Persinggungan dalam Rampokan; Apresiasi Komik karya Peter Van Dongen Terra Bajraghosa, M.Sn. Staff Pengajar Program Studi Disain Komunikasi Visual ISI Yogyakarta
[email protected] Abstract. Rampokan Jawa & Selebes, is a comic created by Peter Van Dongen, telling a story about Johan Knevel, a
Dutch soldier, in his mission looking for Ninih, his childhood nanny back in Netherland-Indies. This comic attracted many Indonesian readers because of two aspects. First, the setting is in Indonesia around the year 1946-1947, which provides readers with old time indis architectures and vintage designs of things. The second one is its clear line style, similar to Herge’s ‘Tintinesque’ style. These tendecies may appear as pseudo-appreciation to the medium. This essay’s goal, departed from Rampokan’s intersection with Tintin, and Indonesia history setting, is to find out the proportionally apreciation on comic as a medium. According to David Carrier, one of comic aesthetic quality relies on the ability of the readers to project their desires on the comic they read. In creating the story, comic composition involved the power of color and visual art syle choice to deliver the idea of the story. From the discussion, two things about Rampokan appreciation are apprehended. The location and time setting visualization which based on deep research became the main power of this Rampokan comic; representing narrative environment that projected reader’s desire: the detailed visualization of the young Indonesia. The choice of clear line style, combined with color composition as an emblematic presentation enabled the delivery of multi plots narratives. Combination of the setting as an observation result and detail art style, provide readers to reasonably believe the storyworld created by Peter Van Dongen. Rampokan’s appreciaton quality based on the well-crafted storytelling through well-constructed story-world which enabled readers to follow its fictional or even surrealistic plot twists unconditionally.
Keywords: Comic, Appreciation, Aesthetic, Rampokan Jawa & Selebes Relevance to Visual Communication Design Practice: Encoding or creation of code in comic medium can be obtained through color composition and choice of graphic-style as materialistic tool to emphasize the message.
PENDAHULUAN
dengan istilah novel grafis, menyajikan kisah
Membincangkan komik Rampokan karya
petualangan Johan Knevel yang lahir di
Peter Van Dongen selalu menarik karena
Hindia Belanda dan kembali lagi sebagai
komik ini mampu menyedot perhatian
prajurit dengan latar peristiwa menjelang
banyak pembaca. Bahkan komik ini hampir
agresi militer Belanda,
menjadi cult di kalangan penggemarnya,
Sebuah
menurut Farah Wardani pada diskusi ketika
Republik Indonesia yang masih muda tetap
Rampokan Jawa & Selebes diluncurkan di
sebagai wilayah Belanda.
upaya
untuk
tahun 1946-1947. mempertahankan
Karta Pustaka Yogyakarta pada pertengahan
Ketika Belanda membonceng Sekutu,
Agustus 2014. Komik yang diterbitkan
Johan membonceng pasukannya dalam misi
Gramedia Pustaka Utama ini dibungkus
rahasianya mencari babu Ninih, pengasuh JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
61
Persinggungan dalam Rampokan; Apresiasi Komik Karya Peter Van Dongen
masa kecilnya di Hindia Belanda. Rampokan
pribumi namun ada agenda rahasia yang
bagian
dengan
disembunyikan: apakah mereka memang pro
ketidaksengajaan Johan menjatuhkan rekan
rakyat pribumi, apakah mereka menjalankan
dalam kesatuannya, Erik Verhagen, ke laut,
agenda partai komunis, apakah mereka
ketika masih di atas kapal menuju Batavia.
sekedar mencari untung di masa perang, dan
Sesampainya di Batavia, atas ajakan rekannya
lain sebagainya, yang memang sengaja tidak
Frits de Zwart, diperlihatkan kegiatannya
diungkap lebih lanjut dalam komik ini. Johan
yang memanfaatkan logistik militer untuk
tetap meneruskan sandiwaranya sebagai Erik
kepentingan pribadi dengan menjualnya
untuk
kepada penadah; seorang pemilik kios di
menjalankan misi utamanya: kembali ke
Pasar Atom Bandung. Kompleksitas kisah
kampung halamannya dulu; Makassar, dan
bertambah dengan hadirnya sosok desertir
mencari Ninih. Di Makasar, identitas Johan
militer Belanda, Burt Dekker, yang mengaku
mulai dikenali oleh seorang perawat Belanda,
sebagai wartawan bernama Bennie Ribeek.
teman masa kecilnya, dan lebih jauh lagi
Demi
terkuak oleh Jonker, petinggi militer Belanda,
“Jawa”
melindungi
diawali
identitasnya,
dalam
mengamankan
dia
dalam
kegiatan terlarangnya ini Johan dikenalkan
yang
sebagai Erik Verhagen, oleh Frits kepada
memburunya
Burt. Identitas palsu inilah yang kemudian
Sanro,
menemukan perkembangan kisahnya dalam
kharismatik, mirip Bissu dalam tradisi budaya
Rampokan bagian “Selebes”.
Bugis, yang menjadi ikon pergerakan rakyat.
Erik Verhagen dilahirkan di Surabaya,
menganggap
posisinya
hingga
seorang
ke
tokoh
desersi
dan
persembunyian adat
spritual-
Kisah Johan tersebut dilapis secara apik
dan diperlihatkan pada beberapa bagian
dengan
komik, melalui dokumennya, atau foto yang
Rampokan,
disimpan, bahwa ia terlibat dalam pergerakan
Rampogan Macan; sebuah acara serupa
komunis baik di Belanda maupun Indonesia.
