PERANAN GURU DALAM MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI SEBAGAI BENTUK KREATIVITAS MENULIS SISWA Oleh Lusia Matulessy Guru SMA Negeri 1 Leihitu Barat Kabupaten Maluku Tengah
Abstrak: Menulis merupakan salah satu aspek penting dalam keterampilan berbahasa selain keterampilan menyimak, berbicara, dan keterampilan membaca. Kegiatan menulis sendiri merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis juga dapat diartikan sebagai penuangan ekspresi batin dalam bentuk tulisan. Keterampilan menulis, pada umumnya tidak akan muncul dengan sendirinya tanpa melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Semakin banyak latihan maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mampu menulis. Pada prinsipnya, aktifitas menulis tidak banyak diantara kita yang menyukainya. Alasan umumnya adalah seseorang tidak tahu untuk apa dia menulis dan merasa bahwa dirinya tidak berbakat menulis. Ketidaksukaan akan menulis, tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat siswa untuk menulis. Salah satu alasan siswa kurang termotivasi untuk menulis adalah karena gurunya sendiri. Guru terkadang dalam penyampaian materi pelajaran masih menggunakan metode ceramah yang sangat membosankan dan membuat siswa mudah merasa jenuh. Beberapa ahli berpendapat bahwa kemampuan
menulis pada siswa dapat ditingkatkan sejak dini. Hal tersebut dimulai dari menulis karangan sederhana dengan tema yang ditentukan sendiri oleh siswa. Karangan sederhana yang akan dituangkan dapat berasal dari suatu pengalaman pribadi yang secara langsung dialami. Dengan pendekatan tersebut, siswa akan terbiasa menuangkan ekspresi batinnya lewat tulisan, sehingga secara alamiah timbul dorongan untuk mulai meningkatkan keterampilan menulis. Kata-kata kunci: Peranan Menulis, Pengalaman Pribadi.
Guru,
PENDAHULUAN Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia berfungsi untuk mengembangkan penalaran siswa. Selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan berfikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan disitasi Muchlisoh (1996: 257) ada empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pengajaran bahasa adalah: (1) keterampilan menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3) keterampilan membaca (reading skills); dan (4) keterampilan menulis (writting skills). Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-12
46
Salah satu bidang aktivitas dan materi pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah yang memegang peranan penting ialah pengajaran menulis. Menulis merupakan salah satu kompetensi bahasa yang ada dalam setiap jenjang pendidikan, mulai tingkat prasekolah hingga perguruan tinggi. Menulis adalah salah satu dari 4 keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh siswa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1219) menulis diartikan sebagai suatu proses yang melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Menurut Akhadiah (2002:2) menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkan secara tersurat. Sejalan dengan hal itu, Mulyati et al. (2008) menambahkan bahwa menulis merupakan suatu proses berfikir dan menuangkan pemikiran itu dalam bentuk wacana (karangan). Kegiatan menulis sendiri merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan ini, setiap orang haruslah memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata dengan baik dan benar sehingga makna yang dituliskan tidak menjadi bias. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur. Semakin banyak latihan maka semakin besar kemungkinan siswa untuk mampu menulis. Kemampuan menulis secara hakiki merupakan kemampuan menggunakan diksi dan struktur bahasa. Kecermatan dalam pemilihan
kata serta penggunaan struktur bahasa secara benar pada hakikatnya merupakan hal yang sangat penting peranannya dalam proses penulisan. Selain itu, dalam proses menulis sangat diperlukan ketelitian yang tinggi agar menghasilkan tulisan yang baik, mulai dari penulisannya, tanda bacanya, dan ejaannya juga diperhatikan. Hasil dari proses penulisan yang dilakukan oleh siswa adalah sebagai tolak ukur penilaian guru mengenai bentuk kreativitas yang dimiliki siswa. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suparno dan Yunus (2003: 14), aktifitas menulis tidak banyak diantara kita yang menyukainya. Alasan umumnya adalah seseorang tidak tahu untuk apa dia menulis dan merasa bahwa dirinya tidak berbakat menulis. Ketidaksukaan akan menulis, tidak lepas dari pengaruh lingkungan keluarga dan masyarakatnya, serta pengalaman pembelajaran menulis di sekolah yang kurang memotivasi dan merangsang minat siswa untuk menulis. Salah satu alasan siswa kurang termotivasi untuk menulis adalah karena gurunya sendiri. Guru terkadang dalam penyampaian materi pelajaran masih menggunakan metode ceramah yang sangat membosankan dan membuat siswa mudah merasa jenuh. Beberapa ahli berpendapat bahwa kemampuan menulis pada siswa dapat ditingkatkan sejak dini. Hal tersebut dimulai dari menulis karangan sederhana dengan tema yang ditentukan sendiri oleh siswa. Karangan sederhana yang akan dituangkan dapat berasal dari suatu pengalaman pribadi yang secara langsung dialami. Dengan pendekatan tersebut, siswa akan terbiasa menuangkan ekspresi batinnya lewat tulisan, sehingga secara alamiah timbul dorongan untuk mulai meningkatkan keterampilan menulis. Menurut Bereiter
