Lampiran 1 Pertanyaan Wawancara A.1. Identitas Informan (Pendeta perempuan) 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis kelamin
:
4. Pendidikan terakhir
:
5. Alamat
:
6. Tahun penangkuhan menjadi Pendeta
:
7. Jabatan pelayanan dalam gereja
:
Bagi yang menikah : 8. Nama suami
:
9. Suku
:
10. Pendidikan
:
11. Jumlah anak
:
A.2. Pertanyaan 1. Bagaimanakah pandangan saudara mengenai pendeta perempuandi gereja? 2. Bagaimanakah pandangan saudara tentang struktur di GBKP didominasi oleh lakilaki? 3. Hambatan apa yang membuat perempuan sulit duduk dalam struktur di GBKP ? 4. Apakah yang bias dilakukan agar pendeta perempuan duduk dalam struktur ?
L-1i
B.1 Identitas Informan (Ketua Moderamen) 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis kelamin
:
4. Pendidikan terakhir
:
5. Alamat
:
6. Tahun penangkuhan menjadi Pendeta: 7. Jabatan pelayanan dalam gereja
:
8. Nama istri
:
9. Suku
:
10. Pendidikan
:
11. Jumlah anak
:
B.2. Pertanyaan 1. Bagaimanakah menurut Bapak aturan Gereja tentang pemilihan ? 2. Bagaimanakah menurut Bapak aturan Gereja tentang posisi pendeta perempuan di GBKP 3. Bagaimanakah pandangan Bapak tentang posisi pendeta perempuan di GBKP? 4. Bagaimanakah pandangan Bapak tentang lebih banyak yang terpilih pertua/diaken laki-laki di GBKP ? 5. Bagaimanakah pandangan Bapak
tentang hambatan maupun peluang pendeta
perempuan duduk dalam struktural di GBKP ?
L-1ii
C.1. Identitas Informan (Pertua / Diaken) 1. Nama
:
2. Umur
:
3. Jenis kelamin
:
4. Pendidikan terakhir
:
5. Alamat
:
6. Tahun penangkuhan menjadi pertua/diaken
:
7. Jabatan pelayanan dalam gereja
:
C.2. Pertanyaan : 1. Bagaimanakah proses pemilihan pertua / diaken dilakukan ? 2. Mengapa lebih banyak laki-laki yang terpilih sebagai pertua/diaken ? 3. Bagaimana pandangan pertua/diaken mengenai pendeta perempuan 4. Bagaimanakah pendapat pertua/diaken tentang pendeta perempuan dalam struktur GBKP ? 5. Bagaimana pendapatnya yang menyatakan perempuan dihambat untuk duduk dalam struktur ? 6. Mengapa pendeta perempuan mengalami kesulitan untuk menang dalam pemilihan ?
L-1 iii
Lampiran 2 Kuisioner (UntukPertuadandiaken) 1. Data Responden 1.1.JenisKelamin : a. Laki-laki
b. Perempuan
1.2.Pekerjaan
: a. Petani
b. wirausaha
c.PNS
1.3.Suku
: a. Karo
b. Lainnya……………………
1.4.Umur
: a. 25-40 tahun
b. 41 -65 tahun
1.5.Pendidikan
: a. SD
b. SMP
1.6.Jabatanpelayanan
: a. Pertua
b. Diaken
c. SMA
d.Sarjana
1.7.TahunPenangkuhanI :……………………..
2. Aspek Pendeta Perempuan adalah Imam 2.1.Setujukah saudara perempuan menjadi pendeta: a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
2.2.Setujukah saudara bila perempuan menjadi pendeta berkhotbah : a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
2.3.Setujukah saudara pendeta perempuan memberkati dalam ibadah Minggu dan ibadah lainny a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
2.4.Setujukah saudara pendeta perempuan memberkati pernikahan anggota jemaat: a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
2.5.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin liturgy pemakaman: a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
L-2 iv
2.6.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin sakramen perjamuan kudus : a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
2.7.Menurut saudara apakah hambatan pendeta perempuan sebagai imam di jemaat ?
2.8.Apa pula yang menjadi peluang bagi pendeta perempuan sebagai imam di jemaat?
3. Aspek Pendeta Perempuan sebagai Pengajar 3.1.Setujukah saudara pendeta perempuan mengajar orang dewasa untuk mengaku iman percaya : a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
3.2.Setujukah saudara pendeta perempuan menegur warga jemaat orang dewasa yang bersalah: a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
3.3.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin penelahaan Alkitab bagi kaum bapa: a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
3.4.Menurut saudara apakah hambatan pendeta perempuan sebagai pengajar di jemaat ?
