PERSEPSI SISWA TERHADAP KEWAJIBAN BERBUSANA MUSLIMAH DI MAN CIBINONG BOGOR Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh Ruri Primasari NIM. 202011000973
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M / 1429 H
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi berjudul: “Persepsi Siswa terhadap Kewajiban Berbusana Muslimah din MAN Cibinong Bogor” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 24 Maret 2008 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Jakarta, 24 Maret 2008 Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia .:(Ketua Jurusan/Program Studi)
Drs Sapiudin Sidiq, M.Ag ............................ NIP.:
Tanggal
Tanda Tangan
...................
............................
...................
............................
...................
............................
...................
............................
Sekretaris Jurusan/Prodi
..................................................................... NIP.: Penguji I Drs Sapiudin Sidiq, M.Ag ............................ NIP.: Penguji II Dra. Hj. Erri Rosatria, M.Ag NIP.:
Mengetahui: Dekan,
NIP.:
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan karya asli saya yang di ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memproleh gelar strata satu pendidikan agama islam pada fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan di Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di Jurusan Pendidikan Agama Islam pada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Ialam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di jurusan Pendidikan Agama Islam pada fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta,September 2008
Ruri Primasari
KATA PENGANTAR
Dengan membaca Basmallah penulis menyusun skripsi yang berjudul, PERSEPSI SISWA TERHADAP KEWAJIBAN BERBUSANA MUSLIMAH DI MAN CIBINONG.
Penyusunan
skripsi
ini
diajukan
dalam
rangka
memenuhi
persyaratan
menyelesaikan pendidikan strata (S-1) Pada fakultas Ilmu Tarbiyah da Keguruan jurusan pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmat taufiq dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyalesaikan penyusunan skripsi ini yang masih jauh dari kesempurnaan.Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada nabi Muhammad saw yang telah membimbing umatnya ke peradaban yang berpendidikan dan jalan yang lurus.
Teriring ucapan doa penulis sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dra. Hj. Siti Salmiah,MAg. Selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah bersusah payah membimbing mengarahkan meluangkan waktu dan sebagainya demi penulisan skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pendidikan dan mengantarkan penulis dengan referensi berbagai ilmu pengetahuan selama penulis menjalani kuliah. 5. Bapak Ibu pimpinan perpustakaan beserta stafnya yang telah menyediakan buku buku sebagai sarana penunjang penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 6. MAN CIBINONG BOGOR yang telah mengizinkan untuk penelitian skripsi yang melibatkan siswa siswi dan seluruh staf karyawan Aliyah Negeri cibinong Bogor. 7. Ummi Riyanti ibundaku tercinta yang setia memberikan semangat untuk tetap sukses,teman teman yang selalu memberi spirit saat menjalani perkuliahan di kampus tercinta. 8. Teman teman yang membanggakan dan selalu memberi kesan dan untuk seseorang yang tidak dapat saya sebutkan yaitu seseorang yang special untuk hatiku. 9. Keluarga Besar H. SHOLEH MUSLIM DAN HJ.SITI SUHAEMIH di citeureup Bogor,berkat doa dan amanat yang kuat saya hanya dapat bersyukur kepada Allah swt. Mudah mudahan bantuan dan kebaikan yang di berikan mendapatkan pahala dan keridhoan Allah swt.serta tercatat sebagai amal yang sholeh hanya doa yang bias penulis panjatkan kepada Allah swt.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi penulis.Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan semata karena kekurangan yang penulis miliki saran dan kritik yany membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Jakarta,September 2008
Penulis
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...................................................................................................
i
DAFTAR ISI .................................................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................................
iv
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................
5
B. Perumusan Masalah.............................................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................
6
BAB II BUSANA MUSLIMAH DAN PERMASALAHANNYA A.
Pengertian Busana Muslimah............................................................................
7
B.
Keharusan Berbusana Muslimah.......................................................................
9
C.
Prinsip-Prinsip Busana Muslimah .....................................................................
13
D.
Fungsi Busana Muslimah .................................................................................
17
E.
Kebijakan Pemerintah Tentang Berbusana Muslimah........................................
19
BAB III METODE PENELITIAN A.
Desain Penelitian ............................................................................................
23
B.
Teknik Pengumpulan Data................................................................................
24
C.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data................................................................
25
BAB IV HASIL PENELITIAN A.
Gambaran Umum MAN Cibinong – Bogor ...................................................
27
B.
Pola Pelaksanaan Kewajiban Berbusana Muslimah di MAN Cibinong ..........
35
C.
Persepsi Siswa MAN Cibinong Tentang Kewajiban Berbusana Muslimah .....
35
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................................
49
B. Saran ...............................................................................................................
49
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL Tabel I
Populasi siswa kelas 2 MAN Cibinong.....................................................................
23
Tabel II
Jumlah seluruh siswa tahun ajaran 2006/2007 .........................................................
31
Tabel III
Jumlah guru MAN Cibinong.....................................................................................
32
Tabel IV
Kewajiban menutup aurat bagi muslimah ................................................................
36
Tabel V
Menutup aurat mencegah dari gangguan ..................................................................
36
Tabel VI
Kewajiban memakai baju longgar.............................................................................
37
Tabel VII
Berbaju longgar mencegah niat jahat seseorang .......................................................
37
Tabel VIII
Larangan memakai berpakaian transparan ...............................................................
38
Tabel IX
Larangan berpakaian mencolok ................................................................................
38
Tabel X
Berbusana muslimah menunjukkan identitas diri .....................................................
39
Tabel XI
Busana muslimah tidak menyerupai busana laki-laki ...............................................
39
Tabel XII
Busana muslimah mempengaruhi sikap si pemakai .................................................
39
Tabel XIII
Berbusana muslimah dengan kesadaran sendiri .......................................................
39
Tabel XIV
Mendambakan kewajiban berbusana muslimah di sekolah ......................................
40
Tabel XV
Dukungan terhadap kewajiban berbusana muslimah.................................................
40
Tabel XVI
Kesungguhan sekolah mengawasi siswa berbusana muslimah .................................
40
Tabel XVII
Kelayakan berbusana muslimah setiap hari ..............................................................
41
Tabel XVIII Berbusana muslimah mencerminkan manusia beradab ............................................
41
Tabel XIX
Berbusana muslimah bukan berarti ketinggalan zaman ............................................
42
Tabel XX
Berbusana muslimah menambah kepercayaan diri....................................................
42
Tabel XXI
Berbusana muslimah tidak menghambat pergaulan ........................................
43
Tabel XXII Berbusana muslimah membuat jiwa menjadi tenang ......................................
44
Tabel XXIII Berbusana muslimah dilakukan setiap wanita muslimah ................................
44
Tabel XXIV Distribusi frekuensi tentang persepsi siswa terhadap kewajiban berbusana muslimah di MAN Cibinong...........................................................................
47
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Persepsi adalah tanggapan siswi yang menggunakan jilbab karena peraturan
sekolah saja, atau karena kewajiban sebagai seorang muslimah yang harus memenuhi kewajibannya untuk menutup aurat. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang.1 Dengan demikian pendidikan selalu bertujuan mengangkat derajat manusia yang berperadaban. Menurut Djoko Widagdho, pendidikan merupakan perbuatan fundamental dalam keberadaan manusia sebagai sesuatu yang dapat mengubah, menentukan dari mengkontruksi kehidupan olah kerena itu pendidikan memliki keluasan orientasi yang menyeluruh dalam kehidupan semua manusia tanpa terkecuali.2 Pendidikan dan pelatihan bertujuan mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Kualitas disini diharapkan dapat mencakup IPTEK dan IMTAQ sehingga peserta didik menjadi generasi yang siap menghadapi tantangan zaman. 1
UU RI NO. 2 TAHUN 1989.Temtamg Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV. Eko Jaya, 1989), Cet Ke -I, h. 53 2 Djoko Widhagdi, Pendidikan Seumur Hidup Khususnya untuk Perryandang Cacat di Indonesia, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Islam Media. IAIN Semarang, Edisi 2/IV/ApriU1995, h. 43
1
Dalam pembinaan manusia yang ber-IMTAQ, dibutuhkan kerja keras mengingat masalah ini adalah masalah pembentukan kepribadian yang handal. Oleh karena itu pemerintah telah melakukan berbagai usaha kearah tersebut. Hal ini terbukti dengan adanya intruksi pemerintah daerah walaupun baru daerah tertentu saja yang mewajibkan siswa diwilayahnya untuk memakai busana muslimah pada hari-hari tertentu. Pemerintah daerah kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang mewajibkan siswa yang berada diwilayah Bogor untuk berbusana muslimah (baca: memakai jilbab) pada hari-hari tertentu melalui instruksi No. 101 Tahun 2001 tentang kewajiban memakai busana muslimah pada hari-hari tertentu bagi siswa disetiap institusi pedidikan yang berada di wilayah Jawa Barat.3 Instruksi tersebut merupakan tuntunan program kegiatan peningkatan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME serta pembinaan akhlak al-karimah pada siswa sekolah umum.4 Dengan adanya intruksi di atas, maka hal ini walaupun masih belum menyeluruh "memaksa" siswa untuk memakai busana muslimah. Dari hal ini diharapkan siswa bisa menghayati dan menjiwai busana yang dikenakannya yang pada akhirnya tujuan pendidikan dapat tercapai dengan sebaik-baiknya.
