PERSEPSI DAN STRATEGI PERPUSTAKAAN BANK MERAH PUTIH TERHADAP KERJASAMA PERPUSTAKAAN Anggi Pratiwi Yohanes Sumaryanto, M.Hum Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16425
[email protected] [email protected]
Abstrak Skripsi ini membahas mengenai persepsi dan strategi kerja sama di Perpustakaan Bank Merah Putih. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan persepsi pustakawan Perpustakaan Bank Merah Putih terhadap kerjasama perpustakaan, memahami strategi kerjasama, serta mengidentifikasi dan memahami kendala dalam kerjasama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode Studi Kasus. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kerja sama di Perpustakaan Bank Merah Putih adalah kerja sama satu arah, dimana anggota kerja sama aktif dalam permintaan e-journal namun tidak ada permintaan apapun dari pihak Perpustakaan Bank Merah Putih ke anggota kerja sama perpustakaan. Penelitian ini memberikan beberapa saran untuk Perpustakaan Bank Merah Putih, yaitu mengadakan pertemuan rutin, membuat katalog induk, serta mengadakan acara yang melibatkan seluruh pihak dalam kerjasama perpustakaan tersebut. Kata Kunci : Kerjasama Perpustakaan, Perpustakaan Bank Merah Putih.
Perceptions and Strategies of the Bank Merah Putih's Library to Library Cooperation Abstract The focus of this thesis is about perception and strategy of library cooperation in the Library of Bank Merah Putih. The purpose of this research is to explain the perception of librarians in Bank Merah Putih’s Library about library cooperation, to understanding the strategy of library cooperation, as well as to identifying and understanding the problems in library cooperation. This research using qualitative research with case study as the method and used interview, observation, and document analysis. The result of this research is reveals that cooperation in the Library of Bank Merah Putih is one-way cooperation, in which members of the library cooperation actively in demand for e-journal but there is no request from Library of Bank Merah Putih to the members of library cooperation. This research give some suggests for Bank Merah Putih’s Library, which organize regular meetings, union catalog, and organize the events that involve all parties in the library cooperation. Keywords : Library Cooperation, Library of Bank Merah Putih
1.
Pendahuluan
Perpustakaan sangat berperan penting bagi suatu negara, karena salah satu tugas perpustakaan ialah mengolah informasi secara efektif untuk dapat dimanfaatkan dan digunakan oleh masyarakat agar ‘berbuah’ menjadi suatu pengetahuan yang bermanfaat bagi sekitarnya. Sutarno NS (2006: 2) menyatakan bahwa perpustakaan seharusnya melaksanakan dua kegiatan untuk menunjang perpustakaan tersebut, diantaranya ialah kegiatan substantif dan 1
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
kegiatan fasilitatif. Kegiatan substantif yang dimaksud ialah seperti pengadaan, pengolahan, layanan, dan kerjasama. Sementara kegiatan yang bersifat fasilitatif ialah kegiatan untuk menunjang dan memfasilitasi kegiatan substantif seperti administrasi kesekretariatan. Salah satu kegiatan yang perlu dilakukan oleh perpustakaan ialah kegiatan kerjasama untuk dapat memaksimalkan kinerja dari suatu perpustakaan. Menurut Edmonds, kerjasama merupakan suatu timbal balik sumber daya yang menguntungkan, dikembangkan, atau yang sudah ada oleh dua atau lebih badan (MacDougall dan Prytherch, 1991: 9). Tujuan diadakannya kerjasama perpustakaan tersebut ialah agar antar perpustakaan atau lembaga informasi yang saling bekerjasama dapat saling memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh pemustaka. Kerjasama tersebut sangat perlu dilakukan karena tidak satu pun perpustakaan dapat berdiri sendiri, dalam arti koleksi beserta layanan yang lainnya belum tentu dapat memenuhi kebutuhan informasi pemakainya. Sulistyo-Basuki (2013) mengatakan bahwa adanya suatu kerjasama perpustakaan dilakukan berdasarkan dengan konsep bahwa kekuatan dan efektivitas kelompok perpustakaan akan lebih besar dibandingkan dengan kekuatan dan efektivitas perpustakaan masing-masing. Prinsip ini dikenal dengan sinergi yang berarti gabungan beberapa kekuatan akan lebih besar daripada kekuatan masing-masing. Perpustakaan pun memiliki banyak faktor atau alasan untuk mengadakan kerjasama antar perpustakaan atau dengan lembaga informasi lainnya. Berbagai faktor tersebut mengubah dan meningkatkan permintaan para pemustaka akan jasa suatu perpustakaan. Salah satu perpustakaan yang mengadakan kerjasama perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan pemustaka ialah Perpustakaan Bank Merah Putih (bukan nama sebenarnya). Perpustakaan Bank Merah Putih merupakan salah satu perpustakaan yang memiliki tingkat kebutuhan paling tinggi, yaitu tingkat Aktualisasi. Maslow (1994) mengatakan bahwa tingkat kebutuhan aktualisasi merupakan puncak tertinggi dari suatu kebutuhan yang dapat diartikan sebagai perkembangan dari kebutuhan yang paling tinggi dalam penggunaan semua bakat, potensi, serta penggunaan seluruh kualitas dan kapasitasnya secara penuh. Pada hal ini, Perpustakaan Bank Merah Putih berada di puncak tertinggi, yaitu tingkat kebutuhan aktualisasi, dimana pemanfaatan koleksi atau informasi adalah suatu kegiatan untuk penyempurnaan dari tingkatan kebutuhan. Perpustakaan Bank Merah Putih memiliki informasi atau koleksi yang memiliki nilai lebih sehingga sepatutnya memberikan ‘kelebihan’ tersebut kepada perpustakaan-perpustakaan yang membutuhkannya. Perpustakaan Bank Merah Putih memiliki koleksi ‘khas’ yang sangat dibutuhkan oleh perpustakaanperpustakaan, khususnya dibidang ekonomi dan perbankan. Salah satu pemanfaatan koleksi yang dilakukan oleh Perpustakaan Bank Merah Putih ialah dengan mengadakan kegiatan kerjasama. Kegiatan kerjasama perpustakaan tersebut untuk menunjang kebutuhan dan untuk memenuhi kepuasan pelayanan perpustakaan terhadap pemustaka yang berasal tidak hanya dari internal Bank Merah Putih tetapi juga pemustaka dari eksternal Bank Merah Putih. 1.1 Rumusan Masalah Permasalahan ini akan lebih jelas bila penulis tuangkan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana persepsi pustakawan di Perpustakaan Bank Merah Putih terhadap kerjasama perpustakaan yang dilakukan? 2. Bagaimana strategi Perpustakaan Bank Merah Putih dalam interaksi kerjasama dengan perpustakaan lain? 3. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi? 2
