir bersama siswa belajar dengan cara menemani, bertanya, menyediakan kebutuhan belajar siswa. Kata Kunci: Perubahan perilaku belajar, dukungan sistem orang tua, home visit
77
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
peningkatan
PENDAHULUAN
prestasi
belajar
siswa-
Banyak faktor yang mempengaruhi
siswanya dapat berupa memberikan waktu
keberhasilan belajar siswa. Salah satu
yang cukup untuk belajar, memenuhi
faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
kebutuhannya, memberikan motivasi dalam
belajar siswa adalah peranan dan dukungan
belajar, dan keterlibatan orang tua dalam
serta keterlibatan dari orang tua terhadap
belajar
belajar
Hasbullah
mengatakan bahwa induk peran dan
(2005) rendahnya mutu pendidikan di
tanggung jawab orang tua antara lain dapat
Indonesia berasal dari faktor internal dan
diwujudkan
faktor eksternal. Faktor eksternal meliputi
kelangsungan siswa belajar di rumah sesuai
sarana prasarana, guru, orang tua, dan lain-
dengan program yang telah dipelajari oleh
lain. Salah satu aspek yang mempengaruhi
siswa-siswa
keberhasilan belajar siswa yang berkaitan
Membimbing siswa-siswa belajar di rumah
dengan orang tua yakni keterlibatan orang
dapat dilakukan dengan mengawasi dan
tua dalam pendidikan siswanya. Orang tua
membantu pengaturan tugas sekolah serta
memegang
menyelesaikan instrumen dan infrastruktur
siswanya.
tugas
Menurut
penting
terhadap
perkembangan fisik dan mental siswanya.
siswa-siswanya.
dengan
di
Umar
(2015)
membimbing
sekolah
belajar.
siswa belajar.
Tugas orang tua yang paling penting
Di dalam keterlibatan orang tua
terletak pada tugas edukasi (mendidik).
terdapat beberapa unsur pendukungnya,
Tugas ini terlihat dari pola asuh yang
yakni perhatian yang cukup, ketersediaan
diterapkan oleh orang tua kepada siswanya.
waktu yang berkualitas, kasih sayang yang
Dalam lingkungan keluarga, yang
cukup, serta keterlibatan orang tua dalam
berperan menjadi pendidik adalah orang tua
belajar siswanya. Keterlibatan orang tua
(ayah dan ibu). Orang tua merupakan
memegang peranan yang sangat penting
pendidik yang pertama dan utama dalam
dalam
membantu mengembangkan potensi siswa-
khususnya dalam belajar siswa. Efek dari
siswanya. Banyak hal yang dapat dilakukan
keterlibatan orang tua dalam belajar siswa
orang
siswa-
salah satunya siswa menjadi sukses dalam
siswanya untuk meningkatkan prestasi
pembelajaran di sekolah, karena orang tua
tua
dalam
mendorong
perkembangan
umum
siswa,
belajarnya. Partisipasi orang tua terhadap
78
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
mendukung dan terlibat dalam pendidikan
memiliki keterkaitan yang kuat satu sama
siswa.
lain. Supaya orang tua dan sekolah tidak Dalam Penelitian Tolada (2013)
salah
dalam
mendidik
siswa
perlu
yang berjudul “Hubungan Keterlibatan
kerjasama yang baik di antara kedua belah
Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa
pihak tersebut. Orang tua mendidik siswa di
Usia Sekolah di SDIT Permata Hati,
rumah, guru mendidik siswa di di sekolah.
Banjarnegara” menunjukkan bahwa adanya
Namun dalam kenyataan, orang tua dan
hubungan keterlibatan orang tua dengan
sekolah tidak selalu dapat bekerjasama
prestasi belajar siswa. Penelitian yang
dengan baik dalam rangka mendidik siswa.
sejenis
terdapat
Salah satu kebiasaan yang lazim terjadi
pengaruh yang signifikan keterlibatan
pada oranag siswa adalah kepedulian orang
orang tua terhadap prestasi belajar siswa.
tua meningkat ketika mendekatai masa-
Terdapat 37,9% prestasi belajar siswa
masa ujian. Mulai dari orang tua bertanya
dipengaruhi oleh keterlibatan orang tua,
kepada guru dan siswa tentang pelajaran
sedangkan 62,1% dipengaruhi oleh faktor
sampai mengirim siswa ke berbagai privat
lain (Ristiani, 2015). Temuan-temuan
agar siswa dapat lulus. Tindakan orang tua
tersebut
pernyataan
yang seperti ini jauh dair tindakah
Henderson dan Berla (1994:160) yang
preventif. Tindakan yang hampir sama juga
mengatakan:
dipraktekkan oleh sekolah. Penambahan
menemukan
sejalan
bahwa
dengan
"the most accurate predictor of a student's achievement in school is not income or social status but the extent to which that student's family is able to: Create a home environment that encourages learning Express high (but not unrealistic) expectations for their children's achievement and future careers Become involved in their children's education at school and in the community”.
