UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK GROWMORE 20 – 20 – 20 DENGAN PUPUK KADAR P TINGGI UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN ADENIUM (Adenium obesum)
Oleh Mastil Palin A34404049
PROGAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN MASTIL PALIN. Uji Efektifitas Kombinasi Pupuk Growmore 20-20-20 dengan Pupuk Kadar P Tinggi untuk Memacu Perkembangan dan Pembungaan Adenium (Adenium obesum) (dibimbing oleh ENY WIDAJATI dan YUDHA HARTANTO). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh berbagai kombinasi pupuk Growmore hijau (20-20-20) dengan Growmore orange (6-30-30), Growmore hijau dengan Kaliphos (0-52-34) dan Growmore hijau dengan Growmore merah (10-55-10) terhadap pertumbuhan dan pembungaan adenium. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan faktor yang diamati yaitu kombinasi Growmore hijau (20 - 20 – 20) dengan pupuk daun kadar P tinggi. Adapun kombinasi pupuk yang digunakan yaitu Growmore hijau dengan Growmore orange, Growmore hijau dengan Kaliphos, Growmore hijau dengan Growmore merah, Growmore hijau dengan Growmore orange, serta pemberian air saja sebagai kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan tidak berpengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman adenium dengan tolok ukur kecepatan pecah tunas, diameter bonggol, dan jumlah daun. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap panjang tunas pada 14 minggu setelah perlakuan. Perlakuan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap panjang dan jumlah akar. Perlakuan pemupukan dengan kadar P tinggi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembungaan dengan tolok ukur kecepatan muncul kuntum, jumlah kuntum bunga dan jumlah bunga mekar. Dari semua kombinasi perlakuan didapatkan bahwa kombinasi Growmore hijau dengan Kalipos lebih efektif dibanding dengan perlakuan yang lainnya.
UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK GROWMORE 20 – 20 – 20 DENGAN PUPUK KADAR P TINGGI UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN ADENIUM (Adenium obesum)
Skripsi sebagai salah satu yarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh Mastil Palin A34404049
PROGAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
:
UJI EFEKTIFITAS KOMBINASI PUPUK GROW MORE 20 – 20 – 20 DENGAN PUPUK KADAR P TINGGI UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN DAN PEMBUNGAAN ADENIUM (Adenium obesum).
Nama
:
Mastil Palin
NRP
:
A34404049
Progam Studi
:
Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih
Menyetujui Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
! "# $%&
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tana Toraja Sulawesi Selatan pada tanggal 20 April 1986. Penulis merupakan anak bungsu dari enam bersaudara dari Bapak T. B. Ponggawali dan Ibu Tinas Palisu. Tahun 1998 penulis lulus SD No. 77 Karre Tana Toraja, kemudian pada tahun 2001 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Rantepao, selanjutnya penulis lulus dari SMUK Pelita Rantepao tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor melalui jalus BUD (beasiswa utusan daerah) dan diterima di Progam Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian (sekarang Departemen Agronomi dan Hortikultura) Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Selama kuliah penulis aktif sebagai anggota klub Agribisnis asrama TPB IPB masa bakti 20042005, sebagai koordinator acara seminar festival tanaman (FESTA) XXVI tahun 2005. Penulis juga menjadi panitia SAWAH 2006 (Sarana Akselerasi Wawasan Agronomi Dan Hortikultura) HIMAGRON, badan pengurus himpunan profesi mahasiswa agronomi (HIMAGRON) periode 2005/2006, sebagai anggota GMKI (2004 – 2008), menjadi anggota komisi pelayanan anak (KPA) PMK IPB (2004 – 2008). Penulis juga sebagai ketua kelompok dan berhasil memperoleh dana hibah bersaing Progam Kreativitas Mahasiswa (PKM) tahun 2007 di bidang kegiatan PKM kewirausahaan dan menjadi duta stand IPB pada PIMNAS XXI di UNISULA Semarang tahun 2008.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Uji Efektifitas Kombinasi Pupuk Growmore 20 – 20 – 20 dengan Pupuk Kadar P Tinggi untuk Memacu Pertumbuhahan dan Pembungaan Adenium (Adenium obesum) ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Selama menyelesaikan skripsi ini, penulis telah banyak memperoleh dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Eny Widajati, MS sebagai dosen pembimbing akademik sekaligus sebagai dosen pembimbing penelitian penulis yang selalu mengarahkan dan setia membimbing penulis. 2.
Yudha Hartanto SP, MSi sebagai manajer produksi Godongijo Nursery dan sekaligus sebagai pembimbing penelitian.
3. Bapak Candra Gunawan sebagai pemilik Godongijo Nursery yang telah menyediakan sarana dan prasarana dimana penulis melakukan kegiatan penelitian. 4. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga mama, papa, saudara penulis (Kak Ali, Kak Marthinus, Kak Sari, Kak Linda) yang selalu memberikan dorongan kepada penulis serta doa yang tidak henti-henti. 5. Terima kasih kepada sahabat penulis (Dion, Dial, Ishak, anak-anak Youth, Kak Tithin, Kak Lulu, Silvya, Sipit, Angga, Baba) atas semua dukungannya kepada penulis, yang selalu memberi semangat serta doa-doa dimana penulis disebut. 6. Terima kasih kepada Weny, Eca, Opit, Jamal, So’eh, Aikon, Mbak Susi, buat bantuan dan kebersamaannya selama penelitian.
7. Terima kasih kepada semua karyawan Godongijo (Ibu Jean, Mbak Lastri, Pak Endang, Pak Slamet, Mbak Dian, Bunda, Pak Sarman, teman – teman Cafe, teman – teman di Penta) atas bantuan dan bimbingan kepada penulis selama kegiatan penelitian. 8.
Terima kasih penulis ucapkan untuk teman-teman PMTTBers atas bantuan dan kerja samanya yang baik, tempat penulis bertanya dan berdiskusi (Ida, Gani, Risma, dll).
9. Terima kasih kepada teman teman di Perwira 99 atas bantuan dan kebersamaannya selama kuliah di IPB. 10. Terima kasih kepada Republik Galih mulai dari presiden sampai rakyat, atas semua canda tawa dan bantuannya kepada penulis selama penulis menyelesaikan skripsi. Penulis memohon maaf jika didalam penulisan ada yang tidak berkenan. Semoga penelitian ini berguna bagi pihak yang membutuhkan.
Bogor, 29 Agustus 2008 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman 1 1 2 2 3 3 3 4 4 5 5 6 Pemupukan …………………………………………………………….. 8 Pemangkasan…………………………………………………………… 10 BAHAN DAN METODE ……………………………………………………. 10 Waktu dan Tempat ……………………………………………………… 10 Bahan dan Alat ………………………………………………………….. 10 Metode Penelitian ………………………………………………………. 12 13 Pelaksanaan Penelitian ………………………………………………… Pengamatan……………………………………………………………… 15 HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………. 15 Kondisi Umum Penelitian ………………………………………………. 16 Jumlah Pecah Tunas dan kecepatan Pecah Tunas ……………………… 18 Panjang Tunas …………………………………………………………... 20 Jumlah Daun …………………………………………………………….. 22 Jumlah Akar dan Panjang Akar …………………………………………. 23 24 Diameter Bonggol ………………………………………………………. 26 Kecepatan Muncul Kuntum Bunga ……………………………………... 26 Jumlah Bunga Mekar …………………………………………………… 27 Analisis Kombinasi Pupuk ……………………………………………… 28 Analisis jumlah pemberian unsur N, P dan K ………………….. 29 KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………… 31
PENDAHULUAN …………………………………………………………………. Latar Belakang …………………………………………………………. Tujuan…………………………………………………………………… Hipotesis ……………………………………………………………….. TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………………….. Botani Adenium ……………………………………………………….. Lingkungan Tumbuh Adenium ……………………………………….. Teknik Budidaya ……………………………………………………….. Wadah Tanam ………………………………………………………….. Media Tumbuh…………………………………………….……………. Pemeliharaan…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. LAMPIRAN …………………………………………………………………..
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
Teks 1. Kombinasi Pupuk Daun Tiap Bulan...........................................................
11
2. Total senyawa N, P dan K yang diterima oleh setiap pot tanaman sampai dengan minggu 14………………………………………………………..
11
3. Data Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Pupuk Berimbang dan Pupuk Kadar P Tinggi terhadap Tolak Ukur yang diamati..................
17
4. Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap Kecepatan Pecah Tunas dan Total Tunas……………………………………………………………………..
17
5. Rekapitulasi Rata-rata Panjang Tunas …..………………….....................
19
6. Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap Panjang Tunas pada 14 MSP..........
20
7. Rekapitulasi Pengaruh Pemupukan terhadap Jumlah Daun ……...............
21
8. Pengaruh Pemupukan terhadap Jumlah Akar dan Panjang Akar …………
22
9. Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap Perkembangan dan Pertambahan Diameter Bonggol........................................................................................
23
10. Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap Jumlah Kuntum yang Pecah ..........
25
11. Pengaruh Pemberian Pupuk terhadap Jumlah Bunga Mekar......................
26
12. Pengaruh Perlakuan Pemupukan terhadap Parameter yang diamati..........
27
Lampiran 1. Analisis kandungan pupuk Growmore merah (10 – 55 -10)......................
32
2. Analisis kandungan pupuk Growmore orange (6-30-30)…………………
32
3. Analisis kandungan pupuk Growmore hijau (20-20-20)…………………
32
4. Perhitungan analilis jumlah kandungan unsur N, P dan K .........................
33
5. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap panjang tunas setiap 2 minggu pengamatan.....................................................................................
34
6. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap panjang akar ................