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan bagaimana persepsi pustakawan di Perpustakaan Bank Merah Putih terhadap kegiatan kerjasama perpustakaan yang dilakukan. 2. Memahami bagaimana strategi kerjasama Perpustakaan Bank Merah Putih. 3. Mengidentifikasi dan memahami kendala-kendala dalam kerjasama perpustakaan yang dihadapi oleh Perpustakaan Bank Merah Putih. 1.3 Tinjauan Literatur Kerjasama Perpustakaan Pada hakikatnya tidak ada perpustakaan yang dapat berdiri sendiri untuk memenuhi kebutuhan pemustaka, sekalipun perpustakaan tersebut merupakan perpustakaan yang terbilang ramai. Untuk memenuhi kebutuhan pemustaka dan untuk memenuhi kebutuhan perpustakaan itu sendiri serta untuk meningkatkan pelayanan, perlu diadakannya kegiatan kerjasama dengan perpustakaan atau lembaga informasi lainnya. Edmonds menjelaskan bahwa kerjasama merupakan suatu timbal balik sumber daya yang menguntungkan, dikembangkan, atau yang sudah ada, oleh dua atau lebih badan (MacDougall dan Prytherch, 1991: 9). Ia juga mengungkapkan bahwa kerjasama perpustakaan merupakan istilah umum untuk suatu gambaran yang luas dari suatu proses dan mekanisme kerjasama. Sulistyo-Basuki (2013) menyebutkan bahwa kerjasama perpustakaan dilakukan berdasarkan dengan konsep bahwa kekuatan dan efektivitas kelompok perpustakaan akan lebih besar dibandingkan dengan kekuatan dan efektivitas perpustakaan masing-masing. Konsep kerjasama tersebut dikenal dengan sinergi yang artinya gabungan dari beberapa kekuatan akan lebih besar daripada kekuatan masing-masing. Persepsi Pustakawan terhadap Kerjasama Perpustakaan Persepsi menurut Sarlito (2010: 86) menerangkan bahwa persepsi adalah kemampuan memahami, mengelompokkan, membeda-bedakan, dan memfokuskan dari proses pengindraan terhadap objek-objek yang berada di sekitar manusia. Gibson (1996: 134) menerangkan bahwa persepsi adalah proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Sementara Robbins (2003: 123) memaparkan bahwa persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisasi dan menginterpretasikan kesan sensorik mereka dalam memberi arti terhadap lingkungan. Berdasarkan pengertian persepsi yang telah disebutkan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa persepsi adalah proses dimana seseorang memahami serta memfokuskan pada suatu lingkungan dari pengindraannya dan diinterpretasikan untuk memberi arti terhadap lingkungannya. Persepsi dari pustakawan terhadap kerjasama perpustakaan ialah seseorang yang bekerja di perpustakaan yang memahami serta memfokuskan pada suatu kegiatan kerjasama untuk diintepretasikan dan memberi arti terhadap kerjasama tersebut. Strategi Kerjasama Perpustakaan Setiap kegiatan yang dilakukan perlu adanya suatu strategi agar kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar. Pearce dan Robinson (2000: 4) memaparkan bahwa strategi adalah perhatian perusahaan tentang bagaimana, kapan dan dimana sebaiknya bersaing, melawan siapa dan untuk tujuan apa mereka bersaing. Sementara itu David (2004: 15) menjelaskan bahwa strategi adalah cara untuk mencapai tujuan-tujuan jangka panjang dan merupakan 3
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Dari pengertian para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu cara, perhatian, atau taktik dari perusahaan untuk mencapai tujuan jangka panjang yang berorientasi ke masa depan. Perpustakaan memerlukan suatu strategi dalam setiap kegiatannya guna meningkatkan mutu perpustakaan. Salah satu kegiatan perpustakaan yang membutuhkan strategi ialah kerjasama. Strategi dalam kegiatan kerjasama perpustakaan berarti cara atau taktik agar bagaimana perpustakaan tersebut dapat melakukan kerjasama dengan perpustakaan lain sehingga mendapat suatu manfaat di masa sekarang maupun masa depan. 2.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus karena untuk memahami fenomena-fenomena yang terdapat di lapangan atau tempat penelitian. Berdasarkan dengan pendekatan dan metode digunakan, maka penentuan informan berdasarkan dengan teknik sampel bertujuan (Purposive Sampling). Gorman dan Clayton (2005: 128) menerangkan bahwa Purposive Sampel merupakan salah satu pilihan penulis yang merepresentasikan dari suatu populasi yang memiliki karakteristik yang relevan terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kriteria informan yang dipilih ialah berdasarkan dengan lamanya pustakawan menjabat di perpustakaan yaitu minimal satu tahun, mengerti mengenai kerjasama yang ada di perpustakaan, dan bersedia menjadi informan selama proses penelitian berlangsung. Informan pada penelitian ini berjumlah 6 orang yang masing-masing nama informan disamarkan dengan nama bukan sebenarnya, yaitu Dina, Laura, Rossa, Rio, Edo, dan Mawar. Informan tersebut terdiri dari kepala perpustakaan, staf pelaksana, pelaksana junior, dan data entry operator. