MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS PARAGRAF MELALUI KARTIN LAURESTABO NIM. 151 409 376 MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBIMBING Hj. Sumarni Mohammad S.Pd, M.Pd Dra Ratnarti Pahrun, M.Pd ABSTRAK Kartin Laurestabo. 2013. Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Menulis Paragraf Melalui Metode Inkuiri Di Kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Hj. Sumarni Mohammad S.Pd, M.Pd dan pembimbing II Dra Ratnarti Pahrun, M.Pd. Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah kemampuan siswa dalam menulis paragraf dapat ditingkatkan melalui metode inkuiri di kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango?” Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengumpulan data melalui proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf melalui metode inkuiri di kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi, tes dan dokumentasi. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan sebanyak dua siklus diperoleh hasil dari 23 jumlah siswa yang dikenai tindakan pada siklus I yang mencapai kategori mampu sejumlah 14 orang atau 60.13%. Sedangkan pada siklus II kemampuan meningkat menjadi sejumlah sejumlah 21 orang atau 91.30%. Berdasarkan tindakan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa metode Inkuiri dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf di kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Kata Kunci: Menulis Paragraf, Metode Inkuiri
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan peneliti pada siswa kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango, diperoleh data bahwa dari 23 orang siswa hanya 9 orang atau persentase sebesar 39.87% yang dapat menulis paragraf. Sedangkan 14 orang siswa atau persentase 60.13% belum mampu menulis paragraf. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa masih rendah dan perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kemampuan pada materi tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah melakukan perbaikan hasil pembelajaran melalui penelitian tindakan proses siklus dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis paragraf melalui metode inkuiri di kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango.
Manfaat Penelitian Peneltian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat sebagai berikut Manfaat Teoretis Ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari hasil pelaksanaan penelitian ini yatiu bagi : 1. Guru Sebagai pengalaman berharga dalam menyusun perencanaan pembelajaran menulis paragraf serta sebagai bekal yang berguna untuk penelitian lebih lanjut. 2. Siswa Dapat meningkatkan kemampuan dalam menulis paragraf dan memotivasi siswa untuk meningkatkan belajarnya. 3. Sekolah Dapat dijadikan sebagai acuan serta pegangan dalam memberikan pembinaan dan bimbingan kepada siswa dalam meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia. 4. Peneliti Hasil penelitian ini merupakan salah satu acuan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan serta profesionalisme guru dalam rangka pemilihan metode pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah.
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pengertian Menulis Menurut Nurgiyantoro (2012:191) bahwa “Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola berbahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan”. Sedangkan menurut Tarigan (2008: 22) bahwa “Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu”. Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu pada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya segala ide, pikiran dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang berpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat apa yang dikomunikasikan penulis. Menulis merupakan proses kreatif dalam menuangkan gagasan. Hal ini sejalan dengan pendapat Atar (2007:14) bahwa “Menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan”. Dalam pengertian ini menulis memiliki tiga aspek utama yaitu: 1) adanya tujuan atau maksdu tertentu yang hendak dicapai. 2) adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomuikasikan. 3) adanya sistem pemindahan gagasan, yaitu berupa sistem bahasa. Dalam kegiatan berbahasa, menulis melibatkan empat unsur, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, medium tulisan, serta pembaca sebagai penerima pesan. Kegiatan
