PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP RUBRIK GIZI DAN KESEHATAN DI MEDIA CETAK DIHUBUNGKAN DENGAN PERILAKU SEHAT MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia)
YESA SRI UTAMI
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
ABSTRACT YESA SRI UTAMI. Perception and Attitude about Nutrition and Healthy Rubric in Correlation with Healthy Behaviour at College Student. Under direction of Diah Krisnatuti Pranadji.
Unhealthy life style need some preventive and promotive effort. One of those effort is using nutrition and healthy rubric in mass media. The objective of this study is to understanding perception and attitude about nutrition and healthy rubric, also to analyze it relation with healthy behaviour in college student. Design of this study is descriptive analysis. The sample is determined by Slovin equation. The amount of the sample is 88 college student. Data were collected by self reported structural questionnare. Result of this study explain that college student have good perception about nutrition and healthy rubric and there is different attitude between man and woman. Spearman Correlation have shown positive correlation between sample’s attitude and knowledge with daily healthy behavior (p<0.05).
Keywords: perception, attitude, healthy behaviour
RINGKASAN YESA SRI UTAMI. Persepsi dan Sikap terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan di Media Cetak Dihubungkan dengan Perilaku Sehat Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia). Di bawah bimbingan Diah Krisnatuti Pranadji. Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan di media cetak dan menganalisis hubungannya dengan perilaku sehat mahasiswa. Tujuan khusus dari penelitian adalah: (1) Mengidentifikasi karakteristik mahasiswa; (2) Mengidentifikasi pengetahuan gizi dan kesehatan mahasiswa; (3) Mengidentifikasi kebiasaan membaca rubrik gizi dan kesehatan mahasiswa; (4) Mengidentifikasi persepsi dan sikap mahasiswa terhadap rubrik gizi dan kesehatan; (5) Mengidentifikasi perilaku sehat mahasiswa; (6) Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan gizi dan kesehatan, persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan, serta perilaku sehat mahasiswa. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan disain penelitian deskriptif analisis. Penelitian dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Dramaga, Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IPB adalah salah satu perguruan tinggi terbesar di Indonesia dan Kampus IPB Dramaga memiliki akses yang cukup mudah terhadap tersedianya media cetak. Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai Mei 2008. Populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) semester 4 dan 6. Penarikan contoh dilakukan dengan cara proportional random sampling berdasarkan populasi mahasiswa setiap departemen. Jumlah contoh berdasarkan perhitungan dengan rumus Slovin yaitu 88 orang yang terdiri atas 44 orang laki-laki dan 44 orang perempuan. Proporsi seimbang kedua jenis kelamin disengaja karena dijadikan kelompok yang dibandingkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang diisi oleh contoh dan sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Kuesioner berisi tentang karakteristik mahasiswa, pengetahuan gizi dan kesehatan mahasiswa, persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan, serta perilaku sehat contoh. Data sekunder yang dikumpulkan adalah gambaran umum lokasi penelitian dan data mahasiswa FEMA IPB. Data dianalisis dengan metode deskriptif dan metode inferensia. Program komputer yang digunakan adalah Microsoft Excel dan SPSS versi 13 for Windows. Perbedaan antara kelompok diketahui dengan uji beda Mann Whitney dan untuk menganalisis hubungan digunakan uji hubungan Chi Square dan korelasi Spearman. Persentase mahasiswa semester 4 dan 6 yang menjadi contoh hampir berimbang dengan proporsi contoh tiap departemen adalah GIZ (38.6%), KPM (39.8%) dan IKK (21.6%). Usia contoh berkisar antara 18-22 tahun dengan lebih dari separuh contoh (52.3%) berusia 20 tahun. Uang saku contoh berkisar antara Rp 250.000 sampai Rp 3.000.000 per bulan. Lebih dari separuh contoh (55.7%) memiliki uang saku sedang (Rp 500.000-Rp 750.000 per bulan) dan tidak terdapat perbedaan antara uang saku contoh laki-laki dan perempuan. Rata-rata Indeks Prestasi Akademik (IPK) contoh adalah 3.10 dengan lebih dari separuh contoh (69.3%) berada pada kategori IPK sangat memuaskan yaitu pada selang 2.76-3.50. Tidak terdapat perbedaan antara IPK contoh laki-laki dan perempuan. Skor rata-rata pengetahuan gizi dan kesehatan contoh adalah 77.8 persen. Lebih dari separuh contoh laki-laki (52.3%) dan perempuan (54.6%)
memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan pada kategori sedang. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara contoh laki-laki dan perempuan. Variabel yang berhubungan dengan pengetahuan contoh adalah lama studi (r=0.286**, p2 value=0.008), IPK (r=0.363**, p-value=0.01) dan asal departemen (x =16981**, p-value=0.002). Rubrik gizi dan kesehatan cukup disukai oleh contoh perempuan, sedangkan contoh laki-laki lebih menyukai rubrik olahraga. Sebagian besar contoh laki-laki (70.5%) dan perempuan (95.5%) pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan dalam tiga bulan terakhir. Frekuensi membaca sebagian besar contoh laki-laki (87.1%) dan perempuan (73.8%) kurang dari empat kali. Frekuensi membaca media cetak antara contoh laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan, namun tidak terdapat perbedaan frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan. Skor persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan berkisar antara 44-71 dengan skor rata-rata 59.8. Sebagian besar contoh laki-laki (74.2%) dan perempuan (71.4%) memiliki persepsi pada tingkat sedang (55-66). Tidak terdapat perbedaan persepsi antara laki-laki dan perempuan. Variabel yang berhubungan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan adalah tingkat kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan (r=0.249*, p-value=0.034). Skor sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan berkisar antara 28-47 dengan skor ratarata 35.4. Sebagian besar contoh laki-laki (74.2%) dan perempuan (81.0%) memiliki sikap pada tingkat netral (32-40). Terdapat perbedaan signifikan sikap contoh laki-laki dan perempuan. Sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan berhubungan dengan pengetahuan gizi dan kesehatan contoh (r=0.309**, pvalue=0.008) serta persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan (r = 0.283*, pvalue=0.015). Rata-rata skor perilaku sehat contoh sebesar 25.3 dengan kisaran skor antara 18-32. Sebagian besar contoh (72.7%) memiliki perilaku sehat pada tingkat sedang (22-28). Tidak terdapat perbedaan perilaku contoh laki-laki dan perempuan. Perilaku sehat berhubungan dengan uang saku (r=0.235*, pvalue=0.028) dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan (r=0.240*, pvalue=0.041), sedangkan pengetahuan tidak menunjukkan hubungan dengan perilaku sehat (r=-0.025, p-value=0.820). Pihak institusi IPB perlu menyediakan lebih banyak majalah dinding di sekitar kampus untuk meningkatkan minat baca mahasiswa serta memaksimalkan Koran Kampus sebagai penyedia informasi seputar akademik maupun informasi umum lainnya seperti kesehatan. Sesekali institusi IPB perlu mengadakan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk hidup lebih sehat, misalnya dengan olahraga bersama. Bagi pihak media terutama yang mengasuh rubrik-rubrik gizi dan kesehatan perlu meningkatkan frekuensi pemuatan serta melangkapinya dengan data-data kualitatif dan kuantitatif untuk meningkatkan kepercayaan pembaca. Materi kesehatan yang cocok ditampilkan bagi mahasiswa adalah ajakan untuk berperilaku hidup lebih sehat misalnya dengan berolahraga, meningkatkan konsumsi susu dan makan makanan beragam.
PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP RUBRIK GIZI DAN KESEHATAN DI MEDIA CETAK DIHUBUNGKAN DENGAN PERILAKU SEHAT MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia)
YESA SRI UTAMI
Skripsi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Judul Skripsi
:
Persepsi dan Sikap terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan di Media
Cetak
Dihubungkan
dengan
Perilaku
Sehat
Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia) Nama
:
Yesa Sri Utami
NRP
:
A54104016
Program Studi
:
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Disetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Diah K. Pranadji, MS NIP. 131 476 543
Diketahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jambi, pada tanggal 1 Juni 1986. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara pasangan H. Cik Nan ABD. Majid dan Hj. Surni. Tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Era Puspita Jambi dan kemudian melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 1 Jambi. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 Jambi dan lulus tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga (GMSK), Fakultas Pertanian. Selama masa perkuliahan penulis pernah menjadi pengurus Himagita (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Gizi Pertanian) periode tahun 2005/2006. Penulis juga aktif menjadi pengurus organisasi mahasiswa daerah Himaja (Himpunan Mahasiswa Jambi). Pada tahun 2007 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Danasari, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Metode Penelitian dan Penyajian Ilmiah (MPPI) pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) tahun ajaran 2007/2008.
PRAKATA Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya serta teladan sejati Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1.
Dr. Ir. Diah Krisnatuti Pranadji, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pikiran, memberikan bimbingan dan teladan baik akademis maupun di luar akademis yang sangat membantu penulis melakukan tugas akhir ini.
2.
Ir. MD. Djamaludin, MSc selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang diberikan.
3.
Ir. Retnaningsih, MSi selaku dosen pemandu seminar atas saran yang diberikan.
4.
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh dosen GMSK yang telah membukakan gerbang pengetahuan bagi penulis.
5.
Mama, papa, adik-adik tersayang (Tomy dan Intan) dan seluruh keluarga besar di Jambi atas segala kasih sayang, dukungan, semangat dan doa yang tulus.
6.
Sahabat-sahabatku tercinta (Dewi Meitasari, Friska Amelia dan Henny Rochany)
terima
kasih
atas
kebersamaan,
pengertian
dan
segala
dukungannya. 7.
Para pembahas seminar (Novi Mel, Henny, Syifa dan Shinta) atas saran dan kritik yang sangat membangun.
8.
Teman-teman di GMSK 41 (Lola, Ermita, Ima, Venny, Ratna, Gustia, Aqsa, Monik, Fika, Devi P , Rizka, Angel, Noorma, Ira, Ida, Kartika H, Sri, Edo, Daru dan semuanya) terima kasih atas kebersamaannya dan cerita-cerita indah selama empat tahun.
9.
Teman satu bimbingan Nurlaela yang selalu memberi semangat dan membagi keceriaannya.
10. Sahabat A3 292 (Khotimah Husniati) atas kebersamaan dan kesediaan berbagi cerita sejak TPB. 11. Rekan-rekan KKP IPB (Ratih, Uci, Erik, Diles, Ana, Muti) dan KKN UGM Desa Danasari Tegal tahun 2007 yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis.
12. Adik-adik IKK 42 (Chandri, Ina, Fitri, Esti, Febi, Dayat, Vina, Eka WL) atas persahabatannya dan proses belajar yang dijalani bersama. 13. Puti KPM 42, Wulan KPM 43, dan Gina IKK 43 atas bantuannya dalam proses pengumpulan data penelitian, juga kepada seluruh mahasiswa FEMA IPB angkatan 42 dan 43 atas kesediaannya menjadi responden penelitian. 14. Teman-teman di Radar 36 dan Wisma SAS yang selalu menemani hari-hari penulis selama di perantauan. 15. Rekan-rekan di Himaja Bogor semua angkatan atas persahabatannya. 16. Semua pihak yang telah banyak membantu selama masa perkuliahan dan penelitian sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Bogor, Juni 2008 Penulis
DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP........................................................................................... i PRAKATA ...................................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iv DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi DAFTAR GAMBAR........................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... ix PENDAHULUAN ............................................................................................ Latar Belakang ...................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................. Tujuan Penelitian .................................................................................. Kegunaan Penelitian .............................................................................
1 1 3 5 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... Perilaku ................................................................................................. Perilaku Sehat ....................................................................................... Pengetahuan Gizi dan Kesehatan ........................................................ Sikap ..................................................................................................... Persepsi ................................................................................................ Hubungan Persepsi, Sikap dan Perilaku ............................................... Komunikasi............................................................................................ Media Massa Cetak .............................................................................. Pengaruh Media Massa Cetak .............................................................. Rubrik Gizi dan Kesehatan ................................................................... Mahasiswa ............................................................................................
6 6 7 13 14 15 16 17 18 20 21 23
KERANGKA PEMIKIRAN.............................................................................. 25 METODE PENELITIAN .................................................................................. Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ................................................... Teknik Pemilihan Contoh ...................................................................... Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...................................................... Pengolahan dan Analisis Data .............................................................. Definisi Operasional ..............................................................................
27 27 27 27 28 32
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... Karakteristik Contoh .............................................................................. Kebiasaan Membaca Media Cetak ....................................................... Kebiasaan Membaca Rubrik Gizi dan Kesehatan ................................. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan ........................................................ Persepsi terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan ..................................... Sikap terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan .......................................... Perilaku Sehat ....................................................................................... Hubungan Antarvariabel ....................................................................... Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan .............................................................................................
34 34 35 38 42 44 46 49 53 57 57
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan ............................................................................... 60 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan ...................................................................................... 63 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Sehat .................... 65 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 71 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73 LAMPIRAN .................................................................................................... 77
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Data dan pengolahan data........................................................... 29
2.
Cara analisis data ........................................................................ 31
3.
Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu ..................... 36
4.
Sebaran contoh berdasarkan karakteristik akademik .................. 37
5.
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan membaca media cetak 39
6.
Hubungan uang saku per bulan dengan frekuensi membaca media cetak.................................................................................. 39
7.
Sebaran contoh berdasarkan urutan rubrik yang disukai secara umum ........................................................................................... 40
8.
Sebaran contoh pada urutan pertama berdasarkan jenis kelamin......................................................................................... 41
9.
Sebaran contoh pada urutan pertama berdasarkan asal departemen .................................................................................. 41
10.
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan membaca rubrik gizi dan kesehatan ............................................................................. 42
11.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan ....................................................................... 43
12.
Sebaran contoh berdasarkan kemampuan mengingat topik, narasumber dan media cetak yang memuat................................ 43
13.
Topik-topik yang terdapat pada rubrik gizi dan kesehatan .......... 44
14.
Persentase jawaban yang dijawab benar untuk setiap pertanyaan pengetahuan gizi dan kesehatan berdasarkan jenis kelamin......................................................................................... 45
15.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan .................................................................................... 46
16.
Skor rata-rata persepsi contoh untuk setiap pernyataan persepsi ....................................................................................... 47
17.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan ....................................................................... 49
18.
Skor rata-rata sikap contoh untuk setiap pernyataan sikap ........ 50
19.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan ............................................................................. 52
20.
Sebaran contoh berdasarkan perilaku sehat sehari-hari ............. 53
21.
Sebaran contoh berdasarkan tingkat perilaku sehat sehari-hari .. 57
22.
Hubungan lama studi dengan pengetahuan gizi dan kesehatan . 57
23.
Hubungan asal departemen dengan pengetahuan gizi dan kesehatan .................................................................................... 58
24.
Hubungan IPK dengan pengetahuan gizi dan kesehatan............ 59
25.
Hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan .............................................. 60
26.
Hubungan frekuensi rubrik gizi dan kesehatan dengan persepsi tehadap rubrik gizi dan kesehatan ............................................... 61
27.
Hubungan tingkat kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan .................. 62
28.
Hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan dengan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan .............................................. 63
29.
Hubungan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan .................................... 64
30.
Hubungan uang saku per bulan dengan perilaku sehat .............. 65
31.
Hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan perilaku sehat ......................................... 67
32.
Hubungan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan tingkat perilaku sehat ................................................................... 68
33.
Hubungan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan perilaku sehat............................................................................... 69
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1.
Model kepercayaan kesehatan .................................................... 9
2.
Model pemrosesan informasi ....................................................... 16
3.
Bagan unsur-unsur komunikasi ................................................... 17
4.
Kerangka pemikiran penelitian persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan dihubungkan dengan perilaku sehat mahasiswa ................................................................................... 26
DAFTAR LAMPIRAN Nomor 1.
Halaman Hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner .................................. 77
PENDAHULUAN Latar Belakang Derajat kesehatan seseorang ditentukan oleh empat faktor yaitu lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Dari empat faktor tersebut, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat (Soejoeti 2005). Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat menjalani gaya hidup yang cenderung tidak sehat terutama pada remaja dan dewasa awal. Aktivitas tinggi dan tuntutan pergaulan membuat kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti sering makan di luar rumah, mengkonsumsi fast food, tidak sempat makan pagi, merokok dan lebih banyak berada dalam ruangan sehingga kurang gerak menjadi umum dilakukan kelompok remaja dan dewasa awal. Gaya hidup tidak sehat menimbulkan akibat negatif yang sering tidak disadari oleh remaja dan dewasa awal. Masalah kesehatan yang terkait dengan gaya hidup adalah munculnya penyakit degeneratif. Beberapa tahun yang lalu penyakit infeksi menjadi masalah utama, namun saat ini penderita penyakit degeneratif seperti hipertensi, penyakit jantung dan diabetes justru meningkat. Data tahun 2001 menunjukkan penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab kematian utama di dunia. Keadaan tersebut masih berlangsung sampai sekarang dan menjadi penyebab kematian utama pada usia produktif dengan perbedaan antara wanita dan pria semakin sempit. Penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler bukan hanya masalah di negara maju, tetapi di negara berkembangpun menunjukkan penyakit ini menjadi penyebab 86 persen dari kasus kematian (Sani 2007). Gabungan masa remaja dan masa dewasa muda merupakan salah satu titik kritis dari sudut pandang kesehatan karena pada periode ini banyak kepercayaan, sikap dan perilaku terkait kesehatan yang diadopsi dan diperkuat. Remaja lebih mudah terpengaruh kegiatan-kegiatan yang merusak kesehatan sekaligus memiliki peluang untuk menambah pengalaman kesehatan yang positif seperti olahraga dan pola makan yang sehat (McKenzie, Pinger & Kotecki 2006). Remaja
berada
dalam
masa
peralihan
ke
arah
perkembangan
selanjutnya yaitu dewasa. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah menemukan model untuk identifikasi perilakunya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku remaja adalah media massa. Menurut Chan dan Sam (2006) media massa merupakan sumber informasi yang penting bagi setiap orang. Banyaknya jumlah informasi yang diperoleh meningkatkan wawasan serta
pola pikir yang lebih maju serta kreatif. Penelitian Supriyanti (2006) menunjukkan hubungan yang signifikan antara kebutuhan menggunakan majalah dengan motif kognitif dan perilaku remaja dalam menggunakan majalah. Kemajuan zaman dan teknologi menjadikan media massa semakin beragam, baik media cetak maupun elektronik. Di Indonesia, perkembangan media massa telah menjadi industri sejak kebebasan pers dijamin dengan Undang-Undang Nomor 40/1999 tentang Pers. Media cetak dan media elektronik saling bersaing meningkatkan kualitasnya untuk menarik minat khalayak. Sebagai saluran komunikasi massa yang memiliki keterlibatan tinggi, media cetak memiliki keunggulan yaitu bentuknya ringkas, pembaca dapat mengatur sendiri suasana, metode dan kecepatan pesan, pesan dapat diulang dan bisa disimpan sehingga bisa dibuka kembali saat diperlukan. Dengan kelebihan tersebut media cetak dapat bertahan di tengah pertumbuhan media elektronik yang luar biasa. Bahkan dalam Konferensi ke-60 Asosiasi Suratkabar Dunia (WAN) dan sidang ke-14 Forum Editor Dunia (WEF) di Cape Town tahun 2006 menemukan meningkatnya penetrasi internet justru membuat media cetak semakin dicari (Anonim 2007). Media massa cetak dapat digunakan sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan gizi dan kesehatan. Media mencapai banyak orang secara cepat sehingga pemanfaatan media ini bertujuan menyebarluaskan pesan kesehatan untuk semua orang (WHO 1992). Bentuk promosi kesehatan lewat media cetak yang mudah ditemukan adalah rubrik gizi dan kesehatan yaitu tulisan-tulisan pada surat kabar, tabloid dan majalah yang membahas suatu topik gizi dan kesehatan atau hal-hal yang terkait dengannya. Berbeda dengan jurnal-jurnal kesehatan yang disampaikan dengan bahasa ilmiah, rubrik gizi dan kesehatan pada media cetak disajikan dalam kemasan populer sehingga lebih mudah dipahami oleh orang awam. Materi gizi dan kesehatan yang dimuat membahas beragam topik mulai dari jenis-jenis penyakit, epidemi penyakit, cara pengobatan dan pencegahannya, teknologi di bidang kedokteran, program kesehatan sampai tips-tips ringkas untuk mempertahankan stamina tubuh. Pada tabloid dan majalah, halaman tersebut dilengkapi dengan gambar sebagai ilustrasi untuk meningkatkan pemahaman pembaca. Isi rubrik dapat diasuh oleh redaksi media cetak atau oleh ahli-ahli di bidang gizi dan kesehatan yang sudah terkenal dan diakui kemampuannya yang meningkatkan keyakinan pembaca. Pembaca rubrik gizi dan kesehatan tidak mengenal batasan umur, kelompok ataupun jenis kelamin, artinya siapapun bisa menyukai rubrik tersebut.
Hal ini terlihat dengan adanya rubrik gizi dan kesehatan yang tersebar merata pada surat kabar maupun pada media cetak yang sifatnya segmented seperti majalah dan tabloid. Rubrik gizi dan kesehatan dapat ditemukan pada surat kabar nasional, misalnya pada harian Kompas, Republika dan Bisnis Indonesia. Rubrik serupa ditemukan lebih banyak dalam tabloid misalnya Nova, Nakita, Wanita Indonesia dan sebagainya. Dalam majalah misalnya Kartini, Femina, Nirmala dan Ayah Bunda, bahkan dalam majalah remaja seperti Cita Cinta, Gadis dan Annida. Ketika seseorang membaca surat kabar, tabloid atau majalah maka orang tersebut akan memberi penilaian terhadap apa yang dibacanya. Penilaian sangat dipengaruhi oleh nilai, harapan dan kebutuhan yang sifatnya sangat individual dan berbeda antarindividu. Kondisi demikian oleh Sumarwan (2004) disebut persepsi, yaitu cara pandang seseorang melihat realitas di luar dirinya atau lingkungan sekelilingnya yang ditentukan oleh stimulus yang diterimanya. Jika seseorang memiliki persepsi yang baik terhadap stimulus yang disajikan maka akan terbentuk kecenderungan bertindak atau sikap bahkan sampai perubahan perilaku. Penelitian Wahyuni (2007) terhadap konsumen rubrik kesehatan menunjukkan pembaca memanfaatkan info kesehatan yang ada di tabloid kesehatan. Perilaku yang tampak antara lain pola makan teratur, istirahat dan olahraga teratur dan kebiasaan menjaga lingkungan sehat. Perumusan Masalah Proporsi remaja dan dewasa muda mencapai 15 persen dari total populasi dunia tahun 2000. Selain proporsinya yang cukup besar, perilaku kesehatan kelompok ini cukup menyita perhatian karena adanya perubahan akibat pertumbuhan fisik, sosial maupun psikologis membuat remaja dan dewasa awal mengalami banyak ragam gaya hidup dan perilaku termasuk yang berhubungan dengan kesehatannya. Hasil penelitian di Amerika tahun 1999 menunjukkan masalah kesehatan yang sering dihadapi pelajar perguruan tinggi adalah minum alkohol, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang dan pola hidup terburu-buru (McKenzie et al. 2006). Di Indonesia masalah kesehatan remaja pada umumnya menyangkut pola makan seperti kebiasaan tidak sarapan, meningkatnya konsumsi fast food dan
tidak minum susu; merokok; masalah
body image; serta rendahnya kesadaran perilaku kebersihan diri dan lingkungan (Siswanti 2007).
