ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
SKRIPSI
Disusun oleh: ATINA IZZA 071012108
PROGRAM STUDI S-1 HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
SEMESTER GENAP 2013/2014 1 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi S-1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Disusun oleh: ATINA IZZA 071012108
PROGRAM STUDI S-1 HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
SEMESTER GENAP 2013/2014 i Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul:
Perubahan Kebijakan Luar Negeri Israel Masa Pemerintahan Ariel Sharon dalam Intifada Kedua
ini telah disetujui untuk diujikan di hadapan Komisi Penguji
Senin, 2 Juni 2014 Dosen Pembimbing,
M. Muttaqien, Ph. D NIP 197301301999031001
Mengetahui, Ketua Departemen S-1 Hubungan Internasional
M. Muttaqien, Ph. D NIP 197301301999031001
ii Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Skripsi dengan judul:
Perubahan Kebijakan Luar Negeri Israel Masa Pemerintahan Ariel Sharon dalam Intifada Kedua
ini telah dipertahankan dihadapan Komisi Penguji pada hari di Ruang Sidang Cakra Buana Catur Matra Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga
Komisi Penguji Ketua,
NIP
Anggota I,
Anggota II,
NIP
NIP
iii Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT
Bagian maupun keseluruhan isi dari skripsi dengan judul:
Perubahan Kebijakan Luar Negeri Israel Masa Pemerintahan Ariel Sharon dalam Intifada Kedua
Ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik pada bidang studi dan/atau universitas lain dan tidak pernah dipublikasikan/ditulis oleh individu selain penyusun kecuali dituliskan dengan formal kutipan dalam isi skripsi.
Surabaya, 2 Juni 2014 Penulis,
Atina Izza NIM 071012108
iv Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN PERSEMBAHAN
My only Lord and King, Allah SWT My beloved RasulAllah My Strong Mother My Super Father My Lovely Brother and Sisters
v Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
HALAMAN INSPIRASIONAL
“Oh my Rabb! Increase Me in Knowledge” (Surat Ta-Ha:114). “Glory be to You, we have no knowledge except what you have taught us. Verily, it is You, the All-Knower, the All-Wise” (Surat Al-Baqara:32). “And turn not your face away from men with pride, nor walk in insolence through the earth. Verily, Allah likes not any arrogant boaster” (Surat Lukman: 18) “Do not walk proudly on the earth. You cannot cut through the earth, nor can you rival the moutains in height” (Surat Isra: 37) “I only complain of my grief and sorrow to Allah...” (Surat Yusuf: 86) “And seek help in patience and prayer” (Surat Al-Baqarah: 45) “If you put Allah first, you’ll never be last” (Anonymous) “You can do anything you want. You can become anyone you want to be. All you have to do is seek the assistance of Allah along the way” (Anonymous) “Orang pintar itu banyak, tapi orang beruntung itu dibantu dengan ibadah dan doa kepada Allah” (Siti Fatimah Wahid) “Kemampuan manusia itu terbatas, memohonlah hanya kepada Allah (Siti Fatimah Wahid) "Siapapun kamu, jadilah yang terbaik dan berguna bagi banyak orang” (Abdul Wahid Maktub)
vi Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
KATA PENGANTAR
vii Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... ......
i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ........................................... iii HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ................. iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v HALAMAN INSPIRASIONAL ........................................................................ vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR.................................................................. x ABSTRAK ......................................................................................................... xi
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................ 1 I.1
Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
I.2
Rumusan Masalah .................................................................... 10
I.3
Kerangka Pemikiran ................................................................. 10
I.4
Hipotesis ................................................................................... 21
I.5
Tujuan Penelitian ...................................................................... 22
I.6
Metodologi Penelitian ............................................................... 22 I.6.1 Definisi Konseptual ......................................................... 22 I.6.1.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri....................... 22 I.6.1.2 Struktur Sistem Internasional ............................. 23 I.6.1.3 Tekanan Internasional ......................................... 23 I.6.1.4 Small Group dan Groupthink .............................. 24 I.6.2 Operasionalisasi Konsep ................................................. 25 I.6.2.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri....................... 25 I.6.2.2 Perubahan Struktur Sistem Internasional ............ 25 I.6.2.3 Tekanan Internasional ......................................... 26 I.6.2.4 Groupthink Pressure ........................................... 27 I.6.3 Tipe Penelitian ................................................................ 27 I.6.4 Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 28 I.6.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................. 28
viii Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
I.6.6 Teknik Analisis Data ...................................................... 29 I.6.7 SistematikaPenulisan ..................................................... 30 BAB II
ANALISIS LEVEL INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN .............................................. 31 II.1 Tekanan Internasional di Awal Pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon............... 31 II.2 11 September 2001 .................................................................... 33 II.3 Operation Defensive Shield ...................................................... 38 II.4 Roadmap Peace.......................................................................... 49
BAB III ANALISIS KELOMPOK KECIL SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN............................................... 61 III.1 Peran Kelompok Kecil dalam Perumusan Disengagement Plan ................................................................. 64 III.2 Window of Opportunity oleh Kelompok Kecil.......................... 75 III.3 Disengagement Plan................................................................
80
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ xii LAMPIRAN GAMBAR .................................................................................... xx
ix Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
BAGAN Bagan I.1
Dinamika Kausal Perubahan Kebijakan Luar Negeri.................. 13
Bagan I.2
Keterlibatan Kelompok dalam Perumusan Kebijakan Luar Negeri ................................................................ 16
Bagan I.3
Gabungan Kerangka Pemikiran untuk Menjelaskan Perubahan Kebijakan Luar Negeri Israel dalam Intifada Kedua .................. 20
GAMBAR Gambar III. 1
Penghancuran Pemukiman Yahudi di Khan Younis.................... 84
Gambar III. 2
Pengevakuasian Pemukim Israel ................................................ .84
x Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ABSTRAK
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
Konflik Israel – Palestina adalah salah satu hasil dari Perang Dunia I dan masih berlanjut hingga saat ini. Intifada Kedua atau yang dikenal juga dengan Intifada Al-Aqsa adalah salah satu dari sekian pergolakan yang terjadi diantara Israel – Palestina. Kunjungan kontroversial Ariel Sharon pada 28 September 2000 ke Temple Mount dimana Masjid Al-Aqsa juga berlokasi, menjadi pemicu utama dalam menyulut kemarahan masyarakat Palestina yang kemudian berujung pada Intifada Kedua. Kondisi keamanan Israel yang rentan akan gerakan-gerakan Intifada yang diluncurkan kepada Israel, Ariel Sharon, seorang militer garis keras dengan mudah memenangkan pemilihan umum sebagai Perdana Menteri pada Februari 2001. Di awal pemerintahannya untuk meningkatkan keamanan Israel pada Intifada kedua ini ia menerapkan Operation Defensive Shield yang pada kenyataannya mengarah pada operasi penyerangan, ditandai dengan diaplikasikannya Targeted Killing Policy dalam memberantas terorisme. Menjadi sangat kontradiktif di akhir kepemerintahannya, Perdana Menteri Ariel Sharon yang dikenal sebagai ketua Partai Likud, partai konservatif yang menekankan pemeliharaan kekuasaan Jewish terhadap Eretz Yisrael (the whole Land of Israel), mengeluarkan kebijakan Disengagement Plan, kebijakan penarikan senjata dan tentara Israel serta menarik 8000 lebih pemukim Israel dari West Bank dan Gaza secara unilateral dalam menanggapi hubungan yang statis pada Intifada Kedua. Perubahan kebijakan luar negeri Ariel Sharon menjadi sangat kontroversial terlebih lagi dengan latar belakang Ariel Sharon yang dikenal sebagai Daddy of the Settlement dan orang yang paling bertanggung jawab pada peristiwa genosida warga Palestina di Lebanon tahun 1981. Penelitian ini kemudian berusaha menjawab mengapa terjadi perubahan dalam kebijakan luar negeri Ariel Sharon pada Intifada Kedua. Kata Kunci: Perubahan Kebijakan Luar Negeri, Ariel Sharon, Operation Defensive Shield, Targetted Killing, Disengagement Plan, Unilateral, Gaza, West Bank.
xi Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB I PENDAHULUAN
I. 1
Latar Belakang Masalah
Intifada Kedua atau yang dikenal dengan Intifada Al-Aqsa adalah perlawanan rakyat Palestina dalam melawan okupasi Israel; hal ini dipicu oleh kunjungan kontroversial Ariel Sharon dan 2000 tentara bersenjata pada 28 September 2000 ke Yerusalem untuk mengunjungi Temple Mount atau Haram as Sharif, dimana baik Western Wall sebagai tempat suci umat Yahudi dan Masjid Al-Aqsa sebagai situs paling suci ketiga bagi umat Islam keduanya berlokasi.1 Setelah proses perdamaian di antara Israel – Palestina mengalami kegagalan, dari Oslo hingga perjanjian Camp David pada Juli 2000, kunjungan Ariel Sharon yang dikenal sebagai seorang militer garis keras dalam perang Israel – Palestina dilihat sebagai suatu bentuk provokasi yang menghasut masyarakat Palestina.2 Ofir Akounis, seorang juru bicara Partai Likud pun menjelaskan kunjungan Ariel Sharon adalah suatu pernyataan politik untuk menunjukkan bahwasanya di bawah Partai Likud, Temple Mount atau Harem as Sharif akan tetap berada di bawah kedaulatan Israel.3
1
Jeremy Pressman, “The Second Intifada: Background and Causes of the Israeli – Palestinian Conflict”, The Journal of Conflict Studies (online), vol. 23, no.2, 2003, p. 114. Available: http://journals.hil.unb.ca/index.php/jcs/article/view/220/378 (4 April 2013). 2 Global Security, Al-Aqsa Intifada (online), undated. Available http://www.globalsecurity.org/military/world/war/intifada2.htm (4 March 2014). 3 Pressman, p. 118.
1 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Melawan okupasi Israel dalam Intifada Kedua, demonstran Palestina menjadikan pelemparan batu dan bom molotov sebagai senjata utama di awal perlawanannya. Untuk mengamankan Israel dari serangan demonstran Palestina, Angkatan Bersenjata Pertahanan Israel (IDF) telah melakukan beberapa aktivitas militer yang diantaranya adalah melakukan penembakan peluru karet berlapis logam serta peluru tajam ke arah demonstran.4 Penggunaan persenjataan berat oleh IDF termasuk penggunaan tank, helikopter, dan peluru tajam terhadap demonstran telah menyamarkan perbedaan antara zona perang dan zona sipil. Ketimpangan persenjataan di antara keduanya menyebabkan banyaknya jumlah warga Palestina baik sipil maupun bukan telah menjadi korban. Bentrokan di antara Palestina dan pasukan keamanan Israel yang demikian pun terus berlanjut di akhir tahun 2000 dan sepanjang tahun 2001. Tidak dapat menghadapi IDF secara langsung, pejuang Palestina kemudian melakukan penyerangan balasan dengan menggunakan serangan bom bunuh diri di tempat umum sebagai taktik utama pada Intifada Kedua.5 Serangan bom bunuh diri oleh Palestina tentu menghasilkan ketidakamanan serta kemarahan yang mendalam di kalangan masyarakat Israel. Meningkatnya kebutuhan akan keamanan oleh masyarakat Israel dari gerakan-gerakan Intifada yang diluncurkan oleh pejuang Palestina, menjadikan Ariel Sharon seorang militer garis keras dari Partai Likud dengan janji untuk mencapai suatu “keamanan dan perdamaian”6, mendapatkan dukungan politik terbanyak pada pemilihan umum Februari 2001 dan sah menjadi Perdana
4
Global Security, Al-Aqsa Intifada. Orna Ben-Naftali and Aeyal Gross, “Arab – Israeli War: The Second Intifada”, Crimes of War (online), undated. Available: http://www.crimesofwar.org/a-z-guide/arab-israeli-war-the-secondintifada/ (2 February 2013). 6 BBC, “Ariel Sharon: Former Israeli prime minister moved home” (online), BBC, 12 November 2010. Available: http://www.bbc.co.uk/news/world-middle-east-11740778 (2 February 2013). 5
2 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Menteri Israel terpilih.7 Sosok Ariel Sharon yang kuat dan keras diharapkan mampu memberikan keamanan serta dapat mengakhiri serangkaian serangan bom bunuh diri oleh gerakan “terorisme” pejuang Palestina terhadap Israel. Menanggapi serangan pejuang Palestina dalam melawan okupasi Israel, Perdana Menteri Ariel Sharon di awal pemerintahannya menerapkan hard military solution yang diterapkan melalui kebijakan Operation Defensive Shield pada 29 Maret 2002.8 Operation Defensive Shield adalah kampanye militer besar-besaran yang dilakukan oleh IDF pada bulan Maret - April 2002, setelah serangkaian serangan bom bunuh diri terhadap Israel diluncurkan. Operation Defensive Shield dimulai pada akhir Maret 2002, ditandai dengan pengokupasian kembali wilayahwilayah Palestina, West Bank dan Gaza serta mengepung markas besar pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat di Ramallah oleh IDF.9 Operasi yang digelar di tengah-tengah Intifada Kedua, dimaksudkan untuk mendapatkan kembali kontrol IDF atas West Bank – yang berada di bawah kontrol penuh Otoritas Palestina, sehingga memungkinkan untuk menggagalkan serangan “teror” terhadap Israel.10 Sebagai upaya mengatasi serangan “terorisme” oleh Palestina terhadap Israel, pemerintahan Israel melalui Operation Defensive Shield menggunakan kebijakan yang dikenal dengan Targeted Killing Policy. Targeted Killing Policy adalah salah satu cara dalam memberantas “terorisme” dengan menghancurkan
7
BBC, 12 November 2010. Avi Issacharoff and Amos Harel, “Recollections of Israel's Operation Defensive Shield, ten years later” (online), Haaretz, 30 March 2012. Available: http://www.haaretz.com/weekend/week-send/recollections-of-israel-s-operation-defensive-shield-ten-years-later-1.421639 (26 May 2013). 9 Guila Flint, “Ariel Sharon, the Butcher of Beirut Dies” (online), Pravda, 13 January 2014. Available: http://english.pravda.ru/world/asia/13-01-2014/126585-ariel_sharon-0/ (27 February 2014). 10 Ynetnews, “Operation Defensive Shield 2002” (online), Ynetnews, 3 December 2009. Available: http://www.ynetnews.com/articles/0,7340,L-3685678,00.html (1 June 2013). 8
3 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
infrastruktur “teroris” serta melakukan pembunuhan terhadap aktivis “terorisme” secara selektif atas persetujuan pemerintah Israel.11 Targeted Killing Policy pada Intifada Kedua menjadi bagian dari pendekatan ofensif dalam menghadapi serangan bom bunuh diri pejuang Palestina atau yang dilihat sebagai suatu gerakan “terorisme”. Melalui Operation Defensive Shield Israel telah melakukan puluhan operasi simultan baik di darat maupun di udara setiap harinya, termasuk Targeted Killing Policy yang memiliki efek multi dimensi sehingga menimbulkan kecaman keras baik dari domestik maupun internasional oleh karena proses pengimplementasiannya yang telah melanggar Hak Asasi Manusia. Dalam pengimplementasian Targeted Killing Policy, pejuang bersenjata Palestina bukan lagi menjadi sasaran satu-satunya oleh IDF dalam melepaskan tembakannya, akan tetapi ratusan infrastruktur dan nyawa warga sipil Palestina turut menjadi sasaran lepas tembak IDF. Pada tahun yang sama, di bawah komando Perdana Menteri Ariel Sharon, tembok pembatas sepanjang 400 kilometer pun dibangun untuk menghalang serangan bom bunuh diri masuk ke wilayah Israel. Akan tetapi, tembok dan pagar yang seharusnya dibangun untuk memisahkan wilayah Israel dan Palestina, telah dibangun di area yang tidak melewati garis hijau – garis pembatas antara Israel dan Palestina. Sehingga tembok pembatas yang dibangun atas komando Perdana Menteri Ariel Sharon telah memisahkan warga Palestina dari warga Palestina lainnya. Baik kebijakan Operation Defensive Shield maupun Targeted Killing Policy keduanya telah mendapatkan kecaman keras baik dari pihak domestik maupun internasional. Menanggapi kecaman keras yang ditujukan kepada Israel, 11
Steven R. David, “Fatal Choices: Israel’s Policy of Targeted Killing”, Mideast Security and Policy Studies (online), no. 51, 2002, p. 2. Available: http://biu.ac.il/Besa/david.pdf (1 June 2013).
4 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pemerintahan Israel tetap melihat bahwasanya Targeted Killing Policy telah diterapkan sesuai dengan haknya untuk membela diri dan kebutuhan keamanan dari serangan “teroris”.12 Di tengah-tengah kecaman keras dari masyarakat domestik dan internasional, setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Israel pada Pemilihan Umum 28 January 2003,13 Perdana Menteri Ariel Sharon melalui pidatonya pada konferensi Herzliya, 18 Desember 2003, mengungkapkan niatannya akan sebuah perdamaian abadi yang ia aplikasikan melalui kebijakan Disengagement Plan pada Agustus 2005 setelah mendapatkan persetujuan parlemen Israel (Knesset) pada Oktober 2004.14 Disengagement Plan adalah penarikan IDF dan senjata militer Israel serta mengevakuasi 8000 lebih pemukim Israel dari dua puluh satu pemukiman di Gaza dan empat pemukiman di West Bank secara unilateral.15 Melalui pidatonya pula pada konferensi Herzliya, Perdana Menteri Ariel Sharon menjelaskan tujuan dari kebijakan Disengagement Plan yang ia ungkapkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi tingkat “teror” oleh “terorisme” serta memberikan keamanan tingkat tinggi kepada rakyat Israel. Tidak hanya itu Disengagement Plan juga dipercayai sebagai suatu proses yang akan membawa Israel ke arah perbaikan dalam kualitas kehidupan serta membantu menguatkan perekonomian Israel. Langkah unilateral yang dibingkai 12
Avi Kober, “Targetted Killing during the Second Intifada: The Quest for Effectiveness”, Journal of Conflict Studies (online), vol.27, No.1, 2007, p. 78. Available: http://journals.hil.unb.ca/index.php/JCS/article/view/8292/9875 (24 May 2013). 13 CNN, “Ariel Sharon Fast Facts” (online), CNN, 12 February 2013. Available: http://edition.cnn.com/2013/02/12/world/meast/ariel-sharon-fast-facts (2 June 2013). 14 Anonymous, “Prelude to Operation Cast Lead Israel's Unilateral Disengagement to the Eve of War”, Journal of Palestine Studies, vol. 38, no. 3, 2009, p. 144. 15 Jonathan Rynhold and Dov Waxman, “Ideological Change and Israel’s Disengagement from Gaza”, Political Science Quarterly (online), vol. 123, no. 1, 2008, p. 11. Available: http://www.baruch.cuny.edu/wsas/academics/political_science/documents/IdeologicalChangea ndIsrael.pdf (19 May 2013).
5 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
di bawah kebijakan Disengagement Plan juga akan mengikutsertakan penarikan IDF sepanjang garis batas keamanan serta mengubah penyebaran pemukiman Israel, dimana hal tersebut akan mengurangi angka kependudukan Israel yang berlokasi di tengah-tengah pemukiman Palestina. Kebijakan Disengagement Plan diharapkan akan mengurangi gesekan antara Israel dan Palestina serta diharapkannya dua negara Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan satu sama lain secara damai. “Like all Israeli citizens, I yearn for peace...We are willing to proceed toward its implementation: two states Israel and a Palestinian State living side by side in tranquility, security and peace.... However, if in a few months the Palestinians still continue to disregard their part in implementing the Roadmap Peace then Israel will initiate the unilateral security step of disengagement from the Palestinians.....”.16 Disengagement Plan sebagai suatu kebijakan telah menjadi perdebatan baik di antara yang pro dan yang kontra. Para pemukim Yahudi dan penganut Yahudi garis keras tentu merasa terkhianati oleh kebijakan Disengagement Plan Perdana Menteri Ariel Sharon dan sangat menentang kebijakan tersebut.17 Kebijakan ini kemudian menjadi pemicu perpecahan di dalam Partai Likud, yang mana sangat menentang ideologi partai akan pemeliharaan kekuasaan bangsa Yahudi terhadap Eretz Yisrael (the whole Land of Israel).18 Kebijakan ini pun
16
Ariel Sharon, “Fourth Herzliya Conference Speech”, Israel Ministry of Foreign Affairs, 2003. Available: http://www.mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2003/Pages/Address%20by%20PM%20Ariel%20Sharon %20at%20the%20Fourth%20Herzliya.aspx (1 June 2013). 17 Jefferson Morley, “Israeli Withdrawal From Gaza Explained” (online), The Washington Post, 10 August 2005. Available: http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2005/08/10/AR2005081000713.html (2 June 2013). 18 Rynhold and Waxman, p. 12.
6 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kemudian menjadi pertanda berakhirnya kehadiran tentara militer Israel di Gaza dan sebagian wilayah West Bank selama 38 tahun semenjak perang six day war di tahun 1967.19 Benjamin Netanyahu yang menjabat sebagai Menteri Keuangan dalam pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon periode kedua, sangat menentang secara keras keputusan Perdana Menteri Ariel Sharon yang dianggap bersifat sepihak. Disengagement Plan ini kemudian menjadi pemicu perpecahan di dalam Partai Likud, yang membawa Ariel Sharon untuk kemudian memutuskan keluar dari Partai Likud dan mendirikan partai baru yakni Partai Kadima, partai beraliran tengah. Sedangkan Partai Likud yang sebelumnya diketuai oleh Perdana Menteri Ariel Sharon, kembali diketuai oleh Benjamin Netanyahu. Perubahan kebijakan yang sangat kontroversial ini ditambah lagi dengan sosok seorang Ariel Sharon yang dikenal sebagai pemimpin militer dan politik yang besar ditandai dengan dikenalnya ia sebagai: Daddy of the Settlements,20 promotor tajam perluasan gedung dan perluasan pemukiman Yahudi di wilayahwilayah Palestina; pemrakarsa tembok penghalang di sepanjang perbatasan Israel - Palestina dan di West Bank.21 Tidak hanya itu, di kalangan bangsa Arab Ariel Sharon juga dikenal sebagai dalang dari invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 yang mana selama invasi tersebut, milisi Kristen Lebanon bersekutu dengan Israel
19
Jewish Virtual Library, Ariel Sharon (1928 – present) (online), undated. Available: http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/biography/sharon.html (2 February 2013). 20 Ariel Sharon Life Story, Ariel Sharon Life Story Biography : 1977 – 1982 Settlement Fever and Peace with Egypt (online), undated. Available: http://www.ariel-sharon-life-story.com/12-ArielSharon-Biography-1977-1982-Settlement-Fever-and-the-Peace-with-Egypt.shtm (3 March 2013). 21 BBC, 12 November 2010.
