Persepsi Dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi terhadap Kerjasama Pendidikan Ilma Avitrianti, Indira Irawati Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16425, Indonesia e-mail:
[email protected];
[email protected]
Abstrak Penelitian ini membahas mengenai persepsi dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi terhadap konsep kerjasama pendidikan, meliputi kesepahaman, proses pelaksanaan disertai harapan terhadap program kerjasama pendidikan itu sendiri. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi telah memiliki kesepahaman dalam memandang konsep kerjasama, dimana faktor yang dianggap paling berpengaruh dalam pelaksanaan kerjasama pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi adalah komunikasi dan kejujuran. Sedangkan bentuk kerjasama yang paling diharapkan adalah kerjasama formal berupa penelitian dan pelaksanaan kegiatan ilmiah bersama, disertai kegiatan pengembangan kurikulum Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Kata Kunci: Dosen, Ilmu Perpustakaan, Kerjasama Pendidikan, Persepsi
Perception of Library & Information Science Lecturer Towards Education Cooperation Abstract This thesis discussed about perception of Library and Information Science lecturer about the education cooperation concept, included the understanding of implementation process and how to choose the forms of the education cooperation. This research used quantitative method with descriptive explanation model. The result of this research are reveal that library & information science lecturer has congruent viewpoint in education cooperation concept, when the most influenting factor that percieved in implementing Library and Information Science education cooperation was communication and integrity. Whereas, based on Library and Information Science lecturer perception, joint research, scientific activities and curriculum development preferred in formal form are the most wished program to realized.
Keyword:education, cooperation, lecturer, library science, perception
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
Pendahuluan
Dalam 126 tahun perjalanan pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, sejak Dewey mendirikan Sekolah Ekonomi Perpustakaan di Columbia University pada tahun 1887, terdapat banyak perkembangan yang dipengaruhi faktor ekonomi dan teknologi terhadap program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi. International Federation of Library Association (IFLA) Education and Training Section, berdasarkan penelitiannya terhadap 160 Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di seluruh dunia, menyimpulkan bahwa terdapat kebutuhan untuk menstimulasi kerjasama dan saling-berbagi dalam menciptakan suatu tolak ukur dalam menciptakan jaringan yang setara antar lembaga pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi (Tammaro, 2005). Menurut Lin dan Wang (2006), kebutuhan terhadap kerjasama dan saling-berbagi tersebut didorong oleh beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi, kurangnya ketersediaan sumber daya, serta menjembatani kesenjangan pengetahuan dan keahlian antar program studi.
Menurut Association of Library and
Information Science Education, kerjasama di bidang ilmu perpustakaan dan informasi secara khusus bertujuan untuk mempopulerkan pemahaman terhadap nilai dan etos bidang ilmu perpustakaan dan informasi; untuk mendukung perkembangan individu secara profesional dan intelektual dan menyediakan mekanisme pertukaran, penyebaran dan penerimaan informasi mengenai isu-isu, kegiatan dan perkembangan terakhir di bidang kurikulum, penelitian dan pendaanaan di lingkup ilmu perpustakaan dan informasi (Lin, 2004). Menurut Boettcher (1986), dalam kerjasama antar program studi, masing-masing individu berperan penting dalam mensukseskan program kerjasama yang akan maupun sedang berlangsung. Persepsi individu sebagai faktor yang paling mempengaruhi kerjasama menjadikan dosen, sebagai tenaga pendidik profesional, diharapkan mampu mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga negara dalam memperoleh pendidikan yang bermutu (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2009 tentang Dosen). Melalui prinsip-prinsip tersebut, persepsi dosen dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi terhadap kerjasama pendidikan menjadi hal yang dirasa perlu untuk diteliti, dimana hubungan saling mempengaruhi dosen dalam kepakaran dan pengalaman masing-masing berpengaruh pada efektifitas dan efisiensi program kerjasama (Hazeri & Martin: 2009). Persepsi dosen yang baik terhadap kerjasama pendidikan dipercaya dapat membawa
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi ke arah perkembangan keilmuan dan profesi yang lebih luas (Hazeri & Martin, 2009). Berdasarkan
latar
belakang
tersebut,
penelitian
ini
mencoba
memaparkan
bagaimanakah persepsi dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek terhadap kerjasama pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi serta harapan mereka terhadap kerjasama pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi itu sendiri. Sedangkan tujuan penelitian ini berfokus untuk mengidentifikasi persepsi dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek terhadap konsep kerjasama pendidikan dan mengidentifikasi harapan mereka terhadap kerjasama pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi.
