PENGETAHUAN, PERSEPSI, SIKAP, DAN PERILAKU MEMBACA LABEL INFORMASI GIZI PADA MAHASISWA
NENNY VINI MEDIANI
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengetahuan, Persepsi, Sikap, dan Perilaku Membaca Label Informasi Gizi pada Mahasiswa adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014
Nenny Vini Mediani NIM I24100009
Pelimpahan hak atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
ABSTRAK NENNY VINI MEDIANI. Pengetahuan, Persepsi, Sikap, dan Perilaku Membaca Label Informasi Gizi pada Mahasiswa. Dibimbing oleh MEGAWATI SIMANJUNTAK. Label informasi gizi merupakan label yang memuat informasi mengenai kandungan gizi di dalam produk pangan yang menjadi media sangat penting untuk mentransfer informasi mengenai karakteristik dari suatu produk pangan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh karakteristik individu, karakteristik keluarga, pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa Strata Satu (S1) Institut Pertanian Bogor. Disain penelitian ini menggunakan cross sectional study dengan metode survei yang dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Penelitian ini melibatkan 400 mahasiswa IPB yang dipilih dengan menggunakan teknik multistage random sampling dengan lapis jenis kelamin. Terdapat perbedaan nyata antara responden laki-laki dan perempuan dalam hal pengetahuan, sedangkan persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi tidak berbeda nyata. Sikap berpengaruh nyata terhadap perilaku membaca label informasi gizi. Kata-kata kunci:
label informasi gizi, pengetahuan, persepsi, perilaku membaca label, sikap
ABSTRACT NENNY VINI MEDIANI. Knowledge, Perception, Attitude, and Reading Behavior of Nutrition Labels Among Undergraduate Students. Supervised by MEGAWATI SIMANJUNTAK. Nutrition labels is a label that contains information about nutrition in a food product which become very important media to transferring information about characteristic in a food product. The aim of this research was to analyze the effect of individuals characteristics, family’s characteristics, knowledge, perception, and attitude on reading behavior of nutrition labels of undergraduate students of Bogor Agricultural University. The design of this research used cross sectional study with survey method which conducted in Bogor Agricultural University, Dramaga district, Bogor regency. This research involved 400 Bogor Agricultural University’s students selected by multistage random sampling based on gender. There was significant difference between male and female for knowledge, meanwhile the difference was not appear significant for perception, attitude, and reading behavior of nutrition labels. Attitude influenced on reading behavior of nutrition labels. Keywords: attitude, knowledge, nutrition labels, perception, reading behavior of label
PENGETAHUAN, PERSEPSI, SIKAP, DAN PERILAKU MEMBACA LABEL INFORMASI GIZI PADA MAHASISWA
NENNY VINI MEDIANI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini adalah perilaku konsumen, dengan judul “Pengetahuan, Persepsi, Sikap, dan Perilaku Membaca Label Informasi Gizi pada Mahasiswa”. Karya ilmiah ini juga akan dipresentasikan dalam Malaysia Indonesia International Conference on Economics, Management, and Accounting (MIICEMA) di Kuala Lumpur, Malaysia pada 3-4 November 2014. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Megawati Simanjuntak, SP MSi selaku pembimbing skripsi, Ibu Dr Ir Lilik Noor Yuliati, MFSA selaku pembimbing akademik dan dosen penguji, Ibu Neti Hernawati, SP MSi selaku dosen pemandu seminar hasil dan dosen penguji, Wa Ode Sofia Zahrah A. dan Rheny Annisa selaku pembahas pada seminar hasil, serta seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Alm. Muhammad Fauzi (ayah), Neneng R. Djubaedah, SPd (ibu), Nenna Vina Mediana (adik), serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa kepada Hilman Muttaqin Gunawan, Ardiyanto Suhendar Permana Putra, Yosita Fitria Marliani, Tria Komala Dewi, Dwi Puspita Sari, dan teman-teman satu bimbingan skripsi dan penelitian payung (Rola Nanda Widuri, Nita Neza Puspita, dan M. Mardi Dewantara), teman-teman IKK 47 atas seluruh bantuan dan dukungannya, serta kepada seluruh responden atas bantuannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2014
Nenny Vini Mediani
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
6
KERANGKA PEMIKIRAN
6
METODE PENELITIAN
9
Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
9
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh
10
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
11
Pengolahan dan Analisis Data
13
Definisi Operasional
16
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
17
Hasil
18
Pembahasan
30
SIMPULAN DAN SARAN
34
Simpulan
34
Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
35
LAMPIRAN
41
RIWAYAT HIDUP
58
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jenis variabel, skala data, dan keterangan/kategori data penelitian Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin Sebaran responden berdasarkan usia Sebaran responden berdasarkan uang saku Sebaran responden berdasarkan pengeluaran pangan Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu Sebaran responden berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai label pada produk pangan Sebaran responden yang pernah mengikuti kuliah tentang konsumen dan label produk pangan Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan hak konsumen Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan kewajiban konsumen Sebaran responden yang menjawab tahu pengetahuan mengenai lembaga dan UU perlindungan konsumen Sebaran dan statistik responden berdasarkan pengetahuan tentang label informasi gizi Sebaran dan statistik responden berdasarkan persepsi terhadap label informasi gizi Sebaran dan statistik responden berdasarkan sikap terhadap label informasi gizi Sebaran dan statistik responden berdasarkan perilaku membaca label informasi gizi Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk pangan Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan
12 18 18 19 19 20 20 21 21 22 22 23 24 24 25 25 26 26 27 29
DAFTAR GAMBAR 1
2
Kerangka pemikiran pengaruh pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa Skema proses penarikan contoh penelitian
9 11
DAFTAR LAMPIRAN 1
Definisi operasional, pengukuran, dan pengolahan data variabelvariabel penelitian 2 Jumlah butir pernyataan, nilai reliabilitas, dan nilai validitas variabel penelitian 3 Kontrol kualitas data mencakup normalitas dan bentuk distribusi data penelitian 4 Scatterplot uji heterokedastisitas variabel-variabel penelitian 5 Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk pangan 6 Sebaran responden yang menjawab benar pernyataan pengetahuan tentang label informasi gizi 7 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan persepsi terhadap label informasi gizi 8 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan sikap terhadap label informasi gizi 9 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan perilaku membaca label informasi gizi 10 Hubungan antara faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan
42 45 45 46 49 50 51 52 54
57
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan alat yang sangat penting untuk mentransfer informasi mengenai karakteristik produk kepada konsumen (Annunziata dan Vecchio 2012). Pencantuman label sudah menjadi salah satu kewajiban bagi pelaku usaha yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dimana pelaku usaha diharuskan untuk memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai produk yang diperdagangkannya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pasal 97 menetapkan bahwa setiap produsen di dalam negeri atau orang yang memasukkan produk pangan ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib mencantumkan label di dalam atau di kemasan produknya. Di dalam peraturan yang diputuskan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada tahun 2005 Nomor HK.00.06.51.0475 tentang Pedoman Pencantuman Informasi gizi pada Label Pangan, menyebutkan bahwa BPOM memberlakukan para pelaku usaha untuk mencantumkan informasi gizi pada label pangan (BPOM 2005). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pada Pasal 32 menyebutkan bahwa pencantuman keterangan tentang kandungan gizi pada label pangan kemasan wajib untuk pangan yang mengandung vitamin, mineral, atau zat gizi lain yang terkandung di dalam produk tersebut. The U.S. Food and Drugs Administration (FDA) menyatakan informasi yang dicantumkan pada label makanan sekurangkurangnya meliputi: nama makanan, daftar bahan-bahan makanan, berat dari produk dan berat bersihnya, nama dan alamat produsen atau distibutor, serta informasi mengenai kandungan gizi yang terkandung di dalam produk (Drummond dan Brefere 2007). Selain memberikan atau menetapkan aturan bagi para pelaku usaha, pemerintah juga melakukan hal yang sama kepada konsumen. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen juga terdapat peraturan bagi konsumen bahwa salah satu kewajiban konsumen adalah membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan suatu produk dan merupakan suatu hak bagi konsumen untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur berkaitan dengan kondisi dan jaminan dari suatu produk. Dengan demikian, sudah seharusnya konsumen perlu memerhatikan berbagai macam hal atau keterangan terkait suatu produk sebelum memutuskan untuk membelinya. Hasil penelitian BPOM pada tahun 2008 menemukan bahwa sebanyak 88.9 persen responden sudah memerhatikan label pada kemasan pangan. Label kemasan yang diperhatikan konsumen antara lain label halal sebanyak 36.5 persen, label waktu kadaluarsa sebanyak 34.9 persen, nama produk sebanyak 20.6 persen, dan label komposisi makanan sebanyak 7.9 persen. Menurut Direktorat Standarisasi Produk Pangan BPOM tahun 2013, konsumen kurang memerhatikan detil pada label pangan, salah satunya label informasi gizi (Kartika 2013). Penelitian Osei, Lawer, dan Aidoo (2012) menemukan bahwa konsumen lebih sering membaca label kadaluarsa yang digunakan sebagai indikator kesegaran, kualitas dan keamanan dari pangan yang dibelinya. Padahal informasi gizi penting
2 bagi konsumen untuk mengetahui zat-zat gizi apa saja yang terdapat di dalam pangan yang dikonsumsi dan pemenuhan tingkat kecukupan gizi yang dibutuhkan tubuhnya. Perilaku konsumen untuk membaca label informasi gizi seharusnya juga turut disertai dengan tindakan dan dukungan dari pihak pelaku usaha dalam memberikan informasi yang benar dan jelas dengan mencantumkan label informasi gizi pada produknya. Namun, masih banyak produsen yang melalaikan kewajibannya tersebut. Berdasarkan hasil observasi peneliti di salah satu supermarket terbesar di Kota Bogor dengan memeriksa kelengkapan label terhadap 307 produk pangan, ditemukan bahwa sebanyak 17.9 persen produk yang diperiksa tidak mencantumkan label informasi gizi pada produknya dan label informasi gizi menjadi label yang tidak dicantumkan pada produk dengan persentase terbesar. Selain banyaknya produk yang tidak mencantumkan label informasi gizi, masih terdapat pula produk dari luar Indonesia yang mencantumkan label dengan menggunakan bahasa asing dan bukan huruf latin (tidak menggunakan bahasa Indonesia). Hal tersebut telah melanggar peraturan yang terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan Pasal 97 yang menyatakan bahwa keterangan pada label pangan yang diperdagangkan di wilayah Indonesia harus menggunakan bahasa Indonesia. Label pangan lainnya juga ditemukan tidak terdapat pada produk yang diperiksa, antara lain sebanyak 14.6 persen label halal ditambah dengan 3.9 persen produk mencantumkan label halal yang tidak sesuai ketentuan Majelis Ulama Indonesia (MUI), 1.9 persen label komposisi, dan 0.9 persen label kadaluarsa. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mendefinisikan informasi gizi atau yang lebih dikenal di dalam bahasa Inggris sebagai Nutrition Fact merupakan contoh informasi yang wajib dicantumkan apabila label pangan memuat sejumlah keterangan tertentu. Pencantuman informasi gizi pada kemasan produk pangan tersebut yang kemudian dikenal dengan pelabelan gizi. Label informasi gizi adalah label yang berisi pernyataan atau deskripsi kuantitatif dengan suatu standarisasi yang tercetak pada suatu kemasan yang memberikan informasi mengenai nutrisi yang terdapat di dalam makanan, label ini dapat membantu konsumen untuk mengetahui jumlah kalori yang akan dikonsumsi (Sulaeman 2009). Informasi yang diperoleh konsumen dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memutuskan pembelian produk, artinya informasi dapat memengaruhi keputusan pembelian. Mtimet et al. (2011) menyatakan informasi yang dimiliki konsumen tentang atribut produk yang akan dibelinya akan memengaruhi pemilihan dan perilaku konsumsinya. Sebanyak 76.3 persen konsumen di Paris yang membaca label, menggunakannya untuk membandingkan informasi gizi antara dua produk yang membantu menentukan produk yang akan dibelinya (Mannel et al. 2006). Hasil tersebut juga sejalan dengan penelitian Wills et al. (2009) bahwa konsumen menggunakan label untuk membandingkan dua produk yang akan dibelinya. Pencarian informasi gizi atau penggunaan label informasi gizi diasumsikan sebagai aktivitas konsumen dalam pencarian informasi seperti yang tercantum pada kemasan produk pangan (Al-Jannah 2010). Informasi yang tepat dan dapat dimengerti sangat penting bagi konsumen karena mempunyai pengaruh yang kuat untuk perilaku memilih produk (Wills et al. 2009). Salah satu faktornya adalah pengetahuan. Pengetahuan seseorang cenderung akan menjadikan orang tersebut
3 lebih memerhatikan informasi yang diperolehnya termasuk dalam hal produk yang digunakannya. Seseorang yang memiliki pengetahuan tinggi akan terus mencari informasi yang ingin diketahuinya, terutama berkaitan dengan kebutuhan dirinya sendiri, misalnya informasi gizi dari produk pangan yang dikonsumsinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ginting (2006) dan Al-Jannah (2010) bahwa pengetahuan berhubungan positif dengan perilaku membaca label informasi gizi pada produk pangan kemasan. Jacobs, de Beer, dan Larney (2010) juga menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan tentang pentingnya membaca label akan memengaruhi konsumen dalam membaca label. Konsumen yang memiliki pengetahuan tentang label gizi produk, kemungkinan besar menggunakan label ketika berbelanja (Shi, Pei, dan Zhigang 2011). Hal tersebut dikarenakan pengetahuan mempunyai pengaruh positif dan nyata terhadap pengambilan keputusan konsumen (Muflikhati, Yuliati, dan Maulanasari 2011). Pengetahuan yang dimiliki konsumen akan memengaruhi persepsinya terhadap sesuatu, termasuk dalam penggunaan label informasi gizi. Grunert dan Wills (2007) menyatakan bahwa konsumen akan menghubungkan informasi yang diterimanya dengan pengetahuan yang telah dimiliki atau pernah diketahui sebelumnya dan menggunakannya untuk menginterpretasikan makna. Hal tersebut dikarenakan pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap persepsi konsumen. Hasil penelitian Shi, Pei, dan Zhigang (2011) menunjukkan bahwa tingkat persepsi tentang label gizi memiliki hubungan dan pengaruh positif terhadap penggunaan label. Sikap dan perilaku konsumen juga dapat turut berperan dalam kebiasaan atau kemauan untuk mencari informasi yang diperlukan dalam mengambil keputusan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Montazeri et al. (2013) bahwa sikap merupakan faktor yang penting dan efektif dalam perilaku konsumen. Menurut model Fishbein dan model Bentler-Speckart, sikap merupakan salah satu variabel yang menentukan kecenderungan perilaku konsumen (Susanta 2006). Hasil penelitian Al-Jannah (2010) menyatakan bahwa sikap dan perilaku yang baik tidak memiliki hubungan dengan perilaku membaca label informasi gizi pada produk pangan kemasan. Hasil tersebut berbeda dengan hasil penelitian Zahara (2009) bahwa terdapat hubungan antara sikap dengan perilaku membaca label informasi gizi pada produk pangan kemasan. Hal serupa juga sesuai dengan hasil penelitian Petrovici et al. (2010) yang menemukan bahwa faktor sikap dan perilaku konsumen memiliki pengaruh yang nyata terhadap penggunaan informasi gizi pada label pangan. Teori yang mendukung penelitian ini adalah Bloom’s Taxonomy yang menjelaskan perilaku dan tindakan yang muncul pada seseorang. Pada awalnya taksonomi ini dikembangkan untuk tujuan pendidikan, yang telah menjadi alat dalam memahami proses pembelajaran. Teori ini memiliki tiga domain yang memengaruhinya, yakni kognitif (pengolahan informasi, pengetahuan, dan mental keterampilan), afektif (sikap dan perasaan), dan psikomotor (manipulatif, manual atau fisik keterampilan) (Churches 2012).
4 Perumusan Masalah Kandungan gizi yang dikonsumsi harus sesuai dengan tingkat kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh manusia. Salah satu cara untuk mengetahui kandungan gizi dan tercukupinya gizi pada tubuh yaitu dengan cara membaca informasi yang tertera mengenai nilai gizi yang terkandung pada label pangan tersebut. Label membantu konsumen mengetahui keamanan, kebersihan, dan kualitas dari suatu produk (Osei, Lawer, dan Aidoo 2012). Informasi gizi yang terdapat pada produk yang dikonsumsi sangat penting untuk diamati dan memudahkan bagi konsumen untuk mengetahui tingkat kecukupan gizi dari produk yang dikonsumsinya, termasuk pada produk pangan kemasan. Konsumen yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang makanan bergizi dan tidak mempedulikannya, memiliki kemungkinan besar akan berisiko terserang penyakit. Respon demikian menjadi suatu kebutuhan bagi konsumen untuk peduli terhadap pentingnya menggunakan label gizi guna memelihara kesehatan tubuh (Aygen 2012). Borra (2006) menambahkan berdasarkan penelitiannya, bagi konsumen informasi gizi pada kemasan pangan merupakan alat untuk membantu mereka dalam meningkatkan kesehatan dan perilaku membaca label pangan menjadi salah satu strategi yang digunakan oleh konsumen. Namun hal tersebut tidak berjalan sesuai dengan kenyataan, Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) di bidang pangan terkait perlindungan konsumen telah melakukan kajian yang menemukan bahwa hanya 6.7 persen konsumen yang memerhatikan kelengkapan label pada produk pangan (BPKN 2007). Direktorat Standarisasi Produk Pangan BPOM menyebutkan bahwa informasi gizi pada label produk pangan tidak mendapatkan perhatian dari konsumen dan bahkan konsumen cenderung mengabaikan hal tersebut (Kartika 2013). Perilaku membaca label informasi gizi dan komposisi lebih rendah dibandingkan label kadaluarsa (Zahara 2009). Hasil penelitian Wojcicki dan Heyman (2012) di Amerika menemukan bahwa lebih dari 50 persen remaja di Amerika Serikat mempunyai tingkat keseringan “kadang-kadang” atau tidak pernah membaca label gizi dan hanya kurang dari 25 persen remaja yang memiliki perilaku membaca label dalam menentukan keputusan pembelian pangan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Al-Jannah (2010) yang menyatakan bahwa masih terdapat responden mahasiswa yang memiliki kategori kurang baik dalam perilaku membaca label informasi gizi pada produk pangan. Selain itu, penelitian Zahara (2009) juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden mahasiswa memiliki perilaku dengan tingkat keseringan kadang-kadang dalam membaca label informasi gizi. Souiden, Abdelaziz, dan Fauconnier (2013) pada penelitiannya menjelaskan bahwa konsumen mempunyai perbedaan perilaku, tingkat keterlibatan, pemahaman dan sikap terhadap penggunaan label gizi. Penelitian juga menunjukkan bahwa konsumen perempuan lebih memerhatikan kriteria gizi dibandingkan konsumen laki-laki (Grunert et al. 2010; Sanlier dan Karakus 2010). Beberapa penelitian juga telah meneliti dengan menggunakan variabelvariabel yang sama (pengetahuan, persepsi, dan sikap). Namun, belum banyak penelitian yang meneliti pengetahuan, persepsi, dan sikap yang dispesifikan terhadap label informasi gizi. Selain itu, penelitian terkait perilaku membaca label informasi gizi pada umumnya diteliti karena berkaitan dengan tingkat kesehatan responden (menderita suatu penyakit, diet, dan sebagainya), namun penelitian ini
5 ingin melihat perilaku membaca label informasi gizi berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagai konsumen. Hal tersebut dikarenakan masih banyaknya konsumen yang kurang mengetahui tentang hak dan kewajibannya sebagai konsumen, tidak menutup kemungkinan hal tersebut juga terjadi pada mahasiswa yang lebih terpapar informasi dan dengan tingkat pendidikannya yang tinggi. Oleh karena itu, pada penelitian ini peneliti ingin menganalisis pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca mahasiswa label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa. Berdasarkan permasalahan dan kajian empiris yang telah dilakukan, hal-hal yang ingin dijawab dari penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku responden dalam membaca label informasi gizi produk pangan? 2. Bagaimana perbedaan faktor internal (karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden), faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen dan mengikuti kuliah tentang label), pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan responden berdasarkan jenis kelamin? 3. Bagaimana pengaruh faktor internal (karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden), faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen dan mengikuti kuliah tentang label) terhadap pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan?
