PERSEPSI SEKOLAH DASAR PENGGUNA TERHADAP KINERJA MAHASISWA PPL PGSD FKIP UNIVERSITAS PAKUAN Oleh: Yuyun Elizabeth Patras, Rais Hidayat Universitas Pakuan Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi sekolah dasar pengguna terhadap kinerja mahasiswa Program Pengalaman Lapangan (PPL) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pakuan. Desain penelitian ini menggunakan survei terhadap persepsi sekolah pengguna PPL PGSD Unpak. Data dari penelitian ini diperoleh dari hasil penilaian guru pamong terhadap kinerja mahasiswa PPL PGSD tahun 2013 dan 2014, kedua data tersebut dilengkapi dengan data hasil interview terhadap sekolah pengguna untuk mendalami temuan dari kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan di 26 Sekolah Dasar di Kota dan Kabupaten Bogor. Analisis data menggunakan statistik deskriptif didasarkan pada kisi-kisi kinerja mahasiswa PPL. Temuan atas data dari kuesioner diperdalam dengan wawancara ke sejumlah guru pamong yang mengetahui dengan jelas kinerja mahasiswa PPL. Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata paling kecil terdapat pada pernyataan mengenai kemauan sekolah pengguna untuk menceritakan kebaikan mahasiswa PPL PGSD ke sekolah lain. Nilai rata-rata terkecil kedua yaitu pernyataan yang berisi kurangnya interaksi mahasiswa PPL PGSD dengan warga sekolah tempat mereka PPL dan terakhir yaitu pernyataan yang berisi tentang mahasiswa PPL PGSD ikut membina ektrakurikuler. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial dan motivasi mahasiswa PPL PGSD perlu diperbaiki agar lebih meningkat lagi. Kata kunci: persepsi, kinerja, Program Pengalaman Lapangan PENDAHULUAN Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas pendidikan salah satunya denngan meningkatkan kualitas guru. Alasan peningkatan kualitas guru karena dari 2,7 juta guru, menurut data tahun 2009 sebanyak 65 persen guru berpendidikan dibawah 4 tahun, bukan sarjana (Fasli Jalal, 2009). Profesionalisme guru jika dibandingkan dengan profesional lainya seperti dokter dan pengacara dinilai tertinggal. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru tersebut, pemerintah Indonesia melalui undang-undang guru dan dosen (UUD No.14/2005) mewajibkan semua guru harus berpendidikan starta 1 (S1) dan guru harus 40
mendapat sertifikat guru profesional. Selain memperbaiki kualitas pendidikan guru, pemerintah Indonesia juga memperbaiki pendapatan guru, khususnya guru yang bersertifikat profesional. Perhatian pemerintah Indonesia yang besar terhadap guru berimplikasi positif. Sebelum tahun 2005, generasi muda Indonesia tidak berminat menjadi guru, kerena pendapatan guru sangat kecil sehingga kesejahteraan mereka hidup terancam. Kini minat generasi muda Indonesia menjadi guru meningkat. Generasi muda Indonesia, khususnya perempuan berduyun-duyun memasuki fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Hasil observasi ke beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta menunjukan bahwa fakultas keguruan dan pendidikan, khususnya program studi pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) sangat diminati calon mahasiswa. Sejalan dengan upaya pemerintah memperbaiki kualitas guru, Universitas Pakuan pada tahun 2007 membuka program studi pendidikan guru sekolah dasar (Prodi PGSD). Prodi ini berada di bawah naungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Sejak dibuka sampai saat ini, Prodi PGSD diminati banyak calon mahasiswa. Grafik penerimaan mahasiswa di Prodi terus meningkat. Angkatan tahun 2013/2014 lebih dari 300 mahasiswa. Padahal Prodi lain seperti Biologi, Bahasa Inggis dan Bahasa Indonesia hanya menerima kurang dari 150 orang. Prodi PGSD FKIP Unpak memiliki visi yaitu menjadi perguruan tinggi penyelenggara pendidikan guru Sekolah Dasar yang unggul dan terdepan serta kompetitif dalam menghasilkan
calon guru SD yang memiliki kompetensi,
religius, dan penuh tanggung jawab. Adapun misinya yaitu: (1) menyelenggarakan pendidikan guru/calon guru SD untuk menghasilkan guru yang profesional dan religius, bermoral, memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan masyarakat serta dapat melakukan pembinaan/pengembangan SD, (2) meningkatkan kualitas guru SD, (3) melaksanakan kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, dan (4) membantu pemerintah dalam penyelenggaraan program studi S1 PGSD (Panduan Studi FKIP, 2011-2012).
