i
PERTUMBUHAN ANGGREK Cattleya PADA PERLAKUAN KOMBINASI PUPUK DAN SILIKA SERTA KARAKTERISASI MORFOLOGI
ADIMAS KRISHARDIANTO
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pertumbuhan Anggrek Cattleya pada Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi Morfologi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya pada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Maret 2016 Adimas Krishardianto A24110107
* Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada kerja sama yang terkait.
iv
v
ABSTRAK ADIMAS KRISHARDIANTO. Pertumbuhan Anggrek Cattleya pada Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi Morfologi. Dibimbing oleh DEWI SUKMA. Cattleya merupakan genus anggrek yang memiliki bunga dengan ukuran besar dan terkenal queen of orchid karena memiliki keindahan dari variasi warna pada bunganya. Pemupukan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Silika berperan dalam memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan serangan penyakit dan hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perlakuan kombinasi pupuk dan Silika (SiO2) terhadap pertumbuhan dan mengetahui karakter morfologi tiga anggrek Cattleya hibrida. Penelitian dilakukan di rumah Anggrek Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB pada bulan April hingga Juli 2015. Percobaan pemupukan dilakukan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan faktor tunggal yaitu perlakuan pemupukan. Terdapat empat perlakuan yaitu pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Perlakuan terdiri atas tiga kali ulangan, setiap ulangan terdiri dari 3 tanaman. Karakterisasi morfologi dan pertumbuhan 3 aksesi anggrek Cattleya ini dilaksanakan sesuai dengan panduan karakterisasi anggrek Balai Penelitian Tanaman Hias (2007). Perlakuan kombinasi pupuk dan silika yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada 3 genotipe hibdrida anggrek Cattleya yang diuji. Hasil karakterisasi menunjukkan tidak terdapat keragamaan pada penampang melintang daun serta posisi pembungaan, bentuk ujung, susunan, bentuk tepi dan tekstur permukaan daun, tipe pembungaan, resupinasi, perhiasan, serta bentuk bunga. Kata kunci: pupuk organik cair lengkap, Grow More, silika (SiO2), hibrida, Cattleya
ABSTRACT ADIMAS KRISHARDIANTO. Growth of Cattleya Orchids on Combination Treatment of Fertilizer and Silica and Morphological Characterization. Supervised by DEWI SUKMA. Cattleya is an orchid genera which has large flowers therefore called as queen of orchid. It has the beauty of flower color variation. Fertilization have plant growth and production. Silica could strengthens plant tissues that support plant resistance to pests and disease. The research aims were to know the the effect of fertilizer and Silica (SiO2) combination treatments on growth and morphological characters of three Cattleya orchid hybrids. The experiment was placed at Orchid House Department of Agronomy and Horticulture, IPB and carried out from April to July 2015. Fertilizer and silica combination treatment used Completely Randomized Design with single factor. Four treatments used were complete liquid organic fertilizer 2 ml L-1, Grow More (NPK 32:10:10) 2 g
vi
L-1, complete liquid organic fertilizer 2 ml L-1 + silica 2.5 ml L-1, and Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silica 2.5 ml L-1. Each treatment consisted of three replications with 3 plants. Morphological characterization carried out according to orchid guidance characterization from Ornamental Plant Research Centers (2007). Combination of fertilizer and silica did not have significant effect on growth of 3 Cattleya hybrids. Morphological characterization results indicated that there was no differences between hybrids for their leaves and flowering position, tip shape, texture, shape and texture of the surface edges of the leaves, flowering types, resupination, as well as the shape of flowers. Keywords: complete liquid organic fertilizer, Grow More, silica (SiO2), hybrid, Cattleya
vii
PERTUMBUHAN ANGGREK Cattleya PADA PERLAKUAN KOMBINASI PUPUK DAN SILIKA SERTA KARAKTERISASI MORFOLOGI
ADIMAS KRISHARDIANTO
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
viii
x
xi
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan cinta dan kasih-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April sampai Juli 2015 ini adalah peningkatan hasil anggrek, dengan judul Pertumbuhan Anggrek Cattleya pada Perlakuan Kombinasi Pupuk dan Silika serta Karakterisasi Morfologi. Penulis menyampaikan terima kasih kepada ibu Dr Dewi Sukma, SP MSi yang telah bersedia menjadi pembimbing dalam membimbing selama pelaksanaan penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Prof Dr Ir Sandra Arifin Aziz, M.S. serta ibu Juang Gema Kartika, SP. MSi sebagai dosen penguji dalam ujian skripsi penulis yang telah memberikan masukan, koreksi, dan dukungan dalam pembuatan karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada bapak Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc. sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan kepada penulis. Ucapan terima kasih juga penulis berikan kepada ibu Dra Dwi Kristanti Wahyu Mahanani, MPd dan bapak Harsono, SE sebagai orang tua yang selalu memberikan kasih nya, grup FLOTERRARIA yang senantiasa ada dikala suka maupun duka penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan pada teman-teman satu dosen pembimbing akademik (PA) : Rizki Anjal PN, SP., Bimo Hariokusumo. Kepada Halida Adistya Putri, SP., Leni Siswati, SP., Fahmur Razaq yang merupakan teman seperjuangan skripsi yang telah banyak bekerja sama baik dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis sampaikan terima kasih. Kepada Ferra Anggita A., SP., Khairunnisa Bestari, Nina Ivana S., STP., Ahmad Fitra M. Penulis juga tak lupa sampaikan terima kasih atas segala bantuan, kerjasama di dalam dan di luar penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada kakak-kakak asistensi agama Kristen Protestan angkatan 49, 50, dan 51, rekan-rekan IPB angkatan 48, AGH 48, PMK, Agria Swara serta teman-teman yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2016
Adimas Krishardianto
xii
xiii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Hipotesis TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Morfologi Tanaman Anggrek Batang (Pseudobulb) Daun Bunga Biji Anggrek Cattleya Syarat Tumbuh Anggrek Cattleya Silika Silika dalam Tumbuhan Karakterisasi Tanaman Pemupukan, Pupuk Anorganik dan Organik dalam Anggrek METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Percobaan Persiapan Perlakuan Pemupukan dan Pemberian Silika (Si) Karakterisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pengaruh Pemupukan Karakterisasi SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xiv xiv xv 1 1 2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 5 5 6 7 7 9 9 9 9 9 10 11 15 15 17 24 25 25 26 26 30 35
xiv
DAFTAR TABEL Tabel 1 Rataan jumlah awal daun anggrek Cattleya (helai) Tabel 2 Rataan pertambahan jumlah daun (PJD) anggrek Cattleya Tabel 3 Rataan panjang awal daun anggrek Cattleya (cm) Tabel 4 Rataan pertambahan panjang daun (PPD) anggrek Cattleya Tabel 5 Rataan lebar awal daun anggrek Cattleya (cm) Tabel 6 Rataan pertambahan lebar daun (PLD) anggrek Cattleya Tabel 7 Rataan tebal awal daun anggrek Cattleya (mm) Tabel 8 Rataan pertambahan tebal daun (PTD) anggrek Cattleya Tabel 9 Rataan jumlah anakan baru anggrek Cattleya (mm) Tabel 10 Rataan muncul anakan baru (MAB) anggrek Cattleya Tabel 11 Hasil karakterisasi morfologi daun anggrek Cattleya Tabel 12 Hasil karakterisasi morfologi bunga anggrek Cattleya
17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 25 25
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 (A) Keragaan tanaman anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki), (B) Bentuk bunga anggrek Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen). Gambar 2 Contoh tanaman anggrek Cattleya yang diamati (A) Blc. mantini (C. dowiana X C. bowringiana), (B) Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen), (C) Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki). Gambar 3 Penampang melintang daun Gambar 4 Posisi pembungaan Gambar 5 Bentuk daun Gambar 6 Bentuk ujung daun Gambar 7 Susunan daun Gambar 8 Bentuk tepi daun Gambar 9 Tekstur permukaan daun Gambar 10 Simetri daun Gambar 11 Tipe pembungaan Gambar 12 Resupinasi Gambar 13 Perhiasan bunga Gambar 14 Bentuk bunga Gambar 15 (A) Kondisi tanaman anggrek Cattleya ulangan 1, (B) Ulangan 2, (C) Ulangan 3. Gambar 16 Daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae). Gambar 17 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.
4
10 12 12 12 13 13 13 14 14 14 15 15 15 16
16
23
xv
Gambar 18 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CCY pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Gambar 19 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Gambar 20 (A) CM : Blc. mantini, (B) CCY : Blc. chun yeah , (C) CWPT : Blc. warneri purple tounge.
