NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA SMK
Oleh: PUTRI APRILIA SARI ULY GUSNIARTI
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA SMK
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing
Uly Gusniarti S.Psi., M.Si, Psikolog.
ii
HUBUNGAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PERILAKU MENCONTEK PADA SISWA SMK
Putri Aprilia Sari Uly Gusniarti
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan kepercayaan diri dengan perilaku mencontek. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif kepercayaan diri dengan perilaku mencontek. Semakin tinggi tingkat kepercayaan diri maka semakin rendah perilaku mencontek dan semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi perilaku mencontek. Subyek dalam penelitian ini adalah pelajar SMK, yang berusia 15-18 tahun yang masih aktif sebagai pelajar. Adapun skala perilaku mencontek yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan alat ukur terpakai dari Rohmawati (2008), untuk skala kepercayaan diri disusun dengan mangacu pada teori Lauster (1978) Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan hasil korelasi product moment dari Pearson. Hasil analisis menunjukkan besarnya koefisien korelasi sebesar r = -0,315 dengan p = 0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi negatif yang sangat signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku mencontek, sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel kepercayaan diri terhadap variabel perilaku mencontek 9,9 % yang berarti masih ada 90,1 % faktor lain yang mempengaruhi perilaku mencontek, antara lain adalah faktor ketakutan terhadap kegagalan, sulitnya soal tes yang dihadapi, kebijakan akademis, iklim kompetisi yang tinggi, dan tekanan sosial untuk meraih yang baik. Kata kunci :kepercayaan diri, perilaku mencontek.
iii
PENGANTAR
Sekarang ini pendidikan Indonesia telah banyak mengalami pembaharuan. Pembaharuan ini dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu cita-cita luhur bangsa Indonesia yang secara tegas dinyatakan dalam pembukuan UUD 1945. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya pembentukan SDM (UUD 1945, 2004). Pendidikan adalah untuk membelajarkan semua pihak akan pentingnya proses untuk mempelajari ilmu. Upaya pengembangan dan pendidikan dilakukan untuk mencapai tujuan yang luhur serta pendidikan yang fungsional, efektif, efisien dan untuk
mewujudkan tujuan itu semua, pelajar masih menemui
hambatan-hambatan dalam proses belajar. Proses belajar yang baik memiliki delapan ciri. Pertama, membaca semua materi pelajaran, memahami, mencatat, dan menandai yang penting. Kedua, mengembangkan materi yang dipelajari, mengulang kembali mata pelajaran yang telah dipelajari dengan kata-kata sendiri. Ketiga, memilih waktu belajar yang tepat. Keempat, memanfaatkan waktu belajar di sekolah dengan banyak bertanya. Kelima, mendengarkan penjelasan guru. Keenam, memilih tempat belajar yang nyaman. Ketujuh, membentuk kelompok belajar yang efektif dan efisien. Kedelapan, menghindari belajar sistem kebut semalam atau yang lebih dikenal “SKS” (Kompas, 2006). Kecenderungan bagi bangsa Indonesia yang tengah dilanda krisis moral, semuanya dibenarkan sejauh memenuhi keinginan dan kepentingannya. Krisis
iv
moral ini hampir melanda ke seluruh aspek kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Perilaku mencontek adalah perilaku yang banyak dijumpai dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kecurangan yang terjadi dalam proses pendidikan. Salah satu bentuk kecurangan yang seringkali terjadi adalah perilaku mencontek yang dilakukan oleh remaja, terutama terjadi pada saat menghadapi
ujian.
(http://www.google.
