BAB II
LANDASAN TEORIT1S
A.
Perputaran Perscdiaan (inventory turnover) 1.
Dcfinisi Pcrputaran Pcrscdiaan (inventory turnover)
Persediaan (inventory) juga sebagai clemen utarna dari modal kerja merupakan aktiva yang selalu dalam berputar secara terus menerus dan menghasilkan besarnya
keuntungan
persediaan
bagi
mengalami
perusahaan. kesalahan
Jika dalam maka
akan
penentuan berakibat
tertekannya keuntungan perusahaan, selain itu persediaan yang tinggi akan menggelembungkan biaya-biaya penyimpanan barang, asuransi, keusangan, dan kerusakan, hal ini semua akan memperkecil keuntungan perusahaan. Namun sebaliknya, tingkat porsediaan yang rendah dapat menyebabkan kehabisan persediaan, raibnya penjualan, dan kaburnya pelanggan, seiain itu potongan pembelian dan pengurangan tarif biaya angkut mungkin tidak akan diberikan oleh pemasok apabila pembelian barang persediaan dilakukan dalam jumlah yang sedikit.
Putaran
pcrscdiiian
(inventory
turnover)
mcngukur
eillsiensi
perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan dengan demikian, rasio ini mengukur likuiditas persediaan perusahaan. Putaran persediaan yang tinggi biasanya merupakan tanda pengelolaan persediaan yang effisien dan laba untuk perusahaan.
Menurut S. Munawir (2002:77) perputaran persediaan (inventory turnover) adalah "merupakan rasio aniara jumlah harga pokok barang
yang dijual dengan ni/ui rata-rata pcrscdi'ian yi jig dimiliki perusahaan menjadi penjualan atau kas ".
Mcnurul
Ridwan
S.
Sundjaja dan
Inge
Barlian
(2003:137)
menyatakan bahwa pengertian perputaran persediaan adalah sebagai berikul: "perputaran persediaan adalah mengukur aktivitas atau likuiditas
dari persediaan perusahaan. PerpuUiran persediaan hanya akan mempunyai arti jika dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama atau perputaraan persediaan perusahaan masa lalu."
Menurut Henry Simomora (2000:2^/) menyatakan baliwa sebagm berikut:
"Pularan persediaan mcnunjukan berapa kali dalam setahun sebuah perusahaan rata-rata menjual persediaannya. Data ini menghubungakan data dua laporan kcuangan : Laporan rugi-laba dan Nernca, biaya pokok pcnjualan diambil dari laporan rugi-laba, sedangkan persediaan rata-rata di V'.ung dengan persediaan ratarata dihitung dari angka-angka neraca. Pada saat persediaan ratarata mengalami pelonjakkan. put&ran persediaan akan merosot, kecuali terjadi pula kenaikkan yang sama dalam penjualan, oleh karena itu perusahaan yang mcnimbun persediaan Icbih banvak dari pada biasanya akan mempunvai pularan persediaan yang rendah dibandingkan perusahaan Iainnya yang dapat menghasilkan penjualan yang sama dengan invests persediaan yang rendah." Contoh :
Harga pokok barang yang telah dijual Rp 1.200.000 dan persediaan rata-rata Rp 227.500 maka harga pokok penjualannya adalah Jawab :
I larga pokok penjuakm Perputaran pcrscduuin
—
——
Persediaan rata - rata
Diketahui : Harga pokok penjualan = Rp 1.200.000
Persediaan rata - rata = Rp 227.500 Rp 1.200.000
Perputaran persediaan = Rp 227.500 Perputaran pcrscdiaa = 5,3 x
Menurut
Bambang
kemampuan
dana
Riyanto yang
(2001:334)
tertanam
dalam
kesimpulan persediaan
adalah rata-rata
berputar 5,3 x dalair selahun alau dalam sualu pcriodc tertenlu. Perputaran persediaun menunjukkan kemampuan perputaran modal yang tertanam dalam persediaan dalam suatu periode tertentu, rasio ini
menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagang
diganti dalam satu tahun, semakin rendah rasio berarti masih banyak stock yang belum terjual sehingga terjadi pemborosan biaya modal.
B.
Persediaan (Inventory) 1.
Definisi Persediaan (Inventory)
Menurut Henry Simomora (2000:226) persediaan adalah aktiva
yang dimiliki oleh sebuah pcrusahaan yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi atau dalam perjalanan
dalam bentuk bahan baku, atau keperluan untuk di pakai daiam proses "■ , produksi atau penyerahaan jasa.