jam pelajaran, pemberian materi tambahan, tes uji coba dilakukan sekolah menjelan Ujian Nasional. Demikian juga yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri 31 (SMPN 31) Purworejo. Ada beberapa siswa kelas IX yang perlu mendapat perhatian lebih karena nilai akademiknya yang rendah. Ada
Orang tua dan sekolah merupakan dua unsur yang saling berkaitan dan
berbagai
usaha
yang
melibatkan orang tua untuk membantu siswa mengatasi masalah belajar. Salah
79
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
satunya adalah penguatan sistem dukungan
dukungan sistem orang tua melalui layanan
orang tua melalui layanan home visit. Pihak
home visit untuk perubahan perilaku belajar
sekolah yang biasanya membantu orang tua
siswa. Selain itu, penelitian ini akan
mengembangkan sistem dukungan orang
menguraikan gambaran perubahan perilaku
tua dalam belajar siswa adalah unit
belajar siswa.
Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan
Perilaku Belajar Siswa dan Sistem
Konseling
Dukungan Orang tua
adalah
upaya
sistematis,
objektif, logis, dan berkelanjutan serta
Keberhasilan siswa dalam belajar
terprogram yang dilakukan oleh konselor
salah satunya ditentukan perilaku belajar
atau guru Bimbingan dan Konseling untuk
siswa yang mandiri. Perilaku belajar dapat
memfasilitasi
peserta
diartikan sebagai sebuah aktivitas belajar.
didik/Konseli untuk mencapai kemandirian
Belajar diartikan sebagai perubahan yang
dalam
(Permendikbud
secara relatif berlangsung lama pada
No.111 tahun 2014). Sebagai layanan tidak
perilaku yang diperoleh kemudian dari
langsung
pengalaman-pengalaman
perkembangan
kehidupannya
(indirect
student
services)
(Davidoff,
layanan ini mempersyaratkan terjadinya
1998;178). Morgan dkk (Walgito, 2003:
kerjasama yang kuat antara sekolah yang
166)
diwakili oleh guru BK dengan orang tua.
perubahan yang relatif menetap pada
Layanan
home
visit
mengartikan
belajar
sebagai
bukanlah
perilaku yang terjadi sebagai akibat dari
bentuk layanan Bimbingan dan Konseling
latihan atau pengalaman. Hal yang muncul
yang mudah untuk dilakukan. Menurut
dalam definisi ini adalah bahwa perubahan
Nasruddin dan Nusantoro (2015) ada faktor
perilaku atau performance itu relatif
penghambat yang dialami guru BK dalam
permanen.
melakssiswaan layanan home visit. Faktor
dikemukakan bahwa perubahan perilaku itu
penghambat operasionalisasi kunjungan
sebagai akibat belajar karena latihan
rumah (home visit) adalah kurangnya
(practice)
pemahaman dari guru BK berkaitan dengan
(experience).
home visit. Berangkat dari latar belakang
dibutuhkan usaha dari individu yang
yang dipaparkan di atas, penelitian ini akan
bersangkutan, sedangkan pada pengertian
mejawab bagaimana proses penguatan
pengalaman usaha tersebut tidak tentu
Di
samping
atau Pada
karena
itu
juga
pengalaman
pengertian
latihan
80
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
diperlukan. Ini mengandung arti bahwa
lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
dengan
perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
pengalaman
seseorang
atau
individu dapat berubah perilakunya, di
ketrampilan dan nilai sikap.
samping perubahan itu dapat disebabkan
Salah satu perilaku belajar yang
oleh karena latihan. Dari definisi tersebut
mampu membawa siswa meraih sukses
dapat dikemukakan bahwa belajar itu
dalam
merupakan suatu proses adaptasi perilaku
belajar. Menurut Merriam dan Caffarella
yang bersifat progresif. Ini berarti bahwa
(2001), kemandirian (self direction in
sebagai akibat dari belajar adanya sifat
learning)
merupakan
proses
dimana
progresivitas, adanya tendensi ke arah yang
individu
mengambil
inisiatif
dalam
lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan
merencsiswaan,
sebelumnya (Walgito, 2003:166).
mengevaluasi
sistem
Kemandirian
belajar
Di antara ciri-ciri perubahan khas
belajarnya
adalah
kemandirian
melakssiswaan
dan
pembelajarannya. adalah
atribut
yang menjadi karakteristik perilaku belajar
personal, kesiapan psikologis seseorang
yang terpenting adalah:
perubahan itu
dalam mengontrol sehingga bertanggung
intensional; perubahan itu positif dan aktif;
jawab dalam proses belajarnya (Grieve,
dan perubahan itu efektif dan fungsional.
2003).
Belajar merupakan kegiatan mental yang
beberapa
tidak dapat disaksikan dari luar. Apa yang
kemandirian belajar yaitu sumber sosial
sedang terjadi dalam diri seseorang yang
artinya orang dewasa yang berada di
sedang belajar, tidak dapat diketahui secara
lingkungan siswa seperti orang tua, anggota
langsung hanya dengan mengamati orang
keluarga dan guru. Sumber kedua adalah
itu. Bahkan, hasil belajar orang itu dapat
keterampilan
langsung
itu
kesempatan untuk melatih kemandirian
melakukan sesuatu yang menampakkan
belajar siswa, dengan demikian siswa akan
kemampuan yang telah diperoleh melalui
mempunyai kemandirian belajar yang baik
belajar.