3.5.Apa pula yang menjadi peluang bagi pendeta perempuan sebagai pengajar di jemaat?
4. Aspek Pendeta Perempuan sebagai Ketua Runggun 4.1.Setujukah saudara pendeta perempuan menjadi Ketua Runggun a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Tidak setuju d. Ragu-ragu
4.2.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin siding Runggun: a. Sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu L-2v
4.3.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin sidang.rapat BP Runggun: a. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
4.4.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin musyawarah anggota jemaat a. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
4.5.Setujukah saudara pendeta perempuan membina pengurus persekutuan kaum bapa yang ada dalam runggun: a. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
4.6.Setujukah saudara pendeta perempuan ketua Runggun, bila sekretaris adalah laki-laki: a. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
4.7.Menurut saudara apakah hambatan pendeta perempuan sebagai pemimpin dalam struktur (ketua ) di jemaat ?
4.8.Apa pula yang menjadi peluang bagi pendeta perempuan sebagai pemimpin dalam struktur (ketua ) di jemaat?
5. Aspek Pendeta Perempuan sebagai Ketua Klasis 5.1.Setujukah saudara pendeta perempuan menjadi KetuaKlasis a. Sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
5.2.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin sidangKlasis : a. Sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
5.3.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin siding rapat BP Klasis: a. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
5.4.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin orientasi Klasis a. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
vi L-2
5.5.Setujukah saudara pendeta perempuan membina pengurus persekutuan kaum bapa dalam Klasis a. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
5.6.Setujukah saudara pendeta perempuan yang menjadi ketua Klasis, bila sekretaris adalah lak-laki a. Sangatsetuju
b. setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
5.7.Setujukah saudara pendeta perempuan menandatangani surat-surat registrasi perkawinan, baptisan, sidi, SK, dll yang dikeluarkan oleh Klasis: a. Sangatsetuju
b. setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
5.8.Setujukah saudara pendeta perempuan yang menjadi ketua Klasis membina semua pendeta laki-laki dan perempuan a. Sangatsetuju
b. setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
5.9.Menurut saudara apakah hambatan pendeta perempuan sebagai pemimpin dalam struktur (ketua ) di klasis ? 5.10. Apa pula yang menjadi peluang bagi pendeta perempuan sebagai pemimpin dalam struktur (ketua ) di klasis?
6. Aspek Pendeta Perempuan Menjadi Ketua Sinode (Moderamen) 6.1.Setujukah saudara pendeta perempuan menjadi Ketua Moderamen a. Sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
6.2.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin siding Moderamen a. Sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
6.3.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin siding /rapatModeramen a. Sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
6.4.Setujukah saudara pendeta perempuan memimpin siding sinode
vii L-2
a. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
6.5.Setujukah saudara pendeta perempuan membina pengurus persekutuan kaum bapa yang ada dalam Moderamen a. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
6.6.Setujukah saudara pendeta perempuan yang menjadi ketua Moderamen, bila sekretaris adalah laki-laki a. Sangatsetuju
b. setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
6.7.Setujukah saudara pendeta perempuan yang menandatangani semua surat-surat yang dikeluarkan oleh Sinode: a. Sangatsetuju
b. setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
6.8.Setujukah saudara pendeta perempuan yang menjadi ketua Moderamen, membina semua pendeta laki-laki dan perempuan a. Sangatsetuju
b. setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
6.9.Menurut saudara apakah hambatan pendeta perempuan sebagai pemimpin dalam struktur (ketua ) di Sinode?
6.10.
Apa pula yang menjadi peluang bagi pendeta perempuan sebagai pemimpin dalam
struktur (ketua ) di Sinode?
7. Aspek Pendeta Perempuan dan RumahTangga 7.1.Setujukah saudara jika pendeta perempuan menikah a. Sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
7.2.Setujukah saudara jika pendeta perempuan yang sudah menikah tidak didampingi oleh suaminya dalam pelayanan b. Sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
viii L-2
7.3.Setujukah saudara jika pendeta perempuan sudah yang menikah sering meninggalkan keluarganya untuk tugas pelayanan b. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
7.4.Setujukah saudara jika pendeta perempuan yang sudah menikah membawa serta anak balitanya dalam tugas pelayanan b. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
7.5.Setujukah saudara jika pendeta perempuan sedang bertugas, suaminya yang menggantikannya dalam tugas rumahtangga b. sangatsetuju
b. Setuju
c. Tidaksetuju d. Ragu-ragu
L-2 ix
Transkrip Wawancara Profil Informan 1.
