Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
PERSEPSI AKUNTAN DAN MAHASISWA TERHADAP EKSPEKTASI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (SAK ETAP) Supriyantoro
[email protected] Maswar Patuh Priyadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is: (1) to find out the difference of public accountants and accounting educators perception to the expectation of financial accounting standard of entities without public accountability (2) to find out the difference of public accountants and accounting students perception to the expectation of financial accounting standard of entities without public accountability (3) to find out the difference of accounting educators and accounting students perception to the expectation of financial accounting standard of entities without public accountability. The source and type of data is the primary data which is in the form of questionnaires. The respondents are public accountants who work in public accountant office (KAP), accounting educators and accounting students who study at Indonesia School of Economic Surabaya (STIESIA) and Universitas Kristen Petra Surabaya.Based on the result of discussion, it can be concluded that: (1) there is difference of perception between public accountants and accounting educators to the expectation of financial accounting standard of entities without public accountability, (2) there is difference of perception between public accountants and accounting students to the financial accounting standard of entities without public accountability, (3) there is no difference of perception between accounting educators and accounting students to the expectation of financial accounting standard of entities without public accountability. Keywords :
Perception, Financial Accounting Standard Accountability, Accountant, Accounting Students
of
Entities
without
Public
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk : (1) untuk mengetahui perbedaan persepsi akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap ekspektasi standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP). (2) untuk mengetahui perbedaan persepsi akuntan publik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP). (3) untuk mengetahui perbedaan persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP).Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu berupa kuesioner. Responden dalam penelitian ini yaitu akuntan publik yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP), akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi yang berada di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya dan Universitas Kristen Petra Surabaya.Berdasar hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa : (1) tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dengan akuntan pendidik terhadap ekspektasi standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP). (2) terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dengan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP).(3) tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP). Kata-kata Kunci :
Persepsi, Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), Akuntan, Mahasiswa Akuntansi 1
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
2
PENDAHULUAN Krisis ekonomi yang melanda Indonesia yang dimulai tahun 1997 hingga beberapa tahun terakhir mengakibatkan banyak kerugian, hal ini cepat atau lambat akan berkembang menjadi krisis multidimensional, krisis ini menghadapi situasi dimana bangsa dan negeri kita dewasa ini sedang dilanda oleh beranekaragam pertentangan besar maupun kecil dan berbagai keruwetan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan kebobrokan moral. Hal ini terbukti dengan banyaknya usaha yang bangkrut dan meninggalkan tidak sedikit sumber daya manusia yang menganggur. Ditengah berbagai tantangan dan hambatan tersebut salah satu bagian penting dan juga sebagai tonggak perekonomian Indonesia adalah usaha mikro kecil dan menengah atau biasa disebut UMKM yang justru memiliki daya tahan terhadap krisis ekonomi tersebut dan menjadi penyangga kehidupan suatu negara juga daerah termasuk Indonesia. Dalam perkembangan perekonomian Indonesia, terdapat banyak usaha yang berkembang dalam masyarakat, dari usaha yang bernilai tinggi hingga usaha kecil dan menengah. Bakrie (2013) menyatakan bahwa besarnya kontribusi UMKM dalam menopang kemakmuran dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, jumlah UMKM lebih dari 99% dari total keseluruhan perusahaan di Indonesia. Total tenaga kerja yang diserap mencapai 97% . Dalam beberapa kali krisis ekonomi, UMKM menjadi sumber ketahanan yang terbukti dapat menjadi bantal peredam perekonomian Indonesia. UMKM juga mampu menciptakan pemerataan ekonomi. Karena itu sangat layak kita mengharapkan UMKM dapat terus memainkan perannya dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan kemakmuran bangsa (Bakrie, 2013). Semakin berkembangnya suatu usaha, semakin besar modal yang dibutuhkan, salah satunya yaitu yang berasal dari pinjaman modal dari pihak perbankan ataupun lembaga keuangan lainnya, namun tak lepas dari kendala dan hambatan yang dialami suatu UMKM terhadap pinjaman modal tersebut, salah satu kendala yang dialami oleh pengusaha pengusaha UMKM adalah kesulitan terhadap akses ke perbankan, karena persyaratan yang harus dipenuhi seperti laporan keuangan entitas di berbagai negara memiliki kewajiban untuk melaporkan kondisi keuangannya, laporan keuangan ditujukan kepada pemerintah terkait pelaporan pajaknya, kreditur dan pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang juga bermanfaat bagi para pengguna dalam rangka pembuatan keputusan ekonomi. Praktek akuntansi, khususnya akuntansi keuangan pada UMKM di Indonesia masih rendah dan memiliki banyak kelemahan Wahdini (2006) dalam