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan studi dokumen. Pada proses wawancaram, penulis mengumpulkan informasi dengan melakukan wawancara kepada informan yang telah dipilih. Penelitian ini menggunakan wawancara semi terstuktur. Sulistyo-Basuki (2006: 173) mengatakan bahwa wawancara semi terstruktur (tidak berencana) tidak memiliki persiapan sebelumnya, dalam arti kalimat dan urutan pertanyaan yang diajukan tidak harus mengikuti ketentuan secara ketat. Wawancara akan dilakukan dengan pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya oleh penulis, namun saat proses wawancara berlangsung, urutan pertanyaan akan disesuaikan dengan kondisi saat wawancara dilakukan karena terkadang jawaban yang didapat merupakan jawaban yang tidak terduga yang dapat memperluas pertanyaan penulis namun tetap pada topik penelitian. Penulis memakai wawancara terbuka dan tertutup. Pada wawancara terbuka, pertanyaan yang disusun secara cermat dengan tujuan untuk memberikan kalimat pertanyaan yang sama kepada setiap informan. Namun pada informan tertentu, penulis menggunakan pertanyaan yang berbeda. Hal ini dikarenakan jabatan dari informan yang berbeda. Proses selanjutnya ialah observasi, dimana penulis akan langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di tempat penelitian. Penulis akan mengamati lokasi penelitian (Perpustakaan Bank Merah Putih) secara langsung untuk melihat bagaimana kegiatan serta implementasi kerjasama perpustakaan dilakukan. Proses terakhir ialah studi dokumen. Dokumen-dokumen akan yang menunjang terhadap penelitian akan dikumpulkan. Dokumen dalam penelitian ini merupakan alat pengumpulan data. Gorman dan Clayton (2005: 40) menyatakan bahwa untuk dapat memahami suatu organisasi maka haruslah mengerti mengenai sejarah akar dari organisasi tersebut. Selain itu dikatakan pula bahwa 4
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
hampir tidak mungkin memahami organisasi manapun hanya dimasa saat ini tanpa mengetahui masa lalunya dari organisasi tersebut. Penulis akan mengkaji dokumen seperti surat edaran yang menerangkan mengenai adanya kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih, surat perjanjian dari kerjasama Perpustakaan Bank Merah Putih, serta dokumen lainnya yang mendukung adanya kerjasama perpustakaan. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan pada penelitian ini terkumpul, langkah selanjutnya ialah menganalisis data. Pada analisis data ini penulis akan menggunakan pendekatan analisis Miles dan Huberman (1992) yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Miles dan Huberman, 1992: 16). Dalam penelitian ini, setelah penulis mendapatkan informasi dari melakukan proses wawancara, observasi, dan studi dokumen maka penulis akan memilih informasi lalu menyederkanakan informasi terpilih atau yang sesuai tersebut untuk nantinya akan ditransformasikan. Tahap selanjutnya ialah penyajian data, dimana pada tahap ini data yang telah direduksi dapat disajikan berupa deskripsi ke dalam bentuk narasi yang merupakan hasil dari temuan di lapangan berdasarkan dengan observasi serta wawancara yang telah dilakukan. Pada penelitian ini, penulis melakukan penyajian data dengan matriks yang dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun kedalam suatu bentuk yang mudah untuk dilihat. Penulis dapat menentukan apakah akan menarik suatu kesimpulan yang benar. Tahap terakhir adalah penarikan kesimpulan. Tahap ini merupakan akhir dari proses analisis data setelah melakukan proses reduksi data dan penyajian data. Tahap ini dilakukan dengan melihat secara keseluruhan proses kegiatan penelitian dan akan diintepretasikan. 3.
Analisis dan Intepretasi Data
Perpustakaan Bank Merah Putih merupakan suatu perpustakaan khusus yang menangani bidang perbankan. Perpustakaan Bank Merah Putih memiliki kantor cabang (Kantor Bank Merah Putih) yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Pada kegiatan kerjasama yang dilaksanakan, kantor-kantor cabang yang tersebar tersebut terintegrasi dengan Perpustakaan Bank Merah Putih yang terdapat di kantor pusat, karena sistem dan manajemen mengikuti yang terdapat di kantor pusat. Perpustakaan Bank Merah Putih memiliki dua bagian perpustakaan, yaitu perpustakaan umum dan perpustakaan riset. Perpustakaan Umum bertugas untuk mengelola koleksi dengan kategori buku umum dengan tugas tambahan membina dan membantu pengembangan Perpustakaan Kantor Bank Merah Putih, dan Perpustakaan Riset bertugas untuk mengelola perpustakaan kategori periodikal dan Publikasi Bank Merah Putih serta publikasi lembaga lainnya dengan tugas tambahan menangani hal yang terkait dengan teknologi informasi. Dengan kerja kerasnya, saat ini Perpustakaan Bank Merah Putih telah bersertifikat ISO 90001:2008. Sertifikat tersebut diserahkan oleh Lembaga Sertifikasi ISO, PT. Bureau Verita kepada Deputi Gubernur Bank Merah Putih. Dengan adanya sertifikasi ISO ini, Perpustakaan Bank Merah Putih berusaha untuk terus meningkatkan pelayanan di perpustakaan kepada pemustaka, khususnya pelayanan di bidang ekonomi moneter perbankan. ISO (International Organization for Standardization) ini merupakan standar yang terkait dengan manajemen mutu. Perpustakaan Bank Merah Putih telah melalui suatu proses yang berkesinambungan yang membutuhkan dukungan dari semua pihak terkait dalam mencapai sertifikat ISO tersebut. Kegiatan kerjasama yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Bank Merah Putih juga 5
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
memberikan pengaruh besar terhadap penghargaan ISO yang didapatkan oleh Perpustakaan Bank Merah Putih karena dengan adanya kerjasama maka manajemen dalam Perpustakaan Bank Merah Putih telah terlaksana dengan sebagaimana seharusnya sehingga dapat memberikan kepuasan tidak hanya kepada pemustaka internal namun juga kepada pemustaka eksternal. Perpustakaan Bank Merah Putih mengadakan kegiatan kerjasama dengan sembilan perpustakaan yang terdiri dari lima perpustakaan perguruan tinggi dan empat perpustakaan instansi. Perpustakaan yang bekerjasama dengan Perpustakaan Bank Merah Putih tidak hanya yang sesuai dengan tujuan, visi, dan misi namun juga ke perpustakaan yang memang memiliki kesamaan subjek dengan Perpustakaan Bank Merah Putih.