41
Tujuan yang hendak dicapai prodi PGSD yaitu: (1) menghasilkan guru SD yang berkepribadian utuh, bertakwa, berbudi luhur, serta memiliki komitmen pada profesi keguruan, (2) memahami peserta didik baik pertumbuhan jsmani maupun rohaninya, (3) menguasai tekhnik dan metodologi pendidikan dan pembelajaran di sekolah dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut, prodi PGSD membekali calon guru SD dengan 30 mata kuliah antara lain: agama, psikologi, ilmu sosial, ilmu alam,
kewarganegaraan,
bahasa
inggris,
bahasa
Indonesia,
matematika,
manajemen, dan statistik (Panduan Studi FKIP, 2011-2012). Sejak berdiri tahun 2007 Prodi PGSD sudah meluluskan 3 angkatan kurang lebih sebanyak 600 mahasiswa. Guna memenuhi tujuan di atas, Prodi PGSD FKIP Unpak terus berupaya agar lulusanya sesuai berkualitas sesuai standar yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu Prodi PGSD FKIP Unpak
terus memberikan atau membekali
mahasiswanya dengan serangkaian mata kuliah yang berkesinambungan dengan metode yang beragam. Hal ini bertujuan untuk melatih para mahasiswa menerapkan konsep-konsep
yang dipelajari
di
perkulihan dan mampu
menerapkannya di sekolah dasar di kemudian hari. Salah satu upaya nyata dalam mewujudkan kualitas calon guru di PGSD yaitu melaksaanakan Program Pengenalan Lapangan (PPL). PPL merupakan muara seluruh program pendidikan pengajaran prajabatan guru. Oleh karena itu dalam pelaksanaanya perlu terjadwal sehingga praktikan memiliki kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi serta diharapkan mampu menarik pembelajaran dari pengalamanya selama latihan melalui refleksi yang merupakan salah satu ciri penting pekerjaan profesional. Mahasiswa PGSD wajib melaksanakan PPL selama 3 bulan di sekolah dasar yang sudah ditentukan. Selama 3 bulan tersebut, mahasiswa melaksanakan observasi, melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan kegiatan lain seperti ektra-kulikuler dan pramuka. Selama mengikuti program tersebut, mahasiswa didampingi dosen pembimbing dan guru pamong. Dari mata kuliah tersebut mahasiswa diharuskan mengekplor segala kemampuanya untuk menunjukan kinerja terbaik sebagai guru sekolah dasar. 42
Hasil wawancara dengan guru pamong dan observasi di sekolah dasar tempat
mahasiswa
PGSD
melakukan
PPL,
terdapat
indikasi
adanya
kekurangmaksimalan mahasiswa PGSD dalam melakukan PPL. Indikasi tersebut antara lain masih adanya mahasiswa PPL yang terlambat datang saat harus mengajar, interaksi mahasiswa PPL dengan lingkungan SD masih kurang, komunikasi dan konsultasi antara mahasiswa PPL dan guru pamong masih kurang dan keterbukaan antara guru pamong dan mahasiswa PPL PGSD yang kurang maksimal. Adanya masalah tersebut mendorong perlunya penelitian secara lebih komprehensif dan mendalam atas kinerja mahasiswa PPL PGSD FKIP Unpak. Selama ini belum ada survei komprehensip mengenai sejauh mana pengguna, dalam hal ini sekolah tempat mahasiswa PPL, menyampaikan persepsinya. Mengetahui persepsi pengguna atas kinerja mahasiswa PPL sangat diperlukan untuk melakukan perubahan-perubahan yang lebih baik dalam pelaksanaan PPL Mahasiswa PGSD. Berdasarkan latar belakang di atas proposal ini diajukan untuk melakukan survei persepsi pengguna mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar terhadap Budaya Akademik di Prodi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Pakuan. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana persepsi sekolah pengguna terhadap kinerja mahasiswa PPL Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Kegurauan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pakuan? Urgensi Penelitian memperkaya konsep kinerja, mendapatkan indikator awal untuk mengukur kemajuan program PPL Mahasiswa PGSD, Bahan untuk berkontribusi dalam membentuk pelaksanaan PPL Mahasiswa PGSD yang efektif dan
efisie
daan
menjadi
referensi
untuk
penelitian
selajutnya
dalam
pengembangan PPL Mahasiswa PGSD FKIP Unpak. Wirawan menyatakan kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsifungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu (Wirawan, 2009). Menurut Prawirosentono dalam Husnaeni Usman, kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai 43
tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Husaini Usaman, 2009). Veithzal Rivai (2006) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar
hasil kerja, target
atau kriteria yang telah disepakati bersama.
Sedarmayanti menyatakan: Performance sebagai prestasi kerja, pencapaian kerja atau hasil kerja unjuk kerja/penampilan kerja (2001). Berdasarkan teori tersebut kinerja standarisasi hasil kerja suatu instansi sangat diperlukan karena akan mudah mengukur hasil kerja setiap pegawainya. Kinerja merupakan pernyataan sejauh mana seseorang telah memainkan perannya dalam melaksanakan strategi organisasi, baik dalam mencapai sasaran-sasaran khusus yang berhubungan dengan peranan perseorangan dan atau dengan memperlihatkan kompetensi-kompetensi yang dinyatakan relevan bagi organisasi apakah dalam suatu peranan tertentu, atau secara lebih umum. Stephen P. Robbins (2009) menyatakan bahwa kinerja merupakan hasil kerja dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Anwar Prabu, 2010).
Ivancevich (2010) menyatakan, kinerja adalah sebuah
proses pada setiap level Sumber Daya Manusia untuk menyelaraskan kerja karyawan dengan garis tujuan perusahaan yang telah ditetapkan agar efektif dan dapat memberikan umpan balik kepada karyawan tersebut tentang kinerjanya. Teori di atas dapat dirumuskan bahwa
kinerja
adalah produk yang
dihasilkan oleh seorang pegawai dalam satuan waktu yang telah ditentukan dengan kriteria tertentu pula. Produknya dapat berupa layanan jasa dan barang. Satuan waktu yang ditentukan bisa satu tahun, dua tahun, bahkan lima tahun atau lebih. Kriteria ditentukan oleh persyaratan yang telah ditetapkan oleh pihak berwenang yang mengadakan penilaian kinerja.
