Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 39-48
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
PERSEPSI GURU TERHADAP KUALITAS PRIBADI KONSELOR DALAM MENINGKATKAN SINERGI PEMBELAJARAN BERWAWASAN PSIKOEDUKATIF Amallia Putri, Thrisia Febrianti, Mulawarman Universitas Negeri Semarang E-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji secara teoritik mengenai persepsi guru mata pelajaran terhadap kualitas pribadi konselor dalam membangun kolaborasi yang baik untuk meningkatkan sinergi pembelajaran berwawasan psikoedukatif di sekolah. Ada tiga isu sentral tentang kualitas pribadi konselor yaitu pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian. Efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling dapat terbentuk dengan membangun persepsi positif dari guru mata pelajaran terhadap konselor sekolah. Hal ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh guru mata pelajaran dalam mencipakan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Guru mata pelajaran dapat menjalankan perannya dengan memasyarakatkan bimbingan dan konseling kepada peserta didik dan memberikan informasi terkait peserta didik kepada konselor. Dengan adanya kerjasama yang baik antara kedua pihak yaitu guru mata pelajaran dan konselor maka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah akan menjadi efektif dan optimal. Persepsi positif dari guru mata pelajaran terhadap konselor dapat terwujud apabila konselor mampu menunjukkan kualitas pribadi yang positif. Munculnya persepsi positif dari guru mata pelajaran terhadap konselor dapat meningkatkan partisipasi dari guru mata pelajaran terhadap layanan bimbingan dan konseling di sekolah, sehingga sinergi pembelajaran berwawasan psikoedukatif dapat ditingkatkan. Kata Kunci: persepsi, guru, pribadi, konselor, pembelajaran, psikoedukatif
kerjasama yang baik antara semua pihak.
PENDAHULUAN Pendidikan pada dasarnya merupakan
Menurut Juntika (2006) tujuan pendidikan
sebuah sistem dimana di dalamnya terdapat
akan tercapai dengan cara menjalin kerjasama
berbagai komponen yang memiliki peran dan
antara
tanggung jawab masing-masing. Masing-
manajemen
masing peran seharusnya dapat berjalan
bimbingan.
sinergi saling melengkapi agar tercipta suatu
pengajaran dan bimbingan, maka guru mata
sistem yang harmonis untuk mencapai tujuan
pelajaran
pendidikan.
bekerjasama dengan baik. Mengingat bahwa
Tujuan
pendidikan
praktisi
pendidikan
pendidikan, Dalam
dan
pengajaran,
kaitannya
konselor
yaitu;
dituntut
dan
dengan
untuk
untuk
peluang waktu yang dimiliki oleh guru mata
mengembangkan potensi peserta didik agar
pelajaran untuk bertatap muka langsung
menjadi
cakap,
dengan siswa lebih banyak dibandingkan
mandiri, serta bertanggung jawab. Tujuan
dengan konselor, sehingga keberadaan guru
tersebut
mata
manusia
akan
yang
tercapai
adalah
para
berilmu,
apabila
adanya
39
pelajaran
sangat
berperan
dalam
40 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 39-48
meningkatkan
efektivitas
pelayanan
bimbingan dan konseling (Joy, 2011).
Karena pentingnya sinergi pembelajaran penulis bertujuan untuk mengkaji secara
Keterbatasan konselor dalam pemberian
teoritik
mengenai
persepsi
guru
mata
layanan membuat konselor harus bekerjasama
pelajaran terhadap kualitas pribadi konselor
dengan guru mata pelajaran sebagai bentuk
dalam
dari sinergi pembelajaran. Kerjasama yang
psikoedukatif. Psiko-edukatif adalah upaya
baik dapat dibangun dengan memunculkan
sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan
persepsi positif dari guru mata pelajaran
serta terprogram yang dilakukan oleh guru
terhadap kualitas pribadi konselor. Kualiatas
kelas untuk
pribadi meliputi pengetahuan, keterampilan,
peserta didik untuk mencapai kemandirian
dan kepribadian (Cavanagh & Levitov, 2002)
dalam
Sinergi pembelajaran antara guru dan konselor
perlu
diciptakan
sebab
sinergi
pembelajaran
memfasilitasi
wujud
menerima,
mengarahkan,
jawab
optimal
kebahagiaan
dan
tugas
bersama yang harus dilaksanakan oleh guru,
memahami, mengambil
keputusan, dan merealisasikan diri secara bertanggung
merupakan
perkembangan
kemampuan
pengembangan peserta didik secara utuh dan sesungguhnya
berwawasan
sehingga
mencapai
kesejahteraan
dalam
kehidupannya.
konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai
Persepsi positif dari guru mata pelajaran
mitra kerja. Sementara itu, masing-masing
terhadap konselor dimunculkan dengan peran
pihak tetap memiliki wilayah pelayanan
aktif dari konselor dalam melaksanakan
khusus dalam mendukung realisasi diri dan
tugasnya
pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam
berkembangnya pontesi peserta didik yang
hubungan
optimal.
fungsional
kemitraan
antara
sehingga
berdampak
pada
konselor dengan guru dapat dilakukan melalui
Namun, kenyataanya peran serta guru
kegiatan rujukan. Seperti masalah-masalah
mata pelajaran masih sangat rendah, hal
perkembangan peserta didik yang dihadapi
tersebut disebabkan oleh persepsi dari guru
guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada
mata pelajaran terhadap konselor sekolah
konselor untuk penanganannya. Demikian
yang belum baik. Guru mata pelajaran
pula masalah-masalah peserta didik yang
terkesan hanya mengajar dan enggan untuk
ditangani konselor terkait dengan proses
melibatkan diri dalam pelaksanaan program
pembelajaran bidang studi dirujuk kepada
bimbingan dan konseling. Apabila ditemui
guru untuk menindaklanjutinya.
masalah pada peserta didik maka hal tersebut menjadi tanggung jawab konselor.
Putri, Febrianti, Mulawarman, Persepsi Guru Terhadap... 41
Kurangnya
kesadaran
guru
mata
1980; Gilman & Gabriel, 2004; Gilman &
pelajaran untuk berpartisipasi tentu karena
Medway, 2007). Dari beberapa penelitian
kurangnya pengetahuan guru mata pelajaran
diatas
terhadap konselor sekolah (Joy, 2011). Hal ini
kurangnnya sinergi pembelajaran berwawasan
dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan
psikoedukatif yang dibentuk oleh guru dan
oleh Khansa (2015) mengungkapkan bahwa
konselor sekolah akibat dari persepsi yang
masih banyak guru sekolah yang memiliki
salah atau persepsi negatif.
persepsi negatif terhadap konselor, sehingga hal
tersebut
pembelajaran.
mengganggu Padahal
pada
sinergi
mengungkapkan
bahwa
masih
Efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling
dapat
terbentuk
dengan
dasarnya
membangun persepsi positif dari guru mata
keberadaan keduanya harus saling mengisi
pelajaran terhadap konselor sekolah. Persepsi
dan melengkapi dalam pelaksanaan program
guru mata pelajaran terhadap konselor di
sekolah sehingga tercapai tujuan pendidikan.
sekolah adalah bagaimana guru tersebut
Menurut Beesley (2004) kepuasan kerja
memberi penilaian atau memandang kualitas
konselor dari sudut pandang guru dengan
pribadi
metode survey menunjukkan bahwa meskipun
dijelaskan dari beberapa penelitian diatas
guru sudah puas dengan hasil dari kerja
bahwa persepsi guru terhadap kualitas pribadi
konselor namun ada beberapa hal yang harus
konselor akan mempengaruhi partisipasi guru
ditingkatkan agar kinerja konselor lebih
mata pelajaran dalam layanan bimbingan dan
efektif.
pada
konseling yang akan berdampak pada sinergi
partisipasi
pembelajaran berwawasan psikoedukatif yang
Hal
keikutsertaan
ini guru
berimplikasi dalam
konselor.
pelaksanaan program layanan bimbingan dan
ada disekolah.
konseling.