Nama
: M br K, Pendeta
Umur
: 45 tahun
Status
: sudah menikah
Masa kerja
: 17 tahun
Wilayah pelayanan
: jemaat perkotaan
Pekerjaan suami
: wiraswasta
Jumlah anak
: 2 orang
.(Wawancara dilakukan tanggal 11 Juni 2015 dan 23 November 2015) Tanya: Apakah yang menjadi motivasi saudara menjadi pendeta? Jawab: Motivasi menjadi pendeta melihat sosok pendeta itu penuh wibawa, bagaimana cara mereka berbicara dan mempengaruhi orang itu menjadi percaya. Orangtua sesungguhnya kurang mendukung masuk sekolah pendeta, orangtua mengingikan saya menjadi perawat. Dari pengalaman semasa di SMA, dari pelajaran agama dan juga kegiatan gereja lebih mendorong saya lagi menjadi pendeta. Orangtua sangat tidak medukung karena trauma dengan penagalaman ada guru agama yang melayani di desa kami, dalam masalah upacara kematian. Guru Agama tersebut menolak keras diberlakukan lagi adat kematian “gendang angkat-angkat” sehingga itu membuat orangtuaku sangat tidak menyukai pekerja gereja. Pandangan orangtua bahwa jabatan pendeta itu kurang dihargai di masyarakat apalagi pendeta perempuan di tengah budaya Karo yang masih menganggap perempuan itu rendah. Aku justru banyak dimotivasi oleh orang yang berasal dari kampung kami, dr Ngarap Dat Tarigan. Tanya: Bagaimanakah pengalaman saudara semasa di bangku kuliah? Jawab: Saya masih sekolah Teologia tahun 1989, langsung sesudah lulus SMA, samasa saya belum banyak perempuan hanya 15 orang dalam angkatan saya. GBKP pun masih 2 orang perempuan yang direkomendasi. Tidak mendukungnya orangtua menjadi motivasi bagiku untuk gigih dalam perkuliahan. Semasa saya kuliah dosen perempuan hanya ada 2 orang. Para dosen juga sangat menghargai mahasiswa perempuan walaupun seing mengingatkan kelak mereka harus selektif memilih pasangan hidup mereka.
Tanya: Bagaimanakah pandangan saudara mengenai pendeta perempuan di GBKP
L-3 x
Jawab: Pendeta perempuan di GBKP sudah diterima walaupun ada beberapa jemaat yang menolak jika mereka dilayani oleh pendeta perempuan. Padahal sesungguhnya pendeta perempuan dalam pelayanannya cukup mandiri, melayani dengan tulus dapat membagi waktu antara pelayanan dan rumah tangga. Tantangan pendeta permpuan, sebagai seorang pendeta harus bijaksana untuk membagikan pekerjaan kepada suami sebab dari segi budaya, ini masih menjadi sorotan jemaat dan mengurangi wibawa sebagai seorang pendeta dengan alasan tidak menjadi teladan karena menurunkan derajat kepala rumah tangga.(informan tarik nafas) misalnya katanya: suami menjemur kain, suami menggendong anak. Untuk melakukan pekerjaan di luar rumah informan selalu terlebih dahulu konsultasi dengan suami, baik untuk persetujuan dan juga untuk mengantarkan informan ke tempat yang dituju. Sebab menurut informan jika itu tidak dilakukukan maka tidak baik jadinya sebab informan sendiri tidak bisa membawa kendaraan bermotorm. Informan juga pernah memiliki pengalaman yang tak akan dia lupakan katanya , “aku pernah ditolak anggota jemaat membawa sakramen perjamuan kudus karena sedang hamil, alasa jemaat itu, dia tidak melihat lagi kekudusan pada sakramen tersebut. Hm,,..m…ada…ada saja jemaat ini bahkan dia juga membuat surat ke kantor sinode mengungkapkan keberatannya itu, aku tahu karena dibuatnya surat tembusan kepadaku…namun syukurlah…moderamen tidak pernah menanggapi keberatan orang tersebut.
xi L-3
Tanya: Bagaimanakah pandangan saudara tentang struktur di GBKP yang didominasi oleh laki-laki?
Jawab: Ini bukan salah struktur, sebab sistem sudah memberi kesempatan kepada perempuan tapi budaya yang mempengaruhi, Sistem budaya patriakat, laki-laki lebih layak menjadi pemimpin di banding perempuan. Tradisi Karo, perempuan itu di dapur, si rukat nakan yang memimpin itu adalah Bapak. Dan jika diperhatikan dari awal pemilihan pertua diaken yang terpilih lebih banyak adalah laki-laki. meskipun pada pencalonan banyak juga perempuan namun pada final pemilihan yang banyak terpilih adalah laki-laki. Dan kecenderungan di GBKP perempuan lebih banyak menjadi diaken.
