HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU KOPING SISWA TIDAK LULUS UJIAN SEKOLAH NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Program Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Psikologi
Oleh: SISCA NATILAWATI NIM : S 300 090 017
PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2013
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN PERILAKU KOPING SISWA TIDAK LULUS UJIAN SEKOLAH
Penelitian Dilakukan Pada Siswa SKB Kabupaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Psikologi
Oleh: SISCA NATILAWATI NIM : S 300 090 017
Telah disetujui oleh
Hubungan Antara Efikasi Diri dan Dukungan Orangtua Dengan Perilaku Koping Siswa Tidak Lulus Ujian Sekolah ABSTRAK Ujian Nasional menghadapkan siswa pada dua hasil ujian yaitu lulus dan tidak lulus. Pada siswa tidak lulus ujian sekolah, perilaku koping muncul sebagai bentuk reaksi prikologis yang bertujuan meredakan ketegangan, stress maupun depresi. Perilaku koping adalah respon penyesuaian diri individu untuk menghadapi tantangan, tuntutan ataupun ancaman baik secara internal maupun eksternal dengan cara mengendalikan, menerima, mengurangi, ataupun meminimalkan dengan reaksi tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik hubungan efikasi diri dan dukungan orangtua dengan perilaku koping siswa tidak lulus ujian sekolah, mengetahui berapa besar sumbangan efikasi diri dan dukungan orangtua terhadap perikaku koping siswa tidak lulus ujian sekolah. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa tidak lulus ujian sekolah yang mengikuti kelas paket A, paket B dan kelas keterampilan di SKB (Sanggar kegiatan Belajar) Kabupaten Karanganyar sejumlah 70 orang. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala efikasi diri, dukungan orang tua dan perilaku koping. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi ganda. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil korelasi R sebesar 0,690 dan F regresi sebesar 30,426 dengan P = 0,000 (P< 0,01), hasil korelasi (r x2 y) sebesar 0,555 dengan P < 0,01 dan (r x2 y) sebesar 0,642 dengan P < 0,01. Rerata empirik variabel efikasi diri sebesar 70,4 dan rerata hipotetik sebesar 67,5 berarti tergolong sedang. Variabel dukungan orangtua mempunyai rerata empirik sebesar 119,91 dan rerata hipotetik sebesar 115 berarti tergolong sedang.Sumbangan efektif variavel efikasi diri dan dukungan orangtua terhadap perilaku koping ditunjukkan dari koefisien determinan (r2) = 0,476 atau sebesar 47,6%. Hal ini berarti masih terdapat 52,4% faktor lain yang mempengaruhi perilaku koping siswa tidak lulus ujian sekolah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara efikasi diri dan dukungan keluarga dengan perilaku koping siswa tidak lulus ujian sekolah. Kata Kunci : Perilaku Koping, Efikasi diri dan dukungan orang tua
PENDAHULUAN Kegagalan Ujian Nasional memunculkan berbagai reaksi dari para siswa, yaitu menangis histeris sampai pingsan, mengamuk dan merusak fasilitas sekolah, menggalang aksi demonstrasi, bahkan sampai terjadinya aksi bunuh diri seperti yang dilakukan oleh seorang siswi SMPN I Kerjo, Kabupaten Karanganyar beberapa waktu yang lalu hanya karena tidak lulus Ujian Nasional. Kasus percobaan bunuh diri juga dilakukan oleh seorang siswi SMA 1 Pancasila, Wonogiri, Virginia Endah yang nekat menenggak cairan pengharum ruangan dan Wahyu Ningsih seorang siswi dari SMKN 3 Muara Jambi, yang mengakhiri hidupnya dengan memakan obat pestisida (Kristanti, 2010). Perilaku koping bertujuan meredakan ketegangan, stres maupun depresi yang dialami siswa akibat tidak lulus ujian nasional. Ketika individu mengalami kegagalan maka dia dalam keadaan terganggu equilibrium kognitif dan afektifnya. Munculnya ketegangan maupun depresi dalam kehidupan mengakibatkan perilaku pemecahan masalah (mekanisme koping) yang bertujuan untuk meredakan ketegangan tersebut sehingga individu dalam keadaan equilibrium, yaitu keseimbangan yang terjadi akibat adanya proses adaptasi individu terhadap kondisi yang akan menyebabkan sakit. Perilaku koping dibedakan menjadi dua, yaitu problem focused koping dan Emotion focused coping. Problem focused koping adalah strategi koping dengan cara menyelesaikan masalah yang
