Andi Ishak dan Umi Pudji Astuti
PERSEPSI PETANI TERHADAP PENGELOLAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO AGRIBISNIS (LKM-A) PADA GAPOKTAN PENERIMA DANA BLM-PUAP DI KOTA BENGKULU Farmers’ Perception on Agribusiness Micro Finance Institution (LKM-A) of the Farmers Group Federation Receiving PUAP Project Direct Aid in Bengkulu City Andi Ishak dan Umi Pudji Astuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Kota Bengkulu
ABSTRACT The research was conducted at 5 farmer group association (FGA) RADP Direct Aid Society (DAS) grantees in Bengkulu City in September to December 2010. Data were analyzed using logistic regression to determine the relationship between the dependent variable (perception) with 7 independent variables (age, educational level, household receipts, number of family members, the old group, ownership of farm land, and business capital sources other than Gapoktan). The research concluded that the perception of farmers toward management of the MFI-A generally good and the perception is influenced by a number of family members and old groups. Age, education level, household receipts, farm ownership, and sources of funds besides Gapoktan farmers do not affect the perception of farmers toward management of the MFI-A. Key words : perception, farmers, MFI-A
ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan melalui survei pada 5 gabungan kelompok tani (Gapoktan) penerima dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUAP tahun 2008 di Kota Bengkulu pada bulan September sampai Desember 2010. Data dianalisis menggunakan regresi logistik untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (persepsi) dengan 7 variabel bebas (umur, tingkat pendidikan, penerimaan rumah tangga, jumlah tanggungan keluarga, lama berkelompok, kepemilikan lahan usaha tani, dan sumber permodalan usaha selain Gapoktan). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A umumnya baik dan persepsi dipengaruhi oleh jumlah tanggungan keluarga dan lama berkelompok. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, penerimaan rumah tangga, kepemilikan lahan usaha tani, dan sumber dana petani selain Gapoktan tidak mempengaruhi persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A. Kata kunci : persepsi, petani, LKM-A
232
Persepsi Petani terhadap Pengelolaan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) pada Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP di Kota Bengkulu
PENDAHULUAN
Kegiatan pertanian di perdesaan didominasi oleh usaha skala mikro yang salah satu permasalahan mendasar yang mereka hadapi adalah kurangnya akses terhadap sumber permodalan karena ketersediaan agunan, disamping jaminan pasar, teknologi, dan organisasi petani yang masih lemah (Kementerian Pertanian, 2010a). Salah satu program bantuan dana yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian sejak tahun 2008 adalah Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) melalui pemberian Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) kepada Gapoktan peserta program sebesar seratus juta rupiah. Melalui program ini diharapkan akan mempermudah dan memperluas akses petani yang tidak memiliki agunan untuk mendapatkan modal usaha produktif. Sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, Kementerian Pertanian telah menyalurkan 4,6 milyar rupiah dana BLM PUAP kepada 46 Gapoktan peserta program. Program Pemerintah dalam bentuk bantuan modal kepada petani sering mengalami kegagalan. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya adalah terbatasnya kemampuan kelembagaan petani mengelola dana tersebut, intensitas pendampingan program yang belum optimal, dan penegakan aturan hukum yang tidak tegas. Selain itu program bantuan dana dari pemerintah sering direncanakan dari atas (top-down) dengan pedoman yang sama untuk setiap wilayah dengan asumsi bahwa kondisi petani pelaksana program adalah relatif sama dan mampu melaksanakannya dengan baik, padahal pada saat implementasi program di lapangan, kesiapan petani dalam melaksanakan program tersebut dan kondisi lapangan sangat beragam, sehingga keberhasilan pelaksanaan program juga beragam. Oleh karena seringnya terjadi kegagalan program bantuan dana pemerintah kepada petani, maka timbul persepsi negatif pada tingkat petani bahwa bantuan pemerintah merupakan hibah atau bantuan cuma-cuma sehingga digunakan untuk kebutuhan konsumtif yang mengakibatkan tujuan program untuk pemberdayaan usaha produktif pertanian secara berkelanjutan menjadi tidak tercapai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A Gapoktan penerima dana BLM-PUAP di Kota Bengkulu.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilakukan pada bulan September sampai dengan bulan Desember 2010. Lokasi penelitian pada 5 Gapoktan penerima dana BLM-PUAP tahun 2008 di Kota Bengkulu. Gapoktan dipilih secara sengaja yang aktif melakukan kegiatan simpan pinjam setelah mendapatkan dana BLM-PUAP, yaitu Gapoktan Mesra Jaya (Kelurahan Sawah Lebar Lama), Wira Tani (Sumber Jaya), Sekar Wangi (Padang Serai), Karya (Pekan Sabtu), dan Flamboyan Raya (Bajak).
