PERTUMBUHAN EKONOMI, PELUANG KERJA DAN PENGENTASAN KEMISKINAN
JOEHARTINI ROSEBEN MUSA
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI, PELUANG KERJA DAN PENGENTASAN KEMISKINAN
Abstract Economic growth in Indonesia at the last three years is increase, although as not as hope by many people. Economic growth as the principle means for making employment is fullfilled and the rate of population growth is decreaseses, but many population difficult to get job. That is why unemployment rate and the poor population increase too. By library research and statistic empirical can be described the reasons of poverty. Educational life skill is one of alternative solution to decrease unemployment and poverty. Key words : Economic growth, employment, poverty. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kerangka acuan untuk memantau, mengkaji dan menilai usaha pembangunan secara konsisten dalam suatu perjalanan waktu, menurut Djohadikusumo ( 1993 ) meliputi empat permasalahan pokok yaitu : a) pertumbuhan sebagai peningkatan kemampuan memproduksi barang dan jasa di berbagai bidang yang semakin meluas b) lapangan kerja yang bersifat produktif penuh c) lalu lintas perdagangan dan pembayaran internasional d) kestabilan dan perkembangan harga dalam negeri ( pengendalian inflasi ) Dua permasalahan yang disebutkan diatas yaitu pertumbuhan sebagai peningkatan kemampuan berproduksi di berbagai bidang dan lapangan kerja yang bersifat produktif, merupakan permasalahan yang erat kaitannya. Salah satu Trilogi Pembangunan di negeri ini adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. “Pertumbuhan ekonomi merupakan sarana utama ( principle means ) bagi pembangunan manusia yakni kapabilitas dan pemberdayaan manusia serta pemanfaatan tenaga mereka dalam proses pertumbuhan melalui kegiatan kerja.” ( UNDP, 1986 ). Jadi pertumbuhan ekonomi merupakan syarat yang harus ada atau perlu bagi penciptaan kesempatan kerja atau lapangan kerja. Sejak tahun 1986 rata-rata pertumbuhan ekonomi di negara kita mencapai sekitar 7 persen , namun saat krisis melanda , pertumbuhan ekonomi berkisar –13 persen, bahkan pada akhir tahun 1998 mencapai – 18,26persen. Sesudah itu pertumbuhan ekonomi selalu menunjukkan angka positif. Data terakhir dari BPS menunjukkan bahwa pada tahun,2002,2003 dan 2004 berturut-turut pertumbuhan ekonomi ( diukur dengan PDB )di negara kita adalah :. 4,38 persen; 4,88 persen; 5,13 persen. Pada ahun 2005 ditargetkan pertumbuhan ekonomi di negara kita bisa mencapai 5,4persen ( Abimanyu, Kepala BAF, 2004 ). Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
2
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Sementara itu inti pembangunan ekonomi adalah menaikkan tingkat kesejahteraan hidup, yang pada dasarnya terkait dengan pendapatan. Dalam kaitannya dengan pendapatan maka kemiskinan menjadi masalah utama karena ketimpangan dalam distribusi pendapatan dapat memicu kerusuhan sosial. Pemerintah telah berupaya mengentaskan/menurunkan jumlah penduduk kategori miskin, lewat beberapa program seperti program IDT, NKKBS, program JPS sampai pada program-program yang secara tidak langsung dapat mengurangi kenmikinan seperti program Kembali Ke Desa, program one village one product dan sebagainya. Tetapi usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, bahkan jumlah penduduk miskin dari tahun ke tahun bertambah yang akhir-akhir ini diwarnai dengan adanya gizi buruk dan busung lapar. Untuk menentukan mereka yang tergolong miskin diperlukan pembatasan tentang garis kemiskinan, yang dalam hal ini terdapat berbagai pendapat. Ada yang menggunakan bentuk jumlah pendapatan dalam unit orang atau jumlah konsumsi dalam uang , namun ada juga yang mendasarkan pada jumlah kalori yang dikonsumsikan setiap harinya. Jika digunakan bentuk pendapatan dalam unit uang, maka