44
Penilaian kinerja (performance appraisal) pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja dilakukan secara periodik dan sistematis tentang prestasi kerja atau jabatan seorang tenaga kerja, termasuk potensi pengembangannya (Henry Simamora, 2004). Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2001) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu: 1) Kemampuan 2) Motivasi 3) Dukungan yang diterima 4) Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan, dan 5) Hubungan mereka dengan organisasi. Faktor-faktor di atas dapat dijadikan pedoman bagi organisasi dalam menilai setiap kinerja karyawannya. Kinerja menekankan pada aspek hasil kerja, yang tujuannya telah ditetapkan dibandingkan dengan atau pengorbanan yang dikeluarkan untuk mencapai hasil. Berdasarkan teori di atas bahwa penilaian kinerja sangat diperlukan dalam setiap jenjang tertentu di setiap organisasi secara berkala guna mengembangkan pontensi
karyawan yang ada, dengan garis tujuan perusahaan yang telah
ditetapkan. Ukuran kinerja merupakan instrumen yang dapat digunakan oleh kepala sekolah dalam menilai kinerja guru dengan menggunakan standar-standar tertentu. Penilaian kinerja tersebut menurut Ronald T. C. Boyd dalam Djudju Sudjana untuk melayani dua tujuan, yaitu: 1) Untuk mengukur kompetensi guru dan 2) Mendukung pengembangan profesional. Sistem penilaian kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs) dan dapat memberikan peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta mendapat konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidikan atau guru lainnya serta untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas (2000). Berdasarkan teori diatas, dapat dirumuskan kinerja adalah hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang pegawai dalam satuan waktu yang telah ditentukan dan kriteria yang ditentukan yang dapat dinilai secara kualitas dan kuantitatif pencapaiannya sesuai dengan visi yang diemban organisasi. 45
Berdasarkan pengertian kinerja di atas, kinerja guru tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yaitu faktor pengetahuan, keterampilan, dan motivasi. Adapun aspek-aspek kinerja adalah:1) kualitas kerja, 2) ketepatan waktu, 3) prakarsa,4) kemampuan, dan 5) komunikasi. Kelima aspek tersebut dapat dijadikan acuan dalam menganalisa tingkat kinerja seseorang dalam suatu organisasi (Mahmudi, 2005). Kinerja guru yang berkualitas dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang tinggi. Hal ini ditandai dengan nilai ulangan dan berbagai tes sumatif maupun nilai akhir semester yang baik. Selain itu, ada perubahan tingkah laku baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor. Untuk mengarah pada kinerja yang berkualitas maka proses pembelajaran juga harus berkualitas. Pembelajaran yang berkualitas diarahkan pada metode pembelajaran serta penguasaan materi pembelajaran yang baik. Kinerja berkaitan dengan hasil pelaksanaan tugas pekerja, sehingga kinerja berhubungan dengan masalah produktivitas, yakni perbandingan antara hasil (output) dengan masukan (input). Menurut Soedarmayanti, faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: 1) sikap mental (motivasi kerja, disiplin kerja, etika kerja), 2) pendidikan, 3) keterampilan, 4) manajemen kepemimpinan, 5) tingkat penghasilan, 6) gaji dan kesehatan, 7) jaminan sosial, 8) iklim kerja, 9) sarana dan prasarana, 10) teknologi, 11) kesempatan berprestasi (Soedarmayanti, 2000). Idochi Anwar (2000) menyatakan kinerja guru didasarkan pada beberapa kompetensi yang harus dimiliki dan dijalankannya sesuai dengan tuntutan pendidikan yaitu : (a) Kemampuan profesional yang mencakup: penguasaan pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan itu; penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa; (b) Kemampuan sosial, mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru; (c) Kemampuan personal guru, mencakup: penampilan sikap yang positif terhadap 46
keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya: pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh guru, penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswa. Sardiman (2000) menyatakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai alat ukur kinerja adalah : menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi, program bimbingan dan penyuluhan di sekolah, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Berdasarkan teori- teori di atas dapat disintesiskan bahwa kinerja guru adalah unjuk kerja guru yang dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya menujukkan sikap yang kompeten secara personal, sosial, akademik dan profesional. Manusia memiliki kemampuan untuk mempersepsikan sesuatu. Persepsi seseorang pada objek yang sama, bisa dipersepsikan secara berbeda oleh orang lain. Oleh karena itu, membentuk persepsi yang sama atas suatu objek yang sama perlu dilakukan jika seorang pemimpin ingin melakukan perubahan. Misalnya ketika ketua program studi akan melakukan perubahan budaya akademik di prodi tersebut, maka harus ada upaya bersama agar mepersepsikan bahwa budaya akademik itu penting. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di lingkungannya. Persepsi mengandung arti yang sangat luas. Berbagai ahli telah memberikan definisi yang beragam tentang persepsi. Kreitner dan Kinicki (2010) mendefinisikan perception is a cognoitive process that enables us to interpret and understand our suroundings (persepsi merupakan sebuah proses kognitif yang membantu kita untuk menginterpretasi dan memahami apa yang ada dalam lingkungan kita). menjelaskan
bahwa
terdapat
4
tahapan 47
dalam
Kreitner dan Kinicki proses
persepsi
yaitu:
memperhatikan
secara
menyeluruh
(selective
attention/comprehension),
mengkode dan menyederhanakan (encoding and simplication), menyimpan dan mempertahankan (storage and retention), dan menambah dan merespon (retrievel and response). Mc Shane dan Von Glinow (2010) mendefinisikan perception is the process of receiving information about and making sense of the world around us (persepsi adalah proses penerimaan dan pengelolaan informasi mengenai lingkungan yang ada dalam kehidupan manusia). Menurut Mc Shane dan Von Glinow kualitas persepsi seseorang ditentukan seberapa hebat proses selective attention, yaitu proses seseorang melakukan seleksi dan sekrining atas berbagai informasi. Seleksi informasi juga ditentukan oleh karakteristik seseorang atas objek yang dipersepsikan, ukuran informasi, intensitas informasi, kecepatan informasi, pengulangan informasi dan kebaruan ingformasi. Griffin dan Moorhead (2007) mendefinisikan perception is the set of process by which an individual becomes aware of and interpretes information about the environment (persepsi adalah proses yang dilakukan dalam diri individu sehingga individu tersebut menjadi sadar dan mampu menginterpretasikan informasi tentang lingkungannya). Griffin dan Moorhead menjelaskan bahwa proses persepsi terdiri dari dua bentuk yaitu selective perception, yaitu proses seseorang mengskrining atau menyeleksi informasi dan stereotyping, yaitu seseorang memberikan lebel atau kategori pada informasi. Philip Kotler (1993) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur, dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses kategorisasi dan interpretasi yang bersifat selektif. Adapun faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang adalah katakteristik orang yang dipersepsi dan faktor situasional. Sugihartono, dkk (2007) kemampuan
otak
dalam
mengemukakan bahwa persepsi adalah
menerjemahkan
stimulus
atau
proses
untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada yang 48
mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Bimo Walgito (2004) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.
