Jurnal Agrisistem, Desember 2014, Vol. 10 No.2
ISSN 1858-4330
INTERVAL WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR URIN SAPI PADA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir) THE TIME OF INTERVAL OF ALLOWING COW URINE AS LIQUID ORGANIC FERTILIZER ON THE GROWTH AND YIELD OF KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans Poir) Ismaya N.R.Parawansa1,3 dan Hamka2 1 Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Gowa 2 Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPP-KP) Kab. Maros 3 E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat (Ipomoea reptans Poir).. Penelitian dilaksanakan di Desa Moncongloe, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan, Maret sampai Mei 2014. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan perlakuan interval waktu: P0=tanpa perlakuan, P1= 2 hari sekali, P2= 4 hari sekali, P3= 6 hari sekali, dan P4= 8 hari sekali dengan aplikasi 200 mL 3 L-1 air per bedengan dan diulang 3 kali sehingga terdapat 15 unit percobaan. Hasil penelitian menunjukkan pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan interval waktu 2 hari sekali, 4 hari sekali, 6 hari sekali dan 8 hari sekali dengan aplikasi 200 mL 3 L-1 air tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan berat basah tanaman kangkung darat. Interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi 6 dan 8 hari dapat meningkatkan pertambahan jumlah daun pada tanaman kangkung darat. Kata kunci: Pupuk organik cair, urin sapi, kangkung darat (Ipomoea reptans Poir).
ABSTRACT The research aimed to determine the effect of time of interval of allowing cow urine as liquid organic fertilizer on the growth and yield of kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). The research was conducted in the Village Moncongloe, Maros South Sulawesi, March to May 2014. Used methods was randomized design group (RDG) with treatment intervals: P0 = without treatment, P1 = 2 days, P2 = 4 days, P3 = 6 days, and P4 = 8 days with the application of 200 mL 3 L-1 of water per seedbed and repeated 3 times so that there are 15 units of trial. The results showed a liquid organic fertilizer cow urine with interval 2 days, 4 days, 6 days and 8 days once with 200 mL 3 L-1 of water aplication did not significantly affect the increase in plat height and fresh weight of plant kangkung darat. Time interval of liquid organic fertlizer cow urine 6 and 8 days may incrase in the number of leaves on the ground kangkung darat. Keywords: Liquid organic fertilizer, cow urine, kangkung darat (Ipomoea reptans Poir).
170
Jurnal Agrisistem, Desember 2014, Vol. 10 No.2
PENDAHULUAN Populasi penduduk meningkat mengakibatkan permintaan hasil pangan dan pertanian meningkat dengan pesat. Untuk memenuhi hal tersebut, dilakukan upaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian, salah satunya dengan pemberian pupuk kimia dimana hampir 40-60% tanaman pertanian ditanam menggunakan berbagai jenis pupuk anorganik. Meskipun dapat mendorong pertumbuhan tanaman, tetapi penggunaan yang tidak terkendali menjadi salah satu sebab terdegradasinya daya dukung dan kualitas tanah pertanian di Indonesia sehingga produktivitas lahan semakin menurun karena menurunnya kandungan bahan organik tanah (Adi, 2013). Husnain dan Syahbuddin (2007), mengemukakan bahwa pertanian organik di Indonesia dapat menjadi suatu pilihan alternatif pemenuhan kebutuhan pangan di Indonesia dalam jangka panjang. Sasaran jangka pendek dari sistem pertanian organik adalah kesadaran masyarakat dan petani akan perlunya melestarikan lahan dan menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan bahan kimia