Tinjauan Literatur
Kerjasama Pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Edmonds mengemukakan kerjasama sebagai suatu kegiatan berbagi sumber-sumber secara resiprokal yang saling menguntungkan, baik yang sudah berkembang maupun dalam perencanaan, oleh dua atau lebih badan atau organisasi (dalam Lin, 2004). Sementara Sulistyo-Basuki (2011) merinci bahwa kerjasama adalah kegiatan yang melibatkan dua pihak atau lebih dan dilakukan karena kesadaran bahwa tidak satupun organisasi/lembaga dapat berdiri sendiri. Sedangkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan menyatakan bahwa kerjasama perguruan tinggi bertujuan meningkatkan efisiensi, efektifitas, produktifitas, kreatifitas, inovasi, mutu dan relevansi pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi. International Federation of Library Association dalam Guidelines for Professional Library/Information Educational Program menyatakan terdapat beberapa poin utama yang diharapkan dimiliki oleh institusi pendidikan ilmu perpustakaan dan informasi, diantaranya (a) kurikulum program pendidikan yang mencakup program lengkap antara pendidikan teoritis dan kemampuan aplikatif, (b) kelengkapan unit kerja program pendidikan mencakup ketersediaan pengajar yang sesuai kompetensi pendidikan,
tujuan dan sasaran program
pendidikan serta kelengkapan staf non-akademik, dan (c) kelengkapan sumber daya
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
instruksional dan fasilitas pendukung program pendidikan seperti perpustakaan, laboratorium dan fasilitas fisik lain. Dalam mencapai standar tersebut, program studi-program studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Eropa mulai bergabung secara aktif dalam kegiatan kerjasama. Keikutsertaan mereka dimaksudnya untuk menjawab tantangan global, berimprovisasi, berinovasi dan memperkuat kurikulum ilmu perpustakaan dan informasi, mengakomodasi kebutuhan mahasiswa dan lapangan pekerjaan yang terus berubah, serta untuk mencapai standar internasional dalam kualitas pengajaran, penelitian dan layanan (European Library and Information Science Higher Education). Austin & Baldwin (1991) memaparkan bahwa kerjasama pendidikan dibangun dari pemahaman bersama atas konsep kerjasama, apa bentuk kerjasamanya serta bagaimana seluruh pihak melaksanakan kerjasama tersebut. Kerjasama dalam pendidikan sarjana merupakan kerjasama di antara mahasiswa, fakultas dan administrator sebagai bagian dari proses pembelajaran (American Association for Higher Education’s Action Community on Colaborative Learning). Mattesich et al. (2001) mengemukakan bahwa kerjasama adalah hubungan saling menguntungkan antara dua atau lebih organisasi untuk mencapai tujuan yang sama, meliputi komitmen terhadap kesetaraan hubungan dan capaian, tanggung jawab yang terstruktur dan terbagi, kesetaraan otoritas dan tanggung jawab yang sama dalam menacapai sukses, serta saling berbagi sumberdaya dan penghargaan. Dari konsep-konsep tersebut, dapat ditarik suatu benang merah, yaitu bahwa kerjasama pendidikan umumnya dibangun atas kesamaan tujuan, prinsip saling berbagi (sharing) baik usaha maupun sumber daya, saling menguntungkan dan dibangun melalui kesepakatan bersama. Sedangkan dalam melaksanakan kerjasama, Austin & Baldwin (1991) menyatakan terdapat empat tahapan penting dalam memulai kerjasama antar fakultas, yaitu pemilihan kolega, penentuan tugas/tanggung jawab, pembentukan panduan kerja dan keberlangsungan hubungan kerjasama ke depannya. Masing-masing aspek tersebut akan mempengaruhi kesuskesan dan hasil akhir kerjasama secara umum. Dalam merencakan suatu program kerjasama, mengidentifikasi tantangan-tantangan yang mungkin dihadapi merupakan bagian penting dalam memberikan gambaran terhadap apa yang mungkin dihadapi anggota jika berpartisipasi di program kerjasama (Suqri, 2010). Beberapa tantangan yang mungkin dihadapi dalam melakukan kerjasama diantaranya: 1. Pendanaan