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-12
47
dan Scardamalia disitasi Hyland (2002:27) yang terpenting bagi penulis pemula adalah adanya kesanggupan untuk menyampaikan isi, memberitahukan sesuatu yang mereka bisa ingat berdasarkan tugas, topik, dan genre (model knowledgetelling). Berdasarkan uraian di atas, maka secara berurutan akan dibahas mengenai pengertian dan tujuan menulis, pembelajaran menulis, pengertian dan jenis-jenis pengalaman pribadi, peranan guru dalam menulis pengalaman pribadi. PEMBAHASAN Pengertian dan Tujuan Menulis Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Menulis bukanlah hal yang sulit namun tidak juga dikatakan mudah. Menulis dikatakan bukan hal yang sulit bila menulis hanya diartikan sebagai aktivitas mengungkapkan gagasan melalui lambang-lambang grafis tanpa memperhatikan unsur penulisan dan unsur di luar penulisan seperti pembaca. Sementara itu, sebagian besar orang berpendapat bahwa menulis bukan hal yang mudah sebab diperlukan banyak bekal bagi seseorang untuk keterampilan menulis. Nurgiantoro (2001:273) mengungkapkan bahwa menulis adalah aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa. Batasan yang dibuat Nurgiantoro sangat sederhana, menurutnya menulis hanya sekedar mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat dalam bahasa tulis, lepas dari mudah tidaknya tulisan tersebut dipahami oleh pembaca. Sejalan dengan hal itu, pendapat senada juga disampaikan oleh Semi (1993:47) yang menyatakan menulis sebagai tindakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam bahasa tulis dengan
menggunakan lambang-lambang atau grafem. Berbeda dari kedua pakar di atas, Gie (2002:3) berpendapat bahwa menulis diistilahkan mengarang yaitu segenap rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami. Dengan mencermati pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menulis tidak hanya mengungkapkan gagasan melalui media bahasa tulis saja tetapi juga meramu tulisan tersebut agar dapat dipahami oleh pembaca. Pendapat senada disampaikan oleh Tarigan (1983: 21) yang menyatakan bahwa menulis adalah menemukan atau melukiskan lambanglambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menurut Byrne disitasi St.Y. Slamet (2008: 141) mengungkapkan bahwa keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata dapat disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui kalimatkalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap, dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Jurnal internasional oleh yang membicarakan tentang penelitian menulis (journal of writing research) mengemukakan beberapa hal yang terkait dengan menulis sebagai berikut: Writing contributes uniquely to learning.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-12
48
Through writing we can create new possibilities not inherent to speaking and observation (Emig, 1977). Yang berarti bahwa menulis dapat memberikan kontribusi yang berarti untuk belajar. Melalui menulis seseorang dapat mengekspresikan halhal yang bersifat baru yang tidak berfokus pada berbicara dan observasi semata (Emig, 1977). Sejalan dengan pengertian tersebut Russell (1997); Young (1994) menyatakan bahwa: Writing is an active learning process key to improving communication (both written and oral) and thinking, writing is embedded within social process some formal and others informal, and writing is primarily (although formal not exclusively) in a social activity. Yang berarti menulis adalah proses pembelajaran aktif yang dijadikan kunci untuk meningkatkan komunikasi (baik tertulis maupun lisan) dan berpikir, menulis adalah proses sosial dalam bentuk formal maupun informal, dan menulis adalah kegiatan utama (walaupun tidak eksklusif) dalam aktivitas sosial (Russell, 1997; Young, 1994). Menurut Mc. Crimmon disitasi St.Y. Slamet (2007: 96), menulis adalah kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara menuliskan sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan jelas. Begitu pula menurut Hernowo (2002: 116) yang menyatakan menulis merupakan suatu proses melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Dengan demikian, menulis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengemukakan suatu ide atau gagasan dalam bentuk lambang bahasa tulis agar dapat dibaca oleh orang lain.
