PERUBAHAN NILAI DALAM PERNIKAHAN DINI (Di Dabo Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga)
Naskah Publikasi Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Bidang Sosiologi
NASKAH PUBLIKASI OLEH
IFATU RAMADAN ADI SASWANDY NIM : 090569201010
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2014
ABSTRAK
Fenomena pernikahan diusia dini saat ini mulai hangat dibicarakan termasuk juga pernikahan yang terjadi di Dabo Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga. Pernikahan seakan-akan mudah sekali untuk dilaksanakan, baik dari yang sudah mampu maupun yang belum mampu untuk melaksanakan asalkan sudah ada niat dan berani untuk bertanggung jawab. Pernikahan adalah salah satu prosesi keagamaan yang sangat sensitif dan erat sekali hubungannya dengan kerohanian seseorang, sebab sebuah pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan sebagai suami istri dengan tujuan untuk membentuk rumah tangga (keluarga). Penelitian ini berusaha mengungkapkan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat Dabo terhadap pernikahan dini dan indikator-indikator yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Penelitian ini termasuk penelitian pendekatan kualitatif dan jenis deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi. Kemudian data yang telah terkumpul berupa kata-kata dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Adapun hasil temuan dalam penelitian yaitu bahwa pernikahan diusia dini di Dabo Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga disebabkan oleh tata kelakuan atau pola tingkah laku remaja yang di karenakan pergaulan bebas yang mereka jalani, sehingga anak merasa bebas tanpa harus dipantau oleh orang tua yang menyebabkan anak menikah lebih cepat, disamping itu juga karena keinginan mereka sendiri untuk membina rumah tangga tanpa harus ada yang mengatur, faktor kebiasaan juga pendorong terjadinya pernikahan pada usia muda, disamping itu norma maupun aturan dari daerah Dabo sudah mereka anggap hal yang biasa karena banyaknya anak yang menikah pada usia muda. Jadi untuk melangsungkan suatu ikatan pernikahan perlu dipersiapkan secara matang agar pernikahan tersebut mencapai pada kehidupan keluarga sakinah mawaddah warahmah. Kata Kunci: Perubahan, Nilai, Pernikahan dini
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat manusia, dengan adanya pernikahan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Dalam rumah tangga berkumpul dua insan yang berlainan jenis (suami dan istri), merupakan cara untuk memperbanyak keturunan manusia dan merupakan faktor utama dalam rangka mempertahankan suatu ikatan keutuhan dan eksistensi manusia. (Ulwan, 2007:18) Keabsahan sebuah pernikahan juga diatur oleh negara Indonesia melalui undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974, yang mengatur batas umur seorang laki-laki maupun perempuan yang akan melangsungkan pernikahan hanya diizinkan jika sudah mencapai umur 19 tahun bagi laki-laki dan bagi perempuan sudah mencapai umur 16 tahun. Namun berbeda dengan undang-undang perlindungan anak No. 23 tahun 2002 Pasal 1 (1) anak adalah seseorang yang berusia di bawah 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan (2) perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup tumbuh berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. (Muhdlor, 2001:18)
Data UNICEF (United Nations Internasional Children’s Emergency Fund) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 60 persen anak perempuan di dunia yang berusia 25 tahun sampai 29 tahun yang menikah kurang dari 18 tahun, sementara di Indonesia mencapai 34 persen anak perempuan menikah di bawah usia 19 tahun, dan Indonesia termasuk dalam lima besar negara-negara yang persentase pernikahan dini tertinggi di dunia. Berdasarkan usia pernikahan dan level pendidikan, data statistik di Indonesia menunjukkan pada tahun 2010 terdapat 25 persen perempuan yang menikah di usia 15-18 tahun dan 15 persen perempuan yang menikah dengan lakilaki di bawah usia 20 tahun. (Badan Pusat Statistik, 