garis kemiskinan dapat didefinisikan sebagai tingkat pendapatan minimum yang harus dimiliki oleh seorang individu dalam suatu periode tertentu agar dapat hidup layak. Garis kemiskinan BPS sejak tahun 1984 merujuk ke tingkat pengeluaran rumah tangga yang menentukan tingkat pangan, yaitu merujuk ke tingkat kecukupan kalori rata-rata per orang per hari- ( 2100 kalori per orang per hari )-, ditambah satu paket yang mencakup sebagian dari keperluan bukan kebutuhan pangan yang tercukupi pada tingkat pengeluaran seperti sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan. Jadi yang digunakan oleh BPS sebagai konsep kemiskinan, adalah mereka yang tingkat pengeluaran untuk konsumsinya di bawah kebutuhan minimum hidup, menurut baku kebutuhan fisik yang layak. 2. Permasalahan Walaupun secara teoritis pertumbuhan ekonomi yang merupakan syarat bagi terciptanya lapangan kerja sudah dipenuhi , namun ternyata angka pengangguran masih tinggi dan menunjukkan kecenderungan terus meningkat. 3. Tujuan penulisan Dengan menggunakan data sekunder serta analisis diskriptif dengan presentase, penulisan ini dimaksudkan untuk membeberkan sebab-sebab kemiskinan dan alternatif pemikiran sebagai upaya untuk mengatasi/mengurangi angka pengangguran yang pada gilirannya dapat mengurangi kemiskinan. II. KAJIAN TEORI Terdapat dua konsep tentang garis kemiskinan yaitu konsep kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Pada kemiskinan absolut, suatu perekonomian mempunyai suatu garis kemiskinan yang tetap sepanjang waktu, sedangkan menurut konsep kemiskinan relatif, garis kemiskinan berubah-ubah menurut kondisi perekonomian yang bersangkutan. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
3
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Webster ( 1994 ) menjelaskan perbedaan konsep kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif dengan menggunakan istilah subsitence dan relative deprivation. Konsep kemiskinaan subsistence didasarkan pada perkiraan income yang diperlukan untuk membeli makanan yang cukup untuk memenuhi gizi bagi setiap orang dewasa dan anak-anak dalam satu keluarga. Biaya yang dikeluarkan untuk itu dianggap sebagai basic cost of subsistence. Jadi kemiskinan dengan konsep ini ditentukan dengan standar tertentu ( poverty line ) yang diukur dalam bentuk uang,gizi, kalori dan sebagainya. Konsep relative deprivation merupakan salah satu pendekatan yang lebih bersifat sosial, yang mana kemiskinan itu sendiri merupakan suatu produk dari persepsi sosial terhadap kebutuhan manusia. W.G. Flanagan seperti dikutip oleh Yeremias T. Keban, menyatakan adanya dua paradigma tentang kemiskinan yaitu paradigma kulturalis dan paradigma strukturalis. Paradigma kulturalis memiliki perspektif, bahwa kemiskinan merupakan produk kegagalan individu dan sikap yang menghambat niat untuk memperbaiki nasib. Kemiskinan merupakan akibat dari adanya kebudayaan kemiskinan yang ditunjukkan oleh kurang mampunya mengendalikan diri, berorientasi pada masa sekarang , tidak mampu menunda kenikmatan dan gagal melakukan rencana di masa depan di samping kurang mampu memanfaatkan peluang yang ada. Paradigma strukturalis mempunyai perspektif, bahwa kemiskinan merupakan akibat kurang tersedianya kesempatan untuk maju. Seseorang menjadi miskin karena kurang memiliki keterampilan dan pendidikan tertentu. Kemiskinan merupakan akibat ulah kaum kapitalis dalam masyarakat melalui proses eksploitasi. Sehubungan dengan paradigma tersebut L. Soetrisno seperti telah dikutip oleh Yeremias T. Keban berpendapat, bahwa di Indonesia, negara menjadi penyebab utama kemiskinan di samping itu pandangan masalah budaya di mana orang menjadi miskin lantaran tidak memilik etos kerja yang tinggi, tidak memiliki jiwa wiraswasta serta rendahnya pendidikan yang tidak sesuai dengan tuntutan kebutuhan.
III. PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN Salah satu prioritas pembangunan nasional sebagaimana diamanatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) tahun 2000-2004 adalah mempercepat pemulihan ekonomi dan memperluas landasan pembangunan berkelanjutan dan berkeadilan yang berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran itu Propenas menggunakan beberapa indikator, yaitu : a) pertumbuhan ekonomi yang meningkat secara bertahap hingga mencapai 6-7 persen b) inflasi terkendali sekitar 3-5persen c) menurunkan tingkat pengangguran sekitar 5,1persen d) menurunnya jumlah penduduk miskin menjadi sekitar 14 persen Sebagai perbandingan pertumbuhan GDP di negara kita dengan negara lain seperti dikemukakan Arnold King, pertumbuhan PDB di negara maju pada tahun 1880 rata-rata mencapai $ 250 per tahun. Di negara-negara miskin di kawasan Afrika pada Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
4
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 tahun 1998 PDB per kapita rata-rata per tahun sekitar $ 500. Sementara itu di negara – negara maju seperti USA, Canada, Jepang dan negara-negara Eropa Barat rata-rata PDB per hari sebesar $ 20. Suatu angka yang sangat mencolok. Susilo Bambang Yudoyono dalam rangka kampanye pemilihan presiden pernah mengungkapkan, bahwa pada akhir pemerintahan beliau tahun 2009 mendatang dijanjikan income per capita di Indonesia ditargetkan mencapai lebih dari $1.678 per tahun. Prediksi tersebut tentu didasarkan pada data BPS yang menunjukkan bahwa pada triwulan 3 tahun 2004 tiga sektor sebagai penyumbang terbesar pada PDB ) dihitung dengan harga pasar)-terus berkembang. Sektor yang dimaksud berturut-turut adalah : sektor industri pengolahan sebesar 177,30 triliun rupiah; perdagangan , hotel dan restoran 95,64 triliun rupiah; pertanian,perkebunan, kehutan dan perikanan mencapai 93,91 triliun rupiah. Namun jika dikaji lebih lanjut tentang pertumbuhannya ternyata pertumbuhan sektor industri pengolahan hanya mencapai 5,02 persen; sektor perdagangan, hotel dan restoran mencapai 5,30 persen sedangkan sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan hanya mencapai 3,07 persen masih jauh di bawah pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi yang mencapai 11,56 persen. Data BPS tentang indikator penting di Indonesia dalam tiga tahun terkahir menunjukkan sebagai berikut : TABEL 1 Beberapa indikator penting perekonomian Indonesia Tahun 2002-2004 No. 1 2 3 4 5 6
I n d i k a t o r Tingkat penganguran (%) Pertumbuhan PDB ( % ) PDB per kapita ( jutaan rupiah ) Tingkat inflasi ( % ) Jumlah penduduk miskin ( juta jiwa ) Jumlah penduduk (ribu jiwa )
2002 9,06 4,38 8,80 10,03 38,40 211.063
2003 9,50 4,88 9,60 5,06 37,3 215.276,4
2004 9,86 5,13 10,60 6,40 36,10 216.415,1
Sumber : BPS diolah penulis Jika indikator 1 dijabarkan dalam kuantitas jumlah penduduk yang menganggur maka angka-angkanya akan nampak pada tabel berikut :
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
5
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 TABEL 2 Jumlah penduduk dan tingkat pengangguran di Indonesia Tahun 2002 – 2004
Jumlah penduduk ( 000 ) Jumlah pengangguran ( 000 )
2002 211.063,0
2003 215.276,4
2004 216.415,1
19.122,3
20.451,3
21.338,1