7 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dalam membantai ratusan warga Palestina di dua kamp pengungsian di bawah kendali Israel semasa Ariel Sharon menjabat sebagai Menteri Pertahanan Israel.22 Perubahan kebijakan luar negeri dapat dibagi ke dalam dua perubahan yakni perubahan yang dihasilkan dari perubahan rezim atau transformasi negara dan perubahan yang terjadi ketika pemerintahan yang sedang berkuasa memilih untuk mendorong suatu kebijakan luar negeri ke arah yang berbeda.23 Menjelaskan perubahan dalam kebijakan luar negeri, Charles F. Hermann mengidentifikasikan empat level perubahan kebijakan luar negeri yakni perubahan pengaturan, perubahan program, perubahan tujuan dan permasalahan, dan perubahan orientasi internasional.24 Level pertama atau perubahan pengaturan menekankan pada level usaha untuk mencapai tujuan dengan tidak mengubah “apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, dan tujuan dari melakukannya”. Level kedua atau perubahan program mengarah pada perubahan yang dibuat dalam
metode
atau
sarana
yang
mana
didasarkan
pada
tujuan
dan
permasalahannya. Dengan demikian perubahan program mengubah “apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya” dan tidak mengubah “tujuan dari melakukannya”. Level ketiga atau perubahan masalah atau tujuan mengarah pada situasi dimana permasalahan awal atau tujuan yang mendasari suatu kebijakan diganti atau telah hilang, sehingga tujuan dalam kebijakan yang baru pun berubah. Level keempat atau perubahan orientasi internasional adalah perubahan kebijakan
22
Mid East Web, Biography – Ariel Sharon: Prime Minister of Israel (online), undated. Available: http://www.mideastweb.org/bio-sharon.htm (10 March 2013). 23 Vinsensio Dugis, “Explaining Foreign Policy Change”, Jurnal Masyarakat Kebudayaan daan Politik, vol. 21, no.2, 2010, p. 103. 24 Charles F. Hermann, “Changing Course: When Governments Choose to Redirect Foreign Policy”, International Studies Quarterly, vol. 34, no. 1, 1990, p. 5.
8 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
yang paling ekstrem oleh karena melibatkan pengarahan ulang orientasi seluruh negara terhadap dunia termasuk peran dan aktivitas internasionalnya. Melihat pemahaman akan perubahan kebijakan luar negeri beserta indikator-indikator perubahan kebijakan, disimpulkan bahwasanya terdapat perubahan kebijakan luar negeri Israel masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon pada pemerintahan periode pertama dan kedua dalam menanggapi Intifada Kedua. Pada pemerintahan pertama Perdana Menteri Ariel Sharon, Israel menerapkan kebijakan Operation Defensive Shield yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan Israel dari gerakan-gerakan Intifada. Melalui Operation Defensive
Shield,
Israel
menggagalkan
serangan-serangan
“teror”
oleh
“terorisme” Palestina terhadap Israel dengan melakukan pengokupasian kembali wilayah-wilayah Palestina, West Bank dan Gaza oleh IDF. Dengan tujuan untuk menggagalkan serangan “terorisme”, dalam Operation Defensive Shield Israel pun menerapkan Targeted Killing Policy, kebijakan memberantas “terorisme” dengan menghancurkan infrastrukstur “terorisme” serta melakukan pembunuhan terhadap aktivis “terorisme”. Tidak hanya itu, IDF pun melakukan pengepungan terhadap markas besar pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat di Ramallah lengkap dengan peralatan militernya serta membangun tembok penghalang sepanjang 400 km yang membatasi wilayah Israel – Palestina guna menghalang serangan bom bunuh diri masuk ke wilayah Israel. Setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Israel pada Januari 2003, Perdana Menteri Ariel Sharon mengungkapkan niatannya akan perdamaian abadi melalui kebijakan Disengagement Plan. Melalui konferensi Herzliya pada
9 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Desember 2003, Disengagement Plan diperkenalkan sebagai kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan Israel serta mengurangi tingkat “teror” oleh “terorisme” dengan mendorong perdamaian yang didasari oleh Roadmap Peace Amerika Serikat dalam mencapai perdamaian di antara Israel – Palestina dan terbentuknya negara Palestina yang hidup berdampingan bersama dengan Israel. Kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan Israel dengan cara menarik mundur IDF dan persenjataan militer Israel serta mengevakuasi 8000 lebih pemukim Israel dari dua puluh satu pemukiman di Gaza dan empat pemukiman Israel di West Bank secara unilateral, disetujui oleh Knesset pada Oktober 2005 dan diimplementasikan pada 17 Agustus – 12 September 2005.25 I.2
Rumusan Masalah
Berkaitan dengan latar belakang tersebut, muncul kemudian permasalahan pokok yang menjadi perhatian penulis yakni mengapa terjadi perubahan kebijakan luar negeri oleh Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel dalam menanggapi Intifada Kedua? I.3
Kerangka Pemikiran
Terdapat beberapa model teoritis dalam menjelaskan apa yang melatarbelakangi perubahan kebijakan luar negeri suatu negara. Untuk menjawab rumusan masalah, penulis menggunakan gabungan dua model alternatif oleh Jakob Gustavsson dan Joakim Eidenfalk yang melihat perubahan dapat hadir melalui dua sumber yakni international source of change dan domestic source of change.
25
“Prelude to Operation”, p. 144.
10 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Dari kedua model alternatif, penulis menggunakan structural condition oleh Jakob Gustavsson dan window of opportunity oleh Joakim Eidenfalk dalam memahami perubahan kebijakan luar negeri Israel pada Intifada Kedua. Penulis pun menggunakan international source of change yakni faktor global dan faktor hubungan
bilateral
untuk
melihat
pengaruh
Amerika
Serikat
dalam
mempengaruhi kebijakan Israel dan domestic source of change yakni kepentingan kelompok oleh Joakim Eidenfalk untuk melihat pengaruh kelompok dalam mempengaruhi perumusan kebijakan luar negeri Israel.
Untuk
menjelaskan peran kelompok lebih dalam, penulis menggunakan small group oleh Valerie M. Hudson dan bagaimana groupthink berperan besar pada perubahan persepsi kunci pengambil keputusan. Two-level games oleh Robert D. Putnam pun penulis gunakan untuk melihat bagaimana domestik dan politik internasional dapat mempengaruhi satu sama lain dalam perumusan suatu kebijakan. Kebijakan luar negeri suatu negara adalah sesuatu yang dinamis yang mana terjadinya perubahan kebijakan luar negeri dalam suatu negara menjadi sesuatu yang sangat mungkin untuk terjadi, baik dalam satu pemerintahan ataupun pemerintahan yang berbeda. Foreign Policy Analysis dalam studi Hubungan Internasional hadir sebagai teori untuk memahami kebijakan luar negeri suatu negara serta perubahannya. Analisis suatu kebijakan luar negeri dapat dimulai dengan menentukan faktor-faktor eksplanan dan eksplanandum. Eksplanandum atau dependen dipahami sebagai apa yang ingin dijelaskan,
26
dimana dalam penelitian ini adalah perubahan kebijakan luar negeri Perdana 26
Valerie M. Hudson, Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory, Rowman & Littlefield Publishers Inc, United State of America, 2007, p. 4.
11 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Menteri Ariel Sharon, Operation Defensiv Shield dan Targeted Killing Policy di pemerintahan periode pertama menjadi Disengagement Plan di pemerintahan periode kedua, dalam menanggapi Intifada Kedua. Sedangkan eksplanan atau independen adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perumusan kebijakan luar negeri dan kunci pembuat kebijakan dari kebijakan luar negeri tersebut.27 Perubahan kebijakan luar negeri pada suatu negara tidak semata-mata terjadi tanpa sebab atau tanpa faktor yang melatarbelakanginya. Model Gustavsson dimaksudkan untuk berkontribusi dalam menganalisis kebijakan luar negeri, dengan berusaha menjelaskan tindakan yang diambil oleh negara sebagai unit individu dalam sistem internasional. Model Gustavsson membangun penjelasan beberapa sebab berdasarkan faktor-faktor yang diambil dari berbagai level analisis. Variabel dependen dalam hal ini oleh Gustavsson dimengerti sebagai perubahan kebijakan luar negeri. Argumen teoritis Gustavsson adalah bahwa perubahan kebijakan luar negeri terjadi ketika „kondisi struktural‟ mendasar yang mendukung suatu perubahan diidentifikasikan oleh „inti pengambil keputusan‟, yang kemudian mengubah keyakinan dan prioritas mereka dan melalui intervensi mereka dalam „proses pengambilan keputusan‟ membawa pada reorientasi perubahan pada kebijakan luar negeri.28 Kondisi struktural dalam hal ini dilihat oleh Gustavsson sebagai sesuatu yang berkaitan erat dengan sumber perubahan atau source of change. Baik Gustavsson maupun Eidenfalk menekankan bahwasanya perubahan suatu kebijakan pasti didasari oleh beberapa faktor atau yang disebut oleh 27
Hudson, pp. 5-6. Jakob Gustavsson, “How Should We Study Foreign Policy Change”, Journal of Cooperation and Conflict, 34:73, 1999, p. 83.
28
12 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Eidenfalk sebagai source of change yang secara luas dilatarbelakangi oleh faktor internasional dan faktor domestik. Robert D. Putnam berpendapat bahwasanya faktor domestik dan internasional keduanya saling mempengaruhi dalam perumusan suatu kebijakan. Politik domestik dapat mempengaruhi politik internasional dan begitupun sebaliknya.29 Bagan I.1 Dinamika Kausal Perubahan Kebijakan Luar Negeri
Sumber: Jakob Gustavsson, “How Should We Study Foreign Policy Change”, Journal of Cooperation and Conflict, 34:73, 1999, p. 85.
Faktor internasional dalam perubahan kebijakan memiliki peranan besar. Politik internasional saat ini identik dengan sistem kompleks yang terdiri dari negara, institusi dan aktor non-negara, yang kesemuanya saling berinteraksi di level berbeda. Hubungan saling ketergantungan di antara aktor hubungan internasional digunakan dalam menjelaskan pengaruh faktor internasional dalam perumusan kebijakan luar negeri. Faktor internasional oleh Eidenfalk dibagi
29
Robert D. Putnam, “Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level Games”, International Orgnisation, vol. 42, No, 3, 1988, pp. 427 – 460.
13 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kedalam empat source of change: faktor global, faktor regional, hubungan bilateral, dan aktor non-negara.30 Norma yang diterima oleh mayoritas aktor di dalam sistem politik internasional juga menjadi pertimbangan dalam perubahan kebijakan luar negeri. Tujuan yang diterima oleh aktor internasional kebanyakan seperti halnya perluasan demokrasi, hak asasi manusia, non-intervensi di dalam kedaulatan negara (adakalanya pengecualian terhadap penegakan hak asasi manusia), dan menentukan nasib sendiri dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam kebijakan luar negeri suatu negara.31 Faktor global sebagai source of change dalam Eidenfalk, fokus terhadap perubahan sistem politik internasional yang berdampak secara global dan memiliki efek pada perumusan kebijakan luar negeri suatu negara. Berakhirnya Perang Dingin dan paska penyerangan 11 September menjadi salah satunya. Tidak hanya itu institusi internasional dan norma-norma yang diterima juga memiliki dampak besar dalam kebijakan luar negeri suatu negara. Pengaruh suatu kejadian, pergeseran keseimbangan dalam sistem politik internasional, pergeseran dalam norma internasional, atau institusi internasional kesemuanya dapat memberikan dampak pada perumusan kebijakan luar negeri suatu negara. Sedangkan hubungan bilateral di antara negara yang ada juga memberikan dampak besar dalam perumusan suatu kebijakan. Aktor seperti negara dan institusi internasional dapat mempengaruhi negara lain melalui penggunaan pengaruh seperti halnya aliansi, perdagangan, atau melalui ancaman militer dan
30
Joakim Eidenfalk, “Towards a New Model of Foreign Policy Change”, Proceedings of the Australasian Political Studies Association Conference University of Newcastle, University of Wollongong, September 25 – 27 2006, pp. 2-7. 31 Eidenfalk, p. 5.
14 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
ekonomi, untuk memberi tekanan kepada mereka agar mengadopsi kebijakan luar negeri yang berbeda.32 Tidak hanya faktor internasional, faktor domestik pun memiliki pengaruh besar dalam perumusan kebijakan. Faktor domestik adalah sesuatu yang perlu diperhatikan terutama dalam perubahan kebijakan. Hal ini dapat dilihat bagaimana faktor domestik dapat mempengaruhi dan memberi tekanan pada pembuat kebijakan sehingga terjadinya perubahan kebijakan dalam suatu pemerintahan menjadi mungkin untuk terjadi. Hagan dalam Eidenfalk berpendapat bahwasanya “government leaders have to deal with pressures and constraints from domestic political sources, as well as the international political system”.33 Eidenfalk menjabarkan lima sumber perubahan domestik yakni: birokrasi, opini publik, media, kelompok kepentingan, dan partai politik.34 Akan tetapi dalam penelitian ini penulis akan menggunakan small group dalam level domestik oleh Valerie M. Hudson, sebagai faktor perubahan kebijakan luar negeri Israel. Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan Israel, memiliki kekuatan penuh dalam merumuskan suatu kebijakan. Akan tetapi kelompok di sekeliling Perdana Menteri tentu memiliki peranan penting yang tidak dapat diabaikan dalam perumusan suatu kebijakan. Pengaruh dari kelompok-kelompok yang ada berpotensi besar dalam mempengaruhi kepala pemerintahan untuk kemudian merumuskan kebijakan sesuai dengan apa yang menjadi pemikiran dan
32
Eidenfalk, p. 6. Hagan in Eidenfalk, p. 3. 34 Eidenfalk, p. 5. 33
15 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kepentingan dari kelompok tersebut. Peran besar kelompok dalam suatu kebijakan digambarkan oleh Irving Janis melalui proses Victims of Groupthink. Hudson dalam Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory menekankan tiga pembagian kelompok dalam kelompok pembuat kebijakan berdasarkan rutinitas dan tingkat kekrisisan akan permasalahan kebijakan luar negeri. Ketiga kelompok tersebut yakni organizational behavior, bureaucratic policies,
dan
small
group
dynamics.35
Hudson membagi
permasalahan kebijakan luar negeri ke dalam rutin dan non-rutin, yang mana dalam hal ini organizational behavior dimaksudkan sebagai kelompok yang menanggapi permasalahan kebijakan luar negeri yang bersifat rutin. Sedangkan permasalahan kebijakan luar negeri yang bersifat non-rutin terbagi kembali ke dalam krisis dan non-krisis. Peran kelompok small group dynamics akan terlihat dalam permasalahan kebijakan luar negeri yang bersifat krisis dan non-rutin, sedangkan peran kelompok bureaucratic policies terlihat dalam permasalahan kebijakan luar negeri yang bersifat non-krisis dan non-rutin. Bagan I.2 Keterlibatan Kelompok dalam Perumusan Kebijakan Luar Negeri
35
Hudson, pp. 66 – 74.
16 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sumber:
Valerie M. Hudson, Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory, Rowman & Littlefield Publishers Inc, United State of America, 2007, p. 65.
Orang-orang yang berada di sekitar seorang pemimpin memiliki pengaruh tersendiri dalam perumusan suatu kebijakan. Walaupun Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri menggambarkan dirinya sebagai wasit final dalam perumusan kebijakan, seorang penasihat dan orang terdekat seperti Gilad Sharon, Omri Sharon, Dov Weissglass, Moshe Kaplinsky, Eyal Arad, dan Eival Giladi dalam beberapa hal telah membentuk kebijakannya dengan cara yang signifikan.36 Peran kelompok kecil dalam perumusan kebijakan dianalogikan Breuning layaknya gunung es, dimana pemimpin negara menjadi ujung tombak dalam pengambilan keputusan serta terdapat peran krusial dari kelompok yang tidak terlihat secara kasat mata, “foreign policy decisions are made closer to the tip of the iceberg: by leaders and their small circle of advisors, or by group of policy makers”.37 Dalam kelompok kecil ini para pembuat kebijakan bertemu tatap muka untuk kemudian membuat kebijakan yang berdasarkan pada informasi dan analisis yang diberikan oleh berbagai instansi dan departemen. Kelompok kecil atau small group menurut Breuning bukanlah kelompok yang menyerupai kabinet pemerintahan. Walaupun beberapa pengamat mendefinisikan parlemen dan kabinet pemerintahan ke dalam kelompok kecil, akan tetapi tidaklah demikian dengan apa yang didefinisikan oleh Breuning. Anggota parlemen memang melakukan tatap muka sebagai suatu kelompok, akan tetapi musyawarah yang terjadi diatur oleh peraturan dan
36
Ben Caspit, “Dov Weissglass – ‘Consiglieri’ of the State of Israel” (online), Israel Behind The News, 15 March 2004. Available: http://www.israelbehindthenews.com/bin/content.cgi?ID=1881&q=1 (28 May 2013). 37 Marijke Breuning, Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction, Palgrave Macmilan, New York, 2007, p. 85.
17 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
protokol yang sangat formal. Dinamika kelompok kecil yang dimaksud yakni juga terjadi dalam sub kelompok parlemen, akan tetapi mereka tidak selalu masuk ke dalam sesi formal parlemen. Setelah sumber perubahan atau source of change, model berikutnya dalam perubahan kebijakan luar negeri yakni window of opportunity oleh Eidenfalk yang mana terinspirasi dari langkah kedua model perubahan kebijakan luar negeri Gustavsson dan “policy windows” oleh Roger Kingdon. Model perubahan kebijakan luar negeri Eidenfalk mengandung variabel independen, intervening, dan dependen.38 Seperti halnya dengan Gustavsson, Eidenfalk membagi variabel independen menjadi faktor internasional dan faktor domestik, yang mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dan tidak mempengaruhi pemerintah dalam perumusan kebijakan luar negeri. Sedangkan intervening variable menekankan pada proses pembuatan kebijakan. Model ini menguji kunci pembuat kebijakan dan mencoba untuk mengidentifikasi bagaimana mereka mempersepsikan sebuah “jendela kesempatan” dalam kategori variabel campur tangan (intervening). Eidenfalk berpandangan bahwasanya perumus kebijakan mempersepsikan “jendela kesempatan” melalui tekanan atau pengaruh dari source of change, atau menyadari bahwasanya terdapat kesempatan yang ditunggu-tunggu dan mendorongnya melalui agenda kebijakan. Dengan kata lain, proses kebijakan dapat dimulai baik dengan sumber perubahan atau dengan pengambil kebijakan itu sendiri.39
38 39
Eidenfalk, p. 1. Eidenfalk, p. 7.
18 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Persepsi menjadi kunci istilah pada intervening variable. Persepsi kunci perumus kebijakan dapat dipengaruhi oleh beberpa karakteristik personal. Enam tipe berbeda akan karakterisitik personal pemimpin politik oleh Margaret G. Hermann menjadi tinjauan dalam studi dan model perubahan kebijakan luar negeri Eidenfalk. Enam tipe tersebut yakni keyakinan, motif, gaya pembuat keputusan, gaya interpersonal, kepentingan dalam hubungan luar negeri, dan pelatihan yang pernah didapat dalam hubungan luar negeri.40 Keyakinan mengacu pada asumsi-asumsi dasar pemimpin politik yang berakibat pada penafsirannya atas lingkungan, dan secara lebih jauh berdampak pada strategi-strategi yang diambil kemudian. Motif mengacu pada alasan mengapa seorang pengambil kebijakan luar negeri melakukan hal tersebut. Gaya pengambilan keputusan mengacu pada metode yang diambil seorang pembuat kebijakan seperti sebagaimana terbukanya mereka akan informasi atau tingkat resiko yang harus diambil. Gaya interpersonal mengacu pada bagaimana seorang pemimpin politik melakukan kesepakatan dengan para pembuat kebijakan lainnya, yang meliputi dua jenis yaitu paranoid (kecurigaan berlebihan) dan Machiavellian (perilaku yang manipulatif). Pelatihan yang diperoleh dalam hubungan luar negeri mengacu pada jumlah pengalaman yang diterima seorang pembuat kebijakan dalam konteks pembuatan kebijakan luar negeri, yang berpengaruh pada si pembuat kebijakan bertindak serta strategi apa yang akan diambil. Kepentingan dalam hubungan luar negeri mengacu pada kepentingan yang hendak diambil seorang pembuat kebijakan luar negeri, dimana jika
40
Eidenfalk, p. 7.
19 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kepentingan tersebut kecil maka ia cenderung mendelegasikannya pada orang lain, sementara jika besar, maka ia akan melakukan pemantauan secara langsung. Eidenfalk berpandangan bahwasanya selain perubahan kondisi struktural dapat menciptakan perubahan kebijakan luar negeri, para pembuat kebijakan juga dapat menciptakan window of opportunity nya sendiri. Dengan demikian Eidenfalk menggambarkan dua skenario41 yang dapat membawa pada arah perubahan kebijakan luar negeri: Skenario 1: kondisi struktural mengalami perubahan – sumber perubahan mempengaruhi/menekan – dipersepsikan dan ditanggapi oleh pembuat kebijakan – proses pembuatan kebijakan – perubahan kebijakan luar negeri. agenda politik pembuat kebijakan – perubahan dalam kondisi
Skenario 2:
struktural – jendela kesempatan dipersepsikan oleh pembuat kebijakan – pembuat kebijakan mendorong agendanya dalam proses pembuatan kebijakan – perubahan kebijakan luar negeri. Berdasarkan gagasan para ahli di atas, penulis menggabungkannya menjadi satu kerangka berpikir sebagai berikut: Bagan I.3 Gabungan Kerangka Pemikiran Untuk Menjelaskan Perubahan Kebijakan Luar Negeri Israel Dalam Intifada Kedua.
41
Eidenfalk, p. 9.