Salam (2010). Kelemahan itu, antara lain disebabkan rendahnya pendidikan, kurangnya pemahaman terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari manajer pemilik dan karena tidak adanya peraturan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan bagi UMKM. Hal ini juga membuktikan bahwa perusahaan kecil di Indonesia cenderung untuk memilih normal perhitungan (tanpa menyusun laporan keuangan) sebagai dasar penghitungan pajak. Karena, biaya yang dikeluarkan untuk menyusun laporan keuangan jauh lebih besar daripada kelebihan pajak yang harus dibayar. Untuk dapat memudahkan memahami laporan keuangan, maka dibutuhkan suatu standar yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan sejauh mana sumber daya yang dipercayakan digunakan dan dikelola secara baik. Menghadapi masalah terkait, International Accounting Standard Board (IASB) selaku badan yang berwenang dalam pengembangan ilmu akuntansi, akhirnya membuat standar untuk UMKM yaitu yang kemudian dinamakan International Financial Reporting Standard for Small Medium Entities (IFRS For SMEs). Kemudian Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melalui dewan standar akuntansi keuangan (DSAK) telah menerbitkan pelaporan keuangan bagi UMKM yang kemudian dinamakan SAK ETAP pada tanggal 17 juli 2009 dan berlaku efektif 1 januari 2011.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
3
Fitakhurrokhmah (2013) menyatakan bahwa sejak diberlakukannya SAK ETAP bagi bank perkreditan rakyat (BPR) maka persepi dari berbagai pihak muncul sebagai tanggapan atas tingkat efektivitas, efisiensi, tingkat kemudahan maupun kegunaan (kebermanfaatan) adanya standar yang baru. Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil seperti UMKM tidak perlu membuat laporan keuangan dengan menggunakan SAK UMUM yang berlaku. Dalam beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan SAK UMUM dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat dari ketebalan SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan menyajikan 30 bab. Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP maka standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. pengguna eksternal disini adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. Beberapa penelitian telah melaporkan hasil penelitian tentang penerapan akuntansi berdasarkan SAK ETAP dan persepsi tentang SAK ETAP. Auliyah (2012) menyatakan bahwa kehadiran Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik atau lebih dikenal dengan (SAK ETAP) diharapkan dapat memberikan kemudahan untuk UMKM dalam menyajikan laporan keuangan, SAK ETAP juga diharapkan menjadi solusi permasalahan internal perusahaan, terutama bagi manajemen yang hanya melihat hasil laba yang diperoleh tanpa melihat kondisi keuangan yang sebenarnya. Salam (2010) menyatakan bahwa dengan munculnya SAK ETAP ini diharapkan entitasentitas bisnis yang tidak terdaftar dalam pasar modal dapat mengaplikasikannya sebagai standar akuntansi bagi entitas mereka. Hal ini merupakan langkah awal untuk mensosialisasikan SAK ETAP yang kemudian diproyeksikan untuk menjadi Standar akuntansi yang berterima umum di Indonesia. Disisi lain, mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan di masa depan yang sedang disiapkan melalui proses belajar dalam perkuliahan di nilai harus dapat menghadapi tantangan dan peluang dalam dunia kerja, mahasiswa di tuntut dapat mempersiapkan sedini mungkin untuk menghadapi masalah yang berkembang dalam profesinya (Mufdholi, 2010). Persepsi mahasiswa akuntansi sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungannya yaitu dunia perkuliahan, untuk itu peranan akuntan pendidik dalam mendidik mahasiswa akuntansi memegang andil yang sangat penting dalam memberikan pemahamannya, agar persepsi mahasiswa tidak menyimpang, karena itu para akuntan pendidik seharusnya memberikan persepsi yang positif tentang lingkungan kerja (Mufdholi, 2010). Dengan kata lain dilihat di sisi lain mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan mengenal SAK ETAP secara keseluruhan dan juga dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja, namun dari kacamata akuntan pendidik mahasiswa hanya di kenalkan terhadap apa itu SAK ETAP dan masih dalam proses sosialisasi, tanpa diberikan gambaran kasus ataupun permasalahan untuk diselesaikan. Tujuan penelitian ini yaitu, (1) Untuk mengetahui perbedaan persepsi akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap ekspektasi standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP). (2) Untuk mengetahui perbedaan persepsi akuntan publik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP). (3) Untuk mengetahui perbedaan persepsi akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
4
TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Standar Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) hingga saat ini telah menerbitkan empat standar akuntansi di Indonesia atau yang biasa disebut empat pilar standar akuntansi Indonesia. Empat pilar standar akuntansi tersebut yaitu : 1. Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (2012) Standar Akuntansi Keuangan (SAK), tujuan dan peranan kerangka dasar ini merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para pengguna eksternal. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi : a. Komite penyusunan standar akuntansi keuangan dalam pelaksanaan tugasnya b. Penyusunan laporan keuangan, untuk menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar akuntansi keuangan. c. Auditor dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai standar akuntansi keuangan ; dan d. Para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan. 2. Standar Akuntansi Pemerintahan Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar akuntansi pemerintahan, menyatakan bahwa standar akuntansi pemerintahan, yang selanjutnya disingkat SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. pernyataan standar akuntansi pemerintahan, yang selanjutnya disingkat PSAP, adalah SAP yang diberi judul, nomor, dan tanggal efektif. kerangka konseptual akuntansi pemerintahan adalah konsep dasar penyusunan dan pengembangan standar akuntansi pemerintahan, dan merupakan acuan bagi Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam pernyataan standar akuntansi pemerintahan. 