Angka-angka di atas merupakan angka pengangguran terbuka, belum termasuk adanya pengangguran terselubung. Sedangkan menurut Djojohadikusumo ( 1993) tolok ukur yang lazim digunakan untuk pekerjaan yng dianggap produktif penuh ialah bekerja selama 35 jam sepenuhnya dalam satu minggu. Berdasarkan tolok ukur tersebut masalah kesempatan kerja dan pengangguran di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia ditandai oleh luasnya pengangguran yang terselubung. Dari tabel di atas juga menunjukkan, bahwa target Propenas sampai dengan tahun 2004 belum tercapai. Ditinjau dari pertumbuhan ekonomi, baru mencapai 5,13 persen dari 6-7 persen yang ditargetkan; ditinjau dari tingkat inflasi masih berkisar 6,40 persen. Ada kemungkinan tingkat inflasi akan melaju naik, mengingat harga BBM di pasar dunia saat artikel ini ditulis mencapai lebih dar $ 64 per barrel. Ditinjau dari jumlah penduduk miskinpun target Propenas belum tercapai. Hal ini terbukti dari 216 juta jiwa lebih, ternyata 36,10 juta jiwa ( 16,71 persen ) di antaranya masih termasuk kategori penduduk miskin. Diakui bahwa PDB pada triwulan pertama tahun 2005 mencapai 6,35 persen ( naik sebesar 2,84 persen ) dibandingkan dengan triwulan empat tahun 2004. Pertumbuhan ini terjadi pada hampir semua sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan, penggalian, sektor listrik-gas-air dan sektor bangunan. Pertumbuhan tertinggi dihasilkan oleh sektor pertanian sebesar 17,83 persen sebagai akibat faktor musim panen. Sementara itu perekonomian yang diukur berdasarkan PDB atas dasar harga yang berlaku pada triwulan pertama tahun 2005 mencapai 639,7 trilliun rupiah, sedangkan PDB atas dasar harga konstan 2000 adalah 430,6 trilliun rupiah. Di sisi lain masalah ketenagakerjaan, pengangguran dan masalah kemiskinan merupakan masalah crucial di negeri ini. Faktor demografis mempengaruhi jumlah dan komponen angkatan kerja. Indonesia berhasil menurunkan angka pertumbuhan penduduk seperti ditunjukkan tabel berikut ini
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
6
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 TABEL 3 Pertumbuhan penduduk dalam tiga dasawarsa terakhir No
Periode
1 2 3 4 5 *) angka perkiraan
1974 - 1980 1980 – 1990 1990 – 2000 2000 – 2005 2005 - 2009
Pertumbuhan ( % ) 2,31 1,98 1,49 1,30*) 1,10*)
Tabel di atas menunjukkan, bahwa dari tahun ke tahun pertumbuhan jumlah penduduk secara keseluruhan menunjukkan angka kecenderungan yang menurun. Haryono Suyono yang sukses dengan program Keluarga Berencananya memprediksikan, bahwa ZPG ( Zerro Population Growth ) akan tercapai pada tahun 2030 walaupun PBB memperkirakan pada kahir abad ke 21 jumlah penduduk dunia mencapai 10 milyar. Penurunan pertumbuhan jumlah penduduk yang dibarengi dengan penurunan angka kelahiran dan angka kematian secara berkesinambungan, bukan berarti menjamin tidak terjadinya pengangguran, namun justru berdampak pada pertumbuhan penduduk usia kerja yang jauh lebih cepat dari pertumbuhan penduduk secara keseluruhan. Bahkan Bank Dunia memprediksikan angka pengangguran bisa mencapai 21 persen pada tahun 2010. Perkiraan tersebut didasarkan pada data penduduk pada tahun 1984 – 1993, yang mana pernah terjadi “ baby boom” pada tahun 1950 yang pada tahun 2010 mereka masih merupakan tenga produktif. Pertumbuhan penduduk usia kerja selama kurun waktu 2000 – 2005 diperkirakan akan mencapai 1,7 persen per tahun ( Press releasse Rencana Nakernas 2004-2009, 13 Juni 2004). Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk secara keseluruhan yang dalam kurun waktu 2000 – 2005 dan 2005 – 2009 yang diperkirakan masing-masing hanya 1,3 persen dan 1,1 persen per tahum. Fakta ini menunjukkan adanya tekanan kuat dalam sisi penawaran ( supply side ) tenaga kerja. Dari kenyataan inilah perlu dilakukan analisis situasi pasar kerja. Pada tahun 2002 dari sekitar 148,7 juta penduduk usia kerja terdapat 100,8 juta atau sekitar 67,8 persen angkatan kerja. Dari 100,8 juta angkatan kerja 9,1 juta atau 9,1 persen menganggur dan tidak tetampung dalam pasar kerja. Dari 91,6 juta jiwa , sekitar 12 jta atau 13,1 persen tergolong setengah menganggur ( Press release Rencana Tenaga Kerja, 13 Juni 2004 ). Berdasarkan jenjang pendidikannya – (data terakhir BPS ) – pada tahun 2001 jumlah pengangguran nampak pada tabel berikut :