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
Di seluruh dunia, bahkan di Eropa sekalipun, masalah pendanaan telah menjadi penghambat dalam pelaksanaan proses kerjasama (Virkus dalam
Suqri,
2010). Masalah pendanaan ini menjadi tantangan karena besarnya kebutuhan dana untuk komunikasi, penyebaran informasi dan hasil kerjasama, biaya perjalanan, biaya administrasi dan biaya penelitian (Ocholla, 2007). Sekalipun didukung oleh pemerintah, biaya yang ada mungkin tidak mencukupi kesuluruhan biaya selama proses kerjasama berlangsung. Tetapi jika tantangan dalam pendanaan telah direncanakan dan diantisipasi sejak awal, mekanisme pendanaan yang ada dapat mendukung seluruh kegiatan kerjasama secara efektif. 2. Infrastruktur Teknologi Penelitian yang telah dilakukan di Gulf Co-operation Council (Suqri, 2010), Afrika (Ocholla, 2007) dan Asia Timur (Lin, 2004) menyatakan bahwa infrastruktur teknologi merupakan hambatan dalam pelaksanaan kerjasama. Masalah teknis seperti kurangnya perangkat teknologi informasi maupun lemahnya kecepatan koneksi internet
menjadi hambatan yang cukup signifikan (Suqri, 2010). Tidak
terintegrasinya sistem informasi di wilayah Asia memberikan celah pada kurang efektifnya proses kerjasama, walaupun faktor geografis menjadi tantangan yang cukup besar di wilayah Asia (Lin, 2004). Investasi pada infrastruktur yang tepat, seperti akses saluran komunikasi yang tanpa hambatan, sumber daya elektronik yang diperbanyak dan fasilitas teknologi yang memadai, dapat meningkatkan kesuksesan program kerjasama (Suqri, 2010). 3. Sumber Daya Manusia Kerjasama mengisyaratkan pekerjaan lebih bagi semua pihak yang menjalaninya, dan dibutuhkan dedikasi khusus yang diiringi pemahaman individu mengenai pentingnya kerjasama yang sedang berlangsung (Mathee & Lahti, 2007). Sedangkan di Afrika (Suqri, 2010) tidak relevannya kemampuan profesional anggota menjadi penyebab gagalnya pembentukan kerjasama di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Kurangnya jumlah mahasiswa yang memenuhi kualifikasi untuk mengikuti program kerjasama juga menjadi faktor kurang suksesnya kerjasama yang telah berlangsung (Ocholla, 2007). 4. Bahasa Afrika Selatan memiliki sebelas bahasa resmi yang digunakan di seluruh wilayahnya, dan bahasa menjadi faktor yang diperhatikan secara lebih dalam melaksanakan program kerjasama (Mathee & Lahti, 2007). Kendala ini diatasi dengan
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi dalam kegiatan kerjasama di Afrika Selatan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Ilmu Perpustakaan dan Informasi sekaligus mempermudah dunia global untuk mendapatkan akses terhadap dokumen dan publikasi yang dihasilkan. Penelitian mengenai aspek kerjasama di bidang pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi telah banyak diteliti, diantaranya penelitian yang telah dilakukan di Pakistan (Ameen, 2007), Afrika (Ocholla, 2007) dan Gulf Cooperation Council (Rehman, 2007) yang memberikan gambaran bagaimana kerjasama memberikan dukungan terhadap peningkatan kualitas pendidikan ilmu perpustakaan di negara-negara tersebut. Rodrignez dalam Lin (2006) juga melaporkan bahwa kerjasama pendidikan antara Mexico dan Amerika Serikat berbentuk pembentukan program magister, pemberian beasiswa, kunjungan dan pelatihan, serta pertukaran dosen telah berlangsung. Sedangkan Kajberg dalam Virkus (2007) mengemukakan bahwa penelitian bersama menjadi kerjasama paling umum di Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Eropa.