dihadapi sehingga individu segera terbebas dari masalahnya tersebut. Siswa yang tidak lulus ujian sekolah yang menggunakan strategi ini berusaha mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi meskipun secara emosional mereka juga merasa tertekan, tetapi mereka berusaha menghilangkan tekanan tersebut dengan fokus pada inti permasalahan yang ada. Emotion Focused Coping adalah strategi untuk meredakan emosi individu yang ditimbulkan oleh orang atau sumber lain tanpa berusaha untuk mengubah suatu situasi yang menjadi sumber stres secara langsung. Siswa tidak lulus ujian sekolah yang menggunakan strategi emotion focused coping cenderung untuk mengurangi emosi negatif yang sedang dialami, misalnya dengan mengabaikan masalah yang ada atau “melarikan diri” dari masalah. Efikasi diri dipandang penting dalam factor internal individu karena efikasi diri merupakan aspek pengetahuan tentang diri yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi individu dalam menentukan tindakan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi. Factor eksternal perilaku koping yang dipilih peneliti adalah dukungan orangtua, yaitu bantuan yang dating dari orangtua individu. Dukungan orangtua merupakan suatu bentuk hubungan interpersonal, dimana lingkungan social dalam hal ini orangtua memberikan bantuan berupa perhatian emosional, bantuan
instrumental, pemberian informasi, penghargaan dan penilaian. METODE PENELITIAN Variabel dalam penelitian ini adalah efikasi diri, dukungan orangtua dan perilaku koping. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa tidak lulus ujian sekolah dan mengikuti kelas paket C bagi yang tidak lulus SMA, paket B bagi yang tidak lulus SMP serta kelas ketrampilan di SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) kabupaten karanganyar. Alasan pemilihan populasi karena di kabupaten karanganyar terdapat kasus bunuh diri siswa akibat tidak lulus ujian nasional. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi populasi karena adanya keterbatasan jumlah subyek yaitu siswa tidak lulus ujian sekolah sebanyak 70 orang dengan perincian 25 orang dari paket C, 18 orang dari paket B dan 27 orang dari kelas ketrampilan . Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non random. Metode pengumpulan data yang digunakan metode angket. Skala perilaku koping yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Carver (Niam,2009) yaitu keaktifan diri, perencanaan, kontrol diri, mencari dukungan sosial, mengingkari, penerimaan dan religiusitas, yang terdiri dari 55 item.skala efikasi diri disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Bandura (Rahayu,2006) yaitu tingkat kesulitan tugas, luas bidang ttugas dan kemantapan keyakinan, yang terdiri dari 30 item. Skala dukungan
orangtua disusun berdasarkan aspekaspekyang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (Ruwaida,dkk,2006). Metode analisis data yang digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis regresi berganda (dua prediktor) dengan bantuan program SPSS (Statistical Products and Sollution Services) 16.0 for windows. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara efikasi diri dan dukungan orangtua terhadap perilaku koping, hal ini ditunjukkan oleh korelasi nilai R sebesar 0,690 dan F regresi sebesar 30,426 dengan p = 0,000 (p<0,01). Ini menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara efikasi diri, dukungan orangtua dengan perilaku koping. Hal ini berarti variabel efikasi diri dan dukungan orangtua dapat dijadikan prediktor (variabel bebas) untuk mengukur perilaku koping. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa korelasi antara efikasi diri dan perilaku koping menunjukkan koefisien korelasi (rx1y) sebesar 0,555 dengan p = 0,000 (p < 0,01), berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri dan perilaku koping. Semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi perilaku koping, dan sebaliknya semakin rendah efikasi diri maka semakin rendah perilaku koping. Korelasi aspek luas bidang tugas terhadap perilaku koping sebesar r = 0,533 dengan p = 0,000 paling tinggi diantara ketiga aspek efikasi diri,
