PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT KOTA BOGOR TERHADAP ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata Lindl.) (Studi Kasus di Pedagang Tanaman Hias Kota Bogor)
DARMA BONIFACIUS PARULIAN HUTABARAT E 34101061
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN DARMA BONIFACIUS PARULIAN HUTABARAT. E 34101061. Persepsi Dan Sikap Masyarakat Kota Bogor Terhadap Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) (Studi Kasus di Pedagang Tanaman Hias Kota Bogor). Dibawah Bimbingan EDHI SANDRA Anggrek merupakan salah satu kekayaan hayati indonesia. Tergolong jenis anggrek hutan yang langka dan diminati banyak orang untuk koleksi, atau sebagai prospek bisnis. Hal ini akan mengancam anggrek hitam kepada kepunahan apabila terjadi pengeksploitasian secara terus menerus. Untuk itu, perlu diupayakan teknis budidaya dan pelestarian yang tepat. Sikap masyarakat terhadap anggrek hitam menjadi satu hal yang perlu diketahui, dan persepsi seseorang terhadap anggrek hitam besar pengaruhnya, karena persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Penelitian ini dilakukan di pedagang tanaman hias Kota Bogor, dengan menggunakan metode pendekatan deskriptif. Alat dan bahan yang digunakan adalah alat tulis, kamera, tape recorder, dan kuisioner. Jenis dan sumber data yang diteliti terbagi kedalam data primer yang mencakup karakteristik, sikap dan persepsi. Sementara data sekunder mencakup kondisi dan masyarakat kota bogor. Metode pengambilan responden dengan menggunakan Purposive Sampling dangan ukuran sampel Slovin (1990), dan teknik pengolahan data menggunakan skala Likert (STS, TS, CS, S, SS) serta rating. Karakteristik responden yang memiliki persentase tertinggi adalah wanita (57%), 31-40 tahun (31%), tingkat pendidikan adalah perguruan tinggi (63%),jenis pekerjaan adalah wirausaha dan swasta (35%), pendapatan/bulan antara Rp 2.000.000 - Rp 3.000.000 dan status pernikahan adalah menikah (64%). Masyarakat Kota Bogor menunjukkan persepsi yang positif terhadap anggrek hitam. Dengan nilai tertinggi 420 (rata-rata 4,20), pada ‘Anggrek hitam merupakan tanaman langka’ dan persepsi terendah dengan nilai 343 (rata-rata 3,43), yaitu persepsi ‘habitat asli anggrek hitam adalah hutan. Pola sikap tertinggi adalah koleksi anggrek hitam (60%), hari dan waktu tidak tentu (30%) dan (66,6%), dilakukan di halaman rumah (83,3%), dengan keluarga (50%), dilakukan 1 x 1 bulan dalam 2 bulan terakhir (30%), sudah menjadi kebiasaan (91,6%) dengan tingkat kepuasaan sangat puas (53,3%) dan pola sikap terendah adalah Membaca literatur anggrek hitam (12%), dengan hari dan waktu tidak tentu (50%) dan (66,6%), dilakukan di rumah (41,6%), sendiri (75%), tidak pernah dilakukan dalam 2 bulan terakhir (100%), tidak ada pilihan aktivitas (50%), dengan kepuasan cukup puas (50%). Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah masyarakat Kota Bogor mempunyai persepsi positif terhadap anggrek hitam dan pemerintah kota bogor diharapkan lebih berperan serta dalam menggalakkan program konservasi dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat. Kata kunci : Persepsi, Sikap, Masyarakat, Anggrek hitam
SUMMARY DARMA BONIFACIUS PARULIAN HUTABARAT. E 34101061. Perception And Attitude Of Bogor Community Towards Black Orchid (Coelogyne pandurata Lindl.) (Study Case : Bogor City’s Nursery). Under Supervision of EDHI SANDRA
Black Orchid is one of the Indonesia’s natural resources. This rare forest orchid attracting many people to collect them to their hobby or to give them business prospect. This case will become a threat for this black orchid, which will extinct if there is continual exploitation without sustainable management. For that reason, cultivation technique and the right preservation are need. Peoples attitude become an important matter, and perception of people regarding an orchid from a mayor impact, because perception constitute as a base in attitude formation. Research conducted in nursery at Bogor City, West Java using descriptive methods. Instruments and materials are camera, marker, tape recorder and questionnaires. Kind and source of data is primary data are characteristics, perceptions and attitude of Bogor societies. Secondary data are conditions of society in Bogor city. Data collected with purposive sampling with using Slovin (1990) method. Data processed using Likert scale (STS, TS, CS, S, SS) and rating. Characteristics of respondent in highest percentage are female (57%), 31st-40th years (31%), last education is collage (63%), work as private and entrepreneur (35%), income/month between Rp 2.000.000 - Rp 3.000.000 and had married status (64%). Bogor’s society gives a positive perception of black orchid. Highest score 420 (average 4,20), the perception of “Black orchid is classified as a rare plants” and lowest score 343 (average 3,43), the perception of “The genuine habitat of black orchid is forest”. The highest rating of attitude pattern are collection black orchid (60%), in day and time others (30%) and others (66,6%), at yard (83,3%), with family (50%), frequency in the last 2 month is 1 x 1 /month (30%), as hobby (91,6%), satisfaction is very satisfy (53,3%) and the lowest rating of attitude pattern are reading a literature (12%), in day and time others (66,6 %) and others (50%), at home (41,6%), alone (75%), never done in last 2 month (100%), there no other activity (50%), satisfaction is enough satisfy (50%). Community in Bogor city has a positive perception of black orchid. Local government expected to become more involved in improving a conservation programs in Bogor and gives some extensions for the society. Keywords : Perception, Attitude, Community, Black Orchid
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi dan Sikap Masyarakat Kota Bogor Terhadap Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) (Studi Kasus di Pedagang Tanaman Hias Kota Bogor) adalah benar-benar hasil kerja saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Mei 2008
Darma Bonifacius Parulian Hutabarat NRP E34101061
Judul Skripsi : Persepsi dan Sikap Masyarakat Kota Bogor Terhadap Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) (Studi Kasus di Pedagang Tanaman Hias Kota Bogor) Nama
: Darma Bonifacius Parulian Hutabarat
NIM
: E34101061
Menyetujui; Dosen Pembimbing
Ir. Edhi Sandra, M.Si NIP. 132 055 229
Mengetahui; Dekan Fakultas Kehutanan
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr NIP. 131 578 788
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas berkat dan karunia Tuhan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan IPB dengan judul “PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT KOTA BOGOR TERHADAP ANGGREK HITAM (Coelogyne pandurata Lindl.) (Studi Kasus di Pedagang Tanaman Hias Kota Bogor)”. Adanya paradigma baru menuju pelestarian tanaman hias khususnya anggrek hitam menyebabkan semakin banyak penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat yang tinggal disekitar Kota Bogor. Keberhasilan pelestarian banyak bergantung pada kadar dukungan dan penghargaan yang diberikan kepada kawasan yang dilindungi oleh masyarakat di sekitarnya. Karena itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola dalam rangka meningkatkan partisipasi dan dukungan masyarakat terhadap kegiatan konservasi di Kota Bogor. Tanpa dukungan masyarakat, upaya konservasi yang dilakukan tidak akan berhasil dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Namun demikian, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi yang membacanya. Akhirnya penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ir. Edhi Sandra, M. Si yang telah membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini.
Bogor, Mei 2008
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, 14 April 1983 merupakan anak pertama dari pasangan Bapak T. Hutabarat dan Ibu M.A.P. Butarbutar. Jenjang pendidikan formal dimulai tahun 1987 di TK Tugu Ibu, Depok. Kemudian penulis melanjutkan ke SD Negeri Mekarjaya XXII Depok pada tahun 1989, tahun 1995 melanjutkan ke SMP Negeri 4 Depok dan lulus tahun 1998. Pendidikan selanjutnya ditempuh di SMUN 2 Depok, dan lulus tahun 2001. Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan
Tinggi
Negeri)
di
Fakultas
Kehutanan
Jurusan
Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Selama mengikuti perkuliahan di IPB, penulis pernah melakukan kegiatan Praktek Pengenalan Hutan di Cagar Alam Leuweung Sancang dan Kamojang, Praktek Pengelolaan Hutan di KPH Tasikmalaya serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Selama menjadi mahasiswa penulis mengikuti beberapa organisasi. Penulis menjadi pengurus PMK-E dari tahun 2002-2003. Selain itu penulis juga aktif pada organisasi Himpunan Mahasiwa Konservasi (HIMAKOVA) dan menjadi anggota Kelompok Pemerhati Herpetofauna (HPH). Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Kehutanan IPB, maka penulis menyusun skripsi dengan judul “Persepsi dan Sikap Masyarakat Kota Bogor Terhadap Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) (Studi Kasus di Pedagang Tanaman Hias Kota Bogor) di bawah bimbingan Ir. Edhi Sandra, M.Si.
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan penuh rasa hormat, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.
Keluargaku tercinta Bapak, Mama, Christian dan Detri atas segala kasih sayang dan dukungannya.
2.
Bapak Ir. Edhi Sandra, M.Si. selaku dosen pembimbing atas segala bimbingan dan pengarahannya selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
3.
Ibu Dr. Ir Ulfah Juniarti Siregar, M.Agr selaku dosen penguji dari Departemen Silvikultur.
4.
Ibu Arinana, S.Hut., M.Si selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan.
5.
My Brother’s Family, B’RamCoY, Ag The King, MarCho, Miki, Edo n Ega n Little Sis Damay atas dukungannya.
6.
B’Martin dan Imphi selaku dosen pembimbing bayangan.
7.
Keluarga Besar Hutabarat dan Butarbutar atas dukungan moral dan materinya.
8.
Keluarga besar Komisi Kesenian khususnya KomKes’38 (Soncret, Tomcret, Ganz, Mico, Ara, Maria, Berlian, V2n and My Nia) atas hiburan dan bantuannya dalam penyelesaian skrisip ini.
9.
Rekan-rekan seperjuangan KSH’38 dan Fahutan (Ernest, Jackpot, Arin, Bcex, Inggar, Wempi, Tri, Demak, Galuh, P’d, Edith, V2 dan banyak lagi) atas inspirasi dan dukungannya.
10. Rekan Fantastic Four (Babeh Iteng, TesPen dan Novita) SEMANGAT !!! Kita PASTI Lulus. 11. Laura Evelyna Hutagalung untuk semangat, kritik, omelan dan segala bantuannya sampai saat penyelesaian skripsi. 12. Mega yang selalu setia menemani dan mengantar semua kegiatanku. 13. Serta semua pihak yang terkait dalam setiap proses studi mulai dari awal masuk hingga penyelesaian skripsi yang tidak dapat disebutkan satupersatu.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ................................................................................................................ i DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................ ii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................................... iii BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah...................................................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian......................................................................................... 3 1.5 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................. 4 1.6 Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 4 1.7 Hipotesis Penelitian ....................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi......................................................................................................... 7 2.2 Sikap.............................................................................................................. 8 2.3 Hubungan Antara Persepsi dan Sikap ........................................................ 10 2.4 Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) ............................................. 11 2.5 Tanaman Hias ............................................................................................. 13 2.6 Penggolongan Tanaman Hias ..................................................................... 14 2.7 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati ......................................................... 15 2.8 Masyarakat dan Konservasi ........................................................................ 16 2.9 Kota ............................................................................................................. 17 2.10 Tinjauan Penelitian Terdahulu................................................................... 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 22 3.2 Pendekatan Penelitian................................................................................. 22 3.3 Alat dan Bahan ............................................................................................ 22 3.4 Jenis dan Sumber Data ............................................................................... 22 3.5 Pengambilan Responden ............................................................................ 23 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data......................................................... 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bogor ..................................................................... 27 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ............................................................................. 31 5.2 Persepsi Responden terhadap Anggrek Hitam............................................38 5.3 Sikap Responden dan Polanya terhadap Anggrek Hitam......................... ..40 5.4 Upaya-upaya yang Dilakukan untuk Melestarikan Anggrek Hitam ............. 43 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan .................................................................................................. 46 6.2 Saran ........................................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 48
i
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan ................................................. 23 2. Lokasi Penelitian dan Jumlah Responden ................................................ 31 3. Analisis Rentang Kriteria Persepsi terhadap Anggrek Hitam .................... 38 4. Rating Tertinggi Sikap Responden Berikut Pola terhadap Anggrek Hitam........................................................................................... 41 5. Rating Terendah Sikap Responden Berikut Pola terhadap Anggrek Hitam........................................................................................... 42
ii
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Skema Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... 5 2. Proses Terbentuknya Persepsi Model Literre .......................................... 10 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.............................. 31 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia............................................. 33 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Formal ......... 34 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Tetap.......................... 35 7. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan Per Bulan................ 36 8. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan....................... 37
iii
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Kuisioner ............................................................................................................. 49 2. Lokasi penelitian ................................................................................................... 57 3. Anggrek hitam (Coelogyne pandurata) ............................................................. 60
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Keberadaan masyarakat tidak mungkin dipisahkan dari alam dan memiliki ketergantungan terhadap sumberdaya alam berupa air, tumbuhan, satwa, udara dan sebagainya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia itu sendiri secara langsung atau tidak langsung disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. Tanaman hias merupakan salah satu dari kekayaan sumberdaya alam yang dianggap penting untuk dikaji. Tanaman hias mempunyai pengaruh yang langsung pada manusia secara ekologi, digunakan untuk mengatur erosi dan dingin, untuk memberikan perangkat tempat rekreasi dan olahraga serta untuk memuaskan keinginan manusia pada benda-benda yang indah. Selain fungsi tersebut, tanaman hias memiliki prospek bisnis yang sangat berpotensi di Indonesia
untuk
meningkatkan
pendapatan
dan
memperluas
lapangan
pekerjaan. Perkembangan usaha tanaman hias di berbagai daerah di Indonesia telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang cukup penting, karena tidak hanya dilakukan atas dasar aktivitas hobi, melainkan dilakukan secara komersial yang mampu menggerakkan pertumbuhan industri barang dan jasa. Kota Bogor sebagai salah satu sentra produksi tanaman hias di Jawa Barat memberikan kontribusi cukup besar bagi produksi tanaman hias Jawa Barat khususnya, Indonesia pada umumnya. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan industri tanaman hias di wilayah Kota Bogor, dengan banyaknya sentra-sentra perdagangan tanaman hias yang tumbuh dan berkembang, mulai dari pasar-pasar resmi maupun pedagang yang memanfaatkan jalur-jalur hijau Kota Bogor sebagai tempat berjualan tanaman hias. Pada umumnya, tanaman hias yang banyak digemari adalah tanaman hias hutan, tanaman tersebut merupakan jenis-jenis tanaman hias yang awal mulanya berasal dari dalam hutan, kemudian dimanfaatkan dengan cara dibudidayakan untuk mendapatkan manfaat yang berkesinambungan. Jenis-jenis tanaman hias yang banyak digemari seperti Anggrek, Palem dan lain-lain. Daya tarik tanaman hias hutan hampir sama dengan tanaman hias lainnya (dilihat dari habitus, warna dan kemampuan diri menyesuaikan diri dengan lingkungan
2
sekitar), namun faktor paling mendukung para konsumen atau pecinta tanaman hias untuk memelihara tanaman tersebut adalah status kelangkaan dari jenis tanaman tersebut. Tanaman hias hutan yang memiliki status kelangkaan tinggi akan semakin dicari, digemari serta memiliki nilai jual yang tinggi. Anggrek merupakan salah satu kekayaan hayati Indonesia. Tidak kurang dari 5000 spesies hidup tersebar di seluruh wilayah Indonesia (Puspitaningtyas & Mursidawati, 1999). Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) sebagai salah satu jenis anggrek alam dari Kalimantan, bunganya berbau harum lembut dan lama mekar bunga sekitar 5-6 hari (Sastrapradja et. al., 1976). Anggrek hitam ini termasuk
jenis
anggrek
yang
banyak
diminati
masyarakat,
sehingga
keberadaannya menjadi terancam dikarenakan pengeksploitasian anggrek dari alam yang dilakukan secara berlebihan. Apabila hal ini terjadi terus-menerus, maka anggrek hitam akan mengalami kepunahan. Anggrek hitam ini termasuk ke dalam tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 yang dikeluarkan pada tanggal 27 Januari 1999. Untuk mencegah terjadinya kepunahan ini, maka perlu diupayakan teknis budidaya dan pelestarian yang tepat. Sikap masyarakat terhadap anggrek hitam menjadi suatu hal yang perlu diketahui, dan persepsi seseorang terhadap anggrek hitam besar pengaruhnya, sebab persepsi merupakan suatu dasar dari pembentukan sikap dan perilaku. Persepsi secara umum sering diartikan sebagai penglihatan atau daya menanggapi terhadap suatu obyek, baik itu obyek fisik maupun sosial. Pengertian tersebut senada dengan batasan yang dikemukakan oleh Kimball Young, “Perception refers to activity of sensing, interpreting, and appreciating object both physical and social.” (Kimball Young, 1956). Persepsi masyarakat terhadap anggrek hitam pada umumnya dapat dibedakan menjadi menolak, bekerjasama dan mengurus. Maka dari itu perlu dibangun persepsi yang benar terhadap anggrek hitam. Kepedulian masyarakat untuk memanfaatkan anggrek hitam secara bijak terwujud dari setiap tindakan baik yang positif maupun negatif. Oleh karena itu akan cukup menarik melihat sejauh mana persepsi dan sikap masyarakat kota Bogor terhadap anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.)