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
7
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 TABEL 4 Jumlah pengangguran berdasarkan jenjang pendidikannya Tahun 2001 Jenjang pendidikan Tidak tamat Sekolah Dasar Sekolah Dasar atau yang sederajat Sekolah Menengah Pertama atau yang sederajat Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat Akademi dan Diploma Perguruan Tinggi
Jumlah pengangguran 851.426 1.893.565 1.786.565 2.933.490 251.134 289.099
Data di atas menunjukkan, bahwa pengangguran yang terbanyak didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat. Jika dikaji dari indikator lain yang dikemukakan oleh Tjiptoherijanto ( 1997 ) yang menyebutkan empat indikator untuk memantau perkembangan sumber daya manusia yaitu : a) tingkat kematian bayi, yang dipandang sebagai indikator yang cukup sensitif untuk melihat perkembangan sosial ekonomi penduduk b) tingkat pendidikan yang ditamatkan c) persentase penduduk miskin d) lapangan pekerjaan maka dari sisi inilah perlu difokuskan usaha-usaha untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dengan mengentaskannya dari kemiskinan. Gejala pengangguran yang terus menunjukkan kenaikan, perlu dicermati dengan memperhatikan pada perubahan struktur ekonomi dan sistem pendidikan. Ditinjau dari persepektif ekonomi , sejak Pelita III Indonesia sudah mulai memasuki era industrial. Pada tahun 1990 kontribusi industri manufaktur pada pembentukan PDB sebesar 19,6 persen. Sudah hampir sama dengan kontribusi sektor pertanian yang besarnya mencapai 19,6 persen. Bahkan kontribusi sektor industri secara keseluruhan – ( termasuk industri pertambangan dan penggalian, industri manufaktur, utilitas dan industri konstruksi )- pada pembentukan PDB mencapai 40,1 persen. Kondisi ini menunjukkan terjadinya perubahan struktur kesempatan kerja yang mengarah pada industrial labour force. Namun demikian sektor pertanian masih merupakan sektor penting yang menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Angkatan kerja apapun kualitas pendidikannya, gampang sekali bekerja di sektor pertanian. Tabel berikut menunjukkan daya serap berbagai sektor berdasarkan daya serapnya.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
8
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 TABEL 5 Penyerapan Tenaga Kerja di Empat Sektor Utama di Indonesia Tahun 1999- 2001 Sektor Pertanian Perdagangan kecil, restoran dan hotel Industri manufaktur Kemasyarakatan, sosial dan jasa
1999 38.378.133 17.529.099
2000 40.676.713 18.489.005
2001 39.743.908 17.469.129
11.515.955 12.224.654
11.641.756 9.574.009
12.086.122 11.003.482
Menurut Lewis ( 1958 ) seperti dikutip oleh Suryadi ( 1994 ), sistem ekonomi selalu terdiri dari dua sektor yang dominan, yaitu sektor pertanian dengan pola penghasilan yang bersifat subsistensi dan sektor industri yang sudah memiliki kartakteristik yang lebih renumeratif. Selanjutnya ia berpendapat, bahwa masalah ketimpangan yang mendorong terjadinya gejala pengangguran struktural terjadi karena perpindahan tenaga kerja dari sektor substitensi ke sektor renumeratif , tidak berjalan mulus. Munculnya sektor-sektor moderen yang diidentifikasikan dengan sistem pengupahan renumeratif, ternyata mensyaratkan cara bekerja, berpikir dan bersikap yang sama sekali berbeda dengan cara-cara tenaga kerja di sektor subsistensi. Akibatnya sektor moderen relatif berjalan statis karena investasi lapangan kerja moderen tidak seimbang dan selaras dengan pengembangan kualitas tenaga kerja. Harum Zain – ( Menteri Tenaga Kerja dan Tarnsmigrasi saat itu ) – dalam sambutannya tanggal 30 September 1981, menyatakan “ Pasar tenaga kerja Indonesia ditandai oleh kelebihan tenaga kerja tidak terampil yang sangat besar jumlahnya, yang disebabkan terutama oleh struktur ekonomi negara kita yang belum