3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah Ikatan Akuntan Indonesia (2007) tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan syariah, kerangka dasar ini menyajikan konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya. Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi : a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah dalam pelaksanaan tugasnya b. Penyusun laporan keuangan untuk menanggulangi masalah akuntansi syariah yan g belum diatur dalam standar akuntansi keuangan syariah. c. Auditor, dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan prinsip akuntansi syariah yang berlaku umum. d. Para pengguna laporan keuangan, dalam menafsirkan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi syariah. 4. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik Untuk dapat memahami laporan keuangan, maka dibutuhkan suatu standar yang digunakan oleh para pengguna laporan keuangan sejauh mana sumber daya yang dipercayakan digunakan dan dikelola secara baik. International Accounting Standard Board (IASB) selaku badan yang berwenang dalam pengembangan ilmu akuntansi, akhirnya membuat standar untuk UMKM yaitu yang kemudian dinamakan IFRS for Small Medium Entities (IFRS for SMEs). Ikatan Akuntan Indonesia melalui dewan standar akuntansi keuangan (DSAK) telah menerbitkan pelaporan keuangan bagi UMKM yang kemudian dinamakan SAK ETAP pada tanggal 17 Juli 2009 dan berlaku efektif 1 Januari 2011.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
5
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Ruang Lingkup Ikatan Akuntan Indonesia (2009) tentangStandar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik menyatakan bahwastandar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) dimaksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang : a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur dan lembaga pemeringkat kredit. Suatu entitas dikatakan memiliki akuntabilitas publik signifikan jika : a. Entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal. b. Entitas mengusai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompokbesar masyarakat, seperti bank, entitas, asuransi, pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP. Definisi Persepsi Mahmud (1990) menyatakan bahwa persepsi adalah menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam contact (komunikasi). Sedangkan Rakhmat (2006) menyatakan bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperolehn dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi.. Colhoun, J. F dan J. R. Acocella. (1990) meyatakan bahwa Persepsi sosial kita adalah pandangan kita terhadap orang lain. Pembentukan persepsi sosial dimulai pada masa bayi, ketika pertama kali anak menyadari manusia lain. Kesdaran ini terlihat pada kasih sayang awal masa bayi kepada orang dan pada tanggapan mereka terhadap kecemasan adanya orang asing dan kecemasan berpisah dengan orang tuanya. Tn (2011) menyatakan bahwapersepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan. Sebaliknya alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Artinya, persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan. Jadi, persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Atau dengan kata lain persepsi merupakan proses memberikan makna pada stimuli yang ditangkap oleh inderawi. Atkinson et al. (1997) menyatakan bahwahipotesis persepsi bentuk yang dapat berbalik balik seperti kubus, menurut necker dalam buku ini menunjukkan bahwa persepsi kita bukan merupakan stimulus penglihatan yang statis. Penghayatan dapat dikatakan sebagai upaya untuk mendapatkan tafsiran yang prima dan informasi sensorik berdasarkan pengetahuan kita tentang benda-benda. Para ahli psikologi kognitif berdasarkan para ahli gestalt sebelumnya menekankan bahwa penghayatan adalah suatu hipotesis yang dianjurkan oleh data sensorik. Atkinson et al. (1997) menyatakan bahwa teori yang memandang persepsi sebagai proses aktif yang menguji hipotesis yang dipengaruhi konteks dan pengalaman lampau disebut dengan analisis sintesis dalam buku ini menurut Neisser (1976) dalam Atkinson et al. (1997) . Menurut teori ini, penghayat menggunakan ciri benda konteks dan pengalaman lampau untuk mendapatkan “terkaan yang jitu” tentang apa yang dilihat Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama, kerangka acuan tidak sama, adanya kemungkinan hasil
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
6
persepsi antara individu satu dengan individu yang lain tidak sama. Keadaan tersebut memberikan gambaran bahwa persepsi itu memang bersifat individual (Tn, 2011). Faktor-faktor yang berpengaruh pada Persepsi Tn (2011) menyatakan bahwa telah dijelaskan bahwa apa yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi individu dalam mengadakan persepsi, ini merupakan faktor internal. Disamping itu masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam proses persepsi, yaitu faktor stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung dan ini merupakan faktor eksternal. Stimulus dan lingkungan sebagai faktor eksternal dan individu sebagai faktor internal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi. Agar stimulus dapat dipersepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi dapat menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsikan oleh individu. Faktor Pada Pemersepsi : - Sikap - Motif - Kepentingan - Pengalaman - Pengharapan
