PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA oleh Naniek Sulistya Wardani Program Studi S1 PGSD FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
[email protected] HP 0856 2698 547 ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuipersepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; untuk mengetahui karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE (Program Kegiatan Ekstrakurikuler); untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE.Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Unit penelitian adalah seluruh mahasiswa kelas RS 2013C pengambil mata kuliah Pengembangan Kegiatan Ekstrakurikuler (PKE) sebanyak 30mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket. Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang denganpresentase.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani adalah tinggi dengan rata-rata capaian 66,67%; (2) mahasiswa memiliki karakter religius, disiplin, dan jujur dalam perkuliahan PKE tinggi mencapai sebesar 67,77 %; dan (3) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE. Kata Kunci: Persepsi mahasiswa, konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, pembentukan karakter.
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah/Analisis Situasi Kompetensi inti kurikulum 2013 yang akan dicapai terdiri dari 4 kompetensi yakni sikap religius, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Kompetensi yang hendak dicapai ini sejalah dengan pemikiran baik yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara maupun pemikiran dari teori pendidikan modern. Ki Hadjar Dewantara telah lama mengenalkan konsep Tri-Nga yang terdiri dari Ngerti, Ngrasa dan Nglakoniyang sejalan dengan kompetensi yang hendak dicapai dalam kurikulum 2013 (kurtilas) yakni Ngerti merupakan aspek kognitif yang berarti mengetahui atau pengetahuan yang dalam kurtilas adalah kompetensi inti ke 3, Ngrasaartinya memahami yangmerupakan aspek afektif(sikap) merupakan kompetensi inti ke1 dan 2, dan Nglakoni adalahmelakukan,merupakan aspek psikomotorik yang berarti ketrampilan yang merupakan kompetensi inti ke4. Teori modern dalam Taxonomy Bloom menyebutkan bahwa tujuan belajar mencakup aspek cognitive, affective,dan psychomotor (Wardani Naniek Sulistya, dkk. 2010:110) yang dikenalkan sejak tahun 1956. Konsep-konsep Ki Hadjar Dewantara (KHD) diimplementasikan di 1
Tamansiswa yang berdiri 3 Juli 1922, dan hingga sekarang konsep-konsep KHD digunakan dalam dunia pendidikan. Makna dari konsep KHD ialah, tujuan belajar itu pada dasarnya ialah meningkatkan pengetahuan anak didik tentang apa yang dipelajarinya, mengasah rasa untuk meningkatkan pemahaman tentang apa yang diketahuinya, serta meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan apa yang dipelajarinya.(http://langkahkebebasan. blogspot.co.id/p/edukasi.html, diakses tanggal 23 Mei 2016). Nampak bahwa konsep KHD sejalan dengan pemikiranilmuwan barat terutama Benyamin S. Bloom. Belajar yang merupakan aktivitas dalam pendidikan merupakan proses pembudayaan nilainilai luhur yang dilakukan secara terus menerus (kontinu), fokus (konsentris) dan konvergen. Oleh karena itu, pelaksanaan belajar tidak hanya dilakukan dalam pendidikan formal di sekolah saja, namun juga dilakukan di rumah maupun masyarakat. Dalam aktivitas belajar mengandung 3 konsep KHD yakni tri-nga: mengetahui, memahami dan melakukan yang saling kait mengkait. Jaman globalisasi ini,sebagian besar manusia terbuai dengan teknologi yang canggih, aspek-aspek-aspek dalam kehidupan terlupakan, pentingnya membangun relasi dengan orang lain terabaikan, aktivitas sosial di dalam masyarakat tidak menjadi perhatian, menghargai sesama lebih daripada apa
yang berhasil dibuatnyamenjadi tidak