20 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
International Source of Change: 1. Global Factor 2. Bilateral Factor Ariel Sharon
Decision Making Process
Restructuring
Domestic Source of Change: 1. Small Group - Groupthink
two-level games oleh Robert D. Putnam dalam melihat hubungan faktor domestik dan faktor internasional dapat saling mempengaruhi satu sama lain; faktor global dan faktor hubungan bilateral oleh Joakim Eidenfalk sebagai sumber perubahan internasional; kelompok kecil dan groupthink oleh Valerie M. Hudson sebagai sumber perubahan domestik; window of opportunity oleh Eidenfalk dalam menggambarkan bagaimana tekanan internasional digunakan sebagai kesempatan oleh kelompok kecil untuk mempertahankan kondisi stagnan pada proses perdamaian Israel – Palestina; dan menggunakan argumen teoritis perubahan kebijakan luar negeri oleh Gustavsson dalam melihat perubahan dasar kondisi struktural yang diidentifikasikan oleh inti pengambil keputusan dan mengubah keyakinan dan prioritas mereka dan melalui intervensi mereka dalam proses pengambilan keputusan membawa reorientasi pada perubahan kebijakan luar negeri. I.4
Hipotesis
Menjawab rumusan masalah mengapa terjadi perubahan kebijakan luar negeri oleh Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel dari kebijakan Operation Defensive Shield menjadi kebijakan Disengagement Plan dalam menanggapi Intifada Kedua? Penulis berhipotesis bahwasanya Ariel Sharon sebagai aktor 21 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kunci dalam pembuat keputusan dipengaruhi oleh dua faktor sebagai source of change. Pertama, level internasional dalam hal ini faktor global dan faktor hubungan bilateral dengan Amerika Serikat. Adanya perubahan kondisi struktural di tingkat global setelah 9/11 dan adanya tekanan Amerika Serikat yang dapat mengganggu hubungan bilateral Amerika Serikat - Israel, menjadikan Ariel Sharon perlu melakukan identifikasi terhadap perubahan kondisi struktural yang ada. Kedua, adanya pengaruh faktor domestik dalam hal ini kelompok kecil yang berada di sekitar Perdana Menteri Ariel Sharon, groupthink, yang melihat tekanan internasional khususnya Amerika Serikat sebagai window of opportunity untuk mempertahankan kondisi stagnan sehingga proses perdamaian di antara Israel – Palestina terhentikan Tujuan Penelitian
I.5
1. Memperlihatkan bagaimana perubahan kebijakan luar negeri dalam suatu pemerintahan terjadi. 2. Memberikan analisis terhadap pengaruh faktor global, faktor hubungan bilateral, dan faktor small group dalam proses pengambilan kebijakan luar negeri. 3. Menganalisis perubahan kebijakan luar negeri Israel dalam Intifada Kedua. I.6
Metodologi Penelitian
I.6.1
Definisi Konseptual
I.6.1.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri
22 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Perubahan kebijakan luar negeri dapat dibagi ke dalam dua perubahan yakni perubahan yang dihasilkan dari perubahan rezim atau transformasi negara dan perubahan yang terjadi ketika pemerintahan yang sedang berkuasa memilih untuk mendorong suatu kebijakan luar negeri ke arah yang berbeda.42
I.6.1.2 Struktur Sistem Internasional Struktur dimengerti sebagai cara sesuatu dibangun, disusun, dan diorganisir.43 Struktur dalam Macmillan Dictionary dimengerti sebagai cara dimana beberapa bagian diatur atau disatukan untuk membentuk keseluruhan.44 Sedangkan sistem oleh Mingst didefinisikan sebagai kumpulan unit-unit, objek-objek, atau bagian yang dipersatukan oleh beberapa bentuk interaksi reguler. Struktur sistem internasional kemudian dapat dimengerti sebagai pengaturan berinteraksi kumpulan unit-unit dan objek-objek di dunia internasional. Oleh karena unit yang satu berinteraksi dengan unit internasional yang lain, maka perubahan yang terjadi pada satu unit akan mengakibatkan perubahan pada unit-unit yang lain.45 I.6.1.3 Tekanan Internasional
42
Dugis, p. 103. Miriam Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated. Available: http://www.merriam-webster.com/dictionary/structure (25 March 2014). 44 Macmillan Dictionary (online), undated. Available: http://www.macmillandictionary.com/dictionary/british/structure (25 March 2014). 45 Karen A Mingst, Essential of International Relations, 4th edn, W.W Norton & Company Ltd, New York, p. 81. 43
23 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tekanan dimengerti sebagai beban fisik atau mental; situasi memaksa yang membebani sosial ataupun ekonomi.46 Tekanan dalam kamus Oxford pun dijelaskan dengan penggunaan persuasi atau intimidasi untuk membuat seseorang melakukan sesuatu; Mencoba untuk membujuk atau memaksa (seseorang) untuk melakukan sesuatu.47 Sedangkan internasional adalah sesuatu yang menyangkut bangsa atau negeri seluruh dunia; antarbangsa.48 Dengan demikian tekanan internasional dimengerti sebagai keadaan yang tidak menyenangkan yang umumnya merupakan beban dan paksaan yang hadir dari bangsa atau negeri seluruh dunia. I.6.1.4 Small Group dan Groupthink Small group atau kelompok kecil adalah salah satu faktor domestik yang dapat membawa perubahan kebijakan luar negeri. Valerie M Hudson melihat bahwasanya diskusi serius dalam situasi krisis menuntut pemimpin negara untuk dapat duduk bersama dengan satu set rekan dan menghasilkan perdebatan opsi kebijakan luar negeri yang komprehensif dan jujur. Tekanan kelompok kecil dalam proses perumusan kebijakan terlihat pada groupthink. Groupthink adalah istilah psikologis yang digunakan untuk menggambarkan cara berpikir bahwa orang-orang yang terlibat dalam pencarian keputusan menjadi begitu dominan dalam keterpaduan kelompok yang cenderung mengesampingkan penilaian realistis pada tindakan alternatif. Hal ini mengacu pada penurunan efisiensi 46
Miriam Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated. Available: http://www.merriam-webster.com/dictionary/pressure?show=0&t=1395732608 (25 March 2014). 47 Oxford Dictionaries, Oxford Dictionaries: Language Matter (online), undated. Available: http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/pressure?q=pressure (25 March 2014). 48 Mirian Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated. Available: http://www.merriam-webster.com/dictionary/international (25 March 2014).
24 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mental, pengujian realistis, dan penilaian moral sebagai akibat dari tekanan kelompok.49
I.6.2
Operasionalisasi Konsep
I.6.2.1 Perubahan Kebijakan Luar Negeri Perubahan dalam kebijakan luar negeri, Charles F. Hermann mengidentifikasikan empat level perubahan kebijakan luar negeri yakni perubahan pengaturan, perubahan program, perubahan tujuan dan permasalahan, dan perubahan orientasi internasional.50 Level pertama atau perubahan pengaturan menekankan pada level usaha untuk mencapai tujuan dengan tidak mengubah “apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, dan tujuan dari melakukannya”. Level kedua atau perubahan program mengarah pada perubahan yang di buat dalam metode atau sarana yang mana didasarkan pada tujuan dan permasalahannya. Dengan demikian perubahan program mengubah “apa yang dilakukan dan bagaimana melakukannya” dan tidak mengubah “tujuan dari melakukannya”. Level ketiga atau perubahan masalah atau tujuan mengarah pada situasi dimana permasalahan awal atau tujuan yang mendasari suatu kebijakan diganti atau telah hilang, sehingga tujuan dalam kebijakan yang baru pun berubah. Level keempat atau
49
Paul ‘t Hart, ‘Irving L Janis Victims of Groupthink’, Political Psychology, vol.12, no.2, 1991, p. 256. 50 Hermann, p. 5.
25 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
perubahan orientasi internasional adalah perubahan kebijakan yang paling ekstrem oleh karena melibatkan pengarahan ulang orientasi seluruh negara terhadap dunia termasuk peran dan aktivitas internasionalnya. I.6.2.2 Perubahan Struktur Sistem Internasional Sistem internasional yang dipahami sebagai kumpulan unit dan objek yang dipersatukan dalam bentuk interaksi reguler internasional dapat mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi pada satu unit dapat membawa perubahan pada unit-unit yang lain. Perubahan baik dalam jumlah aktor atau hubungan kekuatan relatif antara aktor-aktor yang ada, dapat mengakibatkan perubahan mendasar dalam sistem internasional.51 Eidenfalk pun berpandangan bahwasanya pengaruh dari suatu peristiwa dapat menggeser keseimbangan sistem politik internasional, norma internasional, dan institusi internasional. Richard Ned Lebow pun berpendapat bahwa kejadian internasional seperti perang, revolusi, dan depresi dapat membawa transformasi mendalam pada sistem internasional. Lebew menggambarkan bahwa perubahan sistem internasional sebenarnya bergantung pada kemungkinan (contingency), katalis (catalysts), dan aktor.52 Kesemuanya kemudian memungkinkan untuk mengubah norma, polaritas sistem, atau aturan dengan mana ia beroperasi. Perubahan sistem internasional ini dapat dilihat setelah Perang Dingin berakhir dan peristiwa 9/11 terjadi. Kedua peristiwa tersebut menjadi salah satu contoh bagaimana suatu peristiwa besar dapat mengubah perilaku negara sebagai unit dalam sistem internasional.
51
Mingst, p. 89. Richard Ned Lebow, “Contingency, Catalysts, and International System Change”, Political Science Quarterly, vol. 115, no. 4, 2000 – 2001, pp. 591-593.
52
26 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
I.6.2.3 Tekanan Internasional Eidenfalk dalam Toward a New Model of Foreign Policy Change berpendapat bahwasanya aktor seperti negara dan institusi internasional dapat mempengaruhi negara lain dengan menggunakan pengaruh seperti halnya aliansi, perdagangan, atau melalui ancaman militer dan ekonomi, untuk memberi tekanan kepada mereka agar mengadopsi kebijakan luar negeri yang berbeda.53
I.6.2.4 Groupthink Pressure Kekompakan suatu kelompok sangat menentukan keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Pada situasi krisis kekompakan kelompok pada umumnya meningkat. Semakin kompak suatu kelompok, semakin besar dorongan batin masing-masing individu untuk menghindari terciptanya perpecahan, yang kemudian mendorong tiap individu untuk percaya pada kebaikan proposal apapun yang dipromosikan oleh pemimpin atau oleh mayoritas anggota kelompok.54 I.6.3
Tipe Penelitian
Terdapat berbagai macam tipe riset dan penelitian menurut Uber Silalahi, ia mengelompokkannya berdasarkan tujuannya. Penelitian-penelitian tersebut yakni penelitian eksploratori, deskriptif, eksplanatori, dan penelitian komparatif.55 Penelitian eksploratori bertujuan untuk mengenal dan mengetahui gambaran gejala sosial; penelitian deskriptif bertujuan untuk melukiskan fenomena secara 53
Eidenfalk, p. 6. ‘t Hart, p. 258. 55 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, Unpar Press, Bandung, 2006, pp. 24-32. 54
27 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
terperinci; penelitian ekplanatori bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variabel dan bertitik tolak pada pertanyaan dasar “mengapa”; dan terakhir penelitian komparatif bertujuan untuk membandingkan dua gejala atau lebih. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan tipe penelitian eksplanatif yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel yakni sistem internasional dan kelompok kecil (small group) dalam mempengaruhi perubahan kebijakan luar negeri Israel masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon dalam Intifada Kedua. Penggunaan tipe penelitian eksplanatori oleh penulis juga dimaksudkan untuk dapat menjawab rumusan masalah penelitian ini yang bertitik tumpu pada pertanyaan dasar “mengapa”. I.6.4
Ruang Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus utama adalah mengapa terjadi perubahan kebijakan luar negeri pemerintah Israel masa Perdana Menteri Ariel Sharon dalam Intifada Kedua. Kebijakan Operation Defensive Shield dan Targeted Killing Policy di awal pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon dan di akhir masa jabatannya yang kedua, Perdana Menteri Ariel Sharon mengeluarkan kebijakan Disengagement Plan, penarikan tentara, senjata, dan pemukiman Israel dari Gaza dan West Bank. Dengan demikian ruang lingkup yang akan peneliti gunakan yakni penggunaan batasan waktu dari tahun 2000 hingga 2005. Hal ini erat kaitannya dengan bagaimana Intifada Kedua itu terjadi, di awali oleh kunjungan kontroversial Ariel Sharon ke Haram as Sharif di tahun 2000 dan dilanjutkan dengan perumusan Roadmap Peace di tahun 2003, Pengenalan Diesengagement
28 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Plan di tahun 2004, hingga pengesahan Diengagement Plan oleh Knesset dan pengimplementasiannya di tahun 2005. I.6.5
Teknik Pengumpulan Data
Melakukan suatu penelitian terutama dalam ilmu pengetahun, menjadikan pengumpulan data sesuatu yang penting untuk memperdalam penelitian penulis serta memperkuat hasil penelitian yang diteliti. Suatu penelitian tidak hanya bergantung kepada pemilihan teori, penggunaan metode, dan penentuan level analisis. Akan tetapi hasil akhir penelitian serta relevan tidaknya suatu penelitian juga sangat ditentukan oleh proses pengumpulan data. Dalam sebagian besar penelitian, studi literatur menjadi teknik pengumpulan data yang paling sering digunakan karena menjadi sesuatu bagian yang esensial dalam melakukan projek penelitian.56 Teknik pengumpulan data yang ada pada penelitian ini pun mengarah pada sumber sekunder. Teknik yang akan peneliti gunakan dalam penelitian ini yakni melalui pengumpulan hasil wawancara aktor-aktor terkait yang baik dalam buku, berita internasional maupun tulisan lainnya, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan topik penelitian, surat, arsip hasil rapat, arsip pemerintahan, dan lain sebagainya. I.6.6
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif dalam suatu penelitian menekankan kepada interpretasi data serta pernyataan yang diperoleh dari pengumpulan data secara sekunder maupun primer yang kemudian dikaitkan dengan teori, konsep, dan 56
Chris Hart, Doing A Literature Search: A Comprehensive Guide for Social Science, SAGE Publication Inc, London, 2001, p. 2.
29 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
preposisi yang telah ditentukan oleh peneliti.57 Dengan menggunakan teknik analisis kualitatif, data yang terkumpul akan terklasifikasikan dan memperluas teks. Analisis kualitatif ini terdiri atas tiga alur kegiatan secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.58
I.6.7
Sistematika Penulisan Bab I berisikan penjelasan secara garis besar mengenai penelitian ini. Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, tujuan penelitian, dan metodologi penelitian.
Bab II berisikan analisis pengaruh faktor global dan hubungan bilateral terutama Amerika Serikat dalam perumusan kebijakan luar negeri Israel masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon dalam Intifada Kedua. Bab ini juga akan memberikan penjelasan mengenai kebijakan Operation Defensive Shield.
Bab III berisikan dinamika kelompok kecil dalam menanggapi tekanan internasional serta analisis pengaruh kelompok kecil pada perumusan kebijakan luar negeri Israel, Disengagement Plan, masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon dalam Intifada Kedua. Bab ini juga akan memberikan penjelasan mengenai proses dan pengimplementasian kebijakan Disengagement Plan.
57
58
David Silverman, Interpreting Qualitative Data, SAGE Publications, London, 2006, p. 327. Silalahi, p. 311.
30 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Bab IV berisikan analisis menyeluruh, menjawab rumusan masalah dengan membuktikan hipotesis melalui temuan-temuan yang diperoleh pada pembahasan di bab II dan III, kesimpulan penelitian, dan rekomendasi penelitian lebih lanjut.
BAB II ANALISIS LEVEL INTERNASIONAL SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN
II. 1
Tekanan Internasional di Awal Pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon
Pemilihan umum Perdana Menteri Israel yang diselenggarakan di tengah-tengah gejolak perlawanan masyarakat Palestina terhadap okupasi Israel pada Februari 2001 pun dimenangkan oleh Ariel Sharon dari Partai Likud dengan mengalahkan lawan politiknya Ehud Barak dari Partai Buruh. Sosok seorang Ariel Sharon yang dikenal keras dan tegas, dipandang oleh masyarakat Israel sebagai national authority on security59 yang dapat memberikan keamanan bagi Israel dari serangan “terorisme” Palestina.
59
Gilad Sharon, Sharon: The Life of a Leader, Harper Collins Publishers, United State of America, 2011, pp. 392-393.
31 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel terpilih pun perlu menghadapi situasi kompleks Intifada Kedua. Di satu sisi, Ariel Sharon terpilih menjadi perdana menteri pada era dimana serangan bom bunuh diri pejuang Palestina terhadap masyarakat Israel terus meningkat secara intensif. Skala serangan bom bunuh diri pejuang Palestina yang dilihat oleh Israel sebagai gerakan “terorisme” telah mengalami peningkatan tajam dibandingkan dengan serangan perlawanan Palestina terhadap bangsa Yahudi di tahun-tahun sebelumnya. Di satu sisi lain, terdapat front diplomatik dari dunia internasional terutama di Eropa, dimana demokrasi dan liberalisme menjadi landasan masyarakatnya dan hak-hak warga negara akan perdamaian dan ketenangan tertanam secara mendalam. Sebagian besar negara-negara di Eropa tersebut mengambil pandangan sebagai pro Palestina mengenai perang Israel dalam melawan gerakan “teror” oleh “terorisme” Palestina pada Intifada Kedua. Posisi sebagian besar negara-negara Eropa ini dipandang oleh Perdana Menteri Ariel Sharon telah mengesampingkan hak masyarakat Israel untuk mendapatkan keamanan dan ketenangan serta hak untuk membela diri.60 Di tengah-tengah tekanan Internasional terhadap Israel, Perdana Menteri Ariel Sharon juga mengkhawatirkan kebijakan pemerintahan Amerika Serikat sebagai negara sahabat di bawah pemerintahan Presiden George W. Bush terhadap Israel oleh karena Presiden Bush yang dipandang akan melanjutkan kebijakan Presiden Bush sang ayah dan pemerintahan Presiden Clinton.61 Kekhawatiran Perdana Menteri Ariel Sharon ini terbukti setelah Amerika Serikat di bawah
60
Sharon, pp. 423-424. Elliot Abrams, Testd By Zion: The Bush Administration and the Israeli-Palestinian Conflict, Cambridge University Press, New York, 2013, p. 29.
61
32 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
tekanan Saudi Arabia, mengeluarkan kebijakan yang mendukung terbentuknya negara
Palestina
serta
menekan
Israel
untuk
menghentikan
kebijakan
ekspansionisnya di wilayah pendudukan Palestina. Dukungan Amerika Serikat akan solusi dua negara ini menjadi jawaban di dalam surat Presiden Bush kepada Putra Mahkota Saudi Arabia, Pangeran Abdallah di musim panas 2001, “establish for the first time that the U.S. Policy henceforth would be to support a two-state solution”.62 Kebijakan Amerika Serikat yang mendukung terbentuknya negara Palestina ini kemudian direncanakan untuk diperkenalkan melalui pidato Presiden Bush di depan negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 12 September 2011 pagi hari; akan tetapi menjadi sangat dramatis ketika di hari penyusunan naskah akhir pidato Presiden Bush mengenai dukungan terbentuknya negara Palestina pada 11 September 2001, terjadi penabrakan pesawat ke World Trade Center (WTC).63 II.2
11 September 2001
Serangan 11 September atau yang dikenal dengan 9/11 adalah suatu kejadian besar yang mengubah struktur sistem internasional dan prioritas global. Perdana Menteri Ariel Sharon menyadari betul bahwasanya tatanan dunia baru paska 9/11 telah membawa Israel pada posisi yang sangat sulit.64 Solidaritas terhadap penderitaan bangsa Palestina dalam konflik Israel – Palestina serta dukungan Amerika Serikat kepada Israel yang berlebihan, dipandang sebagai salah satu pemicu utama dalam mengobarkan kemarahan dan kebencian kepada Amerika
62
Dennis Ross, The Missing Peace: The Inside Story of the Fight for Middle East Peace, Farrar, Straus and Giroux, New York, 2004, pp. 688-689. 63 Abrams, p.45. 64 Sharon, pp. 477-478.
33 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Serikat atau dalam hal ini yakni anti-Amerika.65 Berangkat dari pandangan alternatif ini kemudian dirasa perlu untuk mengkaji ulang dan melakukan beberapa pengubahan sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Collin Powell kepada Presiden Bush sesaat setelah peristiwa 9/11 terjadi; “We need a serious Arab – Israeli peace initiative”.66 Konsensus Amerika Serikat yang bersandar pada pandangan tersebut diperkuat oleh konsensus serupa di Eropa, dimana dukungan terhadap tentara keamanan Israel sangatlah kecil dibandingkan dengan besarnya protes masyarakat Uni Eropa terhadap kebijakan Perdana Menteri Ariel Sharon dalam menghentikan gerakan Intifada Kedua.67 Menurunnya dukungan dan pemahaman akan Israel oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa paska 9/11 telah membawa Israel pada posisi yang sulit; terlebih lagi ketika tuntutan untuk meningkatkan keamanan dari gerakan “terorisme” Intifada Kedua telah menjadi prioritas utama Israel. Perdana Menteri Ariel Sharon memahami betul bahwasanya setiap kebijakan baru yang dirumuskan oleh Washington paska 9/11 akan memiliki beberapa kemungkinan yang dapat membantu dan juga dapat membahayakan posisi Israel.68 Perdana Menteri Ariel Sharon pun menyadari adanya proses negosiasi dan diplomasi di antara negaranegara Arab dan sekutu Eropa Amerika yang menekan Presiden Bush untuk menindak Israel serta berupaya melawan kebijakan Israel dalam menanggapi
65
John J. Mearsheimer and Stephen M. Walt, The Israeli Lobby and U.S. Foreign Policy, Farrar, Straus and Giroux, New York, 2007, pp. 64-66. 66 Collin in Abrams, pp. 50. 67 Abrams, p. 51. 68 Sharon, p. 478.