Tanya: Hambatan apa yang membuat perempuan sulit duduk dalam struktur di GBKP Jawab: “Aku rasakan hambatan itu datang dari diri sendiri yang melekat didalamnya pengaruh budaya, budaya Karo yang patriakat bahwa pemimpin itu adalah laki-laki. Aku sendri dalam pelayananku di jemaat, selalu menghindar menjadi ketua runggun, karena di jemaat yang aku layani selama ini banyak pertua diaken yang ambisi menjadi ketua runggun. Dan aku merasa lebih nyaman atas hal tersebut. Sehingga aku selalu menolak jika diikutkan dalam pemilihan, aku meras lebih baik menjadi pendeta jemaat saja. Hambatan lain, kalau pendeta masih muda, ada anak kecil yang memerlukan perhatian ekstra. Keterbatasan waktu karena beban kerja yang ganda inilah : ketika bekerja di pelayanan umum harus tetap mengerjakan pekerjaan rumah. Hal ini menyebabkan perempuan akan kalah bersaing dengan laki-laki. Tanya: Apakah yang bisa dilakukan agar pendeta perempuan duduk dalam struktur? Jawab:Mengubah paradigm, mngadakan seminar dan pembekalan agar pelayan melihat bukan lagi laki-laki atau perempuan tapi kualitas pemimpin yang bisa membawa GBKP ke depan lebih baik Paradigma Perempuan, menumbuhkan percaya diri pada diri pendeta perempuan bahwa pendeta perempuan juga mampu. Tidak perlu pembatasan, bukan soal jenis kelamin. Penerimaan laki-laki terhadap perempuan disertai dengan dukungan terutama dari kelurga (suami dan anak-anak)perlu ditingkatkan.
L-3 xii
2. Nama
: I br T, Pendeta
Umur
: 31 tahun
Status
: sudah menikah
Masa kerja
: 7 tahun
Wilayah kerja
: pinggiran kota
Pekerjaan suami : Guru honor Jumlah anak
:0
(wawancara tanggal 13 Juni 2015 dan 22 November 2015) 1. Tanya : Motivasi saudara menjadi pendeta? Jawab: Motivasi awal adalah dari ketertarikan terhadap pendeta yang berkhotbah di gereja yang penuh kharisma sehingga membuat banyak orang simpati. Dan akhirnya saya pun tahu bahawa menjadi pendeta banyak orang yang dikenal, banyak saudara. Tugas pendeta adalah tugas yang mulia, yakni mengabarkan kabar baik. 2. Tanya: Apakah ada dorogan dari orangtua untuk menjadi pendeta? Jawab: Saya memang didorong oleh Bapak, pada saat ada pengumuman penerimaan calon mahasisiwa teologi, Bapak menyuruh saya agar mencoba mengikuti seleksi di moderamen. 3. Tanya: Bagaimana pengalaman saudara di masa kuliah sebagai mahasiswa perempuan? Jawab: Saya masuk kuliah tahun 2001, pengalaman kuliah di ITAS . Di perkulihan bertemu dengan orang banyak dari berbagai latar belakang. Sistem perkulihan menuntut untuk serius. Jumlah perempuan pada angkatan saya ada 50 orang dan 30 laki-laki dari GBKP ada 40, jumlah perempuan 25 dan laki-laki 15. Pada angkatan saya dosen perempuan ada 3 orang. 2 orang dosen dari luar dan 1 orang Indonesia. 4. Bagaimakah pengalaman berinteraksi dengan para dosen dan sesama mahasiswa di kampus? Jawab: Pada angkatan saya, mahasiswa perempuan memilki prestasi akedemik, sehingga ini sering diungkapkan oleh para dosen menantang mahasisiwa laki-laki. Mengapa harus perempuan saja yang berprestasi, dimanakah laki-laki. Pengalaman dengan sesama, para mahasiswa laki-laki sangat mendukung mahasiswa perempuan terumata dalam kerja kelompok xiii L-3
mereka sangat senang bergabung dengan mahasiswa perempua karena tugastugas dijamin akan selesai tepat waktu dan berkualitas. 