Mcnurul Soemarso (2004:58) PerscJiann (invcniori) merupakan barang yang dimiliki perusahacm untuk dijual kembali atau digunakan dalam kegiatan perusahaan. Dalam perusahaan dagangjcnis persediaan yang selama ini di kenal adalah persediaan barang dagangan.
2.
Jenis Persediaan
Jenis persediaan dalam suatu perusahaan sangat tergantung pada karateristik kegiatan yang dijalankan dan jenis perusahaannya. Menurut
Suwardjono
(1999:105)
persediaan
bailing yang
biasanya
dimiliki
penyediaan
berbagai
perusahaan adalah 1.
Perusahaan jasa
Perusahaan
yang
bergerak
dalam
fcidang
pelayanan baik berupa kemudahan, kenyamanan, maupun kenikmatan kepada
masyarakat
yang
memerlukan.
Pada
perusahaan
jasa
persediaan yang dimiliki berbentuk persediaan bahan yang habis dipakai misalnya : isi staples, kertas, lem dan bahan sejenisnya. 2.
Perusahaan dagang
Perusahaan dagang yang membeli bnang atau produk dan menjual kembali produk tersebut tanpa mengolah atau mengubah sifat dari produk yang bersangkutan, barang yang diperdagangkan dapat berupa
hasil bumi atau produk hasil pengolah. Persediaan yang dihasilkan oleh dagang antara lain :
a.
Persediaan habis dipakai
Persediaan habis dipakai pada perusahaan dagang terdiri dari 2 jenis yailu :
(1). Bahan habis pakai toko (2) Bahan habis pakai kantor
Bahan habis pakai meliputi bahan pembungkus, kertas ketik, pita printer, dan bahan lainnya. b. Persediaan barang dagang
Persediaan
dimiliki
oleh
perusal man
dagang
dipcroleh
dari
pemasok tanpa mengubah bentuknya dan dimaksudkan untuk dijual kembali pada pelanggan dalam kegiatan normal. Kegiatan perusahaan serta merupakan pendapatan utama bagi perusahaan dagang, seperti barang kcbutuhan hariun yang dijual. 3. Persediaan dalam perusahaan industri dapat dibedakan menjadi : a. Persediaan bahan baku
"Merupakan
persediaan
yang
dibeli
oleh
manufaktur
untuk
digunakan dalam proses produks' " (Skousen Stice 2001:514).
Bahan
baku
yang dipcrgunatan
dapat diidentifikasikan dan
merupakan bagian integal dalam barang jadi. Bahan baku ini biasanya masih tersimpan digudang bahan baku.
10
b. Persediaan bahan penolong / pembantu " Merupakan persediaan terdiri dari barang-barang yang akan
dipergunakan
sebagai
prlengkap
dalam
pelaksanaan
proses
produksi untuk menghasilkan barang jadi" (Soemarso 2004:271). Bahan
pembantu
yang
dipergunakan
relatif
sulit
untuk
diidentifkasikan.
c.
Persediaan barang dalam proses
Merupakan persediaan yang terdiri dari biaya bahan baku untuk
produk yang telah dibuat tetapi Mum selesai ditambah biaya tenaga kerja langsung yang di aplikasikan secara khusus kebahan baku dan biaya overhead agar menjadi barang jadi (Kieso et al 2002:445)
d. Persediaan barang jadi
" Merupakan persediaan yang terdvi produk yang telah selesai diproduksi dan atau siap untuk Jijual kcpada pelanggan atau pemesan" (Kieso et al 2002:445). Barang jadi biasanya tersimpan digudang barang jadi.
3.
Manfaat memiliki pesediaan
Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Berlian (2003:297) manfaat raemiliki persediaan bagi perusahaan adalah I. Menghindari kehilangan pcnjualan
11
Jika perusahaan tidak mempunyai barang yang tersedia untuk dijual maka perusahaan dapat kehilangan penjualan. Pelanggan yang tidak
mau mcnunggu lidak itkiin rucmbeli dari pcrusnlman. 2. Memperoleh diskon kuantitas
Jika perusahaan ingin mempunyai persediaan yang besar untuk suatu produk tertentu maka perusahaan di .nungkinkan untuk membeli barang dalam jumlah besar guna memporoleh diskon kuantitas. 3. Mengurangi biaya persediaan
Setiap kali menempatkan pesanan untuk persediaan, perusahaan akan mengeluarkan sejumlah biaya sehubungan dengan memiliki pesediaan tersebut. Perkerjaan administrasi >an» akan dilakukan sehubiuigan dengan adanya pesanan antara lain formulir harus ditik, diperiksa, disetujui dan dikirimkan. Ketika barang tiba, barang harus diterima,
diperiksa dan dihitung untuk kemudian disimpan digudang. 4. Mencapai biaya produksi yang efisien Biaya penyetelan mesin akan terjadi sebelum produksi dimulai.