mampu menyerap seluruh angkatan kerja yang ada yang kenyataannya bertambah setiap tahun, tetapi dilain pihak dibarengi dengan sektor maupun wilayah terdapat kekurangan tenaga kerja yang terampil dan berkemampuan tinggi “. Dari beberapa pendapat tersebut, jelas bahwa perubahan pada struktur ekonomi perlu diiringi dengan perubahan sistem pendidikan termasuk kurikulumnya ,guna memenuhi tuntutan dunia kerja yang ada. Ketika masih menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan – ( Diknas sekarang)Wardiman Djojonegoro dan Abdul Latief – ( ketika menjadi Menteri Tenaga Kerja )bertekad untuk mensukseska program Link and Match. Link dapat diterjemahkan dengan istilah keterkaitan, artinya program pendidikan mempunyai keterkaitan dengan kebutuhan pasar. Pasar yang dimaksudkan adalah dalam suatu perspektif yang luas yang sejajar dengan konsep educational constituency, yaitu berbagai pihak yang memakai dan menikmati jasa atau yang berkepentingan dengan sistem pendidikan.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
9
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 Match dapat diterjemahkan sebagai kesepadanan, artinya program pendidikan yang sudah terkait dengan berbagai kepentingan harus disamakan dengan jumlah, tingkat mutu atau nilai yang dipersyaratkan oleh educational constuency ( Suryadi, 1994 ). Arnold King mengemukakan ,” the three ways a country can increases its equilibrium level of output are (1) increases in employment; (2) increases in the capital stock physical and human capital ) ; and (3) technological change “. Senada dengan hal itu, Boediono ( 1994 ) berpendapat, bahwa sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang di Indonesia ada dua. Yang pertama adalah tingkat investasi untuk meningkatkan sumber daya manusia, memperkuat modal fisik dan menyesuaikan pengetahuan teknik yang diterapkan di masing-masing industri di setiap saat. Yang kedua adalah rate of return ( nilai balik ) setiap bentuk usaha. Nilai balik merupakan fokus yang penting dalam perencanaan pembangunan untuk memperkuat human capital ( modal manusia ) di setiap industri maupun untuk mendukung perubahan struktural secara efisien setiap saat, yang pada gilirannya akan menguntungkan. Pendidikan sendiri secara inheren adalah investasi ( human invesment ) untuk masa depan. Tantangan masa depan yang dikemukakan oleh Wardiman Djojonegoro pada tahun 1994 ternyata sampai sekarang masih up to date. Tantangan tersebut mencakup tiga hal yaitu : a) Pentingnya orientasi nilai tambah b) Perubahan struktur masyarakat c) Pengaruh dan proses globalisasi Tantangan yang pertama hanya dapat diatasi dengan kualitas sumber daya manusia dalam menguasai ilmu pengetahuan teknologi yang tepat guna. Tantangan yang kedua perlu ditindaklanjuti dengan melakukan kajian secara menyeluruh terhadap perubahan struktur tersebut dan bagaimana implikasinya bagi pengembangan sumber daya manusia. Hal ini diperlukan karena perubahan struktur agraris ke struktur industri seperti yang digambarkan Lewis ( 1958 ) bisa mengakibatkan benturan atau konflik internal. Tantangan ketiga harus diatasi dengan meningkatkan daya saing sumber daya manusia dalam menghasilkan karya-karya bermutu sebagai hasil dari penguasaan iptek. Dalam jangka panjang struktur ketenagakerjaan di Indonesia nantinya bakal ditandai oleh terus berkurangnya kesempatan kerja di sektor pertanian dan perlahan-lahan berganti dengan bertambahnya kesempatan kerja disektor industri. Saat ini sudah terasa bahwa industri teknologi tinggi akan terus berkembang yang berakibat menurunnya kesempatan kerja di sektor pertanian subsistensi. Kecenderungan ini sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri jasa dalam berbagai sektor yang akan menciptakan kerja dengan pertumbuhan yang pesat. Menurut Suryadi ( 1996 ) seperti yang diisyaratkan oleh Unesco dalam New Direction In Technical and Vocational Education ( Bangkok 1992 ) pola ketenagakerjaan berkembang dengan kecenderungan tumbuh dan berkembangnya : a) kebutuhan akan tenaga insinyur, teknolog, spesialis dalam teknologi informasi, mekanik dan tenaga lainnya seperti bengkel dan juru pasang Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