Persepsi Dosen dan Kaitannya Terhadap Kerjasama Pendidikan Walgito (2010) memahami persepsi sebagai suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan,yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera. Sedangkan Robbins dan Judge (2003) mengemukakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Robbin dan Judge (2003) menjelaskan, walaupun semua individu melihat suatu hal yang sama, persepsi mereka terhadap hal tersebut dapat berbeda-beda. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibedakan menjadi tiga macam yaitu faktor eksternal, faktor internal, dan faktor perhatian. Pada faktor eksternal diperoleh dari stimulus dan tidak semua stimulus akan diteruskan dalam proses persepsi, tetapi sebagian saja. Faktor internal berasal dari individu dan saat menghadapi stimulus mana yang diperhatikan sehingga menimbulkan kesadaran individu. Sedangkan, faktor perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktifitas individu yang ditunjukan pada suatu objek. Persepsi dosen terhadap kerjasama pendidikan menjadi hal yang penting untuk diteliti, dimana hubungan saling mempengaruhi dosen dalam kepakaran dan pengalaman
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
masing-masing berpengaruh pada efektifitas dan efisiensi program kerjasama (Hazeri & Martin, 2009). Persepsi dosen yang baik terhadap kerjasama juga diharapkan dapat membawa pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi ke arah perkembangan keilmuan dan profesi yang lebih luas sebagaimana terlihat pada penelitian Hazeri & Martin (2009) mengenai kebutuhan kerjasama pada program pengajaran, dimana dosen dan praktisi menyetujui bahwa menurut perspektif mereka, terdapat kebutuhan terhadap kerjasama untuk mencapai kesuksesan program pengajaran knowledge management. Penelitian Kim & Ju (2008) mengenai analisis persepsi fakultas terhadap kerjasama dan berbagi pengetahuan di institusi akademik pun menyatakan bahwa responden merasakan kebutuhan untuk bekerjasama dengan berbagi materi perkuliahan sebagai pilihan bentuk kerjasama yang paling signifikan dalam kegiatan mereka sehari-hari. Di bidang agrikultur, faktor persepsi individu juga menjadi hal yang paling mempengaruhi kerjasama sebagaimana dapat dilihat pada penelitian Boettcher (1986).
Metode Penelitian
Penelitian mengenai persepsi dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi terhadap kerjasama pendidikan ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Dimana penelitian kuantitatif adalah strategi penelitian yang menggunakan kuantifikasi dalam pengumpulan dan analisis data dengan pendekatan deduktif untuk hubungan antar teori dengan menempatkan pengujian teori (Silalahi, 2009). Dalam proses menjawab pertanyaan penelitian tersebut, digunakanlah metode survei yang mampu memberikan pemahaman terhadap populasi, berdasarkan sampel, menggunakan kuesioner atau wawancara terstruktur dalam pengumpulan data. Objek dari penelitian ini adalah persepsi dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek terhadap kerjasama pendidikan. Sedangkan subjek dari penelitian ini adalah dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek. Populasi yang digunakan adalah lima Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek yang menyelenggarakan program pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, yaitu Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas YARSI, Universitas Terbuka dan Universitas Islam Negeri Sjarif Hidayatullah. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2006), dimana ukuran sampel yang dianggap layak dalam penelitian minimal berjumlah 30 (Roscoe dalam Sugiyono, 2012). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling karena anggota populasi dianggap homogen (Sugiyono, 2012). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode survei dengan instrumen kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2009). Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 3 Mei 2013 pada Rapat Kerja Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (APTIPI) di Perpustakaan Pusat dan dengan menitipkan kuisioner di masing-masing lokasi penelitian mulai 3 Mei 2013 hingga 16 Mei 2013. Pengumpulan data tambahan dilakukan dengan metode wawancara dan observasi semi partisipan, dimana wawancara dan observasi dalam penelitian ini bukan merupakan teknik pengumpulan data yang utama. Teknik wawancara bertujuan untuk melengkapi kebutuhan informasi peneliti dalam melakukan penelitian. Sedangkan observasi yang digunakan adalah observasi partisipatif dengan tingkat partispasi moderat, yaitu dimana peneliti ikut berpartispasi dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya (Stainback, 1998 dalam Sugiyono, 2012). Observasi dilakukan dengan berpartisipasi dalam kegiatan Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Universitas Indonesia pada tanggal 3 Mei 2013 di Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia.