penting.Manusia terkuasai oleh kemajuan teknologi. Keberadaan manusia pada zaman ini seringkali diukur dari “to have” (materi apa saja yang dimilikinya) dan “to do” (apa saja yang telah berhasil/tidak berhasil dilakukannya) daripada keberadaan pribadi yang bersangkutan (“to be” atau “being”nya). Kondisi ini melanda pada dunia persekolahan, yang semestinya tidak larut dengan dampak negatif globalisasi. Di jaman globalisasi ini, mau tidak mau pendidikan harus menerimanya dan tidak dapat menolak. Pendidikan di Indonesia mencanangkannya ke dalam generasi emas. Pendidikan memiliki peranan penting dan strategis dalam menuju ke generasi emas. Melalui pendidikan, kecerdasan, karakter, dan sikap dari penerus bangsa dapat dibentuk secara dini. Tidak ada kata „terlambat‟ untuk mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas. Dalam pendidikan perlu ditanamkan sejak dini bahwa keberadaan seorang pribadi adalahjauh lebih penting dan tentu tidak sama persis dengan apa yang menjadi miliknya dan apa yang telah dilakukannya. Sebab manusia tidak sekedar pemilik kekayaan dan juga menjalankan suatu fungsi tertentu. Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya, sebagai manusia yang utuh berkembang (menurut KHD menyangkut daya cipta 2
(kognitif), daya rasa (afektif), dan daya karsa (konatif)). Singkatnya, “educate the head, the heart, and the hand !” Salah satu langkah untuk ikut serta mewujudkan Generasi Emas untuk Indonesia Emas adalah melalui penelitian tentang Persepsi Mahasiswa PGSD Terhadap Konsep Pendidikan KHD.
Istilah persepsi sering disebut juga disebut juga dengan pandangan, gambaran, atau anggapan, sebab dalam persepsi terdapat tanggapan seseorang mengenai satu hal atau objek. (Haryanto: 2015).
Dampak negatif, globalisasi komunikasi dan teknologi, menjadikan manusia makin bersikap individualis, menjadikan manusia cenderung melupakan kesejahteraan dirinya sendiri sebagai pribadi manusia dan semakin melupakan aspek sosialitas dirinya. Oleh karena itu, pendidikan dan pembelajaran perlu diperbaiki sehingga memberi keseimbangan pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kebersamaan sebagai masyarakat manusia. Menurut KHD manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Manusia itu pada dasarnya berbudaya.Salah satu cara yang efektif untuk menjadikan manusia lebih manusiawi adalah dengan mengembangkan kebudayaannya. Disini peran guru menjadi penting. Guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, menjadi pahlawan dan menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertamatama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator
atau
pengajar.
Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love), supaya manusia menjadi merdeka. Oleh karena itu bagi KHD pepatah ini sangat tepat yaitu “educate the head, the heart, and the hand”. Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. Pendidikan hendaknya menghasilkan pribadi-pribadi yang lebih manusiawi, berguna dan berpengaruh di masyarakatnya, yang bertanggungjawab atas hidup sendiri dan orang lain, yang berwatak 3
luhur dan berkeahlian. Untuk itu semboyan “Tut wuri handayani”, atau aslinya: ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani harus dapat dilakukan terutama oleh para guru. Arti dari semboyan ini adalah: tut wuri handayani (dari belakang seorang guru harus bisa mendorong dan memotivasi peserta didik), ing madya mangun karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus berbaur dan berinovasi menciptakan prakarsa dan ide), dan ing ngarsa sung tulada (di depan, seorang pendidik harus menjadi suri tauladan atau contoh tindakan yang baik).Semboyan KHD dapat digambarkan melalui gambar 1 berikut ini.
Gambar 1 Semboyan Ajaran KHD
Semboyan ajaran KHD harus terwujud, untuk menjadikan Indonesia Emas dari Generasi Emas, maka karakter para guru juga harus dibentuk.Dalam Kebijakan Nasional (2010) tentang Pembangunan Karakter Bangsa dibekali oleh nilai-nilai karakter sebagai berikut: 1) Religius, 2) Jujur, 3) toleransi, 4) Disiplin, 5) Kerja Keras, 6) Kreatif, 7) Mandiri, 8) Demokratis, 9) Rasa Ingin Tahu, 10) Semangat Kebangsaan, 11) Cinta Tanah Air, 12) Menghargai Prestasi, 13) Bersahabat, 14)
Cinta Damai, 15) Gemar Membaca, 16) Peduli Lingkungan,17) Peduli Sosial dan 18)
Tanggung-jawab (Gultom Syawal: 2012, 37). Karakter yang utama dalam pembelajaran, yang telah dilakukan dalam penelitian Wardani Naniek Sulistya (2016: 492), menyatakan bahwa karakter belajar adalahbesarnya perolehan skor pengamatan dari rubrik pengukuran religius, jujur, rasa ingin tahu, dan gemar membaca.