Persoalan kesehatan yang berhubungan dengan gaya hidup memerlukan tindakan preventif sekaligus promotif, karena kondisi kesehatan saat remaja menentukan kondisi kesehatan saat dewasa hingga usia lanjut. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah memberi informasi sebanyak-banyaknya mengenai masalah kesehatan baik melalui penyuluhan langsung maupun menggunakan media massa. Keberadaan media massa di tengah masyarakat telah menjadi tradisi. Menurut catatan Serikat Penerbit Surat Kabar (SPS) Pusat, tahun 2005 jumlah oplah beredar dari 829 penerbit media cetak di Indonesia sebesar 17.8 juta eksemplar. Surat kabar harian memberi kontribusi oplah sekitar 6.8 juta eksemplar. Sementara itu, menurut survey AC Nielsen Indonesia di tahun yang sama jumlah pembaca media cetak di seluruh Indonesia ditaksir sebanyak 30 juta orang (Rachman 2006). Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa media cetak memiliki potensi besar untuk menjadi media promosi kesehatan bagi masyarakat. Mahasiswa sebagai bagian dari remaja dan dewasa awal adalah kaum intelektual yang membutuhkan berbagai informasi untuk mendukung studinya maupun sebagai acuan bertindak. Sebagai khalayak media, mahasiswa mampu mengkritisi apa yang dibaca sehingga diperoleh penilaian yang berbeda satu dengan lainnya. Dengan semakin banyaknya pemberitaan tentang gizi dan kesehatan di media cetak, maka permasalahan utama yang diangkat adalah bagaimana persepsi
dan sikap mahasiswa sebagai pembaca media massa
terhadap adanya rubrik gizi dan kesehatan yang terdapat di media cetak. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di awal, maka masalah-masalah dapat didentifikasikan sebagai berikut: 1.
Bagaimanakah karakteristik mahasiswa pembaca rubrik gizi dan kesehatan?
2.
Bagaimanakah pengetahuan gizi dan kesehatan mahasiswa?
3.
Bagaimanakah kebiasaan membaca rubrik gizi dan kesehatan mahasiswa?
4.
Bagaimanakah persepsi dan sikap mahasiswa terhadap rubrik gizi dan kesehatan?
5.
Apakah mahasiswa sudah menerapkan perilaku sehat?
6.
Faktor apa saja yang berhubungan dengan pengetahuan gizi dan kesehatan, persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan, serta perilaku sehat mahasiswa?
Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan di media cetak dan menganalisis hubungannya dengan perilaku sehat mahasiswa sehari-hari. Tujuan khusus penelitian adalah: 1.
Mengidentifikasi karakteristik contoh
2.
Mengidentifikasi pengetahuan gizi dan kesehatan contoh
3.
Mengidentifikasi kebiasaan membaca rubrik gizi dan kesehatan contoh
4.
Mengidentifikasi persepsi dan sikap contoh terhadap rubrik gizi dan kesehatan
5.
Mengidentifikasi perilaku sehat contoh
6.
Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan gizi dan kesehatan, persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan, serta perilaku sehat contoh
Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna bagi peneliti untuk mengembangkan diri dan memperluas pengetahuan serta wawasan. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan gambaran kebiasaan membaca dan perilaku sehat kelompok dewasa awal serta kaitannya dengan adanya informasi gizi dan kesehatan di media cetak. Hasil yang diperoleh diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang terkait misalnya FEMA IPB dan pihak media massa terutama yang berhubungan dengan rubrik gizi dan kesehatan di media cetak. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta berguna sebagai literatur pada penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Aktivitas manusia itu sendiri mempunyai bentangan yang sangat luas dan merupakan respon terhadap stimulus (Notoatmodjo 2007). Pada dasarnya perilaku berorientasi tujuan dengan satuan yang utama adalah aktivitas (Hersey & Blancard 1982). Perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berupa kecerdasan, motivasi, persepsi, minat, emosi dan sebagainya untuk mengolah pengaruh dari luar yang dipengaruhi oleh perbedaan karakteristik pribadi misalnya jenis kelamin, usia dan sebagainya. Faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil kebudayaan yang dijadikan sasaran dalam mewujudkan bentuk perilakunya. Pengaruh lingkungan diperoleh dari lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik. Kedua faktor tersebut dapat menjadi perilaku yang selaras dengan
lingkungannya
apabila
perilaku
yang
terbentuk
diterima
oleh
lingkungannya maupun oleh individu yang bersangkutan (Notoatmodjo 2007). Perilaku (behaviour) mengacu pada tindakan nyata konsumen yang dapat diobservasi langsung, misalnya menonton iklan di TV, mengunjungi toko atau membeli produk. Oleh karena itu sementara afeksi dan kognisi mengacu pada perasaan dan emosi konsumen, perilaku berhubungan dengan apa yang sebenarnya dilakukan konsumen. Perilaku selalu muncul dalam konteks situasional atau lingkungan dan pada waktu tertentu, sedangkan keinginan berperilaku merupakan suatu proposisi yang menghubungkan diri dengan tindakan yang akan datang (Peter & Olson 1999). Perilaku dapat menjadi kebiasaan, Rakhmat (2005) menjelaskan pengertian kebiasaan sebagai aspek perilaku manusia yang menetap serta berlangsung tanpa direncanakan ataupun direncanakan. Kebiasaan hasil pelaziman yang berlangsung dalam waktu lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali. Kebiasaan inilah yang memberikan gambaran pola berperilaku. Kebiasaan dapat muncul pada berbagai aspek kehidupan,
misalnya kebiasaan makan, kebiasaan belajar, kebiasaan membaca, kebiasaan olahraga dan sebagainya. Perilaku Sehat Perilaku sehat akan menunjang produktivitas kerja setiap orang. Hidup yang teratur dan memperhatikan faktor kesehatan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan waktu. Notoatmodjo (2007) menyatakan perilaku hidup sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku kesehatan menjadi tiga kelompok, yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan, perilaku pencarian pengobatan dan perilaku kesehatan lingkungan. Perilaku kesehatan dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi
individu
dengan
lingkungannya,
khususnya
yang
menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono 2005). Perilaku hidup sehat meliputi semua aktivitas yang dilakukan sejak bangun tidur sampai tidur kembali, termasuk perilaku makan. Praktiknya dalam kehidupan sehari-hari mencakup serangkaian aktivitas seperti makan teratur, melakukan olahraga secara teratur, tidur yang cukup, menghindari rokok, melakukan aktivitas seksual yang sehat dan aman, serta mencari pertolongan medis segera bila merasakan ada tanda atau gejala dini dari suatu kondisi penyakit tertentu (Elvira 2005). Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007) membagi perilaku manusia ke dalam
tiga
domain
yaitu
kognitif,
afektif
dan
psikomotor.
Dalam
perkembangannya, teori Bloom dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yaitu: 1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah penginderaan terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata
dan
telinga.
Pengetahuan
mempunyai
enam
tingkatan
yaitu
mengetahui, memahami, menggunakan, melakukan analisa, melakukan sintesa dan evaluasi. Pengetahuan termasuk dalam ranah
kognitif dan
merupakan domain yang penting dalam pembentukan tindakan seseorang. Pada proses adopsi perilaku, perilaku yang dilandasi pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Adopsi perilaku dimulai dari tahap kesadaran, tertarik, evaluasi, mencoba dan adopsi. Apabila penerimaan perilaku melalui proses tersebut didasari
pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka hasilnya akan bersifat langgeng (long lasting). 2. Sikap (Attitude) Sikap dan nilai berkaitan dengan ranah afektif manusia (Sudijono 2006). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan namun
menunjukkan
kecenderungan
berperilaku.
Sikap
mengandung
komponen kepercayaan, emosi atau evaluasi dan kecenderungan bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dan dalam pembentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap memiliki empat tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab. 3. Praktik atau tindakan (Practice) Tindakan nyata dilakukan setelah mengobservasi stimulus dan penilaian terhadap objek kesehatan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Praktik mempunyai beberapa tingkatan yaitu persepsi, respon terpimpin, mekanisme dan adopsi. Menurut Sudijono (2006), ranah psikomotor atau praktik berkaitan
dengan
keterampilan
atau
kemampuan
seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
bertindak
setelah
Praktik merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif. Banyak teori yang mengemukakan tentang perubahan perilaku. Menurut Notoatmodjo (2007) salah satu teori yang paling sederhana adalah teori Skiner yang disebut Stimulus Organisme Respon (SOR). Teori ini berdasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung pada kualitas stimulus yaitu sumber komunikasi. Proses perubahan dapat diterangkan sebagai berikut: (1) Stimulus yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Jika ditolak berarti stimulus tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu dan segera berhenti disini, tetapi jika stimulus diterima berarti ada perhatian dari individu dan stimulus efektif; (2) Apabila stimulus telah mendapat perhatian maka akan diolah sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak; dan (3) Dengan dukungan fasilitas serta dorongan lingkungan, stimulus mempunyai efek tindakan atau perubahan perilaku. Perubahan perilaku adalah suatu proses dalam bentangan yang luas dan tidak mudah. Keberhasilannya dipengaruhi berbagai faktor dan memerlukan
pendorong. Seorang tidak begitu saja mengambil tindakan yang berhubungan dengan perilaku sehat atau sakit. Selain dipengaruhi faktor demografi, sosial psikologis dan struktur, komunikasi informasi tentang kesehatan kepada masyarakat luas memerlukan penguatan seperti pesan-pesan pada media massa, anjuran keluarga dan sebagainya untuk meningkatkan kepercayaan. Model kepercayaan kesehatan diilustrasikan seperti pada Gambar 1.
• Variabel demografi (umur, jenis kelamin, etnis) • Variabel sosial psikologis (kepribadian, kelompok, pengalaman) • Variabel struktur (kelas sosial, pelayanan kesehatan)
Kecenderungan yang dilihat mengenai penyakit
Gejala yang dilihat mengenai penyakit
Pendorong untuk bertindak (kampanye media massa,peringatan dokter, tulisan di media cetak)
Manfaat yang dilihat dari pengambilan tindakan dikurangi biaya dari pengambilan tindakan
Kemungkinan mengambil tindakan tepat untuk perilaku sehat/sakit
Gambar 1 Model Kepercayaan Kesehatan (Notoatmodjo 2007). Perilaku sehat yang baik memerlukan sarana dan prasarana penunjang dan pelayanan kesehatan yang baik dan ketersediaan pangan menentukan keberhasilan perbaikan kesehatan masyarakat. Hardinsyah (2007) menyatakan kelompok orang yang berpendapatan lebih tinggi mungkin memiliki pengalaman gizi yang lebih baik daripada kelompok berpendapatan rendah. Sejalan dengan pernyataan tersebut, menurut Sumarwan (2004) jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen terhadap pangan dan barang-barang konsumsi lainnya. Pendidikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat misalnya melalui sosialisasi dan penyampaian pesanpesan gizi. Di dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS) terdapat 13 pesan yang berisi tentang apa saja yang harus dilakukan setiap orang agar tubuhnya
tetap sehat dan bisa beraktivitas dengan baik (Depkes 2003). Pesan-pesan tersebut adalah: 1. Makanlah aneka ragam makanan 2. Makanlah makanan untuk mencukupi kebutuhan energi 3. Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi 4. Batasi konsumsi minyak dan lemak seperempat dari kecukupan energi 5. Gunakan garam beryodium 6. Makanlah makanan sumber zat besi 7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur enam bulan 8. Biasakan makan pagi 9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya 10. Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur 11. Hindari minum minuman beralkohol 12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas Gabungan masa remaja dan masa dewasa muda merupakan salah satu titik kritis dari sudut pandang kesehatan karena pada periode ini banyak kepercayaan, sikap dan perilaku terkait kesehatan yang diadopsi dan diperkuat. Remaja lebih bebas untuk mendapatkan pengalaman yang merusak kesehatan sekaligus peluang untuk menambah pengalaman kesehatan yang positif seperti dengan berolahraga dan pola makan yang sehat. Status kesehatan kelompok remaja dapat ditingkatkan dengan mengurangi prevalensi perilaku berisiko tinggi seperti merokok, konsumsi alkohol, dan ketidakaktifan fisik (McKenzie et al. 2006). Berdasarkan pendekatan PUGS, berikut adalah beberapa anjuran perilaku sehat yang dapat diterapkan oleh kelompok remaja dan dewasa awal, yaitu: 1. Membiasakan sarapan pagi Sarapan menyumbang sekitar 25 persen dari kebutuhan energi per hari dan bermanfaat
menyediakan
karbohidrat
yang
siap
digunakan
untuk
meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula darah yang terjamin normal membuat gairah dan konsentrasi kerja lebih baik sehingga berdampak positif meningkatkan produktifitas. Selain itu, pada dasarnya sarapan pagi memberikan konstribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh
untuk proses fisiologis, misalnya mineral, protein, lemak dan vitamin (Khomsan 2002). 2. Makan makanan beragam Makanan yang beragam sangat bermanfaat bagi kesehatan karena saling melengkapi kebutuhan gizi tubuh. Makanan yang beragam adalah makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik dari segi kualitas
maupun
kuantitasnya.
Pengelompokan
bahan
makanan
disederhanakan menjadi tiga fungsi utama yaitu sumber energi, zat pembangun dan zat pengatur. Untuk mencapai gizi seimbang hendaknya susunan makanan sehari-hari terdiri dari campuran ketiga kelompok tersebut (Almatsier 2003) 3. Minum air bersih, aman dan cukup jumlahnya. Air berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh agar proses faali berjalan lancar. Berbagai literatur menyatakan cairan yang dikonsumsi seseorang, terutama air minum sekurang-kurangnya dua liter atau delapan gelas per hari. Almatsier (2003) menyebutkan tubuh paling sedikit mengeluarkan 500 ml air sehari melalui urin dalam kondisi minimal untuk mengeluarkan sisa metabolisme. Di samping melalui urin, tubuh kehilangan air melalui paru-paru sebagai uap, melalui kulit sebagai keringat dan sedikit melalui feses sehingga jumlah air yang hilang dari tubuh setiap harinya sekitar 2.5 liter. 4. Melakukan aktivitas fisik dan olahraga Olahraga yang teratur akan memperlancar peredaran darah. Takaran dan macam olahraga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi kesehatan (Depkes 2003). Namun beberapa media kesehatan menganjurkan agar olahraga dilakukan 3-4 kali seminggu selama 20-30 menit. Remaja dan dewasa awal berada dalam puncak kesehatannya, maka aktivitas fisik apapun tidak bermasalah jika diimbangi istirahat yang cukup dan makanan yang bergizi. 5. Istirahat yang cukup Istirahat memberi kesempatan kepada otak dan dan semua organ tubuh untuk santai dan beraktivitas minimal. Tidur pulas walaupun sebentar merupakan bentuk istirahat yang paling berkualitas. Remaja memerlukan tidur 8-10 jam, dewasa 7-9 jam dan lansia 5-6 jam setiap harinya (Hardinsyah 2004).
6. Menghilangkan kebiasaan merokok Merokok merupakan kebiasaan yang merugikan baik bagi pria maupun wanita. Gangguan yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan merokok antara lain penyakit jantung, paru-paru, impotensi dan kanker (Depkes 2003). Seseorang dikatakan perokok jika selama ini telah menghisap minimal 100 batang rokok. Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) 1995 dan 2001 menunjukkan bahwa pada pria prevalensi perokok tertinggi di Indonesia adalah kelompok umur 25-29 tahun dan hampir 70 persen perokok mulai merokok sebelum usia 19 tahun. Survei secara nasional tersebut juga menunjukkan bahwa pria yang tidak sekolah/tidak tamat Sekolah Dasar merupakan perokok terbanyak sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin sedikit yang menjadi perokok (Jamal 2006). 7. Minum susu Susu adalah pangan yang mengandung zat gizi lengkap karena di dalamnya terdapat komponen-komponen yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Khomsan (2004) menyebutkan konsumsi susu di Indonesia rata-rata hanya 0.5 gelas per minggu per orang. Susu adalah sumber kalsium yang sangat dibutuhkan remaja untuk kesehatan tulang. Namun banyak remaja yang tidak suka minum susu karena takut gemuk, padahal konsumsi susu terbukti tidak berpengaruh pada peningkatan Indek Massa Tubuh (Suryono et al. 2007). 8. Mengkonsumsi makanan dan minuman yang aman bagi kesehatan Selain bergizi lengkap dan seimbang, makanan juga harus layak konsumsi sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya, serta tidak bertentangan dengan
keyakinan
masyarakat.
Agar
terhindar
dari
pangan
yang
membahayakan dianjurkan untuk selalu memilih makanan yang bersih dan membaca label pada kemasan pangan (Depkes 2003). 9. Mengkonsumsi suplemen Mengkonsumsi suplemen adalah salah satu cara praktis memenuhi kebutuhan gizi. Suplemen kesehatan adalah produk kesehatan yang mengandung satu atau lebih zat gizi atau obat. Zat-zat gizi yang dimaksud adalah vitamin, mineral dan asam-asam amino, sedangkan yang bersifat obat umumnya diambil dari tanaman atau jaringan tubuh hewan yang berkhasiat sebagai obat (Gunawan 1999).
10. Menjaga kebersihan Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Cara menjaga kebersihan yang dapat dilakukan oleh individu adalah mencuci tangan dengan sabun, mandi dan gosok gigi. Survey Health Service Programme tahun 2006 tentang persepsi dan perilaku masyarakat terhadap kebiasaan mencuci tangan menemukan bahwa sabun telah sampai ke hampir setiap rumah tangga di Indonesia, namun hanya sekitar tiga persen yang menggunakan sabun untuk cuci tangan (Anonim 2007). Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Pengetahuan dapat didefinisikan sebagai informasi yang disusun dalam ingatan (Engel, Blackwell & Miniard 1994). Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pengetahuan tentang peran makanan dan zat gizi, zat gizi pada makanan, makanan yang aman untuk dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana cara hidup sehat (Notoatmodjo 1993). Khomsan (2000) menegaskan bahwa pengetahuan gizi menjadi landasan penting yang menentukan konsumsi pangan keluarga. Individu yang berpengetahuan gizi baik akan mempunyai kemampuan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengetahuan pangan sehingga konsumsi pangan yang mencukupi lebih terjamin. Pengetahuan gizi diperoleh melalui pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan dan terdapat kronologis yang ketat untuk tingkatan umur populasi sasarannya. Pendidikan non formal tidak berjenjang, lebih pendek dan lebih merupakan respon terhadap kebutuhan yang mendesak. Contoh pendidikan non formal adalah penyuluhan dan kursus keterampilan,
sedangkan pendidikan informal adalah jenis pendidikan yang
berlangsung seumur hidup yang mempelajari aspek kehidupan sehingga tidak diselenggarakan
secara
khusus
(Pranadji
1988).
Lebih
lanjut
Pranadji
menjelaskan tingkat pendidikan yang lebih tinggi membuat seseorang semakin terbuka terhadap hal-hal baru karena semakin mudah menerima informasi yang diberikan. Pendidikan formal terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal merupakan
jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri (Anonim 2008). Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula keadaan gizinya. Pengetahuan gizi yang tidak memadai, kurang pengertian tentang kebiasaan makan yang baik, serta pengertian yang kurang tepat mengenai kontribusi gizi dari berbagai makanan akan menimbulkan gizi salah yang dapat merugikan kecerdasan dan produktivitas (Irawati, Damanhuri dan Fachrurrozi 1992). Sikap Sikap merupakan konsep penting dalam literatur psikologi lebih dari satu abad, lebih dari 100 definisi dan 500 pengukuran sikap telah dikemukakan oleh para ahli. Namun dari berbagai definisi tersebut merujuk pada konsep evaluasi, sehingga dapat disimpulkan sikap adalah evaluasi konsep secara menyeluruh terhadap suatu objek oleh seseorang (Peter & Olson 1999). Sikap adalah ungkapan perasaan konsumen tentang suatu objek, apakah disukai atau tidak disukai, dan sikap juga bisa menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan menfaat dari objek tersebut. Sikap dianggap memiliki tiga unsur yaitu kognitif atau kepercayaan yang berhubungan dengan objek; afektif yang menunjukkan perasaan yang berhubungan dengan objek; dan konatif atau kecenderungan untuk bertindak atau keinginan untuk membeli (Sumarwan 2004). Sikap belum merupakan suatu perbuatan, tetapi dari sikap seseorang dapat diramalkan perbuatannya dan sikap mengarahkan berperilaku secara langsung. Sikap negatif akan menimbulkan perilaku yang negatif misalnya menolak, menjauhi, meninggalkan bahkan sampai merusak. Sikap seseorang menentukan perilaku yang akan timbul dari orang tersebut terhadap suatu objek. Selain itu, sikap merupakan fungsi dari pengetahuan, pendapat, keyakinan dan penilaian seseorang terhadap objek (Pranadji 1988). Berbagai literatur psikologi
dari penelitian-penelitian perilaku juga membuktikan bahwa sikap adalah peramal penting dari perilaku, kecenderungan berperilaku, dan faktor yang menjelaskan variasi perilaku (Kotchen & Reiling 2000 diacu dalam Mostafa 2007). Faktor yang dapat mempengaruhi kemudahan sikap menjadi tindakan nyata adalah tingkat kepentingan, jumlah frekuensi diaktifkan dan kekuatan asosiasi konsep. Melalui berbagai pengalaman, konsumen mendapatkan berbagai kepercayaan tentang produk, merek dan objek lain dalam lingkungan. Memiliki sikap yang secara umum baik atau buruk terhadap suatu produk tidak berarti
bahwa
konsumen
tersebut
akan
selalu
merealisasikan
setiap
kemungkinan sikap sehubungan dengan produk bersangkutan (Peter & Olson 1999). Persepsi Sumarwan (2004) mendefinisikan persepsi konsumen sebagai cara pandang konsumen melihat realitas di luar dirinya atau dunia di sekelilingnya. Persepsi ditentukan oleh stimulus yang diterimanya dan bagaimana seseorang memahami stimulus tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai, harapan dan kebutuhan yang sifatnya sangat individual. Kondisi tersebut sangat mungkin mengakibatkan dua orang mengambil arti yang berbeda terhadap stimulus yang sama. Rakhmat (2005) menjelaskan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan sehingga pengalaman akan mempengaruhi kecermatan persepsi. Kotler dan Armstrong (2001) menyebutkan persepsi dipengaruhi dua faktor, yaitu faktor stimulus dan faktor individu. Faktor stimulus antara lain karakteristik fisik dari objek atau produk dan sumber informasi, sedangkan faktor individu adalah karakteristik seseorang dan motivasi. Motivasi adalah dorongan bertindak untuk mencapai tujuan tertentu dan seseorang yang termotivasi siap untuk bertindak. Cara bertindak dipengaruhi persepsi dalam rangkaian proses memilih, mengatur dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk gambaran.