34 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Intifada Kedua, dengan mengklaim bahwasanya hal tersebut adalah kunci untuk memerangi Al Qaeda.69 Tekanan Amerika Serikat terhadap Israel mulai terlihat pada akhir bulan September 2001. Presiden Bush mulai mendesak Perdana Menteri Ariel Sharon untuk memberhentikan proses pembangunan pemukiman Israel di wilayah pendudukan Palestina serta melakukan apapun yang mungkin untuk dapat meredam aksi kekerasan Intifada Kedua.70 Setelah serangan 9/11, Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Bush memberikan tekanan yang luar biasa kepada Perdana Menteri Ariel Sharon agar memperbolehkan Menteri Luar Negeri Israel, Shimon Peres, untuk dapat bertemu dengan pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat; meskipun Presiden Bush sendiri sangatlah kritis terhadap kepemimpinan Palestina di bawah Yasser Arafat.71 Menyadari adanya panggilan akan kebijakan baru yang merujuk pada “proses perdamaian”, Jenderal Kaplinsky Sekretaris Militer Israel masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon, mengungkapkan kekhawatiran Perdana Menteri Ariel Sharon terhadap pemerintahan Amerika Serikat yang kapan saja dapat dan akan mengorbankan Israel dalam rangka menciptakan koalisi baru di wilayah Teluk Arab.72 Kekhawatiran Perdana Menteri Ariel Sharon terhadap Amerika Serikat yang akan mengabulkan keinginan negara-negara Eropa untuk memberikan tekanan terhadap Israel demi membangun hubungan baik dengan Saudi Arabia dan negara-negara Arab lainnya, membawa Perdana Menteri Ariel 69
Abrams, p. 52. Mearsheimer and Walt, p. 204. 71 Jane Perlez and Katherine Q. Seelye, “U.S. Strongly Rebukes Sharon for Criticism of Bush Calling It ‘Unacceptable’” (online), New York Times, 6 October 2001. Available: http://www.nytimes.com/2001/10/06/international/06DIPL.html (25 April 2014). 72 Kaplinsky in Abrams, pp. 52-53. 70
35 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sharon kepada pidato „Czechoslovakia‟ yang menggambarkan secara jelas ketidakrelaannya untuk membiarkan Israel membayar sesuatu yang seharusnya tidak perlu ia bayar.73 Perdana Menteri Ariel Sharon berpandangan bahwasanya Amerika Serikat dan Israel, keduanya berada pada posisi yang sama dalam “berperang melawan terorisme”; jika Amerika Serikat berperang melawan Osama Bin Laden, maka menurut Perdana Menteri Ariel Sharon Osama Bin Laden bagi Israel adalah Yasser Arafat.74 Pada 4 Oktober 2001, melalui pidato yang luar biasa Perdana Menteri Ariel Sharon mengutarakan kekecewaan dan ketidaksukaannya terhadap kampanye yang ditujukan untuk membangun konsensus Arab di balik kampanye melawan “terorisme”. Dalam pidatonya Perdana Menteri Ariel Sharon menggambarkan situasi Israel yang telah dijadikan alat oleh koalisi Barat; dimana Israel harus melakukan konsesi dengan pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat, sehingga Yaser Arafat bersama pemimpin bangsa Arab lainnya berkenan untuk membantu koalisi Barat dalam melawan Osama Bin Laden dan Taliban di Afganistan.75 “We can rely only on ourselves. We are currently in the midst of a complex and difficult diplomatic campaign. I call on the Western democracies, and primarily the leader of the Free World – the United State: Do not repeat the dreadful mistake of 1938, when enlightened European democracies decided to sacrifice Czechoslovakia for a „convenient temporary solution‟. Do not try to appease the
73
Sharon, pp. 479-480. Uri Dan, Ariel Sharon: An Intimate Portrait, Palgrave Manmillan, New York, 2006, p. 189. 75 Dan, p. 189. 74
36 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Arabs at our expense – this is unacceptable to us. Israel will not be Czechoslovakia”.76 Membandingkan koalisi Amerika Serikat di dunia Arab dengan peredaan Inggris dari Nazi di tahun 1930-an oleh Perdana Menteri Ariel Sharon telah meregangkan hubungan dua negara, Amerika Serikat – Israel, jauh ke titik terendah.77 Melalui juru bicara Gedung Putih, Ari Fleischer, Presiden Bush mengungkapkan kemarahan dan kekecewaan yang amat terdalam akan pidato Perdana Menteri Ariel Sharon yang membandingkan kepemimpinan Presiden Bush dengan Neville Chamberlain. Melalui juru bicara Gedung Putih, Ari Fleischer, Presiden Bush pun mengungkapkan bahwasanya pernyataan Perdana Menteri Ariel Sharon adalah sesuatu yang tidak dapat diterima baik oleh Amerika Serikat maupun oleh dirinya; Israel dirasa belum tentu bisa mendapatkan teman yang lebih baik dan lebih kuat dari Amerika Serikat dan teman yang lebih bersahabat dari Presiden Bush.78 Kemarahan Amerika Serikat terhadap Israel disampaikan melalui tiga jalur paralel: melalui panggilan telepon pribadi oleh Menteri Luar Negeri Collin Powell, melalui pesan yang disampaikan oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat di Israel, dan melalui pesan terpisah yang diteruskan oleh Dewan Keamanan Nasional.79
76
Ariel Sharon, “Statement by Israeli Prime Minister Ariel Sharon”, Israeli Ministry of Foreign Affairs, 4 October 2001. Available: http://mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2001/Pages/Statement%20by%20Israeli%20PM%20Ariel%20S haron%20-%204-Oct-2001.aspx (25 April 2014). 77 Suzanne Goldenberg and Julian Borger, “Furious Bush hits back at Sharon”, The Guardian (online), 6 October 2001. Available: http://www.theguardian.com/world/2001/oct/06/israel (25 April 2014). 78 Abrams, pp. 53-54. 79 The Guardian, 6 October 2001.
37 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lobi-lobi canggih pro Israel di Amerika Serikat pun menjadikan hubungan Amerika Serikat – Israel perlahan membaik pada akhir November. Hubungan yang membaik di antara kedua negara salah satunya dilatarbelakangi dengan tuduhan Perdana Menteri Israel terhadap Yasser Arafat sebagai pemimpin “terorisme” dan menyebutnya sebagai hambatan utama dalam penyelesaian konflik Israel – Palestina. Melalui laporan-laporan yang dikumpulkan oleh Israel, Israel pun memberikan pemahaman kepada Presiden Bush bahwasanya pemimpin Palestina Yasser Arafat berada dibalik insiden kontroversial Karine A.80 Hubungan Amerika Serikat – Israel pun menegang kembali setelah respon Perdana Menteri Israel Ariel Sharon mengenai serangan “terorisme” yang semakin meningkat dengan menyatakan bahwasanya negara Israel sedang berada dalam kondisi perang melawan Palestina. Amerika Serikat beserta negara-negara anggota Dewan Keamanan memberikan suaranya dalam pembuatan resolusi akan “penghentian segala aksi kekerasan, termasuk aksi terror” serta mendesak “semua pihak untuk menghentikan segala bentuk kekerasan”. Melalui konferensi pers sesaat setelah proses pemungutan suara oleh Dewan Keamanan berakhir, Presiden Bush secara eksplisit menyampaikan pesannya kepada Perdana Menteri Ariel Sharon, “I understand someone trying to defend themselves and to fight terror, but the recent (Israeli) action aren‟t helpfull”.81 Tekanan Amerika Serikat kepada Israel dapat terlihat pada tanggal 12 Maret 2002, ketika Amerika Serikat
80
Karine A adalah kapal barang bermuatan lima puluh ton senjata dan bahan peledak yang tampaknya berlayar dari Iran ketika tertangkap oleh angkatan laut Israel di Laut Merah. Walaupun belum terbukti benar tidaknya, Israel telah berhasil menjadikan Amerika Serikat merasa pesimis terhadap Yasser Arafat dalam proses perdamaian Israel – Palestina. 81 Bush in Abrams, p. 68.
38 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mendukung resolusi Dewan Keamanan PBB (Resolusi 1937), yang mana dalam hal ini Amerika Serikat secara eksplisit menekankan visi akan adanya pembentukan dua negara, Israel dan Palestina, yang berdiri secara berdampingan satu sama lain.82 Pendirian negara Palestina kemudian menjadi kebijakan utama Amerika Serikat dalam konflik Israel – Palestina. II. 3
Operation Defensive Shield
Konflik Israel – Palestina dalam Intifada Kedua pun semakin memanas pada akhir bulan Maret tahun 2002, ketika serangan bom bunuh diri Hamas terjadi disaat perayaan Perjamuan Paskah Yahudi sedang berlangsung; dan menewaskan tiga puluh orang Israel. Menanggapi serangan bom bunuh diri tersebut Perdana Menteri Israel Ariel Sharon menerapkan hard military solution, yang ia terapkan melalui kebijakan Operation Defensive Shield pada 29 Maret 2002.83 Operation Defensive Shield adalah operasi militer terbesar Israel di wilayah West Bank semenjak perang Israel – Palestina di tahun 1967 terjadi. Tujuan dari Operation Defensive Shield adalah untuk menghentikan serangan “teroris” dengan cara memukul target Palestina, menangkap “teroris”, dan membuatnya hampir tidak mungkin bagi “teroris” untuk dapat merencanakan atau bahkan melakukan serangan kepada Israel.84 Operation Defensive Shield memungkinkan IDF untuk mengendalikan hampir seluruh wilayah Palestina di West Bank guna melemahkan infrastruktur “teror” Palestina dan untuk menghentikan gelombang serangan “teror”. Operation Defensive Shield ini dimulai dengan serangan IDF ke Ramallah dan menjadikan komplek kediaman beserta markas besar pemimpin 82
Abrams, p. 74. Issacharoff and Harel, 30 March 2012. 84 Abrams, p. 72. 83
39 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Otoritas Palestina, Yasser Arafat, berada di bawah pengepungan IDF sepenuhnya.85 Menanggapi operasi militer Israel, tekanan internasional terhadap Israel dengan sangat cepat mengalir berdatangan. Negara-negara Arab pun menuntut Amerika Serikat untuk dapat melindungi pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat, yang dipercaya akan dibunuh oleh Israel. Presiden Bush yang sadar betul bahwa aksi Israel dapat merusak citra Amerika Serikat di mata negara-negara Arab dan dunia Islam serta melemahkan “perang” Amerika Serikat melawan “terorisme”, Presiden Bush meminta Perdana Menteri Ariel Sharon, baik melalui telepon secara langsung maupun melalui publik untuk segera menghentikan pengepungan terhadap pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat.86 Danny Ayalon, Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon pun menjelaskan bahwasanya di era Operation Defensive Shield terdapat beberapa kontak telepon yang terjadi di antara Presiden Bush dan Perdana Menteri Ariel Sharon yang terdengar tidak mengenakkan; terdapat suatu momen ketika Presiden Bush berkata „When I say now, I mean now,‟ setelah hubungan kontak teleponnya dengan Perdana Menteri Ariel Sharon.87 Ayalon melihat itu sebagai hubungan Amerika Serikat – Israel yang paling terburuk selama delapan tahun pemerintahan Amerika Serikat di bawah Presiden Bush; dan Condoleeza Rice menyebutnya “a deepening split with Israel”.88
85
Sharon, p. 521. Abrams, p. 73. 87 Ayalon in Abrams, p. 72. 88 Rice in Abrams, p. 73. 86
40 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada 4 April 2002, Presiden Bush melalui pidatonya secara publik di Rose Garden Gedung Putih menekan pemerintahan Israel di bawah Perdana Menteri Ariel Sharon untuk menghentikan penyerbuan dan mulai menarik pasukannya dari wilayah pendudukan Palestina. “Israeli is facing a terrible and serious challange. For seven days, it has acted to root out terrorist nests. America recognizes Israel‟s right to defend itself from terror. Yet, to lay the foundations of future peace, I ask Israel to halt incursions into Palestinian-controlled area and begin the withdrawal
from
those
cities
it
has
recently
occupied....Storms of violence cannot go on. Enough is Enough.”89 Pada tanggal 6 April 2002, Presiden Bush secara pribadi menghubungi Perdana Menteri Ariel Sharon untuk menarik tentara Israel dan meninggalkan kota-kota di Palestina secepatnya.90 Tidak kunjung menarik diri, Presiden Bush pun kembali mengulang pesannya kepada Israel melalui pidatonya pada tanggal 8 April 2002 dengan menggunakan kata-kata yang lebih keras. “I meant what I said to the Prime Minister of Israel. I expect there to be withdrawal without delay... I repeat, I meant what I said about withdrawal without delay.”91 Pernyataan Presiden Bush ini pun diperjelas oleh Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Condoleeza Rice, melalui wawancaranya
kepada wartawan, “‟tanpa
penundaan‟ berarti tanpa penundaan. Yaitu sekarang.”92 89
Bush in Abrams, p. 73. Sharon, p. 522. 91 George W. Bush, “President Emphasizes Message to Middle East”, The White House: President George W. Bush, 8 April 2002. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/04/20020408-1.html (26 April 2014). 90
41 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tekanan dunia internasional terhadap Israel tidak hanya datang dari Amerika, akan tetapi juga dari Uni Eropa, Rusia, dan PBB yang kemudian terbentuk kedalam „Quartet‟ untuk memediasi proses negosiasi perdamaian Timur Tengah. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan melalui teleponnya kepada Perdana Menteri Ariel Sharon mengungkapkan bahwasanya kebijakan Israel telah mengikis moral serta posisi politik Israel di mata dunia, oleh karena itu Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan pun mendesak Israel untuk menarik mundur seluruh tentara militernya dari wilayah pendudukan Palestina.93 Tekanan terhadap Israel pun datang dari Perdana Menteri Spanyol Jose Maria Aznar yang juga menjabat sebagai Presiden Uni Eropa, melalui surat kenegaraan yang meminta Israel untul menarik pengepungan terhadap markas besar Yasser Arafat di Ramallah, menarik mundur seluruh tentara Israel dari Ramallah, dan menerapkan gencatan sejata dengan segera. Selain melalui surat kenegaraan, terjadi pula ketegangan di antara keduanya melalui percakapan di telepon:94 Aznar: “You said no to everything and even asked for several things. The European public is growing more and more hostile; the European states will not be able to buy you more time. The states have a problem with public opinion.” Sharon: “we have problem with fatalities....” Aznar: “Arafat is humiliated by the siege... If the operation continues – the situation will worsen 92
Rice in Mearsheimer and Walt, p. 208. Sharon, p. 525-526. 94 Sharon, p. 530-532. 93
42 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sharon: “it cannot get any worse” Aznar: “Israel has the right to defend itself, but what is the political plan?... I am going to visit Arafat.” Sharon: “we would be happy for your visit, but at this point such a visit to Arafat is problematic. Not right now.” Aznar: “Yes right now. For the representative of the European Union. We oppose terror, but we oppose your policies.” Pada tanggal 18 April 2002, Presiden Bush bersama Menteri Luar Negeri Collin Powell di depan pers mengungkapkan beberapa pesan kepada dunia internasional dan Israel: “Israel started withdrawing quickly after our call from smaller cities on the West Bank. History will show that they‟ve responded... And as the Prime Minister said, he gave me a timetable and he‟s met the timetable... I do believe Ariel Sharon is a man of peace.”95 Setelah ucapannya di depan pers, secara pribadi Presiden Bush pun segera menghubungi Perdana Menteri Ariel Sharon melalui telepon untuk tidak mengecewakannya dan bertindak seperti yang telah ia ucapkan dalam statemennya di depan pers. “You better live up to that. You know I‟m going out on limb for you; you better live up to that.”96
95
George W. Bush, “President Bush, Secretary Powell Discuss Middle East”, The White House: President George W. Bush, 18 April 2002. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/04/20020418-3.html (26 April 2014). 96 Bush in Abrams, p. 81.
43 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Kondisi Intifada Kedua yang sangatlah kompleks serta ketegangan di antara Israel dan Palestina yang tak kunjung membaik menjadikan Putra Mahkota Saudi Arabia Pangeran Abdallah merasa perlu untuk melakukan sesuatu dengan menghadiri undangan Presiden Bush, mengunjungi kediamannya di Texas secara pribadi pada 25 April 2002.97 Melalui kunjungannya, Putra Mahkota Saudi Arabia Pangeran Abdallah sebagai pemimpin salah satu negara Arab mengungkapkan perasaan bangsa Arab yang merasa terhina dengan bagaimana tentara Israel mengepung markas besar pemimpin Arab seperti Yasser Arafat di tanah kediamannya sendiri. Pangeran Abdallah pun menuntut Presiden Bush untuk melakukan sesuatu dengan mengangkat teleponnya dan menginstruksikan Perdana Menteri Ariel Sharon untuk menarik mundur IDF beserta persenjataan militernya dan memungkinkan Arafat untuk dapat bergerak bebas.98 Pangeran Abdallah dalam kunjungannya pun menolak penjelasan Presiden Bush bahwasanya hal tersebut adalah sesuatu yang mustahil, bahwa Amerika Serikat tidak memiliki kemampuan dan kewenangan untuk memerintahkan Israel sesuai kehendaknya. Pangeran Abdallah secara tegas mengancam dan menekankan kepada Presiden Bush bahwasanya perlakuan terhadap Arafat akan sangat dapat mempengaruhi hubungan di antara Amerika Serikat dan Saudi Arabia.99 Kondisi krisis ini kemudian digambarkan oleh Presiden Bush sebagai, “America‟s pivotal relationship with Saudi Arabia was about to be seriously ruptured”.100 Kondisi yang mengancam hubungan Amerika Serikat dan Saudi Arabia yang tentu juga akan mengancam kepentingan Amerika Serikat, War on Terrorism di Timur 97
George W. Bush, Decision Points, Crown Publishers, New York, 2010, p. 671. Abrams, p. 82. 99 Abrams, pp. 82-83. 100 Bush, p. 673. 98
44 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Tengah, memaksa Presiden Bush secara pribadi melalui telepon menghimbau Perdana Menteri Ariel Sharon dengan tegas untuk mengakhiri kebijakan Israel yang ofensif.101 Melalui tekanan Amerika serikat kemudian pada tanggal 21 April 2002, Israel pun mengumumkan penghentian secara resmi kebijakan Operation Defensive Shield102 dan pada tanggal 28 April 2002 kabinet Israel memutuskan untuk menarik persenjataan militer Israel dari komplek Muqata Ramallah dan membebaskan pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat dari pengepungan IDF.103 Membebaskan
pemimpin
Otoritas
Palestina
Yasser
Arafat
dari
pengepungan IDF bukanlah menjadi akhir dari konflik Israel – Palestina dalam Intifada Kedua. Baku tembak serta serangan bom bunuh diri yang terus terjadi menjadikan Israel di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon membangun tembok pembatas sepanjang 400 kilometer di antara Israel dan Palestina pada 15 Juni 2002,104 guna menghalangi serangan bom bunuh diri masuk ke wilayah Israel. Akan tetapi, tembok pembatas yang dibangun untuk memisahkan wilayah Israel dan Palestina, telah dibangun di area yang tidak melewati garis hijau – garis pembatas antara wilayah Israel dan Palestina atau dengan kata lain, tembok pembatas dibangun di dalam wilayah Palestina. Kebijakan Perdana Menteri Ariel Sharon dalam membangun tembok pembatas sangatlah ditentang dan mendapat protes keras dari dunia internasional oleh karena tembok pembatas yang semakin memperkecil wilayah Palestina serta memisahkan warga Palestina dari warga Palestina lainnya. 101
Bush, p. 672. Mearsheimer and Walt, p. 210. 103 Abrams, p. 84. 104 Abrams, p. 85. 102
45 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Konflik di antara Israel dan Palestina dalam Intifada Kedua yang tak kunjung usai serta tekanan internasional yang juga tak kunjung mereda, Perdana Menteri Inggris, Tony Blair dalam hal ini memiliki peran besar dalam menekan Israel melalui Amerika Serikat. Menurut Perdana Menteri Tony Blair, apabila Amerika Serikat ingin melakukan aksi melawan Iraq, maka harus ada “proses perdamaian” Israel – Palestina yang dapat dipercaya.105 Menteri Luar Negeri Collin Powell pun menekankan hal yang serupa kepada Wakil Presiden Amerika Serikat Dick Cheney, bahwasanya menekan Israel untuk mecapai proses perdamaian adalah suatu yang krusial untuk mencapai kepentingan Amerika Serikat di Iraq. “You‟re dreaming if you don‟t think the Arab-Israeli conflict is central to the region – central to whatever we want to do in Iraq. Don‟t underestimate the centrality of this crisis. If you want to do anything in Iraq, you need an Israeli-Palestinian peace process.”106 Konflik Israel – Palestina yang krusial dengan ditambah sikap pemisis Amerika Serikat terhadap pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat setelah peristiwa kapal Karine A, menjadikan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Bush merasa perlu untuk menekankan kembali kebijakannya akan pendirian
negara
Palestina
dengan
merubah
permainan
dengan
tidak
menghandalkan pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat. Presiden Bush berpandangan bahwasanya negara Palestina yang demokratik dan pemimpin baru dalam Palestina adalah satu-satunya cara untuk mencapai perdamaian abadi.107 105
Blair in Abrams, pp. 87-88. Powell in Abrams, p. 80. 107 Bush, p. 676. 106
46 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada 24 Juni 2002, Presiden Bush pun mengungkapkan visinya secara publik akan dua negara yang berdiri berdampingan satu sama lain secara damai dan tentram.108 “My vision is two states, living side by side, in peace and security. There is simply no way to achieve that peace until all parties fight terror. Peace requires a new and different Palestinian leadership, so that a Palestinian state can be born...”109 Pidato Presiden Bush ini tentu telah memberi angin segar kepada Israel; akan tetapi tidak bagi dunia internasional, PBB, negara Arab, dan Uni Eropa. Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan sangat menentang gagasan Presiden Bush yang ingin menggantikan Yasser Arafat sebagai pemimpin Otoritas Palestina. Menteri Luar Negeri Perancis pun menanggapi pidato Presiden Bush dengan mengekspresikan ketakutannya akan Amerika Serikat menjadi satu-satunya aktor utama dalam Timur Tengah.110 Pernyataan Presiden Bush ini pun ditentang oleh sekutu terdekatnya, Perdana Menteri Tony Blair. Menanggapi protes internasional mengenai pidato Presiden Bush pada 24 Juni 2002, Amerika Serikat bersama PBB, negara-negara Uni Eropa, negaranegara Arab, dan institusi internasional seperti World Bank yang tergabung dalam Quartet, merumuskan Roadmap Peace sebagai tahapan awal dalam usaha pembentukan negara Palestina.111
108
Abrams, pp. 94-97. Geroge W. Bush, “President Bush Calls for New Palestinian Leadership”, The White House: President George W. Bush, 24 June 2002. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/06/20020624-3.html (26 April 2014). 110 Sharon, p. 545. 111 Abrams, p. 110. 109
47 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Di pertengahan bulan Oktober 2002, Perdana Menteri Ariel Sharon mengunjungi Gedung Putih untuk yang ketujuh kalinya dari total dua belas kali kunjungan ke Gedung Putih selama menjadi Perdana Menteri Israel, 112 dan pada saat kunjungan itu pula Amerika Serikat memberi kejutan kepada Israel.113 Saat itu teks Roadmap Peace sedang dalam proses pengembangan tanpa ada peran Israel di dalamnya, bahkan Israel tidak mengetahui sama sekali keikutsertaan Amerika Serikat sebagai aktor utama dalam perumusan Roadmap Peace. Tepat sebelum pertemuan di antara Presiden Bush dan Perdana Menteri Ariel Sharon di ruang kerja oval Gedung Putih, Steve Hadley wakil dari Menteri Pertahanan Condoleeza Rice, menyerahkan beberapa lembar draft Roadmap Peace kepada Dov Weissglass dan Shalom Tourgeman, dua orang terdekat Perdana Menteri Ariel Sharon yang paling berpengaruh dalam negosiasi dan diplomasi dengan Amerika Serikat, untuk melihat draft Roadmap Peace yang telah dipersiapkan oleh Amerika Serikat bersama negara-negara yang tergabung dalam Quartet.114 Keduanya pun kemudian kembali ke Blair House, president guest house di seberang Geduh Putih – tempat di mana Ariel Sharon tinggal selama berkunjung ke Washington, untuk mendiskusikannya dengan Duta Besar Israel untuk Amerika Serikat, Danny Ayalon dan delegasi Israel lainnya.115 Mereka pun kemudian memberitahukan Perdana Menteri Ariel Sharon akan isi draft Roadmap Peace yang memberikan banyak kerugian bagi Israel. Setelah membaca draft Roadmap Peace serta mendengarkan semua komentar, Perdana Menteri Ariel Sharon memutuskan untuk tidak merespon draft 112
Sharon, p. 585. Abrams, p. 113. 114 Abrams, p. 113. 115 Abrams, p. 113. 113
48 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Roadmap Peace saat itu juga. Perdana Menteri Ariel Sharon perlu membawa draft Roadmap Peace tersebut ke Israel untuk dibahas, oleh karena draft tersebut bukan menjadi bagian dari kunjungan Perdana Menteri Ariel Sharon ke Washington.116 Roadmap Peace tentu adalah sesuatu yang sangat mengejutkan bagi Israel oleh karena sifatnya yang sepihak tanpa melibatkan Israel di dalamnya dan dirasa tidak menggambarkan gagasan yang ada pada pidato Presiden Bush di tanggal 24 Juni 2002. Hal tersebut terlihat dari jawaban Dov Weissglass ketika Steve Hadley mencoba menanyakan respon Israel mengenai Roadmap Peace. “Look, it‟s a six-page document. For you it‟s six pages. For us it‟s our life. It‟s our future. So we need to examine it, and cannot give you any response to it now.”117 II.4
Roadmap Peace
Roadmap Peace yang secara formal berjudulkan, A Performance-Based Roadmap to a Permanent Two-State Solution to the Israel – Palestinian Conflict, bertujuan untuk mendirikan sebuah negara Palestina. Tujuan untuk mencapai sebuah negara Palestina tercantum jelas pada pembukaan draft Roadmap Peace: “The destination is a final and comprehensive settlement of the Israeli-Palestinian conflict by 2005, as presented in President Bush‟s speech of 24 June.”118 Isi draft Roadmap Peace tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan pidato Presiden Bush pada 24 Juni 2002. Terdapat tiga fase di dalam Roadmap Peace
116
Abrams, p. 114. Weissglass in Abrams, p. 114. 118 Roadmap Peace Plan, “A Performance-Based Roadmap to a Permanent Two-State Solution to the Israel-Palestinian Conflict”, United Nations, 2002. Available: http://www.un.org/News/dh/mideast/roadmap122002.pdf (29 April 2014). 117
49 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
untuk mencapai perdamaian. Pertama, kekerasan dan “terorisme” Palestina harus dihentikan; kedua, akan ada konstitusi baru Palestina dan adanya pemilihan umum yang demokratis; ketiga, Israel akan menarik diri dari wilayah-wilayah Palestina di West Bank, dan Israel akan menghentikan seluruh aktivitas penyebaran kependudukan serta membongkar pembangunan pemukiman yang terjadi setelah Maret 2001.119 Proses pengimplementasiannya kemudian bertahap dari satu fase ke fase berikutnya. Draft akhir Roadmap Peace telah selesai disusun pada musim gugur tahun 2002; Israel pun tidak menanggapinya melalui komen resmi pemerintahan, akan tetapi dengan permohonan untuk adanya pengunduran tanggal penerbitan teks Roadmap Peace. Permohonan pengunduran tanggal penerbitan teks Roadmap Peace oleh Israel dilatarbelakangi oleh situasi politik domestik yang sedang tidak stabil ditandai dengan keluarnya Partai Buruh dari barisan koalisi Perdana Menteri Ariel Sharon yang disebabkan oleh konflik anggaran. Sehingga Perdana Menteri Ariel Sharon berpandangan bahwasanya mengangkat isu Roadmap Peace akan semakin memperburuk situasi politik domestik serta akan merugikannya di pemilihan umum tahun 2003. Tanpa adanya perdebatan, pemerintahan Presiden Bush dan Quartet pun menyetujui penundaan tanggal terbit teks Roadmap Peace yakni hingga Israel memiliki pemerintahan yang baru.120 Ariel Sharon pun terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Israel pada 29 Januari 2003 dengan mengalahkan lawan politiknya dari Partai Buruh. Pada akhir Februari 2003 Perdana Menteri Ariel Sharon memperkenalkan kabinet barunya ke
119 120
Roadmap Peace Plan Abrams, p. 121.