PEMBAHASAN
Persepsi guru terhadap konselor sekolah
Sebagaimana
yang
Kualitas Pribadi Konselor
berdampak pada pelaksanaan layanan (Davies
Menurut Willis (2007), yang dimaksud
et al., 2008; Farrell, Jimerson, Kalambouka,
kualitas konselor adalah semua kriteria
& Benoit, 2005; Gilman & Gabriel, 2004;
keunggulan termasuk pribadi, pengetahuan,
Watkins, Crosby, & Pearson, 2001). Dalam
wawasan, keterampilan dan nilai-nilai yang
beberapa penelitian juga menunjukan bahwa
dimilikinya
tidak semua guru memiliki persepsi positif
dalam proses konseling sehingga mencapai
terhadap
tujuan secara efektif.
konselor
atau
peran
konselor
dianggap kurang berharga di sekolah (Dean,
yang
akan
memudahkannya
42 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 39-48
Ada tiga isu sentral dalam mendiskusikan tentang
kualitas
pribadi
konselor
yaitu
pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian
konselor sekolah yang saat ini hanya berfokus pada strategi intervensi. McLeod
(2009)
menjelaskan
bahwa
(Cavanagh & Levitov, 2002). Kepribadian
kualitas pribadi konselor sebagai salah satu
merupakan
jenis
bagian dari keterampilan konselor yang
kemampuan yang lain (pengetahuan dan
efektif, dipahami sebagai karakteristik pribadi
keterampilan), namun ketiga aspek tersebut
konselor
memiliki keterkaitan yang bersifat reciprocal
konseling. Keberhasilan konseling lebih pada
atau
kualitas pribadi konselor dibandingkan pada
titik
ketiganya
tumpu
harus
dari
ada
dua
dan
saling
mempengaruhi. Komponen
yang
mendukung
efektivitas
kecermatan teknik. Atribut pribadi konselor mengenai
kepribadian
tidak hanya mempengaruhi pekerjaan dengan
konselor menjadi satu hal yang terpenting
klien tapi juga pengembangan pribadi dan
karena konselor sebagai pribadi harus mampu
profesional (Rogers, 2012). Kualitas konselor
menampilkan jati dirinya secara utuh, tepat,
yang fundamental disebutkan tersebut adalah
dan berarti serta membangun hubungan antar
kualitas hubungan yang dianut di sebagian
pribadi yang unik dan harmonis, dinamis,
besar terapi dan dianggap penting dalam
persuasif dan kreatif sehingga menjadi motor
konseling yang berpusat pada individu.
penggerak keberhasilan layanan bimbingan
Secara singkat
dan konseling. Corey (2013), menyatakan alat
yang
yang paling penting untuk dipakai dalam
Enchace (2015) seperti berikut ini: (1)
pekerjaan seorang konselor adalah dirinya
menunjukkan keaslian: menjadi diri sendiri
sendiri sebagai pribadi (our self as a person).
(terbuka, transparan) dalam hubungan, tidak
Hal tersebut sejalan dengan konsep yang
menyembunyikan
disampaikan oleh Amin, et., al (2016) bahwa
profesionalisme;
kualitas pribadi konselor merupakan hal yang
berpikir positif tanpa syarat: penerimaan klien
penting sebagai faktor pendukung efektivitas
tanpa penilaian atau kondisi melekat (peduli,
bimbingan dan konseling di sekolah. Hasil
menghargai, hormat); (3) menyampaikan
penelitian menunjukkan bahwa secara umum,
tingkat
konselor sekolah memiliki tingkat kualitas
pemahaman akan sesuatu. Sehingga hal ini
pribadi. Temuan ini memiliki implikasi untuk
menjadi salah satu kekuatan konselor dalam
mengembangkan
menunjukkan eksistensi diri dalam program
program
pendidikan
harus
kemampuan konselor
dimiliki
yang
menurut
penelitian
dibalik (2)
topeng
menunjukkan
mendalam
cara
mengenai
Putri, Febrianti, Mulawarman, Persepsi Guru Terhadap... 43
layanan
yang
menimbulkan
kepercayaan
pihak sekolah.
mencipakan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah (Joy, 2011).