233
Andi Ishak dan Umi Pudji Astuti
Kuesioner disusun dengan skala pengukuran interval dengan tipe skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert (Riduwan, 2007). Variabel penyusun persepsi pengelolaan LKM-A meliputi prosedur pengajuan pinjaman, persyaratan pengajuan pinjaman, besarnya nilai pinjaman, kecepatan waktu pencairan pinjaman, tingkat bunga per bulan, kesesuaian waktu pembayaran pinjaman dengan panen, sikap pengelola LKM-A dalam melayani petani, dan jenis agunan. Variabel penyusun persepsi ini mengikuti hasil penelitian Hendayana dan Bustaman (2007). Data dianalisis dengan regresi logistik menggunakan program SPSS (Statistic Program for Social Science) versi 17 untuk mengetahui hubungan antara variabel terikat (Y) yaitu variabel penyusun persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A dengan tujuh variabel bebas (Xi) yang merupakan data karakteristik responden, terdiri atas umur (X1), tingkat pendidikan (X2), penerimaan rumah tangga (X3), jumlah tanggungan keluarga (X4), lama berkelompok (X5), kepemilikan lahan usaha tani (X6), dan sumber permodalan usaha selain Gapoktan (X7). Variabel X6 dan X7 merupakan variabel dummy. Model regresi logistik yang digunakan (Gujarati, 1999) adalah sebagai berikut: Yi = bo + biXi + ei ....................................................................................... (1)
Variabel bebas sesuai model sebanyak 7 variabel sehingga persamaan (1) di atas dijabarkan sebagai berikut: Yi = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + ei ................................ (2) Dimana: Yi
=
Persepsi (1 = baik; 0 = kurang baik)
X1
=
Umur responden dalam tahun
X2
=
Tingkat pendidikan dalam tahun
X3
=
Penerimaan rumah tangga dalam rupiah per bulan
X4
=
Jumlah tanggungan keluarga dalam jiwa
X5
=
Lama berkelompok dalam tahun
X6
=
Kepemilikan lahan usaha tani (1 = ada; 0 = tidak)
X7
=
Sumber permodalan usaha selain Gapoktan (1 = ada; 0 = tidak)
ei
=
Error
bo
=
Konstanta
b1 ... b7=
Parameter dugaan (koefisien)
Karena variabel terikat (Y) merupakan probabilitas atau peluang baik atau kurang baiknya persepsi yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Xi), maka model tersebut bersifat non linier dalam parameter dengan persamaan:
234
Persepsi Petani terhadap Pengelolaan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) pada Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP di Kota Bengkulu
1 Yi = P(Xi) = 1 + ei
–(bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7)
.................... (3)
Untuk menjadikan model tersebut linier, maka dilakukan transformasi dengan logaritma natural (ln), sehingga menjadi: Yi = ln
P(Xi) = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 1 - P(Xi)
................. 4)
P(Xi) adalah peluang persepsi baik terhadap pengelolaan LKM-A, sebagai kebalikan dari 1-P(Xi) sebagai peluang persepsi kurang baik. Oleh karenanya, ln [P(Xi)/1-P(Xi)] secara sederhana merupakan logaritma natural dari perbandingan antara peluang persepsi baik dengan peluang persepsi kurang baik, sehingga, koefisien dalam persamaan (4) ini menunjukkan pengaruh dari variabel Xi terhadap peluang relatif persepsi baik dibandingkan dengan persepsi kurang baik terhadap pengelolaan LKM-A.