10
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005 b) kebutuhan akan tenaga manajerial tingkat tinggi, teknisi dagang dan pekerja jasa pendukung c) kebutuhan akan tenaga kerja industri jasa khususnya akuntan, administrasi keuangan, distribusi, tranportasi dan periklanan IV. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan : Dari beberapa uraian di atas maka beberapa simpulan yang bisa diambil adalah : a) Pertumbuhan ekonomi belum tentu menjamin terciptanya lapangan pekerjaan selama kualitas sumber daya manusia belum mumpuni untuk memenuhi tuntutan dunia kerja yang ada. b) Kemiskinan yang terjadi di Indonesia lebih diwarnai oleh paradigma strukturalis daripada paradigma kulturalis c) Usaha pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan dengan berbagai program belum mampu untuk menuntaskan kemiskinan yang diunjukkan dengan masih meningginya jumlah penduduk yang tergolong kategori miskin 2. Saran Menuntaskan kemiskinan lewat penciptakan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan pasar, tidak semudah membalikkan tangan karena harus melalui proses yang panjang. Namun beberapa alternatif yang bisa dipertimbangkan sehubungan dengan diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi-( yang lebih mengutamakan proses pembelajaran dari produk ) –kebijakan pendidikan perlu memperhatikan : a) berkembangnya mind worker yang lebih mengandalkan usaha manusia dalam mendayagunakan kemampuan intelektual dan daya inovasi b) berkembangnya kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa secara mandiri ( self training skill ) agar dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan sesuai dengan tingkatannya c) berkembangnya kompleksitas keahlian dan keterampilan yang diperlukan dalam industri dengan teknologi tinggi d) berkembangnya kebutuhan tenaga kerja yang mampu mengolah dan sekaligus mendayagunakan informasi e) berkembangnya kebutuhan tenaga kerja yang mampu meningkatkan diversifikasi hasil pertanian yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetetif.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
11
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
KEPUSTAKAAN Baswir ,Revrisond.1995. Industri Kecil dan Konglomerasi di Indonesia. Prisma nomor 5 Tahun 1995 Boediono dan Mc. Mahon, W. Walter.1993. Isyarat Pasar dan Analisis Pasar. Prisma nomor 2. Tahun XXII Boediono.1994. Pendidikan, Perubahan Struktural dan Investasi di Indonesia. Prisma nomor 5 Tahun XXIII Biro Pusat Statistik Indonesia Cobe, James dan Boediono. 1993. Indonesia Dalam Proses Transisi. Prisma nomor 2 TahunXXII Dasar, Soeroso.1986. Indonesia Sumber Daya Manusia Tahun 2000. Bandung. Angkasa Djamain, Zulkarnaen. 1993. Perekonomian Indonesia. Jakarta. LPFEUI Djojohadikusumo, Sumitro.1993. Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta. LP3ES Djojonegoro, Wardiman.1994. Kebijaksanaan Operasional Wajib Belajar 9 Tahun.Prisma nonor 5. Tahun XXIII Keban,T. Yeremias. 1995. Profil Kemiskinan di Nusa Tenggara Timur. Prisma nomor 10 Tahun XXIV Mc. Mahon, W.,Walter 1993. Teknologi Dan Formasi Model Manusia. Prisma nomor 2. Tahun XXII Nazara,Suahasil.1997.Garis Kemiskinan dan Pengertian Kemiskinan. Prisma nomor 1 Tahun XXVI Sagir, Soeharsono. 1982. Kesempatan Kerja , Ketahanan Nasional Dan Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya. Bandung. Alumni Syarif, Hidayat dan Boediono.1996. Pembangunan Sumber Daya Manusia. Prisma Edisi Khusus 25 Tahun Suryadi, Ace. 1994. Pengembangan Sumber Daya Manusia Menjelang PJP II .Prisma nomor 3. TahunXXIII Suryadi, Ace. 1997. Pembeayaan dan Investasi Sumber Daya Manusia. Prisma nomor 2. Tahun XXVI Tjiptoherijanto, Prijono.1997. Prospek Perekonomian Indonesia Dalam Rangka Globalisasi . Jakarta. Rineka Cipta Webster, A. 1994. Introduction to The Society Of Development. London : Mac Millan Widiyanto, Paulus.1993. Pasar tenaga Kerja. Prisma nomor 2. Tahun XXII