4.
Alasan-alasan adanya perusahaan yang menyimpan persediaan
Menurut Schroeder (1999:582) ada empat alasan mengapa perusahaan menyimpan persediaan : 1.
Untuk berlindung dari ketidak pastian {to protect againt uncertainty)
yaitu permintaan, pemasok dan mcnyerap perubahaan-perubahaan dalam permintaan.
12
2.
Untuk memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis (to allow economic
production
and
purchase),
karena
dcngan
adanya
pemhelian dan produksi dalaui jumUih bosar maka biaya pemesanan. potongan kuaiitas dan biaya transportas' akan Icbih ekonomis. 3.
Untuk mengalasi pcrubahaan yang dianlisipasi dalam pcrminlaan alau
penawaran (to Cover anticipated changes in demand or supply), misalnya ada porkiraan bahwa baran^ baku atau barang jadi yang akan dijual
akan meningkat, maka perubahaan akan melakukan
penimbunan sebelum pcrkiraan itu terjndi atau adanya promosi pasar dimana scjumlah barang dapat disediak-m scbclum dijual schingga
perusahaan dalam usaha musiman akan torus memproduksi atau menyediakan sebelum musim itu tiba.
4.
Dimana sejumlah barang dapat disediakan sebelum dijual sehingga
perusahaan dalam usaha musiman ;<Win tcrus memproduksi atau menyediakan sebelum musiman tiba.
5.
Biaya-biaya yang berkaitan dengan persediaan
Menurut Garrisan dan Norren (2000:435s* 1. Biaya pemesanan (inventori ordering cost) Terjadi setiap kali persediaan dipesan. Biaya-biaya ini meliputi : biaya
penanganan,
transportasi.
klerikal
pemesan
seperti
handling
cost
dan
13
2. Metode biaya rata-rata
Dilakukan dengan cara memasukkan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang terjual
harus dibebankan pada biaya rata-raUv, dengan rata-rata ditimbang melalui jumlah unit yang dibeli pada tiap harga.
6.
Tujuan mengurangi persediaan Menurul carter Usry (2004:325) Persediaitn ada hanipir dalam semua
sistem karena kondisi ideal tersebut tidal; ada. Konsep pesediaan sama dengan nol mengandung arti tingkat kesempurnaan yang umum tidak
dapat dicapai. JIT menstimulasi
perbaikan konslan dalam
kondisi
lingkungan yang menyebabkan penumpukan persediaan. Pengurangan pesediaan secara kontinyu dicapai melaluj proses-proses berikut ini: 1. Persediaan
dikurangi
sampai
suatu
masalah
ditemukan
dan
diindentifikasikan.
2. Sekali masalah sudah didefinisikan, tingkat persediaan dinaikan untuk
menyerap
dampak
dari
masalah
ini
agar
sistem
dapat
beroperasi dengan lancar. 3. Masalah tersebut dianalisis dan cara-cara praktis diindentifikasi untuk mengurangi atau menghilangkan masalah.
4. Sekali masalah telah dikurangi atau dihilangkan, tingkat persediaan dikurangi
lagi
diindentifikasi.
sampai
masalah
herikutnya
ditemukan
dan
14
5. Langkah 2
sampai 4
diulangi
hingga pada tingkat persediaan
minimum yang paling memungkinkan tercapai.
Dengan cara ini, pengurangan persediaan membuka masalah dan menstimulasi pencariaan cara praktis untak menyelesaikannya, sehingga
perbaikan
secara
pemborosan.
kontinu
Pengurangan
dapat tingkat
dilakukan
untuk
mengeliminasi
persediaan juga
mempengaruhi
kecepatan pemerosesan, atau kecepatan dengan mana suatu tugas atau unit melewati iistem.
Persediaan menjadi perhatian utama bagi semua jenis perusahaan termasuk perusahaan dagang, karena dengan membeli persediaan dalam
jumlah bcsar inclcbihi pcsanan dari pcmbdi mcnipakan tindakan yang tidak efisien. Dimana akan dibutuhkan pula suatu gudang yang luas yang selanjutnya dapat memberikan dampak buruk, seperti produk akan rusak, serta menimbulkan kerugian dari biaya yang akan dikeluarkan.
7.