Dari uraian di atas, dapat
jika selalu dimotivasi secara bersama-sama
disimpulkan bahwa perilaku belajar adalah
baik oleh guru, orang tua sehingga siswa
suatu
yang
merasa dirinya memiliki kemampuan lebih
berlangsung dalam interaksi aktif dengan
untuk mengerjakan tugas sesuai dengan
kelihatan,
aktivitas
tanpa
orang
mental/psikis,
Menurut Biemiller (2001) ada faktor
yang
yang
mempengaruhi
memberikan
81
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
ketrampilan yang ada. Menurut Bandura (1997),
salah
satu
faktor
Dukungan yang diberikan keluarga
yang
akan menjadi kekuatan dan motivasi bagi
mempengaruhi kemandirian belajar adalah
siswa-siswa untuk belajar (Abu Bakar,
faktor lingkungan (kebudayaan, keluarga,
2011). Sehingga siswa akan lebih semangat
sistem pendidikan di sekolah, sistem
untuk memperoleh keputusan yang lebih
kehidupan di masyarakat).
cemerlang
Menurut Santrock (2003) keluarga
untuk
Lingkungan
masa
keluarga
depannya. memberikan
merupakan pilar utama dan pertama dalam
pengaruh positif terhadap aktifitas belajar
membentuk siswa mandiri. Dukungan yang
siswa artinya apabila dukungan sosial
paling besar dalam lingkungan rumah
keluarga
bersumber dari orang tua. Orang tua
ekonomi berkecukupan, perhatian orang
diharapkan dapat memberikan kesempatan
tua mempunyai peranan penting terhadap
kepada siswa agar dapat mengembangkan
pencapaian prestasi belajar baik dalam hal
kemampuan yang dimilikinya, belajar
kedisiplinan, atau problem solving siswa.
mengambil inisiatif, mengambil keputusan
Tanpa adanya dukungan sosial keluarga
mengenai apa yang ingin dilakukan dan
permasalahan kemandirian siswa dalam
belajar
mempertanggungjawabkan
atas
belajar akan sulit diatasi. Dukungan orang
segala
perbuatannya.
Apabila
siswa
tua merupakan sistem dukungan sosial
yang
penuh
yang
diberikan
suasana
tersebut
terpenting
harmonis,
di
masa
kondisi
remaja.
perlindungan, penghargaan, kasih sayang
Dibandingkan dengan sistem dukungan
dan perhatian orang tua, maka akan jauh
sosial
dari perasaan iri, cemburu, tersaingi
berhubungan
sehingga siswa akan mendorong dan
akademis remaja, konsep diri, harga diri,
menunjukkan sifat mandiri, mempunyai
percaya diri, motivasi dan kesehatan
keberanian
mental.
untuk
melatih
dirinya,
lainnya,
dukungan
erat
dengan
Keterlibatan
orang
tua
kesuksesan
orang
tua
berinisiatif, bertanggung jawab, serta dapat
dihubungkan dengan prestasi sekolah,
menyelesaikan masalahnya sendiri, baik
emosional dan penyesuaian diri selama
dalam bidang akademis maupun non
sekolah.
akademis.
Menurut
Hawes
&
Jesney
(Padavick, 2009), keterlibatan orang tua
82
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
diartikan sebagai partisipasi orang tua
pendidik yang pertama dan utama bagi
terhadap
siswanya
pendidikan
dan
pengalaman
untuk
mengembangkan
siswanya. Berdasarkan hal tersebut, dapat
potensinya. Orang tua menjadi pendidik
disimpulkan
tua
yang pertama, karena orang tua yang
merupakan partisipasi orang tua dalam
pertama kali mendidik siswanya sejak ia
pendidikan belajar siswa baik di sekolah
dilahirkan. Dikatakan sebagai pendidik
maupun di tempat lain yang dapat
utama, karena pendidikan yang diberikan
mendukung kemajuan siswa. Keterlibatan
orang tuanya bersifat mendasar dan sangat
orang tua merupakan proses keterlibatan
menentukan
keluarga yang meliputi sikap, nilai-nilai,
selanjutnya.
dan praktik orang tua dalam membesarkan
lingkungan pendidikan yang pertama dan
siswa. Hubungan siswa dengan orang tua
utama. Disebut sebagai lingkungan atau
yang hangat dan responsif, serta partisipasi
lembaga
pendidikan
orang tua dalam aktivitas yang berpusat
sebelum
manusia
pada siswa dapat berpengaruh positif
pendidikan yang lain, pendidikan inilah
terhadap hasil belajar siswa. Keterlibatan
yang pertama ada.