‘gladiator’ versi Jawa yang mengadu macan
Atas dasar hal tersebut, Johan yang dikenal
(dan harimau) dengan kerbau liar di alun-
sebagai Erik oleh Burt kemudian dilibatkan
alun sebagai perayaan di kerajaan-kerajaan
dalam gerakan bersama Amat. Amat dan Burt
Jawa. Pada bagian inilah judul komik ini
yang dibawa oleh seorang bernama Abu ke
kemudian menemukan pengertiannya. Kisah
Makasar untuk membantu pergerakan di
rampokan
sana, seolah pro pada perjuangan rakyat
kemunculannya diawali oleh ingatan masa
62
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
kisah
mengenai
atau
dalam
dikenal
komik
pertunjukan juga
ini
dengan
cue
Terra Bajraghosa
kecil Johan atas cerita rampokan yang
pesona ini. Demi kreasi komiknya, Peter
dituturkan oleh Ninih. Secara umum, lapisan
menghabiskan 6 tahun untuk memungut
kisah rampokan ini bisa dipahami sebagai
indahnya bangunan-bangunan melalui buku-
analogi dari kisah utama, yang melihat nasib
buku lama, mengunjungi museum untuk
Johan dan tokoh-tokoh penting lainnya
melihat pakaian tentara, memilih kostum
seperti
dengan
nasib
beberapa
macan
dalam
rampokan. PESONA RAMPOKAN Selain pilihan judul yang multi-tafsir dan terkesan eksotis untuk komik Belanda, bahkan ketika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, komik ini juga memiliki pesona lainnya. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan Dutch Prize tahun 1999 untuk Penulis dan sekaligus Penerbit Terbaik kategori Book Design. Pada konteks pembaca tanah air, yang paling sering disematkan padanya adalah daya tarik setting lokasi dan waktu. Melalui pemilihan setting ini maka hadirlah pesona Hindia Belanda. Mulai dari arsitektur; gedung-gedung bergaya indis-art deco, semacam bioskop Rex, hadir dengan indahnya. Juga dapat ditemukan gaya disain iklan-iklan pada masa tersebut seperti batu baterai Eveready, Obat (cap) Matjan, dan Kries bier. Kostum dan elemen penunjang lain yang turut mewarnai setting ini, seperti truk produksi lama, becak, penjual makanan keliling, hingga tukang cukur ‘di bawah pohon rindang’, juga semakin menguatkan
membongkar
keluarga,
hingga
foto
datang
dokumentasi langsung
di
kemudian hari ke pulau Jawa dan Sulawesi. Kelebihan
Peter
lainnya,
dalam
menampilkan daya tarik setting tersebut adalah
dengan
mengerjakan
komiknya
dengan gaya gambar clear line, yang segera diidentikan dengan gaya gambar Herge terutama melalui seri Petualangan Tintin. Pilihan gaya ini menjadi pesonanya yang kuat pula. Tokoh, karakter utama, bangunan, kendaraan,
hingga
elemen
pendukung
lainnya digambar dengan garis-garis yang tegas,
rapi,
dan
detail.
Tarikan-tarikan
goresannya seolah dikerjakan dengan ukuran poin garis yang seragam dan flat. Herge sendiri yang mengidentikkan gaya gambarnya dengan clear line, diterjemahkan dari la ligneclaire, gaya gambar khas komik Franco-Belgia (Eropa) yang dikembangkan dari tradisi gaya gambar komik anak-anak, merupakan gaya yang mempunyai tarikan garis yang halus, berkesinambungan
dengan
kontur
yang
disederhanakan, dan warna yang cenderung terang dan rata, serta menghindari garis yang patah-patah, bentuk yang ‘meledak-ledak’,
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
63
Persinggungan dalam Rampokan; Apresiasi Komik Karya Peter Van Dongen
dan render yang ekspresif (Hatfield dalam
sebagai karya yang memberinya inspirasi.
Heer & Worcester, 2009: 144; Assouline,
Sebelum
2009: 22 ).
pertamanya, Peter bahkan pernah membuat
Muizentheater
(1990),
buku
Petualangan Tintin dan karya Herge
komik strip dengan karakter dari seri
yang lain mempunyai basis penggemar yang
Petualangan Tintin sebagai karya homage
besar di Indonesia, sehingga dengan cepat
kepada Herge.
Rampokan
turut
menyedot
perhatian
Homage atau penghormatan terhadap
setidaknya para penggemar Tintin. Bahkan
pengarang
ketika masih berbahasa Belanda, kelompok
pembahasan film sebagai media populer
penggemar Tintin berupaya untuk membuat
sering muncul dalam koridor ‘connectivity’;
Rampokan
Bahasa
sesuatu yang mempunyai hubungan dengan
Indonesia. Ketika Rampokan Jawa terbit
sesuatu di media lain. Hubungan ini bisa
pertamakali dalam Bahasa Indonesia tahun
muncul sebagai unsur hiburan saja, atau bisa
2005, para penggemar Tintin pulalah yang
juga mempunyai kedalaman makna, yang
memperkenalkannya kepada pembaca awam,
kemudian
baik melalui tulisan di surat kabar maupun
sebuah citra-intertekstual. Salah satu seri
milis. Di ranah yang berbeda, masih lekat di
Petualangan Tintin yang berjudul “Flight
ingatan bagaimana gerakan Demokreatif
714”, mengambil setting di sebuah pulau
dalam memuluskan jalan Joko Widodo
bernama Pulau-pulau Bompa, di negara yang
menuju kursi Presiden Republik Indonesia
disebut Sondonesia, yang dipahami secara
juga memanfaatkan gaya gambar ala Tintin,
geografis
dan terbukti mampu menarik perhatian
kepulauan (Sulawesi) di Indonesia, meskipun
banyak pihak secara visual (Prast, Adhitrisna
tidak disebut secara gamblang (Farr, 2001:
& Wibowo, 2014).