Hasil dari dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk
perilaku. Menurut Sumarwan (2004), persepsi melewati tahapan pemaparan, perhatian dan pemahaman. Tahap pemaparan adalah kegiatan penyampaian stimulus yang menyebabkan konsumen menyadari stimulus tersebut melalui pancaindra.
Perhatian
adalah
kapasitas
pengolahan
yang
dialokasikan
konsumen terhadap stimulus yang masuk dan pemahaman adalah interpretasi terhadap makna stimulus. Stimulus diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan dan pengulangan. Tahapan persepsi termasuk dalam rangkaian pemrosesan informasi. Mowen dan Minor (2002) menggambarkan tahapan persepsi seperti pada Gambar 2.
Input Informasi
Exposure Keterlibatan Perhatian
Proses Persepsi Memori Pemahaman
Gambar 2 Model Pemrosesan Informasi (Mowen dan Minor 2002). Hubungan Persepsi, Sikap dan Perilaku Dari uraian pengertian persepsi, sikap dan perilaku di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan proses dimana individu diekspos untuk menerima informasi, memperhatikan informasi tersebut dan memahaminya. Persepsi merupakan proses aktif berfikir sehingga menimbulkan tanggapan, bahkan membentuk perilaku seseorang terhadap rangsangan. Persepsi bersama-sama dengan pengetahuan membentuk kepercayaan dan konsep kepercayaan sangat terkait dengan konsep sikap. Persepsi seseorang yang baik mengenai suatu objek, dalam hal ini terhadap rubrik gizi dan kesehatan memunculkan sikap yang positif terhadap tersebut. Persepsi bersama keterlibatan dan memori konsumen akan mempengaruhi pengolahan informasi. Setelah konsumen melihat, memperhatikan dan dan memahami stimulus maka konsumen dapat mengambil kesimpulan (Sumarwan 2004). Faktor-faktor yang memegang peranan dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Persepsi termasuk faktor internal dari pembentukan perilaku sehingga perubahan perilaku dalam
diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi (Notoatmodjo 2007). Persepsi diawali oleh pembentukan kesan, kemudian melakukan penilaian berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Proses penilaian ini merupakan salah satu komponen sikap yang terdiri dari perasaan atau emosi terhadap objek aktual seperti suka atau tidak suka, setuju dan tidak setuju. Sikap terhadap objek menunjukkan kecenderungan berperilaku kemudian menjadi tindakan nyata atau perilaku psikomotorik. Komunikasi Komunikasi
adalah
penyampaian
informasi,
gagasan,
emosi,
keterampilan dan sebagainya dengan menggunakan lambang-lambang, katakata, gambar, bilangan, grafik dan lain-lain (Berelson & Stainer 1972 diacu dalam Effendy 2002). Schiffman dan Kanuk (2004) menyebutkan inti proses komunikasi adalah (1) sumber pesan atau pengirim pesan; (2) penerima pesan; (3) pesan; (4) media dan (5) umpan balik. Berikut adalah bagan unsur-unsur komunikasi (Gambar 3). Sumber
Pesan
Media
Penerima
Efek
Umpan Balik Lingkungan
Gambar 3 Bagan Unsur-Unsur Komunikasi (Cangara 1998) Cangara (1998) membagi komunikasi menjadi empat tipe yaitu komunikasi dengan diri sendiri, komunikasi antarpribadi, komunikasi publik dan komunikasi massa. Komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu. Terjadinya proses komunikasi di sini karena seseorang memberi arti terhadap suatu objek yang diamatinya atau berpikir. Hasil dari proses berpikir akan memberi pengaruh pada pengetahuan, sikap dan peilaku
seseorang.
Komunikasi
antarpribadi
adalah
komunikasi
yang
berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Komunikasi terjalin dalam bentuk percakapan, dialog dan wawancara. Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience communication). Komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi yang
disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. Pesan yang disampaikan terencana dan dipersiapkan dari awal. Pengertian komunikasi massa yang paling sederhana dirumuskan oleh Bittner yaitu pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Rakhmat (2005) merangkum berbagai definisi komunikasi massa dari banyak ahli sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Komunikasi massa memiliki khalayak yang jumlahnya tidak diketahui secara pasti tergantung jangkauan media yang digunakan dan pengalaman komunikasi yang terbentuk bersifat publik. Karakteristik komunikasi massa adalah komunikator terlembagakan, pesan bersifat umum, komunikan anonim dan heterogen, menimbulkan banyak kesimpulan, mengutamakan isi daripada hubungan, bersifat satu arah, stimulasi alat indra terbatas dan umpan balik tertunda. Media Massa Cetak Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yaitu media yang mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous). Jenis media yang digolongkan ke dalam media massa adalah media cetak, radio, televisi dan film. Sifat media yang digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan komunikasi massa harus benarbenar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang akan diterpa (Ardianto & Erdinaya 2004). Fungsi media massa antara lain informasi, sosialisasi, motivasi, bahan diskusi, pendidikan, memajukan kebudayaan, hiburan dan integrasi (Cangara 1998). Bagi individu media berfungsi sebagai sumber informasi misalnya mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat dan hal-hak yang bersifat penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat (McQuail 1987). Media cetak memiliki ciri khas dibandingkan media massa lainnya karena walaupun bentuknya visual tetapi khalayak yang diterpanya sangat aktif. Pesan melalui media cetak diungkapkan dengan kata-kata, yang baru menimbulkan makna apabila khalayak menggunakan tatanan mentalnya (mental set) secara aktif. Kampanye media mengisyaratkan situasi dimana sejumlah media digunakan untuk mencapai tujuan persuasif dalam populasi yang dipilih misalnya
iklan dan informasi publik untuk kesehatan. Komunikasi melalui media cetak menimbulkan reaksi berupa reaksi individu. Setelah membaca suatu artikel di media cetak timbul konsekuensi pendekatan yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan oleh seseorang terhadap stimulasi media (Ardianto & Erdinaya 2004). Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant) atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas koran, yang berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Topiknya bisa berupa politik, kriminalitas, olahraga, tajuk rencana, cuaca dan lain-lain. Surat kabar juga biasa berisi kartun, Teka-Teki Silang dan hiburan lainnya (Anonim 2007). Surat kabar termasuk media yang menyajikan seperangkat materi yang berjumlah banyak. Ditinjau dari segi isi, pesan surat kabar bersifat sangat mudah lenyap dan kebanyakan bersifat lokal (McQuail 1987). Fungsi yang paling menonjol dari surat kabar adalah informasi. Tujuan utama membaca surat kabar yaitu memenuhi keingintahuan tentang berbagai informasi oleh karena itu rubrik surat kabar adalah berbagai jenis berita. Karakteristik
surat
kabar
sebagai
media
massa
mencakup
publisitas,
periodesitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan. Surat kabar dapat dikelompokkan
pada
berbagai
kategori.
Dilihat
dari
ruang
lingkupnya,
dikategorikan menjadi surat kabar nasional, regional dan lokal. Ditinjau dari bentuknya, dibagi menjadi surat kabar biasa dan tabloid yaitu tidak terbit harian seperti koran tapi dalam jangka waktu tertentu (Ardianto & Erdinaya (2004). Surat kabar mencetak “berita” yang biasanya terdiri atas laporan kejadian-kejadian. Surat kabat juga menyuguhkan “artikel” yang merupakan karangan mengenai topik tertentu dan “tajuk rencana” yang menyuguhkan pendapat atas berbagai masalah. Topik kesehatan dapat masuk ke dalam semua kategori di atas (WHO 1992). Majalah tidak sama dengan surat kabar harian karena tulisan di majalah lebih panjang dan lebih rinci daripada di surat kabar. Karakteristik majalah antara lain penyajiannya lebih dalam, nilai aktualitas lebih lama dan dilengkapi gambar atau foto. Ciri majalah yang sangat menguntungkan untuk promosi adalah adanya gambar yang lebih banyak dan lebih baik kualitasnya daripada di koran. Majalah sering diterbitkan oleh organisasi atau khalayak profesi tertentu.
Mengacu pada sasaran khalayaknya yang spesifik, maka fungsi utama majalah disesuaikan dengan karakteristik pembacanya (WHO 1992). Pengaruh Media Massa Cetak Media massa dapat dijadikan media pendidikan walaupun efek yang ditimbulkan berupa tambahan pengetahuan tentang informasi faktual berjangka waktu pendek. Hal yang mendorong seseorang mengambil pelajaran dari informasi yang dibacanya adalah adanya imbalan personal yang muncul karena adanya
kepuasan
setelah
mengetahui
informasi
tersebut
menarik
dan
bermanfaat. Selain itu juga karena kemampuan sumber berita memaparkan materinya (Ardiyanto & Erdinaya 2004). De Fleur dan BallRockeach (1982) menjelaskan efek media massa dapat memberi pengaruh pada aspek kognitif, afektif dan perilaku khalayaknya. Pengaruh kognitif khalayak terbagi dalam berbagai kategori yaitu (1) Kesan ambigu yang diterima oleh masyarakat atau khalayak akibat dari pesan yang disampaikan media massa seringkali tidak lengkap; (2) Sikap seseorang seringkali dipengaruhi oleh pengetahuannya sehingga media massa dapat menambah pengetahuan yang kemudian membentuk sikap; (3) Media massa memberikan informasi yang kemudian menjadi pusat perhatian masyarakat dan menjadikan informasi tersebut sebagai sesuatu yang harus dipikirkan untuk menambah statusnya dalam masyarakat; (4) Media massa dapat mengganggu sistem sosial dan kepercayaan masyarakat akibat dari berita-berita yang disampaikan dijadikan isu besar dalam masyarakat; dan (5) Media massa dapat mempengaruhi nilai-nilai yang telah ada dan terpelihara dalam masyarakat, karena nilai tersebut terbentuk oleh pengetahuan masyarakat tentang nilai tersebut. Pada aspek afektif yaitu memberi pengaruh yang berhubungan dengan emosi atau perasaan, apa yang disukai atau tidak disukai, perasaan takut, benci dan lain-lain. Efek behavioral atau perilaku merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan. Adanya informasi dari media dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dan membentuk penilaian. Penilaian tersebut akan menunjukkan kecenderungan tentang pesan yang disampaikan bahkan tindakan nyata. Penelitian Sianipar (2002) terhadap konsumen media cetak wanita yang membaca rubrik masakan menunjukkan pembaca cenderung tidak hanya membaca
saja,
melainkan
memahami
dan
memiliki
keinginan
untuk
mempraktekkan apa yang telah didapat dari rubrik tersebut. Pada akhirnya adanya pilihan menu mempengaruhi keragaman pangan keluarga. Studi Supriyanti (2006) terhadap konsumen remaja menunjukkan hubungan yang signifikan antara kebutuhan menggunakan majalah dengan motif kognitif, motif afektif dan perilaku individu dalam menggunakan majalah. Rubrik Gizi dan Kesehatan Komunikasi mempengaruhi
kesehatan
secara
positif
adalah perilaku
usaha
yang
kesehatan
sistematis
masyarakat
untuk dengan
menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi baik menggunakan komunikasi interpersonal maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah perubahan perilaku kesehatan masyarakat. Komunikasi kesehatan interpersonal dilakukan melalui pendekatan pribadi seperti pada konsultasi gizi, sedangkan komunikasi massa menggunakan media promosi yang diakses masyarakat umum (Notoatmodjo 2007). Media promosi kesehatan ialah semua sarana dan upaya untuk menampilkan pesan
yang ingin disampaikan oleh komunikator baik melalui
media cetak, elektronika maupun media luar ruang sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya dapat diubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan-pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya yakni perilaku yang positif (Notoatmodjo 2007). Hardinsyah (2007) menyatakan semakin tinggi pendidikan seseorang maka aksesnya terhadap media massa juga semakin tinggi, berarti akses terhadap informasi gizi dan kesehatan semakin tinggi. Rubrik konsultasi gizi adalah ruang atau halaman dalam media cetak yang melayani pertanyaan pembaca tentang masalah gizi dan kesehatan dan diasuh oleh ahli di bidang gizi dan kesehatan (Nurrohmah 1998). Tulisan-tulisan di majalah dan koran baik dalam bentuk artikel maupun konsultasi tentang kesehatan merupakan bentuk pendekatan pendidikan massa. Media sangat tergantung pada isi pesan, digunakan untuk apa, dalam bentuk apa, siapa yang menyampaikan, siapa penerimanya dan seterusnya. Agar pesan dapat dipercaya dan akurat, maka harus didukung oleh data kuantitatif dan data kualitatif (Topatimasang et al. 2005). Promosi
kesehatan
menggunakan
media
pada
dasarnya
adalah
komunikasi persuasif. Dalam komunikasi persuasif komunikasi tidak hanya
sekedar memberi tahu, tetapi mengandung tujuan agar orang yang menjadi sasaran atau klien melakukan suatu tindakan. Faktor sentral dalam komunikasi persuasif adalah komunikator, pesan, media dan situasi. Dalam komunikasi gizi dan kesehatan di media cetak, pengisi rubrik bertindak sebagai komunikator berita, pesan adalah materi gizi dan kesehatan yang disajikan dan khalayaknya tidak terbatas (Effendy 2002). Sebagian program media massa yang menangani promosi kesehatan dan keselamatan dapat menghasilkan perubahan tidak hanya dalam kesadaran, tetapi juga dalam sikap dan perilaku. Suatu survei pernah dilakukan terhadap kampanye media yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran publik mengenai
bahaya
merokok
dan
membantu
perokok
menghentikan
kebiasaannya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kampanye media massa efektif, termasuk yang bersifat nasional (Flay 1987 diacu dalam Tubbs & Moss 2002). Karakteristik satu arah dari promosi kesehatan melalui media cetak memiliki pengaruh yang besar sekaligus keterbatasan. Pengirim tidak mungkin mengulang, memperjelas atau mengubah pesan, sehingga secara umum media massa paling baik digunakan untuk menyampaikan pesan yang sederhana daripada yang kompleks. Beberapa studi memperlihatkan bahwa kekuatan persuasi langsung media massa sangat terbatas. Harapan bahwa media massa saja dapat menghasilkan perubahan perilaku kesehatan jangka panjang yang dramatis merupakan hal yang mustahil. Keberhasilan yang diharapkan harus realistis bila menggunakan media massa untuk promosi kesehatan (Ewles & Simnet 1994). Menurut UNICEF (2002) sedikitnya ada lima hal yang menyebabkan pesan kesehatan tidak selalu mencapai hasil yang diharapkan yaitu: (1) Pesan hanya diterima oleh sebagian sasaran karena pemanfaatan saluran komunikasi yang kurang efektif; (2) Pesan sampai kepada masyarakat tetapi tidak dimengerti; (3) Pesan sampai kepada masyarakat tetapi dipahami dan diterapkan secara keliru; (4) Pesan sampai dan dipahami oleh masyarakat tetapi tidak dipraktekkan karena bertentangan dengan sikap dan kepercayaan yang ada; dan (5) Pesan sampai dan dipahami oleh masyarakat tetapi tidak dapat dipraktekkan karena berbagai alasan seperti kemiskinan atau tidak tersedianya pelayanan dasar kesehatan.
Penelitian tentang promosi gizi dan kesehatan di media massa belum banyak dilakukan. Studi Nurrohmah (1998) tentang rubrik konsultasi gizi dan kesehatan di media cetak menunjukkan pertanyaan tentang gizi tidak selalu ada di setiap penerbitan selama tahun 1996-1998. Pertanyaan yang paling sering ditanyakan adalah seputar diet, cara mengatasi ngemil serta cara menjaga berat badan dan jawaban yang diberikan diperjelas dengan contoh-contoh. Mayoritas penanya adalah wanita berumur sekitar 20-39 tahun dan hal ini menunjukkan bahwa golongan dewasa awal termasuk konsumen terbesar yang menggunakan media cetak. Kaiser (1990) diacu dalam Beaudoin dan Lachance (2006) menyatakan wanita lebih memperhatikan penampilan, pakaian dan segi estetika daripada pria. Penelitian tentang perilaku media pembaca tabloid khusus kesehatan pernah dilakukan oleh Wahyuni (2007), hasilnya menunjukkan pembaca juga memanfaatkan info kesehatan yang ada di tabloid kesehatan. Praktik yang diterapkan setelah membaca informasi kesehatan antara lain pola makan teratur, istirahat dan olahraga teratur dan kebiasaan menjaga lingkungan sehat. Selanjutnya Wahyuni menjelaskan materi yang disampaikan dengan baik disukai oleh pembaca dan mendorong pembaca untuk menyerap pengetahuan. Disamping materi, bahasa yang baik yaitu sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), efektif, efisien, memperhatikan pilihan kata terutama istilah khusus di bidang kesehatan juga mempengaruhi keinginan pembaca untuk menyimpan informasi. Semakin menarik topik dan penyajian bahasanya, semakin tinggi keinginan pembaca untuk memanfaatkan informasi atau menyimpannya dengan asumsi akan digunakan di waktu lain. Mahasiswa McKenzie et al. (2006) menyatakan kelompok yang masih menempuh pendidikan di sekolah menengah dan perguruan tinggi sebagai remaja dan dewasa awal yaitu pada kisaran usia 15 sampai 21 tahun. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1991) remaja dapat dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan usianya yaitu remaja awal (12-14 tahun), remaja (15-17 tahun) dan remaja lanjut (18-21 tahun). Tahapan ini dipandang sebagai periode kehidupan yang tidak mudah karena merupakan masa perubahan dari anak-anak menjadi orang dewasa. Perubahan yang terjadi pada remaja adalah perubahan psikologis, perubahan hormonal dan pematangan fisik.
Perguruan tinggi di Indonesia jumlahnya masih terbatas dan pada umumnya terkonsentrasi di kota besar. Kondisi ini mengharuskan putra daerah pindah untuk menuntut ilmu dan bertempat tinggal terpisah dari keluarganya sehingga mahasiswa dituntut untuk mandiri dan mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki (Wirakusumah 1996 diacu dalam Andri 2007). Salah satu sumberdaya bagi seorang mahasiswa yang harus dikontrol dengan baik adalah uang saku. Uang saku adalah pengalokasian pendapatan keluarga yang diberikan pada anak untuk jangka waktu tertentu misalnya harian, mingguan dan bulanan. Pemberian uang saku diharapkan dapat dikelola dengan baik untuk memenuhi berbagai keperluan (Napitu 1994 diacu dalam Andri 2007). Mahasiswa mempunyai kelebihan jika dibandingkan dengan kelompok pemuda lainnya karena telah menempuh jenjang pendidikan sampai perguruan tinggi. Kelompok ini berada pada masa pendidikan dan salah satu penunjang pendidikan formalnya adalah media massa. Sebagai mahasiswa sebagian besar pengetahuan tentang bidang ilmunya diperoleh dari kuliah, namun untuk meningkatkan kompetensi dianjurkan mengkonsumsi media massa baik cetak maupun elektronik lebih sering. Penelitian Ulya (2004) terhadap mahasiswa Fakultas Peternakan menunjukkan minat baca yang rendah terhadap majalah peternakan. Selain untuk memperoleh informasi, menambah wawasan dan mengisi waktu, motivasi membaca mahasiswa adalah untuk membantu menyelesaikan tugas kuliah.
KERANGKA PEMIKIRAN Media massa baik elektronik maupun cetak memegang peranan penting di era globalisasi informasi. Kehadiran media massa telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Media massa menyuguhkan beragam informasi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media promosi kesehatan. Promosi kesehatan yang semakin banyak di media massa saat ini menimbulkan pandangan subjektif dari pembaca salah satunya oleh mahasiswa. Pandangan subjektif atau persepsi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah perbedaan karakteristik individu, dalam penelitian ini yang termasuk faktor-faktor individu meliputi jenis kelamin, suku/etnis, agama, jalur masuk IPB, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), keikutsertaan dalam organisasi dan riwayat kesehatan mahasiswa. Karakteristik individu diduga berhubungan dengan pengetahuan gizi dan kesehatan mahasiswa. Faktor eksternal persepsi yang diteliti adalah rubrik gizi dan kesehatan di media cetak dengan karakteristik stimulus adalah isi rubrik, cara penyajian dan narasumber berita. Paparan media cetak membentuk persepsi dan sikap pembaca dapat menjadi faktor pendorong bagi remaja dan dewasa awal untuk berperilaku sehat. Persepsi dan pengetahuan mengenai gizi dan kesehatan adalah komponen kognitif yang mempengaruhi pembentukan sikap. Persepsi dan pengetahuan yang baik dapat membentuk suatu sikap yang cenderung positif terhadap sesuatu, dalam hal ini terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Sikap belum merupakan suatu perbuatan, tetapi dari sikap seseorang dapat diramalkan perbuatannya (Pranadji 1988). Hal ini berarti sikap hanya menunjukkan kecenderungan bertindak tetapi mempengaruhi perilaku. Dengan adanya pengetahuan gizi dan kesehatan yang tinggi serta sikap positif terhadap informasi dari media massa akan berimplikasi pada perilaku sehat. Untuk lebih jelasnya keterkaitan antara faktor internal, eksternal, pengetahuan gizi dan kesehatan, persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan serta hubungannya dengan perilaku sehat pada mahasiswa ditunjukkan pada Gambar 4.