2010) Fenomena cukup sering kita dengar dalam masyaraka padahal jika dipikirkan lebih lanjut pernikahan itu bukan hanya sekedar ijab qabul dan menghalalkan yang haram melainkan juga kesiapan moril dan materil yang memang harus dipersiapkan dengan matang. Akan tetapi ada juga karena keinginan orang tua yang didukung oleh adatistiadat secara agama anak tersebut sudah aqilbalik dan ada juga lebih mementingkan memperbanyak keturunan dibandingkan pendidikan. Walaupun seperti kita ketahui anak tersebut masih belum cukup dewasa untuk menjadi orang tua dan menjaga pernikahan. Hasil penelitian Hairi, 2009:9 dengan judul “Fenomena Pernikahan Usia Muda Dikalangan Muslim Madura (Studi Kasus di Desa Bajur Kec. Waru Kab. Pamekasan) hasilnya meyebutkan bahwa pernikahan di usia yang relatif muda tentunya perlu banyak pertimbangan dan kesiapan mental serta finansial yang baik. Terjadinya pernikahan usia muda, yaitu : faktor ekonomi, pendidikan, agama, tradisi
orang tua yang menjodohkan anaknya. Namun yang lebih dominan yitu faktor keyakinan masyarakat tradisional pedesaan yang tidak menolak pinangan pertama yang dilakukan oleh seorang pemuda terhadap anak perempuannya. Potret pergaulan bebas seperti itulah yang membuat rusaknya generasi muda, dikarenakan lunturnya nilai dan norma. Orang tua mempunyai andil yang sangat besar terhadap perkembangan anak dan pembentuk karakter anak, di Dabo semakin banyak anak-anak yang menikah diusia muda selain karena kurangnya bimbingan serta pengawasan orang tua terhadap pergaulan sang anak sehingga kebanyakan anakanak banyak yang hamil di luar nikah dan berakibat terjadinya pernikahan diusia dini. Dengan melihat literatur yang ada penelitian yang membahas tentang perubahan nilai dalam pernikahan dini di Dabo Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga sejauh ini penulis amati hingga saat ini belum ada. Sehingga menurut penulis penelitian dengan topik seperti itu perlu dilakukan, mengingat dalam kehidupan masyarakat Dabo tersebut hingga saat ini banyak sekali yang melakukan pernikahan usia muda hal itu tentunya berhubungan dengan nilai-nilai moral dan norma-norma masyarakat dahulu dan masyarakat sekarang sudah mulai luntur yang menyebabkan perilaku generasi-generasi muda sekarang cenderung bebas dan tidak lagi menjunjung tinggi adat-adat ketimuran yang dulunya kontrol dan juga aturan ataupun kebiasaan masyarakat masih relatif terjaga. Padahal jika ditelisik lebih lanjut pernikahan dini selain berpengaruh pada psikis, ekonomi masyarakat tetapi juga berhubungan dengan aturan keagamaan dalam sebuah masyarakat yang biasanya mereka terapkan dalam kehidupan sosial mereka. Dalam hal ini penulis ingin mengulas tentang apa yang
mendasari masyarakat Dabo yang melakukan pernikahan dini tersebut dan faktorfaktor apa saja yang sekiranya berpengaruh kepada remaja ataupun masyarakat dalam melakukan pernikahan dini, berangkat dari masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “PERUBAHAN NILAI DALAM PERNIKAHAN DINI di Dabo Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga”.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut : 1. Kenapa anak-anak remaja Dabo melakukan pernikahan pada usia dini ? Konsep Operasional Mengacu kepada topik untuk menciptakan kesamaan pendapat serta kesatuan pengertian dalam pembahasan ini maka perlu kiranya penulis mengemukakan konsep operasional tentang berbagai istilah yang dipergunakan dalam penulisan ini. Adapun konsep tersebut : 1) Perubahan Nilai Selo Soemardjan mengemukakan perubahan sosial adalah segala perubahan pada
lembaga-lembaga
kemasyarakatan
di
dalam
suatu
masyarakat
yang
mempengaruhi sistem sosial, dan adanya nilai yang berubah dimana sekarang perubahan nilai yang paling mencolok bisa dilihat dari pergaulan bebas antara laki-