184). Konektivitas antara Rampokan dengan
diterjemahkan
ke
beserta
kadarnya
sebenarnya
karyanya,
meningkat
terjadi
di
dalam
sebagai
daerah
Peter mengakui Herge, baik secara gaya
Tintin, selain setting lokasi di kepulauan
visual maupun kemauan untuk melakukan
Sulawesi, juga ada pada narasi mengenai
riset, sebagai inspirasi terbesarnya. Sejak
sambal dan patung megalith seperti yang ada
masih anak-anak ia sudah mencoba gaya
di Lembah Bada, Taman Nasional Lore
Herge ini, sehingga menurutnya gaya tersebut
Lindu.
mengalir di dirinya. Secara lebih khusus ia
Dalam Tintin, sambal hanya disebutkan
menyebut seri “Tintin dan Lotus Biru”
oleh seorang karakter penjaga, barangkali
64
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
Terra Bajraghosa
untuk
menekankan
‘ke-Indonesiaannya’.
bersinggungan dengan gaya gambar Herge
Sedangkan dalam Rampokan, diperlihatkan
dalam Tintin menyedot perhatian (terlalu)
bahan-bahannya,
membuatnya,
besar. Dalam pengertian bahwa hal ini bisa
kualitas pedasnya, dan khasiatnya dalam
mengarah pada sebuah apresiasi semu; yang
sebuah adegan di dapur umum tangsi militer
tidak melihat daya komik Rampokan secara
Belanda. Mengenai patung megalith yang
utuh. Bukan suatu kesalahan, namun ada
berbentuk seperti kepala, dalam Rampokan
baiknya diperhatikan pula kekuatan-kekuatan
diperlihatkan bagaimana seorang pribumi
lain dari komik Rampokan ini sehingga suatu
gentar ketika melihatnya; yang bisa dilihat
karya komik bisa diapresiasi secara lebih
bahwa patung tersebut mempunyai kekuatan
proporsional.
tertentu (secara kultural) dan menekankan
tersebut, tulisan ini tetap hendak menyoroti
bagaimana mistisnya suasana di pedalaman
dua persinggungan tersebut dan melihat
Makasar. Dalam kreasi Herge, patung kepala
potensi yang terkandung di dalamnya.
teknis
tersebut diolah secara naratif, sebagai sebuah pintu putar rahasia yang mengarah pada sebuah ruangan tersembunyi. Konektivitas tersebut bisa jadi hanya kebetulan, sebagai sebuah logis dunia-cerita. Namun ketika khalayak Tintin juga kemudian membaca Rampokan, konektivitas yang muncul bisa memberi
arti
yang
berbeda.
Pembaca
Rampokan yang tidak pernah membaca Tintin seri ‘Flight 714’ tidak akan melihat hubungan ini sebagai sesuatu yang menarik, selayaknya sebuah citra intertekstual yang tidak dikenal rujukannya: ia tidak menyerap kualitas citra lainnya. Kedua daya tarik komik Rampokan tersebut;
(1)
setting
cerita
yang
bersinggungan dengan
sejarah, dan (2)
pilihan
clear
gaya
gambar
line
yang
Berdasarkan
pemahaman
RAMPOKAN DAN TINTIN Gaya visual clear line yang dipilih oleh Peter, akan selalu dikaitkan dengan Herge dan Tintin. Bukan kebetulan pula jika Joost Swarte, komikus Belanda, yang memunculkan istilah Klare Lijn (clear line), bertindak sebagai visual advisor dalam Rampokan. Joost dan Peter disebut sebagai penerus gaya gambar komik yang menampilkan garis-garis yang rapih dengan ukuran yang sama ini. Kemiripan gaya ini di satu sisi mampu mengangkat komik karya Peter namun di sisi lain justru menutupi keunggulannya yang membedakannya dengan karya-karya Herge. Selayaknya tradisi komik Eropa, gaya clear line memang banyak dipakai pada komik petualangan tokoh baik hati yang siap
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
65
Persinggungan dalam Rampokan; Apresiasi Komik Karya Peter Van Dongen
untuk mengalahkan kejahatan, dengan kisah
menyampaikan makna-pesan dari kepada
yang berbobot namun tidak berat, dengan
pembaca dengan berbagai retorika, yang salah
kecenderungan
satunya
menampilkan
karakter
adalah
persuasif.