Forum-ti_com_perilaku
mencontek
mencontek dikalangan mahasiswa.htm.16/03/08). Tujuan yang mulia ini tampaknya sulit untuk dicapai apabila pelajar yang saat ini dituntut untuk menguasai berbagai ilmu yang dipelajarinya dengan belajar lebih tekun, tetapi mereka lebih suka menggunakan cara-cara pintas yaitu dengan mencontek. Cara pelajar untuk mendapatkan hasil yang baik dalam ujian adalah dengan cara mencontek. Ada yang sengaja membuat catatan dalam kertas kecil, menulis rumus di meja, atau yang paling berani membawa buku catatan di ruang ujian. Namun beberapa siswa di China telah meninggalkan cara konvensional dan memanfaatkan teknologi untuk mencontek. Mereka menggunakan earphone kecil dan alat komunikasi radio saat menghadapi ujian (http://www.google. detikcomTeknologi untuk mencontek.htm.16/03/08). Perilaku mencontek tidak hanya terdapat di Indonesia saja melainkan di negara lain misalkan di Nigeria, ditemukan bahwa siswa di Nigeria tertangkap mencontek dengan menggunakan telepon seluler atau lebih dikenal dengan HP. Dari kesimpulan di atas menunjukkan bahwa mencontek adalah hal yang biasa pada remaja padahal tidak sesuai dengan moral yang ada. (http://www.google. detikcom-Ribuan mencontek menggunakan HP.htm.16/03/08).
v
Menurut survei yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara yang dilakukan dengan guru BK. Penulis mendapatkan informasi dari guru BK bahwa masih ada 55 % siswa yang mencontek ketika ujian berlangsung di SMK PIRI I. Penulis juga mendapatkan informasi dari pelajar yang sekolah di SMK PIRI I, mereka mengatakan bahwa pernah bekerjasama dalam ujian, misalnya menukar jawaban kepada teman satu kelasnya, membuat contekan sebelum ujian, mencari jawaban ulangan, dan perilaku ini dilakukan ketika akan menghadapi ujian dan mereka mengatakan bahwa tindakan mencontek adalah hal yang wajar. Yogyakarta. Anderman, dkk (1998) menunjukkan bahwa lingkungan sekolah menengah lebih berfokus pada peringkat dan kinerja dibanding dengan proses belajar, hasil penelitiannya mengenai mencontek pada siswa sekolah menengah pertama, membedakan antara perilaku mencontek dengan keyakinan terhadap perilaku mencontek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61% pelajar tidak pernah mencontek dan 39% pelajar menyatakan bahwa mereka pernah mencontek. Sedangkan keyakinan terhadap perilaku mencontek 50,4% pelajar menyatakan dapat menerima perilaku mencontek dan 49,6% pelajar mencontek merupakan perilaku yang tidak bisa diterima. Penelitian Schab (Sujana dan Wulan, 1994) menunjukkan 93% siswa menyatakan bahwa mencontek merupakan bagian yang normal dalam kehidupan. Pada diri mereka telah berkembang keyakinan bahwa mencontek merupakan cara yang dapat diterima untuk memperoleh kemajuan. Mereka memperkirakan sekitar 97% sampai dengan 99% teman mereka mencontek baik pada saat-saat tertentu maupun secara teratur. Kondisi semacam inilah yang dapat memberikan pengaruh
vi
sangat kuat pada siswa. Schab (Anderman, dkk, 1998) meneliti perbedaan perilaku mencontek selama beberapa tahun yakni menguji kepercayaan diri dan perilaku mencontek dengan menggunakan sampel lebih dari seribu pelajar SMU pada tahun 1969, 1979 dan 1989. Hasilnya menunjukkan bahwa secara umum, penerimaan atas perilaku mencontek meningkat selama tahun-tahun tersebut. Ditinjau dari berat masalah, para pendidik menempatkan mencontek pada urutan ke-9 pada lima puluh daftar bentuk masalah perilaku siswa yang disajikan, sedangkan para ahli kesehatan mental menempatkannya pada urutan ke-25 Wickman (Blair, 1975). Usia rentan bagi pelajar SMP dan SMA, maka pelarian untuk mendapatkan perhatian, safety, dan keinginan merasakan interaksi dengan dunia yang lebih