keterlibatan
orang
orang tua bagi siswa akan mendorong untuk mengembangkan
rasa
Menurut
perkembangan Keluarga
siswa
merupakan
pertama
mengenal
Soelaeman
karena lembaga
(Shochib,
memiliki,
2010: 14), untuk mengamati secara cermat,
menghargai diri sendiri, dan aman. Ketika
mendalam, dan menyeluruh upaya orang
siswa mempunyai orang tua yang sensitif
tua dalam membantu siswa memiliki dan
dan responsif terhadap siswa, siswa akan
mengembangkan
lebih berkompeten secara sosial dan
dirinya, perlu diarahkan pada empat hal,
menunjukkan
komunikasi
yaitu: (1) pribadi orang tua yang konkret (2)
yang lebih baik. Rasa hangat, timbal balik
pribadi siswa yang konkret, (3) situasi lugas
interaksi orang tua dengan siswa, dan
dalam kehidupan keluarga, dan (4) arah
sedikit tekanan di dalam rumah dapat
tindakan untuk siswa agar memiliki dasar-
membuat siswa lebih mudah bersosialisasi
dasar disiplin diri dan mengembangkannya.
kemampuan
dan berkonsentrasi.
dasar-dasar
disiplin
Menurut Ariffin terdapat lima (5)
Di dalam lingkungan keluarga,
Peran orang tua dalam mendukung prestasi
orang tualah yang berperan menjadi
belajar siswa, yaitu: (1) Pengasuh dan
83
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
pendidik. Orang tua berperan sebagai
prestasi belajar, sehingga siswa benar-
pendidik sebab dalam pekerjaannya tidak
benar merasa penting dan membutuhkan
hannya mengajar, tetapi juga melatih
apa yang dianjurkan oleh orang tuanya.
ketrampilan siswa, terutama sekali melatih
Orang tua harus mampu menjadi motivator
sikap mental siswa. Maka dalam hal ini,
belajar siswa. Hal ini dilakukan antara lain
orang tua harus dan mampu bertanggung
dengan membimbing belajar siswa dengan
jawab untuk menemukan bakat dan minat
kasih sayang secara berkelanjutan, serta
siswa, sehingga siswa diasuh dan dididik,
dengan menciptakan suasana belajar di
baik langsung oleh orang tua atau melalui
rumah. Suasana belajar dapat diwujudkan
bantuan orang lain, seperti guru, sesuai
dengan
dengan bakat dan minat siswa sendiri,
kebiasaan yang kurang bermanfaat, seperti
sehingga siswa dapat memperoleh prestasi
nonton TV secara terus menerus, maka
belajar
bagaimana
secara
Pembimbing.
lebih
optimal;
(2)
meminimalisir
suasana
kebiasaan-
belajar
mampu
Bimbingan adalah segala
dikondisikan oleh orang tua, maka sejauh
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang
itu pula siswa termotivasi untuk belajar; (4)
dalam rangka memberikan bantuan kepada
Fasilitator. Dalam belajar-mengajar orang
orang lain yang mengalami kesulitan, agar
tua menyediakan berbagai fasilitas seperti
orang
mengatasinya
media, alat peraga, termasuk menentukan
sendiri dengan penuh kesadaran. Maka
berbagai jalan untuk mendapatkan fasilitas
dalam hal ini, orang tua harus senantiasa
tertentu dalam menunjang program belajar
memberikan
siswa. Orang tua sebagai fasilitator turut
tersebut
mampu
bimbingan
secara
berkelanjutan. Siswa di sekolah hannya
mempengaruhi
enam jam, dan bertemu dengan gurunya
dicapai siswa. Bentuk dukungan lain yang
hannya sampai 2 dan 3 jam. Maka prestasi
tidak kalah pentingnya berkenaan dengan
belajar
peranan orang tua dalam belajar siswa
siswa
sangat
didukung
oleh
dengan
tingkat
prestasi
menyiapkan
yang
bimbingan belajar yang diberikan orang tua
adalah
berbagai
secara berkelanjutan, langsung maupun
fasilitas pembelajaran. Fasilitas ini dimulai
tidak langsung; (3) Motivator. Orang tua
dengan biaya pendidikan karena tidak ada
memberikan dorongan tentang pentingnya
pendidikan gratis seratus persen. Fasilitas
belajar dengan tujuan dapat meningkatkan
pendidikan selanjutnya adalah berkenaan
84
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
dengan penyediaan buku-buku ajar yang
Orang
tua
seringkali
tidak
dibutuhkan peserta didik, demikian juga
maksumal menjalankan perannya dalam
dengan fasilitas lainnya, seperti alat-alat
belajar siswa. Akibat dari tidak berjalannya
tulis, tempat belajar, dan lain-lain.
peran orang tua dalam belajr siswa maka
ACT
Training
sistem dukungan orang tua terhadap
strategi
pendidikan siswa menjadi terganggu. Salah
potensial mendukung belajar siswa di
satu usaha positif untuk membangun sistem
rumah, yaitu:
dukungan orang tua terhadap belajar siswa
(2015)
Education
menjelaskan
and
beberapa
“1) Have regular and ongoing ways of finding out what parents need to engage with their child’s learning; 2) Include practical literacy and numeracy activities that involve parents in homework; 3) Provide parents with information about where students are up to in their learning, what progress they have made over time and what parents might do to support their child’s further learning; 4) Develop kits and resources to help families work with children at home; 5) Provide parent/teacher workshops targeting areas of need or interest such as student resilience, literacy and numeracy; 6) Involve families in setting goals for their children’s learning (personalised learning plans); 7) Embed the practice of involving parents in goal setting and career planning discussions with their children; 8) Develop local strategies to support transitions between early childhood education and care, primary school and secondary school, higher education and the workforce” Layanan Home Visit
dalah layanan home visit. Menurut Prayitno (2012) kujungan rumah (home visit) merupakan
upaya
untuk
mendeteksi
kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan siswa atau individu yang menjadi tanggung jawab konselor dalam pelayanan konseling. Kegiatan kunjungan rumah diberikan kepada
siswa
yang
memiliki permasalahan yang erat kaitannya dengan
permasalahan
keluarga.