50 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Knesset; termasuk di dalamnya adalah Benjamin Netanyahu sebagai Menteri Keuangan dan Ehud Olmert sebagai Menteri Perdagangan dan Industrial, dengan merangkap jabatan sebagai wakil Perdana Menteri.121 Pada saat yang bersamaan Perdana Menteri Ariel Sharon mengirimkan ketua staf Israel, Dov Weissglass ke Washington untuk melakukan negosiasi serta menyampaikan beberapa kondisi dalam menerima Roadmap Peace122, dalam hal ini keraguan Israel terhadap pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat sangatlah besar, oleh karena penolakannya untuk melakukan perubahan dalam konstitusi Palestina seperti yang ada pada Roadmap Peace.123 Melalui tekanan Eropa, pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat pun menyetujui dan memperbolehkan adanya penunjukan Perdana Menteri Palestina, yang mana kemudian dijabat oleh Mahmud Abbas atau yang dikenal dengan “Abu Mazen”.124 Condoleeza Rice memandang keputusan tersebut sebagai suatu kemajuan besar dalam usaha perdamaian. Bagi Presiden Bush, reformasi di Palestina menjadi persoalan yang sangat fundamental. Presiden Bush percaya bahwasanya Israel akan mendukung solusi dua-negara apabila pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat tidak diikutsertakan dan digantikan dengan struktur politik Palestina yang baru.125 Penerbitan teks formal Roadmap Peace kembali ditunda. Uni Eropa dan Amerika Serikat menyetujui adanya penundaan penerbitan teks formal Roadmap Peace hingga pemimpin Otoritas Palestina, Yasser Arafat menepati janjinya dan Perdana Menteri Palestina diposisikan pada tempatnya.
121
Sharon, pp. 578-579. Dan, p. 219. 123 Abrams, p. 136. 124 Abrams, p. 137. 125 Abrams, p. 138. 122
51 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Pada 19 Maret 2003, sehari sebelum invasi Amerika Serikat ke Iraq, pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat pun akhirnya tunduk pada tekanan internasional dengan menyetujui penunjukan Mahmud Abbas sebagai perdana menteri dari Otoritas Palestina.126 Pada pertemuan Gedung Putih yang dipimpin oleh Condoleeza Rice pada tanggal 9 April dan 11 April 2003, Condoleeza Rice menekankan pada proses perdamaian Israel – Palestina setelah perang Iraq selesai. “we‟ve broken the Middle East with this war, and now we need to show we know how to put it together again. The Israeli-Palestinian conflict is at the center of this effort.”127 Kekuatan tekanan Amerika Serikat lebih terlihat pada Saddam Hussein daripada melawan Yasser Arafat. Mahmud Abbas telah ditunjuk untuk menempati posisi Perdana Menteri Palestina, akan tetapi pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat menghalangi kemampuan Mahmud Abbas sebagai Perdana Menteri Palestina untuk memilih kabinetnya. Pada 14 April 2003, Presiden Bush kembali menghubungi Presiden Hosni Mubarak dan Putra Mahkota Saudi Arabia, Pangeran Abdallah, meminta bantuan keduanya untuk menekan pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat agar menyerah dengan memberikan otoritas kepada Perdana Menteri Mahmud Abbas.128 Melalui tekanan yang diberikan oleh Uni Eropa dan negara-negara Arab, pada 29 April 2003 pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat melantik Perdana Menteri Palestina Mahmud Abbas
126
CNN Library, “Yasser Arafat Fast Facts” (online), CNN, 8 November 2013. Available: http://edition.cnn.com/2013/09/10/world/meast/yasser-arafat-fast-facts/ (30 April 2014). 127 Abrams, p. 142. 128 Abrams, p. 143.
52 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
beserta kabinet barunya. Teks formal Roadmap Peace pun kemudian diterbitkan pada 30 April 2003.129 Setelah Otoritas Palestina memiliki pemimpin baru dengan ditunjuknya Perdana Menteri Palestina Mahmud Abbas, Presiden Bush mengirim Steve Hadley dan Elliott Abrams pada 1 Mei 2003130 ke Israel untuk melihat dan memastikan Perdana Menteri Ariel Sharon benar-benar ingin melangkah ke arah perdamaian. Dalam perjalanan tugas menemui Perdana Menteri Ariel Sharon, Steve Hadley berinisiasi untuk melakukan pengertian mendalam terhadap sosok Ariel Sharon. “Instead of the usual 45-60 minute meetings in his office, let‟s really listen to him. Let‟s go to his residence for some sessions that can last for hours and hours. Let him talk, let him explain himself. This is a man who has been a war hero and a pariah. This guy is one of the last of his generation of leaders. Let‟s hear him out.”131 Strategi pendekatan Steve Hadley pun berhasil; di tambah dengan apresiasi Presiden Bush terhadap Perdana Menteri Ariel Sharon dan hubungan dekat Condoleeza Rice dan Elliott Abrams dengan Dov Weissglass, pertemuan oleh Steve Hadley dan Elliot Abrams telah membantu untuk meyakinkan Perdana Menteri Ariel Sharon bahwasanya Presiden Bush dan orang-orangnya adalah berbeda, bahwasanya mereka benar-benar ingin memahami Israel. Elliott Abrams melalui bukunya pun memberikan gambaran kepribadian Perdana Menteri Ariel Sharon yang sangat suka apabila ia disukai; menurutnya di bawah eksterior kasar sosok, Ariel Sharon adalah seseorang yang peduli apa yang orang pikirkan 129
Sharon, p. 586. Sharon, p. 587. 131 Hadley in Abrams, p. 144. 130
53 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
mengenai dirinya, yang dapat terluka, yang menanggapi bentuk penghormatan dan kasih sayang. Pada pertemuan itu pula, Steve Hadley memberikan surat Presiden Bush kepada Perdana Menteri Ariel Sharon, yang berisikan ucapan terima kasih karena telah bersedia untuk mengambil resiko demi perdamaian. Setelah membaca surat Presiden Bush, Perdana Menteri Ariel Sharon memberikan monolog panjang mengenai pandangannya tentang Israel, situasi yang dihadapi Israel, dan permintaan Internasional terhadap Israel. “I took risks personally, but never took any risks with the security of the State of Israel. I appreciate Arab promises but will take seriously only tangible performance. For tangible performance I will take tangible steps.... I am a Jews above all. After what happened in the past, I will not let the future of the Jewish people depend on anyone, even our closest friends...”132 Pada 20 Mei 2003, Presiden Bush menghubungi Perdana Menteri Mahmud Abbas dan mengungkapankan bahwasanya Amerika Serikat akan mendukung Perdana Menteri Mahmud Abbas apabila ia berkehendak menyelesaikan permasalahan “terorisme” Palestina.133 Pada hari yang sama Presiden Bush pun menghubungi Perdana Menteri Ariel Sharon dan mengungkapkan pandangannya akan Perdana Menteri Palestina Mahmud Abbas. Bush: “The United States would never jeopardize Israeli security, but we should help Abu Mazen; there is a chance for progress”
132 133
Sharon in Abrams, p. 144-145. Abrams, p. 152.
54 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sharon: “Not if the terror continues; and Abu Mazen, whatever his intentions, was doing nothing to stop it” Bush: “Well, he just got there; he means well and we should help him succeed” Sharon: “I would not compromise on security” Bush: “I agreed, but we had a chance to marginalize Arafat now if we could empower Abu Mazen. You can be a man of security and a man of peace.”134 Pada 25 Mei 2003, pemerintahan Israel pun menyetujui Roadmap Peace dengan hasil pemilihan di Knesset: 12 memilih mendukung, 7 memilik menolak, dan 4 memilih abstain.135 Hal tersebut menandai untuk pertama kalinya dalam sejarah, bangsa Yahudi menyetujui prinsip pendirian negara Palestina. Kabinet Perdana Menteri Ariel Sharon menerima Roadmap Peace dengan beberapa persyaratan, akan tetapi perasaan Perdana Menteri Ariel Sharon yang sebenarnya digemakan oleh Uri Dan dengan mengatakan bahwasanya Perdana Menteri Ariel Sharon mencoba untuk menerima “Roadmap Shmord Map”.136 Walaupun Perdana Menteri Ariel Sharon melihat Roadmap Peace adalah suatu usaha yang sia-sia, ia tidak menampiknya begitu saja. Hal tersebut dikarenakan hubungan Amerika Serikat dan Israel yang sangatlah dekat, “I will not harm the deep strategic understandings with the United States, and the special relationship formed with the American administration”.137 Perdana Menteri Ariel Sharon adalah seorang pragmatis yang paham bahwa Amerika Serikat adalah kepala 134
Bush and Sharon in Abrams, pp. 152-153. Dan, p. 220. 136 Yael S. Aronoff, “Warfare to Withdrawal: The Legacy of Ariel Sharon”, Israel Studies, vol. 15, no. 2, 2010, p. 161. 137 Ariel Sharon in Aronoff, p. 161. 135
55 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
polisi dunia dan Israel tentu sangat membutuhkan bantuan Amerika Serikat, “We have only one friend in the world......The plan will allow us to harmonize our position with that of the United States”.138 Presiden Bush, Perdana Menteri Ariel Sharon, Perdana Menteri Mahmud Abbas, dan petinggi negara-negara Arab lain bertemu bersama pada 4 Juni 2003 di Konferensi Aqaba, Jordan, membahas proses perdamaian seperti yang tercantum dalam Roadmap Peace.139 Sebelum pertemuan tersebut berlangsung, Presiden Bush melakukan pertemuan secara rahasia dengan Perdana Menteri Ariel Sharon dan Perdana Menteri Mahmud Abbas secara terpisah. Sebelum pertemuan pribadinya dengan Perdana Menteri Mahmud Abbas, Presiden Bush bertemu dengan Perdana Menteri Ariel Sharon yang saat itu hanya ditemani oleh Dov Weissglass. Bush: “ I called you a man of peace, I meant it, and today you are proving me right... I am never going to deal with him (Yasser Arafat). He is no good; he has failed. Do not worry about that (Israeli Security); in fact, if you are really worried about my commitment to Israel‟s security, which you keep mentioning over and over, take your plane and go home.”140 Perdana Menteri Ariel Sharon dalam pertemuan rahasia dengan Presiden Bush tidak lupa mengucapkan terima kasih karena telah memanggilnya dengan sebutan man of peace. Perdana Menteri Ariel Sharon mengungkapkan pula bahwa perdamaian adalah tujuannya. Akan tetapi menurutnya perdamaian dan keamanan 138
Ariel Sharon in Dan, p. 237. CNN, “Sharon, Abbas Pledge Action at Summit” (online), CNN, 4 June 2003. Available: http://edition.cnn.com/2003/WORLD/meast/06/04/bush.jordan/ (30 April 2014). 140 Bush in Abrams, pp. 160-161. 139
56 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Untuk perdamaian yang sejati dan perdamaian yang dapat membawa keamanan, ia siap untuk mengambil “kompromi yang menyakitkan”. Perdana Menteri Ariel Sharon kemudian kembali menekankan bahwasanya Palestina harus memahami apabila “teror” tetap berlanjut, maka Palestina tidak akan mendapatkan apa-apa. Mendengar pernyataan Perdana Menteri Ariel Sharon, Presiden Bush tidak membantahnya, akan tetapi menanyakan kembali akan bagaimana proses dapat bergerak maju, “how could we make this work?”141 Perdana Menteri Ariel Sharon yang telah lama menolak Roadmap Peace, kemudian mengadopsi tahapan-tahapannya dalam menjawab pertanyaan Presiden Bush. Sharon: “If the terror ends in Phase I, we will move to an „interim‟ Palestinian state in Phase II and then can begin discussing the final phase”142 Perdana Menteri Ariel Sharon dalam hal ini secara jelas telah memahami apa yang dimaksud dengan kedekatan pada sebuah negara Palestina, dimana dengan sangat menyakitkan ia harus melakukan penghapusan pemukiman yang selalu disebut sebagai “kota Israel”. Di sisi lain, terdapat serangan serius di Palestina yang menentang penyataan Perdana Menteri Mahmud Abbas di Aqaba. Setelah dua hari pertemuan di Aqaba, pemimpin Hamas Abdel Aziz Rantisi mengkritisi Perdana Menteri Mahmud Abbas dan berkata bahwasanya tidak akan ada perdamaian sampai
141 142
Bush in Abrams, p. 161. Sharon in Abrams, p. 161.
57 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
zionisme dimusnakan dari tanah Palestina.143 Pada 12 Juni 2003, Israel mencoba melakukan pembunuhan terhadap Rantisi yang dianggap bertanggug jawab pada penyerangan “teror” yang terjadi pada 8 Juni 2003. Hal tersebut menimbulkan komen tajam dari Presiden Bush kepada pemerintahan Israel: “I am troubled by the recent Israeli helicopter gunship attacks. I regret the loss of innocent life. I‟m concerned that the attack will make it more difficult for the Palestinian leadership to fight off terrorist attacks. I also don‟t believe the attacks help the Israeli security.”144 Israel diminta untuk berhati-hati dalam bertindak. Amerika Serikat menekan Perdana Menteri Mahmud Abbas untuk segera mengatur kendali pasukan keamanan dan menggunakannya untuk menghentikan aksi “teror”. Melalui teleponnya dengan Condoleeza Rice, Perdana Menteri Mahmud Abbas memberikan sebuah proposal yang menekankan perlunya IDF untuk menarik diri dari Gaza dan akan digantikannya dengan tentara keamanan Palestina. 145 Israel melalui tekanan Amerika Serikat pun menyetujuinya dengan ditandai penarikan IDF dari Gaza pada 27 Juni 2003.146 Pada akhir Juni 2003, Condoleeza Rice melakukan kunjungan ke Israel. Pesan utama dalam kunjungannya kepada Perdana Menteri Ariel Sharon adalah untuk memberikan Otoritas Palestina kesempatan; Perdana Menteri Ariel Sharon pun menyetujuinya – akan tetapi hanya dalam kurun waktu tertentu. Dalam
143
BBC, “Profile: Hamas Leader Rantissi” (online), BBC, 17 April 2004. Available: http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/2977816.stm (30 April 2014). 144 Bush in Abrams, p. 166 145 Abbas in Abrams, p. 166. 146 Abrams, p. 168.
58 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kunjungannya, Condoleeza Rice juga mengangkat isu tembok pembatas yang dibangun oleh Perdana Menteri Ariel Sharon.147 Rice: “We are very concern about the fence. The plans show it going farther and farther in the West Bank, cutting off Palestinian villages and lands. It would be a real problem and would not help security because it would undercut political progress. It looks like it will be a huge political problem in the United States, and we cannot and will not remain silent if the fence cuts Palestinian lands and villages” Sharon: “the only goal is to stop terror. We have to defend ourselves” Rice: “You need to defend yourselves, but we are all going to try to deal with terrorism another way, to get the Palestinian to be active against terrosism. If the political situation is made more difficult by the route of the fence, we all lose.” Sharon: “We hope the United States will understand our problems and not pressure us not to defend ourselves.” Setelah kunjungan Condoleeza Rice, pada 25 Juli 2003, Perdana Menteri Mahmud Abbas mengunjungi Washington untuk pertama kalinya sebagai Perdana Menteri Palestina. Melalui kunjungannya Perdana Menteri Mahmud Abbas menyampaikan bahwasanya demi perdamaian dan demi masa depan Palestina dan generasi Israel, ia meminta segala bentuk aktivitas pemukiman untuk dihentikan saat itu juga, tembok pembatas oleh Israel harus dihancurkan, dan tahanan
147
Rice and Sharon in Abrams, pp. 169-170.
59 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Palestina harus dibebaskan.148 Empat hari setelah kunjungan Perdana Menteri Mahmud Abbas, Perdana Menteri Ariel Sharon mengunjungi Washington pada 29 Juli 2003. Dalam pertemuan kedua kepala negara, Presiden Bush menekan Israel secara halus melalui pidato dengan menekankan bahwasanya untuk mencapai perdamaian, pemimpin dari semua pihak harus melakukan tanggung jawabnya. Perlu ada progres nyata untuk menuju solusi dua negara. Presiden Bush mendorong Perdana Menteri Ariel Sharon untuk mengambil langkah lebih jauh untuk meningkatkan kondisi yang dihadapi Palestina. Presiden Bush menekankan juga bahwasanya baik Israel dan Palestina, keduanya memiliki hak untuk hidup normal, bebas dari takut, bebas dari benci dan kekerasan, dan bebas dari gangguan.149 Presiden Bush juga mendesak Perdana Menteri Ariel Sharon untuk secara hati-hati mempertimbangkan semua konsekuensi dari tindakan Israel dalam perjalanan menuju perdamaian.150
148
Mahmud Abbas, “President Bush Welcomes Prime Minister Abbas to the White House”, The White House: President George W. Bush, 25 Juli 2003. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2003/07/20030725-6.html (30 April 2014). 149 George W. Bush, “President Discusses Middle East Peace with Prime Minister Sharon”, The White House: President George W. Bush, 29 juli 2003. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2003/07/20030729-2.html (30 April 2014). 150 George W. Bush, 29 Juli 2003.
60 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB III ANALISIS KELOMPOK KECIL SEBAGAI SUMBER PERUBAHAN
Pergolakan Intifada Kedua kembali menegang setelah serangan bom bunuh diri oleh pejuang Palestina pada 19 Agustus 2003 di Yerusalem memakan korban 23 warga Israel meninggal dunia dan 100 warga Israel lainnya terluka. 151 Baik Amerika Serikat maupun Israel menjadikan peristiwa tersebut sebagai suatu momentum untuk melihat aksi serta respon Otoritas Palestina di bawah Perdana Menteri Mahmud Abbas dalam menanggapi serangan “terorisme” terhadap Israel. Tidak adanya aksi nyata dari Otoritas Palestina dalam waktu 36 jam setelah terjadinya serangan bom bunuh diri, pemerintah Israel pun bertindak dengan
151
Abrams, p. 178.