Perpustakaan khusus merupakan perpustakaan yang berada di dalam suatu lembaga yang memiliki peran terhadap lembaga induk yang menaunginya. Perpustakaan Bank Merah Putih merupakan perpustakaan khusus karena Perpustakaan Bank Merah Putih terdapat didalam suatu lembaga, yaitu Bank Merah Putih. Perpustakaan Bank Merah Putih memiliki peran terhadap lembaga induknya, Bank Merah Putih. Peran Perpustakaan Bank Merah Putih terhadap Bank Merah Putih ialah untuk mendukung departemen-departemen di Bank Merah Putih terkait dengan tugas dan program kerja Bank Merah Putih, serta untuk meningkatkan minat baca pegawai Bank Merah Putih. Hal tersebut sesuai dengan visi dan misi yang dimiliki oleh Perpustakaan Bank Merah Putih. Visi dari Perpustakaan Bank Merah Putih, yaitu mendukung kebijakan Bank Merah Putih yang efektif dan peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengelolaan perpustakaan yang professional, kelengkapan koleksi sesuai dengan kebutuhan riset dan pelayanan prima. Sementara misinya, yaitu Perpustakaan Bank Merah Putih ialah mengelola referensi dan literatur untuk kegiatan riset dan penelitian dalam mendukung pelaksanaan tugas Bank Merah Putih di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran serta bidang lain terkait dengan peningkatan kompetensi sumber daya manusia. Pada struktur organisasi yang dimiliki oleh Perpustakaan Bank Merah Putih terlihat bahwa Kepala Seksi dari Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Riset dibawahi oleh Perpustakaan Riset dan Administrasi. Kepala seksi memiliki jabatan setara dengan manager. Masingmasing kepala seksi memiliki Pelaksana Perpustakaan yang setara dengan Asisten Manager. Pelaksana Perpustakaan tersebut bertanggung jawab kepada Pelaksana Yunior atau setara dengan Staf Perpustakaan dan bertanggung jawab kepada Data Entry Operator. Perpustakaan Bank Merah Putih memiliki program kegiatan, salah satunya yaitu kerjasama perpustakaan. Kegiatan kerjasama perpustakaan tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2009. Sesuai dengan pengertian kerjasama yang telah disebutkan, kerjasama perpustakaan yang dilaksanakan oleh Perpustakaan Bank Merah Putih dimaksudkan untuk memberi keuntungan serta manfaat terhadap Perpustakaan Bank Merah Putih. selain untuk memenuhi kebutuhan pemustaka, kerjasama perpustakaan yang dilakukan oleh Perpustakaan Bank Merah Putih dilakukan untuk mendukung misi dan visi dari Perpustakaan Bank Merah Putih, yaitu untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank Merah Putih serta untuk peningkatan kualitas dalam pengelolaan perpustakaan yang professional. Dengan adanya kerjasama perpustakaan ini, Perpustakaan Bank Merah Putih dapat melengkapi koleksi sesuai dengan visi Bank Merah Putih untuk dapat memenuhi tugas Bank Merah Putih seperti yang terdapat dalam misi Perpustakaan Bank Merah Putih. 6
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
Hal tersebut sejalan dengan konsep kerjasama perpustakaan yang dikatakan oleh SulistyoBasuki (2013) yang menyatakan bahwa kerjasama perpustakaan dilakukan berdasarkan konsep bahwa kekuatan dan efektivitas kelompok perpustakaan akan lebih besar dibandingkan dengan kekuatan dan efektivitas perpustakaan masing-masing. Meskipun kerjasama yang ada dapat memberikan kekuatan dan efektivitas yang besar namun pada hasil penelitian ditemukan bahwa kerjasama yang dilaksanakan Perpustakaan Bank Merah Putih bukanlah kerjasama yang seharusnya (take and give), namun kegiatan kerjasama ini cenderung hanya Perpustakaan Bank Merah Putih ‘memberikan’ informasi-informasi kepada perpustakaan-perpustakaan yang bekerjasama. Hal ini dikarenakan Perpustakaan Bank Merah Putih yang terletak di tingkat kebutuhan aktualisasi, dimana kegiatan kerjasama ini hanya sebagai penyempurnaan dalam organisasi. Kegiatan kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih yang terdapat pada penelitian ini ialah kerjasama yang terpusat, dimana Perpustakaan Bank Merah Putih bekerjasama dengan perpustakaan A, perpustakaan B, perpustakaan C, dan perpustakaan-perpustakaan lainnya. Dilaksanakannya program kerjasama antara Perpustakaan Bank Merah Putih dengan perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi dan instansi lainnya sangat memberikan manfaat dan keuntungan bagi kedua belah pihak. Program kerjasama ini memberikan persepsi tersendiri bagi pustakawan di Perpustakaan Bank Merah Putih. Persepsi pustakawan di Perpustakaan Bank Merah Putih terhadap kerjasama ialah kerjasama tersebut merupakan suatu kegiatan pemanfaatan koleksi yang dapat memberikan banyak manfaat mengenai informasi yang didapat, serta hal-hal positif bagi Perpustakaan Bank Merah Putih, seperti mengaplikasikan ide-ide yang dirasa cukup bagus untuk memajukan Perpustakaan Bank Merah Putih, selain itu dengan adanya kerjasama Perpustakaan Bank Merah Putih dapat memberikan keuntungan bagi pemustaka internal maupun pemustaka yang berasal dari anggota kerjasama perpustakaan. Kegiatan kerjasama perpustakaan tidak dapat berjalan dengan lancar dan sesuai harapan apabila tidak direncanakan dengan strategi. Dengan adanya persepsi dari pihak Perpustakaan Bank Merah Putih, maka dapat diambil