23
24 24
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Novelgro SILIKA Lampiran 2 Pupuk Organik Cair BioSugih Tani Lampiran 3 Pupuk majemuk Grow More 32-10-10 Lampiran 4 Vitamin B1 Liquinox Start
30 31 33 34
xvi
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu jenis tanaman hias berbunga yang cukup digemari di Indonesia dan termasuk family Orchidaceae yang memiliki sekitar 800 genus dan 25 000 spesies (Mattjik 2010). Tanaman anggrek termasuk tanaman monokotil, tahunan dan berbentuk herba. Tanaman ini sangat beragam ditinjau dari habitat, ukuran, serta morfologinya (Sastrapradja et al. 1977). Daya tarik pada tanaman ini terletak pada keindahan bentuk bunga dan warna bunga yang beraneka ragam sehingga para pecinta anggrek tidak merasa bosan menikmati keindahannya (Mattjik 2010). Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Sarwono (2002) bahwa anggrek merupakan salah satu tanaman berbiji dari famili Orchidaceae yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku industri bunga potong, tanaman pot, atau hiasan taman. Dewasa ini permintaan anggrek sebagai bunga potong maupun tanaman pot semakin meningkat. Produksi anggrek tahun 2011 mencapai 15 490 256 tangkai, tahun 2012 mencapai sebanyak 20 727 891 tangkai dan pada tahun 2013 sebanyak 20 277 672 tangkai (BPS 2014). Ekspor anggrek pada tahun 2012 ke beberapa negara seperti Taiwan, Singapura, Malaysia, Australia, Korea dan Jepang adalah 69 353 kg, menurun pada tahun 2013 sebanyak 58 656 kg (BPS 2014). Puspitasari (2006) menyatakan besarnya perolehan yang fluktuatif ini menunjukkan bahwa perlu adanya suatu peningkatan kualitas dan kuantitas anggrek agar dapat meningkatkan nilai ekonomi tanaman anggrek. Sebagian besar anggrek terdapat dan berasal dari negara yang memiliki banyak bukit dan pegunungan, meskipun tanaman ini mampu tumbuh di daerah intermediet (Sander 1979). Salah satu jenis anggrek yang banyak digemari adalah genus Cattleya. Anggrek Cattleya termasuk tanaman yang hidup menempel pada pohon lain (epifit). Tanaman ini termasuk dalam anggrek simpodial yaitu anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Cattleya memiliki ciri khas yaitu bentuk bunga yang besar dengan warna bunga yang sangat bervariasi dan ketahanan terhadap suhu dengan tingkat sedang (Iswanto 2010). Tanaman akan berpotensi menghasilkan jumlah anakan yang banyak jika terpenuhi unsur hara bagi pertumbuhannya dan berada pada kondisi lingkungan optimal. Melihat kondisi demikian anggrek membutuhkan beberapa unsur hara untuk pertumbuhannya yang diambil dari media tumbuh serta pupuk yang diberikan. Anggrek membutuhkan beberapa unsur hara untuk pertumbuhannya. Adaptasi tanaman dapat berupa pengaturan produksi makanan, masa reproduksi dan penyebaran keturunan yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan. Defisiensi nutrisi dapat terjadi jika konsentrasi unsur hara berada dibawah konsentrasi yang dibutuhkan agar anggrek tumbuh optimal (Hew dan Young 1997). Ada dua cara untuk menyuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan melalui akar dan daun (Soepardi 1983). Tanaman dapat menyerap hara melalui daun selain melalui akar. Tisdale, Nelson dan Beaton (1985) menyatakan bahwa
2
dengan cara pemupukan melalui daun penyerapan hara oleh tanaman dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan melalui akar karena dapat menembus kutikula dan stomata sehingga langsung masuk ke dalam sel jaringan. Umumnya pemupukan melalui daun menggunakan alat semprot namun ada juga yang dilakukan dengan cara langsung menyiram daun tanaman (Wahyono et al. 2009). Pemupukan pada anggrek akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan daun bagian bawah (Santi, Suciantini, dan Goenadi 1996). Sesuai pernyataan Santi (2005) bahwa anggrek Cattleya tumbuh dengan sehat dan kuat apabila kebutuhan unsur hara makro dan mikro terpenuhi, sedangkan kandungan unsur hara dalam media pakis jumlahnya kurang memenuhi sehingga diperlukan untuk pemupukan. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh pemupukan dan pemberian Silika (Si) terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya hibrida. 2. Keragaman morfologi hibrida anggrek Cattleya. Hipotesis Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : 1. Kombinasi pupuk dengan Silika (Si) dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman pada semua genotipe yang di uji. 2. Terdapat keragaman morfologi pada hibrida anggrek Cattleya.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Anggrek Anggrek adalah salah satu tanaman yang masuk dalam ordo Orchidales dan famili Orchidaceae. Menurut (Mattjik 2010) anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbunga dengan jenis terbanyak. Anggrek mempunyai berbagai jenis, diantaranya adalah Dendrobium, Phalaenopsis, Cymbidium, Cattleya, dan Phragmipedium. Anggrek memiliki banyak sekali variasi mulai dari bentuk bunga, warna bunga, aroma, serta corak pada petal nya. Kebanyakan tanaman anggrek hidup secara epifit terutama untuk jenis – jenis yang berasal dari daerah tropis. Ada empat kelompok anggrek berdasarkan habitat tumbuhnya. Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya 40%, Dendrobium sp. 50-60%, Phalaenopsis sp. 30 %, dan Oncidium sp. 60-75 %. Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera, Renanthera, Vanda dan Arachnis. Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70-100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19-38oC, dan malam hari 18-21oC. Anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan. Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan,
3
dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium, Phalaenopsis. Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera. Anggrek merupakan tanaman yang memiliki tipe pertumbuhan cukup lambat, dengan kecepatan tumbuh yang berbeda-beda tergantung pada jenisnya (Nesiaty dan Maloedyn 2007). Sifat tumbuh anggrek dibedakan menjadi dua tipe, yaitu monopodial dan simpodial. Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Menurut Soedjono (1997) menuliskan bahwa batang anggrek beranekaragam, ada yang ramping, gemuk berdaging seluruhnya atau menebal di bagian tertentu saja, dengan atau tanpa umbi semu (pseudobulb). Untuk anggrek simpodial pertumbuhan batang akan terhenti bila telah mencapai maksimal. Pertumbuhan baru dilanjutkan oleh tunas anakan yang tumbuhnya disampingnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain : Dendrobium, Cattleya, Oncidium dan Cymbidium. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit. Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Pada anggrek monopodial akar muncul pada ruas-ruas batang (Lestari 1985). Bunga keluar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda, Arachnis, Renanthera, Phalaenopsis, dan Aranthera (Hew dan Young 1997; Mattjik 2010). Morfologi Tanaman Anggrek Pada dasarnya tanaman anggrek mempunyai bagian tanaman yang sama dengan tanaman lainnya, yaitu terdiri dari akar, batang, daun dan bunga. Anggrek memiliki dua jenis perakaran, yaitu akar lekat dan akar udara. Akar lekat berfungsi untuk tanaman dapat melekat pada media pegangan nya, sedangkan akar udara berfungsi untuk tanaman mengambil air dan unsur hara (Jenny, Rondonuwu dan Pioh 2009). Batang (Pseudobulb) Batang pada tanaman ini sering mengalami penebalan yang sering juga disebut batang semu yang membentuk seperti umbi pada pangkal daun dan dikenal dengan nama pseudobulb. Batang pada tanaman anggrek ini berfungsi sebagai penyimpan dan mengalirkan hasil fotosintat (Hew dan Young 1997). Daun Bentuk daun anggrek bermacam-macam dari sempit memanjang, pensil, bulat, bulat-lonjong, bulat telur, mata lembing/lanset, jantung dan masih banyak lagi variasi lainnya. Ada dua jenis daun anggrek, yaitu daun yang tebal dan daun yang tipis. Daun anggrek berwarna hijau dan banyak mengandung klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Selain daun, batang anggrek juga mengandung klorofil yang berfungsi untuk melakukan fotosintesis. Meskipun batang anggrek dapat berfotosintesis, daun memiliki kemampuan fotosintesis yang lebih tinggi (Sastrapradja 1980).
4
Bunga Anggrek adalah tanaman dengan karakteristik bunga yang berbeda dengan bunga dari tanaman lain. Hal ini dapat dilihat dari tangkai bunga, ukuran bunga, jumlah kuntum bunga, ketahanan bunga dan aroma bunga yang keluar dari bunga anggrek. Dilihat dari karakteristik bentuk bunganya, maka bunga dari tanaman anggrek akan terlihat berbeda antar anggrek, tetapi semuanya mempunyai struktur dasar yang sama, yaitu terdiri dari tiga petal dan tiga sepal (Orchid Society 1998). Gabungan dari petal dan sepal disebut tepal. Dua petal berukuran sama dan satu petal berukuran lebih besar membentuk lidah daun (Mattjik 2010). Bentuk petal dan sepal sering tidak teratur. Berikut adalah gambar penampakan tanaman, bentuk dan bagian-bagian bunga anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki) dan Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen). Daun Petal
Sepal dorsal Bunga
Sepal
Bulb Labellum
Akar A
B
Colum
Gambar 1 (A) Keragaan tanaman anggrek Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki), (B) Bentuk bunga anggrek Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen). Biji Buah tanaman anggrek berbentuk kapsul dan dalam kapsul ini terdapat banyak sekali biji anggrek. Biji anggrek berukuran sangat kecil dan tidak memiliki endosperma atau cadangan makanan. Biji yang seperti ini menyebabkan susah untuk berkecambah sendiri tanpa tambahan nutrisi dari luar. Oleh karena itu anggrek lebih umum diperbanyak dengan cara perbanyakan organ vegetatifnya atau dapat melalui kultur jaringan (Hew dan Young 1997). Anggrek Cattleya Cattleya merupakan salah satu jenis anggrek yang banyak dikenal di Indonesia. Cattleya diberi julukan sebagai ratu anggrek. Disebut ratu anggrek karena bunganya yang anggun seperti halnya seorang ratu (Rahmatia dan Pitriana 2007). Sesuai dengan pendapat Sarwono (2002) menyatakan bahwa anggrek Cattleya pada umumnya memiliki ukuran bunga yang lebih besar dibandingkan dengan anggrek lainnya, sehingga Cattleya dijuluki The Queen of Orchid. Spesies yang ukuran bunganya paling besar adalah Cattleya gigas, namun spesies yang paling terkenal adalah Cattleya skinneri yang dijadikan sebagai bunga nasional negara Brasil. Jenis anggrek ini termasuk dalam tanaman epifit yaitu tanaman yang tidak merugikan bagi tanaman inangnya. Sandra (2003) menyatakan bahwa anggrek Cattleya termasuk anggrek berdaun lebar, bentuk daunnya sederhana, bertulang daun lurus serta jumlahnya
5
satu atau dua helai tiap batang. Akar anggrek epifit umumnya lunak dan mudah patah, ujung runcing, berklorofil, licin dan memiliki daya lekat. Rambut-rambut pendek yang melekat pada bagian akar digunakan untuk menyerap air dan hara (Puspaningtyas et al. 2003). Cattleya adalah tanaman yang sedikit membutuhkan sinar matahari langsung sepanjang hari. Tapi senang mendapat sinar langsung di pagi hari selama 4-5 jam sehari. Anggrek ini memerlukan intensitas cahaya matahari hanya sekitar 40%. Menurut Rahmatia dan Pitriana (2007) anggrek ini memiliki hampir semua warna bunga kecuali biru dan hitam dengan ukuran bunga 5-15 cm atau lebih. Jumlah bunga yang tumbuh bervariasi. Mahkota bunga lebih lebar dibanding kelopak bunga. Bagian sisi labellum terdiri atas tiga cuping. Bagian sisi labellum biasanya berkerut seperti renda. Cattleya memerlukan penyiraman secara teratur, namun ia juga memerlukan waktu kering beberapa saat, sebelum disiram lagi. Saat disiram, akar akan menyerap air sebanyak-banyaknya untuk disimpan dalam akar maupun bulb. Menurut Supramana dan Suatika (1990) tinggi untuk pseudobulb anggrek Cattleya berkisar antara 18-90 cm. Menurut pendapat Rahmatia dan Pitriana (2007) menyatakan bahwa banyak Cattleya merupakan tanaman hasil persilangan. Persilangan pada anggrek jenis ini dapat terjadi baik antar spesies maupun antar genus. Persilangan antar genus pada Cattleya salah satunya adalah pada genus Brassavola, Laelia, dan Cattleya. Penulisan nama untuk hasil persilangan Brassavola, Laelia, dan Cattleya adalah Blc (Brassolaeliocattleya). Syarat Tumbuh Anggrek Cattleya Anggrek Cattleya merupakan anggrek yang tumbuh di daerah yang mempunyai ketinggian antara 750-2 000 mdpl. Anggrek Cattleya akan tumbuh dengan baik bila lingkungan tempat tumbuhnya mempunyai suhu siang antara 2132oC dan suhu malam 13-18oC. Intensitas cahaya yang dibutuhkan berkisar 2 0004 000 fc atau 30% cahaya matahari penuh, kelembaban sekitar 60-80%, selain itu juga perlu sirkulasi udara dan pengairan yang cukup baik (Soeryowinoto, 1974). Cattleya akan rajin berbunga pada lingkungan dengan suhu antara 15-35oC. Sesuai dengan pernyataan Iswanto (2010) bahwa suhu pada siang hari yang dibutuhkan untuk anggrek Cattleya sebesar 21-30oC dengan kapasitas cahaya sedang sampai terang. Silika Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon dioxida) dan merupakan unsur ke dua terbanyak setelah oksigen (O2) di kerak bumi yang diserap oleh hampir semua tanaman dalam bentuk asam monosilikat (monosilicic acid) atau Si(OH)4 (Tisdale, Nelson dan Beaton 1985; Dixon dan Weed 1989; Sommer 2006). Meskipun didalam kerak bumi terdiri dari Si dimana 95% dari total mineral yang ada, namun yang dapat diambil oleh tanaman relatif rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Krauskopf (1987) yang menyatakan bahwa kelarutan Si dalam tanah umumnya hanya berkisar antara 10-40 ppm. Hal ini menjadikan penambahan silika yang disertakan dengan pupuk pada tanaman sangat dibutuhkan.
