PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI CAISIN (BRASSICA CHINENSIS L.) BERDASARKAN INTERVAL WAKTU PEMBERIAN AIR *) Oleh : (1) Ningsih Pakaya , Nikmah Musa (2), Fauzan Zakaria (3) **)
ABSTRAK Ningsih Pakaya. 613408056. Pertumbuhan dan Produksi Caisin (Brassica chinensis L.) Berdasarkan Interval Waktu Pemberian Air. Dibimbing oleh Dra. Hj. Nikmah Musa, M.Si sebagai Pembimbing I dan Fauzan Zakaria, S.P,.M.Si Pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interval waktu pemberian air dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi caisin serta untuk mengetahui interval waktu pemberian air yang memberikan pertumbuhan dan produksi terbaik bagi caisin. Penelitian dilaksanakan di Desa Pilohayanga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 10 ulangan. Empat perlakuan tersebut adalah S1 = Siram setiap hari, S2 = Siram 2 hari sekali, S3 = Siram 3 hari sekali, S4 = Siram 4 hari sekali. Variabel yang diamati meliputi: tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), berat basah tanaman (gram). Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis dengan menggunakan Analisis of Variance (ANOVA) dan dilakukan Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf α = 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interval waktu pemberian air pada tanaman caisin menunjukkan pengaruh nyata saat umur 4 MST, 5 MST dan 6 MST pada semua parameter pertumbuhan dan produksi caisin untuk pemberian air setiap hari. Kata Kunci: Pertumbuhan, Produksi, Caisin, Interval Waktu Pemberian Air. PENDAHULUAN Kegiatan usaha tani sayuran memiliki peranan yang besar dalam rangka peningkatan pendapatan masyarakat sebagai komoditas yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi. Berdasarkan laporan Direktur Jenderal Hortikultura *)
Seminar hasil penelitian dibawakan pada forum seminar Prodi S1 Agroteknologi Jurusan Agroteknologi Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian, Tanggal 19 Juli 2013.
**)
1. Mahasiswa Program Studi Agroteknologi, 2. Pembimbing I, 3. Pembimbing II.
(2010), bahwa pada tahun 2007, konsumsi sayuran masyarakat Indonesia sebesar 40,90 kilogram per kapita per tahun meningkat pada tahun 2008 menjadi 41,32 kilogram per kapita per tahun. Kemudian pada tahun 2009 konsumsi sayuran semakin mengalami peningkatan hingga 43,5 kilogram per kapita per tahun. Namun, peningkatan jumlah konsumsi dari tahun 2007 hingga tahun 2009 tersebut menunjukkan bahwa masyarakat semakin sadar akan kebutuhan sayuran sebagai pemenuhan gizi dan kesehatan. Selain itu, nilai ekspor sayuran Indonesia terus mengalami peningkatan. Kini caisin menjadi salah satu andalan sayuran daun yang digemari oleh masyarakat. Untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen, baik dari segi kualitas maupun kuantitas maka perlu dilakukan peningkatan produksi. Salah satu upaya peningkatan hasil yang dapat dilakukan adalah melalui pengaturan jumlah dan interval pemberian air. Untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang normal, tanaman memerlukan unsur hara, cahaya, karbondioksida, dan air yang cukup. Kekurangan air mengakibatkan terganggunya aktifitas morfologis dan fisioligis, sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Dalam pemberian air perlu diperhatikan kebutuhan air dari setiap tanaman. Air merupakan faktor essensial bagi tanaman dan menjadi faktor pembatas bagi tanaman caisin. Jika air kurang atau berlebih menyebabkan tanaman mengalami titik kritis, dimana tanaman akan mengalami penurunan proses fisiologi dan fotosintesis dan akhirnya mempengaruhi produksi dan kualitas. Perlakuan periode pemberian air, erat hubungannya dengan tingkat ketersediaan air. Pertumbuhan tanaman akan semakin baik dengan pertambahan jumlah air. Akan tetapi, terdapat batasan maksimum dan minimum dalam jumah air. Oleh karena itu perlu diketahui batasan taraf pemberian air dan frekuensi pemberian air yang sesuai terhadap respon tanaman caisin agar dapat mempercepat pertumbuhan, produksi dan kualitas tanaman caisin (Desmarina, dkk 2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asona (2013) terhadap tanaman bayam, bahwa pertambahan tinggi tanaman dipengaruhi oleh pengaturan interval pemberian air, perlakuan penyiraman air selang 3 hari adalah yang tertinggi reratanya yaitu 29,28 cm. Berdasarkan uraian diatas dirasakan perlu dilakukan penelitian mengenai Pertumbuhan dan Produksi Caisin (Brassica chinensis L.) Berdasarkan Interval Waktu Pemberian Air.