sintetis seperti pupuk kimia dan pestisida dan berusaha semampunya memanfaatkan bahan-bahan alami di sekitar mereka. Untuk jangka panjang, potensi pasar produk organik di dunia terbuka lebar bagi indonesia. Mengingat dari tahun ke tahun terjadi peningkatan kebutuhan akibat peningkatan jumlah penduduk. Pupuk organik cair merupakan pupuk berbentuk cair berasal dari kotoran atau urin hewan yang dilarutkan dalam air dengan perbandingan tertentu. Umumnya kotoran atau urin hewan seperti sapi, kambing, kelinci, babi cukup banyak dan telah dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk cair. Keuntungan pemupukan melalui daun adalah penyerapan unsur hara dari pupuk
ISSN 1858-4330
yang diberikan berjalan lebih cepat dibandingkan bila diberikan melalui tanah, sehingga pemberian pupuk melalui daun lebih efisien penyerapan unsur haranya (Lingga dan Marsono, 2002). Pemupukan melalui daun harus memperhatikan waktu aplikasi yang tepat. Soetejo dan Kartasapoetra (1991) menyebutkan bahwa waktu aplikasi juga menentukan pertumbuhan tanaman. Berbedanya waktu aplikasi akan memberikan hasil yang tidak sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk melalui daun dengan interval waktu yang terlalu sering dapat menyebabkan pemborosan pupuk. Sebaliknya, bila interval pemupukan terlalu jarang dapat menyebabkan kebutuhan hara tanaman kurang terpenuhi. Interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi dianjurkan yaitu 7-10 hari sekali. Kandungan kimia urin sapi adalah N= 1,4 sampai 2,2%, P= 0,6 sampai 0,7%, dan K= 1,6 sampai 2,1% (Hadi, 2004). Sedangkan kandungan hara yang terdapat dalam pupuk cair kotoran adalah: 0,53 N, 0,35 P, 0,41 K, 0,28 Ca, 0,11 Mg, 0,05 S, 0,004 F (Setiawan, 2006). Diantara jenis pupuk cair, pupuk cair sapi dan kelinci yang mempunyai kadar serat yang tinggi seperti selulosa, hal ini terbukti dari hasil pengukuran parameter C/N rasio yang cukup tinggi > 40, tingginya kadar C dalam pupuk cair sapi menghambat penggunaan langsung ke lahan pertanian karena akan menekan pertumbuhan tanaman utama. Penekanan pertumbuhan terjadi karena mikroba dikomposer akan menggunakan N yang tersedia untuk mendekomposer bahan organik tersebut sehingga tanaman utama akan kekurangan N. Untuk memaksimalkan penggunaan pupuk cair harus dilakukan pengomposan/fermentasi dengan penambahan EM-4 atau Mol agar pupuk cair kotoran sapi dengan rasio C/N < 20. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh 171
Jurnal Agrisistem, Desember 2014, Vol. 10 No.2
interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung (Ipomoea reptans Poir).
ISSN 1858-4330
adalah 0,50 m sehingga secara keseluruhan luas lahan 10,5 m x 5 m = 52,5 m². b. Penanaman
BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Moncongloe, Kecamatan Moncongloe, Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan, Maret sampai Mei 2014. B. Materi Penelitian Alat yang digunakan antara lain: cangkul, ember, gembor, jerigen, meter, parang, timbangan, kamera, tali rafia dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah: urin sapi, bibit kangkung, gula merah/tetes tebu, lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, air rendaman kedelai/urea, dan EM4. C. Pelaksanaan 1. Metode Penelitian dilaksanakan di lahan milik petani, menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 5 perlakuan interval waktu aplikasi pupuk cair urin sapi dengan aplikasi sebanyak 200 mL 3 L-1 air per bedengan dan diulang sebanyak 3 kali ulangan, sehingga terdapat 15 plot tanaman sebagai unit penelitian. Perlakuan penelitian yaitu: Po= Kontrol, P1= 2 hari sekali, P2= 4 hari sekali, P3= 6 hari sekali, dan P4= 8 hari sekali.