siswa
tentang
Kunjungan rumah tidak perlu
dilakukan untuk seluruh siswa, hanya untuk siswa yang permasalahannya menyangkut dengan kadar yang cukup kuat peranan rumah atau orang tua sajalah yang memerlukan kunjungan rumah (Prayitno, 2012). Menurut Lowson (ASCA, 2012) home visit merupakan salah satu bentuk kolaborasi guru BK dengan orang tua. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam konteks
ASCA
Model
yang
85
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
mengembangkan program Bimbingan dan
rumah atau tempat tinggal siswa untuk
Konseling komprehensif, layanan home
mencari atau mengumpulkan data dari
visit sebagai salah satu layanan kolaborasi
orang-orang terdekat siswa dalam rangka
digolongkan sebagai layanan Bimbingan
mengentaskan
dan Konseling tidak langsung (indirect
Prayitno
Student Services) (ASCA, 2012:132)
sebagaimana kegiatan-kegiatan bimbingan
Mugiarso
(2010)
permasalahan (2004)
siswa.
mengemukakan
menyebutkan
yang lainnya bahwa pelaksanaan kegiatan
bahwa tujuan home visit ada dua yaitu: 1)
home visit harus melalui operasional
memperoleh berbagai keterangan/data yang
kegiatan seperti: perencanaan, pelaksanaan,
diperlukan dalam pemahaman lingkungan
evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak
dan permasalahan siswa; 2) pembahasan
lanjut, dan laporan.
dan pengentasan permasalahan siswa. Agar
Menurut Davies (1991) salah satu
memperoleh data dan keterangan mengenai
bentuk kerjasama antara pendidik dan
permasalahan
orang tua dalah home visit.
siswa
yang
berkenaan
dengan peranan rumah, maka guru BK perlu melakukan kegiatan home visit. Dalam pelaksanaan home visit, seorang guru BK harus mempunyai operasional kegiatan
Home
Visit
mulai
dari
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi hingga laporan. Winkel menyatakan
dan
bahwa
Hastuti
(2006)
kunjungan
rumah
bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara informasi. Jadi kunjungan
rumah
bimbingan
dan
adalah konseling
kegiatan yang
dilakssiswaan dengan jalan mengunjungi
“proposes three ways that schools can promote parent involvement and closer working partnerships between educators and parents: A Home Visitor Program. The home visitor program consists of paid staff who visit homes to help families understand what they can do to encourage their children's success in school. The home visitors can provide information about reading programs, school activities, curriculum, expectations, child rearing, and summer camps. They also serve as liaisons to convey parent concerns back to the schoo” Keberhasilan kerjasama antara sekolah dan keluarga siswa tergantung pada saling percaya dan saling menghormati antara sekolah dan orang tuan. Komunikasi yang baik antara dua pihak menjadi kunci
86
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
keberhasilan pemberian bantuan kepada
melalui layanan home visit, dan kemudian
siswa.
pengukuran hasil belajar dilakukan, tanpa
Scottish
Executive
Department
Schools
menjelaskan
relasi
Education
Division
(2006),
skor pretest (Emzir, 2008: 96). Subjek
yang
penelitian terdiri dari lima (5) siswa kelas
berkolaborasi dalam layanan home visit
IX yang memiliki masalah akademik.
sebagai berikut:
Instrument
dua
pihak
“Successful home/school partnership working depends on the development of mutual trust and respect between school and parents. Schools need to use the skills, knowledge and experiences that ALL parents and ALL staff bring to the school to support children’s learning. The development of good relationships when things are going well can make it easier for both parents and teachers to make contact when either of them has a concern”
Metode yang digunakan dalam
digunakan
dalam
penelitian ini terdiri dari Tes Uji Coba Tingkat
Kabupaten,
dan
pedoman
observasi kegiatan belajar siswa di rumah dan pedoman wawancara dukungan sistem orang tua terhadap proses belajar siswa, serta dokumentasi kegiatan penguatan sistem dukungan orang tua melalui layanan home visit. Untuk memperoleh deskripsi data proses penguatan sistem dukungan orang tua melalui layanan home visit digunakan
METODE PENELITIAN
yang
teknik
analisis
deskriptif
kualitatif. Sementara itu, deksripsi data
penelitian ini adalah metode eksperimen
perubahan
perilaku
belajar
dengan variable terikat perubahan perilaku
direpresentasikan
belajar, dan variabel bebas penguatan
kompetensi digunakan teknik statistic
sistem dukungan orang tua melalui layanan
deksriptif.
dalam
hasil
yang uji
home visit. Desain eksperimen yang digunakan adalah pra eksperimen dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN
studi kasus satu tembakan (the one shot
Berdasarkan proses eksperimen yang
case study). Dalam desain ini yang diteliti
dilakukan, diperoleh beberapa temuan
hanya satu kelompok, dan tidak ada
penelitian sebagai berikut.
kelompok
kontrol.