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan mulai Juni 2013 sampai dengan Juli 2013. Bertempat di lahan perkebunan masyarakat di Desa Pilohayanga Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap ( RAL ) dengan empat perlakuan yang diulang sebanyak tiga kali. Sehingga total perlakuan sebanyak 40 media tanam. Setiap polybag ditanam 1
tanaman. Perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut : S1 = Siram setiap hari, S2 = Siram 2 hari sekali, S3 = Siram 3 hari sekali, dan S4 = Siram 4 hari. Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu yang dilakukan adalah Caisin dikembangbiakkan dengan biji. Sebelum biji ditanam terlebih dahulu disemaikan di kotak persemaian. Di persemaian biji caisin disebarkan secara merata agar bibit dapat tumbuh dengan baik, tidak tumpang tindih. Sebelum penanaman, terlebih dahulu menyiapkan media tanam, yakni polybag yang berukuran 35 x 35 cm. Kemudian media tersebut diisi dengan tanah seberat 4 kg. Dua minggu setelah tanam, media yang terisi tanah tersebut harus diberikan pupuk dasar yakni pupuk majemuk phonska. Cara pemberiannya dilakukan dengan memasukkan pupuk kedalam lubang tanam, dengan jarak 5 cm dari tanaman. Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam sedalam ± 2 cm. Setiap lubang tanam ditanam 2 benih caisin dengan jarak antar polybag 20 cm. Penyiraman dilakukan berdasarkan perlakuan. Penyiangan dilakukan jika di media tanam terdapat gulma agar tidak menjadi pesaing bagi tanaman caisin. Pupuk dasar yang diberikan adalah phonska dengan dosis 5 g/m2. Pengendalian organisme pengganggu tanaman, yaitu daun yang terserang hama dan penyakit segera dikeluarkan agar tidak menyebar ke tanaman yang lain. Pemanenan dilakukan pada 45 HST dengan memotong pangkal batang saat sore hari. Pemanenan dilakukan pada seluruh polybag. Pengamatan dilakukan sesuai dengan pengukuran pada parameter yang diamati. Sampel tanaman diamati atau diukur pada 2, 3, 4, 5 dan 6 MST. Pengamatan tersebut meliputi : tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah tanaman.
HASIL DAN PEMBAHSAN Dari hasil penelitian diperoleh data berupa tinggi tanaman, jumlah daun pertanaman, dan berat basah tanaman. 4.1Tinggi Tanaman Tinggi tanaman caisin dilakukan dalam 5 kali pengamatan, yaitu (2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengamatan saat umur 4 MST, 5 MST, dan 6 MST berpengaruh nyata terhadap interval waktu pemberian air. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata terhadap interval waktu pemberian air, terdapat pada umur 2 MST dan 3 MST. Hasil uji BNT terlihat pada tabel 1. Rataan pertumbuhan tinggi tanaman caisin.
Tabel 1. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman Caisin Melalui Interval Waktu Pemberian Air Rataan Tinggi Tanaman Perlakuan 2 MST 3 MST 4 MST 5 MST 6 MST tn tn S1 3,97 6,15 10,75* b 20,30* b 30,75* b S2 3,78 5,10 9,90 b 17,75 a 26,55 a S3 3,54 5,48 8,98 a 16,95 a 27,82 a S4 3,76 5,38 7,93 a 15,18 a 24,97 a BNT 5 % 1,78 3,07 3,80 Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa interval waktu pemberian air tidak berpengaruh nyata pada saat umur tanaman caisin 2 MST dan 3 MST. Saat umur 4 MST, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah perlakuan S 1 (10,75 cm) berbeda nyata dengan perlakuan S3 dan S4, tetapi tidak berbeda nyata dengan S2. Saat umur 5 MST, perlakuan yang memiliki tinggi tanaman tertinggi adalah S1 (20,30 cm) berbeda nyata dengan perlakuan S2, S3 dan S4. Pada pengamatan 6 MST perlakuan S1 berbeda nyata dengan perlakuan S2, S3 dan S4.