Tujuan Penelitian Tujuan umum Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk menganalisis pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku responden dalam membaca label informasi gizi produk pangan. 2. Menganalisis perbedaan faktor internal (karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden), faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen dan mengikuti kuliah tentang label), pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan responden berdasarkan jenis kelamin. 3. Menganalisis pengaruh faktor internal (karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden), faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen dan mengikuti kuliah tentang label) terhadap pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan.
6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada berbagai pihak, antara lain bagi masyarakat secara umum dan mahasiswa khususnya sebagai konsumen mengenai perilaku membaca label informasi gizi produk pangan. Bagi pemasar, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pentingnya pencantuman label informasi gizi produk pangan yang merupakan salah satu hak bagi konsumen dan digunakan sebagai acuan dalam menentukan keputusan pembelian. Bagi bidang keilmuan, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya literatur di bidang ilmu konsumen, terutama tentang label produk pangan dan dapat dijadikan informasi dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Selain itu, bagi pendidikan dan perlindungan konsumen penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan atau materi pembelajaran yang akan memberikan informasi mengenai pentingnya untuk mengetahui kewajiban yang harus dilakukan dan hak-hak yang bisa didapatkan oleh konsumen, sehingga dapat diterapkan di dalam kehidupannya sehari-hari dan perlu diperjuangkan agar memperoleh perlindungan yang sesuai.
KERANGKA PEMIKIRAN Perilaku konsumen adalah tindakan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memberikan kepuasan terhadap kebutuhan mereka. Perilaku konsumen fokus kepada individu dalam membuat keputusan untuk menghabiskan sumberdaya yang ada (waktu, uang, dan usaha) (Schiffman dan Kanuk 2004). Kotler dan Keller (2009) menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor budaya (budaya, subbudaya, kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga, peran dan status), faktor personal (usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, gaya hidup dan nilai, kepribadian dan konsep diri), dan faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, sikap). Selain itu, terdapat beberapa penelitian terkait faktor yang memengaruhi perilaku konsumen. Faktor eksternal konsumen memiliki pengaruh terhadap perhatian atau perilaku membaca konsumen, sedangkan faktor internal (usia, agama, jenis kelamin, tingkat pengeluaran, dan pengetahuan) tidak berpengaruh (Susanto 2008; Sulaeman 2009; Singla 2010). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan bahwa anggota keluarga bisa sangat memengaruhi perilaku seorang konsumen. Selain itu, peran dan status di dalam sebuah keluarga juga turut memengaruhi konsumen dalam memilih produk (Kotler dan Armstrong 2008). Namun, hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang menjelaskan bahwa faktor internal (usia, jenis kelamin, pendapatan) juga memiliki pengaruh terhadap konsumen dalam membaca label (Cowburn dan Stockley 2004; Drichoutis, Lazaridis, dan Nayga 2006; Hamonangan 2006; Drichoutis et al. 2008; Ranilovic dan Baric 2011). Perilaku membaca label juga dipengaruhi atau sejalan dengan tingkat pendidikan atau pengetahuan yang dimiliki konsumen (Cowburn dan Stockley 2004; Grunnert dan Wills 2007; Al-Jannah 2010; Ranilovic dan Baric 2011).
7 Menurut Sumarwan (2011), pengetahuan konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai produk dan jasa, serta pengetahuan lainnya yang berkaitan dengan produk dan jasa tersebut dan yang berhubungan dengan fungsinya sebagai konsumen. Pada penelitian ini pengetahuan yang dimaksud adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai label informasi gizi produk pangan. Peter dan Olson (2010) menyatakan bahwa pengetahuan produk yang dimiliki setiap konsumen berbeda-beda satu sama lain. Pengetahuan tersebut akan digunakan konsumen untuk menginterpretasikan informasi baru yang diperolehnya dan untuk menentukan pilihan dalam pembelian. Tingkat pengetahuan yang berbeda dapat digunakan konsumen untuk menerjemahkan informasi dan pemilihan produk yang berbeda (Retnaningsih, Utami, dan Muflikhati 2010). Hasil penelitian Al-Jannah (2010) menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan tentang label informasi gizi terhadap perilaku membaca informasi gizi produk pangan. Cowburn dan Stockley (2004) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa konsumen dengan pengetahuan yang tinggi akan menemukan informasi yang lebih berguna dalam menilai suatu produk dibandingkan dengan konsumen yang pengetahuannya rendah. Hasil dari penilaian tersebut yang akan mengarahkan konsumen dalam memilih produk. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan mengenai suatu produk akan menjadi hambatan bagi konsumen untuk menggunakan produk tersebut (Signal et al. 2008). Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Osei, Lawer, dan Aidoo (2012) bahwa tingkat penggunaan dan pemahaman konsumen mengenai suatu produk mempunyai hubungan serta pengaruh yang positif dan nyata dengan keputusan pembelian konsumen. Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumen adalah persepsi. Penelitian Shi, Pei, dan Zhigang (2011) menyatakan bahwa tingkat persepsi mempunyai pengaruh terhadap penggunaan produk atau perilaku konsumen. Persepsi dipengaruhi pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki konsumen. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Prinsloo et al. (2012) bahwa pengetahuan produk konsumen memengaruhi kemampuannya dalam menginterpretasikan informasi dan menggunakannya. Konsumen akan menghubungkan informasi yang diterimanya dengan pengetahuan yang telah dimiliki dan menggunakannya untuk menginterpretasikan makna (Grunert dan Wills 2007). Pembentukan pengetahuan dan persepsi dipengaruhi faktor internal dan faktor eksternal dari konsumen. Faktor internal yang berpengaruh antara lain umur, jenis kelamin, dan uang saku konsumen. Faktor eksternal yang dapat memengaruhi adalah karakteristik keluarga yang meliputi jumlah anggota keluarga, pekerjaan orang tua, dan pendapatan keluarga (Ardiansyah, Djamaludin, dan Herawati 2012). Ginting (2006) menunjukkan adanya hubungan yang positif nyata antara lama pendidikan dan pengetahuan dengan persepsi konsumen serta adanya hubungan negatif dan nyata terjadi antara pengeluaran per kapita per bulan yang digunakan untuk pangan dengan persepsi konsumen. Namun, penelitian lain menemukan bahwa karakteristik konsumen tidak mempunyai pengaruh terhadap persepsi (Septian 2013). Tingkat persepsi juga berkaitan dengan kepercayaan informasional yang diperoleh melalui informasi tidak langsung dari sumber yang dipercaya oleh konsumen (Hidayat, Sumarwan, dan Yuliati 2009). Variabel yang juga dianalisis dalam penelitian ini adalah sikap konsumen terhadap label informasi gizi produk pangan. Hasil penelitian Rasberry et al.
8 (2005) menyatakan bahwa sikap konsumen terhadap atribut produk menjadi salah satu dasar atau faktor konsumen dalam memilih produk. Sikap sangat penting dihubungkan dengan tingkat kepercayaan, karena kekuatan hubungan antara sikap dan perilaku dapat dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan. Berdasarkan penelitian Drichoutis et al. (2008) diketahui bahwa tingkat kepercayaan yang tinggi memengaruhi konsumen untuk menggunakan suatu produk. Prinsloo et al. (2012) menyatakan bahwa penggunaan atribut produk pangan merupakan suatu bentuk kepercayaan dan perasaan konsumen terhadap produk tersebut. Menurut Anic (2010), sikap merupakan sistem yang kompleks yang terdiri dari kepercayaan, perasaan, dan kecenderungan tindakan konsumen terhadap objek yang menjadikannya termasuk ke dalam aspek kognitif, afektif, dan konatif, serta yang mewakili konsumen dalam bereaksi terhadap rangsangan. Sikap dapat dikembangkan sepanjang waktu melalui proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti pengaruh dari keluarga, kelompok teman sebaya, pengalaman, dan kepribadian konsumen itu sendiri. Selain itu, faktor usia, jumlah sumber informasi, dan control believe juga memengaruhi sikap konsumen terhadap suatu produk (Retnaningsih, Utami & Muflikhati 2010). Pengetahuan dapat memengaruhi sikap konsumen terhadap suatu produk (Retnaningsih, Utami, dan Muflikhati 2010). Pengetahuan dan persepsi tentang suatu produk (label informasi gizi produk pangan) yang ada dalam diri konsumen, selanjutnya akan membentuk sikap konsumen yang mengarahkannya dalam bertindak. Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu memerhatikan atau membaca label informasi gizi produk pangan yang akan dikonsumsinya. Konsumen yang memiliki pengetahuan dan persepsi tentang label informasi gizi produk mempunyai pengaruh terhadap penggunaan label informasi gizi serta akan mempunyai kemungkinan besar untuk menggunakan label ketika berbelanja (Shi, Pei, dan Zhigang 2011). Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan nyata antara persepsi dan sikap terhadap lamanya penggunaan produk. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain persepsi konsumen, faktor sikap juga memengaruhi perilaku dan keputusan pembelian konsumen (Hamonangan 2006; Hidayat, Sumarwan, dan Yuliati 2009; Sulaeman 2009; Petrovici et al. 2010). Berdasarkan berbagai kajian empiris, disusun sebuah kerangka berpikir penelitian yang menduga bahwa faktor internal (karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden) dan faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan mengikuti kuliah tentang label) memengaruhi pengetahuan tentang label informasi gizi, persepsi terhadap label informasi gizi, sikap terhadap label informasi gizi, dan perilaku membaca label informasi gizi. Pengetahuan tentang label informasi gizi memengaruhi persepsi terhadap terhadap label informasi gizi, persepsi terhadap label informasi gizi berpengaruh terhadap sikap terhadap label informasi gizi, dan selanjutnya sikap terhadap label informasi gizi memiliki pengaruh terhadap perilaku membaca label informasi gizi. Secara lengkap pengaruh pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa dapat dilihat pada Gambar 1.
9 Faktor internal: Karakteristik individu − Usia − Jenis kelamin − Uang saku − Pengeluaran pangan Karakteristik keluarga − Tingkat pendidikan orang tua − Pekerjaan orang tua − Pendapatan keluarga − Jumlah tanggungan keluarga
Faktor eksternal: Sumber informasi label Mengikuti kuliah terkait konsumen Mengikuti kuliah tentang label
Pengetahuan tentang Label Informasi Gizi
Persepsi terhadap Label Informasi Gizi
Sikap terhadap Label Informasi Gizi
Perilaku membaca Label Informasi Gizi
Gambar 1
Kerangka pemikiran pengaruh pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi produk pangan pada mahasiswa
METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain penelitian ini adalah cross-sectional study, yang berarti penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi hanya dalam satu waktu dan tidak berkelanjutan. Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah survei. Penelitian dilakukan di Kampus Institut Pertanian Bogor (IPB), Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara purposif dengan pertimbangan bahwa IPB merupakan salah satu institusi di Indonesia yang aktif berperan dalam perkembangan pertanian dan pangan, baik melalui penelitian dan penyebaran informasi, serta mata kuliah yang terkait dengan pangan, pendidikan dan perlindungan konsumen, dan label produk pangan. Pemilihan contoh penelitian adalah mahasiswa dikarenakan mahasiswa sebagai konsumen dengan tingkat pendidikan dan intelektual tinggi yang lebih mudah
10 mengakses informasi serta lebih terpapar informasi. Selain itu, banyaknya mahasiswa IPB yang berasal dari luar kota Bogor yang memungkinkan lebih memilih produk pangan dalam bentuk kemasan untuk dikonsumsi dengan alasan kepraktisan. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2014.
Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa strata satu (S1) Institut Pertanian Bogor (IPB) yang berstatus aktif pada semester tiga, lima, dan tujuh pada tahun ajaran 2013-2014. Jumlah populasi adalah sebanyak 10 540 mahasiswa. Mahasiswa tersebut tersebar ke dalam sembilan fakultas yang ada di IPB, yakni Fakultas Pertanian (Faperta), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), Fakultas Peternakan (Fapet), Fakultas Kehutanan (Fahutan), Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM), dan Fakultas Ekologi Manusia (Fema). Penarikan contoh penelitian dilakukan menggunakan teknik probability sampling dengan cara multistage random sampling dengan lapis jenis kelamin. Populasi mahasiswa IPB dikelaskan berdasarkan fakultas, selanjutnya populasi dari masing-masing fakultas dikelaskan kembali berdasarkan jenis kelamin. Jumlah contoh penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus Slovin (Umar 2005). = 385 ≈ 400
=
Keterangan: n = jumlah mahasiswa yang dijadikan sebagai contoh N = jumlah populasi mahasiswa semester tiga, lima, dan tujuh S1 IPB e = batas kesalahan pengambilan contoh (5%) Jumlah responden yang diperoleh untuk digunakan dalam penelitian berdasarkan rumus Slovin adalah 385 mahasiswa. Namun untuk memperkecil terjadinya kesalahan dalam penarikan contoh, maka mahasiswa yang akan dijadikan sebagai responden berjumlah 400 mahasiswa. Uji coba kuesioner juga dilakukan dengan melibatkan responden sebanyak 40 mahasiswa yang bukan contoh penelitian. Penentuan jumlah contoh setiap fakultas dilakukan secara proporsional dengan cara acak dan ditentukan berdasarkan jumlah mahasiswa dari masing-masing fakultas yang ada di IPB. Sebaran contoh berdasarkan lapis jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 3. x Keterangan: ni = jumlah contoh tiap subpopulasi Ni = total subpopulasi N = total populasi n = jumlah contoh yang diambil
11 lapis berdasarkan jenis kelamin
IPB (10540 mahasiswa S1)
Faperta (1272 mahasiswa)
L = 508 P = 764
n L = 19 P = 29
FKH (534 mahasiswa)
L = 215 P = 319
n L=8 P = 12
FPIK (1145 mahasiswa)
L = 469 P = 676
n L = 18 P = 26
Fapet (524 mahasiswa)
L = 236 P = 288
n L=9 P = 11
Fahutan (1151 mahasiswa)
L = 510 P = 641
n L = 19 P = 25
Fateta (1290 mahasiswa)
L = 725 P = 565
n L = 27 P = 21
FMIPA (2009 mahasiswa)
L = 781 P = 1228
n L = 30 P = 46
FEM (1581 mahasiswa)
L = 526 P = 1055
n L = 20 P = 40
Fema (1034 mahasiswa)
L = 184 P = 850
n L=7 P = 33
Gambar 2 Skema proses penarikan contoh penelitian
Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer mencakup faktor internal yaitu berupa karakteristik individu (usia, jenis kelamin, uang saku, dan pengeluaran pangan) dan karakteristik keluarga responden (tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan keluarga), faktor eksternal (sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan mengikuti kuliah tentang label), pengetahuan tentang label informasi gizi, persepsi terhadap label informasi gizi, sikap terhadap label informasi gizi, dan perilaku membaca label
12 informasi gizi. Informasi diperoleh dari hasil self report menggunakan alat bantu kuesioner yang terdiri dari pernyataan-pernyataan terstruktur terkait dengan variabel yang diteliti. Kuesioner yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil modifikasi dari beberapa penelitian terdahulu, antara lain penelitian Simanjuntak (2014), Ardiansyah (2011), dan Zahara (2009). Ada 79 pernyataan terkait variabel penelitian, yang meliputi: 15 pernyataan variabel inti pengetahuan tentang label informasi gizi, 15 pernyataan variabel persepsi terhadap label informasi gizi, 15 pernyataan variabel sikap terhadap label informasi gizi, dan 34 pernyataan variabel perilaku membaca label informasi gizi. Selain data primer, informasi yang juga digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data tersebut berupa data yang meliputi jumlah mahasiswa yang berstatus aktif di IPB pada semester ganjil tahun ajaran 2013-2014. Data sekunder tersebut diperoleh dari Direktorat Administrasi Pendidikan IPB. Informasi-informasi lain yang berkaitan dengan topik penelitian diperoleh dari buku, jurnal, atau literatur. Jenis variabel, skala data, dan keterangan/kategori pada penelitian ini dijelaskan pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis variabel, skala data, dan keterangan/kategori data penelitian Variabel Faktor internal: Karakteristik individu − Usia − Jenis kelamin − Uang saku − Pengeluaran pangan Karakteristik keluarga responden − Tingkat pendidikan orang tua
− Pekerjaan orang tua
− Pendapatan keluarga − Jumlah tanggungan keluarga
Skala data
Rasio Nominal Rasio Rasio
Ordinal
Nominal
Rasio Rasio
Keterangan/kategori
Tahun [1] Laki-laki [2] Perempuan Rupiah/bulan Rupiah/bulan
[1] Tidak tamat SD [2] Tamat SD [3] Tamat SMP [4] Tamat SMA/SMK [5] Diploma (D1/D2/D3) [6] Sarjana (S1/S2/S3) [1] Tidak bekerja [2] Petani [3] Buruh [4] PNS/ABRI/ Polisi [5] Pegawai swasta [6] Wiraswasta [7] Pensiunan [8] Guru Rupiah/bulan Orang
Faktor eksternal:
Sumber informasi label
Nominal
[1] Internet [2] Media cetak (koran, majalah, tabloid) [3] Media elektronik (televisi, radio) [4] Teman, keluarga, atau radio [5] Penyuluhan, seminar, ceramah
13 Lanjutan Tabel 1 Variabel
Skala data
Keterangan/kategori
Mengikuti kuliah terkait konsumen
Nominal
[1] Ya [2] Tidak
Mengikuti kuliah tentang label
Nominal
[1] Ya [2] Tidak
Pengetahuan hak konsumen
Ordinal
Pengetahuan kewajiban konsumen
Ordinal
Pengetahuan tentang label informasi gizi
Ordinal
Persepsi terhadap label informasi gizi
Ordinal
Sikap terhadap label informasi gizi
Ordinal
Perilaku membaca label informasi gizi
Ordinal
[0] Salah [1] Benar [0] Salah [1] Benar Skala Guttman dengan dua penilaian: [0] Salah [1] Benar Skala Likert dengan empat penilaian: [1] Sangat tidak setuju [2] Tidak setuju [3] Setuju [4] Sangat setuju Skala Likert dengan empat penilaian: [1] Sangat tidak setuju [2] Tidak setuju [3] Setuju [4] Sangat setuju Skala Likert dengan empat penilaian: [1] Tidak pernah [2] Jarang [3] Sering [4] Selalu
Jumlah populasi mahasiswa IPB
Rasio
Orang
Pengolahan dan Analisis Data Setelah melakukan pengambilan data dan semua informasi yang dibutuhkan telah diperoleh, hal selanjutnya yang dilakukan antara lain proses mengedit, coding, memasukkan data, dan analisis data menggunakan program Microsoft Office Excel dan Statistical Package for Social Science (SPSS) versi 16. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Analisis statistik deskriptif yang digunakan meliputi frekuensi, rata-rata, nilai maksimum, nilai minimum, standar deviasi, dan tabulasi silang. Analisis deskriptif ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal berupa karakteristik individu (usia, jenis kelamin, uang saku, dan pengeluaran pangan) dan karakteristik keluarga responden (tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan keluarga) dan faktor eksternal yang meliputi sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen, dan mengikuti kuliah tentang label. Variabel sumber informasi label yang diuji dalam pengolahan data adalah jumlah sumber informasi yang digunakan oleh responden. Variabel-variabel yang diteliti pada penelitian ini diberi skor penilaian sesuai skala yang digunakan untuk masing-masing variabel. Variabel pengetahuan
14 responden tentang label informasi gizi produk pangan diukur melalui pernyataanpernyataan menggunakan skala Guttman dengan pilihan jawaban dengan skala penilaian yaitu “benar” atau “salah” yang menghasilkan data ordinal. Jawaban benar diberi skor satu dan jawaban salah diberi skor nol. Variabel persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi produk pangan responden juga diukur melalui pernyataan-pernyataan dengan hasil data ordinal. Skala yang digunakan untuk variabel persepsi dan sikap yaitu skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu “sangat tidak setuju” yang diberi skor penilaian satu, “tidak setuju” yang diberi skor dua, “setuju” dengan skor penilaian tiga, atau “sangat setuju” yang diberi skor penilaian empat. Variabel perilaku membaca diukur dengan skala Likert dengan empat penilaian yaitu skor penilaian satu untuk pilihan jawaban “tidak pernah”, skor penilaian dua untuk pilihan jawaban “jarang”, pilihan jawaban “sering” diberi skor penilaian tiga, dan pilihan jawaban “selalu” diberi skor penilaian empat. Skor dari setiap pernyataan selanjutnya dikompositkan berdasarkan masing-masing variabel. Setelah itu, skor total dari setiap variabel diindeks menjadi skala 0-100 dengan menggunakan rumus:
Keterangan: Indeks Nilai aktual Nilai maksimal Nilai minimal
= skala nilai 0-100 = nilai yang diperoleh responden = nilai tertinggi yang seharusnya dapat diperoleh responden = nilai terendah yang seharusnya dapat diperoleh responden
Indeks dari setiap variabel kemudian dikategorikan ke dalam empat kategori yakni sangat rendah (skor≤25), rendah (25<skor≤50), tinggi (50<skor≤75), dan sangat tinggi (skor>75). Selain analisis deskriptif, dalam pengolahan data ini juga digunakan analisis statistik inferensia. Analisis inferensia yang digunakan meliputi uji korelasi, uji regresi linear berganda, serta uji Independent Sample Ttest dan uji Mann-Whitney yang dilakukan untuk membedakan variabel berdasarkan jenis kelamin. Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, persepsi, dan sikap dengan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan responden. Uji regresi digunakan untuk menganalisis pengaruh pengetahuan, persepsi, dan sikap terhadap perilaku membaca label informasi gizi. Uji regresi yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, hal tersebut dikarenakan variabel bebas yang dianalisis terhadap variabel terikat berjumlah lebih dari satu variabel bebas. Data penelitian harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji regresi. Pemeriksaan pemenuhan syarat-syarat tersebut dilakukan dengan melakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji normalitas yang digunakan adalah uji normalitas KolmogorovSmirnov. Data menyebar normal apabila memiliki nilai signifikansi lebih dari 0.05 (Ghozali 2011). Data pada penelitian ini memiliki nilai signifikansi kurang dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian ini tidak menyebar normal, kecuali data variabel perilaku membaca. Oleh karena itu untuk dapat
15 dilakukan uji regresi, maka data penelitian yang tidak menyebar normal ditransformasikan dengan menggunakan cara Ln. Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui data penelitian tidak terdistribusi normal kecuali variabel perilaku membaca label informasi gizi (Lampiran 3). Selain itu, kenormalan data dapat dilihat dari nilai Skewness dan Kurtosis. Apabila nilai Skewness dan Kurtosis berada pada kisaran -2 sampai +2, maka data dapat dikatakan terdistribusi normal. Nilai Skewness dan Kurtosis variabel penelitian telah memenuhi nilai ketentuan kecuali nilai Kurtosis untuk pengeluaran pangan dan pengetahuan tentang label informasi gizi. Uji multikolinearitas adalah uji untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas yang diteliti. Variabel yang baik dan memenuhi syarat uji regresi adalah variabel yang tidak terjadi multikolinearitas. Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas pada model regresi yaitu dengan melihat nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF). Apabila nilai tolerance di bawah 0.1 dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) di atas 10, maka variabel tersebut terdapat multikolinearitas (Ghozali 2011). Setelah itu, untuk melihat multikolinearitas antarvariabel bebas untuk model regresi yaitu dengan melihat hubungan antarvariabel tersebut. Apabila nilai korelasi antarvariabel bebas tersebut lebih dari 0.60, maka terjadi multikolinearitas. Selanjutnya, variabel yang digunakan untuk dianalisis adalah variabel bebas yang memiliki nilai signifikansi yang paling kecil (paling mendekati nilai signifikansi 0.05). Pada penelitian ini terdapat multikolinearitas antara variabel uang saku, pengeluaran pangan, dan pendapatan keluarga. Variabel uang saku adalah variabel yang memiliki nilai signifikansi terendah, sehingga variabel yang dimasukkan ke dalam uji regresi adalah uang saku. Selain itu, terdapat multikolinearitas antara variabel mengikuti kuliah terkait konsumen dan mengikuti kuliah tentang label. Variabel mengikuti kuliah tentang label memiliki nilai signifikansi yang terendah, sehingga variabel tersebut yang dimasukkan ke dalam uji regresi. Model terbaik untuk uji regresi dipilih berdasarkan metode backward. Uji heterokedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. model regresi dikatakan terjadi heterokedastisitas apabila memiliki nilai signifikansi di bawah 0.05 dan pada grafik scatterplot titik-titik tidak menyebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y (Ghozali 2011). Apabila model regresi tidak terjadi heterokedastisitas, maka dapat dilakukan uji regresi. Pada penelitian ini, variabel telah bebas dari heterokedastisitas, yang ditandai dari titiktitik pada scatterplot yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y (Lampiran 4). Selain itu, dilakukan pula uji autokorelasi untuk mengetahui apakah dalam model regresi ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Ghozali 2011). Caranya yaitu dengan melihat nilai Durbin Watson dari model regresi. Apabila nilai Durbin Watson mendekati +2, maka model regresi dapat dikatakan tidak terjadi autokorelasi, sehingga dapat dilakukan uji regresi. Variabel penelitian telah bebas dari autokorelasi, terlihat dari nilai Durbin-Watson yang mendekati nilai +2 (Tabel 22). Variabel yang dianalisis dalam uji regresi antara lain, faktor internal berupa karakteristik individu (usia, jenis kelamin, uang saku), faktor eksternal (jumlah sumber informasi dan mengikuti kuliah tentang label), pengetahuan tentang label informasi gizi, persepsi terhadap label informasi gizi, sikap terhadap label
16 informasi gizi, dan perilaku membaca label informasi gizi. Karakteristik keluarga responden tidak digunakan dalam uji regresi dikarenakan penelitian ini memfokuskan pada keadaan mahasiswa yang ada saat ini (saat sudah tinggal di Bogor untuk kuliah di IPB dan sebagian besar tinggal terpisah dari orang tuanya). Model persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Keterangan: Y = perilaku membaca label informasi gizi (skor) a = konstanta b = koefisien regresi x1 = pengetahuan tentang label informasi gizi (skor) x2 = persepsi terhadap label informasi gizi (skor) x3 = sikap terhadap label informasi gizi (skor) = galat Untuk menguji keabsahan instrumen penelitian dilakukan analisis validitas, sedangkan untuk menguji konsistensi instrumen penelitian dilakukan uji reliabilitas. Instrumen penelitian dikatakan valid apabila memiliki nilai korelasi lebih dari 0.30 dan dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien alpha lebih dari 0.60 (Puspitawati dan Herawati 2013). Nilai reliabilitas dan validitas instrumen penelitian antara lain: pengetahuan (0.631 dengan menghapus lima pernyataan; 15 pernyataan valid) dengan nilai validitas 0.185 (p<0.05) hingga 0.411 (p<0.01), persepsi (0.844; 14 pernyataan valid) dengan nilai validitas 0.259 (p<0.01) hingga 0.661 (p<0.01), sikap (0.728; 13 pernyataan valid) dengan nilai validitas 0.104 (p<0.05) hingga 0.564 (p<0.01), dan perilaku membaca label (0.918; 34 pernyataan valid) dengan nilai validitas 0.301 (p<0.01) hingga 0.673 (p<0.01).
Definisi Operasional Label adalah keterangan yang memuat sejumlah informasi dari suatu produk yang dikonsumsi oleh mahasiswa yang dapat berbentuk gambar, tulisan, maupun keduanya. Label informasi gizi adalah label yang memuat informasi mengenai kandungan gizi yang terkandung di dalam suatu produk. Pengetahuan label informasi gizi adalah semua informasi yang dimiliki mahasiswa mengenai label informasi gizi produk pangan. Persepsi label informasi gizi adalah penilaian atau sudut pandang mahasiswa mengenai label informasi gizi produk pangan berdasarkan rangsangan yang telah diperoleh sebelumnya. Sikap label informasi gizi adalah kecenderungan mahasiswa dalam berperilaku terhadap label informasi gizi produk pangan. Perilaku membaca label informasi gizi adalah tindakan mahasiswa dalam membaca label informasi gizi produk pangan.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Lokasi Penelitian Institut Pertanian Bogor (IPB) merupakan salah satu perguruan tinggi di Indonesia yang berdiri tahun 1963. Jumlah mahasiswa strata satu (S1) IPB pada semester ganjil pada tahun ajaran 2013-2014 adalah sebanyak 10 540 mahasiswa yang terbagi ke dalam sembilan fakultas di IPB. Kampus IPB untuk program mahasiswa S1 berlokasi di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Kampus IPB ini juga berada di sekitar lingkungan penduduk di daerah Dramaga. Lingkungan akademis yang terdiri dari banyaknya mahasiswa dan penduduk sekitar menjadikan lingkungan kampus IPB sebagai prospek yang cukup menjanjikan untuk membuat suatu usaha. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya toko-toko di sekitar kampus yang menjual kebutuhan sehari-hari yang dibutuhkan mahasiswa, seperti makanan, pakaian, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Makanan menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi mahasiswa yang didominasi dari mahasiswa yang berasal dari Kota Bogor, sehingga mengharuskan sebagian besar mahasiswa yang tinggal di kontrakan atau kos mahasiswa membeli makanan dari rumah makan yang banyak tersedia di sekitar kampus. Selain rumah makan, di lingkungan kampus juga terdapat beberapa minimarket yang menjual kebutuhan bagi mahasiswa, terutama produk pangan kemasan. Hal yang perlu diperhatikan mahasiswa ketika membeli produk pangan kemasan adalah label informasi yang tersedia pada produk tersebut. Berdasarkan hasil observasi peneliti di salah satu supermarket terbesar di Kota Bogor dengan memeriksa kelengkapan label terhadap 307 produk pangan ditemukan bahwa sebanyak 17.9 persen produk yang diperiksa tidak mencantumkan label informasi gizi pada produknya dan label informasi gizi menjadi label yang tidak dicantumkan pada produk dengan presentase terbesar. Selain banyaknya produk yang tidak mencantumkan label informasi gizi, masih terdapat pula produk dari luar Indonesia yang mencantumkan label tersebut dengan menggunakan bahasa asing dan huruf latin (tidak menggunakan bahasa Indonesia). Label pangan lainnya juga ditemukan tidak terdapat pada produk yang diperiksa, antara lain yaitu sebanyak 14.6 persen label halal ditambah dengan 3.9 persen produk mencantumkan label halal yang tidak sesuai ketentuan Majelis Ulama Indonesia (MUI), 1.9 persen label komposisi, dan 0.9 persen label kadaluarsa. Produk yang belum memenuhi ketentuan pelabelan meliputi produk makanan instan, minuman kemasan botol dan kaleng, makanan olahan (sosis, bakso, daging burger), biskuit, cokelat, es krim, dan makanan ringan. Peneliti juga melakukan observasi pada salah satu minimarket di sekitar kampus IPB yang banyak dikunjungi oleh mahasiswa IPB untuk membeli keperluan. Hasil observasi pada 124 produk pangan di minimarket tersebut, terdapat 50 persen diantaranya yang tidak memenuhi ketentuan dalam pencantuman label informasi produk. Sebanyak 6.4 persen produk tidak mencantumkan label informasi gizi yang terdiri atas produk cokelat dan biskuit, serta sebanyak 1.6 persen mencantumkan label informasi gizi dalam bahasa asing. Selain itu, terdapat 12.9 persen produk pangan yang tidak mencantumkan label halal yang meliputi produk bumbu dapur, makanan instan, makanan ringan,
18 cokelat, kopi bubuk, permen, minuman kemasan botol dan kaleng. Sebanyak 3.2 persen produk mencantumkan label halal yang bukan berdasarkan label halal yang sah dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebanyak 20.9 persen produk pangan mencantumkan label kadaluarsa yang tidak sesuai posisinya yang meliputi produk biskuit dan makanan ringan. Label produk pangan yang tidak memenuhi ketentuan juga terdapat pada label komposisi. Sebanyak 2.4 persen produk pangan tidak mencantumkan label komposisi dan 2.4 persen lainnya mencantumkan label komposisi dalam bahasa asing.
Hasil Faktor Internal Karakteristik Individu Jenis Kelamin. Responden penelitian meliputi mahasiswa perempuan dan laki-laki. Lebih dari separuh (60.7%) responden berjenis kelamin perempuan dan sebanyak 39.3 persen responden berjenis kelamin laki-laki (Tabel 2). Tabel 2 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Jumlah (n)
Persentase (%)
Laki-laki Perempuan
157 243
39.3 60.7
Total
400
100.0
Usia. Sebanyak 43.3 persen responden laki-laki berada pada usia di atas 20 tahun dengan rata-rata 20.34 tahun, sedangkan responden perempuan yang berusia di atas 20 tahun yaitu sebanyak 39.5 persen dengan rata-rata usia 20.20 tahun. Tabel 3 menunjukkan tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.194) antara usia responden laki-laki dan perempuan. Tabel 3 Sebaran responden berdasarkan usia Kategori Usia 18 tahun 19 tahun 20 tahun > 20 tahun Rata-rata ± SD Min-Max Uji beda jenis kelamin (p-value)
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
3.2 16.6 36.9 43.3
2.9 23.0 34.6 39.5
20.34 ± 1.04 18-24
20.20 ± 1.00 18-23 0.194
Total (n=400) 3.0 20.5 35.5 41.0 20.26 ± 1.02 18-24
Uang Saku. Tujuh dari sepuluh (laki-laki=73.9% dan perempuan=70.0%) responden memiliki uang saku dengan kisaran antara Rp500 001 hingga Rp1 000 000 per bulan. Rata-rata uang saku responden perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dengan tidak ada perbedaan nyata (p=0.221) uang saku antara kedua kelompok responden (Tabel 4).
19 Tabel 4 Sebaran responden berdasarkan uang saku Kategori Uang Saku (per bulan) ≤ Rp500 000 Rp500 001 - Rp1 000 000 Rp1 000 001 - Rp1 500 000 > Rp1 500 000 Rata-rata ± SD Min-Max
Laki-laki (n=157) 5.1 73.9 17.2 3.8 Rp930 477.71 ± Rp328 115.14 Rp350 000.00 Rp2 500 000.00
Uji beda jenis kelamin (p-value)
Perempuan (n=243) 4.5 70.0 18.1 7.4 Rp1 009 053.50 ± Rp444 549.56 Rp200 000.00 Rp3 500 000.00 0.221
Total (n=400) 4.8 71.5 17.7 6.0 Rp978 212.50 ± Rp404 265.62 Rp200 000.00Rp3 500 000.00
Pengeluaran Pangan. Lebih dari separuh (laki-laki=52.9% dan perempuan=50.6%) responden memiliki pengeluaran pangan pada kisaran antara Rp500 001 hingga Rp1 000 000 per bulan. Rata-rata pengeluaran pangan responden laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Namun, tidak ada perbedaan nyata (p=0.678) pengeluaran pangan antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 5). Tabel 5 Sebaran responden berdasarkan pengeluaran pangan Kategori Pengeluaran Pangan (per bulan) ≤ Rp500 000 Rp500 001 - Rp1 000 000 > Rp1 000 000 Rata-rata ± SD Min-Max Uji beda jenis kelamin (p-value)
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
45.8 52.9 1.3
46.9 50.6 2.5
Rp600 127.00 ± Rp213 262.17 Rp60 000.00 Rp1 500 000.00
Rp598 111.11± Rp249 248.74 Rp50 000.00 Rp2 000 000.00 0.678
Total (n=400) 46.5 51.5 2.0 Rp598 902.00 ± Rp235 505.21 Rp50 000.00 Rp2 000 000.00
Karakteristik Keluarga Tingkat Pendidikan Orang Tua. Hampir separuh (laki-laki=43.3% dan perempuan=38.4%) ayah responden memiliki pendidikan terakhir perguruan tinggi (S1/S2/S3). Lebih dari satu per tiga (laki-laki=33.1% dan perempuan=34.8%) ibu responden memiliki pendidikan terakhir adalah tamat SMA/SMK. Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata (p=0.774) pendidikan terakhir ayah antara responden laki-laki dan perempuan, serta tidak berbeda nyata (p=0.729) pendidikan terakhir ibu antara responden laki-laki dan perempuan.