Dalam
bergaya kartun pada gambar latar belakang
menyampaikan persuasinya, pilihan gaya
yang detail dan lebih realis (Duncan & Smith,
clear line mencakup dua syarat sekaligus
2009: 297, Hatfield dalam Heet & Woochester
yakni
2009: 145). Tintin dan sosok karakter lain
menggambar) dan kemampuan menjaga
ditampilkan Herge dengan gaya kartun,
emosi (gaya yang bersih, cenderung datar
sehingga ketika difilmkan dengan rujukan
namun padat dengan kode). Syarat ketiga,
aktor manusia, berjudul The Adventures of
yakni bukti-bukti, secara umum hadir pada
Tintin (2013), wajah dan proporsi tubuhnya
elemen-elemen setting yang diperoleh Peter
pun
teknik
dengan observasi yang tekun. Syarat-syarat
animasi 3D. Bila diperhatikan karakter
ini diajukan oleh Aristoteles dalam Rethorica
manusia dalam komik Rampokan selalu
(Keraf, 2010: 120-122)
dikartun-kartunkan
dalam
kredibilitas
(ketrampilan
Peter
digambar proporsional dan realis. Anggaplah
Melalui pandangan ini, clear line dalam
hal tersebut sebagai clear line versi Peter Van
Rampokan bisa dilihat sebagai upaya Peter
Dongen yang membedakannya dengan Tintin
dalam menghadirkan secara utuh dunia-
/ Herge.
cerita yang realis, Hindia Belanda pada masa-
Gaya visual dan teknik pengerjaan
masa terakhirnya. Dunia-cerita realis ini
komik, seperti clear-line ini menurut Hatfield
kemudian ia gunakan sebagai ruang hidup
(dalam Heer & Woocester, 2009: 144-147)
karakter-karakternya
adalah merupakan salah satu unsur, -selain
secara psikologis, dengan pola hubungan di
disain, tata letak, penampilan tekstual fisik,-
antara mereka yang rumit, dan sesekali
dari sebuah komik sebagai sebuah dimensi
bahkan
objek materialitas. Kualitas materialitas ini,
kesuraman yang ada pada sisi narasi, yang
ketika
dapat
secara sekilas tidak terwujud langsung dalam
mengomunikasikan,
pilihan visualnya mengarah pada: (1) pilihan
atau memberi penekanan pada makna yang
gaya realis memudahkan pembaca untuk
ingin disampaikan pada sebuah teks komik.
menciptakan closure dengan lebih baik,
Sebagai sebuah karya sastra-gambar yang
menyediakan pendekatan-pendekatan bagi
dihasilkan oleh (seorang) penulis, komik
pemahaman plot cerita yang tidak sederhana,
diolah
dimanfaatkan
66
dengan untuk
baik,
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
terkesan
yang
surealis.
penuh
beban
Kesuraman-
Terra Bajraghosa
dan/ atau (2) gaya realis secara persuasif
linier akan dibuat bingung dengan multiplot
memberikan rasionalisasi kepada pembaca
ini, bahkan bisa saja mengira perburuan
sehingga
menerima
macan tersebut terjadi pada ruang dan
kerumitan, kesuraman, atau ketidak-logisan
dimensi waktu yang sama dengan peristiwa
narasi yang dibangun oleh Peter.
petualangan Johan. Herge menyampaikan
secara
simultan
Cerita dalam Rampokan menyajikan plot
cerita melalui aksi Tintin, sedang Peter
yang berlapis, yang kadang bahkan muncul
menyampaikan cerita bukan hanya melalui
bersamaan pada satu halaman, walaupun
aksi
pada dasarnya untuk tetap mendukung plot
ingatannya. Seperti telah disebutkan, ingatan
utama. Sebagai contoh pada halaman 147
Johan akan kisah yang disampaikan oleh
yang menampilkan 4 alur kisah beda tempat
Ninih inilah yang membangun hubungan
dan beda waktu antara (1) peristiwa perayaan
antara judul ‘Rampokan’ dengan cerita dalam
perburuan yang dilakukan Sanro, (2) Johan
komik ini. Dalam Takdir (Carey, 2014)
yang pingsan, (3) kilas balik anak kecil indo
disampaikan
yang dibunuh, (4) serta pasukan Belanda yang
Belanda di Jawa pada masa sebelum Perang
hendak menyergap.
Jalinan kisah dalam
Jawa dibuat resah karena ketika rampokan
Tintin berjalan lebih sederhana dan linier;
macan di Alun-alun Selatan Yogyakarta
secara umum menampilkan suatu situasi
menunjukkan perangai si macan yang tak
dalam satu waktu saja.
biasa. Ia tidak membunuh kerbau yang telah
Johan
saja,
namun
bagaimana
juga
para
melalui
penguasa
Pada bagian “Selebes”, di antara kisah
dilukai. Sedang macan lainnya lari ke luar
yang memang mengambil setting lokasi di
arena dan dibunuh di belakang panggung
Makasar,
Sultan.
diselipkan
kisah
mengenai
Metafora
bahwa
macan
adalah
perburuan macan secara on-off, atau selang-
Belanda ini yang dimanfaatkan oleh Peter
seling. Peristiwa perburuan ini tetap terjadi di
dalam komik Rampokan. Secara teknis ia
Jawa, dan bahkan terjadi pada dimensi waktu
menyebut pernah membuat komik mengenai
yang berbeda. Secara apik Peter menjalinnya
rampokan
dengan narasi Johan yang mencari Ninih,
dikembangkan untuk banyak halaman. Lalu
atau persiapan Burt Dekker dan Amat
ia mengarang kisah rekaan baru mengenai
melakukan pemberontakan, yang terjadi di
Johan dan menyelipkan kisah mengenai
Makasar pada masa kini (sesuai dunia-cerita).
rampokan
Pembaca yang akrab dengan alur komik yang
Rampokan tetap ia pertahankan selain karena
macan
macan
namun
di
tidak
antaranya.