Berdasarkan hal
tersebut,
perasaan, kemampuan berfikir,
pengalaman pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu satu dengan individu lain. Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan cara yang berbeda - beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang berbeda-beda dengan menggunakan
alat
indera
yang
dimiliki,
kemudian
berusaha
untuk
menafsirkannya. Persepsi baik positif maupun negatif ibarat file yang sudah tersimpan rapi di dalam alam pikiran bawah sadar kita. File itu akan segera muncul ketika ada stimulus yang memicunya, ada kejadian yang membukanya. Persepsi merupakan hasil kerja otak dalam memahami atau menilai suatu hal yang terjadi di sekitarnya (Waidi, 2006). Jalaludin Rakhmat (2007) menjelaskan persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan: “persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem alat indera manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera,pengenalan pola, dan perhatian.
49
Menurut Sunaryo (2004: 98) syarat-syarat terjadinya persepsi adalah sebagai berikut: (1) adanya objek yang dipersepsi, (2) Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi, (3) Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.Faktor yang mempengaruhi Persepsi menurut Miftah Toha (2003) adalah sebagai berikut: (1) faktor internal antara lain perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi. (2) faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek. Menurut Bimo Walgito (2004) faktor- faktor yang berperan dalam persepsi yaitu: (1) objek yang dipersepsi menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. (2) alat indera, syaraf dan susunan syaraf Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat membentuk persepsi seseorang, (3) perhatian, yaitu menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek. Faktor yang mempengaruhi persepsi menurut Vincent (1997) adalah pengalaman masa lalu, keinginan dan pengalaman. Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi seseorang karena manusia biasanya akan menarik kesimpulan yang sama dengan apa yang ia lihat, dengar, dan rasakan. Keinginan dapat mempengaruhi persepsi seseorang dalam hal membuat keputusan. Manusia 50
cenderung menolak tawaran yang tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Pengalaman dari teman-teman, dimana mereka akan menceritakan pengalaman yang telah dialaminya. Hal ini jelas mempengaruhi persepsi seseorang. Berdasarkan paparan di atas dapat disintesiskan bahwa persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam diri individu yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan sehingga individu sadar akan segala sesuatu yang ada dalam lingkungannya. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi sekolah dasar pengguna terhadap kinerja mahasiswa PPL Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pakuan. Sehubungan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini akan menggunakan desain penelitian survei terhadap persepsi sekolah pengguna PPL PGSD Unpak. Penelitian ini mengambil data dari data hasil penilaian guru pamong terhadap kinerja mahasiswa PPL PGSD tahun 2013 dan 2014, data hasil kuesioner yang diisi oleh guru koordinator di sekolah pengguna mahasiswa PPL PGSD. Kedua data tersebut dilengkapi dengan data hasil interview terhadap sekolah pengguna untuk mendalami temuan dari kuesioner. Penelitian ini dilaksanakan terhadap Sekolah Dasar di Kota dan Kabupaten Bogor yang menggunakan mahasiswa PPL PGSD. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014Januari 2015. Analisis data menggunakan statistik deskriptif yaitu menjelaskan pengolahan statistik berdasarkan ukuran rata-rata, modus, simpangan baku, dll. Analisis berdasarkan pada kisi-kisi kinerja mahasiswa PPL sebagai guru yang diteliti dalam penelitian ini. Temuan atas data dari kuesioner diperdalam dengan wawancara ke sejumlah guru pamong yang mengetahui dengan jelas kinerja mahasiswa PPL 2014.