20 Tabel 6 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah dan ibu Ayah Kategori Tingkat Pendidikan
P (n=243)
L (n=157)
Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA/SMK Diploma (D1/D2/D3) Sarjana (S1/S2/S3)
Ibu
5.2 7.6 5.7 30.6 7.6 43.3
Total (n=400)
L (n=157)
P (n=243)
Total (n=400)
3.1 7.8 5.2 35.2 8.5 40.2
6.4 9.6 9.6 33.1 14.0 27.3
2.5 11.1 10.7 35.8 9.9 30.0
4.0 10.5 10.2 34.8 11.5 29.0
1.6 7.6 4.9 38.3 9.2 38.4
Uji beda jenis kelamin (p-value)
0.774
0.729
Ket: L:laki-laki; P:perempuan
Pekerjaan Orang Tua. Sebanyak 29.3 persen ayah responden laki-laki bekerja sebagai PNS/ABRI/Polisi, sedangkan 28.0 persen ayah responden perempuan bekerja sebagai pegawai swasta. Tidak ada perbedaan nyata (p=0.185) pekerjaan ayah antara responden laki-laki dan perempuan. Tabel 7 juga menunjukkan sebanyak 46.1 persen ibu responden laki-laki dan lebih dari separuh (59.5%) ibu responden perempuan hanya sebagai ibu rumah tangga atau tidak bekerja di sektor publik. Hasil uji beda menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata (p=0.003) pekerjaan ibu antara responden laki-laki dan perempuan. Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu Ayah Jenis Pekerjaan
Tidak bekerja Petani Buruh PNS/ABRI/Polisi Pegawai swasta Wiraswasta Pensiunan Guru
Ibu
L
P
Total
L
P
Total
(n=147)
(n=232)
(n=379)1
(n=156)
(n=242)
(n=398)2
4.8 6.8 7.5 29.3 15.6 21.8 12.2 2.0
1.3 6.5 4.3 23.7 28.0 25.4 9.5 1.3
46.2 5.1 1.3 21.2 5.1 16.7 1.9 2.6
59.5 2.5 2.1 21.1 3.7 9.1 1.7 0.4
2.6 6.6 5.5 25.9 23.2 24.0 10.6 1.6
54.3 3.5 1.8 21.1 4.3 12.1 1.8 1.3
Ket: 1:21 orang meninggal; 2:2 orang meninggal; L:laki-laki; P:perempuan
Pendapatan Keluarga. Lebih dari separuh (laki-laki=60.5% dan perempuan=53.1%) responden memiliki pendapatan keluarga dengan kisaran Rp1 000 001 hingga Rp5 000 000 per bulan. Sebanyak 60.5 persen responden laki-laki memiliki pendapatan keluarga dengan rata-rata Rp4 421 182.80 per bulan, sedangkan 53.1 persen responden perempuan memiliki rata-rata pendapatan keluarga sebesar Rp5 284 156.61 per bulan. Tidak ada perbedaan nyata (p=0.071) pendapatan keluarga antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 8).
21 Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan pendapatan keluarga Kategori Pendapatan Keluarga
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
15.3 60.5 19.1 5.1
12.3 53.1 25.5 9.1
Rp4 421 182.80 ± Rp4 516 158.28 Rp300 000.00Rp35 000 000.00
Rp5 284 156.61 ± Rp5 072 867.66 Rp250 000.00Rp30 000 000.00 0.071
≤ Rp1 000 000 Rp1 000 001 - Rp5 000 000 Rp5 000 001 - Rp10 000 000 > 10000000 Rata-rata ± SD Min-Max Uji beda jenis kelamin (p-value)
Total (n=400) 13.5 56.0 23.0 7.5 Rp4 945 439.39 ± Rp4 874 459.42 Rp250 000.00Rp35 000 000.00
Jumlah Tanggungan Keluarga. Lebih dari separuh (53.5%) orang tua keluarga responden laki-laki memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak kurang dari sama dengan 2 orang, sedangkan sebanyak 50.2 persen orang tua keluarga responden perempuan memiliki jumlah tanggungan sebanyak 3-5 orang. Terdapat perbedaan nyata (p=0.004) jumlah tanggungan keluarga antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 9). Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga Kategori Jumlah Tanggungan Keluarga ≤ 2 orang 3-5 orang 6-8 orang > 8 orang Rata-rata ± SD Min-Max Uji beda jenis kelamin (p-value)
Laki-laki (n=157) 53.5 40.8 5.7 0.0 2.71 ± 1.43 1-7
Perempuan (n=243) 41.2 50.2 7.4 1.2 3.22 ± 1.81 1-14 0.004**
Total (n=400) 46.0 46.5 6.7 0.8 3.02 ± 1.69 1-14
Ket: ** nyata pada p<0.01
Faktor Eksternal Sumber Informasi Label Produk Pangan Sumber informasi label ini meliputi pernah tidaknya mendapatkan informasi mengenai label produk pangan, jenis sumber informasi, dan jumlah sumber informasi. Sebanyak 62.4 persen responden laki-laki dan 71.2 persen responden perempuan diketahui pernah mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Sumber informasi dapat berupa internet, media cetak (koran, majalah, atau tabloid), media elektronik (televisi atau radio), teman, keluarga, atau kerabat, serta penyuluhan, seminar, atau ceramah. Lebih dari satu per tiga (37.0%) responden mendapatkan informasi mengenai label produk pangan hanya dari satu sumber di antara sumber-sumber informasi yang ada. Responden dapat memilih jenis sumber informasi lebih dari satu sumber. Berdasarkan hasil pada Tabel 10 diketahui bahwa internet merupakan jenis sumber yang paling banyak digunakan oleh responden baik laki-laki maupun perempuan untuk mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Tiga
22 dari sepuluh (laki-laki=35.7% dan perempuan=34.2%) responden mendapatkan informasi mengenai label produk pangan yang bersumber dari internet. Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan sumber informasi mengenai label pada produk pangan No.
Variabel
1.
Mendapat informasi mengenai label produk pangan
2.
Jenis sumber informasi: Internet Media cetak (koran, majalah, atau tabloid) Media elektronik (televisi atau radio) Teman, keluarga, atau kerabat Penyuluhan, seminar, atau ceramah Jumlah sumber informasi: Mendapatkan informasi dari 1 sumber Mendapatkan informasi dari 2 sumber Mendapatkan informasi dari 3 sumber Mendapatkan informasi dari 4 sumber Mendapatkan informasi dari 5 sumber
3.
Laki-laki
Perempuan
Total
(n=157)
(n=243)
(n=400)
62.4
71.2
67.8
35.7 15.9 26.1 15.9 18.5
34.2 16.1 30.0 24.3 25.9
34.8 16.0 28.5 21.0 23.0
36.9 10.8 7.6 3.8 3.8
37.0 16.9 9.5 5.8 2.1
37.0 14.5 8.8 5.0 2.8
Ket: dapat memilih lebih dari satu sumber
Mengikuti Kuliah terkait Konsumen dan Label Produk Pangan Mengikuti Kuliah terkait Konsumen dan Label. Responden perempuan (32.1%) lebih banyak mengikuti kuliah konsumen dibandingkan laki-laki (27.4%). Responden perempuan juga lebih banyak (37.4%) yang pernah mengikuti kuliah tentang label, sedangkan responden laki-laki hanya 24.8 persen yang mengikuti kuliah tentang label (Tabel 11). Tabel 11 Sebaran responden yang pernah mengikuti kuliah tentang konsumen dan label produk pangan Variabel Mengikuti kuliah konsumen Mengikuti kuliah tentang label
Laki-laki (n=157) 27.4 24.8
Perempuan (n=243)
Total (n=400)
32.1 37.4
30.2 32.5
Pengetahuan tentang Hak dan Kewajiban Konsumen Pengetahuan tentang Hak Konsumen. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa masih rendahnya pengetahuan responden tentang hak konsumen dan kurangnya kepedulian responden sebagai konsumen terhadap dirinya sendiri ketika membeli produk atau jasa yang akan dikonsumsinya. Hal tersebut ditandai dari masih banyaknya responden yang belum atau kurang tepat dalam menyebutkan butir-butir hak konsumen. Hasil tersebut membuktikan bahwa hanya sedikit (8.5%) responden laki-laki dan perempuan yang menjawab benar mengenai hak konsumen untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan, dengan terdapat perbedaan nyata (p=0.027) antara responden laki-laki dan perempuan.
23 Selain hak tersebut, terdapat persentase terendah (2.5%) baik responden laki-laki maupun perempuan yang menjawab benar adalah dalam hal menyebutkan hak-hak yang diatur di dalam ketentuan perundang-undangan. Tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.961) antara kedua kelompok yang menjawab benar hak tersebut. Tabel 12 Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan hak konsumen No. 1.
2.
3.
4.
5.
6. 7.
8.
9.
Hak Konsumen Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
Total (n=400)
Uji beda (L-P)
50.3
61.7
57.2
0.024*
15.9
24.7
21.2
0.037*
45.2
48.6
47.2
0.514
12.1
21.4
17.8
0.018*
9.6
9.5
9.5
0.976
2.5
7.8
8.5
0.027*
19.1
19.3
19.2
0.954
11.5
18.1
15.2
0.073
2.5
2.5
2.5
0.961
Ket: * nyata pada p<0.05
Pengetahuan tentang Kewajiban Konsumen. Selain hak-hak yang dapat diperolehnya, responden pun sangat penting untuk mengetahui kewajibankewajibannya sebagai konsumen seperti pada Tabel 13. Hanya sedikit (8.8%) responden baik laki-laki maupun perempuan dalam menjawab dengan benar mengenai kewajiban konsumen adalah dalam beritikad baik ketika berbelanja, dan terdapat perbedaan nyata (p=0.015) antara responden laki-laki dan perempuan. Hal ini juga membuktikan bahwa masih rendahnya pengetahuan responden mengenai kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan sebagai konsumen.
24 Tabel 13
No. 1.
2.
3. 4.
Sebaran responden yang menjawab benar pengetahuan kewajiban konsumen Kewajiban Konsumen
Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut
Total (n=400)
Uji beda (L-P)
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
31.2
36.6
34.5
0.267
4.5
11.5
8.8
0.015*
31.2
32.5
32.0
0.786
14.0
17.7
16.2
0.330
Ket: * nyata pada p<0.05
Pelayanan Pelaku Usaha kepada Konsumen. Hampir seluruh (lakilaki=89.8% dan perempuan=91.4%) responden memiliki pendapat bahwa konsumen di Indonesia belum sepenuhnya mendapatkan pelayanan yang baik (konsumen dianggap sebagai raja) oleh para pelaku usaha. Hanya sedikit (lakilaki=4.5% dan perempuan=3.3%) responden yang menyatakan bahwa konsumen Indonesia sudah sepenuhnya dianggap sebagai raja oleh para pelaku usaha. Kemudian, sisanya (laki-laki=5.7% dan perempuan=5.3%) menyatakan bahwa konsumen Indonesia belum sedikit pun dianggap sebagai raja oleh pelaku usaha. Implikasinya adalah responden tidak bisa mendapatkan haknya secara penuh dari pelaku usaha, terutama dalam hal terkait dengan pelayanan. Lembaga dan Undang-Undang (UU) Perlindungan Konsumen. Hampir sebagian besar responden masih belum mengetahui lembaga dan UU perlindungan konsumen. Persentase terendah (7.5%) responden yang menjawab tahu adalah mengenai Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK), dengan tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.491) antara responden laki-laki dan perempuan yang mengetahui pihak perlindungan konsumen tersebut (Tabel 14). Tabel 14 No. 1. 2. 3. 4.
Sebaran responden yang menjawab tahu pengetahuan mengenai lembaga dan UU perlindungan konsumen
Lembaga dan UU Perlindungan Konsumen BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) LPKSM (Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat) UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
Total (n=400)
Uji beda (L-P)
6.4
8.2
7.5
0.491
65.0
58.8
61.2
0.220
17.8
23.5
21.2
0.180
30.6
35.4
33.5
0.319
25 Pengetahuan tentang Label Informasi Gizi Lebih dari separuh responden (laki-laki=67.5% dan perempuan=79.5%) memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik tentang label informasi gizi. Sebanyak 2.8 persen responden dengan 5.1 persen responden laki-laki dan 1.2 persen responden perempuan memiliki pengetahuan dengan kategori kurang. Sisanya, memiliki pengetahuan dengan kategori baik. Rata-rata pengetahuan responden perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan ada perbedaan nyata (p=0.001) pengetahuan antara responden laki-laki dan perempuan (Tabel 15). Tabel 15 Sebaran dan statistik responden berdasarkan pengetahuan tentang label informasi gizi Kategori Tingkat Pengetahuan Sangat kurang (skor ≤ 25) Kurang (25 < skor ≤ 50) Baik (50 < skor ≤ 75) Sangat baik ( skor > 75) Min-Max Rata-rata ± SD Uji beda jenis kelamin (p-value)
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
Total (n=400)
0.0 5.1 27.4 67.5
0.0 1.2 19.3 79.5
0.0 2.8 22.5 74.7
30.00-100.00 78.09 ± 13.31
40.00-100.00 82.02 ± 10.89 0.001**
30.00-100.00 80.48 ± 12.04
Ket: ** nyata pada p<0.01
Persepsi terhadap Label Informasi Gizi Sebanyak tujuh dari sepuluh (laki-laki=78.4% dan perempuan=75.7%) responden memiliki persepsi baik terhadap label informasi gizi. Sebanyak 19.1 persen responden laki-laki dan 23.5 persen responden perempuan memiliki persepsi yang sangat baik, serta sisanya memiliki persepsi dengan kategori kurang. Rata-rata persepsi responden perempuan lebih tinggi dibandingkan lakilaki, namun tidak berbeda nyata (p=0.067) persepsi antara responden laki-laki maupun perempuan (Tabel 16). Tabel 16
Sebaran dan statistik responden berdasarkan persepsi terhadap label informasi gizi
Kategori Tingkat Persepsi Sangat kurang (skor ≤ 25) Kurang (25 < skor ≤ 50) Baik (50 < skor ≤ 75) Sangat baik ( skor > 75) Rata-rata ± SD Min-Max Uji beda jenis kelamin (p-value)
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
Total (n=400)
0.0 2.5 78.4 19.1
0.0 0.8 75.7 23.5
0.0 1.5 76.7 21.8
66.60 ± 10.27 44.44-97.78
68.51 ± 10.14 33.33-93.33 0.067
67.76 ± 10.22 33.33-97.78
Sikap terhadap Label Informasi Gizi Lebih dari dua per tiga (79.6%) responden laki-laki dan sebagian besar responden perempuan (83.5%) memiliki sikap baik terhadap label informasi gizi. Selanjutnya, 15.3 persen responden laki-laki dan 10.3 persen responden perempuan memiliki sikap yang kurang baik terhadap label informasi gizi.