Dari pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa setidaknya ada tiga hal yang ada dalam aktivitas menulis yaitu adanya ide atau gagasan yang melandasi seseorang untuk menulis, adanya media berupa bahasa tulis, dan adanya tujuan menjadikan pembaca memahami pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis. Susiamiharja (1997:10) menyatakan bahwa tujuan dari menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang dipergunakan. Pembelajaran Menulis Pembelajaran menulis merupakan suatu kegiatan yang berencana serta mempunyai tujuan. Pembelajaran menulis terdapat dalam pembelajaran keterampilan berbahasa di samping keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Keempat keterampilan berbahasa tersebut dalam pembelajaran harus mendapat porsi yang seimbang dan dalam pelaksanaannya dilakukan secara terpadu dan intensif. Tujuan dari pembelajaran menulis adalah membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berkomunikasi secara tertulis. Menurut Purwo (1997:7), dalam kegiatan menulis bukan panjang tulisan yang dipentingkan, melainkan kejelasan isi tulisan serta efisiensi pemakaian dan pemilihan kata. Karena itu, selama kegiatan menulis berlangsung siswa perlu disadarkan bahwa ada cara penataan atau penyusunan kata dalam pembelajaran keterampilan menulis. Pada dasarnya, keterampilan menulis sangat penting dimiliki oleh siswa dalam mencapai tuntutan dari kompetensi dasar. Para siswa sebagai pelajar akan lebih mudah berpikir kritis
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-12
49
dan kreatif dalam pembelajaran menulis apabila dilatih menulis secara rutin dan terus-menerus. Pada pembelajaran menulis, siswa merupakan pelaku utama dalam kegiatan belajar mengajar. Ia memiliki sejumlah potensi yang harus dikembangkan oleh guru. Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan belajar mengajar harus mempunyai teknik yang tepat agar dapat menumbuhkembangkan potensi yang dimiliki siswa. Guru harus mampu membuat pembelajaran menjadi menyenangkan (accelerated teaching). Potensi siswa akan tumbuh dengan baik dalam suasana pembelajaran yang baik pula. Bakat yang tersembunyi digali sehingga siswa secara dramatis mampu melejitkan kemampuan dalam menyerap dan menyimpan informasi (accelerated learning). Untuk itulah, keterampilan menulis diperoleh dari pengalaman yang berulang-ulang melalui suatu proses latihan yang terstruktur dan memotivasi siswa dari fasilitator yang berkompeten dan professional. Pengertian dan Jenis-Jenis Pengalaman Pribadi Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia pernah mengalami kejadian yang dianggap sebagai kejadian lucu, khas, unik, aneh, menyedihkan, mengharukan, dan menggembirakan. Pada hakikatnya setiap individu mempunyai pengalaman yang berbeda satu dengan yang lain. Adapun kemungkinan terdapat kesamaan pengalaman secara persis sifatnya sangat jarang terjadi. Berbagai pengalaman tersebut akan lebih bermakna apabila dapat dikomunikasikan dengan orang lain. Dengan demikian orang lain juga dapat turut merasakan atau terbawa dalam suasana yang diceritakan. Dalam