Rubrik Telaah Khusus, Seputar Instruksi Jilbab Walikota, Sabili No. 407 TH. X 17 Oktober 2002/10 Sya'ban 1423, H 76 4 Rubrik Wawancara dengan Ahmad Heryawan, Sabili, Ibid, h 42 3
2
Instruksi diatas, pada perkembangan selanjutnya menimbulkan berbagai macam tanggapan dari berbagai kalangan.5 Hal ini terjadi akibat perbedaan sudut pandang yang dipakai dalam menyikapi masalah tersebut sehingga tidak jarang terjadi pro dan kontra diantara mereka. Kalangan yang tidak setuju dengan instruksi diatas menilai bahwa instruksi tersebut sangat diskriminatif terhadap siswa non muslimah. Tetapi kalangan yang setuju dengan instruksi diatas menegaskan bahwa hal ini diwajibkan hanya bagi siswa muslimah saja tidak untuk siswa non muslimah.6 Siswa sebagai "perilaku utama" program ini tentunya juga mempunyai pandangan yang bebeda-beda diantara mereka. Hal ini berawal dari kemampuan mereka dalam merespon rangsangan-rangsangan terhadap gejala-gejala yang ada disekitarnya. Kemampuan siswa-siswa tersebut tidak hanya terbatas pada rangsangan yang berasal dari benda-benda yang berasal dari alam luar saja, melainkan juga rangsangan yang berasal dari dalam diri siswa yang tidak tampak tetapi bisa dirasakan. Hal ini oleh M. Alisuf Sabri disebut persepsi.7
5
Ibid. hal. 52 Ibid, h 74 7 M. Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997), Cet, ke-2,h.45 6
3
Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono menyebut bahwa persepsi adalah
kemampuan
manusia
untuk
membedakan,
mengelompokkan
dan
memfokuskan obyek-obyek.8 Dalam memperoleh tanggapan, manusia dipengaruhi oleh macam-macam tipe tanggapan manusia yang berbeda, antara lain :9 1. Tipe Visual, yaitu ingatan manusia yang kuat dari apa yang dilihat 2. Tipe Auditif, yaitu ingatan manusia yang kuat dari apa yang didengar 3. Tipe Motorik, yaitu ingatan manusia yang kuat dari apa yang bergerak 4. Tipe Textual, yaitu ingatan manusia yang kuat dari apa yang diraba 5. Tipe Campuran, yaitu ingatan manusia yang kuat dari setiap inderanya, dengan kata lain indera manusia mempunyai kemampuan yang seimbang dalam merespon obyek-obyek. Persepsi siswa terhadap instruksi diatas kiranya perlu diketahui. Hal ini bertujuan agar pro dan kontra terhadap instruksi ini paling tidak dapat diminimalisir mengingat siswa sebagai objek dari intruksi ini dikhawatirkan mengalami kebimbangan dalam melaksanakannya. Oleh kerena itu penulis mengangkat masalah persepsi siswa terhadap instruksi diatas sebagai upaya terwujudnya masyarakat yang damai dan bersatu dalam perbedaan dengan "Persepsi Siswa Terhadap Kewajiban Berbusana Muslimah di MAN Cibinong". Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta:Bulan Bintang, 1991), Cet. Ke6,h.39 8
4
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Pada penulisan skripsi ini penulis membatasi kajian skripsi ini pada : a. Persepsi disini berarti pendapat siswa kelas II MAN. Cibinong Bogor tentang diwajibkannya instruksi berbusana muslimah. b. Busana muslimah disini adalah busana muslimah menurut ketentuanketentuan Islam. c. Busana muslim tidak hanya peraturan sekolah saja. 2. Perumusan Masalah Dalam penulisan skripsi ini masalah yang dirumuskan antara lain: a. Bagaimana pelaksanaan kebijakan pemerintah tentang berbusana Muslim di MAN. Cibinong b. Bagaimana persepsi siswa terhadap kewajiban berbusana muslimah di MAN. Cibinong Bogor C.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini antara lain: a. Untuk mengetahui pelaksanaan berbusana muslimah di MAN. Cibinong b. Untuk mengetahui persepsi siswa terhadap kewajiban berbusana muslimah di MAN. Cibinong
D. Sistematika Penulisan
9
Abu Ahmadi dan Widodo Suproyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991. Cet.6,h.23
5
Penulisan dalam skripsi ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci dalam beberapa sub bab sebagai berikut : Bab I berisi pendahuluan, yang didalamnya meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan sistemtika penelitian. Bab II berisi kajian teori meliputi busana muslimah dan permasalahannya yang terdiri dari pengertian yang terdiri dari pengertian busana muslimah, keharusan berbusana muslimah, prinsip-prinsip busana muslimah, fungsi busana muslimah dan kebijakan tentang berbusana muslimah. Bab III berisi metodologi penelitian yang meliputi desain penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan dan analisa data. Bab IV berisi hasil penelitian yang meliputi gambaran umum MAN. Cibinong, pola pelaksanaan berbusana muslimah di MAN. Cibinong dan persepsi siswa terhadap kewajiban berbusana muslimah. Bab V berisi penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
6
BAB II BUSANA MUSLIMAH DAN PERMASALAHANNYA
A.
Pengertian Busana Muslimah Dalam kejadiannya, manusia dilahirkan kemuka bumi salah satunya membawa
potensi malu terhadap lingkungannya dimana ia tinggal. Oleh karena itu, untuk menutupi malunya manusia berusaha semaksimal mungkin untuk menutupinya rapatrapat, karena jika tidak bisa menutupinya maka aib yang ada pada dirinya akan diketahui orang lain. Secara lahiriah, manusia berusaha melindungi tubuhnya dari berbagai macam gangguan, maka dari itu busana merupakan sesuatu yang mendasar baginya untuk menjaga gangguan tersebut. Bagaimanapun usaha untuk selalu menutup tubuh itu akan selalu ada walaupun dalam bentuk yang sangat minim atau terbatas sesuai dengan kemampuan hidupnya, raga dan akal manusia. Dengan busana, manusia ingin membedakan antara dirinya, kelompoknya dengan orang lain. Busana memberikan identitas diri sehingga dapat mempengaruhi tingkah laku si pemakai dan juga dapat mencerminkan emosi pemakainya yang pada saat bersamaan dapat mempengaruhi emosi orang lain.1 Pada prinsipnya Islam tidak melarang umatnya untuk berpakaian sesuai dengan mode atau trend masa kini, asal semua itu tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Islam membenci cara berbusana seperti bsuana-busana orang jahiliyah yang
7
menampakkan lekuk-lekuk tubuh yang mengundang kejahatan dan kemaksiatan. Konsep Islam adalah mengambil kemaslahatan dan menolak kemudloratan.2 Pada dasarnya, Islam tidak menentukan model dan coraknya. Tetapi Islam sebagai agama yang sesuai untuk setiap masa dan tempat, memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada wanita muslimah untuk merancang mode yang sesuai dengan selera masing-masing. Tak ada mode khusus yang diperintahkan kita dapat mengenalkan apa yang kita sukai asalkan tetap pada batas-batas Islam mode bukan masalah asal kita tidak mengikuti secara membabi buta. Kita harus mempunyai kesadaran terhadap busana yang tidak Islami, dan berani menjadi orang yang tidak mengikuti perkembangan mode yang berlaku pada saat itu.3 Busana dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang kita pakai mulai dari kepala hingga sampai ujung kaki.4 Hal ini mencakup antara lain pertama, semua benda yang melekat pada badan, seperti baju, celana, sarung, dan kain panjang. Kedua, semua benda yang melengkapi pakaian dan berguna bagi si pemakai seperti selendang, topi, sarung tangan, dan kaos kaki. Ketiga, semua benda yang berfungsi sebagai hiasan untuk keindahan pakaian seperti, gelang, cincin, dan sebagainya.5 Dalam
pengertian
berbusana
atau
berpakaian
al-quran
tidak
hanya
menggunakan satu istilah saja tetapi menggunakan istilah yang bermacam-macam
1
Quraish Shihab, Wawancara Al-Quran, (Bandung:Mizan, 1996) Cet .4,ha. 161 Ahmad Hasan Karzun, Adab Berpakaian Pemuda Islam, (Jakarta: Darul Falah, 1999), Cet. 1, hal. 13 3 Huda Khattab, Buku Pegangan Wanita Islam, (Bandung: Al-Bayan, 1990), Cet. Ke-2, h. 40 4 W. J. S. Poerwadarunuda, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1987) h. 172 5 'Nina Surtiretna,et al, Anggun Berjilbab, (Bandung:al-Bayan, 1995, cet. Ke-2, h.28 2
8
sesuai dengan konteks malimatnya. Menurut Qurais Shihab paling, tidak ada 3 istilah yang dipakai yaitu :6 1. Al-Libas (bentuk jamak dari kata Al-Lubsu), yang berarti segala sesuatu ang menutup tubuh. Kata ini digunakan al-quran untuk menunjukkan pakaian lahir dan batin. 2. Ats-Tsiyab (bentuk jamak dari Ats-Tsaubu), yang berarti kembalinya sesuatu pada keadaan semula yaitu tertutup. 3. AZ-sarabil yang berarti pakaian apapun jenis bahannya. Dari pengertian diatas, dapat ditarik pengertian busana muslim sebagai busana yang dipakai oleh wanita muslimah yang memenuhi, kriteria-kriteria (prinsip-prinsip) yang ditetapkan ajaran Islam dan disesuaikan dengan kebutuhan tempat, budaya, dan adat istiadat. B.