26 Sisanya, sebanyak 5.1 persen responden laki-laki dan 6.2 persen responden perempuan memiliki sikap yang sangat baik. Sikap antara responden laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.252) dengan rata-rata sikap perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Tabel 17). Tabel 17
Sebaran dan statistik responden berdasarkan sikap terhadap label informasi gizi
Kategori Tingkat Sikap
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
Total (n=400)
Sangat kurang (skor ≤ 25) Kurang (25 < skor ≤ 50) Baik (50 < skor ≤ 75) Sangat baik ( skor > 75)
0.0 15.3 79.6 5.1
0.0 10.3 83.5 6.2
0.0 12.2 82.0 5.8
59.35 ± 9.02 40.00-95.56
60.39 ± 8.81 42.22-95.56 0.252
59.98 ± 8.90 40.00-95.56
Rata-rata ± SD Min-Max Uji beda jenis kelamin (p-value)
Perilaku Membaca Label Informasi Gizi Lebih dari separuh (laki-laki=65.5% dan perempuan=70.0%) responden memiliki perilaku membaca label informasi gizi dalam kategori kurang. Lebih dari satu per empat (laki-laki=28.7% dan perempuan=25.1%) responden memiliki perilaku membaca label informasi gizi yang baik. Sebanyak 4.5 persen responden baik laki-laki dan perempuan tergolong dalam kategori sangat kurang, serta sisanya memiliki perilaku membaca label informasi gizi yang sangat baik. Ratarata perilaku membaca responden laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Namun, tidak terdapat perbedaan nyata (p=0.483) perilaku membaca antara kedua kelompok responden (Tabel 18). Tabel 18
Sebaran dan statistik responden berdasarkan perilaku membaca label informasi gizi
Kategori Tingkat Perilaku Membaca Sangat kurang (skor ≤ 25) Kurang (25 < skor ≤ 50) Baik (50 < skor ≤ 75) Sangat baik ( skor > 75) Rata-rata ± SD Min-Max Uji beda jenis kelamin (p-value)
Laki-laki (n=157)
Perempuan (n=243)
Total (n=400)
4.5 65.5 28.7 1.3
4.5 70.0 25.1 0.4
4.5 68.2 26.5 0.8
44.17 ± 11.29 18.63-79.41
43.35 ± 11.42 5.88-87.25 0.483
43.67 ± 11.36 5.88-87.25
Peringkat Prioritas Membaca Label Produk Pangan. Tiga item label produk pangan yang terlebih dahulu dibaca oleh responden adalah nama produk, jenis produk, dan label kadaluarsa. Lebih dari separuh (61.2%) responden memilih nama produk sebagai item label yang pertama dibaca saat membeli produk pangan, dan terdapat perbedaan nyata (p=0.001) antara responden laki-laki dan perempuan. Setelah nama produk, item kedua yang dibaca hampir separuh (39.8%) responden adalah item jenis produk. Namun, tidak ada perbedaan nyata
27 (p=0.459) antara responden laki-laki dan perempuan. Sebanyak 33.2 persen responden memilih item ketiga yang dibaca yaitu waktu kadaluarsa, dan terdapat perbedaan nyata (p=0.038) antara responden laki-laki dan perempuan. Label informasi gizi menjadi item ketujuh yang dibaca oleh 22.2 persen responden ketika berbelanja produk pangan. Tabel 19 menunjukkan terdapat perbedaan nyata (p=0.048) prioritas membaca label informasi gizi antara responden laki-laki dan perempuan, responden laki-laki memilih sebagai prioritas keenam dan responden perempuan memilih sebagai prioritas ketujuh (Lampiran 5). Hasil tersebut menunjukkan bahwa label informasi gizi bukan merupakan label yang diutamakan untuk dibaca oleh responden. Hal ini sesuai dengan penelitian Osei, Lawer, dan Aidoo (2012) bahwa label informasi gizi merupakan label keempat (tidak diutamakan) yang diperhatikan responden ketika membeli produk pangan. Tabel 19 Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk pangan Peringkat label keNo. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Uji beda (L-P)
61.2 18.5 8.8 8.2 0.5
18.5 39.8 21.8 11.0 3.5
7.2 14.5 33.2 19.8 6.0
3.0 11.0 21.0 25.5 7.5
2.5 3.8 3.5 9.0 14.0
2.5 3.0 4.2 6.2 12.2
1.0 3.2 3.8 8.0 14.8
1.2 4.5 2.8 5.8 26.5
2.8 1.8 1.0 6.5 15.0
0.001** 0.459 0.038* 0.804 0.455
1.5
0.8
1.5
3.0
7.5
6.2
8.2
20.5
50.8
0.002**
0.2 0.8
2.2 2.0
7.8 4.2
9.8 12.0
21.5 20.2
24.5 21.5
20.2 22.2
11.0 10.8
2.8 6.2
0.709 0.048*
0.2
1.0
5.8
7.5
17.8
19.5
18.8
16.5
13.0
0.114
Item Label Nama produk Jenis produk Waktu kadaluarsa Keterangan Halal Berat bersih Produsen/ alamat produksi Komposisi Informasi gizi Cara pemakaian/ penggunaan
Ket: *nyata pada p<0.05; ** nyata pada p<0.01
Hubungan antarvariabel Penelitian Variabel-variabel karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden dianalisis menggunakan uji korelasi untuk melihat hubungannya dengan variabel pengetahuan tentang label informasi gizi, persepsi terhadap label informasi gizi, sikap terhadap label informasi gizi, dan perilaku membaca label informasi gizi. Terdapat beberapa uji korelasi yang digunakan, antara lain uji korelasi Pearson yang digunakan untuk menganalisis hubungan variabel dengan skala rasio, uji korelasi Spearman untuk menguji hubungan variabel dengan skala ordinal, dan uji hubungan Chi-square untuk menganalisis hubungan variabel dengan skala nominal. Variabel dengan skala nominal yang digunakan adalah variabel yang sudah dikategorikan menjadi variabel dummy (variabel dengan kategori 0 dan 1) berdasarkan sebaran data penelitian. Pada Lampiran 10 dapat terlihat bahwa jenis kelamin responden mempunyai hubungan positif dan nyata dengan pengetahuan tentang label informasi gizi yang dianalisis menggunakan uji korelasi Chi-square (r=9.724; p<0.01). Hal ini menunjukkan bahwa responden perempuan memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan responden laki-laki sebesar 9.724 poin. Selain itu, dengan menggunakan analisis korelasi Pearson diketahui bahwa uang saku responden juga mempunyai hubungan yang positif dan nyata dengan pengetahuan responden
28 tentang label informasi gizi (r=0.109; p<0.05). Artinya, semakin besar uang saku responden, maka semakin baik pengetahuan responden tentang label informasi gizi. Jumlah sumber informasi juga memiliki hubungan positif dan nyata dengan pengetahuan responden tentang label informasi gizi (r=0.117; p<0.05). Hal tersebut berarti semakin banyaknya jumlah sumber informasi yang digunakan, maka semakin baik pula pengetahuan responden tentang label informasi gizi. Jumlah sumber informasi juga memiliki hubungan positif dan nyata dengan persepsi (r=0.116; p<0.05) dan sikap (r=0.142; p<0.01) terhadap label informasi gizi. Artinya, semakin banyak jumlah sumber informasi responden, maka semakin baik pula persepsi dan sikap responden terhadap label informasi gizi. Selain melakukan analisis hubungan karakteristik individu dan karakteristik keluarga responden terhadap variabel, penelitian ini juga menguji hubungan antarvariabel yang diteliti. Variabel pengetahuan tentang label informasi gizi memiliki hubungan yang positif dan nyata dengan persepsi terhadap label informasi gizi (r=0.123; p<0.05). Pengetahuan tentang label informasi gizi juga berhubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap label informasi gizi (r=0.188; p<0.01). Artinya, semakin baik pengetahuan responden tentang label informasi gizi, maka semakin baik pula persepsi dan sikap responden terhadap label informasi gizi. Uji korelasi Pearson juga menunjukkan bahwa persepsi terhadap label informasi gizi memiliki hubungan positif dan nyata dengan sikap terhadap label informasi gizi (r=0.663; p<0.01), serta persepsi terhadap label informasi gizi dengan perilaku membaca label informasi gizi (r=0.350; p<0.01). Hal ini berarti semakin baik persepsi responden terhadap label informasi gizi, maka semakin baik pula sikap dan perilaku membaca label informasi gizi yang dimilikinya. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan sikap terhadap label informasi gizi berhubungan positif dan nyata dengan perilaku membaca label informasi gizi (r=0.472; p<0.01). Hal tersebut berarti semakin baik sikap terhadap label informasi gizi, maka semakin baik perilaku membaca label informasi gizi. Pengaruh Pengetahuan, Persepsi, dan Sikap terhadap Perilaku Membaca Label Informasi Gizi Produk Pangan Secara parsial jenis kelamin berpengaruh positif dan nyata terhadap pengetahuan tentang label informasi gizi sebesar 15.1 persen (β=0.151; p<0.01), serta pengetahuan tentang label informasi gizi juga dipengaruhi secara positif dan nyata oleh jumlah sumber informasi dengan pengaruh sebesar 11.0 persen (β=0.110; p<0.05). Pengetahuan tentang label informasi gizi memengaruhi persepsi terhadap label informasi gizi secara positif dan nyata dengan pengaruh sebesar 11.0 persen (β=0.110; p<0.05), serta memengaruhi sikap terhadap label informasi gizi sebesar 10.9 persen (β=0.109; p>0.01). Sikap terhadap label informasi gizi juga dipengaruhi secara positif dan nyata oleh persepsi terhadap label informasi gizi sebesar 63.6 persen (β=0.636; p<0.01). Pada model 1 variabel terikat perilaku membaca label informasi gizi, sikap terhadap label informasi gizi berpengaruh positif dan nyata terhadap perilaku membaca label informasi gizi sebesar 43.1 persen (β=0.431; p<0.01). Uji regresi juga dilakukan untuk melihat pengaruh antarvariabel penelitian terhadap perilaku membaca label informasi gizi, tanpa adanya faktor internal dan eksternal (model 2). Berdasarkan hasil, perilaku membaca label informasi gizi
29 dipengaruhi sikap terhadap label informasi gizi secara positif dan nyata sebesar 43.4 persen (β=0.434; p<0.01). Persamaan regresi untuk model 2 tersebut, yaitu: Y = -100.016 – 4.219 X1 + 5.786 X2 + 33.750 X3 Persamaan di atas menunjukkan bahwa pengetahuan tentang label gizi berpengaruh positif terhadap label informasi gizi, serta persepsi dan sikap terhadap label informasi gizi memiliki pengaruh negatif terhadap perilaku membaca label informasi gizi. Hal tersebut berarti setiap kenaikan 1 satuan pengetahuan tentang label informasi gizi akan menaikkan skor perilaku membaca label informasi gizi sebesar 4.219 poin, serta setiap kenaikan persepsi dan sikap terhadap label informasi gizi akan menurunkan skor perilaku membaca label informasi gizi masing-masing sebesar 5.786 dan 33.750 poin. Tabel 20 juga menunjukkan variabel terikat perilaku membaca label informasi gizi (model 1) memiliki nilai adjusted R2 sebesar 0.221, berarti sebesar 22.1 persen perilaku membaca label informasi gizi dipengaruhi oleh faktor internal berupa karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan uang saku), faktor eksternal (jumlah sumber informasi dan mengikuti kuliah tentang label), pengetahuan tentang label informasi gizi, persepsi terhadap label informasi gizi, dan sikap terhadap label informasi gizi yang diteliti pada penelitian. Sebanyak 77.9 persen sisanya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Nilai adjusted R2 untuk variabel terikat perilaku membaca (model 2) adalah sebesar 0.223, artinya sebesar 22.3 persen perilaku membaca label informasi gizi dipengaruhi oleh variabel pada model regresi dan sisanya sebesar 77.7 persen dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti pada penelitian. Tabel 20 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Variabel
Perilaku membaca Model 1
Model 2
β Tersandardisasi Faktor internal: Usia (tahun) Jenis kelamin (0:laki-laki; 1:perempuan) Uang saku (Rp/bulan) Faktor eksternal: Jumlah sumber informasi (sumber) Mengikuti kuliah label (0:tidak pernah; 1:pernah) Pengetahuan (skor) Persepsi (skor) Sikap (skor) F Adj. R2 Sig Durbin-Watson
0.048 0.151**
0.058 0.074
-0.069 -0.024
0.031 -0.056
0.088
-0.050
-0.015
-0.045
0.110*
0.080
0.059
0.036
0.004
0.053
0.003
-0.007
0.110*
0.109** 0.636**
2.761 0.026 0.012* 1.953
44.755 0.434 0.000** 1.854
4.188 0.038 0.001** 2.020
Ket: * nyata pada p<0.05; ** nyata pada p<0.01
-0.055 0.075 0.431** 15.138 0.221 0.000** 1.918
-0.064 0.075 0.434** 39.170 0.223 0.000** 1.932
30 Faktor lain yang dapat memengaruhi perilaku membaca label informasi gizi antara lain gaya hidup, kelompok acuan, atau nilai. Kotler dan Keller (2009) menyatakan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen adalah faktor budaya (budaya, sub budaya, kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga, peran dan status), faktor personal (usia dan tahap siklus hidup, pekerjaan dan keadaan ekonomi, gaya hidup dan nilai, kepribadian dan konsep diri), dan faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, dan sikap).
Pembahasan Label informasi gizi adalah label yang memuat informasi mengenai kandungan gizi yang terkandung di dalam suatu produk. Informasi yang dimiliki konsumen tentang atribut produk yang akan dibelinya akan memengaruhi pemilihan dan perilaku konsumsinya (Mtimet et al. 2011). Bloom’s Taxonomy dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku atau tindakan yang muncul pada seseorang. Dasar dari taksonomi ini adalah untuk tujuan pembelajaran yang terdiri atas tiga domain, yakni kognitif (pengolahan informasi, pengetahuan, dan mental keterampilan), afektif (sikap dan perasaan), dan psikomotor (manipulatif, manual atau fisik keterampilan) (Churches 2012). Hasil penelitian Prinsloo et al. (2012) menyatakan pengetahuan produk konsumen memengaruhi kemampuannya dalam menginterpretasikan informasi dan menggunakannya. Berdasarkan Bloom’s Taxonomy, pengetahuan termasuk ke dalam domain kognitif proses belajar seseorang (Churches 2012). Hasil penelitian menunjukkan lebih dari separuh responden laki-laki maupun perempuan memiliki pengetahuan dengan kategori sangat baik. Hal tersebut dapat terlihat dari jawaban mayoritas responden yang menjawab dengan benar pernyataan terkait pengetahuan tentang label informasi gizi, antara lain pernyataan mengenai pengertian label pangan, kepanjangan dari istilah AKG dalam label informasi gizi, dan satuan zat gizi pada label informasi gizi (Lampiran 6). Hasil ini sesuai dengan Sulaeman (2009) dan Zahara (2009) bahwa sebagian besar responden berpengetahuan baik tentang label. Pembentukan pengetahuan dapat dipengaruhi faktor-faktor karakteristik individu. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa jenis kelamin dan uang saku memiliki hubungan yang positif dan nyata terhadap pengetahuan. Selain itu, jenis kelamin juga berpengaruh positif dan nyata terhadap pengetahuan. Hal ini sejalan dengan Xiaoli et al. (2012) bahwa pemahaman informasi responden tentang label pangan dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pengetahuan responden juga memiliki hubungan dan pengaruh secara positif dan nyata oleh jumlah sumber informasi yang diperoleh oleh responden. Hasil juga menunjukkan rendahnya pengetahuan responden mengenai hak dan kewajibannya sebagai konsumen. Hal ini terlihat dari persentase yang rendah atau hanya sedikit responden yang dapat menyebutkan butir-butir hak dan kewajiban konsumen dengan benar. Hasil ini sesuai dengan Purwandoko (2004) bahwa konsumen belum mengetahui hak dan kewajiban konsumen. Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap perilaku konsumen adalah persepsi (Shi, Pei, dan Zhigang 2011). Persepsi merupakan salah satu kategori di dalam domain psikomotor berdasarkan Bloom’s Taxonomy (Churches 2012). Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari separuh responden laki-laki dan
31 perempuan memiliki persepsi terhadap label informasi gizi dengan kategori baik. Hasil tersebut dapat dilihat dari sebaran jawaban responden yang menjawab setuju terkait persepsi terhadap label informasi gizi, antara lain pernyataan mengenai kegunaan label informasi gizi, manfaat label informasi gizi yang dirasakan oleh responden dan label informasi gizi sebagai bahan pertimbangan konsumen ketika berbelanja (Lampiran 7). Hal ini bertentangan dengan Grunert dan Wills (2007) bahwa persepsi konsumen terhadap label informasi gizi terkategori rendah atau kurang baik. Persepsi dipengaruhi pengalaman dan pengetahuan konsumen. Konsumen akan menghubungkan informasi yang diterimanya dengan pengetahuan produk yang dimiliki sebelumnya dan menggunakannya untuk menginterpretasikan label (Grunert dan Wills 2007; Prinsloo et al. 2012). Tingkat persepsi juga berkaitan dengan kepercayaan informasional yang diperoleh melalui informasi dari sumber yang dipercaya oleh konsumen (informasi tidak langsung) (Hidayat, Sumarwan, dan Yuliati 2009). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa jumlah sumber informasi memiliki hubungan positif dan nyata dengan persepsi. Pada penelitian ini juga diketahui bahwa pengetahuan responden memiliki hubungan positif dan nyata terhadap persepsi mengenai label informasi gizi. Hal ini sesuai dengan penelitian Ginting (2006) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan nyata antara lama pendidikan dan pengetahuan dengan persepsi konsumen. Hasil lainnya menunjukkan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh terhadap persepsi responden. Hasil tersebut sejalan dengan Grunert dan Wills (2007) bahwa pengetahuan juga memberikan pengaruh terhadap persepsi konsumen mengenai label gizi. Pengetahuan dan persepsi tentang suatu produk (label informasi gizi produk pangan) dalam diri konsumen, selanjutnya akan membentuk sikap konsumen yang mengarahkannya dalam bertindak (membaca label informasi gizi). Bloom’s Taxonomy menyatakan bahwa sikap termasuk di dalam domain afektif (Churches 2012). Hasil penelitian ini menemukan adanya hubungan positif dan nyata antara pengetahuan dan sikap. Selain itu, penelitian menemukan adanya pengaruh pengetahuan terhadap sikap. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa pengetahuan dapat memengaruhi sikap konsumen terhadap suatu produk (Retnaningsih, Utami, dan Muflikhati 2010). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi responden memiliki hubungan positif dan nyata dengan sikap, dan penelitian juga menunjukkan bahwa persepsi berpengaruh positif dan nyata terhadap sikap. Hasil tersebut sesuai dengan Hidayat, Sumarwan, dan Yuliati (2009) bahwa tingkat sikap yang baik diduga karena tingginya persepsi. Sikap yang dimiliki responden penelitian berbeda-beda. Souiden, Abdelaziz, dan Fauconnier (2013) menyatakan bahwa konsumen mempunyai perbedaan perilaku, tingkat keterlibatan, pemahaman, dan sikap terhadap penggunaan label gizi. Sebagian besar responden laki-laki dan perempuan memiliki sikap baik terhadap label informasi gizi. Hal tersebut dapat terlihat dari sebaran jawaban responden yang menjawab setuju pada pernyataan terkait sikap terhadap label informasi gizi, antara lain pernyataan perasaan konsumen terhadap produk yang mencantumkan label informasi gizi, kepercayaan konsumen terhadap label informasi gizi, dan kecenderungan tindakan responden terhadap label informasi gizi (Lampiran 8). Hasil tersebut sesuai dengan Sulaeman (2009) bahwa sikap responden terhadap label informasi gizi terkategori baik.