menulis sebagai sebuah perilaku berbahasa memiliki fungsi dan tujuan: personal, interaksional, informatif, instrumental, heuristik, dan estetis. Menurut Suparno dan Yunus (2007: 1.3) mendefinisikan “Menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya”. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah simbol atau lambing bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya. Hardini dan Puspitasari (2012: 203) menyatakan bahwa “Menulis merupakan kemampuan berkomukasi melalui bahasa yang tingkatannya paling tinggi. Kemampuan menulis menulis mengandalkan kemampuan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif”. Kemampuan menulis merupakan usaha untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seorang pemakai bahasa melalui bahasa tulis. Sebagai bahan dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Mulyati (2007: 5.3) mengemukakan bahwa “Menulis adalah suatu proses berpikir dan menuangkan pemikiran dalam bentuk wacana atau karangan. Tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran”. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. Menurut Akhadiah (dalam Depdiknas, 2009: 120) “Menulis merupakan
aktivitas
pengekspresian
ide,
gagasan,
pikiran
atau
perasaan
ke
dalam
lambang-lambang kebahasaan”. Berdasarkan pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa menulis adalah adalah menurunkan atau melukiskan gambar-gambar grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut. Tujuan Menulis Untuk mengetahui tujuan menulis maka penulis mengutip teori yang diungkapkan oleh Atar (2007: 14) yaitu sebagai berikut: 1. Untuk menceritakan sesuatu Menceritakan sesuatu kepada orang lain mempunyai maksud agar orang lain atau pembaca tahu tentang apa yang dialami yang bersangkutan. Pembaca tahu apa yang dimpikan, dikhayalkan, dan dipikirkan penulis. Dengan begitu terjadi kegiatan berbagi pengalaman, perasaan, dan pengetahuan. 2. Untuk memberikan petunjuk atau pengarahan Tujuan menulis yang kedua ialah memberikan petunjuk atau pengarahan. Bila seorang mengajari orang lain bagaimana mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang benar, berarti dia sedang member petunjuk atau pengarahan. 3. Untuk menjelaskan sesuatu Apabila kita menghadapi atau membaca berbagai buku pelajaran, tentu kita akan merasakan bahwa buku itu berisi berbagai penjelasan. 4. Untuk meyakinkan
Orang menulis adalah untuk meyakinkan orang lain tentang pendapat atau pandangannya mengenai sesuatu. Mengapa seseorang perlu meyakinkan orang lain tentang pandangan atau buah pikirannya? Karena orang sering berbeda pendapat tentang banyak hal. 5. Untuk merangkum Biasanya orang menulis untuk merangkum sesuatu. Tujuan menulis semacam ini umumnya dijumpai pada kalangan siswa sekolah, baik yang berada di sekolah dasar, sekolah menengah mapun para mahasiswa yang berada diperguruan tinggi Manfaat Menulis Yunus dan Suparno (2007: 1.4) menyatakan manfaat menulis yaitu: 1. Peningkatan kecerdasan. Seseorang yang yang sering melakukan aktivitas membaca, akan membantu meningkatkan kecerdasan. Dengan membaca kita akan lebih memahami makna dari suatu bacaan. 2. Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas. Membaca merupakan hal yang sangat penting, dengan membaca seseorang akan memiliki inisiatif dan kreatifitas yang tinggi terhadap karya-karya yang akan dibuatnya. 3. Penumbuhan keberanian. Semakin seseorang melakukan aktivitas membaca, maka akan menambah keberanian dalam hal memutuskan segala macam permsalahan yang terjadi. 4. Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi. Untuk menciptakan dan mengumpulkan informasi yang lebih, maka salah satu hal yang akan dilakukan adalah dengan membaca. Karena membaca akan menimbulkan motivasi seseorang. Pengertian Paragraf A.L Becker (dalam Tarigan, 2008: 94) menyatakan bahwa “Paragraf adalah suatu kesatuan (atau unit) yang ditandai oleh hadirnya jenis-jenis slot (celah-celah) tertentu yaitu celah yang memperkenalkan
judul,
celah
yang
membatasi
judul,
celah
yang
menguraikan
atau
mengembangkan judul yang telah dibatasi itu”. Sedangkan menurut Pateda dan Pulubuhu (2005: 151-152) “Paragraf adalah rangkaian kalimat yang utuh dan koheren yang berisi ide, gagasan, kosep atau pokok pikiran yang mengandung atau berkaitan dengan topic yang sedang dibahsa”. Secara ortografis paragraf di tandai oleh adanya kalimat yang menjorok ke kanan atau ke dalam. Menurut Suparno dan Yunus (2007: 3.16) bahwa “Paragraf adalah satuan bagian karangan yang digunakan untuk mengungkapkan sebuah gagasan dalam bentuk kalimat utama”. Lebih lanjut dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008: 1124) dinyatakan bahwa “Paragraf adalah bagian bab dl suatu karangan, biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dng garis baru; alinea”. Pengertian lain dikemukakan oleh Mulyati (2007: 5.22) bahwa “Paragraf merupakan topik utama atau pikiran utama yang disampaikan kepada pembaca melalui serangkaian kalimat. Paragraf ialah seperangkat kalimat yang mengacu kepada satu topik, Semi (2007: 86). Dengan membaca paragraf pembaca tergolong untuk menerka ide, gagasan, konsep, atau pokok pokiran penulis. Oleh sebab itu, sebelum paragraf disusun sebaiknya tentang gagasan apa yang dikemukakan dan berapa kalimat yang akan digunakan.