61 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
melakukan serangan udara kepada Hamas di kota Gaza serta pembunuhan terhadap pemimpin Hamas, Ismail Abu Shanab pada tanggal 21 Agustus 2003.152 Perdana Menteri yang dibentuk sebagai kunci dalam Roadmap Peace dan perdamaian Israel – Palestina terlihat tidak berdaya dan tidak memiliki kuasa penuh untuk memerintah dan mengontrol Otoritas Palestina. Pada 6 September 2003, dengan menyalahkan Yasser Arafat dan Perdana Menteri Ariel Sharon karena telah meremehkannya, Mahmud Abbas memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Palestina.153 Mundurnya
Mahmud
Abbas
sebagai
Perdana
Menteri
Palestina
menjadikan proses negosiasi terhentikan. Beberapa gabungan masyarakat baik dari Israel dan Palestina bertindak di luar dari kedua pemerintahan untuk memberikan opsi perdamaian yang kemudian tercantum dalam “People‟s Choice Plan” dan “Geneva Initiative”.154 People‟s Choice Plan atau yang dikenal dengan Suara Rakyat adalah bentuk usaha dari Sari Nusseibeh, seorang intelektual Palestina dan Ami Ayalon, seorang mantan komandan angkatan laut Israel yang kemudian menjabat sebagai kepala Shin Bet (organisasi keamanan internal). Suara Rakyat berusaha untuk mendapatkan sebagian besar dukungan warga Israel dan Palestina untuk menandatangani petisi yang berkomitmen pada enam prinsip perdamaian; solusi dua negara, Yerusalem sebagai kota terbuka dan menjadi ibu kota bersama bagi dua negara, perbatasan berdasarkan garis batas pada tahun 1967 dengan saling menyetujui untuk bertukar satu dengan yang lain,
152
Abrams, pp. 179-180. CNN, “Palestinian Prime Minister Abbas Resigns” (online), CNN, 6 September 2003. Available: http://edition.cnn.com/2003/WORLD/meast/09/06/mideast/index.html?_s=PM:WORLD (9 May 2014). 154 Abrams, p. 181. 153
62 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
demiliterisasi negara Palestina, tidak ada “hak kembali” ke Israel bagi para pengungsi Palestina, dan persetujuan ketika kelima kondisi sebelumnya mencapai titik temu maka konflik akan dinyatakan berakhir dan semua klaim dipadamkan.155 Berbeda dengan Suara Rakyat,
Geneva Initiative lebih banyak
mendapatkan publisitas dan menjadi pusat perhatian serta mobilisasi “kamp perdamaian” bagi aliran kiri di Israel. Prinsip-prinsip Geneva Intiative adalah sebagai berikut; solusi dua negara, pertukaran lahan dari satu ke satu yang lain serta wilayah pemukiman Yahudi di Yerusalem Timur akan dianeksasi oleh Israel akan tetapi dengan tetap membuka Kota Tua untuk semua pihak, Angkatan Multinasional dan Grup Verifikasi Internasional bertugas untuk memonitor dan menegakkan ketentuan-ketentuannya, solusi permasalahan akan pengungsi dimungkinkan untuk adanya pergerakan masuk ke Israel, dan Palestina sebagai negara non-militer.156 Dari puluhan penandatangan Israel dan Palestina terdapat beberapa namanama terkemuka yang menandatangani Geneva initiavie, di antaranya adalah: Yasser Abd Rabbo (seorang politikus dan penasehat PLO terkemuka), Yossi Beilin (mantan anggota Knesset dan Menteri Peradilan Israel), David Kimche (seorang pejabat Mossad), Amnon Lipkin Shahak (mantan kepala staff IDF), dan Qaddurah Faris (seorang pemimpin Fatah yang sebelum terpilih kedalam PLC menghabiskan 14 tahunnya dalam penjara Israel). Mereka yang tergabung dalam tim beserta penandatangan yang lain melakukan perjalanan keliling dunia,
155 156
Abrams, pp. 181-182 Abrams, p. 182.
63 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
bertemu dengan pemimpin-pemimpin pemerintahan untuk mempromosikan rancangan mereka. Geneva Initiative sebagai rancangan perdamaian telah mendapatkan banyak dukungan di banyak bagian belahan dunia, termasuk Sekretaris Jenderal PBB Kofi Annan dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Collin Powell. Rancangan ini pun tentu mendapatkan kritik dari aliran kanan Israel
termasuk
Perdana
Menteri
Ariel
Sharon
dan
orang-orang
di
pemerintahannya.157 Presiden Bush yang kembali mencalonkan diri dalam Pemilihan Umum 2004 menjadikannya terlihat sulit untuk dapat menekan Israel oleh karena kepentingannya dalam memperoleh suara dari pemilih Kristen aliran kanan dan Yahudi Amerika. Pada realitanya Geneva Initiative telah menciptakan ketegangan baru dalam hubungan Israel dengan pemerintahan Presiden Bush, yang secara tidak langsung membawa tekanan terhadap Perdana Menteri Ariel Sharon untuk dapat hadir dengan rencana perdamaiannya sendiri.158 Amerika Serikat pada saat yang bersamaan juga memberikan peringatan kepada Perdana Menteri Ariel Sharon mengenai pembangunan tembok pembatas serta perluasan pemukiman Israel di tanah Palestina yang dapat memperlemah pembentukan negara Palestina.159 Melalui pidatonya Presiden Bush memandang Geneva Initiative sebagai suatu usaha yang produktif asalkan tetap berdasarkan pada prinsip Amerika Serikat dalam melawan kekerasan, menjamin keamanan, dan
157
Abrams, p. 183. Chemi Shalev, “Sharon Going on Offensive As Geneva Initiative Gains” (online), The Jewish Daily Forward, 28 November 2003. Available: http://forward.com/articles/7155/sharon-goingon-offensive-as-geneva-initiative-gai/ (18 May 2014). 159 Tony Karon, “Geneva Accord: Political Theater, But Worth Watching” (online), Time, 4 December 2003. Available: http://content.time.com/time/world/article/0,8599,555902,00.html (18 May 2014). 158
64 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menyediakan negara Palestina yang demokratis.160 Pertemuan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Collin Powell, dengan penulis teks Geneva Initiative di Washington menjadi suatu bentuk peringatan terhadap Perdana Menteri Ariel Sharon untuk menahan diri dari tindakan-tindakan merugikan yang dapat memicu Washington untuk memberikan tekanan lebih besar.161 III.1
Peran Kelompok Kecil dalam Perumusan Disengagement Plan
Mundurnya Mahmud Abbas sebagai Perdana Menteri Palestina menjadikan Israel tidak memiliki pasangan dalam melakukan proses perdamaian; sedangkan tekanan domestik maupun internasional untuk adanya proses menuju perdamaian semakin besar ditandai dengan munculnya rancangan-rancangan baru akan perdamaian oleh organisasi diluar pemerintahan Israel dan Palestina. Shalom Tourgeman, penasihat kebijakan luar negeri Perdana Menteri Israel mengungkapkan bahwasanya setelah ditunjuknya Mahmud Abbas sebagai Perdana Menteri Palestina, Perdana Menteri Ariel Sharon telah ingin memberikan kesempatan nyata terhadap proses perdamaian yang diajukan Quartet melalui Roadmap Peace. Akan tetapi kemudian Mahmud Abbas mengundurkan diri dan digantikan oleh Abu Ala‟a yang menerapkan kebijakan berbeda baik dalam domestik maupun terhadap Israel. Baik Dov Weissglass maupun Shalom Tourgeman keduanya telah bertemu dengan Perdana Menteri Abu Ala‟a dalam beberapa kali kesempatan, tetapi berujung pada kesimpulan bahwa kedua belah pihak tidak akan mencapai titik temu dan jalan keluar. Baik Israel maupun Palestina kemudian berada pada
160
Dawn, “Bush backs Powell talk with authors: Geneva Initiative” (online), Dawn, 5 December 2003. Available: http://www.dawn.com/news/128014/bush-backs-powell-talks-with-authorsgeneva-initiative (18 May 2014). 161 Tony Karon, 4 December 2003.
65 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
periode dimana semua proses terhentikan. Selama Sukkot162 berlangsung, 11 – 18 Oktober 2003, negara-negara di Eropa beserta beberapa tokoh Israel dan Palestina mencoba membentuk inisiatif baru, Geneva Initiatives, yang menurut Israel akan membawanya kembali ke masa pemerintahan Presiden Clinton dan permasalahan terakhir saat Camp David mengalami kegagalan pada Juli 2000. Tidak hanya itu, Perdana Menteri Ariel Sharon juga mendapatkan banyak surat dari petugas, pilot, dan para komando Israel yang berisikan mengenai ponalakan mereka untuk melayani penjagaan di wilayah Gaza.163 Situasi yang kesemuanya berada dalam posisi deadlocked
kemudian
membawa Dov Weissglass untuk menemui Perdana Menteri Ariel Sharon dan mengatakan padanya, “Look, if you don‟t want any of those initiatives (Geneva Initiative and People‟s Choice) to take over, you should find another initiative.”164 Menteri Pertahanan Condoleeza Rice, di saat kunjungan Dov Weissglass ke Washington, mengungkapkan bahwa ia tidak mengetahui bagaimana atau kapan atau apa, tapi menurutnya sesuatu harus dilakukan untuk menenangkan situasi Israel – Palestina.165 Sepulang dari Washington, Dov Weissglass merasa perlu untuk mendiskusikan kekhawatiran Amerika Serikat dengan Perdana Menteri Ariel Sharon serta menekannya untuk menarik diri dari Gaza. Dov Weissglas menekankan kepada Perdana Menteri Ariel Sharon bahwasanyaa seluruh struktur yang ada, seluruh Roadmap Peace yang ia banggakan, yang dianggap aset politik paling penting, sedang berada pada posisi bahaya. Lebih dari 100 warga Israel
162
Salah satu hari raya keagamaan kaum Yahudi Tourgeman in Abrams, pp. 191-192 164 Weissglass in Abrams, p. 192. 165 Rice in Abrams, p. 193. 163
66 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menjadi korban di Gaza;166 Perdana Menteri Ariel Sharon pun memahami bahwa Israel tidak dapat tinggal di Gaza dalam jangka panjang; sehingga menurut Dov Weissglass untuk apa mengorbankan rakyat Israel di Gaza? Dan untuk situasi internal, dukungan publik dan opini publik mengenai pemerintah berada dalam bentuk yang paling buruk selama Perdana Menteri Ariel Sharon memerintah.167 Perdana Menteri Ariel Sharon yang paham betul bahwa status quo adalah suatu situasi yang tidak dapat memberikan keuntungan bagi Israel kemudian dalam waktu yang berbeda memanggil Sekretaris Militer Israel, Moshe Kaplinsky. Pada kesempatan itu pun Perdana Menteri Ariel Sharon menanyakan pendapat Moshe Kaplinsky mengenai bagaimana Israel dapat memulai semacam proses ditengah-tengah kemandekan rencana perdamian Roadmap. Moshe Kaplinsky kemudian menanyakan Perdana Menteri Ariel Sharon kembali, apakah ia dapat menyampaikan pendapatnya secara terbuka; sebab Kaplinsky memahami betul bahwa pendapatnya akan membawa kemarahan Perdana Menteri Ariel Sharon. Sharon: “You know, the status quo is very, very bad. The situation, when it‟s frozen, it‟s very, very bad. What do you think? How can we initiate some kind of process?” Kaplinsky: “Can I be open with you?” Sharon: “Sure you can .That‟s why I called you.”
166 167
Weissglass in Abram, p. 193. Weissglas in Abrams, pp 193-194.
67 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Kaplinsky: “Let‟s leave Netzarim.168 Let‟s remove Netzarim. By a small step, you can initiate a process where the entire world will support you and understand that you are serious.”169 Dov Weissglass mengungkapkan bahwasanya putra-putra dari Perdana Menteri Ariel Sharon telah memberikan peran penting sejak awal perumusan kebijakan Disengagement Plan, “The first four people who spoke about „disengagement plan‟ were me, him, and his two children – his two sons.”170 Besarnya pengaruh orang terdekat juga diungkapan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon dalam wawancaranya dengan Uri Dan, “I might listen to the opinion of my son.....or consult various experts. But I alone will make the decisions...”.171 Menanggapi situasi yang stagnan di tengah-tengah tekanan yang tetap mengalir, pada awal bulan Oktober 2003 terdapat diskusi kecil di ruang makan kediaman sekaligus perkebunan Perdana Menteri Ariel Sharon di Kfar Malal.172 Pertemuan di kediaman Perdana Menteri Ariel Sharon ini dihadiri oleh beberapa orang lingkar dalam (inner circle) Perdana Menteri Ariel Sharon seperti: Omri Sharon putra sulung Perdana Menteri Ariel Sharon yang juga anggota Knesset; Gilad Sharon putra bungsu Perdana Menteri Ariel Sharon; Dov Weissglass kepala staf, orang terdekat sekaligus penasihat Perdana Menteri Ariel Sharon serta orang yang paling berpengaruh dalam proses negosiasi dan diplomasi Israel dengan Amerika Serikat; Eyal Arad penasihat strategi Perdana Menteri Ariel Sharon; 168
Pemukiman Israel yang terisolir ditengah-tengah Jalur Gaza; kurang dari seratus keluarga yahudi, akan tetapi beberapa batalion tentara yang berjaga-jaga untuk mengamankan keluarga yahudi yang kurang dari seratus keluarga tersebut. 169 Kaplinsky and Sharon in Abrams, pp. 190-191. 170 Weisglass in Abrams, p. 193. 171 Ariel Sharon in Dan, p. 234. 172 Sharon, pp. 607-608.
68 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Reuven Adler menejer kampanye, eksekutif periklanan, dan teman lama Perdana Menteri Ariel Sharon; dan Yoram Raved pengacara pribadi Perdana Menteri Ariel Sharon. Dalam pertemuan kecil tersebut topik pembicaraan sering diangkat oleh Omri Sharon yang mengarah pada kurang adanya harapan bagi Israel dalam menjalin hubungan dengan Palestina. Di tengah-tengah perbincangan, Gilad Sharon pun kemudian berpaling kepada ayahnya, Perdana Menteri Ariel Sharon, dan mengungkapkan ketidakpahamannya akan posisi Perdana Menteri Ariel Sharon di jalur Gaza yang menurutnya adalah tidak jelas dan tidak sepenuhnya terbentuk. Gilad Sharon berpandangan bahwasanya hidup di jalur Gaza adalah sesuatu yang tidak mungkin dengan kenyataan sehari-hari yang tidak tertahankan, “teror” yang tidak ada henti-hentinya dimana roket, mortir, bom, penembak jitu berkeliaran di jalan-jalan jalur Gaza. Banyak pemukim Israel di Gaza yang meninggal dunia termasuk wanita dan anak-anak. Situasi yang terjadi menurutnya adalah situasi yang tidak memiliki akhir; yang mana dalam waktu jangka panjang hanya akan ada dua kemungkinan yakni: bangsa Israel tidak akan berada di jalur Gaza atau bangsa Palestina yang tidak akan berada di jalur Gaza. Menurut Gilad Sharon, bangsa Israel dan bangsa Palestina tidak dapat hidup bersama di jalur Gaza.173 Ketidakpercayaan Israel terhadap pemimpin Otoritas Palestina Yasser Arafat, menjadikan kemuduran diri Mahmud Abbas dari Perdana Menteri Palestina sebagai momen yang dianggap tidak ada orang yang dapat diajak bicara di pihak Palestina. Gilad Sharon pun menyampaikan pandangannya kepada 173
Sharon, P. 608.
69 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Perdana Menteri Ariel Sharon bahwasanya untuk menghadapi apa yang ada di depan, Israel perlu menempuh jalan melalui pendekatan unilateral, yang mana menurut Gilad Sharon akan membawa posisi Israel ke arah yang lebih baik. “The way forward is via a unilateral approach, actions that will better our position. It doesn‟t matter if it‟s seen as something good or bad for the Palestinians; what‟s important is that it‟s good for us. And for that reason our unilateral approach shouldn‟t be dependent upon any Palestinian actions.”174 Mendengar pandangan Gilad Sharon, mengenai situasi Israel Palestina di tengah-tengah stagnasi dan tekanan internasional, Perdana Menteri Ariel Sharon pun menemukan ketertarikan atas ide Gilad Sharon dan memerintahkan penasihatnya untuk mencatatnya. Sejak saat itu untuk pertama kalinya Perdana Menteri Ariel Sharon secara serius mempertimbangkan evakuasi komunitaskomunitas Israel di Gaza.175 Sesulit resiko serangan “terror” bagi keseluruhan hidup masyarakat Israel, bagi Gilad Sharon konsep hidup saling berdampingan bangsa Yahudi dan Palestina di Gaza adalah suatu hal yang tidak tertahankan. Menurutnya terdapat dua opsi yakni mengevakuasi sekitar satu setengah juta warga Palestina ke tempat lain atau mengevakuasi delapan ribu orang Yahudi dari Gaza.176 Sejak lama telah ada konsesus Israel yang menekankan pada pencapaian kesepakatan damai di antara Israel dan Palestina, ditandai dengan perlunya Israel menarik diri dari Gaza. Maka dari itu menurut Gilad Sharon satu-satunya yang membuat berbeda adalah 174
Sharon, p. 609. Sharon, p. 609. 176 Sharon, p. 609. 175
70 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Israel akan menarik diri hanya pada kerangka kesepakatan bersama dengan Palestina. Pada pertemuan di ruang makan kediaman Perdana Menteri Ariel Sharon tersebut, Dov Weissglass seorang kepala staf, penasihat, orang terdekat Perdana Menteri Ariel Sharon serta orang yang bertanggung jawab dari semua hubungan dengan pemerintah Amerika Serikat, tertarik dengan gagasan penarikan secara unilateral. Eyal Arad pun kemudian turut berkomentar dengan mengatakan bahwasanya “It‟s possible you could do it, but not with this (Israeli) government”.177 Pada 16 Oktober 2003, Gilad Sharon menuliskan kertas posisi dan memberikannya pada Perdana Menteri Ariel Sharon.178 Isi dari kertas posisi Gilad Sharon tidak secara eksplisit menyebutkan penarikan diri atau menspesifikasikan Gaza secara khusus, akan tetapi lebih menguraikan mengenai prinsip tindakan unilateral. Perdana Menteri Ariel Sharon mempertimbangkannya dan menerima ide Gilad Sharon. Perdana Menteri Ariel Sharon paham betul bahwasanya kekuatan internasional tidak akan mentolerir vakumnya hubungan diplomatik visa-vis konflik Israel – Palestina, sedangkan di satu sisi ia pun khawatir dengan adanya pengenalan rencana perdamaia baru, yang berkemungkinan untuk membahayakan Israel dan kepentingannya. Perdana Menteri Ariel Sharon menginginkan Israel untuk dapat memutuskan masa depannya sendiri. Baginya lebih baik menentukan nasib bangsa sendiri dari pada ditentukan oleh pihak eksternal, dan apabila harus ada proses perdamaian, maka proses perdamaian itu
177 178
Arad in Sharon, p. 609. Sharon, p. 610.
71 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
harus berdasarkan Roadmap Peace, dengan mematuhi setiap fase yang ada, dimulai dengan perang melawan “terror”, dan penumpasan organisasi “terror”.179 Dukungan rencana penarikan diri secara unilateral juga diadopsi oleh Eival Gilad, Jenderal IDF yang kemudian memimpin Divisi Perencanaan Strategis IDF. Ketika Roadmap Peace tampak mengalami kemandekan, Eival Giladi bekerja keras untuk mengembangkan alternatif. Ia bersama staf IDF melakukan kesepakatan baik dalam menganalisa serta dalam merencanakan penarikan diri. Eivel Gilad pun turut mengungkapkan pandangannya kepada Perdana Menteri Ariel Sharon, “OK, we understand that we cannot achieve final status agreement. But are we in the best possible point? OK, we move to something which is not perfect, but it‟s much better; politically, security, economically. You know instead of complaining all the time there is no partner, why don‟t we take advantage of the fact that there is no partner and shape the future unilaterally.”180 Menurut Eival Giladi, Perdana Menteri Ariel Sharon dapat melakukan apa saja apabila ia memiliki kekuatan. Akan tetapi apabila Perdana Menteri Ariel Sharon melakukan sesuatu yang benar, yang mana benar secara moral, benar secara legal, masyarakat Israel akan menerimanya dan begitu pula dengan komunitas internasional, dan semuanya akan berjalan baik. Menanggapi situasi yang stagnan ditandai dengan vakumnya hubungan diplomatik Israel – Palestina oleh karena pengunduran diri Mahmud Abbas,
179
Sharon, p. 610. Giladi in Abrams, p. 195.
180
72 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
terdapat respon besar dari pihak internasional, salah satunya dari Amerika Serikat sebagai aktor utama di dalam perumusan Roadmap Peace. Amerika Serikat melalui Condoleeza Rice menanyakan pandangan dan posisi Israel kepada Dov Weissglass, “we need to shake up the dynamics. What might it be? Is anything possible between Israel and Syria?”181 Menanggapi pertanyaan Amerika Serikat, Dov Weissglass pun menyarankan Condoleeza Rice agar mengutus Elliott Abrams ke Roma, Italia untuk bertemu dengan Perdana Menteri Ariel Sharon secara rahasia.182 Dengan tujuan untuk menemukan rencana Perdana Menteri Ariel Sharon dalam menghadapi Syria setelah serangan udara Israel pada “basis pelatihan teroris” Palestina di Damaskus utara183 dan dalam menghadapi Palestina184 paska pengunduran diri Mahmud Abbas, maka Elliott Abrams pun diutus untuk menemui Perdana Menteri Ariel Sharon ke Roma. Kunjungan Perdana Menteri Ariel Sharon ke Roma dari 17 November 2003 hingga tiga hari setelahnya menjadi momen dimana Perdana Menteri Ariel Sharon mendiskusikan rencana pengunduran diri Israel secara unilateral dari Gaza untuk pertama kalinya.185 Pada 18 November Elliot Abrams pun secara rahasia menemui Perdana Menteri Ariel Sharon di hotel dimana ia menginap.186 Menanggapi serangan Israel kepada Syria, Perdana Menteri Ariel Sharon menekankan dalam pertemuannya dengan Elliott Abrams bahwa tidak perduli dengan apapun yang diinginkan oleh Amerika Serikat, Israel tidak akan
181
Rice in Abrams, p. 188. Abrams, p. 188. 183 Chris McGreal, “Israeli Jets Hit Syria Camp in Blast Revenge” (online), The Guardian, 6 October 2003. Available: http://www.theguardian.com/world/2003/oct/06/syria.israel3 (6 May 2014). 184 Abrams, p. 188. 185 Sharon, p. 610. 186 Abrams, p. 188. 182
73 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
bernegosiasi dengan Syria. Menurutnya Israel dan Amerika Serikat harus menangani permasalahan Palestina terlebih dahulu dengan tidak berbalik arah kepada front lain dengan meninggalkan upaya perdamaian dengan Palestina di belakang. “We should stick to the Palestinian issue; Israel cannot take another heavy burden on shoulders. We cannot take it. It would be a major mistake. Don‟t drag Israel now into a new internal struggle. We don‟t trust the Palestinians and we are not sure something will happen. But we have to try and do that.”187 Setelah menanggapi hubungan Israel – Syria, untuk pertama kalinya Perdana Menteri Ariel Sharon mengungkapkan pendekatan barunya dalam menanggapi hubungan Israel – Palestina. “We might say that if it is quiet for a time we will dismantle some settlements. But this dismantlement would not be the product of a negotiation with the Palestinian. I will take these new steps as unilateral steps. I do not want to be in their hands, because they may not perform or there may be acts of terror.”188 Pertemuan di Roma secara rahasia ini kemudian menjadi perkenalan pertama kepada Amerika Serikat dari apa yang kemudian disebut dengan kebijakan Disengagement Plan. Mengkoordinasikan suatu langkah baru dengan Amerika Serikat menjadi sangat penting bagi Perdana Menteri Ariel Sharon. Perdana Menteri Ariel Sharon
187 188
Sharon in Abrams, p. 189. Sharon in Abrams, p. 189.