konteks ini komunikasi dilakukan dengan media tulisan. Namun demikian sebenarnya pengalaman pribadi dapat pula dikomunikasikan secara lisan kepada orang lain. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 disebutkan bahwa jenis-jenis pengalaman pribadi di antaranya pengalaman lucu, pengalaman aneh, pengalaman mendebarkan, pengalaman mengharukan, pengalaman memalukan, dan pengalaman yang menyakitkan. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing pengalaman pribadi di atas. 1. Pengalaman Lucu Merupakan pengalaman yang paling sering diceritakan atau dikomunikasikan kepada orang lain. Pengalaman ini sering membuat orang merasa ikut terlibat dan akhirnya tertawa. Misalnya, seorang lelaki yang memasuki toilet wanita atau sebaliknya. Kejadian ini akan menimbulkan kelucuan bagi setiap orang yang melihat atau mendengarkan cerita tersebut. 2. Pengalaman Aneh Merupakan pengalaman yang mungkin saja terjadi hanya sekali seumur hidup. Dikatakan demikian karena umumnya pengalaman yang aneh sangat jarang terjadi. Misalnya, pintu rumah diketok pada tengah malam dan tidak ada tandatanda hadirnya tamu. Kejadian ini dipandang sungguh aneh bagi orang-orang karena situasi sudah larut malam dan biasanya orang tidak bertamu di rumah pada larut malam. 3. Pengalaman Mendebarkan Merupakan pengalaman ketika seseorang berada dalam situasisituasi tertentu dan tidak seperti
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-12
50
biasanya. Misalnya, menunggu hasil ujian, menunggu giliran untuk berpidato atau presentasi, menunggu giliran operasi dan lainlain. 4. Pengalaman Mengharukan Merupakan ungkapan perasaan hati seseorang untuk dikomunikasikan dengan orang lain yang bersifat mengharukan. Setiap manusia pasti dalam alur kehidupan pernah mengalami pengalaman yang mengharukan. Pada pengalaman yang mengharukan, para pelakunya bahkan sampai menangis menghadapinya. Misalnya, mendengarkan atau membaca kisah sedih sehingga tanpa disadari kita berada dalam suasana keharuan sampai kita meneteskan air mata, atau kita melihat orang cacat yang tertatih-tatih mencari sesuap nasi atau kisah perjumpaan ibu dan anak yang sudah lama berpisah. 5. Pengalaman Memalukan Adalah pengalaman seseorang yang mengalami kejadian memalukan. Pada pengalaman memalukan, biasanya korban dan orang-orang terdekatnya akan menanggung rasa malu. Bagi korban dan keluarganya, pengalaman seperti ini akan terus diingat seumur hidup. Meskipun orang sudah melupakannya, bagi korban pengalaman seperti ini tidak akan pernah dilupakan. Misalnya, rok yang tiba-tiba robek karena terkait kawat kemudian orang-orang melihat dan memperhatikan, akibatnya korban akan mengalami rasa malu. 6. Pengalaman Menyakitkan Adalah pengalaman yang paling membekas dalam sanubari pelakunya dan sangat sulit untuk
dilupakan. Biasanya, pelaku akan selalu teringat akan peristiwa tersebut. Bahkan, bagi orang-orang yang amat perasa, dalam menjalani kehidupannya, pengalaman seperti ini akan terus terbawa dalam ingatannya. Misalnya, pengalaman ketika salah satu anggota keluarga meninggal dunia atau pengalaman ketika seorang istri “dimadu” oleh suaminya. Peranan Guru Dalam Menulis Pengalaman Pribadi Menulis pengalaman pribadi merupakan suatu bentuk karangan narasi nonfiksi. Karangan narasi merupakan tulisan yang berusaha menyajikan suatu peristiwa, baik kenyataan atau rekaan secara menarik berdasarkan urutan waktu atau kronologis, sehingga pembaca dapat merasakan atau memahami mengapa peristiwa itu terjadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), narasi mengandung arti pengisahan suatu cerita atau kejadian--menyajikan sebuah kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu (KBBI, 2007:774). Maksudnya, narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelasjelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi secara kronologis. Hal ini terlihat jelas dari komponen-komponen yang membentuk suatu karangan narasi yang meliputi tindakan, penokohan, latar (setting), alur (plot), dan sudut pandang. Perbuatan adalah setiap tindakan yang harus diungkapkan secara terperinci dalam komponen-komponennya sehingga pembaca merasakan seolah-olah mereka sendirilah yang menyaksikan semua itu. Penokohan dalam pencitraan dapat diperoleh dengan usaha memberi