Rumusan Masalah Permasalahan penelitian yang dirumuskan adalah (1) bagaimanakah persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2) karakter 4
mahasiswa apakah yang menonjol dalam perkuliahan PKE; (3) adakah hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap
konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap
konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara; (2)untuk mengetahui karakter
mahasiswa dalam perkuliahan PKE; (3) untuk mengetahui adakah hubungan antara persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap
konsep pendidikan Ki Hajar
Dewantara dan karakter yang dimiliki mahasiswa dalam perkuliahan PKE. Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan karakter mahasiswa dalam perkuliahan PKE
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Progdi PGSD FKIP UKSW di Salatiga pada semester antara tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian adalah mahasiswa kelas 13 C yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari 10 mahasiswa laki-laki dan 20 mahasiswa perempuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitupersepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan karakter mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan observasi disertai dengan rubrik pengukuran karakter. Teknik angket diberikan kepada seluruh mahasiswa di kelas 13 C dan teknik observasi dilakukan di dalam kelas ketika perkuliahan berlangsung dan praktek upacara bendera.Teknik analisis data menggunakan tabulasi silang dengan presentase.Instrumen penelitian menggunakan angket yang ditunjukkan melalui tabel 1 kisi-kisi instrumen angket.
No 1
2
3
Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Konsep Pendidikan KHD Indikator Item Ing ngarsa sung tulada Memberi Contoh Berpakaian Memberi Contoh Bersikap Memberi Contoh Berdisiplin Memberi Contoh Tutur Kata Ing madya mangun karsa Mempunyai ide Menjadi pemrakarsa Memecahkan masalah Memberi solusi Tut wuri handayani Memberi motivasi 5
Memberi arahan Memberi bimbingan Memberi penghargaan
Instrumen penelitian menggunakan panduan observasi yang dilengkapi dengan rubrik pengukuran yang ditunjukkan melalui tabel 2 kisi-kisi instrumen penelitian. Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Penelitian untuk Karakter Mahasiswa No 1
Indikator Religius
2
Bersikap jujur
3
Kerjasama
Item 1. Berdoa sebelum kegiatan dimulai 2. Memberi salam kepada dosen sebelum kegiatan dimulai 3. Berdoa setelah kegiatan selesai 4. Mengucapkan terima kasih kepada dosen setelah kegiatan selesai 1. Mengajukan pertanyaan apa adanya 2. Menyatakan pendapatnya sendiri 3. Jujur dalam perkataan 4. Jujur dalam bertindak 1. Membentuk kelompok 2. Menyimak penjelasan 3. Membagi tugas dalam kelompok 4. Melaksanakan tugas upacara
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Persepsi Mahasiswa Terhadap Konsep Pendidikan KHD Mahasiswa kelas RS 13 C pada semester antara mengambil mata kuliah Program Kegiatan Ekstrakurikuler). Dalam aktivitas perkuliahan dalam PKE adalah aktivitas kepramukaan. Kepramukaan adalah kegiatan ekstrakurikuler (di sekolah) yang bertujuan untuk membentuk watak. Mahasiswa PGSD adalah mahasiswa yang dipersiapkan menjadi calon guru SD. Oleh karena itu, mahasiswa harus mempunyai pandangan atau wawasan tentang pembentukan watak. Langkah awal dalam pembentukan watak adalah pandangan konsep pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE. Pandangan atau persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan KHD dalam perkuliahan PKE disajikan melalui tabel tabulasi silang 1 seperti berikut ini. Tabel 1 Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa Terhadap Konsep Pendidikan KHD Skor
<8 8-12
Kriteria Persepsi Mahasiswa Rendah Sedang
Ing Ngarso Sung Tulodho Freku Persentase ensi (%) 2 6,67 8 26,67
Ing Madyo Frek uensi 2 10
Persentase (%) 6,67 33,33
Tut Wuri Frek uensi 2 6
Persentase (%) 6,67 20 6
≥12
Tinggi Jumlah
20 30
66,67 100
18 30
60 100
22 30
73,33 100
Masing-masing karakter mahasiswa memiliki 3 variabel. Masing-masing variabel terdiri dari 4 indikator. Masing-masing indikator diberi skor 1 sampai 4. Skor minimal 4 X 1= 4 dan skor maksimal 4 X 4 =16. Mendasarkan skor minimal dan skor maksimal, maka persepsi mahasiswa di klasifikasikan menjadi 3 kelompok yakni persepsi rendah (skor < 8), persepsi sedang (skor 8-12) dan persepsi tinggi (skor ≥ 12). Dari tabel 1, nampak bahwa persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan KHD adalah tinggi, yang ditunjukkan pada persepsi terhadap konsep ing ngarso sung tulodho mencapai 66,67 %, Ing madyo mangun karso sebesar 60 % dan tut wuri handayani mencapai 73,33 %.