sedangkan korelasi aspek tingkat kesulitan tugas terhadap perilaku koping sebesar r = 0,529 dengan p = 0,000, dan yang paling rendah adalah korelasi aspek kemantapan keyakinan terhadap perilaku koping sebesar r = 0,473 dengan p = 0,000 (p , 0,01). Temuan ini mendukung pendapat Bandura (1997) yang menegaskan bahwa seseorang yang memiliki persepsi efikasi diri akan dapat menentukan jenis perilaku penyelesaian, seberapa tekun usaha yang dilakukan individu untuk mengatasi permasalahan atau menyelesaikan tugas, dan berapa lama individu akan mampu berhadapan dengan hambatanhambatan yang tidak diinginkan. Hal senada diungkapkan Warsito (2004) yang setuju dengan pendapat Liebert & Priegler menegaskan efikasi diri dapat mempengaruhi usaha yang dilakukan dan daya tahan dalam menghadapi hambatan atau rintangan. Semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki individu maka semakin besar usaha dan daya tahan serta keuletan yang dimilikinya dalam perilaku koping. Warsito (2004) yang setuju dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pintrich & Garcia mengatakan bahwa mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan menggunakan strategi kognitif dan metakognitif yang lebih baik. Seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi pada umumnya menunjukkan perilaku koping yang lebih baik untuk meraih keberhasilan. Efikasi diri dibutuhkan siswa tidak lulus ujian sekolah dalam usaha mengatasi rasa depresi dan kecewa. Seperti yang diungkapkan Bandura
(1986), efikasi diri merupakan dasar utama dari tindakan individu. Efikasi diri menunjuk pada keyakinan individu akan kemampuannya dalam menentukan, mengatur, dan melaksanakan sejumlah perilaku koping yang tepat untuk menghadapi rintangan dalam mencapai keberhasilan yang diharapkan dan mencapai hasil prestasi tertentu. Siswa dengan tingkat efikasi diri yang tinggi lebih mampu mengatasi stress dan ketidakpuasan dalam dirinya daripada siswa dengan tingkat efikasi diri yang rendah. Siswa dengan tingkat efikasi diri yang tinggi akan lebih giat, bersemangat, dan tekun dalam usaha yang dilakukannya serta memiliki suasana hati yang lebih baik, seperti rendahnya tingkat kecemasan atau depresi ketika melakukan suatu tugas atau pekerjaan karena merasa mampu mengontrol ancaman. Sementara siswa dengan efikasi diri rendah akan mengurangi usahanya atau bahkan menyerah ketika menghadapi hambatan. Efikasi diri yang dimiliki siswa mempengaruhi strategi perilaku koping yang dilakukan. Hasil analisis data antara dukungan orangtua dan perilaku koping menunjukkan koefisien korelasi (rx2y) = 0,642 dengan p = 0,000 (p < 0,01), berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara dukungan orangtua dan perilaku koping. Semakin tinggi dukungan orangtua maka semakin tinggi perilaku koping, dan sebaliknya semakin rendah dukungan orangtua maka semakin rendah perilaku koping. Korelasi aspek penilaian terhadap perilaku koping sebesar r = 0,608 dengan p = 0,000