51
HASIL PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana persepsi sekolah dasar pengguna terhadap kinerja mahasiswa PPL Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Kegurauan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Pakuan. Guna menjawab pertanyaan tersebut, penelitian ini mendeskripsikan data hasil akhir mahasiswa PPL PGSD, kemudian menggunakan statistik deskriptif menguraikan hasil kuesioner dari sekolah dasar yang menjadi tempat PPL mahasiswa PGSD FKIP Unpak. Terdapat 32 sekolah dasar yang menjadi tempat PPL, namun
dalam
penelitian ini hanya 26 sekolah dasar yang dijadikan sampel. Adapun responden dalam penelitian ini yaitu guru koordinator PPL yang bertugas di sekolah. Persepsi dari guru koordinator
tempat mahasiswa PPL PGSD dapat
dijadikan sebagai persepsi yang reliabel atau dapat dipertanggungjawabkan karena guru koorditor PPL memiliki tugas yang penting dalam pelaksanaan PPL PGSD, antara lain:
(1) Menyusun rencana dan penjadualan kegiatan PPL dan
mengkomunikasikannya kepada doosen pembimbing, guru pamong dan mahasiswa, (2) Menciptakan kondisi dan situasi yang baik untuk memperlancar program Pengalaman Lalangan, (3) Melaksanakan supervisi terhadap mahasiswa pratikan, (4) Mengkomunikasikan, memantau dan mengevaluasi kegiatan pembimbingan yang dilaksanakan guru pamong terhadap mahasiswa praktikan, (5) Menyediakan instrument-instrumen dan sarana teknis administrative yang diperlukan secara khusus dalam pelaksanaan PPL, (6) Mewakili kepala sekolah bila berhalangan hadir dalam memberikan laporan, kesan-kesan dan hambatan mahasiswa kepada dosen pembimbing dan panitia PPL FKIP Unpak, (6) Menyampaikan informasi kepada panitia PPL apabila terjadi perubahan guru pamong karena tugas lain, (7) Mengadakan control terhadap aktivitas-aktivitas mahasiswa secara kontinuantara lain menerima laporan rutin dan insidentil baik lisan maupun tulisan dan mengadakan pertemuan-pertemuan dengan guru pamong untuk mengevaluasi kemajuan atau keberhasilan program latihan pengalaman lapangan.
52
Tabel 1. Nama-nama SD Tempat PPL Mahasiswa PGSD No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Nama Sekolah Dasar Semeru 1 Pertiwi 1 Batu Tulis 2 Pengadilan 2 Batu Tulis 1 Bantarjati 9 Panuaragan 1 Ciheuleut 2 Polisi 1 Semplak 1 Bondes Panoragan 3 Kencana Muara Beras
No 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Nama Sekolah Dasar Lawang Gintung 1 Pengadilan 5 Sindang sari Batu Tulis 2 Polisi 5 Polisi 4 Papandayan 9 Ciayung 01 Polisi 2 Pajajaran Panoragan 2 Bantarjati 9
Berkaitan dengan kinerja mahasiswa PPL PGSD dapat dijelaskan bahwa kinerja mahasiswa PPL PGSD diukur dengan berbegai indikator. Secara umum terdapat 7 indikator kinerja mahasiswa PPL PGSD, yaitu: (1) Kelengkapan administrasi guru, (2) Kelengkapan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu sebanyak 9 RPP, (3) Pelaksanaan pembelajaran, (4) Kegiatan penunjang, (5) Ujian PPL, (6) Laporan PPL, dan (7) Sikap atau tatakrama dan kedisiplinan. Untuk kegiatan penunjang terdiri dari 3 kegiatan, yaitu mengikuti upacara bendera, piket, dan berpartisipasi aktif dalam ekstrakurikuler. Indikator di atas masing-masing diberikan bobot sebagai berikut: untuk indkator 2, 3 dan 6 diberikan bobot 4, untuk indikator 4 dan 7 diberikan bobot 3, untuk indikator 1 diberikan bobot 2 dan indikator terbesar diberikan pada indikator ujian PPL dengan bobot 5. Jika ditotal dari 7 indikator tersebut berjumlah 25. Sedangkan rentang skor untuk tiap indikator yaitu 1 s.d 4, sehingga jumlah tertinggi adalah 4 dan terendah 1. Adapun mahasiswa PPL PGSD dinyatakan mendapat nilai A jika mendapat rentang nilai antara 3,50 s.d 4,00, nilai B antara 3,00 s.d 3,49, dan C antara 2,49 s.d 2,99. Berdasarkan data dari 60 mahasiswa PPL tahun 2013 dan 2014 dari SDN Muaraberes, SDN Pajeleran, SDN Bantarjati, dan SDN Pajajaran diperoleh data 53
bahwa secara umum mahasiswa PPL PGSD memperoleh nilai antara 3,50 s.d 4,00. Ini berarti dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja mahasiswa PPL PGSD sangat baik karena hampir seluruh mahasiswa PPL PGSD mendapat nilai A. Nilai sangat baik atas kinerja mahasiswa PPL PGSD tersebut terkonfirmasi dengan penelitian ini. Survei yang dilakukan terhadap 26 sekolah pengguna menunjukkan bahwa persepsi sekolah pengguna atas kinerja mahasiswa PPL PGSD bermakna baik. Persepsi sekolah pengguna atas mahasiswa PPL PGSD Unpak, jika menggunakan ukuran nilai rata-rata dari nilai 1 s.d 5, dengan kategori makna 0 s.d 1,5 = sangat kurang, 1,6 s.d 2,5 = kurang, 2,6 s.d 3,5 = cukup, 3,6 sd 4,5 baik, dan 4,6 sd 5 = sangat baik, diperoleh nilai rata-rata sebesar 4,48, ini berarti persepsi sekolah pengguna PLL PGSD bermakna baik.