Faktor Dalam Situasi : - Waktu - Keadaan/Tempat
PERSEPSI
Faktor Pada Target : - Hal Baru - Gerakan - Bunyi - Ukuran - Latar Belakang - Kedekatan Gambar 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Sumber : Robins (2002) dalam Salam (2010)
Bedasarkan gambar diatas, terdapat faktor yang bekerja untuk membentuk persepsi dan kadangkala membiaskan persepsi. Faktor-faktor tersebut dapat terletak pada orang yang mempersepsikannya, objek atau konteks dimana persepsi itu dibuat. Ketika seorang individu melihat suatu sasaran dan berusaha menginterpretasikan apa yang ia lihat, interpretasi itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi meliputi sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan. Begitupula dengan karakteristik sasaran yang diobservasi dapat mempengaruhi apa yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
7
dipersepsikan. Faktor situasi seperti waktu, keadaan tempat, keadaan sosial juga mempengaruhi dalam membentuk persepsi seseorang terhadap objek atau peristiwa yang akan dipersespsikan. Definisi Akuntan Menurut Soemarso (2004:14), akuntan merupakan suatu gelar bagi merekayang telah lulus ujian-ujian akuntansi seperti yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954. Tenaga-tenaga akuntansi secara umum dapatdidefinisikan sebagai mereka yang mempunyai pengetahuan di bidang akuntansi. Ketentuan mengenai praktek Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant) yang mensyaratkan bahwa hanya diberikan kepada mereka yang mempunyai ijazah akuntan sesuai dengan ketentuan dan berdasarkan undang-undang ini. Jenis-jenis Akuntan Menurut Soemarso (2004), secara garis besar akuntan dapat digolongkan menjadi : 1. Akuntan Publik Akuntan publik atau kadang disebut akuntan ekstern (externalaccountant) adalah akuntan independen yang memberikan jasa-jasanyaatas dasar pembayaran tertentu. Mereka bekerja secara bebas, padaumumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Termasuk dalam kategoriakuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publik.Seorang akuntan publik dapat memberikan: (1) Jasa Pemeriksaan; (2)Jasa perpajakan; (3) Jasa Konsultasi manajemen; (4) Jasa akuntansi (accounting services). 2. Akuntan Manajemen Akuntan manajemen atau disebut juga akuntan intern (internalaccountant) adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atauorganisasi. Jabatan yang dapat diduduki mulai dari staf biasa sampaidengan kepala bagian akuntansi, controller atau direktur keuangan. 3. Akuntan Pemerintah Terkait bidang akuntansi pemerintahan, yaitu bidang akuntansi yang berhubungan dengan pencatatan dan pelaporan transaksi yang terjadi dalam badan pemerintah, berdasarkan pengertian tersebut, Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada badan badanpemerintah, seperti di departemen-departemen, Badan PengawasanKeuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan(BPK), Direktorat Jenderal Pajak dan lain-lain. 4. Akuntan Pendidik Akuntan Pendidik terutama bertugas dalam pendidikan akuntansi,yaitu mengajar, menyusun kurikulum, pendidikan akuntansi danmelakukan penelitian di bidang akuntansi. Definisi Mahasiswa Akuntansi Mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi. Sedangkan Jusup(2005) meyatakan bahwa akuntansi dapat dirumuskan dari dua sudut pandang, yaitu definisi dari sudut pandang pemakai jasa akuntansi dan dari sudut proses kegiatannya.Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu disiplin ilmu yang menyediakan informasi yang diperlukan serta proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisaan data keuangan, jadi yang dimaksudmahasiswa akuntansi dalam penelitian ini adalah orang yang sedang menempuh ilmu di perguruan tinggi yang mempelajari disiplin ilmu yang menyediakan informasi keuangan serta melalui siklus proses pencatatan akuntansi. Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud mahasiswa jurusan akuntansi adalah mahasiswa yang telah atau sedang menempuh mata kuliah teori akuntansi. Persyaratan ini didasarkan pada asumsi bahwa para mahasiswa akuntansi tersebut telahmempunyai pemahaman tentang SAK ETAP.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
8
2.2 Rerangka Pemikiran Menurut Sunarwinadi(1991 : 36) dalam Triyono (2011) menyatakan bahwa dimensi persepsi meliputi : 1. Dimensi Persepsi Secara Fisik (mengatur / mengorganisasi) Dimensi ini menggambarkan perolehan kita akan informasi tentang dunia luar. Tahap permulaan ini mencakup karakteristik karakteristik stimuli yang berupa energi, hakekat dan fungsi mekanisme penerimaan manusia (mata, telinga, hidung, mulut dan kulit) serta transmisi data melalui system syaraf menuju otak, untuk kemudian di ubah ke dalam bentuk yang bermakna. 2. Dimensi Persepsi Secara Psikologis (menafsirkan) Dimensi ini menggambarkan bahwa keadaan individual (kepribadian, kecerdasan, pendidikan, emosi, keyakinan, nilai, sikap, motivasi dan sebagainya) mempunyai dampak yang jauh lebih menentukan pada persepsi tentang lingkungan dan perilaku. Proses seleksi dalam persepsi mengenai suatu objek dan lingkungan sekelilingnya, menurut Samovar (1981) dalam Rossi (2009) secara umum melibatkan tiga hal yang saling berkaitan yakni: a. Selective exposure (seleksi terhadap pengenaan pesan/stimulus) b. Selective attention( seleksi dalam hal perhatian),dan c. Selective retention(seleksi yang menyangkut retensi/ingatan). Sedangakan menurut Robert A Baron dan Paul B. Paulus dalam Hereyah (2011) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita. Jadi peneliti mengambil kesimpulan berdasarkan pengertian dan dimensi persepsi diatas maka dimensi persepsi digolongkan menjadi tiga bagian yaitu, dimensi seleksi, dimensi organisasi dan dimensi interpretasi.
CONSTRUCT PERSEPSI DIMENSI SELEKSI
KONSEP Minat , Kebutuhan Ekspetasi.