suatu sikap yang dapat merencanakan strategi yang dipakai. Strategi kerjasama perpustakaan ialah cara atau taktik agar bagaimana perpustakaan tersebut dapat melakukan kerjasama dengan perpustakaan lain sehingga mendapat suatu manfaat di masa sekarang maupun masa depan. Strategi kerjasama perpustakaan di Perpustakaan Bank Merah Putih ialah dengan melihat daftar perpustakaan-perpustakaan melalui internet, lalu menyebarkan pemberitahuan ke perpustakaan-perpustakaan yang belum terkait dengan kerjasama perpustakaan di Perpustakaan Bank Merah Putih melalui telepon untuk memastikan bersedia untuk ikut dalam program kerjasama perpustakaan di Perpustakaan Bank Merah Putih atau tidak. Apabila ada kesepakatan, maka langsung dibuatkan laporan ke pimpinan agar segera dibentuk suatu tim untuk observasi ke perpustakaan yang dituju. Selain itu, menawarkan secara langsung program kegiatan kerjasama perpustakaan ketika perpustakaan luar melakukan studi banding ke Perpustakaan Bank Merah Putih. Strategi kerjasama perpustakaan tersebut merupakan tindak lanjut dari studi banding yang ada. Studi banding yang dilakukan ke Perpustakaan Bank Merah Putih oleh perpustakaan-perpustakaan universitas maupun perpustakaan lembaga instansi memberikan kesempatan Perpustakaan Bank Merah Putih untuk dapat menawarkan program kerjasama perpustakaan. Langkah lain dari strategi kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih ialah dengan melakukan promosi ke pihak luar seperti mengikuti pameran dan tergabung dalam mailing list (milis) perpustakaan. Perpustakaan Bank Merah Putih juga mengadakan promosi untuk pihak Bank Merah Putih itu sendiri, yakni melalui pemasangan 7
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
banner, melalui emai, tersedianya book delivery, dan diadakannyaa kegiatan yang diadakan oleh pihak perpustakaan. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, yaitu melihat bahwa salah satu strateginya ialah dengan adanya Publikasi Bank Merah Putih. Publikasi Bank Merah Putih tersebut juga membantu perpustakaan untuk mengenalkan koleksi ‘khas’ mereka yang tentunya diminati oleh perpustakaan-perpustakaan lain karena informasi yang terdapat di publikasi tersebut, terutama dalam bidang ekonomi dan perbankan. Hal tersebut memberikan manfaat bagi Perpustakaan Bank Merah Putih untuk dapat mengembangkan sayap dalam program kerjasama. Karena dengan adanya kerjasama yang dilakukan, maka Perpustakaan Bank Merah Putih serta perpustakaan lainnya yang tergabung dalam kerjasama mendapatkan banyak keuntungan dan manfaat serta kemudahan dalam mengakses informasi. Kegiatan kerjasama ini memberikan kemudahan bagi perpustakaan yang tergabung dalam kerjasama perpustakaan di Perpustakaan Bank Merah Putih dalam mengakses informasiinformasi yang dimiliki oleh Perpustakaan Bank Merah Putih. Mengacu kepada bentuk kerjasama yang disebutkan oleh Sulistyo-Basuki (2013) sebelumnya, bentuk kerjasama yang terdapat di Perpustakaan Bank Merah Putih ialah Kerjasama Pemberian Jasa Informasi, yaitu dengan adanya jasa informasi antar perpustakaan yang berupa pemberian jasa penelusuran. Pihak Perpustakaan Bank Merah Putih memberikan jasa penelusuran berupa penelusuran atau pencarian jurnal elektronik yang diminta oleh pihak anggota kerjasama perpustakaan. Hasil penelusurannya dikirimkan oleh pihak Perpustakaan Bank Merah Putih ke pihak anggota kerjasama perpustakaan, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi informasi, yaitu melalui e-mail (electronic mail). Anggota kerjasama perpustakaan pun juga dapat datang langsung ke Perpustakaan Bank Merah Putih, maka pihak Perpustakaan Bank Merah Putih akan berusaha memberikan informasi yang dibutuhkan oleh anggota kerjasama perpustakaan tersebut. Namun untuk kedepannya, pihak Perpustakaan Bank Merah Putih akan mengembangkan bentuk kerjasama tersebut menjadi kerjasama peminjaman antar perpustakaan (interlibrary loan). Pemustaka yang berasal dari perpustakaan yang tergabung dalam kerjasama dapat meminjam koleksi perpustakaan dan tentunya hal tersebut akan menjadi tanggung jawab anggota kerjasama perpustakaan Perpustakaan Bank Merah Putih. Dengan dikembangkannya kerjasama ini diharapkan akan memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih kepada para pemustaka yang berasal dari anggota kerjasama perpustakaan dan juga bagi Perpustakaan Bank Merah Putih itu sendiri. Peraturan serta ketentuan dari perencanaan peminjaman buku tersebut akan mengacu pada peraturan dan ketentuan di Perpustakaan Bank Merah Putih, yaitu dengan masa peminjaman dua minggu dan dapat diperpanjang hingga dua minggu kedepan. Jadi pemustaka dari anggota kerjasama perpustakaan dapat meminjam koleksi selama empat minggu atau kurang lebih selama satu bulan. Terciptanya program kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih tidak begitu saja tercipta. Ada suatu alasan yang memungkinkan program kerjasama ini dapat terlaksana. Alasan Perpustakaan Bank Merah Putih melakukan kerjasama dapat dilihat dari beberapa alasan yang diadaptasi dari alasan utama kerjasama menurut Gorman dan Cullen (2000). Alasanalasan tersebut ialah, untuk mengisi kesenjangan atau kekurangan yang terdapat di Perpustakaan Bank Merah Putih. Seperti halnya apabila di Perpustakaan Bank Merah Putih ada koleksi yang memang kurang memenuhi kebutuhan pemustaka, maka Bank Merah Putih dapat mencari koleksi tersebut dengan merujuk ke perpustakaan-perpustakaan yang tergabung dalam kerjasama. Selain itu untuk koordinasi dalam keputusan manajemen koleksi, ialah dengan pemanfaatan koleksi perpustakaan. Perpustakaan Bank Merah Putih memanfaatkan koleksi perpustakaan dengan adanya program kerjasama. Sadar akan manfaat dari koleksi yang dimiliki oleh Perpustakaan Bank Merah Putih, menjadikan salah satu alasan 8