Sekolah memiliki tiga komponen yang
Efektivitas
pelayanan
bimbingan
harus berkesinambungan untuk mencapai
konseling
dapat
perkembangan peserta didik yang optimal
membangun persepsi positif dari guru mata
diantara: (1) manajemen dan supervisi sebagai
pelajaran terhadap konselor sekolah.
terbentuk
dan dengan
wilayah manajemen dan kepemimpinan, (2)
Persepsi guru mata pelajaran tentang
pembelajaran bidang studi sebagai wilayah
konselor di sekolah adalah bagaimana guru
pembelajaran
tersebut memberi penilaian atau memandang
yang
mendidik,
dan
(3)
bimbingan dan konseling sebagai wilayah
kualitas
pribadi
konselor
dengan
tiga
yang memandirikan peserta didik.
indikator yaitu pengetahuan, keterampilan dan
Oleh sebab itu ketiga komponen ini tidak
kepribadian (Cavanagh & Levitov, 2002)
dapat dipisahkan satu sama lain dalam
melalui layanan bimbingan dan konseling
penerapannya. Namun pada artikel ini dibatasi
yang diberikan disekolah mencakup berbagai
pada ranah wilayah bimbingan dan konseling
layanan
yang memandirikan peserta didik dengan
layanan informasi, layanan penempatan dan
wilayah
pembelajaran
penyaluran,
berkaitan
dengan
yang
hubungan
mendidik guru
mata
layanan
diantaranya
layanan konseling kelompok,
layanan
orientasi,
penguasaan
konten,
individu,
layanan
layanan
konseling
pelajaran dengan konselor.
bimbingan
Persepsi Guru Mata Pelajaran
kelompok, layanan konsultasi, dan layanan
Menurut Beesley (2004), guru adalah
mediasi serta berbagai kegiatan pendukung
penilai pertama dan paling efektif bagi
BK yang meliputi Aplikasi instrumentasi,
keberhasilan kerja konselor. Konselor sekolah
himpunan data, konferensi kasus, kunjungan
berinteraksi
rumah, dan alih tangan kasus.
dan
berkolaborasi
secara
konsisten dengan guru, terutama karena guru
Persepsi
yang dibangun
yang
didahului
guru
berada dalam posisi terbaik untuk menilai
pelajaran
sejumlah hasil siswa dan merujuk siswa
pengindraan menuntut konselor dapat aktif
dalam mengevaluasi kegiatan konseling.
memberikan
stimulus
yang
oleh
mata
baik
proses
guna
Guru mata pelajaran merupakan salah
menginformasikan keterampilan, pengetahuan
satu komponen yang paling penting dalam
dan kepribadiannya. Berdasarkan penelitian
pendidikan. Hal tersebut dibuktikan dengan
Langford (2006) lebih dari 30% guru tidak
besarnya pengaruh guru mata pelajaran dalam
mengetahui fungsi yang tepat dari bimbingan
44 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 39-48
dan konseling yang ada disekolah, dan hal tersebut
menjadi
salah
satu
indikator
Cooper et al. (2005) melakukan dua studi terpisah
dengan
melakukan
survey
kurangnya partisipasi guru mata pelajaran
terhadap sikap guru sekolah dan pandangan
dalam berkolaborasi dengan konselor.