Keharusan Berbusana Muslimah Sebagaimana diatas, busana muslimah merupakan pakaian yang dikenakan
wanita muslimah selama tidak keluar dari ajaran Islam (syariat). Setiap wanita muslimah diharuskan untuk mengenakan busana muslimah agar terhidnar dari berbagai macam gangguan yang datang kepadanya. Pokok pangkal dari busana muslimah bukan apakah sebaliknya wanita memakai busana muslimah dalam pergaulannya dengan masyarakat, melainkan apakah laki-laki bebas mencari kelezatan dan kepuasan memandang wanita. Laki-laki hanya dibolehkan memandang wanita dalam batas-batas keluarga dan pernikahan 6
Quraish Shihab, op Cit, (Bandung: Mizan, 1996) hal. 155-157
9
saja. Hal ini dimaksudkan demi tercipatanya keluarga yang sehat, harmonis dan saling mempercayai sebagai sendi terwujudnya masyarakat yang sehat, damai dan berwibawa dan menjunjung tinggi harkat wanita.7 Pakaian wanita muslimah menanamkan tradisi yang universal dan fundamental untuk mencegah kemerosotan moral dengan menutup pergaulan bebas.8 Hal ini sebagaimana yang dikatakan Fuad M. Facruddin yang mengatakan bahwa busana yang dikenakan seorang muslimah bukan hanya menutup badan saja, melainkan harus daoat menghilangkan rasa birahi yang menimbulkan syahwat.9 Dalam al-quran, Islam telah mengatur prinsip-prinsip pakaian wanita muslimah dalam surat An-nur (24) ayat 58 yang berbunyi :
Қ
7 8
Husein Shabah, Jilbab Menurut al-quran dan as-Sunnah, (Bandung: Mizan, 2000), cet, ke-10, h. 18 Ibid
10
Artinya
: Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki, dari orang-orang yang belum baligh diantara kamu, meminta izin kepadamu tiga kali (dalam satu haru) yaitu sebelum sembahyang subuh, ketika kamu meninggalkan pakaian (luar) mu ditengah hari dan sudah sembahyang isya (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tida ada dosa atasmu. Dan tidak (pula) atas mereka selain dari tiga waktu itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu ada keperluan kepada sebagian yang lain. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha mengetahui kagi Maha Bijaksana (anNurl24 ": 58)
Disini Allah telah mengatur pakaian wanita muslimah dalam pergaulan rumah tangga mereka. Bahkan pada ayat-ayat yang lain. Allah telah menjelaskan pakaian wanita muslimah di musin padana dan di waktu perang.10 Islam meletakkan landasan yang kokoh terhadap model busana muslimah yang dapat mengantarkan kepada kemuliaan dan kesucian wanita. Islam sangat memperhatikan masalah wanita karena Islam memandang laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama selama tidak menyalahi kodratnya. Dengan kata lain Islam membebaskan kepada pemeluknya untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas sosialnya. Bahkan Islam mewajibkan dengan selalu menjaga martabat wanita. 9
Fuad Mohd. Fachruddin, Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Mata Islam, (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, 1991), cet ke-2, h.33 10 Mulhandy Ubn Haj., et, al., Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab (Kerudung), (Yogyakarata: Salahuddin Press, 1992), cet, ke-3, h. 1-2
11
Dengan menimbang masalah-masalah diatas, apabila wanita muslimah memakai busana secara bebas tanpa memperhatikan etika yang akan menimbulkan konsekuensi yang sangat buruk, maka Islam agama yang sangat memperhatikan masalah-masalah wanita melalui al-quran dan al-sunnah mewajibkan pemeluknya untuk memakai busana yang sesuai dengan syariat sebagaimana yang tersirat dalam surat an-nur (24) ayat 31 yang berbunyi :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
12
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau Saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”
C.
Prinsip-Prinsip Busana Muslimah Dalam perkembangannya, busana muslim mau tidak mau harus mengikuti
mode dari zaman ke zaman, busana muslim bias selalu Survive ditengah-tengah masyarakat yang selalu gandrung terhadap mode yang sedang age-trend jamannya. Dengan demikian, busana muslim tidak akan hilang "eksistensinya" selama ia bisa menyesuaikan dengan zaman. Berkembangnya zaman akan mengakibatkan pada berkembangnya mode termasuk busana muslim. Namun demikian tentunya busana muslim yang 'berusaha' menyesuaikan dengan zamannya tetap harus berada pada prinsip-prinsip yang berlaku sesuai dengan urutan Islam yang notabene berdasarkan al-quran dan al-hadits. Adapun prinsip-prinsip yang ditentukan dalam tuntunan Islam antara lain : 11
11
Syaik Abdullah Shahih al-Fauzan, K r i t e r i a B u s a n a M u s l i ma h (Jakarta:Khazana Shun, (1995) cet, ke-1, h.15
13
1. Prinsip Pemotongan Kain Yang Akan Dijahit Yang dimaksud dengan pemotongan kain (pola) busana tersebut adalah menjahit (pembuatan busana). Jaitan busana seorang wanita, harus sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Islam dibidang penjahitan busana tersebut, kemudian mengenai pakaiannya pada badan semua harus memperhatikan criteria-kriteria dibawah ini : a.
Busana harus menyelubungi seluruh badan Hal diatas dimaksudkan agar pakaian yang dipakai dapat menutupi seluruh badan kecuali telapak tangan dan wajah.12 Hal ini karena Islam lebih menitik beratkan busana sebagai penutup, bukan sebagai hiasan. Allah subhanahu wata'ala berifirman :
Artinya
: .... dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) tanpak daripadanya". (QS An-Nur : 31)
Bila menampakkan perhiasan merupakan larangan, maka dalam hal ini menampakkan letak-letaknya lebih dilarang, dan seandainya tidak dikenakan busana tentu tampaklah letak-letak perhiasan, berupa dada, kedua telapak kaki
12
Husein Shahab, op, Cit,h. 51
14
dan betis. Oleh karena itu seharusnya seorang wanita mengenakan celana yang menutupi betisnya ataupun dua kaos kaki yang menutupi kedua kakinya. b.
Busana tidak ketat yang dapat membentuk tubuh. Pakaian yang ketat akan membentuk postur tubuh wanita ataupun
sebagainya. Wanita yang mengenakan pakaian ketat sehingga dapat membentuk potongan-potongan postur tubuhnya dan keluar pada perkumpulanperkumpulan kaum laki-laki, maka busana itu dikhawatirkan termasuk kategori diantara pakaian-pakaian telanjang. Termasuk dalam pengertian pakaian telanjang adalah seorang wanita yang mengenakan pakaian yang ketat yang tampak jelas lekuk-lekuk dan bentuk asli tubuhnya. Tidak diragukan lagi bahwa busana tersebut termasuk dalam kategori pakaian telanjang yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. c.