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
Perpustakaan Bank Merah Putih untuk mengadakan program kerjasama dengan perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi maupun instansi. Pemanfaatan koleksi tersebut dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh perpustakaan lain. Alasan lain Perpustakaan Bank Merah Putih melakukan kerjasama perpustakaan ialah untuk mencapai pemahaman yang lebih baik dalam manajemen perpustakaan. Manajemen perpustakaan yang dilakukan Perpustakaan Bank Merah Putih ialah dengan melakukan promosi perpustakaan. Promosi Perpustakaan Bank Merah Putih dilakukan untuk mengenalkan Perpustakaan Bank Merah Putih sehingga Perpustakaan Bank Merah Putih dapat dengan mudah mengajak perpustakaan-perpustakaan lain untuk ikut dalam program kerjasama. Perpustakaan Bank Merah Putih melakukan kerjasama perpustakaan untuk meningkatkan kepuasan pemustaka karena dengan adanya pemanfaatan koleksi yang dilakukan dengan saling berbagi (sharing) kepada anggota kerjasama perpustakaan. Kerjasama di suatu perpustakaan memerlukan suatu proses agar setiap langkah dalam program kerjasama tersebut dapat tertata. Proses kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih dilihat dari lima tahapan yang dikemukakan oleh Tuckman dan Jensen (1977), yaitu forming, storming, norming, performing, dan adjourning. Berikut adalah prosesnya: 1. Forming Tahap forming atau tahap pembentukan ialah tahap awal dalam membangun suatu tim. Tahapan dimana akan dimulainya suatu kerjasama perpustakaan. Pada tahap ini, perpustakaan-perpustakaan akan melakukan kerjasama dengan Perpustakaan Bank Merah Putih. Biasanya perpustakaan lain akan meminta kepada pihak Perpustakaan Bank Merah Putih untuk dapat kerjasama perpustakaan. Sebaliknya, Perpustakaan Bank Merah Putih juga akan menawarkan kerjasama kepada perpustakaan-perpustakaan perguruan tinggi dan instansi untuk dapat melakukan kerjasama perpustakaan. Permohonan ini awalnya dilakukan dengan melalui telepon ataupun bertemu secara langsung. 2.
Storming Tahap kedua ini merupakan tahap lanjutan dari proses forming (pembentukan). Pada tahap ini, tahap dimana pihak-pihak yang telah sepakat melakukan kerjasama perpustakaan dengan Perpustakaan Bank Merah Putih, saling mengutarakan ide maupun pendapat terkait dengan tugas, fungsi, tujuan, maupun tanggung jawab dari kerjasama perpustakaan. Perpustakaan Bank Merah Putih memberikan draft perjanjian kerjasama kepada perpustakaan yang mengajukan permohonan, lalu pihak calon anggota perpustakaan akan mengkritisi draft perjanjian kerjasama dan pihak Perpustakaan Bank Merah Putih pun juga mengutarakan keinginan dari kerjasama perpustakaan yang dilakukan tersebut kepada calon anggota kerjasama perpustakaan. Dalam pengutaraan ide-ide, pendapat, serta keinginan dari kedua belah pihak (Perpustakaan Bank Merah Putih dan calon anggota kerjasama perpustakaan) ini diharapkan kedua belah pihak dapat saling menghadapi pendapat dari tiap pihak agar menjadi perkembangan yang baik dalam program kerjasama tersebut.
3.
Norming Tahap ketiga dalam proses kerjasama perpustakaan ialah tahap norming. Tahap ini ialah tahapan penyamaan norma. Tahap dimana pihak-pihak yang terkait dengan kerjasama perpustakaan menerima norma-norma atau kesepakatan yang ada. Pihak Perpustakaan Bank Merah Putih baru dapat mem-verifikasi lebih lanjut dan akan dilegalisasi secara hukum apabila tidak ada lagi yang perlu diperbaiki atau dikoreksi dari draft perjanjian 9
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
kerjasama perpustakaan. Dengan melewati tahap ini berarti pihak-pihak yang terkait dengan program kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih telah sepakat terhadap ide atau masukan yang sebelumnya berdatangan dari tiap pihak. Dengan adanya tahap ini pula maka pihak-pihak yang terkait dapat menerima dengan baik peran apa yang telah ditentukan sebelumnya di tahapan storming untuk mencapai tujuan dari adanya program kerjasama tersebut. 4.
Performing Tahap performing merupakan tahap pelaksanaan dimana setiap anggota kerjasama perpustakaan memiliki kinerja yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya secara efektif dan produktif. Di tahap performing ini pihak yang terkait kerjasama hanya akan membahas mengenai beberapa program kerja yang sudah mulai dijalankan dan program apa saja yang telah tercapai. Pada tahap ini, Perpustakaan Bank Merah Putih dan anggota-anggota kerjasama telah melaksanakan program pertukaran infomasi, lebih khususnya lagi pertukaran jurnal elektronik (e-journal).