34
7. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah akar ………….
34
8. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap kecepatan pecah tunas
35
9. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah daun …………
35
10. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap diameter bonggol .......
35
11. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah tunas akhir ….
36
12. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap kecepatan muncul kuntum ........................................................................................................ 13. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah kuntum akhir ...
36 36
14. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah bunga mekar…. 36
]
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman Teks
1. Tahap persiapan penelitian..........................................................................
15
2. Pemeliharaan dan pengamatan tanaman......................................................
16
3. Jumlah tunas akhir pada setiap pola pemberian pupuk................................
18
4. Panjang tunas setiap perlakuan dengan pola pemberian tertentu tiap 2 MSP.............................................................................................................
19
5. Jumlah daun pada setiap perlakuan pemberian pupuk berimbang dengan pupuk kadar P tinggi ..................................................................................
21
6. Pertambahan diameter bonggol pada tiap perlakuan...................................
24
7. Jumlah kuntum yang pecah tiap minggu pada setiap perlakuan............................
25
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Adenium (Adenium obesum) adalah salah satu tanaman hias yang diminati oleh pengoleksi tanaman hias di Indonesia. Adenium menjadi salah satu tanaman yang diminati karena mempunyai warna bunga serta kombinai warna yang sangat beragam. Selain bunga, adenium juga mempunyai bentuk bonggol yang meliuk, menekuk, membulat dan membengkak sehingga memiliki nilai artistik tersendiri. Hal tersebut menyebabkan harga adenium mencapai jutaan rupiah. Chuhairy (2005) menyampaikan bahwa larisnya adenium karena 1) bunganya indah, variatif, lebat, 2) semi bonsai dan berbonggol unik, 3) mudah dalam perawatan, 4) dipercaya sebagai pembawah keberuntungan, 5) sebagai sarana relaksasi, 6) getah adenium dapat berkhasiat sebagai obat. Sebagai tanaman hias, adenium akan mudah terjual dalam keadaan berbunga secara khusus untuk Jawa Barat dan Jakarta (Yudha, 2008). Pemberian nutrisi dengan konsentrasi yang tepat membantu
fase pertumbuhan dan
perangsangan pembungaan. Salah satu nutrisi yang berperan dalam merangsang pembungaan adalah fosfor (P). Fosfor merupakan unsur hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini dijelaskan oleh Erfandi (1984) bahwa P juga berperan sebagai faktor pembatas bagi pertumbuhan tanaman terutama fase generatif. Dalam menunjang penjualan adenium dalam kondisi berbunga, maka perlu penelitian tentang pola pemberian pupuk yang tepat untuk pertumbuhan dan pembungaan adenium dengan mengkombinasikan pupuk Growmore hijau (20-20-20) dengan pupuk kadar P tinggi yaitu Growmore Merah (10-55-10), Growmore Orange(6-30-30) dan Kaliphos (0–52–34) yang kemungkinan menjadi salah satu pemicu pertumbuhan dan pembungan adenium.
Tujuan : Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh berbagai kombinasi pupuk Growmore Hijau (20-20-20) dengan Growmore Orange (6-30-30), Growmore Hijau dengan Kaliphos (0-52-34) dan Growmore Hijau dengan Growmore Merah (10-55-10) terhadap pertumbuhan dan pembungaan adenium. Hipotesis : Peningkatan dosis pupuk kadar P tinggi akan meningkatkan pertumbuhan dan pembungaan adenium.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Adenium Adenium (famili: Apocynaceae) merupakan tanaman sukulen yang berumur panjang, habitat aslinya adalah gurun pasir Afrika. Pola tanam adenium tidak harus sesuai dengan kondisi gurun. Pada habitat aslinya adenium mampu hidup ratusan tahun. (Trubus, 2006), menuliskan urutan taksonomi adenium yaitu: Kingdom
: Plantae
Divisi
: Magnoliopsida
Subkelas
: Asteridae
Ordo
: Gentianales
Famili
: Apocynaceae
Genus
: Adenium
Spesies
: Adenium obesum, A. multiflorum, A. swazicum, A. boehmianum, A. oleifolium, A. solamalense, A. somalense var. cripsum, A. arabicum, dan A. socotranum. Lingkungan
Tanaman
adenium
merupakan
tanaman
C4,
sehingga
adenium
membutuhkan cahaya matahari langsung dengan intensitas 80% (Huynh, 2007). Namun demikian untuk tanaman dewasa, sinar matahari selama 8-12 jam sehari sangat baik untuk pertumbuhan dan pembungaan. Sedangkan tanaman muda, bibit umur 6 bulan kebawah butuh sinar matahari 4 jam sehari, sedangkan bibit 6 – 12 bulan, 6 jam sehari. Secara umum adenium membutuhkan sinar matahari langsung 5 – 7 jam sehari. Adenium menyukai suhu panas seperti di daerah tropis (30 – 350C), lokasi yang paling bagus adalah yang bertemperatur 20 – 350C. Namun demikian semakin panas akan mengakibatkan bunga berumur pendek atau cepat layu. Suhu yang dingin pada malam hari (dibawah 100C) akan menyebabkan adenium berhenti tumbuh. Dari kondisi lingkungan tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi cuaca Indonesia sangat cocok untuk perkembangan adenium, dibandingkan di gurun Afrika, di Taiwan, di India, atau di USA.
Teknik Budidaya Perbanyakan tanaman adenium dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan secara generatif adalah perbanyakan melalui biji. Sementara perbanyakan vegetatif dilakukan dengan setek, cangkok, okulasi, sambung (grafting), sisip, atau dengan pemecahan akar, (Seri agrihobi, 2005). Untuk mendapatkan keturunan yang lebih baik, maka dilakukan persilangan dari kedua tetua yang diharapkan. Tetua seharusnya cukup besar sehingga mampu menopang beban biji yang dikandung. Jumlah biji yang dikandung tetua betina sangat tergantung pada besar tetua dan nutrisi asupan. Pada bunga jantan dipilih polen yang lebih tua (umur empat hari) dari tanaman induk (baru mekar). Tingkat keberhasilan pembuahan adenium cenderung rendah, hal ini disebabkan karena struktur anatomi bunga adenium tertutup disamping itu letak polen dan putik terpisah sehingga sulit untuk menyerbuk sendiri (Trubus, 2007). Perbanyakan secara vegetatif juga sering digunakan bahkan menjadi populer untuk perbanyakan adenium yaitu dengan setek dan sambung (grafting). Sambung digunakan sebagai teknik yang paling cepat untuk memperbanyak varietas baru adenium yaitu dengan menyambung bonggol lama (batang bawah) dengan batang atas yang baru. Teknik menyambung yang populer untuk adenium yaitu teknik sambung V dan teknik sambung V 2 cabang (Trubus, 2007). Wadah Tanam Pada dasarnya adenium merupakan tanaman yang mudah dirawat. Meskipun demikian, dibutuhkan pengetahuan yang tepat agar adenium tumbuh sehat dan berbunga indah. Wadah untuk menanam adenium sangat bervariasi dan bisa disesuaikan dengan selera pemiliknya. Wadah tersebut berupa pot tanah, pot plastik, ataupun pot keramik. Pot-pot tersebut harus memiliki lubang pembuangan air yang memadai selain itu berfungsi sebagai tempat keluar masuknya udara. Pada umumnya pot tanah sangat baik karena memberikan sirkulasi udara yang lebih baik (Chuhairy, 2005). Ukuran pot disesuaikan dengan ukuran tanaman. Idealnya ukuran pot sedikit lebih besar dari tanaman agar tanaman bisa tumbuh
maksimal. Pot yang terlalu kecil membuat pertumbuhan akar tidak sempurna. Jika tanaman sudah terlalu besar, pot digantikan dengan pot yang lebih besar. Pemindahan pot atau repotting biasanya dilakukan selama enam bulan sekali atau disesuaikan dengan ukuran tanaman (Godongijo, 2005). Media Tumbuh Media tanam sangat berperan dalam mendukung pertumbuhan tanaman, karena media berfungsi sebagai tempat berjangkar, sumber hara dan air. Menurut Conover (1930), faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pot adalah aerasi, kapasitas memegang air (wather holding capasity) dan kapasitas tukar kation yang mempengaruhi penyerapan unsur hara. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah konsistensi, ketersediaan, berat dan harga. Adenium termasuk tanaman serofit sehingga cocok hidup didaerah kering, oleh karena itu adenium membutuhkan media yang lembap, porous, kering, dan tidak mengikat air terlalu banyak. Adenium sebaiknya tidak ditanam dengan menggunakan tanah merah atau tanah liat karena daya ikatnya terhadap air tinggi. Derajad keasaman (pH) media tanam yang cocok antara 5,5 – 6,5. Beberapa media yang dapat digunakan untuk adenium antara lain: pasir, sekam bakar, sekam biasa, coco peat, tanah arang, dan tanah bakar. Campuran media yang baik adalah sekam, coco peat, pasir, zeolit, dan pupuk lengkap dengan perbandingan 37%: 30: 20%: 1%. Sebelum digunakan, sebaiknya media dibersihkan terlebih dahulu agar terbebas dari penyakit. Cara yang digunakan yaitu : pasir dicuci dari kotoran seperti tanah dan lumpur. Serbuk kelapa dikukus 1 - 2 jam. Pupuk kandang yang digunakan sudah matang, dan steril yang diambil dengan warna hitam pekat. Hal tersebut perlu diperhatikan untuk mencegah munculnya bakteri atau cendawan yang dapat merusak tanaman (Godongijo,2005). Pemeliharaan Kunci adenium agar tampil prima adalah membuat lingkungan yang sesuai dengan adenium. Beberapa kegiatan pemeliharaan yaitu penyiraman secara tepat, menyiangi secara rutin dan berkala, pemupukan rutin dan tepat dosis, melakukan repotting jika pertumbuhan terhambat, pemangkasan cabang yang tidak teratur, pencegahan hama penyakit.