Sistem pencatatan persediaan
Dalam
melakukan
pencatatan
jumlah
persediaan,
dapat
dilakukan dengan dua sistem yaitu : I. Sistem periodik (periodicsystem) Cara penentuan unit persediaan ctengan menghitung secara fisik
pada suatu titik waktu yang ditentukan. Jadi, bila perusahaan akan menyajikan laporan keuangan 31 Djsember maka pesediaan yang dicantumkan adalah persediaan per tanggal tersebut, unit yang dicatat
15
adalah unit atau kuantitas persediaan berdasarkan perhitungan di lapangan (physical, inventory) menurut Pahala Nainggolan (2004:60).
Akuntansi
dan
pelaporan
transaksi
persediaan
menurut
sistem
periodik :
a. Ayat jurnal untuk mencatat pembelian barang Pembelian
XXX
Hutang usaha
XXX
b. Ayat jurnal untuk mencatat penjualar barang Piutang usaha
XXX
Penjualan
XXX
c. Ayat jurnal akhir periode untuk akun persedinan Persediaan (akhir)
XXX
Harga pokok penjualan XXX Pembelian
XXX
Persediaan
XXX
2. Sistem Perpetual (Perpetual System) Cara penetuan
unit persediaan
dengan
memelihara catatan
administratif mengenai berapa unit atau kuantitas yang dibeli dan
beberapa yang dipakai. Perpetual akan dapat menghasilkan kuantitas persediaan akhir dengan perhitungan. Persediaan awal + Pembelian - Pemakaian = Persediaan akhir
Untuk menggambarkan proses pencatetan sistem perpetual ini dapat dilihat dari ayat jurnal sebagai berikut:
16
a. Ayatjurnal pembelian barang
Persediaan
XXX
Hutang usaha
XXX
b. Ayatjurnal penjualan barang dan harga pokok barang yang dijual Piutang usaha
XXX
Penjunlan
XXX
Harga pokok penjualan XXX Persediaan
XXX
c. Ayat jurnal retur penjualan dan hargs pokoknya Retur penjualan
XXX
Piutang
Persediaan
XXX
XXX
Harga pokok penjualan
XXX
Dibandingkan dcngan sistcm pcriodik maka sistcm perpetual ini merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan barang, karena lebih mudah dalam penyusunan laporan keuangan serta dalam pengawasan
dibuatkun
barang-barang
btiku
pombantu
yang
ada
persediaan
digudang.
untuk
Pada
sistem
masing-masing
ini
jenis
persediaan barang yang ada. Untuk itu jika dibandingkan dengan sistem periodik tentunya sistem pertual ini memcrlukan perkerjaan tambahaan, sehingga membutuhkan tambahan biaya-biaya dalam pelaksanaannya. Dari uraian diatas, teriihat bahwa sistem perpetual akan selalu mencatat
besarnya harga pokok penjualan pada setiap terjadi penjualan, sedangkan
17
sistem periodik hanya mencatat besarnya hargan pokok penjualan pada t setiap akhirperiode sajayaitu melalui ayat i.irnal penyesuaian.
8.
Metode Pcnilaian Persediaan
Metodc pcnilaian pcrscdiaan sangat penting dilakukan mengingat jumlah cukup besar, selain itu juga berguna untnk dapat mengetahui seberapa besar sediaan yang laku terjual, persediaan yang masih ada dan seberapa besar harga pokok harga tersebut sedangkan pengertiaan dari penilaian pesediaan barang yang dijelaskan Zaki b^ridwan (1999:183) adalah " menentukan persediuan yang i/icantnnikar Jalain neraca "
Persediaan
akhir
harga
pokoknya
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan beberapa metode yang ada. Nilai yang dihasilkan terhadap penggunaan metode-metode tersebut salt1 sama lain jumlahnya saling
berbeda dan apa yang dicantumkan dalam neraca tergantung pada metode penilaian yang digunakan penilaian persediaan dapat dilakukan dengan menggunakan tiga metode yaitu : metode harga pokok, metode taksiran, metode penilaian selain harga pokok dan metodeniali realisasi bersih. 1.