Faktor Stimulus Media cetak (Surat kabar, majalah, tabloid)
Karakteristik pribadi • jenis kelamin • suku/etnis • agama • lama studi • jalur masuk IPB • IPK • uang saku per bulan • keikutsertaan dalam •
• Frekuensi membaca
Perhatian terhadap rubrik gizi dan kesehatan
organisasi
• Frekuensi membaca • Tingkat kesukaan
riwayat penyakit
Persepsi terhadap • • •
Pengetahuan gizi dan kesehatan
Isi rubrik Cara penyajian Narasumber
Sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan
Perilaku sehat mahasiswa
Gambar 4
Kerangka Pemikiran Penelitian Persepsi dan Sikap terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan di Media Cetak Dihubungkan dengan
Perilaku
Sehat
Fakultas Ekologi Manusia).
Mahasiswa
(Kasus
Mahasiswa
METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan disain penelitian deskriptif analisis. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Effendy 1989). Penelitian ini dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB) Darmaga, Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IPB adalah salah satu perguruan tinggi terbesar di Indonesia yang mahasiswanya banyak menggunakan media cetak sebagai salah satu sumber informasi untuk menunjang aktivitas pendidikan di kampus. Selain itu Kampus IPB Darmaga memiliki akses yang cukup mudah terhadap tersedianya media cetak. Penelitian dilakukan dari bulan Januari sampai dengan Mei 2008. Teknik Pemilihan Contoh Populasi penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor. Pemilihan FEMA IPB disengaja dengan pertimbangan FEMA IPB adalah fakultas baru yang ada di IPB sehingga penelitian yang memberikan gambaran tentang mahasiswanya masih sangat terbatas. Penarikan contoh dilakukan dengan cara proportional random sampling berdasarkan jumlah mahasiswa ketiga departemen pada FEMA IPB. Jumlah contoh ditentukan dengan rumus Slovin (Umar 2003), yaitu:
= Keterangan:
n = jumlah contoh N = populasi = 396 orang e = % kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan yang bisa ditolerir, yaitu 10%.
Berdasarkan perhitungan jumlah minimal contoh untuk penelitian adalah 80 orang. Jumlah responden yang diambil untuk penelitian adalah 88 orang terdiri atas 44 orang laki-laki dan 44 orang perempuan. Proporsi seimbang kedua jenis kelamin disengaja karena dijadikan kelompok yang dibandingkan Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner yang
relevan dengan variabel yang diteliti. Kuesioner dikembangkan oleh peneliti berdasarkan berbagai penelitian terdahulu. Kuesioner telah diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum disebar kepada mahasiswa yang menjadi contoh (Lampiran 1). Isi kuesioner terdiri dari karakteristik contoh, pengetahuan gizi dan kesehatan, persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan serta penggalian tentang perilaku sehat contoh. Kuesioner diisi langsung oleh contoh dan untuk memperdalam informasi dilakukan wawancara terhadap beberapa orang contoh yang dipilih secara acak. Daftar pertanyaan kuesioner dirancang dengan memberikan pertanyaan terbuka, tertutup dan kombinasi keduanya. Data sekunder yang dikumpulkan antara lain gambaran umum lokasi penelitian dan data mengenai mahasiswa yang diperoleh dari literatur dan Komisi Pendidikan FEMA IPB. Pengolahan dan Analisis Data Data disajikan secara deskriptif dan dianalisis hubungan antarvariabel. Data yang terkumpul dari kuesioner diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data ke komputer, cleaning data, dan analisis data. Data diolah menggunakan program komputer Microsoft Excel dan SPSS versi 13 for Windows untuk penarikan kesimpulan. Selanjutnya data dianalisis dengan metode deskriptif dan metode inferensia. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan diketahui dari uji beda Mann Whitney. Uji beda rata-rata Mann Whitney atau U test dapat digunakan analisis komparatif dua data yang independen untuk data berskala ordinal.
Dua
kelompok sampel diambil dari populasi yang sama dan ukuran data tidak harus sama (Hasan 2004). Variabel yang diuji perbedaannya antara laki-laki dan perempuan yaitu uang saku, Indeks Prestasi Kumulatif (IPK), frekuensi membaca, pengetahuan gizi dan kesehatan, persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan serta perilaku sehat. Untuk menjawab tujuan yang bersifat deskriptif yaitu tujuan nomor satu sampai dengan lima terbatas pada teknik pengolahan statistika dasar meliputi frekuensi distribusi, ukuran sebaran (rata-rata, standar deviasi, nilai minimum dan nilai maksimum), grafik dan tabulasi yang kemudian dilakukan penafsiran. Untuk menjawab
tujuan
nomor
enam
yang
bersifat
menganalisis
hubungan
antarvariabel maka digunakan analisis Chi Square dan analisis korelasi Spearman. Tabel 1 menyajikan berbagai variabel yang diteliti dan cara pengolahan datanya.
Tabel 1 Data dan pengolahan data No.
Variabel
1.
Jenis Kelamin
2.
Departemen
3.
Lama studi
4.
Jalur masuk IPB
5.
IPK
6.
Uang saku per bulan (Rp)
7.
Frekuensi membaca media cetak
8.
Frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan Tingkat kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan Persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan Sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan Pengetahuan gizi dan kesehatan
9.
10.
11. 12.
13.
Perilaku sehat
Tingkat kemampuan
Nominal
Dasar pengukuran Sebaran contoh
Nominal
Sebaran contoh
Ordinal
Sebaran contoh
Nominal
Sebaran contoh
Ordinal
Ketentuan IPB
Ordinal
Sebaran contoh
Ordinal
Ketentuan peneliti
Ordinal
Ketentuan peneliti
1. Suka 2. Biasa 3. Tidak Suka
Ordinal
Pilihan rubrik
1. Baik (>66) 2. Sedang (55–66) 3. Kurang (< 55)
Ordinal
Standar deviasi
1. Positif (> 40) 2. Netral (32–40) 3. Negatif (<32) 1. Baik (>80%) 2. Sedang (60-80%) 3. Kurang (<60%)
Ordinal
Standar deviasi
Ordinal
1. Baik (>28) 2. Sedang (22–28) 3. Kurang (<22)
Ordinal
Teknik pengukuran pengetahuan gizi (Khomsan 2000) Standar deviasi
Kategori 1. Laki-laki 2. Perempuan 1. GIZ 2. KPM 3. IKK 1. Semester 4 2. Semester 6 1. USMI 2. SPMB 3. BUD 1. Memuaskan ( ≤ 2.75) 2. Sangat memuaskan (2.76–3.50) 3. Cumlaude (≥3.50) 1. Rendah (<500.000) 2. Sedang (500.000-750.000) 3. Tinggi (>750.000) 1. Setiap hari 2. 2-3 hari sekali 3. Satu minggu sekali 4. Tidak tentu (di atas satu minggu sekali) 1. Sering (≥ 9 kali) 2. Sedang (5-8 kali) 3. Jarang (< 4 kali)
pengetahuan contoh
Skala
gizi
menjawab
dan
kesehatan
contoh
pertanyaan-pertanyaan
diketahui
yang
dari
disediakan.
Pertanyaan pengetahuan gizi dan kesehatan dijawab oleh semua contoh, baik yang pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan maupun yang tidak pernah membaca rubrik tersebut. Pertanyaan terdiri atas 20 pertanyaan multiple choice
dengan cara penentuan skor pengetahuan menggunakan persentase jawaban benar dari total pertanyaan. Untuk setiap jawaban benar diberi nilai satu, jika salah adalah nol. Kisaran nilai pengetahuan adalah 0-20 yang kemudian diubah dalam bentuk persen. Pengetahuan dikategori menjadi baik, sedang dan kurang (Khomsan 2000). Kuesioner persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan menggunakan skala Likert. Skala Likert adalah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu variabel, konsep, gejala atau fenomena. Skala Likert terdiri dari pernyataan positif yang menjadi indikasi positif dan sebaliknya bentuk pernyataan negatif menjadi indikasi negatif. Setiap pernyataan disediakan lima alternatif pilihan dengan skor berurutan, yaitu sangat setuju (5) sampai sangat tidak setuju (1) untuk pernyataan positif dan sangat tidak setuju (5) sampai sangat setuju (1) untuk pernyataan negatif (Djaali dan Muljono 2004). Persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan didasarkan pada penilaian terhadap materi atau topik rubrik, penyajian dan narasumber. Pernyataan persepsi hanya dijawab oleh contoh yang pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan dalam tiga bulan terakhir. Menurut Mowen dan Minor (2002) persepsi terbentuk jika seseorang terpapar stimulus. Dalam penelitian ini stimulus adalah rubrik gizi dan kesehatan di media cetak dan setelah membaca rubrik yang dimaksud maka contoh dapat memberi penilaian. Dengan alasan tersebut maka tidak tepat meminta contoh berpersepsi jika contoh tidak pernah membaca sebelumnya. Pengukuran skor persepsi berdasarkan data kuesioner dengan ketentuan penilaian untuk pernyataan positif: sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), ragu-ragu (3), setuju (4) dan sangat setuju (5), sedangkan untuk pernyataan negatif: sangat tidak setuju (5), tidak setuju (4), ragu-ragu (3), setuju (2) dan sangat setuju (1). Jumlah pernyataan 15 buah maka diperoleh skor terendah 15 dan tertinggi 75, kemudian persepsi dikategori menjadi baik, sedang dan kurang berdasarkan standar deviasi. Sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan juga hanya dijawab oleh contoh yang pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan dalam tiga bulan terakhir. Skor sikap ditentukan dengan cara yang sama seperti penentuan skor persepsi. Jumlah pernyataan sebanyak 10 buah maka diperoleh skor terendah 10 dan tertinggi 50. Skor sikap kemudian dikategorikan menjadi positif, netral dan negatif berdasarkan standar deviasi.
Perilaku sehat mencakup aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh contoh dalam satu minggu. Perilaku sehat yang diteliti dikembangkan dari PUGS dan disesuaikan dengan aktivitas kelompok dewasa awal yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Aktivitas tersebut terdiri dari: sarapan, makan beragam, minum air, tidur, olahraga, membaca label kemasan, merokok, konsumsi suplemen, minum susu dan mencuci tangan. Penentuan skor perilaku berdasarkan ketentuan: tidak pernah (1), jarang (2), sering (3) dan selalu (4), sedangkan khusus untuk item merokok penilaian dibalik menjadi tidak pernah (4), jarang (3), sering (2) dan selalu (1). Jumlah perilaku sebanyak 10 buah maka diperoleh skor terendah 10 dan tertinggi 40, kemudian skor perilaku dikategori menjadi baik, sedang dan kurang dengan standar deviasi. Hubungan antar variabel yang diteliti menggunakan uji korelasi Spearman untuk data-data yang berskala ordinal. Data berskala nominal yaitu asal departemen diuji menggunakan analisis Chi Square. Tabel 2 pada halaman selanjutnya menyajikan secara lengkap hubungan berbagai variabel yang dianalisis dan cara analisisnya. Tabel 2 Cara analisis data No.
Variabel yang dianalisis
Cara analisis data
1.
Hubungan karakteristik mahasiswa (lama studi
Uji korelasi Spearman
dan
dan
Tabulasi silang
Hubungan karakteristik mahasiswa yaitu asal
Uji Chi Square
departemen dengan pengetahuan gizi dan
Tabulasi silang
IPK)
dengan
pengetahuan
gizi
kesehatan 2.
kesehatan 2.
Hubungan frekuensi membaca dan tingkat
Uji korelasi Spearman
kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan
Tabulasi silang
dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan 3.
Hubungan tingkat pengetahuan dan persepsi
Uji korelasi Spearman
dengan
Tabulasi silang
sikap
terhadap
rubrik
gizi
dan
kesehatan 4.
Hubungan tingkat uang saku mahasiswa dan
Uji korelasi Spearman
pengetahuan
Tabulasi silang
dengan
perilaku
sehat
mahasiswa 5.
Hubungan persepsi dan sikap terhadap rubrik
Uji korelasi Spearman
gizi dan kesehatan dengan perilaku sehat
Tabulasi silang
mahasiswa
Definisi Operasional Contoh: mahasiswa FEMA IPB semester empat dan enam pada tahun ajaran 2007/2008 Karakteristik individu: ciri individu yang meliputi jenis kelamin, suku/etnis, lama studi, jalur masuk IPB, IPK, uang saku per bulan, keikutsertaan dalam organisasi dan ada tidaknya penyakit pernah diderita. •
Jenis kelamin : perbedaan contoh berdasarkan ciri biologis dengan kategori laki-laki dan perempuan
•
Suku/etnis : suku asal yang diakui contoh
•
Lama studi : diukur melalui jumlah semester dari awal masuk IPB sampai dengan yang sedang ditempuh contoh
•
Jalur masuk IPB : jalur yang digunakan contoh ketika masuk IPB
•
IPK
: nilai rata-rata contoh selama melakukan studi sampai dengan
semester ganjil 2007/2008 •
Uang saku per bulan : jumlah nilai dalam rupiah yang diperoleh contoh yang bersumber dari orang tua, saudara, beasiswa dan bekerja dalam satu bulan
•
Keikutsertaan dalam organisasi : terdaftar atau tidak contoh pada salah satu organisasi baik internal IPB maupun luar IPB
•
Penyakit pernah diderita: pernah atau tidak pernahnya contoh menderita suatu penyakit
Media cetak : surat kabar, tabloid dan majalah yang dibaca oleh contoh dalam tiga bulan terakhir. Kebiasaan
membaca
media
cetak:
pola
kegiatan
membaca
koran/majalah/tabloid contoh yang diukur dengan pernah atau tidak membaca media tersebut dan frekuensi membaca dalam tiga bulan terakhir. Kebiasaan membaca rubrik gizi dan kesehatan: pola kegiatan membaca yang mencakup pernah atau tidak membaca rubrik gizi dan kesehatan dan frekuensi membaca dalam tiga bulan terakhir. Rubrik
gizi
dan
kesehatan:
kolom
atau
halaman
dalam
surat
kabar/majalah/tabloid yang berisi tentang masalah gizi dan kesehatan, baik pada kolom khusus atau dalam naungan keluarga, makanan, wanita dan sebagainya. Tingkat kesukaan: urutan rubrik gizi dan kesehatan berdasarkan pilihan rubrik yang disukai dalam tiga bulan terakhir. Ketentuan penilaian tingkat
kesukaan yaitu suka (rubrik gizi dan kesehatan pada pilihan pertama), biasa (rubrik gizi dan kesehatan pada urutan kedua) dan tidak suka (rubrik gizi dan kesehatan selain urutan pertama dan kedua). Pengetahuan gizi dan kesehatan: Tingkat pemahaman contoh terhadap gizi dan kesehatan yang dilihat dari kemampuan menjawab dengan benar 20 pertanyaan berhubungan dengan gizi dan kesehatan. Persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan: Penilaian contoh yang pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan di media cetak terhadap materi, penyajian dan narasumber rubrik dalam tiga bulan terakhir yang diukur melalui 15 pernyataan menggunakan skala Likert. • Persepsi terhadap materi: penilaian pada isi yang disajikan dalam rubrik yang mempengaruhi kemudahan untuk dimengerti. • Persepsi terhadap cara penyajian: penilaian terhadap cara penyajian berita yang mencakup segi bahasa dan gambar. • Persepsi terhadap narasumber berita: penilaian pada narasumber berita. Sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan: Keyakinan dan contoh
terhadap
kecenderungan
rubrik bertindak
gizi yang
dan
kesehatan
diukur
melalui
dan 10
kepercayaan memberikan pernyataan
menggunakan skala Likert. Perilaku sehat: Frekuensi aktivitas contoh yang dilakukan dalam satu minggu, terdiri dari: sarapan, makan beragam, minum air, tidur, olahraga, membaca label kemasan, merokok, konsumsi suplemen, minum susu dan mencuci tangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Fakultas Ekologi Manusia Fakultas
Ekologi
Manusia
Institut
Pertanian
Bogor
(FEMA
IPB)
merupakan fakultas yang termuda di IPB, dibentuk pada 2 Agustus 2005 berdasarkan Surat Keputusan Rektor No. 112/K13/OT/2005. Pembentukan FEMA IPB sejalan dengan berbagai perubahan yang terjadi di IPB memasuki era otonomi perguruan tinggi (IPB BHMN) yang memiliki kewenangan untuk untuk membentuk program studi, departemen dan fakultas baru. Motto FEMA IPB adalah Pendidikan dan Inovasi untuk Kualitas Kehidupan Berkelanjutan. Kebijakan mutu FEMA IPB yaitu secara efisien dan akuntabel menghasilkan lulusan dan IPTEKS bermutu bagi kualitas kehidupan berkelanjutan. Cikal bakal FEMA IPB adalah Departemen Gizi dan Sumberdaya Keluarga (GMSK) Faperta, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian (KPM) Departemen Sosek Faperta IPB, serta bagian sosial ekonomi dari berbagai fakultas di IPB. FEMA IPB merupakan fakultas ekologi manusia pertama dan satu-satunya di Indonesia serta satu dari tiga fakultas ekologi manusia yang ada di Asia Tenggara. Dua fakultas lainnya adalah College of Human Ecology, University of Philippines at Los Banos (UPLB) dan Faculty of Human Ecology, Universiti Putra Malaysia. FEMA IPB terdiri dari tiga departemen, yaitu Departemen Gizi Masyarakat (GIZ), Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK) dan Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (KPM). Departemen GIZ dan IKK adalah
pengembangan
dari
Departemen
GMSK
Faperta,
sedangkan
Departemen KPM pengembangan dari Program Studi KPM Departemen Sosek Faperta IPB. Jumlah mahasiswa yang terdaftar sebagai mahasiswa FEMA IPB sampai tahun ajaran 2006/2007 sebanyak 396 orang mahasiswa, dengan proporsi KPM 45 persen, GIZ 35 persen dan IKK 20 persen. FEMA IPB didukung oleh 88 staf pengajar yang terdiri atas 6 orang Guru Besar (Profesor), 41 Doktor, 33 magister, 9 Sarjana yang lulus dari Perguruan Tinggi
ternama
nasional
dan
internasional.
Untuk
menunjang
kegiatan
akademiknya FEMA dilengkapi ruang kuliah, perpustakaan dan berbagai laboratorium seperti Laboratorium Konsultasi Gizi, Laboratorium Percobaan Makanan, Laboratorium Perkembangan Anak dan sebagainya, juga sebuah stasiun radio. FEMA IPB menjalin kerjasama dengan pihak luar misalnya
Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, WHO, FAO, Unicef, Persagi, beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan sebagainya. Visi FEMA IPB adalah menjadi lembaga pendidikan tinggi bertaraf internasional dalam pengembangan sumberdaya manusia, ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berbasis pada paradigma ekologi, dengan kompetensi utama di bidang ilmu gizi, ilmu keluarga dan konsumen serta ilmu komunikasi dan pengembangan masyarakat, untuk pengembangan kualitas manusia. Departemen GIZ mempunyai kompetensi dalam pengembangkan ilmu gizi (human nutrition) dan aplikasinya di keluarga dan masyarakat (community nutrition) yang mengaitkan pertanian, pangan, gizi dan kesehatan dalam upaya peningkatan kualitas manusia. Departemen IKK bergerak pada pengembangan ilmu dan teknologi di bidang keluarga dan konsumen untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, dengan fokus pada pengembangan kualitas anak serta pemberdayaan keluarga dan konsumen. Departemen KPM memiliki mandat dalam pengembangan ilmu sosiologi, antropologi, psikologi, kependudukan, komunikasi, ekologi manusia, pendidikan penyuluhan dan pengembangan masyarakat untuk mendorong pemberdayaan masyarakat pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan dan pesisir. Karakteristik Contoh Persentase mahasiswa yang menjadi contoh dalam penelitian masingmasing adalah 44 orang laki-laki dan perempuan. Proporsi seimbang antara kedua jenis kelamin dalam penelitian ini disengaja karena dijadikan kelompok yang dibandingkan. Tabel 3 menyajikan sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu. Kisaran usia mahasiswa yang menjadi contoh antara 18 tahun sampai 22 tahun dengan lebih dari separuh contoh (52.3%) berusia 20 tahun. Rentang usia contoh antara 15-21 tahun oleh McKenzie et al. (2006)
dikategorikan menjadi remaja
dan dewasa awal. Sebagian besar contoh (86.4%) beragama Islam dan proporsi terbesar kedua setelah Islam adalah Katolik (8.0%). Mahasiswa IPB berasal dari berbagai suku bangsa di Indonesia. Proporsi terbesar contoh berasal dari suku Jawa (45.4%) dan Sunda (27.3%). Contoh yang bersuku selain kedua suku tersebut yaitu bersuku Minang, Batak, Bali, Sumatera Selatan dan Lampung. Terdapat juga contoh yang mengaku bersuku campuran Sunda-Sumatera Selatan dan Jawa-Manado masing-masing satu orang.
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik individu Karakteristik contoh
Laki-laki
Perempuan
Total
n
%
n
%
n
%
18 tahun 19 tahun 20 tahun 21 tahun 22 tahun
1 15 22 5 1
2.3 34.1 50.0 11.3 2.3
1 15 24 4 0
2.3 34.1 54.5 9.1 0.0
2 30 46 9 1
2.3 34.1 52.3 10.2 1.1
Total
44
100.0
44
100.0
88
100.0
Islam Katolik Protestan Hindu Buddha
39 1 2 1 1
88.6 2.3 4.5 2.3 2.3
37 6 1 0 0
84.1 13.6 2.3 0.0 0.0
76 7 3 1 1
86.4 8.0 3.4 1.1 1.1
Total
44
100.0
44
100.0
88
100.0
Jawa Sunda Sumatera Lainnya
17 9 14 4
38.6 20.5 31.8 9.1
23 15 3 3
52.3 34.1 6.8 6.8
40 24 17 7
45.4 27.3 19.3 8.0
Total
44
100.0
44
100.0
88
100.0
Pernah Tidak pernah
18 26
40.9 59.1
25 19
56.8 43.2
43 45
48.9 51.1
Total
44
100.0
44
100.0
88
100.0
Rendah (<500.000) Sedang (500.000-750.000) Tinggi (>750.000)
9 22 13
20.5 50.0 29.5
12 27 5
27.3 61.3 11.4
21 49 18
23.9 55.7 20.4
Total
44 100.0 678863.6 ± 457425.6
Usia
Agama
Suku
Penyakit yang diderita
Uang saku per bulan (Rp)
Rata-rata uang saku ± sd p-value
44 100.0 561363.6 ± 223571.3
88 100.0 620113.6 ± 362784.6
0.083
Hampir separuh contoh (48.9%) menyatakan pernah menderita penyakit dengan jenis penyakit yang pernah diderita antara lain gejala thypus, maag dan asma. Proporsi contoh perempuan yang pernah menderita penyakit lebih besar (56.8%) daripada contoh laki-laki (40.9%). Wahyuni (2007) menyatakan seseorang yang dalam kondisi sakit memiliki keinginan untuk menyerap informasi kesehatan lebih banyak sebagai tindakan preventif agar tidak sakit atau kuratif sebagai tindakan pengobatan.