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-12
51
gambaran mengenai tindakan dan ucapan-ucapan para tokohnya (pendukung karakter), sejalan tidaknya kata dengan perbuatan. Latar adalah latar dari peristiwa dalam karya baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Pada umunya, latar yang bersifat fisikal sangat berhubungan erat dengan tempat, sedangkan latar psikologis adalah latar yang berupa lingkungan atau suasana dalam lingkungan tertentu yang mampu menggambarkan suatu makna tertentu serta mampu mengajak emosi dari pembaca untuk menunjang pendeskripsian. Alur merupakan struktur penceritaan yang dapat bergerak. Alur terdiri atas alur mundur, alur maju, atau gabungan dari kedua alur tersebut (alur campuran). Pergerakan alur dijalankan oleh tokoh cerita. Dalam menulis pengalaman pribadi biasanya menggunakan alur maju karena terdapat fase-fase seperti diawali dengan pengenalan, konflik, klimaks, dan pengakhiran. Hal ini tampak pada sebuah karangan dalam bentuk sederhana yang mengurutkan kejadian secara alamiah (natural order) atau mengurutkan proses suatu peristiwa dalam urutan waktu kejadiannya (kronologis). Sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkan. Dalam narasi, peranan sudut pandang sangat penting sebagai teknik untuk menggarap suatu narasi. Dalam menulis pengalaman pribadi, sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang pertama. Presentasi sudut pandang orang pertama ini disebut juga sudut pandang terbatas (limited point of view). Dikatakan demikian karena penulis secara sadar membatasi diri pada apa yang dilihat
atau apa yang dialami sendiri sebagai pencerita. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam menulis pengalaman pribadi adalah pengembangan gagasan. Pengembangan gagasan inilah yang dapat menyatukan ide secara utuh dan padu untuk disampaikan secara tertulis. Pada penulisan pengalaman pribadi, sebaiknya gagasan yang akan disampaikan dalam tulisan menggunakan bahasa yang menarik, komunikatif, kreatif, dan ekspresif agar terjalin hubungan yang erat antara penulis dan pembaca. Dalam pengajaran Bahasa Indonesia, menulis pengalaman pribadi memiliki manfaat yang khas, yaitu penulis dapat mengungkapkan pesan dari perasaannya terhadap pembaca ihwal pengalaman pribadinya sesuai dengan apa yang dialami oleh penulis tersebut dengan berbagai topik yang menarik. Penulis juga dapat menyusun pikiran melalui penggunaan kata-kata dan struktur kalimat yang baik. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis hendaknya memiliki kreativitas dalam mengorganisasikan gagasan pengalamannya secara sistematis. KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas, menulis pengalaman pribadi bermanfaat untuk menggali potensi diri yang ada pada setiap siswa, melatih siswa untuk dapat mengembangkan berbagai gagasan, menyerap dan merefleksikan fenomena kehidupan yang dialami secara nyata, sehingga siswa secara psikologis akan lebih bijak memandang setiap persoalan yang dialaminya. Dengan demikian, selain aspek kognitif dan psikomotorik yang meningkat, aspek afektif pun semakin baik.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-12
52