Metode Harga Pokok
Dalam
metode
harga
pokok
persediaan
akhir
akan
dicantumkan dalam neraca dan tidak lerdapat perbedaan antara harga poko persediaan dengan nilai persediaan pada neaca. Penggunaan
18
mclodc harga pokok dalam melakukan pcnilaian persediaan dan menentukan besar harga penjualan, yang lerdiri dari :
a. Melode masuk pertama kcluar pertama (FIFO) Menurut Henry Simomora (2000:2"4) metode fifo (first-in, first-
out method) ini mengasumsikan bahwa barang dalam persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan sehingga yang tertinggal
dibeli atau diproduksi
dalam
terlebih dahulu
persediaan akhir adalah yang
belakangan/kemudian. Praktik fifo ini
meminimalkan kerugian dari barang yang rusak atau membusuk. b. Metode masuk terakhir keluar pertama (LTFO) Metode UFO (last-in, first-out method) ini mengasumsikan bahwa
barang dagangan yang dibeli atau diproduksi tcrahir akan dijual atau digunakan terlebih dahulu sehingga yang termasuk dalam persediaan akhir adalah yang dibeli
atau diproduksi terlebih
dahulu. e. Melode rala-rala
Metode rata-rata (average) didasarkan pada asumsi bahwa barang
yang
tersedia
untuk
dijual
achlah
homogen,
Pada
melode
pencatatan persediaan secara fisik psngalokasian harga perolehan
barang yang tersedia untuk dijua1 dilakukan atas dasar harga perolehan rata-rata tertimbang. PerUitungan harga pokok rata-rata
tertimbang dilaukan dengan eara uiembagi harga perolehan barang tersedia untuk dijual dan perhitungan dilakukan pada akhir periode.
19
Selanjutnya harga perolehan rata-rata per unit dikalikaii denagan jumlah unit yang ada dalam persediaan untuk menentukan harga
perolehanpersodiauM ukhir. d. Mclodc identifikasi khusus
Metode identifikasi khusus didasyrkan pada asumsi bahwa arus barang hnrus samn arus biaya. Idmtifikasi khusus biaya atribusi
biaya
ke
barang
tertentu
yang
dapat
diindentifikasi
dalam
persediaan, cara ini merupakan perlakuan yang sesuai bagi barang
yang di pisahkun untuk proyck khusus, bnik ynng dibcl'i inaupun yang dihasilkan (IAI : 14.5)
Metode
idenliiikasi ■ khusus ini biasanya diterapkan pada
perusahaan yang barang dagangan mahal harganya tetapi jumlah dan
jenisnya terbatas, sehingga dapat diindentifikasi dengan jelas sejak barang dibeli hingga dijual kembali. Metode ini ideal, karena tiap-tiap persediaan akhir dan harga pokok peniualan dapat dilcnlukan dengan harga perolehan yang sesungguhnya. 2.
Metode Penitaian persediaan Selain Harga Pokok
a. Metode Lower of Cost Market (LCM)
Sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim, persediaan barang akan dicantumkan dalam neraca nilainya sebesar harga pokoknya. Tetapi dalam keadaan- keadaan te^entu prnyimpangan itu dapat dibenarkan, apabila pada akhiT periode terjadi perubahaan harga
persediaan
barang dinilai
pengganti
atau
biaya memproduksi
20
persediaan bisa lebih rendah dari harga pokok barang-barang tersebut maka dapat digunakan mttode harga pokok atau harga pasyr yang Icbih rendah (Ikalan Akwifan indoiwsia)
3.
Metode Nilai Realisasi Bersih (Net Realizable Value / NRV Seperti yang mungkin telah diperkirakan, barang dagang yang telah usang, rusak, cacat atau yang hanya bisa dtjual dengan harga dibawah
harga pokok harus diturunkan nilainya. Barang dagang semacam Hu hams dinilai pada realisasi bersih.
Alasan lain dari pemakaian metode pcnilaian ini adalah bahwa kadang-kadang angka biaya terlalu sulit dihitung. Dalam sebuah perushaan pabrik manufaktur, herbage bahan baku dan komponen yang di beli dicampur untuk menciptakan barang jadi. Berbagai
barang dalam persediaan, baik yang telali jadi maupun setengah jadi, dapat di perhitungkan atas dasar biaya karena biaya dari setiap komponen telah diketahui.
Menurut pendapat Niswonger edisi
19 (1999:376)
menjelaskan
tentang nilai realisasi bersih adalah" k'stimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komist penjualan. " 4.
Metode Taksiran Persediaan a. Metode laba kotor
Metode penjualan
ini
dipakai adalah
apabila
relative
presentase sama
dari
laba
kotor
periode
ke
terhadap periode.
Penggunaan metode ini sederhanr, tetapi cukup efektif dalam
21
menaksir persediaan. Persediaan dalam metode laba kotor ditaksir dengan cara menerapkan presentase laba kotor terhadap penjualan.
Mcncnlukan jumlah persediaan dengan mclodc harga biasanya dilakukan pada keadaan-keadaan sebagai berikut: a.
Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang diperlukan dalam menyusun laporan jangka pendek, dimana perhitungan fisik tidak nuingkin dijalmikan
b.
Untuk menaksir jumlah persediaan barang yang rusak karena terbakar dan menentukan jumlah barang sebelum terjadinya kebakaran. Dalam keadaan seperti ini metode laba kotor dapat
digunakun apabila scbagian enUrUm tiduk hilang. c.
Untuk mengecek jumlah persedisn yang dihitung dengan cara
lain dan disebut dengan test labe bruto d.
Untuk menyusun taksiran harga ookok penjualan, persediaan
akhir dan laba bruto, penaksirannya dibuat setelah budget penjualan. b. Metode Harga Eceran Metode harga eceran seringkali digunakan pedagang eceran untuk menilai persediaan sejumlah besar barang yang berubah dengan cepat
dan
memiliki
marjin
yar.g
tidak jauh
berbeda.
Biaya
pesediaan dilentukan dengan mengurangi harga jual persediaan dengan presenlase marjin bruto yang sesuai.
22
Metode harga eceran biasanya digunakan dalam toko serba ada yang menjual barang secara eceran, pada umumnya barang dagangan yang dimiliki banyak jenisnya dan bemacam-macam.
B.
Laba Operasional {operating income) 1.
Definisi Laba Operasional (Operating income)
Agar perusahaan dapat dikatakan mampu dalam menghadapi segala
situasi perckonomian, maka harus diusahakan agar pcrkembangan selalu sclaras dengan pcrkembangan masyarakat, konsumen teknologi dan situasi lain disekitar usaha. Perkembangan ini menuntut perusahaan untuk
ikut
berkembang,
dimana perkembangan
ilu
dinilai
dengan
keberhasilan perusahaan dalam memperolch laba. Pada umumnya tujuan akhir dari perusahaan adalah memperoleh
laba dan tingkat laba yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilannya. Oleh karena itu laba terscbut harus dikeloia dengan baik Menurut Soemarso
^2004:252) laba operasional adalah selisih
antara laba bruto dan beban usaha yang diperoleh semata-mata dari
kegiatan utama perusahaan. Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:79) laba
operasi / laba sebelum bunga dan pajak, laba setelah dikurangi biayabiaya operasi atau pendapatan sebelum pajak diperoleh sesudah semua biaya operasi dikurangi dari total penerirnaan atau disebut laba sebelum bunga dan pajak.
23
Menurut S. Munawir (2002:47) menyatakan bahwa pengertian laba adalah sebagai berikut:
'laba adalah sclisih antara pendapatan y;;ng telah direalisasi denuan biaya yang terjadi untuk mendapatkan pendapatan tersebut. Apabila pendapatan lebih besar daripada biaya. maka dikatakan perusahaan memperoleh laba. Sebaliknya, jika pendapatan lebih kecil daripada biaya, maka perusahaan menderita rugi.1
Secara lebih luas lagi Skousen et al terjemahan disahkan oleh Thomson bahwa laba akuntansi atavi disebvit juga laba komprehensif didefinisikan sebagai berikut: "Pendapatan komprehensif atau perubahaan dalam ekuitas usaha bisnis selama satu dari transaksi dan peristiwa-peristiwa serta
keadaan dari sumber non pemilik. Hal ini meliputi semua perubahaan dalam ekuitas selama satu kecuali yang terjadi dari investasi oleh para pemilik dan pembagian kepada pemilik"
Dalam menghitung angka income atau laba, pendapatan dan beban menjadi
unsur
yang
menentukan.
I.aba
diperoleh
dengan
mempcrtcmukan antara pendapatan dan bchin. Pendapatan dan beban didclinisikan SuwardjonO (1999:52) sebagai Wukut : •'Pendapatan merupakan aliran masuk dana (kas atau lainnya) kedalam perusahaan, karena perusahaan. menjual barang dan jasa kepada konsumen sesuai dengan tujuan perusahaan" Sedangkan beban definisikan :
" Beban adalah aliran keluar kekayaan atau aktiva yang melekat pada produk atau jasa yang diseral'kan perusahaan kepada konsumen dalam produk atau jasa \a-ig diserahkan perusahaan kepada konsumen dalam rangka meniinbulkan pendapatan." Menurul Henry Simomora (2002:22) menyatakan laporan laba-rugi adalah sebagai berikut :
24
"Laporan laba-rugi dibagi kedalam 2 komponen yaitu pendapat yang merupakan ukuran asset yang dihasilkan dari produk dan jasa yang dijual dan beban suatu ukuran arus keluar asset dan biaya yang berkaitan dengan penjualan produk dan jasa."