5.
Adjourning Tahap terakhir pada proses kerjasama ini ialah tahap adjourning atau tahap penangguhan. Pada tahapan ini setiap pihak yang terkait kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih telah mencapai target serta waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Pada proses kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih, pihak Perpustakaan Bank Merah Putih memberikan kontrak waktu di setiap anggota kerjasama perpustakaan selama tiga tahun. Setelah kontrak tersebut habis, maka akan dapat diperpanjang. Perpanjangan kontrak tersebut akan dilakukan bila perpustakaan luar yang meminta diperpanjang ataupun pihak Perpustakaan Bank Merah Putih sendiri yang akan menanyakan langsung ke perpustakaan yang masa kontraknya habis apakah ingin diperpanjang atau tidak.
Perpustakaan Bank Merah Putih memiliki beberapa persyaratan terhadap perpustakaan yang akan bekerjasama, yaitu adanya kesadaran melakukan kerjasama tanpa adanya paksaan, Memiliki koleksi perpustakaan yang teroganisir dengan baik dan siap pakai, Memiliki katalog perpustakaan, Memiliki peraturan atau tata tertib perpustakaan, Memiliki mesin fotocopy maupun peralatan lainnya yang dibutuhkan sebagai sarana dalam reproduksi dan telekemonikasi, dan keperluan yang dibutuhkan oleh pihak Perpustakaan Bank Merah Putih. Keperluan yang dibutuhkan tersebut ialah apakah perpustakaan yang akan bekerjasama memiliki subjek yang sejenis atau yang dibutuhkan oleh pihak Perpustakaan Bank Merah Putih atau tidak. Selama kurang lebih empat tahun mengadakan kerjasama, hingga saat ini terdapat kendala dalam kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih. Salah satu kendala kerjasama perpustakaan ialah kerjasama yang hanya satu arah. Kerjasama perpustakaan tersebut terjadi hanya satu arah dikarenakan pihak Bank Merah Putih kurang aktif dalam kerjasama tersebut akibat kesibukan masing-masing pegawai, sementara pihak perpustakaan luar yang bekerjasama aktif untuk meminta jurnal dan informasi lainnya ke pihak Perpustakaan Bank Merah Putih. Selain itu kerjasama satu arah tersebut dikarenakan pihak Perpustakaan Bank Merah Putih yang lebih membantu perpustakaan lain karena keberadaan koleksi perpustakaan, sementara pegawai Bank Merah Putih kurang membutuhkan koleksi perpustakaan di perpustakaan luar. Kendala lain yang ada di Perpustakaan Bank Merah Putih ialah kerjasama tersebut dilakukan karena dari pihak perpustakaan luar hanya ingin mendapatkan poin. beberapa perpustakaan mengajukan permohonan kerjasama dengan 10
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
Perpustakaan Bank Merah Putih karena untuk mendapatkan nilai lebih untuk meningkatkan akreditas perpustakaan luar tersebut. Kendala lainnya yang terdapat dalam kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih ialah masalah peminjaman koleksi. Karena belum adanya kerjasama dalam peminjaman koleksi, kerjasama ini dirasa belum efektif dan ada beberapa pemustaka yang berasal dari anggota perpustakaan yang bekerjasama seringkali protes karena tidak dapat meminjam koleksi Perpustakaan Bank Merah Putih. Namun pihak Perpustakaan Bank Merah Putih akan dapat mengembangkan kerjasama tersebut dengan adanya peminjaman koleksi. Hal tersebt dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pemustaka dan juga permintaan dari pemustaka itu sendiri. 4.
Kesimpulan
Perpustakaan Bank Merah Putih telah berusaha melakukan yang terbaik kepada anggota kerjasama perpustakaan dan pegawai Bank Merah Putih lainnya dalam menyebarkan informasi terkait dengan kerjasama perpustakaan. Dengan dimiliki dan dipahaminya persepsi serta strategi yang dikemukakan oleh setiap informan, program kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih tetap bertahan dan berjalan dengan baik walaupun terdapat beberapa kendala yang muncul. Dengan adanya proses kerjasama yang terdiri dari proses forming (pembentukan), storming (pengutaraan ide atau pendapat), norming (penyamaan norma), performing (pelaksanaan), dan adjourning (penangguhan). Perpustakaan Bank Merah Putih beserta anggota perpustakaan yang tergabung dalam kerjasama telah sesuai melewati proses tersebut, yaitu dari proses pembentukan hingga proses penangguhan. Namun dalam suatu kerjasama yang dilakukan oleh beberapa perpustakaan tersebut, masih mengalami sejumlah kendala atau hambatan. Meskipun terdapatnya kendala atau hambatan dalam kerjasama perpustakaan tersebut, pihak Perpustakaan Bank Merah Putih beserta dengan anggota kerjasama perpustakaan berusaha melakukan yang terbaik bagi para pemustaka dalam menyikapi kendala yang dihadapi. Berdasarkan pembahasan secara keseluruhan, penulis memberikan saran-saran yang diharapkan dapat dikembangkan dan meningkatkan kerjasama di Perpustakaan Bank Merah Putih untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Saran pertama adalah, Perpustakaan Bank Merah Putih perlu membuat perencanaan kegiatan dengan anggota kerjasama perpustakaan untuk mengadakan pertemuan yang dapat dilakukan setidaknya satu tahun dua kali atau satu tahun sekali sesuai dengan kesepakatan dan kebijakan yang dibuat. Pertemuan tersebut dapat dilaksanakan untuk membahas mengenai permasalahan atau kendala yang ada selama kerjasama tersebut berlangsung, serta untuk membahas target apa saja yang telah dicapai selama kerjasama berlangsung. Dengan adanya kegiatan pertemuan kerjasama ini diharapkan agar Perpustakaan Bank Merah Putih bersama dengan perpustakaan yang tergabung dalam kerjasama tersebut dapat mencari jalan keluar secara bersama apabila terdapat kendala yang dihadapi serta dapat menjalin tali silaturahmi yang lebih erat. Saran kedua ialah dengan dibuatnya katalog induk. Karena Perpustakaan Bank Merah Putih berencana akan mengembangkan kerjasama ini dengan peminjaman antar perpustakaan maka sebaiknya dan seharusnya Perpustakaan Bank Merah Putih dan anggota kerjasama perpustakaan saling memberikan katalog perpustakaan dan membuat katalog induk. Saran kedua ini terkait dengan saran pertama yang telah disebutkan. Dengan diadakannya pertemuan antar Perpustakaan Bank Merah Putih dan anggota kerjasama perpustakaan, maka 11