Uang saku contoh cukup bervariasi antara Rp 250.000-Rp 3.000.000 per bulan dan sebagian besar contoh memperoleh uang saku dari orangtua. Lebih dari separuh contoh (55.7%) memiliki uang saku berkisar pada tingkat sedang yaitu antara Rp 500.000 sampai Rp 750.000 per bulan. Hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara uang saku contoh laki-laki dan perempuan (p>0.05). Karakteristik akademik contoh disajikan pada Tabel 4. Jumlah contoh proporsional menyerupai populasi mahasiswa masing-masing departemen, yaitu contoh dari Departemen KPM sebesar 39.8 persen, diikuti contoh dari Departemen GIZ (38.6%) dan IKK (21.6%). Contoh sedang menjalani masa perkuliahan pada semester 4 dan 6 dengan persentase hampir berimbang antarsemester. Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik akademik Karakteristik contoh
Laki-laki
Perempuan
Total
n
%
n
%
n
%
GIZ IKK KPM
17 4 23
38.6 9.1 52.3
17 15 12
38.6 34.1 27.3
34 19 35
38.6 21.6 39.8
Total
44
100.0
44
100.0
88
100.0
Semester 4 Semester 6
21 23
47.7 52.3
24 20
54.5 45.5
45 43
51.1 48.9
Total
44
100.0
44
100.0
88
100.0
USMI SPMB BUD
33 10 1
75.0 22.7 2.3
33 10 1
75.0 22.7 2.3
66 20 2
75.0 22.7 2.3
Total
44
100.0
44
100.0
88
100.0
39 5
88.6 11.4
41 3
93.2 6.8
80 8
90.9 9.1
44
100.0
44
100.0
88
100.0
Memuaskan (≤ 2.75) Sangat memuaskan (2.76–3.50) Cumlaude (≥ 3.50)
10 29 5
22.7 65.9 11.4
7 32 5
15.9 72.7 11.4
17 61 10
19.3 69.3 11.4
Total
44
100.0
44
100.0
88
100.0
Asal Departemen
Lama Studi
Jalur Masuk IPB
Keikutsertaan dalam Organisasi Ikut Tidak ikut Total IPK
Rata-rata IPK + sd p-value
3.0 ± 0.3
3.2 ± 0.3 0.547
3.1 ± 0.3
Sebagian besar contoh (75%) menjadi mahasiswa IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Sebesar 22.7 persen contoh masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan hanya sebagian kecil (2.3%) melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Persentase ini sesuai dengan kebijakan IPB yang menerima mahasiswa sebagian besar dari jalur USMI yaitu 80 persen. Hampir semua contoh (90.9%) aktif berorganisasi dengan proporsi sebesar 50 persen contoh mengikuti organisasi di tingkat departemen, di tingkat fakultas (27.5%) dan sisanya di tingkat institusi maupun luar institusi IPB. Organisasi yang diikuti mahasiswa antara lain himpunan profesi, organisasi keagamaan dan badan eksekutif mahasiswa serta organisasi mahasiswa daerah. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa FEMA IPB tidak hanya terfokus pada kegiatan akademik tapi juga aktif pada aktivitas sosial lainnya. Keikutsertaan mahasiswa dalam organisasi menuntut pengorbanan dalam hal waktu, tenaga, fikiran dan tidak jarang dalam bentuk materi. Namun di lain pihak mahasiswa yang aktif dalam organisasi mendapatkan kepuasan dan pengalaman juga pelajaran hidup bersosialisasi dengan orang lain. Rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) contoh cukup tinggi yaitu 3.10. Lebih dari separuh contoh (69.3%) berada pada kategori IPK sangat memuaskan yaitu pada selang 2.76-3.50. Hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara IPK jenis kelamin laki-laki dan perempuan (p>0.05). Hasil IPK yang cukup tinggi menunjukkan mahasiswa mampu mengikuti perkuliahan dengan baik. Kebiasaan Membaca Media Cetak Rakhmat (2005) menjelaskan pengertian kebiasaan sebagai aspek perilaku manusia yang menetap serta berlangsung tanpa direncanakan ataupun direncanakan. Kebiasaan terbentuk sebagai reaksi khas yang diulangi seseorang berkali-kali dan berlangsung dalam waktu lama sehingga menggambarkan pola perilaku yang dapat diramalkan. Pola perilaku seseorang dapat berbeda-beda dengan orang lain. Tabel 5 menunjukkan kebiasaan membaca media contoh yang mencakup pernah atau tidak pernah membaca surat kabar/majalah/tabloid dan frekuensi membaca dalam tiga bulan terakhir. Hampir seluruh contoh (98.9%) pernah membaca media cetak dalam tiga bulan terakhir dan lebih dari sepertiga diantaranya (39.1%) membaca media cetak pada frekuensi tidak tentu atau lebih dari seminggu sekali.
Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan membaca media cetak Kategori Pernah Tidak pernah Total Frekuensi Setiap hari 2-3 hari sekali Satu minggu sekali Tidak tentu Total p-value
Laki-Laki n % 43 97.7 1 2.3 44 100.0
Perempuan n % 44 100.0 0 0.0 44 100.0
Total n 87 1 88
% 98.9 1.1 100.0
4 16 12 11
9.3 37.2 27.9 25.6
2 12 7 23
4.5 27.3 15.9 52.3
6 28 19 34
6.9 32.2 21.8 39.1
43
100.0
44 100.0 0.027
87
100.0
Hanya sebagian kecil contoh (6.9%) yang mempunyai kebiasaan membaca media cetak setiap hari. Proporsi terbesar contoh laki-laki (37.2%) membaca pada frekuensi 2-3 hari sekali, sedangkan lebih dari separuh contoh perempuan (52.3%) membaca media cetak pada kategori tidak tentu atau di atas satu minggu sekali. Contoh laki-laki lebih sering membaca media cetak daripada contoh perempuan, hasil ini diperkuat uji statistik yang menyatakan adanya perbedaan yang signifikan antara frekuensi membaca media cetak laki-laki dan perempuan (p<0.05). Tabel 6 menyajikan hubungan antara uang saku per bulan contoh dengan frekuensi membaca media cetak. Pada frekuensi setiap hari dan 2-3 hari sekali proporsi terbesar contoh memiliki uang saku tinggi (16.7% dan 44.4%). Sebaliknya pada frekuensi tidak tentu atau diatas satu minggu sekali lebih dari separuh contoh berada pada kategori uang saku rendah (57.1%). Frekuensi membaca media cetak meningkat seirang dengan peningkatan uang saku. Tabel 6
Hubungan uang saku per bulan dengan frekuensi membaca media cetak
Frekuensi Setiap hari 2-3 hari sekali Seminggu sekali Tidak tentu Total
Kategori uang saku per bulan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 2 9.5 1 2.1 3 16.7 3 14.3 17 35.4 8 44.4 4 19.0 12 25.0 3 16.7 12 57.1 18 37.5 4 22.2 21 100.0 48 100.0 18 100.0 r = 0.267*, p-value = 0.013
Total n 6 28 19 34 87
% 6.9 32.2 21.8 39.1 100.0
Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan signifikan antara uang saku per bulan dengan frekuensi membaca media cetak contoh (p<0.05), artinya semakin tinggi uang saku perbulan maka semakin sering contoh membaca media cetak. Hal ini diduga karena tingkat uang saku menentukan daya beli mahasiswa terhadap media cetak baik surat kabar, majalah atau tabloid. Uang saku bagi seorang mahasiswa merupakan pendapatan yang dialokasikan untuk membiayai pengeluaran pangan dan non pangan. Menurut Sumarwan (2004) jumlah pendapatan akan menggambarkan besarnya daya beli seorang konsumen. Uang saku yang cukup membuat mahasiswa dapat membeli media cetak lebih sering setelah melakukan pengeluaran untuk kebutuhan berbagai kebutuhannya. Pilihan rubrik yang harus diurutkan oleh contoh berdasarkan tingkat kesukaan terdiri atas enam jenis seperti disajikan pada Tabel 7. Data sebaran contoh yang ditampilkan hanya urutan urutan pertama dan kedua. Pada urutan pertama, proporsi terbesar contoh (27.6%) memilih rubrik gizi dan kesehatan dan diikuti oleh contoh yang memilih rubrik olahraga (25.3%). Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan urutan rubrik yang disukai secara umum Rubrik Politik/Hukum Ekonomi/Bisnis Olahraga Teknologi Gizi/Kesehatan Pendidikan Total
Urutan 1
Urutan 2
n
%
n
%
11 8 22 18 24 4 87
12.6 9.2 25.3 20.7 27.6 4.6 100.0
10 7 8 17 23 22 87
11.5 8.0 9.2 19.5 26.4 25.3 100.0
Berdasarkan data pada tabel di atas rubrik gizi dan kesehatan merupakan rubrik yang cukup disukai oleh contoh secara umum, bahkan pada pilihan kedua proporsi contoh yang memilih rubrik gizi dan kesehatan masih cukup besar (26.4%) dibanding rubrik lain. Rubrik pendidikan hanya dipilih oleh 4.6 persen contoh pada urutan pertama namun proporsinya cukup besar dipilih oleh contoh pada urutan kedua (25.3%). Proporsi kecil contoh yang memilih rubrik ekonomi/bisnis pada urutan pertama (9.2%) dan kedua (8.0%) menunjukkan contoh kurang tertarik dengan topik-topik ekonomi. Proporsi terbesar contoh laki-laki (41.9%) memilih rubrik olahraga pada pilihan pertama untuk dibaca, sedangkan contoh perempuan memilih rubrik gizi
dan kesehatan (40.9%). Rubrik teknologi juga termasuk rubrik yang cukup disukai dibanding rubrik lain karena persentase contoh yang memilih rubrik tersebut cukup besar dibanding contoh yang memilih rubrik lainnya baik pada contoh laki-laki (18.5%) maupun perempuan (22.7%). Sebaran contoh pada pilihan pertama rubrik yang disukai berdasarkan jenis kelamin disajikan pada Tabel 8. Tabel 8 Sebaran contoh pada urutan pertama rubrik yang disukai berdasarkan jenis kelamin Rubrik Politik/Hukum Ekonomi/Bisnis Olahraga Teknologi Gizi/Kesehatan Pendidikan Total
Laki-laki n 3 6 18 8 6 2 43
% 7.0 14.0 41.9 18.5 14.0 4.6 100.0
Urutan 1 Perempuan n 8 2 4 10 18 2 44
% 18.3 4.5 9.1 22.7 40.9 4.5 100.0
Total n 11 8 22 18 24 4 87
% 12.6 9.2 25.3 20.7 27.6 4.6 100.0
Pengelompokan berdasarkan asal departemen contoh menunjukkan contoh yang berasal dari Departemen GIZ lebih banyak memilih rubrik gizi dan kesehatan (52.9%). Mayoritas contoh dari Departemen IKK menyukai rubrik teknologi (31.5%), sedangkan proporsi terbesar contoh dari Departemen KPM menyukai rubrik olahraga (35.3%). Sebaran contoh pada urutan pertama rubrik yang disukai berdasarkan asal departemen disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sebaran contoh pada urutan pertama rubrik yang disukai asal departemen Urutan 1 Rubrik GIZ IKK KPM n % n % n % Politik/Hukum 1 2.9 4 21.1 6 17.7 Ekonomi/Bisnis 2 5.9 3 15.7 3 8.8 Olahraga 9 26.5 1 5.3 12 35.3 Teknologi 4 11.8 6 31.5 8 23.5 Gizi/Kesehatan 18 52.9 4 21.1 2 5.9 Pendidikan 0 0.0 1 5.3 3 8.8 Total 34 100.0 19 100.0 34 100.0
berdasarkan
Total n % 11 12.6 8 9.2 22 25.3 18 20.7 24 27.6 4 4.6 87 100.0
Persentase cukup besar pemilih rubrik gizi dan kesehatan oleh contoh Departemen GIZ diduga berkaitan dengan bidang ilmu yang dipelajari oleh
contoh.
Departemen
GIZ
dalam
aktivitas
akademiknya
fokus
pada
pengembangan ilmu gizi masyarakat, maka media cetak dapat digunakan sebagai salah satu penyedia informasi penunjang. Hal ini sejalan dengan penelitian Ulya (2004) yang menyatakan bahwa salah satu motivasi mahasiswa membaca media cetak adalah untuk membantu menyelesaikan tugas kuliah. Kebiasaan Membaca Rubrik Gizi dan Kesehatan Rubrik gizi dan kesehatan adalah bentuk promosi kesehatan lewat media cetak yang mudah ditemukan pada surat
kabar, tabloid dan majalah yang
membahas suatu topik gizi dan kesehatan atau hal-hal yang terkait dengannya. Tabel 10 memperlihatkan sebagian besar contoh laki-laki (70.5%) pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan dalam tiga bulan terakhir, sedangkan hampir seluruh contoh perempuan (95.5%) pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan. Alasan yang diungkapkan oleh contoh yang tidak membaca antara lain contoh tidak pernah menemukan rubrik yang dimaksud pada media cetak yang dibaca disamping alasan contoh memang tidak menyukai rubrik gizi dan kesehatan. Tabel 10
Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan membaca rubrik gizi dan kesehatan selama tiga bulan terakhir
Kategori Pernah Tidak pernah Total Frekuensi Sering (≥ 9 kali) Sedang (5-8 kali) Jarang (< 4 kali) Total p-value
Laki-laki n % 31 70.5 13 29.5 44 100.0
Perempuan n % 42 95.5 2 4.5 44 100.0
1 3 27 31
3 7.1 8 19.1 31 73.8 42 100.0 0.168
3.2 9.7 87.1 100.0
Total n 73 15 88
% 82.9 17.1 100.0
4 11 58 73
5.5 15.1 79.4 100.0
Kebiasaan membaca rubrik gizi dan kesehatan juga diketahui dari frekuensi membaca rubrik dalam tiga bulan terakhir. Sebagian besar contoh (79.4%) pada kedua kelompok membaca rubrik gizi dan kesehatan kurang dari empat kali dalam tiga bulan terakhir. Hanya sebagian kecil contoh (5.5%) yang membaca rubrik gizi dan kesehatan lebih dari sembilan kali. Dengan melihat keadaan ini walaupun rubrik gizi dan kesehatan termasuk rubrik yang disukai namun contoh tidak selalu membaca rubrik tersebut. Baik contoh laki-laki maupun perempuan menunjukkan sebaran frekuensi yang tidak jauh berbeda.
Hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan pada contoh laki-laki dan perempuan (p>0.05). Berdasarkan urutan rubrik yang disukai oleh contoh dapat diketahui tingkat kesukaan contoh terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Lebih dari separuh contoh laki-laki (60.4%) tidak suka, sedangkan proporsi terbesar contoh perempuan (40.9%) suka terhadap rubrik gizi dan kesehatan (Tabel 11). Perbedaan ini diduga disebabkan oleh karakteristik perempuan yang lebih memperhatikan kesehatan dan perawatan tubuh yang merupakan sebagian besar isi dari rubrik gizi dan kesehatan di media cetak. Hasil yang ditemukan memperkuat kesimpulan penelitian Nurrohmah (1998) yaitu pembaca terbanyak rubrik serupa di tabloid adalah kelompok wanita. Tabel 11 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan Tingkat kesukaan Suka Biasa Tidak suka Total
Laki-laki n % 6 14.0 11 25.6 26 60.4 43 100.0
Perempuan n % 18 40.9 12 27.3 14 31.8 44 100.0
Total n 24 23 40 87
% 27.6 26.4 46.0 100.0
Media cetak yang menyajikan rubrik gizi dan kesehatan memuat berbagai topik dan seringkali rubrik diasuh olah narasumber yang ahli di bidang gizi dan kesehatan. Narasumber yang sudah dikenal luas oleh masyarakat menjadi daya tarik tersendiri bagi pembaca. Pada Tabel 12 dapat dilihat secara umum lebih dari separuh contoh (61.6%) mampu mengingat topik dan media cetak yang memuat atau topik dan narasumber yang menulis topik tersebut. Hanya sebagian kecil contoh (2.7%) yang tidak ingat pada ketiga hal yang ditanyakan. Tabel 12
Sebaran contoh berdasarkan kemampuan mengingat topik, narasumber dan media cetak yang memuat
Kategori Ingat: topik + narasumber + media cetak yang memuat Ingat: topik + narasumber/ topik + media cetak yang memuat Ingat topik saja Tidak ingat ketiganya Total
n 21 45 5 2 73
% 28.8 61.6 6.9 2.7 100.0
Bagi individu, media berfungsi sebagai sumber informasi berbagai masalah praktis, pendapat dan penentuan pilihan, memuaskan rasa ingin tahu dan minat (McQuail 1987). Karena berbagai alasan tersebut pembaca memiliki preferensi terhadap topik yang ingin dibacanya diantara berbagai topik seputar kesehatan yang ada. Tabel 13 menyajikan berbagai topik-topik yang terdapat pada rubrik gizi dan kesehatan. Tabel 13 Topik-topik yang terdapat pada rubrik gizi dan kesehatan Suka
Topik Informasi penyakit Cara pengobatan Gaya hidup Makanan sehat dan bergizi Cara diet Olahraga dan cara membentuk tubuh Kecantikan Tips kesehatan Teknologi bidang kesehatan Program kesehatan
n 72 69 72 73 55 59 48 73 66 63
% 98.6 94.5 98.6 100.0 75.3 80.8 65.8 100.0 90.4 86.3
Tidak Suka n % 1 1.4 4 5.5 1 1.4 0 0.0 18 24.7 14 19.2 25 34.2 0 0.0 7 9.6 10 13.7
Topik tentang makanan sehat bergizi dan tips-tips kesehatan disukai oleh seluruh contoh (100.0%), keadaan ini menunjukkan contoh memiliki perhatian besar terhadap kedua hal tersebut. Makan makanan yang sehat dan bergizi dapat mempengaruhi status gizi seseorang, jika tubuh memperoleh cukup zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum (Almatsier 2003). Topik yang disukai oleh hampir seluruh contoh adalah informasi penyakit (98.6%) dan gaya hidup (98%), sedangkan topik dengan proporsi tidak suka terbesar (34.2%) adalah topik tentang kecantikan. Hal ini dikarenakan contoh laki-laki pada umumnya tidak menyukai topik-topik kecantikan. Hasil penelitian sejalan dengan temuan Kaiser (1990) diacu dalam Beaudoin dan Lachance (2006) yang menyebutkan wanita lebih memperhatikan penampilan, pakaian dan segi estetika daripada pria. Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Pengetahuan gizi dan kesehatan adalah pengetahuan tentang peranan makanan dan zat gizi, makanan yang aman untuk dimakan sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta bagaimana cara hidup sehat (Notoatmodjo
1993). Jawaban dari daftar pertanyaan menunjukkan skor pengetahuan gizi dan kesehatan contoh. Dari Tabel 14 dapat diketahui sebagian besar pertanyaan dapat dijawab dengan baik oleh contoh, hal ini menggambarkan pengetahuan gizi dan kesehatan pada dasarnya cukup baik. Tabel 14
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Persentase jawaban yang dijawab benar untuk setiap pertanyaan pengetahuan gizi dan kesehatan berdasarkan jenis kelamin
Pertanyaan pengetahuan gizi dan kesehatan Tujuan sarapan Kebutuhan energi yang disediakan dalam sarapan Susunan menu empat sehat lima sempurna Zat gizi yang diperlukan tubuh Persentase air dalam tubuh manusia Kebutuhan air seseorang per hari Fungsi jantung Penyebab obesitas Risiko yang ditimbulkan rokok Zat yang terkandung dalam rokok Jaringan tubuh yang diperkuat Vitamin D dan Kalsium Pangan sumber kalsium Makanan yang aman untuk dikonsumsi Informasi yang harus ada pada label makanan Akibat defisiensi zat besi dan seng Pangan sumber zat besi Cara mengatasi obesitas Cara mempertahankan stamina tubuh Tujuan mencuci tangan sebelum makan Perilaku bersih dan sehat oleh individu
Laki-laki (n=44) % 95.5
Perempuan (n=44) % 93.2
Total (n=88) % 94.3
29.5
43.2
36.4
86.4
88.6
87.5
100.0 29.5 61.4 97.7 95.5 93.2 97.7
90.9 15.9 72.7 95.5 93.2 95.5 95.5
95.5 22.7 67.0 96.6 94.3 94.3 96.6
90.9
88.6
89.8
86.4
88.6
87.5
59.1
56.8
58.0
86.4
72.7
79.5
90.9 61.4 88.6 84.1
95.5 63.6 97.7 81.8
93.2 62.5 93.2 83.0
65.9
61.4
63.6
61.4
61.4
61.4
Pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh contoh adalah fungsi jantung (96.6%) dan zat yang terkandung di dalam rokok (96.6%). Untuk pertanyaan zat gizi yang diperlukan tubuh hampir seluruh contoh dapat menjawab dengan benar, bahkan seluruh contoh laki-laki dapat menjawab dengan benar pertanyaan tersebut. Terdapat beberapa pertanyaan yang juga menunjukkan persentase jawaban benar diatas 90 persen, yaitu tujuan sarapan (94.3%), penyebab obesitas (94.3%) dan cara mengatasinya (93.2%), risiko yang ditimbulkan rokok (94.3%) serta akibat defisiensi seng dan besi (93.2%).