3
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, untuk meningkatkan persepsi dan sikap positif masyarakat terhadap anggrek hitam maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : a. Bagaimana persepsi masyarakat Kota Bogor terhadap anggrek hitam ? b. Bagaimanakah sikap masyarakat Kota Bogor terhadap anggrek hitam ? c. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat Kota bogor terhadap anggrek hitam ? d. Apakah upaya-upaya yang perlu dilakukan untuk penyempurnaan persepsi dan sikap yang benar masyarakat Kota Bogor dalam meningkatkan pelestarian anggrek hitam ?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan pengkajian penelitian ini adalah : a. Menganalisis persepsi masyarakat Kota Bogor terhadap anggrek hitam selama ini. b. Menganalisis sikap masyarakat Kota Bogor tehadap anggrek hitam. c. Mengetahui
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
persepsi
dan
sikap
masyarakat Kota Bogor terhadap anggrek hitam. d. Merumuskan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelestarian Anggrek hitam.
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihakpihak terkait, yaitu : a. Bagi masyarakat : memberikan informasi, mendorong sikap positif masyarakat agar sejalan dengan eksistensi pelestarian tanaman hias pada umumnya, anggrek hitam pada khususnya. b. Bagi penulis : sebagai latihan untuk merumuskan dan menganalisa permasalahan persepsi dan sikap masyarakat serta mengupayakan jalan keluar permasalahan tersebut dengan menggunakan teori di bidang terkait, sehingga memberikan usulan baru untuk meningkatkan pelestarian anggrek hitam.
4
c. Bagi ilmu pengetahuan : sebagai tambahan studi literatur dalam bidang konservasi sumberdaya hutan, khususnya sikap dan persepsi yang diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan secara umum.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan yang berfokus pada masyarakat atau konsumen para pedagang tanaman hias Kota Bogor. Hal ini dilakukan dalam rangka mempermudah penelitian yang bertujuan untuk menelaah persepsi dan sikap masyarakat terhadap anggrek hitam.
1.6 Kerangka Pemikiran Pentingnya pelestarian sumberdaya alam hayati bermanfaat secara langsung bagi kehidupan manusia. Tanaman hias merupakan bagian dari kekayaan alam yang penting untuk dikaji, dan anggrek hitam sebagai salah satu jenis tanaman hias hutan yang langka dan terancam kepunahannya apabila terjadi pengeksploitasian yang berlebihan akibat dari hobi para kolektor tanaman hias, maupun prospek bisnis yang baik dikarenakan harga tanaman tersebut yang relatif tinggi. Dengan pemanfaatan anggrek hitam secara positif oleh masyarakat Kota Bogor, maka anggrek hitam yang langka, rusak habitatnya dan tereksploitasipun akan tetap terjaga kelestariannya dan terhindar dari ancaman kepunahan. Sikap masyarakat Kota Bogor terhadap anggrek hitam dipengaruhi oleh persepsi
masyarakat
itu
sendiri,
namun
persepsi
positif
belum
tentu
menghasilkan sikap positif pula. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti faktor sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Pembinaan sikap dan pengetahuan masyarakat tentang tanaman hias khususnya anggrek hitam yang sejalan dengan konservasi akan membentuk persepsi dan sikap positif masyarakat Kota Bogor terhadap kelestarian anggrek hitam. Dengan adanya persepsi dan sikap positif oleh masyarakat Kota Bogor terhadap
kegiatan
konservasi,
diharapkan
dapat
dibentuk
upaya-upaya
konservasi anggrek hitam yang sama-sama menguntungkan bagi semua pihak terkait. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
5
PERMASALAHAN
Latar Belakang : 1. Manfaat SDA hayati sangat penting untuk manusia. 2. Tanaman hias (anggrek Hitam) langka dan diminati masyarakat. 3. Ketertarikan masyarakat terhadap anggrek hitam sebagai koleksi/prospek bisnis. 4. Masyarakat perlu diberdayakan dalam kelestarian anggrek hitam.
LINGKUP PENELITIAN
Persepsi masyarakat (konsumen tanaman hias) kota Bogor terhadap anggrek hitam ( + / - )
Masyarakat (konsumen tanaman hias) Kota Bogor
Pemanfaatan
Sikap masyarakat (konsumen tanaman hias) kota Bogor terhadap anggrek hitam ( + / - )
Anggrek Hitam • Jumlah terbatas • Rusak habitat alami • Eksploitasi berlebihan
Faktor-faktor lain seperti : sosial, ekonomi, budaya.
SASARAN PENELITIAN
Persepsi dan sikap positif masyarakat untuk kelestarian anggrek hitam.
Pembinaan sikap, pengetahuan tentang konservasi anggrek hitam yang benar.
Kelestarian anggrek hitam tetap terjaga.
Gambar 1 Skema kerangka pemikiran penelitian
Upaya-upaya dalam rangka peningkatan kelestarian anggrek hitam
6
1.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka serta kerangka pemikiran yang telah dirumuskan sebelumya, maka diperoleh jawaban sementara (hipotesis) yang menyatakan bahwa persepsi dan sikap masyarakat terhadap anggrek hitam diduga dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat yang terdiri dari umur, jenis kelamin,tingkat pendidikan formal, pekerjaan, jumlah pendapatan dan status pernikahan. Semakin tinggi kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, semakin tinggi pula tingkat persepsi dan sikap masyarakat terhadap upaya konservasi anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.).
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi Kartapati (1981) dalam Sipahutar (1994), menyatakan bahwa persepsi dapat diartikan sebagai proses untuk mengerti dan menyadari dunia luar diri sendiri. Kesadaran atau pengalaman tentang suatu hal, dapat berupa kegiatan melihat, mendengar, meraba atau memberi reaksi dengan membedakan obyekobyek atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Menurut Kartini (1984), persepsi ialah pandangan dan pengamatan, pengertian dan interpretasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan obyektif yang diinformasikan kepada dirinya dari lingkungan tempat ia berada sehingga dapat menentukan tindakannya. Persepsi seseorang terhadap lingkungannya mencerminkan cara melihat, kekaguman, kepuasan serta harapan-harapan yang diinginkan dari lingkungan. Persepsi terhadap lingkungan mencakup aspek yang lebih luas, tidak sekedar persepsi sensoris individual seperti yang dilihat dan didengar, melainkan mencakup pula kesadaran dan pemahaman manusia terhadap lingkungan (Edmund dan Latey,1973 dalam Widyati,1996). Persepsi menurut Kayam (1985) adalah pandangan atau penilaian seseorang
terhadap
obyek
tertentu
yang
dihasilkan
oleh
kemampuan
mengorganisasi pengamatan. Selanjutnya disebutkan bahwa persepsi ditentukan oleh faktor-faktor dari dalam diri individu (faktor internal) faktor dari luar individu (faktor eksternal). Faktor internal meliputi kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin. Adapun yang termasuk faktor eksternal adalah pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan perbedaan latar belakang sosial budaya. Latar belakang seseorang dapat berupa kebudayaan yang merupakan warisan nenek moyang dari suatu masyarakat yang dapat dipelajari dari pola berpikir, perasaan dan tingkah laku yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Zanden,1989 dalam Asih,1996) Surata (1993), mengemukakan ada tiga rangkaian proses yang membentuk persepsi, yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi. Stimulus yang masuk mula-mula diseleksi dan hanya stimulus yang relevan atau menarik perhatian diubah menjadi kesadaran. Stimulus yang diterima disusun dalam
8
bentuk sederhana dan terpadu pada tahap organisasi. Penilaian dan pengambilan keputusan dilakukan pada tahap interpretasi. Harihanto (2001) menyatakan bahwa persepsi pada hakekatnya adalah pandangan, interpretasi, penilaian, harapan dan atau aspirasi seseorang terhadap obyek. Persepsi dibentuk melalui serangkaian proses (kognisi) yang diawali dengan menerima rangsangan atau stimulus dari obyek oleh indera (mata, hidung, telinga, kulit, dan mulut) dan dipahami dengan interpretasi atau penafsiran tentang obyek yang dimaksud. Jadi persepsi merupakan respon terhadap rangsangan yang datang dari suatu obyek. Respon ini berkaitan dengan penerimaan atau penolakan oleh individu tersebut. Bakat, minat, kemauan,
perasaan,
fantasi
kebutuhan,
motivasi,
jenis
kelamin,
umur,
kepribadian, kebiasaan, dan lain-lain serta sifat lain yang khas dimiliki oleh seseorang. Persepsi juga dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan sosial ekonomi seperti pendidikan lingkungan tempat tinggal, suku bangsa dan lainnya. Menurut Calhoun dan Acocella (1995) persepsi yang kita kenal memiliki tiga dimensi yang sama yang menandai konsep diri : a. Pengetahuan : Apa yang kita ketahui (atau kita anggap tahu) tentang pribadi lain – wujud lahiriah, perilaku, masa lalu, perasaan, motif dan sebagainya. b. Penghargaan : Gagasan kita tentang orang itu menjadi apa dan mau melakukan apa yang dipadukan dengan gagasan kita tentang seharusnya dia menjadi apa dan melakukan apa. c. Evaluasi : Kesimpulan kita tentang seseorang didasarkan pada bagaimana seseorang (menurut pengetahuan kita tentang mereka) memenuhi pengharapan kita tentang dia.
2.2 Sikap Sikap pada dasarnya meliputi rasa suka dan tidak suka, penilaian serta reaksi menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap objek, orang, situasi dan mungkin aspek-aspek lain dunia, termasuk ide abstrak dan kebijaksanaan sosial. Ciri khas dari sikap adalah: 1) mempunyai objek tertentu (orang, perilaku, konsep, situasi, benda dan sebagainya) dan 2) mengandung penilaian (sukatidak suka; setuju-tak setuju). Sobur (2003) menyimpulkan beberapa hal tentang sikap:
9
a. Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, bersikap, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah tingkah laku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk bertingkah laku dengan cara tertentu terhadap sikap objek. b. Sikap bukanlah sekedar rekaman masa lampau, namun juga penentu pendapat seseorang terhadap sesuatu; apa yang disukai, diharapkan, dan diinginkan; serta mengesampingkan apa yang tidak diinginkan dan apa yang harus dihindari. c. Sikap relatif lebih menetap. d. Sikap
mengandung
aspek
evaluatif;
artinya
mengandung
nilai
menyenangkan atau tidak menyenangkan. e. Sikap timbul dari pengalaman; tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar. f.
Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap ketimbang kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.
g. Sikap tidak berarti sendiri, melainkan senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk dan dapat dipelajari. Menurut Calhoun dan Acocella (1995), suatu sikap adalah sekelompok keyakinan
dan
perasaan
yang
melekat
tentang
objek
tertentu
dan
kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tersebut dengan cara tertentu. Sebagian besar ahli psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Sarwono (1999) menyatakan pandangan ini mempunyai dampak terapan, yaitu dapat diterapkan berbagai upaya seperti pendidikan,
pelatihan,
komunikasi
penerangan
untuk
mengubah
sikap
seseorang. Berdasarkan definisi tersebut, suatu sikap mengandung tiga komponen, yakni (1) komponen kognitif (keyakinan); (2) komponen afektif (emosi/perasaan); dan (3) komponen
tingkah laku (tindakan). Komponen kognitif merupakan
representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional, sedangkan komponen perilaku atau kognitif merupakan aspek kecenderungan tingkah laku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang (Sobur 2003).
10
2.3 Hubungan Antara Persepsi dan Sikap Harihanto (2001) mengatakan sikap sangat besar pengaruhnya dalam kehidupan manusia. Sikap juga sangat mempengaruhi tanggapan seseorang terhadap masalah kemasyarakatan serta masalah lingkungan. Disini terdapat spekulasi bahwa jika sikap seseorang terhadap suatu hal dapat diketahui, maka dapat diduga tindakan yang dapat dilakukannya. Namun dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan bahwa tindakan yang dilakukan oleh seseorang tidak sejalan dengan sikapnya oleh karena itu muncul keraguan terhadap konsistensi hubungan antara sikap dan perilaku seseorang. Persepsi yang benar terhadap suatu obyek diperlukan, sebab persepsi merupakan dasar pembentukan sikap dan perilaku. Persepsi individu terhadap lingkungannya
merupakan
faktor
penting
karena
akan
berlanjut
dalam
menentukan tindakan individu tersebut (Harihanto, 2001). pengalaman penafsiran Informasi sampai ke individu
seleksi
persepsi
pengorganisasian
perilaku
Gambar 2 Proses terbentuknya persepsi Model Literre (dimodifikasi), Harihanto (2001) Menurut Kelman (1974) dalam Harihanto (2001) ada 3 aturan yang menyebabkan perilaku seseorang tidak sesuai dengan sikapnya, yang pertama adalah ketidaksesuaian antara sikap orang tersebut dengan informasi mengenai kenyataan sesungguhnya atau kenyataan yang terjadi. Yang kedua adalah ketidaksesuaian antara sikap orang tersebut dengan sikap panutannya (significant other) dan yang ketiga adalah karena terpaksa. Sikap menunjuk pada perbuatan seseorang atau beberapa masyarakat berdasarkan kepercayaan, pendirian, atau keyakinan yang dimilikinya. Sebagaimana sikap yang ditunjukkan oleh seseorang terhadap sesuatu hal memang selaras dengan apa yang diyakininya tentang hal tersebut. Begitu pula halnya dengan apa yang mereka percayai tentang sesuatu, yaitu harus sesuai dengan apa yang mereka percayai tentang itu. Namun ada kalanya deviasi atau penyimpangan terjadi didalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Seseorang atau lebih melakukan tindakan yang
11
tidak sesuai dengan apa yang diyakini oleh masyarakat tersebut (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998).
2.4 Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) 2.4.1 Taksonomi Coelogyne pandurata Lindl. Atau dikenal dengan nama Anggrek hitam termasuk famili Orchidaceae. Genus dari Coelogyne memiliki 29 spesies yang telah
diketahui,
diantaranya
Coelogyne
mayeriana,
Coelogyne
peltates,
Coelogyne asperataI, Coelogyne rumphii, Coelogyne cinnamomea, Coelogyne dayana, Coelogyne celebensis, Coelogyne swaniana dan lain-lain (Supardi et.al., 1999). Menurut Tjitrosoepomo (2000) & Suaria (2000), tumbuhan ini memiliki taksonomi sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo
: Orchidales
Famili
: Orchidaceae
Genus
: Coelogyne
Spesies
: Coelogyne pandurata Lindl.
2.4.2 Morfologi Anggrek hitam termasuk anggrek epifit. Batang membentuk umbi semu, bundar panjang, pipih dengan panjang 12-15 cm dan lebar 5-7 cm. Bentuk daun lonjong berlipat-lipat panjang 40-50 cm dan lebar 2-10 cm. Bunga tersusun dalam rangkaian yang berbentuk tandan, panjang 15-20 cm, jumlah bunga dalam tandan 14 kuntum atau lebih dengan garis tengah tiap bunga 10 cm. Daun kelopak berbentuk lanset melancip, berwarna hijau muda, panjang 5-6 cm dan lebar 2-3 cm. Daun mahkota berbentuk lanset melancip berwarna hijau muda. Bibit menyerupai biola tengah-tengahnya terdapat satu alur pinggirnya mengeriting berwarna hitam kelam. Buah berbentuk jorong, panjang 7 cm dan lebar 2-3 cm. bunga tidak banyak yang menjadi buah. (Sastrapradja et. al., 1976).
12
2.4.3 Habitat dan Penyebaran Anggrek ini menyukai tempat teduh, umumnya tumbuh di dataran rendah pada pohon-pohon tua dekat sungai di hutan basah (Sastrapradja et. al., 1976). Menurut Charles & Baker (1997) jenis ini terdapat di Kalimantan, Sumatera, Malaysia, di Philipina yaitu di pulau Mindanao, pulau Luzon dan pulau Sanar. Anggrek ini sangat mirip dengan Coelogyne mayeriana. 2.4.4 Perbanyakan Tanaman ini dapat diperbanyak secara generatif atau secara vegetatif. Pembiakan generatif suatu tanaman merupakan pembiakan seksual (dengan melibatkan proses perkawinan) sehingga tanaman yang dihasilkan tidak menyerupai atau tidak sama dengan sifat induknya (Hendaryono, 2000). Kesulitan dalam menumbuhkan biji anggrek secara alami yaitu embrio dalam biji anggrek tidak mempunyai endosperm dan kadang-kadang kosong. Didalam biji anggrek dapat tumbuh bila bersimbiosis dengan jamur mikoriza spesies Rhizoctonia, anggrek dapat memperoleh nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh. Dengan demikian perkecambahan dapat terjadi jika biji anggrek jatuh di suatu tempat yang terdapat mikoriza dan lingkungan tumbuh yang sesuai. Namun tingkat keberhasilan perkecambahan secara alami ini sangat kecil (Thompson, 1980). Menurut Gunawan (2001) untuk meningkatkan perkecambahan anggrek, dahulu orang mengecambahkan biji disekitar akar pohon induk dimana terdapat mikoriza yang dibutuhkan biji anggrek untuk berkecambah. Tahun 1920 L. Knudson menemukan metode perkecambahan secara asimbiotik yang dapat meningkatkan keberhasilan perkecambahan. Dengan teknik ini biji anggrek dapat ditumbuhkan secara aseptik atau penanaman biji pada media agar-agar steril dengan tambahan unsur hara lainnya. Anggrek hitam termasuk jenis anggrek yang pola pertumbuhannya simpodial yaitu anggrek dengan pertumbuhan ujung batang terbatas. Batangnya akan tumbuh terus. Setelah mencapai batas maksimum, pertumbuhan batang akan berhenti. Pertumbuhan baru ini dilanjutkan oleh anakan baru yang tumbuh disampingnya. Pada anggrek simpodial terdapat suatu penghubung yang disebut rhizome/batang di bawah tanah. Pertumbuhan tunas baru akan keluar dari rhizome ini. Anggrek hitam memiliki Pseudobulb yang tumbuh antara rhizome dan daun, perbanyakan vegetatif jenis ini yaitu dengan cara memisahkan
13
rhizome jika sudah mempunyai enam bulb atau lebih (Soeryowinoto & Soeryowinoto, 2000).
2.5 Tanaman Hias Menurut Sudarmono (1997), tanaman hias merupakan jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Tanaman hias dapat memberikan suasana indah mempesona, melembutkan pandangan, memberikan kecemerlangan sepanjang waktu, memberikan kesejukan dan rasa nyaman serta mampu menurunkan suhu pada saat udara panas sekaligus dapat mencuci udara karena tanaman merupakan sumber O2. Menurut
Palungkung
(2004)
menyatakan
bahwa
tanaman
hias
merupakan bagian dari hortikultur non pangan yang digolongkan dalam florikultur. Florikultur adalah cabang ilmu hortikultura yang mempelajari tanaman hias sebagai bunga potong, tanaman pot, atau tanaman penghias taman. Tanaman hias dengan keragamannya itu tidak semata-mata digunakan sebagai pelengkap saja, tetapi tanaman hias ini juga mempunyai beberapa fungsi lain yaitu : a. Keindahan (Estetis) Tanaman yang diatur menurut suatu komposisi menumbuhkan rasa indah dan puas pada orang yang memandangnya. Tanaman hias yang dirangkai dapat digunakan sebagai penyaluran jiwa seni. b. Stabilisator atau pemeliharaan Lingkungan Keberadaan tanaman hias dapat meredam suara, menyaring debu, menyerap gas-gas beracun, memelihara suhu udara dan kelembaban tanaman hias juga menimbulkan udara yang sejuk dan nyaman. c. Pendidikan (Edukatif) Tanaman hias dapat menumbuhkan rasa cinta pada alam dan dapat membentuk watak seseorang, hal ini dapat dilihat pada penataan taman di sekolah taman kanak-kanak dan playgroup. d. Pemeliharaan Lingkungan (Higienis) Keindahan tanaman hias dapat menumbuhkan rasa puas, tentram dan tenang sehingga dapat memelihara kesehatan jiwa manusia. Proses asimilasi
14
yang dilakukan tanaman dapat menghasilkan oksigen dari zat asam arang sehingga udara menjadi segar. e. Ekonomi dan Sosial Tanaman hias merupakan suatu komoditi yang dikomersilkan dan telah mendatangkan penghasilan banyak orang. Keteraturan penataan tanaman hias akan menimbulkan citra yang berbeda terhadap manusia yang berada disekitarnya.
2.6 Penggolongan Tanaman Hias Menurut Rahadi, dkk (1997), tanaman hias dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu : a. Tanaman hias dalam ruangan (indoor) Tanaman hias yang cocok ditanam dalam ruangan adalah tanaman hias yang dapat hidup berhari-hari dalam ruangan dan mempunyai ukuran yang tidak terlalu besar. Umumnya tanaman hias dalam ruangan merupakan tanaman berdaun indah antara lain : aglaonema, anthurium, palem dan pakupakuan. b. Tanaman hias luar ruangan (outdoor) Pada dasarnya semua jenis tanaman hias dapat digunakan sebagai penghias di luar ruangan, tetapi keberadaan jenisnya seringkali ditemukan oleh mode dan sifat tanaman yang tahan atau tidak terhadap sinar matahari. Tanaman hias luar ruangan umumnya seperti : •
Pohon-pohonan, misalnya palem dan pakis.
•
Perdu-perduan, misalnya bugenvil, hibiscus, mawar dan asoka. Pengelompokan tanaman hias tidak hanya dibedakan dari segi
penempatannya saja. Agribisnis tanaman hias menurut produk yang dihasilkan dapat digolongkan menjadi delapan kelompok yaitu (1) tanaman hias bunga potong seperti mawar, krisan, gladiol, sedap malam, anggrek, anthurium; (2) tanaman hias pot seperti anggrek, kaktus, petunia, Adenium, euphorbiace; (3) tanaman hias untuk replanting, beding dan taman, yaitu tanaman hias dalam unit polibag untuk ditanam di media tanah; (4) tanaman hias berupa daun, ranting, buah untuk filler karangan bunga; (5)industri perbenihan dan pembibitan (seedling and planting material) seperti pada anggrek dan krisan; (6) tanaman hias hasil alam seperti palem, pakis, Dracaena; (7) tanaman hias bonsai hasil seni bentuk dan kesabaran dan (8) industri BTH (Bunga Tanaman Hias)
15
preservatif dengan pengeringan dan pewarnaan (Direktur Jenderal Bina Produksi Hortikultura, 2004).
2.7 Konservasi Sumberdaya Alam Hayati Definisi konservasi alam adalah pengelolaan sumberdaya alam suatu lingkungan udara, air, tanah dan sumberdaya hayati (termasuk manusia) sedemikian rupa sehingga dapat dicapai kualitas tertinggi dari kehidupan manusia didalamnya (IUCN, 1969 dalam Alikodra,1979). Menurut definisi dalam Oxford English Dictionary yang dikutip oleh Usher (1973) dalam Alikodra (1979) disebutkan bahwa konservasi adalah usaha pelestarian, perlindungan terhadap kerusakan yang diakibatkan oleh yang buruk atau limbah, perlindungan terhadap kehidupan, kesehatan, pengawetan, dan lain-lain. Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1962, yang disebut sumberdaya adalah unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumberdaya manusia,
sumberdaya
alam
hayati,
sumberdaya
alam
nonhayati,
dan
sumberdaya buatan. Sedangkan yang dimaksud dengan konservasi sumberdaya alam adalah pengelolaan sumberdaya alam yang menjamin kesinambungan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Konservasi sumberdaya alam hayati dalam Undang-undang nomor 5 tahun
1990
diartikan
sebagai
pengelolaan
sumberdaya
alam
yang
pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya
dengan
tetap
memelihara
dan
meningkatkan
kualitas
keanekaragaman dan nilainya. Konservasi sumberdaya alam hayati berazaskan pelestarian kemampuan dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang, bertujuan mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta keseimbangan ekosistem sehingga lebih dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia oleh karena itu hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Berbicara tentang konservasi sumberdaya alam hayati sebagai penentu keseimbangan lingkungan, untuk Indonesia barulah pada tahap political will. Persepsi terhadap permasalahan konservasi masih perlu peningkatan, sehingga apresiasi dan keberadaan terhadap masalah ini masih pula memerlukan peningkatan. Vokalitas beberapa pihak tentang konservasi sumberdaya alam dan
16
lingkungan perlu segera diimbangi dengan derap pelaksanaan di lapangan (Wartaputra,1993).