bisa
Judul
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
67
Persinggungan dalam Rampokan; Apresiasi Komik Karya Peter Van Dongen
nilai keunikan yang tinggi namun ia juga
yang bermata seperti memicing dan berkepala
terbukti mampu mengembangkannya sebagai
botak membuat penampilannya menjadi
penjalin
semisterius
kisah,
dari
awal,
pertengahan,
perannya
dalam
narasi
perpindahan dari bagian Jawa ke Selebes, dan
Rampokan. Kehadirannya tidak berpengaruh
hingga ke bagian akhirnya. Nasib Johan
pada jalannya cerita, namun bila dilihat dari
sedikit banyak tercermin pada nasib si macan.
ekspresinya yang seperti mengamati, ia
Selain macan, sebenarnya hadir pula sosok
(seolah) menjadi representasi dari narator
hewan lain yaitu dua burung bangau bluwok
yang berada di luar cerita. Sosoknya juga
(suku Ciconidae) yang sejak awal hingga
menjadi
akhir kisah muncul dalam beberapa panel,
keseluruhan
baik sebagai objek utama maupun pelengkap,
peristiwa antar lokasi, antar waktu, antar
dan di antara panel. Bahkan ada beberapa
dimensi (nyata-mimpi), antar tokoh, justru
panel yang khusus menampilkan close-up
sosok dua bangau ini saja yang muncul.
matanya. Kadang ia hadir seiring dengan teks
Ketika bangsa barat (Belanda) umumnya
narasi, kadang sebagai pelengkap setting,
lebih
kadang seolah tak terpengaruh pada adegan
dibandingkan dengan takhayul, sosok Johan
yang ada. Kemunculannya seolah tak berpola
sebagai tokoh utama berada di antaranya; dan
bila dibandingkan dengan pola munculnya
bangau bluwok ini seperti menegaskan sisi
sosok macan. Pola kemunculan gambar pada
takhayul-mistis yang lekat dengan Jawa dan
tiap panel yang berhubungan, meski tidak
Selebes.
secara langsung, bisa dilihat sebagai sifat
penguat kisah
percaya
Pilihan
unsur
misteri
dalam
dari
semua
karena
pada
warna
tan
rasional-material
(coklat
muda,
kohesi yang menghubungkan suatu sekuensi
mendekati krem, C:0, M:14, Y:33, K:18) yang
panel untuk menyampaikan cerita (Saraceni,
hanya diterakan pada beberapa bagian juga
2003: 36-39). Secara kohesif apa yang
menjadi
dirangkai oleh given information, -informasi
Menyebut alasan utamanya karena motif
yang berulang pada rangkaian panel-, berupa
ekonomi, pilihan duotone ini justru mampu
dua
menghubungkan
memberi kekhasan pada karya Peter. Pada
apapun. Sehingga kohesi yang dihadirkan
bagian Jawa ia menerakan tone secara manual
oleh kedua bangau ini dipahami lebih
selama
mengarah pada hal simbolik dibandingkan
langsung film warna. Sedang pada bagian
dengan sekuensi cerita. Karakter wajahnya
Selebes, toning ia kerjakan secara digital dan
68
bangau
ini
tidak
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
kekuatan
dua
bulan
komik
dengan
Rampokan.
memotong
Terra Bajraghosa
hanya
memakan
waktu
dua
minggu.
macan yang seharusnya pada dimensi kilas
'Sungguh suatu kemajuan', selorohnya dalam
balik, seolah berada pada dimensi aktual
sesi diskusi. Dalam mengreasikan kode-kode
hanya karena kini ia berwarna tan setelah
pada komik, bahkan pada setiap panelnya,
sebelumnya hanya hitam-putih.
komposisi menjadi sangat penting, dan warna
Komik-komik yang ambisius dan banyak
adalah salah satunya. Warna dapat digunakan
dibicarakan justru bercerita tanpa kehadiran
untuk fungsi-fungsi naratif, menekankan
warna primer; hitam, putih atau setidaknya
emosi
pada
pemakaian
suatu
kisah,
hitam-putih
dan
bahkan
warna lembut (tone sepia, tinta hijau),
saja
dapat
menjadi warna yang emblematis dari komik
memberikan pengaruh pada makna kisah
serius.
(Duncan & Smith, 2009: 141).
menghadirkan
Warna yang dihadirkan pada Rampokan
Warna
dipercaya
subyek
mampu
secara
formal,
sedangkan dalam hitam dan putih, ide pesan
tidak semata sebagai warna objek atau kesan
justru
gelap-terang cahaya, Peter menerakan tone
langsung (Duncan & Smith, 2009: 141-142,
sebagai
McCloud,
warna
yang
juga
memaparkan
mampu 2000:
dikomunikasikan 189,
192).
secara
Rampokan
gagasan. Ia memilah antara penggambaran
memberi contoh nyata bagaimana kekuatan
kisah aktual, kilas balik, atau bahkan mimpi
naratif
melalui pemakaian kombinasi warna berbeda.
penerapan dan kombinasi warna, meskipun ia
Misalnya kisah mengenai rampokan macan
terbatas pada satu warna saja di luar hitam
yang didominasi warna hitam-putih saja
dan putih (kertas).
dengan blok hitam pada beberapa bagian dan kotak narasi berwarna tan. Lalu mimpi yang ditunjukkan dengan dominasi background blok hitam, dengan kotak narasi hitam teks putih. Tentunya pemilihan warna ini juga tidak kemudian bersifat kaku, namun bisa ia belokkan untuk mengecoh pembaca dengan menggabungkan misal antara (warna) mimpi, (warna) kilas balik dan (warna) kisah aktual, seperti ketika tokoh Pawang Rampokan dan Erik Verhagen melayang bersama, atau ketika
komik
dapat
dicapai
melalui
RAMPOKAN DAN KISAH SEJARAH Persinggungan lintasan yang kedua adalah sejarah. Keterkaitan komik ini dengan kisah sejarah yang terjadi di Indonesia, turut menjadikan komik ini semakin digemari, dan dianggap layak untuk dibuatkan terjemahan versi Bahasa Indonesianya. Secara umum komik Eropa non Bahasa Inggris dianggap berhasil bila diterbitkan ke dalam edisi Bahasa Inggris dan, atau dalam edisi Bahasa Perancis.