Busana Wanita Tidak Menyerupai Busana Laki-Laki Tidak diragukan lagi bahwa salah seorang diantara dua jenis menyerupai
pada jenis lainnya adalah menyimpang dari fisik, serta sebagai bukti bahwa secara Islam tidak normal lagi. Penyerupaan adalah penyakit yang tidak bias diobati yang tertransfer ke dalam budaya kita sebagai konsekuensi dari ikutikutan gaya Barat. Hal ini merupakan hal yang dilarang agama. d. Tidak Menyerupai Wanita Kafir Sekarang ini, banyak wanita muslimah yang merancang busananya dengan pola yang bertentangan dengan ketentuan syar'a dan norma-normanya di bidang busana. Berdasarkan realita yang muncul dewasa ini yang popular
15
disebut dengan "mode' dimana ia mengalami perkembangan dan perubahan setiap hari dari yang buruk hingga yang lebih buruk. Bentuk-bentuk busana wanita dewasa ini sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran-ajaran Islam dan sama sekali tidak pernah dikenal dikalangan wanita-wanita muslimah. Hal ini terbukti dengan banyaknya pakaian-pakaian yang apabila dipakai wanita, maka aurat wanita si pemakai akan terlihat dengan jelas. Tujuan wanita dilarang menyerupai dengan orang-orang kafir, diantaranya adalah penyerupaan dengan mereka dalam berbusaba. 2.
Prinsip yang berhubungan dengan corak (bentuk) busana Adapun criteria-kriteria corak busana muslimah antara lain sebagai berikut:13 a.
Tidak menjadikan busana sebagai perhiasan pada dirinya Maksud dari busana tersebut adalah pakaian yang tampak. Seorang
wanita muslimah dilarang memakai pakaian dari sejumlah pakaian, bilamana pakaian-pakaian itu merupakan pakaian tembus pandang sebagaimana dalam pengertian secara umum. b.
Busana tidak tipis yang masih memperlihatkan bentuk aurat yang berada dibaliknya
13
Syaik Abdullah Shahih al-fauzan, op. cit. h.21-25
16
Hal ini sesuai dengan tujuan berbusana yaitu menutup. Tujuan tersebut tidak akan tercapai kecuali dengan busana yang tebal. Karena busana yang tipis itu bukan merupakan busana menurut pandangan Islam. c.
Busana tidak bercorak glamour
Dilarang bagi seorang wanita muslimah memilih berbagai corak pakaian yang hanya menuruti tuntutan kesenagannya dan sama sekali tidak ada relevansinya dengan prinsip-prinsip busana, tidak lain bertujuan untuk menghilangkan pandangan kaum laki-laki kepadanya. d.
Tidak diberi wewangian atau parfum yang menimbulkan syahwat.
Hal ini dilarang karena parfum dikhawatirkan membangkitkan nafsu birahi. Para ulama bahkan mengikut yang semakna dengannya sebagai pakaian indah, perhiasan yang tampak dan megah serta bercampur baru dengan lakilaki.14 D.
Fungsi Busana Muslimah Semakin dinamisnya budaya dab oeradaban manusia, maka terciptalah busana
yang beraneka ragam motif dan mode. Busana dikenakan manusia tidak begitu saja tercipta dan terpakai tanpa adanya pemikiran tentang fungsi dan tujuan dari berbusana tersebut. Secara umum fungsi mengapa manusia menggunakan busana adalah :15
14
Abu al-Ghifari, Kudung Gaul. Berjilbablah Tapi Telanjang. (Bandung: Mujahid, 2002)cet. Ke2, h. 62-63 15
Labib Mz, Wanita dan Jilbab (Gresik: CV. Bulan Bintang, 1999), cet. Ke 1, h. 115
17
1. Memenuhi syarat peradaban sehingga tidak menyinggung rasa kesusilaan 2. Memenuhi syarat kesehatan, yaitu melindungi badan dari gangguan luar, seperti panas, hujan, angin dan lain-lain. 3. Memenuhi kindahan. 4. Menutupi segala kekurangan yang ada pada tubuh kita. Dari sudut sosiologis, busana muslimah berfungsi sebagai :16 1. Menjauhkan wanita dari pergaulan laki-laki 2. Membedakan wanita yang berakhlak mulia dengan wanita berakhlak hina 3. Mencegah timbulnya fitnah dari laki-laki 4. Memelihara kesucian agama wanita yang bersangkutan Menurut Istadiyanto, fungsi busana muslimah pertama membentuk pola sikap atau akhlak yang luhur dalam diri remaja sebagai pencegah terhadap dorongan melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran syariat. Kedua mencegah orang lain untuk berbuat sewenang-wenang terhadap si pemakai.17 Dalam Al-Quran, Allah SWT menyebutkan beberapa fungsi busana yaitu : 18 1.
Sebagai penutup aurat
2.
Sebagai perhiasan, yaitu untuk penambah rasa estetika dalam berbusana
16
M. Thalik, Analisa dalam Bimbingan Islam, (Surabaya: al-ikhlas, 1987) h.23
17
lstadiyanto, Hikmah Jilbab dan Pembinaan Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1998), h. 23 Nina Surtiretna, at, al,. op Cit., h. 15
18
18
3.
Sebagai perlindungan diri dari gangguan luar, seperti panas terik matahari, udara dingin dan sebagainya.
Menurut M. Quraish Shihab, selain tiga hal diatas, busana juga mempunyai fungsi sebagai petunjuk identitas dan pembela antara seseorang dengan orang lain,
19
sebagian ulama bahkan menyatakan fungsi busana yang lainnya adalah fungsi takwa dalam arti busana dapat menghindarkan seseorang terjerumus dalam bencana dan kesulitan, baik bencana duniawi maupun ukhwawi.20 Dari beberapa fungsi busana yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi busana muslimah adalah sebagai petunjuk identitas, sebagai penutup aurat, sebagai pelindung diri dan sebagai pakaian takwa. Oleh karena itu Allah Swt memerintahkan kepada kaum wanita untuk memakai busana sesuai dengan ajaran Islam, yakni menutup aurat (berbusana muslimah). E.
Kebijakan Tentang Kewajiban Berbusana Muslimah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dalam menyiapkan
peserta didik melalui kegiatan membimbing, mengajar dan melatih anak didik bagi perannya di masa yang akan datang.21 Dengan demikian, pendidikan bertujuan mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas atau beradaban yang meliputi IPTEK dan IMTAQ. 19
M. Quraish Shihab, Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan, (Bandung: Mizan 1998), cet. Ke13, h. 279 20 Quraish Shihab, op. cit., (Bandung: Mizan, 1996), h. 161 21
Lihat, Depdikbud, UU RI No. 2 TAHuN 1989. Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV. EKO JAYA, 1989) cet, ke-1, h. 53
19
Pendidikan agama Islam itu sendiri mempunyai tujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi akhlak manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah S WT, serta berakhlak mulia dan kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.22 Dalam upaya mencapai manusia yang beradaban khususnya dalam membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa, pemerintah daerah Bogor mengeluarkan instruksi No. 101 TAHUN 2001 Tentang Program Kegiatan Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta akhlakul karimah kepada setiap sekolah umum Sekabupaten Bogor untuk memenuhi segala ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Bogor.23 Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan minat siswa untuk berbusana yang mendatangkan kebaikan bagi dirinya dan orang lain. 1.
Visi dan Misi Pendidikan Agama Islam Adapun visi dan misi dari instruksi tersebut antara lain :24 a. Visi Terbentuknya sosok anak didik yang memiliki karakter, watak, dan kepribadian dengan landasan iman dan ketaqwaan serta nilai-nilai akhlak atau
22
Dirjen Pembinaan Kelembaggan Agama Islam, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/GBPP Pendidikan Agama Islam Tahun 1994 (Jakarta: Depag RI, 1994), h. l 23 Instruksi Pemerintah Dareah Bogor, Tentang Kegiatan Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME serta Akhlakul Karimah pada sekolah umum 24 lbid, h.n 3-4
20
budi pekerti yang kokoh yang tercermin dalam keseluruhan sikap dan perilaku sehari-hari, untuk selanjutnya memberi corak bagi pembentukan watak bangsa b. Misi 1. Melaksanakan pendidikan agama sebagai bagian dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah 2. Menyelenggarakan pendidikan di sekolah dengan mengintegrasikan aspek pengajaran, pengalaman, serta aspek pengalaman, bahwa kegiatan belajar mengajar di depan kelas, diikuti dengan pembiasaan pengalaman ibadah bersana di sekolah, kunjungan dan memperhatikan lingkungan sekitar, serta penerapan nilai dan norma akhlak dalam perilaku sehari-hari. 3. Melakukan upaya bersama antara guru agama dengan kepala sekolah serta seluruh unsur pendukung pendidikan disekolah untuk mewujudkan budaya sekolah (school culture) yang dijiwai oleh suasana dan disiplin keagamaan yang tinggi yang tercermin dari aktualitas nilai dan norma keagamaan dalam keseluruhan interaksi antar unsure pendidikan di sekolah dan di luar sekolah. 2.
Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan pelaksanaan praktek Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum
adalah : 25
25
Ibia, h. 4
21
a. Meningkatnya kadar keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Serta berakhlak mulia dalam kehidupan manusia pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. b. Meningkatnya
kemampuan
peserta
didik
sekolah
umum
dalam
mempraktekkan ajaran agama islam dalam kehidupan sehari-hari 3.
Hasil Yang Diharapkan Dengan dilaksanakan Program Kegiatan Pendidikan Keimanan dan Ketaqwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta Akhlatul Karimah, maka hasil yang diharapkan adalah terwujudnya26 a.
Siswa taat beribadah
b.
Siswa mampu membaca dan menulis al-quran dengan baik dan benar
c.
Siswa mempunyai kepribadian muslim (berkhlak mulia)
d.
Siswa mampu memahami, menghayati, dan mengambil hikmah/manfaat dari
berbagai
ajaran
Islam
sehingga
dengan
penuh
kesadaran
melaksanakannya e.
Penyaluran bakat peserta didik di bidang agama islam
f.
Perbaikan
kelemahan-kelemahan
peserta
didik
dalam
keyakinan,
pemahaman, pengalaman ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari g.
26
Pemberian filterisasi terhadap pengaruh budaya luar kepada peserta didik
Ibia, h. 9
22
h.
Pemberian pedoman hidup agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan doakhirat
i.
Pemberian pedoman kepada peserta didik agar mampu mengubah dan menciptakan lingkungan sesuai dengan ajaran islam
23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.
Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu mengadakan pengujian data dan
kemudian memaparkan data sebagaimana adanya. 1. Populasi Adapun populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa/I kelas 2 MAN CIBINONG-BOGOR dengan perincinan sebagai berikut : Table l. Populasi siswa kelas 2 MAN CIBINONG-BOGOR Kelas II-1 II-2 II-3 II-4 II-5 II-6 II-7 II-8 Jumlah
Jumlah siswa Laki-laki 21 21 24 23 19 22 19 21 170
Perempuan 23 22 18 23 22 20 23 20 171
Jumlah 44 43 42 46 41 42 42 41 341
2. Sampel Karena terbatasnya tenaga, waktu dan biaya, maka penelitian ini tidak menjadikan semua siswa/I MAN CIBINONG-BOGOR sebagai sasaran penelitian penetuan sample dalam penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling yaitu
23
dengan menentukan secara acak sample yang akan diteliti. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa jumlah populasi dalam penelitian ini berjumlah 341 siswa/I, kemudian dari jumlah tersebut diambil 20%. 3. Responden Dalam penelitian ini yang menjadi interview adalah kepala sekolah atau pelajar MAN CIBINONG-BOGOR sedangkan yang menjadi responden adalah siswa/I MAN CIBINONG-BOGOR. B.
Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut : 1. Wawancara Peneliti mewawancarai kepala sekolah atau wakil kepala sekolah MAN CIBINONG-BOGOR. Hal ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai pola pelaksanaan berbusana muslimah siswa MAN CIBINONGBOGOR 2. Observasi Peneliti mengadakan pengamatan langsung ke lapangan guna melihat langsung tentang pelaksanaan berbusana muslimah. 3. Kuesioner Peneliti menggunakan metode ini untuk menjaring informasi tentang keadaan MAN CIBINONG-BOGOR. Kuesioner ini berisi 20 butir item yang disusun dalam multiple choice. Hal ini untuk mengetahui alasan mereka masuk
24
MAN CIBINONG-BOGOR, persepsi mereka tentang berbusana muslimah bagi siswa yang diterapkan di MAN CIBINONG-BOGOR. C.
Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data wawancara dilakukan dengan cara menarasikan (deskriptif data). Data ini disajikan secara komplementer dengan data dari siswa/I yang menjelaskan pola pelaksanaan sebagai muslimah. Mengenai data kuesioner setelah terkumpul diseleksi, entri data dengan cara mengelompokkan, memberi skor, menarasikan, dan menguji data. 2.
Analisa Data Dalam mendeskripsikan persepsi siswa terhadap kewajiban berbusana
muslimah dilakukan dengan beberapa langkah, antara lain: 1. Analisa data statistic distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus : P FX 100% N
Dimana : F = Frekuensi yang sedang dicari N = Number of cases P = Angka persentase
25
Adapun ketentuan skala persentase yang digunakan adalah : 100%
=
Seluruhnya
82%-99%
=
Hampir seluruhnya
67%-81%
=
Sebagian besar
51%-66%
=
Lebih dari setengah
50%
=
Setengah
34%-49%
=
Hampir setengahnya
18%-33%
=
Sebagian kecil
1%-17%
=
Sedikit sekali
0%
=
Tidak ada
2.
Adapun untuk mengetahui kualitas persepsi dilakukan seorang data pada tiap-tiap alternative jawaban yaitu skor nilai 3 pada alternative jawaban sangat setuju, skor nilai 2 pada alternative jawaban 2, skor nilai 1 pada alternative jawaban tidak setuju, dan skor nilai 0 pada alternative jawaban sangat tidak setuju. Setelah dihitung diperoleh nilai tertinggi 57 dan nilai terendah 3, kemudian diperoleh rentangan interval untuk menentukan criteria sangat baik dan rentangan 51-58, criteria baik pada rentangan 43-50, dan criteria sedang pada rentangan 35-42 serta kategori buruk pada rentangan 31-34
26
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Gambaran Umum MAN CIBINONG-BOGOR 1. Latar Belakang Berdirinya MAN CIBINONG Pada tahun 1968 sejumlah tokoh masyarakat memprakarsai pendirian PGAP (Pendidikan Guru Agama Pertama) berstatus swasta melalui panitia pembangunan PGAP Cibinong (Selanjutnya disebut panitia) dengan ketua Bapak M. Ismail Taufiq, sekretaris Bapak M. Imron Rosadi (Alm) dan selaku Bendaharan Bapak K. Mahoudin. Kini ketiganya telah meninggal dunia. Guru agama PNS, sebagai anggota. Panitia dengan dukungan penuh dari instansi terkait, baik instansi sektoral maupun lintas sektoral mengajukan usul kepada Departemen Agama Pusat melalui Kepala Jawatan Pendidikan Agama Propinsi Jawa Barat agar PGAP (S) Cibinong dijadikan PGAN filial dari PGAN 6 tahun Bogor. Usul tersebut mendapat tanggapan positif dengan turunnya SK. Menteri Agama No. 29/1968 yang ditanda tangani langsung oleh Menteri Agama saat itu K.H.M. Dahlan (Alm). Sehubungan dengan lahirnya SK. Menteri Agama No. 17/1978 tentang susunan dan tata kerja MAN dan No. 19/1978 tentang Susunan dan Tata Kerja PGAN, maka atas usul Kepala PGAN Bogor yang kemudian diteruskan oleh Kabid Binrua Islam Kanwil Depag, Jawa Barat pada tahun 1982 turunlah SK.
27
Direktur Jendreal Bimbaga Islam Depag No. Kep./e/302/1982 tanggal 23 Oktober 1982 yang menetapkan pembentukan kelas jauh (filial) MAN Jl. Raya Jakarta-Bogor KM. 43 Cibinong Kab. Bogor dengan MAN Bogor sebagai induknya. Kepala MAN Bogor pada waktu itu Bapak (Alm) Dudung menunjuk Bapak Zubaidi Mukhtar, BA sebagai Pimpinan Filial Cibinong dengan tugas khusus menjajagi/mencari tanah disekitar Cibinong untuk pembangunan dan pengembangan MAN Bogor. Berkat peran dan upaya Kakandepag. Kabupaten Bogor, Bapak H. Abdurahman Amir, MAN Bogor memperoleh ijin dari Pemda Kabupaten Bogor membeli tanah Kas Desa Cirimekar seluas 8.065 m2 yang dibeli dengan dana DIP (7.500m2) dan dana swadaya BP3 (565m2) yang dibeli dari H. Abdul Fatah luas tanah menjadi 9065m2. Sejak tahun Anggaran 1985/1986 MAN induk Bogor mulai membangun prasarana gedung di Kampus Bumi Cirimekar dengan dana DIP, dan Swadaya BP.3 Setelah Proyek Gedung Tahap satu selesai, MAN Filial Cibinong berpindah dari Kampus Pos Jalan Raya Jakarta Bogor ke kampus Bumi Cirimekar. Mulai tahun pembelajaran 1986/1987 sebagai siswa MAN induk Bogor ini ditempatkan di Cirimekar bersama siswa filial. Untuk memudahkan koordinasi dan keterpaduan antara program induk dengan Filial maka terhitung 01-08-1996 kepala Man Induk Bogor menunjuk bapak M. Taufiqurrahman, BA, sebagai coordinator Wakil MAN Induk Bogor
28
dilokasi Cibinong mulai 01-11-1986 menggantikan Pimpinan sebelumnya, Bapak Zubaedi Mukhtar, BA. Mengingat semakin berkembangnya volume kegiatan lembaga termasuk melakukan kegiatan pembinaan terhadap MA-MA Swasta kotamadya dan Kabupaten Bogor yang secara kuantitatif berkembang pesat, maka pusat kegiatan Administrasi kantor Induk dialihkan dari Jalan Pahlawan Kodya Bogor ke kampus Cirimekar sedangkan komplek dijalan Pahlawan di jadikan kelas
jauh/lokasi
Kodya
Bogor dengan
Ibu
Dra.