Laporan
laba-rugi
memberikan
inforrnasi
mengenai
kenaikan
kekayaan entitas karena pendapatan yang diperoleh serta penurunan kekayaan
karena
biaya
yang
dikeluarkan
selama
periode
tertentu.
Biasanya periode ini dilclapkan sebagai satu, lahun buku yang biasa dimulai dalam bulan apa saja. Urutan penyajian perkiraan laba-rugi lebih sederhana, pada bagian pertama disajikan pendapatan perusahaan dari operasional normal atau kegiatan utama dengan demikian pendapatan lain-lain akan ditempatkan lerpisah
2.
Unsur-unsur laba operasional
Agar efisien inanajemen dapat diukur dengan lebih baik maka komponen
atau
unsur-unsur
laba
operasional
{operating
income)
diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Penjualan {sales)
•
Menurut
Ridwan
S.
Sundjaja
urn
Inge
Uarlian
(2003:78)
Penjualan kotor / bruto, penjualar dapat terdiri dari penjualan
tunai dan penjualan keridit. Penjualan kolor adalah kuantitas barang yang terjual dikali harga jual barang.
Penjualan ini merupakan iransaksi dari: (PSAK No.23.1)
25
a. Penjualan barang b. Penjualan jasa, dan c. Penggunaan aktiva perusahaar o'eh pihak-pihak lain yang menghasitkan bunga, royalty dan deviden. Penjualan bersih / neto, merupakan selisih dari penjualan kotor
perusahaan potongan
dcngan penjualan
pengem'oalian (diskon).
pcnj ualan
Jika
ada
(relur) barang
atau yang
dikcmbalikan (relur), nilainya harus dikurangi dari penjualan kotor pada periode tersebut. Demi lei an pula sama halnya jika dilakukan penjualan keridit, perusahaan akan menawarkan harga yang lebih rendah unluk pembuyaran yang lebih cepat atau
dibcrikan diskon. Jika pcltuiggan menerima diskon, nilai uaiig dari diskon harus dikurangi dari penjualan kotor. •
Menurut Soemarso (2004:224) penjualan bersih sebagai jumlah yang dibebankan kepada pembeli karena penjualan barang dan
jasa baik secara kredit
maupun
tunai di
laporkan sebagai
penjualan bruto (gross sales), penjualan retur dan pengurangan harga serta potongan penjualan dilaporkan sebagai pengurang
terhadap penjualan bruto hasil yang diperoleh penjualan bersih 2.
Harga pokok penjualan {cost ofgoods sold) Menurut Soemarso (2004:252) harga pokok penjualan adalah harga beli (pcrolehan) dari barang dijual. Dalam sebuah pcrusahaan dagang
harga pokok penjualan dicari dcngan porsediaan barang dagang awal
26
periode
dilambah
pembelian
bers-h
selama
periode
dikurangi
Barium
(2003:70)
persediaan barang dagang pada akhir periode:
3.
laba bruto (gross profit) •
Menurul
Ridwan
S.
Siindjaja
dan
Inge
mengukur langsung laba dari penjualan atau jumlah laba yang diperoleh perusahaan yang merupakan hasil pengurangan antara ponjuaUui dan lunga pokok penjuaLm. •
Menurut Soemarso (2004:252) penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan. Laba bruto serins disebut juga labakotor.
4.
Beban operasional (operating expense) Behan operasional Icrdiri dari : •
Menurut
Soemarso
(2004:252)
beban
penjualan
(sailing
expense) adalah biaya yang terj.uji dalam hubungannya dengan
kegiatan menjual dan memasarkan barang.
•
Menurut Soemarso (2004:252) beban administrasi dan umum {general and administrati expense) adalah biaya yang terjadi dalam
hubungannya
dengan
kegiatan
perusahaan
secara
keseluruhan dan biaya-biaya bersir'at umum yang tidak dapat diindentifikasi
kedalam
kegiaUm
spesifik
seperti
misalnya
pi'oduksi dan penjualan. 5.
Laba operasional (operating income) •
Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2003:79) laba
operasi sebelum bunga dan pajak, laba setetah dikurang biaya-
27
biaya operasi pcndapatan sebelum pajak diperoleh sesudah semua biaya operasi dikurangi total penerimaan atau disebut laba sebelum bunga dan pajak.
•
Menurut Soemarso (2004:253) laba opcrasional adalah sclisih antai'u laba brulo dan bcban usalvi yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan.