5. Tanya: Pengalaman saudara dalam berjemaat? Jawab: Banyak pengalam yang menyenangkan namun ada juga pengalaman yang kurang menyenangkan: bahwa pendapat dari pendeta perempuan sering diabaikan, juga pernah ada keluarga menolak anaknya untuk diberkati oleh saya karena dianggap saya belum bertumahtangga, masih terlalu muda. Pengalam dalam jemaat saya menjadi sedikit apatis karena seringkali masukan-masukan dari pendeta perempuan kurang diperdulikan karena dianggap terlalu tegas tidak sesuai denga suasana tempat saya melayani yang masing kurang dewasa dalam iman. 6. Tanya: Pengalaman saudara dengan sesama pelayan /pendeta baik laki-laki dan perempuan? Jawab: Menurut saya ada gap antara pendeta senior dan junior. Saya merasa tidak terlalu mendapat dukungan dari sesama pedeta mungkin karena kesibukan masing-masing Mrenurut saya, pendeta laki-laki takut kalau perempuan lebih dari mereka baik itu dalam organisasi, pelayanan. Pendeta perempuan sering mereka sampingkan. Kualitas pendeta perempuan sudah semakin maju dibanding tahun-tahun sebelumnya: semakin banyak pendeta perempuan belajar memperlengkapi diri, mau menjadi pemimpin.. Pendeta perempuan pun belum solid kepada sesama kaumnya 7. Tanya:: Mengapa perempuan tidak mendukung perempuan ? Jawab: Karena ada stereotipe perempuan yang mementingkan diri sendiri. Sifat perempuan yang iri kepada sesama perempuan. Sehingga untuk menjadi pemimpin yah laki-laki lah, dan perempuan sama-sama saja di bawah. Kurang mampu mengakui kelebihan teman sesama perempuan. 8. Tanya: Hambatan apa lagi yang saudara lihat perempuan menjadi pemimpin? Jawab: Budaya Karo yang patriarki yang mengharuskan bahwa laki-lakilah pemimpin. Perempuan haya di dapur, sumur dan kasur. Juga menurunnya kualitas kepribadian seorang pendeta dibandingkan dengan tahun-tahun terdahulu. Karisma pendeta sudah menurun dan dilapangan memang ternyata lebih banyak masalahnya dibanding dengan pendeta laki-laki. Sikap terhadap sesama pendeta yang hormat , juga banyak berdiskusi dengan para senior sudah sangat menurun. Pendeta-laki-laki lebih akrab dibanding dengan pendeta perempuan.
L-3 xiv
9.
Bagaimanakah pandangan saudara mengenai pendeta perempuan di gereja? Jawab: pendeta perempuan memiliki keterbatasan dan kekurangan ini disebabkan misalnya kalau belum berumahtangga menjadi beban bagi jemaat, karena harus diantar-antar.Dan ini bisa menimbulkaan fitnah karena jika diantar oleh pertua diaken laki-laki, istrinya bisa cemburu. Ketika sudah berkeluarga, ada bayi ada keterbatasan waktu antara keluarga dan jemaat. Tapi sebenarnya , (kata pendeta ini lagi) Ide-ide pendeta perempuan lebih banyak, lebih kreatif, lebih bisa bersentuhan karena melayani dengan hati bukan dengan logika seperti pendeta laki-laki kebayakan. Banyak pertimbangan tidak hanya benar atau salah. Tapi kalau pendeta perempuan masih muda tantangan sulit karena kebayakan laki-laki yang menjadi pertua diaken, sulit berkreasi atau berinovasi, karena dianggap bahwa perempuan baru diterima.
10. Bagaimanakah pandangan saudara tentang struktur di GBKP didominasi oleh laki-laki? Jawab: Saya kurang setuju jika itu didominasi laki-laki. Tapi itulah prinsip di kita bahwa pemimpin itu adalah laki-laki. di pemilihan pertua diaken di tingkat sector yang terpilih menjadi calon pertua dan diaken lebih banyak perempuan namun ketika sampai kepada tahap pemilihan di tingkat runggun dengan beberapa tahap-tahap yang harus dilalui, maka calon pertua diaken perempuan banyak yang mengundurkan diri. Kalau boleh jujur. Banyak perempuan yang berinovasi, kemampuna yang terandallkan, lebih rajin dan tulus. 11. Tanya: Hambatan apa yang membuat perempuan sulit duduk dalam struktur di GBKP? Jawab: Hambatan dari orang-orang sekeliling, bahwa ada pikiran perempuan belum layak menjadi pemimpin, belum waktunya, tidak mampba. . JUga hambatan yang datang dari diri sendiri, karena sudah terdoktrin pemimpin adalah laki-laki, sehingga merasa tidak percaya diri bahwa dia mampu, dan tidka berani untuk mencoba, kemampuan itua terpendam. 12. Apakah yang bisa dilakukan agar pendeta perempuan duduk dalam struktur? Jawab: Pendeta perempuan harus lebih berani dan mau menjawab tantangan yang ada. Harus disertai dengan ilmu dan kemampuan, kemauan, kerja keras dan terus mencoba.