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Gapoktan Profil Gapoktan menggambarkan keragaan Gapoktan lokasi penelitian yang tersaji pada Tabel 1. Pada Tabel 1 ditunjukkan bahwa Gapoktan PUAP umumnya terbentuk pada tahun 2007, setelah ada informasi tentang adanya program PUAP. Jumlah kelompok tani anggota Gapoktan bervariasi antara 3-13 kelompok dengan jumlah anggota 34-229 orang. Gapoktan umumnya meminjamkan dana kepada anggota untuk kegiatan usaha pengolahan hasil pertanian seperti membuat kue, roti, kerupuk, dan makanan khas, serta pemasarannya. Kegiatan usaha tani di lahan pertanian umumnya adalah usaha tani padi, namun ada juga yang menanam jagung, ubi kayu, cabe dan terung. Hanya Gapoktan Flamboyan Raya di Kelurahan Bajak yang tidak memiliki lahan. Alokasi modal BLM lainnya adalah untuk usaha perkebunan yang didominasi oleh tanaman kelapa sawit. Pertemuan anggota dilakukan setiap bulan untuk pembayaran angsuran pinjaman, pembayaran simpanan, dan pemberian pinjaman kepada anggota. Pada saat pertemuan tersebut dibahas permasalahan yang terkait dengan organisasi untuk diselesaikan dengan kesepakatan bersama. Kegiatan sosial yang dilakukan juga pada saat tersebut adalah arisan dan kunjungan sosial kepada anggota yang mengalami musibah. Pada saat-saat tertentu, dilakukan pembinaan usaha dan penyuluhan kepada Gapoktan oleh petugas dari dinas/instansi teknis sesuai undangan Gapoktan.
235
Andi Ishak dan Umi Pudji Astuti
Tabel 1. Profil Gapoktan di Lokasi Penelitian Tahun 2011 Mesra Jaya 26-112003 3 34
Wira Tani 10-102007 4 62
No
Profil Gapoktan
1.
Tanggal pembentukan
2. 3. 4.
Jumlah kelompok Jumlah anggota (orang) Kegiatan usaha pertanian - Tanaman semusim √ √ - Tanaman Perkebunan √ - Pengolahan/pemasaran √ √ hasil Pertemuan bulanan √ √ Kegiatan sosial - Arisan - Kunjungan sosial √ √ Pembukuan √ √ Pemupukan modal Gapoktan - Simpanan pokok √ √ - Simpanan wajib √ √ - Simpanan wajib pinjaman √ - Simpanan sukarela √ Kegiatan usaha Simpan Simpan Pinjam Pinjam Mekanisme penyaluran pinjaman - Langsung ke Gapoktan √ - Melalui kelompok √ Rata-rata jumlah pinjaman 6.567.307 1.200.0 anggota (Rp.) 00 Pembayaran angsuran pinjaman - Waktu pembayaran Bulanan Bulanan - Bunga pinjaman 1% 1,5% Unit usaha simpan pinjam - Ada - Belum dibentuk √ √
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13.
Sekar Wangi
Karya
7-7-2007
9-3-2007
Flamboyan Raya 7-8-2007
13 229
6 84
7 90
√ √ √
√ √ √
√
√
√
√
√ √
√ √
√ √ √
√ √ √ Simpan Pinjam, penyalur pupuk
√ √ Simpan Pinjam
√ √ √ √ Simpan Pinjam
√ 1.370.833
√ 2.447.36 8
√ 2.576.470
Bulanan 1,5%
Bulanan 1%
Bulanan 1,5%
√ -
√
√ -
Pertemuan secara rutin ini akan mempengaruhi pengelolaan Gapoktan. Menurut Pranadji dan Hastuti (2004), sistem manajemen yang digunakan dalam organisasi petani harus menggunakan kaidah pertanggungjawaban (accountability), keterbukaan manajemen (transparency), keputusan yang bersifat partisipatif dan demokratis. Sehingga pertemuan secara rutin untuk merencanakan dan mengevaluasi jalannya organisasi merupakan sesuatu yang harus ada. Anggota Gapoktan lokasi penelitian didominasi oleh wanita. Interaksi kelompok tani anggota Gapoktan dengan program pemerintah sudah berlangsung lama, meskipun empat Gapoktan baru dibentuk pada tahun 2007 karena informasi akan adanya bantuan dana BLM-PUAP. Hal ini terbukti di Kelurahan Padang Serai dan Pekan Sabtu sudah terbentuk koperasi wanita yang mendapat bantuan dana dari Pemerintah Kota Bengkulu. Koperasi wanita ini anggotanya sebagian besar juga adalah anggota Gapoktan. Di seluruh lokasi survei, kecuali di Kelurahan