32 Penelitian menemukan sikap responden terhadap label informasi gizi memiliki hubungan positif dan nyata dengan jumlah sumber informasi yang diperoleh responden. Hal ini sesuai dengan Solomon (2002) yang menyatakan bahwa secara umum faktor lingkungan memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk sikap konsumen dengan berdasarkan jenis, jumlah, kualitas informasi, dan pengalaman yang tersedia. Selain itu, terdapat hubungan positif dan nyata antara sikap dan perilaku membaca. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa adanya hubungan positif dan nyata antara persepsi dengan perilaku membaca. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa terdapat hubungan nyata antara persepsi dan sikap terhadap lamanya penggunaan produk (Hidayat, Sumarwan, dan Yuliati 2009). Hal ini membuktikan bahwa selain sikap, persepsi juga memiliki hubungan dengan perilaku membaca label informasi gizi. Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh sikap yang positif dan nyata terhadap perilaku membaca label informasi gizi. Sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa sikap juga memengaruhi perilaku dan keputusan pembelian konsumen (Hidayat, Sumarwan, dan Yuliati 2009; Sulaeman 2009; Petrovici et al. 2012). Penelitian mengindikasikan bahwa karakteristik individu tidak berpengaruh terhadap perilaku membaca label informasi gizi. Hal ini sejalan dengan penelitian Susanto (2008) bahwa faktor internal responden tidak memiliki pengaruh terhadap perhatian responden akan label pangan. Label informasi merupakan sumberdaya terpenting untuk memberikan pengetahuan baru yang dapat membantu konsumen pada saat berbelanja. Label dapat digunakan oleh konsumen untuk membuat keputusan (Grunert dan Wills 2007) dan membaca serta memahami label merupakan bagian penting dalam proses konsumsi (Singla 2010). Hal tersebut dikarenakan label nutrisi berpengaruh positif dan nyata terhadap faktor minat beli, serta penggunaan label membantu konsumen membuat keputusan pembelian (Wills et al. 2009; Kolodinsky et al. 2008; Osei, Lawer, dan Aidoo 2012; Prinsloo et al. 2012). Namun, kenyataan yang ada berbeda dengan yang diharapkan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa lebih dari separuh responden memiliki perilaku membaca label informasi gizi dengan kategori kurang. Hasil tersebut dapat terlihat dari jawaban responden yang menjawab jarang atau tidak pernah pada pernyataan terkait perilaku membaca label informasi gizi, antara lain pernyataan mengenai penggunaan label informasi gizi oleh responden, mengingatkan orang lain untuk membaca label informasi gizi, dan perilaku membaca label informasi gizi ketika berbelanja (Lampiran 9). Penelitian lainnya juga menemukan hasil yang serupa bahwa mayoritas konsumen membaca label informasi hanya kadang-kadang atau hanya sesekali pada saat membeli pangan (Ranilovic dan Baric 2011; Osei, Lawer, dan Aidoo 2012). Alasan konsumen tidak membaca label informasi gizi, antara lain karena tidak tertarik dan malas untuk membaca label informasi gizi karena sulit memahaminya. Alasan tersebut sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya, dimana konsumen merasa label informasi gizi tidak menarik perhatian dan lebih penting untuk melihat harga, tidak adanya waktu untuk membaca, tidak ada rasa tanggung jawab terhadap pangan yang dikonsumsi, merasa sudah sering membeli dan mengonsumsi produk pangan dengan merek yang sama dan merasa memiliki pengalaman yang baik dengan produk tersebut, serta pada umumnya yaitu karena sulit atau tidak mempunyai kemampuan untuk
33 memahami informasi yang ada pada label pangan (Mannel et al. 2006; Signal et al. 2008; Singla 2010; Annunziata dan Vecchio 2012; Aygen 2012; Ranilovic dan Baric 2013). Beberapa penelitian mengemukakan bahwa konsumen dengan pengetahuan label informasi gizi yang baik akan lebih sering menggunakan label tersebut dibandingkan konsumen dengan pengetahuan yang kurang (Drichoutis, Lazaridis, dan Nayga 2006; Grunert dan Wills 2007; Osei, Lawer, dan Aidoo 2012; Merwe et al. 2012; Petrovici et al. 2012). Shi, Pei, dan Zhigang (2011) juga menyatakan tingkat persepsi berpengaruh nyata terhadap penggunaan produk atau perilaku konsumen. Namun, penelitian ini tidak menemukan adanya hubungan dan pengaruh antara pengetahuan terhadap perilaku membaca. Hasil tersebut sejalan dengan Susanto (2008) bahwa faktor pengetahuan tidak memengaruhi perilaku konsumen. Selain itu, persepsi juga tidak memiliki pengaruh terhadap perilaku membaca label informasi gizi. Hal ini diduga karena karakteristik individu penelitian ini cenderung bersifat homogen. Selain itu, meskipun responden memiliki pengetahuan, persepsi, dan sikap yang tinggi namun perilaku membaca label informasi gizinya rendah. Hal tersebut diduga karena responden tidak melakukan aksi nyata untuk membaca label dan tidak adanya kepedulian responden terhadap pangan yang dikonsumsinya, sehingga meskipun responden mengetahui akan pentingnya memerhatikan label produk pangan yang dikonsumsinya, namun responden tidak mengaplikasikan hal yang telah diketahui dan diyakini melalui perilakunya sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan domain Bloom’s Taxonomy, hanya domain afektif (sikap) yang memiliki pengaruh terhadap perilaku membaca label informasi gizi. Kontribusi penelitian ini bagi mahasiswa dan masyarakat pada umumnya adalah untuk memberikan informasi mengenai pentingnya membaca label informasi gizi dari produk pangan yang dikonsumsi dan merupakan suatu kewajiban bagi konsumen untuk membaca atau memerhatikan informasi dari produk yang dikonsumsinya, serta hak bagi konsumen untuk mendapatkan informasi mengenai produk yang dikonsumsi. Kontribusi bagi pemasar dan produsen adalah untuk memberikan informasi bahwa pencantuman label produk pangan secara benar, jelas, dan jujur merupakan salah satu kewajiban sebagai informasi yang berhak diterima dan diketahui oleh konsumen, sehingga dapat menentukan keputusan pembelian produk. Selain itu, bagi bidang keilmuan adalah untuk menambah atau memperkaya literatur di bidang konsumen khususnya terkait perilaku konsumen tentang label produk pangan, dan dapat dijadikan sebagai acuan informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Keterbatasan pada penelitian ini yaitu tidak adanya kontrol dalam pengisian kuesioner dengan cara self report yang menyebabkan responden dapat mengakses informasi dari sumber apapun untuk membantunya dalam mengisi kuesioner dengan jawaban yang benar, terutama terkait informasi mengenai pengetahuan label informasi gizi. Selain itu, karakteristik individu penelitian yang cenderung homogen dapat menjadikan data penelitian tidak representatif atau tidak mewakili semua karakteristik lainnya di kalangan mahasiswa.
34
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pengetahuan yang dimiliki responden tentang label informasi gizi berada dalam kategori sangat baik, persepsi dan sikap terhadap label informasi gizi pun tergolong dalam kategori baik, namun perilaku membaca label informasi gizi responden masih tergolong kurang. Artinya, responden tidak mengaplikasikan semua informasi yang diyakini, dirasakan, dan dipercaya ke dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang label informasi gizi antara responden laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan nyata, sedangkan persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi tidak terdapat perbedaan nyata. Karakteristik individu (jenis kelamin) berpengaruh terhadap pengetahuan tentang label informasi gizi. Pengetahuan tentang label informasi gizi yang dimiliki responden berjenis kelamin perempuan lebih baik dibandingkan laki-laki. Semakin banyaknya jumlah sumber informasi yang digunakan responden untuk mengetahui informasi mengenai label produk pangan, maka semakin baik pula pengetahuan responden tentang label informasi gizi. Pengetahuan tentang label informasi gizi yang semakin baik akan menjadikan persepsi dan sikap responden terhadap label informasi gizi semakin baik pula. Hal tersebut karena pengetahuan tentang label informasi gizi memengaruhi persepsi dan sikap terhadap label informasi gizi. Persepsi terhadap label informasi gizi juga dapat memengaruhi sikap terhadap label informasi gizi. Jadi, semakin baik persepsi terhadap label informasi gizi, maka semakin baik pula sikap terhadap label informasi gizi. Selain itu, semakin baik sikap terhadap label informasi gizi, maka perilaku membaca label informasi gizi responden akan semakin baik. Ini dikarenakan sikap terhadap label informasi gizi memengaruhi perilaku membaca label informasi gizi.
Saran Penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki perilaku membaca label informasi gizi yang kurang. Oleh karena itu, responden diharapkan untuk lebih memiliki kepedulian terhadap produk pangan yang dikonsumsinya, salah satunya yaitu dengan memerhatikan dan membaca label informasi gizi produk pangan tersebut. Responden juga diharapkan untuk memiliki dan meningkatkan kesadaran diri terhadap pentingnya membaca label informasi gizi dengan menambah informasi tentang label pangan dan gizi yang diperlukan tubuh untuk menjaga kesehatan, sehingga dengan informasi yang semakin bertambah akan meningkatkan kesadaran dan motivasi untuk membaca label informasi gizi. Selain itu, dengan adanya pengetahuan, persepsi, dan sikap responden yang baik terhadap label informasi gizi, diharapkan bagi responden untuk mengaplikasikannya ke dalam perilaku sehari-harinya yaitu dengan membaca label informasi gizi ketika memilih atau mengonsumsi produk pangan. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tidak adanya pengaruh pengetahuan terhadap perilaku membaca. Hal tersebut diduga karena karakteristik individu yang cenderung homogen. Oleh karena itu, disarankan bagi penelitian selanjutnya untuk menganalisis dengan responden yang karakteristiknya heterogen misalnya
35 dengan responden ibu rumah tangga. Tidak adanya kontrol saat mengisi kuesioner pun menjadi keterbatasan dalam penelitian ini, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat mengunakan metode pengisian kuesioner dengan mengumpulkan para responden dalam satu waktu di dalam ruangan dan waktu yang sama untuk menghindari adanya kecurangan saat pengisian kuesioner oleh responden. Selain itu, penelitian selanjutnya diharapkan untuk menganalisis faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi perilaku membaca yang belum diteliti di dalam penelitian ini. Saran bagi pemerintah (Kementerian Perdagangan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) dan lembaga-lembaga terkait lainnya, diharapkan dapat membuat program untuk lebih memperkenalkan informasi dan mengedukasi masyarakat terkait label produk pangan, hak, dan kewajiban konsumen, sehingga dapat meningkatkan kesadaran diri dan kepedulian terhadap pentingnya membaca label produk pangan, serta hak dan kewajibannya sebagai seorang konsumen. Program yang dibuat hendaknya berupa hal-hal atau media-media yang memiliki daya tarik yang tinggi untuk diperhatikan konsumen serta mudah dipahami pesan dan maksudnya, sehingga dapat menimbulkan kesadaran bagi konsumen, misalnya dengan menggunakan iklan layanan masyarakat yang menarik dan secara berkala ditayangkan pada media televisi, radio, dan lainnya. Selain itu, informasi tersebut dapat pula ditujukan kepada para produsen, sehingga produsen mengetahui dan memahami pentingnya dan merupakan suatu kewajiban bagi pihaknya untuk mencantumkan label informasi terkait produk pada produk pangan yang diproduksinya.
DAFTAR PUSTAKA Al Jannah W. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan kemasan pada mahasiswa kesehatan masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010 [skripsi]. Jakarta (ID): UIN Syarif Hidayatullah. Anic ID. 2010. Attitudes and purchasing behavior of consumers in domestic and foreign food retailers in Croatia. Journal of Economics. 28(1):113-133. Annunziata A, Vecchio R. 2012. Factors affecting use and understanding of nutrition information on food labels: Evidences from consumers. Agricultural Economics Review. 13(2):103-116. Ardiansyah R. 2011. Analisis pengetahuan, persepsi, dan perilaku mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB) IPB dalam pembelian nada sambung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ardiansyah R, Djamaludin MD, Herawati T. 2012. Analisis pengetahuan, persepsi, dan perilaku mahasiswa tingkat persiapan bersama (TPB) IPB dalam pembelian nada sambung. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 5(2):175-184. Aygen FG. 2012. Turkish consumers’ understanding and use of nutrition labels on packaged food products. Journal of Business and Social Science. 3(6):171-183. [BPKN] Badan Perlindungan Konsumen Nasional. 2007. Hasil kajian Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) di bidang pangan terkait perlindungan konsumen [Internet]. [diunduh 2014 Feb 25]; Tersedia pada: http://ditjenspk.kemendag.go.id/files/pdf/2013/06/04/hasil-kajian-badanperlin
36 dungan-konsumen-nasional-bpkn-di-bidang-pangan-terkait-perlindungankonsu men-id0-1370355071.pdf. [BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2005. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia nomor HK.00.06.51.0475 tentang pedoman pencantuman informasi gizi pada label pangan [Internet]. [diunduh 2013 Jun 28]; Tersedia pada:http://www2.pom.go. id/public/hukum_perundangan/pdf/SK%20Informasi%20Nilai%20Gizi.pdf. Borra S. 2006. Consumer perspectives on food labels. The American Journal of Clinical Nutrition. 83:1235S. Churches A. 2012. Bloom’s Digital Taxonomy [Internet]. [diunduh 2014 Agt 24]; Tersedia pada: http://edorigami.wikispaces.com/Bloom's+Digital+Taxonomy. Cowburn G, Stockley L. 2004. Consumer understanding and use of nutrition labelling: A systematic review. Journal of Public Health Nutrition. 8(1):2128.doi:10.1079/PHN2004666. Drichoutis AC, Lazaridis P, Nayga RM Jr. 2006. Consumer’s use of nutritional labels: A review of research studies and issues. Academy of Marketing Science Review. 2006(9):1-22. Drichoutis AC, Lazaridis P, Nayga RM Jr, Kapsokefalou M, Chryssochoidis G. 2008. A theoretical and empirical investigation of nutritional label use. European Journal of Health Economic. 9:293-304.doi:10.1007/s10198-0070077-y. Drummond KE, Brefere LM. 2007. Nutrition for Foodservice and Culinary Professionals Ed ke-6. United States of America (US): John Wiley & Sons. Ghozali I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ginting E. 2006. Persepsi ibu tentang label makanan kemasan anak sekolah dasar [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Grunert KG, Wills JM. 2007. A review of European research on consumer response to nutrition information on food labels. Journal of Public Health. 15:385-399.doi:10.1007/s10389-007-0101-9. Grunert KG, Celemin LF, Wills JM, Bonsmann SSG, Nureeva L. 2010. Use and understanding of nutrition information on food labels in six European countries. Journal of Public Health. 18:261-277.doi:10.1007/s10389-009-0307-0. Hamonangan F. 2006. Hubungan karakteristik dan perilaku orang tua murid TK Al-Chasanah dalam pemanfaatan label kemasan susu bubuk [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Hidayat IK, Sumarwan U, Yuliati LN. 2009. Persepsi dan sikap ibu terhadap klaim gizi dalam iklan susu formula lanjutan anak usia prasekolah dan hubungannya dengan keputusan pembelian. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 2(1):77-85. Jacobs SA, de Beer H, Larney M. 2010. Adult consumers’ understanding and use of information on food labels: a study among consumers living in the Potchefstroom and Klerksdorp regions, South Africa. Journal of Public Health Nutrition. 14(3):510-522.doi:10.1017/S1368980010002430. Kartika U. 2013. Banyak konsumen abaikan label informasi gizi [Internet]. [diunduh 2013 Jun 28]; Tersedia pada: http://health.kompas.com/read/2013/ 06/20/0825191/Banyak.Konsumen.Abaikan.Label.Informasi.Gizi.
37 Kolodinsky J, Green J, Michahelles M, Harvey-Berino JR. 2008. The use of nutritional labels by college students in a food-court setting. Journal of American College Helath. 57(3):297-301. Kotler P, Armstrong G. 2008. Prinsip-prinsip Pemasaran Ed ke-12. Jakarta (ID): Erlangga. Kotler P, Keller KL. 2009. Manajemen Pemasaran Ed ke-13. Jakarta (ID): Erlangga. Mannel A, Brevard P, Nayga RM Jr, Combris P, Lee R, Gloeckner J. 2006. French consumers’ use of nutrition labels. Journal of Nutrition and Food Sciences. 36(3):159-168.doi:10.1108/0034665061066-4896. Menteri Perdagangan RI (ID). 1999. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI (ID). 2012. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan [Internet]. [diunduh 2014 Agt 24]; Tersedia pada: http://codexindonesia.bsn.go.id/uploads/download/UU _Pangan_No.18__.pdf. Merwe DVD, Bosman M, Ellis S, de Beer H, Mielmann A. 2012. Consumers’ knowledge of food label information: an exploratory investigation in Potchefstroom, South Africa. Journal of Public Health Nutrition. 16(3):403408. Doi:10.1017/S136898001200287X. Montazeri B, Sharifinia K, Hadian H, Mohammadbagher SA, Bazarkhak S. 2013. The impact of attitude on consumer behavior. Universal Journal of Management and Social Sciences. 3(3)72-77. Mtimet N, Ujiie K, Kashiwagi K, Zaibet L, Nagaki M. 2011. The effects of information and country of origin on Japanese olive oil consumer selection. Agriculture, Food and Natural Resources. Muflikhati I, Yuliati LN, Maulanasari R. 2011. Pengetahuan istri dan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan penggunaan biogas. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 4(1):91-97. Osei MJ, Lawer DR, Aidoo R. 2012. Consumers’ use and understanding of food label information and effect on their purchasing decision in Ghana: A case study of Kumasi Metropolis. Asian Journal of Agriculture and Rural Development. 2(3):351-365. Pemerintah RI (ID). 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan [Internet]. [diunduh 2013 Des 15]; Tersedia pada: http://www.pipimm.or.id/view.php?view=1&id=18. Peter JP, Olson JC. 2010. Consumer Behavior and Marketing Strategy Ninth Edition. New York (US): McGraw-Hill Irwin. Petrovici D, Fearne A, Nayga RM Jr, Drolias D. 2010. Nutritional knowledge, nutritional labels, and health claims on food: A study of supermarket shoppers in the South East of England. British Food Journal. 114(6):768763.doi:10.1108/00070701211234318. Prinsloo N, Merwe DVD, Bosman M, Erasmus A. 2012. A critical review of the significance of food labelling during consumer decision making. Journal of Family Ecology and Consumer Sciences. 40:83-98. Purwandoko PH. 2004. Implementasi undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen barang di kota Surakarta. Yustisia. 4.
38 Puspitawati H, Herawati T. 2013. Metode Penelitian Keluarga. Bogor (ID): IPB Press. Ranilovic J, Baric IC. 2011. Differences between younger and older populations in nutrition label reading habits. British Food Journal. 113(1):109121.doi:10.1108/00070701111097376. Ranilovic J, Baric IC. 2013. Perceived barriers and motives to reading nutrition label among label ‘non-users’ in Croatia. Croatian Journal of Food Technology, Biotechnology and Nutrition. 8(1-2):52-57. Rasberry CN, Hensleigh KE, Misra R, Miller PJ, Ballard DJ. 2005. Determinants of nutrition label use/nonuse among college students. Research Quarterly for Exercise and Sport. 76(1):A44. Retnaningsih, Utami PW, Muflikhati I. 2010. Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku membeli buku bajakan pada mahasiswa IPB. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen. 3(1):82-88. Sanlier N, Karakus SS. 2010. Evaluation of food purchasing behaviour of consumers from supermarkets. British Food Journal. 112(2): 140150.doi:10.1108/00070701011018824. Schiffman LG, Kanuk LL. 2004. Consumer Behavior Eighth Edition. New Jersey (US): Pearson Prentice Hall. Septian J. 2013. Kondisi dan persepsi industri rumah tangga pangan (IRTP) tentang label kemasan pangan (studi kasus di Kota Bogor) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Shi Zeng, Pei Xu, Zhigang Wang. 2011. Are nutrition labels useful for the purchase of a familiar food? Evidence from Chinese consumers’ purchase of rice. Journal of Business China. 5(3):402-421.doi:10.1007/s11782-011-0137-0. Signal L, Lanumata T, Robinson JA, Tavila A, Wilton J, Mhurchu CN. 2008. Perceptions of New Zealand nutrition labels by Ma¯ori, Pacific and lowincome shoppers. Journal of Public Health Nutrition. 11(7):706713.doi:10.1017/S1368980007001395. Simanjuntak M. 2014. Maret. Tingkat keberdayaan dan strategi pemberdayaan konsumen. Disertasi, siap terbit. Singla M. 2010. Usage and understanding of food and nutritional labels among Indian consumers. British Food Journal. 112(1):83-92.doi:10.1108/00070 701011011227. Solomon MR. 2002. Consumer Behavior: Buying, Having, and Being Fifth Edition. United States of America: Prentice-Hall. Souiden N, Abdelaziz FB, Fauconnier A. 2013. Nutrition labelling: Employing consumer segmentation to enhance usefulness. Journal of Brand Management. 20:267-282. Sulaeman TC. 2009. Gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku wanita terhadap label nutrisi di supermarket carrefour Kiara Condong [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Kristen Maranatha Bandung. Sumarwan. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran Ed ke-2. Bogor (ID): Ghalia Indonesia. Susanta. 2006. Sikap: Konsep dan pengukuran. Jurnal Administrasi Bisnis. 2(2):94-106.