laki dan perempuan yang tidak terkontrol oleh orang tua, dan membiayarkan anak laki-laki dan perempuannya keluyuran hingga larut malam, artinya ada pergeseran nilai-nilai di dalam masyarakat seperti pola perilaku, kebiasaan masyarakat, dan norma. 2) Perubahan nilai dalam pernikahan dini a. Tata Kelakuan Adanya perubahan tingkah laku pada anak-anak di Dabo seperti sering membawa pasangannya ketempat-tempat yang kurang akan penerangan lampu. Hal seperti ini yang tidak seharusnya dilakukakan, perilaku mereka berubah karena lemahnya kontrol orang tua terhadap anak. b. Kebiasaan Kebiasaan dapat diartikan suatu hal yang mereka anggap biasa untuk dilakukan, seperti ngumpul-ngumpul, merokok, mabuk-mabukkan yang mereka lakukan hampir setiap malam, yang mereka lakukan bukan hanya di luar sekolah di dalam sekolah pun kadang mereka lakukan kalau tidak ketahuan. c. Norma Norma merupakan hasil wujud nilai yang merupakan pedoman namun yang dijadikan pedoman oleh masyarakat Dabo telah banyak yang melanggar aturan-atutan
tersebut, seperti halnya
menikahkan anak pada usia dini yang seharusnya tidak
dilakukan oleh orang tua. Metode Penelitian a. Jenis Penelitian Metodelogi yang peneliti gunakan yaitu kualitatif. Kualitatif menekankan pada metode penelitian observasi di lapangan dan datanya dianalisa dengan cara nonstatistik. Sesuai dengan penelitian mengenai Pernikahan Dini tentang apa yang menjadi penyebab pernikahan dini serta bagaimana orang tua melihat pernikahan dini pada kalangan remaja yang menekankan pada persoalan tersebut. b. Lokasi Penelitian Lokasi yang peneliti kaji dalam penelitian mengenai pernikahan dini yaitu yang berlokasi di Dabo Singkep, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. Penentuan lokasi penelitian ini di lakukan dengan pertimbangan bahwa di Dabo singkep banyak terdapat anak-anak yang menikah dini atau di bawah umur. Dan memang banyak kurangnya pengawasan dari orang tua di tambah lagi kurangnya ekonomi keluarga dan disertai anak-anak yang pergaulannya tanpa pantauan dari orang tua. c. Populasi dan Sampel Pengambilan sampel ini menggunakan metode purposive sampling, kriteria yang ditetapkan adalah: anak yang menikah dini dengan usia pasangan laki-laki dan
perempuan 15-18 sebanyak 5 orang dan 15-20 sebanyak 5 orang yang mendapat dispensasi dari instansi pemerintah Kantor Urusan Agama (KUA). Peneliti sengaja untuk mencari data lewat informan yang sudah dikenal yaitu dengan cara komunikasi face to face (tatap muka) dan menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan. Hal ini bertujuan agar mendapatkan data selengkap-lengkapnya karena semakin orang mengenal satu sama lain, maka keterbukaan akan terjadi, dan secara langsung informasi didapat secara utuh.
Teknik Anilisis Data Teknik analisa data dilakukan dengan langkah: 1. Penyeleksian data, yakni data yang telah terkumpul dari hasil penelitian tentang bagaimana pandangan orang tua terhadap pernikahan dini dan dilihat kejelasan datanya. 2. Reduksi data atau pembentukan abstraksi data yang sudah ada dari hasil penelitian terhadap orang tua tentang pernikahan dini, seperti wawancara, observasi, intisari dokumen, dan rekaman dikumpulkan. 3. Klasifikasi data, yaitu pengelompokan data dari hasil penelitian terhadap orang tua tentang pernikahan dini sesuai dengan jenisnya. 4. Penyajian data, adalah susunan sekumpulan informasi dari hasil penelitian terhadap orang tua tentang pernikahan dini yang memungkinkan penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan, yaitu melalui proses pencatatan, pengetikan, penyuntingan, dan disusun ke dalam bentuk teks yang diperluas. 5. Penarikan kesimpulan atau verifikasi. Verifikasi berupa tinjauan atau pemikiran kembali dari hasil penelitian terhadap orang tua tentang pernikahan dini pada catatan lapangan, yang mungkin berlangsung sekilas atau bahkan dilakukan dengan cara seksama dan memakan waktu lama.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Teoritis Dalam penelitian ini penulis menggunakan kerangka pikiran yang berisi teoriteori pendukung yang berkaitan dengan penelitian. Teori tersebut bertujuan untuk mengarahkan dan memfokuskan masalah yang akan diteliti. 1. Perubahan Nilai Selo Soemardjan menjelaskan bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat yang berkaitan dengan nilai-nilai, seperti tata kelakuan, kebiasaan, norma, dan sudut pandang masyarakat. (Soekanto, 2010:217)