236
Persepsi Petani terhadap Pengelolaan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) pada Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP di Kota Bengkulu
Sumber Jaya (Gapoktan Wira Tani), anggota Gapoktan sebelumnya merupakan anggota kelompok pengolah hasil pertanian atau kelompok wanita tani yang sudah dibentuk sejak adanya program Peningkatan Pendapatan Petani/Nelayan Kecil (P4K) pada akhir tahun 1990-an. Dapat dikatakan bahwa pembentukan Gapoktan adalah sebagai syarat untuk mendapatkan dana BLM-PUAP. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tujuan utama dibentuknya Gapoktan adalah untuk mendapatkan bantuan dana BLM-PUAP. Pencatatan dan pembukuan keuangan sudah dilakukan di seluruh Gapoktan lokasi penelitian. Transaksi dicatat dalam buku kas harian, buku simpan pinjam, dan dilaporkan dalam laporan laba rugi dan neraca. Pemupukan modal selain simpanan pokok dan simpanan wajib anggota, juga simpanan wajib pinjaman (simpanan khusus) pada saat anggota meminjam, dan simpanan sukarela (tabungan), yang dapat diambil sewaktu-waktu atau pada saat Hari Raya Idul Fitri sesuai kesepakatan anggota. Kegiatan usaha Gapoktan terutama adalah simpan pinjam. Hanya di Gapoktan Sekar Wangi Kelurahan Padang Serai yang terdapat unit usaha penyaluran pupuk. Penyaluran pinjaman dilakukan dengan dua cara yaitu anggota Gapoktan meminjam langsung ke Gapoktan dan penyaluran pinjaman dari Gapoktan kepada anggota melalui kelompok tani. Penyaluran melalui kelompok ditemukan di Gapoktan Mesra Jaya Kelurahan Sawah Lebar Lama dan Gapoktan Sekar Wangi Kelurahan Padang Serai. Pada kedua Gapoktan ini diterapkan sistem tanggung renteng pinjaman. Kegiatan simpan pinjam dikelola oleh pengurus maupun unit usaha simpan pinjam Gapoktan. Rata-rata pinjaman anggota Gapoktan tertinggi ditemukan pada Gapoktan Mesra Jaya yaitu Rp 6.567.307, sedangkan terendah di Gapoktan Wira Tani yaitu Rp 1.200.000. Gapoktan Mesra Jaya dapat memberikan pinjaman ratarata ke anggota relatif lebih besar karena jumlah anggotanya paling sedikit (34 orang). Pembayaran angsuran pinjaman dilakukan setiap bulan pada saat pertemuan bulanan dengan bunga antara 1-1,5 persen per bulan. Dua Gapoktan yaitu Gapoktan Sekar Wangi Kelurahan Padang Serai dan Gapoktan Flamboyan Raya Kelurahan Bajak telah membentuk unit usaha simpan pinjam. Pada tiga Gapoktan lain, kegiatan simpan pinjam masih dikelola langsung oleh pengurus Gapoktan. Menurut Kementerian Pertanian (2010b), pengurus dan pengelola unit usaha simpan pinjam dalam Gapoktan PUAP yang sehat sebaiknya terpisah. Pengurus mempunyai tugas dan fungsi merumuskan kebijakan organisasi, pengawasan, dan melaporkan perkembangan dan kemajuan organisasi. Pengelola merupakan pelaksana operasional bisnis keuangan Gapoktan dalam bentuk LKMA sesuai dengan AD/ART. Pengelola LKM-A idealnya terdiri dari manajer, bagian pembiayaan, administrasi pembukuan, kasir, dan penggalangan dana.