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
12
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
CURRICULUM VITAE 1. Nama Lengkap : Dra. Joehartini, SE 2. NIP : 130 325 788 3. Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda /IVC 4. Tempat dan Tanggal Lahir : Kediri, 12 Januari 1945 5. Alamat : Jetis Kulon X/19A Surabaya 6. Pekerjaan : Dosen FIS Universitas Negeri Surabaya 7. Riwayat Pendidikan : -. Sarjana Pendidikan Ekonomi Umum dan Koperasi tahun 1971 -. Akta Mengajar V Type A tahun 1981 -. Sarjana Ekonomi Manajemen 1997 8. Pengalaman Penelitian : -. Penerapan Fungsi Pengajaran Galperin Mata Kuliah Mikro Ekonomi Di Jurusan PDU FIS IKIP Surabaya. Tahun 1998 -. Pola Konsumsi Rumah Tangga Industri Kerajinan Kulit dan Latar Belakang Pendidikan Pengrajin Desa Selosari Magetan dan Desa Kedensari Tanggulangin Sidoarjo. Tahun 1998 -. Analisis Kepuasan Konsumen Pada Sebuah Retailer ( Studi Kasus Pada Mini Market Indomaret ). Tahun 2001 -. Pengaruh Pembelajaran Terpadu “ Model Jaring Laba-laba “ Mata Pelajaran IPS Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah dasar Laboratorium Universitas Negeri Surabaya. Tahun 2003 9. Karya Ilmiah Yang Dipublikasikan : -. Belajar Tuntas dan Keterampilan Proses . Upress IKIP Surabaya -. Modul Teori Konsumen. Unipress IKIP Surabaya -. Pengantar Ilmu Ekonomi ( Pendekatan Mikro Ekonomi ). Upress IKIP Surabaya.
( Dra. Joehartini, SE ) NIP 130 325 788
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
13
Simposium Riset Ekonomi II Surabaya, 23-24 November 2005
RIWAYAT HIDUP 1. Nama lengkap : Drs. Rosben Musa 2. N I P : 130 350 709 3. Pangkat/Gol.NIP : Lektor Kepala/IVb 4. Tempat/Tgl lahir : Rengat, 3 April 1944 5. Alamat : Krembangan Wates 26 Surabaya 6. Jabatan Pokok : Staf Pengajar 7. Alamat Kantor : Kampus IKIP Ketintang Surabaya 8. Pendidikan : S1 Pendidikan Ekonomi – IKIP Surabaya. 9. Penataran a. Penataran Terjemahan. b. Penataran Media Pendidikan c. Penataran Penelitian Kualitatip. d. Penataran Penelitian Ilmu Sosial e. Penataran Teori ekonomi Makro 10. Pengalaman Penelitian 1. Laporan hasil studi Evaluasi pelaksanaan program pelatihan Praktek Kerja Lapangan UED dan kelompok usaha ekonomi Desa. 2. Pengembangan model peningkatan peran serta wanita pedesaan di sektor pengembangan produk Mente dalam rangka pengentasan Kemiskinan di desa binaan Kabupaten Nganjuk. 3. Peran serta dan profil bisnis wanita pada pengembangan perusahaan kecil rumah tangga produk tempe dalam rangka pengentasan kemiskinan di desa Sepandih Kabupaten Sidoarjo. 4. Peran pekerja wanita karpet lipat plastik dalam upaya meningkatkan pendaparan keluarga di desa Jatirejo Kec, Tikung Kab. Lamingan. 5. Uji coba perangkat pembelajaran konstektual mata pelajaran Ekonomi pada kelas 1B di SMK I Surabaya. 11. Pengalaman Pengabdian pada Masyarakat. ♦ Penataran Guru-guru SD pengajar Mata Pelajaran Ekonomi di SMP se Jawa Timur. ♦ Penataran guru-guru MAN di Madiun dan Malang. ♦ Penataran guru-guru MTs di Bangkalan ♦ Penataran Manajemen Sekolah pada Kepala Sekolah MAN di Surabaya. ♦ Pembinaan pengrajin tikar pandan di Perning Nganjuk. ♦ Pembinaan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar unggulan di Lamongan.
Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Surabaya Koordinator Jawa Timur
14