Fachriah
sebagai
koordinatornya. Pada tahun 1990 dan 1991 MAN Cibinong diusulkan oleh Kakanwil Depag Jawa Barat untuk ditingkatkan statusnya sebagai MAN yang mandiri. Usul tersebut Alhamdulillah berhasil dengan turunnya SK. Menteri Agama No. 224/1993 tanggal 25 oktober 1993 sehingga MAN Filial Cibinong terpisah dari induknya dan berubah nama serta status menjadi MADRASAH ALIYAH NEGERI CIBINONG. Bapak Drs. H. Encum Ma'sum yang menjadi Kepala MAN Cibinong yang pertama. Tanggal 10-03-1997 bertempat di Bale Binarum kodya Bogor, Kedua Pejitu bertukar Pos, Drs. H. Encum Ma'sum dialih tugaskan menjadi Kepala MAN Bogor. Bapak Drs. H. Nandang, Kepala MAN kodya Bogor beralih tugas menjadi Kepala MAN Cibinong. Pada perkembangan selanjutnya MAN CIBINONG secara fisik banyak mengalami kemajuan pesat. Hal ini terlihat dari penambahan local belajar
29
sehingga siswa tidak lagi belajar di siang hari. Sekarang MAN CIBINONG sedang mengalami rahab fasilitas tersebut sementara ini yang digunakan untuk mendukung kegiatan pembelajaran siswa/I MAN CIBINONG. Namun demikian diusahakan oleh pihak MAN CIBINONG berupa pemeliharaan dan pengadaan sarana dan prasarana di sekolah yang ditempati tersebut untuk menutupi segala kekurangan yang ada selama pelaksanaan rehab gedung MAN CIBINONG. Usaha-usaha tersebut antara lain: a.
b.
Pengadaan barang inventaris 1.
Kursi guru
2.
Lemari
3.
Buku-buku Perpustakaan
4.
Pemasangan telepon
5.
Komputer
Pemeliharaan gedung/rehab/pembangunan 1.
c.
d.
Renovasi WC
Laboraturium IPA 1.
Pengadaan bahan praktek IPA
2.
Pengadaan sarana praktek IPA
Pemeliharaan/Perawatan 1.
Alat laboraturium
2.
Alat kantor
a)
Perbaikan mesin ketik, computer dan stensil
30
b) Perbaikan printer 3. Perbaikan meja dan kursi 4. pengecatan beberapa gedung sekolah 5. halaman sekolah dan taman a) Perawatan secara terus menerus pada taman b) Pengadaan alat kebersihan
2. Keadaan Siswa, Guru dan Karyawan a.
Keadaan siswa Jumlah siswa MAN CIBINONG pada tahun ajaran 2006/2007 adalah sebanyak
1027 siswa/I dengan perincian sebagai berikut : Table II Jumlah seluruh siswa/I MAN CIBINONG Tahun Ajaran 2006/2007 Kelas I II 111 JUMLAH
Jumlah siswa Laki-laki 172 172 178 522
Perempuan 172 169 164 505
Jumlah 344 341 342 1027
b. Keadaan Guru Jumlah guru pada tahun ajaran 2006/2007 adalah sebanyak 50 orang guru dengan perincian sebagai berikut :
31
Table III Jumlah Guru Tahun Ajaran 2006/2007 Kelas
Jumlah siswa
Guru tetap Guru tidak tetap JUMLAH
Laki-laki 26 3 29
Perempuan 17 4 21
Jumlah 43 7 50
Adapun pendidikan terakhir guru-guru seluruhnya berjumlah 50 orang. Dari 50 orang tersebut, 28 orang berpendidikan terakhir strata satu (S 1) atau sarjana dan 22 orang berpendidikan Diploma III (D3) atau sarjana muda. Mereka masuk kanor sesuai jadwal mereka. Mereka juga mendapat giliran sebagai guru piket. c. Keadaan Karyawan MAN CIBINONG Adapun jumlah karyawan MAN CIBINONG adalah sebanyak 11 orang yang terdiri dari 9 orang sebagai tenaga administrasi dan 2 orang pesuruh.
3. Struktur Organisasi Adapun mengenai struktur organisasi tahun ajaran 2006/2007 telah disusun berdasarkan peraturan yang berlaku adalah : 1. Kepala Sekolah 2. Wakil Kepala Sekolah a. Wk. Kepala Sekolah Bid. Kesiswaan: b. Wk. Kepaka Sekolah Bid. Kurikulum :
32
3.
Kepala Urusan Tata Usaha :
4.
Staf a.
Staf Urusan Kesiswaan :
b.
Staf Urusan kurikulum :
5. Koordinator Mata Pelajaran 6. Guru Wali kelas 7. Guru mata pelajaran 8. Guru BK 9. Guru Pembina 10.
Guru Pengelola
11.
Siswa
33
STRUKTUR ORGANISASI Kepala Sekolah
Kepala TU
Komite Sekolah
Wakasek urusan kesiswaan/Humas/saran a dan prasarana
Wakasek Urusan Kurikulum dan Administrasi
Staff Kesiswaan
Staff Kurikulum
Coordinator Mata Pelajaran/BK
Guru Pembina
Guru Pengelola
Guru BK
Wali Kelas
Siswa
34
Guru Mata Pelajaran
B.
Pola Pelaksanaan Berbusana Muslimah di MAN CIBINONG MAN CIBINONG mayoritas siswanya beragama Islam. Dengan demikian,
sudah sepatutnya dalam mendidik siswa pihak sekolah berusaha mengarahkan siswa pada tujuan pendidikan yakni salah satunya adalah terbentuknya siswa yang beradaban, atau dengan kata lain membentuk manusia yang mempunyai keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Oleh kerena itu pihak sekolah telah melakukan berbagai upaya kearah tersebut yaitu dengan mewajibkan siswa untuk memakai busana muslimah tidak hanya di sekolah saja, tetapi di luar jam sekolah pun menjadi saku kewajiban. Sebagaimana yang sudah diketahui, kewajiban berbusana muslimah di MAN CIBINONG dengan tujuan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak al karimah. Adapun untuk pakaian yang dikenakan siswa, siswa memakai jilbab putih, baju putih lengan panjang dan rok abu-abu sedangkan bagi siswa laki-laki dianjurkan memakai baju putih lengan panjang, celana abu-abu panjang dan memakai peci. Pakaian tersebut dipakai siswa sepanjang hari-hari tersebut.
C.