Tabel dibawah ini
mendeskripsikan pernyataan-pernyataan yang berisi persepsi sekolah pengguna terhadap kinerja mahaiswa PPL PGSD Unpak:
No
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10
Tabel 2 Nilai Rata-rata Persepsi Sekolah Pengguna Pernyataan Nilai rataMakna rata dari 1 s.d 5 Mahasiswa PPL PGSD memenuhi 4,73 Sangat baik standar kosopanan dalam berpakaian Mahasiswa PPL PGSD berperilaku 4,76 Sangat baik ramah dan sopan Mahasiswa PPL PGSD menyiapkan RPP 4,84 Sangat baik sebelum mengajar Mahasiswa PPL PGSD berkonsultasi 4,57 Baik sebelum mengajar Mahasiswa PPL PGSD antusias dalam 4,34 Baik memberikan pembelajaran Mahasiswa PPL PGSD menggunakan 4,38 Baik model pembelajaran Mahasiswa PPL PGSD meminta 4,50 Baik masukan dari guru pamong setelah mengajar Mahasiswa PPL PGSD mengikuti aturan 4,46 Baik yang ditetapkan oleh sekolah Mahasiswa PPL PGSD ikut membina 4,30 Baik ektrakurikuler Mahasiswa PPL PGSD berinteraksi 4,07 Baik 54
11 12
dengan semua stake holder sekolah Saya menceritakan kebaikan mahasiswa PPL PGSD ke sekolah lainnya Saya senang menjadi guru pamong mahasiswa PPL PGSD Unpak.
3,92
Baik
4,88
Sangat baik
Berdasarkan data di atas, dari 12 pernyataan mengenai persepsi sekolah pengguna atas kinerja mahasiswa PPL PGSD, ada 4 pernyataan yang bermakna sangat baik, yaitu pernyataan yang berkaitan dengan sopan santun atau tatakrama dan kelengkapan administrasi seperti pembuatan RPP sebelum mengajar. Adapun yang bermakna baik yaitu pernyataan yang berkaitan kegiatan pembelajaran dan kemauangan untuk mengembangkan diri seperti sikap untuk berkonsultasi sebelum dan sesudah mengajar serta kehendak untuk berinteraksi dengan warga sekolah secara keseluruhan. Berdasarkan data di atas ditemukan bahwa rata-rata paling kecil terdapat pada pernyataan mengenai kemauang sekolah pengguna untuk menceritakan kebaikan mahasiswa PPL PGSD ke sekolah lain (nilai rata-rata 3,92). Nilai ratarata terkecil kedua yaitu pernyataan yang berisi kurangnya interaksi mahasiswa PPL PGSD dengan warga sekolah tempat mereka PPL (nilai rata-rata 4,07). Nilai rata-rata terkecil ketiga yaitu pernyataan yang berisi tentang antusiasme mahasiswa PPL PGSD ikut membina ektrakurikuler Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial dan motivasi mahasiswa PPL PGSD perlu diperbaiki agar lebih meningkat lagi. Berdasarkan
wawancara
mendalam
dengan
guru
pamong
yang
membingbing dan mengarahkan mahasiswa PPL PGSD ditemuan keterangan bahwa mahasiswa PPL PGSD umumnya terfokus pada kegiatan pembelajaran semata. Hal yang terabaikan oleh mahasiswa PPL PGSD di tempat mereka mengajar adalah sosialisasi dan mendalami manajemen dan administrasi pendidikan.
55
PEMBAHASAN Tujuan yang hendak dicapai prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Prodi PGSD) yaitu: (1) menghasilkan guru SD yang berkepribadian utuh, bertakwa, berbudi luhur, serta memiliki komitmen pada profesi keguruan, (2) memahami peserta didik baik pertumbuhan jsmani maupun rohaninya, (3) menguasai tekhnik dan metodologi pendidikan dan pembelajaran di sekolah dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut, prodi PGSD membekali calon guru SD dengan 30 mata kuliah antara lain: agama, psikologi, ilmu sosial, ilmu alam, kewarganegaraan, bahasa inggris, bahasa Indonesia, matematika, manajemen, dan statistik (Panduan Studi FKIP, 2011-2012). Salah satu upaya nyata dalam mewujudkan kualitas calon guru di PGSD yaitu melaksaanakan Program Pengenalan Lapangan (PPL). PPL merupakan muara seluruh program pendidikan pengajaran prajabatan guru. Oleh karena itu dalam pelaksanaanya perlu terjadwal sehingga praktikan memiliki kemampuan keguruan secara utuh dan terintegrasi serta diharapkan mampu menarik pembelajaran dari pengalamanya selama latihan melalui refleksi yang merupakan salah satu ciri penting pekerjaan profesional. Berdasarkan temuan penelitian ini bahwa mahasiswa PPL PGSD telah melaksanakan PPL di sekolah dasar dengan baik karena umumnya mereka mendapatkan nilai A (nilai 3,5 s.d 4 untuk skala 1 s.d 4). Hasil A tersebut diperoleh selain dari dosen pembimbing juga diperoleh dari guru pamong yang membimbing dan mengarahkan mahasiswa PPL PGSD di sekolah tempat mereka PPL. Nilai baik tersebut menjadi petunjuk bahwa pendidikan calon guru sekolah dasar yang dilaksanakan Prodi PGSD FKIP Unpak sudah berjalan dengan baik. Nilai baik tersebut juga bermakna bahwa kinerja mahasiswa PPL PGSD dapat diterima dengan baik oleh sekolah pengguna. Secara teoritis, mahasiswa PPL PGSD harus mampu menunjukan kinerja yang baik karena mereka akan bersaing dan terjun ke sekolah sebagai guru. Dengan memperoleh nilai baik, setidaknya mahasiswa PPL PGSD sudah memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang guru. Menurut Idochi Anwar (2000) kompetensi yang harus dimiliki dan dijalankannya sesuai dengan tuntutan 56