Menurut Yunus dan Suparno (2007: 3.17) bahwa “Persyaratan paragraf mencakup: 1) persyaratan kesatuan keutuhan, 2) persyaratan pengembangan, 3) Persyaratan kepaduan 4) Persyaratan kekompakan”. 1) Persyaratan kesatuan Pada hakikatnya, paragraf adalah satu kesatuan atau keutuhan pikiran yang lebih luas daripada kalimat. Arifin dan Tasai (2009:116) mengemukakan bahwa “Dalam sebuah paragraf hanya terdapat satu pokok pikiran. Oleh sebab itu, kalimat-kalimat yang membentuk paragraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada satu pun kalimat yang menyimpang dari ide pokok paragraf itu”. Kalau ada kalimat yang menyimpang dari pokok pikiran paragraf itu, paragraf menjadi tidak berpautan, tidak utuh. 2) Persyaratan pengembangan Gagasan dasar suatu paragraf diungkapkan dalam kalimat topik dan gagasan pengembang diungkapkan dalam kalimat-kalimat pengembang. Kondisi demikain menunjukkan. 3) Persyaratan kepaduan atau koherensi Secara teoretis, setiap kalimat pembangun paragraf yang baik haruslah memiliki kepaduan baik bentuk maupun maknanya. Kepaduan bentuk disebut dengan kohesi, sedangkan kepaduan makna disebut koherensi. Sebuah paragraf yang baik harus mengandung unsur koherensi, yaitu kepaduan bentuk. Sebuah paragraf dapat dikatakan padu dari segi bentuk jika hubungan antarkalimat yang satu dengan kalimat yang lain terjalin dengan kompak dan padu. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila semua kalimat penjelas mendukung kalimat topik. Rusminto (2009:45) mengemukakan bahwa “Kepaduan makna sebuah wacana ditentukan oleh dua hal utama, yaitu (1) keutuhan kalimat-kalimat penjelas dalam mendukung kalimat utama dan (2) kelogisan urutan peristiwa, waktu, tempat, dan proses dalam wacana yang bersangkutan”. 4) Persyaratan kekompakan atau kohesi Persyaratan kekompakan mengatur hubungan antar kalimat yang diwujudkan oleh adanya bentuk-bentuk kalimat atau bagian kalimat yang cocok dalam paragraf. Kekompakan dipilah dalam dua kategori, yakni kekompakan structural dan kekompakan leksikal. Kekompakan struktural ditandai oleh adanya hubungan struktur kalimat-kalimat yang digunakan dalam paragraf, sedangkan kekompakan leksikal ditandai oleh kata-kata yang digunakan dalam paragraf untuk menandai hubungan antarkalimat atau bagian paragraf. Ada beberapa jenis paragraf menurut Suparno dan Yunus (2007: 4.4) yaitu sebagai berikut: 1. Paragraf Narasi Menurut Semi (2007: 32) narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan dengan cara lain: narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi berdasarkan urutan waktu. Hal ini berarti bahwa dalam menulis narasi yang perlu menjadi perhatian utama adalah urutan waktu dari sebuah wacana tersebut.