Nilai merupakan konstruksi masyarakat yang tercipta melalui interaksi di antara para anggota masyarakat, nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis atau bawaan lahir. Dalam menghadapi masalah perubahan kondisi material adapun nilai dan norma yang tidak lagi sejalan dan dia anggap biasa oleh masyarakat karena berkembangnya wilayah dan bertambahnya masyarakat yang berdatangan dari luar untuk menetap tinggal sehingga yang dulunya masyarakat selalu memegang teguh pada aturan namun sekarang tidak pada kenyataannya. Norma merupakan hasil interaksi dan sosialisasi dalam masyarakat kemudia menjadi suatu aturan dalam bermasyarakat yang disepakati bersama baik secara lisan maupun tulisan dan mempunyai sanksi yang jelas bagi pelanggarnya. Sanksi dapat berupa hukuman formal seperti lembaga kepolisian atau lembaga hukum lainnya, sedangkan sanksi yang non-formal berasal dari ketua adat setempat. Namun, norma yang bersifat non-formal suatu saat akan menjadi formal atau menjadi acuan hukum Negara. Dilihat dari menghargai nilai dan norma yang berlaku dimasyarakat terkadang yang ditetapkan masyarakat tidak sesuai dengan nilai dan norma, dikarenakan sebuah pernikahan oleh kebudayaan setempat yang mengharuskan anak menikah diusia dini karena memegang teguh adat-istiadat setempat. Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga atau satu budaya dan norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Menurut Wilbert Moore, mengemukakan perubahan sosial sebagai perubahan penting dari struktur sosial yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola prilaku dan interaksi sosial. Perubahan sosial yang dikemukakan oleh Wilbert Moore berkaitan dengan pola perilaku pergaulan dan interaksi yang dipakai oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari karena perubahan yang terjadi di dalam kehidupan sosial merupakan suatu gejala yang sangat melekat disetiap masyarakat, berdampingan dengan masyarakat lain, begitu juga dipernikahan dini adanya perubahan struktur sosial, pola perilaku yang menyebabkan perubahan. (Dwirianto, 2013: 82) Definisi Perubahan Sosial yang dikemukan oleh Wilbert Moore sangat cocok dengan pola pergaulan dan interaksi yang dipakai oleh masyarakat indonesia dalam kehidupan sehari-hari, karena beliau lebih memandang kepada perubahan-perubahan dan interaksi yang cukup signifikan terjadi di dalam kehidupan sosial. Perubahan sosial merupakan suatu gejala yang sangat melekat di setiap masyarakat dan kita semua tahu bahwa hakekat hidup manusia memiliki tiga fungsi penting yaitu sebagai makhluk tuhan, individu, juga sebagai makhluk sosial, yang akan hidup bersama secara berdampingan dengan manusia lain, Dalam ilmu agama disebut juga sebagai habblumminallah dan habblumminannass. (Dwirianto, 2013: 85) 2. Pernikahan Dini Dlori (2005) mengemukakan pernikahan dini adalah nama yang lahir dari komitmen moral dan keilmuan yang sangat kuat, yaitu sebagai sebuah solusi
alternatif. Karena ketika fitnah syahwat semakin tidak terkendali dan ketika seks pra nikah semakin merajalela, terutama yang dilakukan oleh kaum muda yang masih duduk di bangku sekolah, sehingga pernikahan diusia muda dipandang cukup baik untuk mencegah perbuatan zina. Pernikahan adalah suatu kesepakatan antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk sebuah keluarga dan dari pernikahan ini manusia dapat meneruskan keturunan mereka. Pernikahan tidak hanya melibatkan dua orang yang saling mencintai saja tetapi dapat juga menyatukan dua keluarga baru dari pihak lakilaki maupun perempuan. Pada umumnya pernikahan dilakukan oleh orang dewasa yang sudah memiliki kematangan emosi karena dengan adanya kematangan emosi ini mereka akan dapat menjaga kelangsungan pernikahan (Idianto, 2004:28) Penelitian yang telah dilakukan oleh puspitasari (2006) mengenai faktor pendorong terjadinya perkawinan usia muda dan dampaknya terhadap pola asuh keluarga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor penyebab terjadinya perkawinan usia muda adalah faktor ekonomi, faktor pendidikan, faktor orang tua, faktor diri sendiri dan faktor adat setempat. Dan adapun juga Zulkifli (2012) juga melakukan penelitian mengenai dampak sosial pernikahan usia dini yang berada di Desa Gunung Sindur-Bogor. Penelitian ini mengungkapkan bahwa sangat terbatasnya pengetahuan masyarakat tentang pernikahan usia dini antara lain disebabkan karena tingkat pendidikan masyarakat