luas, maka pada usia ini sangat rentan untuk melakukan pelanggaran. Fenomena perilaku mencontek terjadi juga di SMK dr. Soetomo saat pelaksanaan Ujian Akhir Nasional (UAN) tertangkap basah siswa sedang mencontek dengan cara melirik siswa lain (Seputar Indonesia, 2008). Sujana (1993) membedakan penyebab perilaku mencontek dalam dua kelompok yakni, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari keterkaitan terhadap kegagalan, ketidakdisiplinan mengikuti tes, kurangnya kepercayaan diri, kesediaan untuk menggunakan alat atau cara apapun untuk sukses. Faktor eksternal terdiri dari sulitnya soal tes yang dihadapi, kebijaksanaan akademis, iklim kompetisi yang tinggi dan tekanan sosial untuk meraih prestasi yang baik atau nilai yang tinggi. Pada penelitian ini penulis ingin mengetahui perilaku mencontek yang disebabkan faktor internal yakni kurangnya kepercayaan diri. Menurut Suryanto
vii
kepercayaan diri yang kuat biasanya populer dalam lingkungan keluarga maupun pergaulannya. Anak remaja yang memiliki kepercayaan diri akan sering diminta menjadi pemimpin kelompok, memiliki sikap mawas diri. Sebaliknya, pada anak yang memiliki rasa percaya diri rendah akan kurang populer dalam pergaulan, lebih
suka
mengucilkan
diri,
atau
menjadi
pembuat
keributan
(http://www.google.memupuk rasa PE-DE sejak kecil.htm). Sebagian pelajar menyebutkan alasan untuk mencontek karena "tidak percaya diri" (21,3%), tidak belajar (14%), tidak dapat menjawab soal (13,5%), dan sisanya untuk alasan lain. Terlepas dari alasan yang dikemukakan, jumlah pencontek yang besar ini menunjukkan bahwa perilaku mencontek tampaknya telah
menjadi
hal
yang
biasa
dilakukan.
(http://www.google.Forum-
ti_com_perilaku mencontek di kalangan mahasiswa) Penelitian dan gejala di atas menunjukkan bahwa tingginya kecenderungan perilaku mencontek yang dilakukan oleh pelajar dikarenakan pelajar memiliki kepercayaan diri yang rendah. Bila hal ini dibiarkan dan tidak dikenai sanksi yang sesuai, maka berbagai lembaga birokrasi, korupsi, kolusi, manipulasi, penipuan biasa dilakukan. Iklim masyarakat yang cenderung membiarkan segala sesuatu yang salah dan tidak jujur akan menjadikan kebiasaan sehingga pelajar akan melakukan
tindakan
mencontek
(http://www.google.com.Bisa
mencontek
melahirkan koruptor ilm@n’s Blog.htm.01/05/08). Tumbuhnya kebiasaan mencontek akan membentuk generasi yang tidak jujur, tidak ada keuletan dalam mencapai sesuatu dan pandai dalam memanipulasi sesuatu. Mengingat sedikitnya penelitian mengenai perilaku mencontek di
viii
Indonesia, serta semakin merajalelanya perilaku mencontek yang dilakukan pelajar maka penulis ingin meneliti perilaku mencontek yang disebabkan faktor internal yakni kepercayaan diri. Berdasarkan uraian di atas maka diasumsikan bahwa terdapat hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku mencontek. Semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah tingkat perilaku mencontek pada siswa SMK dan sebaliknya.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu remaja SMK PIRI I Yogyakarta dengan jenis kelamin laki-laki yang berusia 15 sampai 18 tahun.
B. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan secara kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara membagikan angket dengan menggunakan skala psikologis untuk mengungkap variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun data yang dikumpulkan tersebut adalah data mengenai kepercayaan diri dan perilaku mencontek.
ix
1. Skala Perilaku Mencontek Alat ukur perilaku mencontek yang digunakan adalah alat ukur terpakai dan sudah diketahui reliabilitasnya yakni 0,953. Skala ini mengacu pada bentukbentuk perilaku mencontek dari Haryono (Rohmawati, 2008).