6
Sesuai dengan keperluan Si tumbuhan dikelompokkan menjadi dua yaitu akumulator dan non akumulator. Tumbuhan akumulator adalah tumbuhan yang kandungan Si-nya melebihi besar Si yang diserap, keadaan sebaliknya untuk tumbuhan non akumulator. Berdasarkan pendapat Ma dan Takahashi (2002) bahwa tanaman akumulator menyerap Si secara aktif. Unsur hara yang memberi banyak manfaat bagi tanaman, khususnya tanaman akumulator Si seperti padi dan tebu. Unsur yang paling banyak terdapat di dalam tanah dalam bentuk mineral aluminium silikat. Mineral tersebut dalam bentuk padat yang melalui proses pelapukan diurai menjadi sumber unsur yang tersedia bagi tanaman, oleh karena itu tanaman yang tumbuh di atas tanah, akan mengandung unsur Si yang terdapat dalam hampir semua jaringan dengan kadar antara 0.1 sampai 10% (Esptein 1999). Si dari sumber bahan mineral terdiri dari tiga bentuk, yaitu: (1) Mineral primer dari bahan induk tanah, (2) Mineral sekunder (bentuk kristal) yang berkembang dari proses pembentukan tanah (terutama mineral liat), dan (3) Mineral mikro sekunder (kwarsa, opal CT, kalsedon) dan bentuk mineral sederhana (alofen, imogolit, opal A) yang berasal dari proses pembentukan tanah (Monger dan Kelly 2002). Peran hara Si bagi tanaman dapat menstimulasi fotosintesis dan translokasi karbon dioksida (CO2). Unsur Si juga dapat mengurangi cekaman abiotik, seperti suhu, radiasi cahaya, angin, air, dan kekeringan, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap cekaman biotik, seperti serangan penyakit dan hama. Silika memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama. Fungsi ini mirip dengan peran K bagi tanaman. Penambahan unsur Si akan membuat proses fotosintesis menjadi lebih maksimal, karena fungsi tersebut maka unsur hara Si mutlak dibutuhkan tanaman. Perannya sebagai unsur hara yang menguntungkan dapat berubah menjadi unsur hara esensial seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan konsep unsur hara esensial dan nonesensial berdasarkan hubungan tanah, unsur hara, dan tanaman. Silika dalam Tumbuhan Peran Si salah satunya adalah sebagai proteksi tanaman terhadap keadaan yang kurang menguntungkan. Penggunaan Si sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, berdampak pada penguatan batang tanaman, perlindungan tanaman dari hama, penguatan akar dan lain-lain (Ma dan Takahashi 2002). Peran hara Si bagi tanaman dapat menstimulasi fotosintesis dan translokasi karbon dioksida (CO2). Si dapat menggantikan posisi P dalam DNA (Voronkov, Zelchan dan Lykevic 1978). Tanaman monokotil menyerap Si lebih banyak dibanding tanaman kacangkacangan dan dikotil. Berdasarkan kemampuan menyerap Si, tanaman dibagi menjadi tiga golongan yaitu (a) Gramineae basah seperti padi sawah, menyerap SiO2 sekitar 10%-15%, (b) Gramineae kering seperti tebu dan rumput-rumputan sekitar 1-3%, dan (c) Tanaman dikotil dan leguminose sekitar hanya 0,5% (Roesmarkam dan Yuwono 2002 dalam Amrullah 2015). Ada tiga model berbeda dalam penyerapan Si oleh tanaman yang menyebabkan perbedaan dalam akumulasi Si yaitu (Mitani dan Ma 2005 dalam Amrullah 2015) : a. Penyerapan aktif Tanaman dengan model penyerapan aktif menyerap Si lebih cepat dari pada menyerap air, sehingga menghasilkan penurunan kandungan Si pada larutan. b. Penyerapan pasif Tanaman dengan
7
model penyerapan pasif menyerap Si dengan tingkatan yang sama dengan menyerap air, tetapi tidak ada perubahan konsentrasi yang signifikan dalam larutan yang berhasil diamati. c. Rejective uptake Model rejective uptake cenderung untuk mengeluarkan Si yang dibuktikan dengan terjadinya peningkatan konsentrasi Si dalam larutan. Pasokan Si membantu daun untuk lebih tegak dalam pengaruh kondisi pemupukan nitrogen yang tinggi, sehingga bisa meningkatkan tingkat fotosintesis. Penambahan Si yang cukup bisa mengurangi tendensi tanaman serelia untuk layu pada kondisi kekeringan karena penurunan permeabilitas atas uap air dari dinding sel epidermal daun. Unsur Si juga dapat mengurangi cekaman abiotik, seperti suhu, radiasi cahaya, angin, air, dan kekeringan, serta meningkatkan resistensi tanaman terhadap cekaman biotik, seperti serangan penyakit dan hama. Silika memperkuat jaringan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan hama. Fungsi ini mirip dengan peran K bagi tanaman (PIOC 2014). Semua fungsi Si mempuyai andil dalam meningkatkan bobot batang dan ketahanan terhadap cekaman fisik, kimia maupun biologi (Ma dan Takahashi 2002). Tanaman yang kekurangan Si menyebabkan ketiga organ tanaman kurang terlindungi oleh lapisan silika yang kuat, akibatnya (1) daun tanaman lemah terkulai, tidak efektif menangkap sinar matahari, sehingga produktivitas tanaman rendah, (2) penguapan air dari permukaan daun dan batang tanaman dipercepat, sehingga tanaman mudah layu atau peka terhadap kekeringan, (3) daun dan batang menjadi peka terhadap serangan hama dan penyakit, (4) tanaman mudah rebah, (5) kualitas berkurang karena mudah terkena hama dan penyakit sehingga hasil optimal tanaman tidak tercapai, kestabilan hasil rendah (fluktuatif) dan mutu produk rendah. Peningkatan serapan silikat dapat menjaga daun tetap tegak sehingga fotosintesis dari kanopi dapat meningkat sampai 10% (PIOC 2014). Karakterisasi Tanaman Karakterisasi adalah cara untuk mengetahui karakter-karakter tanaman baik karakter kuantitatif maupun secara karakter kualitatif. Perlakuan karakterisasi seperti ini dapat dilakukan dengan mengidentifikasi karakter morfologi, fisiologi maupun molekuler tergantung pada karakter yang ingin diketahui. Potensi suatu tanaman juga dapat dilihat melalui kegiatan karakterisasi (Nursandi 1997). Hasil karakterisasi suatu tanaman dapat dijadikan sebagai panduan dalam melakukan pemuliaan tanaman. Karakterisasi juga dapat digunakan sebagai panduan untuk mengetahui kekerabatan suatu aksesi yang dikarakterisasi. Semakin banyak persamaan ciri, maka semakin dekat hubungan kekerabatannya. Sebaliknya, semakin banyak perbedaan ciri maka semakin jauh hubungan kekerabatannya (Irawan dan Kartika 2008). Pemupukan, Pupuk Anorganik dan Organik dalam Anggrek Pupuk adalah bahan yang memberikan hara pada tanaman. Di dalam tubuh tanaman pupuk adalah sebagai salah satu sumber zat hara buatan yang diperlukan untuk mengatasi kekurangan nutrisi terutama unsur-unsur nitrogen, fosfor, dan kalium. Media tanam berfungsi sebagai tempat berpijak bagi akar, agar batang semu mampu menyangga tangkai bunga dengan sejumlah kuntum bunga. Media tanam juga berfungsi untuk menyimpan air dan hara tanaman bagi keperluan proses pertumbuhan tanaman, tetapi apabila didalam media tanam yang diberikan
8
kurang terdapat hara yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh optimal, maka kegiatan pemupukan sangatlah diperlukan. Penggunaan pupuk secara setimbang akan meningkatkan produksi tanaman. Berdasarkan Roidah (2013) menyatakan bahwa penggunaan pupuk yang setimbang juga dapat menghindari kekerasan tanah sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman dan porositas tanah serta kadar air tersedia tanah. Anggrek memerlukan adanya pemberian pupuk sebagai penyedia hara untuk pertumbuhan, perkembangan dan merangsang pembungaan serta meningkatkan produktivitasnya. Anggrek membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperlihatkan gejala-gejala defisiensi, mengingat pertumbuhan anggrek sangat lambat. Defisiensi nutrisi dapat terjadi jika konsentrasi unsur hara berada dibawah konsentrasi yang dibutuhkan agar anggrek tumbuh optimal (Hew dan Young 1997). Untuk mengatasi hal tersebut, biasanya tanaman diberi pupuk organik maupun anorganik (Widiastoety dan Santi 1997). Ada dua cara untuk mensuplai hara ke dalam tanaman, yaitu pemupukan melalui akar dan daun (Soepardi 1983). Tanaman pada umumnya juga menyerap hara melalui daun selain melalui akar. Akan tetapi pemupukan akan lebih efektif apabila diberikan pada permukaan daun bagian bawah (Santi, Suciantini, dan Goenadi 1996). Tisdale, Nelson dan Beaton (1985) menyatakan bahwa dengan cara pemupukan melalui daun penyerapan hara oleh tanaman dapat dilakukan lebih cepat dibandingkan melalui akar karena dapat menembus kutikula dan stomata sehingga langsung masuk ke dalam sel jaringan. Sesuai pernyataan Santi (2005) bahwa anggrek Cattleya tumbuh dengan sehat dan kuat apabila kebutuhan unsur hara makro dan mikro terpenuhi, sedangkan kandungan unsur hara dalam media pakis jumlahnya kurang memenuhi sehingga diperlukan untuk pemupukan. Pupuk biasanya diberikan melalui tanah, tetapi dapat juga diberikan melalui daun sebagai larutan. Untuk sebagian besar anggrek dan khususnya anggrek epifit, pemupukan diberikan dalam bentuk larutan. Selanjutnya menurut Wahyono et al. (2009) menyatakan bahwa umumnya pemupukan dalam bentuk larutan melalui daun menggunakan alat semprot namun ada juga yang dilakukan dengan cara langsung menyiram daun tanaman. Pupuk anorganik dijual dengan berbagai merek dagang dan mengandung bahan campuran utama yang seimbang, terdiri dari tiga elemen esensial dasar untuk pertumbuhan dan pembungaan. Ketiga elemen tersebut adalah Nitrogen (N), Fosfor (P) dan Kalium (K) (Orchid Society 1998). Pupuk yang memberikan N, P dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk (grade atau analisis) merupakan persen dalam berat dari nitrogen (dinyatakan sebagai unsur N), fosfor (dinyatakan sebagai P2O5) dan kalium (dinyatakan sebagai K2O). Sesuai dengan pendapat Harjadi (1996) bahwa selain unsur makro, unsur mikro juga memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah kecil. Pemberian pupuk dan zat pengatur tumbuh merupakan salah satu usaha untuk mengoptimal baik pertumbuhan maupun pembungaan (Sandra 2007). Pupuk organik cair merupakan salah satu pilihan dalam rangka memenuhi memenuhi kebutuhan hormon tanaman anggrek agar diperoleh pembungaan yang optimal. Pupuk organik mempunyai fungsi antara lain adalah memperbaiki struktur tanah, karena bahan organik dapat mengikat partikel tanah menjadi agregat yang mantap, memperbaiki distribusi ukuran pori tanah sehingga daya
9
pegang air tanah meningkat dan pergerakan udara (aerasi) di dalam tanah menjadi lebih baik. Pemupukan pada anggrek tidak hanya dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis pupuk, tetapi dapat dilakukan menggunakan dua jenis pupuk berbeda. Penyelingan dan kombinasi beberapa pupuk ini dilakukan untuk melengkapi komposisi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Setiap jenis pupuk daun mempunyai kandungan unsur hara yang berbeda.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2015. Penelitian bertempat di rumah anggrek Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB yang bertempat di kebun percobaan Leuwikopo, Dramaga. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 genotipe anggrek Cattleya hibrida, yaitu : Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana), Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen), Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki). Media tanam berupa pakis cacah, arang dan sphagnum moss. Pngendalian hama dan penyakit dalam penelitian ini menggunakan fungisida (Dythane-45) dan bakterisida (Agrept). Silika (Si) yang digunakan dalam perlakuan pemupukan dengan merek dagang Novelgro Silika (Lampiran 1). Bahan lain yang dipakai meliputi air, pupuk organik cair lengkap dengan merek dagang Bio Sugih Tani (Lampiran 2), pupuk majemuk untuk daun berbentuk kristal biru dengan merek dagang Grow More Research Farms (NPK 32-10-10) (Lampiran 3), serta Vitamin B1 dengan merek Liquinox Start (Lampiran 4). Alat yang digunakan meliputi alat tanam, pot plastik hitam, suntikan takar, gelas ukur, neraca analitik, wadah plastik, jangka sorong, meteran, sprayer, alat tulis, dan kamera. Metode Percobaan Persiapan Tahap persiapan dilakukan dengan memasang paranet sebagai naungan untuk anggrek Cattleya dengan kapasitas menyaring sinar matahari sebesar 70% pada green house. Bahan tanam berupa 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya yang diperoleh dari Malang, Jawa Timur. Bahan tanam yang dipakai merupakan tanaman dengan umur lebih dari satu tahun atau setidaknya merupakan pseudobulb tua yang ditandai dengan adanya bekas bunga dipucuk pseudobulb. Kegiatan dilanjutkan repotting dan membagi tanaman menjadi masingmasing pot terdiri dari 2 pseudobulb bahan tanaman yang sudah tersedia sebelumnya serta pemberian label pada setiap tanaman, selanjutnya dilakukan pemeliharaan yaitu berupa perlakuan pemupukan dan pemberian vitamin B1 yang diberikan dengan cara disemprotkan pada daun dan seluruh bagian tanaman dilakukan setiap 6 hari sekali secara bergantian. Pemeliharaan rutin meliputi pengendalian penyakit dengan fungisida dan bakterisida.