74 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kemudian mengirim Dov Weissglass ke Washington D.C., dimana Dov Weissglass bertemu dengan Condoleeza Rice dan Elliott Abrams. Dari hasil pertemuannya dengan Condoleeza Rice dan Elliott Abrams, Dov Weissglass menyampaikan kepada Perdana Menteri Ariel Sharon bahwa Amerika Serikat memiliki perhatian utama mengenai penarikan diri secara unilateral dengan mengkhawatirkannya sebagai rencana yang dapat memicu konflik atau bertolak belakang dengan Roadmap Peace atau membahayakan prospek perdamaian kedepannya.189 Selama bulan Desember 2003 dan January 2004, Dov Weissglass bersama dengan Shalom Tourgeman, telah melakukan pembicaraan dengan pejabat senior pemerintahan Amerika Serikat Steve Hadley, Elliott Abrams, dan terkadang juga dengan Condoleeza Rice. Apa yang menjadi sangat jelas dari pembicaraan tersebut yakni Amerika Serikat tidak akan memberikan suatu penghargaan apapun pada inisiatif Israel dan tidak akan mendukung Israel apabila Disengagement Plan tidak mengikutsertakan beberapa wilayah di Judea dan Samaria atau yang kita kenal dengan West Bank.190 Oleh karena itu, Perdana Menteri Ariel Sharon menyadari bahwa kebijakan Disengagement Plan harus mencakup empat pemukiman Israel yang terisolasi di wilayah West Bank. III.2
Window of Opportunity oleh Kelompok Kecil
Dov Weissglass, seorang penasihat terdekat yang juga menjabat sebagai kepala staf dalam pemeritahan Perdana Menteri Ariel Sharon adalah salah satu orang yang menjadi “ujung tombak” dalam membangun hubungan pemerintah Perdana 189 190
Sharon, pp. 611-612. Sharon, pp. 616-617.
75 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Menteri
Ariel
Sharon
dengan
Washington.191
Dov
Weissglass
melalui
wawancaranya dengan jurnalis media Haaretz, Ari Shavit, memaparkan kontradiksi yang sangat tajam antara kebijakan penarikan diri yang diumumkan dengan niatan mengapa rencana penarikan diri menjadi kebijakan alternatif ketika hubungan Israel dan Palestina mengalami kebuntuan dalam proses perdamaian. Mundurnya Mahmud Abbas sebagai Perdana Menteri Palestina pada 2003, membawa pada kesimpulan bahwasanya tidak ada pihak di Palestina yang dapat diajak bicara maupun diajak untuk bernegosiasi. Israel memahami bahwa semua proses mengalami kemandekan. Walaupun Israel membaca posisi Amerika Serikat lebih mempersalahkan Palestina dan bukan kepada Israel, akan tetapi Israel sangat menyadari bahwa keadaan yang mendukung Israel tidak akan bertahan lama; menurutnya Amerika Serikat dan komunitas internasional tidak akan lepas tangan dalam konflik Israel – Palestina. Menurut Dov Weissglass, waktu sedang tidak berpihak pada Israel. Terdapat erosi internasional dengan ditandai adanya Geneva Initiative yang telah mendapatkan banyak dukungan internasional dan erosi internal yang secara domestik, keadaan Israel secara keseluruhan telah mengalami keruntuhan, ditandai dengan stagnasi perekonomian yang diakibatkan oleh konflik kompleks Intifada Kedua. Tidak hanya itu, Perdana Menteri Ariel Sharon juga mendapatkan banyak surat dari petugas, pilot, dan para komando Israel yang berisikan mengenai ponalakan untuk melayani penjagaan di wilayah Gaza. Oleh sebab itu perlu ada inisiatif secara unilateral dari Israel dengan merumuskan kebijakan penarikan diri 191
Anoymous, “Sharon Advisor Dov Weisglass, Remarks on Relations with the United Sates, Disengagement, the Road Map, the Possibilities of a Palestinian State”, Journal of Palestinian Studies, vol. 34, no.2, 2005, p. 203.
76 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
dari seluruh pemukiman di Gaza dan sebagian wilayah pemukiman Israel di West Bank. Hal tersebut menurut Dov Weissglass dikarenakan ketika kita bermain kartu dan tidak ada seorang pun yang duduk di seberang meja kita, maka kita tidak memiliki pilihan lain selain mengocok kembali kartunya sendiri.192 Ketika suatu formula tidak dapat bekerja baik pada suatu realita, kita tidak dapat mengubah realita tersebut akan tetapi kita perlu mengubah formulanya.193 Dov Weissglass mengungkapkan bahwasanya Disengagement Plan dalam rangkaian prinsip adalah suatu bahan pengawet atau formalin. Disengagement Plan digambarkan sebagai botol formaldehida yang diletakkan pada formula kebijakan Presiden Bush sehingga kemudian situasi politik yang dihasilkan akan dipertahankan untuk jangka waktu yang sangat panjang. Disengagement Plan memberikan suatu pengawetan pada kondisi stagnan yang diperlukan untuk kemudian memungkinkan Israel untuk tidak melakukan proses politik dengan Palestina. Disengagement Plan memberikan kemungkinan bagi Israel untuk menempatkan diri secara nyaman dalam kondisi sementara yang menjauhkan Israel sejauh mungkin dari tekanan politik. Menarik diri secara unilateral akan melegitimasi anggapan Israel bahwa tidak ada negosiasi dengan Palestina oleh karena tidak adanya lagi orang di pihak Palestina yang dapat diajak bernegosiasi. Menanggapi situasi yang deadlocked di antara Israel dan Palestina, terdapat keputusan di Israel untuk melakukan sesuatu seminim mungkin agar menjaga situasi politik Israel. Keputusan tersebut memberikan beberapa bukti dalam 192
Ari Shavit, “The Big Freeze” (online), Haaretz, 7 October 2004. Available: http://www.haaretz.com/the-big-freeze-1.136713 (8 May 2014) 193 Shavit, 7 October 2004.
77 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menguntungkan posisi Israel, yang mana secara tidak langsung memaksa dunia untuk berurusan dan menerima inisiatif Israel dengan skenario yang ditulis dalam Disengagement Plan. Disengagement Plan memposisikan Palestina di bawah tekanan yang besar dengan menekan Palestina ke dalam posisi yang paling tidak disukai atau dibenci oleh Palestina. Disengagement Plan menyodorkan Palestina ke dalam situasi dimana mereka harus membuktikan keseriusan mereka. Menurut Dov Weissglass, tidak ada alasan lagi bagi Palestina untuk tidak menuntaskan “terorisme” karena tidak ada lagi tentara Israel yang mengganggu hari-hari rakyat Palestina. Dov Weissglass juga mengungkapkan bahwa Israel mengadopsi keinginan Amerika Serikat untuk memasukkan West Bank dalam Disengagement Plan dengan
pertimbangan
agar
Israel
tidak
disimpulkan
telah
mengakhiri
kewajibannya di Gaza.194 Ia menambahkan bahwasanya Perdana Menteri Ariel Sharon tidak melihat Gaza sebagai kepentingan nasional, akan tetapi melihat Judea dan Samaria atau West Bank sebagai kepentingan nasional Israel dan Perdana Menteri Ariel Sharon memahami bahwa Israel masih akan sangat lama untuk dapat mencapai status final di West Bank. Berkenaan dengan blok pemukiman yang besar, menurut Dov Weissglass Israel perlu berterimakasih pada kebijakan Disengagement Plan, karena untuk pertama kalinya Amerika Serikat memberikan pernyataan bahwa pusat populasi Israel yang berada di wilayah
194
Shavit, 7 October 2004.
78 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
pendudukan Palestina akan menjadi bagian dari Israel dalam perjanjian status permanen.195 Perdana Menteri Ariel Sharon bersama orang-orang terdekatnya paham betul bahwa Disengagement Plan sebagai kebijakan adalah langkah serius yang mana dari 240.000 pemukiman Israel, terdapat 190.000 pemukiman yang tidak akan dipindahkan dari tempat mereka. Dov Weissglass menyatakan bahwa Perdana Menteri Ariel Sharon adalah orang pertama yang berhasil mengambil ide dan inisiatif dari kamp nasional dan mengubahnya menjadi sebuah realitas politik yang diterima oleh seluruh dunia. Prestasi besar Israel dari kebijakan Disengagement Plan menurut Dov Weissglass adalah secara sah menghentikan proses politik. Istilah “proses politik” adalah tumpukan konsep dan komitmen. Proses politik adalah pembentukan negara Palestina dengan seluruh resiko keamanan yang membuntutinya. Proses politik juga dipahami sebagai evakuasi pemukiman, pengembalian pengungsi, petisi Yerusalem, dan seluruh proses yang terhentikan setelah Mahmud Abbas mengundurkan diri. Dan ketika Israel menghentikan proses-proses tersebut maka Israel akan mencegah pembentukan negara Palestina dan mencegah adanya diskusi mengenai pengungsi Palestina, batas wilayah, dan Yerusalem. Secara efektif kemudian seluruh rencana yang memanggil terbentuknya negara Palestina dan segala bentuk yang ada dibelakangnya, telah dihapus dari agenda Israel. Dov Weissglass mendefinisikan bahwa melalui Disengagement Plan, Israel telah menciptakan status quo dalam berhubungan dengan Palestina. Ada 195
George W. Bush, “Statement by the President” 14 April 2004. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2004/04/20040414-2.html (8 April 2014).
79 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
beberapa paket komitmen yang sangat sulit untuk diterima oleh Israel, dan paket tersebut adalah proses politik. Hal tersebut termasuk unsur Israel yang tidak akan pernah setuju untuk menerima dan belum siap untuk menerima terbentuknya negara Palestina di saat Perdana Menteri Ariel Sharon memerintah Israel. Melalui Disengagement Plan Dov Weissglass mengungkapkan bahwa Israel telah berhasil menerima suatu paket persetujuan (berdirinya negara Palestina) dan kemudian mengirimkannya ke luar ruang waktu, sehingga paket persetujuan tersebut terhapuskan dari agenda Israel. Dov Weissglass menyimpulkan bahwa melalui Disengagement Plan, Israel mendidik dunia internasional untuk memahami bahwa tidak ada pihak Palestina yang dapat diajak bernegosiasi, dan Israel mendapatkan sertifikat “noone-to-talk-to” tersebut. Sertifikat tersebut mengungkapkan beberapa hal: pertama, tidak ada satu pun di pihak Palestina yang dapat diajak bernegosiasi; kedua, selama tidak adanya pihak yang dapat diajak bernegosiasi, maka geografis status quo tetap utuh; ketiga, sertifikat akan dicabut hanya jika beberapa hal terjadi – ketika Palestina menjadi Finlandia.196 III.3
Disengagement Plan
Perdana Menteri Ariel Sharon untuk pertama kalinya memperkenalkan Disengagement Plan kepada masyarakat Israel melalui pidatonya di konferensi Herzliya ke-4 pada tanggal 18 Desember 2003. Pada tanggal 14 April 2004 Presiden Bush dan Perdana Menteri Ariel Sharon saling bertukar surat mengenai Disengagement Plan. Surat Presiden Bush kepada Perdana Menteri Ariel Sharon
196
Ari Shavit, 7 October 2004.
80 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
menunjukkan pergeseran kebijakan Amerika Serikat dengan menyatakan bahwa kembali ke batas wilayah pada 1967 adalah sesuatu yang tidak realistis. Presiden Bush juga menyatakan pemukiman Israel di West Bank sudah seharusnya berada di bawah kontrol Israel dan pengungsi Palestina tidak seharusnya mengharapkan untuk kembali ke rumah mereka di Israel.197 Pada 2 Mei 2004, Perdana Menteri Ariel Sharon yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Likud melakukan pemungutan suara internal mengenai usulan Disengagement Plan dalam Partai Likud atau Likud Referendum. Hasil dari pemungutan suara tersebut yakni 59.5% sebagai mayoritas Partai Likud tidak menyetujui pelaksanaan Disengagement Plan.198 Pada bulan Mei – Juni 2004, dengan tidak mengasingkan Amerika Serikat dan tidak mengubah tujuan awal (menarik diri dari seluruh pemukiman di Gaza dan empat pemukiman di West Bank) Perdana Menteri Ariel Sharon merevisi ulang Disengagement Plan agar dapat diterima oleh kabinetnya.199 Revisi Disengagement Plan oleh Perdana Menteri
Ariel
Sharon
mencakup
penerapan
evakuasi
secara
bertahap
membutuhkan persetujuan kabinet pada setiap pengimplementasiannya. Pada 6 Juni 2004 revisi Disengagement Plan disetujui oleh kabinet Perdana Menteri Ariel Sharon dengan beberapa resolusi di dalamnya. Resolusi kabinet mengenai Disengagement Plan dilatarbelakangi oleh implikasi politik dan keamanan; pertama, kebutuhan penarikan diri didasari oleh kondisi stagnan yang dapat membahayakan Israel, dengan demikian dalam rangka untuk keluar dari 197
George W. Bush, 14 April 2004. Asian Tribune, “59.5 percent Likud voters reject Sharon disengagement plan” (online), Asian Tribune, 3 May 2004. Available: http://www.asiantribune.com/news/2004/05/03/595-percentlikud-voters-reject-sharon-disengagement-plan (19 May 2014). 199 Prelude to Operation, p. 140. 198
81 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kebuntuan, Israel perlu melakukan sesuatu tanpa harus bergantung pada kerjasama Israel – Palestina; kedua, tujuan dari rencana penarikan diri adalah untuk mencapai keamanan, situasi politik, ekonomi, dan demografi yang lebih baik bagi masyarakat Israel; ketiga, dalam setiap pengaturan status permanen di masa depan, tidak akan ada kota-kota dan desa-desa Israel di Jalur Gaza, akan tetapi jelas bahwa di West Bank, terdapat daerah yang akan menjadi bagian dari Israel, termasuk pusat-pusat penduduk, kota-kota, desa-desa, daerah keamanan Israel, serta tempat-tempat lain yang menjadi kepentingan Israel; keempat, Israel mendukung upaya Amerika Serikat dan masyarakat internasional dalam mempromosikan proses reformasi, pembangunan institusi, dan peningkatan ekonomi dan kesejahteraan rakyat Palestina agar kepemimpinan baru Otoritas Palestina akan muncul dan membuktikan dirinya mampu memenuhi komitmennya pada Roadmap Peace; kelima, relokasi dari Gaza dan West Bank bagian utara harus mengurangi gesekan dengan Palestina; keenam, penyelesaian rencana akan berfungsi untuk menghilangkan klaim mengenai tanggung jawab Israel di Jalur Gaza; ketujuh, proses yang ditetapkan dalam Disengagement Plan tidak mengurangi esensi dari perjanjian yang relevan di antara Israel – Palestina, dengan demikian perjanjian yang relevan akan tetap berlaku; kedelapan, dukungan internasional atas Disengagement Plan tersebar luas dan penting, dalam rangka untuk membawa Palestina melaksanakan kewajibannya memerangi “terorisme” dan reformasi seperti yang disyaratkan Roadmap Peace, sehingga memungkinkan kedua belah pihak kembali ke jalur negosiasi.200
200
Israel Ministry of Foreign Affairs, “The Cabinet Resolution Regarding the Disengagement Plan”, Israel Ministry of Foreign Affairs, 6 June 2004. Available:
82 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Resolusi kabinet dalam Disengagement Plan mengikutsertakan persiapan yang perlu dilakukan untuk pelaksanaan Disengagement Plan serta pemukiman Israel yang diklasifikasikan menjadi empat kelompok; kelompok A terdiri dari Morag, Netzarim, Kfar Darom; kelompok B terdiri dari desa-desa yang berada di utara Samaria (Ganim, Kadim, Sa-Nur, dan Homesh); kelompok C terdiri dari kota dan desa dari Gush Katif; kelompok D terdiri dari desa utara jalur Gaza (Elei Sinai, Dugit, dan Nissanit).201 Pemindahan pemukiman dalam kelompok tersebut kemudian akan dilakukan secara berkala sesuai hasil diskusi kabinet. Resolusi kabinet juga menekankan secara jelas akan pengevakuasian seluruh pemukiman Israel dari Gaza, terkecuali penempatan tentara Israel di perbatasan Jalur Gaza dan Mesir. Setelah penyelesaian proses tersebut, tidak akan ada lagi kehadiran permanen IDF di wilayah-wilayah Jalur Gaza yang telah dievakuasi. Israel juga akan mengevakuasi empat pemukiman Israel di bagian utara West Bank (Ganim, Kadim, Sa-Nur, dan Homesh) dan semua instalasi militer di daerah tersebut, sehingga setelah proses penarikan selesai diharapkan tidak akan ada lagi kehadiran permanen IDF di daerah tersebut. Resolusi kabinet dalam Disengagement Plan juga menekankan kesiapan Israel untuk membantu bersama-sama dengan masyarakat internasional dalam meningkatkan infrastruktur transportasi di West Bank. Proses ini diharapkan akan memudahkan hidup normal, kegiatan ekonomi, dan komersial Palestina di West Bank dengan menyelesaikan proses relokasi yang direncanakan pada akhir tahun 2005.202
http://www.mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/Peace/MFADocuments/Pages/Revised%20Disengage ment%20Plan%206-June-2004.aspx (19 May 2014). 201 The Cabinet Resolution Regarding the Disengagement Plan, 6 June 2003. 202 The Cabinet Resolution Regarding the Disengagement Plan, 6 June 2003.
83 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Disengagement Plan berdasarkan resolusi kabinet disetujui oleh Knesset pada tanggal 25 Oktober 2004 dengan hasil pemungutan suara 67 setuju, 45 tidak setuju, dan 7 abstain.203 Pelaksanaan Disengagement Plan pertama kalinya dimulai dengan mengevakuasi warga Israel dari Gaza pada 17 Agustus 2005, dan berakhir pada 22 Agustus 2005 dengan sangat sedikit kekerasan di luar beberapa bentrokan antara warga Israel yang melawan kebijakan Disengagement Plan dengan tentara Israel yang berjaga selama proses evakuasi.204 IDF membongkar seluruh pemukiman Israel tanpa meninggalkan satu bangunan tersisa kecuali rumah kaca yang dibeli oleh James Wolfensohn, utusan khusus Quartet dalam Disengagement Plan Israel, untuk warga Palestina.205 Pengimplementasian Disengagement Plan setelah pengevakuasian warga Israel dari Gaza diikuti dengan panarikan mundur IDF dan senjata militer Israel; dengan penarikan pasukan IDF terakhir pada tanggal 12 September 2005. Berbeda dengan di Gaza, pengimplementasian Disengagement Plan dari empat pemukiman Israel di West Bank selesai pada tanggal 20 September 2005 berdasarkan kesepakatan kabinet Perdana Menteri Ariel Sharon.206 Gambar III.1 Penghancuran Pemukiman Yahudi di Khan Younis
203
Israel National News, “Knesset Passes Gaza Disengagement Plan – 14 Day Countdown Begins” (online), Israel National News, 26 October 2004. Available: http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/71064#.U3nFM9KSyvU (19 May 2014). 204 Prelude to Operation, p. 144. 205 Prelude to Operation, p. 144. 206 Prelude to Operation, p. 144.