1.
Pemupukan Salah satu cara peningkatan produksi adalah dengan menggunakan pupuk.
Pemupukan yang efektif adalah bila unsur hara yang tersedia dalam pupuk dapat dimanfaatkan oleh tanaman secara maksimal. Pupuk daun adalah pupuk industri yang pemberiaannya kepada tanaman dilakukan melalui penyemprotan ke daun. Pada umumnya pupuk daun mengandung unsur hara makro N, P, K, Ca, & Mg serta unsur hara mikro seperti Fe, Cu, Co, Mn, & Zn. Pemberian pupuk melaui penyemprotan lewat daun dapat mengatasi kekurangan hara karena berpengaruh cepat dan langsung pada tanaman. Dengan demikian pemupukan lewat daun dapat meningkatkan efektifitas hara tanaman (Lingga dan Marsono, 2004). Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur, biasanya disebut pupuk campuran (Sabiham et al., 1989). Pupuk majemuk dapat mengandung dua atau lebih unsur makro atau campuran makro mikro. Pengelompokan biasanya dilakukan berdasarkan jumlah dan jenis hara dalam pupuk majemuk. Pupuk majemuk 2 unsur hara seperti NP, NK, NMg, NS, NCa, dan CaS. Sedangkan pupuk majemuk 3 unsur yaitu menggabungkan 3 unsur hara seperti NPK (Leiwakabessy dan Sutandi, 2004). Pupuk growmore adalah pupuk daun lengkap dalam bentuk kristal biru, sangat mudah larut dalam air. Dapat diserap baik oleh tanaman baik melalui penyemprotan daun maupun disiram kedalam tanah. Pupuk growmore hijau (20 – 20 – 20) merupakan pupuk yang memberikan ketersediaan nitrogen, phosphat dan kalium yang berimbang dalam tanaman. Pada masa vegetatif tanaman membutuhkan nitrogen dalam jumlah besar. Hal ini disebabkan pada fase tersebut pembentukan sel-sel baru untuk tumbuh dan berkembangnya tanaman. Dan diperluhkan juga bagi tanaman yang dimana saat-saat akhir memerlukan unsur posphat dan kalium yang tinggi, sedangkan growmore merah (10-55-10), formula ini sangat baik untuk merangsang perakaran pada pembibitan, setek (cutting) atau waktu pemindahan bibit ke lapangan, disamping itu meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Growmore orange (6 – 30 – 30), formula ini dianjurkan pada saat tanaman masuk dalam fase generatif (pembungaan dan pengisihan buah). Pada fase generatif tanaman memerlukan unsur hara phospat (P) dan kalium (K), sebagai bahan dasar protein (ATP) dan (ADP) membantu
asimilasi dan respirasi sehingga memperkuat jaringan tanaman. Meskipun demikian belum ditemukannya kombinasi pupuk yang tepat untuk perkembangan daun dan bunga tanaman adenium (Label pupuk Growmore, 2008). Selain itu didalam percobaan tersebut digunakan kaliphos. Kaliphos merupakan pupuk daun yang berwarna putih, mengandung 52% P2O5 (posphat), 34% K2O (kalium oksida) (Label pupuk Kaliphos,2008). Pupuk N. Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3(Decoteau, 2005 dan Leiwaskabessy, 2003). Nitrogen merangsang pertumbuhan diatas tanah dan memberikan warna hijau pada daun (Soepardi 1983). Menurut Jumin (2005) nitrogen berperan dalam 1) mempertinggi pertumbuhan vegetatif terutama daun, 2) meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur lain seperti fosfor, kalium dan lainnya, 3) merangsang pertunasan, dan 4) menambah tinggi tanaman. Menurut Erwin (1987), nitrogen berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman, pembentuk utama protoplasma sel, protein, asam amino, asam nukleat, amida dan alkoloid. Kekurangan notrogen menyebabkan daun menjadi kuning atau hijau kekuningan dan daun cenderung cepat rontok. Pupuk P. Tanaman umumnya menyerap unsur P dalam bentuk ion fosfat sekunder (HPO4-2) dan orto fosfat primer (H2PO4-1) (Decoteau, 2005 dan Parker 2004). Fosfor merupakan unsur makro esensial untuk pertumbuhan dan reproduksi. Dalam bidang pertanian, fosfor seringkali merupakan faktor hara pembatas karena ketersediaannya yang rendah. Pupuk P larut air akan cepat larut dalam tanah dengan kelembapan sedang. Air atau uap air yang bergerak ke butiran pupuk melarutkan dan membentuk larutan jenuh terdiri dari ion-ion yang dibebaskan dari pupuk ( Leiwakabessy, 1998). Harjadi (1996) menambahkan bahwa tersedianya fosfat untuk tanaman adalah rendah dan berhubungan dengan pH. Fosfat pada tanah dengan pH media rendah (2-5) diberikan dari larutan tanah sebagai persenyawaan kompleks aluminium dan besi, sedangkan pada pH tinggi (7-10) fosfat menjadi terikat dalam persenyawaan kompleks dari kalsium. Fosfat pada tanah dengan pH 5-7 berada dalam bentuk mono atau dikalsium fosfat, yang paling tersedia bagi tanaman. Menurut Soepardi (1983) fosfor pada tanaman berpengaruh dalam pembelahan sel, pembentukan lemak dan albumin, pembungaan, pembuahan
dalam pengisian biji, perkembangan akar halus dan rambut, pencegahan kerebahan, membantu mempercepat kematangan tanaman dengan mengurangi penggunaan N, meningkatkan kualitas tanaman terutama untuk biji-bijian dan sayur mayur serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Sutedjo (1994) menambahkan bahwa unsur P dapat mempercepat pertumbuhan akar, mempercepat
serta
memperkuat
pertumbuhan
tanaman
dewasa,
serta
mempercepat pembungaan dan pemasakan. Defisiensi fosfor menimbulkan hambatan pada pertumbuhan sistem perakaran, daun, dan batang. Kekurangan unsur P berakibat bagi tanaman karena dapat mempengaruhi proses metabolisme. Pertumbuhan tanaman terhambat, perakaran tidak berkembang dengan baik dan daun tua cepat rontok karena fosfor dalam tanaman bersifat mobil dan bergerak dari daun tua ke daun muda. Daun berwarna hijau tua dan kadang-kadang bergelombang. Selain itu terjadi akumulasi karbohidrat yang dapat mendorong terbentuknya antosianin, sehingga daun dan batang berwarna kemerahan atau ungu (Sutedjo, 1994). Pupuk K. Kalium dapat diserap oleh akar dalam bentuk ion K+. Kalium berperan dalam pembelahan sel, fotosintesis (pembentukan karbohidrat), translokasi gula, reduksi nitrat dan mensintesis protein dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kalium juga merupakan unsur logam yang paling banyak terdapat didalam cairan sel, yang berfungsi mengatur keseimbangan garam-air atau
mengatur
keseimbangan
osmotik
dalam
(sel)
tanaman
sehingga
memungkinkan pergerakan air ke dalam akar (Leiwakabessy dan Sutandi, 1988) Menurut Erwin (1987), kekurangan K akan melemahkan jaringan tanaman, anak daun berwarna kuning (garis-garis kuning) disekitar tulang daun atau noda-noda kuning (spot orange) serta dapat menurunkan jumlah dan bobot tandan kelapa sawit secara drastis. 2. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman adenium tampak rimbun, dapat merangsang, mengatur pembungaan serta memotong siklus hama dan penyakit . Didalam melakuan pemangkasan, tanaman harus dalam kondisi sehat dimana daun dan batang aktif disamping itu tanaman tampak segar dan kokoh. Pemangkasan adenium dilakukan pada tanaman yang berumur diatas 1
tahun. Pemangkasan dilakuakan dengan menggunakan pisau steril yang dicelupkan kedalam alkohol atau dibakar (Trubus, 2007).
3. Hama dan Penyakit Pada umumnya adenium mudah dirawat, meskipun demikian hama dan penyakit bisa menyerang ketika kebersihan dan perawatan kurang diperhatikan. Menurut Euphorbiaclub 2007 dan Trubus 2007, hama yang sering menyerang adalah: a. Laba-laba/ tungau merah (spider mites) merupakan hama atau musuh terbesar adenium. Tanda: daun gugur, keringnya batang pucuk. b. Kutu kuning dan kutu putih c. Nematoda, yaitu hama yang menyebabkan busuk batang. d. Semut dan cacing tanah e. Aphids f. Trips g. Root mealy bug h. Mealy bug i. Fungus gnats
Disamping
hama
tersebut,
adenium
juga
diserang
oleh
beberapa
penyakit(Euphorbiaclub, 2007 dan Trubus, 2007) yaitu: a. Jamur dan bakteri (pomopsis): Gejalanya: daun menguning dan bercak kecoklatan. Pencegahan: tempatkan tanaman di cahaya matahari penuh, bersihkan lingkungan. b. Defisiensi unsur hara. Gejala yang sering terjadi adalah pertumbuhan daun lambat, daun menguning tanpa sebab, mudah rontok. Penyebabnya adalah media tanam sudah lama tak diganti atau pH media tanam terlalu asam sehingga mengganggu penyebaran unsur hara. c. Virus. Gejalanya adalah muncul bercak-bercak yang berwarna lebih muda dari warna daun atau seperti variegate.