2. Skala Kepercayaan Diri Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur tingkat kepercayaan diri merupakan skala yang di modifikasi berdasarkan skala kepercayaan diri yang dibuat secara mandiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek Lauster (1978).
C. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan kepercayaan diri dengan perilaku mencontek pada remaja adalah dengan menggunakan Korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Dari hasil penelitian selanjutnya di analisis menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan program komputer SPSS for windows 12. Hal ini diharapkan bahwa dalam penggunaan program ini tingkat kesalahan akan semakin kecil dan pengerjaannya lebih cepat.
HASIL PENELITIAN
1. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data penelitian, maka terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis, yaitu berupa uji asumsi yang meliputi uji
x
normalitas dan uji linieritas sebagai syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. Uji asumsi ini dilakukan dengan bantuan komputer program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.0 for Windows. a. Uji Normalitas Uji ini bertujuan untuk melihat apakah bentuk sebaran dari skor jawaban subjek normal atau tidak.
Pengujian normalitas dilakukan
terhadap distribusi skor kepercayaan diri dan perilaku mencontek, dengan menggunakan teknik one sample kolmogorov smirnov test pada program komputer SPSS for windows 12.0.
Kaidah yang digunakan untuk
mengetahui normal tidaknya sebaran data adalah jika p > 0,05 maka sebaran dinyatakan normal, namun jika p < 0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal. Dari hasil pengolahan data perilaku mencontek diperoleh koefisien K-SZ = 0,879 dengan p = 0,422 (p > 0,05) dan data kepercayaan diri diperoleh K-SZ = 0,660 dengan p = 0,777 (p > 0,05). Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data perilaku mencontek dan kepercayaan diri, terdistribusi atau tersebar dengan normal. b. Uji Linieritas Uji linieritas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel perilaku mencontek dan kepercayaan diri mengikuti garis linier atau tidak, dengan menggunakan program komputer SPSS for windows 12.0. Dari hasil pengolahan data diperoleh F = 10,483
xi
dengan p = 0,002 (p < 0.05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan kepercayaan diri dengan perilaku mencontek, bersifat linier atau mengikuti garis lurus.
2. Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan negatif antara perilaku mencontek dengan kepercayaan diri pada pelajar SMK Piri I. Pengujian terhadap hipotesis tersebut menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson pada program komputer SPSS for windows 12.0. Dari hasil pengolahan data perilaku mencontek dengan kepercayaan diri diperoleh koefisien korelasi r = -0,315 dengan p = 0,002 (p < 0,05). Angka korelasi yang negatif menunjukkan bahwa memang terdapat hubungan negatif antara dua variabel. Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap perilaku mencontek adalah sebesar 9,9 % (
= 0,099). Sebanyak 9,9 % perilaku mencontek pelajar SMK
Piri I dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Sedangkan sisanya sebanyak 90,1% dipengaruhi variabel lain di luar variabel tersebut. Dari data-data tersebut dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan negatif yang sangat erat antara kepercayaan diri dengan perilaku mencontek. Hasil analisis data ini menunjukkan bahwa hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti diterima.