2.8 Masyarakat dan Konservasi Manusia tergantung pada lingkungan hidupnya. Kelangsungan hidupnya hanya mungkin dalam batas kemampuan untuk menyesuaikan dirinya terhadap sifat lingkungan hidupnya. Proses interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya,
juga
sangat
mempengaruhi
pandangan
hidup
manusia
(Soemarwoto,1991). Manusia merupakan faktor penyebab terjadinya masalah ekologi, terutama melalui kegiatan eksploitasi dan perusakan lingkungan. Punahnya ratusan spesies telah menimbulkan perhatian yang sungguh-sungguh untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih banyak. Musnahnya spesies-spesies tersebut, telah menyebabkan sumberdaya alam yang berharga untuk mendukung kehidupan manusia berkurang (Alikodra,1990). Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam (1981), mengemukakan bahwa keanekaragaman jenis dari sumberdaya alam yang ada, tanpa kecuali, harus dijaga kelestarian ekosistemnya karena merupakan unsur pembentuk lingkungan hidup manusia. Sumber alam ini perlu dimanfaatkan bagi perkembangan ekonomi dan pengelolaannya diselaraskan dengan azas-azas kelestarian alam Dalam penyelenggaraan pembangunan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tidak boleh melepaskan dari masyarakat disekitarnya. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan partisipasi masyarakat secara positif aktif dan selalu diupayakan peningkatan kesadaran masyarakat tentang lingkungan hidup serta konservasi sumberdaya alam maupun ekosistemnya. Dengan
demikian
akan
terdapat
hubungan
timbal
balik
yang
saling
menguntungkan antara masyarakat dengan lingkungannya (Wartaputra, 1993).
2.9 Kota Menurut Tukan (1993), kota dapat diartikan sebagai suatu daerah tempat tinggal dengan kepadatan penduduk yang besar; lebih banyak penduduknya bermata pencaharian non agraris dan tanah di kota memiliki beraneka kegunaan dengan gedung-gedung yang berdiri berdekatan. Sedangkan dari segi fungsinya, kita dapat menyebut beberapa jenis kota, antara lain :
17
a. Kota pertambangan b. Kota tangsi c. Kota pemerintahan d. Kota pendidikan e. Kota perdagangan f.
Kota industri
g. Kota turisme h. Kota agama i.
Kota benteng
j.
Kota perjalanan
k. Kota pelabuhan Sedangkan beberapa ciri yang menandai kota, menurut Tukan (1993), adalah : a. Spesialisasi. Tanpa keahlian khusus, orang agak sulit mencari pekerjaan. b. Hubungan sekunder. Setiap orang tidak dapat mengenal secara pribadi semua orang di kota. c. Anonimitas. Kontrol sosial menjadi sangat lemah. Hubungan antar manusia bersifat impersonal. d. Sekulerisasi. Kehidupan agama menjadi urusan pribadi. Norma untuk memecahkan masalah adalah rasio bukan norma agama tertentu. e. Pluralisme. Di kota kita bertemu dengan banyak orang yang berbeda latar belakangnya f.
Teknologi rasional. Banyak pekerjaan di kota dikerjakan dengan sistem teknologi rasional.
g. Akselerasi. Kota berkembang sangat cepat. h. Urbanisasi. Kota ditandai dengan arus perpindahan orang dari desa menuju kota.
2.10 Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Insusanty (2003) tentang “Persepsi, Sikap Dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap Nilai Sumberdaya Hutan (Studi Kasus di Desa Cihanyawar Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi)” bertujuan untuk mengetahui persepsi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap hutan dalam menjaga kelestarian hutan, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi serta mengetahui hubungan antara pesepsi sikap dan perilaku. Metode yang
18
digunakan adalah penarikan contoh yang dilakukan dengan cara kuisioner. Sementara analisis data dilakukan dengan analisis regresi dan deskriptif. Faktor yang paling berpengaruh dari setiap peubah bebas adalah luas lahan, umur, jumlah anggota keluarga dan sikap. Hubungan sikap dan perilaku pada penelitian ini tidak terlalu konsisten dengan nilai koefisien regresi 0,859 dibandingkan dengan faktor luas lahan yang lebih konsisten yaitu 3,60. selain itu masih ada faktor lain yaitu umur dan jumlah anggota keluarga yang merupakan faktor yang bersifat lebih nyata dan pragmatis sehingga walaupun sikap responden agak baik namun masih ada perilaku responden yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian dengan masih adanya pencurian kayu, kayu bakar,bambu, satwa dan aktifitas lain yang dapat berdampak negatif terhadap hutan. Murniastuti (1998) melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Konservasi Penyu Hijau (Chlonia mydas L.) di Pantai Pangumbahan Kabupaten Dati II Sukabumi” yang bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat serta faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap konservasi penyu hijau, mengetahui bentuk-bentuk dan tingkatan partisipasi masyarakat serta faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan hipotesis bahwa persepsi dan partisipasi masyarakat terhadap konservasi penyu hijau diduga dipengaruhi oleh kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat, yang terdiri dari pengalaman (umur dan lama domisili), pengetahuan (tingkat pendidikan) dan faktor internal subyek. Semakin tinggi tingkat kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, semakin tinggi pula tingkat persepsi dan partisipasi terhadap upaya konservasi penyu hijau. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang variabelnya diukur dengan menggunakan skoring, setelah data terkumpul baru kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik korelasi rank(peringkat) Spearman. Kemudian disimpulkan bahwa Masyarakat di sekitar Pantai Pangumbahan, perlu mendapatkan pembinaan secara rutin tentang pentingnya konservasi penyu hijau dan melibatkan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pelestarian penyu hijau, dengan cara memberikan jatah 10% dari jatah restoking (berupa tukik) sebagai upaya memberikan lapangan kerja kepada masyarakat. Kemudian untuk meningkatkan persepsi dan partisipasi masyarakat, maka setiap kali pelepasan tukik hasil restoking oleH CV. Daya Bakti agar disaksikan oleh masyarakat dan aparat pemerintah setempat.
19
Persepsi dan Perilaku Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sirnarasa Terhadap Pelestarian Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun, merupakan penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (1999) yang bertujuan untuk mengetahui sosek rumah tangga masyarakat sekitar hutan TNGH, mengetahui persepsi masyarakat sekitar terhadap pelestarian sumberdaya hutan di TNGH dan karakteristik sosek rumah tangga yang berhubungan dengan persepsi masyarakat tersebut, mengetahui perilaku sosek masyarakat terhadap tingkat pelestarian sumberdaya hutan TNGH dan karakteristik sosek rumah tangga yang berhubungan dengan perilaku sosek masyarakat tersebut dan mengetahui pengaruh
persepsi
masyarakat
sekitar
TNGH
terhadap
perilaku
sosek
masyarakat tersebut dalam pelestarian sumberdaya hutan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penarikan contoh acak berlapis (stratified random sampling). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa masyarakat di Desa Sirnarasa apabila dilihat dari tingkat persepsinya terhadap pelestarian sumberdaya hutan TNGH memang tergolong memiliki tingkat persepsi sedang-tinggi, namun ternyata dalam perilaku sosial ekonominya terhadap tingkat pelestarian sumberdaya hutan di TNGH masih banyak yang tergolong memiliki tingkat pelestarian sumberdaya hutan yang rendah dalam berperilaku
sosial
ekonomi,
terutama
berkaitan
dengan
kegiatan
pemanfaatan/pengambilan sumberdaya hutan tersebut. Perilaku masyarakat seperti itu memang dapat dimengerti karena hasil pertanian dan hasil kebun yang sebagian besar diolah dari lahan yang sempit tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari, sehingga untuk menutupi kekurangan kebutuhan hidupnya sehari-hari masyarakat tersebut terpaksa harus mengambilnya dari hutan baik itu hutan produki milik Perum Perhutani maupun hutan TNGH. Saragih (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Sikap Masyarakat Kelurahan Pancoran Mas Terhadap Taman Hutan Raya Pancoran Mas, Depok”. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur sikap masyarakat Kelurahan Pancoran Mas terhadap Tahura Pancoran Mas dan faktor-faktor yang berhubungan dengan sikap masyarakat terhadap Tahura Pancoran Mas. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang sikap masyarakat terhadap Tahura Pancoran Mas yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan untuk kegiatan pengelolaan dan tindakan yang dapat dilakukan agar masyarakat
20
mendukung usaha pelestarian kawasan konservasi ini serta membangun sikap dan perilaku positif masyarakat terhadap kawasan konservasi ini Menurut hasil penelitian, mayoritas responden (62.5%) memiliki sikap yang termasuk kategori sedang terhadap Tahura Pancoran Mas, artinya masyarakat tidak bersikap menolak namun juga tidak terlalu mendukung keberadaan Tahura Pancoran Mas, 29.2% responden termasuk kategori sikap buruk dan 8.3% responden termasuk kategori sikap baik. Sikap masyarakat berhubungan dengan lama tinggal dan pengetahuan mengenai Tahura Pancoran Mas. Semakin lama responden tinggal maka sikapnya semakin baik, demikian pula halnya dengan pengetahuan, semakin banyak yang diketahui responden mengenai Tahura Pancoran Mas maka akan semakin baik pula sikapnya. Pendidikan, pekerjaan dan usia tidak mempengaruhi sikap responden. Penelitian tentang “Pengaruh Jenis Media Organik dan NAA Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) di dalam Kultur In Vitro” yang dilakukan oleh Untari (2003) bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis media organik dan NAA terhadap pertumbuhan eksplan semai anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.). Penelitian ini dilakukan agar dapat memberikan informasi mengenai jenis bahan organik serta konsentrasi zat pengatur tumbuh yang terbaik untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan meningkatkan kualitas juga kemampuan daya hidup tanaman anggrek hitam pada tahap pengaklimatisasian ke lapangan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di dapatkan hasil berupa penambahan media Vacin & Went dengan persenyawaan organik kompleks dan zat pengatur tumbuh NAA serta interaksi antara 2 faktor perlakuan tersebut memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap parameter-parameter pertumbuhan. Parameter pertumbuhan tersebut meliputi pembentukan akar baik panjang akar dan jumlah akar serta pertumbuhan eksplan yaitu tinggi eksplan, jumlah daun dan jumlah tunas baru. Media Vacin & Went dengan penambahan ekstrak ubi jalar 150g/l dengan NAA 0 ppm merupakan media yang terbaik untuk pertumbuhan optimal semai Coelogyne pandurata hasil kultur in vitro.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Bogor pada kios pedagang atau penjual tanaman hias, yaitu di daerah sepanjang Jl. Raya Sukasari (Ekalokasari), Jl. Raya Pajajaran, Jl. Dr. Semeru (Cilendek), Kota batu-Ciapus dan Jl. A. Yani (Dadali) dan dilakukan selama dua bulan, pada bulan Mei dan Oktober 2007. Pemilihan lokasi secara sengaja didasarkan pada kesesuaian tema penelitian dengan identifikasi masalah.
3.2 Pendekatan penelitian Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan studi kasus. Metode deskriptif merupakan metode penelitian atau sesuatu yang sedang terjadi (Umar dalam Martin, 2007) dalam hal ini menganalisa pengaruh persepsi dan sikap masyarakat Kota Bogor terhadap Anggrek hitam.
3.3 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera tape recorder dan komputer. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Lembar kuisioner untuk responden. b. Peta kerja, berupa peta wilayah Kota Bogor untuk mengetahui lokasi penelitian. c. Laporan dan data-data yang menggambarkan kondisi masyarakat Kota Bogor.
3.4 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Adapun teknik pengambilan dan sumber data dari kedua jenis data tersebut adalah sebagai berikut :
23
a. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber data yang belum diolah. Adapun teknik yang digunakan untuk memperoleh adalah dengan wawancara dan diskusi (Umar dalam Martin, 2007). b. Data sekunder merupakan data yang diolah untuk kebutuhan tertentu. Data ini umumnya tersedia dalam berbagai sumber pustaka, baik yang terdapat dalam berbagai laporan, buletin, maupun pustaka lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini (Umar dalam Martin, 2007). Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu melalui pengamatan langsung, wawancara dengan pedagang tanaman hias, serta kuisioner untuk konsumen tanaman hias. Data sekunder diperoleh secara tidak langsung dan merupakan data penunjang untuk melengkapi data primer. Data sekunder yang diambil yaitu : kondisi umum Kota Bogor, jumlah penduduk, jumlah dan daerah-daerah penjual tanaman hias kota bogor. Jenis dan sumber data yang diperlukan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang dibutuhkan Jenis Data
Sumber Data
Data Primer •
Masyarakat (konsumen tanaman hias)
Karakteristik
Responden
(Umur, Kota Bogor selaku responden
jenis kelamin, tingkat pendidikan formal,
pekerjaan,
jumlah
pendapatan, status pernikahan) •
Persepsi
responden
mengenai
Anggrek hitam •
Sikap
responden
mengenai
Anggrek hitam Laporan, buletin dan pustaka
Data Sekunder •
Kondisi umum Kota Bogor
•
Jumlah masyarakat Kota Bogor
•
Jumlah
dan
daerah
penjual
tanaman hias Kota Bogor 3.5 Pengambilan Responden 3.5.1 Target Populasi Penentuan target populasi dilakukan dengan menggunakan metode ”Purposive
sampling”,
yaitu
suatu
teknik
pengambilan
contoh
dengan
24
menggunakan pertimbangan atau kategori tertentu dalam menetapkan contoh. Langkah yang dilakukan adalah membagi populasi konsumen tanaman hias Kota Bogor berdasarkan pertimbangan lokasi pedagang tanaman hias di Kota Bogor. Alasan mengambil pertimbangan tersebut adalah karena kondisi konsumen yang datang berbeda di tiap lingkungan atau lokasi. Diasumsikan bahwa konsumen yang datang ke lokasi pedagang tanaman mewah cenderung memiliki pendapatan tinggi, begitu juga sebaliknya. 3.5.2 Responden Konsumen yang tinggal di Bogor berdasarkan kategori yang tertera pada target populasi. Responden dipilih dengan menggunakan metode ”Proportional Random Sampling”, yaitu metode pengambilan sampel yang terdiri dari subsampel.