Menurut Slamet (2007: 103), narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu peristiwa. Sasarannya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya kepada pembaca mengenai fase, urutan, langkah, atau rangkaian terjadinya suatu hal. Narasi merupakan jenis paparan yang biasa digunakan oleh para penulis untuk menceritakan tentang rangkaian kejadian atau peristiwa-peristiwa yang berkembang melalui waktu. Begitu juga dengan yang diungkapkan Narasi adalah bentuk tulisan yang menggarisbawahi aspek penceritaan atas suatu rangkaian peristiwa yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu, baik secara objektif maupun imajinatif. Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa narasi merupakan suatu bentuk karangan yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Sebab itu, unsur yang paling penting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan dan tindakan. 2. Paragraf Deskripsi Menurut Yunus dan Suparno (2007: 4.6) bahwa deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan penulisnya. Karangan jenis bermaksud menyampaikan kesan-kesan tentang sesuatu, dengan sifat dan gerak-geriknya atau sesuatu yang lain kepada pembacanya. Misalnya suasana kampung yang begitu damai, tenteram dan masyarakatnya yang saling tolong menolong atau suasana di jalan raya tentang hiruk pikuknya lalu lintas dapat dapat dilukiskan dalam karangan deskripsi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa paragraf deskripsi adalah suatu bentuk paragraf yang menggambarkan sesuatu sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi. 3. Paragraf Argumentasi Argumentasi adalah tulisan yang bertujuan menyakinkan atau membujuk pembaca tentang pendapat atau penyataan penulis (Semi, 2003:47). Argumentasi bertujuan menyampaikan gagasan berupa data, bukti hasil penalaran, dan sebagainya dengan maksud untuk menyakinkan pembaca tentang kebenaran pendirian atau kesimpulan pengarang atau untuk memperoleh kesepakatan pembaca tentang maksud pengarang. Tujuan utama karangan ini adalah untuk menyakinkan pembaca agar menerima atau mengambil suatu dokrin, sikap, dan tingkah laku tertentu. Adapun ciri-ciri karangan narasi menurut Finoza (2004:207), yaitu 1) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan tujuan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya; 2) Mengusahakan suatu pemecahan masalah; dan 3) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian. Berdasarkan pendapat di atas, argumentasi merupakan karangan yang berusaha menjelaskan suatu masalah dengan menyajikan alasan-alasan. Ketika mengembangan karangan ini,
Penulis harus menganalisis dan menjelaskan suatu masalah secara terperinci dan mendalam, alasan-alasan yang dikemukakan harus didukung dengan bukti-bukti yang menyakinkan. Dengan kata lain, argumen adalah suatu proses benalar. 4. Paragraf Persuasi Karangan persuasi adalah karangan yang berisi paparan berdaya-bujuk, berdaya-ajuk ataupun berdaya himbau yang dapat membangkitkan ketergiuran pembaca untuk meyakini dan menuruti himbauan implisit maupun eksplisit yang dilontarkan oleh penulis. Dengan kata lain persuasi berurusan dengan masalah mempengaruhi orang lain lewat bahasa. 