Analisis Hasil Penelitian
Dari 100 kuesioner yang disebar, pada tanggal 16 Mei 2013 telah kembali 35 buah kuesioner. Ketiga puluh lima kuesioner tersebut langsung ditabulasi dan didapati bahwa tiga kuesioner dinyatakan tidak valid karena tidak diisi secara lengkap. Dalam penelitian ini, pemaparan hasil penelitian ini disampaikan dalam bentuk dekriptif menggunakan persentase sebagai metode penghitungan dan penjabaran. Persepsi responden dilihat dengan rentang Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju. Kuesioner terdiri dari 3 pertanyaan mengenai profil responden, 29 pertanyaan mengenai kerjasama pendidikan, 1 pertanyaan semi tertutup mengenai bentuk kerjasama yang diinginkan serta 1 pertanyaan
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
terbuka mengenai harapan responden terhadap kerjasama pendidikan di bidang ilmu perpustakaan dan informasi. Dimensi yang dilihat melalui kerjasama ini diantara lain adalah persepsi terhadap konsep kerjasama pendidikan, persepsi terhadap pelaksanaan kerjasama pendidikan dan persepsi terhadap bentuk kerjasama pendidikan, dilengkapi dengan harapan responden terhadap kerjasama pendidikan di bidang ilmu perpustakaan dan informasi. Pada dimensi persepsi awal responden terhadap adanya suatu konsep kerjasama pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi dapat menentukan bagaimana fondasi bagi pembangunan dan perkembangan kerjasama diantara institusi pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi kedepannya. Persepsi responden pada konsep kerjasama pendidikan secara keseluruhan sesuai dengan harapan peneliti, dimana melalui tiga butir pertanyaan mengenai konsep pendidikan didapat persepsi sangat setuju sebanyak 65,6% dan setuju sebanyak 34,4% yang membuktikan bahwa telah terbentuk suatu kesepahaman dinatara responden yang berasal dari lima institusi berbeda. Kesepahaman yang telah terbentuk diantara responden tersebut akan mempermudah dimensi kedua dari kerjasama pendidikan, yaitu pelaksanaan kerjasama pendidikan, dimana pelaksanaan kerjasama pendidikan dilihat melalui persepsi responden terhadap partner kerjasamanya, persepsi terhadap tugas dan tanggung jawabnya, persepsi terhadap panduan dalam bekerjasama dan persepsi terhadap hubungan kerjasama. Dalam tujuh butir pertanyaan mengenai persepsi responden terhadap partner kerjasamanya, didapat hasil bahwa hampir seluruh responden, yaitu sebanyak 90%, merupakan tipe orang yang berani mengambil resiko dalam pekerjaannya dengan 83,5% diantaranya akan memilih partner yang juga sama-sama mau mengambil resiko dalam bekerja. Walau demikian, terdapat sebagian kecil responden, yaitu sebanyak 10%, yang walaupun berani mengambil resiko dalam pekerjaannya, tidak akan memilih partner yang bertipe sama untuk menjadi partner kerja. Melalui pertanyaan lain, didapatkan suatu gambaran bahwa responden dengan tipe pengambil resiko lebih berorientasi pada proses daripada hasil, sehingga walaupun resiko yang diambil berdampak pada sukses dan tidaknya pekerjaan tersebut akan berakhir, resiko itu akan tetap diambil. Oleh karena itulah responden lebih banyak memilih sesama pengambil resiko untuk bekerjasama dan tidak segan memberikan dukungan dan motivasi bagi partner kerjanya. Di lain pihak, ada sebagian kecil responden yang walaupun berani mengambil resiko, lebih memilih partner yang berlawanan karakternya agar terdapat keseimbangan dalam menentukan aspek positif dan negatif saat mengambil suatu keputusan. Sebagian kecil
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
responden ini sangat berusaha untuk melakukan pekerjaan sebaik mungkin, dengan sesedikit mungkin resiko dalam pencapaian tujuannya dan berorientasi pada hasil. Ada berbagai cara membagi tugas dalam tim, tetapi dengan melihat persepsi masingmasing individu, dapat ditentukan cara terbaik membagi tugas dan tanggung jawab jika program kerjasama antara Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di lingkup Jabodetabek mulai berjalan. Dalam persepsi responden terhadap tugas dan tanggung jawab melalui tiga butir pertanyaan, didapat hasil bahwa terdapat 93,8% responden dengan preferensi untuk bekerja dalam tim, 59,4% responden dengan preferensi untuk bekerja secara individu dengan 93,75% responden merasa bahwa bahwa tugas tim akan lebih efektif jika dibagi menurut bentuk tugas dan kemampuan/minat masing-masing anggota. Dari hasil tersebut dapat dianalisis bahwa walaupun lebih banyak responden yang memiliki preferensi untuk bekerja secara bersama-sama dibanding bekerja sendiri-sendiri, sesungguhnya