paling tinggi diantara keempat aspek dukungan orangtua. Sedangkan korelasi aspek emosional terhadap perilaku koping sebesar r = 0,510 dengan p = 0,000. Korelasi aspek instrumental terhadap perilaku koping sebesar r = 0,540 dengan p = 0,000 dan korelasi yang paling rendah adalah aspek informasi sebesar r = 0,510 dengan p = 0,000. Temuan ini mendukung pendapat Smet (1994) yang menegaskan bahwa jika individu merasa didukung oleh lingkungan, segala sesuatu dapat menjadi lebih mudah pada saat mengalami kejadian-kejadian yang menegangkan. Adanya dukungan sosial membuat individu merasa aman, nyaman dan terlindungi, sebaliknya jika tidak adanya dukungan sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian dan frustasi dengan permasalahan yang dihadapinya. Hal senada diungkap Maharani & Andayani (2003) bahwa remaja membutuhkan dukungan dari orang dewasa yang ada di sekitarnya untuk membantu mengatasi permasalahan dan dalam menghadapi tuntutan-tuntutan. Dukungan sosial yang kuat dari lingkungan sekitar terutama keluarga dapat membantu remaja dalam perilaku koping mengatasi permasalahan belajarnya. Dukungan sosial merupakan keadaan yang bermanfaat sehingga individu menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintai dirinya. Hal ini sejalan dengan pendapat Fausiah dan Widury (2005) adanya dukungan sosial yaitu keberadaan orangtua, saudara, teman dan kenalan dalam menghadapi stres dapat membantu
seseorang berhasil dalam perilaku koping baik menggunakan problem focused ataupun emotion focused coping. Niven (2002) menambahkan seseorang dapat merasa aman bila mengetahui bahwa ia mempunyai jaringan dukungan sosial yang sangat berfungsi dari teman-teman dan sanak familinya yang siap membantu jika kebutuhan itu muncul. Dukungan sosial juga menekankan pada kualitas dari hubungan sosial yang dimiliki. Sebagai contoh seorang individu yang percaya bahwa ia mempunyai teman yang setiap saat ada jika ia membutuhkan dan memberikan dukungannya sehingga ia merasa nyaman. Dukungan sosial yang diberikan dapat menurunkan tingkat stres yang dirasakan (Fausiah dan Widury, 2005). Hasil penelitian dari Eggens, Van Der Werf & Bosker (2007) menyatakan bahwa dukungan sosial dapat berfungsi sebagai “jaring penyelamat“ yang membantu siswa dalam penanggulangan stress dan kesulitan-kesulitan selama masa belajar sedangkan hasil penelitian dari Levitt, Webber & Grucci (1983) mengatakan bahwa dukungan dari keluarga terutama orangtua merupakan dukungan pertama yang diterima seseorang karena orangtua dan anggota keluarga adalah orangorang yang berada di lingkungan paling dekat dengan diri individu dan memiliki kemungkinan yang besar untuk memberikan bantuan. Siswa tidak lulus ujian sekolah sangat membutuhkan dukungan orangtua dalam keberhasilan perilaku koping karena dengan adanya dukungan orangtua, kesejahteraan psikologis
siswa akan meningkat melalui perhatian dan pengertian yang menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga diri dan kejelasan identitas diri serta memiliki perasaan positif mengenai diri sendiri. Hurlock (1990) yang setuju dengan Niven (2002) juga berpendapat orangtua merupakan sumber kasih sayang dan penerimaan, tidak terpengaruh oleh apa yang dilakukan anak. Pada siswa tidak lulus ujian sekolah, adanya kasih sayang dan penerimaan dari orangtua atas kegagalan yang dialaminya akan menumbuhkan perasaan aman dan nyaman sehingga siswa akan tenang dalam menghadapi permasalahan. Berdasarkan hasil penelitian ini juga diketahui bahwa variabel efikasi diri mempunyai rerata empirik sebesar 70,04 dan rerata hipotetik sebesar 67,5 yang berarti efikasi diri subyek tergolong sedang. Variabel dukungan orangtua mempunyai rerata empirik sebesar 119,91 dan rerata hipotetik sebesar 115 yang berarti dukungan orangtua subyek tergolong sedang. Sedangkan variabel perilaku koping diketahui mempunyai rerata empirik sebesar 125,44 dan rerata hipotetik sebesar 120 yang berarti skala perilaku koping pada subyek penelitian tergolong sedang. Sumbangan efektif atau peranan efikasi diri dan dukungan orangtua terhadap perilaku koping sebesar 47,6% hal ini ditunjukkan dari koefisien determinan (r²) = 0,476 atau sebesar 47,6%. Hal ini berarti masih terdapat 52,4% faktor lain yang mempengaruhi perilaku koping di luar variabel efikasi diri