Subsampel
yang
pertimbangannya
mengikuti
pertimbangan
subpopulasi-subpopulasi. Dengan demikan, responden adalah responden tetap, dengan jumlah proporsional pada setiap bagiannya. 3.5.3 Ukuran Sampel Ukuran sampel diperoleh dengan menggunakan rumus ukuran sampel berdasarkan Slovin (1990) dalam Kusmayadi dan Sugiarto (2000) sebagai berikut :
n=
N 1 + N (e) 2
Keterangan : n = ukuran sampel minimum yang diperlukan N= ukuran populasinya e = margin error yang diperkenankan berkisar 5-10% dan margin error yang akan dipergunakan adalah nilai tertinggi yaitu 10% 3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Teknik Rentang Kriteria Data primer yang diperoleh dari hasil penelitian ini merupakan data kualitatif yang tidak memiliki nilai nominal, sehingga dalam penelitian ini dilakukan mengkuantitatifkan data yang sifatnya kualitatif. Proses tersebut dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Skala Likert
yang digunakan pada penelitian ini
terdiri dari lima alternatif jawaban. Kuisioner tersebut berupa pertanyaan tertutup yaitu dengan diberikan pilihan jawaban yang telah ditentukan berdasarkan skala
25
Likert. Pengukuran dengan menggunakan skala Likert untuk mengetahui tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap serangkaian pernyataan yang dinilai berbentuk verbal dalam lima kategori pilihan pernyataan yaitu : •
STS
= Sangat Tidak Setuju = 1
•
TS
= Tidak Setuju
=2
•
CS
= Cukup Setuju
=3
•
S
= Setuju
=4
•
SS
= Sangat Setuju
=5
Alasan menggunakan lima kategori (tidak lebih dari lima atau kurang dari lima) pilihan adalah untuk dapat melihat intensitas penilaian responden dengan baik. Menurut Zakmund (1997) dalam Istijanto ( 2005) penggunaan kategori yang terlalu banyak misalnya lebih dari lima kategori seringkali akan membinggungkan responden sebab perbedaan tiap kategori menjadi semakin tipis sehingga responden kesulitan membuat pilihan. Sebaliknya penggunaan jumlah kategori kurang dari lima membuat responden tidak leluasa mengungkapkan perasaan mereka dan terpaksa memilih karena tidak ada pilhan yang cocok. Langkah berikutnya semua data yang diperoleh dilakukan proses editing untuk memeriksa apakah data yang diisi oleh responden sudah lengkap atau kurang. Data diberi kode sesuai dengan nomer jawaban yang diisi responden dengan tujuan untuk memudahkan dalam melakukan pemasukan data ke program komputer. Setelah proses
editing
selesai langkah selanjutnya
dilakukan proses analisis data dengan rataan skor. Teknik rataan skor menurut Umar dalam Martin (2007) adalah untuk mengukur bobot persepsi responden . Adapun tahapan untuk melakukan rataan skor adalah sebagai berikut; a. Mengelompokkan Jawaban; dalam hal ini dilakukan jawaban dari kuesioner sesuai pilihan jawaban ; • Bobot 1 = STS (Sangat Tidak Setuju) • Bobot 2 = TS (Tidak Setuju) • Bobot 3 = CS (Cukup Setuju) • Bobot 4 = S (Setuju) • Bobot 5 = SS (Sangat Setuju)
pengelompokkan
26
b. Sebelum menentukan skor dari masing-masing responden terlebih dahulu ditentukan interval skornya dengan cara sebagai berikut: Interval skor = Skor tertinggi – skor terendah Jumlah jenjang Sehingga diperoleh skala intervalnya = {(5-1)/5}= 0,8. Skala interval merupakan skala yang memiliki urutan atau interval yang sama
antar
kategorinya. Antara kategori yang satu dengan lainnya berkaitan. Skala Likert dapat dikategorikan sebagai skala interval (Istijanto, 2005). Berdasarkan perhitungan rumus di atas maka diperoleh interval untuk penilaian tiap kriteria adalah sebagai berikut: • 1,00-1,80 dikategorikan sangat tidak setuju • 1,81-2,60 dikategorikan tidak setuju • 2,61-3,40 dikategorikan cukup setuju • 3,41-4,20 dikategorikan setuju • 4,21-5,00 dikategorikan sangat setuju c. Menghitung Nilai Skor. Kemudian setiap komponen indikator dihitung nilai skornya setelah terlebih dahulu dilakukan pengelompokkan jawaban. Perhitungan ini dilakukan dengan cara mengkalikan jumlah frekuensi dari masing-masing komponen indikator dengan bobot sebagaimana tersebut di atas. d. Menentukan Rataan Nilai Skor. Ini dilakukan dengan cara membagi hasil perhitungan skor untuk masingmasing indikator dengan jumlah responden. e. Penilaian. Selanjutnya dilakukan penilaian analisis terhadap tiap kriteria yang dinilai dalam kuesioner, sehingga diketahui
bagaimana persepsi responden
terhadap anggrek hitam. 3.6.2 Rating Untuk mengetahui tingkatan persepsi dengan skor tertinggi dan terendah dari masing- masing responden.
BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Kota Bogor 4.1.1
Letak dan luas Kota Bogor secara geografis terletak pada 106°48’ Bujur Timur dan 6°36’
Lintang Selatan dengan ketinggian minimum 190 m dan maksimum 330 m dpl. Luas wilayah kota Bogor mencakup areal 11.850 ha, terdiri dari 6 kecamatan, dan 68 desa atau kelurahan. Kota Bogor juga terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor yang mengelilingi kota Bogor. Secara administratif, batas wilayah kota Bogor terdiri atas : a. Sebelah Utara : Wilayah Kecamatan Kemang, Kecamatan Bojong Gede, dan Kecamatan Sukaraja. b. Sebelah Barat : Wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, dan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. c. Sebelah Timur : Wilayah Kecamatan Sukaraja, dan Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor. d. Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Cijeruk, dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. 4.1.2
Topografi Kota Bogor merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan
perbedaan ketinggian yang cukup besar, bervariasi antara 0 – 350 m dpl dengan kemiringan lereng berkisar antara kelompok 0 – 2% adalah datar yaitu dengan luas 1.763,94 ha, 2 – 15% adalah landai yaitu dengan luas 8.091,27 ha, 15 -25% adalah agak curam yaitu dengan luas 764,96 ha, dan > 40% adalah sangat curam yaitu dengan luas 119,94 ha. 4.1.3
Jenis Tanah
Di kota Bogor, jenis tanah pada umumnya adalah Latosol Coklat Kemerahan, secara rinci jenis tanah diwilayah Bogor dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Jenis tanah Aluvial Kelabu memiliki luas 1.157,93 ha atau sekitar 7,77%. b. Jenis tanah Latosol Coklat seluas 271,88 ha atau sekitar 2,29%. c. Jenis tanah Latosol Coklat Kemerahan memiliki luas 8.496,35 ha atau sekitar 71,80%. d. Jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan luas 732,19 ha atau sekitar 6,18%.
28
e. Jenis tanah Regosol Coklat Kelabu Andosol 85,27 ha atau sekitar 0,72%. f. 4.1.4
Jenis tanah Andosol dengan luas 887,99 ha atau 7,49%. Geologi Secara umum, kota Bogor ditutupi oleh batuan vulkanik yang berasal dari
endapan (batuan sediment) dua gunung berapi, yaitu Gunung Pangrango dan Gunung Salak. Lapisan batuan berada agak dalam dari permukaan tanah dan jauh dari daerah aliran sungai. Endapan permukaan umumnya berupa alluvial untuk vegetasi. Dari struktur geologi tersebut, maka Kota Bogor memiliki jenis aliran Andesit 2.719,61 ha, Kpias Alluvial seluas 3.249,98 ha, endapan 1.372,68 ha, Taufan 3.395,75 ha, dan Lanau Breksi Tafan dan Capili seluas 1.112,56 ha. 4.1.5
Hidrologi Kondisi hidrologi di Kota Bogor secara umum dipengaruhi oleh beberapa
sumber mata air yang pada saat ini telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air bersih penduduk. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kota Bogor akan kebutuhan air bersih, maka pada saat ini PDAM Kota Bogor menggunakan sumber mata air bersih yang terdapat dimata air Kota Batu dengan debit 70 liter/detik, mata air Bantar Kambing dengan debit 170 liter/detik, dan mata air Tangkil dengan debit 170 liter/detik. Sedangkan sumber mata air yang berasal dari tanah pada umumnya berasal di daerah dataran dengan kedalaman ± 5 m, sedangkan pada daerah perbukitan bergelombang kedalamannya relatif lebih dalam. 4.1.6
Klimatologi Jumlah curah hujan rata-rata Kota Bogor berkisar antara 3.000 sampai
4.000 mm/tahun. Curah hujan berkisar antar 250 – 335 mm dengan waktu curah hujan minimum terjadi pada bulan September sebanyak 128 mm, sedangkan curah hujan maksimum terjadi di bulan Oktober sekitar 346 mm. Temperatur rata-rata wilayah Kota Bogor berada pada suhu 26°C, temperatur tertinggi sekitar 30,4°C dengan kelembaban udara rata-rata kurang lebih 70%. 4.1.7
Struktur Kependudukan Menurut Umur dan Jenis Kelamin Berdasakan stuktur umur, kependudukan dikelompokkan kedalam
kelompok umur 0-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun, 15-19 tahun, 20-24 tahun, 2529 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun, 40-44 tahun, 45-49 tahun, 50-54 tahun, 5559 tahun, 60-64 tahun, dan umur diatas 65 tahun, Kota Bogor memiliki jumlah penduduk yang terbanyak berada pada kelompok umur 0-4 tahun, yaitu sebanyak 81.726 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 40.421 jiwa dan
29
perempuan 40.305 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang terendah berada dikelompok umur diatas 55 tahun dengan rincian laki-laki sebanyak 15.707 jiwa dan perempuan 34.838 jiwa. 4.1.8
Penyebaran dan Kepadatan Penduduk Secara keseluruhan pada tahun 2000, Kota Bogor memiliki penduduk
sebanyak 743.478 jiwa dengan jumlah laki-laki sebesar 377.053 jiwa dan jumlah perempuan sebesar 366.425 jiwa. Dengan luas wilayah yang dimiliki yaitu 11.850 ha, maka rata-rata kepadatan penduduk adalah sebesar 67 jiwa/ha. Selain itu tingkat kepadatan penduduk disetiap kecamatan cukup berbeda. Adapun tingkat kepadatan yang tertinggi berada di kecamatan Bogor Tengah, yaitu sebesar 91 jiwa/ha, sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah berada di kecamatan Bogor Selatan, yaitu sebesar 48 jiwa/ha. Jumlah dan Perkembangan Penduduk Kota Bogor pada tahun 1995 memiliki penduduk 658.607 jiwa, pada tahun 1996 memiliki jumlah penduduk 669.027 jiwa, pada tahun 1997 memiliki jumlah penduduk 675.308 jiwa, tahun 1998 memiliki jumlah penduduk 677.414 jiwa, tahun 1999 memiliki jumlah penduduk 697.496 jiwa, dan pada tahun 2000 memiliki jumlah penduduk 743.478 jiwa. 4.1.9
Struktur Kependudukan Menurut Agama Struktur penduduk menurut agama menunjukkan bahwa penduduk Kota
Bogor didominasi oleh penduduk yang memeluk agama Islam yaitu sebesar 91,20% jiwa, untuk penduduk beragama Kristen Protestan berjumlah 3,85% jiwa, penduduk beragama Katholik berjumlah 3,03% jiwa, penduduk beragama Budha berjumlah 1,49% jiwa dan penduduk beragama Hindu berjumlah 0,43% jiwa. 4.1.10 Kondisi Sosial Ekonomi Mata pencaharian masyarakat Kota Bogor pada umumnya bersumber pada sektor industri manufaktur dan jasa. Sektor ini memberikan tingkat pendapatan yang relatif baik terhadap daya beli masyarakat. Hal ini tercermin pada indikator kesehatan tingginya umur harapan hidup masyarakat (75 tahun). Akan tetapi, akibat krisis ekonomi nasional, terjadi penurunan derajat sosial ekonomi masyarakat. Muncul PHK (6.766 orang), serta penumpukan angkatan kerja baru (41.728 orang) yang tidak terserap pasar kerja mengakibatkan jumlah pengangguran mencapai sebanyak 48.494 orang. Berdasarkan pada penjelasan diatas, kondisi sosial ekonomi masyarakat Kota Bogor masih rentan terhadap berbagai pengaruh, khususnya ekonomi
30
makro dan kebijakan fiskal, terlebih-lebih di dalam masyarakat dan bangsa Indonesia yang masih dalam krisis multi dimensi dimana krisis ini dapat mempengaruhi aspek-aspek kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan di Kota Bogor relatif banyak, baik dalam bentuk karya seni maupun benda dan bangunan bersejarah yang merupakan kekayaan budaya yang harus ditata, dilestarikan dan dimanfaatkan dalam pembangunan.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah konsumen dari pedagang tanaman hias di kota Bogor yang dibagi kedalam 5 lokasi. Penetapan jumlah sampel dilakukan berdasarkan teknik simple random sampling, yakni membagi populasi yang ada kedalam populasi yang lebih kecil dan relatif homogen sehingga diperoleh populasi yang diinginkan. Berdasarkan penetapan jumlah sampel pada masing lokasi adalah dengan menggunakan teknik proportional random sampling, maka ditetapkan responden berjumlah 20 orang untuk setiap lokasi, sehingga total responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang, dan didapatkan segala jenis pernyataan yang dihasilkan oleh 100 orang responden dalam menjawab kuisioner penelitian. Lokasi dan jumlah responden di masing-masing lokasi pada Tabel 2. Tabel 2 Lokasi penelitian dan jumlah responden No.