d. Layu pucuk (layu fusarium). Gejala: daun adenium rontok akibat jamur, pucuk daun menghitam dan membusuk. Jika menyerang akar, potong akar yang membusuk kemudian olesi dengan hormon perangsang akar.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Green house Godongijo Nursery, Sawangan Depok. Penelitian dimulai pada bulan Februari hingga Juni 2008. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan adalah adenium kelas A (diameter 3-5 cm) dan telah digrafting. Tanaman tersebut didapatkan dari stok Godongijo. Pada percobaan, media yang digunakan adalah pasir malang (30%), arang sekam (37%), cocopeat (30%), zeolit (2%), serta bahan lain
(1%). Pupuk daun
digunakan sebagai perlakuan didalam percobaan ini. Adapun jenis pupuk daun yang digunakan yaitu: Growmore (merah, orange dan hijau) serta kaliphos (Tabel Lampiran 11-13). Alat yang digunakan antara lain green house, pot untuk penanaman, sprayer kecil, jangka sorong, meteran/ penggaris. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor, dengan faktor yang diamati yaitu kombinasi Growmore hijau (20 - 20 – 20) dengan pupuk daun kadar P tinggi dalam memacu pertumbuhan dan pembungaan adenium. Adapun kombinasi pupuk yang digunakan yaitu kombinasi
pupuk
growmore hijau (20-20-20) dengan growmore orange (6-30-30) dengan pola (GHGO, GO-GO, GH-GO,GO-GO) sebagai perlakuan 1. Perlakuan 2 yaitu kombinasi pupuk growmore hijau (20-20-20) dengan kaliphos (0-52-34) dengan pola (GHKP, KP-KP,GH-KP,KP-KP). Pola pemberian pupuk growmore hijau (20-20-20) dengan growmore merah (10-55-10) dengan pola (GH-GM,GM-GM,GH-GM, GM-GM) sebagai perlakuan ke 3. Pada perlakuan ke 4 digunakan kombinasi pupuk growmore (20-20-20) dengan growmore orange (6-30-30) dengan pola (GH-GO, GH-GO, GH-GO,GH-GO) dimana perlakuan tersebut telah digunakan sebelumnya. Disamping itu digunakaan air sebagai pembanding dan menguji efektifitas kandungan hara yang terdapat pada media tanam tanpa pemupukan.
Pemberian pupuk dilakukan dua kali dalam satu minggu, pemberian tersebut dilakukan sesuai dengan Tabel 1.
Tabel 1. Kombinasi Pupuk Daun tiap Bulan Minggu pemberian
Kontrol
Kombinasi pupuk daun tiap tanaman 1
2
3
4
5
1
GH – GO (0.04-0.08-0.08)
GH - KP (0.03-0.11-0.08)
GH – GM (0.05-0.11-0.05)
GH -GO (0.04-0.08-0.08)
air-air
2
GO - GO (0.02-0.09-0.09)
KP - KP (0 - 0.17 - 0.10)
GM – GM (0.03-0.17-0.03)
GH –GO (0.04-0.08-0.08)
air-air
3
GH - GO (0.04-0.08-0.08)
GH – KP (0.03-0.12-0.08)
GH - GM (0.05-0.11-0.05)
GH -GO (0.04-0.08-0.08)
air-air
4
GO – GO (0.02-0.09-0.09)
KP – KP (0 - 0.17 - 0.10)
GM – GM (0.03-0.17-0.03)
GH –GO (0.04-0.08-0.08)
air-air
Keterangan : GH : Growmore hijau (20-20-20) GO : Growmore orange (6-30-30) GM : Growmore merah (10-55-10) KP : Kaliphos (0-52-34).
Total pemberian pupuk N, P dan K pada minggu 1 hingga 14 minggu terlihat pada Tabel 2. Tabel 2. Total senyawa N, P dan K yang diterima oleh setiap pot tanaman sampai dengan minggu 14. Jumlah pemberian (gr/pot) Perlakuan N P K P1 0.40 1.56 1.56 P2 0.21 1.85 1.28 P3 0.53 1.94 0.53 P4 0.55 1.05 1.05 P5 0 0 0 Pembanding yang digunakan didalam percobaan yaitu perlakuan 4. Didalam percobaan ini konsentrasi pupuk yang digunakan sama untuk semua perlakuan yaitu 0,75 g/liter. Adapun volume penyiraman yang diberikan yaitu 200ml/pot. Dari semua kombinasi percobaan didapatkan yaitu 5 kombinasi percobaan dan 10 ulangan, sehingga terdapat 50 satuan percobaan.
Model statistika yang digunakan dalam rancangan tersebut adalah: Yijk = m + k i + vj + + εij Yi
= Respon pengamatan pada kombinasi pupuk grow more 20 – 20 – 20 dengan pupuk kadar P tinggi ke - i
m
= Nilai tengah pengamatan.
ki
= Pengaruh perlakuan ke-i
vj
= Pengaruh ulangan ke - j.
εij
= Galat percobaan Untuk mengetahui pengaruh masing-masing perlakuan, dilakukan sidik
ragam dengan menggunakan uji F. Perlakuan yang berpengaruh nyata pada uji F diuji lanjut menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan media tanam Media tanam yang digunakan yaitu kombinasi arang sekam cocopeat, pasir, dan zeolit. 2. Repotting Bibit ditanam didalam pot baru dengan media yang telah ditentukan. Kotorankotoran atau sisa media lama dicuci dengan air untuk menghilangkan residu pupuk pada tanaman. Tanaman tersebut dirawat dalam waktu 2 minggu untuk menghilangkan stres pada tanaman dengan memberikan air pada media tanam dua kali dalam satu minggu. 3. Pemangkasan Pemangkasan dilakukan pada batang utama dengan menyisahkan 4 cm dari pangkal sambungan. 4. Perlakuan Pemupukan dilakukan dua kali pemberian dalam 1 minggu, sekaligus sebagai penyiraman tanaman. Volume penyiraman sama disetiap unit percobaan. Pemberian perlakuan sesuai dengan pola pemberian tiap bukan dan diulang sama pada bulan berikutnya. Pemupukan dilakukan sampai akhir pengamatan.
Pengamatan Pengamatan dilakukan setiap minggu (1 – 14 MSP), peubah yang diamati adalah : 1. Kecepatan pecah tunas (hari dan % pecah tunas) Kecepatan pecah tunas dihitung dari persentase jumlah tunas yang pecah dari potensi pecah tunas hasil pemangkasan setiap hari. 2. Jumlah tunas akhir Jumlah tunas akhir dihitung dari jumlah tunas yang pecah dan hidup pada akhir pengamatan. 3. Panjang tunas Panjang tunas diperoleh dengan mengukur semua panjang tunas (cm) semua perlakuan tiap 2 minggu. 4. Jumlah daun Jumlah daun dihitung dari jumlah daun yang menempel pada tanaman tiap 2 minggu. 5.
Kecepatan muncul kuntum bunga (hari) Kecepatan munculnya
kuntum bunga diperoleh dengan menghitung
persentase jumlah kuntum pecah dari setiap tunas primer tanaman setiap harinya. 6. Jumlah bunga mekar Jumlah bunga mekar diperoleh dari menghitung jumlah bunga yang mekar dari semua kuntum bunga sampai akhir pengamatan. 7. Diameter batang Diameter batang dihitung dari pertambahan diameter bonggol (cm) tiap bulan dengan menggunakan jangka sorong. 8. Jumlah akar
Jumlah akar diperoleh dengan menghitung semua jumlah akar primer, sekunder dan tersier. Pengamatan tersebut dilakukan pada akhir pengamatan, dengan mengangkat tanaman dari media tanam. 9. Panjang akar Panjang akar diperoleh dengan menghitung panjang akar (cm) dari pangkal bawah bonggol atau titik pangkal akar hingga ujung akar terpanjang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Godongijo nursery, bahan tanaman yang digunakan berasal dari Godongijo yang termasuk dalam kelas A (diameter batang 3-5cm). Tanaman tersebut telah digrafting dengan batang atas (varietas Ramona) yang masih dalam statu spesies yaitu Adenium obesum. Persiapan penelitian dilakuan dengan mengganti media tanam (repotting)
kemudian
tanaman di tanam didalam pot ukuran 15 cm yang selanjutnya dilakasanakan di dalam green house (Gambar 1. A), pemeliharaan dilakukan selama 2 minggu untuk menghilangkan stress (Bambar 1. B), kemudian tanaman dipangkas (Gambar 1. C).
A. Dalam green house
B. Pemeliharaan
C. Pemangkasan
Gambar 1. Tahap tahap persiapan penelitian Tanaman penelitian disusun diatas asbes, dimana lantai dasar sekitar green house dilapisi pecahan bata merah untuk mengatur kelembapan didalam green house. Bahan penelitian terletak disekitar tanaman adenium lainnya didalam green house dengan jarak 80 cm. Kegiatan penelitian dimulai pada bulan Maret hingga Juni, dimana cuaca pada waktu tersebut tidak menentu mendorong munculnya hama pada tanaman. Pemeliharan dengan penyemprotan pestisida dilakukan intensif dua kali dalam tiap minggu untuk menghindari hama dan penyakit (Gambar 2. A). Penyemprotan pestisida dilakukan serempak pada semua tanaman didalam green house. Pemberian perlakuan dilakukan dua kali dalam satu minggu dengan pengamatan setiap hari. Pengamatan terakhir dilakukan dengan mengangkat tanaman dari media untuk melihat perakarannya (Gambar 2. B).