terhadap bimbingan dan konseling. Dalam
Persepsi guru terhadap konselor sekolah
studi pertama, guru diminta untuk menilai
berdampak pada pelaksanaan layanan (Davies
betapa pentingnya konselor ada di sekolah
et al., 2008; Farrell, Jimerson, Kalambouka,
mereka. 40% dari peserta menunjukkan
& Benoit, 2005; Gilman & Gabriel, 2004;
mereka merasa penting memiliki konselor
Watkins, Crosby, & Pearson, 2001). Dalam
sekolah, sementara hanya 7% merasa konselor
beberapa penelitian juga menunjukan bahwa
sekolah
tidak semua guru memiliki persepsi positif
Selanjutnya, Cooper, et.,al. juga menerangkan
terhadap
konselor
bahwa rata-rata guru memiliki persepsi positif
dianggap kurang berharga di sekolah (Dean,
terhadap konseling karena dapat membuat
1980;
perbedaan dalam kehidupan siswa, konseling
konselor
atau
peran
Gilman
&
Gabriel, 2004; Gilman & Medway, 2007). Namun,
beberapa
penting
sama
sekali.
dapat membantu siswa berpikir tentang juga
masalah mereka dengan cara yang lebih
mengungkapkan partisipasi aktif dari guru
positif, dan konseling dapat membantu siswa
dalam berkolaborasi dengan konselor serta
mempelajari
ingin
dalam
mengatasi masalah yang digunakan dalam
dikarenakan
situasi yang berbeda. Cooper et al. juga
persepsi positif terhadap pribadi konselor
mencatat bahwa banyak guru mata pelajaran
(Farrell et al, 2005; Dimakos, 2006;. Watkins
dalam penelitian mereka melihat konseling
et al, 2001). Selain itu penelitian yang
sebagai pemberian nasehat, salah persepsi dari
dilakukan
makna bimbingan konseling sesungguhnya.
memiliki
membantu
banyak
kinerja
oleh
penelitian
tidak
akses
konselor
Beesley
(2004)
yang
melakukan survey kepada persepsi guru terhadap
tanggung
dan
keterampilan
Dari berbagai kajian diatas menunjukkan
konselor,
bahwa persepsi guru mata pelajaran terhadap
mendapatkan hasil bahwa guru memiliki
kualitas pribadi konselor sangat erat kaitannya
persepsi
dengan
yang
baik
jawab
strategi
terhadap
layanan
tingkat
partisipasinya
dengan
konseling yang diberikan oleh konselor, dan
berkolaborasi
tingkat kepuasan yang bervariasi dari seluruh
kaitannya
layanan yang disediakan oleh konselor.
pembelajaran berwawasan psikoedukatif di
dengan
konselor,
dalam
peningkatan
yang sinergi
sekolah. Oleh karena itu, persepsi merupakan
Putri, Febrianti, Mulawarman, Persepsi Guru Terhadap... 45
hal yang sangat penting dalam kaitannya
bertugas menganalisis berbagai penyebab
dengan kemajuan kualitas pelayanan, hal
tirnbulnya masaiah, menunjukkan berbagai
tersebut dapat direalisasikan apabila konselor
alternatif jalan keluar, dan di pihak guru
dapat
membantu
meningkatkan
dengan
kualitas
meningkatkan
keterampilan,
dan
pribadinya pengetahuan,
kepribadiannya
dalam
mengatasi
dalam
substansi
pelajarannya yang dapat berupa remedial teaching atau yang lain; (3) Membantu guru
pelaksanaan tugas professional di sekolah.
dalam menciptakan suasana belajar mengajar
Sinergi Pembelajaran Berwawasan
yang kondusif/menyenangkan; (4) Memberi
Psikoedukatif
bantuan kepada guru dalam memahami
Perlunya partisipasi guru mata pelajaran
karakteristik peserta didik; (5) Membantu
dalam pelaksanaan bimbingan konseling yang
guru agar dalam pembelajaran diselingi
dikaji dari persepsi guru mata pelajaran
informasi yang terkait dengan dunia industry;
terhadap
dibutuhkan
(6) Membantu guru dalam mengidentifikasi
kolaborasi antara konselor dengan guru mata
aspek-aspek bimbingan yang dapat diiakukan
pelajaran (Joy, 2011). Pengertian tentang
oleh guru bidang studi (Sugiyo, 2014).