Pertanyaan pengetahuan gizi dan kesehatan yang paling banyak dijawab salah oleh contoh baik laki-laki maupun perempuan adalah pertanyaan kebutuhan energi yang disediakan dalam sarapan (36.4%) dan persentase air dalam tubuh manusia (22.7%). Rendahnya kemampuan contoh untuk menjawab dengan benar kedua pertanyaan tersebut diduga karena pertanyaan tergolong spesifik sehingga sulit dijawab terutama oleh mahasiswa departemen non gizi. Pengetahuan gizi dan kesehatan dapat diperoleh dari mana saja baik dari pendidikan formal maupun non formal dan pengetahuan tentang zat gizi umumnya diperoleh melalui pendidikan formal. Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan disajikan pada Tabel 15. Secara keseluruhan pengetahuan gizi dan kesehatan contoh berkisar antara 50-95 dengan rata-rata skor adalah 77.8 persen. Lebih dari separuh contoh baik laki-laki (52.3%) maupun perempuan (54.6%) memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan pada kategori sedang (60-80%). Hanya sebagian kecil contoh laki-laki (9.1%) dan perempuan (6.8%) yang memiliki pengetahuan kurang. Hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan signifikan pengetahuan gizi dan kesehatan antara contoh laki-laki dan perempuan (p>0.05). Tabel 15 Sebaran contoh berdasarkan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan Tingkat Pengetahuan Baik (>80%) Sedang (60-80%) Kurang (<60%) Total Rata-rata ± sd p-value
Laki-laki n % 17 38.6 23 52.3 4 9.1 44 100.0 78.1 ± 10.2
Perempuan n % 17 38.6 24 54.6 3 6.8 44 100.0 77.6 ± 10.0 0.889
Total n % 34 38.6 47 53.4 7 8.0 88 100.0 77.8 ±10.1
Persepsi terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan Pembaca media akan memberi penilaian terhadap apa yang dibacanya dan penilaian tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai, harapan dan kebutuhan yang sifatnya sangat individual. Kondisi demikian oleh Sumarwan (2004) disebut persepsi, yaitu cara pandang seseorang melihat realitas di luar dirinya atau lingkungan yang ditentukan oleh stimulus. Dengan adanya stimulus maka konsumen memberikan perhatian sehingga dapat memiliki pemahaman (Mowen & Minor 2002). Dalam penelitian ini yang menjadi stimulus adalah adanya rubrik gizi dan kesehatan di media cetak baik surat kabar, majalah dan tabloid. Oleh
sebab itu, pernyataan persepsi hanya dijawab oleh contoh yang pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan. Skor rata-rata persepsi contoh untuk setiap pernyataan persepsi disajikan pada Tabel 16. Skor jawaban contoh rata-rata untuk tiap pernyataan berkisar antara 3 (ragu-ragu) sampai 5 (sangat setuju) jika pernyataan positif dan antara 3 (ragu-ragu) sampai 5 (sangat tidak setuju) jika pernyataan negatif. Sebagian besar pernyataan persepsi untuk materi rubrik gizi dan kesehatan menunjukkan skor cukup besar, artinya secara umum contoh memiliki penilaian yang baik terhadap penyajian materi pada rubrik gizi dan kesehatan di media cetak. Tabel 16 Skor rata-rata persepsi contoh untuk setiap jenis pernyataan persepsi No. I. 1 2 3 4 5 6 II. 7 8 9 10 11 12 III. 13 14 15
Pernyataan persepsi Materi Rubrik gizi dan kesehatan menarik untuk dibaca Topik-topik yang disajikan kurang aktual Informasi yang disajikan dilengkapi data Informasi gizi dan kesehatan dilengkapi dengan cara mempraktekkan Istilah-istilah yang dipakai dapat dipahami Secara umum isi rubrik gizi dan kesehatan mudah dimengerti Penyajian Gaya bahasa yang digunakan cukup kreatif Penataan kalimat cukup baik Artikel pada rubrik gizi dan kesehatan dilengkapi gambar Gambar memperjelas isi rubrik Gambar tidak sesuai dengan isi rubrik Gambar tidak sesuai dengan sosiobudaya Indonesia Narasumber Berita Penulis harus seorang ahli gizi dan kesehatan Pengisi rubrik mencantumkan identitasnya Penulis yang terkenal meningkatkan kepercayaan terhadap isi rubrik
Keterangan :
Laki-laki (n=31)
Perempuan (n=42)
Total (n=73)
4.23
4.48
4.37
3.32
3.52
3.44
3.87
3.76
3.81
3.94
4.17
4.07
3.84
3.98
3.92
3.71
4.00
3.88
3.90
4.02
3.97
3.97
4.07
4.03
4.29
4.38
4.34
4.45
4.33
4.38
3.74
3.76
3.75
3.48
3.74
3.63
3.94
3.98
3.96
4.42
4.26
4.33
3.77
4.00
3.90
Skor antara 1-5 Pernyataan positif = nomor 1, 3-10, dan 13-15 Pernyataan negatif = nomor 2, 11 dan 12
Skor rata-rata jawaban contoh cukup tinggi terlihat pada pernyataan “Rubrik gizi dan kesehatan cukup menarik untuk dibaca” (4.37). Pernyataan tersebut adalah positif, maka hal ini menunjukkan contoh setuju rubrik menarik untuk dibaca karena informasi sangat bermanfaat jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari disamping dapat menambah pengetahuan. Skor rata-rata jawaban juga cukup tinggi untuk pernyataan “Gambar memperjelas isi rubrik” (4.38). Contoh setuju bahwa dengan adanya gambargambar pada halaman kesehatan di media cetak dapat memperjelas materi yang disajikan sehingga meningkatkan pemahaman pembaca. Sebagai contoh pembaca akan lebih mudah menirukan gerakan senam jika disertai dengan gambar peragaan gerakannya dan informasi diet sehat yang menampilkan foto menu menarik akan menimbulkan keinginan untuk mencoba. Pernyataan negatif terkait gambar pada rubrik, yaitu “Gambar tidak sesuai dengan isi rubrik” dan “Gambar tidak sesuai dengan sosiobudaya Indonesia” masing-masing memiliki skor rata-rata 3.75 dan 3.63. Contoh tidak setuju pada kedua pernyataan tersebut, contoh menilai bahwa media cetak sudah mempertahankan kualitasnya dengan menyajikan gambar-gambar yang sesuai. “Topik-topik rubrik gizi dan kesehatan kurang aktual” adalah pernyataan dengan skor rata-rata paling rendah yaitu sebesar 3.44. Karena pernyataan tersebut negatif maka contoh cenderung tidak setuju bahwa topik yang disajikan kurang aktual, artinya contoh merasa informasi gizi yang selama ini ditemukan di rubrik-rubrik serupa di media cetak sudah bersifat mengutamakan keterbaruan. Keinginan pembaca yang selalu ingin mendapat berita terbaru dan sangat cocok dengan karakteristik surat kabar yaitu publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas dan terdokumentasikan (Ardianto & Erdinaya 2004). Di samping materi, bahasa juga mempengaruhi keinginan pembaca untuk menyimpan informasi (Wahyuni 2007). Skor rata-rata jawaban contoh tinggi untuk sebagian besar pernyataan persepsi terhadap penyajian yang mencakup aspek kebahasaan dan ilustrasi. Hal ini menunjukkan gaya bahasa, kalimat dan gambar yang ada pada rubrik dinilai contoh sudah baik. Skor jawaban cukup tinggi ditunjukkan oleh pernyataan “Penulis harus mencantumkan identitasnya” (4.33). Contoh setuju dengan pernyataan tersebut diduga karena pembaca mengganggap bahwa dengan mengetahui identitas pengisi rubrik dapat mempengaruhi keyakinan pembaca. Penulis yang dikenal dan ahli di bidangnya dapat meningkatkan kepercayaan pembaca terhadap informasi. Menurut Ardiyanto dan Erdinaya (2004) kemampuan sumber berita
dalam memaparkan materinya adalah salah satu faktor yang menentukan keberhasilan informasi untuk diadopsi oleh pembaca. Skor rata-rata contoh perempuan (4.00) sedikit lebih besar daripada contoh laki-laki (3.77) pada pernyataan “Penulis yang terkenal meningkatkan kepercayaan terhadap isi rubrik” dengan skor rata-rata keseluruhan adalah 3.90. Hal tersebut diduga karena contoh perempuan memiliki tingkat kepentingan lebih tinggi untuk mengetahui siapa narasumber informasi. Walaupun kedua kelompok memperlihatkan perbedaan skor rata-rata namun secara umum contoh setuju pada pernyataan tersebut. Jawaban setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan persepsi memperlihatkan baik tidaknya persepsi contoh terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Secara keseluruhan skor persepsi berkisar antara 44-71 dengan ratarata skor persepsi 59.8. Pada Tabel 17 dapat dilihat sebagian besar contoh baik laki-laki (74.2%) maupun perempuan (71.4%) memiliki persepsi pada tingkat sedang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara persepsi laki-laki dan perempuan (p>0.05). Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan tingkat persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan Tingkat Persepsi Baik (>66) Sedang (55-66) Kurang (<55) Total Rata-rata ± sd p-value
Laki-laki Perempuan n % n % 3 9.7 7 16.7 23 74.2 30 71.4 5 16.1 5 11.9 31 100.0 42 100.0 58.9 ± 5.6 60.5 ± 5.1 0.369 (tidak signifikan)
Total n % 10 13.7 53 72.6 10 13.7 73 100.0 59.8 ± 5.3
Sikap Terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan Sikap adalah evaluasi konsep secara menyeluruh terhadap suatu objek oleh seseorang (Peter & Olson 1999). Seperti pernyataan persepsi, pernyataan sikap hanya diisi oleh contoh yang memiliki kebiasaan membaca rubrik gizi dan kesehatan. Tabel 18 menunjukkan contoh menjawab setuju untuk sebagian besar pernyataan dengan rentang jawaban contoh antara 2 (tidak setuju) hingga 5 (sangat setuju) pada pernyataan positif dan rentang jawaban antara 2 (setuju) hingga 5 (sangat tidak setuju) untuk pernyataan negatif. Skor sikap paling tinggi terdapat pada pernyataan “Rubrik gizi dan kesehatan memberi manfaat” (4.44). Karena pernyataan tersebut positif maka
contoh setuju bahwa dengan membaca rubrik gizi dan kesehatan dapat menambah pengetahuan dan akan memperoleh manfaat informasi yang sangat beragam tersebut diterapkan. Contoh juga setuju bahwa “Informasi gizi dan kesehatan sesuai dengan kebutuhan” (3.81). Informasi kesehatan yang cocok untuk rentang usia dewasa muda adalah seputar diet dan perawatan tubuh (Nurrohmah 1998), karena pada periode ini dewasa muda dan remaja sedang menentukan model identifikasi berperilaku dan sangat tertarik untuk memperoleh bentuk tubuh ideal. Tabel 18 Skor rata-rata sikap contoh untuk setiap jenis pertanyaan sikap No. 1 2 3 4
5 6 7 8 9 10
Pernyataan sikap Rubrik gizi dan kesehatan memberi manfaat pada diri saya Informasi pada rubrik gizi dan kesehatan sesuai dengan kebutuhan saya Menurut saya frekuensi pemuatan informasi gizi dan kesehatan di media cetak masih kurang Kemudahan cara penerapan informasi gizi dan kesehatan meningkatkan minat saya untuk membaca lebih lanjut Saya tertarik untuk mencoba tips-tips kesehatan Kalimat-kalimat pada rubrik gizi dan kesehatan membosankan Saya tetap membaca rubrik gizi dan kesehatan walaupun banyak memakai istilah kedokteran Menurut saya isi rubrik gizi dan kesehatan sangat lemah untuk diyakini kebenarannya Saya selalu membaca rubrik gizi dan kesehatan yang saya temukan pada koran dan majalah Saya lebih tertarik pada rubrik lain daripada rubrik gizi dan kesehatan
Keterangan :
Laki-laki (n=31)
Perempuan (n=42)
Total (n=73)
4.42
4.45
4.44
3.71
3.88
3.81
2.00
2.12
2.07
3.90
4.10
4.01
4.03
4.05
4.04
2.84
3.40
3.16
3.65
3.71
3.68
3.42
3.62
3.53
3.23
3.62
3.45
2.74
3.45
3.15
Skor antara 1-5 Pernyataan positif = nomor 1-2, 4-5, 7 dan 9 Pernyataan negatif = nomor 3, 6, 8 dan 10
Pernyataan
“Saya
tertarik
untuk
mencoba
tips-tips
kesehatan”
menunjukkan rata-rata cukup tinggi yaitu 4.04. Kecenderungan contoh untuk setuju pada pernyataan tersebut menunjukkan pada dasarnya contoh bersikap positif pada informasi yang dimuat pada rubrik gizi dan kesehatan. Hal ini diperkuat dengan skor rata-rata jawaban contoh yang juga cukup tinggi untuk
pernyataan “Kemudahan cara penerapan informasi meningkatkan minat saya untuk membaca lebih lanjut” (4.01). Tips yang praktis dan mudah diterapkan meningkatkan keinginan pembaca untuk lebih dari sekedar membaca rubrik dan diharapkan berpengaruh pada perilaku sehat sehari-hari untuk memperoleh status kesehatan yang baik. Skor paling rendah (2.07) terdapat pada pernyataan “Frekuensi pemuatan informasi gizi dan kesehatan di media cetak masih kurang” dan karena pernyataan tersebut negatif maka contoh setuju pada pernyataan tersebut. Menurut contoh rubrik gizi dan kesehatan pada surat kabar, majalah maupun tabloid masih sedikit sehingga tidak mudah ditemukan. Hal ini mendukung alasan contoh yang tidak pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan yaitu tidak pernah menemukan rubrik yang dimaksud pada media cetak yang dibaca. “Kalimat-kalimat pada rubrik gizi dan kesehatan membosankan” adalah pernyataan negatif dengan skor rata-rata keseluruhan 3.16. Terdapat perbedaan skor cukup besar antara contoh laki-laki (2.84) dan perempuan (3.40) dimana contoh laki-laki cenderung setuju sedangkan contoh perempuan cenderung tidak setuju. Namun jika dikaitkan dengan pernyataan
“Saya
tetap membaca
walaupun banyak menggunakan istilah kedokteran”
yang menunjukkan skor
rata-rata cukup tinggi (3.68) dapat disimpulkan contoh menuntaskan membaca sampai akhir walaupun membosankan. Wahyuni (2007) menjelaskan bahasa yang baik ialah sesuai EYD, efektif, efisien, memperhatikan pilihan kata terutama istilah khusus di bidang kesehatan. Semakin menarik topik dan penyajian bahasanya, semakin tinggi keinginan pembaca untuk memanfaatkan informasi atau menyimpannya dengan asumsi akan digunakan di waktu tertentu. Skor rata-rata cukup tinggi terdapat pada pernyataan negatif “Isi rubrik gizi dan kesehatan sangat lemah untuk diyakini kebenarannya” (3.53). Skor cukup besar menunjukkan contoh cenderung tidak setuju bahwa isi rubrik tidak dapat dipercayai oleh pembaca, dengan kata lain contoh meyakini kebenaran informasi yang dibacanya. Media sangat tergantung pada isi pesan, digunakan untuk apa, dalam bentuk apa, siapa yang menyampaikan, siapa penerimanya dan sebagainya. Agar pesan dapat dipercaya dan akurat, maka harus didukung oleh data apalagi jika dilengkapi dengan data kualitatif (Topatimasang et al. 2005). Perbedaan skor rata-rata sikap cukup besar antara contoh laki-laki dan perempuan terdapat pada pernyataan “Saya lebih tertarik pada rubrik lain daripada rubrik gizi dan kesehatan”. Skor rata-rata contoh perempuan (3.45)
lebih besar daripada skor rata-rata contoh laki-laki (2.74), artinya contoh perempuan cenderung tidak setuju pada pernyataan tersebut. Contoh laki-laki lebih tertarik pada rubrik selain gizi dan kesehatan, hal ini memperkuat hasil sebelumnya bahwa contoh perempuan lebih menyukai rubrik gizi dan kesehatan. Jawaban
setuju
atau
tidak
setuju
terhadap
pertanyaan
sikap
memperlihatkan baik tidaknya sikap contoh terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Secara keseluruhan skor sikap berkisar antara 28-47 dengan rata-rata skor sikap 35.4. Tabel 19 menunjukkan sebagian besar contoh baik laki-laki (74.2%) dan perempuan (81.0%) memiliki sikap pada tingkat netral. Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan tingkat sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan Laki-laki n % 0 0.0 23 74.2 8 25.8 31 100.0 33.9 ± 3.1
Tingkat Sikap Positif (>40) Netral (32-40) Negatif (<32) Total Rata-rata ± sd p-value
Perempuan n % 4 9.5 34 81.0 4 9.5 42 100.0 36.4 ± 3.6 0.019
Total n % 4 5.5 57 78.1 12 16.4 73 100.0 35.4 ± 3.6
Contoh laki-laki yang memiliki sikap negatif menunjukkan proporsi cukup besar (25.8%), sedangkan pada contoh perempuan sikap negatif merupakan proporsi terkecil (9.5%) dari seluruh contoh. Dengan tidak satu pun contoh lakilaki yang memiliki sikap positif terhadap rubrik gizi dan kesehatan menunjukkan contoh perempuan mempunyai sikap yang lebih baik terhadap rubrik gizi dan kesehatan daripada contoh laki-laki. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nurrohmah (1998) yaitu kelompok konsumen wanita merupakan peminat mayoritas pada rubrik konsultasi kesehatan. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara sikap laki-laki dan perempuan (p<0.05). Sikap seseorang menentukan perilaku yang akan timbul dari orang tersebut terhadap objek. Memiliki sikap yang secara umum baik atau buruk terhadap sesuatu tidak berarti bahwa konsumen tersebut akan selalu merealisasikan
setiap
kemungkinan
sikap
sehubungan
dengan
objek
bersangkutan (Peter & Olson 1999). Sikap negatif akan menimbulkan perilaku yang negatif misalnya menolak, menjauhi, meninggalkan bahkan sampai merusak (Pranadji 1988). Sikap yang negatif terhadap media cetak tidak
membuat pembaca sampai membuang atau merusak medianya karena pada dasarnya contoh setuju bahwa informasi tersebut bermanfaat. Sikap negatif yang ditunjukkan oleh contoh laki-laki menunjukkan contoh laki-laki belum berminat untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan informasi baru mencapai tahap menambah pengetahuan saja. Sebaliknya sikap positif menunjukkan kecenderungan contoh untuk mengambil tindakan setelah membaca, misalnya mempraktekkan informasi atau sekedar berbagi informasi dengan orang lain. Sikap positif contoh perempuan diduga berkaitan dengan karakteristik perempuan yang lebih tertarik pada perawatan tubuh dan topik-topik seperti ini merupakan sebagian besar isi dari rubrik gizi dan kesehatan di media cetak. Perilaku Sehat Perilaku kesehatan dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan interaksi
individu
dengan
lingkungannya,
khususnya
yang
menyangkut
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono 2005). Daftar perilaku sehat mahasiswa dijawab oleh seluruh contoh penelitian walaupun tidak pernah membaca rubrik gizi dan kesehatan. Secara umum perilaku sehat contoh baik kelompok laki-laki maupun perempuan memiliki keragaman hampir sama. Sebaran contoh berdasarkan perilaku sehat sehari-hari disajikan pada Tabel 20. Tabel 20 Sebaran contoh berdasarkan perilaku sehat sehari-hari No 1
2
Perilaku
Laki-laki (n=44) %
Perempuan (n=44) %
Total (n=88) %
Sarapan Pagi Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah Makan makanan beragam (nasi,lauk pauk,sayur dan buah)
25.0 52.3 20.4 2.3
31.8 36.4 27.3 4.5
28.4 44.3 23.9 3.4
Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah
36.3 43.2 20.5 0.0
27.3 61.3 9.1 2.3
31.8 52.3 14.8 1.1
Tabel 20 (Lanjutan) No 3
4
5
6
7
8
9
10
Perilaku Minum air 8 gelas per hari Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah Olahraga Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah Merokok Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah Minum susu Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah Membaca label pada kemasan pangan Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah Minum suplemen vitamin dan mineral Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah Tidur 8 jam sehari Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah Cuci tangan dengan sabun Selalu (6-7 kali per minggu) Sering (3-5 kali per minggu) Jarang (< 2 kali) Tidak pernah Total
Laki-laki (n=44) %
Perempuan (n=44) %
Total (n=88) %
31.8 40.9 27.3 0.0
29.5 38.6 31.9 0.0
30.7 39.8 29.5 0.0
2.3 11.4 77.2 9.1
0.0 4.6 63.6 31.8
1.1 8.0 70.5 20.4
0.0 4.5 4.5 91.0
0.0 0.0 0.0 100.0
0.0 2.3 2.3 95.4
11.4 29.5 47.7 11.4
6.7 45.5 36.4 11.4
9.1 37.5 42.0 11.4
31.8 34.2 29.5 4.5
43.2 43.2 9.1 4.5
37.6 38.6 19.3 4.5
11.4 15.9 40.9 31.8
9.1 18.2 50.0 22.7
10.2 17.0 45.5 27.3
9.1 20.4 59.1 11.4
9.1 34.1 47.7 9.1
9.1 27.3 53.4 10.2
31.8 47.7 20.5 0.0 100.0
47.7 36.4 11.4 4.5 100.0
39.8 42.0 15.9 2.3 100.0
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui contoh cukup sering melakukan perilaku sarapan pagi, makan makanan beragam dan cuci tangan sebelum makan. Proporsi contoh laki-laki yang sering sarapan pagi lebih tinggi (52.3%) daripada contoh perempuan (36.4%), namun contoh perempuan menunjukkan proporsi frekuensi selalu (31.8%) dan sering (36.4%) hampir berimbang untuk perilaku tersebut. Frekuensi sering yang cukup tinggi menunjukkan contoh sudah memiliki kesadaran akan pentingnya sarapan pagi. Menurut Khomsan (2002) sarapan menyumbang sekitar 25 persen dari kebutuhan energi per hari. Sarapan bermanfaat menyediakan energi yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah sehingga normal dan meningkatkan produktifitas. Mahasiswa umumnya mempunyai aktifitas fisik cukup banyak setiap harinya yang memerlukan banyak energi, oleh karena itu untuk dapat melaksanakan kegiatannya dianjurkan untuk membiasakan diri sarapan pagi setiap hari. Proporsi contoh perempuan (61.3%) yang sering makan makanan beragam lebih besar daripada contoh laki-laki (43.2%), namun frekuensi contoh laki-laki (36.3%) yang selalu makan makanan beragam lebih besar daripada contoh perempuan (27.3%). Makanan yang beragam yang terdiri atas nasi, lauk pauk, sayur dan buah sangat bermanfaat bagi kesehatan karena zat gizi didalamnya akan saling melengkapi kebutuhan tubuh (Almatsier 2003). Hanya sebagian kecil (1.1%) dari seluruh contoh yang tidak pernah makan makanan beragam. Hal ini menunjukkan contoh sudah memiliki kesadaran bahwa makanan yang beragam penting untuk menunjang kesehatan dan produktivitas tubuh. Perilaku hidup sehat sangat erat kaitannnya dengan kebersihan pribadi (personal higiene). Kebersihan pribadi mencakup kebersihan bagian-bagian tubuh seperti rambut, kuku, tangan serta pakaian. Cara menjaga kebersihan yang dapat dilakukan oleh individu antara lain mencuci tangan dengan sabun. Secara umum persentase contoh yang selalu dan sering mencuci tangan dengan sabun menunjukkan proporsi cukup besar, masing-masing 39.8 persen dan 42.0 persen. Hal ini berarti contoh peduli dengan kebersihan pribadi terutama tangan, karena tangan berpotensi menjadi jalur masuknya kuman penyakit ke makanan yang dikonsumsi. Survey Health Service Programme tahun 2006 menemukan bahwa sabun telah sampai ke hampir setiap rumah di Indonesia, namun hanya sekitar tiga persen yang menggunakan sabun untuk cuci tangan. Proporsi jawaban jarang yang cukup besar ditunjukkan pada perilaku olahraga dan tidur delapan jam sehari. Olahraga merupakan salah satu cara
menjaga kesehatan dan menyalurkan hobi, namun sebagian besar contoh (70.5%) menyatakan jarang berolahraga. Hanya sebagian kecil (1.1%) contoh selalu berolahraga, bahkan tidak ada contoh perempuan yang selalu berolahraga. Hal ini diduga karena kesibukan akademik yang cukup tinggi membuat mahasiswa tidak mempunyai waktu untuk berolahraga. Lebih dari separuh contoh (53.4%) menyatakan jarang tidur delapan jam sehari padahal remaja memerlukan tidur 8-10 jam per hari (Hardinsyah 2004). Kebiasaan tidur larut malam dan jarang berolahraga oleh remaja adalah kebiasaan kurang baik jika dipandang dari sudut kesehatan. McKenzie et al. (2006) menjelaskan gabungan masa remaja dan masa dewasa muda merupakan merupakan salah satu titik kritis kesehatan dalam periode kehidupan manusia karena pada tahap ini banyak kepercayaan, sikap dan perilaku terkait kesehatan yang diadopsi dan diperkuat. Proporsi contoh yang menjawab jarang terbesar juga ditunjukkan pada perilaku minum suplemen vitamin dan mineral. Hanya 10.2 persen contoh yang selalu minum suplemen vitamin dan mineral. Hal ini diduga karena mahasiswa termasuk golongan remaja dan dewasa awal yang sedang berada pada puncak kesehatannya sehingga belum perlu mengkonsumsi suplemen vitamin maupun mineral untuk menunjang kesehatan. Merokok merupakan kebiasaan yang merugikan baik bagi pria maupun wanita. Gangguan yang dapat ditimbulkan dari kebiasaan merokok antara lain penyakit jantung, paru-paru, impotensi dan kanker (Depkes 2003). Untuk perilaku merokok, hampir seluruh contoh (95.4%) menyatakan tidak pernah merokok. Hanya sebagian kecil (4.5%) contoh laki-laki yang menyatakan sering merokok dan hal ini sejalan dengan hasil
Susenas tahun 1995 dan 2001 yang
menyatakan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin sedikit yang menjadi perokok (Jamal 2006). Seseorang dikatakan perokok jika selama ini telah menghisap minimal 100 batang rokok. Survei secara nasional tersebut juga menunjukkan hampir 70 persen perokok Indonesia mulai merokok sebelum usia 19 tahun. Perilaku sehat contoh dikategori menjadi tiga yaitu baik, sedang dan kurang. Tabel 21 menyajikan sebaran contoh berdasarkan tingkat perilaku sehat sehari-hari. Secara umum skor perilaku sehat berkisar antara 18-32 dengan ratarata skor 25.3. Sebagian besar contoh (72.7%) memiliki perilaku dalam kategori sedang. Hasil uji statistik tidak menunjukkan perbedaan perilaku yang signifikan antara laki-laki dan perempuan (p>0.05).