A. Penyemprotan enyemprotan pestisida
B. Pengamatan akar
Gambar ambar 2. Pemeliharaan dan pengamatan tanaman
Hasil sidik ragam pengaruh pemberian pupuk berimbang dengan pupuk kadar P tinggi terhadap parameter par yang diamati tertera pada Tabel Lampiran ampiran 1 -
10 dan rekapitulasinya pada Tabel 3. Berdasarkan sidik ragam didapatkan bahwa perlakuan pemupukan kadar P tinggi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tolok ukur jumah tunas akhir, kecepatan pecah tunas, panjang tunas, jumlah daun, diameter bonggol, kecepatan pecah kuntum bunga, jumlah kuntum bunga serta jumlah mekar bunga. Pemberian pupuk berimbang Growmore (20-2020) dengan pupuk kadar P tinggi berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar
dan jumlah akar. Selain itu juga berpengaruh nyata pada peubah panjang tunas pada 14 MSP.
Jumlah Pecah Tunas dan Kecepatan Pecah Tunas Dari hasil pengamatan didapatkan bahwa total pecah tunas dan kecepatan pecah tunas untuk setiap perlakuan tidak berpengaruh nyata. Meskipun demikian pada Gambar 3 terlihat bahwa jumlah tunas pecah pada P1 tertinggi yaitu 2.7 tunas akan tetapi mengalami penurunan pe sampai 2.4. Pada Tabel 4 terlihat bahwa P4 memiliki kecepatan pecah tunas tertinggi yaitu 1.20, hal ini disebabkan oleh unsur N yang terdapat pada growmore hijau (20-20-20) (20 20) dan growmore orange (6 (6-
30-30). Dari total N yang diberikan pada setiap perlakuan didapatkan bahwa jumlah pemberian unsur N pada perlakuan per 4 tertinggi yaitu 0.55 g/pot /pot (Tabel 2). Dari Gambar 3 juga terlihat bahwa P5 dan P4 memiliki jumlah tunas yang sama pada 12 MSP, meskipun P5 meningkat pada 7 MSP, akan tetapi menurun pada 10
MSP.
Tabel 3. Data Rekapitulasi Sidik Ragam Pengaruh pemberian pupuk berimbang dan pupuk kadar P tinggi terhadap tolak ukur yang diamati Tolok ukur Jumlah tunas akhir Kecepatan pecah tunas Panjang tunas
MSP 0 - 14 4 6 8 10 12 14 4 6 8 10 12 14 14 14 1 2 3
Jumlah daun
Panjang akar Jumlah akar Diameter bonggol
Kecepatan pecah kuntum Jumlah kuntum akhir Jumlah bunga mekar
Keterangan :
* ** MSP
Kuadrat tengah 0.15 0.07 0.1 0.36 1.53 6.29 2.82 1.15* 17.4 40.27 14.47 101.87 224.92 394.53 0.04** 73658.52** 0.2 0.27 0.36 0.21 0.17 1.27 1.23 1.45
12 13 14
KK % 30.05 19.01 29.97 34.17 33.38 36.67 39.29 16.3 51.37 33.3 24.56 26.07 26.43 36.8 6.82 30.24 13.1 12.73 11.94 38.41 31.57 296.42 228 211.11
= berpengaruh nyata pada taraf 5% = berpengaruh nyata pada taraf 1% = minggu setelah perlakuan
Tabel 4. Pengaruh pemberian pupuk terhadap kecepatan pecah tunas dan total tunas Pengamatan Kecepatan pecah tunas Jumlah tunas akhir
P1 1.16 2.4
P2 0.97 2.2
Perlakuan P3 1.07 2.4
P4 1.2 2.5
P5 1.1 2.5
Dari rata-rata jumlah pecah tunas didapatkan bahwa semua perlakuan dengan pemberian pupuk P tinggi mempunyai jumlah tunas akhir yang sama dengan kontrol. 3
Total Pecah Tunas
2.5 P1
2
P2 1.5
P3 P4
1 P5 0.5 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Minggu Pengamatan
Gambar3. Jumlah tunas akhir pada setiap pola pemberian pupuk
Panjang Tunas Perpanjangan tunas sangat dipengaruhi oleh penambahan unsur hara pada media tanam. Hal ini dipertegas oleh Edmond, et al (1977) bahwa setiap unsur hara memiliki peranan yang berbeda beda terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Nitrogen merupakan unsur makro yang sangat diperlukan dalam jumlah yang besar. Menurut Epstein (1972), bagian tanaman yang tua mentranlokasi nitrogen untuk mempercepat pertumbuhan daerah yang muda. Dengan adanya pupuk growmore (20-20-20), maka unsur yang terdapat dalam pupuk tersebut mampu mendorong pertumbuhan tunas dengan cepat. Nitrogen berfungsi
untuk mengurangi klorosis dan etiolasi pada tanaman dan
meningkatkan kesuburan daun (memberikan warna hijau pada daun) dengan membentuk klorofil, asam nukleat dan enzim. Kebutuhan akan nitrogen khususnya untuk perkembangan vegetatif tanaman seperti pembentukan tunas, perkembangan batang dan daun. Yeni (2002) menegaskan bahwa kalium adalah unsur hara esensial yang diperlukan tanaman. Kalium berperan sebagai katalisator, translokasi pati, gula dan lemak. Disamping itu dapat meningkatkan kualitas hasil, menjaga ketegaran tanaman, membuat tanaman lebih tahan terhadap serangan hama penyakit serta merangsang pertumbuhan akar.
Dari hasil uji lanjut dengan menggunakan DMRT diperoleh bahwa pemberian pupuk berimbang dengan pupuk kadar P tinggi tertentu berpengaruh nyata terhadap panjang tunas pada 14 minggu setelah perlakuan. Pada Tabel 5 terlihat bahwa panjang tunas untuk pemberian perlakuan lebih tinggi dan lebih cepat panjang jika dibandingkan dengan kontrol untuk setiap 2 minggu pengamatan. Perlakauan ke 2 memiliki panjang tunas lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu 13.24 cm jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yaitu 8.33 cm. Tabel 5. Rekapitulasi rata-rata panjang tunas setiap perlakuan Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5
2 0 0 0 0 0
Minggu Pengamatan (cm) 6 8 10 3.11 4.77 7.25 2.94 4.8 6.91 3.11 4.35 6.5 2.91 4.68 6.5 2.64 3.88 5.16
4 1.07 0.9 0.99 0.96 0.8
12 9.4 9.26 9.25 8.94 8.08
14 12.91 13.24 13.05 12.83 8.33
Mangel (1994) menegaskan bahwa cabang primer merupakan cabang yang keluar dari batang. Pada percobaan, cabang primer diperoleh dengan memotong batang utama. Perlakun pemupukan tidak berpengaruh nyata terhadap panjang tunas pada 2 MSP hingga 13 MSP. Meskipun demikian terlihat dari grafik (Gambar 4) bahwa pertambahan panjang tunas pada P1, P2, P3 dan P4 jauh lebih tinggi dari kontrol yaitu hanya dengan memberikan air dua kali dalam tiap minggu. 14 12 10 panjang tunas (cm)
P1
8
P2 P3 P4
6 4
P5 2 0 1
3
5
7
9
11
13
Minggu pengamatan
Gambar 4. Panjang tunas setiap perlakuan dengan pola pemberian tertentu tiap 2 MSP.
Berdasarkan uji lanjut dengan DMRT menunjukkan bahwa pengaruh P1,P2,P3 dan P4 lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (2.82). Adapun hasil uji lanjut dari panjang tunas pada minggu ke 14 setelah perlakuan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh pemberian pupuk terhadap panjang tunas pada 14 MSP Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5
Nilai tengah 3.565a 3.632a 3.556a 3.533a 2.819b
Kombinasi pupuk growmore 20-20-20 dengan pupuk kadar P tinggi memberikan pengaruh yang nyata pada minggu akhir pengamatan (14 MSP), hasil ini berbeda dengan kontrol. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya pemberian pupuk dan menurunnya ketersediaan nutrisi didalam bonggol hingga 14 MSP, sehingga pertambahan panjang tunas terhambat. Pertambahan panjang tunas berkembang pesat pada perlakuan pemupukan 14 MSP hal ini dikarenakan terpenuhinya unsur hara yang dibutuhkan tanaman, jumlah daun yang mendukung menghasilkan fotosintat serta pertumbuhan perakaran baik sehingga penyerapan unsur hara menjadi maksimal. Pelakuan P2 terlihat lebih tinggi dari pada perlakuan yang lain, hal ini karena pupuk growmore hijau (20-20-20) yang dikombinasikan dengan kaliphos (0-52-34) memiliki unsur K yang tinggi yaitu 1.28 gr/pot tanaman (Tabel 12). Islami, et al( 1995) dan Epstein (1976) menegaskan bahwa unsur kalium sangat berperan penting didalam pertumbuhan dan pertambahan tinggi tanaman. Jumlah Daun Jumlah daun dihitung berdasarkan jumlah daun yang terdapat pada tanaman setiap 2 minggu. Dari hasi percobaan didapatkan bahwa pemberian pupuk berimbang dengan pupuk kadar P tinggi terhadap jumlah daun tidak berpengaruh nyata pada setiap perlakuan jika dibandingkan dengan kontrol. Pada Tabel 7 terlihat bahwa P1 memiliki jumlah daun terbanyak jika dibandingkan
dengan perlakuan lainnya sampai pada 12 MSP (47.7) akan tetapi jumlah daun P3 lebih tinggi pada 14 MSP yaitu 49.8. Meskipun tidak berbeda nyata, akan tetapi dari tingkat kesuburan daun P1,P2,P3 dan P4 lebih hijau tua dibandingkan dengan kontrol dengan warna daun hijau kekuningan. Tabel 7. Pengaruh pemupukan terhadap rata - rata jumlah perlakuan Minggu Pengamatan Perlakuan 2 4 6 8 10 P1 0 9.6 28 34 39.2 P2 0 7.7 22.5 30.9 34.2 P3 0 8.1 24.5 33.2 40.9 P4 0 7.7 25.8 32.9 35.7 P5 0 5.9 24.8 31.9 33.6
daun pada setiap
12 47.7 46.1 43.9 38.7 36.7
14 49.7 38.9 49.8 45.3 36
Selama penelitian, P1, P2 dan P3 terserang oleh spider mates sehingga pertambahan jumlah daun terhambat. Tingkat serangan terbesar pada P2 sehingga pada Gambar 5 terlihat jelas penurunan daun yang sangat pesat pada 14 MSP. Pada kontrol, jumlah daun sangat sedikit hal ini karena pertumbuhan tanaman sangat kerdil sehingga menghambat pertumbuhan daun. Hal ini disebabkan oleh kurangnya unsur hara yang terdapat pada media. Pada 14 MSP, jumlah daun kontrol terlihat menurun. Hal ini disebabkan oleh spider mates dan kekurangan unsur hara yang menyebabkan daun menjadi menguning dan rontok. Pada P4 jumlah daun secara umum lebih sedikit dibandingkan dengan P1, P2 dan P3. 60
Jumlah daun
50 P1
40
P2 P3
30
P4 20 P5 10 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Minggu Pengamatan
Gambar 5. Jumlah daun pada setiap perlakuan pemberian pupuk berimbang dengan pupuk kadar P tinggi.