10
Perlakuan Pemupukan dan Pemberian Silika (Si) Percobaan ini disusun menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 1 faktor perlakuan yaitu konsentrasi pupuk dimana terdapat 4 taraf pemupukan. Percobaan dilakukan secara terpisah pada 3 genotipe hibrida. Adapun perlakuan yang digunakan yaitu : P1 = pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 P2 = Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 P3 = organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1 P4 = Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1 Silika yang digunakan dalam perlakuan pemupukan merupakan silika dengan merek Novelgro Silika (Lampiran 1). Tanaman memiliki lapisan sel silika atau yang sering dikenal dengan Phytolith. Sel ini bersifat keras seperti batu. Novelgro silika merupakan nutrisi silika terlarut dalam air yang mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi tersebut akan dibawa oleh jaringan tanaman ke lapisan sel terluar (epidermis) untuk membentuk lapisan yang keras (cuticle). Ketika sel-sel silika tersebut melapisi seluruh permukaan sel terluar, termasuk bulu-bulu tanaman, maka dinding sel menjadi semakin tebal dan susah ditembus oleh OPT. Pupuk organik cair yang dipakai dalam perlakuan pemupukan merupakan pupuk organik cair dengan merek dagang Bio Sugih Tani yang dikeluarkan oleh PT Sukajadi Sejahtera Bersama dibawah naungan Agro Tech Indonesia. Tertera dalam kemasan (Lampiran 2) bahwa komposisi mineral dalam pupuk ini untuk unsur N sebesar 1.8 ppm, unsur P sebesar 0.757 ppm dan unsur K sebesar 0.383 ppm. Perlakuan pemupukan menggunakan pupuk majemuk untuk daun berbentuk kristal dengan merek dagang Grow More Research Farms (Lampiran 3) dengan komposisi NPK (32-10-10). Pupuk ini diproduksi oleh Grow More Gardena, CA 90248-2140 USA. Penyemprotan menggunakan vitamin B1 dilakukan bertujuan untuk membuat tanaman menjadi stabil atau lebih cepat beradaptasi dengan lokasi penelitian. Vitamin B1 yang digunakan dalam perlakuan adalah vitamin B1 dengan merek dagang Liquinox Start merupakan produk USA Liquinox Company Orange CA 92665 (Lampiran 4). Berikut merupakan gambar contoh 3 genotipe tanaman anggrek Cattleya yang diuji.
A
B
C
Gambar 2 Contoh tanaman anggrek Cattleya yang diamati (A) Blc. mantini (C. dowiana X C. bowringiana), (B) Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen), (C) Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki).
11
Tanaman yang digunakan terdiri atas tiga hibrida anggrek Cattleya, yaitu : G1 = Blc. mantini (C. dowiana X C. bowringiana) G2 = Blc. chun yeah (Blc. tassi barbero x Blc. kuan miao chen) G3 = Blc. warneri purple tounge (C. warneri f. semi-alba orlata x C. warneri coerulea suzuki) Setiap perlakuan terdiri atas tiga ulangan pada masing-masing genotipe. Tanaman berupa 2 bulb dalam satu pot. Setiap ulangan terdiri atas 3 tanaman sehingga jumlah tanaman adalah 108 tanaman. Model aditif linier yang digunakan, yaitu : Yij = μ + αi + ßj + ϵijk Keterangan : Yij : pengamatan perlakuan pupuk daun ke-i, ulangan ke-j μ : nilai rataan umum hasil pengamatan αi : pengaruh perlakuan pupuk daun ke-i, i = 1,2,3,4 ßj : pengaruh ulangan ke-j, j = 1,2,3 ϵ ijk : nilai galat percobaan perlakuan. Data kuantitatif yang didapatkan dari perlakuan pemupukan terdiri atas 5 peubah pengamatan. Pengamatan data kuantitatif meliputi : 1. Pertambahan jumlah daun (menghitung jumlah daun yang terdapat dalam satu pot pada masing-masing unit percobaan dan data yang dipakai merupakan data hasil perhitungan daun saat pengamatan dilakukan yang dikurangi dengan data perhitungan minggu sebelumnya). 2. Pertambahan panjang daun (mengukur menggunakan mistar daun terpanjang dalam satu pot selanjutnya data yang diambil merupakan selisih panjang minggu saat pengamatan dilakukan dikurangi dengan data minggu sebelumnya). 3. Pertambahan lebar daun (mengukur tebal semua daun masing-masing pot menggunakan jangka sorong, data yang di pakai adalah data daun yang paling lebar yang dikurangkan dengan data minggu sebelumnya). 4. Pertambahan tebal daun (mengukur tebal semua daun masing-masing pot menggunakan jangka sorong, data yang di pakai adalah data daun yang paling lebar yang selanjutnya dikurangi dengan data pengamatan sebelumnya). 5. Waktu muncul anakan baru (menghitung jumlah anakan baru yang muncul pada tiap pot, data yang dipakai merupakan seisih data minggu saat pengamatan dikurangi dengan data minggu sebelumnya, dihitung anakan baru apabila daun telah terbuka secara sempurna). Data kuantitatif diolah dengan uji F pada sistem SAS (Statistical Analysis System) kemudian dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% . Karakterisasi Karakterisasi pada karakter morfologi dan pertumbuhan 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya ini dilaksanakan sesuai dengan panduan karakterisasi anggrek Balai Penelitian Tanaman Hias (2007). Parameter kualitatif yang diamati adalah sebagai berikut :
12
1. Keragaan umum tanaman 1.1 Penampang melintang daun 1. Teret / pesil 2. Bilaterarly compressed (zigomorf/tipe simetri ditekan) 3. Plicate (berlipatan) 4. Conduplicate (tidak rangkap)
1 2 Gambar 3 Penampang melintang daun
3
4
1.2 Posisi pembungaan 1. Pangkal/sisi pseudobulb 2. Sisi/di antara dua ketiak daun 3. Pucuk
1 2 3 Gambar 4 Posisi pembungaan 2. Daun 2. 1 Bentuk daun 1. Subulate/berbentuk jarum 2. Linear/berbentuk pita/lurus 3. Oblong/lonjong 4. Eliptic/jorong/bujur telur 5. Spathulate/berbentuk sendok 6. Lanceolate/berbentuk lanset/mata lembing 7. Oblanceolate/berbentuk lanset sungsang/kebalikan lanset 8. Ovate/bulat telur 9. Obovate/bulat telur sungsang 10. Trullate/berbentuk sekop 11. Cordate/berbentuk jantung 12. Triangular/segitiga 13. Sagittate/berbentuk panah 14. Hastate/mata tombak
1 2 3 4 5 6 Gambar 5 Bentuk daun
7
8
9
10
11
12
13
14
13
2.2 Bentuk ujung daun 1. Acute/lancip/menajam ke ujung 2. Acuminate/meruncing dengan sisi-sisi yang tajam 3. Apiculate/berujung runcing 4. Mucronate/berujung suntih dangkal bertulang runcing 5. Obtuse/tumpul 6. Truncate/bentuk pepat/memotong 7. Retuse/romping/tumpul bertakik sedikit 8. Emarginated/terkoyak, ujung membelah 9. Tridentate/bergigi tiga 10. Praemorse/bergerigi 11. Setose/berbentuk sikat 12. Caudate/berekor
1 2 3 4 5 Gambar 6 Bentuk ujung daun
6
7
8
9
10 11
12
2. 3 Susunan daun 1. Convolute/tergulung bersama 2. Duplicate/rangkap
1 2 Gambar 7 Susunan daun 2.4 Bentuk tepi daun 1. Entire/mengutuh 2. Undulate/mengombak 3. Sinuate/berliuk 4. Angulate/menyudut/bersegi 5. Crenate/beringgitan 6. Erose/terkerkah 7. Dentate/bergerigi 8. Serrate/menggergaji 9. Doubly serrate/benggergaji ganda 10. Fimbriate/berjumbai 11. Ciliate/kelijak, seperti bulu mata 12. Crispate/mMengeriting
1 2 3 4 5 6 Gambar 8 Bentuk tepi daun
7
8
9
10
11
12
14
2.5 Tekstur permukaan daun 1. Glabrous/gundul 2. Pilose/tertutup bulu-bulu halus jarang-jarang 3. Hirsute/tertutup bulu-bulu panjang yang agak kaku 4. Woolly/seperti wol 5. Farinose/seperti tepung 6. Verrucose/permukaan tidak teratur 7. Rugulose/berkeriput 8. Papillose/seperti papila
1
2
3 4 5 6 7 Gambar 9 Tekstur permukaan daun
8
2.6 Simetri daun 1. Simetri 2. Tidak simetri
2 Gambar 10 Simetri daun
1 3. Bunga 3. 1 Tipe pembungaan
1. Single flowered/berbunga tunggal/soliter 2. Cymose/perbungaan terbatas 3. Spicate/berpaku-paku/permukaan yang tertutup berjalar-jarar halus, tegak, dan mendaging 4. Racemose/raceme/tandan 5. Paniculate/malai 6. Fasciculate/berberkas/bertukal 7. Umbellate/seperti payung
1
2
3 4 5 6 Gambar 11 Tipe pembungaan
7
3.2 Resupinasi (berputar hampir atau lebih dari 180o ke arah porosnya) 1. Nonresupinat (tidak terpuntir)
15
2. Resupinat (terpuntir)
1 2 Gambar 12 Resupinasi 3.3 Perhiasan bunga Keterangan: 1. Sepal dorsal 2. Sepal lateral 3. Petal 4. Bibir Gambar 13 Perhiasan bunga 3. 4 Bentuk bunga 1. Bulat (saling menumpang antara sepal dan petal) 2. Bintang
1 Gambar 14 Bentuk bunga
2
Kegiatan karakterisasi dilakukan setelah akhir perlakuan diberikan hal ini karena kondisi tanaman yang belum memungkinkan untuk dilakukan karakterisasi saat pertama bahan tanam didapatkan. Karakterisasi dilakukan pada semua tanaman percobaan, dengan melihat masing-masing tanaman berdasarkan genotipe, dan perlakuan pemupukan yang diberikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Bahan tanam diletakkan pada rak besi diatas kolam berisi air yang biasa dipakai untuk memelihara lele, hal ini memungkinkan untuk menjaga kelembapan dari bahan tanam. Iswanto (2010) menyatakan bahwa kelembapan yang diperlukan untuk anggrek Cattleya adalah sebesar 45-80% sehingga penyiraman dapat dilakukan ketika media tanam mulai mengering. Kelembapan dalam rumah
16
anggrek pada bulan April sampai dengan Juli 2015 pada siang hari rata-rata sebesar 40-45% sedangkan pada malam hari rata-rata sebesar 60-70%. Jumlah penyiraman ditambahkan ketika tanaman akan berbunga dan sudah memproduksi bunga. Perlakuan pemupukan seluruhnya dilakukan dengan cara disemprotkan menggunakan sprayer dan dilakukan pada pagi hari. Faktor yang berpengaruh dalam pertambahan tinggi tanaman adalah ketersediaan air, cahaya, temperatur, dan kelembapan udara yang optimal, apabila hal tersebut dipenuhi maka dapat memacu pertumbuhan tanaman melalui pembelahan dan pemanjangan sel (Sitompul dan Bambang 1995). Bahan tanam berada dibawah naungan dengan paranet dengan kapasitas untuk menyaring sinar matahari 70%, sehingga tanaman tidak terkena paparan sinar matahari dan tetesan air hujan secara langsung. Iswanto (2010) menyatakan bahwa suhu pada siang hari yang dibutuhkan untuk anggrek Cattleya sebesar 21-30oC dengan kapasitas cahaya sedang sampai terang. Hal ini disebabkan apabila cahaya yang diterima berlebihan maka sel-sel dalam tanaman akan menjadi keras dan tdak produktif lagi, dan biasanya akan menjadi mati (Wilkins 1989). Berikut merupakan kondisi tanaman anggrek Cattleya yang di uji untuk 3 ulangan saat berada di green house.