Persepsi Petani terhadap Pengelolaan LKM-A Persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan panca indera (Chaplin, 1989). Persepsi
237
Andi Ishak dan Umi Pudji Astuti
mempengaruhi orang, baik terhadap individu maupun terhadap organisasi. Keberhasilan suatu organisasi dapat dilihat dari persepsi anggotanya terhadap organisasi tersebut. Persepsi merupakan proses pengenalan atau identifikasi sesuatu melalui proses berpikir dan belajar, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor. Persepsi adalah proses aktif timbulnya kesadaran terhadap suatu obyek yang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal individu. Faktor internal antara lain kebutuhan individu, pengalaman, usia, motif, jenis kelamin, pendidikan, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor eksternal meliputi lingkungan sosial, hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat (Ahmadi, 2009). Untuk mengetahui persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A pada lima Gapoktan lokasi penelitian dilakukan survei dengan jumlah responden sebanyak 107 orang atau 22,44 persen dari jumlah anggota Gapoktan yaitu 499 orang. Distribusi persentase jumlah responden survei per Gapoktan diuraikan pada Tabel 2. Tabel 2. Persentase Jumlah Responden Gapoktan Lokasi Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5.
Gapoktan Mesra Jaya Wira Tani Sekar Wangi Karya Flamboyan Raya Total
Jumlah anggota (orang) 34 62 229 84 90 499
Jumlah responden (orang) 29 7 29 23 19 107
Persentase (%) 85,23 11,29 12,66 27,38 21,11 22,44
Deskripsi responden pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 97 orang (90,65%) responden memiliki persepsi yang baik terhadap pengelolaan LKM-A, sedangkan yang memiliki persepsi kurang baik sebanyak 10 orang (9,35%). Hal ini dimaklumi karena lima Gapoktan lokasi survei adalah Gapoktan yang aktif secara reguler melayani simpan pinjam bagi anggota, sehingga persepsi anggota terhadap pengelolaan LKM-A juga umumnya baik. Umur responden bervariasi antara 20-64 tahun dengan rata-rata 41,68 tahun, masih tergolong produktif. Lama menempuh pendidikan antara 2-16 tahun atau tidak tamat SD sampai dengan tamat S1. Rata-rata lama responden menempuh pendidikan masih rendah yaitu selama 9 tahun, atau tamat SLTP. Penerimaan rumah tangga responden setiap bulan bervariasi antara Rp 500.000 – Rp 7.000.000, dengan rata-rata Rp 2.229.598. Jumlah tanggungan keluarga ratarata responden adalah 4 jiwa. Lebih banyak responden yang tidak memiliki lahan yaitu 58,9 persen, baik lahan milik sendiri, sewa, maupun garapan. Hanya 41,1 persen responden yang memiliki lahan atau melakukan usaha di lahan pertanian. Terdapat 85 persen responden yang tidak memiliki akses terhadap permodalan selain Gapoktan. Sebanyak 15 persen memiliki akses permodalan lain selain Gapoktan yaitu bank, koperasi, lembaga kredit swasta, dan PNPM-P2KP.
238
Persepsi Petani terhadap Pengelolaan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) pada Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP di Kota Bengkulu
Tabel 3. Deskripsi Responden Survei Persepsi Petani terhadap Pengelolaan LKM-A No 1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Uraian Jumlah responden Persepsi responden terhadap LKM-A - Baik - Kurang baik Umur responden - Minimum - Maksimum - Rata-rata Lama menempuh pendidikan - Minimum - Maksimum - Rata-rata Penerimaan rumah tangga per bulan - Minimum - Maksimum - Rata-rata Jumlah tanggungan keluarga - Minimum - Maksimum - Rata-rata Lama berkelompok - Minimum - Maksimum - Rata-rata Kepemilikan lahan usaha tani - Ada - Tidak ada Sumber dana selain Gapoktan - Ada - Tidak ada Pemanfaatan dana (jumlah peminjam) - Usaha produktif pertanian - Non usaha produktif pertanian
Keterangan 107 orang -
97 orang (90,65%) 10 orang (9,35%)
-
20 tahun 64 tahun 41,68 tahun
-
2 tahun 16 tahun 9 tahun
-
Rp 500.000 Rp 7.000.000 Rp 2.229.598
-