Jumlah Akar dan Panjang Akar Pemberian pupuk berimbang dengan kadar P tinggi berbengaruh sangat nyata terhadap jumlah akar dan panjang akar (Tabel 8). Tabel 8. Pengaruh pemupukan terhadap jumlah akar dan panjang akar tiap perlakuan Nilai Tengah Perlakuan Jumlah akar Panjang Akar P1 363.90a 1.296b P2 438.10a 1.307b P3 405.10a 1.423a P4 382.30a 1.318b P5 215.70b 1.253b Dari Tabel 8 terlihat dengan jelas bahwa pemberian pupuk berimbang dengan pupuk kadar P tinggi menghasilkan jumkah akar nyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini dapat terlihat bahwa jumlah akar sangat dipengaruhi oleh unsur hara yang ditambahkan ke dalam media. Jumlah akar sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan pembungaan tanaman. Dengan jumlah akar yang banyak akan meningkatkan penyerapan unsur hara dari media. Disamping itu terdapat tanaman yang mengalami busuk akar pada P5. Akar yang busuk pada tanaman kemungkinan disebabkan oleh kurangnya unsur hara, disamping itu banyak daun pada perlakuan tersebut menguning. Ismunadji (1976) menyimpulkan bahwa kekurangan kalium menyebabkan akar menjadi busuk dan menstimulasi absorbsi hara besi dalam jumlah yang terlalu banyak, sehingga tanaman menjadi sakit karena keracunan besi. Dari hasil sidik ragam didapatkan bahwa pemberian pupuk growmore hijau (20-20-20) dengan growmore merah (10-55-10) berbengaruh sangat nyata terhadap panjang akar (Tabel 8). Dari hasil uji lanjut dengan DMRT didapatkan bahwa nilai tengah untuk P3 sangat tinggi jika dibandingkan dengan P1, P2, P4 dan P5. Hal ini terlihat bahwa pembemberian pupuk berimbang (20-20-20) dengan pupuk growmore merah (10-55-10) dapat memacu panjang akar lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya, karena persentase
unsur P yang
terdapat dalam growmore merah sangat tinggi yaitu 55%. Dengan adanya pupuk P
yang tersedia dapat meningkatkan laju fotosintesis sehingga menghasilkan jumlah fotosintat yang lebih tinggi yang selanjutnya akan meningkatkan panjang akar. Islami,dkk (1995),menegaskan bahwa unsur P dapat memacu pertumbuhan akar, hal ini disebabkan karena ketersediaan P akan meningkatkan laju fotosintesis yang selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan akar. Disamping itu Islami menambahkan bahwa ekstrak akar yang dipupuk dengan unsur P mempunyai aktivitas auksin yang berfungsi meningkatkan pertumbuhan akar. Diameter Bonggol Perhitungan diameter bonggol diperoleh dari pertambahan diameter bonggol tiap perlakuan di dalam tiap bulan. Dari hasil uji F didapatkan bahwa pemberian pupuk berimbang dengan pupuk kadar P tinggi tidak berpengaruh nyata pada penambahan diameter bonggol. Dari Tabel 9 terlihat bahwa diameter bonggol masih tergolong dalam kelas A yang berdiameter bonggor 3 – 5 cm. Pemberian pemupukan tidak memberikan perbedaan yang nyata jika dibandingkan dengan kontrol yaitu 4.43 cm, bahkan diameter P1 lebih rendah dari kontrol yaitu 4.11 cm. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pertambahan bonggol tidak nyata hingga 14 minggu setelah perlakuan pemupukan. Tabel 9. Pengaruh pemberian pupuk terhadap diameter bonggol Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5
0 3.89 4.05 4.15 4.24 3.96
Bulan Pengamatan 1 2 3.97 4.01 4.13 4.22 4.29 4.39 4.33 4.425 4.15 4.25
3 4.11 4.44 4.43 4.64 4.43
Pada Gambar 6 terlihat bahwa diameter bonggol untuk kombinasi growmore hijau (20-20-20) dengan growmore orange (6-30-30) (perlakuan 4) lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya yaitu 4.63 cm. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh jumlah pemberian unsur N pada perlakuan tersebut lebih tinggi yaitu 0.55 g/pot taanaman (Tabel 2).
4.8
Diameter bonggol
4.6 4.4
P1 P2
4.2
P3 4
P4
3.8
P5
3.6 3.4 0
1
2
3
Bulan pengamatan
Gambar 6. Pertambahan diameter bonggol pada tiap perlakuan
Kecepatan Muncul Kuntum Bunga Kecepatan muncul kuntum bunga ditetapkan berdasarkan jumlah bunga yang pecah dari setiap tunas primer yang diamati dari 0 MSP hingga akhir pengamatan. Dari hasil sidik ragam didapatkan bahwa pemberian pupuk dengan kadar P tinggi yang didukung oleh pupuk berimbang, tidak berpengaruh nyata terhadap kecepatan munculnya kuntum bunga. Pada Tabel 10 didapatkan bahwa jumlah kuntum untuk perlakuan P1,P2,P3,dan P4 adalah sama. Hal ini dapat terlihat bahwa pemberian pupuk dengan kadar P tinggi yang dikombinasikan dengan pupuk berimbang menambah jumlah kuntum bunga, meskipun tidak nyata pada uji taraf 5%. Dari jumlah pemberian unsur P sampai akhir pengamatan didapatkan bahwa jumlah P2O5 yang diberikan pada perlakuan P1, P2, P3 dan P4 tinggi dibandingkan dengan unsur yang lain, meskipun tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kecepatan munculnya kuntum bunga (Tabel 2). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi pemupukan yang belum tepat pada setiap kombinasi perlakuan. Tabel 10. Pengaruh pemberian pupuk terhadap jumlah kuntum yang pecah
Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5
7 0 0 0 0.1 0.1
8 0.2 0.1 0.3 0.2 0.1
9 0.5 0.6 0.7 0.9 0.6
Minggu Pengamatan 10 11 12 1.3 1.4 1.8 1.4 1.5 2 1.4 1.4 1.9 1.4 1.4 2.1 0.9 1.3 1.8
13 2.1 2.1 2 2.1 1.8
14 2.1 2.1 2 2.1 1.8
Gambar 7 menunjukkan bahwa jumlah kuntum untuk perlakuan P1, P2, P3, dan P4 lebih besar dibandingkan dengan kontrol yaitu 1,8. Hal ini dapat terlihat bahwa pemberian pupuk dengan kadar P tinggi yang dikombinasikan dengan pupuk berimbang menambah jumlah kuntum bunga, meskipun tidak nyata pada uji taraf 5%. 2.5
Jumlah kuntum
2 P1 P2
1.5
P3 1
P4 P5
0.5 0 7
8
9
10
11
12
13
14
Minggu Pengamatan
Gambar 7. Jumlah kuntum yang pecah tiap minggu pada setiap perlakuan
Jumlah Bunga Mekar Jumlah bunga mekar dihitung dari jumlah bunga yang mekar dari kuntum dalam tiap tanaman. Dari hasil uji F didapatkan bahwa jumlah bunga mekar tidak berpengaruh nyata pada setiap perlakuan hingga 14 MSP. Kuntum yang terdapat pada setiap perlakuan belum mekar secara menyeluru hingga 14 MSP, akan tetapi pada Tabel 11 terlihat bahwa jumlah bunga yang mekar untuk perlakuan ke 3 lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol yaitu , hal ini disebabkan oleh jumlah pemberian P2O5 sangat tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain yaitu 1.94 g/pot (Tabel 2). Tabel 11. Pengaruh pemberian pupuk terhadap jumlah bunga yang mekar Perlakuan P1 P2 P3 P4 P5
11 0 0 0 0 0
Minggu Pengamatan 12 13 0.5 0.6 0 0.1 0.8 0.9 0.1 0.6 0 0.1
14 0.7 0.2 1 0.9 0.2
Perlakuan 2 (kombinasi growmore 20-20-20 dengan kaliphose) dan kontrol sama didalam menghasilkan bunga yang mekar (Gambar 8). Pola pemberian pupuk berimbang dengan kaliphos tidak memberi penambahan jika dibandingkan dengan kontrol. Disamping itu P4 meningkat pada 14 MSP, sedangkan P1 mulai meningkat pad 12 SMP hingga 14 MSP sekalipun lebih kecil dari P3 dan P4. Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa pemberian pupuk berimbang dengan pupuk growmore merah (10-55-10), pupuk berimbang dengan growmore orange (6-30-30) dapat meningkatkan jumlah bunga mekar dibanding dengan kontrol.