sangat rendah. Faktor-faktor penyebab terjadinya perkawinan usia dini menurut zulkifli yaitu faktor ekonomi, hamil diluar nikah dan takut maksiat, namun secara lebih detail mengulas bahwa faktor ekonomi adalah sebagai faktor pendorong yang paling dominan. Sebuah konsep yang ditawarkan oleh Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya yang berjudul “indahnya pernikahan dini”, dalam bukunya Fauzil Adhim menyebutkan secara lebih spesifik dengan pengertian pernikahan dini, disezbutkan bahwa masyarakat memandang pernikahan diusia muda adalah sebagai yang belum adanya menunjukkan kedewasaan, yang secara ekonomi masih sangat tergantung pada orang tua serta belum mengerjakan apa-apa (bekerja/mencari nafkah). Namun kemudian pandangan itu diantaranya, karena justru hal terpenting dalam perkawinan diusia muda adalah rasa tanggungjawab sebagai indikator yang berpengaruh terhadap keputusan untuk menikah diusia muda. (Fauzil, 2002:32) Pernikahan usia muda tidak hanya memberi dampak negatif pada individu, tetapi juga terhadap umum, keluarga dan masyarakat. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perkawinan usia muda di Indonesia. Faktor-faktor tersebut, yaitu individu, keluarga, pergaulan bebas dan kemiskinan. (Noorkasiani dkk, 2009:63)
BAB IV PERNIKAHAN DINI Di Dabo Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga Perilaku Remaja Dan Karakteristik Remaja Di Dabo Pada umumnya aktivitas yang dilakukan para remaja perempuan dan laki-laki khususnya di Dabo sering berkumpul pada siang hari maupun malam, hari libur ataupun sekolah. Tempat mereka berkumpul ada di daerah pantai, taman, lapangan bola, bahkan ada yang berkumpul di depan rumah. Kebiasaan berkumpul ini dianggap hal yang biasa, karena mereka masih di bawah umur yang notabennya suka bermain dan berkumpul, akan tetapi kebiasaan berkumpul ini bukan hanya sekedar ngumpul biasa, mereka juga ada yang merokok, mabuk-mabukkan yang dilakukan pada waktu malam maupun siang hari bahkan diwaktu memakai seragam sekolah juga mereka lakukan dibelakang sekolah maupun diwarung-warung tempat dimana mereka bisa merokok dan mabuk-mabukkan. Pernikahan Usia Muda Pada umumnya semua orang menginginkan sebuah pernikahan namun pernikahan yang sah telah diatur oleh Negara melalui ketetapan sebuah undangundang. Masyarakat Dabo pada sebagian kalangan anak muda yang masih terhitung kategori usia sekolah formal melakukan pernikahan, hal ini di sebabkan oleh:
1. Tata Kelakuan a. Pergaulan Bebas Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang yang mana “bebas” yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Pergaulan bebas juga merupakan sisi paling menakutkan bagi orang tua terhadap anak remaja mereka. Dorongan seksual rasa ingin tahu yang besar, namun tidak disertai pengetahuan dan pengalaman yang memadai menyebabkan banyak remaja terjerumus melakukan seks bebas. Karena pengaruh lingkungan sekitar yang membuat para remaja mencoba mencari tahu yang mereka tidak tahu. b. Karena Keinginan Sendiri Pernikahan pada usia muda yang dilakukan bukan karena paksaan orang tua untuk segera menikahkan anak, namun karena keinginan anak sendiri, sebab kelakuan yang sudah mereka jalani tidak sesuai dengan usia remaja. Pernikahan dini yang di temukan di Dabo karena ingin melepaskan diri dari pengawasan orang tua tanpa harus diatur-atur sebagaimana seorang anak patuh terhadap orang tuanya, untuk itu alternatifnya menikah muda, walaupun tanpa izin orang tua segala cara akan dilakukan agar mendapat restu orang tua.