1 jiwa 9 jiwa 4 jiwa
-
1 tahun 8 tahun 4,5 tahun
-
44 orang (41,1%) 63 orang (58,9%)
- 16 orang (15%) - 91 orang (85%) 91 orang - 62 orang (68,13%) - 29 orang (31,87%)
Pada saat survei, 91 dari 107 orang responden atau 85 persen meminjam di Gapoktan. Petani yang memanfaatkan dana tersebut untuk usaha pertanian sebanyak 68,13 persen untuk kegiatan on-farm maupun off-farm. Sebanyak 31,87 persen responden memanfaatkan dana untuk kegiatan di luar pertanian seperti untuk kebutuhan usaha produktif di luar pertanian (modal dagang), investasi (membeli tanah), dan kebutuhan konsumtif (membeli kendaraan, biaya anak sekolah, bayar utang, pasang listrik, dan perbaikan rumah). Kondisi ini disebabkan karena tidak adanya pengawasan terhadap pemanfaatan dana untuk usaha pertanian setelah perguliran dana, seperti pada saat awal pencairan dana BLM. Kuesioner survei persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A Gapoktan disusun dengan 28 butir pertanyaan yang diskor mengacu pada skala Likert. Kuesioner diuji validitas dan reliabilitasnya dengan melakukan survei pendahuluan
239
Andi Ishak dan Umi Pudji Astuti
pada 29 responden. Menurut Ancok dalam Singarimbun dan Effendi (1989), validitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen tepat digunakan untuk mengukur sesuatu, sedangkan reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya atau diandalkan. Uji validitas dengan menggunakan korelasi Pearson menunjukkan bahwa terdapat 20 butir pertanyaan yang valid dan 8 butir pertanyaan yang tidak valid. Uji reliabilitas menggunakan koofisien reliabilitas Cronbach’s Alpha menunjukkan nilai 0,830 sehingga dapat dipercaya untuk mengukur persepsi. Menurut Sekaran (2000) dalam Wibawa (2007), umumnya reliabilitas kuesioner kurang dari 0,6 tidak dapat diterima, antara 0,6-0,8 dapat diterima, dan di atas 0,8 adalah baik. Hasil analisis persepsi dapat menilai kelayakan model regresi, pengaruh variabel bebas (Xi) terhadap variabel persepsi (Y), baik secara bersama-sama maupun parsial, dan rasio peluang (odds ratio) perubahan variabel Y akibat perubahan variabel Xi. Hasil analisis logistik disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Regresi Logistik Persepsi Petani terhadap Pengelolaan LKM-A di Bengkulu Tahun 2011 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Variabel
X1 (Umur) X2 (Tingkat Pendidikan) X3 (Penerimaan Rumah Tangga) X4 (Jumlah Tanggungan Keluarga) X5 (Lama Berkelompok) X6 (Kepemilikan Lahan) X7 (Sumber Permodalan selain Gapoktan ) Konstanta 2 Kelayakan model (Nagelkerke R ) * berbeda nyata pada α=10%
Koefisien
p-value
Odds Ratio
-0,062 0,115 0,000 -0,533 0,483 1,089 -0,086
0,155 0,350 0,423 0,044* 0,077* 0,197 0,931
0,940 1,122 1,000 0,587 1,622 2,971 0,918
4,456 0,242
0,079* -
-
Tabel 4. Menunjukkan bahwa model regresi logistik secara keseluruhan dapat menjelaskan atau memprediksi persepsi petani terhadap pengelolaan LKMA dengan melihat nilai p-value yaitu sebesar 0,079 jika menggunakan pengujian dengan α=10 persen. Untuk menguji variabel mana yang berpengaruh nyata terhadap persepsi digunakan uji signifikansi dari parameter koefisien secara parsial dengan statistik uji Wald. Dari output SPSS diketahui bahwa hanya variabel jumlah tanggungan keluarga (X4) dengan p-value 0,044 dan lama berkelompok (X5) dengan p-value 0,077 yang berpengaruh nyata terhadap persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A pada α=10 persen, sedangkan variabel lain berpengaruh tidak 2 nyata. Dengan melihat nilai Nagelkerke R , ketujuh variabel bebas mampu menjelaskan varians ketepatan persepsi sebesar 24,2 persen dan sisanya yaitu sebesar 75,8 persen dijelaskan oleh faktor lain. Persamaan model regresi logistik biner persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A dapat ditulis sebagai berikut:
240
Persepsi Petani terhadap Pengelolaan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) pada Gapoktan Penerima Dana BLM-PUAP di Kota Bengkulu