Tinggi Tanaman (cm)
Perbedaan dan persamaan tersebut, dapat dilihat pada gambar berikut : 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00
S1
S2 S3 S4 2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Gambar 1. Rataan Pertumbuhan Tinggi Tanaman Caisin Dari gambar 1 di atas, terlihat pada pengamatan 2 MST dan 3 MST pertambahan tinggi tanaman untuk keempat perlakuan sama atau tidak berbeda nyata. Perbedaan mulai terlihat pada 4 MST, lebih nyata lagi pada 5 MST dan selanjutnya perbedaan pada minggu ke 6 MST, adanya perbedaan perlakuan S 1 (penyiraman setiap hari) dengan 3 perlakuan lainnya (S 2, S3 dan S4). Hasil ini menjelaskan bahwa, perlakuan interval waktu pemberian air yang berpengaruh nyata adalah perlakuan S1 (siram setiap hari), dan tidak berpengaruh nyata perlakuan S2, S3, S4. Jenis tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis tanah vertisol di mana kapasitas menyimpan airnya tinggi (mampu mengikat air lebih baik). Hal ini sesuai dengan pendapat Tisdale dan Nelson ( 1975) bahwa ketersediaan air dipengaruhi oleh kemampuan tanah untuk mengikat air. Jumlah air yang dapat ditahan oleh tanah tergantung dari bahan organik dan tekstur tanah.
Perlakuan S1 (siram setiap hari) pertambahan tinggi tanaman lebih baik, air tidak terlalu tergenang dan kemungkinan kebutuhan air pada kondisi tersebut optimal, hingga berpengaruh terhadap pembelahan sel-sel tanaman dan transport hara dari tanah ke tanaman. Semakin baik tanah dalam melakukan transport hara, kebutuhan akan hara juga akan semakin tercukupi, sehingga tanaman mampu memberikan rata-rata tinggi tanaman yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Harjadi (1996), bahwa air adalah komponen utama dalam tanaman, merupakan salah satu unsur utama yang dibutuhkan pertumbuhan, karena air berfungsi sebagai penyusun utama jaringan tanman, pereaksi dalam proses fotosintesis dan berbagai proses hidrolisis, serta untuk menjaga turgiditas tanaman di antaranya dalam pembesaran sel. Tanaman caisin berbatang lunak, tetapi dapat di siram setiap hari karena tanaman tersebut sangat membutuhkan air dan tanahnya juga harus selalu dalam keadaan lembab. Air yang berlebihan dalam tanah dapat merugikan tanaman, sama halnya dengan kekurangan air. Aspek yang banyak merugikan akibat sedikit suplai oksigen. Tanaman basah akan menghambat nitrifikasi yang menyebabkan tanaman menjadi kuning dan tampak kurang sehat. Meningkatnya tekanan kelebihan air akibat genangan, menyebabkan laju fotosintesis menurun. Oleh karena kelebihan air tersebut menyebabkan terjadinya perubahan warna daun mudah menjadi kuning, terjadi klorosis daun, dan akhirnya akan mongering sehingga daun tidak aktif lagi sebagaimana mestinya, pemanjangan batang berkurang, tanaman tumbuhnya tidak normal dan akhirnya menyebabkan kegagalan (Asona, 2013). Pertumbuhan tanaman sangat dibatasi oleh jumlah air yang tersedia dalam tanah, sehingga perlu adanya penambahan air baik dari air hujan ataupun air irigasi. Hal ini penting dalam kaitannya dengan peranan air dalam tubuh tanaman. Interval pemberian air setiap hari memberikan hasil yang baik, karena pemenuhan kebutuhan digunakan untuk pertumbuhan berada dalam keadaan optimum, sehingga terjadi kesinambungan penggunaan dan pengeluaran air yang selanjutnya merangsang aktivitas metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti batang dan akar lebih panjang, dan daun lebih lebar. Air yang tersedia bagi tanaman berada dalam kisaran kapasitas lapang sampai pada titik layu permanen. Semakin rendah potensial matrik air tanah maka semakin sedikit air yang tersedia bagi tanaman (Siagian et al. 1994) dalam (Nurlaili, 2009). Sebaliknya, pertumbuhan tanaman yang terhambat akibat kekurangan air sering dihubungkan dengan penurunan laju fotosintesis sebagai akibat dari pembukaan stomata yang berkurang untuk mengurangi transpirasi agar kehilangan air berkurang. Menurunnya aktifitas fotosintesis akan menghambat pertumbuhan yang pada akhirnya pertumbuhan tanaman akan menurun. Tanaman yang kekurangan air dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat, sehingga menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan bagian tanaman berbentuk kecil. Tanaman yang menderita kekurangan air mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal (Asona, 2013).