Selain manfaat yang bisa didapat dari menulis pengalaman pribadi, siswa juga cenderung mengalami kesulitan dalam menulis pengalaman pribadinya. Kesulitan tersebut terlihat dalam hal menemukan ide atau gagasan utama dalam tulisannya. Penyebab adalah siswa cenderung tidak memperhatikan hasil tulisan yang mereka hasilkan. Mereka hanya berfikir agar tugas cepat terselesaikan. Hal ini mengakibatkan banyak kesalahan dari hasil karya siswa yang tidak mereka sadari. Kesalahan ini terdapat pada hal pemilihan kata-kata untuk menyusun kalimat, pemilihan kata penghubung antar kalimat, penulisan ejaan, dan kesalahan dalam hal keruntutan cerita. Menurut Anonim (2011), penyebab kesalahan dalam menulis pengalaman pribadi datangnya dari siswa itu sendiri yang kurang teliti dan dari guru yang menyampaikan materi pelajaran. Terkadang dalam penyampaian materi pelajaran guru masih menggunakan metode ceramah yang sangat membosankan dan membuat siswa mudah merasa jenuh. Ketika sampai pada waktu pemberian tugas siswa sudah merasa capek sehingga mengerjakan tulisannya dengan asal-asalan. Dalam proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi, guru sebaiknya mengarahkan siswa untuk menulis karangan yang gagasan awalnya berasal dari pengalaman siswa itu sendiri. Siswa dilatih oleh guru untuk menulis karangan dengan beberapa judul yang dipilihnya sesuai dengan minat siswa untuk menceritakan pengalamanya. Sebaiknya siswa yang satu berbeda judul dengan siswa yang lainnya. Dengan berbuat demikian maka setiap siswa akan merasa kesulitan tersendiri dan masing-masing siswa akan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal terpenting yang
harus diajarkan oleh guru kepada siswa dalam menulis pengalaman pribadi adalah pemilihan kata yang menarik (diksi), karangan sebaiknya harus rapi, bentuk ejaannya harus benar, dan harus sesuai dengan kaidah berbahasa yang baik, serta karangan tersebut harus memiliki nilai kelogisan. SUMBER RUJUKAN Akhadiah, Sabarti, dkk. 1995. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. David, Holliway. 2009. Volume 20, Number 3, 447-461 2009, Volume 20, Nomor 3, 447-461. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education. Towards a SenseMaking Pedagogy: Writing Activities in Pedagogi Sense an Undergraduate Learning Theories Course. Washington State University, Tri-Cities. http:// www. isetl. org/ ijtlhe/ http:// www. isetl. org/ ijtlhe/ pdf/ IJTLHE387 Diunduh tanggal 16 Februari 2012. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Henry Guntur Tarigan. 1991. Metodologi Pengajaran Bahasa 1. Bandung: Angkasa. Hernowo. 2002. Mengikat Makna. Bandung: Kaifa. Hernowo.http://www.mizan.com/index.p hp?fuseaction=emagazine&id=37 &fid=384. Diunduh, 02 Maret, 2012. Hernowo. 2003. Quantum Writing. Bandung: MLC.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-12
53
Iskandarwassid dan Iis Ristiani. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Model Pembelajaran Teknik VisualAuditif-Taktil (Penelitian pada siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Cianjur). Jurnal Pendidikan Vol 11 No 1. St.Y. Slamet. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. St.Y. Slamet .2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. St.Y. Slamet. 2008. Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. The Liang Gie. 1992. Pengantar Dunia Karang Mengarang. Yogyakarta: Liberty. Yeti Mulyati, dkk. 2008. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Yunica, A. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis Pengalaman Pribadi Melalui Teknik Modeling dengan Pendekatan Kontekstual Pada Siswa Kelas VIIC SMP Negeri 1 Ulujami Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah. FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Jurnal Pendidikan ”Jendela Pengetahuan” Vol ke-5, Cetakan ke-12
54