Jumlah bunga mekar
1.2 1 P1
0.8
P2 0.6
P3 P4
0.4 P5 0.2 0 11
12
13
14
Minggu pengamatan
Gambar 8. Jumlah bunga mekar tiap perlakuan didalam tiap minggu
Analisis Kombinasi Pupuk Dari semua kombinasi pupuk yang digunakan terlihat bahwa perlakuan pemupukan P2 yaitu gromore hijau (20 - 20 - 20) yang dikombinasikan dengan Kaliphos (0 - 52 - 34) lebih efektif dibandingkan dengan kombinasi perlakuan P1,P2,dan P3. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 12. Kaliphos
belum
meberikan perbedaan untuk mekar bunga jika dibandingkan dengan kontrol, hal ini kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi yang belum tepat pada perlakuan. Analisis Jumlah Pemberian Unsur N , P dan K Pemberian perlakuan pada tanaman dilakukan hingga 14 minggu setelah perlakuan. Adapun perhitungan jumlah senyawa (gr/pot) yang diberikan pada tiap pot tanaman selama perlakuan dapat diuraikan pada Tabel 2.
Tabel 12. Pengaruh perlakuan pemupukan terhadap parameter yang diamati No 1 2 3 4 5 6 7 7 8 9
Parameter yang diamati Kecepatan pecah tunas Jumlah tunas akhir Panjang tunas Jumlah daun (14 MSP) Diameter bonggol Kecepatan muncul kuntum Jumlah kuntum terakhir Jumlah bunga mekar Jumlah akar Panjang akar
P1 1.16 2.1 12.91 49.7 4.1 1.38 2.1 0.7 363.9 20.11
P2 0.97 2.1 13.24 38.9 4.44 1.56 2.1 0.2 438.1 20.51
P3 1.07 2 13.05 49.8 4.4 1.3 2 1 405.1 27.2
P4 1.2 2.1 12.83 45.3 4.64 1.33 2 0.9 382.3 21,2
Pada umumnya pemberian unsur hara pada media tanaman tidak habis dalam kurun waktu tertentu. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk NH4+ dan NO3-, diamana N tersebut sangat berperan penting didalam pertumbuhan tanaman. Dari semua perlakuan, terdapat bahwa perlakuan ke 4 memiliki N tertinggi yaitu 0.55 gr/pot. Phospor diserap oleh tanaman dalam bentuk PO4-, HPO4-2, dan H2PO4-1 (Decoteau, 2005 dan Parker 2004). Dari semua perlakuan bahwa total P2O5 yang diberikan untuk semua perlakuan terlihat lebih tinggi pada perlakuan P3 yaitu kombinasi growmore hijau (20-20-20) dengan growmore merah (10-30-30). Kalium dapat diserap oleh akar dalam bentuk ion K+. Dari semua perlakuan didapatkan bahwa kandungan K lebih tinggi pada P1 yaitu 1.56 gr/pot. Contoh perhitungan analisis jumlah kandungan unsur nitrogen : 1. Perlakuan 1 ( GH-GO, GO-GO) dimana GH (20-20-20) dan GO (6-30-30) N GH = 20/100 X 0.75 gr/lit X 0,2 lit/pot X 7 = 0.21 gr/pot N GO = 6/100 X 0.75 gr/lit X 0.2 lit/pot X 21 = 0.189 gr/pot N total yang diberikan pada perlakuan 1 (GH-GO, GO-GO) yaitu N GH + N GO = 0.40 gr/pot. 2. Perlakuan 2 (GH-KP, KP-KP) dimana GH (20-20-20) dan KP (0-52-34)
N GH = 20/100 X 0.75 gr/lit X 0,2 lit/pot X 7 = 0.21gr/pot N total yang diberikan pada perlakuan 1 (GH-KP, KP-KP) yaitu N GH = 0.21 gr/pot. 3. Perlakuan 3 (GH-GM, GM-GM) dimana GH (20-20-20) dan GM (10-55-10) N GH = 20/100 X 0.75 gr/lit X 0,2 lit/pot X 7 = 0.21gr/pot N KM = 10/100 X 0.75 gr/lit X 0.2 lit/pot X 21 = 0.32 gr/pot P total yang diberikan pada perlakuan 3 (GH-GM, GM-GM) yaitu N GH + N KM = 0.53 gr/pot. 4. Perlakuan 4 ( GH-GO, GO-GO) dimana GH (20-20-20) dan GO (6-30-30) N GH = 20/100 X 0.75 gr/lit X 0,2 lit/pot X 14 = 0.42 gr/pot N GO = 6/100 X 0.75 gr/lit X 0.2 lit/pot X 14 = 0.13 gr/pot P total yang diberikan pada perlakuan 4 (GH-GO, GH-GO) yaitu N GH + N GO = 0.55 gr/pot. Dari semua perlakuan, terdapat bahwa perlakuan ke 4 memiliki N tertinggi yaitu 0.55gr/pot.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian pupuk berimbang dengan pupuk kadar P tinggi (Growmore merah, growmore orange, dan kaliphos) dengan pola pemberian tertentu tidak berpengaruh
nyata
untuk
pertumbuhan seperti kecepatan
pecah
tunas,
pertambahan jumlah daun, dan pertambahan diameter batang. Pemberian pupuk terebut berpengaruh nyata pada pertambahan panjang tunas pada 14 MSP untuk P1 dengan kombinasi GH – GO, GO – GO yaitu 12.91 cm, P2 dengan kombinasi GH – KP, KP – KP yaitu 13.24 cm, P3 dengan kombinasi GH – GM, GM –GM yaitu 13.05 cm, dan P4 dengan kombinasi GH – GO, GH – GO yaitu 12.83 cm. Perlakuan pemupukan P3 juga memberikan pengaruh yang tinggi terhadap panjang akar yaitu 27.2cm jika dibandingkan kontrol dimana rata rata panjang akarnya 18.3 cm. Disamping itu pemberian pemupukan juga memberikan pengaruh yang tinggi terhadap jumlah akar dimana P2 memberikan pengaruh yang lebih tinggi yaitu 438.1. Pemberian pemupukan dengan kadar P tinggi yang dikombinasikan dengan pupuk berimbang (20-20-20) tidak memberikan pengaruh yang lebih terhadap pertumbuhan dan pembungaan adenium. Pemberian pupuk berimbang dengan kadar P tinggi tidak memberikan pengaruh yang besar terhadap kecepatan munculnya kuntum bunga dengan jumlah kuntum. Akan tetapi pada kecepatan mekar bunga, pola pemberian pupuk dengan kadar P tinggi seperti Growmore merah, Growmore orange lebih tinggi dibandingkan hanya memberikan air pada tanaman. Dari semua pemberian perlakuan diperoleh bahwa kombinasi Growmore hijau dengan kaliphos lebih efektif jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan dan pembungaan adenium. Saran Pengamatan sebaiknya dilakukan sampai semua kuntum pecah (mekar) pada 1 periode untuk keakuratan data. Disamping itu perluhnya dilakukan pengujian konsentrai untuk melihat konsentrasi yang tepat untuk pembungaa.
DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2007. http://www.euphorbiaclub.blogspot.com/2007. Anonimous. 2007. http://www.tabloidnova.com/articles.asp?id=9400. Chuhairy, H., Maloedyn, S. 2004. Petunjuk praktis perawatan adenium. PT Agromedia Pustaka. Depok. 66p. Decoteau, D. R. 2005. Principles of Plant Science: Environmental factors and technology in growing plants. Upper Saddle River, New Jersey Edmond, J .B, T. L. Senn, F. S. Andrews and R.G. Hafarce. 1977. Fundamental Horticulture. Mc. Graw Hill Book Co. London. Epstein, E. 1976. Mineral Nutrition of Plant: Principles and Perspectivies. Jhon Wiley and Sons, Ics. United States. America. 407p. Erfandi, D. 1984. Pengaruh Pemberian Fosfat pada Tanah Bekas Vegetasi Belukar Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah. Tesis. Fakultas Pertanian. Istitut Pertanian Bogor.Bogor. 148 hal. Erwin, 1987. Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan Godongijo nursery. 2005. Seri agrihobi. Agar adenium tetap cantik. Penebar Swadaya. Depok.75p. Harahap, M. S. M. 2005. Pengaruh Pupuk Daun Oraganik DMI dan Adjuvand Terhadap Pertumbuhan Lada Perdu (Piper nigrum L.). Departemen Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB, Bogor. Harjadi, S. S. 1996. Pengantar Agronomi. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Huynh, L. 2007. www. Flowerpictures. com Ismunandi. 1976. Kalium & Tanaman Pangan (Problem & Prospek). Lembaga Pusat Penelitian. Bogor Islami, T. et al. 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman. IKIP Semarang Press, Semarang. Janick, J. 1978. Horticulture Science. Freeman and Co. San Fransisko. 680p. Jumin, H. B. 2005. Dasar-dasar Agronomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Krisantini, Sandra A. A. 1994. Simulasi lingkungan setelah masa transformasi tanaman hias dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan kualitas tanaman hias. Fakultas Pertanian. Institut Petanian Bogor, Bogor. Leiwakabessy, F. M. 1998. Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu – ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanan Bogor. Bogor. 294 hal. Leiwakabessy, F. M. dan A. Sutandi. 1988. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu – ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanan Bogor. Bogor. Leiwakabessy, F. M., U. M. Wahjudin, dan Suwarno. 2003. Diktat Kuliah Kesuburan Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. Mangel, K. And E. A. Kirbky. 1994. Principle of Plant Mutrition. Int. Potast. Ins. Swizerland.655p. Parker, R. 2004. Introduction to Plant Science. United States, America. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Departemen Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Sutedjo, M. 1994. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta. 166hal. Trubus. 2007. Adenium: Bunga bunga terbaik. PT Trubus Swadaya, Jakarta. Yeni. 2002. Pengaruh Dosis dan Cara Aplikasi Pupul Kalium terhadap Pertumbuhan dan Reprodiksi Ketimun Gherkin (Cucumis anguria L.). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Insitut Pertanian Bogor, Bogor.