Setiap petak percobaan ditanami benih kangkung dengan sistim tugal dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Jumlah populasi masing-masing petak percobaan adalah 35 tanaman per plot. Setiap lubang tanam diisi 5 biji benih kangkung sehingga dibutuhkan benih kangkung 175 biji benih per petak percobaan, kebutuhan benih kangkung sebanyak 2.625 benih. c. Aplikasi Pemberian Pupuk Cair Urin Sapi Pemberian pupuk cair urin sapi pada tanaman kangkung darat diaplikasikan pada saat tanaman berumur 1 minggu setelah tanam (MST) berdasarkan perlakuan yang akan diberikan dengan dosis 200 mL 3 L-1 air. d. Pemeliharaan Pemeliharaan yang dilakukan adalah melakukan penyiraman pada masa pertumbuhan, penyulaman dilakukan apabila ada tanaman tidak tumbuh dalam satu lubang dengan umur 1 MST. Pengendalian gulma perlu dilakukan untuk menghindari persaingan penyerapan unsur hara bagi tanaman, untuk pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila terdapat tanda-tanda serangan. e. Parameter Pengamatan
2. Pelaksanaan Penelitian a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan satu minggu sebelum penanaman sebanyak 2 kali yaitu dicangkul/dibajak dan diratakan lalu dibuatkan bedengan dengan ukuran 1,50 m x 1,00 m dan jarak antara bedengan
172
Parameter yang diamati adalah: (1) tinggi tanaman (cm), diukur mulai dari permukaan tanah sampai pucuk tanaman; (2) jumlah daun (helai), diukur mulai dari terbentuknya daun pertama sampai panen; dan (3) berat basah (kg), tanaman ditimbang berat basahnya setelah panen.
Jurnal Agrisistem, Desember 2014, Vol. 10 No.2
3. Analisis Data Data dianalisis menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK). Jika hasil uji menunjukan ada pengaruhnya maka analisis dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Persamaan RAK adalah: Yὶj = µ + Ti +Bi + ϵὶj
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Tinggi Tanaman Hasil analisis sidik ragam tinggi tanaman kangkung darat (Tabel 1), menunjukkan bahwa pada perlakuan interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung darat tidak berpengaruh nyata
Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 F hit 0,05 BNT 0,05 KK %
pada tinggi kangkung umur 1-4 MST. Gambar 1, menunjukan bahwa laju pertumbuhan tinggi tanaman kangkung darat semua perlakuan memperlihatkan pola pertumbuhan tinggi tanaman yang bersifat kuadratik positif. 2. Jumlah Daun
Yij = Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum Ti = Pengaruh perlakuan ke-i Bj =Pengaruh blok ke-j ϵὶj =Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-ὶ dan ulangan ke-j.
Tabel 1.
ISSN 1858-4330
Hasil perhitungan analisis sidik ragam jumlah daun pada tanaman kangkung darat menunjukan pada perlakuan interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun pada umur 1, 2 dan 3 minggu setelah tanam namun pada umur 4 MST menunjukkan pengaruh nyata pada perlakuan P4 terhadap perlakuan P0, P1 dan P2 dan tidak berpengaruh nyata pada perlakuan P3. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Gambar 2, menunjukan bahwa perkembangan jumlah daun tanaman kangkung darat berbagai perlakuan pada umur 1-4 MST memperlihatkan pola pertambahan jumlah daun tanaman yang bersifat kuadratik positif.
Pertumbuhan tinggi tanaman pada perlakuan interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung Tinggi tanaman kangkung (cm) pada umur 1-4 MST I II III IV 5,600 15,067 28,533 34,067 5,467 14,667 28,000 39,467 6,133 15,467 27,733 33,333 5,800 16,667 32,000 39,267 6,067 16,133 29,733 40,800 tn tn tn tn 1,4082 3,5788 7,8323 11,6308 12,8650 12,1502 14,2459 16,5227
173
Jurnal Agrisistem, Desember 2014, Vol. 10 No.2
ISSN 1858-4330
Gambar 1. Histogram pola pertumbuhan tinggi tanaman kangkung darat pada interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada berbagai perlakuan pada umur 1-4 MST.