39 Susanto. 2008. Pengaruh label kemasan pangan terhadap keputusan siswa sekolah menengah atas dalam membeli makanan ringan di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2005. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta (ID): Raja Grafindo Persada. Wills JM, Schmidt DB, Blocka FP, Cairns G. 2009. Exploring global consumer attitudes toward nutrition information on food labels. Nutrition Reviews. 67:S102-S106. Doi:10.1111/j.1753-4887.2009.00170.x. Wojcicki JM, Heyman MB. 2012. Adolescent nutritional awareness and use of food labels: Results from the national nutrition health and examination survey. Journal of BMC Pediatrics. 12(55):1471-2431. Xiaoli Chen, Jahns L, Gittlesohn J, Youva Wang. 2011. Who is missing the message? Targeting strategies to increase food label use among US adults. Journal of Health Publication. 15(5): 760-772. Zahara S. 2009. Hubungan karakteristik individu, pengetahuan, dan faktor lain dengan kepatuhan membaca label informasi zat gizi, komposisi, dan kedaluarsa pada mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat UI Depok 2009 [skripsi]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
40
41
LAMPIRAN
42 Lampiran 1
Definisi operasional, pengukuran, dan pengolahan data variabelvariabel penelitian
1. Contoh adalah mahasiswa Institut Pertanian Bogor yang masih berstatus aktif pada semester tiga, lima, dan tujuh tahun ajaran 2013-2014. Mahasiswa dipilih secara acak berdasarkan teknik simple random sampling dengan lapis jenis kelamin. 2. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa. Faktor ini berupa karakteristik mahasiswa dan karakteristik keluarga mahasiswa. 3. Karakteristik mahasiswa adalah keadaan atau ciri khas pada mahasiswa yang menjadi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, uang saku, serta pengeluaran pangan. 4. Usia adalah lama hidup mahasiswa yang dinyatakan dalam satuan tahun. 5. Jenis kelamin adalah ciri biologis yang membedakan mahasiswa menjadi laki-laki atau perempuan. Jenis kelamin ini dikelompokkan menjadi 1 untuk mahasiswa berjenis kelamin laki-laki dan 2 untuk mahasiswa berjenis kelamin perempuan. Setelah di dummy berdasarkan sebaran data, jenis kelamin dikelompokkan menjadi 0 untuk mahasiswa dengan jenis kelamin laki-laki dan 1 untuk mahasiswa dengan jenis kelamin perempuan. 6. Uang saku adalah sejumlah uang yang digunakan mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan hidup, dapat berupa uang kiriman orang tua, beasiswa, hasil dari usaha, dan berbagai sumber lainnya. Uang saku ini dinyatakan dalam satuan rupiah per bulan. 7. Pengeluaran pangan adalah jumlah uang yang digunakan mahasiswa untuk membeli atau memenuhi kebutuhan pangannya. Pengeluaran pangan ini dinyatakan dalam satuan rupiah per bulan. 8. Karakteristik keluarga mahasiwa adalah ciri-ciri khas yang dimiliki oleh keluarga mahasiwa, seperti tingkat pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, dan jumlah tanggungan keluarga. 9. Tingkat pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan oleh orang tua responden. Pendidikan orang tua ini terdiri dari tidak tamat Sekolah Dasar (SD), tamat SD, tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), tamat Sekolah Menengah Atas (SMA), diploma (D1/D2/D3), dan sarjana (S1/S2/S3). Selanjutnya pendidikan orang tua dikelompokkan menjadi 0=non-pendidikan tinggi dan 1=pendidikan tinggi. 10. Pekerjaan orang tua adalah mata pencaharian yang dimiliki orang tua mahasiswa dalam mencari sumber nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup diri sendiri dan keluarganya. Pekerjaan orang tua ini dikelompokkan menjadi tidak bekerja, petani, buruh, PNS/ABRI/Polisi, pegawai swasta, wiraswasta, pensiunan, dan guru. Selanjutnya pekerjaan orang tua di dummy menjadi kategori 0=tidak bekerja dan 1=bekerja. 11. Pendapatan keluarga adalah hasil atau imbalan yang didapatkan oleh orang tua atau keluarga mahasiswa setelah melakukan suatu pekerjaan. Pendapatan orang tua ini dinyatakan dengan satuan rupiah per bulan. 12. Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang masih dibiayai oleh orang tua mahasiswa. Jumlah tanggungan ini dapat berupa keluarga inti maupun keluarga besar yang dinyatakan dalam satuan orang.
43 13. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa. Faktor ini berupa sumber informasi label, mengikuti kuliah terkait konsumen dan label produk pangan. 14. Sumber informasi adalah acuan atau tempat mahasiswa mendapatkan informasi mengenai label produk pangan. Sumber informasi ini meliputi pernah tidaknya mendapatkan informasi mengenai label produk pangan, jenis sumber informasi, dan jumlah sumber informasi. 15. Mendapatkan informasi adalah pengalaman (pernah atau tidak pernah) mahasiswa mendapatkan informasi mengenai label produk pangan yang dapat berasal dari berbagai sumber. Variabel ini dikelompokkan menjadi 0=tidak pernah dan 1=pernah. 16. Jenis sumber informasi adalah berbagai macam media yang memberikan informasi mengenai label produk pangan. Sumber tersebut dapat meliputi internet, media cetak (koran, majalah, atau tabloid), media elektronik (televisi atau radio), teman, keluarga, atau kerabat, serta berupa penyuluhan, seminar, atau ceramah. 17. Jumlah sumber informasi adalah banyaknya sumber yang diperoleh oleh mahasiswa untuk mendapatkan informasi-informasi berkaitan dengan label produk pangan. 18. Mengikuti kuliah terkait konsumen adalah pengalaman mahasiswa (pernah atau tidak pernah) dalam mengikuti perkuliahan terkait bidang konsumen. Variabel ini dikelompokkan menjadi 0=tidak pernah dan 1=pernah. 19. Mengikuti kuliah tentang label adalah pengalaman mahasiswa (pernah atau tidak pernah) dalam mengikuti perkuliahan tentang label produk pangan. Variabel ini dikelompokkan menjadi 0=tidak pernah dan 1=pernah. 20. Pengetahuan hak konsumen adalah semua informasi yang dimiliki mahasiswa terkait dengan hak-hak sebagai konsumen. Variabel ini diukur dengan pertanyaan dimana responden diminta untuk menjawab dengan menuliskan butir-butir hak konsumen. Apabila responden menjawab dengan benar, maka diberi skor satu dan skor nol apabila salah. Selanjutnya, skor yang diperoleh dikompositkan untuk dilakukan uji lanjutan. 21. Pengetahuan kewajiban konsumen adalah semua informasi yang dimiliki mahasiswa terkait dengan kewajiban yang harus dilakukan sebagai konsumen. Variabel ini diukur dengan pertanyaan dimana responden diminta untuk menjawab dengan menuliskan butir-butir kewajiban konsumen. Apabila responden menjawab dengan benar, maka diberi skor satu dan skor nol apabila salah. Selanjutnya, skor yang diperoleh dikompositkan untuk dilakukan uji lanjutan. 22. Label adalah keterangan yang memuat sejumlah informasi dari suatu produk yang dikonsumsi oleh mahasiswa yang dapat berbentuk gambar, tulisan, maupun keduanya. 23. Label informasi gizi adalah label yang memuat informasi mengenai kandungan gizi yang terkandung di dalam suatu produk. 24. Produk pangan adalah produk yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan dan minuman bagi mahasiswa. 25. Pengetahuan mahasiswa tentang label informasi gizi adalah semua informasi yang dimiliki mahasiswa mengenai label informasi gizi produk pangan. Kuesioner pengetahuan tentang label informasi gizi terdiri dari 15
44 pernyataan dengan skala Guttman (0=tidak dan 1=ya), dan skor total berkisar antara 0 sampai 15. Selanjutnya skor total dari pengetahuan diindekskan dengan skala 0-100. Berdasarkan indeks yang diperoleh selanjutnya dibuat interval kelas dengan empat kategori yaitu sangat kurang (skor ≤ 25), kurang (25 < skor ≤ 50), baik (50 < skor ≤ 75), dan sangat baik (skor > 75). 26. Persepsi mahasiswa terhadap label informasi gizi adalah penilaian atau sudut pandang mahasiswa mengenai label informasi gizi produk pangan berdasarkan rangsangan yang telah diperoleh sebelumnya. Kuesioner persepsi terhadap label informasi gizi terdiri dari 15 pernyataan dengan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, dan 4=sangat setuju), dan skor total berkisar antara 15 sampai 60. Skor total dari persepsi selanjutnya diindeks dengan skala 0-100. Berdasarkan indeks yang diperoleh selanjutnya dibuat interval kelas dengan empat kategori yaitu sangat kurang (skor ≤ 25), kurang (25 < skor ≤ 50), baik (50 < skor ≤ 75), dan sangat baik (skor > 75). 27. Sikap mahasiswa terhadap label informasi gizi adalah kecenderungan mahasiswa dalam berperilaku terhadap label informasi gizi produk pangan. Kuesioner sikap terhadap label informasi gizi terdiri dari 15 pernyataan dengan skala Likert (1=sangat tidak setuju, 2=tidak setuju, 3=setuju, dan 4=sangat setuju), dan skor total berkisar antara 15 sampai 60. Skor total dari sikap selanjutnya diindekskan dengan skala 0-100. Berdasarkan indeks yang diperoleh selanjutnya dibuat interval kelas dengan empat kategori yaitu sangat kurang (skor ≤ 25), kurang (25 < skor ≤ 50), baik (50 < skor ≤ 75), dan sangat baik (skor > 75). 28. Perilaku mahasiswa dalam membaca label informasi gizi adalah tindakan mahasiswa dalam membaca label informasi gizi produk pangan. Kuesioner perilaku membaca label informasi gizi terdiri dari 34 pernyataan dengan skala Likert (1=tidak pernah, 2=jarang, 3=sering, dan 4=selalu), dan skor total berkisar antara 34 sampai 136. Skor total dari perilaku membaca selanjutnya diindekskan dengan skala 0-100. Berdasarkan indeks yang diperoleh selanjutnya dibuat interval kelas dengan empat kategori yaitu sangat kurang (skor ≤ 25), kurang (25 < skor ≤ 50), baik (50 < skor ≤ 75), dan sangat baik (skor > 75).
45 Lampiran 2 Jumlah butir pernyataan, nilai reliabilitas, dan nilai validitas variabel penelitian
Variabel
Jumlah butir pernyataan
Pengetahuan 15 Persepsi 15 Sikap 15 Perilaku membaca 34 Ket: * nyata pada p<0.05; ** nyata pada p<0.01
Reliabilitas 0.631 0.844 0.728 0.918
Validitas 0.185*-0.411** 0.259**-0.661** 0.104*-0.564** 0.301**-0.673**
Lampiran 3 Kontrol kualitas data mencakup normalitas dan bentuk distribusi data penelitian Variabel
KolmogorovSmirnov Z
Normalitas
Skewness
Kurtosis
Faktor internal Karakteristik individu: − Usia 3.613 0.000 -0.016 -0.165 7.929 0.000 -0.442 -1.814 − Jenis kelamin 3.266 0.000 0.332 1.205 − Uang saku 2.819 0.000 -1.034 4.986 − Pengeluaran pangan Karakteristik keluarga: − Tingkat pendidikan 6.950 0.000 0.050 -2.008 ayah − Tingkat pendidikan 7.801 0.000 0.389 -1.858 ibu − Status pekerjaan 10.023 0.000 -1.694 0.875 ayah 7.466 0.000 0.253 -1.946 − Status pekerjaan ibu 1.506 0.021 -0.070 -0.070 − Pendapatan keluarga − Jumlah tanggungan 3.382 0.000 -0.120 -0.289 keluarga Faktor eksternal Jumlah sumber 5.408 0.000 1.121 0.698 informasi Mengikuti kuliah 8.843 0.000 0.863 -1.261 konsumen Mengikuti kuliah 8.617 0.000 0.750 -1.445 tentang label 5.291 0.000 -1.952 6.461 Pengetahuan 2.495 0.000 0.146 0.986 Persepsi 1.480 0.025 0.107 0.310 Sikap 0.870 0.436* 0.177 0.480 Perilaku membaca Ket: *normal/nyata pada p>0.05; skewness dan kurtosis normal pada nilai antara -2 sampai +2
46 Lampiran 4 Scatterplot uji heterokedastisitas variabel-variabel penelitian 1. Pengetahuan tentang label informasi gizi
2. Persepsi terhadap label informasi gizi
47 3. Sikap terhadap label informasi gizi
4. Perilaku membaca label informasi gizi (Model 1)
48 5. Perilaku membaca label informasi gizi (Model 2)
49
Lampiran 5 Sebaran responden berdasarkan peringkat prioritas label produk pangan
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Item Label Nama produk Jenis produk Waktu kadaluarsa Keterangan Halal Berat bersih Produsen/ alamat produksi Komposisi Informasi gizi Cara pemakaian/ penggunaan
Laki-laki
Perempuan
Peringkat label ke4 5 6
Peringkat label ke4 5 6
1
2
3
7
8
9
1
2
3
52.2 21.0 10.2 12.7 0.6
21.0 29.9 26.8 12.1 2.5
7.6 20.4 32.5 16.6 5.1
5.1 13.4 16.6 19.1 8.9
2.5 3.8 2.5 9.6 12.7
0.6
0.6
2.5
5.1
0.6 1.3
1.3 3.8
8.3 4.5
0.6
1.9
3.2
7
8
9
3.8 2.5 3.2 5.1 12.1
1.3 3.8 3.8 10.2 17.2
2.5 2.5 2.5 8.9 21.7
3.8 2.5 1.9 5.7 19.1
67.1 16.9 7.8 5.3 0.4
16.9 46.1 18.5 10.3 4.1
7.0 10.7 33.7 21.8 6.6
1.6 9.5 23.9 29.6 6.6
2.5 3.7 4.1 8.6 14.8
1.6 3.3 4.9 7.0 12.3
0.8 2.9 3.7 6.6 13.2
0.4 5.8 2.9 3.7 29.6
2.1 1.2 0.4 7.0 12.2
9.6
6.4
10.8
23.6
40.8
2.1
0.8
0.8
1.6
6.2
6.2
6.6
18.5
57.2
11.5 13.4
19.7 21.0
27.4 21.7
16.6 20.4
11.5 8.3
3.2 5.7
0.0 0.4
2.9 0.8
7.4 4.1
8.6 11.1
22.6 19.8
22.6 21.4
22.6 23.5
10.7 12.3
2.5 6.6
7.0
17.8
17.8
16.6
17.8
17.2
0.0
0.4
7.4
7.8
17.7
20.6
20.2
15.6
10.3
49
50 Lampiran 6
No.
Sebaran responden yang menjawab benar pernyataan pengetahuan tentang label informasi gizi Benar
Pernyataan L
1.
Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan 99.4 yang berbentuk gambar, tulisan, atau kombinasi keduanya. 2. Tidak semua jenis produk pangan wajib mencantumkan 28.7 label informasi gizi. 3. Label informasi gizi hanya berisi/memberikan keterangan 18.5 mengenai zat gizi yang terkandung di dalam produk saja. 4. AKG pada label informasi gizi merupakan singkatan dari 94.9 Angka Kecukupan Gizi. 5. Pada label informasi gizi, keterangan AKG dinyatakan 89.8 dalam bentuk persentase (%). 6. Label informasi gizi sama dengan label komposisi. 75.2 7. Semua zat gizi yang terkandung pada produk (meskipun 17.8 dalam jumlah sangat sedikit/jumlah yang tidak berarti) wajib dicantumkan. 8. Takaran saji (serving size) merupakan informasi yang 62.4 tidak wajib dicantumkan pada label informasi gizi. 9. Takaran saji adalah jumlah produk pangan yang biasa 87.3 dikonsumsi dalam satu kali makan. 10. Satuan yang digunakan untuk takaran saji yaitu gram 90.4 (g)/miligram (mg) dan liter (l)/mililiter (ml). 11. Zat gizi yang wajib dicantumkan dalam label informasi gizi adalah energi total, lemak total, protein, karbohidrat 88.5 total, dan natrium. 12. Informasi gizi harus dicantumkan dengan huruf yang jelas, mudah dibaca, dengan ukuran huruf sekurang-kurangnya 1 89.2 milimeter (mm). 13. Label informasi gizi dapat digunakan konsumen hanya untuk mengetahui zat gizi yang terkandung di dalam 28.0 produk saja. 14. Satuan yang digunakan untuk menyatakan ukuran energi 92.4 adalah kkal (kilokalori). 15. Zat gizi yang tidak dicantumkan pada label informasi gizi bukan berarti zat gizi tersebut tidak terkandung di dalam 68.2 produk pangan. Ket: L:laki-laki; P:perempuan; * nyata pada p<0.05; ** nyata pada p<0.01
P
Uji beda (p-value)
94.2
0.009**
20.6
0.064
24.7
0.145
96.7
0.369
96.3
0.009**
83.5
0.040*
13.2
0.202
81.5
0.000**
91.4
0.188
91.4
0.756
92.6
0.167
84.8
0.209
27.6
0.921
97.5
0.015*
74.9
0.142
51
Lampiran 7 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan persepsi terhadap label informasi gizi No.