responden menyadari bahwa tugas tim akan lebih efektif jika dibagi berasarkan bentuk tugas, kemampuan dan minat masing-masing anggota. Oleh karena itu, jika memang program kerjasama dapat dilaksanakan di lingkup Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek, tugas dan tanggung jawab tim lebih baik dibagi menurut minat dan kemampuan masing-masing anggota yang terlibat untuk kemudian didiskusikan, diadakan tukar pikiran dan mencapai hasil yang memuaskan untuk semua pihak. Dalam persepsi responden terhadap panduan dalam bekerjasama, sebanyak 37,5% responden merasa sangat setuju bahwa memang setiap anggota harus terlibat dalam pembentukan panduan kerja dengan 46,9% responden lainnya merasa setuju. Sedangkan mengenai perlunya setiap orang mencapai kesepakatan dalam proses pembentukan panduan kerja dipersepsi dengan sangat setuju oleh 53,1% responden dan setuju oleh 37,5% responden. Dilihat melalui dua pertanyaan yang diajukan, dapat dianalisis bahwa peran setiap orang sangat signifikan dalam proses kerjasama dan terutama, kesepakatan bersamalah yang membentuk kesuksesan kerjasama tersebut. Austin dan Baldwin (1991) menyatakan bahwa proses pembentukan panduan kerjasama dipengaruhi faktor komunikasi, kepercayaan dan kejujuran. Persepsi sangat setuju paling tinggi dicapai oleh faktor komunikasi dan kejujuran dengan persentase 62,5% pada masing-masing aspek. Walau demikian, faktor kepercayaan juga dipersepsi setuju oleh 59,4% responden. Hubungan kerjasama memang sangat dipengaruhi oleh faktor institusi, tetapi persepsi individu terhadap hubungan kerjasama juga mungkin memperlancar maupun menghambat
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
hubungan kerjasama. Dalam persepsi responden terhadap hubungan kerjasama, dapat dilihat persepsi responden, yaitu 96,9% responden (hampir seluruh responden), menyatakan akan melanjutkan kerjasama jika merasa nyaman dengan partner kerjanya. Tetapi walaupun ada tujuan yang ingin dicapai, jika responden merasa tidak nyaman dengan partner kerjanya, hampir setengah responden, dengan persentase 59,4% tidak bersedia melanjutkan program kerjasama. Walau demikian, masih terdapat sebagian besar responden yang tidak peduli dan lebih berfokus pada apa yang ingin dicapai, meski merasa tidak nyaman dengan partner kerjanya. Sedangkan sebagian besar responden, yaitu 65,6%, menyatakan tidak bersedia melanjutkan kerjasama jika tidak merasa nyaman dengan partner kerjanya, yang sebagai hasil akhir, didapat bahwa faktor kenyamanan dalam berhubungan dengan partner kerja sangat mempengaruhi akan berlanjut atau tidaknya kerjasama. Dalam melihat persepsi dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi terhadap bentuk kerjasama, digunakan dua jenis pertanyaan, yaitu pertanyaan tertutup dan pertanyaan semi tertutup. Pertanyaan tertutup digunakan untuk melihat format kerjasama yang menjadi preferensi responden, sedangkan pertanyaan semi tertutup digunakan untuk melihat persepsi responden terhadap bentuk-bentuk kerjasama perguruan tinggi berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 tahun 2007 tentang Kerjasama Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi atau Lembaga Lain. Dalam persepsi responden terhadap preferensi format kerjasama pendidikan 90,6% responden menyatakan setuju bahwa kerjasama sebaiknya berformat kerjasama formal dan hanya 9,4% responden yang menyatakan tidak setuju. Jika memang kerjasama akan dilakukan dalam lingkup Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek, maka tampaknya pilihan mengadakan kerjasama berformat kerjasama formal dianggap lebih sesuai. Sedangkan untuk melihat harapan responden terhadap kerjasama pendidikan di bidang ilmu perpustakaan dan informasi, digunakan pertanyaan semi tertutup untuk melihat bentuk kerjasama yang diinginkan dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek. Responden diberikan delapan pilihan mengenai bentuk kerjasama yang paling diinginkan dan responden diminta mengurutkan prioritasnya dalam sakala 1-3, dimana delapan bentuk kerjasama tersebut mengacu pada bentuk kerjasama yang tertulis pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 tahun 2007 tentang Kerjasama Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi atau Lembaga Lain. Dari pertanyaan tersebut, didapat hasil bahwa bentuk kerjasama yang paling diinginkan adalah penelitian bersama
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
dengan persentase 25% dengan pilihan kedua terbanyak adalah penerbitan bersama karya ilmiah dengan persentase 24%.