Kebiasaan Kebiasaan di dalam masyarakat yang diartikan sebagai perbuatan diulangulang dalam bentuk yang sama yang membuktikan bahwa banyak orang menyukai perbuatan tersebut, seperti halnya mengadakan pesta muda mudi yang berlanjut hingga larut malam, berkumpulnya para remaja sambil mabuk-mabukkan. Ini yang merupakan faktor terjadinya pernikahan diusia muda yang banyak terjadi sebab kebiasaan remaja untuk selalu senang-senang sehinga lupa dengan fungsi dan tanggung jawab mereka sebagai pelajar maupun anak. Kebiasaan yang mereka jalani dikarenakan kurangnya sebuah perhatian orang tua terhadap anak yang menyebabkan anak mencari perhatian di luar. Norma Norma merupakan wujud konkrit dari nilai yang merupakan pedoman, di dalamnya terdapat hal yang mengharuskan individu atau masyarakat untuk melakukan tindakan dan perilaku yang dibenarkan untuk menwujudkan nilai-nilai. Norma muncul dan tumbuh dari proses kemasyarakatan sebagai hasil dari proses bermasyarakat. Pada awalnya aturan itu dibentuk secara tidak sengaja, lama kelamaan norma itu disusun dan dibentuk secara sadar. Norma didalam masyarakat berisi tata tertib, aturan, petunjuk standar perilaku yang pantas atau wajar sehingga norma tidak boleh di langgar. Siapapun yang melanggar atau tidak bertingkah laku yang sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma, akan memperoleh hukum.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pernikahan dini yang terjadi di Dabo pada dasarnya pernikahan dikarenakan pergaulan dan kebiasaan yang sering mereka jalani tanpa kontrol dari kedua orang tua, sehingga bebasnya mereka dalam melakukan segala sesuatu, itu yang mengharuskan mereka menikah pada usia yang masih muda, dan adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa pernikahan dini yang terjadi di Dabo Kecamatan Singkep Kabupaten Lingga adalah: 1. Pergaulan bebas yang menyebabkan semakin bebasnya remaja-remaja untuk melakukan hubungan diluar nikah dan banyak yang terjadi hamil sebelum waktunya, sebab pola tingkah laku yang mereka jalani tidak sesuai dengan umur mereka sehingga banyaknya remaja yang menikah pada usia dini, pergaulan bebas ini terjadi dikarenakan pengaruh dari lingkungan, lingkungan yang membuat mereka menjadi berubah karena lingkungan yang baik akan membentuk karakter yang baik dan sebaliknya lingkungan yang berdampak sangat buruk maka buruk juga karakter remaja tersebut, sebab lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap tumbuh kembang anak. 2. Pernikahan yang tanpa paksaan dari orang tua ataupun dari kejadian yang tidak diinginkan, namun karena keinginan sendiri yang mengharuskan
menikah diusia muda, sebab ingin memiliki keluarga dan merawat anakanaknya hingga tumbuh besar. Pernikahan karena keinginan sendiri memang sudah memiliki kesiapan untuk hidup berumah tangga dan menjalankan apapun resikonya sebab tanpa adanya kesiapan maka pernikahan tidak akan terjadi. 3. Kurangnya perhatian keluarga sehingga anak mencari perhatian di luar dan berbuat apapun yang dia inginkan, sehingga pernikahan pada usia dini terjadi. Karena peran orang tua terhadap tumbuh kembang anak sangat berpengaruh, sebab kalau bukan orang tua yang memperdulikan anak siapa lagi yang akan memperdulikannya, untuk itu perhatian terhadap anak harus lebih diperhatikan lagi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. 4. Pernikahan dikarenakan adat-istiadat daerah Dabo tidak terdapat, karena menikah pada usia muda tidak karena budaya setempat. B. Saran Berdasarkan latar belakang yang telah penulis ungkapkan di atas dan permasalahan tentang pernikahan dini, untuk itu sebagai bahan informasi dan beberapa hal yang meliputi pernikahan dini untuk itu ada beberapa saran yang dapat diberikan: 1. Sebaiknya kiatkan lagi perhatian orang tua terhadap anak agar tradisi pernikahan dini tidak semakin marak dan kedepannya.
membudaya bagi kehidupan masyarakat
2. Bagi orang tua sebaiknya perbaiki kehidupan perekonomian agar bisa mensejahterakan kehidupan keluarga agar anak bisa tetap bersekolah dan tidak menjadi beban kemiskinan orang tua. 3. Sebaiknya Orang tua lebih mengontrol kehidupan pergaulan anak dan bisa memberi pemahaman atau gambaran tentang pergaulan sejak dini agar anak dewasanya tidak terjerumus kepada pergaulan bebas. 4. Perlu adanya sosialisasi UU No. 1 tahun 1974 pada masyarakat Dabo agar mereka memiliki kesadaran hukum agar berkurangnya gejolak pernikahan pada usia dini.