Tabel 21 Sebaran contoh berdasarkan tingkat perilaku sehat sehari-hari Laki-laki n % 6 13.6 32 72.7 6 13.6 44 100.0 25.2 ± 3.1
Tingkat Perilaku Baik (> 28) Sedang (22 - 28) Kurang (< 22) Total Rata-rata ± sd p-value
Perempuan n % 7 15.9 32 72.7 5 11.4 44 100.0 25.4 ± 2.9 0.697
Total n % 13 14.8 64 72.7 11 12.5 88 100.0 25.3 ± 3.0
Hubungan Antarvariabel Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan Karakteristik individu yang diduga berhubungan dengan pengetahuan gizi dan kesehatan adalah karakteristik akademik contoh yaitu lama studi, asal departemen dan IPK. Pengujian hubungan lama studi dan IPK contoh dengan pengetahuan contoh menggunakan korelasi Spearman, sedangkan hubungan antara asal departemen dengan pengetahuan menggunakan uji Chi Square. Tabel 22 menunjukkan hubungan antara lama studi contoh di IPB dengan pengetahuan gizi dan kesehatan. Tabel 22 Hubungan lama studi dengan pengetahuan gizi dan kesehatan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan
Lama studi Semester 4 Semester 6 n % n %
n
%
4 14 3 21
19.0 66.7 14.3 100.0
13 9 1 23
56.5 39.1 4.3 100.0
17 23 4 44
38.6 52.3 9.1 100.0
8 13 3 24
33.3 54.2 12.5 100.0
9 11 0 20
45.0 55.0 0 100.0
17 24 3 44
38.6 54.6 6.8 100.0
12 26.7 22 51.2 27 60.0 20 46.5 6 13.3 1 2.3 45 100.0 43 100.0 r = 0.286**, p-value = 0.008
34 47 7 88
38.6 53.4 8.0 100.0
Total
Laki-laki Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum Baik Sedang Kurang Total
Lebih dari separuh contoh (60.0%) pada semester empat memiliki tingkat pengetahuan pada tingkat sedang, sementara proporsi terbesar contoh pada semester enam (51.2%) memiliki pengetahuan yang baik. Secara umum seiring meningkatnya lama studi maka semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan contoh. Hasil uji korelasi Spearman menyatakan terdapat hubungan signifikan positif antara lama studi dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan contoh (p<0.05). Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan dapat diperoleh dari pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jenis pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi membuat sesorang semakin terbuka terhadap hal-hal baru karena semakin mudah menerima informasi yang diberikan (Pranadji 1988). Pernyataan ini mendukung hasil penelitian dengan semakin tinggi pendidikan formal yaitu dilihat dari lama studi contoh maka tingkat pengetahuan semakin baik. Berkaitan dengan pendidikan formal contoh, hubungan asal departemen contoh dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan disajikan pada Tabel 23. Tabel 23 Hubungan asal departemen dengan pengetahuan gizi dan kesehatan Pengetahuan Gizi dan Kesehatan
Departemen GIZ
IKK
Total
KPM
n
%
n
%
n
%
n
%
11 6 0 17
64.7 35.3 0.0 100.0
1 1 2 4
25.0 25.0 50.0 100.0
5 16 2 23
21.7 69.6 8.7 100.0
17 23 4 44
38.6 52.3 9.1 100.0
11 5 1 17
64.7 29.4 5.9 100.0
3 11 1 15
20.0 73.3 6.7 100.0
3 8 1 12
25.0 66.7 8.3 100.0
17 24 3 44
38.6 54.6 6.8 100.0
22 11 1 34
64.7 4 21.0 8 32.4 12 63.2 24 2.9 3 15.8 3 100.0 19 100.0 35 2 x = 16981**, p-value = 0.002
22.9 68.6 8.6 100.0
34 47 7 88
38.6 53.4 8.0 100.0
Laki-laki Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum Baik Sedang Kurang Total
Contoh dari Departemen GIZ umumnya (64.7%) memiliki pengetahuan pada tingkat baik, sedangkan mayoritas contoh dari Departemen IKK dan KPM
umumnya pada tingkat sedang (63.2% dan 68.6%). Latar belakang studi dapat meningkatkan pengetahuan dan paparan informasi contoh tentang gizi dan kesehatan. Semakin dekat latar belakang studi dengan bidang gizi dan kesehatan maka pengetahuan semakin baik. Hasil pengujian dengan Chi Square menunjukkan
asal
departemen
contoh
berhubungan
dengan
tingkat
pengetahuan gizi dan kesehatan (p<0.05). Pertanyaan pengetahuan gizi dan kesehatan dirancang tidak terlalu spesifik sehingga dapat dijawab oleh contoh dari departemen gizi maupun non gizi. Secara umum pengetahuan gizi dan kesehatan contoh dari departemen gizi lebih baik daripada contoh dari departemen non gizi. Sebagai salah satu lembaga pendidikan formal di bidang gizi Departemen GIZ mempunyai mandat untuk mengambangkan ilmu gizi dan aplikasinya di keluarga serta masyarakat. Keberhasilan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan akademik dinilai dari IPK. Variabel lain yang diduga berhubungan dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan adalah IPK contoh. Hubungan keduanya ditunjukkan pada Tabel 24. Tabel 24
Hubungan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dengan pengetahuan gizi dan kesehatan
Pengetahuan Gizi dan Kesehatan
Memuaskan
IPK Sangat memuaskan n %
Cumlaude n
%
n
%
Total
n
%
0 9 1 10
0.0 90.0 10.0 100.0
13 13 3 29
44.8 44.8 10.4 100.0
4 1 0 5
80.0 20.0 0.0 100.0
17 23 4 44
38.6 52.3 9.1 100.0
1 4 2 7
14.3 57.1 28.6 100.0
13 19 0 32
40.6 59.4 0.0 100.0
3 1 1 5
60.0 20.0 20.0 100.0
17 24 3 44
38.6 54.6 6.8 100.0
1 13 3 17
5.9 26 42.6 7 76.5 32 52.5 2 17.6 3 4.9 1 100.0 61 100.0 10 r = 0.363**, p-value = 0.01
70.0 20.0 10.0 100.0
34 47 7 88
38.6 53.4 8.0 100.0
Laki-laki Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum Baik Sedang Kurang Total
Pada kategori IPK memuaskan dan sangat memuaskan sebagian besar contoh memiliki pengetahuan pada tingkat sedang, sedangkan pada kategori cumlaude baik contoh laki-laki maupun perempuan umumnya contoh memiliki pengetahuan
baik.
Tabel
sebelumnya
menunjukkan
dengan
semakin
meningkatnya IPK contoh maka semakin baik pengetahuan gizi dan kesehatan contoh. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan hubungan positif sangat signifikan antara IPK contoh dengan tingkat pengetahuan (p<0.05).
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan adalah tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan, frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan dan tingkat kesukaan terhadap rubrik tersebut. Hubungan antara variabel bebas dengan persepsi diuji menggunakan korelasi Spearman. Pengetahuan merupakan faktor internal dari seseorang yang diduga
berhubungan
dengan
persepsi
tentang
suatu
objek.
Hubungan
pengetahuan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25
Hubungan pengetahuan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan Pengetahuan
Persepsi
Total
Kurang n %
Sedang n %
Baik n
%
n
%
0 2 1 3
0.0 66.7 33.3 100.0
2 12 3 17
11.8 70.6 17.6 100.0
1 9 1 11
9.1 81.8 9.1 100.0
3 23 5 31
9.7 74.2 16.1 100.0
0 3 0 3
0.0 100.0 0.0 100.0
6 13 3 22
27.3 59.1 13.6 100.0
1 14 2 17
5.9 82.3 11.8 100.0
7 30 5 42
16.7 71.4 11.9 100.0
0 5 1 6
0.0 8 20.5 2 83.3 25 64.1 23 16.7 6 15.4 3 100.0 39 100.0 28 r = - 0.015, p-value = 0.897
7.1 82.2 10.7 100.0
10 53 10 73
13.7 72.6 13.7 100.0
Laki-laki Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum Baik Sedang Kurang Total
Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat secara umum pada berbagai tingkat pengetahuan, mayoritas contoh memiliki persepsi pada tingkat sedang. Sebelumnya telah dijelaskan pengetahuan contoh berhubungan dengan tingkat pendidikan, karena tingkat pendidikan akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut, cara berpikir dan cara pandang bahkan persepsinya tentang suatu hal (Sumarwan 2004). Namun dari hasil pengujian dengan korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pengetahuan contoh dengan persepsi yang terbentuk (p>0.05). Hal ini dapat terjadi karena persepsi tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor internal seseorang. Menurut Kotler dan Armstrong (2001) persepsi dipengaruhi faktor stimulus dan faktor individu. Faktor stimulus antara lain karakteristik fisik dari objek dan sumber informasi. Faktor stimulus yang diduga berhubungan dengan persepsi contoh terhadap rubrik gizi dan kesehatan adalah frekuensi membaca dan tingkat kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Hubungan frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan disajikan pada Tabel 26. Tabel 26 Hubungan frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan Tingkat persepsi
Frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan Jarang
Total
Sedang n %
Sering n %
n
%
n
%
2 20 5 27
7.4 74.1 18.5 100.0
0 3 0 3
0.0 100.0 0.0 100.0
1 0 0 1
100.0 0.0 0.0 100.0
3 23 5 31
9.7 74.2 16.1 100.0
6 21 4 31
19.4 67.7 12.9 100.0
0 7 1 8
0.0 87.5 12.5 100.0
1 2 0 3
33.3 66.7 0.0 100.0
7 30 5 42
16.7 71.4 11.9 100.0
8 41 9 58
13.8 0 0.0 2 70.7 10 90.9 2 15.5 1 9.1 0 100.0 11 100.0 4 r = 0.087, p-value = 0.462
50.0 50.0 0.0 100.0
10 53 10 73
13.7 72.6 13.7 100.0
Laki-laki Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum Baik Sedang Kurang Total
Secara umum pada frekuensi yang berbeda mayoritas contoh memiliki persepsi di tingkat sedang. Contoh laki-laki yang membaca pada frekuensi diatas sembilan kali memiliki persepsi baik. Hasil uji korelasi Spearman menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan dengan tingkat persepsi contoh (p>0.05). Hal ini berarti dengan semakin meningkatnya frekuensi membaca tidak selalu persepsi menjadi lebih baik. Hasil uji statistik yang menyatakan tidak ada hubungan antara frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan dengan tingkat persepsi contoh menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang lebih berhubungan dengan persepsi contoh misalnya tingkat kesukaan. Tabel 27 menyajikan hubungan antara tingkat kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan persepsi. Pada berbagai tingkat kesukaan contoh terhadap rubrik gizi dan kesehatan umumnya contoh memiliki persepsi sedang. Kecenderungan serupa terlihat pada contoh laki-laki maupun perempuan. Tabel 27 Hubungan tingkat kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan Tingkat kesukaan Persepsi
Total
Tidak suka n %
Biasa n %
Suka n
%
n
%
1 12 4 17
5.9 70.6 23.5 100.0
1 7 1 9
11.1 77.8 11.1 100.0
1 4 0 5
20.0 80.0 0.0 100.0
3 23 5 31
9.7 74.2 16.1 100.0
1 9 2 12
8.3 75.0 16.7 100.0
2 8 2 12
16.7 66.7 16.7 100.0
4 13 1 18
22.2 72.2 5.6 100.0
7 30 5 42
16.7 71.4 11.9 100.0
2 21 6 29
6.9 3 14.3 5 72.4 15 71.4 17 20.7 3 14.3 1 100.0 21 100.0 23 r = 0.249*, p-value = 0.034
21.7 73.9 4.4 100.0
10 53 10 73
13.7 72.6 13.7 100.0
Laki-laki Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum Baik Sedang Kurang Total
Contoh laki-laki memiliki tingkat persepsi lebih baik daripada contoh perempuan, hal ini ditunjukkan oleh tidak satu pun contoh yang suka terhadap rubrik gizi dan kesehatan memiliki persepsi kurang. Semakin contoh menyukai
rubrik gizi dan kesehatan maka semakin baik persepsinya terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Hasil uji korelasi Spearman memperlihatkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kesukaan dengan persepsi contoh (p<0.05). Diantara ketiga variabel yang diduga berhubungan dengan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan, tingkat kesukaan contoh paling menentukan persepsi yang terbentuk dibanding faktor-faktor lainnya. Persepsi dipengaruhi oleh pengalaman (Rahmat 2005) dan kesukaan terbentuk karena pengalaman pribadi. Jika seseorang menyukai sesuatu maka terdapat kecenderungan orang tersebut akan memiliki persepsi lebih baik.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Sikap terhadap Rubrik Gizi dan Kesehatan Variabel yang diduga berhubungan dengan sikap contoh adalah pengetahuan gizi dan kesehatan dan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan.
Hasil
pengujian
dengan
korelasi
Spearman
menunjukkan
kecenderungan dengan meningkatnya kedua variabel bebas tersebut, maka akan semakin positif pula sikap contoh baik laki-laki maupun perempuan terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Tabel 28
Hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan dengan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan
Sikap
Kurang n %
Pengetahuan Sedang n %
n
%
n
%
0 2 1 3
0.0 66.7 33.3 100.0
0 11 6 17
0.0 64.7 35.3 100.0
0 10 1 11
0.0 90.9 9.1 100.0
0 23 8 31
0.0 74.2 25.8 100.0
0 1 2 3
0.0 33.3 66.7 100.0
2 18 2 22
9.1 81.8 9.1 100.0
2 15 0 17
11.8 88.2 0.0 100.0
4 34 4 42
9.5 81.0 9.5 100.0
0 3 3 6
0.0 2 5.1 2 50.0 29 74.4 25 50.0 8 20.5 1 100.0 39 100.0 28 r = 0.309**, p-value = 0.008
7.1 89.3 3.6 100.0
4 57 12 73
5.5 78.1 16.4 100.0
Total
Baik
Laki-laki Positif Netral Negatif Total Perempuan Positif Netral Negatif Total Umum Positif Netral Negatif Total
Pada tingkat pengetahuan sedang dan baik, sebagian besar contoh memiliki sikap pada tingkat netral (Tabel 28). Contoh perempuan memiliki sikap lebih baik terhadap rubrik gizi kesehatan daripada contoh laki-laki, hal ini ditunjukkan dengan tidak satu pun contoh laki-laki yang memilki sikap positif. Secara umum seiring dengan meningkatnya pengetahuan contoh, maka sikap contoh terhadap rubrik gizi dan kesehatan menjadi lebih positif. Hubungan yang positif antarvariabel diduga karena pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang telah dimiliki sebelumnya merupakan dasar untuk menentukan tindakan yang akan diambil seputar kesehatan. Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap yang terbentuk (p<0.05). Persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan merupakan salah satu variabel yang diduga berhubungan dengan sikap contoh. Pada berbagai tingkat persepsi contoh laki-laki maupun perempuan, sebagian besar contoh memiliki sikap pada tingkat netral (Tabel 29). Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan signifikan antara persepsi contoh dengan sikap yang terbentuk (p<0.05). Tabel 29
Hubungan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan
Sikap
Kurang n %
Persepsi Sedang n %
n
%
n
%
0 3 2 5
0.0 60.0 40.0 100.0
0 17 6 23
0.0 73.9 26.1 100.0
0 3 0 3
0.0 100.0 0.0 100.0
0 23 8 31
0.0 74.2 25.8 100.0
0 4 1 5
0.0 80.0 20.0 100.0
2 25 3 30
6.7 83.3 10.0 100.0
2 5 0 7
28.6 71.4 0.0 100.0
4 34 4 42
9.5 81.0 9.5 100.0
0 7 3 10
0.0 2 3.8 2 70.0 42 79.2 8 30.0 9 17.0 0 100.0 53 100.0 10 r = 0.283*, p-value = 0.015
20.0 80.0 0.0 100.0
4 57 12 73
5.5 78.1 16.4 100.0
Total
Baik
Laki-laki Positif Netral Negatif Total Perempuan Positif Netral Negatif Total Umum Positif Netral Negatif Total
Baik contoh laki-laki maupun perempuan menunjukkan bahwa dengan semakin tinggi tingkat persepsi maka sikap yang terbentuk akan semakin baik. Pembentukan persepsi merupakan komponen sikap yang terdiri dari perasaan seperti suka atau tidak suka, setuju dan tidak setuju. Persepsi merupakan proses dimana individu diekspos untuk menerima informasi, memperhatikan informasi tersebut dan memahaminya. Pada tahap ini terjadi proses aktif berfikir sehingga menimbulkan
tanggapan
sehingga
komponen
kognitif
dari
sikap
dapat
menggambarkan persepsi terhadap suatu objek (Sumarwan 2004). Persepsi seseorang yang baik mengenai suatu objek, dalam hal ini terhadap rubrik gizi dan kesehatan memunculkan sikap yang positif terhadap rubrik tersebut. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Sehat Perilaku terbentuk melalui suatu proses tertentu dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang memegang peranan dalam pembentukan perilaku dapat dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Dalam penelitian ini, karakteristik pribadi yang diduga berhubungan dengan perilaku sehat contoh sehari-hari adalah uang saku per bulan dan tingkat pengetahuan. Tabel 30 menyajikan hubungan uang saku dengan perilaku sehat. Tabel 30 Hubungan uang saku per bulan dengan perilaku sehat Perilaku Sehat
Uang saku per bulan Rendah Sedang Tinggi n % n % n %
n
%
0 7 2 9
0.0 77.8 22.2 100.0
1 19 2 22
4.5 86.4 9.1 100.0
5 6 2 13
38.5 46.1 15.4 100.0
6 32 6 44
13.6 72.8 13.6 100.0
0 10 2 12
0.0 83.3 16.7 100.0
6 19 2 27
22.2 70.4 7.4 100.0
1 3 1 5
20.0 60.0 20.0 100.0
7 32 5 44
15.9 72.7 11.4 100.0
0 17 4 21
0.0 7 14.3 6 81.0 38 77.5 9 19.0 4 8.2 3 100.0 49 100.0 18 r = 0.235*, p-value = 0.028
33.3 50.0 16.7 100.0
13 64 11 88
14.8 72.7 12.5 100.0
Total
Laki-laki Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum Baik Sedang Kurang Total
Secara umum pada berbagai tingkat uang saku per bulan umumnya contoh memiliki perilaku sehat pada tingkat sedang. Proporsi contoh laki-laki yang memiliki uang saku tinggi dan berperilaku sehat baik lebih besar daripada contoh perempuan pada kategori serupa. Pada kategori uang saku rendah tidak satu pun contoh baik laki-laki maupun perempuan yang berperilaku baik. Seiring meningkatnya uang saku contoh per bulan maka semakin baik perilaku contoh. Hal ini diduga karena dengan uang saku yang cukup contoh lebih mungkin untuk menerapkan perilaku hidup sehat yaitu melakukan berbagai aktivitas yang menunjang kesehatannya misalnya
makan-makanan beragam, minum susu,
mengkonsumsi suplemen dan sebagainya. Kategori uang saku per bulan menunjukkan hubungan yang signifikan positif dengan perilaku sehat contoh (p<0.05). Perilaku sehat mencakup serangkaian aktivitas seperti makan teratur, melakukan olahraga secara teratur, tidur yang cukup, menghindari rokok, melakukan aktivitas seksual yang sehat dan aman, serta mencari pertolongan medis segera bila merasakan ada tanda atau gejala dini dari suatu kondisi penyakit tertentu (Elvira 2005). Untuk mencapai perilaku sehat yang baik termasuk di dalamnya perilaku makan ditentukan oleh faktor ekonomi. Bagi mahasiswa, dengan uang saku yang cukup lebih memungkinkan untuk memperoleh pangan yang lebih baik. Pendapatan rendah merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan beragam. Hal ini sejalan dengan pernyataan Hardinsyah (2007) yaitu kelompok orang yang berpendapatan lebih tinggi mungkin memiliki pengalaman gizi yang lebih baik daripada kelompok berpendapatan rendah. Hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan dengan perilaku sehat contoh disajikan pada Tabel 31. Proporsi terbesar contoh pada berbagai tingkat pengetahuan memiliki perilaku pada tingkat sedang dan kecenderungan serupa terlihat pada kedua jenis kelamin. Tidak terdapat kecenderungan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku contoh. Keadaan ini menggambarkan dengan semakin meningkatnya pengetahuan contoh, perilaku sehat sehari-hari contoh tidak selalu menjadi lebih baik. Artinya walaupun contoh memiliki pengetahuan tentang gizi dan kesehatan dan menyadari manfaatnya, contoh tidak sepenuhnya menerapkan informasi yang dimiliki tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil uji korelasi Spearman
menunjukkan tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku sehat contoh (p>0.05).