1. 2.
3.
4.
5.
6. 7. 8.
9.
10.
Laki-laki
Pernyataan STS
TS
S
SS
STS
0.0
6.4
64.9
28.7
0.4
0.6
11.5
66.2
21.7
1.9
37.6
50.9
0.0
6.4
0.0
TS
Uji beda (p-value)
S
SS
L
P
1.2
70.0
28.4
3.22
3.26
0.521
0.0
6.2
74.9
18.9
3.09
3.13
0.625
9.6
0.4
27.6
62.9
9.1
2.68
2.81
71.9
21.7
0.4
3.3
72.4
23.9
3.15
3.20
0.371
8.3
64.9
26.8
0.4
2.9
65.4
31.3
3.18
3.28
0.116
9.6
54.8
31.8
3.8
10.3
65.0
22.2
2.5
2.70
2.83
0.042*
2.5
45.9
47.1
4.5
2.9
57.6
37.0
2.5
2.54
2.39
8.9
56.1
33.1
1.9
7.4
71.6
19.3
1.7
2.72
2.85
0.0
5.1
72.6
22.3
0.5
0.8
69.5
29.2
3.17
3.28
0.0
5.1
77.1
17.8
0.5
1.6
71.2
26.7
3.13
3.24
0.044*
0.018* 0.019* 0.042* 0.016*
51
Label informasi gizi sangat penting diperhatikan ketika membeli suatu produk pangan. Saya merasa lebih aman mengkonsumsi suatu pangan setelah memperhatikan label informasi gizinya terlebih dahulu. Saya merasa cemas/khawatir mengkonsumsi suatu pangan jika tidak memperhatikan label informasi gizi. Pencantuman label informasi gizi dapat menjadi pertimbangan bagi konsumen untuk membeli suatu produk pangan. Menurut saya, pencantuman label informasi gizi turut meningkatkan kualitas dari produk pangan tersebut. Saya malas untuk membaca label informasi gizi karena istilah-istilahnya yang sulit dimengerti. Label informasi gizi lebih menarik untuk diperhatikan dibandingkan label lainnya. Memperhatikan/membaca label informasi gizi pada saat berbelanja sangat membuang waktu saya. Informasi atau keterangan yang terdapat pada label informasi gizi sangat bermanfaat bagi konsumen. Menurut saya, label informasi gizi mempunyai manfaat yang besar.
Rata-rata (skala 1-4)
Perempuan
52
5
No.
Laki-laki
Pernyataan STS
TS
Rata-rata (skala 1-4)
Perempuan
S
SS
STS
TS
Saya memperhatikan dan membaca label informasi gizi karena label tersebut 0.0 9.6 71.3 19.1 0.0 2.5 memberikan informasi yang penting bagi kesehatan tubuh. 12. Saya tidak perlu mengeluarkan uang yang lebih banyak untuk membeli produk yang 1.3 29.3 59.2 10.2 1.6 27.2 mencantumkan label informasi gizi. 13. Produk pangan yang mencantumkan label informasi gizi membuat saya nyaman untuk 0.0 6.4 69.4 24.2 0.0 4.5 mengkonsumsinya. 14. Label informasi gizi berguna untuk mengetahui kandungan zat gizi yang terdapat di dalam 0.6 3.2 75.2 21.0 0.0 0.4 suatu produk pangan. 15. Label informasi gizi dapat membuat konsumen 0.0 6.4 71.3 22.3 0.4 4.5 lebih memperhatikan kesehatan tubuhnya. Ket: STS:sangat tidak setuju; TS:tidak setuju; S:setuju; SS:sangat setuju; L:laki-laki; P:perempuan; * nyata pada p<0.05
Uji beda (p-value)
S
SS
L
P
76.9
20.6
3.10
3.18
0.116
60.9
10.3
2.78
2.80
0.768
73.3
22.2
3.18
3.18
0.921
74.1
25.5
3.17
3.25
0.117
73.3
21.8
3.16
3.16
0.891
11.
Lampiran 8 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan sikap terhadap label informasi gizi No.
1. 2.
52
3
Lanjutan Lampiran 7
Laki-laki
Pernyataan
Kondisi emosional memengaruhi saya dalam memilih produk pangan ketika berbelanja. Saya merasa senang ketika produk pangan yang saya konsumsi mencantumkan label informasi gizi.
Rata-rata (skala 1-4)
Perempuan
Uji beda (L-P)
STS
TS
S
SS
STS
TS
S
SS
L
P
2.5
26.8
59.9
10.8
1.6
23.0
64.2
11.2
2.79
2.85
0.381
0.0
7.0
77.7
15.3
0.0
8.7
76.1
15.2
3.08
3.07
0.741
53
Lanjutan Lampiran 8 No.
Laki-laki
Pernyataan STS
3.
TS
S
Rata-rata (skala 1-4)
S
SS
L
P
Uji beda (L-P)
57.6
19.4
2.94
2.96
0.809
44.4
4.1
2.57
2.50
0.358
22.2
0.0
2.64
2.87
0.000**
34.2
0.8
2.60
2.71
0.095
51.0
4.5
2.66
2.59
0.366
65.5
4.5
2.73
2.74
0.765
67.5
6.6
2.22
2.23
0.817
68.3
6.2
2.82
2.81
0.787
20.1
2.1
2.71
2.79
0.137
51.4
46.5
3.39
3.44
0.370
60.1
10.3
2.90
2.80
0.095
37.0
1.2
2.46
2.65
0.001**
76.1
20.2
3.20
3.16
Perempuan SS
STS
TS
0.477
53
Saya merasa kesal/kecewa jika informasi gizi produk ditulis 1.3 21.7 59.2 17.8 0.4 22.6 dengan ukuran huruf yang sangat kecil, sehingga sulit dibaca. 4. Saya merasa bersalah pada diri sendiri jika tida 0.7 47.1 47.1 5.1 2.5 49.0 memperhatikan label gizi ketika membeli produk pangan. 5. Saya tidak ragu membeli produk pangan yang tidak 4.5 58.5 33.8 3.2 9.5 68.3 mencantumkan label informasi gizi. 6. Saya cenderung mengabaikan label informasi gizi ketika 5.7 51.6 39.5 3.2 7.0 58.0 membeli produk pangan. 7. Saya pasti akan membeli produk pangan setelah mengetahui 1.3 40.1 50.3 8.3 0.8 43.7 informasi gizinya yang dikandungnya. 8. Saya akan membeli suatu produk pangan jika produk tersebut 0.0 32.5 61.8 5.7 0.0 30.0 mencantumkan label informasi gizi. 9. Faktor keinginan terhadap suatu produk pangan terkadang membuat saya mengabaikan informasi gizi pada produk 1.9 28.7 59.2 10.2 3.3 22.6 tersebut ketika melakukan pembelian. 10. Label informasi gizi akan berpengaruh terhadap pembelian 0.6 25.5 65.0 8.9 0.0 25.5 produk pangan ketika saya berbelanja. 11. Label informasi gizi menyulitkan saya dalam pemilihan 6.4 61.8 28.0 3.8 3.3 74.5 produk pangan. 12. Menurut saya, produsen harus secara benar, jelas, dan jujur, 0.0 2.6 55.4 42.0 0.0 2.1 dalam mencantumkan informasi gizi produknya. 13. Menurut saya, label informasi gizi harus menggunakan bahasa 0.6 20.4 67.5 11.5 0.4 29.2 Indonesia dan huruf latin. 14. Tetap membeli produk walaupun tidak mencantumkan label 5.7 38.2 52.2 3.9 4.1 57.7 informasi gizi. 15. Saya percaya bahwa label informasi gizi merupakan bahan 0.0 3.8 72.6 23.6 0.0 3.7 pertimbangan yang baik dalam memilih produk pangan. Ket: STS:sangat tidak setuju; TS:tidak setuju; S:setuju; SS:sangat setuju; L:laki-laki; P:perempuan; ** nyata pada p<0.01
54 54
Lampiran 9 Sebaran responden berdasarkan analisis butir pernyataan perilaku membaca label informasi gizi
J
Sr
Sl
Rata-rata (skala 1-4) L P
0.4
50.3
44.0
5.3
2.59
2.54
0.420
3.8
1.2
52.3
41.2
5.3
2.45
2.51
0.323
45.2 45.9 45.9
4.5 3.2 3.2
2.9 1.2 3.3
49.0 44.4 39.9
43.2 49.1 51.0
4.9 5.3 5.8
2.51 2.50 2.50
2.50 2.58 2.59
0.847 0.204 0.135
47.8
40.1
4.5
10.3
54.3
32.5
2.9
2.41
2.28
0.055
5.7
59.9
33.1
1.3
9.1
58.0
31.7
1.2
2.30
2.25
0.491
6.4 2.5 3.2 1.9 2.6 3.2 4.5 2.5 3.2
44.6 34.4 30.6 31.8 31.2 28.0 49.7 38.9 47.8
46.5 54.8 59.2 58.6 57.3 61.1 42.0 53.5 43.3
2.5 8.3 7.0 7.7 8.9 7.7 3.8 5.1 5.7
3.3 0.8 0.8 1.6 0.8 0.8 2.5 1.2 1.6
44.1 24.7 21.8 29.6 32.1 28.0 49.8 39.5 45.7
47.3 61.3 66.3 60.5 58.0 63.4 42.8 52.7 46.9
5.3 13.2 11.1 8.3 9.1 7.8 4.9 6.6 5.8
2.45 2.69 2.70 2.72 2.73 2.73 2.45 2.61 2.52
2.55 2.87 2.88 2.75 2.75 2.78 2.50 2.65 2.57
0.241 0.008** 0.007** 0.597 0.786 0.554 0.532 0.700 0.440
Laki-laki No.
TP 1. 2. 3.
4. 5.
Perempuan
Pernyataan Memeriksa ketersediaan label informasi gizi pada produk yang akan dibeli. Membaca terlebih dahulu label informasi gizi pada produk ketika berbelanja. Seberapa sering Anda membaca keterangan berikut pada label kemasan: a. Takaran saji b. Jumlah sajian per kemasan c. Persentase AKG d. Catatan kaki (keterangan perhitungan persentase AKG dilakukan berdasarkan energi 2000 kkal dan kebutuhan masing-masing orang mungkin berbeda-beda) Menemukan produk pangan yang tidak mencantumkan label informasi gizi. Seberapa sering Anda membaca keterangan berikut pada label kemasan: a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Kolesterol Lemak Energi Vitamin Protein Karbohidrat Natrium Kalsium Zat besi
J
Sr
Sl
0.7
45.2
49.0
5.1
0.6
58.0
37.6
3.2 2.5 1.9
47.1 48.4 49.0
7.6
TP
Uji beda (L-P)
55
Lanjutan Lampiran 9 Laki-laki No.
6.
7.
8. 9. 10.
11.
12.
Perempuan
Pernyataan j. Gula k. Serat pangan Seberapa sering Anda menemukan produk yang tidak mencantumkan label informasi gizi, pada jenis pangan: a. Makanan ringan b. Minuman (botol, kaleng, gelas) c. Produk pangan olahan (sosis, daging burger, kentang, nugget, dll) d. Makanan instant e. Minuman instant (serbuk, kental) f. Roti g. Makanan kaleng (sarden, buah kaleng, dll) Apabila saya telah membeli produk pangan yang tidak mencantumkan label informasi gizi, saya akan membuangnya. Membaca label informasi gizi terlebih dahulu dibandingkan label lainnya. Mengingatkan orang lain (keluarga, teman, saudara) untuk memperhatikan label informasi gizi ketika berbelanja. Menyampaikan komplain/keluhan ketika terdapat produk pangan yang tidak mempunyai label informasi gizi.
Uji beda (L-P)
TP 3.2 9.6
J 43.3 59.2
Sr 47.8 28.7
Sl 5.7 2.5
TP 1.6 6.2
J 39.5 60.9
Sr 48.1 28.8
Sl 10.8 4.1
10.8 12.1
45.9 55.4
41.4 31.2
1.9 1.3
11.5 10.3
50.6 56.4
35.8 32.9
2.1 0.4
2.34 2.22
2.28 2.23
0.345 0.749
7.6
56.1
33.1
3.2
12.3
61.7
23.1
2.9
2.32
2.16
0.017*
10.2 9.6 7.6 14.0
57.9 55.4 49.7 56.7
28.7 31.8 38.9 27.4
3.2 3.2 3.8 1.9
13.2 12.3 9.9 15.2
63.8 65.9 58.8 68.0
22.2 20.2 28.4 15.6
0.8 1.6 2.9 1.2
2.25 2.29 2.39 2.17
2.11 2.11 2.24 2.03
0.042* 0.007** 0.026* 0.023*
35.7
45.2
15.9
3.2
36.2
51.9
8.2
3.7
1.87
1.79
0.381
10.2
53.5
34.4
1.9
11.1
55.5
30.5
2.9
2.28
2.25
0.591
16.6
49.7
33.1
0.6
20.2
50.2
25.5
4.1
2.18
2.14
0.395
51.6
35.7
11.5
1.2
59.3
35.0
5.3
0.4
1.62
1.47
0.053
58.0
29.3
11.5
1.2
67.9
25.5
6.2
0.4
1.56
1.39
0.024*
58.0
28.7
12.7
0.6
73.7
21.8
3.7
0.8
1.56
1.32
0.000**
0.124 0.402
55
Jika saya menemukan produk yang tidak mencantumkan label informasi gizi, maka saya akan melaporkannya di tempat saya membelinya. Jika saya menemukan produk yang tidak mencantumkan label informasi gizi, saya akan mengembalikannya dan meminta ganti rugi di tempat saya membeli.
Rata-rata (skala 1-4) L P 2.56 2.68 2.24 2.31
56 56
Lanjutan Lampiran 9 Laki-laki No.
0.4
1.44
1.21
0.000**
19.0
2.89
2.96
0.260
3.3
2.02
1.98
0.516
Pernyataan TP
13.
Sl
Rata-rata (skala 1-4) L P
Perempuan
J
Sr
Sl
TP
J
Sr
Mendapat ganti rugi dari produk yang tidak 66.2 23.6 10.2 0.0 83.1 13.6 2.9 mencantumkan label informasi gizi. 14. Mengabaikan label informasi gizi ketika membeli produk 0.0 28.7 53.5 17.8 0.4 21.8 58.8 pangan. 15. Ketika menemukan produk yang tidak mencantumkan label informasi gizi, saya menceritakan kepada orang lain 29.3 41.4 27.4 1.9 32.1 41.6 23.0 (keluarga, teman, saudara) agar mereka berhati-hati ketika berbelanja. Ket: TP:tidak pernah; J:jarang; Sr:sering; Sl:selalu; L:laki-laki; P:perempuan; * nyata pada p<0.05; ** nyata pada p<0.01
Uji beda (L-P)
57 Lampiran 10
Hubungan antara faktor internal, faktor eksternal, pengetahuan, persepsi, sikap, dan perilaku membaca label informasi gizi produk pangan
Variabel Faktor Internal Karakteristik individu: − Usia1 (tahun) − Jenis kelamin3 (0:laki-laki; 1:perempuan) − Uang saku1 (Rp/bulan) − Pengeluaran pangan1 (Rp/bulan) Karakteristik keluarga: − Tingkat pendidikan ayah2 (0:non-pendidikan tinggi; 1:pendidikan tinggi) − Tingkat pendidikan ibu2 (0:non-pendidikan tinggi; 1:pendidikan tinggi) − Status pekerjaan ayah3 (0:tidak bekerja; 1:bekerja) − Status pekerjaan ibu3 (0:tidak bekerja; 1:bekerja) − Pendapatan keluarga1 (Rp/bulan) − Jumlah tanggungan keluarga1 (orang) Faktor eksternal Jumlah sumber informasi1 (sumber) Mengikuti kuliah terkait konsumen2 (0:tidak pernah; 1:pernah) Mengikuti kuliah tentang label2 (0:tidak pernah; 1:pernah) Pengetahuan1 Persepsi1 Sikap1 Perilaku membaca1
Pengetahuan
Persepsi
Sikap
Perilaku membaca
0.037
0.060
-0.015
0.032
9.724**
2.806
2.317
1.668
0.109*
-0.031
-0.009
-0.084
0.097
-0.039
-0.030
-0.067
-0.036
-0.057
-0.040
0.032
-0.020
-0.094
-0.055
-0.046
3.024
1.273
1.549
3.763
0.536
2.285
2.907
1.753
0.018
-0.037
-0.060
-0.075
0.007
-0.020
-0.079
-0.048
0.117*
0.116*
0.142**
0.093
0.011
-0.006
0.052
-0.026
0.056
0.098
0.092
0.034
0.123* 1
0.188** 0.663** 1
0.046 0.350** 0.472** 1
1
Ket: *nyata pada p<0.05; **nyata pada p<0.01; 1:uji hubungan Pearson; 2:uji hubungan Spearman; 3 :uji hubungan Chi-square
58
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1992. Penulis merupakan anak pertama (kembar) dari pasangan Muhammad Fauzi (Alm.) dan Neneng R. Djubaedah, SPd. Penulis memiliki seorang saudara kembar (Adik). Penulis tinggal di Cimanglid, Kabupaten Bogor tempat dimana penulis tumbuh dan dibesarkan. Tingkat pendidikan menengah atas penulis tempuh di SMA Rimba Madya Bogor hingga penulis lulus pada tahun 2010. Pada tahun yang sama pula penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (IKK), Fakultas Ekologi Manusia. Penulis aktif mengikuti organisasi selama menjadi mahasiswa, yaitu pada Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) sebagai anggota Consumer Club (2011-2012), Bendahara divisi Consumer Management HIMAIKO (2012-2013). Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Penerapan Komputer pada tahun 2014. Peneliti aktif dalam kepanitiaan acara-acara yang diselenggarakan di tingkat departemen dan fakultas, antara lain: anggota divisi konsumsi dalam rangkaian kegiatan Masa Perkenalan Fakultas Ekologi Manusia “HERO 48” (2012), anggota divisi danus dan konsumsi pada Masa Perkenalan Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen “FAMOUS 48” (2012), divisi humas dan publikasi pada kegiatan Consumer Goes To Company HIMAIKO (2012) bendahara divisi acara pada Family and Consumer Day 2012 Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (2012), bendahara pada kegiatan Duta Konsumen (2013), bendahara pada kegiatan IKK Goes To Company HIMAIKO (2013), sekretaris pada kegiatan Consumer Action (2013) anggota divisi sponsorship pada Family and Consumer Day 2013 Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen (2013). Peneliti juga mendapatkan beasiswa BBM dari DIKTI pada tahun 2011-2014.