Persepsi Siswa Terhadap Kewajiban Berbusana Muslimah Dalam penelitian ini yang diangkat adalah variable persepsi terhadap kewajiban
berbusana muslimah. Dari variable ini diperoleh dari penyebaran angket siswa kelas II MAN CIBINONG dengan jumlah item sebanyak 20 butir item yang selanjutnya diberuikan persentase pada data tesesebut sebagai upaya dalam mengetahui baik
35
buruknya persepsi siswa pada kewajiban berbusana muslimah. Berikut ini akan dipaparkan data frekuensi untuk masing-masing item dalam bentuk tabel berikut ini : Table IV Menutup Aurat Adalah Wajib Bagi Wanita Muslimah Alternative jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
F
%
52 16 1 69
75,3 32,2 1,5 100%
Dari total responden (69 orang), sebagian besarnya (75,5 %) menjawab sangat setuju bahwa menutup aurat merupakan kewajiban bagi setiap wanita muslimah. Hal ini karena pemahaman mereka terhadap Islam sudah begitu tinggi sehingga mereka menyadari bahwa menutup aurat akan Sebagian kecil responden (32,2 %) menjawab setuju, dan sedikit sekali responden yang menjawab tidak setuju. Sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada. Table V Menutup Aurat Mencegah Si Pemakai Dari Berbagai Macam Gangguan Alternative Jawaban
F
%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
40 26 3 -
57,0% 37,7 4,3 -
69
100%
Jumlah
36
Dari table diatas menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden (57,9 %) sangat setuju kalau menutup aurat dapat mencegah si pemakai dari berbagai macam gangguan, hampir setengah responden (37,7 %) menjawab setuju, dan sedikit sekali responden (4,3 %) yang menjawab tidak setuju, sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada. Table VI Memakai Baju Longgar Adalah Kewajiban F
Alternative 'awaban
%
Sangat setuju 14 20,3 Setuju 46 66,6 Tidak setuju 8 11,6 Sangat tidak setuju 1 1,5 Jumlah 69 100% Mengenai persepsi siswa bahwa memakai Pakaian yang longgar merupakan suatu kewajiban, sebagian kecil responden (20,3 %) menjawab sangat tidak setuju, lebih dari setengah responden (66,6 %) menjawab setuju, sedikit sekali responden (11,6 %) yang menjawab tidak setuju, sedangkan sedikit sekali responden (1,5 %) menjawab sangat tidak setuju. Table VII Memakai Baju Longaar Mencegah Niat Jahat Seseorang Alternative Jawaban
F
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
7 43 19 69
% 10,1 62,3 27,5 100%
37
Mengenai persepsi siswa tentang memakai pakaian longgar dapat mencegah dari niat jahat seseorang, sebagian kecil responden (10,1 %) menjawab sangat setuju, lebih dari setengah responden (62,3 %) menjawab setuju, dan sebagian kecil responden (27,5 %) menjawab tidak setuju, sedangkan yang menjawab sangat tidak setuju tidak ada. Tabel VIII Larangan Mengenakan Pakaian Transparan Alternative jawaban
F
%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju I Jumlah
48 12 2 7
69,6 17,4 2,9 10,1 100%
69
Sebagian responden (69,6%) menjawab sangat setuju bahwa memakai pakaian yang transparan (tembus pandang) akan menimbulkan keburukan bagi si pemakai, sedangkan sedikit sekali responden (17,4%) yang menjawab setuju, sedikit sekalo responden (2,9%) yang menjawab tidak setuju, dan sedikit sekali juga responden (10,1 %) yang menj awan sangat tidak setuju. Table IX Larangan Memakai Pakaian Mencolok Alternative Jawaban
F
%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
24 29 15 1 69
34,8 42 21,7 1,5 100%
38
Dari table diatas dapat diketahui bahwa hampir setengahnya responden (34,8%) menjawab sangat setuju, hampir setengah dari responden (42%) responden menjawab setuju, sebagian keeil responden (21,7%) menjawab tidak setuju. Hal ini karena mereka sedang dalam masa puber sehingga apapun yang dikenakannya harus beda dengan yang lain. Dalam penelitian ini juga sedikit sekali responden (1,5%) menjawab sangat tidak setuju. Table X Memakai Busana Muslimah Menunjukkan Identitas Si Pemakai Alternative jawaban
F
%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
26 34 9 69
37,7 49,3 13 100%
Dari table diatas dapat dilihat bahwa hampir setengahnya responden (37,7%) menjawab sangat setuju, hampir setengahnya juga responden (49,3%) menjawab setuju sedikit sekali responden (13%) menjawab tidak menjawab tidak setuju. Dalam penelitian ini tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. Pakaian Wanita Muslimah Tidak Boleh Menyerupai Pakaian Laki-Laki Alternative Jawaban
F
%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
22 35 12 69
31,9 50,7 17,4 100%
39
Pakaian muslimah harus tidak menyerupai pakaian laki-laki. Dari penelitian diatas sebagian kecil responden (31,9%) menjawab sangat tidak setuju setengahnya dari responden (50,7) menjawab setuju, sedikit sekali responden (17,4%) yang menjawab tidak setuju, dan tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. Table XV Dukungan Semua Pihak Terhadap Kewajiban Berbusana Muslimah Alternatif Jawaban
F
%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
36 27 6 69
52,2 39,1 8,7 100%
Dukungan semua pihak sangat diperlukan demi lancarnya pelaksaan kewajiban ini. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengahnya responden ( 52,2 % ) menjawab sangat setuju, hampir setengahnya juga responden ( 39,1 % ) menjawab setuju, sedikit sekali responden ( 8,7 % ) menjawab tidak setuju dan tidak ada responden yang menajawab sangat tidak setuju. Tabel XVI Kesungguhan Sekolah Mengawasi Siswa Memakai Busana Muslimah Alternatif Jawaban
F
%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
40 24 5 69
57,9 34,9 7,2 100%
40
Mengenai kesungguhan pihak sekolah dalam mengawasi siswa memakai busana muslimah, lebih dari setengahnya responden (57,9 %) menjawab sangat setuju, hampir setengahnya responden (34,9 %) menjawab tidak setuju. Sedangkan responden (7,2 %) menjawab tidak setuju. Sedangkan responden yang menjawab sangat tidak setuju tidak setuju. Alternatif Jawaban
F
%
Sangat setuju setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
13 27 27 2 69
18,8 39,1 39,1 2,9 100%
Dalam penelitian ini sebagaian kecil responden (18,8 %) menjawab sangat setuju, hampir setengahnya responden (39,1 %) menjawab setuju, hamper setengahnya juga responden (39,1 %) menjawab tidak setuju. Hal ini terjadi karena mereka dipengaruhi oleh jiwa mereka yang sedang puber sehingga mereka masih enggan memakai busana muslimah setiap hari,. Mereka berbusana muslimah karena diwajibkan oleh pihak sekolah. Dalam penelitian ini juga sedikit sekali responden (2,9 %) yang menjawab sangat tidak setuju. Table XVIII Berbusana Muslimah Mencerminkan Manusia Berperadaban Alternatif Jawaban
F
%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
36 25 6 69
25,2 39,1 8,7 100%
41
Persepsi siswa tetang mengenakan busana muslimah mencerminkan manusia yang berperadaban didukung oleh dari setengah responden (52,2 %) dengan menjawab sangat setuju, hampir setengahnya responden (39,2 %) menjawab setuju, sedikit sekali responden (8,7 %) menjawab tidak setuju. Dalam penelitian ini tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. Tabel XVIX Berbusana muslimah bukan berarti ketinggalan jaman Alternatif Jawaban
F
%
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
34 25 9 1 69
43,3 36,2 13 1,5 100%
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa hampir setengah responden (43,3%) menjawab sangat setuju, hampir setengahnya juga responden (36,2 %) menjawab setuju, sedikit sekali responden (13 %) menjawab tidak setuju. Sedangkan sedikit sekali juga responden (1,5 %) yang menjawab tidak setuju. Tabel XX Berbusana Muslimah Penampilan Makin Percaya Diri F
%
Sangat setuju Setuju
23 36
33,3 52,2
Sangat tidak setuju Jumlah
69
100%
Alternatif Jawaban
42
Sebagian kecil responden (33,3 %) menjawab sangat setuju bahwa berbusana muslimah membuat penampilan main percaya diri, lebih dari setengahnya responden (52,2 %) menjawab setuju, sebagian kecil responden (14,5 %) menjawab tidak setuju. Mereka lebih percaya diri berpakaian yang bukan busana muslimah karena dengan pakaian yang bukan busana muslimah mereka merasa lebih bebas bergaul. Dalam penelitian ini tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. Tabel XXI Berbusana muslimah tidak menghambat pergaulan Alternatif Jawaban Sangat setuju setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
F
%
34 25 9 1 69
43,3 36,2 13 1,5 100%
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa hampir setengahnya responden (46,4 %) menjawab sangat setuju bahwa berbusana muslimah tidak akan menghambat pergaulan dengan teman, hampir setengahnya juga responden (49,3 %) menjawab setuju, sedikit sekali responden (4,3 %) menjawab tidak setuju. Dalam penelitian ini tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju.
43
Tabel XXII Berbusana muslimah dapat menimbulkan jiwa yang tenang Alternatif jawaban
F
Sangat setuju setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
31 36 2 69
%a 44,9 52,2 2,9 100 %
Berbusana muslimah dapat menimbulkan jiwa yang tenang, dalam hal ini hampir setengahnya responden (44,9%) menjawab sangat setuju, lebih dari setengahnya responden (52,2%) menjawab setuju, dan sedikit sekali responden (2,9%) menjawab tidak setuju. Sedangkan tidak ada responden yang menjawab sangat tidak setuju. Tabel XXIII Berbusana Muslimah Dilakukan Setiap Siswa Yang Berseragam Islam Alternatif Jawaban Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju Jumlah
F
%
13 19 33 4 69
18,8 27,5 47,8 5,8 100%
Mengenai persepsi siswa tentang berbusana muslimah harus dikenakan setiap wanita muslimah, sebagian kecil responden (18,8%) menjawab sangat setuju, sebagian kecil juga responden (27,5%) menjawab setuju, hampir setengahnya
44
responden (47,8 %) menjawab tidak setuju. Sedangkan sedikit sekali responden (5,8%) yang menjawab sangat tidak setuju. Adapun dalam membuat tabel distribusi frekuensi data secara keseluruhan diadakan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi relative (distribusi persentase ). Dalam pembuatan tabel distribusi tersebut perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut : a.