Karakter belajar PKE yang dimiliki mahasiswa adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengamatan pembelajaran PKE dalam praktek upacara bendera yang meliputi kegiatan religius, sikap jujur, dan kerjasama. Karakter yang dimiliki mahasiswa dalam praktek upacara dalam perkuliahan PKE disajikan melalui tabel tabulasi silang 2 seperti berikut ini. Tabel 2 Distribusi Karakter Mahasiswa Dalam Perkuliahan PKE Skor
<8 8-12 ≥12
Kriteria Persepsi Mahasiswa Rendah Sedang Tinggi Jumlah
Freku ensi 4 6 20 30
Religius Persentase (%) 13,33 20 66,67 100
Frek uensi 3 8 19 30
Jujur Persentase (%) 10 26,67 63,33 100
Kerjasama Frek Persentase uensi (%) 2 6,67 6 20 22 73,33 30 100
Masing-masing karakter mahasiswa memiliki 3 variabel. Masing-masing variabel terdiri dari 4 indikator. Masing-masing indikator diberi skor 1 sampai 4. Skor minimal 4 X 1= 4 dan skor maksimal 4 X 4 =16. Mendasarkan skor minimal dan skor maksimal, maka pemilikan karakter di klasifikasikan menjadi 3 kelompok yakni karakter rendah (skor <8), karakter sedang (skor 8-12) dan karakter tinggi (skor ≥ 12). Karakter belajar PKE yang dimiliki mahasiswa adalah besarnya skor yang diperoleh dari pengamatan pembelajaran PKE dalam praktek upacara bendera yang meliputi kegiatan religius, sikap jujur, dan kerjasama. 7
Dari tabel 2, nampak bahwa karakter yang dimiliki mahasiswa adalah tinggi, yang ditunjukkan oleh karakter religius mencapai 66,67 %, karakter jujur sebesar 63,33 % dan karakter kerjasama mencapai 73,33 %.
PEMBAHASAN Data yang diperoleh dari analisis tabulasi silang, menunjukkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap konsep KHD adalah tinggi. Tingginya persepsi mahasiswa ini akan mendorong mahasiswa berperilaku seperti konsep KHD artinya mahasiswa memahami perlunya menjadi teladan, memberi contoh dan mendorong seseorang untuk maju, sehingga diharapkan mahasiswa dapat melaksankan ke 3 konsep KHD, yang tentu akan memberikan angin segar tercapainya generasi emas untuk Indonesia emas.