xv L-3
3. Nama
: L br B, Pendeta
Umur
: 44 tahun
Status
: sudah menikah
Masa kerja
: 8 tahun
Wilayah kerja
: pedesaan
Pekerjaan suami : wiraswasta Jumlah anak
: 2 orang
(wawancara tanggal 12 Mei 2015 dan 24 November 2015) 1. Tanya: Apakah motivasi saudara menjadi seorang pendeta? Jawab: Faktor orangtua, ibuku seorang penatua. Aku sering ikut menghantar ibuku dalam pelayanan, aku sering disuruh pegang tasnya, kadang aku disuruh pimpin doa. Saudara-saudaraku yang lain sudah dibidang lain, sehingga ibu menganjurkan saya ke sekolah pendeta, padahal aku mau menjadi Guru. Aku ragu juga menjadi pendeta karena aku tidka bisa menyanyi. Awalnya aku mau ikuti Sipenmaru. Tapi ibu katakan tidak baik kalau nantinga karena tidak dapat baru masuk sekolah Teologia. Aku pun mengikuti saran Ibu, tes ke UNKRIS jurusan Teologia, dan lulus. Aku studi di 1990, pada saat itupun sudah banyak perempuan. Dan sekarang Ketua Sinode GMIT adalah perempuan. Pengalaman di kampus, perempuan itu banyak berprestasi, temanku inilah yang kemudian studi lanjut ke Belanda. 2. Tanya: Bagaimana Pengalaman saudara berjemaat? Jawab: Dalam sikap menghargai pendeta di GBKP masih sangat kurang dibandingkan dengan pendeta di GMIT. Di GBKP banyak sekali intervensi jemaat kepada pendeta. Wawasan yang sempit ini membuat kurangnya kratfitas. Aku secara pribadi cukup menikmati tantangan ini. Di Jemaat Namopinang, majelis jemaat lebih banyak perempuan. Upaya menjatuhkan pendeta perempuan datang dari majelis laki-laki. Aku seorang posisinya, suamiku di Kabanjahe, 2 anak-anak di Medan, ada 4 dapur kami. Aku sangat menyadari keluarga dan jemaat tak terpisahkan. Sehingga ada sebagian kecil majelis menjadi alasan untuk menjatuhkan pendeta. Di Jemaat ini sukar sekali mengadakan pembaharuan. Tantangan menjadi pemimpin di daerah pedesaan, anggota jemaat yang SdM yang masih rendah, hanya sebagai pengunjung saja dalam bergereja. Kepengurusan di jemaat ini lebih banyak perempuan, sehingga merekapun lebih menginginkan pendeta mereka itu
xvi L-3
perempuan. Komunikasi lebih cepat terjalin baik dan tugas-tugaspun cepat dapat dikerjakan. 3. Bagaimanakah pandangan saudara mengenai pendeta perempuan di gereja? Jawab: Pendeta perempuan dalam pelayanan sangat dibutuhkan sedangkanusan di dalam struktur belum banyak, seperti misalnya menjadi Ketua Runggun. Juga dalam pelayanan salah satu tugas pendeta yang sangat diharapkan oleh jemaat adalah mengajar, namun di antara begitu banyak penelahaan alkitab di setiap kategorial di runggun, di kategorial kaum Bapa (Mamre) pendeta perempuan tidak terlalu diharapkan, mereka merasa kalau pendeta sendirian perempuan agak canggung nantinya.” 4. Bagaimanakah pandangan saudara tentang struktur di GBKP didominasi oleh laki-laki? Jawab: Gereja ini masih mengadopsi budaya patriarkat, gereja masih memakainya dalam pengambilan keputusan. Secara teologis laki-laki dan perempuan tidak berbeda dalam kesetaraan. Struktur di GBKP berbicara tentang siapa memilih siapa, dan kecenderungan di GBKP pemimpin adalah laki-laki sehingga perempuan pun cenderung memilih laki-laki Di tahap pemilihan awal bukan soal laki-laki atau perempuan tapi dukungan keluarga. Artinya banyak perempuan yang terpilih menjadi calon tetapi tidak mendapat dukungan dari suami yang malas ke gereja. 5. Hambatan apa yang membuat perempuan sulit duduk dalam struktur di GBKP? Jawab: Hambatan dari dalam: diri sendiri dan keluarga Profesinal dalam keluarga, keluarga kurang mendampingi (huh……….pendeta ini menarik nafas) aku sendiri dalam pelayanan tidak bersama keluarga, ini cukup menjadi hambatan. Kurang percaya diri, kurang merasa meliki kemampuan . Hambatan dari luar: budaya patriarkat, siapa memilih siapa, dominasi lakilaki, perempuan ikut keputusan laki-laki.