Lokasi Pedagang Tanaman Hias
Jumlah Responden (org)
1
Jl. Raya Sukasari (Ekalokasari)
20
2
Jl. Raya Pajajaran
20
3
Jl. Dr. Semeru
20
4
Kota Batu-Ciapus
20
5
Jl. A. Yani (Dadali)
20
Jumlah
100
Hasil pengisian kuisioner oleh responden tersebut dapat membantu dan dijadikan dasar untuk menyimpulkan persepsi dan sikap masyarakat kota Bogor terhadap anggrek hitam (studi kasus pedagang tanaman hias kota Bogor). Responden dideskripsikan menurut karakteristik berupa Jenis kelamin, Usia, Tingkat pendidikan formal, Pekerjaan tetap, Pendapatan per bulan dan Status pernikahan. Data karakteristik ini diperoleh dari hasil wawancara dan daftar isian yang terdapat pada kuisioner. 5.1.1
Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin diketahui karakteristik responden terdiri atas
responden wanita sebanyak 57% dan responden pria sebanyak 43% sebagaimana yang terlihat pada gambar 3.
32
JENIS KELAMIN
43%
Pria Wanita
57%
Gambar 3 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Kondisi pada gambar tersebut menggambarkan bahwa konsumen tanaman hias kota Bogor lebih didominasi oleh konsumen wanita. Hal ini diduga karena para wanita lebih dekat dengan unsur keindahan dan pada umumnya lebih menggemari tanaman hias jika dibandingkan dengan kaum pria, sedangkan kaum pria lebih menyukai tanaman hias untuk dijadikan sebagai sumber penghasilan selain sebagai hobi. Hal ini juga diperkuat oleh Kartono (1989)
yang menyatakan bahwa
kedewasaan seorang wanita dimulai pada usia 13 tahun, dimana fungsi kemauan berfungsi secara penuh (regulasi diri) atau pengaturan diri sendiri kini dengan sadar mulai mencari nilai-nilai hidup tertentu. Umpamanya nilai-nilai mengenai keindahan, kesucian, keluhuran budi, keadilan dan lain-lain. Wanita dewasa dicirikan oleh kemampuan mengaitkan realitas dunia luar yang obyektif dengan ego dan mampu mengendalikan dirinya dari dalam untuk diarahkan pada tujuan yang berarti. Wanita biasanya tidak agresif, sifatnya lebih pasif, terbuka, suka melindungi, memelihara, mempertahankan (konservasi), memupuk, memelihara dan mengawetkan terhadap barang-barang dan manusia lainnya. Oleh fungsinya sebagai pemelihara itu, wanita dibekali oleh alam dengan sifat-sifat kelembutan dan keibuan, tanpa mementingkan diri sendiri dan tidak mengharapkan balas jasa bagi segala perbuatannya.
33
5.1.2
Usia Usia responden di dalam penelitian ini dibagi kedalam 5 kategori, yaitu
responden berusia ≤ 20 tahun, usia 21-30 tahun, usia 31-40 tahun dan usia > 40 tahun seperti yang dapat terlihat pada gambar 4.
USIA
5%
15%
≤ 20 tahun
26%
21-30 tahun 31-40 tahun 41-50 tahun
23%
> 50 tahun
31%
Gambar 4 Karakteristik responden berdasarkan usia Gambar 4 diatas menunjukkan bahwa responden kelompok usia 31-40 tahun merupakan kelompok usia paling banyak dengan jumlah presentase 31%. Urutan kedua ditempati responden kelompok usia 21-30 tahun dengan jumlah persentase 26%. Urutan ketiga dan keempat ditempati responden kelompok usia 41-50 tahun dan > 50 tahun dengan jumlah persentase masing-masing 26% dan 15%. Urutan terakhir ditempati responden kelompok usia ≤ 20 tahun dengan jumlah persentase sebanyak 5%. Nurohmah (2003) mengatakan usia produktif untuk bekerja adalah pada kelompok umur 16-50 tahun. Dimana berdasarkan hasil penelitian tentang ”Analisis Peran Tenaga Kerja Wanita pada Kegiatan Persemaian (Studi Kasus : Persemaian Tanaman Acacia mangium di KPH Bogor)’, didapatkan bahwa tenaga kerja yang bekerja terbanyak adalah pada kelompok umur 31-35 tahun yaitu 26,37% dan kelompok umur 36-40 yaitu sebesar 14,29%. Berdasarkan
data
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
mayoritas
konsumen tanaman hias berada pada usia produktif dan matang. Diharapkan hal ini membawa pengaruh positif pada kelestarian anggrek hitam. Dimana dengan semakin matang dan produktifnya usia maka para konsumen akan semakin sering mencoba dan berusaha untuk membudidayakan anggrek hitam baik
34
dengan cara tradisional maupun modern seperti kultur jaringan, demikian juga dengan kelompok kelas umur > 50 tahun yang juga melakukan hal tersebut meskipun dalam persentase yang lebih rendah. 5.1.3
Tingkat Pendidikan Formal Tingkat pendidikan formal responden dibagi kedalam 5 kategori, yaitu SD,
SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi dan kategori Lainnya. Kategori ini dimaksudkan untuk para konsumen yang mungkin tidak pernah mengikuti jenjang pendidikan formal. Komposisi pendidikan formal responden seperti pada gambar 5.
TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL
1% 2% 4%
SD
30%
SLTP SLTA PT
63%
Lainnya
Gambar 5 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan formal Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa responden tingkat pendidikan formal Perguruan tinggi mendominasi dengan jumlah persentase 63%. Selanjutnya diurutan kedua ditempati oleh responden tingkat pendidikan formal SLTA dengan jumlah persentase 30%. Urutan ketiga dan keempat ditempati responden tingkat pendidikan formal SLTP dan SD dengan jumlah persentase masing-masing sebesar 4% dan 2%. Sedangkan kategori Lainnya (belum pernah mengikuti jenjang pendidikan) menempati urutan terakhir dengan jumlah persentase 1%, dengan alasan ketertarikan. Berdasarkan data tersebut jelas terlihat bahwa tingkat pendidikan formal seseorang berpengaruh pada pemilihan kegiatan, ketertarikan pada suatu benda (dalam hal ini tanaman hias), dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang,
semakin
tinggi
juga
tingkat
pengetahuan
dan
pengalamannya. Karena dengan semakin tinggi tingkat pendidikan, seseorang akan lebih mempunyai pengetahuan yang lebih banyak secara ilmiah dan
35
mempunyai kesempatan yang lebih besar juga untuk mempraktekkan ilmu-ilmu yang telah dimilikinya kedalam kehidupan seseorang tersebut, dalam hal ini adalah membudidayakan anggrek hitam secara khusus dan tanaman hias pada umumnya.
5.1.4
Pekerjaan Tetap Pekerjaan tetap responden terbagi atas 5 kategori, yaitu PNS, Swasta,
Wirausaha, Pelajar/Mahasiswa dan Lainnya. Kategori lainnya dimaksudkan untuk status belum bekerja. Komposisi pekerjaan tetap responden seperti pada gambar 6.
PEKERJAAN TETAP
11%
2%
17%
PNS
Swasta
Wirausaha 35%
35%
Pelajar
Lainnya
Gambar 6 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan tetap Gambar 6 diatas menunjukkan bahwa responden pekerjaan tetap Swasta dan Wirausaha menempati urutan pertama dengan jumlah persentase yang sama sebesar 35%. Urutan kedua dan ketiga ditempati responden pekerjaan tetap PNS dan Pelajar/Mahasiswa dengan jumlah persentase masing-masing 17% dan 11%. Urutan terakhir ditempati responden pekerjaan tetap Lainnya (belum bekerja) dengan jumlah persentase 2%. Berdasarkan data tersebut, diduga bahwa faktor pekerjaan tetap mempengaruhi minat seseorang/konsumen terhadap tanaman hias umumnya dan anggrek hitam pada khususnya. Walaupun dinilai tidak berpengaruh langsung, tetapi jenis pekerjaan mempengaruhi tingkat pendapatan dari para konsumen yang tentunya akan berpengaruh langsung terhadap minat akan anggrek hitam.
36
5.1.5
Pendapatan Per Bulan Pendapatan perbulan responden dibagi kedalam 5 kategori, yaitu
≤ Rp. 1.000.000,- /bulan, Rp. 1.000.001,- – Rp. 2.000.000,-/bulan, Rp. 2.000.001,- – Rp. 3.000.000,-/bulan, Rp. 3.000.001,- – Rp. 4.000.000,-/bulan dan > Rp. 4.000.000,-/bulan seperti pada Gambar 7. PENDAPATAN PER BULAN (Rp.)
9%
5%
18%
51%
17%
≤ 1,000,000 1,000,001 - 2,000,000 2,000,001 - 3,000,000 3,000,001 - 4,000,000 > 4,000,000
Gambar 7 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan per bulan Gambar 7 diatas menunjukkan responden yang memiliki pendapatan perbulan Rp. 2.000.001,- – Rp. 3.000.000,- menempati urutan pertama dengan jumlah persentase 51%.
Urutan kedua adalah responden yang memiliki
pendapatan perbulan Rp. 3.000.001,- – Rp. 4.000.000,-
dengan jumlah
persentase 18%. Urutan ketiga dan keempat ditempati responden yang memiliki pendapatan perbulan Rp. 1.000.001,- – Rp. 2.000.000,- dan > Rp. 4.000.000,dengan jumlah persentase masing-masing 17% dan 9%. Responden yang memiliki pendapatan perbulan ≤ 1.000.000 menempati urutan terakhir dengan jumlah persentase sebesar 5%. Berdasarkan data tersebut, diduga jumlah pendapatan yang bervariasi memungkinkan responden untuk memilih aktivitas yang relatif pula, dengan asumsi bahwa setiap orang memiliki perbedaan-perbedaan dalam memenuhi unsur kebutuhannya. Dengan asumsi bahwa semakin besar pendapatan seseorang, semakin besar pula hasrat untuk memenuhi kebutuhan sekundernya (contohnya seseorang yang hobi mengkoleksi anggrek hitam). Keinginan merupakan bagian dari minat, yaitu dorongan nafsu yang tertuju pada sesuatu benda tertentu atau yang kongkrit. Keinginan yang dipraktekkan bisa menjadi sebuah kebiasaan. Kecenderungan merupakan keinginan yang aktif yang menyuruh diri seseorang untuk bertindak. Kemauan
37
merupakan kekuatan yang sadar dan hidup atau menciptakan sesuatu yang berdasarkan perasaan dan pikiran (Sujanto, 2004). 5.1.6
Status Pernikahan Status pernikahan dikelompokkan kedalam 3 kategori, yaitu Menikah,
Belum Menikah dan Lainnya. Kategori lainnya dimaksudkan untuk status duda/janda. Komposisi status pernikahan dapat dilihat pada Gambar 8. STATUS PERNIKAHAN
2% 34%
Menikah Belum Menikah Lainnya
64%
Gambar 8 Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan Gambar 8 diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden telah menikah dengan jumlah persentase 64%, responden yang belum menikah memiliki persentase sebesar 34%, sedangkan responden dengan status Lainnya (duda/janda) dengan jumlah persentase 2%. Menurut Herlina (2002), pemuda yang sudah menikah memiliki persepsi yang baik terhadap pekerjaan, jika dibandingkan dengan pemuda yang belum menikah. Pemuda yang sudah menikah dihadapkan kepada tuntutan untuk memenuhi pendapatan keluarganya, sehingga mereka harus bekerja walaupun itu berat, sehingga ini yang menjadi penyebab pemuda yang telah menikah mempunyai persepsi pekerjaan yang lebih baik daripada pemuda yang belum menikah. Budidaya anggrek hitam selain dapat melestarikan jenisnya tetapi juga merupakan salah satu bentuk usaha yang dapat dipergunakan untuk mendapatkan materi. Berdasarkan hasil wawancara baik kepada konsumen secara khusus dan para pedagang secara umum, mereka mengatakan lebih baik bekerja sebagai para pedagang tanaman hias daripada hanya menjadi pengangguran yang sudah pasti tidak akan mampu membiayai kehidupan keluarga dari para pedagang tanaman hias tersebut.
38
5.2 Persepsi Responden terhadap Anggrek Hitam Persepsi responden terhadap anggrek hitam dapat diketahui dengan menggunakan teknik rentang kriteria yang memiliki rentang seperti berikut : •
1,00 – 1,80
= Sangat Tidak Setuju
•
1,81 – 2,60
= Tidak Setuju
•
2,61 – 3,40
= Cukup Setuju
•
3,41 – 4,20
= Setuju
•
4,21 – 5,00
= Sangat Setuju
Skala interval merupakan skala yang memiliki interval yang sama antar kategorinya, yaitu kategori yang satu dengan lainnya berkaitan. Skala Likert dikategorikan sebagai skala interval (Istijanto, 2005). Hasil analisis teknik rentang kriteria yang diperoleh terhadap variabel persepsi seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Analisis rentang kriteria persepsi terhadap anggrek hitam No.
1
Persepsi
Skor
Rentang Kriteria
Rata
Kriteria
STS
TS
CS
S
SS
-
1
2
3
4
5
rata
2
18
90
200
45
355
3.55
S
3
16
42
184
145
390
3.90
S
2
14
99
40
200
355
3.55
S
5
94
39
80
25
343
3.43
S
Keanekaragaman Jenis
Anggrek
Indonesia
di
sangat
banyak. 2
Anggrek
hitam
merupakan
salah
satu jenis anggrek yang
diketahui
banyak orang. 3
Anggrek
hitam
terkenal
karena
warna, bentuk, bau dan statusnya 4
Habitat asli Anggrek hitam adalah hutan.
39
Lanjutan 5
Anggrek
hitam
banyak dicari oleh peminat
anggrek
1
18
150
100
125
394
3.94
S
0
14
117
156
75
362
3.62
S
0
0
60
232
110
402
4.02
S
0
0
30
280
100
420
4.20
S
10
20
60
160
100
350
3.50
S
2
24
51
208
75
366
3.66
S
untuk dibudidayakan. 6
Punahnya Anggrek
jenis hitam
memberikan dampak negatif. 7
Kelestarian Anggrek hitam
memiliki
dampak positif bagi lingkungan. 8
Anggrek
hitam
termasuk
jenis
tanaman langka. 9
Peraturan berperan dalam
usaha
pelestarian spesies langka
(contoh
:
Anggrek hitam). 10
Masyarakat bertanggung jawab terhadap kelestarian Anggrek hitam.