dan variabel dukungan orangtua. Seperti jenis kelamin, perkembangan usia, status sosial ekonomi dan lainlain. Sedangkan sumbangan efektif efikasi diri terhadap perilaku koping sebesar 0,308 atau 30,8%. Sedangkan sumbangan efektif dukungan orangtua terhadap perilaku koping sebesar 0,415 atau 41,5%. Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara efikasi diri dan dukungan orangtua terhadap perilaku koping. Namun generalisasi dari hasil-hasil penelitian ini terbatas pada populasi dimana penelitian dilakukan sehingga penerapan pada ruang lingkup yang lebih luas dengan karakteristik yang berbeda perlu dilakukan penelitian kembali agar dapat mengungkap hasil yang komprehensif khususnya yang berkaitan dengan perilaku koping.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :Hasil uji empirik hubungan efikasi diri dan dukungan orangtua terhadap perilaku koping diperoleh hasil yang sangat signifikan. Adapun hubungan antara efikasi diri dan perilaku koping menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan. Hubungan antara dukungan orangtua dan perilaku koping juga menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan. Efikasi diri, dukungan orangtua dan perilaku koping pada subyek penelitian tergolong sedang.
Sumbangan efektif efikasi diri dan dukungan orangtua terhadap perilaku koping sebesar 0,476 atau 47,6%. Sumbangan efektif efikasi diri terhadap perilaku koping sebesar 0,308 atau 30,8%. Sedangkan sumbangan efektif dukungan orangtua terhadap perilaku koping sebesar 0,415 atau 41,5%. Saran Untuk pengembangan selanjutnya yang penulis sarankan adalah : Bagi Sekolah. Efikasi diri pada subyek penelitian tergolong sedang. Data penelitian ini menunjukkan bahwa korelasi aspek kemantapan keyakinan terhadap perilaku koping menunjukan hasil yang paling rendah diantara tiga aspek yang lainnya pada variabel efikasi diri. Diharapkan sekolah dapat meningkatkan efikasi diri yang lebih menekankan pada aspek kemantapan keyakinan. Misalnya dengan mengadakan pelatihan tentang peningkatan keyakinan diri siswa. Dukungan orangtua pada subyek tergolong sedang. Data penelitian ini menunjukkan bahwa korelasi aspek informasi terhadap perilaku koping menunjukan hasil yang paling rendah diantara empat aspek yang lainnya pada variabel dukungan orangtua. Diharapkan sekolah dapat meningkatkan dukungan orangtua bagi siswa yang lebih menekankan pada aspek informasi. Misalnya dengan mengadakan rapat koordinasi dengan orangtua secara berkala mengenai informasi-informasi kegiatan anak di sekolah. Bagi Subyek Penelitian. Meningkatkan efikasi diri yang lebih menekankan pada aspek kemantapan keyakinan. Misalnya dengan cara meningkatkan prestasi akademis dan
menambah wawasan dengan membaca buku-buku tentang pendidikan lanjutan atau dunia kerja sehingga dengan prestasi akademis bagus dan pengetahuan tentang pendidikan lanjutan serta dunia kerja maka siswa menjadi mantap dan yakin kemana arah tujuan pendidikannya. Meningkatkan dukungan orangtua yang lebih menekankan pada aspek informasi. Misalnya dengan menjalin pertukaran informasi dua arah dengan orangtua sehingga hambatanhambatan dalam menyampaikan informasi untuk mendapatkan dukungan orangtua dapat diatasi. Bagi Orangtua Meningkatkan aspek efikasi diri yang lebih menekankan pada aspek kemantapan keyakinan. Misalnya dengan banyak membaca buku psikologi perkembangan remaja sehingga orangtua memiliki bekal pengetahuan dalam mendampingi tumbuh kembang anak khususnya mengenai kemantapan keyakinannya. Meningkatkan dukungan orangtua yang lebih menekankan pada aspek informasi. Misalnya dengan lebih meluangkan waktu di sela-sela kesibukan bekerja untuk mengetahui informasi tentang masalah belajar anak di sekolah. Bagi Peneliti Selanjutnya. Penelitian ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperhatikan diantaranya adalah hasil penelitian yang tidak bisa digeneralisasi secara lebih luas dan masih banyaknya variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Oleh sebab itu untuk peneliti selanjutnya agar memperhatikan 52,4% variabel lain
selain efikasi diri dan dukungan orangtua jika ingin melakukan penelitian yang terkait dengan perilaku koping.