L-3 xvii
6. Apakah yang bisa dilakukan agar pendeta perempuan duduk dalam struktur? Jawab: Peningkatan skill sehingga bisa dipercayai, bukan Cuma laki-laki yang bisa, perempuan juga bisa eksisi. Dukukngan keluarga jika sudah menikah, perempuan mendukung perempuan, bisa saling mendikung misalnya dalam penclonan sampai pad atahap pemilihan. Perlunya pembinaan pertua dan diaken Dan pendeta ini mengatakan, bahwa dia menjadi ketua Runggun secara aklamasi, dan kalau di GMIT (Gereja Masehi Injili Timor) gereja asal pendeta ini bahwa pendeta itu otomatis menjadi Ketua Majelis Jemaat.
L-3 xviii
4. Nama
: RG, pertua
Umur
: 55 tahun
Status
: sudah menikah
Masa kerja
: 26 tahun
Wilayah kerja
: perkotaan
Pekerjaan
: Wirausaha
(Wawancara tanggal 10 Mei 2015) 1. Tanya : Bagaimanakah proses pemilihan pertua / diaken dilakukan? Jawab: Sesuai dengan juklak yang disebarkan oleh moderamen. Dimulai dari sector, di pencalonan lebh banyak terpilih perempuan karena yang lebih banyak hadir dan aktif adalah perempuan. 2. Mengapa lebih banyak laki-laki yang terpilih sebagai pertua/diaken? Jawab: Pada tahap akhir pemilihan banyak calon perempuan mengundurkan diri karena kurang dukungan dari keluarga dan pekerjaan rumah. Kurang percaya diri bahwa dia mampu menjadi pelayan dalam wilayah yang lebih luas. 3. Bagaimana pandangan pertua/diaken mengenai pendeta perempuan Jawab: Tidak ada beda dengan pendeta laki-laki. Namun dalam hal tertentu kalau melayani pada malam hari harus didampingi apalagi kalau tidak dihantar oleh suami, ada banyak cuti antara lain, cuti melahirkan Pendeta perempuan terlalu banyak bicara, kurang focus, kurang lugas dan tidak tegas karena sering banyak memakai perasaan dalam mengambil keputusan. Dalam menegur jemaat yang melanggar aturan di gereja terutama itu karena perzinahan, pendeta perempuan lebih halus membicarakannya, sehingga jemaat yang ditegur tidak merasa tersinggung. Kehadiran pendeta perempuan dalam penelaahan Alkitab bagi kaum bapa tidak terlalu dituntut. Namun yang diharapkan hadir adalah suami pendeta 4. Bagaimanakah pendapat pertua/diaken tentang pendeta perempuan dalam struktur GBKP?
L-3 xix
Jawab: Tidak masalah, bersifatlah tegas, jangan memakai perasaan. Ada juga merasa minder, diantara kaum laki-laki yang dominan sehingga menarik diri dari tugas-tugas, yakni dengan sering mengalihkan ke lain. 5. Bagaimana pendapatnya yang menyatakan perempuan dihambat untuk duduk dalam struktur ? Jawab: Ini datang jika ada kepentingan kelompok/perorangan . Nahh jika perempuan mampu mengatasi hambatan tersebut tidak ada masalah. 6. Mengapa pendeta perempuan mengalami kesulitan untuk menang dalam pemilihan ? Jawab: Perasaan bahwa laki-laki lebih tinggi, lebih sempurna jika dia menjadi pemimpin. Padahal kualitas boleh sama atau lebih banyak, ini dipengaruhi oleh budaya Karo dan alkitab sendiri. Perempuan tidak banyak sebagai pemimpin .Dan bisa jadi disebabkan oleh hal internal, intrik-intrik dalam pemilihan.
xx L-3
5.
Nama
: TS, diaken
Umur
: 48 tahun
Status
: sudah menikah
Masa kerja
: 26 tahun
Wilayah kerja
: pinggiran kota
Pekerjaan
: Wirausaha
(wawancara tanggal 11 Mei 2015 dan 20 November 2015) 1. Tanya: Bagaimanakah proses pemilihan pertua / diaken dilakukan? Jawab : Dimulai dari sector sesuai dengan juklak dari sinode yang ditetapkan dalam persidangan runggun. Pemilihan itu sangat dipengaruhi oleh kekerabatan. Pada saat pemilihan banyak jemaat yang hadir yang selama ini tidak aktif dan mereka mngusung calon yang mereka unggulkan. Sehingga ini merugikan bagi kaum pendatang. 2. Mengapa lebih banyak laki-laki yang terpilih sebagai pertua/diaken? Jawab: Karena pertimbangan wilayah, kalau di desa penerangan lispkan pertrik kurang dan jarak tempat tinggal jemaat yang berjauhan sehingga menjadi penghambat. Kaum perempuan juga enggan menjadi pertua diaken karena suami yang kurang aktif padahal orang-orang yang sudah tua di jemaat itu sangat mengharapkan perempuan yang terpilih, karena kehadiran di gereja pun lebih banyak perempuan disbanding laki-laki. 3. Bagaimana pandangan pertua/diaken mengenai pendeta perempuan Jawab: Pendeta perempuan lebih ulet, displin waktu, konsisten pada pekerjaan, lebih bertanggung jawab dan ini berdampak pada pelayanan di gereja. …khotbah-khotbah pendeta perempuan lebih mendarat, pelayanan mereka baik dari segi waktu, perhatian juga membuat jemaat lebih merasa diperhatikan, pendeta perempuan ulet, tegas namun juga penuh kasih “