Tabel 2. Pertumbuhan jumlah daun pada berbagai perlakuan interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 F hit 0,05 BNT 0,05 KK %
Jumlah daun tanaman kangkung darat (cm) pada umur 1-4 MST I II III IV 2,400 5,533 7,800 9,933 a 2,467 5,133 8,000 10,400 a 2,133 5,867 7,733 9,867 a 2,200 6,400 8,667 10,667 ab 2,133 6,000 8,133 11,867 b tn tn tn 4,0164 0,5303 1,1596 1,4405 1,3162 12,4263 10,6434 9,4843 6,6281
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom (IV) berarti tidak berbeda nyata pada uji BNT = 0,05
174
Jurnal Agrisistem, Desember 2014, Vol. 10 No.2
ISSN 1858-4330
Gambar 2. Histogram pola perkembangan jumlah daun tanaman kangkung darat pada interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada berbagai perlakuan pada umur 1-4 MST Tabel 3. Pertumbuhan berat basah pada perlakuan interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4 F hit. 0,05 BNT 0,05 KK %
Gambar 3.
Berat basah tanaman kangkung darat (kg) pada umur 4 MST 0,617 1,033 0,700 1,017 1,050 tn 0,8681 52,1963
Histogram berat basah tanaman kangkung darat pada interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada tanaman kangkung darat umur 4 MST
175
Jurnal Agrisistem, Desember 2014, Vol. 10 No.2
3. Berat Basah Panen Hasil analisis sidik ragam berat basah (Tabel 3), menunjukkan bahwa pada pemberian pupuk urin sapi dengan penggunaan interval waktu pemberian pupuk setiap 2 hari sekali, 4 hari sekali, 6 hari sekali dan 8 hari sekali dengan aplikasi 200 mL 3 L-1 air per bedengan tidak memperlihatkan pengaruh berbeda nyata saat panen pada umur 4 MST. Gambar 3, menunjukkan bahwa pengaruh Interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi pada berat basah tanaman kangkung darat tidak berbeda nyata pada berbagai perlakuan.
Pembahasan 1. Respon Interval Waktu Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Tinggi Kangkung Darat Respon pemberian pupuk organik cair urin sapi terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dengan interval waktu pemberian pupuk yang berbeda berdasarkan hasil analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa pada umur 1, 2, 3 dan 4 MST semua perlakuan interval waktu pemberian 2, 4, 6 dan 8 hari sekali (P0, P1, P2, P3 dan P4) dengan aplikasi 200 mL 3 L-1 air per bedengan terhadap tinggi tanaman tidak memberikan pengaruh nyata, ini diduga, kebutuhan unsur hara untuk tanaman kangkung sudah terpenuhi oleh unsur hara yang terdapat pada tanah awal yang tergolong subur, sehingga pemberian pupuk organik cair yang merupakan jenis pupuk organik yang lambat terurai kandungan haranya, tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi kangkung darat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Asroh (2010) pada tanaman jagung manis, dimana perlakuan interval pemberian pupuk haya-
176
ISSN 1858-4330
ti berpengaruh tidak nyata terhadap peubah tinggi tanaman. Hal lain disebabkan kondisi di lapangan dimana kesuburan tanah lokasi penelitian adalah bekas persemaian yang diduga masih mempunyai residu pemberian pupuk anorganik yaitu urea sehingga tanaman tersebut kesuburannya sangat menonjol yang terlihat pada perlakuan P0, P1, P2, P3 dan P4. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2002), zat-zat yang sangat diperlukan tanaman dan seringkali kurang cukup terdapat di dalam tanah, terutama Nitrogen (N), Phosfor (P), dan Kalium (K). Apabila unsur tersebut dapat terpenuhi, maka pertumbuhan tanaman akan menjadi normal dan baik. Sebaliknya, apabila kekurangan atau kelebihan akan menunjukkan gejala-gejala abnormal. 2. Respon Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi Terhadap Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Kangkung Penggunaan pupuk organik cair urin sapi secara umum mampu meningkatkan jumlah daun tanaman kangkung. Peningkatan jumlah daun tanaman kangkung darat pada pemberian pupuk organik cair urin dengan berbagai interval waktu yang berbeda dapat berpengaruh nyata pada 4 MST yaitu P4 berpengaruh nyata pada P0, P1 dan P2 tetapi tidak berbeda nyata pada P3. Hal ini diduga pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan interval waktu 6-8 hari merupakan kebutuhan ideal untuk pertambahan jumlah daun tanaman kangkung darat. Dijelaskan oleh Winarso (2005) pengendalian ketersediaan hara melalui pemupukan hingga mencapai ideal pertumbuhan tanaman akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman sesuai dengan kondisi maksimal genetisnya.