DIMENSI ORGANISASI
KONSEP Profesi, Pengalaman, Pengetahuan,Motivasi
DIMENSI INTERPRETASI
KONSEP Pengalaman, Pendidikan kepribadian,Kecerdasan
Gambar 2 Construct Persepsi
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
9
Perumusan Hipotesis Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti-peneliti sebelumnya, peneliti melakukan pengembangan berdasarkan hasil penelitian tersebut, yaitu tidak terdapat persepsi yang signifikan antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap peranan komite audit dalam mewujudkan good corporate governance (GCG) (Mufdhali, 2010). Sedangkan penelitian lain menunjukkan tidak terdapat perbedaan persepsi yang signifikan akuntan pendidik dengan akuntan publik terhadap etika profesi akuntan, juga tidak terdapat perbedaan signifikan akuntan publik, akuntan pendidik, mahasiswa akuntansi dan karyawan bagian akuntansi secara bersama-sama (simultan) terhadap etika profesi akuntan (Syarah, 2011). Penelitian lain menunjukkan bahwa persepsi kemudahan penggunaan dan persepsi kegunaan terhadap penggunaan SAK ETAP pada bank perkreditan rakyat di malang raya (Fitakhurrokhmah, 2013). Selain itu juga tidak ada perbedaan signifikan antara persepsi akuntan publik dengan akuntan manajemen terkait dengan penerapan SAK ETAP pada UMKM (Salam, 2010). Penelitian lain menyatakan terdapat perbedaan persepsi antara persepsi akuntan dan mahasiswa jurusan akuntansi terhadap kode etik akuntan (Nurlan, 2011). Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu terkait persepsi akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi, maka peneliti mengembangkan penelitian tersebut yang terkait tentang ekspektasi SAK ETAP, dengan hipotesis sebagai berikut : :Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dan akuntan pendidik terhadap ekspektasi SAK ETAP. : Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP. : Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran Dari Populasi (Objek) Penelitian Penelitian ini menjelaskan persepsi akuntan publik, akuntan pendidik, dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), penelitian ini dikategorikan penelitian statistik karena lebih menekankan pada analisis sampel dan populasi. Anggota populasi disebut dengan elemen populasi. Peneliti dapat meneliti seluruh elemen populasi disebut dengan sensus atau meneliti sebagian dari elemen-elemen populasi disebut dengan penelitian sampel (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 115). Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi yaitu sekelompok orang , kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 1999). Berdasarkan pengertian populasi tersebut peneliti memilih populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh akuntan publik yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP) di wilayah Surabaya, akuntan pendidik yang bekerja di perguruan tinggi di Surabaya serta mahasiswa akuntansi aktif yang sedang menempuh program studi strata 1 akuntansi di perguruan tinggi di Surabaya. 2. Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Sampling bertujuan (purposive sampling), yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu didalam pengambilan sampelnya (Arikunto, 2005). karena menggunakan beberapa kriteria tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Unit analisis dalam
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
10
penelitian ini meliputi akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi yang terdiri dari : 1. Untuk akuntan publik, yang terpilih adalah auditor dan akuntan yang bekerja di kantor akuntan publik (KAP) di Surabaya. 2. Untuk akuntan pendidik yang terpilih adalah dosen yang bekerja di perguruan tinggi fakultas ekonomi prodi akuntansi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya dan Universitas Kristen Petra Surabaya yang berpengalaman dalam mengajar serta memiliki pendidikan minimal S1 3. Untuk mahasiswa akuntansi, yang terpilih adalah mahasiswa perguruan tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya dan Universitas Kristen Petra Surabaya yang mengambil jurusan akuntansi, dengan catatan mahasiswa tersebut telah atau sedang menempuh mata kuliah Teori Akuntansi. Peneliti mengacu pada rekomendasi yang dikemukakan oleh Roscoe (1975) dalam Sekaran (2006) mengusulkan aturan berikut ini untuk menentukan ukuran sampel : 1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. 2. Dimana sampel dipecah kedalam sub sampel (pria/wanita, junior/senior, dan sebagainya), ukuran sanpel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menetapkan jumlah sampel sebanyak 150 responden yang disebar dengan komposisi sebagai berikut: Untuk Akuntan Publik : 50 responden. Untuk Akuntan Pendidik : 50 responden Untuk Mahasiswa Akuntansi : 50 responden Teknik Pengumpulan Data 1. Angket (kuesioner) adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang dalam hal ini disebut responden (Arikunto, 2005). Sedangkan Santoso (2000) menyatakan bahwa tujuan angket adalah untuk mengetahui pendapat seseorang mengenai suatu hal. Kuesioner diberikan kepada kelompok responden baik secara langsung (mendatangi dan bertemu langsung dengan responden) maupun tidak langsung melalui perantara. 2. Penelusuran kepustakaan (library research) adalah pengumpulan data dan informasi yang relevan melalui membaca dan menelaah buku, majalah, artikel, jurnal, dan tulisan-tulisan di situs-situs internet yang berkaitan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Dimensi Seleksi Dimensi Organisasi
Construct Persepsi
Dimensi Interpretasi Gambar 3 Rerangka Penelitian
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
11