A
B
C
Gambar 15 (A) Kondisi tanaman anggrek Cattleya ulangan 1, (B) Ulangan 2, (C) Ulangan 3. Serangan dari hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae) menyerang daun pada beberapa tanaman genotipe CM atau Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) pada minggu ke 2 setelah dilakukan perlakuan. Berikut merupakan gambar daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae).
Gambar 16 Daun Blc. mantini (C. dowiana x C. bowringiana) yang terkena serangan hama kutu perisai Aspidiella hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae).
Penelitian Balfas (2010) menunjukkan bahwa kutu perisai menempel pada permukaan tanaman. Serangan berat akibat hisapan kutu terlihat pada seluruh
17
permukaan tanaman berupa bintik berwarna coklat, yang membuat tanaman terlihat kusam. Pengaruh Pemupukan Data kuantitatif karakter morfologi terdiri dari 5 peubah pengamatan yaitu pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang daun, pertambahan lebar daun, pertambahan tebal daun, serta muncul anakan baru. Berdasarkan hasil uji statistik pada 3 genotipe anggrek yang diuji terhadap 5 peubah pengamatan didapatkan nilai koefisien keragaman sebesar 8-29%. Syahid (2009) menyatakan bahwa gambaran tentang seberapa jauh keragaman yang terdapat di dalam suatu percobaan disebut dengan koefisien keragaman. Nilai koefisien keragaman dikatakan sedang apabila minimal 5-10% pada kondisi homogen atau 10-20% pada kondisi heterogen. Nilai koefisien keragaman ini maksimal 5% pada kondisi homogen bernilai kecil dan 10% pada kondisi heterogen bernilai besar (Hanafiah 1991). Jika koefisien keragaman terlalu besar akan menyebabkan tidak adanya perlakuan yang menonjol secara logis (Syahid 2009). Tabel 1 Rataan jumlah awal daun anggrek Cattleya (helai) Genotipe CM CCY CWPT
Perlakuan 1 4.11 2.22 2.00
2 4.11 1.89 1.78
3 3.89 2.44 3.00
4 3.00 1.89 2.22
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.
Tabel 1 dan Tabel 2 menampilkan rataan awal serta pertambahan jumlah daun tanaman anggrek yang diuji. Daun yang muncul dihitung menjadi daun baru saat daun telah membuka sempurna meskipun ukurannya masih relatif kecil dan masih dapat bertambah panjang, lebar dan tebalnya. Anggrek memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran maupun ketebalan daun. Tiap daun berbeda tebalnya, ada yang tipis, tebal, rata dan kaku (Darmono 2004). Tunas dan anakan adalah sesuatu yang berbeda, tunas adalah bulb baru yang muncul pada bulb utama anggrek Cattleya tetapi daun belum membuka sempurna. Pengamatan daun anggrek yang diuji dilakukan setiap dua minggu sekali dan dilakukan pada pagi hari. Tabel 2 menunjukan hasil perlakuan pupuk berpengaruh nyata pada genotipe CM terhadap pertambahan jumlah daun pada minggu ke 8 dan akhir perlakuan yaitu minggu ke 12 atau pada akhir perlakuan dilakukan. Perlakuan pemupukan yang diberikan pada anggrek Cattleya genotipe CM yang paling berpengaruh pada pertambahan jumlah daun adalah pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1. Sedangkan perlakuan pemupukan yang diberikan pada anggrek Cattleya genotipe CCY tidak menunjukan respon yang nyata pada pertambahan jumlah daun selama perlakuan diberikan untuk semua perlakuan pupuk. Perlakuan pemupukan berpengaruh sangat nyata pada genotipe CWPT sesuai Tabel 2 pada minggu ke 2 sampai degan minggu ke 8. Hal ini karena pupuk yang memberikan pengaruh terhadap pertambahan jumlah daun anggrek genotipe ini adalah pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 dan pupuk yang lain tidak memberikan hasil. Genotipe dan lingkungan merupakan faktor yang
18
mempengaruhi jumlah dan ukuran daun (Humphries dan Wheeler 1963 dalam Gardner et al. 1991). Tabel 2 Rataan pertambahan jumlah daun (PJD) anggrek Cattleya Perlakuan P1 P2 P3 P4 Pr > F KK (%) P1 P2 P3 P4 Pr > F KK (%) P1 P2 P3 P4 Pr > F KK (%)
Minggu Setelah Perlakuan (MSP) 4 6 8 10 ----------CM (Cattleya Mantini)---------0.00 0.40 0.50 ab 0.60 ab 1.20 0.20 ab 0.40 0.80 a 1.10 a 1.20 0.40 a 0.60 0.70 ab 0.70 ab 1.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.20 0.09tn 0.31tn 0.13tn 0.03* 0.06tn 25.67 10.28 11.21 10.40 10.72 ----------CCY (Cattleya Chun Yeah)---------0.00 0.10 0.20 0.20 0.40 0.00 0.00 0.10 0.10 0.20 0.00 0.10 0.10 0.20 0.20 0.00 0.10 0.10 0.10 0.20 0.00 0.80tn 0.88tn 0.86tn 0.90tn 0.00 19.93 24.13 25.50 8.74 ----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)---------0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.30 0.30 0.30 0.30 0.30 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01** 0.01** 0.01** 0.01** 0.08tn 17.26 17.26 17.24 17.24 20.34 2
12 1.30 a 1.40 a 1.00 ab 0.20 b 0.03* 10.89 0.40 0.20 0.20 0.20 0.90tn 8.74 0.00 0.30 0.10 0.00 0.08tn 20.36
Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman.
Tabel 3 dan Tabel 4 menerangkan mengenai rataan awal dan rataan pertambahan panjang daun pada anggrek Cattleya yang di uji. Sesuai dengan data yang didapatkan genotipe CCY memiliki daun awal paling panjang dari genotipe lain yaitu sebesar rata-rata 20.24 cm, sedangkan untuk genotipe CWPT merupakan genotipe dengan rataan panjang awal daun terpendek yaitu sebesar 15.1 cm. Tabel 3 Rataan panjang awal daun anggrek Cattleya (cm) Perlakuan 1 2 3 4 CM 15.92 15.58 16.53 16.48 CCY 20.42 20.43 17.51 22.61 CWPT 15.37 15.28 15.62 14.15 Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Genotipe
Hasil menunjukkan pada Tabel 4 pertambahan panjang daun genotipe CM dan CCY tidak nyata selama perlakuan diberikan. Genotipe CWPT hanya pada minggu ke 2 setelah diberikan perlakuan menunjukan respon yang nyata terhadap pertambahan panjang daun. Perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1
19
memberikan hasil yang paling baik dari perlakuan yang lain pada genotipe CWPT pada minggu ke 2. Tabel 4 Rataan pertambahan panjang daun (PPD) anggrek Cattleya Minggu Setelah Perlakuan (MSP) 4 6 8 10 12 ----------CM (Cattleya Mantini)---------P1 0.80 1.11 1.21 1.31 1.52 1.60 P2 0.77 1.03 1.14 1.27 1.38 1.49 P3 0.90 1.07 1.31 1.39 1.58 1.67 P4 0.84 1.12 1.23 1.36 1.49 1.51 Pr > F 0.99tn 0.99tn 0.97tn 0.98tn 0.95tn 0.95tn KK (%) 29.83 27.15 24.29 23.73 23.60 23.97 ----------CCY (Cattleya Chun Yeah)---------P1 0.94 1.23 1.39 1.52 1.80 1.98 P2 0.28 0.76 0.93 1.17 1.39 1.48 P3 1.07 1.52 1.69 1.73 1.81 1.84 P4 0.64 0.80 1.03 1.19 1.23 1.31 Pr > F 0.41tn 0.37tn 0.37tn 0.57tn 0.48tn 0.49tn KK (%) 10.72 29.27 26.75 25.60 24.82 25.52 ----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)---------P1 0.31 b 0.97 1.19 1.28 1.51 1.63 P2 1.01 a 1.40 1.48 1.60 1.79 1.92 P3 0.61 ab 0.94 1.12 1.21 1.23 1.27 P4 0.52 ab 0.78 1.00 1.09 1.13 1.17 Pr > F 0.03* 0.20tn 0.46tn 0.46tn 0.27tn 0.23tn KK (%) 22.09 20.77 19.37 19.86 19.56 20.81 Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman. Perlakuan
2
Menurut Suharno et al. (2007) bahwa keberadaan unsur nitrogen juga sangat penting terutama kaitannya dengan pertumbuhan tanaman. Unsur N menyebabkan perkembangan permukaan daun yang lebih cepat, sedangkan unsur P, K, Mg, Ca, dan S juga berperan dalam menunjang pertumbuhan lebar daun (Suwandi dan Chan 1982). Tabel 5 dan 6 menampilkan rataan lebar awal daun anggrek dan pertambahan lebar daun anggrek Catlleya setelah diberikan perlakuan pupuk. Pada Tabel 5 menunjukan bahwa genotipe CM memiliki rataan lebar daun yang paling lebar dibanding genotipe lain yaitu sebesar 5.61 cm. Tabel 5 Rataan lebar awal daun anggrek Cattleya (cm) Genotipe CM CCY CWPT
Perlakuan 1 9.21 4.30 3.91
2 4.31 4.93 4.01
3 4.48 4.58 4.00
4 4.47 5.17 3.81
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.