Bentuk Kerjasama paling Diinginkan
Manajemen Lembaga Pengakuan Bersama Kredit Mata Kuliah Pertukaran Dosen Pertukaran Mahasiswa Peneli:an Bersama Pemanfaatan Bersama Sumber Daya Penerbitan Bersama Karya Ilmiah Penyelenggaraan Bersama Pertemeuan Ilmiah
Pertanyaan terakhir mengenai harapan responden terhadap kerjasama pendidikan di bidang ilmu perpustakaan dan informasi ke depannya, digunakan pertanyaan terbuka agar responden dapat memberikan masukan secara luas dari berbagai aspek. Mempertimbangkan banyaknya ragam harapan responden terhadap program kerjasama pendidikan, harapan tersebut penulis coba rangkum dalam beberapa kategori besar, yaitu aspek organisasi dan aspek akademis. Dari aspek organisasi, didapatkan harapan responden mengenai perlunya pengembangan kualitas program studi, perencanaan program pendidikan berbasis kebutuhan pasar, pembentukan kurikulum bersama, keseragaman nama gelar lulusan dan saling berbagi sumberdaya. Dari aspek akademis, responden mengharapkan adanya kegiatan pengembangan keilmuan, kegiatan berbagi pengetahuan dan ilmu (diskusi) dan penelitian ilmiah di bidang ilmu perpustakaan dan informasi secara khusus.
Kesimpulan
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
Secara umum, semua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi memiliki tujuan menyelenggarakan pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi yang berkualitas, tetapi ternyata, mencapai kualitas tersebut tidak semudah menulisnya diatas kertas. Banyak hal yang mempengaruhi tercapainya suatu kualitas yang unggul, mulai dari kurikulum, sumberdaya, hingga kualitas tenaga pengajar itu sendiri. Persepsi terhadap konsep kerjasama yang tidak seragam dapat menimbulkan tidak berhasilnya program kerjasama itu sendiri. Sebaliknya, persepsi yang sudah baik, dimana terdapat kesepahaman terhadap konsep kerjasama yang dijalani, rasa saling terlibat dan kesepakatan bersama antar anggota yang terlibat, mampu membawa program kerjasama ke arah kesuksesan. Dilihat dari persepsi dosen Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi melalui penelitian ini, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa seluruh dosen memberikan persepsi setuju terhadap konsep kerjasama pendidikan yang diajukan, yang berarti kesepahaman terhadap konsep kerjasama sudah terpenuhi dengan baik. Kesepahaman tersebut memberikan kemungkinan besar program kerjasama pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi berlangsung dengan baik dan sukses sebagaimana yang telah terlebih dahulu berlangsung di negara-negara lain. Dalam pelaksanaan program kerjasama pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek, persepsi hampir seluruh dosen menunjukan tingkat komitmen tinggi dengan keberanian untuk mengambil resiko pada pekerjaan dan tugas-tugas yang diemban guna mencapai hasil semaksimal mungkin. Selain itu, dalam pelaksanaan program kerjasama pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek, pembagian tugas dan tanggung jawab menurut persepsi sebagian besar dosen haruslah didukung oleh komunikasi yang baik dan disertai kejujuran antara partner kerja. Hampir seluruh dosen juga merasa bahwa kerjasama pendidikan di bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek dalam bentuk kerjasama formal adalah yang paling strategis untuk semua pihak. Sedangkan dalam harapan dosen Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek melalui depan pilihan bentuk kerjasama perguruan tinggi yang diajukan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26 tahun 2007 tentang Kerjasama Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi atau Lembaga Lain, hampir seluruh dosen memilih program pengembangan kurikulum dan saling berbagi fasilitas untuk dilaksanakan dalam kerjasama pendidikan Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Jabodetabek. Di lain pihak, harapan dosen terhadap program kerjasama antar Program Studi Ilmu Perpustakaan dan
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
Informasi sangat besar, yang dapat dirangkum menjadi aspek organisasi dan akademis. Dimana pengembangan program studi, kesetaraan gelar dan standar kurikulum dirasa sangat dibutuhkan oleh responden, didukung dengan digiatkannya kegiatan pengembangan keilmuan melalui saling berbagi pengetahuan dan penelitian ilmiah.