Definisi operasional variabel merupakan penjelasan dari variabel variabel yang akan diamati yang menjadi objek pengamatan dalam penelitian ini. Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti un tuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan. Berdasarkan rumusan masalah yang akan dikaji dan model yang disusun dalam tinjauan pustaka maka operasional variabel penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut : Penelitian ini hanya memiliki variabel tunggal yaitu variabel persepsi, persepsi akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Menurut Sunarwinadi (1991) dalam Triyono (2011 : 8). Variabel persepsi meliputi dimensi persepsi secara fisik (mengatur atau mengorganisasi) dan dimensi persepsi secara psikologis (menafsirkan), Dimensi Persepsi Secara Fisik (mengatur / mengorganisasi) dimensi ini menggambarkan perolehan kita akan informasi tentang dunia luar. Tahap permulaan ini mencakup karakteristik karakteristik stimuli yang berupa energi, hakekat dan fungsi mekanisme penerimaan manusia (mata, telinga, hidung, julut dan kulit) serta transmisi data melalui system syaraf menuju otak, untuk kemudian di ubah ke dalam bentuk yang bermakna. Dimensi Persepsi Secara Psikologis (menafsirkan) dimensi ini menggambarkan bahwa keadaan individual (kepribadian, kecerdasan, pendidikan, emosi, keyakinan, nilai, sikap, motiva si dan sebagainya) mempunyai dampak yang jauh lebih menentukan pada persepsi tentang lingkungan dan perilaku. Teknik Analisis Data Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah persepsi akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Persepsi responden yang diukur menggunakan skala likert lima poin, diskenariokan dalam satu bagian skor sebagai berikut : Skor 1 : Sangat Tidak Setuju Skor 2 : Tidak Setuju Skor 3 : Netral Skor 4 : Setuju Skor 5 : Sangat Setuju Berdasarkan kerangka teoretis bahwa pengukuran variabel dilakukan pengujian data berdasarkan dimensi seleksi, dimensi organisasi dan dimensi interpretasi. Pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS, teknik analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Uji Validitas Data Validitas data penelitian ditentukan oleh proses pengukuran yang akurat, oleh karena itu, jika kata sinonim dari reliabilitas yang paling tepat adalah konsistensi, maka esensi dari validitas adalah akurasi (Indriantoro dan Supomo, 1999). 2. Uji Reliabilitas Data Reliabilitas data digunakan peneliti unuk dapat mengevaluasi instrumen penelitian berdasarkan perspektif dan teknik yang berbeda (Indriantoro dan Supomo, 1999 : 180). Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan cronbach alpha. Koefisien cronbach alpha yang yang lebih dari 0,60 menunjukkan keandalan (reliabilitas) instrumen.. 3. Uji Normalitas Sampel Yang dimaskud uji normalitas sampel atau menguji normal tidaknya sampel, tidak lain sebenarnya adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis (Arikunto, 2005).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
12
4. Uji Asumsi Homogenitas Pengujian terhadap penyebaran nilai yang dianalisis jika peneliti akan mengeneralisasikan hasil penelitian harus terlebih dahulu yakin bahwa kelompokkelompok yang membentuk sampel berasal dari populasi yang sama (Arikunto, 2005). 5. Uji Hipotesis Setelah data dilakukan, uji hipotesis dilakukan dengan memanfaatkan program komputer SPSS 20.0, pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat analisis Post Hoc Tes. Post Hoc Test dilakukan jika asumsi homogenitas terpenuhi, metode yang digunakan ada 2 yaitu Tukey dan Benferroni (Djunaidi, 2009). Dikatakan berbeda apabila nilai signifikansi < 0,05 dan pada kolom “Mean Difference” bertanda “*” (Syarah, 2011). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan persepsi antara akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner. Responden dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok responden yaitu akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah di uji validitas dan reliabilitasnya melalui uji kuesioner pretest. Kuesioner yang disebarkan sebanyak 150 buah kuesioner. Distribusi kuesioner yang dibagikan dan kuesioner yang kembali dapat dilihat dalam tabel 1 dan tabel 2. Tabel 1 Daftar Nama Perguruan Tinggi Responden Akuntan Pendidik No
Perguruan Tinggi
Kuesioner Kuesioner dikirim kembali
1 2
STIESIA Surabaya 25 23 Universitas Kristen Petra Surabaya 25 9 Jumlah 50 32 Sumber : Data Diolah Tabel 2 Daftar Nama Perguruan Tinggi Responden Mahasiswa Akuntansi No 1 2
Perguruan Tinggi
STIESIA Surabaya Universitas Kristen Petra Surabaya Jumlah Sumber : Data Diolah
Kuesioner Kuesioner dikirim kembali 25 25 50
25 25 50
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
13
Distribusi kuesioner dari masing-masing KAP dapat dilihat dalam tabel 3 Tabel 3 Daftar Nama KAP Responden Akuntan Publik No
Kantor Akuntan Publik
1 2 3 4 5 6 7 8 9
KAP. Chatim, Atjeng, Sugeng KAP. Basri Hardjosumarto KAP. Indra Sumijono KAP. Hasnil KAP. Made Sudarma KAP. Budiman, Wawan, Pamudji KAP. Supoyo, Eddy KAP. Soebandi KAP. Hadori Sugiarto Adi Jumlah Sumber : Data Diolah
Kuesioner Kuesioner dikirim kembali 5 5 7 6 5 5 5 5 4 3 7 7 6 6 7 3 4 4 50 44
Total kuesioner yang di distribusi selama satu bulan sebanyak 150 buah kuesioner. Dari 150 buah kuesioner, kuesioner kembali sebanyak 126 buah. Kuesioner yang akan diolah menghasilkan output yang di inginkan dalam penelitian ini. Adapun keseluruhan distribusi dan pengembalian kuesioner dijelaskan pada tabel 4 Tabel 4 Distribusi dan Pengembalian Kuesioner No
Keterangan
1 Distribusi Kuesioner 2 Kuesioner Tidak Kembali 3 Kuesioner Kembali 4 Kuesioner Bisa diolah Sumber : Data Diolah
Jumlah kuis 150 24 126 126
Presentase 100% 16% 84% 84%
PEMBAHASAN Uji Validitas Pengujian validitas item dengan korelasi pearson yaitu dengan cara mengkorelasikan skor item dengan skor total item, kemudian pengujian signifikasnsi dilakukan dengan kriteria menggunakan r tabel pada tingkat signifikansi 0,05, jadi r hitung ≥ r tabel maka pernyataan dinyatakan valid (Priyatno, 2012).