Tabel 31 Hubungan pengetahuan gizi dan kesehatan dengan perilaku sehat Perilaku Sehat
Kurang n %
Pengetahuan Sedang n %
Total
Baik n
%
n
%
Laki-laki Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum Baik Sedang Kurang Total
1 2 1 4
25.0 50.0 25.0 100.0
2 19 2 23
8.7 82.6 8.7 100.0
3 11 3 17
17.6 64.8 17.6 100.0
6 32 6 44
13.6 72.7 13.6 100.0
0 3 0 3
0.0 100.0 0.0 100.0
4 18 2 24
16.7 75.0 8.3 100.0
3 11 3 17
17.6 64.8 17.6 100.0
7 32 5 44
15.9 72.7 11.4 100.0
1 5 1 7
14.3 6 12.8 6 71.4 37 78.7 22 14.3 4 8.5 6 100.0 47 100.0 34 r = - 0.025, p-value = 0.820
17.6 64.8 17.6 100.0
13 64 11 88
14.8 72.7 12.5 100.0
Semakin tinggi tingkat pengetahuan gizi seseorang diharapkan semakin baik pula perilaku sehat sehari-harinya. Tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan contoh dengan perilaku sehat ini tidak sejalan dengan pernyataan Irawati et al. (1992) yaitu tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi. Mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang memiliki aktivitas tinggi sehingga seringkali lebih mengutamakan faktor kepraktisan daripada penerapan pengetahuannya. Apalagi mengingat status IPB sebagai
salah
satu
perguruan
tinggi
besar
dan
favorit
di
Indonesia
mengharuskan banyak mahasiswa yang tinggal terpisah dari orang tuanya sehingga harus mandiri mengurusi keperluannya termasuk soal perilaku makan. Selain alasan yang dijelaskan di atas, berdasarkan hasil penelitian uang saku contoh berhubungan positif dengan perilaku sehat. Semakin tinggi uang saku contoh maka perilaku yang ditunjukkan semakin baik, begitu pula sebaliknya. Jika dikaitkan dengan pengetahuan, pengetahuan yang baik atau keinginan untuk menerapkan pengetahuan akan sulit diaplikasikan jika terdapat keterbatasan uang saku. Faktor media cetak yaitu rubrik gizi dan kesehatan pada khususnya diduga
berhubungan
dengan
perilaku
sehat
mahasiswa
sehari-hari.
Sebagaimana dijelaskan Notoatmodjo (2007), promosi kesehatan tidak dapat lepas dari media massa karena dapat dijadikan salah satu faktor pendorong dapat mengambil tindakan tepat untuk berperilaku sehat. Melalui media, pesanpesan yang disampaikan lebih menarik dan dipahami sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya yakni perilaku yang positif. Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui melalui persepsi (Notoatmodjo 2007). Secara umum pada berbagai tingkat persepsi, mayoritas contoh memiliki perilaku pada tingkat sedang (Tabel 32). Terdapat kecenderungan dengan semakin positif sikap contoh maka perilaku semakin baik, namun hasil uji korelasi Spearman menunjukkan tidak terdapat hubungan antara variabel persepsi dengan perilaku contoh (p>0.05). Hal ini berarti semakin membaiknya persepsi contoh tidak selalu meningkatkan perilaku sehat menjadi lebih baik. Tabel 32
Hubungan persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan perilaku sehat Kurang n %
Persepsi Sedang n %
n
%
n
%
Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum
0 4 1 5
0.0 80.0 20.0 100.0
4 16 3 23
17.4 69.6 13.0 100.0
1 2 0 3
33.3 66.7 0.0 100.0
5 22 4 31
16.1 71.0 12.9 100.0
0 4 1 5
0.0 80.0 20.0 100.0
4 23 3 30
13.3 76.7 10.0 100.0
2 4 1 7
28.6 57.1 14.3 100.0
6 31 5 42
14.3 73.8 11.9 100.0
Baik Sedang Kurang Total
0 8 2 10
0.0 8 15.1 3 80.0 39 73.6 6 20.0 6 11.3 1 100.0 53 100.0 10 r =0.202, p-value = 0.087
30.0 60.0 10.0 100.0
11 53 9 73
15.1 72.6 12.3 100.0
Perilaku Sehat
Total
Baik
Laki-laki
Tabel 33 menunjukkan hubungan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan perilaku sehat contoh sehari-hari. Pada berbagai tingkat sikap contoh, proporsi terbesar contoh memiliki perilaku pada tingkat sedang. Semakin positif tingkat sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan maka semakin baik
perilaku sehat contoh. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan signifikan positif antara sikap contoh dengan perilaku sehat contoh (p<0.05). Tabel 33
Hubungan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan perilaku sehat
Perilaku Sehat
Sikap Netral
Negatif n %
n
%
0 6 2 8
0.0 75.0 25.0 100.0
5 16 2 23
0 4 0 4
0.0 100.0 0.0 100.0
4 25 5 34
0 10 2 12
Total
Positif n %
n
%
21.7 69.6 8.7 100.0
0 0 0 0
0.0 0.0 0.0 0.0
5 22 4 31
16.1 71.0 12.9 100.0
11.8 73.5 14.7 100.0
2 2 0 4
50.0 50.0 0.0 100.0
6 31 5 42
14.3 73.8 11.9 100.0
0.0 9 15.8 2 83.3 41 71.9 2 16.7 7 12.3 0 100.0 57 100.0 4 r = 0.240*, p-value = 0.041
50.0 50.0 0.0 100.0
11 53 9 73
15.1 72.6 12.3 100.0
Laki-laki Baik Sedang Kurang Total Perempuan Baik Sedang Kurang Total Umum Baik Sedang Kurang Total
Berbagai
literatur
psikologi
dari
penelitian-penelitian
perilaku
membuktikan bahwa sikap adalah peramal penting dari perilaku, kecenderungan berperilaku, dan faktor yang menjelaskan variasi perilaku (Kotchen & Reiling 2000 diacu dalam Mostafa 2007). Proses perilaku diawali dengan pembentukan kesan, kemudian melakukan penilaian berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Proses penilaian ini merupakan salah satu komponen sikap yang terdiri dari perasaan atau emosi terhadap objek aktual seperti suka atau tidak suka, setuju dan tidak setuju. Sikap terhadap objek menunjukkan kecenderungan berperilaku kemudian menjadi tindakan nyata atau perilaku psikomotorik. Hubungan yang signifikan antara faktor media cetak, terutama sikap contoh terhadap rubrik gizi dan kesehatan dengan perilaku sehat mahasiswa berkaitan dengan tingkat pendidikan. Hardinsyah (2007) menyatakan semakin tinggi pendidikan seseorang maka aksesnya terhadap media massa juga
semakin tinggi, berarti akses terhadap informasi gizi dan kesehatan semakin tinggi pula. Keeratan hubungan yang rendah antara pengetahuan gizi dan kesehatan, persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan di media cetak dengan perilaku sehat contoh menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang juga berhubungan dengan perilaku sehat contoh sehari-hari. Hardinsyah (2007) menyebutkan selain pendidikan gizi dan paparan media massa, faktor pengalaman gizi diduga berpengaruh terhadap pengetahuan gizi yang pada akhirnya berimplikasi pada perilaku makan pada khususnya dan perilaku sehat pada umumnya. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung atau tidak langsung, Notoatmodjo (2007) menegaskan aktivitas manusia itu sendiri mempunyai bentangan yang luas dan sangat tergantung stimulus. Wahyuni (2007) menyatakan pembaca tabloid kesehatan tidak sekedar membaca informasi kesehatan tapi juga memanfaatkan informasi tersebut. Adapun perilaku yang tampak dalam usaha pembaca untuk menerapkan informasi kesehatan misalnya makan teratur, istirahat teratur, olahraga teratur dan menjaga lingkungan sehat. Namun keberhasilan yang diharapkan bila menggunakan media massa untuk promosi kesehatan harus realistis. Ewles dan Simnet (1994) menerangkan bahwa kekuatan persuasi langsung media massa sangat terbatas sehingga mengharapkan media massa saja dapat mengubah perilaku kesehatan jangka panjang merupakan hal yang mustahil. Menurut UNICEF (2002) sedikitnya ada lima hal yang menyebabkan pesan kesehatan tidak selalu mencapai hasil yang diharapkan dan pada kelompok mahasiswa pesan kesehatan tidak dipraktekkan karena berbagai alasan misalnya masalah kepraktisan, keengganan dan tidak tersedianya sarana penunjang.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Contoh adalah mahasiswa FEMA IPB semester empat dan enam dengan proporsi hampir berimbang. Usia contoh berkisar antara 18-22 tahun dengan lebih dari separuh contoh berusia 20 tahun. Uang saku contoh berkisar antara Rp 250.000 sampai Rp 3.000.000 per bulan dan lebih dari separuh contoh memiliki uang saku pada tingkat sedang. Rata-rata Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) contoh yaitu 3.10 dengan lebih dari separuh contoh berada pada kategori IPK sangat memuaskan. Tidak terdapat perbedaan antara contoh laki-laki dan perempuan untuk variabel uang saku dan IPK. Lebih dari separuh contoh memiliki pengetahuan gizi dan kesehatan pada kategori sedang. Tidak terdapat perbedaan pengetahuan antara contoh laki-laki dan perempuan. Variabel yang berhubungan positif dengan tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan contoh adalah dengan karakteristik akademik yaitu lama studi, IPK dan asal departemen. Rubrik gizi dan kesehatan di media cetak merupakan rubrik yang cukup disukai oleh contoh perempuan, sedangkan contoh laki-laki lebih menyukai rubrik olahraga. Sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan pernah membaca rubrik tersebut dalam tiga bulan terakhir dengan frekuensi kurang dari empat kali. Frekuensi membaca media cetak berbeda antara contoh laki-laki dan perempuan, namun frekuensi membaca rubrik gizi dan kesehatan tidak berbeda antar jenis kelamin. Sebagian besar contoh memiliki persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan di media cetak pada tingkat sedang dan tidak terdapat perbedaan persepsi antara contoh laki-laki dan perempuan. Persepsi berhubungan positif dengan tingkat kesukaan terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Sebagian besar contoh memiliki sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan di media cetak pada tingkat netral dan terdapat perbedaan sikap antara contoh laki-laki dan perempuan. Sikap berhubungan positif dengan pengetahuan gizi dan kesehatan serta persepsi terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Sebagian besar contoh baik laki-laki maupun perempuan memiliki perilaku sehat pada tingkat sedang. Contoh cukup sering melakukan perilaku sarapan pagi, makan makanan beragam dan cuci tangan sebelum makan. Tidak terdapat perbedaan antara kedua kelompok jenis kelamin. Perilaku sehat
berhubungan positif dengan uang saku contoh dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Saran Pihak institusi IPB perlu menyediakan lebih banyak majalah dinding di sekitar
kampus
untuk
meningkatkan
minat
baca
mahasiswa
serta
memaksimalkan Koran Kampus sebagai penyedia informasi seputar akademik maupun informasi umum lainnya seperti kesehatan. Sesekali institusi IPB perlu mengadakan kegiatan-kegiatan yang meningkatkan kesadaran mahasiswa untuk hidup lebih sehat, misalnya dengan olahraga bersama. Bagi pihak media terutama yang mengasuh rubrik-rubrik gizi dan kesehatan perlu meningkatkan frekuensi pemuatan serta melangkapinya dengan data-data kualitatif dan kuantitatif untuk meningkatkan kepercayaan pembaca. Materi kesehatan yang cocok ditampilkan bagi mahasiswa adalah ajakan untuk berperilaku hidup lebih sehat misalnya dengan berolahraga, meningkatkan konsumsi susu dan makan makanan beragam.
DAFTAR PUSTAKA Almatsier S. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Andri J. 2007. Pengetahuan gizi dan sanitasi serta kebiasaan makan mahasiswa IPB yang pernah terserang penyakit tifus [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2007. Masa Depan Kertas: Makin Murahnya Cetak Digital hingga Paperless [terhubung berkala] http://www.fgdexpo.com/news/press4.doc [21 Desember 2007] Anonim. 2007. Pemerintah Ajak Semua Kalangan Dukung Perilaku Sehat [terhubung berkala] http://www.depkominfo.go.id [27 Februari 2008] Anonim. 2007. Koran [terhubung berkala] http://id.wikipedia.org/wiki/Koran [27 Februari 2008] Anonim. 2008. Pendidikan Formal [terhubung http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_formal [25 juni 2008]
berkala]
Ardianto A, Erdinaya LK. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. Beaudoin P, Lachance MJ. 2006. Determinants of Adolescents Brand Sensitivity to Clothing. Family and Consumer Sciences Research Journal, Vol. 34, No. 4, Juni 2006: 312-331 Cangara H. 1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Chan SM, Sam TT. 2006. Analisis SWOT Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. De Fleur ML, Ball-Rokeach S. 1982. Theories of Mass Comunication, 4th ed. New York: Longman Inc. Depkes RI. 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Jakarta. Djaali H, Muljono P. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta. Effendy OU. 2002. Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. Elvira SD. 2005. Kesehatan Jiwa Cermin Kesehatan Individu [terhubung berkala] http:// www.kompas.com/kompas-cetak/0510/07/kesehatan/2107712.htm [1 Maret 2008] Engel JF, Blackwell RD, Miniard PW. 1994. Perilaku Konsumen (6th ed). Jilid 1. Fx Budiyanto, penerjemah. Jakarta: Binarupa Aksara. Ewles L, Simnett I. 1994. Promosi Kesehatan: Petunjuk Praktis. Edisi Ke-2. Emilia O, penerjemah. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Gunarsa SD, Gunarsa YSD. 1991. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Gunawan A. 1999. Food Combaining: Kombinasi Makanan Serasi Pola Makan untuk Langsing dan Sehat. Jakarta: Gramedia. Hardinsyah. 2004. Kiat Sehat dan Bugar Berpuasa untuk Meningkatkan Mutu Ibadah. Klinik Konsultasi Gizi dan Klub Diet Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Bogor: Institut Pertanian Bogor. -----------------. 2007. Review faktor determinan keragaman konsumsi pangan. Jurnal Gizi dan Pangan Volume 2 (Nomor 2) Juli 2007: 55-74. Hasan I. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hersey
P, Blanchard KH. 1982. Manajemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumberdaya Manusia. Dharma A, penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Irawati A, Damanhuri, Fachrurozi. 1992. Pengetahuan Gizi Murid SD dan SLTP di Kotamadya Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Jamal S. 2006. Pria Desa Berpendidikan Rendah, Perokok Terbanyak. [terhubung berkala]. http://www.pdpersi.co.id [12 Mei 2008] Khomsan A. 2000. Teknik Pengukuran Pengetahuan Gizi [Diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. -----------------. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. ------------------. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Gramedia Widyasarana Indonesia. Kotler P, Armstrong G. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran. Jilid 1. (D. Sihombing). Jakarta: Penerbit Erlangga. McKenzie JF, Pinger RR, Kotecki JE. 2006. Kesehatan Masyarakat: Suatu Pengantar. Utami A, Hippy N dan Nurlinawati I, penerjemah). Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. McQuail D. 1987. Teori Komunikasi Massa, Edisi Ke-2. Dharma A dan Ram A, penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mostafa MM. 2007. Gender differences in Egyptian consumers’ green purchase behaviour: the effects of environmental knowledge, concern and attitude. International Journal of Consumer Studies 31 (2007): 220-229. Mowen JC, Minor M. 2002. Perilaku Konsumen. Jilid 1. Salim L, penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Notoatmodjo S. 1993. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Andi Ofset. -------------------------. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Nurrohmah. 1998. Materi konsultasi gizi dan klaim iklan makanan di majalah dan tabloid nasional [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Peter JP, Olson JC. 1999. Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran. Edisi ke4. Sihombing D, penerjemah. Jakarta: Penerbit Erlangga. Pranadji DK. 1988. Pendidikan Gizi (Proses Belajar Mengajar) [diktat]. Bogor: Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Rachman B. 2006. Pers Sebagai Satu Industri. [terhubung http://www.majalahkonstan.com [21 Desember 2007]
berkala].
Rakhmat J. 2005. Psikologi Komunikasi. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. Sani A. 2007. Penatalaksanaan Penyakit Jantung dan Stroke Secara baik dan Benar. Di dalam: Seminar Hipertensi, Hiperkolesterol, Hiperglikemia. Bogor, 1 Desember 2007. Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Institut Pertanian Bogor, 2007. Hlm 1-22 Sarwono S. 2005. Sosiologi Kesehatan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Schiffman LG, Kanuk LL. 2004. Consumer Behaviour (8th ed). New Jersey: Pearson Prentice Hall. Sianipar F. 2002. Pengaruh rubrik masakan dalam media cetak wanita terhadap perubahan keragaman pangan dan konsumsi produk peternakan (Kasus di Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa timur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Singarimbun M, Effendi S. 1989. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Siswanti. 2007. Hubungan body image dengan perilaku makan, perilaku sehat, status gizi dan kesehatan mahasiswa [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Soejoeti SZ. 2005. Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya [terhubung berkala] http://www.kalbe.co.id [1 Maret 2008] Sudijono A. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Supriyanti. 2006. Hubungan majalah terhadap perilaku remaja (Kasus: Siswasiswi SLTP 1 Darmaga, Kabupaten Bogor, Pripinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Suryono, Khomsan A, Setiawan B, Martianto D, Sukandar D. 2007. Pengaruh pemberian susu terhadap IMT dan kepadatan tulang punggung remaja pria. Di dalam Jurnal Gizi dan Pangan Vol. 2, no 1. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia, Institut pertanian Bogor. Topatimasang R, editor. 2005. Sehat Itu Hak: Panduan Advokasi Kebijakan Kesehatan Masyarakat. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia Press. Tubbs SL, Moss S. 2002. Human Communication: Konteks-Konteks Komunikasi. D Mulyana dan Gembirasari, penerjemah. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya. Ulya ED. 2004. Kebiasaan membaca majalah bidang peternakan dan hubungannya dengan karakteristik mahasiswa [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Bogor: Ghalia Indonesia. UNICEF. 2002. Pedoman Hidup Sehat. UNICEF, New York. Wahyuni ES. 2007. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pembaca dalam memperoleh informasi gaya hidup sehat (Studi kasus pembaca Tabloid Senior di Kecamatan Bogor Utara) [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. WHO. 1992. Pendidikan Kesehatan: Pedoman Pelayanan Kesehatan Dasar. Tjitarsa IB, penerjemah. Bali: Penerbit Universitas Udayana.
Lampiran 1. Uji Reliabilitas dan Validitas. Uji Reliabilitas Pada penelitian ini pengukuran persepsi dan sikap menggunakan instrumen yang dibuat oleh peneliti berdasarkan berbagai instrumen penelitian sejenis sebelumnya. Pengujian kuesioner dilakukan pada 10 orang responden. Item pertanyaan tentang persepsi sebanyak 15 buah dan sikap sebanyak 10 buah.
Skala
pengkuran
ordinal
sehingga
perhitungan
reliabilitasnya
menggunakan koefisien reliabilitas alpha cronbach. Adapun koefisien reliabilitas item pertanyaan persepsi adalah 0.774, sedangkan koefisien reliabilitas item pertanyaan sikap adalah 0.756. Nilai alpha cronbach lebih besar dari nilai kritik r tabel (0.632) maka dapat disimpulkan bahwa item-item pertanyaan tersebut cukup reliabel untuk menentukan persepsi dan sikap responden terhadap rubrik gizi dan kesehatan. Uji Validitas Peneliti juga melakukan uji validitas terhadap instrumen yang akan digunakan. Uji validitas yang digunakan adalah uji item analisis yang berarti uji validasi internal dengan menggunakan uji korelasi antara masing-masing pertanyaan dengan skor total pertanyaan. Hasil uji korelasi terhadap item-item pertanyaan
persepsi
menunjukkan
bahwa
antara
masing-masing
item
berhubungan signifikan dengan skor total dan koefisien korelasi berkisar antara 0.264–0.841. Koefisien korelasi untuk item pertanyaan sikap berkisar antara 0.205–0.787. Hal ini menunjukkan item-item pertanyaan tersebut cukup valid untuk menentukan persepsi dan sikap terhadap rubrik gizi dan kesehatan.