Sujek
penelitian
disajikan dengan beberapa jenis perlakuan yaitu penguatan sistem dukungan orang tua
87
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
1. Penguatan Sistem Dukungan Orang
harus dilakukan untuk memperbaikinya.
tua Melalui Layanan Home Visit
Salah satu bantuan yang ditawarkan guru
Penguatan sistem dukungan orang tua
BK adalah melakukan home visit. Lima
dilakukan melalui dua tahapan. Tahap
siswa yang diberi konseling individual
pertama, pra home visit. Pada tahap
secara keseluruhan dapat mencapai tujuan
pertama dilakukan: 1) identifikasi siswa
konseling dan merespon positif dengan
yang memiliki masalah belajar melalui
tawaran home visit guru BK. “iya pak, tidak
nilai-nilai
apa-apa bapak datang ke rumah saya”
mata
pelajaran
oleh
guru
Bimbingan dan Konseling (guru BK). Pada
jawab
tahap ini ditemukan beberapa siswa. Dalam
konseling. Sementara siswa yang lain
rangka penelitian dipilih lima siswa; 2)
menjawab “boleh pak, tapi saya malu pak
observasi belajar siswa di kelas dan
karena keadaan rumah saya”. Pada akhir
wawancara guru mata pelajaran oleh guru
sesi konseling individual juga disampaikan
Bimbingan dan Konseling. Pada proses ini
kepada siswa bahwa guru BK akan
guru BK hadir di kelas bersama guru mata
mengundang orang tua berbicara terkait
pelajaran untuk mengobservasi kegiatan
dengan perilaku belajar siswa dan nilai
belajar lima siswa yang menjadi subjek
akademik siswa serta rencana home visit.
penelitian. Selain observasi guru BK
Rekasi siswa terkait dengan mengundang
melakukan wawancara dengan guru mata
orang tua ke sekolah awalnya ragu-ragu dan
pelajaran dan guru wali kelas. Dalam
cenderung menolak. “kalau bisa, jangan
kesempatan
juga
mengundang orang tua ke sekolah pak.
perubahan
Saya malu”, ungkap salah satu siswa.
perilaku belajar siswa melalui penguatan
Siswa lain mengatakan: “nanti mereka
dukungan sistem orang tua dengan layanan
marah
home visit; 3) guru BK
melakukan
memberikan penjelasan dan meyakinkan
konseling individual kepada lima siswa.
bahwa orang tua tidak akan marah.
Dalam proses konseling individual tujuan
Penjelasakan guru BK akhirnya membuat
yang ingin dicapai adalah siswa menyadari
siswa menyetujui pemanggilan orang tua ke
perilaku belajarnya dan keadaan nilai
sekolah untuk bertemu guru BK; 4) guru
akademiknya serta usaha apa saja yang
BK memanggil orang tua dan bertemu di
dikomunikasikan
wawancara program
salah
pak”.
satu
siswa
Guru
dalam
sesi
BK kemudian
88
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
sekolah. Dalam pertemuan dengan orang
ada PR atau tidak. Kemudian meminta
tua guru BK menginformasikan perilaku
siswa mengerjakan PR”, jawab seorang
belajar siswa dan nilai akademiknya serta
orang tua siswa. Ketika ditanya apakah
menawarkan bantuan untuk mengubah
orang tua menemani siswa belajar secara
perilaku belajar siswa melalui layanan
umum
home visit. Secara keseluruhan orang tua
menemani,
setuju. Pada pertemuan ini juga guru BK
meninggalkan siswa belajar sendiri dengan
bersama orang tua membuat jadwal home
melakukan kegiatan-kegiatan lain di rumah
visit.
bahkan di luar rumah. Kesulitan-kesulitan
orang
tua
mengatakan
bahkan
tidak
cenderung
Tahap kedua, layanan home visit.
orang tua memberikan dukungan terhadap
Program penguatan dukungan sistem orang
belajar siswa di rumah beragam, mulai dari
tua terhadap belajar siswa melalui layanan
orang tua tidak memiliki waktu karena ada
home visit didesain tiga (3) kali home visit,
kegiatan lain, orang tua merasa tidak
yaitu bulan Januari, Februari, dan Maret,
memiliki pengetahuan untuk mengajari,
masing-masing satu kali. Layanan home
siswa kurang terbuka, dan pemikiran orang
visit didesain pada jam belajar siswa di
tua bahwa siswa dapat mengerjakan PRnya.