DAFTAR PUSTAKA Abdulsyani. 2007, SOSIOLOGI Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara Bachtiar, Wardi. 2006, Sosiologi Klasik. Bandung :PT Remaja Rosdakarya Offset. Dlori, Muhammad. 2005. Jika Cinta Di Bawah Nafsu. Jogjakarta : Prismasophie. Dwirianto. 2013, Kompilasi SOSIOLOGI. Pekanbaru: UR Press Pekanbaru. Fauzil, Adhim. 2002, Indahnya Pernikahan Dini. Jakarta: Gema Insani. Halim, Abdul. 2000, Menuju Keluarga Bahagia. Majalah Perkawinan dan Keluarga. Ihromi. 2004, Bunga Rampai SOSIOLOGI KELUARGA. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Kamanto, Sunarto. 2004, Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Kartono, Kartini. 2010, PATOLOGI SOSIAL Kenakalan Remaja. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Khairuddin. 2008, SOSIOLOGI KELUARGA. Yogyakarta :Liberty Yogyakarta Kriyantono, Rachmat. 2007, Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Muhdlor, Zuhdi. 2001, Memahami Hukum Perkawinan. Bandung: Al-Bayani Narwoko, Dwi.J & Bagong Suyanto. 2007, Sosiologi: Teks Pengantar & Terapan. Jakarta, Kencana. Nasikun. 2007, Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: RajaGrafindo Noorkasiani, dkk. 2009, Sosiologi Keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Prof. Dr. Damsar. 2011,Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Ritzet, George. 2007, Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada Media Group.
Sarwono, Sarlito Wrawan. 2002, Psikologi Sosial. Jakarta Balai Pustaka. Silalahi Ulber, MA. 2010, Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama. Soekanto, Soerjono. 2004, SOSIOLOGI KELUARGA. Jakarta: PT Rineka Cipta. Soekanto, Soerjono. 2010, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Ulwan, Abdullah Nashih. 2007, Mengapa Anda Belum Menikah Juga, Ini Solusinya. Bandung: Dar As Salam-Kairo William J. Goode. 2007, SOSIOLOGI KELUARGA. Jakarta: PT Bumi Askara.
Hasil Penelitian: Dalam Skripsi Hairi, 2009. Fenomena Pernikahan di Usia Muda Dikalangan Masyarakat Muslim Madura. UIN Sunan Kali Jaga: Yogjakarta Referensi online : Luthfiyati, Dian.”Pernikahan Dini Pada Kalangan Remaja 15-19 Tahun” dalam www.blogspot.com. Diakses tanggal 24 Januari 2013 Mahyudi, Bayu. “Resiko Pernikahan Dini”. Sriwijaya post, 1 juni 2006. Hlm 17. Di akses pada tanggal 25 Januari 2013 Puspitasari, 2006. Perkawinan Usia Muda: Faktor Pendorong dan Dampaknya Terhadap Pola Asuh Keluarga (Studi Kasus di Desa Mandalagairi Kecamatan Leuswisari Kabupaten Tasikmalaya). Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan: Universitas Negeri Semarang. Di akses tanggal 17 Juni 2014 Zulkifli, Ahmad, 2012. Dampak sosial perkawinan usia dini studi kasus di desa Gunung sindur-Bogor. Skripsi. Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas UIN Syarif Hidayatullah. Di akses 27 Juni 2014.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Penduduk Indonesia menurut Provinsi 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2010. Suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/09/25/97375/44-PerempuanMenikah-Dini- Di akses pada tanggal 02 Juli 2013 pada pukul 20:35 WIB Edukasi.kompasiana.com/2012/05/20/pengaruh-lingkungan-terhadap-karakter-anak463621.html Diakses pada tanggal 20 November 2013 pada pukul 15:22 WIB Suhardi8861.blogspot.com/p/pendidikan.html Diakses pada tanggal 20 november 2013 pada pukul 16:35 WIB