Pada Tabel 6 pertambahan lebar daun genotipe CM memberikan respon yang nyata pada minggu ke 6 setelah diberikan perlakuan pupuk. Pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 memberikan pengaruh yang paling baik dari minggu
20
ke 2 hingga minggu ke 8 pada genotipe ini. Pada genotipe CWPT memberikan respon yang nyata dan sangat nyata terhadap pemberian pupuk pada minggu ke 2 dan ke 4, untuk perlakuan pupuk yang paling baik memberikan pengaruh terhadap pertambahan lebar genotipe ini adalah pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1. Tabel 6 Rataan pertambahan lebar daun (PLD) anggrek Cattleya Perlakuan
2
4
Minggu Setelah Perlakuan (MSP) 6 8
10
12
----------CM (Cattleya Mantini)---------P1 P2 P3 P4 Pr > F KK (%)
0.21 ab 0.40 a 0.18 ab 0.10 b 0.13tn 16.96
P1 P2 P3 P4 Pr > F KK (%)
0.19 0.07 0.13 0.07 0.15tn 10.01
0.28 ab 0.49 a 0.34 ab 0.17 b 0.07tn 15.05
0.41 ab 0.60 a 0.37 ab 0.22 b 0.05* 14.50
0.46 ab 0.60 a 0.48 ab 0.26 b 0.10tn 15.00
0.48 0.60 0.62 0.27 0.10tn 16.55
0.49 0.61 0.62 0.27 0.10tn 16.71
0.33 0.23 0.37 0.26 0.48tn 13.14
0.36 0.24 0.41 0.26 0.35tn 13.80
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)---------0.21 0.16 0.21 0.13 0.74tn 13.67
0.29 0.18 0.27 0.16 0.34tn 12.93
0.30 0.21 0.32 0.21 0.47tn 12.76
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)---------P1 0.51 a 0.53 a 0.57 a 0.59 a 0.63 a 0.63 a P2 0.20 b 0.24 ab 0.33 ab 0.33 ab 0.37 ab 0.37 ab P3 0.28 ab 0.38 a 0.43 ab 0.46 ab 0.47 ab 0.47 ab P4 0.07 b 0.08 b 0.18 b 0.20 b 0.22 b 0.24 b Pr > F 0.02* 0.01** 0.08tn 0.07tn 0.06tn 0.09tn KK (%) 17.63 17.17 16.91 16.39 16.19 16.40 Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman.
Tabel 7 dan Tabel 8 menampilkan data tebal awal daun anggrek serta pertambahan tebal daun anggrek Cattleya yang diuji. Sesuai hasil perhitungan menggunakan jangka sorong, bahwa rata-rata daun anggrek Cattleya yang paling tebal adalah genotipe CCY yaitu sebesar 1.92 mm pada awal sebelum perlakuan diberikan. Daun anggrek Cattleya yang paling tipis adalah genotipe CM yaitu rata-rata sebesar 1.55 mm. Tabel 7 Rataan tebal awal daun anggrek Cattleya (mm) Genotipe CM CCY CWPT
Perlakuan 1 1.76 2.00 1.77
2 1.56 1.95 1.66
3 1.49 1.90 1.96
4 1.39 1.84 1.84
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.
Sesuai dengan Tabel 8 bahwa hasil perhitungan statistik menunjukan bahwa perlakuan pemupukan tidak memberikan hasil yang nyata selama perlakuan diberikan terhadap pertambahan tebal daun pada semua genotipe yang diuji. Perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 gL-1 memberikan pengaruh paling
21
besar terhadap pertambahan tebal daun pada semua genotipe yang diuji selama penelitian dilakukan. Perhitungan ini didapatkan dari menambahkan semua data dari masing-masing genotipe yang diuji tiap perlakuan dan dibagi dengan jumlah minggu diberikan perlakuan pemupukan. Tabel 8 Rataan pertambahan tebal daun (PTD) anggrek Cattleya Perlakuan
2
4
Minggu Setelah Perlakuan (MSP) 6 8
10
12
----------CM (Cattleya Mantini)---------P1 P2 P3 P4 Pr > F KK (%)
0.08 0.18 0.08 0.06 0.45tn 12.41
P1 P2 P3 P4 Pr > F KK (%)
0.02 0.08 0.08 0.04 0.45tn 7.51
0.24 0.31 0.20 0.19 0.69tn 14.12
0.27 0.34 0.24 0.24 0.70tn 12.94
0.27 0.34 0.24 0.25 0.74tn 12.78
0.28 0.34 0.25 0.25 0.78tn 12.77
0.28 0.41 0.31 0.34 0.76tn 15.10
0.24 0.30 0.21 0.16 0.74tn 15.16
0.27 0.51 0.29 0.24 0.66tn 22.54
----------CCY (Cattleya Chun Yeah)---------0.19 0.26 0.18 0.15 0.85tn 15.40
0.24 0.27 0.19 0.16 0.77tn 14.62
0.24 0.28 0.20 0.16 0.76tn 14.83
----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)---------P1 0.01 0.10 0.15 0.16 0.16 0.22 P2 0.09 0.16 0.23 0.23 0.24 0.27 P3 0.03 0.11 0.21 0.21 0.23 0.23 P4 0.05 0.12 0.15 0.15 0.15 0.15 Pr > F 0.37tn 0.84tn 0.59tn 0.61tn 0.54tn 0.55tn KK (%) 8.31 10.68 11.44 11.42 11.22 12.41 Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman.
Tabel 9 dan Tabel 10 menerangakan mengenai jumlah anakan awal dan rataan jumlah muncul anakan baru pada anggrek yang diuji. Genotipe CWPT tidak terdapat anakan baru saat awal sebelum penelitian dilakukan (Tabel 9). Pada genotipe CM terdapat paling banyak anakan baru saat penelitian akan dimulai. Anakan baru dihitung ketika terdapat daun yang telah terbuka sempurna pada tunas yang muncul. Tabel 9 Rataan jumlah anakan baru anggrek Cattleya (mm) Genotipe CM CCY CWPT
Perlakuan 1 0.20 0.20 0.00
2 0.30 0.00 0.00
3 0.40 0.20 0.00
4 0.10 0.20 0.00
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1.
Sesuai perhitungan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa perlakua pemupukan memberikan pengaruh nyata pada genotipe CM pada minggu ke 10 dan minggu 12. Baik pada genotipe CCY maupun CWPT, perlakuan pemupukan
22
tidak memberikan pengaruh yang nyata selama penelitian dilakukan terhadap peubah pengamatan muncul anakan baru. Tabel 10 Rataan muncul anakan baru (MAB) anggrek Cattleya Minggu Setelah Perlakuan (MSP) 4 6 8 10 12 ----------CM (Cattleya Mantini)---------P1 0.30 0.70 1.30 2.10 a 2.60 a 3.20 a P2 0.30 0.70 1.20 1.80 ab 2.50 a 3.20 ab P3 0.40 0.60 1.20 2.00 ab 3.10 a 4.20 a P4 0.10 0.20 0.40 0.60 b 0.80 b 1.40 b Pr > F 0.63tn 0.21tn 0.19tn 0.09tn 0.03* 0.05* KK (%) 8.35 10.72 12.50 13.32 13.50 13.99 ----------CCY (Cattleya Chun Yeah)---------P1 0.30 0.70 1.10 1.10 1.10 1.20 P2 0.10 0.30 0.40 1.20 1.70 2.50 P3 0.20 0.50 0.80 1.10 1.30 1.80 P4 0.20 0.30 0.40 0.60 1.00 1.40 Pr > F 0.88tn 0.77tn 0.73tn 0.84tn 0.69tn 0.34tn KK (%) 8.23 9.73 13.99 15.11 15.79 14.89 ----------CWPT (Cattleya Warneri Purple Tounge)---------P1 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10 P2 0.00 0.00 0.10 0.20 0.50 0.80 P3 0.00 0.10 0.20 0.40 0.60 0.70 P4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.10 Pr > F 0.00 0.40tn 0.55tn 0.25tn 0.16tn 0.30tn KK (%) 0.00 11.96 22.70 29.67 10.87 12.03 Keterangan : aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing genotipe menunjukkan hasil tidak berbeda nyata pada uji duncan taraf α 5%. ** : sangat nyata pada taraf 0.01 * : nyata pada taraf 0.05, tn : tidak nyata pada taraf 0.05, 0.00 : tidak terdapat respon terhadap perlakuan yang diberikan, P1 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, dan P4 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pr : Probability, KK : Koefisien keragaman. Perlakuan
2
Pertambahan jumlah daun genotipe CM pada perlakuan P2 menunjukan rata-rata sebesar 0.8 helai atau hampir 1 helai daun pada setiap 2 minggu saat dilakukan pengamatan. Sesuai dengan Tabel 6 dan Tabel 8 bahwa pertambahan lebar dan tebal daun anggrek genotipe CM pada P2 sebesar rata-rata 0.55 cm dan 0.32 mm pada setiap 2 minggu. Pada Gambar 17 kondisi tanaman anggrek paling baik saat akhir pengamatan atau minggu ke 12 adalah pada perlakuan pemupukan P2 : Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1. Sesuai dengan data pada Tabel 2, Tabel 6 dan Tabel 8 bahwa perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 menghasilkan pertambahan jumlah daun, pertambahan lebar daun dan pertambahan tebal daun paling tinggi pada genotipe CM. Perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 menunjukan pengaruh yang paling baik untuk genotipe CM dalam pertambahan jumlah, lebar dan tebal daun. Genotipe CM yang diamati terdapat calon bunga pada beberapa tanaman pada perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1. Pertambahan panjang daun genotipe CM menunjukan respon dan kondisi paling baik pada P3 : pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, yaitu rata-rata sebesar 1.32 cm pada setiap pengamatan tanaman. Gambar 17 merupakan gambar kondisi tanaman contoh anggrek genotipe CM dalam semua perlakuan pemupukan pada akhir pengamatan. Terlihat pada Gambar 17 bahwa perlakuan pupuk P2 menampilkan penampakan tanaman yang paling baik dibanding perlakuan yang lain.
23
P1
P2
P3
P4
Gambar 17 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pada Gambar 18 menunjukkan kondisi tanaman anggrek Cattleya genotipe CCY yang paling baik adalah pada P2. Uji statistik untuk anggrek genotipe CCY menunjukan bahwa untuk pertambahan jumlah daun anggrek yang paling baik adalah P1. Pertambahan panjang daun genotipe CCY paling baik memberikan respon pada P3. Sesuai pada Tabel 6 bahwa pertambahan lebar daun anggrek genotipe CCY paling baik memberikan respon adalah pada P1 dan P3 yaitu ratarata sebesar 0.285 cm pada setiap pengamatan atau 2 minggu. Hasil uji menunjukkan bahwa untuk pertambahan tebal daun dan waktu muncul anakan baru genotipe CCY paling baik memberikan respon adalah pada P2. Secara uji statistik menunjukkan bahwa sebetulnya antara P1, P2 dan P3 hampir seimbang memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya genotipe CCY tetapi secara kondisi dilapangan, tanaman yang diberi perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 menunjukan kondisi yang paling prima. Kondisi tanaman contoh anggrek genotipe CCY dalam semua perlakuan pemupukan pada akhir perlakuan disajikan pada Gambar 18.
P1
P2
P3
P4
Gambar 18 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CCY pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Data hasil uji statistik pada anggrek Cattleya genotipe CWPT untuk 5 peubah pengamatan 3 diantaranya menunjukkan bahwa perlakuan pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 memberikan pengaruh paling baik terhadap pertumbuhan anggrek. Hal ini sesuai dengan fungsi unsur N bagi tanaman yaitu
24
berfungsi dalam proses sintesis klorofil, asam amino dan protein. Unsur nitrogen juga berfungsi untuk merangsang pertumbuhan vegetatif tanaman. Pemberian pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 memberikan hasil paling baik karena kandungan nitrogen lebih tinggi dibandingkan pupuk organik cair lengkap yang hanya mengandung nitrogen sebesar 1.8 ppm. Gambar 19 merupakan gambar kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CWPT dalam semua perlakuan pemupukan pada akhir pengamatan.