DAFTAR PUSTAKA Bahring. J. 2011. Tak Lulus Siswa Mengamuk Dan Histeris. Kampus.okezone.com/read/2 011/05/16/373/457623/tak=lu lus-siswa-mengamuk-danhisteris. Diunduh : Desember 2011. Bandura, A. 1997. Self Efficacy: The Exercise of Control. New York: W.H. Freeman And Company. Baron, R.A. & Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial (alih bahasa: Dra. Ratna Djuwita, Dipl. Psycl). Jakarta: Penerbit Erlangga. Bijl, J.J., & Bugget, L.M.S., 2002. The Theory And Measurement of The Self Efficacy Construct. Jurnal. 15. 9-30. Chaplin, J. P. 2004. Kamus Lengkap psikologi. Terjemahan oleh Kartini dan Kartono. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa. Cohen. S dan Syme, S. I. 1995. Social Support and Health. London : Academic Press, Inc. Collins, N. L., Schetter, C. D., Lobel, M., & Scrimshaw, C. M. 1993. Social Support In Pregnancy: Psychosocial Correlates Of Birth Outcome
And Postpartum Depression. Journal Of Personality And Social Psychology, 65. 12431258. Davidoff, L. L. 2006. Psikologi Suatu Pengantar. Edisi ke-2. Alih bahasa : Soenardji, Jakarta : Erlangga. Effendi, R. W., dan Tjahjono, E. 2005. Hubungan Perilaku Koping dan Dukungan Sosial Dengan Kecemasan Pada Ibu Hamil Anak Pertama. Anima, vol. 14. 54, 224-228. Eggens, L., Van Der Werf, M. C. P., Bosker, R. J. 2007. The Influence Of Personal Networks And Social Support On Study Attainment Of Students In University Education. Journal Of Educational Psychology, 55, 553-573. Fausiah, F., Widury, J. 2005. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta : UI Press. Folkman, S And Lazarus, R. S. 1994. Analysis Of Coping In Middle Age Community Sample. Journal Of Health And Social Behaviour. 21, 219-239. Ghufron & Risnawita. R S. 2010. Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media. Gunarsa dan Gunarsa S. D. 2001. Psikologi Perkembangan Kepribadian Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulia.
Hadi, S. 2007. Metodologi Research (jilid 3). Yogyakarta : Andi Offset. Hapsari, R. A., Karyani, U., dan Taufik. 2002. Perjuangan Hidup Pengungsi Kerusuhan Etnis ( Studi Kualitatif Tentang Bentuk-bentuk Perilaku Koping Pada Pengungsi Madura ), Indigeneous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi. Vol. 6, No. 2, 122-129. Hurlock. E. B. 1990. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan ( terjemahan : Istiwidayanti ) Jakarta : Erlangga. Johnson, O. W., Johnson, F. P. 1991. Joining Together : Group Theory and Group Skill (fourth ed.). New York: Prentice Hall International. Jun. Y., Yebing.Y, Xufeng. L., Jianquan. T., Xia. Z., Danmin .M. Self Efficacy, Social Support And Coping Strategies Of Adolescent Eartquake Survivors In China. Social Behavior & Personality : An International Journal ; 2010, Vol. 38 Issue 9, p1219. Junaedi. 2010. Tak Lulus UN Puluhan Siswa Mengamuk. Berita.liputan6.com/read/274 307/Tak.Lulus.UN.Puluhan.S iswa. Mengamuk. Diunduh : Desember 2011 Koentjoro, S. Z. 2003. Dukungan Sosial Pada Individu. Jakarta
: e.psikologi.com. Oktober 2011.