Daftar Referensi
Austin, Ann E. dan Baldwin, Roger G. (1991). Faculty Collaboration: Enhancing the Quality of Scholarship and Teaching. ASHE-ERIC Higher Education Report No. 7. Washington, D.C: The George Washington University, School of Education and Human Development. Boettcher, Robert DuWaine. (1986). A Study of the Factors Which Influenced the Perception of Cooperation Between County Extension Agent and Vocational Agriculture Teachers in Nebraska. Lincoln: University of Nebraska. European University Association. (2010). Africa-Europe Higher Education Cooperation for Development: Meeting Regional and Global Challenges. Brussels: European University Association. Hazeri, Afsaneh dan Martin, Bill. (2009). On the Need for Collaboration in KM Education in the LIS Sector: Some Professional Perspectives. International Journal of Information Management, 29, p. 380-388. International Federation of Library Association and Institution. (2012). Guidelines for Professional Library/Information Education Programs. IFLA. Kim, Seonghee dan Ju, Boryung. (2008). An Analysis of Faculty Perceptions: Attitudes Toward Knowledge Sharing and Collaboration in an Academic Institution. Library and Information Science Research , 30, p. 282-290. Lin, Chihfeng P. (2004, Agustus). The Challenge and Opportunities of Regional Cooperation in Lis Education in East Asia. Paper disampaikan pada World Library and Information Congress, 70th IFLA General Conference and Council. Buenos Aires: IFLA.
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013
Lin, Chihfeng P dan Wang, Mei-Ling. (2006, Agustus). Regional LIS Education Cooperation in Asia, a Continuing Report. Paper disampaikan pada World Library and Information Congress, 72nd IFLA General Conference and Council. Seoul: IFLA. Mathee, Tommy dan Lahti, Marjatta. (2007, Agustus). Co-operation Across Continent: Case of Library and Information Association of South Africa and Finnish Library. Paper disampaikan pada World Library and Information Congress, 73rd IFLA General Conference and Council. Durban: IFLA. Ocholla, Dennis N. (2007, Agustus). The Current Status and Challanges of Collaboration in Library and Information Science (LIS) Education and Training inAfrica. Paper disampaikan pada World Library and Information Congress, 73rd IFLA General Conference and Council. Durban: IFLA. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Kerjasama Perguruan Tinggi di Indonesia dengan Perguruan Tinggi atau Lembaga Lain di Luar Negeri. Jakarta. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia. Sulistyo-Basuki. (2011). Indonesian Networks and Library Cooperation in Indonesia. Suqri, Mohammed Nasser Al-. (2010). Collaboration in Library and Information Science Education in the Gulf Co-operation Council (GCC): Current Status, challenges and future trends. Empire State Reasearch Studies 46 (2). Tammaro, Anna Maria. (2005). Report on Quality Assurance Models in LIS Programs. International Federation of Library Association and Instituion Education and Training Section. Virkus, Sirje. (2007, Agustus). Collaboration in LIS Education in Europe: Challenges and Opportunities. Paper disampaikan pada World Library and Information Congress, 73rd IFLA General Conference and Council. Durban: IFLA. Walgito, Bimo. (2004). Pengantar psikologi umum. Yogyakarta: Andi.
Persepsi dosen…, Ilma Avitrianti, FIB UI, 2013