5. Paragraf Eksposisi Karangan eksposisi adalah karangan yang bertujuan uatama untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.dalam karangan eksposisi masalah yang dikomunikasikan adalah informasi berupa : (a) data faktual misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar terjadi misalnya tentang bagaimana suatu operasi diperkenalkan; (b) suatu analisis atau penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta. Seringkali eksposisi berbentuk pendek dan sederhana. Misalnya petunjuk bagaimana menggunakan obat kulit, atau dimana letak gedung pertemuan. Berdasarkan beberapa paragraf di atas, maka penulis lebih memfokuskan pada paragraf narasi sebagai bahan dalam penelitian ini. Pengertian Metode Inkuiri Menurut Muda (2006: 372) menyatakan bahwa “Metode adalah cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan, prinsip dan praktek-praktek pengajaran bahasa”. Sedangkan menurut Uno (2010: 2) bahwa “Pembelajaran merupakan perencanaan atau perancangan sebagai upaya untuk membelajarkan siswa”. Jadi metode metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya prestasi belajar siswa yang memuaskan. Metode Inkuiri adalah metode yang relatif baru. Metode inkuiri disebut juga metode penemuan yang santa penting dilakukan siswa usia seklah dasar. Menurut Sagala (dalam Hardini dan Puspitasari, 2012: 33) menyatakan bahwa “Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas adalam memecahkan masalah”. Menurut Ibrahim dan Wahyuni (2012: 63) bahwa “Inkuiri adalah proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman, yang diawali dengan pengamatan dan pertanyaan yang muncul”. Pembelajaran yang menerapkan prinsip inkuiri dapat mengembangkan berbagai karakter, antara lain berpikir kritis, lgis, kreatif dan inovatif, rasa ingin tahu, mengahrgai pendapat orang lain, santun, jujur, dan tanggung jawab.
Langkah-langkah Penggunaan Metode Inkuiri Menurut Aunurrahman (2012: 162) bahwa metode pembelajaran inkuiri memiliki langkah-langkah sebagai berikut: a. Mempertentangkan suatu masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan prosedur inkuiri dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang bertentangan. b. Siswa melakukan pengumpulan data serta melakukan klarifikasi. Dalam hal ini siswa akan melakukan pengumpulan dan mengklarifikasi data terkait dengan materi yang akan dipelajari c. Siswa melakukan pengajuan hipotesis. Sebelum mempelajari materi siswa akan memberikan dugaan sementara tentang kesimpulan dari materi yang akan dipelajari. d. Siswa mengorganisasikan dan memberikan penjelasan. Setelah siswa melakukan hipotesis terlebih dahulu, selanjutnya siswa mempelajari materi dan memberikan kesimpulan terhadap materi yang dipelajari. e. Siswa melakukan analisis strategi inkuiri dan mengembangkan secara lebih efektif. Dala kegiatan ini siswa dituntut untuk menganalisis materi yang telah dipelajari, berdasarkan temuan-temuan dalam proses pembelajaran. Kelebihan dan Kelemahan Metode Inkuiri Kelebihan dan kelemahan metode inkuiri menurut Hardini dan Puspitasari (2012: 36) sebagai berikut: 1. Kelebihan a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa sehingga siswa b. c. d. e. f. g. h.
dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesa sendiri. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. Siswa dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. Dapat memberi waktu siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan
mengakomodasi informasi. 2. Kelemahan a. Jika menggunakan metode ini akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa. b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar. c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memrlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka metode ini sulit diimplementasikan oleh seorang guru. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango. Adapun tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan observasi, tes dan dokumentasi. PEMBAHASAN Hasil Tindakan Siklus I a. Pengamatan Aktivitas Guru pada Tindakan Siklus I Pengamatan aspek-aspek yang dinilai oleh guru pengamat dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, kriteria penilaiannya diberi tanda ceklist (√). Pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran menulis paragraf melalui metode inkuiri dilakukan oleh guru kelas III dengan sangat baik berdasarkan aspek-aspek yang terdapat pada lembar pengamatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan guru mitra, dari 24 aspek yang diamati pada peneliti yaitu belum semuanya dilaksanakan dalam hal ini ada 8 aspek yang terlewati oleh guru yaitu; 1) Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan, 2) Menguasai kelas, 3) Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual, 4) Menggunakan media secara efektif dan efisien, 5) Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, 6) Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar, 7) Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas,baik dan benar, 8) Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. Adapun hasil penagamatan aktivitas guru dalam pelaksanaan tindakan siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 1: Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pada Tindakan Siklus I No I 1 2 II A 3 4 5 6 B 7 8 9 10 11 12 13
INDIKATOR ASPEK YANG DIAMATI Pra Pembelajaran Mempersiapkan siswa untuk belajar Melakukan kegiatan apersepsi Kegiatan inti Penguasaan materi pembelajaran Menunjukkan Penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengatahuan yang relevan Menyampaikan materi dengan jelas,sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtun Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan Menguasai Kelas
KUALIFIKASI P1 P2 √ √
√ √
√ √ √
√ √ √
-
-
√
√
√ √
√ √
-
√
√
√
C 14 15 16 D 17 18 19 E 20 21 F 22 23 IV 24
Pemanfaatan Media /Sumber Belajar Menggunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Pembelajaran yang Menantang dan Memacu Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas,baik dan benar Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Penutup Melakukan refleksi dengan melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan menggunakan arahan atau 25 kegiatan atau tugas sebagai remedy/pengayaan Jumlah Persentase (%) Rumus : Nilai =
√
√ √
√ -
√ -
√ √
√ √
-
-
√ √
√ √
15 60
17 68
Jumlah aspek yang diperoleh pada kwalifikasi P1dan P2 x100 Total aspek yang diamati Dari data hasil aktivitas guru di atas, peneliti masih mengalami kendala dan belum dapat
melakukan proses pembelajaran secara optimal sesuai dengan aspek-aspek yang harus dilakukan oleh peneliti. Hal ini dari 25 aspek yang diamati dalam pengamatan aktivitas guru dalam pembelajaran siklus I pada P1 masih ada 10 aspek yang belum terlaksana dan pada P2 masih ada 8 aspek yang belum terlaksana dengan baik. b. Kemampuan Siswa Pada Tindakan Siklus I Setelah dikenai tindakan dengan menggunakan metode inkuiri dalam proses pembelajaran kemampuan menulis paragraph di kelas kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango, kemampuan siswa sudah menunjukan peningkatan yang lebih baik dari kondisi awal. Berikut data peningkatan tindakan siklus I diuraikan pada tabel dibawah ini : Tabel 2 : Kemampuan Siswa Pada Tindakan Siklus I N o 1
2
3
Aspek yang dinilai Persyaratan kesatuan
Persyaratan pengembangan
Persyaratan kepaduan
Kriteria
Jumlah
Mampu Kurang Mampu Tidak mampu Mampu Kurang Mampu Tidak mampu
11 9
Presentas e 87.82 39.13
3 10 10
13.04 43.47 43.47
3
13.04
Mampu
11
87.82
atau koherensi
4.
Persyaratan kekompakan atau kohesi
Kurang Mampu Tidak mampu
8
38.78
4
17.39
Mampu Kurang Mampu Tidak mampu
11 9
87.82 39.13
3
13.04
Keterangan: M
= Mampu
KM
= Kurang Mampu
TM
= Tidak Mampu
Rumus : Nilai =
Jumlah aspek yang diperoleh X 100% Total jumlah siswa
Dari hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa menulis paragraf melalui metode inkuiri pada tindakan siklus I dari 5 aspek yang dinilai 1) Persyaratan kesatuan mampu sejumlah 11 orang atau 87.82%, kurang mampu 9 orang atau 39.13%, sedangkan yang tidak mampu 3 orang atau sebesar 13.04%. 2) Persyaratan pengembangan mampu sejumlah 10 orang atau 43.47%, kurang mampu 10 orang atau 43.47%, sedangkan yang tidak mampu 3 orang atau sebesar 13.04%. 3) Persyaratan kepaduan atau koherensi mampu sejumlah 11 orang atau 87.82%, kurang mampu 8orang atau 38.78%, sedangkan yang tidak mampu 4 orang atau sebesar 17.39%. 4) Persyaratan kekompakan atau kohesi mampu sejumlah 11 orang atau 87.82%, kurang mampu 9 orang atau 39.13%, sedangkan yang tidak mampu 3 orang atau sebesar 13.04%.