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
14 Tabel 5 Hasil Uji Validitas
Pernyataan
Nilai r Hitung
Item 1 0,580 Item 2 0,524 Item 3 0,560 Item 4 0,646 Item 5 0,563 Item 6 0,557 Item 7 0,533 Item 8 0,524 Item 9 0,605 Item 10 0,594 Item 11 0,562 Item 12 0,597 Item 13 0,641 Item 14 0,561 Sumber : Data Diolah
Nilai r Tabel
Signifikansi Kriteria
0,174 0,174 0,174 0,174 0,174 0,174 0,174 0,174 0,174 0,174 0,174 0,174 0,174 0,174
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dari pengujian validitas tersebut ditemukan bahwa seluruh pernyataan dikatakan valid, berdasarkan nilai r hitung dibandingkan dengan r tabel, dengan hasil tersebut maka dapat disimpulkan instrumen tersebut valid. Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan apabila suatu instrumen telah dipastikan validitasnya. Untuk menentukan instrumen reliabel atau tidak maka bisa menggunakan batas nilai alpha 0,6 (Priyatno, 2012). Apabila diketahui nilai instrumen lebih besar dari Cronbach Alpha yaitu 0,6 maka dapat disimpulkan intrumen penelitian reliabel. Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas Cronbach's N of Alpha Items ,838 14 Sumber : Data Diolah Berdasarkan data pada tabel diatas untuk variabel persepsi, Cronbach Alpha memiliki nilai sebesar 0,838. karena nilai 0,838 lebih besar dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa instrumen telah reliabel. Uji Normalitas Penelitian ini untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi antara akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi. Uji normalitas diketahui dengan menggunakan metode One Sampling Kolmogrov Smirnov dengan tingkat alpha 5%. Jika nilai signifikan > 0,05 maka dapat dikatakan distribusi data adalah normal.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
15 Tabel 7 Hasil Uji Normalitas
N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Sumber : Data Diolah
Ekspektasi 126 55,52 5,933 ,094 ,094 -,072 1,060 ,211
Gambar 4 Normal Probability Plot Dari hasil pengujian normalitas data diatas berdasarkan penyebaran kuesioner sebanyak 126 sampel dapat diperoleh hasil bahwa data ekspektasi memiliki Asymp.sig.(2-tailed) sebesar 0,211. Karena nilai signifikansinya yaitu 0,211 lebih besar dari 0,05 maka dapat dikatakan data terdistribusi normal. Uji Homogenitas Sebelum uji hipotesis dilakukan terlebih dahulu dilakukan uji homogenitas dengan metode uji levene.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
16
Tabel 8 Hasil uji Levene Test Test of Homogenity of Variances Levene Statistic df1 df2 ,591 2 123 Sumber : Data Diolah
Sig. ,556
Dapat dilihat berdasarkan tabel diatas, nilai probabilitas levene test adalah 0,556, karena nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka ketiga varians yang terdiri dari akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi adalah sama. Uji Hipotesis Uji Post Hoc Test Tabel 9 Hasil Uji Post Hoc Test Multiple Comparisons
(I) Posisi Tukey HSD
AkuntanPublik
AkuntanPendidik MahasiswaAkuntansi AkuntanPendidik AkuntanPublik MahasiswaAkuntansi MahasiswaAkuntansi AkuntanPublik AkuntanPendidik Bonferroni AkuntanPublik AkuntanPendidik MahasiswaAkuntansi AkuntanPendidik AkuntanPublik MahasiswaAkuntansi MahasiswaAkuntansi AkuntanPublik AkuntanPendidik Sumber : Data Diolah
Mean Difference (I-J) 1,009 3,037 * -1,009 2,029 -3,037 * -2,029 1,009 3,037 * -1,009 2,029 -3,037 * -2,029
Std. Error 1,354 1,204 1,354 1,319 1,204 1,319 1,354 1,204 1,354 1,319 1,204 1,319
Sig. ,737 ,034 ,737 ,277 ,034 ,277 1,000 ,039 1,000 ,380 ,039 ,380
Tabel 9 diatas adalah Uji Post Hoc Test, yang digunakan untuk mengetahui apakah persepsi antara akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP terdapat perbedaan atau tidak. Post Hoc Test dilakukan jika asumsi homogenitas terpenuhi, dalam penelitian ini asumsi homogenitas telah terpenuhi, maka metode yang digunakan ada 2 yaitu Tukey dan Benferroni (Djunaidi, 2009). Dikatakan berbeda apabila nilai signifikansi < 0,05 dan pada kolom “Mean Difference” bertanda “*” (Syarah, 2011). Hasil pengujian pada tabel diatas maka dapat dijelaskan beberapa kesimpulan. a. Tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dengan akuntan pendidik terhadap ekspektasi SAK ETAP, berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0,737 atau diatas 0,05.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
17
b. Terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik dengan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP, berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0,034 atau dibawah 0,05. c. Tidak terdapat perbedaan persepsi antara akuntan pendidik dengan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP, berdasarkan nilai signifikansi sebesar 0,277 atau diatas 0,05. PENUTUP Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi antara akuntan publik, akuntan pendidik dan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP. Berdasarkan hasil pembahasan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik dengan akuntan pendidik terhadap ekspektasi SAK ETAP. 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan publik dengan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP. 3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi akuntan pendidik dengan mahasiswa akuntansi terhadap ekspektasi SAK ETAP. Saran 1. Penelitian selanjutnya hendaknya dapat memperluas ruamg lingkup penelitian karena standar akuntansi tidak hanya menyangkut SAK ETAP saja tetapi meliputi Standar Akuntansi Keuangan Umum (SAK Umum), Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Standar Akuntansi Syariah (SAS). 2. Penelitian selanjutnya hendaknya menambah objek penelitian tidak hanya akuntan publik dengan akuntan pendidik dan dua perguruan tinggi, sekiranya akuntan pemerintah, akuntan manajemen dan perguruan tinggi lainnya juga dapat dijadikan objek penelitian. 3. Penelitian selanjutnya hendaknya memperluas area penelitian yang tidak hanya di Surabaya saja tapi seluruh Indonesia agar lebih bisa mewakili populasi objek penelitian.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
18
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Cetakan Ketujuh. Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta. Atkinson, R, L., Atkinson. R.C dan Hilgard, E, R. 1997. Pengantar Psikologi. Edisi 8. Jilid Pertama. Terjemahan Dharma, A., Adryanto, M. Erlangga. Jakarta. Auliyah, I, M. 2012. Penerapan Akuntansi Berdasarkan SAK ETAP Pada UKM Kampung Batik di Sidoarjo. Jurnal Ilmiah. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PERBANAS Surabaya. Bakrie, A. 2013. Manfaat APEC 2013 Bagi Pemberdayaan UMKMhttp ://aninbakrie.com. 23 Oktober 2013 (23:26). Colhoun, J. F dan J. R. Acocella.1990. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi Ketiga. Terjemahan Satmoko R. S. IKIP Semarang. Semarang Djunaedi. 2009. Post Hoc Test (Uji MetodeTukey.statistikpendidikanii.blogspot.com/.5 April 2013 (18:29).
Lanjut):
Fitakhurrokhmah. 2013. Pengaruh Persepsi Kemudahan Penggunaan dan Persepsi Kegunaan Terhadap Penggunaan SAK ETAP pada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Malang Raya .Skripsi. Universitas Brawijaya Malang. Hereyah, Y. 2011. Persepsi.http://mejikubirubiru.files.wordpress.com/. Mercubuana. Jakarta.
Universitas
Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Cetakan Kedua.Salemba Empat. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Salemba Empat. Jakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Cetakan Pertama.Salemba Empat. Jakarta. Indriantoro, N. dan Supomo, B. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta. Jusup, A. H. 2005. Dasar-dasar Akuntansi. Jilid Pertama. Edisi keenam. Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ekonomi YKPN. Yogyakarta. Mahmud, D. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Edisi Pertama. Fakultas Ilmu Pendidikan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta. BPFE Yogyakarta. Mufdholi, S. 2010. Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi Terhadap Peran Komite Audit dalam Mewujudkan Good Corporate Governance. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Nurlan, A. B. 2011. Persepsi akuntan dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Terhadap Kode Etik Akuntan. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makasar. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Standar Akuntansi Pemerintahan. 22 Oktober 2010. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165. Jakarta. Priyatno, D. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 3 No. 9 (2014)
19
Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. PT Remaja Rosdakarya Bandung. Rossi. 2009. Pengertian Komunikasi Antar Budaya.http://rossi-makalahku.blogspot.com/.08 November 2013 (18:29). Salam, A. 2010. Analisis Persepsi Akuntan Terhadap Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Skripsi. Universitas Hasanuddin Makasar. Santoso, S. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Cetakan Kedua. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Sekaran, U. 2006. Research Methods for Business (Metodologi Penelitian Untuk Bisnis). Jilid 2. Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta. Soemarso. 2004. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku I. Edisi Kelima. Salemba Empat. Syarah, W. 2011. Persepsi Akuntan Publik, Akuntan Pendidik, Mahasiswa Akuntansi dan Karyawan Bagian Akuntansi Terhadap Etika Profesi Akuntan. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tn. 2011. Persepsi Sosial. http://www.psi-sosial.blogspot.com. 17 November 2013 (22:15). Triyono, A. 2011. Persepsi Masyarakat Tentang Tayangan Iklan Sampo Clear di Televisi. Jurnal : 8.