LAMPIRAN
Tabel Lampiran 1. Analisis kandungan pupuk Growmore merah (10-55-10)
Total nitrogen…..………..…..10%
Boron (B)…….…..……….0.02%
8.5 % Amonium Nitrogen
Copper (Cu) …….………..0.05%
0.5% Nitrat Nitrogen 1.0 % Urea Nitrogen Phosporic Acid (P2O5)………..55%
0.05% Chelated Copper Iron (Fe)…………………..0.10% 0.10% Chelated Iron
Soluble Potash (K2O)………….10%
Manganese (Mn)…………..0.05%
Calcium (Ca)…………………0.05%
0.05% Chelated Manganese
Magnesium (Mg)…………….0.10%
Molybdenum (Mo)….….0.0005%
0.10% Chelated Magnesium
Zinc (Zn)…………………0.05%
Sulfur (S) combined………..0.20%
0.05% Chelated Zinc
Tabel Lampiran 2. Analisis kandungan pupuk Growmore orange (6-30-30)
Total nitrogen…..………..….6.00%
Boron (B)………….……….0.02%
2.95 % Amonium Nitrogen
Copper (Cu) ……………….0.05%
3.05% Nitrat Nitrogen Phosporic Acid (P2O5)………..30% Soluble Potash (K2O)………….30% Calcium (Ca)…………………0.05%
0.05% Chelated Copper Iron (Fe)………….………..0.10% 0.10% Chelated Iron Manganese (Mn)..………..0.05%
Magnesium (Mg)…………….0.10%
0.05% Chelated Manganese
0.10% Chelated Magnesium
Molybdenum (Mo).….….0.0005%
Sulfur (S) combined…….…..0.20%
Zinc (Zn)……………….…0.05% 0.05% Chelated Zinc
Tabel Lampiran 3. Analisis kandungan pupuk Growmore hijau (20-20-20)
Total nitrogen…..…………20.00%
Boron (B)………………….0.02%
3.9 % Amonium Nitrogen
Copper (Cu) ……………….0.05%
5.7% Nitrat Nitrogen
0.05% Chelated Copper
10.6% Urea Nitrogen
Iron (Fe)………….………..0.10%
Phosporic Acid (P2O5)…..20.00%
0.10% Chelated Iron
Soluble Potash (K2O….…20.00%
Manganese (Mn)…………..0.05%
Calcium (Ca)………………0.05%
0.05% Chelated Manganese
Magnesium (Mg)………….0.10%
Molybdenum (Mo)……...0.0005%
0.10% Chelated Magnesium
Zinc (Zn)…………….……0.05%
Sulfur (S) combined………..0.20%
0.05% Chelated Zinc
Tabel Lampiran 4. Perhitungan analilis jumlah kandungan unsur N, P dan K
Unsur
Cara perhitungan Kombinasi perlakuan 1 (GH - GO, GO - GO)
N GH
= 20/100 X 0.75 g/lit X 0,2 lit/pot X 7 = 0.21 g/pot
N
N GO
= 6/100 X 0.75 g/lit X 0.2 lit/pot X 21 = 0.189 g/pot
N total yang diberikan pada perlakuan 1 (GH-GO, GO-GO) yaitu N GH + N GO = 0.40 g/pot.
P GH
= 20/100 X 0.75 g/lit X 0,2 lit/pot X 7 = 0.21g/pot
P
P GO
= 30/100 X 0.75 g/lit X 0.2 lit/pot X 21 = 0.945 g/pot
P total yang diberikan pada perlakuan 1 (GH-GO, GO-GO) yaitu P GH + P GO = 1.56 g/pot.
K GH
= 20/100 X 0.75 g/lit X 0,2 lit/pot X 7 = 0.21g/pot
K
K GO
= 30/100 X 0.75 g/lit X 0.2 lit/pot X 21 = 0.945g/pot
KO2 total yang diberikan pada perlakuan 1 (GH-GO, GO-GO) yaitu K GH + K GO = 1.56 g/pot
Tabel Lampiran 5. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap panjang setiap 2 minggu pengamatan
MSP
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
4
0.41
0.1
1.28
0.2928
29.97
Galat
45
3.61
0.08
Tot. Terk.
49
4.02
4
1.45
0.36
0.36
0.84
34.17
Galat
45
45.51
1.01
Tot. Terk.
49
46.96
4
6.11
1.53
0.68
0.61
33.36
Galat
45
101.26
2.25
Tot. Terk.
49
107.37
4
25.14
6.29
1.12
0.36
36.69
Galat
45
253.1
5.62
Tot. Terk.
49
278.24
4
11.28
2.82
0.23
0.9223
39.29
Galat
45
561.23
12.47
Tot. Terk.
49
572.51
4
4.58
1.15
3.68
0.01
16.3
Galat
45
13.1
0.31
Tot. Terk.
49
18.58
Perlakuan 4
Perlakuan 6
Perlakuan 8
Perlakuan 10
Perlakuan 12
Perlakuan 14
tunas
MSP
: Minggu setelah perlakuan
db
: Derajad bebas
JK
: Jumlah kuadrat
KT
: Kuadrat tengah
Fhit
:
KK
: Koefisien keragaman
Tabel Lampiran 6. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap panjang akar
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
Perlakuan
4
0.16
0.04
4.9
0.0023*
6.82
Galat
45
0.36
0.01
Tot. Terk.
49
0.52
Data diolah dengan sqrt
Tabel Lampiran 7. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah akar
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
Perlakuan
4
294634.08
73658.52
6.18
0.0005**
30.24
Galat
45
536498.90
11922.20
Tot. Terk.
49
831132.98
Tabel Lampiran 8. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap kecepatan pecah tunas Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
Perlakuan
4
0.28
0.07
1.65
0.1789
19.01
Galat
45
1.92
0.04
Tot. Terk.
49
2.20
Taber Lampiran 9. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah daun
MSP
4
6
8
10
12
14
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
1.08
0.3758
51.37
0.58
0.6817
33.30
0.23
0.9225
25.56
1.11
0.3627
26.07
1.77
0.1510
26.43
1.51
0.2156
36.80
Perlakuan
4
69.60
17.40
Galat
45
722.40
16.05
Tot. Terk.
49
792.00
Perlakuan
4
161.08
40.27
Galat
45
3148.20
69.96
Tot. Terk.
49
3309.28
Perlakuan
4
57.88
14.47
Galat
45
2882.30
64.05
Tot. Terk.
49
2940.18
Perlakuan
4
407.48
101.87
Galat
45
4122.60
91.61
Tot. Terk.
49
4530.08
Perlakuan
4
899.68
224.92
Galat
45
5710.10
126.89
Tot. Terk.
49
6609.78
Perlakuan
4
1578.12
394.53
Galat
45
11764.70
261.44
Tot. Terk.
49
13342.82
Tabel Lampiran 10. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap diameter bonggol BSP
0
1
2
3
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
Perlakuan
4
0.79
0.20
0.84
0.5082
12.00
Galat
45
10.67
0.24
Tot. Terk.
49
11.46
Perlakuan
4
0.82
0.20
0.68
0.6062
13.10
Galat
45
13.46
0.30
Tot. Terk.
49
14.28
Perlakuan
4
1.08
0.27
0.92
0.4603
12.73
Galat
45
13.24
0.29
Tot. Terk.
49
14.32
Perlakuan
4
1.45
0.36
1.30
0.2831
11.94
Galat
45
12.48
0.28
Tot. Terk.
49
13.93
BSP = Bulan setelah perlakua
Tabel Lampiran 11. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah tunas akhir
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
Perlakuan
4
0.60
0.15
0.29
0.8839
30.05
Galat
45
23.40
0.52
Tot. Terk.
49
24.00
Tabel Lampiran 12. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap kecepatan muncul kuntum
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
Perlakuan
4
0.84
0.21
0.79
0.54
38.41
Galat
45
11.99
0.27
Tot. Terk.
49
12.82
Tabel Lampiran 13. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah kuntum akhir
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
Perlakuan
4
0.68
0.17
0.42
0.79
31.57
Galat
45
18.30
0.41
Tot. Terk.
49
18.98
Tabel Lampiran 14. Sidik ragam pengaruh kombinasi pupuk terhadap jumlah bunga mekar
MSP
0
1
Sumber
db
JK
KT
Fhit
Pr>F
KK%
Perlakuan
4
0.79
0.20
0.84
0.5082
12.00
Galat
45
10.67
0.24
Tot. Terk.
49
11.46
Perlakuan
4
0.82
0.20
0.68
0.6062
13.10
Galat
45
13.46
0.30
Tot. Terk.
49
14.28
2
Perlakuan
4
1.08
0.27
Galat
45
13.24
0.29
Tot. Terk.
49
14.32
0.92
0.4603
12.73