konselor
sangat
partisipasi secara formal adalah turut sertanya seseorang,
baik
secara
mental
maupun
Guru mata pelajaran dapat menjalankan perannya
dengan
memasyarakatkan
emosional untuk memberikan sumbangan
bimbingan dan konseling kepada peserta
kepada
keputusan
didik, dan memberikan informasi terkait
keterlibatan
siswa kepada konselor. Dengan adanya
bersangkutan
kerjasama yang baik antara kedua pihak yaitu
proses
pembuatan
mengenai
persoalan
pribadi
orang
melaksanakan
dimana yang
tanggung
jawab
untuk
melakukannya.
pelaksanaan bimbingan dan konseling di
Bentuk partisipasi guru mata pelajaran dalam
membangun
konselor
antara
informasi
tentang
guru mata pelajaran dan konselor maka
kolaborasi
lain:
(1)
peserta
sekolah akan menjadi efektif dan optimal.
dengan
Kerjasama yang baik diciptakan dengan
Memperoleh
membangun persepsi yang baik pula dari guru
seperti
mata pelajaran mengenai pribadi konselor,
kehadiran, prestasi belajar, kebiasaan dalam
dan persepsi yang baik di dapatkan dengan
mengikuti
peningkatan kualitas pribadi konselor dalam
pelajaran
didik
yang
diberikan,
partisipasi peserta didik dalam kelas; (2)
tiga
Membantu mengatasi masalah peserta didik.
keterampilan dan kepribadian yang menjadi
Bentuk kolaborasi dalam hai ini konselor
indikator
yaitu
pengetahuan,
46 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 39-48
dasar stimulus bagi persepsi guru mata
tidak baik, maka guru mata pelajaran akan
pelajaran.
berpersepsi negatif terhadap konselor.
Penelitian yang dilakukan oleh Low
Persepsi positif dari guru mata pelajaran
(2014) mengenai layanan konseling dengan
didapatkan
pribadi
guru
menunjukkan kualitas pribadi yang optimal,
bimbingan
Hal tersebut dapat menjadi stimulus bagi guru
konselor
memandang konseling
yang
bahwa di
memandang
layanan
sekolah layanan
membuat
penting.
konseling
Guru
mata
apabila
pelajaran
konselor
dalam
mampu
menciptakan
sebagai
persepsinya. Dengan munculnya persepsi
bantuan meliputi: (1) siswa dipandang sebagai
positif dari guru mata pelajaran terhadap
individu yang utuh, (2) menawarkan sumber
konselor, maka akan meningkatkan partisipasi
potensi bagi guru untuk mempelajari lebih
dari guru mata pelajaran terhadap layanan
lanjut tentang siswa melalui perspektif yang
dalam bimbingan dan konseling sehingga
berbeda; (3) konselor sekolah dapat bekerja
sinergisitas
dengan orangtua dan keluarga terutama dalam
pembelajaran yang optimal di sekolah.
alih tangan kasus.
Saran
Berdasarkan hasil riset di atas diketahui
ini
akan
menghasilkan
Eksistensi konselor di sekolah masih
bahwa layanan bimbingan dan konseling
perlu
dapat membantu guru mata pelajaran dalam
keterbatasan persepsi guru mata pelajaran
memahami peserta didik dan mampu menjalin
menangani
hubungan kerjasama dengan berbagai pihak
Berbagai upaya peningkatan persepsi positif
untuk pemecahan masalah peserta didik.
guru mata pelajaran terhadap konselor perlu
PENUTUP
dilakukan.
Kesimpulan
penguatan layanan bimbingan dan konseling,
Persepsi guru mata pelajaran terhadap kualitas pribadi
karena
kualitas
Upaya
pribadi
tersebut
masih
ada
konselor.
antara
lain
peningkatan profesionalitas konselor sekolah,
karena
unjuk performansi konselor di masyarakat,
memperhatikan sesuatu yang nampak pada
serta keterlibatan aktif konselor diberbagai
diri
aktivitas sosial.
konselor
keterampilan,
konselor terjadi
ditingkatkan,
meliputi dan
pengetahuan,
kepribadian.