Mencari highest score ( H ) dan lowest score ( L ) Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa H = 57 dan L = 31
b.
Menempatkan luas penyebaran skor yang ada atau mencari banyaknya skor mulai dari skor terendah sampai skor tertinggi yang biasa di sebut total range ( R ) dengan menggunakan rumus : R=H–L+1
Dimana R
= total range
H
= highest score
L
= lowest score
1
= bilangan kostan
Seperti yang sudah diketahui bahwa H = 57 dan L = 31 maka diperoleh; R = 57-32 + 1 =27 c.
Menetapkan
besarnya
kelompok
data
untuk
masing
-
masing
dikelornpokkan data atau disebut interval. Dalam menetap interval digunakan aturan stugges dengan rumus :
45
K = 1 + 3,32. log. 69 1 R K
Dimana
Jika dimasukkan kedalam rumus, maka : K
= 1 + 3,32.1og. 69 = 1 + 3.32. 1,8 = 6,9 atau 7
I
=
27 7
= 3,8 atau 4z d.
Menetapkan frekuensi relative (angka persen) dengan menggunakan rumus P
Fx100% N
Dimana : F = Freluensi N = Number pf cases P = angka persentase
46
Table XXIV Distribusi Frekuensi Tentang Persepsi Siswa Terhadap Kewajiban Berbusana Muslimah di MAN CIBINONG Interval 55-58 51-54 47-50 43-46 39-42 35-38 31-37 IJumlah
Frekuensi 4 9 17 19 8 8 4 N=69
Persentase 5,79% 13,04% 24,64% 27,54% 11,59 11,59 5,79 100%
Pada table diatas dapat diperoleh gambaran siswa yang memperoleh skor 5558 sebanyak 4 orang atau 5,79% siswa yang memperoleh skor 51-54 sebanyak 9 orang atau 13,04, siswa yang memperoleh skor 47-50 sebanyak 17 orang atau 24,64%, siswa yang memperoleh skor 43-46 sebanyak 19 orang atau 27,59%, siswa yang memperoleh skor 39-42 sebanyak 8 orang atau 11,59%, siswa yang memperoleh skor 35-38 sebanyak 8 oramg atau 11,59%, siswa yang memperoleh skor 31-37 sebanyak 4 orang atau 5,79%. Dari perolehan data diatas dapat dibuat criteria persepsi siswa terhadap kewajiban berbusana muslimah sebagai berikut : a. Pada skor 51-58 dikategorikan sangat baik dan ini dicapai oleh siswa sebanyak 13 orang. b. Pada skor 43-50% dikategorikan baik dan ini dicapai oleh siswa sebanyak 36 orang
47
c. Pada skor 35-42 dikategorikan sedang danini dicapai oleh siswa sebanyak 20 orang d. Pada skor 31-34 dikategorikan buruk dan ini dicapai oleh siswa sebanyak 4 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap kewajiban berbusana muslimah sebagian kecil responden yang berada pada kategori sangat baik (18,84%), lebih dari setengah responden yang berada pada kategori baik (52,17%) dan sebagian kecil responden yang berada pada kategori sedang (23,19%) serta sedikit sekali responden yang berada pada kategori buruk (5,80%).
48
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini membahas tentang persepsi siswa terhadap kewajiban berbusana muslimah di MAN CIBINONG. Ada beberapa kesimpulan yang diambil, yaitu : 1. Pola pelaksanaan kewajiban berbusana muslimah di MAN CIBINONG berjalan dengan baik. Kebijakan ini bertujuan untuk membentuk insane yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt, dan juga membentuk manusia ber-akhlak al-karimah. 2. Persepsi siswa terhadap kewajiban berbusana muslimah di MAN CIBINONG didasarkan pada beberapa factor, antara lain harus menutup seluruh tubuh (aurat) tidak transparan, longgar, tidak menyerupai pakaian laki-laki, tidak bersifat mencolok (glamour) dan tidak menyerupai pakaian wanita kafir. Setelah dihitung, diperoleh data sebagian kecil berada pada taraf sangat baik (19,19%), lebih dari setengah berada pada kategori baik (52,18%) dan sebagian kecil berada pada kategori sedang (23,91%) serta sedikit sekali yang berada pada kategori buruk (5,80%) B. Saran-saran 1. Kepada MAN CIBINONG sebagai lembaga tempat penelitian ini dilaksanakan, dalam upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, hendaknya lebih meningkatkan lagi pengawasan kepada siswa disamping mewajibkan siswa berbusana muslimah agar mereka terhindar dari hal-hal yang 49
tidak diinginkan bersama mengingat mereka masih sangat perlu bimbingan dan arahan agar mereka semakin memahami dan menghayati agama Islam sepenuh hati. 2. Kepada lembaga penyelenggaraan penelitian, yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hendak meningkatkan minat mahasiswa khususnya mengenai kewajiban berbusana muslimah pada siswa lembaga pendidikan menegah. Kemudian alangkah baiknya apabila penelitian ini dapat ditindaklanjuti di tempat penelitian lain, sebagai hipotesa ini. 3. Kepada pihak-pihak lain yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung, hendaknya lebih mendukung kewajiban berbusana muslimah ini mengingat siswa-siswi merupakan generasi penerus bangsa sehingga mereka harus dididik dan dibiasakan sedini mungkin dalam menghayati agama Islam.
50
DAFTAR PUSTAKA A.hinadi, Abu dan Widodo Supriono, Psikologi Belajar, Jakarta, Rineka Cipta, 1991, Cet. ke-6 Al-Fauzan, Syaik Abdullah Shalih, Kriteria Busana Muslimah, Jakarta, Khazana Shun, 1995, Cet ke-1 Al-Ghifari, Abu, Kudung Gaul: Berjilbab Tapi Telanjang, Bandung, Mujahid, 2002, Cet. Ke-2 Depdikbud, LTU RI N0.2 TAHUN 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, CV. EKO JAYA, 1989, Cet. Ke-1 Dirjen pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum/ GBPP Pendidikan Agama Islam Tahun 1994, Jakarta, Depag RI, 1994 Fachruddin, Fuad Mohd, Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Mata Islam, Jakarta, CV. Pedoman Ilmu Jaya,1991, Cet. Ke-2 Ibn Haj, Mulhandy, et, al, Enam Puluh Satu Tanya Jawab Tentang Jilbab (Kerudung), Yogyakarta, Salahuddin Press, 1992, Cet. Ke-3 Isadiyanto, Hikmah Jilbab dan Pembinaan Akhlak, Solo, Ramadhani, 1998 Karzun, Aliinad Hasan, Adab Berpakaian Pemuda Islam, Jakarta, Darul Falah, 1999, Cet. Ke-1 Khattab, Huda, Buku Pegangan Wanita Islam, Bandung, Al-Bayan, 1990, Cet Ke-2 Labib Mz, Wanita dan Jilbab, Gresik, CV. Bulan Bintang, 1999, Cet. Ke-1
Purwadarminta, W.J.S, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1987 Sabili, No. 4 07 TH. X 17 Oktober 2002/10 Syaban 1423, Seputar Intruksi Jilbab Walikota Sabri, M Alisuf, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, Jakarta, Pedoman Ilmu Jaya, 1997, Cet. Ke-2 Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta, Bulan Bintang, 1991, Cet. Ke-6 Shahab, Husein, Jilbab Menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, Bandung, Mizan, 2000, Cet. Ke-10 Shihab, M. Quraish, Lentera Hati : Kisah dan Hikmah Kehidupan, Bandung, Mizan, 1998, Cet. Ke-13 Shihab, Quraish, Wawasan Al-Qur'an, Bandung, Mizan, 1996, Cet. Ke-4 Sutiretna, Nina, et. Al, Anggun Berjilbab, Bandung, Al-Bayan, 1995, Cet. Ke-2 Thalib, M, Analisa dalam Bimbngan Islam, Surabaya, Al-Ikhlas, 1987 UU RI NO. 2 TAHUN 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, CV, Eko Jaya, 1989, Cet. Ke-1 Widhagdo, Djoko, Pendidikan Seumur Hidup Khususnya untuk Penyandang Cacat di Indonesia, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Islam Media, IAIN Semarang, Edisi 2/IV/April/1995