xii
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku mencontek pada pelajar SMK Piri I. Setelah melalui beberapa proses pengolahan data, diperoleh hasil yang mendukung hipotesis tersebut. Hasil analisis dari data-data yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini terbukti melalui nilai koefisien korelasi yang diperoleh (r = -0,315 dan p = 0,001, p < 0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri dengan perilaku mencontek pelajar SMK Piri I. Hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku mencontek bersifat negatif. Terbukti pula bahwa semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki, maka semakin rendah perilaku mencontek dan sebaliknya. Anderman, dkk (1998) menunjukkan bahwa lingkungan sekolah menengah lebih berfokus pada peringkat dan kinerja dibanding dengan proses belajar, hasil penelitiannya mengenai mencontek pada siswa sekolah menengah pertama, membedakan antara perilaku mencontek dengan keyakinan terhadap perilaku mencontek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 61% pelajar tidak pernah mencontek dan 39% pelajar menyatakan bahwa mereka pernah mencontek. Vitro dan Schoer (Houston, 1978) menunjukkan bahwa kegagalan dalam suatu tes lebih sering diikuti oleh tindakan mencontek pada tes berikutnya, bila dibandingkan dengan keberhasilan, ini menyimpulkan bahwa orang yang kuat
xiii
akan tekanan disekitarnya memiliki kepercayaan diri yang baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan bahwa kepercayaan diri mempengaruhi perilaku mencontek. Rendahnya perilaku mencontek pada subyek penelitian di sebabkan oleh tingginya tingkat kepercayaan diri yang dimiliki. Kepercayaan diri yang tinggi pada diri seorang siswa akan mendukung kelancaran belajar mengajar pada siswa, kaitannya dengan perilaku mencontek. Semakin tinggi kepercayaan diri subjek, maka perilaku mencontek akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena subjek meyakini bahwa kepercayaan diri akan kemampuan subjek dengan usaha proses belajar yang baik dari dalam diri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang peneliti lakukan, akan tetapi hasil dari penelitian yang peneliti lakukan menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan diri lebih tinggi dari pada tingkat perilaku mencontek. Kepercayaan diri dapat dilihat bahwa sebanyak 64% dalam kategori tinggi sedangkan tingkat perilaku mencontek dalam kategori rendah 57 %. Peneliti mengakui dalam penelitian ini masih terdapat beberapa kelemahan, yaitu kurangnya referensi yang digunakan oleh peneliti baik mengenai kepercayaan diri ataupun perilaku mencontek, sehingga teori yang digunakan dalam penelitian ini menjadi kurang beragam. Disamping itu adapun kekurangan dalam proses pelaksanaan pengambilan data dalam penelitian ini yaitu terdapat subjek yang masih bertanya kepada teman sebangku. Kekurangan lain adalah kurangnya pengetahuan peneliti mengenai faktor-faktor apa saja yang perlu dikontrol dalam penelitian ini, baik secara teoritis maupun metodologis agar dapat meminimalisir bias dalam penelitian ini.
xiv
KESIMPULAN Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku mencontek. Semakin tinggi kepercayaan diri yang dimiliki, maka semakin rendah perilaku mencontek yang dimiliki, begitu juga sebaliknya. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara kepercayaan diri dengan perilaku mencontek dapat diterima. Sumbangan efektif kepercayaan diri terhadap perilaku mencontek adalah sebesar 9,9 % (
= 0,099). Sebanyak 9,9 % perilaku
mencontek pelajar SMK Piri I dipengaruhi oleh kepercayaan diri. Sedangkan sisanya sebanyak 90,1% dipengaruhi variabel lain di luar variabel tersebut.
SARAN Berdasarkan hasil yang telah dicapai, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Subyek Penelitian
Dalam usaha mempertahankan kepercayaan diri, hendaknya pelajar SMK PIRI I, minimal masih berpegang teguh bahwa kepercayaan diri sangatlah penting, maka untuk mewujudkan hal tersebut dari proses belajar yang baik. Hal ini yang akan membantu pelajar mendapatkan kepercayaan diri dari dalam diri. Jika kondisi seperti ini dapat terwujud maka segala urusan menjadi lancar.
xv
2. Bagi guru / pendidik Bagi guru / pendidik seharusnya mempertahankan sistem pengajaran bagi siswa-siswinya, menanamkan kejujuran, dan memberikan punishment yang membelajarkan, jika menyelesaikan dengan kekerasan, yang terjadi permasalahan akan selesai hanya jangka pendek saja. Karena siswa hanya diberikan hukuman atau ganjaran. Selain itu guru / pendidik juga dapat memberikan hadiah (reward), sehingga siswa-siswi dapat mempertahankan diri untuk tidak melakukan perilaku mencontek misalnya pemberian nilai tambahan bagi siswa yang tidak pernah mencontek. 3. Bagi peneliti selanjutnya a. Bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan penelitian ini, diharapkan agar menggunakan atau menambahkan metode penelitian kualitatif untuk dapat menggali lebih dalam mengenai hubungan antara kepercayaan diri dengan perilaku mencontek. b. Peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor lain yang turut berpengaruh, seperti: Faktor malas belajar, kemampuan akademik, disiplin ilmu, kebijakan akademis. c. Peneliti selanjutnya menyarankan agar dalam penelitian selanjutnya hendaknya mampu memperluas jangkauan penelitian di berbagai sekolah.