Hasil Tindakan Siklus II a. Pengamatan Aktivitas Guru pada Tindakan Siklus II Berikut ini adalah data hasil pengamatan aktivitas guru dalam pelaksanaan tindakan siklus II yaitu : Tabel 3 : Hasil Pengamatan Aktivitas Guru Pada Tindakan Siklus II No I 1 2 II A 3 4
INDIKATOR ASPEK YANG DIAMATI Pra Pembelajaran Mempersiapkan siswa untuk belajar Melakukan kegiatan apersepsi Kegiatan inti Penguasaan materi pembelajaran Menunjukkan Penguasaan materi pembelajaran Mengaitkan materi dengan pengatahuan yang relevan
KUALIFIKA SI P1 P2 √ √
√ √
√ √
√ √
5 6 B 7 8 9 10 11 12 13 C 14 15 16 D 17 18 19 E 20 21 F 22 23 IV 24 25
Menyampaikan materi dengan jelas,sesuai dengan hierarki belajar dan karakteristik siswa Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan Pendekatan/ Strategi Pembelajaran Melakukan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan dicapai dan karakteristik siswa Melaksanakan pembelajaran secara runtun Menguasai kelas Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual Melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan positif Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan waktu yang telah dialokasikan Menguasai Kelas Pemanfaatan Media /Sumber Belajar Menggunakan media secara efektif dan efisien Menghasilkan pesan yang menarik Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media Pembelajaran yang Menantang dan Memacu Keterlibatan Siswa Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa Menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar Penilaian Proses dan Hasil Belajar Memantau kemajuan belajar selama proses Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi (tujuan) Penggunaan Bahasa Menggunakan bahasa lisan dan tulisan secara jelas,baik dan benar Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai Penutup Melakukan refleksi melibatkan siswa Melaksanakan tindak lanjut dengan menggunakan arahan Jumlah Persentase (%) Melihat hasil data aktivitas peneliti dalam pelaksanaan tindakan siklus II
√
√
√
√
√
√
√ √ √ √
√ √ √ √
-
√
√
√
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√
√
√ √
√ √
√ √ 23 92 peneliti
√ √ 24 96 tidak
mengalami kendala dan dapat mengontrol secara maksimal keseluruhan dari aktifitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran dan peneliti juga dapat membimbing siswa dalam mempelajari materi tentang kemampuan menulis paragraf. Hal tersebut dibuktikan dengan capaian persentase P1 (92%) dan P2 (96%). b. Kemampuan Siswa Pada Tindakan Siklus II Setelah dikenai tindakan siklus II dengan menggunakan metode inkuiri dalam proses pembelajaran materi kemampuan menulis paragraf di kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango, siswa sudah menunjukan kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya. Adapun kemampuan siswa menulis paragraf tersebut diuraikan pada tabel berikut: Tabel 4 : Hasil kemampuan Siswa Pada Tindakan Siklus II N o 1
Aspek yang dinilai Persyaratan kesatuan
Kriteria Mampu Kurang
Jumlah 15 7
Presentas e 65.21 30.43
2
3
4
Mampu Tidak mampu Mampu Kurang Mampu Tidak mampu
Persyaratan pengembangan
Persyaratan kepaduan atau koherensi
Persyaratan kekompakan atau kohesi
1 15 7
4.34 65.21 30.43
2
8.69
Mampu Kurang Mampu Tidak mampu
18 4
78.26 17.39
1
4.34
Mampu Kurang Mampu Tidak mampu
15 7
65.21 30.43
1
4.34
Keterangan: M
= Mampu
KM
= Kurang Mampu
TM
= Tidak Mampu
Rumus : Nilai =
Jumlah aspek yang diperoleh X 100% Total jumlah siswa