Untuk lebih jclasnya e lemon / komponcn dan urutan penyajian laporan Laba rugi akan dijelaskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalani Slandar Akunlansi Keuangan (per 1 oktober 2004 : PSAK No.2, Lamp!ran 2,hal 19)yaitu: Penjualan
xxx
Harga pokok penjualan
Laba bruto
xxx
Beban operasional Laba operasional Pendapatan dan (beban) Iain-lain (+/-) Laba sebelum pajak dan pos luar biasa Pos luar biasa
Laba setelah pos luar biasa
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Pajak penghasilan
Laba bcrsih
xxx
28
Dengan mengetahui laba secara umum untuk menghitung besarnya
kenaikani laba dapat ditentukan dari laba operasionai (operating income) -
yaitu laba yang diperolch scmata-mala dari kugiatan utama perusahaan.
3. Laba menurut konsep akuntansi (accounting income)
Menurut Soiyan Syafri Harahap (2000:46) menurut akuntansi yang dimaksud dongan laba akuntansi itu adalah perbedaan antara revenue yang
direalisasi yang timbul dari transaksi pada pericde tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut. Menurut
Belkoui defmisi tentang laba ini mengandutig lima sifat adalah sebagai berikut:
1.
Laba akuntansi didasarkan pada transaksi yang bcnar-bcnar tcrjadi yaitu timbulnya hasil dan biaya untuk rr.endapatkan hasil tersebut.
2.
Laba akuntansi didasarkan pada postuhit "periodik" laba itu berarti merupakan prestasi perusahaan itu pada periode tertentu.
3.
Laba akuntansi didasarkan pada prinsip revenue yang memerlukan batasan tersendiri tentang apa yang termasuk hasil
4.
Laba akuntansi memerlukan perhitungan terhadap biaya dalam bentuk biaya historis yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan hasil terlentu.
5.
laba akuntansi didasarkan pada prinsip
"matching" artinya hasil
dikurangi biaya yang diterima/dikelua/kan dalam periode yang sama
29
4. Tujuan laba
Mcnurut Hendrikson (1999:50) lujuun utama polaporan labu adalah untuk memberikan inlormasi yang herp.una bagi mereka yang paling
berkepentingan dengan laporan keuangan trtapi tujuan yang lebih khusus harus di rinci unluk lebih munahami pelaptvan laba.
C. Hubungan Antara Perputaran Persediaan (inventory turnover) dengan Laba Operasional (operating income) Menurut S. Munawir (2002:199) bagi perusahaan fungsi utama dari
perolehan laba yang tlihasilkan pcrusahaan adaiah pada lingkal perpularan persediaan (inventory turnover) menunjukkan barapa kali persediaan tersebut di ganti dalam arti dibeli dan jual kembali ser.idkin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus di investasikan dalam persediaan) semakin renuah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang linggi, maka harus
diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil
resiko terhadap kcrugiaan yang discbabkan karena penurunan harga atau karena perubahaan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemcliharan terhadap perscdiaan lersebut. Di sampjng faktor-faktor tersebut di a*as masih banyak faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja suatu perusahaan,
30
misalnya faktor musiman, volume penjualan, lingkat perputaran piutang, dan
jttrdah rata- rata pengeluaran uang setiap harinyii.
Perpularan persediaan dapat tcrcermin tfalam laporan keuangan dari beberapa periode operasinya dan laporan keuangan ilu dapat teriihat seberapa jauh perkembangan perusahaan tersebut apalcali menunjukkan kemunduran atau terdapat kemajuan untuk membaca perkembangan persediaan suatu
perusahaan dari laporan keuangan salah satunya .dengan analisa
rasio
perputaran persediaan.
Pada umumnya tujuan akhir dari perusahaan memperoleh Iaba, dan tingkat Iaba yang berhasil diraih sering dijadikan ukuran keberhasilannya, oleh karcna
itu
Iaba
(ersebut
luirus dikelola dengan
baik
karemi kaitannya
perputaran persediaan yang sudah sewajarnya bila pihak manajemen berusaha meningkatkan pengendalian dan masalah keuangnn.
Berdasarkan uraian diatas dapatlah dil'.etahui bahwa hubungan antara
perputaran persediaan dengan Iaba dimaksivdkfn untuk mengukur sampai seberapa besar perolehan Iaba yang sangat dipengaruhi oleh perputaran
persediaan dimana persediaan juga elemen utama dari modal kerja merupakan
aktiva yang selalu dalam berputar secara terus menerus dan menghasilkan yang dicapai oleh perusahaan.