pendidikan yaitu : (1) Kemampuan profesional yang mencakup: penguasaan pelajaran yang terdiri atas penguasaan bahan yang diajarkan, dan konsep-konsep dasar keilmuan dari bahan yang diajarkan itu; penguasaan dan penghayatan atas landasan dan wawasan kependidikan dan keguruan; penguasaan proses-proses kependidikan, keguruan, dan pembelajaran siswa. (2) Kemampuan sosial, mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru, (3) Kemampuan personal guru, mencakup: penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya: pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh guru, penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswa. Sementara itu Sardiman (2000) menyatakan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagai alat ukur kinerja adalah : menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media atau sumber, menguasai landasan-landasan kependidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, mengenal fungsi, program bimbingan dan penyuluhan di sekolah, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran. Dalam melakukan kegiatan PPL, mahasiswa PGSD juga sudah melakukan beberapa kegiatan baik akademik maupun non akademik. Kegiatan akademik adalah kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan praktik mengajar, meliputi: 1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, 2) Penyiapan materi dan media pembelajaran, 3) Penerapan metode, teknik, prosedur, dan model pembelajaran sesuai dengan tujuan dan tingkatan kelas, 4) Pemilihan dan penggunaan alat peraga, dan 5) Melaksanakan evaluasi hasil belajar peserta didik. Adapun kegiatan non akademik adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa meliputi: mengikuti dan mempersiapkan peserta didik pada kegiatan upacara bendera, mengikuti kegiatan pembinaan kerohanian setiap hari Jumat, membimbing kegiatan ekstra kurikuler pramuka setiap hari Sabtu, turut serta
57
membimbing kegiatan di luar kelas, mengikuti dan membimbing kegiatan pesantren kilat dan buka puasa bersama. Kegiatan PPL juga sudah mengantarkan mahasiswa PGSD untuk mempelajari hal yang berhubungan dengan administrasi dan lingkungan sekolah. Kegiatan yang dilaksanakan berhubungan dengan administrasi dan lingkungan sekolah antara lain: mempelajari struktur organisasi sekolah, mempelajari administrasi guru seperti program tahunan, program semester, silabus dan RPP, mempelajari ad ministrasi sekolah baik buku induk, buku mutasi siswa, administrasi kelas, daftar kelas, program BP, membantu dan mempelajari kegiatan perpustakaan sekolah. Berdasarkan penelitian ini, semua kegiatan mahasiswa PPL PGSD berjalan dengan baik. Persepsi sekolah pengguna memberikan nilai rata-rata sebesar 4,48 dari rentang nilai 1 s.d 5. Ini berarti persepsi sekolah pengguna mahasiswa PPL PGSD dalam bermakna baik. Persepsi yang baik tersebut sangat penting karena dengan dipersepsikan baik, maka Prodi PGSD akan lebih termotivasi untuk melakukan hal-hal positif untuk meningkatkan kualitas lulusan Prodi PGSD. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di lingkungannya. Tentu, persepsi yang baik bukan merupakan hasil yang tiba-tiba, namun karena ada upaya dari Prodi PGSD untuk menciptakan persepsi baik pada sekolah pengguna. Kreitner dan Kinicki (2010) menjelaskan bahwa perception is a cognoitive process that enables us to interpret and understand our suroundings (persepsi merupakan sebuah proses kognitif yang membantu kita untuk menginterpretasi dan memahami apa yang ada dalam lingkungan kita). Kreitner dan Kinicki menjelaskan bahwa terdapat 4 tahapan dalam proses persepsi yaitu: memperhatikan
secara
menyeluruh
(selective
attention/comprehension),
mengkode dan menyederhanakan (encoding and simplication), menyimpan dan mempertahankan (storage and retention), dan menambah dan merespon (retrievel and response). Adapun Mc Shane dan Von Glinow (2010) mendefinisikan perception is the process of receiving information about and making sense of the 58
world around us (persepsi adalah proses penerimaan dan pengelolaan informasi mengenai lingkungan yang ada dalam kehidupan manusia). Menurut Mc Shane dan Von Glinow kualitas persepsi seseorang ditentukan seberapa hebat proses selective attention, yaitu proses seseorang melakukan seleksi dan sekrining atas berbagai informasi. Seleksi informasi juga ditentukan oleh karakteristik seseorang atas objek yang dipersepsikan, ukuran informasi, intensitas informasi, kecepatan informasi, pengulangan informasi dan kebaruan ingformasi. Walau persepsi sekolah pengguna atas kinerja mahasiswa PPL PGSD sudah bermakna baik, namun usaha menjaga dan meningkatkan persepsi perlu terus dilakukan, khususnya yang berkaitan dengan interaksi mahasiswa PPL PGSD di sekolah pengguna. Penelitian ini menemukan bahwa rata-rata paling kecil terdapat pada pernyataan mengenai kemauan sekolah pengguna untuk menceritakan kebaikan mahasiswa PPL PGSD ke sekolah lain, kurangnya interaksi mahasiswa PPL PGSD dengan warga sekolah tempat mereka PPL, antusiasme mahasiswa PPL PGSD dalam melaksanakan pembelajaran. Temuan tersebut sejalan dengan hasil wawancara terhadap guru pamong bahwa para mahasiswa PPL PGSD terfokus pada akademik saja, sedankan kegiatan non akademik, administrasi dan lingkungan sekolah kurang diperhatikan. Memperhatikan temuan dan pembahasan di atas, semakin menguatkan peneliti bahwa persepsi sekolah pengguna mahasiswa PPL PGSD yang sudah baik perlu dipertahankan, sedangkan beberapa hal yang belum maksimal perlu terus ditingkatkan seperti meningkatkan sikap mahasiswa PPL PGSD terhadap kegiatan non akademik, administrasi dan lingkungan.