Tabel 3 Lanjutan analisis rentang kriteria persepsi terhadap anggrek hitam Keterangan : Jumlah Populasi (N) = 100 responden Rentang Kriteria = Jumlah frekuensi x bobot Skor = Jumlah Rentang Kriteria (STS+TS+CS+S+SS) Rata-rata = Jumlah Skor/Jumlah Populasi Kriteria = 1,00 – 1,80
= Sangat Tidak Setuju (STS)
1,81 – 2,60
= Tidak Setuju (TS)
2,61 – 3,40
= Cukup Setuju (CS)
40
3,41 – 4,20
= Setuju (S)
4,21 – 5,00
= Sangat Setuju (SS)
Berdasarkan Tabel 3 diatas, dapat terlihat secara umum bahwa responden memberikan pernyataan/persepsi dengan kriteria Setuju (S). Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat ternyata memberikan persepsi positif terhadap kelestarian anggrek hitam. Hal ini tentu diharapkan akan membawa dampak yang positif pula bagi konservasi sumber daya alam hayati di Indonesia. Berdasarkan hasil analisis rentang kriteria yang disajikan pada Tabel 3, diketahui bahwa kategori persepsi ”Anggrek hitam termasuk jenis tanaman langka” mempunyai nilai tertinggi dibandingkan dengan kategori lainnya. Total skor yang diperoleh yaitu sebesar 420 dengan rata-rata 4.20, artinya responden menyadari bahwa Anggrek hitam merupakan salah satu dari berbagai jenis tanaman langka di Indonesia dan merupakan aset kekayaan negeri kita yang patut dibanggakan. Dengan menyadari hal tersebut, diharapkan responden dan masyarakat lainnya patut menjaga kelestariannya agar tidak punah dan menghindarkan anggrek hitam pada khususnya dan tanaman hias pada umumnya dari pengeksploitasian secara berlebihan. Nilai indikator terendah yaitu total skor 343 dengan rata-rata 3.43, yaitu pada kategori persepsi ”Habitat asli Anggrek hitam adalah hutan”, artinya tidak semua responden mengetahui bahwa ternyata Anggrek hitam merupakan salah satu tanaman hias hutan yang memang hidup dan berasal dari hutan. Dimana anggrek hitam (Coelogyne pandurata) ini menyukai tempat teduh, umumnya tumbuh di dataran rendah pada pohon-pohon tua dekat sungai di hutan basah (Sastrapradja et. al., 1976). Menurut Charles & Baker (1997) jenis ini terdapat di Kalimantan, Sumatera, Malaysia, di Philipina yaitu di pulau Mindanao, pulau Luzon dan pulau Sanar. Hal ini terjadi karena beberapa responden yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup mendetail tentang anggrek hitam, didukung dengan sedikitnya literatur atau bahan-bahan yang membahas tentang anggrek hitam.
5.3 Sikap Responden dan Polanya Terhadap Anggrek Hitam Sikap responden terhadap anggrek hitam dapat diketahui dengan menggunakan teknik rating dari 10 kategori sikap beserta polanya yang telah tersedia dalam kuisioner analisis sikap responden.
41
Adapun 10 kategori sikap yang terdapat dalam kuisioner seperti berikut : 1. Mencari Anggrek hitam 2. Koleksi Anggrek hitam 3. Menjual Anggrek hitam 4. Melihat Anggrek hitam (side seeing) 5. Membudidayakan Anggrek hitam 6. Penyiraman Anggrek hitam 7. Pemupukan Anggrek hitam 8. Pembersihan Anggrek hitam 9. Membaca literatur Anggrek hitam 10. Mengikutsertakan Anggrek hitam dalam pameran Pola sikap responden terhadap anggrek hitam terdiri dari : jenis kegiatan atau sikap responden, kapan (hari dan waktu), dimana, dengan siapa, berapa kali selama 2 bulan terakhir, alasan pemilihan kegiatan, serta tingakat kepuasan. Berdasarkan hasil olah data (rating) analisis sikap responden terhadap anggrek hitam dengan menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 11.5, maka diperoleh rating tertinggi dan terendah sikap responden terhadap Anggrek hitam berikut polanya. seperti pada Tabel 4 dan Tabel 5. Tabel 4 Rating tertinggi sikap responden berikut pola terhadap anggrek hitam Berapa
Kapan No.
Jenis Kegiatan
Dimana Hari
Waktu
Dengan
kali
Siapa
(2 bln
Alasan
Kepua san
terakhir) 1.
Koleksi
Lainnya
Lainnya
Halaman
Keluarga
1
Anggrek
(Tidak
(Tidak
rumah
(50%)
hitam
tentu)
tentu)
(83,3%)
(60%)
(30%)
(66,6%)
x
1
Sudah
Sangat
bulan
jadi
puas
(30%)
kebiasaan
(53,3%)
(hobi) (91,6%)
Berdasarkan tabel 4 diatas, dapat diketahui bahwa jenis sikap ”koleksi anggrek hitam” merupakan jenis sikap yang paling banyak dilakukan oleh responden (60%). Pola sikapnya yaitu dilakukan pada hari yang tidak tentu (30%), waktu yang tidak tentu (66,6%), dihalaman rumah (83,3%), dilakukan dengan keluarga (50%) dan pada 2 bulan terakhir dilakukan 1x1 bulan (30%), dengan alasan sudah menjadi kebiasaan atau hobi (91,6%) dan sebagian besar responden bersikap tersebut dengan sangat puas (53,3%).
42
Dari tabel 4 diatas diduga ada kecenderungan didalam masyarakat Kota Bogor yang mempunyai kekuatan finansial lebih, mempunyai daya beli terhadap tanaman hias, terbukti dari banyaknya responden yang mengkoleksi anggrek hitam. Hasil wawancara dengan para konsumen, dalam mengkoleksi tanaman hias mereka berharap suatu saat tanaman itu mempunyai nilai tambah baik secara finansial maupun non finansial. Faktor finansialnya adalah berupa nilai mata uang dan faktor non finansialnya adalah hobi dan kesenangan memiliki anggrek hitam tersebut. Tabel 5 Rating terendah sikap responden berikut pola terhadap anggrek hitam Berapa
Kapan No.
Jenis Kegiatan
Dimana Hari
Waktu
Dengan
kali
Siapa
(2 bln
Alasan
Kepua san
terakhir) 1.
Membaca
Lainnya
Lainnya
Rumah
Sendiri
Tidak
Tidak ada
Cukup
literatur
(Tidak
(Tidak
(41,6%)
(75%)
pernah
pilihan
Puas
anggrek
tentu)
tentu)
(100%)
aktivitas
(50%)
hitam
(66,6%)
(50%)
(12%)
(mengisi waktu luang) (50%)
Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa jenis sikap ”membaca literatur tentang anggrek hitam” merupakan sikap yang paling jarang dilakukan oleh responden (12%). Pola sikapnya yaitu : dilakukan pada hari yang tidak tentu (66,6%), waktu yang tidak tentu (50%), dilakukan dirumah (41,6%), seorang diri (75%) dan pada 2 bulan terakhir tidak dilakukan sama sekali (100%). Sikap ini dilakukan karena alasan tidak ada pilihan aktivitas (mengisi waktu luang) (50%) dengan tingkat kepuasan cukup puas (50%). Berdasarkan data yang ada pada sikap responden ”membaca literatur anggrek hitam” sedikit dilakukan. Hal ini dikarenakan masih tidak tersedia dengan cukup banyak literatur tentang anggrek hitam didukung oleh budaya membaca di masyarakat Indonesia masih kurang. Mereka lebih banyak mendengarkan saran-saran dan masukan dari orang lain yang mengakibatkan rendahnya pengetahuan masyarakat akan anggrek hitam dan tanaman hias lainnya.
43
5.4 Upaya-upaya Yang Dilakukan untuk Melestarikan Anggrek Hitam Setelah mengetahui persepsi dan sikap masyarakat Kota Bogor terhadap anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) maka dapat ditentukan upaya-upaya yang tentunya diharapkan dapat dilakukan untuk melestarikan anggrek hitam, yaitu : a. Membentuk persepsi yang positif tentang anggrek hitam dengan cara lebih memperkenalkan jenis anggrek hitam kepada masyarakat secara luas, tidak hanya kepada para pecinta atau kolektor tanaman hias, baik dengan cara mengadakan seminar atau menyertakannya dalam pameran atau bursa tanaman hias. b. IPB selaku institusi yang bergerak dalam bidang pertanian, khususnya Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, mampu mensosialisasikan jenis-jenis tanaman hias baik umum maupun langka kepada masyarakat, mengingat habitat asli awal tanaman hias adalah hutan. Hal ini dapat dilakukan tentu dengan melibatkan instansi-instansi terkait seperti Kebun Raya Bogor. c. Pemerintah Kota Bogor diharapkan lebih turut berperan serta dalam menggalakkan
program
konservasi
(pengawetan,
pelestarian
dan
pemanfaatan) tanaman hias langka, khususnya anggrek hitam, dengan cara memberikan penyuluhan gratis bekerja sama dengan lembaga pendidikan formal seperti Institut Pertanian Bogor, misalnya dengan cara mengadakan penyuluhan-penyuluhan kepada sekolah-sekolah ataupun para pedagang tanaman hias. d. Pemerintah Kota Bogor diharapkan juga dapat lebih membantu dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya Kota Bogor, seperti membuat perpusatakaan keliling, agar minat baca masyarakat menjadi lebih baik lagi, tentunya didukung dengan persediaan buku-buku yang lebih banyak dan cenderung lebih membahas masalah alam dan lingkungan agar rasa konservasi yang tersimpan pada masyarakat dapat keluar dan tentunya akan menjadikan lingkungan pada umumnya menjadi lebih baik dan jenis-jenis langka baik pada tumbuhan maupun satwa menjadi lebih lestari.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat Kota Bogor memberikan pernyataan/persepsi dengan kriteria Setuju (S). Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat ternyata memberikan persepsi positif terhadap kelestarian anggrek hitam. Dengan demikan hal ini diharapkan akan membawa dampak yang positif pula bagi konservasi sumber daya alam hayati di Indonesia. Sikap masyarakat Kota Bogor berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa dominan masih terbatas sebagai kolektor tanaman hias khususnya anggrek hitam sebesar 60% masyarakat yang menjadi responden. Hal ini juga diasumsikan karena masyarakat memiliki kemampuan finansial yang lebih. Sedangkan untuk kegiatan membaca literatur, menjadi kegiatan yang paling sedikit dilakukan dengan persentase sebesar 12% dari total 100 responden. Persepsi dan sikap masyarakat berdasarkan karakteristik responden secara umum dapat disimpulkan sebagian besar lebih dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pendapatan perbulan dan status pernikahan. Yaitu wanita, pada kelas umur 30-40 tahun, dengan pendidikan terakhir perguruan tinggi, sudah menikah dan mempunyai pendapatan rata-rata Rp 2.000.001-Rp 3.000.000. Sementara untuk pekerjaan tetap tidak terlalu berpengaruh terhadap persepsi dan sikap masyarakat Kota Bogor terhadap anggrek hitam. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk dapat membuat persepsi dan sikap masyarakat Kota Bogor lebih peduli dan aktif terhadap kegiatan konservasi tanaman hias langka khususnya anggrek hitam diantaranya adalah lebih memperkenalkan jenis anggrek hitam kepada masyarakat secara luas, tidak hanya kepada para pecinta atau kolektor tanaman hias, IPB selaku institusi yang bergerak
dalam
bidang
pertanian,
khususnya
Departemen
Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, dapat bekerjasama dengan pihak Kebun Raya Bogor agar mampu mensosialisasikan jenis-jenis tanaman hias baik umum maupun langka kepada masyarakat, mengingat habitat asli tanaman hias adalah berawal dari hutan. Pemerintah Kota Bogor diharapkan lebih turut berperan serta dalam menggalakkan program konservasi (pengawetan, pelestarian dan pemanfaatan)
47
tanaman hias langka, khususnya anggrek hitam, dengan cara memberikan penyuluhan gratis bekerja sama dengan lembaga pendidikan formal seperti Institut Pertanian Bogor serta diharapkan juga dapat lebih membantu dalam meningkatkan
pengetahuan
masyarakat
khususnya
Kota
Bogor,
seperti
membuat perpusatakaan keliling. 5.2 Saran Hasil penelitian ini terbatas kepada persepsi dan sikap masyarakat Kota Bogor terhadap Anggrek hitam (Coelogyne pandurata Lindl.). untuk penelitian selanjutnya diharapkan pengkajian tentang jenis tanaman langka lainnya. Penelitian ini hanya dilakukan pada Kota Bogor, sehingga untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat dilaksanakan pada kabupaten Bogor dan atau kota lainnya, sehingga hasil penelitian tersebut dapat dilakukan generalisasi serta menghasilkan informasi yang lebih jelas dalam pengelolaan konservasi tanaman hias dan langka.
45
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra, H.S. 1979. Konsevasi Alam dan Pengelolaan Margasatwa Bagian I (Dasar-dasar Pengelolaan Kawasan Konservasi). Sekolah Pasca Sarjana Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Institut Pertanian Bogor. Asih, A. 1996. Konservasi Kura-kura Belawa (Trionyx cartilaginous) di Desa Belawa Kecamatan Sedong Cirebon [skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Calhoun dan Acocella. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan.
Edisi
ketiga.
Terjemahan.
IKIP
Semarang
Press.
Semarang. Charles, M. Baker. 1997. Cologyne pandurata Lindley. Diakses dari http ://www.orchid culture.com/Cologyne pandurata culture.htm. [28 Desember 1997]. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jakarta. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam Dirjen Kehutanan. 1981. Pemanfaatan
Penyu
di
Indonesia
dan
Usaha-usaha
Menjaga
Kelestariannya dalam Pola Pemanfaatan Penyu yang Selaras Dengan Asas Kelestarian Alam di Propinsi Bali dan Sekitarnya. Laporan Diskusi Penyu di Denpasar-Bali 21-22 Mei 1981. Direktorat Perlindungan dan Pengawetan Alam. Bogor. Dougherty, Joseph. Diakses dari http://www.ecology.com [28 Mei 2008]. Gunawan, W. 1999. Persepsi dan Perilaku Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sirnarasa Terhadap Pelestarian Sumberdaya Hutan di Taman Nasional Gunung Halimun [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Gunawan, L.W. 2001. Budidaya Anggrek. Penebar Swadaya. Jakarta. Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Air Sungai [disertasi]. Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Herlina,
Tarigan.