Yi = ln
P(Xi) = 4,456 – 0,062X1 + 0,115X2 – 0,533X4 + 0,484X5 + 1,089X6 – 0,086X7 1 - P(Xi)
P(Xi) adalah peluang persepsi petani yang baik terhadap pengelolaan LKM-A, sebagai kebalikan dari 1-P(Xi) sebagai peluang persepsi kurang baik. Oleh karenanya, ln [P(Xi)/1-P(Xi)] secara sederhana merupakan log dari perbandingan antara peluang persepsi baik dengan peluang persepsi kurang baik. Koefisien dalam model logistik menunjukkan perubahan dalam logistik sebagai akibat perubahan satu satuan variabel bebas. Dalam kasus variabel X4 (jumlah tanggungan keluarga) dengan odds ratio sebesar 0,587 dapat diartikan bahwa peluang persepsi petani yang baik terhadap pengelolaan LKM-A adalah 0,587 kali jika jumlah tanggungan keluarga meningkat sebanyak 1 jiwa, jika variabel lainnya tetap. Artinya bahwa petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang lebih banyak memiliki peluang persepsi baik terhadap LKM-A lebih rendah. Odds ratio variabel X5 (lama berkelompok) sebesar 1,622 dapat diartikan bahwa petani yang lama berkelompoknya lebih lama satu tahun peluang memiliki persepsi baik terhadap pengelolaan LKM-A adalah 1,622 kali dibandingkan petani yang lama berkelompoknya lebih muda satu tahun, jika variabel lainnya tetap. Artinya petani yang lebih lama berkelompok memiliki peluang persepsi baik terhadap pengelolaan LKM-A lebih tinggi. Dari hasil analisis persepsi tersebut dapat disimpulkan bahwa persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A dipengaruhi secara nyata oleh jumlah tanggungan keluarga dan lama berkelompok. Sedangkan umur, tingkat pendidikan, penerimaan rumah tangga, kepemilikan lahan usaha tani, dan sumber dana petani selain Gapoktan berpengaruh tidak nyata terhadap persepsi petani. Persepsi yang baik terhadap LKM-A sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kepercayaan terhadap LKM-A agar LKM-A dapat mengakses atau memupuk modal keswadayaan dari anggota Gapoktan, menghindari kredit macet, meningkatkan kepatuhan anggota terhadap aturan Gapoktan, dan membangun kemitraan dengan pihak lain dalam rangka pengembangan LKM-A.
KESIMPULAN
1. Persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A sangat baik (90,65%) 2. Faktor yang nyata mempengaruhi persepsi petani terhadap pengelolaan LKMA adalah jumlah tanggungan keluarga dan lama berkelompok. 3. Variabel umur, tingkat pendidikan, penerimaan rumah tangga, kepemilikan lahan usaha tani, dan sumber dana petani selain Gapoktan tidak nyata mempengaruhi persepsi petani terhadap pengelolaan LKM-A.
241
Andi Ishak dan Umi Pudji Astuti
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. 2009. Psikologi Umum. Edisi Revisi 2009. Rineka Cipta. Jakarta. Ancok D. 1989. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian. Dalam Singarimbun, M. dan S. Effendi (pnyt) Metode Penelitian Survei. Cetakan Kedua. LP3ES. Jakarta. Chaplin, J.P. 1985. Dictionary of Psychology. Dell Publisher. New York. Gujarati, D. 1999. Ekonometrika Dasar. Alih Bahasa Sumarno Zain. Erlangga. Jakarta. Hendayana, R., dan S. Bustaman. 2007. Fenomena Lembaga Keuangan Mikro dalam Perspektif Pembangunan Ekonomi Perdesaan. http://kelembagaandas.wordpress. com. Kementerian Pertanian. 2010a. Pedoman Umum Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan. Departemen Pertanian. Jakarta. Kementerian Pertanian. 2010b. Petunjuk Teknis Pemeringkatan (Rating) Gapoktan PUAP menuju LKM-A. Kementerian Pertanian. Jakarta. Pranadji, T. dan E.L. Hastuti. 2004. Transformasi Sosio Budaya dalam Pembangunan Pedesaan. Analisis Kebijakan Pertanian, 2(1):77-92. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Bogor. Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Cetakan ketujuh. CV. Alfabeta. Jakarta. Wibawa, W. 2007. Efficacy, Cost Effectiveness, and Risk-Benefit Analysis of Three Herbicides in Immature Oil Palm Plantation. Disertasi. Universiti Putra Malaysia.
242