SIMPULAN Kinerja mahasiswa PPL PGSD secara umum dalam kategori baik karena mereka rata-rata mendapat nilai akhir A. Persepsi sekolah dasar pengguna atas mahasiswa PPL PGSD Unpak memperoleh nilai rata-rata dari rentang nilai 1 s.d 5 sebesar 4,48. Ini berarti persepsi sekolah pengguna PLL PGSD bermakna baik. Terdapat 4 pernyataan yang bermakna sangat baik (rata-rata nilai ddi atas 4,50) yaitu pernyataan yang berkaitan dengan sopan santun atau tatakrama dan 59
kelengkapan administrasi seperti pembuatan RPP sebelum mengajar. Adapun yang bermakna baik (nilai rata-rata antara 3,6 s.d 4,5) yaitu pernyataan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dan kehendak untuk mengembangkan diri seperti sikap untuk berkonsultasi sebelum dan sesudah mengajar serta kehendak untuk berinteraksi dengan warga sekolah secara keseluruhan. Adapun nilai rata-rata paling kecil terdapat pada pernyataan mengenai kehendak sekolah sekolah pengguna untuk menceritakan keunggulan-keunggulan mahasiswa PPL PGSD ke sekolah lain, terkecil kedua mengenai pernyataan yang berisi kurangnya interaksi mahasiswa PPL PGSD dengan warga sekolah dan terkecil ketiga mengenai pernyataan yang berisi tentang Mahasiswa PPL PGSD ikut membina ektrakurikuler. Kompetensi sosial dan motivasi mahasiswa PPL PGSD perlu diperbaiki agar lebih meningkat lagi. Guna mencapai hal tersebu, maka berdasarkan penelitian ini diusulkan hal-hal berikut: (1) Prodi PGSD disarankan untuk mempertahankan kinerja akademik mahasiswa PPL PGSD yang sudah mendapat apresiasi dari sekolah dasar pengguna mahasiswa PPL PGSD. (2) Prodi PGSD disarankan untuk bekerjasama dengan Lembaga Micro Teaching untuk membekali mahasiswa PPL PGSD dengan kemampuan non akademik, administrasi dan lingkungan yang lebih memadai agar mereka mudah beradaptasi dengan lingkungan.(3) Prodi PGSD bersama Lembaga Micro Teaching FKIP Unpak bersama-sama lebih membekali mahasiswa PPL PGSD dengan kompetensi sosial dan motivasi berprestasi sehingga mahasiswa PPL PGSD mampu mencapai prestasi terbaik dalam mengeksplor pengalaman mereka di lapangan. (4) Prodi PGSD disarankan membekali mahasiswa dengan keterampilan berkomunikasi interpersonal dan mental terbuka (open minded orientation), oleh karena itu perlu dirumuskan sebuah mata kuliah khususn untuk menjadikan mahasiswa PGSD memiliki keterampilan berkomunikasi interpersonal dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA A.A.Anwar Prabu Mangkunegara. 2010. Evaluasi Kinerja SDM. Refika Aditama. 60
Bandung:
Amirullah Haris Budiyono. 2004. Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Graha Ilmu. Bambang Wahyudi. 2002. Teori-Teori Manajemen. Jakarta : Salemba Empat. Bennet NB Silalahi. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: STIM LPMI. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional, “ Penilaian Kinerja Guru”. Jakarta : Ditjen PMPTK. 2008 Djudju Sudjana S. 2000. Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Production. Griffin, Rcky W., Gregory Moorhead. 2007. Organizational Behavior, Managing People and Organizatios. Boston: Houghton Mifflin Company. Hollenbeck, John R. 2010. Organizational Behavior. New York and London: Routledge. Husnaeni Usman. 2009. Jakarta.
Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
Henry Simamora. 2004. Manajemen Pemasaran Internasional 2. Jakarta : Rineka Cipta.Kreitner, Robert and Anggelo Kinicki. 2010. Organizational Behavior, Ninth Edition. New York: McGraw-Hill. Malayu S.P Hasibuan. 2007. Jakarta: Bumi Aksara.
Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah.
Idochi Anwar dan Yayat H. 2000. Administrasi Pendidikan; Teori, Konsep dan Lisan. Bandung: UPI. Ivancevich John M. 2010. Human Resource Management, Edisi 11.Singapore: McGraw-Hill Companies.Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: YKPN, 2005. Marihot Tua Effendi Hariandja. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo. Pitrich Paul R. 2008. Motivation in Education Theory, Research, and Applications, Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall. Riduwan. 2006. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru dan Karyawan. Bandung, Alfabeta. 61
Robbins Stephen P. 2006. Perilaku Organsisas. Edisi10, Terjemahan dari Organitational Behavior, Diana Angelica, Jakarta: Salemba Empat.Steven L. Mc Shane, Mary Ann Von Glinow. 2010. Organizational Behavior. Boston: McGraw-Hill.
62