4.2 Jumlah Daun Pengamatan jumlah daun caisin dilakukan 5 kali ( 2 MST, 3 MST, 4 MST, 5 MST, dan 6 MST). Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengamatan saat umur 4 MST, 5 MST, dan 6 MST yang berpengaruh nyata akibat interval waktu pemberian air. Pengamatan yang tidak berpengaruh nyata terhadap interval waktu pemberian air terdapat pada umur 2 MST dan 3 MST. Hasil uji BNT terlihat pada tabel 1. Rataan pertumbuhan jumlah daun caisin. Tabel 2. Rataan Pertumbuhan Jumlah Daun Caisin Melalui Interval Waktu Pemberian Air Perlakuan S₁ S₂ S₃ S₄ BNT 5 %
2 MST 3,60 tn 3,10 3,10 3,00 -
Rataan Jumlah Daun 3 MST 4 MST 5 MST tn 4,10 5,60 *b 7,00* b 3,80 5,10 a 6,60 b 3,90 4,80 a 6,20 a 3,50 4,60 a 5,80 a 0,64 0,70
6 MST 8,70* b 8,20 b 7,70 a 7,50 a 0,70
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa, interval waktu pemberian air tidak berpengaruh nyata pada saat umur tanaman caisin 2 MST dan 3 MST. Saat umur 4 MST, perlakuan yang memiliki jumlah daun tertinggi adalah perlakuan S 1 (5,60 helai) berbeda nyata dengan perlakuan S3. Saat umur 5 MST, perlakuan yang memiliki jumlah daun tertinggi adalah perlakuan S 1 (7,00 helai) tidak berbeda nyata dengan perlakuan S2, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan S3. Pada pengamatan 6 MST perlakuan S1 berbeda nyata dengan S3, tetapi tidak berbeda nyata dengan S2.
Jumlah Daun (Helai)
Perbedaan dan persamaan tersebut, dapat dilihat pada gambar berikut : 10.00 9.00 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
S1 S2 S3 S4
2 MST
3 MST
4 MST
5 MST
6 MST
Gambar 2. Rataan Pertumbuhan Jumlah daun Caisin
Dari gambar 2 di atas, terlihat pada pengamatan 2 MST dan 3 MST pertambahan jumlah daun tanaman untuk keempat perlakuan sama atau tidak berbeda nyata. Perbedaan mulai terlihat pada 4 MST, lebih nyata lagi pada 5 MST, dan selanjutnya pada minggu ke 6 MST adanya perbedaan perlakuan S1 dan S2 dengan 2 perlakuan lainnya S3 dan S4. Hasil ini menjelaskan bahwa, perlakuan interval waktu pemberian air yang berpengaruh nyata adalah perlakuan S 1 (siram setiap hari), dan tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan S2. Keadaan ini mengindikasikan bahwa, pertambahan jumlah daun sudah dapat optimal dengan perlakuan interval penyiraman setiap hari. Interval pemberian air setiap hari memberikan hasil terbaik, karena pemenuhan kebutuhan air untuk digunakan dalam pertumbuhan berada dalam keadaan optimum, sehingga terjadi kesinambungan penggunaan dan pengeluaran air yang selanjutnya merangsang aktifitas metabolisme yang digunakan untuk pertumbuhan bagian-bagian tanaman seperti batang, akar lebih panjang dan daun lebih lebar. Semakin diperjarang periode pemberian air terhadap tanaman, maka air tanah akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman secara keseluruhan (Nurlaili, 2009). 4.3 Berat Basah Tanaman Berat basah tanaman ditimbang pada saat panen, yaitu tanaman sudah berumur 45 HST. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan interval waktu pemberian air berpengaruh nyata pada produksi tanaman caisin. Selanjutnya hasil uji BNT dilakukan untuk melihat perbedaan dari masing-masing perlakuan yang paling memberikan pengaruh terhadap produksi tanaman caisin. Rataan berat basah tanaman caisin dapat dilihat pada table 3. Rataan berat basah tanaman. Tabel 3. Rataan Berat Basah Tanaman Caisin Melalui Interval Waktu Pemberian Air Perlakuan S₁
Rataan Berat Basah Tanaman 42,40* b
S₂
25,00
a
S₃
27,10
a
S₄
33,20
a
BNT 5 %
12,10
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT 5 %
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa, dari hasil uji BNT perlakuan S 1 berbeda nyata dengan perlakuan S2, S3 dan S4.