4. Bagaimanakah pendapat pertua/diaken tentang pendeta perempuan dalam struktur GBKP?
L-3 xxi
Jawab: Di tingkat runggun dan klasis wajar perempuan menjadi ketua, tapi jika di tingkat sinode lebih baik laki-laki karena sudah berhubungan dengan umat lain, denominasi lain. 5. Bagaimana pendapatnya yang menyatakan perempuan dihambat untuk duduk dalam struktur ? Jawab: Tidak baik, karena tidak ada masalah perempuan duduk dalam struktur. 6. Mengapa pendeta perempuan mengalami kesulitan untuk menang dalam pemilihan ? Jawab: Dalam organisasi ada kesan perempuan melampaui laki-laki seakan bahwa tidak ada laki-laki yang bisa menjadi pemimpin. Ini dilatarbelakangi budaya patriarkat dalam alkitab (Yahudi) dan juga budaya Karo. semisal dalam budaya Karo di peradatn perkawinan yang tercatat di dalam akta adat alah seluruhnya laki-laki, contoh tentang simupus , yang melahirkan adalah dicatatkan nama Bapa buka Ibu. Kesulitan itu juga disebabkan ketidakpercayaan diri dari kaum perempuan sehingga menolak jabatan dalam struktural di gereja.
xxii L-3
6. Nama
: E br K, pertua
Umur
: 50 tahun
Status
: sudah menikah
Masa kerja
:26 tahun
Wilayah kerja
: pedesaan
Pekerjaan
: PNS
(wawancara tanggal 12 Juli 2015) 1. Tanya : Bagaimanakah proses pemilihanpertua / diaken dilakukan? Jawab: Dimulai dari sector 2. Mengapa lebih banyak laki-laki yang terpilih sebagai pertua/diaken? Jawab: dianggap laki-laki lebih berwibawa menjadi pemimpin, sebagai imam 3. Bagaimana pandangan pertua/diaken mengenai pendeta perempuan Jawab: Lebih baik pendeta perempuan , asal bias membagi waktu dan tegas tidak dipengaruhi oleh suami. …kehadiran jemaat dalam ibadah-ibadah yang dipimpin oleh pendeta perempuan lebih banyak. Kepada pendeta perempuan kami bisa menceritakan segala pergumulan kami tanpa sungkan-sungkan”
4. Bagaimanakah pendapat pertua/diaken tentang pendeta perempuan dalam struktur GBKP? Jawab: jabatan pendeta bukan jabatan struktural tapi jabatan fungsional, yakni sebagai imam, pemimpin rohani umat. Tidak semua pendeta mampu menjadi ketua runggun karena itu kebanyakan orang beranggapan laki-laki lebih berwibawa, perempuan lemah, cepat luluh, dapat berubah keputusan dengan cepat,dan pengaruh tradisi. Juga perempuan kurang mendukung perempuan xxiii L-3
5. Bagaimana pendapatnya yang menyatakan perempuan dihambat untuk duduk dalam struktur ? Jawab: Ini dipengaruhi oleh perempuan kurang mandiri, membebani orang lain, gampang dipengaruhi 6. Mengapa pendeta perempuan mengalami kesulitan untuk menang dalam pemilihan? Jawab: Kurang mengakui perempuan karena didominasi oleh laki-laki
L-3 xxiv
STRUKTUR ORGANISASI GBKP
SINODE MODERAMEN
KLASIS BP KLASIS
JEMAAT/RUNGGUN BP RUNGGUN
WARGA JEMAAT
Keterangan
:
Sinode
: Wilayah terluas GBKP
Moderamen: : Badan Pekerja Sinode (Pusat, Top Management) GBKP Klasis
: Wilayah menengah di GBKP
BP Klasis
: Badan Pekerja Klasis (Tengah, Middle Management)
Runggun
: Wilayah terkecil di GBKP
BP Runggun : Badan Pekerja Jemaat\Runggun
L-4 xxv