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
69
Persinggungan dalam Rampokan; Apresiasi Komik Karya Peter Van Dongen
Latar cerita peristiwa kembalinya Belanda ke
menghadirkan elemen setting dengan penuh
Indonesia, yang didukung penggambaran
pesona: detail, terampil, dan melibatkannya
yang realis mulai dari pakaian, kendaraan,
dalam cerita. Hasil risetnya diterjemahkan
bangunan, hingga elemen kecil seperti poster
sebagai bukti atau fakta dalam membangun
di rumah makan, atau mata uang kertas,
cerita, yang ia hadirkan bukan untuk mencari
membuat
pembenaran namun untuk menuju pada
Rampokan
seolah-olah
komik
dengan muatan sejarah. Di sisi lain, beberapa
kesepakatan
komik Indonesia yang diintensikan sebagai
lokasi, waktu, budaya, dan logis cerita.
komik
mencoba
Seturut pendapat Scott McCloud (2006: 176-
memunculkan gaya gambar realis. Misalnya
179), Peter mampu menghadirkan pesona
komik Merebut Kota Perjuangan (1983) dan
tersebut
Pertempuran Makasar (1985), dan pada era
menghadirkan
terkini beberapa karya Mansyur Daman
background gambar saja, melainkan sebuah
(Man)
environment
sejarah
melalui
memang
komik-komik
biografi
dengan
melalui
pembaca
komiknya bukan
mengenai
karena
hanya
tempat
ia
sebuah
hidup
karakter
pahlawan nasional yang disalurkan lewat
komiknya. Terlebih dengan riset yang ia
museum-museum
lakukan, apa yang hadir kemudian bukan
milik
pemerintah
di
Jakarta (2011-sekarang). Dalam
pembahasan
sekedar
gambar
detail,
tetapi
sebuah
sebelumnya
penghubung antara karya komiknya dengan
mengenai syarat sebuah retorika bersifat
kenangan dan pengalaman yang dimiliki oleh
persuasif, bukti-bukti yang menjadi syarat
pembaca. Kedekatan pembaca terhadap apa
penting untuk meraih kepercayaan pembaca
yang dimunculkan dalam komik, terlebih
dihadirkan Peter melalui hadirnya ‘artefak-
fantasi atau harapan ideal, menurut David
artefak’ Hindia Belanda dalam hampir setiap
Carrier (1995: 85, 92) menjadi poin penting
lembar komiknya. Begitu juga pada bagian
dalam ranah estetika komik. Menurutnya
“Selebes”, yang selain memuat bangunan
komik
bergaya indis, juga menampilkan rumah-
merefleksikan harapan mereka ke dalam
rumah adat khas Sulawesi Selatan. Dalam
komik tersebut. Meskipun sebagian besar
membangun persuasi, bukti-bukti bisa saja
pembaca
tampil minimal namun harus dipergunakan
mengalami peristiwa di tahun 1946-1947,
seefektif
kerinduan akan visual Indonesia di masa
mungkin
(Keraf,
2010:
121).
Efektivitas ini diterjemahkan Peter dengan
70
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
lampau,
adalah
komik
terlepas
soal
ini
dari
pembaca,
tidak
hidup
kondisi
yang
atau
ekonomi
Terra Bajraghosa
masyarakat, keadaan politik dan status koloni,
dan Cleopatra’, yang turut membangun
menjadi poin utama dalam publik memberi
patung
apresiasi kepada komik Rampokan ini.
menentukan banyak kebijakan. Termasuk
Sphinx
dan
seolah-olah
turut
Kisah dalam komik Rampokan ini
dalam hal ini menunjukkan kenapa hidung
sepenuhnya fiksi menurut Peter, meski
Sphinx cepat rusak; akibat ulah Obelix yang
beberapa tokoh ia ciptakan berdasar pada
terjatuh dan terpaksa berpegangan pada
tokoh yang nyata semisal kakeknya yang
hidung tersebut, yang lalu copot, dan
memang seorang prajurit bernama depan
kemudian secara diam-diam ia sambung
Johan yang bertugas di Hindia Belanda,
kembali.
ditawan dan kemudian dipancung oleh
tokoh nyata yang tercatat dalam sejarah,
tentara Jepang. Kisah mengenai babu atau
seperti misalnya Jesse James, Calamity Jane
nyai, juga menarik perhatiannya, sehingga
dan Sarah Bernhardt. Formula serupa pernah
tokoh babu Ninih maupun Lisa Mangar
dicoba oleh komikus Indoensia Dwi Koen
muncul.
niatnya
melalui komiknya yang berjudul Sawung
mengerjakan komik ini terinspirasi dari
Kampret (2000). Secara tipologis bisa jadi
kisah-kisah
yang
Rampokan mencoba mengikuti pola tersebut,
disampaikan oleh Neneknya yang berasal dari
namun mereduksi habis kadar humornya
Manado,
atau kadar ‘bahwa yang ada pada masa kini
Secara
keseluruhan
mengenai dan
Indonesia
perbincangannya
dengan
Ibunya yang lahir di sana.