P1
P2
P3
P4
Gambar 19 Kondisi contoh tanaman anggrek genotipe CM pada semua perlakuan pemupukan pada 12 MSP (P1) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1, (P2) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1, (P3) pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1, (P4) Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 + silika 2.5 ml L-1. Pecampuran dua jenis senyawa yaitu Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 dan silika 2.5 ml L-1 menimbulkan suatu gumpalan yang tidak dapat larut didalam air. Percampuran senyawa dilakukan dengan memasukkan air terlebih dahulu setelah diketahui terjadi penggumpalan antara dua senyawa tersebut. Karakterisasi Data kualitatif diamati untuk mengetahui keragaman karakter morfologi daun dan karakter morfologi bunga dari 3 genotipe anggrek Cattleya yang diuji. Karakterisasi morfologi perlu dilakukan terutama untuk keperluan identifikasi fenotipe dan peubahnya terkait dengan ekotipe atau perubahan-perubahan lingkungan (Marzuki et al 2008).
A
B
C
Gambar 20 (A) CM : Blc. mantini, (B) CCY : Blc. chun yeah , (C) CWPT : Blc. warneri purple tounge. Hasil dari karakterisasi morfologi daun tanaman yang telah dilakukan disajikan pada Tabel 11. Berdasarkan data yang didapat mengenai karakter morfologi daun yaitu penampang melintang daun, bentuk ujung daun, susunan, bentuk tepi daun, dan tekstur permukaan daun genotipe anggrek Cattleya tidak ada keragaman.
25
Tabel 11 Hasil karakterisasi morfologi daun anggrek Cattleya Karakter Morfologi Daun Genotipe
CM
CCY
CWPT
Penampang melintang daun Bilaterarly compressed (zigomorf / tipe simetri daun) Bilaterarly compressed (zigomorf / tipe simetri daun) Bilaterarly compressed (zigomorf / tipe simetri daun)
Bentuk daun
Bentuk ujung
Oblong/ lonjong
Retuse/ romping/ tumpul bertakik sedikit
Oblong/ lonjong
Eliptic/ jorong/ bujur telur
daun
Bentuk tepi
Tekstur permukaan
Simetri daun
Duplicate/ rangkap
Entire/ mengutuh
Glabrous/ gundul
Simetri
Duplicate/ rangkap
Entire/ mengutuh
Glabrous/ gundul
Tidak simetri
Duplicate/ rangkap
Entire/ mengutuh
Glabrous/ gundul
Simetri
Susunan
Retuse/ romping/ tumpul bertakik sedikit Retuse/ romping/ tumpul bertakik sedikit
Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge.
Berdasarkan data yang diamati, keragaman terdapat pada bentuk dan simetri daun dari ketiga genotipe yang diamati. Variasi sifat fenotipe disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan keadaan lingkungan (Allard 1960). Karakterisasi morfologi daun Cattleya yang diuji ditampilkan pada Tabel 11. Tabel 12 Hasil karakterisasi morfologi bunga anggrek Cattleya Karakter morfologi bunga Aksesi
Posisi pembungaan
CM
Pucuk
Tipe pembungaan Racemose/ raceme/tandan
CCY
Pucuk
Racemose/ raceme/tandan
Resupinasi
Perhiasan bunga
Resupinat (terpuntir)
Sepal dorsal, sepal lateral, petal, dan bibir
Bulat
Resupinat (terpuntir)
Sepal dorsal, sepal lateral, petal, dan bibir
Bulat
Racemose/ Resupinat Sepal dorsal, sepal raceme/tandan (terpuntir) lateral, petal, dan bibir Keterangan : CM : Blc. mantini, CCY : Blc. chun yeah , CWPT : Blc. warneri purple tounge. CWPT
Bentuk bunga
Pucuk
Bulat
Pada karakter morfologi bunga pada 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya yang diamati tidak terdapat suatu keragaman baik pada posisi pembungaan, tipe pembungaan, resupinasi, perhiasan, serta bentuk bunga dari anggrek Cattleya yang diamati. Hasil karakterisasi morfologi bunga pada anggrek Cattleya yang diuji di sajikan pada Tabel 12. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Perlakuan pemupukan yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada 3 genotipe hibdrida anggrek Cattleya yang diuji kecuali pada genotipe CM pada peubah pertambahan jumlah daun dan muncul anakan baru. Pupuk Grow More (NPK 32:10:10) 2 g L-1 menghasilkan pertambahan jumlah dan tebal daun paling tinggi terhadap pertumbuhan 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya. Perlakuan pupuk organik cair lengkap 2 ml L-1 + silika 2.5 ml L-1 memberikan pengaruh
26
terhadap pertambahan panjang daun dan muncul anakan baru paling tinggi terhadap pertumbuhan 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya. Penambahan Silika (Si) tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan anggrek Cattleya. Karakterisasi morfologi 3 genotipe hibrida anggrek Cattleya menunjukkan bahwa tidak terdapat keragaman antar jenis Cattleya pada morfologi daun anggrek penampang melintang daun, bentuk ujung, susunan, bentuk tepi dan tekstur permukaan daun. Keragaman pada daun anggrek Cattleya yang diamati terdapat pada bentuk daun dan simetri daun. Karakterisasi bunga anggrek Cattleya yang diamati tidak terdapat keragaman antar jenis Cattleya pada posisi pembungaan, tipe pembungaan, resupinasi, perhiasan, serta bentuk bunga. Saran Perlu dilakukan pengamatan mengenai ukuran bulb yang mencakup panjang, lebar dan tebal bulb. Perlu dilakukan pengamatan mengenai serangan hama dan penyakit yang menyerang pada tanaman yang di uji.
DAFTAR PUSTAKA Allard RW. 1960. Pemuliaan Tanaman. Bandung (ID). Rineka Cipta. Amrullah. 2015. Pengaruh Nano Silika terhadap Pertumbuhan, Respon Morfofisiologi dan Produktivitas Tanaman Padi (Oryza sativa L.) [disertasi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. [Balithi] Balai Penelitian Tanaman Hias. 2007. Panduan Karakterisasi Tanaman Hias Anggrek. Jakarta (ID): BALITHI. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Publikasi laporan tanaman hias 2014 (produksi anggrek) [internet]. [diunduh 2014 Januari 12]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Publikasi laporan tanaman hias 2014 (ekspor anggrek) [internet]. [diunduh 2014 Januari 12]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id [PIOC] Pupuk Ion Organik Cair - Ciremai. 2014. Sumber Unsur Hara Silika (Si) untuk Pertanian (Ilmu Pertanian) [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 26]. Tersedia pada http://pioc-Ciremai.page4.me. Balfas R. 2010. Kutu Perisai Aspidiella Hartii Cock. (Hemiptera : Diaspididae) pada Tanaman Jahe dan Pengendaliannya. Bogor (ID) : Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. Darmono DW. 2004. Bertanam Anggrek. Depok : Penebar Swadaya. Dixon JB, Weed SB. 1989. Silica in Soil : Quartz and disorder silica polymorphs. Drees LR, Wilding LP, Smeck NE, Senkayi A, editor. Minerals in Soil Environments. Madison (US). SSSA. Dixon JB, Schulze DG. 2002. Silica minerals. Monger HC, Kelly EF, editor. Soil Mineralogy with environmental applications. Madison (US) : SSSA. Epstein E. 1999. Silicon. Annual Review of Plant Physiology and Plant Molecular Biology 50: 641-664. Fatimah, Sukma D. 2010. Studi filogenetik dan identifikasi molekuler anggrek Phalaenopsis sp. menggunakan marka microsatelit. Di dalam : Utama MS, Susila AD, Poerwanto R, Antara NS, Putra NK, Susrusa KB, editor. Prosiding Seminar Nasional Hortikultura Indonesia 2010. [Internet]. [Universitas Udayana Denpasar-Bali, 25-26 November 2010]. Bali (ID) :
27
Univ. Udayana. Hlm 122; [diunduh 2015 jan 24]. Tersedia pada : http://www.ftp.unud.ac.id/tip/wp-content/uploads/2011/11/Penentuanbahan-pengisi.pdf. Gardner FP, Pearce RB, Mitchell RL. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Susilo H penerjemah. Jakarta (ID) : UI Press. Hanafiah KA. 1991. Rancangan Percobaan : Teori dan Aplikasi Cetakan ke-5. Jakarta (ID) : Raja Grafindo Persada. Hassan RH, Sarawan, I Gusti RS. 2012. Respon tanaman Anggrek Dendrobium sp. terhadap pemberian paclobutrazol dan pupuk organik cair. J. Berkala Penelitian Agronomi (1) : 71-78. Hayati E, Mahmud T, Fazil R. 2012. Pengaruh jenis pupuk organik dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai (Capsicum annum L.). J. Floratek 7(2). Hew CS dan Young JWH. 1997. The Physiology of Tropical Orchids in Relation to the Industry. Singapore (SG) : World Scientific. Irawan B, Purbayanti K. 2008. Karakterisasi dan kekerabatan kultivar padi lokal di desa Rancakalong kecamatan Rancakalong kabupaten Sumedang. Seminar Nasional PTTI. [Internet]. [Univ. Padjajaran Bandung; 21-23 Oktober 2008]. Bandung (ID) : Univ. Padjajaran [diunduh 2014 Maret 14]. Tersedia pada : http:// jurnal.umsu.ac.id/index.php. Iswanto H. 2001. Anggrek Phalaenopsis. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka. Iswanto H. 2010. Petunjuk Praktis Merawat Anggrek. Jakarta (ID) : Agromedia Pustaka. Jenny J, Rondonuwu, Pioh DD. 2009. Kebutuhan hara tanaman hias anggrek. Soil environment 7(1):73-79. Lestari S. 1985. Mengenal dan Bertanam Anggrek. Semarang (ID) : Aneka Ilmu. Marzuki I, Uluputty MR, Aziz SA, Surahman M. 2008. Karakterisasi morfoekotipe dan proksimat pada banda (Myristica fragans Houtt.). Bul Agron. 36(2): 145-151. Ma JF, Takahashi E. 2002. Soil, fertilizer and plant silicon research in Japan. Elsevier Science. 281 Mattjik NA. 2010. Budi Daya Bunga Potong dan Tanaman Hias. Bogor (ID) : IPB Press. Mukherjee SK. 1986. Chemical Technology for Producing Fertilizer Nitrogen in the year 2000. [Internet]. [Diunduh 2015 Nov. 01]. Tersedia pada http://cms.1m-bio.com/bagan-warnadaun-bwd/. Nesiaty S, Maloedyn S. 2007. Kiat Sukses Membungakan Anggrek. Jakarta (ID) : Agro Media Pustaka. Nursandi F. 1997. Karakterisasi Keturunan Hasil Persilangan Anggrek Phalaenopsis Berdasarkan Morfologi dan Pola Pita Isozim [catatan penelitian]. Orchid Society of South East Asia. 1998. Orchid Growing In The Tropics. Timber Press, Malaysia. 207 p. Purwantoro A, Ambarwati E, Setyaningsih F. 2005. Kekerabatan antar anggrek spesies berdasarkan sifat morfologi tanaman dan bunga. Ilmu Pertanian 12 (1): 1-11.