2002.
Orientasi
Nilai
Kerja
Pemuda
Pada
Keluarga
dalam botol.
Kanisius.
Perkebunan. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Hendaryono,
D.P.S.
Yogyakarta.
2000.
Pembibitan
Anggrek
46
Insusanty, E. 2003. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat Sekitar Hutan Terhadap Nilai Sumberdaya Hutan (Studi Kasus di Desa Cihanyawar Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi) [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Istijanto. 2005. Riset Sumberdaya Manusia. Cara Praktis Mendeteksi Dimensidimensi Kerja Karyawan. PT Gramedia Pustaka. Jakarta. Kartini, K. 1984. Psikologi Umum. Penerbit Alumni. Bandung. Kartono, K. 1989. Psikologi Wanita. CV Marapa Madya. Bandung. Kayam, U. 1985. Pembahasan Makalah Persepsi Kebudayaan Utopia dan Realita dalam Alfian : Persepsi Masyarakat Tentang Kebudayaan. PT. Gramedia. Jakarta. Kimball, Y. 1956. Social Psychology, Third Edition. Appleton Century, Crefts Inc. Kusmayadi,
dan
Sugiarto.
2000.
Metode
Penelitian
Dalam
Bidang
Kepariwisataan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Martin, P. 2007. Analisis Pengaruh Kompensasi terhadap Motivasi Kerja Pada CV. Aquatic Indonesia [tesis]. Management Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Murniastuti,
W.I.
1998.
Persepsi
dan
Partisipasi
Masyarakat
Terhadap
Konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas L.) di Pantai Pangumbahan Kabupaten Dati II Sukabumi [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Nurohmah, N. 2003. Analisis Peran Tenaga Kerja Wanita Pada Kegiatan Persemaian (Studi Kasus : Persemaian Tanaman Acacia mangium di KPH Bogor) [tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Palungkung, R. 2004. Menghijaukan ruangan. Penebar Swadaya. Jakarta. Puspitaningtyas, D.M. Mursidawati. 1999. Anggrek Kebun Raya Bogor. Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Vol 1(2). 17-18. Rahardi, F. Haryono. Yopita, H.I. 1997. Agribisnis Tanaman Hias. Cetakan Keempat. Penebar Swadaya. Jakarta. Saragih, G.S. 2007. Sikap Masyarakat Kelurahan Pancoran Mas Terhadap Taman Hutan Raya Pancoran Mas, Depok [skripsi]. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Sarwono SW. 1999. Psikologi Sosial. Balai Pustaka. Jakarta.
47
Sastrapradja, S., R.E. Nasution , Irawati, Lili Soerojo, Maria Imelda, Saleh Idris, Sutomo Soerohaldoko, Wismaniah Roedjito. 1976. Anggrek Indonesia. Lembaga Biologi Nasional LIPI. Bogor. Sipahutar, Djoner E.D. 1994. Persepsi dan Kecenderungan Perubahan Persepsi Masyarakat
Pulau
Samosir,
Kabupaten
Tapanuli
Utara
Tentang
Kelestarian Kualitas Perairan Danau Toba (Studi Kasus di Pangururan, Simanindo, Tomok, dan Nainggolan) [skripsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sobur A. 2003. Psikologi Umum. Penerbit Pustaka Setia Bandung. Bandung. Soehartono, Tonny dan Ani Mardiastuti. 2003. Pelaksanaan Konvensi CITES di Indonesia. Japan International Coorperation Agency (JICA). Jakarta. Soemarwoto, C. 1991. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Penerbit Djambatan. Jakarta. Suaria, N.I. 2000. Isolasi dan Karakteristik Bakteri yang Berisolasi dengan Kultur Anggrek Cymbidium dan Pengaruhnya pada Kultur Jaringan Anggrek Dendrobium Hibrida [tesis]. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Sudarmono, A.S. 1997. Tanaman Hias Ruangan : Mengenal dan Merawat. Kanisius. Yogyakarta. Sujanto, A. 2004. Psikologi Umum. Cetakan Kedua Belas. Bumi Aksara, Jakarta. Supardi, D.R., Luckye Poernomo Soewilo, Dwi Murti Puspitaningtyas, Sofi Mursidawan, R Nana, Ahmad Kosasih, Entim Fatimah. 1999. An Alphabetical List of Indonesian Orchid Cultivated in Bogor Botanical Garden. Botanic Gardens of Indonesia. Indonesian Institut of Sciences Bogor. Surata, S.P. 1993. Persepsi Seniman Lukis Tradisional Bali Terhadap Konservasi Burung [tesis]. Fakultas Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Susilawati dan Amik Krismawati. 2007. Anggrek Lokal “Unik” Kalimantan Tengah. Warta Plasma Nutfah 6 Indonesia Nomor 19 Tahun 2007. Thompson, P.A. 1980. Orchids from Seed. Mc Corquodale Printers ltd. London. Tjitrosoepomo, G. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tukan, Johan S. 1993. Membangun Keluarga di Kota. Aviadre. Bandung.
48
Untari, R. 2003. Pengaruh Jenis Media Organik dan NAA Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata Lindl.) di Dalam Kultur In Vitro. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Wartaputra, S. 1993. Kebijaksanaan dan Strategi Pembangunan Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Dirjen PHPA. Bogor. Widyawati, W. 1996. Persepsi dan Perilaku Pengunjung Remaja di Kebun Raya Bogor Terhadap Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan [skrispsi]. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
49
Lampiran 1 Kuisioner penelitian
JURUSAN KONSERVASI SUMBER DAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Yth.Bapak/Ibu/Saudara/i,
Saya mahasiswa Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan - Institut Pertanian Bogor (Fakultas Kehutanan IPB), bermaksud melakukan penelitian mengenai ”Persepsi dan Sikap Masyarakat Kota Bogor terhadap Anggrek Hitam (Studi Kasus Konsumen Pedagang Tanaman Hias di Kota Bogor” untuk penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan studi. Agar hasil penelitian ini dapat memadai, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam menjawab kuisioner ini. Semua informasi yang diterima dalam kuisioner ini bersifat rahasia dan hanya untuk kepentingan akademis.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/saudara/i, saya ucapkan terimakasih.
Hormat Saya,
Darma Bonifacius
50
KUISIONER PENELITIAN (Rahasia)
A. Karakteristik Responden
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang yang sesuai dengan
kondisi
Anda.
1. Jenis Kelamin : a.
Pria
b.
Wanita
c.
Lainnya .................. (sebutkan)
2. Usia : a.
≤ 20 tahun
d.
41 – 50 tahun
b.
21 – 30 tahun
e.
> 50 tahun
c.
31 – 40 tahun
3. Tingkat Pendidikan Formal : a.
SD
d.
PT
b.
SLTP
e.
Lainnya .................. (sebutkan)
c.
SLTA
4. Pekerjaan Tetap : a.
PNS
d.
Pelajar/Mahasiswa
b.
Swasta
e.
Lainnya .................. (sebutkan)
c.
Wirausaha
5. Pendapatan Perbulan : a.
≤ Rp. 1.000.000,-
d.
Rp. 3.000.001,- – Rp. 4.000.000,-
b.
Rp. 1.000.001,- – Rp. 2.000.000,-
e.
> Rp. 4.000.000,-
c.
Rp. 2.000.001,- – Rp. 3.000.000,-
51
6. Status Pernikahan : a.
Menikah
c.
b.
Belum Menikah
Lainnya .................. (sebutkan)
B. Persepsi Responden
Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada 10 pernyataan dalam kolom bawah ini sesuai penilaian Anda. Pilih salah satu jawaban saja untuk satu pernyataan. Keterangan Pilihan Jawaban : (1) STS = Sangat Tidak Setuju (2) TS
= Tidak Setuju
(3) CS
= Cukup Setuju
(4) S
= Setuju
(5) SS
= Sangat Setuju
Contoh Pengisian : No.
Persepsi
1
Anggrek hitam perlu dijaga kelestariannya untuk generasi yang akan datang
STS (1)
TS (2)
CS (3)
S (4)
SS (5)
√
Pernyataan : No.
Persepsi
1
Keanekaragaman jenis anggrek di Indonesia sangat banyak.
2
Anggrek hitam merupakan salah satu jenis anggrek yang diketahui banyak orang.
3
Anggrek hitam terkenal karena warna, bentuk , bau dan statusnya
4
Habitat asli Anggrek hitam adalah hutan.
5
Anggrek hitam banyak dicari oleh peminat Anggrek untuk dibudidayakan.
6
Punahnya jenis Anggrek hitam memberikan dampak negatif.
STS
TS
CS
S
SS
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
52
7
Kelestarian Anggrek hitam memiliki dampak positif bagi lingkungan.
8
Anggrek hitam termasuk jenis tanaman langka.
9
Peraturan berperan dalam usaha pelestarian spesies langka (contoh : Anggrek hitam).
10
Masyarakat bertanggung jawab kelestarian Anggrek hitam.
terhadap
C. Sikap dan Pola Sikap Responden terhadap Anggrek hitam Petunjuk : Berilah tanda cek (√) pada 10 jenis kegiatan/sikap beserta pola sikapnya sesuai pilihan Anda. No
Jenis Kegiatan
Kapan Hari
1
2
Mencari anggrek hitam
Koleksi anggrek hitam
Dimana
Dengan siapa
Waktu
Berapa kali selama 2 bulan terakhir
□ Senin □ Selasa
□ Pagi □ Siang
□ Hutan □ Kebun
□ Sendiri □ Teman
□ Setiap hari □ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu □ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali □ Lainnya …..
□ Senin □ Selasa
□ Pagi □ Siang
□ Hutan □ Kebun
□ Sendiri □ Teman
□ Setiap hari □ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu □ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali □ Lainnya …..
Alasan
□ Tidak ada pilihan aktivitas a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan
Kepuasan □ Sangat Tidak Puas □ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman □ Tidak ada pilihan aktivitas a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan
□ Sangat Tidak Puas □ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman
3
Menjual anggrek hitam
□ Senin
□ Pagi
□ Hutan
□ Sendiri
□ Setiap hari
□ Tidak ada pilihan aktivitas
□ Sangat Tidak Puas
53
4
5
Melihat anggrek hitam (side seeing)
Membudidayakan anggrek hitam
□ Selasa
□ Siang
□ Kebun
□ Teman
□ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu □ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali □ Lainnya …..
□ Senin □ Selasa
□ Pagi □ Siang
□ Hutan □ Kebun
□ Sendiri □ Teman
□ Setiap hari □ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu □ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali □ Lainnya …..
□ Senin □ Selasa
□ Pagi □ Siang
□ Hutan □ Kebun
□ Sendiri □ Teman
□ Setiap hari □ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu □ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali □ Lainnya …..
a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan
□ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman □ Tidak ada pilihan aktivitas a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan
□ Sangat Tidak Puas □ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman □ Tidak ada pilihan aktivitas a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan
□ Sangat Tidak Puas □ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan
54
a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman 6
7
8
Penyiraman
Pemupukan
Pembersihan
□ Senin □ Selasa
□ Pagi □ Siang
□ Hutan □ Kebun
□ Sendiri □ Teman
□ Setiap hari □ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu □ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali □ Lainnya …..
□ Senin □ Selasa
□ Pagi □ Siang
□ Hutan □ Kebun
□ Sendiri □ Teman
□ Setiap hari □ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu □ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali □ Lainnya …..
□ Senin □ Selasa
□ Pagi □ Siang
□ Hutan □ Kebun
□ Sendiri □ Teman
□ Setiap hari □ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali
□ Tidak ada pilihan aktivitas a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan
□ Sangat Tidak Puas □ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman □ Tidak ada pilihan aktivitas a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan
□ Sangat Tidak Puas □ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman □ Tidak ada pilihan aktivitas a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain
□ Sangat Tidak Puas □ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
55
□ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
9
10
Membaca literatur anggrek hitam
Mengikutsertakan dalam pameran
□ Lainnya …..
a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman
□ Senin □ Selasa
□ Pagi □ Siang
□ Hutan □ Kebun
□ Sendiri □ Teman
□ Setiap hari □ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu □ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali □ Lainnya …..
□ Senin □ Selasa
□ Pagi □ Siang
□ Hutan □ Kebun
□ Sendiri □ Teman
□ Setiap hari □ 1 x 2 hari
□ Rabu □ Kamis □ Jumat □ Sabtu □ Minggu □ Setiap hari □ Tidak Pernah □ Lainnya…..
□ Sore □ Malam
□ Taman □ Rumah □ Halaman rumah □ Lainnya …..
□ Orangtua □ Keluarga □ Lainnya …..
□ 1 x 1 minggu □ 1 x 2 minggu □ 1 x 1 bulan □ Tidak sama sekali □ Lainnya …..
□ Tidak ada pilihan aktivitas a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan
□ Sangat Tidak Puas □ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman □ Tidak ada pilihan aktivitas a. fasilitas rekreasi sedikit b. diajak temen/tidak ada temen c. mengisi waktu luang d. keterbatasan biaya □ Tidak ada alternatif lain a. butuh suasana baru b. butuh kegiatan
□ Sangat Tidak Puas □ Tidak Puas □ Cukup Puas □ Puas □ Sangat Puas
c. butuh hiburan □ Sudah jadi kebiasaan a. hobi b. kewajiban c. usaha tanaman
56
57
Lampiran 2. Lokasi penelitian
. Lokasi penelitian daerah Ekalokasari
. Lokasi penelitian daerah Kota Batu
58
Lokasi penelitian daerah Jalan Padjajaran
. Lokasi penelitian daerah Jalan Semeru
59
. Lokasi penelitian daerah Jalan Ahmad Yani
60
Lampiran 3. Anggrek hitam (Coelogyne pandurata)
Sumber : www.ecology.org