Jurnal Agrisistem, Desember 2014, Vol. 10 No.2
3. Respon Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi Terhadap Peningkatan Berat Basah Tanaman Kangkung Darat Berdasarkan analisis sidik ragam berat basah pada saat panen diketahui bahwa penggunaan pupuk organik cair urin sapi pada umur 4 MST tidak berpengaruh nyata terhadap P0, P1, P2, P3 dan P4 pada semua perlakuan. Hal ini diduga jumlah unsur hara yang terdapat pada lahan tanam sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman kangkung darat, sehingga sumbangan unsur hara dari pupuk organik cair urin sapi dan aktivitas mikroorganisme yang berasal dari pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap peningkatan berat basah tanaman kangkung darat. Peningkatan berat basah tanaman kangkung darat dapat disebabkan oleh adanya peningkatan ketersedian unsur hara yang berasal dari pupuk organik cair baik secara langsung maupun tidak langsung. Fermentasi bahan organik selain mengandung bahan organik dan unsur hara juga mengandung berbagai metabolit yang berperanan penting dalam peningkatan ketersedian hara dan pertumbuhan tanaman, diantaranya adalah asam organik, vitamin, enzim dan zat pemacu tumbuh tanaman. Selain itu, kultur mikroba yang berperan dalam fermentasi bahan organik juga terbukti memiliki hubungan positif dengan kemampuan penambatan N pelarut posfat. Aktivitas mikroba juga dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air, sehingga unsur hara lebih mudah diserap oleh tanaman (Asroh, 2010). Hardjowigeno (1997) pemberian pupuk hayati mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah salah satunya yakni menyediakan hara bagi tanaman serta membantu meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air.
ISSN 1858-4330
KESIMPULAN a. Pemberian pupuk organik cair urin sapi dengan interval waktu 2 hari sekali, 4 hari sekali, 6 hari sekali dan 8 hari sekali dengan aplikasi 200 mL 3 L-1 air tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan berat basah tanaman kangkung darat. b. Interval waktu pemberian pupuk organik cair urin sapi 6 dan 8 hari dapat meningkatkan pertambahan jumlah daun pada tanaman kangkung darat.
DAFTAR PUSTAKA Adi, I.B., 2013. Kajian Preparasi dan Kondisi Optimum Ekstraksi Bionutrien Berbasis Tanaman SO23. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Asroh, A, 2010. Pengaruh Takaran Pupuk Kandang dan Inteval Pemberian Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Linn). Agronobis, Vol. 2, N0.4 September 2010. Hadi S, 2004. Urin Sapi Bangkitkan Harapan Petani. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Hardjowigeno, 1997. Ilmu Tanah. PT. Mediatama Sarana Perkasa, Jakarta. Husnain dan Syahbuddin Haris, 2007. Mungkinkah Pertanian Organik di Indonesia? Peluang dan tantangan [diakses 11 Oktober 2014 pada situs http://io.ppiJepang.org/article.php?id=80]. Lingga P dan Marsono, 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar swadaya, Jakarta. Rosmarkam A dan N.A.Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan tanah. Kanisius. Yogyakarta. 177
Jurnal Agrisistem, Desember 2014, Vol. 10 No.2
Setiawan A.I., 2006. Manfaat Kotoran Ternak. Penedar Swadaya, Jakarta. Sutedjo, M.M dan Kartasapoetra, 1991. Pengantar Ilmu Pertanian. Rineka
178
ISSN 1858-4330
Cipta, Jakarta. Winarso, S, 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kualitas Tanah. Gava Media, Yogyakarta.