28
Puspitasari DT. 2006. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman anggrek Dendrobium sp. Var Thouchai Viroj [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Puspaningtyas DM, Mursidawati S, Sutrisno, Asikin J. 2003. Anggrek Alam di Kawasan Konservasi Pulau Jawa. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya Bogor, Bogor. 164 hal. Rahmatia D, Pitriana P. 2007. Pengayaan Seri Flora dan Fauna ‘Bunga Anggrek’. Jakarta (ID) : Ganesha Ecxact. Roidah IS. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesuburan Tanah. J.Univ. Tunlungagung BONOROWO 1(1) : 39-40. Sander D. 1979. Orchids and Their Cultivation. Dorset (9) : Blandford Press. Sandra E. 2003 Membuat Anggrek Rajin Berbunga. Jakarta (ID). Penebar Swadaya. Sandra E. 2007. Membuat Anggrek Rajin Berbunga. AgroMedia. Jakarta. Santi A, Suciantini, Goenadi DH. 1996. Pengaruh waktu pemupukan dan konsentrasi asam humik terhadap pertumbuhan anggrek Dendrobium white candi. J. Hort. 6(1) : 29-34. Santi TK. 2005. Pengaruh dosis pupuk mamigro dan kerapatan populasi terhadap pertumbuhan bibit anggrek Cattleya. J. Ilmiah Progresive. 2(5) : 2. Sarwono B. 2002. Mengenal dan Membuat Anggrek Hibrida. Depok (ID) :Agro Media Pustaka. Sastrapradja S, Irawati, Nasution RE. 1977. Evaluasi dan pemanfaatan anggrekanggrek alam Indonesia. Buletin Kebun Raya. III (1): 17-20. Sastrapradja S. 1980. Jenis-jenis Anggrek. Jakarta (ID) : Lembaga Biologi Nasional LIPI. Sheehan TJ. 1992. Orchids, di dalam: Larson R.A, editor. Introduction Floriculture 2nd ed. California: Academic Press Inc. Sitompul SM, Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta (ID). Gadjah Mada University Press. Soedjono S. 1997. Pemuliaan Tanaman Anggrek. Jakarta (ID) : Pusat Penelitian Hortikultura Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Soepardi G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor (ID): IPB Press. Soeryowinoto SM. 1974. Merawat Anggrek. Kanisius. Yogyakarta. 89 hal [internet]. [diunduh 2015 Jan 16]. Tersedia pada: http://books.google.co.id. Sommer AL. 1986. Studies concerning the essential nature of aluminium and silicon for plant growth. Univ. California Public. Agr. Sci. 5:57-81. Suharno, Mawardi I, Setiabudi, Lunga N, Tjitrosemito S. 2007. Efisiensi penggunaan Nnitrogen pada tipe vegetasi yang berbeda di stasiun penelitian Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat. J. Biodiversitas (8): 287-294. Suparmana dan Suatika G. 1990. Anggrek Cattleya. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya. Suwandi, Chan F, 1982. Pemupukan pada Tanaman Kelapa Sawit yang Telah Menghasilkan dalam Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) oleh Lubis, A. U, A. Jamin, S. Wahyuni dan IR. Harahap. Pusat Penelitian Marihat Pematang Siantar. Medan. Hal 19 – 21. Syahid A. 2009. Koefisien keragaman [Internet]. [diunduh 2015 November 01]. Tersedia pada: download/12897928/KoefisienKeragamanKK.pdf,html.
29
Tisdale SL, Nelson WL, Beaton JD. 1995. Soil Fertily and Fertilizer 4thEd. Co. New York : MacMillan Publ. Voronkov MG, Zelchan GI, Lykevic AY. 1978. Silicon and Life. Zinatne : Riga. Widiastoety D, Santi A. 1997. Pembibitan dan budidaya anggrek. Buku Komoditas (3) : 21-27. Balai Penelitian Tanaman Hias. 71 hal. Wijaya EW. 2006. Pengaruh Beberapa Komposisi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Dendrobium sp. [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Wilkins. 1989. Fisiologi Tanaman. Jakarta (ID) : Penerbit Bumi Aksara.
30
LAMPIRAN Lampiran 1 Novelgro SILIKA Deskripsi Produk : Tanaman memiliki lapisan sel terluar yang merupakan sel silika atau yang sering dikenal dengan Phytolith. Sel tersebut bersifat keras seperti batu. Sebagai contoh sel silika pada sekam padi jika dibakar akan menjadi abu gosok. Sel silika tersebut menjadi semacam temeng pelindung dari serangan serangga atau Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Novelgro Silika bukan pestisida, tetapi merupakan unsur hara. Terbuat dari pasir silika yang diproses sedemikian rupa hingga terlarut dalam air. Unsur Silika (Si) adalah salah satu unsur hara yang diperlukan oleh tanaman, terutama yang bersifat akumulator Si. Tanaman akumulator Si membutuhkan unsur Si dalam jumlah besar untuk pertumbuhannya, seperti famili Gramineae contohnya padi, tebu, bambu, rumput, gandum, sorgum, jagung, dan lain sebagainya. Selain untuk memenuhi kebutuhan unsur Si pada tanaman, unsur fotosintesa, meningkatkan ketahanan tanaman Si meningkatkan terhadap kekeringan, salinitas, alkalinitas, cuaca ekstrim, defisiensi, keracunan unsur hara, dan juga merupakan pelindung alami tanaman terhadap serangan Organisma Pengganggu Tanaman (OPT). Novelgro Silika sangat cocok untuk program Pengendalian Hama Terpadu (HPT), karena ia bekerja tidak dengan meracuni OPT, namun dengan membentuk benteng ketahanan fisik tanaman terhadap serangan OPT. Sehingga tidak menyebabkan kekebalan OPT seperti yang disebabkan oleh fungisida dan insektisida pada umumnya. Serta tidak meninggalkan residu bahan beracun dan berbahaya pada tanaman dan lingkungan. Cara Kerja Novelgro Silika : Novelgro Silika merupakan nutrisi silika terlarut dalam air yang mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi Silika tersebut akan dibawa oleh jaringan tanaman ke lapisan sel terluar (epidermis) untuk membentuk lapisan yang keras (cuticle). Ketika sel-sel silika tersebut melapisi seluruh permukaan sel terluar, termasuk dengan bulu-bulu tanaman, maka selain dinding sel sulit ditembus oleh sengat OPT, bulu-bulu tanaman yang telah menjadi lebih keras akan menjadi seperti kawat berduri yang akan menghambat serangan OPT atau bahkan membunuh OPT.
31
Lampiran 2 Pupuk Organik Cair BioSugih Tani Kandungan pupuk organik cair lengkap BioSugih Tani Mineral (ppm dan %wt) : N P K Mg Ca S Na
1.8 0.757 0.383 0.129% 0.971% 0.215% 2.59%
Fe Mn Zn Cu B Al Mo
236 15.8 149 2.11 61.1 308 2.08
Asam Amino (mg/100ml) : Asparagin Glycine Methionine Phenylalanine Proline Threonine Alanine Isoleucine Lysine Serine
171.1 145.8 47.9 12.6 262 3.93 74.7 74.3 21 7.0
Cysteine Valine Leucine Tyrosine Argenine Ammonium Acetic Acid Lactic Acid Glutamac Acid
35 106 88.1 36.3 75.7 445.6 0.159 0.01 197
Hormon (ppm) : Gibbrelin (G A3) Zeatin IAA
662000 6840 104
Mikroba : Azotobacter, Azospirilium, Mychoriza, Rhyzobium,
Aspergillus, Lactobacillus, Saccarimizes.
BioSugih Tani merupakan pupuk organik cair lengkap karya seorang pakar pertanian Indonesia dari hasil riset bertahun-tahun. Dibuat dengan proses bioteknologi tinggi yang menghasilkan formula kompleks unsur makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Dengan asam-asam amino, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) alami, serta mikroba-makroba probiotik terpilih, secara sinergis mampu meningkatkan kesuburan tanah dalam waktu singkat dan meningkatkan hasil produksi tanaman menjadi berlipat BioSugih dalam hal ini merupakan pupuk organik yang sifatnya hayati sehingga tidak memerlukan lagi penggunaan kimia sama sekali terutama yang terkenal sebagai NPK komposisinya sudah jelas diakui dibeberapa Negara besar terutama di RRC bisa meningkatkan produksi pertanian, antara lain di jeruk, kedelai dan padi. Bahkan jelas bisa menghilangkan penyakit yang dinamakan CVPD, wereng, dan ulat. Karena efek aktifnya obat pemberantas yang disebut trichoderma 3 hari setelah aplikasi, maka khusus untuk pemberantasan ulat
32
seyogyanya digunakan 3 hari sekali dimana butiran-butiran padi sudah keluar, juga di sayur-sayuran digunakan 3 hari sekali agar ulat-ulat yang baru menetas lebih mudah di berantas.
33
Lampiran 3 Pupuk majemuk Grow More 32-10-10 Guaranted Analyses : Total Nitrogen (N) 3.9% Ammonicial Nitrogen 5.7% Nitrate Nitrogen 10.6% Urea Nitrogen Available Phosphoric Acid (P2O5) Soluble Potash (K2O) Calsium (Ca) Magnesium (Mg) 0.10% Chelated Magnesium Sulfur (S), Combined Baron (B) Copper (Cu) 0.05% Chelated Copper Iron (Fe) 0.10% Chelated Iron Manganese Molybdenum (Mo) Zinc (Zn) 0.05% Chelated Zinc
32%
10% 10% 0.05% 0.10% 0.20% 0.02% 0.05% 0.10% 0.0005% 0.05%
Deskripsi Produk : Grow More adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru, sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah, mengandung hara lengkap dengan konsentrasi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan. Pupuk ini adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal berwarna biru, sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap dengan mudah oleh tanaman baik itu melalui penyemprotan daun maupun disiram ke dalam tanah. Formula ini terutama untuk tanaman muda hingga dewasa pada saat vegetatif tanaman membutuhkan nitrogen (N) dalam jumlah yang besar. Hal ini disebabkan pada fase tersebut pembentukan sel-sel baru untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman secara umum.
34
Lampiran 4 Vitamin B1 Liquinox Start Deskripsi Produk : Liquinox start adalah pupuk cair yang membantu pertumbuhan tanaman. Pupuk cair yang dibuat untuk menghasilkan produksi maksimal ketika pencangkokan atau memindahkan/menanam tanaman baru dan untuk menyehatkan semua jenis tanaman. Mengandung vitamin B1, substansi yang menyerupai hormon, organic yucca extract, zat besi, dan fosfor. Diformulasikan khusus untuk merangsang pertumbuhan akar dan mengurangi stress akibat pemindahan tanaman. Analisa Terjamin : Phosphoric Acid (P2O5) Iron (Fe) 0.10% Chelated iron Vitamin B1 (Thiamine Mononitrate) Alpha Napthalene Acetic Acid
2.00% 0.10% 0.10% 0.40%
35
RIWAYAT HIDUP Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Harsono dan Ibunda Dwi Kristanti Wahyu Mahanani. Penulis dilahirkan di Pati pada tanggal 17 Juni 1992. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Tahun 2011 penulis lulus dari pendidikan SMAN 3 Pati dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi asisten mata kuliah Agama Kristen Protestan sejak tahun 2012 hingga 2015 dan asisten praktikum mata kuliah Tanaman Hias dan Bunga pada tahun 2015. Penulis aktif sebagai pengurus dewan gedung Asrama C2 pada tahun 2011, sebagai penyanyi dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Paduan Suara Mahasiswa (PSM) IPB Agria Swara sejak tahun 2011 hingga 2015, sebagai staff divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) PSM IPB Agria Swara pada tahun 2012, menjadi kepala divisi paduan suara Verbum Gracias Voice (VeGras Voice) UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB pada tahun 2012, serta banyak mengikuti kepanitiaan dalam acara kampus. Penulis juga ikut serta dalam kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di desa Drunten Wetan, Kecamatan Gabus Wetan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada tahun 2014.