Seri Lucky Luke menghadirkan
akibat ulah salah satu tokoh komik’. Dan
Pada beberapa komik Eropa (Franco-
meningkatkan kadar keseriusannya: secara
Belgia) yang terkenal, meramu kisah fiksi
sadar bersandar pada peristiwa sejarah
namun menghadirkan kilasan sejarah, baik
namun juga secara kreatif bisa mengarang
itu
cerita apapun.
tokoh
maupun
peristiwa
tertentu,
memang jamak ditemui. Kebanyakan komik
Dilihat dari 'kesuraman' jalan ceritanya
tersebut mendompleng pada kisah yang
maupun visual yang nampaknya simpel
dicatat sejarah, namun tidak lalu berarti
namun
menjadikan komik tersebut sebagai komik
komik ini justru lebih dekat pada kategori
sejarah. Julius Caesar dan Cleopatra hadir
Noir. Tidak ada yang menang dalam kisah ini,
dalam seri komik Asterix, bahkan menjadi
ending-nya tidak happy. Pun dengan Johan
tokoh
yang bertindak seperti layaknya antihero,
sentral
dalam
beberapa
serinya.
Lihatlah Asterix dan Obelix dalam ‘Asterix
menyimpan
bersembunyi
di
banyak
balik
kerumitan,
penyangkalan-
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
71
Persinggungan dalam Rampokan; Apresiasi Komik Karya Peter Van Dongen
penyangkalan, keinginannya
maupun yang
keinginanyang
komik ini, termasuk Peter menempatkan
membuatnya serba salah dalam bertindak.
tokoh-tokoh rekaannya seperti benar- benar
Bahkan sejak awal cerita. Begitu pula
ada dalam lintasan sejarah, namun tidak
kepahitan-kepahitan yang harus diterima oleh
sebagai tokoh utama yang tecatat dalam
tokoh-tokoh lain dalam kisah ini. Buku War
buku-buku sejarah. Kisah Johan dan para
Graphics (Conroy, 2009) yang merupakan
tokoh dalam kisah ini bila memang benar
rangkuman review komik-komik bertema
terjadi, bisa dilihat sebagai petite histoire atau
sejarah
sebagai
'sejarah kecil'. Suatu istilah yang menurut
pembanding. Sebuah judul komik bisa dilihat
Rosihan Anwar digunakan untuk melihat
sebagai sebuah ‘komik sejarah perang’ bila
suatu peristiwa kecil yang bermakna dalam
memang menempatkan kisah perang terebut
kehidupan seseorang namun ikut mengalir
sebagai kisah utama. Meskipun berupa
dalam suatu arus sejarah besar suatu negara
investigasi, atau opini sekalipun (War is
atau bangsa.
perang,
terpendam,
pembangunan patung Sphinx. Para pembuat
bisa
dilihat
Boring, Palestine), kisah perang menjadi
Rampokan menampilkan goof berupa
pokok bahasannya. Peter dalam Rampokan
kesalahan-waktu. Pada bagian Selebes yang
lebih
mengambil setting pada bulan Desember
fokus
hubungan-gelap tokoh,
mendongeng dan
dibanding
mengenai
salah-sangka menjelaskan
antar
tahun 1946 diceritakan beberapa tokoh yang
detail
berbuka puasa, ada anak-anak, yang bermain
mengenai latar belakang si tokoh dan
petasan,
posisinya dalam peta sejarah. Pembaca
menyebutkan “...padahal ini bulan puasa”
dianggap telah pandai dalam melakukan
yang bisa dipahami sebagai kode [bulan
closure terhadap tanda-tanda visual yang ia
Ramadhan].
Di
tebar.
ditunjukkan
sekelompok
Peristiwa
sejarah
Agresi
Militer
dan
ucapan
halaman
dialog
yang
bagian orang
lain
Belanda
kemudian ia rasa mampu dijadikan sebagai
merayakan Natal di gedung societet, dengan
wadah untuk menampung semua kisahnya,
Jonker yang terpaksa pamit dari acara
tanpa harus menjadikan komik ini sebagai
tersebut untuk bisa menginterogasi tahanan
komik mengenai peristiwa agresi militer
di rumah sakit. Melalui pemahaman bahwa
tersebut.
kalender Islam lebih pendek sekitar 10 hari
Johan Knevel dan peristiwa agresi militer
dibandingkan dengan kalender masehi; jika
di Indonesia sama seperti Asterix dan
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
72
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
Terra Bajraghosa
17 Agustus 1945 dikumandangkan pada
clear line diterapkan pada komik dengan
bulan Ramadhan, maka pada tahun 1946
cerita tentang jagoan yang berhati baik dan
tentunya bulan Ramadhan tidak akan jauh-
bisa
jauh dari bulan Agustus. Sedangkan Natal,
memilihnya sebagai aspek materialitas untuk
seawal apapun dirayakan, tidak akan dimulai
menunjukkan setting lingkungan, dunia-
sebelum
ini
cerita, yang hidup dan detail. Hal ini
menguatkan sisi fiksional dari Rampokan.