Berat Basah (gram)
Perbedaan dan persamaan tersebut, dapat dilihat pada gambar berikut : 50 40 30 20 10 0
Series1
Gambar 3. Rataan Berat Basah Tanama Caisin Dari Gambar 3 di atas, terlihat bahwa perlakuan S 1 (penyiraman setiap hari) memiliki berat basah tertinggi yaitu 42,40 gram. Hal ini kemungkinan tanaman caisin membutuhkan air setiap hari untuk pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga mencapai hasil yang maksimal dibanding dengan pemberian air lainnya. Demikian pula jika tanaman mengalami kekurangan air, maka produksi tidak maksimal. Hal ini sependapat dengan Kramer (1963) dalam Budianto (1984), bahwa tanaman yang mengalami kekurangan air stomatanya menutup lebih awal untuk mengalami kehilangan air, tetapi penutupan stomata juga menghambat jalan masuknya CO 2 sehingga fotosintesis berkurang. Laju fotosintesa berkurang menyebabkan hasil fotosintat berkurang pula. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhartono (2008) tentang “Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max ( L) Merril ) Pada Berbagai Jenis Tanah “ menunjukkan bahwa rata-rata berat basah tanaman terendah terdapat pada perlakuan interval pemberian air 1 liter/4 hari, dan berat basah tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan interval pemberian air 1 liter/2 hari. Pengaruh interval pemberian air dan berbagai jenis tanah terhadap berat basah tanaman kedelai, mempunyai relevansi atau menunjukkan pengaruh yang sama terhadap berat kering tanaman. Kelebihan air akan mengganggu kesimbangan kimiawi dalam tanaman yang berakibat proses-proses fisiologis berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus maka akibat yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan sebagainya (Asona, 2013). KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya maka dapat disimpulkan : 1. Interval waktu pemberian air berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman caisin (tinggi tanaman pada umur 4 MST mencapai 9,95 cm, 5 MST mencapai 20,3 cm, dan umur 6 MST mencapai 30,8 cm, jumlah daun pada
umur 4 MST sebanyak 5,4 helai, 5 MST sebanyak 7 helai, dan umur 6 MST 8,5 helai). Demikian pula terhadap produksi tanaman caisin (berat basah tanaman yang tertinggi, yaitu pada perlakuan setiap hari pemberian air mencapai 42,4 gram). 2. Perlakuan interval waktu pemberian air S1 (siram setiap hari) memberikan hasil terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman caisin.
DAFTAR PUSTAKA Asona, M. 2013. Pertumbuhan Dan Produksi Bayam (Amaranthus sp.) Berdasarkan Waktu Pemberian Air. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo. Budianto, U.F.1984. Pengaruh Tekanan Kekeringan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai Pada Tanah Grumosol Lombok Tengah. Thesis Magister Sains Fak. Pasca Sarjana IPB. Desmarina, R; Adiwirman; dan Widodo, D.W. 2009. Respon Tanaman Tomat Terhadap Frekuensi Dan Taraf Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Tomat. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Direktorat Jenderal Holtikultura Departemen Pertanian, 2010. Produksi Tanaman Sayuran Di Indonesia Tahun 2007. Dikutip dari : http:/holtikultura. deptan.go.id. Diakses tanggal 07 Maret 2013. Fransiska. 2009. Respon Pertumbuhan Dan Produksi Sawi (Brassica juncea L,) Terhadap Pemakaian Pupuk Kascing Dan Pupuk Organik Cair. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. Hidayat, A. 2001. Mengatur Pemberian Air. Modul Budidaya Tanaman. Depdiknas. Jakarta. Kramer,P.J. 1969. Plant and Soil Water Relationship A Modern Synthesis Tata Mc-Graw Hill Publ.India. Maryam. 2009. Pengaruh Jenis Pupuk Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Panen Tanaman Sayuran Di Dalam Nethouse. Skripsi. Institut Pertanian Bogor . Musa, N. 1998. Studi Pertumbuhan dan Hasil Jagung Lokal (Zea Mays L) Berdasarkan Waktu Tanam dan Pemupukan Fosfor Di Tibawa Gorontalo Nurlaili, 2009. Tanggap Beberapa Klon Anjuran dan Periode Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brassilliensis Muell. Arg.) dalam Polibag. Jurnal Penelitian. Universitas Baturaja.
Saribun, D.S. 2008. Pengaruh Pupuk Majemuk NPK Pada Berbagai Dosis Terhadap pH, P-Potensial Dan P-Tersedia Serta Hasil Caysin (Brassica juncea) Pada Fluventic Eutrudpts Jatinangor. Sito. J.2013. Bercocok Tanam Sawi (Caisin). Lembar Informasi Pertanian. Diakses tanggal 08 Maret 2013. Sulistyaningsih. 2005. Pertumbuhan Dan Hasil Caisin Pada Berbagai Warna Sungkup Plastik. Jurnal Pertanian. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Susana. 2003. Air Sebagai Sumber Kehidupan. LIPI. Jakarta. Tisdale, S.L, and Nelson, 1975. Soil Fertility and Fertilizer. The Mc. Millan Company, New York.