rumah. Kegiatan yang dilakukan dalam
Seringkali materi perbincangan dengan
layanan home visit ada dua (2), yaitu: 1)
orang tua bergeser tentang masalah orang
berbincang-bincang dengan orang tua
tua sendiri. Bahkan ada orang tua yang
terkait dengan kegiatan belajar siswa di
bercerita tentang keadaan mereka sambil
rumah. Materi perbincangan meliputi:
menangis. Jika situasi demikian, guru BK
bentuk dukungan orang tua terhadap proses
hanya mendengar dan mengembalikan
belajar siswa di rumah yang selama ini
fokus pembicaraan pada perilaku belajar
dilakukan, kesulitan-kesulitan orang tua
siswa; (2) menyapa siswa yang sedang
dalam mendukung belajar siswa di rumah.
belajar. Kegiatan ini dilakukan setelah
Dalam perbicangan diperoleh informasi
selesai berbicara dengan orang tua. Guru
bahwa dukungan orang tua terhadap
BK meminta ijin kepada orang tua untuk
kegiatan belajar siswa di rumah dalam
melihat siswa yang sedang belajar. Secara
bentuk menanyakan Pekerjaan Rumah
umum, siswa sudah menyadari kedatangan
(PR). “ya, paling hanya bertanya apakah
guru di rumahnya dan merasa senang sekali
89
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
mendapat kunjungan dari guru. Ketika bertemu dengan siswa yang sedang belajar, guru BK bertanya bagaimana kabarnya, apa yang sedang dipelajari, dan apakah ada kesulitan. Dalam home visit guru BK sudah menyadari bahwa guru BK tidak memiliki kapasitas untuk mengajari siswa. Maka jika siswa mengutarakan kesulitan-kesulitan belajar, guru BK merekomendasi untuk bertanyak esok harinya kepada guru mata pelajaran. Pola home visit pertama sampai ketiga sama. Respon orang tua terhadap layanan home visit secara umum juga baik. 2. Perubahan Perilaku Belajar Siswa Data perubahan perilaku belajar siswa berupa data proses perilaku belajar di rumah, dan data hasil belajar yaitu nilai rata-rata Tes Uji Coba. Data proses perilaku belajar siswa di rumah direkam melalui observasi saat home visit dan wawancara dengan guru mata pelajaran. Berdasarkan hasil observasi saat home visit tampak bahwa secara umum siswa merasa lebih nyaman belajar karena ada oranagtua yang menemani. Siswa menjadi lebih fokus pada materi pelajaran yang dipelajari. Keadaan ini
terkonfirmasi
pernyataan siswa:
melalui
salah
satu
“terimakasih ya pak sudah berkunjung ke rumah saya. Orang tua saya jadi memperhatikan saya ketika belajar, mereka bertanya ada PR atau tidak, ada kesulitan atau tidak. Orang tua saya juga memastikan saya sudah makan sebelum belajar. Pokoknya berubah pak”. Pernyataan siswa tersebut didukung oleh pernyataan salah satu orang tua : “kami sangat senang bapak guru berkunjung ke rumah kami. Siswa kami jadi semangat belajarnya. Bapak juga sudah mengingatkan kami untuk memperhatikan belajar siswa. Kami jadi mengerti kalau siswa itu perlu ditemani. Terimakasih ya pak”. Dari pernyataan orang tua dan siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perubahan perilaku belajar siswa menjadi lebih teratur dan fokus karena dukungan orang tua berupa kehadiran fisik dan psikologis.
Orang
tua
pun
semakin
memahami bentuk-bentuk dukungan yang harus disediakan orang tua dalam proses belajar siswa. Selain
melalui
proses,
perubahan
perilaku belajar siswa tampak melalui nilai rata-rata Tes Uji Coba Tingkat Kabupater yang diadakan sekolah sekali sebulan menjelang Unjian Nasional (UN). Adapun data nilai rata-rata lima (5) siswa tampak dalam tabel dan grafik di bawah ini.
90
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
Siswa
Siswa A Siswa B Siswa C Siswa D Siswa E
Tabel 1. Nilai Rata-rata Lima Siswa Tgl. Nilai Tgl. Nilai Tgl. Nilai Home rataHome rataHome rataVisit 1 rata Visit 2 rata Visit 2 rata TUC 1 TUC 2 TUC 2 19/1/2016 55.38 9/2/2016 60.13 22/3/2016 60.63
Keterangan
Meningkat
18/1/2016 56.88 19/1/2016 52.25 18/1/2016 47.63
10/2/2016 61.38 9/2/2016 56.75 11/2/2016 59.63
21/3/2016 68.63 22/3/2016 62.38 21/3/2016 73.75
Meningkat Meningkat Meningkat
18/1/2016 53.00
10/2/2016 58.13
23/3/2016 65.88
Meningkat
80
70
Nilai Rata-Rata
60 50 40 30 20 10 0 Nilai Rata2 TUC 1
Siswa A 55.38
Siswa B 56.88
Siswa C 52.25
Siswa D 47.63
Siswa E 53
Nilai Rata2 TUC 2
60.13
61.38
56.75
59.63
58.13
Nilai Rata2 TUC 3
60.63
68.63
62.38
73.75
65.88
Gabar 1: Grafik Nilai Rata-rata Siswa yang mendapatkan Layanan Home Visit
91
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
Dari tabel dan grafik di atas tampak bahwa
rumah dalam rangka meningkatkan
semua siswa mengalami peningkatan nilai
prestasi
rata-rata setelah mendapatkan penguatan
kembangkan melalui layanan home
sistem dukungan orang tua melalui layanan
visit. Sebagai salah satu layanan
home visit. Peningkatan nilai rata-rata TUC
Bimbingan dan Konseling tidak
sampai batas nilai rata-rata lulus. Selain itu,
langsung (indirect student services)
peningkatan
secara
layanan rancangan home visit terdiri
keseluruhan tidak signifikan, khususnya
dari dua (2) aktivitas utama, yaitu
siswa A peningkatannya hanya sebesar 5.25
pra home visit, dan pelaksanaan
poin dari nilai rata-rata TUC 1 ke TUC 3.