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
dapat dibicarakan sekaligus untuk membuat katalog induk. Katalog induk ini dimaksudkan agar pemustaka yang berasal dari Perpustakaan Bank Merah Putih maupun dari anggota kerjasama perpustakaan dapat dengan mudah melihat koleksi perpustakaan apa saja yang tersedia dan dapat dipinjamkan. Perpustakaan Bank Merah Putih juga diharapkan dapat membuat suatu acara yang melibatkan seluruh anggota kerjasama perpustakaan. Hal ini dimaksudkan agar antara Perpustakaan Bank Merah Putih dan anggota kerjasama perpustakaan, maupun antar perpustakaanperpustakaan yang menjadi anggota kerjasama perpustakaan saling lebih mengenal satu sama lain dan meningkatkan kualitas konektivitas dan hubungan yang telah ada. Selain itu kegiatan tersebut diharapkan dapat memberikan pemahaman serta pengetahuan lebih kepada masyarakat umum khususnya pemustaka di masing-masing perpustakaan serta dapat mempromosikan masing-masing perpustakaan. Daftar Acuan Alwi, Hasan. (2007). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arlinah. (2002). Manajemen kerjasama antar perpustakaan. Maret 22, 2013.
. Badan Standardisasi Nasional. SNI 7496:2009 Perpustakaan khusus instansi pemerintah. Cresswell, John C. (2010). Research design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. David, Fred R. (2004). Manajemen strategis. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia. Gibson, James L. (2003). Organisasi. Jakarta: Erlangga. Gorman, Gary E., Cullen, Rowena. (2000). “Models and opportunities for library cooperation in the asian region”. Library management 7 (21), 373-384. Maret 11, 2013. Gorman, G.E., Clayton, Peter. (2005). Qualitative research for the information professional: A practical handbook. London: Facet Publishing. Khalid, H.M. (2000). Co-operation and networking in library and information systems of advanced countries: A framework for countris with less developed systems. Library review. 2(49), 57-63. 14 Maret 2013. . Kumbar, T.S. Library consortia: A conceptual overview. 22 Maret 2013 . MacDougall, Alan F., Prytherch, Ray. (1991). Handbook of library cooperation. England: Gower Publishing Company Limited. Martin, Susan K. (1986). Library networks, 1986-87. London: Knowledge Industry Publications. Maslow, Abraham H. (1994). Motivasi dan kepribadian 1: Teori motivasi dengan pendekatan hierarki kebutuhan manusia. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo. Miles, Matthew, Huberman, A. Michael. (1992). Analisis data kualitatif: Buku sumber tentang metode-metode baru. Jakarta:UI Press. Pearce, John A., Robinson, Richard B. (2000). Strategic management: Formulation, implementaion, and control. Boston: McGraw-Hill. Pemerintah Republik Indonesia. (2007). Undang-undang Republik Indonesia No. 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Jakarta. Robbins, Stephen P. (2003). Organizational behavior. New Jersey: Prentice Hall.
12
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013
Rohanda. (2005). Peluang untuk bermitra (partnership) antar lembaga perpustakaan dengan lembaga laba: Sebuah harapan dan pemikiran. Visi pustaka: majalah jaringan informasi antarperpustakaan (vol. 7, p. 20-34). Sarlito W. Sarwono. (2010). Pengantar psikologi umum. Jakarta: Rajawali Pers. Siregar, A. Ridwan. (2005, Desember). Kerjasama dan sistem jaringan perpustakaan umum. Pustaha: Jurnal studi perpustakaan da informasi (vol. 1, p. 12-16). 22 Mei 2013. . Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. --------------------. (1994). Periodisasi perpustakaan Indonesia. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. --------------------. (1996). Kerjasama dan jaringan perpustakaan. Jakarta: Universitas Terbuka. --------------------. (2002). Indonesian networks and library cooperation in Indonesia. 10 Mei 2013. . -------------------. (2006). Metode penelitian. Jakarta: Wedatama Widya Sastra. --------------------. (2013, April 14). Penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam kerjasama perpustakaan. June 1, 2013. . Supriyatno. (2006). Aksentuasi perpustakaan dan pustakawan. Jakarta: Ikatan Pustakawan Indonesia Pengurus Daerah DKI Jakarta. Surachman, Arif, (2005, Agustus). Pengelolaan perpustakaan khusus. Paper disampaikan dalam Seminar Jurusan Seni Kriya, Institut Seni Indonesia. Sutarno NS. (2006). Mengenal perpustakaan. Jakarta: Jala Permata. ----------------. (2006). Perpustakaan dan masyarakat. Jakarta: CV. Sagang Seto. The National Library of Korea. (1998). Library information networks in Korea-ASEAN member countries and their cooperation. Seoul: The Library. Tuckman, Bruce W., Jensen, Mary Ann C. (1977, December). Stages of small-group development revisited. Group & organization studies (pre-1986), 2(4), 419-427. 1 Mei 2013. <.http://www.freewebs.com/group-management/Bruce Tuckman(1). pdf/>.
13
Persepsi dan ..., Anggi Pratiwi, FIB UI, 2013