84 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Sumber: El-Samhouri, Mohammed. “Gaza Disengagement Plan: An Economist‟s Viewpoint” (online), The Electronic Intifada, 14 May 2004. Available: http://electronicintifada.net/content/gaza-disengagement-planeconomists-viewpoint/5077 (30 May 2014). Gambar III.2 Pengevakuasian Pemukim Israel
Sumber: Cohen, Eliyokim. “Settlers: We‟ll Never Forgive Sharon For The Disengagement” (online), Jews News, 14 January 2014. Available: http://www.jewsnews.co.il/2014/01/14/settlers-well-never-forgivesharon-for-the-disengagement/ (30 May 2014). BAB IV KESIMPULAN
85 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Israel di bawah pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon menerapkan kebijakan berbeda pada pemerintahan periode pertama dan kedua dalam menanggapi Intifada Kedua. Operation Defensive Shield yang diterapkan pada pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon periode pertama adalah kebijakan yang bertujuan untuk menghentikan serangan “teroris” dengan cara memukul target Palestina, menangkap “teroris”, dan membuatnya hampir tidak mungkin bagi “teroris” untuk dapat merencanakan atau bahkan melakukan serangan kepada Israel. Operation Defensive Shield memungkinkan IDF untuk mengendalikan hampir seluruh wilayah Palestina di Gaza dan West Bank guna melemahkan infrastruktur “teroris” serta menghentikan gelombang serangan “teror” Palestina. Pada pemerintahan periode kedua, Perdana Menteri Ariel Sharon menerapkan kebijakan Disengagement Plan, yakni menarik mundur seluruh tentara, senjata, dan pemukiman Israel dari seluruh wilayah di Gaza dan empat wilayah di West Bank bagian utara secara unilateral. Perubahan kebijakan luar negeri Israel dalam Intifada Kedua dari Operation Defensive Shield menjadi Disengagement Plan kemudian memunculkan rumusan masalah oleh peniliti, mengapa terjadi perubahan kebijakan luar negeri oleh Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel dalam menanggapi Intifada Kedua. Perubahan kebijakan luar negeri Israel masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon dalam Intifada Kedua dipengaruhi oleh faktor global dan faktor hubungan bilateral dalam hal ini adalah tekanan dunia internasional khususnya tekanan dari Amerika Serikat sebagai negara sahabat Israel. Serangan 11 September 2001 adalah peristiwa yang telah menggeser keseimbangan kondisi struktural sistem internasional. Prioritas global paska 9/11 yang didominasi oleh
86 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
kepentingan Amerika Serikat dan negara-negara aliansinya di Uni Eropa dalam memerangi “terorisme” di Afganistan serta menjatuhkan rezim Sadam Hussein di Iraq telah menempatkan Israel kedalam posisi sulit. Menjalin hubungan baik dengan negara-negara Arab dengan melakukan proses perdamaian Israel – Palestina menjadi
agenda utama Amerika
Serikat
guna memperlancar
kepentingannya, war on terrorism, di Timur Tengah. Adanya tekanan internasional terutama dari Amerika Serikat sebagai negara sahabat Israel, menjadikan Israel menghentikan Operation Defensive Shield serta menyetujui Roadmap Peace yang bertujuan akhir, berdirinya negara Palestina. Perdana Menteri Ariel Sharon yang berpandangan bahwa Roadmap Peace adalah suatu usaha yang sia-sia pun tidak menampiknya begitu saja. Hal tersebut dikarenakan hubungan Amerika Serikat dan Israel yang sangatlah dekat. Amerika Serikat sebagai satu-satunya teman dekat Israel di dunia, menjadikan Perdana Menteri Ariel Sharon tidak ingin membahayakan hubungan strategis Israel dengan Amerika Serikat. Kelompok kecil yang berada di lingkar dalam pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon secara signifikan juga mempengaruhi adanya perubahan kebijakan luar negeri Israel dalam Intifada Kedua. Tekanan kelompok kecil atau groupthink memiliki pengaruh besar dalam membentuk persepsi Perdana Menteri Ariel Sharon untuk menarik mundur tentara, persenjataan, dan pemukiman Israel dari seluruh wilayah di Gaza secara unilateral. Adanya Geneva Initiative yang telah mendapatkan banyak dukungan internasional termasuk Amerika Serikat, tentu memberikan tekanan tersendiri terhadap Perdana Menteri Ariel Sharon untuk dapat hadir dengan rencana perdamaiannya sendiri. Erosi internal yang
87 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
terjadi di dalam Israel akibat konflik kompleks Intifada Kedua pun memperkuat pentingnya inisiatif secara unilateral. Kelompok kecil yang terdiri dari kedua anak laki-laki Perdana Menteri Ariel Sharon, Omri Sharon dan Gilad Sharon, dan para penasihat Perdana Menteri Ariel Sharon seperti Dov Weissglass, Moshe Kaplinsky, Eyal Arad, Eival Giladi menjadikan tekanan internasional khususnya Amerika Serikat dan stagnasi proses perdamaian sebagai window of opportunity atau jendela kesempatan untuk menghentikan proses politik di antara Israel dan Palestina. Ketidaksiapan Israel dalam menghadapi proses politik yang mengarah pada pembentukan negara Palestina, evakuasi pemukiman, pengembalian pengungsi, dan petisi Jerusalem menjadikan Disengagement Plan sebagai bahan pengawet untuk mempertahankan kondisi stagnan pada proses perdamaian Israel – Palestina. Dengan menghentikan proses-proses tersebut maka Israel akan mencegah adanya pembentukan negara Palestina, diskusi mengenai pengungsi Palestina, batas wilayah, dan Jerusalem. Secara efektif kemudian seluruh usaha dalam Roadmap Peace yang bertujuan akhir pada pembentukan negara Palestina telah dihapus dari agenda Israel. Mengkoordinasikan suatu langkah baru dengan Amerika Serikat menjadi sesuatu yang sangat penting bagi Perdana Menteri Ariel Sharon. Menanggapi Disengagement Plan, Amerika Serikat menyampaikan perhatian utamanya mengenai penarikan diri secara unilateral dengan mengkhawatirkannya sebagai rencana yang dapat menimbulkan konflik atau bertolak belakang dengan Roadmap Peace atau membahayakan prospek perdamaian kedepannya. Perhatian Amerika Serikat terhadap Disengagement Plan juga ditekankan melalui posisi Amerika 88 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Serikat yang tidak akan memberikan suatu penghargaan apapun pada inisiatif Israel dan tidak akan mendukung Israel apabila Disengagement Plan tidak mengikutsertakan beberapa wilayah di Judea dan Samaria atau yang kita kenal dengan West Bank. Oleh karena itu, Perdana Menteri Ariel Sharon menyadari bahwa kebijakan Disengagement Plan harus mencakup empat pemukiman Israel yang terisolasi di wilayah West Bank bagian utara agar mendapatkan apresiasi dan dukungan dari Amerika Serikat. Menganalisis hubungan di antara level internasional dan level domestik pada perubahan kebijakan luar negeri Israel, peneliti menggunakan kerangka pemikiran two-level games oleh Robert D. Putnam yang menekankan bahwa level internasional dan level domestik dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Faktor global dan faktor hubungan bilateral sebagai sumber perubahan level internasional oleh Joakim Eidenfalk, peneliti gunakan untuk menganalisis perubahan sistem politik internasional yang berdampak secara global paska penyerangan 9/11 serta hubungan bilateral Israel dengan Amerika Serikat dalam perubahan kebijakan luar negeri Israel. Kelompok kecil dan groupthink sebagai sumber perubahan level domestik oleh Valerie M. Hudson, peneliti gunakan untuk menganalisis pengaruh kelompok kecil atau orang-orang disekeliling Perdana Menteri Ariel Sharon dalam perubahan kebijakan luar negeri Israel. Window of opportunity oleh Joakim Eidenfalk peneliti gunakan untuk menggambarkan bagaimana
kelompok
kecil
menggunakan
tekanan
internasional
sebagai
kesempatan untuk menghentikan proses perdamaian Israel – Palestina. Secara keseluruhan peneliti menggunakan argumen teoritis perubahan kebijakan luar negeri oleh Gustavsson dalam melihat perubahan dasar kondisi struktural yang
89 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
diidentifikasikan oleh inti pengambil keputusan dan mengubah keyakinan dan prioritas mereka dan melalui intervensi mereka dalam proses pengambilan keputusan membawa reorientasi pada perubahan kebijakan luar negeri. Berdasarkan gabungan kerangka pemikiran yang digunakan serta data-data yang ditemukan dalam bab penjelasan, maka hipotesis yang diajukan penulis terbukti. Menjawab rumusan masalah mengapa terjadi perubahan kebijakan luar negeri oleh Ariel Sharon sebagai Perdana Menteri Israel dari kebijakan Operation Defensive Shield menjadi kebijakan Disengagement Plan dalam menanggapi Intifada Kedua? Penulis berhipotesis bahwasanya Ariel Sharon sebagai aktor kunci dalam pembuat keputusan dipengaruhi oleh dua faktor sebagai source of change. Pertama, level internasional dalam hal ini faktor global dan faktor hubungan bilateral dengan Amerika Serikat. Adanya perubahan kondisi struktural di tingkat global setelah 9/11 dan adanya tekanan Amerika Serikat yang dapat mengganggu hubungan bilateral Amerika Serikat - Israel, menjadikan Ariel Sharon perlu melakukan identifikasi terhadap perubahan kondisi struktural yang ada. Kedua, adanya pengaruh faktor domestik dalam hal ini kelompok kecil yang berada di sekitar Ariel Sharon, groupthink, yang melihat tekanan internasional khususnya Amerika Serikat sebagai window of opportunity untuk mempertahankan kodisi stagnan pada proses perdamaian di antara Israel – Palestina. Keyakinan ideologis dan kepribadian seorang Ariel Sharon dipercaya dapat menjadi salah satu variabel penting yang memungkinkan seorang Ariel Sharon berkehendak mendengarkan orang-orang yang berada pada lingkar dalam pemerintahannya untuk bereaksi terhadap Roadmap Peace dan Geneva Initiative dengan menginisiasikan Disengagement Plan. Untuk penelitian lebih lanjut, 90 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
peneliti merekomendasikan penelitian dengan melihat faktor ideologi dan kepribadian seorang Ariel Sharon dalam perubahan kebijakan luar negeri Israel masa pemerintahan Perdana Menteri Ariel Sharon.
91 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
DAFTAR PUSTAKA
BUKU Abrams, Elliot. Testd By Zion: The Bush Administration and the IsraeliPalestinian Conflict, Cambridge University Press, New York, 2013. Breuning, Marijke. Foreign Policy Analysis: A Comparative Introduction, Palgrave Macmilan, New York, 2007. Bush, George W. Decision Points, Crown Publishers, New York, 2010. Dan, Uri. Ariel Sharon: An Intimate Portrait, Palgrave Manmillan, New York, 2006. Hart, Chris. Doing A Literature Search: A Comprehensive Guide for Social Science, SAGE Publication Inc, London, 2001. Hudson, Valerie M. Foreign Policy Analysis: Classic and Contemporary Theory, Rowman & Littlefield Publishers Inc, United State of America, 2007. Mearsheimer, John J. and Stephen M. Walt. The Israeli Lobby and U.S. Foreign Policy, Farrar, Straus and Giroux, New York, 2007. Mingst, Karen A. Essential of International Relations, 4th edn, W.W Norton & Company Ltd, New York, 2008. Ross, Dennis. The Missing Peace: The Inside Story of the Fight for Middle East Peace, Farrar, Straus and Giroux, New York, 2004. Sharon, Gilad. Sharon: The Life of a Leader, Harper Collins Publishers, United State of America, 2011. Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial, Unpar Press, Bandung, 2006. Silverman, David. Interpreting Qualitative Data. London: SAGE Publication, 2006.
92 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
JURNAL Anonymous. “Prelude to Operation Cast Lead Israel's Unilateral Disengagement to the Eve of War”, Journal of Palestine Studies, vol. 38, no. 3, 2009, pp. 139-168. Anonymous, “Sharon Advisor Dov Weisglass, Remarks on Relations with the United Sates, Disengagement, the Road Map, the Possibilities of a Palestinian State”, Journal of Palestinian Studies, vol. 34, no.2, 2005, pp. 203-207. Aronoff, Yael S. “Warfare to Withdrawal: The Legacy of Ariel Sharon”, Israel Studies, vol. 15, no. 2, 2010, pp. 149-172. Dugis, Vinsensio. “Explaining Foreign Policy Change”, Jurnal Masyarakat Kebudayaan dan Politik, vol. 21, no.2, 2010, pp. 101-104. Eidenfalk, Joakim. “Towards a New Model of Foreign Policy Change”, Proceedings of the Australasian Political Studies Association Conference University of Newcastle, University of Wollongong, September 25 – 27 2006, pp. 1-13. Gustavsson, Jakob. “How Should We Study Foreign Policy Change”, Journal of Cooperation and Conflict, 34:73, 1999, pp. 73-95. Hart, Paul „t. „Irving L Janis Victims of Groupthink‟, Political Psychology, vol.12, no.2, 1991, pp. 247-278. Hermann, Charles F. “Changing Course: When Governments Choose to Redirect Foreign Policy”, International Studies Quarterly, vol. 34, no. 1, 1990, pp. 321.
93 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Lebow, Richard Ned. “Contingency, Catalysts, and International System Change”, Political Science Quarterly, vol. 115, no. 4, 2000 – 2001, pp. 591616. Putnam, Robert D. “Diplomacy and Domestic Politics: The Logic of Two-Level Games”, International Orgnisation, vol. 42, No, 3, 1988, pp. 427 – 460. JURNAL ONLINE David, Steven R. “Fatal Choices: Israel‟s Policy of Targeted Killing”, Mideast Security and Policy Studies (online), no. 51, 2002, pp. 1-26. Available: http://biu.ac.il/Besa/david.pdf (1 June 2013). Kober, Avi. “Targetted Killing during the Second Intifada: The Quest for Effectiveness”, Journal of Conflict Studies (online), vol.27, No.1, 2007, pp. 76-93.
Available:
http://journals.hil.unb.ca/index.php/JCS/article/view/8292/9875
(24
May
2013). Pressman, Jeremy. “The Second Intifada: Background and Causes of the Israeli – Palestinian Conflict”, The Journal of Conflict Studies (online), vol. 23, no.2, 2003,
pp.
114-141.
Available:
http://journals.hil.unb.ca/index.php/jcs/article/view/220/378 (4 April 2013). Rynhold, Jonathan and Dov Waxman. “Ideological Change and Israel‟s Disengagement from Gaza”, Political Science Quarterly (online), vol. 123, no.
1,
2008,
pp.
11-37.
Available:
http://www.baruch.cuny.edu/wsas/academics/political_science/documents/I deologicalChangeandIsrael.pdf (19 May 2013).
ARTIKEL KORAN ONLINE Asian Tribune, “59.5 percent Likud voters reject Sharon disengagement plan” (online),
Asian
Tribune,
3
May
2004.
Available:
94 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
http://www.asiantribune.com/news/2004/05/03/595-percent-likud-votersreject-sharon-disengagement-plan (19 May 2014). BBC, “Ariel Sharon: Former Israeli prime minister moved home” (online), BBC, 12 November 2010. Available: http://www.bbc.co.uk/news/world-middleeast-11740778 (2 February 2013). BBC, “Profile: Hamas Leader Rantissi” (online), BBC, 17 April 2004. Available: http://news.bbc.co.uk/2/hi/middle_east/2977816.stm (30 April 2014). Caspit, Ben. “Dov Weissglass – „Consiglieri‟ of the State of Israel” (online), Israel
Behind
The
News,
15
March
2004.
Available:
http://www.israelbehindthenews.com/bin/content.cgi?ID=1881&q=1
(28
May 2013). CNN, “Ariel Sharon Fast Facts” (online), CNN, 12 February 2013. Available: http://edition.cnn.com/2013/02/12/world/meast/ariel-sharon-fast-facts
(2
June 2013). CNN, “Palestinian Prime Minister Abbas Resigns” (online), CNN, 6 September 2003. Available:http://edition.cnn.com/2003/WORLD/meast/09/06/mideast/index. html?_s=PM:WORLD (9 May 2014). CNN, “Sharon, Abbas Pledge Action at Summit” (online), CNN, 4 June 2003. Available:
http://edition.cnn.com/2003/WORLD/meast/06/04/bush.jordan/
(30 April 2014). CNN Library, “Yasser Arafat Fast Facts” (online), CNN, 8 November 2013. Available:
http://edition.cnn.com/2013/09/10/world/meast/yasser-arafat-
fast-facts/ (30 April 2014). Cohen,
Eliyokim.
“Settlers:
We‟ll
Never
Forgive
Sharon
For
The
Disengagement” (online), Jews News, 14 January 2014. Available: http://www.jewsnews.co.il/2014/01/14/settlers-well-never-forgive-sharonfor-the-disengagement/ (30 May 2014).
95 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Dawn, “Bush backs Powell talk with authors: Geneva Initiative” (online), Dawn, 5 December 2003. Available: http://www.dawn.com/news/128014/bushbacks-powell-talks-with-authors-geneva-initiative (18 May 2014). Flint, Guila. “Ariel Sharon, the Butcher of Beirut Dies” (online), Pravda, 13 January
2014.
Available:
http://english.pravda.ru/world/asia/13-01-
2014/126585-ariel_sharon-0/ (27 February 2014). Goldenberg, Suzanne and Julian Borger. “Furious Bush hits back at Sharon”, The Guardian
(online),
6
October
2001.
Available:
http://www.theguardian.com/world/2001/oct/06/israel (25 April 2014). Israel National News, “Knesset Passes Gaza Disengagement Plan – 14 Day Countdown Begins” (online), Israel National News, 26 October 2004. Available: http://www.israelnationalnews.com/News/News.aspx/71064#.U3nFM9KSy vU (19 May 2014). Issacharoff, Avi and Amos Harel. “Recollections of Israel's Operation Defensive Shield, ten years later” (online), Haaretz, 30 March 2012. Available: http://www.haaretz.com/weekend/week-s-end/recollections-of-israel-soperation-defensive-shield-ten-years-later-1.421639 (26 May 2013). Karon, Tony. “Geneva Accord: Political Theater, But Worth Watching” (online), Time,
4
December
2003.
Available:
http://content.time.com/time/world/article/0,8599,555902,00.html (18 May 2014). McGreal, Chris. “Israeli Jets Hit Syria Camp in Blast Revenge” (online), The Guardian,
6
October
2003.
Available:
http://www.theguardian.com/world/2003/oct/06/syria.israel3 (6 May 2014). Morley, Jefferson. “Israeli Withdrawal From Gaza Explained” (online), The Washington
Post,
10
August
2005.
Available:
http://www.washingtonpost.com/wpdyn/content/article/2005/08/10/AR2005081000713.html (2 June 2013).
96 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Perlez, Jane and Katherine Q. Seelye, “U.S. Strongly Rebukes Sharon for Criticism of Bush Calling It „Unacceptable‟” (online), New York Times, 6 October
2001.
Available:
http://www.nytimes.com/2001/10/06/international/06DIPL.html (25 April 2014). Shalev, Chemi. “Sharon Going on Offensive As Geneva Initiative Gains” (online), The Jewish Daily Forward, 28 November 2003. Available: http://forward.com/articles/7155/sharon-going-on-offensive-as-genevainitiative-gai/ (18 May 2014). Shavit, Ari. “The Big Freeze” (online), Haaretz, 7 October 2004. Available: http://www.haaretz.com/the-big-freeze-1.136713 (8 May 2014). Ynetnews, “Operation Defensive Shield 2002” (online), Ynetnews, 3 December 2009.
Available:
http://www.ynetnews.com/articles/0,7340,L-
3685678,00.html (1 June 2013).
WEBSITE Abbas, Mahmud. “President Bush Welcomes Prime Minister Abbas to the White House”, The White House: President George W. Bush, 25 Juli 2003. Available:
http://georgewbush-
whitehouse.archives.gov/news/releases/2003/07/20030725-6.html (30 April 2014). Ariel Sharon Life Story, Ariel Sharon Life Story Biography : 1977 – 1982 Settlement Fever and Peace with Egypt (online), undated. Available: http://www.ariel-sharon-life-story.com/12-Ariel-Sharon-Biography-19771982-Settlement-Fever-and-the-Peace-with-Egypt.shtm (3 March 2013). Ben-Naftali, Orna and Aeyal Gross. “Arab – Israeli War: The Second Intifada”, Crimes of War (online), undated. Available: http://www.crimesofwar.org/az-guide/arab-israeli-war-the-second-intifada/ (2 February 2013).
97 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Bush, George W. “President Bush, Secretary Powell Discuss Middle East”, The White House: President George W. Bush, 18 April 2002. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/04/20020418-3.html (26 April 2014). Bush, Geroge W. “President Bush Calls for New Palestinian Leadership”, The White House: President George W. Bush, 24 June 2002. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/06/20020624-3.html (26 April 2014). Bush, George W. “President Discusses Middle East Peace with Prime Minister Sharon”, The White House: President George W. Bush, 29 juli 2003. http://georgewbush-
Available:
whitehouse.archives.gov/news/releases/2003/07/20030729-2.html (30 April 2014). Bush, George W. “President Emphasizes Message to Middle East”, The White House:
President
George
W.
Bush,
8
April
2002.
Available:
http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2002/04/20020408-1.html (26 April 2014). Bush, George W. “Statement by the President” 14 April 2004. Available: http://georgewbushwhitehouse.archives.gov/news/releases/2004/04/20040414-2.html (8 May 2014). El-Samhouri, Mohammed. “Gaza Disengagement Plan: An Economist‟s Viewpoint” (online), The Electronic Intifada, 14 May 2004. Available: http://electronicintifada.net/content/gaza-disengagement-plan-economistsviewpoint/5077 (30 May 2014).
98 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Global
Security,
Al-Aqsa
Intifada
(online),
undated.
Available
http://www.globalsecurity.org/military/world/war/intifada2.htm (4 March 2014). Israel Ministry of Foreign Affairs, “The Cabinet Resolution Regarding the Disengagement Plan”, Israel Ministry of Foreign Affairs, 6 June 2004. Available: http://www.mfa.gov.il/MFA/ForeignPolicy/Peace/MFADocuments/Pages/R evised%20Disengagement%20Plan%206-June-2004.aspx (19 May 2014). Jewish Virtual Library, Ariel Sharon (1928 – present) (online), undated. Available: http://www.jewishvirtuallibrary.org/jsource/biography/sharon.html
(2
February 2013). Macmillan
Dictionary
(online),
undated.
Available:
http://www.macmillandictionary.com/dictionary/british/structure (25 March 2014). Mid East Web, Biography – Ariel Sharon: Prime Minister of Israel (online), undated. Available: http://www.mideastweb.org/bio-sharon.htm (10 March 2013). Mirian Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated. Available: http://www.merriam-webster.com/dictionary/international
(25
March 2014). Miriam Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated. Available:
http://www.merriam-
webster.com/dictionary/pressure?show=0&t=1395732608 (25 March 2014). Miriam Webster, An Encyclopedia Britannica Company (online), undated. Available: http://www.merriam-webster.com/dictionary/structure (25 March 2014).
99 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Oxford Dictionaries, Oxford Dictionaries: Language Matter (online), undated. Available: http://www.oxforddictionaries.com/definition/english/pressure?q=pressure (25 March 2014). Roadmap Peace Plan, “A Performance-Based Roadmap to a Permanent Two-State Solution to the Israel-Palestinian Conflict”, United Nations, 2002. Available:
http://www.un.org/News/dh/mideast/roadmap122002.pdf
(29
April 2014). Sharon, Ariel. “Fourth Herzliya Conference Speech”, Israel Ministry of Foreign Affairs,
2003.
Available:
http://www.mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2003/Pages/Address%20by%20P M%20Ariel%20Sharon%20at%20the%20Fourth%20Herzliya.aspx (1 June 2013). Sharon, Ariel. “Statement by Israeli Prime Minister Ariel Sharon”, Israeli Ministry
of
Foreign
Affairs,
4
October
2001.
Available:
http://mfa.gov.il/MFA/PressRoom/2001/Pages/Statement%20by%20Israeli %20PM%20Ariel%20Sharon%20-%204-Oct-2001.aspx (25 April 2014).
100 Skripsi
PERUBAHAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI ISRAEL MASA PEMERINTAHAN ARIEL SHARON DALAM INTIFADA KEDUA
ATINA IZZA