ditunjukkan dengan penggambaran sosok
Intensi Peter untuk menyeiringkan perayaan
manusia
Natal
menampilkannya secara kartunal.
bulan
di
November.
pulau
Ramadhan
tropis
dalam
Hal
dengan
ceritanya
bulan
mengalahkan
yang
musuhnya,
realis,
Peter
alih-alih
merupakan
Pola kreasi Rampokan menempatkan
sebuah upaya yang bisa dilihat lebih bersifat
penyampaian cerita sebagai hal yang utama;
puitik, dibandingkan dengan upaya historis.
detail (melalui gaya clear-line) diusahakan sedekat mungkin dengan kenyataan (hasil
PENUTUP Rampokan Jawa & Selebes karya Peter Van Dongen memang akan selalu dikaitkan dengan
Tintin,
dan
dibincangkan
di
antaranya karena menampilkan suasana Pasar Atom di masa lalu, adegan potong rambut di bawah pohon, atau indahnya bangunan bergaya
indis,
memori
nostalgia
yang
memang hanya bisa disaksikan kini melalui buku-buku atau arsip sejarah. Apresiasi tinggi pada ramuan kisah fiksisejarah komik Rampokan Jawa & Selebes disematkan pada kemauan komikusnya untuk melakukan riset dan pengamatan mendalam untuk menghasilkan akurasi pada pilihan setting dan elemen pendukung cerita yang lain yang dituangkan melalui gaya clear line yang canggih. Ketika pada umumnya gaya
riset) yang dibayangkan pembaca. Dengan modal ini, logis dunia-cerita sudah terbangun; tanpa
maksud
mendikte
untuk
mempercayainya sebagai kisah nyata atau sejarah. Persuasi logis dunia-cerita yang telah terbangun menjadi fondasi Peter van Dongen untuk luwes menyampaikan narasi miliknya. Fiksi atau fantasi sekalipun pembaca telah menaruh percaya padanya, dan siap untuk menerima kejutan-kejutan atau bahkan twist, yang tidak ada dalam sejarah, atau bahkan yang tidak masuk akal sama sekali. Pada bagian inilah kualitas Rampokan bertengger. Sekiranya
persinggungan-persinggungan
Rampokan dapat dipahami utuh dan dapat meningkatkan pengalaman-estetis membaca komik, untuk dapat melihatnya lebih jauh
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
73
Persinggungan dalam Rampokan; Apresiasi Komik Karya Peter Van Dongen
dari sekedar 'komik mirip Tintin yang ada
LAMPIRAN
cerita Indonesianya'. DAFTAR PUSTAKA [1] Assouline, Piere. 2009. Herge; The Man Who Created Tintin, terj: Charles Ruas, Oxford University Press, Oxford. [2] Carey, Peter. (2014). Takdir. Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta. [3] Carrier, David. (2000). The Aesthetics of Comics, Pennsylvania State University Press, Pennsylvania. [4] Conroy, Mike. (2009). War Stories; A Graphic History, HarperDes [5] Dongen, Peter Van. (2014). Rampokan Jawa & Selebes, terj: Bernie Lim, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [6] Duncan, Randy & Matthew J. Smith. (2009). The Powers of Comics; History, Form & Culture, Continuum, New York. [7] Farr, Michael. (2011). Tintin The Complete Companion (Tintin Panduan Lengkap), terj: Yoga Nandiwardhana, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [8] Hatfield, Charles, “Art Of Tensions” dalam Heer, Jeet & Kent Worcester. (2009). A Comic Studies Reader, University Press of Mississippi, Mississippi. [9] Keraf, Gorys. (2010). Argumentasi dan Narasi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [10] MCloud, Scott. (1993). Understanding Comics: The Invisible Art, Thundra Publishing, Northhampton. [11] ____________. (2006). Making Comics: Storytelling Secrets oc Comics, Manga and Graphic Novels, Harpers, New York [12] Prast, Hari, Yoga Adhitrisna & Satriyo Wibowo. (2014). Demokreatif; Kisah Blusukan Jokowi, POP, Jakarta. [13] Saraceni, Mario. (2003). The Language of Comics, Routledge, London & New York.
74
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
Gambar 1 Keterhubungan: narasi tentang sambal, pada komik Tintin dan Rampokan. Sumber: Herge. (1980). The Adventures of Tintin; Flight 714, Mammoth Book, h.30, Dongen, Peter van. (2014). Rampokan Jawa & Selebes; GPU, h. 33, 35
Gambar 2 Keterhubungan: narasi tentang patung kepala megalith, pada komik Tintin dan Rampokan. Sumber: Herge. (1980). The Adventures of Tintin; Flight 714, Mammoth Book, h.40, 43, Dongen, Peter van. (2014). Rampokan Jawa & Selebes; GPU, h. 33, 35
Gambar 3 Satu halaman menunjukkan narasi multi-subplot; beda lokasi, dan beda jaman, dalam satu sekuensi. Sumber: Dongen, Peter van. (2014). Rampokan Jawa & Selebes; GPU, h. 147
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014
75
Persinggungan dalam Rampokan; Apresiasi Komik Karya Peter Van Dongen
Gambar 4 Pengolahan komposisi warna untuk menampilkan twist cerita; antara kenyataan & hal surealis, dan antara kejadian masa kini & cerita masa lalu. Sumber: Dongen, Peter van. (2014). Rampokan Jawa & Selebes; GPU, h. 75
76
JURNAL DEKAVE VOL.7, NO.1, 2014