xvi
Daftar Pustaka Anderman,E.M, Griesinger T, 1996. Motivational Cheating During Early Adolecence. Journal of Educational Psychology, 90, 84-93. Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
, 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
, 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
, 2007. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Blair JF and Acocella, J.R (1990) Psycology of Adjusment and Human. Relationship New York: MC Graw Hill Publishing.Co. Gibson JJ 1980. Psychology for the Classroom 2nd. Edition. New jersey Prentice Hall. Inc. Griender, R.E 1978. Adolesence 2nd Edition New York. Jersey. Prentice Hll, Inc Gunarsa, S. Y. & Gunarsa, Y. S. D. 1991. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulya. Kumara, 1988. Studi Pendahuluan Tentang Validitas Reliabilitas The Test of Self Confidence. Laporan penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM. Lauster, P. 1978. The Personality test (2nd.ed) London: Pan Books. Lobel, T.E and Leavanon, I. 1998. Self Estem, Need for Aproval and Cheating Behavioral in children. Journal of Educational Psycology.80, I, 122123. Martani dan Adiyanti, MB. 1991. Kompetensi sosial dan kepercayaan diri remaja. Laporan Penelitian . Yogyakarta: Fakultas UGM Mappiare, A, 1982, Psikologi Remaja: Penerbit Usaha Nasional.
xvii
Sujana dan Wulan. (1994). Hubungan antara kecenderungan Pusat Kendali Dengan Intensi Mencontek. Jurnal Psikologi. Fakultas Psikologi UGM Sujana, Y.E (1993). Hubungan antara Kecnderungan Pusat Kendali Dengan Intensi Mentontek. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Rohmawati, Y. 2008. Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Mencontek pada Siswa-siswi SMU Muhammadiyah 1 Magelang. Fakultas Psikologi UII. Skripsi (tidak diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Syah, (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru: PT. Remaja Rosdakarya-Bandung. Walgito, B. 1991. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset. www.google.com (http://www.google. Forum-ti_com_Perilaku mencontek dikalangan mahasiswa.htm.16/03/08). (http://www.google. detikcom-Teknologi untuk mencontek.htm.16/03/08). (http://www.google. detikcom-Ribuan mencontek mwnggunakan HP.htm.16/03/08) (http://www.google.memupuk rasa PE-DE sejak kecil.htm) (http: www.google.com.Bisa mencontek melahirkan koruptor Ilm@N’s Blog.htm.01/05/08). (http://www.google.sekolah sebagai lembaga formal juga memicu tidakan mencontek-www_sman2_com.htm.16/03/08). Kompas, 2006. Ketangkap basah lagi nyontek?. Jakarta : Kompas, 7 Mei 2006. Kompas, 2002. Siswa Malas Belajar. Jakarta : Kompas, 22 Januari 2002. Kompas, 2002. Menurunnya mahasiswa di yogyakarta. Jakarta : Kompas, 3 Agustus, 2002. Suara Merdeka, (2004), Kebocoran Soal Ujian. Yogyakarta: Suara Merdeka, 21 Mei 2004 Suara Merdeka. PPKn Bocor, SMK Panghudi Luhur ujian ulang. Jum’at, 21/05/04 Seputar Indonesia. Berlangsungnya Ujian Akhir Nasional: Seputar Indonesia, Jum’at, 25/04/08
xviii
Identitas Penulis Nama
: Putri Aprilia Sari
Alamat
: Perumahan Tirto Indah gg. 04, No. 113 Pekalongan. JATENG
No HP
: 085729194668
xix