home visit. Pada pra home visit
Kecuali siswa B mengalami peningkatan
dilakukan: (1) identifikasi masalah;
signifikat sebesar 26.12 poin, dari 47.63
(2) observasi kelas dan wawancara
setelah home visit 1 menjadi 73.75 setelah
guru mata pelajaran; (3) konseling
home visit 3. Jika dilihat dari peningkatan
individual; (4) memanggil orang tua
rata-rata lima (5) siswa, maka terjadi
siswa ke sekolah. Sedangkan pada
peningkatan rata-rata ke-5 siswa. Setelah
tahap
home visit 1 rata-rata kelima siswa sebesar
dilakukan: (1) wawancara/bincang-
53.02, menjadi 59.20 setelah home visit 2,
bincang dengan orang tua; dan (2)
dan menjadi 66.25 setelah home visit 3. Jadi
menyapa siswa yang sedang belajar.
dapat
nilai
disimpulkan
rata-rata
terjadi
belajar
siswa
pelaksanaan
dapat
home
visit
perubahan
2. Penguatan sistem dukungan orang
perilaku belajar lima siswa ditinjau dari
tua terhadap belajar siswa melalui
hasil TUC setelah mendapat penguatan
layanan
sistem dukungan orang tua melalui layanan
mengubah perilaku belajar siwa
home
visit
mampu
home visit. DAFTAR PUSTAKA PENUTUP Temuan penelitian ini dapat disumpulkan sebagai berikut: 1. Sistem
dukungan
orang
tua
terhadap perilaku belajar siswa di
ASCA, (2012). ASCA National Model, A Framework for School Counseling Programs, Third Edition. Alexandria: ASCA Arifin, (1992). Pokok-pokok Pemikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
92
International Conference and Workshop on School Counseling “The Role of School Counselors in Dealing with Students with Special Needs in Inclusive Schools”
May 23-24, 2016
Bandura, A. (1997). Self Efficacy. New York : Wh freeman & company Davidoff, L.L. (1991). Psikologi Suatu Pengantar (edisi ke-2). Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga Emzir, (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Rajawali Press Grieve, K. (2003). Supporting Learning, Supporting Change: A Research Project on Self-Management & SelfDirection. Toronto : Ontario Literacy Coalition. Hasbullah. (2005). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada Merriam, S.B. & Caffarella, R.S. (2001). Learning in adulthood: A comprehensive guide. San Francisco : Jossey-Bass Publishers. Mugiarso, Heru dkk. (2010). Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES Press Nasruddin, Juwita dan Nusantoro, Eko (2015). Faktor Penghambat Operasionalisasi Kunjungan Rumah di SMPN Se-Kota Semarang. Indonesian Journal of Guidance and Counseling Theory and Application, 4 (3) 2015. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/SJU/index .php/jbk Padavick, J.F. (2009). Parental involvement with learning and increased student achievement. Education)..ProQuest Dissertations and Theses. Retrieved from http://search.proquest.com/docview/ 305079855?accountid=17242 (diakses pada 13 Mei 2016).
Prayitno. (2004). Layanan Bimbingan Kelompok Dan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang Santrock, J.W. Pendidikan.
(2003). Psikologi Jakarta : Kencana
Prenada Media Group Scottish Executive Education Department Schools Division, (2006). Parents as partners in their children’s learning Toolkit. Victoria Quay Edinburgh: the Scottish Executive) Shochib, Moh. (2010). Pola Asuh Orang Tua (Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri Sebagai Pribadi Yang Berkarakter). Jakarta: Rineka Cipta. Tolada, Titis. (2012). Hubungan Keterlibatan Orang Tua Dengan Prestasi Belajar Anak Usia Sekolah Di SDIT Permata Hati, Banjarnegara.
Umar, Munirwan (2015). Peranan Orang Tua Dalam Peningkatan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Ilmiah Edukasi Vol 1, Nomor 1, Juni 2015. Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta Winkel, W. S., Hastuti, S. (2006). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan (Edisi Revisi, Cetakan Kelima). Jogjakarta : Universitas Sanatha Dharma, Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Sapon-Shevin, M., B.J. Ayres, and J. Duncan. (1994). "Cooperative Learning and Inclusion." In Creativity and Collaborative Learning: A Practical Guide to Empowering Students and Teachers, edited by J. Thousand, R. Villa, and A. Nevin. Baltimore: Paul H. Brookes.
93