Data yang diperoleh dari analisis tabulasi silang, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran PKEmahasiswa memiliki karakter belajar yang tinggi. Pembelajaran PKE melalui praktek upacara dallam kepramukaan akan menghasilkan pembelajaran yang efektif dalam pembentukan watak. Untuk itu pembelajaran yang terstruktur, terencana dan terkontrol, perlu didesain dengan lebih baik, sehingga karakter belajar yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pembelajaran dengan mengamati karakter mahasiswa memerlukan persiapan yang matang, agar mendorong mahasiswa untuk memiliki kesadaran religius yang tinggi, yang menghasilkan sikap yang jujur, dan akhirnya akan merasakan berkat Tuhan, melalui aktivitas-aktivitas religius, sehingga kerjasama antar mahasiswa terbentuk dengan baik. Hal ini sesuai dengan pengembangan kurikulum 2013 pembelajaran secara berkelompok, yang merumuskan kompetensi intinya sikap religius, sikap sosial (jujur, tanggung jawab, kerjasama),.
Hubungan antara persepsi konsep KHD dan karakter mahasiswa dianalisis dengan mendasarkan pada rata-rata kriteria persepsi dan karakter tinggi sebanyak 20 mahasiswa melalui tabel tabulasi silang berikut ini. Tabel 3 Hubungan Antara Persepsi Konsep KHD Dan Karakter Mahasiswa Karakter Persepsi
Religius Frek
Persen (%)
Sikap Jujur Frek
Kerjasama
Jumlah
Persen Frek Persen Frek Persen (%) (%) (%) 8
Ngarso
7
35
7
35
6
30
20
100
Karso
5
25
7
35
8
40
20
100
Tut wuri
8
40
6
30
6
30
20
100
Jumlah
20
100
20
100
20
100
Tabel 3 menunjukkan adanya hubungan antara persepsi konsep KHD
dan karakter
mahasiswa yang terdiri dari adanya hubungan antara persepsi ing ngarso sung tulodo dan karakter religus, karakter sikap jujur dan karakter kerja sama. Demikian pula persepsi ing madya mangun karso dengankarakter religus, karakter sikap jujur dan karakter kerja sama, serta persepsi tut wuri handayani dan karakter religus, karakter sikap jujur dan karakter kerja sama. Jadi masing-masing indikator persepsi dan indikator karakter saling berhubungan yang ditunjukkan oleh sel yang terisi. Hal ini dapat diterima, mengingat adanya keterkaitan persepsi dengan perilaku yang nampak seperti yang dikemukakan oleh KHD bahwa manusia memiliki daya cipta, rasa dan karsa yang berkaitan.
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa (1) persepsi mahasiswa PGSD kelas RS 2013 C terhadap konsep pendidikan ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani adalah tinggi dengan ratarata capaian 66,67%; (2) mahasiswa memiliki karakter religius, disiplin, dan jujur dalam perkuliahan PKE tinggi mencapai sebesar 67,77 %; dan (3) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi mahasiswa terhadap konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dan pembentukan karakter dalam perkuliahan PKE yang ditunjukkan melalui tabulasi silang.
Saran Saran yang diberikan adalah perlunya mendesain perkuliahan dengan mengembangkan persepsi mahasiswa terhadap konsep KHD dan menekankan pada perilaku berkarfakter mahasiswa dallam setiap perkuliahan,
DAFTAR PUSTAKA 9
Anonim. TT. Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantoro. http://langkahkebebasan. blogspot.co.id/p/edukasi.html, diakses tanggal 23 Mei 2016 Gultom Syawal. 2012. Ujian Nasional Sebagai Wahana Evaluasi Pengembangan Pendidikan Karakter Bangsa. Makalah Utama pada Seminar Nasional Ujian Nasional Sebagai Sarana Membangun Karakter Bangsa, yang diselenggarakan oleh Pascasarjana UNY bekerjasama dengan HEPIDI Yogyakarta pada tanggal 12 Mei. Haryanto. 2015 Februari 8. Pengertian Persepsi Menurut Ahli.http://belajarpsikologi. com/pengertian-persepsi-menurut-ahli/. Wardani Naniek Sulistya, dkk. 2010. Asesmen Pembelajaran SD. Salatiga: Widya Sari. Wardani Naniek Sulistya. 2016. Pengaruh Problem Based Learning (PBL) Terhadap Karakter Mahasiswa PGSD. Prosiding Seminar Nasional Menjadi Guru Inspirator. Purwokerto: UMP FKIP..
10