Jika
Selain bertugas memberikan layanan di
kepribadian konselor baik, maka guru mata
sekolah, konselor juga harus berupaya keras
pelajaran akan berpersepsi positif terhadap
dalam memperbaiki persepsi siswa atau
konselor sebaliknya jika kepribadian konselor
masyarakat tentang keberadaannya. Oleh karena
itu,
sungguh
hal
yang
patut
Putri, Febrianti, Mulawarman, Persepsi Guru Terhadap... 47
direnungkan dan menjadi tantangan ketika terdapat
pandangan
negatif
mengenai
konselor sekolah. DAFTAR RUJUKAN Amin, Zakki N., Mulawarman., Nugraheni, E P., Carti. (2016). Counsellors’ Personal Quality in Public Senior High School. Advances in Economics, Business and Management Research, volume 14. Beesley, Denise. (2004). Teachers' Perceptions Of School Counselor Effectiveness: Collaborating For Student Success. Education Journal, 125, 2: 259-270. Cavanagh, ME & Levitov, J.E. (2002). The Counseling Experience: A Theoretical and Practical Approach. USA: Wafeland Press, Inc. Cooper, M., Hough, M., & Loynd, C. (2005). Scottish secondary school teachers’ attitudes towards, and conceptualisations of, counseling. British Journal of Guidance and Counseling, 33 (2), 199–212. Corey, Gerald. (2013). Theory and Practic of Counseling and Psychotherapy (Ninth Edition). California: Brooks/Cole. Davish, S.M.B, Howes, A.J., & Farrell, P. (2008). Tensions and Dilemmas as Drives for The Change in an Analysis of Joint Working Between Teachers and Educational Psychologysts. School Pshycology International, 29 (4), 400-417. Dean, R. S. (1980). A comparison of preservice and experienced teachers’ perceptions of the school psychologist. Journal of School Psychology, 18 (3): 283–289. Dimakos, I. C. (2006). The attitudes of Greek teachers and trainee teachers towards the development of school psychological and counseling services. School Psychology International, 27 (4): 415–425.
Enache, R.G. (2015). The Students’ Personal and Professional Development as Psychological Counsellors. Journal Procedia Social and Behavioral Sciences,150, 250-259. Farrell, P., Jimerson, S. R., Kalambouka, A., & Benoit, J. (2005). Teachers’ perception of school psychologists in different countries. School Psychology International, 26 (5): 525–544. Gilman, R., & Gabriel, S. (2004). Perceptions of school psychological services by education professionals: Results from a multi-state survey pilot study. School Psychology Review, 33 (2): 271–286. Gilman, R., & Medway, F. J. (2007). Teachers’ perceptions of school psychology: A comparison of regular and special education teacher ratings. School Psychology Quarterly, 22 (2): 145–161. Joy, Rhonda M., Hesson, Jackie B., Harris Gregory E. (2011). Preservice Teacher Perceptions of School Counsellor Responsibilities. Canadian Journal of Counselling and Psychotherapy, 45, (4): 386-405. J. McLeod, An introduction to counselling, 4rd ed., New York: McGraw-Hill Open University Press, 2009, pp. 612613. Juntika N, Ahmad. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama. Low, P.K. (2015). School Counseling in Singapore; Theacers Thoughts and Perseption. Asia Pasific Journal of Counseling and Psychoterapy, 6 (12): 17-27. Khansa, Rhaca. (2015). Teachers’ Perception Toward School Counselors In Selected Private Scholls in Libanon. Jurnal Procedia Social and Behavioral Sciences. 185: 381-387. Langford, D. (2006). Preservice teachers’ perception of the role and function of the school counselor(doctoral dissertation). Available from ProQuest
48 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 39-48
Dissertations and Theses database. (UMI No.3214034). Rogers, C. 1961. On Becoming a Person: Pandangan seorang Terapis tentang Psikoterapi. Alih Bahasa oleh Rahmat Fajar. (2012). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyo. (2014). Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang: Widya Karya. Watkins, M. W., Crosby, E. G., & Pearson, J. L. (2001). Role of the school psychologist. School Psychology International, 22 (1): 64–73. Willis, S. 2007. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.