diakses
Kristanti. E.Y. 2010. Stress Tidak Lulus UN Siswi Tenggak Racun. Nasional.vivanews.com/news /read/146904_stress_tak_lulu s_un_siswi_tenggak_racun. Diunduh : Desember 2011 Maharani, O. P dan Andayani, B. 2003. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Sosial pada Remaja Laki-laki. Jurnal Psikologi, 2, 23-35. Mu’tadin, Z. 2002. (online), http : www.e-psikologi.com. Niam. E. K. 2009. Koping Terhadap Stress Pada Mahasiswa Luar Jawa Yang Mengalami Culture Shock di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, Vol. 11, No.1, Mei : 58-68. Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan : Pengantar Untuk Perawat Dan Profesional Kesehatan Lain. Edisi Dua. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. Pramadi, A., & Lasmono, H. K. 2003. Koping Pada Etnis Bali, Jawa, dan Sunda. Anima, Indonesian Psychological Journal, 18 (4). Raharjo, L,; Setiasih; Setianingrum;, I. 2008. Jenis dan Sumber Dukungan Sosial pada Mahasiswa. Indonesian
Psychological Journal. Vol. 23, No. 3, 277-286
Sarason, 2003, Psikologi Sosial, Gresco, Bandung.
Rahayu.E.P, Lestari. S, dan Purwandari. E. 2006. Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Kepatuhan Menjalani Diet Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II. Indigeneous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, Vol. 8, No. 2.
Sarwono, S. W. 2009. Psikologi Sosial : Individu dan Teoriteori Psikologi Sosial. Jakarta : Balai Pustaka.
Rasmun. 2004. Stesss, Koping dan Adaptasi : Teori dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV.Sagung Seto. Ruwaida, A., Lilik, S., Dewi, R. 2006. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dan Dukungan Keluarga Dengan Kesiapan Menghadapi Masa Menopause. Indegenous. Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, Vol.8, No.2, Nopember : 76-99. Santrock, J. W. 2006. Human Adjustment.New York : Mc Graw Hill. ----------------.2008. Psikologi Pendidikan ( alih bahasa : Diana Angelica ). Edisi 3 Buku 2. Jakarta : Salemba Hurnanika. Sarafino, E. P. 2007. Health Psychology.2nd edition. New York. John Willey & Sons. Inc. ----------------. 2008.: Health Psychology Biopsychological Interactions. 4rd ed. New York : John Willey & Sons, Inc.
Slavin,
R. E. 2008. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik ( Alih bahasa : Drs. Marianto Sarnosir, S.H ). Edisi kedelapan jilid 1. Jakarta : PT Indeks.
Smet, B., 2004, Psikologi Kesehatan. Jakarta : Grasindo. Soesilowindardini, M. A. 2005. Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Surabaya : Usaha Nasional. Stephens, P. & Shotick, J. 2002. Reevaluation Of The Computer Self Efficacy Model :Development And Use Of The Business Computer Self Efficacy Scale. Jurnal. Diunduh melalui http://www.iacis.org/iis/2002i is/pdf/ stephenshoticks.pdf. diakses : 28 oktober 2011. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Takeda, T. 2004. Self Efficacy, Coping Behaviour And The Health Locus Of Control In Junior High School Student With Renal Desease. Department Of Educational For Children With Health Impairement.
Warsito, H. 2004. Hubungan Efikasi Diri Dengan Penyesuaian Akademik Dan Prestasi Akademik. Jurnal Psikologi, Vol.14, No.2, 92-109. Widodo, S. 2010. Smart Learning Technology : Menjadi Juara Dalam Waktu Singkat. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Wirawan, 2007. Budaya dan Iklim Organisasi : Teori Aplikasi Dan Penelitian. Jakarta : Salemba. Woolfolk, A. 2009. Educational Psychology : Active Learning Edition ( Alih bahasa Drs. Helly Prajitno Soetjipto, M. A. dan Dra. Sri Mulyantini Soetjipto ). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.