Dari hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan siswa menulis paragraf melalui metode inkuiri pada tindakan siklus I dari 5 aspek yang dinilai 1) Persyaratan kesatuan mampu sejumlah 15 orang atau 65.21%, kurang mampu 7 orang atau 30.43%, sedangkan yang tidak mampu 1 orang atau sebesar 3.43%. 2) Persyaratan pengembangan mampu sejumlah 15 orang atau 65.21%, kurang mampu 7 orang atau 30.43%, sedangkan yang tidak mampu 2 orang atau sebesar 8.69%. 3) Persyaratan kepaduan atau koherensi mampu sejumlah 18 orang atau 78.26%, kurang mampu 4 orang atau 17.39%, sedangkan yang tidak mampu 1 orang atau sebesar 4.34%. 4) Persyaratan kekompakan atau kohesi mampu sejumlah 15 orang atau 65.21%, kurang mampu 7 orang atau 30.43%, sedangkan yang tidak mampu 1 orang atau sebesar 3.43%. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pemabahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa: kemampuan menulis paragraf siswa kelas III SDN 2 Tapa Kabupaten Bone Bolango dapat ditingkatkan melalui metode inkuiri. Hal ini dibuktikan dengan persentase ketuntasan tindakan siklus I sebesar 14 orang siswa atau sebesar 60.87 dan pada siklus II ketuntasan meningkat menjadi 21 orang atau 91.30%. Saran Adapun saran yang dapat penulis kemukakan yaitu :
a. Kepada Sekolah, agar memperhatikan manfaat yang diberikan dalam pembelajaran, maka sebaiknya model pembelajaran tidak hanya diterapkan pada satu mata pelajaran tertentu tetapi sangat perlu dikembangkan pada semua mata pelajaran yang lainnya, baik yang bersifat eksakta maupun non eksakta. b. Kepada Guru, diharapkan dapat melaksanakan penelitian tindakan kelas yang serupa guna perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil kemampuan siswa menulis paragraf. c. Kepada siswa, penerapan metode inkuiri diupayakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mekanisme pengajaran dalam proses pembelajaran menulis paragraf dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. d. Kepada peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi untuk pengkajian penelitian berikutnya sehingga memiliki informasi dan hasil kemampuan siswa yang komprehensip mengenai pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E. Z. dan Amran Tasai. 2009. Cermat Berbahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Depdiknas. 2009. Panduan Untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan Untuk Kelas 1, 2, 3. Jakarta: Depdiknas. Dhiwie. 2010. Pengertian Karangan. http://dhiwie.blogspot.com. Diakses tanggal 16 Maret 2013.
Djamarah Bahri Syaiful dan Zain Aswan. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fian. 2011. Manfaat Menulis. http://fianzoner.blogspot.com. (online) diakses pada tanggal 20 Februari 2013. Fuad, Muhammad. 2005. Penggunaan Bahasa Indonesia Laras Ilmiah. Bandarlampung: Universitas Lampung. Hardini Isriani dan Puspitasari Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: Familia. Ibrahim, S. dan Syaodih Nana. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Mafrukhi. 2003. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Jawa Tengah. Makalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah: Disajikan dalam Seminar Regional Jurusan Gambar Seritra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, Semarang, 5 Mei 2003. Maryani T. Permana 2009. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Melalui Penggunaan Media Gambar Seri di kelas V SDN Cibulan Ii Desa Cibulan Kecamatan Lemahsugih Kabupaten Majalengka. Mbah, Brata. 2010. Keterampilan Menulis. (online). http://mbahbrata-edu.blogspot.com. Diakses tanggal 18 Februari 2013. Muda, Ahmad. 2007. Kamus Lengkap bahasa Indoensia. Reality Publisher. Mulyati, Yeti. 2007. Keterampilan Berbahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.